tim penyusun laporan akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 goal 2: manifesto kedaulatan wilayah nkri ......

84

Upload: lythuan

Post on 07-Jun-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 2: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 3: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| i Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

TIM PENYUSUN LAPORAN

1. Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata, MCRP, Ph.D

2. Uke Mohammad Hussein, S.Si, MPP

3. Ir. Rinella Tambunan, MPA

4. Aswicaksana, ST, MT, M.Sc

5. Santi Yulianti, S.IP, MM

6. Ir. Nana Apriyana, MT

7. Awan Setiawan, SE, MM, ME

8. Hernydawaty, SE, ME

9. Elmy Yasinta Ciptadi, ST, MT

10. Khairul Rizal, ST, MPP

11. Raffli Noor, S.Si, MURP

12. Agung Mahesa Himawan Dorodjatoen, ST, M.Sc

13. Yusuf Saryanto, ST, M.Sc

14. Sudira, S.Sos. MAP

15. Tarina Iqlima, ST

16. Iqbal Putut Ash Shidiq,S.Si,M.Sc

17. Daniel Mambo Tampi, ST, M.Si

18. Gita Chandrika Munandar

19. Andelissa Nur Imran, ST, M.Sc

20. Farish Alauddin, ST

21. Sylvia Krisnawati

22. Cecep Saryanto

23. Ujang Supriatna

Page 4: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 5: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| iii Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas keridhoan-Nya laporan akhir Kajian Background Study Arah Kebijakan Bidang Informasi Geospasial 2020-2024 dapat disusun dengan baik. Background Study tersebut diharapkan dapat menjadi bahan penyusunan program perencanaan pembangunan nasional untuk jangka waktu lima tahun mendatang. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang menyebutkan bahwa proses penyusunan arah kebijakan pembangunan nasional dilaksanakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dijelaskan bahwa tujuan pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah. Untuk mendukung usaha tersebut, pemerintah dapat memfokuskan pada keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), penyediaan infrastruktur, serta peningkatan kemampuan ilmu dan teknologi (IPTEK) secara berkelanjutan. Untuk menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang optimal diperlukan data dan informasi akurat (termasuk data dan informasi geospasial) mengenai lokasi, distribusi, dan potensi dari kekayaan alam tersebut. Data dan Informasi geospasial dapat digunakan untuk menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang optimal dalam memenuhi kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pembangunan wilayah. Akan tetapi kondisi data dan informasi geospasial saat ini belum berjalan optimal sesuai yang diharapkan. Beberapa capaian pembangunan nasional di bidang informasi geospasial terkait dengan penyusunan peta dasar rupabumi skala besar, pemutakhiran terhadap jaring kontrol geodesi, serta pembagunan portal data spasial sebagai sarana penyebarluasan informasi geospasial. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk itulah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas melakukan kegiatan kajian background study ini. Beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan dalam kajian ini antara lain, desk study melalui proses tinjauan kebijakan dan capaian RPJMN 2015-2019, focus group discussion untuk menghimpun aspirasi stakeholder, kunjungan daerah serta seminar nasional. Hasil dari kajian ini dapat digunakan selanjutnya sebagai bahan dalam penyusunan RPJMN 2020-2024. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional di masa datang. Jakarta, Januari 2019 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas Uke Mohammad Hussein, S.Si., MPP

Page 6: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 7: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| v Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN LAPORAN ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

Latar Belakang ......................................................................................................... 1 1.1

Maksud, Tujuan, dan Sasaran ................................................................................. 2 1.2

Ruang Lingkup ......................................................................................................... 3 1.3

Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................................... 3 1.3.1

Ruang Lingkup Wilayah .................................................................................... 3 1.3.2

Keluaran .................................................................................................................. 4 1.4

Metodologi .............................................................................................................. 4 1.5

Sistematika Pembahasan ........................................................................................ 6 1.6

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN ....................................................................................................... 9

Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 ... 9 2.1

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2.2(RPJMN) 2015-2019 ............................................................................................... 10

Kajian Isu Nasional dan Global .............................................................................. 17 2.3

Kajian Informasi Geospasial di Negara Lain .......................................................... 18 2.4

BAB 3 ASPIRASI PEMANGKU KEPENTINGAN ............................................................................. 21

3.1 FGD dengan Pemerintah Daerah .......................................................................... 21

3.1.1 FGD dengan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) .......... 21

3.1.2 FGD dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ..................... 24

3.2 FGD dengan Akademisi ......................................................................................... 26

3.3 FGD dengan Kementerian/Lembaga di Tingkat Pusat .......................................... 29

Isu Belum Mencukupinya Data dan Infomasi Geospasial Dasar (IGD) 3.3.1Berbagai Resolusi dan Skala ........................................................................... 29

Belum Memadainya Penyediaan Informasi Geospasial Tematik (IGT) dan 3.3.2Integrasinya pada Informasi Geospasial Dasar (IGD) ..................................... 32

Page 8: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

vi | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Belum Memadainya Kapasitas Kelembagaan dan Keterbatasan SDM 3.3.3Bidang Informasi Geospasial di Tingkat Pusat Maupun Daerah .................... 32

Belum Memadainya Fungsi Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) 3.3.4sebagai Instrumen Berbagai Data dan Informasi Geospasial ........................ 33

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN DAN PERUMUSAN LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL .................................................................................. 35

Analisis Permasalahan Bidang Informasi Geospasial ............................................ 35 4.1

Informasi Geospasial Belum Diselenggarakan Secara Akurat dan Mutakhir 4.1.1dalam Mendukung Pembangunan Nasional .................................................. 36

Belum Termanifestasikannya Kedaulatan Wilayah NKRI ............................... 51 4.1.2

Perumusan Sasaran Program Bidang Informasi Geospasial ................................. 54 4.2

Matriks Logframe Bidang Informasi Geospasial ............................................ 55 4.2.1

Goal 1: Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang Akurat dan Mutakhir 4.2.2Dalam Mendukung Pembangunan Nasional .................................................. 56

Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI .................................................. 64 4.2.3

BAB 5 RANCANGAN AWAL ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL .................................................................................................................... 67

Page 9: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 1 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1.1Berdasarkan amanat dari UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), perencanaan pembangunan di Indonesia terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana kerja pembangunan. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional. Penyusunan RPJM Nasional dimulai dengan tahap penyusunan rancangan teknokratis RPJM Nasional. Menteri PPN/Kepala Bappenas bertugas menyiapkan rancangan teknokratis RPJM Nasional tersebut. Pada tahun 2019 merupakan periode terakhir dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, sesuai dengan amanat UU No. 25 Tahun 2004, akan disusun RPJMN periode 2020 – 2024 sebagai penjabaran dari RPJPN tahap pembangunan lima tahunan keempat (RPJMN IV). Dalam RPJMN 2020 – 2024 perlu dirumuskan kebijakan, program dan kegiatan bidang informasi geospasial sesuai dengan tingkat capaian dan dinamika pembangunan sampai dengan tahun 2019. Penyelenggaraan pembangunan nasional bidang informasi geospasial yang menjadi dasar pembangunan nasional tidak terlepas dari amanat peraturan perundang-undangan yang menjadi dasarnya yaitu UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Dalam undang-undang tersebut, informasi geospasial merupakan data yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan ruang muka bumi. Informasi geospasial tersebut dibagi menjadi Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT). Kebutuhan informasi geospasial saat ini menjadi sangat penting khususnya dalam mendukung perencanaan pembangunan di Indonesia yang berkualitas. Data spasial menjadi aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama dalam mendukung upaya pemerataan pembangunan antarwilayah termasuk pembangunan desa, penyediaan infrastruktur, serta pembangunan ekonomi. Pentingnya data dan informasi geospasial sebagai dasar bagi perencanaan pembangunan serta tata ruang di tingkat nasional maupun daerah juga telah ditegaskan di dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Memperhatikan pelaksanaan pembangunan bidang informasi geospasial pada periode RPJMN 2015-2019, beberapa capaian kegiatan antara lain: program-program pembangunan

Page 10: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

2 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

bidang informasi geospasial yang telah dilaksanakan hingga akhir tahun 2018 terdiri dari beberapa capaian, seperti pembangunan jaring kontrol geodesi dan geodinamika sebanyak 130 stasiun, pemasangan tanda batas negara darat sebanyak 661 pilar, penyelesaian pemetaan batas desa sebanyak 34.630 desa, penyediaan peta dasar skala besar 1:5.000 untuk penyusunan RDTR di sekitar KEK dan KI, pembangunan simpul jaringan sebanyak 37 simpul jaringan, serta telah terbangunnya Ina-Geoportal yang merupakan sistem aplikasi yang digunakan sebagai sarana penyebarluasan IG untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat di NKRI. Selain beberapa capaian di atas, juga terdapat beberapa temuan awal isu dan permasalahan bidang informasi geospasial, antara lain: (i) belum tersedianya data dan informasi geospasial terutama untuk data dasar dan dengan skala yang besar; (ii) belum optimalnya pemanfaatan data dan informasi geospasial; dan (iii) belum terpenuhinya kebutuhan SDM bidang informasi geospasial. Berbagai isu dan permasalahan bidang informasi geospasial tersebut perlu ditelaah dan dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran arah kebijakan pembangunan jangka menengah nasional pada periode mendatang yaitu periode 2020-2024. Di samping itu, diperlukan upaya untuk meninjau kembali pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya. Kesemuanya ini akan menjadi input awal dalam penyusunan rancangan RPJMN 2020-2024 bidang informasi geospasial. Berkaitan dengan berbagai hal di atas Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas pada Tahun Anggaran 2018 akan melakukan Kajian Arah Kebijakan bidang Informasi Geospasial 2020-2024. Kajian ini akan memperhatikan berbagai amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 untuk tahap RPJMN 2020-2024. Berbagai tantangan dan isu global-nasional membutuhkan perencanaan pembangunan bidang informasi geospasial yang matang dan mampu menjawab semua tantangan tersebut efektif dan efisien.

Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.2Kegiatan ini merupakan kajian teknokratik yang dimaksudkan untuk menghasilkan background study arah kebijakan bidang informasi geospasial yang mencakup analisis isu dan permasalahan, serta rumusan rancangan awal arah kebijakan bidang informasi geospasial, yang akan menjadi masukan dalam penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2020 – 2024. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah menghasilkan kajian arah kebijakan yang di dalamnya mencakup permasalahan, potensi, proyeksi, dan analisa yang solid sebagai informasi awal dalam penyusunan RPJMN 2020-2024 di bidang informasi geospasial. Adapun sasaran yang ingin dicapai, antara lain: a. mendapatkan informasi terkait dengan isu-isu strategis dan aspirasi pembangunan

bidang informasi geospasial dalam implementasi RPJMN 2015-2019 yang diperoleh dari beberapa wilayah (lokasi) kegiatan

b. merumuskan arah kebijakan bidang informasi geospasial dalam RPJMN 2020-2024 c. merumuskan program dan kegiatan bidang informasi geospasial 2020-2024

Page 11: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 3 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

d. merumuskan indikator input, ouput dan outcome bidang informasi geospasial 2020-2024.

Ruang Lingkup 1.3

Ruang lingkup kajian ini terdiri dari ruang lingkup kegiatan dan ruang lingkup wilayah, sebagai berikut:

Ruang Lingkup Kegiatan 1.3.1

Ruang lingkup kegiatan dalam kajian ini, antara lain: a. Melakukan tinjauan kebijakan bidang informasi geospasial antara lain dalam RPJPN

2005-2025 dan RPJMN 2015-2019 yang meliputi pula evaluasi pelaksanaan program sehingga dapat dihasilkan sintesis awal mengenai kebijakan informasi geospasial;

b. Melakukan kajian literatur terhadap isu-isu bidang informasi geospasial, yang meliputi naskah akademik, peraturan perundangan terkait, serta studi-studi terdahulu lainnya;

c. Melakukan desk study awal untuk memberikan gambaran permasalahan di bidang informasi geospasial;

d. Menjaring masukan dari stakeholder di bidang informasi geospasial, seperti instansi pemerintah, akademisi, praktisi, lembaga non pemerintah, dan dunia usaha dalam bentuk seminar ataupun focus group discussion (FGD) serta kunjungan lapangan;

e. Melakukan diseminasi kepada pemerintah daerah untuk menangkap persoalan di lapangan dan menghimpun persepsi dan aspirasi pemerintah daerah di bidang informasi geospasial;

f. Menyusun policy paper di bidang informasi geospasial sebagai input dalam penyusunan RPJMN 2020-2024; dan

g. Lokakarya mengenai policy paper yang telah dihasilkan kepada stakeholder di bidang informasi geospasial guna menghasilkan draft final dan operasionalisasinya.

Ruang Lingkup Wilayah 1.3.2

Dalam merumuskan isu strategis dan solusi pemecahan masalah di bidang informasi geospasial, diperlukan adanya pemahaman mengenai kondisi penyelenggaraan informasi geospasial baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk mengetahui kondisi penyelenggaraan informasi geospasial di daerah maka ruang lingkup kajian ini difokuskan pada dua wilayah provinsi, yaitu Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Provisi Nusa Tenggara Timur. Pemilihan lokasi dilakukan dengan mempertimbangkan pemanfaatan data dan informasi geospasial, ketersediaan infrastruktur pengelolaan informasi geospasial, serta konektivitas terhadap jaringan informasi geospasial nasional. a. Provinsi NAD

Provinsi NAD dipilih sebagai salah satu bentuk best practice dalam penyelenggaraan informasi geospasial. Beberapa contoh praktik dalam penyelenggaraan informasi geospasial di NAD antara lain, telah memiliki Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) yang berlokasi di Universitas Syiah Kuala, serta telah memiliki GIS center dan Pusat Data Geospasial khususnya pada tingkat kabupaten/kota yang pernah dianugerahi penghargaan Bhumandala oleh BIG. Di samping penyelenggaraan informasi geospasial yang baik, NAD dipilih karena merupakan wilayah yang memilki risiko tinggi terhadap kejadian bencana. Dengan kondisi ini, ketersediaan data spasial yang memadai

Page 12: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

4 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

berperan penting dalam kegiatan tanggap bencana, mitigasi bencana maupun pemulihan (recovery) pasca bencana.

b. Provinsi Nusa Tenggara Timur dipilih sebagai wilayah yang belum maksimal dalam penyelenggaraan informasi geospasial. Pada wilayah ini belum terdapat PPIDS serta belum memiliki pusat data atau pusat studi informasi geospasial. Dari Survei Kesiapan Pembangunan Infrastruktur Data Spasial (Spatial-Data-Infrastructure Readiness Index) yang dilakukan oleh PPIDS Universitas Gadjah Mada1, NTT pada tingkat provinsi belum memilki nilai indeks. Akan tetapi, pada tingkat kabupaten/kota seluruh wilayah administrasi telah memiliki nilai indeks dengan Kabupaten Nagekeo sebagai yang tertinggi. Sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas dalam penyelenggaraan informasi geospasial, beberapa Staf Bappeda Provinsi juga telah mengikuti pelatihan (Training of Trainers)2 di bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), serta Open Street Map (OSM)3. Keluaran 1.4

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya laporan kajian arah kebijakan bidang informasi geospasial yang di dalamnya mencakup penjelasan isu-isu strategis, policy paper, dan rancangan operasionalisasi kebijakan bidang informasi geospasial sebagai masukan dalam penyusunan RPJMN 2020-2024.

Metodologi 1.5

Pelaksanaan kegiatan Kajian Arah Kebijakan Bidang Informasi Geospasial dilakukan melalui tahap persiapan, melakukan kajian dan analisis, pengumpulan data dan survei lapangan, pelaksanaan FGD, seminar dan berbagai diskusi pendukung, serta pelaporan. Metodologi pekerjaan terdiri atas dua bagian yaitu metode untuk mendapatkan data dan metode analisa kegiatan. Untuk pelaksanaan pengumpulan data akan dilakukan melalui survei sekunder ke institusi lokal dan survei primer ke beberapa daerah, sedangkan analisa kegiatan dijelaskan melalui pendekatan Logical Framework Approach (LFA). Berikut rincian penjelasan tahapan kegiatan: A. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data Sekunder

Tahap ini meliputi proses administrasi; penyusunan rencana kerja; pengumpulan berbagai data sekunder terkait seperti hasil kajian, literatur, dan peraturan perundangan terkait; konsolidasi tim dengan tenaga ahli; serta diskusi. 1) Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan terhadap literatur bidang informasi geospasial yang relevan dengan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah, serta monitoring dan evaluasi, baik dari dalam maupun luar negeri.

2) Tinjauan Peraturan Perundangan Melakukan kajian terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan penyelenggaraan informasi geospasial, meliputi:

1 http://ppids.ft.ugm.ac.id/sri/pub/list_prov.php, diakses pada 27 April 2018 2 http://transform.or.id, diakses pada 27 April 2018 3 https://openstreetmap.id, diakses pada 27 April 2018

Page 13: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 5 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

a) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

b) Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial c) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial d) Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial e) Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial

Nasional (JIGN) f) Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 g) Peraturan Presiden No. 127 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

Presiden Nomor 94 tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial h) Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan

Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000 i) Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,

Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi

B. Diskusi Awal

Selanjutnya, dilakukan diskusi awal terkait kondisi penyelenggaraan informasi geospasial di Indonesia. Diskusi melibatkan narasumber yang berasal dari instansi pemerintah tingkat pusat seperti BIG dan LAPAN, serta para pakar/ahli di bidang informasi geospasial. Kegiatan diskusi dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi penyelenggaraan informasi geospasial yang mencakup ketersediaan data dasar, ketersediaan IGD dan IGT saat ini, serta tantangan dan solusi percepatan alternatif. Hasil diskusi diharapkan dapat memperkaya rumusan isu-isu strategis yang dihadapi bidang informasi geospasial.

C. Pengumpulan Data dan Kunjungan Lapangan

Pengumpulan data dilakukan melalui survei instansi di daerah maupun melalui kunjungan lapangan. 1) Persiapan Survei

Survei instansi di daerah dilakukan sebagai kegiatan lanjutan dalam pengumpulan data sekunder. Sebelum survei tersebut dilaksanakan, tahap persiapan dilakukan untuk merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan. Dalam tahap persiapan survei, tim akan melakukan pencatatan nama-nama instansi pemerintah daerah yang akan didatangi beserta daftar informasi yang dibutuhkan dari instansi-instansi tersebut. Pada tahap persiapan, juga dilakukan perumusan desain metode instrumen survei. Lokasi survei yang ditetapkan, yaitu Provinsi NAD dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi NAD dipilih sebagai salah satu bentuk best practice dalam penyelenggaraan informasi geospasial. Sementara Provinsi Nusa Tenggara Timur dipilih sebagai wilayah yang belum maksimal dalam penyelenggaraan informasi geospasial.

Page 14: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

6 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

2) Survei Utama Survei utama dilakukan dengan lengkap oleh seluruh tim, meliputi pengumpulan data instansi (bila masih diperlukan), pengecekan lapangan, serta pelaksanaan kegiatan FGD dengan perangkat pemerintah daerah.

D. Focus Group Discussion (FGD) dan Seminar

Untuk mendukung perumusan kajian arah kebijakan bidang informasi geospasial, maka dalam kegiatan ini dilakukan beberapa kali FGD, sebagai berikut: 1) FGD Awal di Tingkat Pusat

FGD pertama yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal penyelenggaraan informasi geospasial di Indonesia. FGD ini dilakukan dengan mengundang stakeholder di bidang informasi geospasial seperti instansi pemerintah, swasta, serta akademisi/pakar di bidang informasi geospasial. Hasil dari FGD ini dapat digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan metode dan perangkat survei serta memperkaya rumusan isu strategis di bidang informasi geospasial.

2) FGD di Tingkat Daerah FGD kedua dilakukan di daerah yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai isu dan permasalahan dalam penyelenggaran informasi geospasial di daerah. FGD kedua tersebut melibatkan perangkat pemerintah daerah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

3) FGD Penyampaian Hasil Rancangan arah kebijakan bidang informasi geospasial yang telah disusun berdasarkan hasil pengumpulan data, diskusi awal dan survei lapang akan lebih dalam dikaji dan dikritisi melalui FGD ketiga di tingkat pusat. Hasil yang didapatkan dari FGD ini akan menjadi masukan dan perbaikan rancangan arah kebijakan bidang informasi geospasial yang telah dirumuskan.

E. Pelaporan Terdapat dua (2) tahap pelaporan dalam kajian ini, yaitu: 1) Laporan Awal

Meliputi pembahasan latar belakang kegiatan, tujuan, sasaran, dan keluaran yang ingin dicapai, metodologi, dan rencana kerja pelaksanaan kegiatan. Laporan Pendahuluan ini dijadwalkan untuk dimasukkan pada akhir bulan April 2018.

2) Laporan Akhir Laporan Akhir memuat rumusan rancangan arah kebijakan bidang informasi geospasial, yang mencakup isu-isu strategis serta operasionalisasi dari kebijakan bidang informasi geospasial tersebut. Laporan Akhir dijadwalkan selesai pada akhir bulan November 2018.

Sistematika Pembahasan 1.6Laporan akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, maksud, tujuan, dan sasaran, serta ruang lingkup dan keluaran dari kegiatan ini. Dalam bab ini juga dijelaskan metodologi yang digunakan.

Page 15: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 7 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Bab 2 TINJAUAN KEBIJAKAN Bab ini menjelaskan berbagai tinjauan kebijakan yang dilakukan yang meliputi (i) kajian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, khususnya untuk RPJMN 2020-2024 dan (ii) kajian evaluasi pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Dari kajian ini diperoleh gambaran acuan kebijakan, capaian pelaksanaan dan backlog RPJMN 2015-2019, serta temuan awal isu strategis bidang informasi geospasial. BAB 3 ASPIRASI PEMANGKU KEPENTINGAN Bab 3 menjelaskan aspirasi dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) bidang penataan ruang. Penjaringan aspriasi ini dilakukan melalui serangkaian focus group discussion (FGD) yang dilaksanakan di Pusat maupun di Daerah (Provinsi NAD dan Nusa Tenggara Timur). Dari kegiatan ini diperoleh rumusan isu-isu strategis bidang penataan ruang. Hasil rumusan itu kemudian dibahas dengan Badan Informasi Geospasial sebagai mitra dari Bappenas bidang informasi geospasial. BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN DAN PERUMUSAN SOLUSI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL Pembahasan dalam bab 4 ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama membahas hasil analisis permasalahan bidang informasi geospasial yang menggunakan matriks permasalahan; dan bagian kedua membahas perumusan solusi permasalahan bidang informasi geospasial dengan menggunakan metode Logical Framework Analysis (LFA). Berdasarkan metode matriks permasalahan teridentifikasi berbagai permasalahan bidang informasi geospasial yang selama ini dihadapi. Hasil identifikasi permasalahan ini kemudian dianalisis dengan metode LFA untuk mengidentifikasi solusi-solusi yang dibutuhkan ke depan. BAB 5 RANCANGAN AWAL ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL Bab terakhir dari Laporan Akhir ini menjelaskan rancangan awal arah kebijakan bidang informasi geospasial. Perumusan rancangan awal arah kebijakan dan strategi ini dilakukan berdasarkan hasil dari Logical Framework Analysis yang telah dilakukan dalam bab 4.

Page 16: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 17: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 9 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

BAB 2

TINJAUAN KEBIJAKAN

Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2.12025

RPJPN 2005 – 2025 mengamanatkan RPJMN keempat ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, penataan terhadap pengelolaan sumber daya alam, manusia dan lingkungan hidup bersifat sangat penting agar Indonesia dapat berdaya saing dalam level internasional.

Struktur perekonomian makin maju dan kokoh tercermin dengan daya saing perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara industri, pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan sektor jasa, serta didukung pelayanan pendidikan dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin maju. Dalam rangka peningkatan perekonomian nasional, usaha dan investasi dari perusahaan-perusahaan Indonesia di luar negeri termasuk di zona ekonomi eksklusif dan lautan bebas, juga akan dikembangkan. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan akan dicapai sehingga pendapatan per kapita pada tahun 2025 dapat setara dengan kesejahteraan negara-negara berpendapatan menengah dengan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin yang makin rendah. Kondisi maju dan sejahtera semakin terwujud dengan terselenggaranya jaringan transportasi pos dan telematika yang andal bagi seluruh masyarakat yang menjangkau seluruh wilayah NKRI, tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah tangga, serta terpenuhinya kebutuhan hunian.

RPJPN 2005 – 2025 membagi visi pembangunan jangka panjang ke dalam 9 (sembilan) bidang yang masing-masing diturunkan menjadi Arah Pembangunan Jangka Panjang. Dirangkum dari Arah Pembangunan Jangka Panjang tersebut, arahan terkait bidang informasi geospasial baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut:

1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antardaerah, antarruang, antarwaktu dan antarfungsi pemerintah.

2. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional. 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan

dan pengawasan; dan

Page 18: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

10 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

4. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, keadilan dan berkelanjutan.

Keempat tujuan tersebut menggarisbawahi peran informasi geospasial yang lebih jauh yakni aspek spasial perlu diintegrasikan ke dalam kerangka perencanaan pembangunan pada setiap level pemerintahan.

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2.2(RPJMN) 2015-2019

Isu utama dalam pembangunan wilayah dan tata ruang nasional adalah kesenjangan yang besar antara pembangunan Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dengan kondisi tersebut, arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional dititikberatkan pada usaha mempercepat pengurangan kesenjangan antarwilayah tersebut. Usaha percepatan tersebut dilakukan melalui berbagai strategi kebijakan, seperti mendorong pertumbuhan pusat-pusat industri, menggali potensi dan keunggulan wilayah, serta peningkatan kapasitas kelembagaan baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Ketersediaan informasi geospasial yang memadai dapat mendukung usaha-usaha percepatan tersebut. Informasi yang mendalam mengenai suatu wilayah, seperti kearifan lokal, ketersediaan sumberdaya alam, risiko bencana, serta karateristik sosio-ekonomi tentunya akan sangat mempengaruhi penentuan strategi kebijakan yang tepat untuk diterapkan pada suatu wilayah dalam rangka percepatan pembangunan wilayah tersebut. Berdasarkan visi-misi Presiden dan agenda pembangunan nasional, informasi geospasial dalam bentuk pemetaan rupabumi, tata ruang, batas wilayah, tematik serta kelautan dan lingkungan pantai berperan penting dalam mendukung upaya pemerataan pembangunan antarwilayah terutama dalam pengembangan desa, penyediaan infrastruktur, serta pembangunan ekonomi pada berbagai sektor. Dalam RPJMN 2015-2019, informasi geospasial dimasukkan dalam kaitannya dengan bidang tata ruang dan pertanahan. Dalam kaitan tersebut, beberapa isu dan permasalahan yang muncul, antara lain:

• Pengelolaan dan penyelenggaran informasi geospasial yang belum terkoordinasi. • Ketersediaan data dan informasi geospasial yang belum terstandar, lengkap dan

mutakhir. • Pemanfaatan data dan informasi geospasial yang belum optimal. • Keterbatasan koneksi dalam simpul jaringan melalui Jaringan Informasi Geospasial

Nasional (JIGN) yang menghambat pendistribusian data dan informasi geospasial. • Keterbatasan sumber daya manusia/kelembagaan di bidang informasi geospasial

Program-program pembangunan bidang informasi geospasial yang telah dilaksanakan hingga akhir tahun 2018 terdiri dari beberapa capaian, seperti pembangunan jaring kontrol geodesi dan geodinamika sebanyak 130 stasiun, pemasangan tanda batas negara darat

Page 19: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 11 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

sebanyak 661 pilar, penyelesaian pemetaan batas desa sebanyak 34.630 desa, penyediaan peta dasar skala besar 1:5.000 untuk penyusunan RDTR di sekitar KEK dan KI, pembangunan simpul jaringan sebanyak 37 simpul jaringan, serta telah terbangunnya Ina-Geoportal yang merupakan sistem aplikasi yang digunakan sebagai sarana penyebarluasan IG untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat di NKRI.

Page 20: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

12 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Tabel 0.1 Capaian Bidang Informasi Geospasial pada RPJMN 2015-2019

INDIKATOR SATUAN TOTAL TARGET 2015-2019

CAPAIAN TARGET (s.d

2018)

% CAPAIAN TARGET BACKLOG KETERANGAN

Arah Kebijakan 2: Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang Mengacu Kepada Informasi Geospasial Dasar (IGD) Sebagai Referensi Tunggal

Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika yang dibangun

Titik 171 130 76,02 41

Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika yang dirawat

Titik 2375 1284 54,06 1091

Sistem Referensi Geospasial Nasional (SRGN) yang dimutakhirkan

Sistem 15 9 60 6

Cakupan Geoid Teliti sebagai sistem referensi tinggi bagi peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan daerah yang diprioritaskan

Km2 757695 132452,6 17,48 625242,4

Peta Rupabumi Indonesia yang dimutakhirkan

NLP 2160 1246 57,7 914

Page 21: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 13 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

INDIKATOR SATUAN TOTAL TARGET 2015-2019

CAPAIAN TARGET (s.d

2018)

% CAPAIAN TARGET BACKLOG KETERANGAN

Arah Kebijakan 3: Penyelenggaraan Data dan Informasi Geospasial untuk Mendukung Pembangunan Nasional

Tanda Penataan Batas Negara Pilar 895 661 73,8 234

Pemetaan Batas Negara NLP 146 90 61,6 56

Adjudikasi pemetaan batas wilayah Desa/Kelurahan menuju desa mandiri**

Desa 12500 34630 277,04 -22130

Peta Lingkungan Pantai NLP 104 70 67,31 34

Peta Kelautan NLP 52 34 65,4 18

Penyediaan data garis pantai untuk memenuhi peta dasar skala1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada kawasan strategis nasional dan daerah yang diprioritaskan

Line Km 10000 1500 15 8500

Page 22: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

14 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

INDIKATOR SATUAN TOTAL TARGET 2015-2019

CAPAIAN TARGET (s.d

2018)

% CAPAIAN TARGET BACKLOG KETERANGAN

Penyediaan data bathimetri untuk memenuhi peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada kawasan strategis nasional dan daerah yang diprioritaskan

Line Km 192000 31320 16,3 160680

Peta Rupabumi Indonesia skala besar NLP 1720 944 54,91 776

Penyediaan Data Satelit Citra Tegak Km2 760000 8593000 1130,7 -7833000

Penyediaan data foto udara hasil akuisisi data IG unsur rupabumi skala besar

Km3 42456,1 672 1,58 41784,1

Penyediaan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada kawasan strategis nasional dan daerah yang diprioritaskan

NLP 1611 838 52,02 773

Page 23: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 15 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

INDIKATOR SATUAN TOTAL TARGET 2015-2019

CAPAIAN TARGET (s.d

2018)

% CAPAIAN TARGET BACKLOG KETERANGAN

Arah Kebijakan 4: Penyebarluasan dan Pemanfaatan Informasi Geospasial untuk Perencanaan Pembangunan Nasional dan Penyusunan Kebijakan Publik

Simpul Jaringan IG yang dibangun Simpul 9 37 411 -28

Simpul Jaringan IG yang dibina Simpul 168 111 66,07 57

Pengelolaan data dan informasi geospasial Dokumen 10 4 40 6

Arah Kebijakan 5: Pemenuhan SDM dan Kelembagaan Bidang Informasi Geospasial Secara Terpadu

Pembinaan Penyelenggaraan IGT Tata Ruang, Dinamika SDA dan Atlas

Dokumen 30 31 103 -1

Pembinaan Penyelenggaraan IGT Tata Ruang, Dinamika SDA dan Sosial

Dokumen 60 51 85 9

Kelembagaan IIG yang dikembangkan Lembaga 5 5 100 0

Kelembagaan IIG yang dibina Lembaga 59 36 61,02 23

SDM tersertifikasi Orang 350 13 3,71 337

Pembinaan Penyelenggaraan IGT Dokumen 81 32 39,51 49

Page 24: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

16 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

INDIKATOR SATUAN TOTAL TARGET 2015-2019

CAPAIAN TARGET (s.d

2018)

% CAPAIAN TARGET BACKLOG KETERANGAN

Arah Kebijakan 6: Penyediaan Teknologi dan Industri Penyelenggaraan Informasi Geospasial Secara Mandiri

Jumlah Dokumen NSPK, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi geospasial

Dokumen 25 7 28 18

Pengembangan industri bidang IG Dokumen 0 1 -1

Sumber:Diolah dari Laporan Akhir Pemantauan dan Evaluasi Bidang Informasi Geospasial Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

Page 25: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 17 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Dari hasil capaian di atas, terdapat beberapa highlight backlog RPJMN 2015-2019, sebagai berikut:

1. Cakupan Geoid Teliti sebagai sistem referensi tinggi bagi peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan daerah yang diprioritaskan;

2. Penyediaan data garis pantai untuk memenuhi peta dasar skala1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada kawasan strategis nasional dan daerah yang diprioritaskan;

3. Penyediaan data bathimetri untuk memenuhi peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada kawasan strategis nasional dan daerah yang diprioritaskan;

4. Penyediaan data foto udara hasil akuisisi data IG unsur rupabumi skala besar; 5. SDM tersertifikasi; 6. Pembinaan Penyelenggaraan IGT; dan 7. Jumlah Dokumen NSPK, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi

geospasial

Kajian Isu Nasional dan Global 2.3

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia dan membawa pada perubahan industri generasi keempat (Revolusi industri 4.0). Disruptif teknologi hadir begitu cepat yang ditandai dengan adanya pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic yang menuntut inovasi tinggi dalam penerapannya. Dalam konteks pembangunan, revolusi industri generasi keempat menuntut adanya penerapan berbagai teknologi dan rekayasa untuk memaksimalkan capaian yang diinginkan. Implikasinya, pada beberapa isu pembangunan seperti Smart City dan SDGs perlu memanfaatkan teknologi dan rekayasa yang mampu meningkatkan nilai guna dalam pencapaian tujuan pembangunan.

Tren pembangunan smart city sendiri begitu cepat menyebar ke seluruh belahan dunia secara global yang menstimulan berbagai kota-kota di dunia untuk mendorong peran aktif dan partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan kota menjadi citizen centric dan stakeholder centric. Tren pembangunan smart city di berbagai kota negara maju seperti Tokyo, Dubai, Melbourne, Shanghai, Singapura, dan Seoul telah memperngaruhi semangat dan cara berpikir para decision makers untuk mengimplememtasikan manifestasi kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 dalam pembangunan wilayah. Konsep smart city yang dinamis dan memfokuskan diri pada inovasi, solusi, dan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya teknologi secara optmal tidak dapat lagi terelakkan. Gerakan dijitalisasi dan komputasi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari konsep smart city merupakan komponen penting yang di dalamnya sangat bergantung pada berbagai jenis informasi geospasial. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi dari informasi geospasial merupakan bagian penting dalam siklus era pemanfaatan teknologi industri generasi keempat.

Page 26: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

18 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penerapan informasi geospasial sejatinya tidak hanya diimplementasikan pada konsensus smart city, tetapi juga merupakan akar bagi pembangunan yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Isu pembangunan yang memperhatikan aspek kelanjutan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan merupakan pilar bagi terwujudnya pembangunan di abad ini yang menuntut keberadaan berbagai informasi dasar seperti informasi geospasial. Informasi geospasial dengan paradigma THIS (thematic, holistic, integrated, dan spatial) memiliki peran vital bagi pembangunan. Dengan menggunakan paradigma THIS, maka informasi geospasial menjadi penting diperlukan dalam proses perencanaan dan implementasi program pembangunan yang lebih efektif dan efisien.

Kajian Informasi Geospasial di Negara Lain 2.4

A. Penyelenggaraan Informasi Geospasial di Belanda Kegiatan pengelolaan infrastruktur data spasial nasional (ISDN) di Belanda telah berjalan secara bottom-up selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 2006 dibentuk sebuah dewan informasi geospasial dengan nama GI-Board, yang merepresentasikan semua badan dan kementrian yang terlibat di dalam ISDN di Belanda (baik sebagai pengguna maupun pengembang). GI-Board bekerja berdampingan dengan GEONOVUM, sebuah komite eksekutif ISDN di Belanda yang dibentuk pada 2007. Beberapa tugas GEONOVUM antara lain: mengembangkan dan menstandarkan infrastruktur informasi geografis; membangun dan mendiseminasikan pengetahuan yang terkait dengan infrastruktur informasi geografis; serta mempermudah akses terhadap infrastruktur data spasial. Keduanya bersama-sama menjalankan pendekatan dan strategi implementasi infrastruktur data spasial yang dikenal dengan GIDEON. Strategi implementasi yang dicanangkan dalam GIDEON tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan informasi geografis, menciptakan iklim yang kondusif agar terjadi penambahan nilai ekonomis pada informasi geografis, serta mendorong kolaborasi stakeholder untuk mengembangkan pengetahuan dan pendidikan yang memanfaatkan informasi geografis. Strategi implementasi GIDEON tersebut juga mengakomodir serta memberikan masukan kepada INSPIRE (sebuah simpul jaringan IG tingkat uni-Eropa). Salah satu set data yang penting dan digunakan secara luas adalah data topografi yang berbentuk peta dasar skala besar (1:1.000)4.

B. Penyelenggaraan Informasi Geospasial di Jepang Kegiatan pengumpulan dan pengelolaan informasi geospasial di Jepang telah berjalan sejak tahun 1860-an. Geospatial Information Authority of Japan (dahulu bernama Geographical Survei Institute atau GSI) merupakan lembaga pengelola informasi geospasial di Jepang yang didirikan pada tahun 1869. Kegiatan pemanfaatan informasi

4 SADL. (2010). Spatial Data Infrastructure in The Netherlands: State of play 2010. K.U.Leuven.

Page 27: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 19 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

geospasial pada awalnya dilakukan untuk menyusun peta dasar serta kepentingan intelijen. Dasar hukum penyelenggaraan informasi geospasial di Jepang adalah akta survei pada tahun 1949 dan akta ISDN (Basic Act on the Advancement of Utilizing Geospatial Information) pada tahun 2007. Beberapa isu strategis penyelenggaraan informasi geospasial di Jepang antara lain: i) implementasi pengembangan dan pendistribusian informasi geospasial; ii) pemutakhiran informasi geospasial; serta iii) penguatan kerjasama antara industri, pemerintah, dan akademisi dalam penyelenggaran informasi geospasial. Sejak tahun 1995, pemerintah Jepang memfokuskan kegiatan pada pemetaan dasar dijital pada skala 1:25.000 untuk tingkat nasional dan skala 1:2.500 untuk wilayah perkotaan.

C. Penyelenggaraan Informasi Geospasial di Australia Perkembangan infrastruktur data spasial di Australia dilakukan oleh tiga lembaga, yaitu ANZLIC (sebagai dewan informasi geospasial), Intergovernmental Committee on Surveying and Mapping (ICSM), dan Public Sector Mapping Agencies Australia Inc. (PSMA). Ketiganya bekerja bersama dengan pemerintah negara bagian, wilayah, serta persemakmuran dalam menyediakan informasi geospasial. ANZLIC merupakan komite nasional yang berfungsi sebagai dewan pemerintahan tertinggi dan bertugas dalam memfasilitasi kebutuhan serta penggunaan data spasial di kalangan pemerintah serta sektor publik. Australia memiliki sebuah kerangka penyelenggaraan data spasial yang dikenal sebagai Foundation Spatial Data Framework (FSDF), yang menyediakan referensi umum dalam pembuatan (assembly) dan pengelolaan (maintenance) data spasial agar dapat digunakan secara luas.

Page 28: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 29: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 21 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

BAB 3

ASPIRASI PEMANGKU KEPENTINGAN

Sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2004, RPJMN periode 2020-2024 perlu disusun sebagai penjabaran dari tema RPJPN pada tahap pembangunan 5 tahunan ke-4. Dalam RPJMN 2020-2024 perlu dirumuskan kembali program dan kegiatan sebagai rancangan awal arah kebijakan dan strategi bidang informasi geospasial. Proses teknokratik tersebut memerlukan adanya masukan-masukan dan saran perbaikan dari berbagai stakeholders terkait untuk dapat menyempurnakan rumusan kebijakan yang dihasilkan. Oleh karena itu, dilaksanakan serangkaian pertemuan dan diskusi dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan bidang informasi geospasial, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan juga akademisi.

Secara garis besar, pelaksanaan FGD dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu FGD di tingkat pusat dan FGD di tingkat daerah. FGD di tingkat pusat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran awal penyelenggaraan informasi geospasial di Indonesia. FGD ini dilakukan dengan mengundang stakeholder di bidang informasi geospasial seperti instansi pemerintah dan akademisi/pakar di bidang informasi geospasial. Hasil dari FGD ini dapat digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan metode dan perangkat survei serta memperkaya rumusan isu strategis di bidang informasi geospasial. Hasil dari tahap pertama ini menjadi input dalam melakukan perumusan permasalahan serta rancangan solusi terhadap setiap permasalahan bidang informasi geospasial ke depan dengan menggunakan metode Logical Framework Analysis (LFA). Sementara itu, FGD di tingkat daerah bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai isu dan permasalahan dalam penyelenggaran informasi geospasial di daerah serta menjaring usulan-usulan isu strategis dari perspektif pemerintah daerah. FGD ini melibatkan perangkat pemerintah daerah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

3.1 FGD dengan Pemerintah Daerah

FGD dengan pemerintah daerah diselenggarakan sebanyak 2 (dua) kali. FGD pertama dilakukan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 23-25 Juli 2018. Sementara itu, FGD kedua dilakukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 30 Juli – 1 Agustus 2018.

3.1.1 FGD dengan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

FGD di provinsi ini dilakukan dengan menghadirkan berbagai narasumber dari beberapa institusi pemerintahan daerah dan akademisi terkait dengan penyelenggaraan data dan informasi geospasial, yaitu Dinas PUPR Provinsi NAD; Dinas Kominfosan Provinsi NAD; Bappeda Provinsi NAD; dan PPIDS Universitas Syiah Kuala. Secara umum, Provinsi Nanggroe

Page 30: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

22 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Aceh Darussalam dipilih sebagai salah satu lokasi pelaksanaan FGD tingkat daerah karena telah menjadi best practice dalam penyelenggaraan informasi geospasial. Di samping penyelenggaraan informasi geospasial yang baik, Provinsi NAD dipilih karena merupakan wilayah yang memilki risiko tinggi terhadap kejadian bencana. Dengan kondisi ini, ketersediaan data spasial yang memadai berperan penting dalam kegiatan tanggap bencana, mitigasi bencana maupun pemulihan (recovery) pasca bencana. Sehingga hal tersebut berimplikasi pada penyelenggaraan data dan informasi geospasial yang baik di wilayah ini.

Kesadaran akan pentingnya penyelenggaran data dan informasi geospasial di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam berangkat dari pengalaman pahit wilayah ini yang pernah dilanda bencana gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004. Besarnya dampak kerusakan akibat bencana tersebut menyadarkan akan pentingnya kesadaran dan kebutuhan data dan informasi keruangan dalam pembangunan wilayah. Pemerintah Aceh, melalui penetapan Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2009 dan Nomor 104 Tahun 2014, selanjutnya membentuk badan penyelenggaran informasi geospasial yang dinamakan Unit Pelaksanan Teknis Badan (UPTB) Pusat Data Geospasial Aceh (PDGA). Keberadaan UPTB-PDGA ini memegang peranan vital sebagai unit penting dan strategis dalam pelaksana, penyimpan, pengamanan, dan penyebarluasan data dan informasi geospasial. Sehingga, UPTB-PDGA secara umum menjadi perpanjangan tangan dalam pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kelembagaan UPTB-PDGA telah dibentuk dengan berbagai tujuan dan fungsi yang mampu mengakomodir penyelengaraan informasi geospasial di Provinsi NAD (dapat dilihat pada Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Struktur organisasi UPTB-PDGA

UPTB-PDGA dibentuk dengan tujuan untuk melaksanakan tugas pemerintah daerah sebagai simpul jaringan informasi geospasial daerah, mengelola dan mendistribusikan data dan

Page 31: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 23 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

informasi geospasial dari lembaga/institusi resmi, menguatkan kelembagaan informasi geospasial secara berkesinambungan dan mandiri, serta meningkatkan kapasistas sumber daya manusia di bidang informasi geospasial yang kompeten. Di samping itu, UPTB-PDGA juga bertanggung jawab dalam peningkatan saranan dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan, pengumpulan, standardisasi, pengelolaan, dan penyebarluasn data dan informasi geospasial di tingkat provinsi.

Beberapa contoh praktik dalam penyelenggaraan informasi geospasial lainnya di Provinsi NAD antara lain telah memiliki Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) yang berlokasi di Universitas Syiah Kuala serta telah memiliki GIS center dan Pusat Data Geospasial khususnya pada tingkat kabupaten/kota. Pemerintah NAD juga telah aktif melaksanakan kegiatan pelatihan bagi sumber daya manusia di bidang informasi geospasial (Geographic Information System dan Remote Sensing) dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang informasi geospasial di wilayah ini.

Dalam pelaksanaannya, Provinsi NAD juga telah memiliki dan menggunakan data dasar dan peta dasar RBI, akan tetapi masih belum tersedia pada resolusi sangat tinggi dan peta skala besar, sehingga belum dapat digunakan dalam penyusunan RDTR. Jaring kontrol dalam bentuk stasiun Ina-CORS juga telah terbangun dan terus ditambah jumlahnya. Sementara itu, dari aspek penyediaan dan integrasi data tematik, peta RTR telah terintegrasi dengan peta dasar dan telah melalui proses supervisi oleh BIG. Konsistensi baik dalam penyelanggaran informasi geospasial di Provinsi NAD telah membuat beberapa kabupaten/kota di wilayahnya meraih penghargaan Bhumandala oleh BIG.

Namun demikian, masih ditemukan beberapa masalah terkait penyelenggaraan data dan informasi geospasial di Provinsi NAD. Secara umum permasalahan ini dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) isu, yakni (i) ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD) (ii) penyediaan informasi geospasial tematik dan integrasinya pada informasi geospasial dasar (IGD) (iii) kapasitas kelembagaan informasi geospasial (iv) kapasitas SDM bidang informasi geospasial, dan (v) Jaringan Informasi Geospasial Daerah. Tabel 3.1 memperlihatkan berbagai permasalahan terkait penyelenggaraan data dan informasi geospasial di Provinsi NAD.

Tabel 3.1. Permasalahan penyelenggaraan data dan informasi geospasial di Provinsi NAD

Isu Kondisi Terkini Permasalahan

Ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD)

1. Peta RBI tahun 2017 skala 1:50.000

2. Peta Simeulue dan Pulau Banyak tahun 2009 telah terpertakan skala 1:10.000

1. Belum tersedia data skala besar, terutama untuk mendukung RDTR

2. Peta RBI tahun 2017 masih perlu direvisi

3. Belum tersedianya peta dasar untuk kelautan

Penyediaan 1. Telah ada penyedia IGT pada unit kerja

1. Jenis IGT yang diproduksi masih terbatas

Page 32: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

24 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

informasi geospasial tematik (IGT) dan integrasinya pada informasi geospasial dasar (IGD)

2. IGT yang dihasilkan belum terstandarkan

3. IGT yang bersifat analisis masih kurang

4. Anggaran untuk memproduksi IGT relatif kurang

Kapasitas kelembagaan informasi geospasial

1. Telah memiliki UPT tingkat provinsi dan 3 unit di tingkat kabupaten/kota

2. Telah memiliki laboratorium GIS di 20 kabupaten/kota

1. Status UPTB PDGA belum jelas karena evaluasi berdasarkan Permendagri nomor 12 tahun 2017

Kapasitas SDM bidang informasi geospasial

1. Sudah tersedia SDM bidang informasi geospasial di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

1. Belum adanya SDM fungsional di bidang informasi geospasial

2. Tingkat kemampuan SDM bidang informasi geospasial belum mumpuni

3. Rendahnya ketersediaan anggaran untuk capacity building

Jaringan Informasi Geospasial Daerah

1. Sudah tersedia portal yang terhubung dengan Inageoportal

1. Update data dari unit produksi masih relatif lambat

2. Data yang dihasilkan dari unit produksi belum distandarisasi

3. Jumlah SDM untuk standardisasi data masih kurang

3.1.2 FGD dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Provinsi NTT dipilih sebagai lokasi kedua pelaksanaan FGD di tingkat daerah karena dipandang sebagai wilayah yang baru berkembang dalam penyelenggaraan informasi geospasial. FGD ini mengundang beberapa narasumber dari Dinas PUPR Provinsi NTT; Dinas Kominfo Provinsi NTT; dan Bappeda Provinsi NTT. Provinsi NTT secara umum belum memiliki pusat data atau pusat studi informasi geospasial. Berdasarkan Survei Kesiapan Pembangunan Infrastruktur Data Spasial (Spatial-Data-Infrastructure-Readiness Index) yang dilakukan oleh PPIDS Universitas Gadjah Mada, Provinsi NTT masih belum memiliki nilai indeks pada tingkatan wilayah provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan informasi geospasial pada tingkat wilayah provinsi di Provinsi NTT masih belum baik. Meski

Page 33: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 25 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

demikian, pada tingkat wilayah kabupaten/kota, seluruh wilayahnya telah memiliki nilai indeks kesiapan infrastruktur data spasial dengan Kabupaten Nagekeo sebagai kabupaten dengan nilai indeks tertinggi.

Penyelenggaraan data dan informasi geospasial di Provinsi NTT dapat dilihat dengan sudah diimplementasikannya informasi geospasial dasar (IGD) dan informasi geospasial tematik (IGT) sebagai data pendukung dalam proses penyusunan rencana tata ruang. Namun hambatan berupa ketidaksesuaian antara ketentuan teknis Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan dokumen realitas rencana tata ruang daerah masih sering ditemukan, misalnya hampir semua rencana tata ruang yang sudah diperdakan masih belum menggunakan peta citra satelit resolusi tinggi terortorektifikasi GCP lokal. Di samping itu, keterpaduan dan sinkronisasi antara program kegiatan dengan arahan tata ruang masih sering ditemukan tidak sesuai karena keterbatasan informasi geospasial dasar dan tematik yang tersedia. Hal ini berimplikasi terhadap arah pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang belum terintegrasi dengan sistem informasi geografis. Permasalahan lain terkait penyelenggaraan informasi geospasial di antaranya berupa kelembagaan penyelenggaraan data dan informasi geospasial daerah yang belum terbentuk, terbatasnya SDM yang memahami pemanfaatan data dan informasi geospasial dalam penyelenggaraan penataan ruang, terbatasnya fasilitas yang dapat digunakan untuk mengolah informasi geospasial, terbatasnya anggaran, kurangnya sosialisasi terkait peran informasi geospasial dalam penyelenggaraan penataan ruang, serta kebijakan sektor yang cenderung kurang berpedoman pada perencanaan tata ruang. Permasalahan penyelenggaran informasi geospasial di provinsi NTT secara umum dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) isu, yakni (i) ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD) (ii) penyediaan informasi geospasial tematik dan integrasinya pada informasi geospasial dasar (IGD) (iii) kapasitas kelembagaan informasi geospasial (iv) kapasitas SDM bidang informasi geospasial, dan (v) Jaringan Informasi Geospasial Daerah. Rangkuman permasalahan penyelenggaran informasi geospasial di Provinsi NTT dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Permasalahan penyelenggaraan data dan informasi geospasial di Provinsi NTT

Isu Kondisi Terkini Permasalahan

Ketersediaan informasi geospasial dasar (IGD)

1. Telah tersedia peta RBI skala 1:25.000

2. Telah berkerja sama dengan LAPAN melalui MoU antara Gubernur Provinsi NTT dan Kepala LAPAN untuk penyediaan data CSRST

1. Penyediaan IGD masih belum menggunakan citra satelit resolusi tinggi

2. Terbatasanya anggaran, fasilitas, dan SDM dalam penyediaan IGD

Penyediaan informasi geospasial tematik (IGT) dan integrasinya pada

1. IGT telah disusun oleh beberapa unit kerja

1. Standar penyediaan informasi geospasial tematik masih belum sama (masih menggunakan AutoCad)

Page 34: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

26 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

informasi geospasial dasar (IGD)

2. Terbatasnya anggaran, fasilitas, dan SDM dalam penyediaan IGT dan integrasinya terhadap IGD

Kapasitas kelembagaan informasi geospasial

1. Regulasi mengenai kelembagaan dalam penyelenggaraan informasi geospasial telah dibuat

1. Implementasi dan sosialisasi kebijakan terkait penyelenggaraan informasi geospasial belum maksimal

Kapasitas SDM bidang informasi geospasial

1. Telah ada bantuan pelatihan dari BIG terkait peningkatan SDM bidang informasi geospasial

2. Beberapa staf Bappeda di tingkat provinsi telah diikutkan dalam kegiatan pelatihan (training of trainers) di bidang sistem informasi geografis (SIG) dengan melibatkan Open Street Map (OSM).

1. Belum ada pejabat fungsional bidang informasi geospasial

2. SDM bidang informasi geospasial masih belum memadai dan belum terpenuhi

Jaringan Informasi Geospasial Daerah (JIGD)

1. Telah ada bantuan dari BIG untuk penyediaan server pengelolaan informasi geospasial

2. Informasi RTRW telah diunggah pada server

1. Server JIGD masih meminjam milik BIG

3.2 FGD dengan Akademisi

Salah satu temuan awal isu strategis bidang informasi geospasial 2020-2024 adalah penyediaan data geospasial bagi penyusunan peta dasar masih belum terpenuhi. Dari hasil evaluasi dan diskusi dengan daerah, didapatkan beberapa permasalahan bidang informasi geospasial yang ternyata bersumber dari sulitnya penyediaan informasi geospasial dasar.

Dalam rangka penajaman isu terkait penyediaan informasi geospasial dasar di Indonesia, maka diselenggarakan FGD dengan mengundang narasumber akademisi yang bertujuan untuk membahas metodologi penyediaan dan pengolahan data dasar untuk penyusunan peta dasar yang akan menjadi input dalam penyusunan arah kebijakan RPJMN bidang Informasi Geospasial 2020-2024. Adapun narasumber yang diundang dalam FGD ini adalah: Dr. Harintaka, S.T., M.T. (Dosen Departemen Teknik Geodesi, UGM) dan Drs. Projo Danoedoro, M.Sc., Ph.D (Kepala Laboratorium Penginderaan Jauh, Departemen Sains Informasi Geografis, UGM).

Page 35: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 27 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Hasil dari kegiatan FGD dengan narasumber akademisi didapatkan bahwa penyusunan penyediaan informasi geospasial dasar sangat dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek penting, yakni SDM di bidang informasi geospasial yang kompeten, anggaran yang mencukupi, serta teknologi yang mumpuni. Kegiatan penyediaan informasi geospasial dasar ini dapat menghasilkan output berupa sistem referensi geospasial indonesia (titik kontrol geodesi, model deformasi, geoid, datum pasang surut, dan model pasang surut), data geospasial dasar, dan informasi geospasial dasar (garis pantai, batas wilayah, hipsografi, perairan, nama rupa bumi, transportasi dan utilitas, bangunan dan fasilitas umum, serta penutup lahan). Adapun sumber data yang diperlukan untuk penyelenggaraan informasi geospasial dasar dapat berupa foto udara (kamera metrik dan kamera non metrik/UAV), Lidar (Light Detection and Ranging), citra radar, citra satelit (resolusi menengah dan tinggi), sonar, maupun DEM (Digital Elevation Model) di darat dan laut.

Muatan peta dasar mengharuskan di dalamnya terkandung informasi meliputi informasi ketinggian (garis kontur dan titik-titik ketinggian), informasi kedalaman (bathimetri) dan garis pantai, informasi jaringan jalan dan pola aliran, informasi tutupan dan penggunaan lahan, serta informasi sistem koordinat. Terkait dengan muatan tersebut, maka jenis data dasar yang digunakan untuk penyediaan informasi geospasial dasar tidak dapat ditentukan hanya satu jenis data dasar saja. Pemilihan jenis data dasar perlu disesuaikan dengan potensi untuk ekstraksi informasi tertensu beserta skala yang dibutuhkan. Tabel 3.3 memperlihatkan kebutuhan muatan beserta jenis data dasar yang dibutuhkan.

Tabel 3.3. Kaitan antara kebutuhan muastan informasi geospasial dengan jenis data dasar

No Muatan Informasi Geospasial Dasar Jenis Data Dasar yang Digunakan

1. Informasi Ketinggian/Elevasi 1. Fotogrametris skala menengah-tinggi

2. Citra radar skala menengah 3. Lidar skala besar

2. Kedalaman Perairan (Bathimetri) 1. Survei hidrogarafi 2. Citra multispektral (untuk perairan

jernih dan kedalaman ≤ 25 meter) 3. Lidar (untuk perairan jernih dan

dangkal) 3. Informasi Jaringan Jalan 1. Citra optik skala menengah-besar

dengan kondisi paling baru 4. Informasi Pola Aliran 1. DEM

5. Infromasi Tutupan Lahan 1. Citra optik multispektral skala menengah-besar kondisi paling baru

2. Citra radar multipolarisasi/multisensor

3. Foto udara dengan drone/UAV 6. Infromasi Nama Rupabumi 1. Survei toponimi

Page 36: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

28 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Berdasarkan muatan yang terkandung pada Tabel 3.3, dapat dipahami bahwa kegiatan penyediaan informasi geospasial dasar sangat dipengaruhi oleh kebutuhan muatan dan data dasar yang akan digunakan. Proses penyediaan informasi geospasial dasar bergantung dari jenis skala yang akan dipetakan, spesifikasi akurasi yang dikehendaki, karakterisasi wilayah yang akan dipetakan (variasi medan, frekuensi tutupan awan, fragmentasi medan), serta pemilihan jenis citra dan resolusi spasial yang sesuai untuk masing-masing jenis informasi pada peta dasar.

Dalam ilmu penginderaan jauh, kegiatan penyediaan informasi geospasial juga sangat bergantung pada aspek skala informasi yang dapat terkandung. Penyediaan informasi geospasial dasar dengan skala tinggi memerlukan speksifikasi jenis data dasar yang memadai untuk memetakan dan memeroses data geospasial pada tingkat kedetailan yang tinggi. Hal ini dikenal dengan istilah skala ideal dan skala optimal. Skala ideal menyatakan skala citra yang paling baik sebagai basis pemetaan dasar. Sementara itu, skala optimal adalah skala maksimal yang masih diijinkan untuk menjadi peta tematik dengan mengacu ke peta dasar. Konsepsi ini akan mempengaruhi jenis data dasar mana yang akan dipenuhi. Terkait dengan penyediaan informasi geospasial dasar, diperlukan penyusunan peta dasar dengan akurasi posisi horizontal dan vertikal yang sangat akurat

Penyelenggaraan penyediaan informasi geospasial dasar di Indonesia pun setidaknya perlu mempertimbangkan berbagai hambatan. Hambatan ini terkait dengan kondisi fisik wilayah Indonesia yang berupa wilayah bentangan kepulauan yang besar sehingga membutuhkan data dasar yang besar, terletak di wilayah tropis basah sehingga frekeunsi tutupan awan yang mengganggu perekaman citra satelit sangat besar, serta tutupan lahan dan penggunaan lahan di Indonesia sangat beragam. Dari aspek kelembagaan, penyediaan informasi geospasial dasar juga terhalang oleh kewenangan yang masih tumpang tindih. Penggunaan data dasar drone/UAV dalam penyelenggaraan data dasar juga masih terhambat proses perijinan. Menimbang berbagai hambatan tersebut, maka solusi yang dapat digunakan dalam proses penyediaan informasi geospasial dasar adalah:

a) Peningkatan pemanfaatan radar interferometri untuk pemetaan dasar skala kecil dan menengah (khususnya penurunan informasi ketinggian).

b) Peningkatan penyediaan peta dasar melalui kombinasi data satelit resolusi spasial tinggi dan foto udara serta Lidar (pesawat konvensional, UAV) dan survei lain secara terpadu.

c) Penyediaan standar metode/NSPK pembuatan peta dasar dengan UAV/drone oleh BIG atau K/L lain yang relevan, yang mudah diikuti atau diaplikasikan berbagai pihak.

d) Pelatihan dan sertifikasi surveyor pemetaan dasar dan penutup lahan, terutama dari aspek geometri 3D, baik dengan FU konvensional, UAV/drone maupun Lidar.

Page 37: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 29 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

3.3 FGD dengan Kementerian/Lembaga di Tingkat Pusat

Dari hasil FGD-FGD yang telah dilakukan (Subbab 3.1 dan 3.2) diperoleh penajaman terhadap temuan awal isu-isu strategis bidang informasi geospaial. Isu-isu strategis tersebut kemudian dianalisis dan dibahas kembali secara lebih mendalam melalui kegiatan FGD dengan berbagai K/L tingkat pusat seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi (PUSHIDROS) TNI AL. FGD ini bertujuan untuk mendapatkan masukan sekaligus memperkaya rumusan isu strategis penyelenggaraan informasi geospasial di Indonesia dari berbagai K/L penyedia dan pelaksana data dan informasi geospasial. Dari kegiatan FGD ini, didapat 4 (empat) kelompok isu strategis dalam penyelenggaraan informasi geospasial di Indonesia, yaitu (i) belum mencukupinya data dan infomasi geospasial dasar (IGD) dalam berbagai resolusi dan skala yang mencakup seluruh wilayah Indonesia; (ii) belum memadainya proses integrasi informasi geospasial tematik (IGT) pada informasi geospasial dasar (IGD) dan penyediannya (iii); belum memadainya kapasitas kelembagaan dan keterbatasan SDM bidang informasi geospasial di tingkat pusat maupun daerah; dan (iv) belum memadainya fungsi Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) sebagai instrumen berbagai data dan informasi geospasial.

Isu Belum Mencukupinya Data dan Infomasi Geospasial Dasar (IGD) Berbagai 3.3.1Resolusi dan Skala

Sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, IGD hadir dalam bentuk peta dasar (RBI, LPI, dan LLN) serta jaring kontrol geodesi. IGD peta dasar disajikan dalam berbagai level skala yang penetapannya disesuaikan dengan kebutuhan (demand) yang ada, seperti: pembuatan peta RTRW, pembuatan peta RZWP3K, pembuatan peta RDTR, kegiatan Kebijakan Satu Peta (KSP), dan sebagainya. Sementara itu, jaring kontrol geodesi berperan sebagai titik acuan/referensi dalam pembuatan peta dan survei terestris. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah, jumlah peta dasar serta jaring kontrol yang masih terbatas.

Kebutuhan data dan informasi geospasial dasar di Indonesia secara umum mencakup wilayah darat dan perairan. FGD yang terkait dengan pembahasan IGD darat melibatkan beberapa pihak seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), khususnya Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT) dan Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (JKGG). Selain itu, turut pula dilibatkan sebagai narasumber adalah Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) serta akademisi dengan latar belakang keilmuan terkait. Beberapa temuan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut antara lain: 1) data dasar citra satelit resolusi tinggi yang tersedia memiliki nilai ketelitian yang tidak sesuai dengan standar pembuatan peta rupabumi skala besar; 2) IGD dalam bentuk peta rupabumi khususnya skala besar baru tersedia sebesar 1,2% dari luasan wilayah Indonesia; serta 3) jumlah stasiun jaring InaCORS belum memenuhi target serta distribusinya yang tidak merata (terutama di luar Pulau Jawa).

Page 38: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

30 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Pemenuhan kebutuhan peta rupabumi skala besar yang relatif lambat disebabkan karena tidak tersedianya data dasar yang memenuhi standar ketelitian peta rupabumi skala besar (1:5.000). Data dasar citra satelit resolusi tinggi yang saat ini telah diakuisi oleh LAPAN adalah Pleiades 1A dan 1B, yang memiliki resolusi spasial hingga 0,5 meter. Akan tetapi, hasil uji akurasi pada citra satelit tersebut setelah proses penegakan (ortorektifikasi) masih belum dapat memenuhi standar ketelitian peta rupabumi skala besar (1:5.000). Ketersediaan Peta RBI di Indonesia masih sangat terbatas, khususnya pada peta skala besar (1:10.000-1:1.000). Ketersediannya belum mencakup seluruh wilayah Indonesia dan pertambahannya setiap tahun relatif lambat (Tabel 3.4). Berdasarkan hasil evaluasi capaian RPJMN 2015-2019 bidang IG, jumlah Peta RBI skala besar masih terdapat backlog sebanyak 185 Nomor Lembar Peta (NLP) dari total yang ditargetkan sebanyak 1.720 NLP.

Tabel 3.4. Ketersediaan peta dasar skala besar

Skala Peta Cakupan Nasional

Tersedia (NLP)

Belum Tersedia (NLP)

Tersedia (%)

Belum Tersedia (%)

1:1.000 - - - - -

1:5.000* 379.012 4.110 377.433 1,2% 98.9%

1:10.000** 9.1547 1.074 90.473 1.17% 98.83%

* Data per 2017; ** Data per 2016; Sumber: PPRT-BIG, 2018

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut, antara lain: belum tersedianya data dasar yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar skala besar serta kurang mencukupinya jumlah dan sebaran jaring kontrol geodesi sehingga dapat memperlambat proses koreksi data secara geometrik. Peta dasar skala besar dapat dibuat dengan bantuan teknologi sistem penginderaan jauh resolusi tinggi (baik citra satelit, foto udara, maupun radar berbasis pesawat). Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012, data citra satelit penginderaan disediakan oleh LAPAN yang kemudian dapat ditegakkan (ortorektifikasi) oleh BIG. Saat ini, LAPAN telah menyediakan data citra satelit pada berbagai resolusi spasial mulai dari rendah, menengah, tinggi, hingga sangat tinggi (Tabel 3.5). Secara teoritis, peta dasar skala 1:5.000 dapat dihasilkan menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi (CSRST) salah satunya menggunakan citra Pleaides 1A dan 1B, akan tetapi hasil uji akurasi pada kedua citra satelit tersebut setelah proses penegakan (ortorektifikasi), masih belum dapat memenuhi standar ketelitian peta rupabumi skala besar (1:5.000). Kelemahan lain dari menggunakan CSRT adalah pada sifat citra optis yang tidak dapat digunakan untuk membangun model elevasi sehingga tidak dapat menghasilkan fitur topografi/hipsografi yang perlu muncul dalam sebuah peta dasar.

Tabel 3.5. Jenis data dasar citra satelit dan klasifikasinya

Klasifikasi Sangat tinggi

(50 cm) Tinggi

(1,5 m) Menengah (15 & 30

Rendah (> 250 m)

SAR (< 40 m)

Page 39: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 31 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

m)

Jenis citra satelit

Pleiades 1A Pleiades 1B

SPOT-6 SPOT-7

Landsat-7 Landsat-8

Terra Aqua S-NPP NOAA MetOp Himawari-8

TerraSAR-X TanDEM-X

Sumber: Pusdatin LAPAN, 2018

Dalam hal yang berkaitan, jaring kontrol geodesi berfungsi sebagai titik acuan/referensi dalam pembuatan peta dan survei terestris. Kecukupan jumlah serta distribusinya yang merata dapat mempermudah proses georeferensi pada peta dan menjamin hasil georeferensi yang akurat. BIG melalui pusat JKGG telah melakukan pembangunan jaring kontrol geodesi, akan tetapi jumlahnya belum mencukupi dan distribusinya masih secara dominan tersebar di Pulau Jawa. Berdasarkan hasil evaluasi capaian RPJMN 2015-2019 bidang informasi geospasial, masih terdapat backlog sejumlah 27 stasiun dari target pada 2019 sebanyak 200 stasiun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari FGD, telah diketahui bahwa jumlah ideal stasiun referensi (InaCORS) untuk mendukung percepatan penyediaan peta dasar adalah 400 stasiun yang direncanakan akan selesai pada 2022 (JKGG-BIG, 2018). Salah satu langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk mencapai jumlah tersebut dalam waktu yang relatif lebih singkat adalah dengan mengintegrasikan (akuisisi) stasiun-stasiun referensi yang dimiliki oleh Kementrian ATR/BPN (182 stasiun) dan LIPI (58 stasiun) agar dapat digunakan dalam proses georeferensi peta dasar.

Sementara itu, FGD yang terkait dengan pembahasan IGD perairan melibatkan beberapa pihak seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), khususnya Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PPKLP) serta Pusat Hidrografi dan Oseanografi (PUSHIDROS) TNI AL. Selain itu, turut juga dihadirkan akademisi dengan latar belakang keilmuan yang terkait. Beberapa temuan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, antara lain: 1) ketersediaan IGD LPI dan LLN pada skala menengah belum mencakup keseluruhan wilayah Indonesia; 2) peralatan survei bathimetri yang sangat terbatas; 3) terjadi perbedaan penggunaan acuan titik pasang surut (pada Peta LPI-LLN, Nautical Chart, dan RZWP3K); 4) ketersediaan tenaga ahli di bidang survei hidrografi yang sangat terbatas; serta 5) Peta Laut PUSHIDROS TNI AL yang telah tersedia dalam berbagai skala namun belum mengacu kepada IGD pada saat pembuatannya. Berdasarkan hasil diskusi dalam FGD, telah disampaikan bahwa PUSHIDROS AL memiliki 538 peta dengan berbagai ketelitian (harbour, approach, coastal, general, dan overview) akan tetapi dalam penyusunannya belum memperhatikan peta dasar. Permasalahan lain yang ditemui adalah terdapatnya perbedaan standar dalam penentuan garis pantai.

Page 40: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

32 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Belum Memadainya Penyediaan Informasi Geospasial Tematik (IGT) dan 3.3.2Integrasinya pada Informasi Geospasial Dasar (IGD)

FGD yang terkait dengan pembahasan IGT melibatkan beberapa pihak seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), khususnya Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) serta Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA). Selain itu, turut dilibatkan sebagai narasumber adalah Asisten Deputi Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi, Kemenko bidang Perekonomian yang turut berperan dalam menangani kegiatan Percepatan Kebijakan Satu Peta (PKSP). Beberapa temuan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, antara lain: 1) banyaknya peta tematik yang dibuat oleh K/L belum mengacu kepada peta dasar; 2) belum maksimalnya proses pengintegrasian peta tematik kepada peta dasar; 3) belum terdapat klasifikasi terkait status dalam mengakses data IGT; 4) adanya proses pembetulan IGD berdasarkan hasil telaah terhadap IGT; dan 5) percepatan rekomendasi tata ruang.

Belum Memadainya Kapasitas Kelembagaan dan Keterbatasan SDM Bidang 3.3.3Informasi Geospasial di Tingkat Pusat Maupun Daerah

Kelembagaan dan SDM merupakan salah satu unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan dan penyediaan informasi geospasial. FGD yang dilakukan terkait dengan sektor kelembagaan dan SDM bidang informasi geospasial melibatkan narasumber dari Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial. Kelembagaan bidang informasi geospasial terutama sangat berkaitan dengan pelaksanaan simpul Jaringan Informasi Geospasial Nasional di mana integrasi berbagai data antara stakeholder melalui suatu sistem terstandar perlu diwujudkan sebagai perpanjangan dari Kebijakan Satu Peta. Temuan yang didapatkan dari kegiatan FGD ini di antaranya adalah belum jelasnya status kelembagaan UPT bidang informasi geospasial di daerah. Dengan belum jelasnya status kelembagaan informasi geospasial di daerah, maka penyelenggaraan informasi geospasial secara nasional masih akan terhambat.

Sementara itu, penyelenggaraan informasi geospasial juga masih terkendala oleh hambatan-hambatan dari aspek SDM. Berdasarkan hasil FGD, ditemukan beberapa isu SDM informasi geospasial, yaitu: (i) jumlah SDM informasi geospasial baik di pusat maupun di daerah masih sedikit kuantitas dan kualitasnya, (ii) sebaran SDM informasi geospasial mayoritas masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, (iii) sebaran SDM informasi geospasial mayoritas masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, (iv) masih terdapat jenis kompetensi informasi geospasial yang belum terdefinisikan dalam SKKNI dan KKNI, serta (v) profesional informasi geospasial masih berkutat sekitar pengumpulan, pemrosesan, dan pengelolaan informasi geospasial sehingga belum menyentuh pemaknaan dan pemanfaatan informasi geospasial (hilir).

Permasalahan SDM bidang informasi geospasial dapat terjadi karena secara umum kegiatan penyelenggaran informasi geospasial di Indonesia masih sangat bertumpu pada sektor hulu (pemerintah) sehingga pertumbuhan industri informasi geospasial pada sektor hilir (swasta) masih belum maksimal. Penyerapan tenaga informasi geospasial masih sangat terbatas pada sektor-sektor industri tertentu saja. Hal ini berimplikasi pada rendahnya penyerapan tenaga

Page 41: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 33 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

informasi geospasial karena masih terbatasnya penyediaan tenaga kerja bidang informasi geospasial pada sektor pemerintahan.

Rendahnya penyerapan tenaga informasi geospasial pada sektor hilir di Indonesia juga secara umum tidak terlepas karena masih rendahnya pemahaman akan pentingnya pemanfaatan informasi geospasial dalam kegiatan industri, terutama di tingkat daerah. Edukasi mengenai pentingnya pemahaman informasi geospasial dapat terjadi karena masih belum kuatnya regulasi penyelenggaran informasi geospasial di tingkat daerah serta masih timpangnya kualitas dan kuantitas SDM informasi geospasial di pusat dan daerah.

Belum Memadainya Fungsi Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) sebagai 3.3.4Instrumen Berbagai Data dan Informasi Geospasial

Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) merupakan instrumen/simpul berbagi data dan informasi geospasial antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. Keberadaan JIGN sendiri merupakan hal yang vital karena terkait dengan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta di mana JIGN berfungsi sebagai sistem yang mendukung terselenggaranya program tersebut. Namun demikian, pelaksanaan dari sistem JIGN sendiri masih belum terselenggara secara optimal, terutama di tingkat pemerintah daerah.

Hasil kegiatan FGD menunjukkan bahwa penyelenggaraan JIGN, baik di tingkat pusat maupun daerah, sangat bergantung dari 5 pilar, yaitu (i) hukum dan kebijakan, (ii) kelembagaan, (iii) sumber daya manusia, (iv) teknologi, dan (v) standar. Kondisi dari kelima pilar tersebut akan sangat mempengaruhi penyelenggaraan JIGN. Karakteristik tiap wilayah umumnya akan menentukan pilar mana yang paling menentukan dan akan menjadi pemicu penyelenggaraan JIGN di wilayah yang bersangkutan. Beberapa wilayah sangat bergantung pada pilar hukum dan kebijakan yang akan menjadi stimulus bagi penyelenggaraan JIGN. Wilayah lainnya sangat bergantung pada kapasitas SDM sebagai penunjang dasar penyelenggaraan JIGN.

Sampai saat ini, tercatat sudah ada 57 kementerian dan lembaga (K/L) yang sudah mempunyai kegiatan penyusunan informasi geospasial dengan rincian 35 K/L belum memiliki simpul jaringan, 18 K/L sudah memiliki simpul jaringan tetapi belum optimal, dan 4 K/L sudah memiliki simpul jaringan yang operasional. Di tingkat pemerintah provinsi, 34 provinsi sudah memiliki simpul jaringan di mana 16 provinsi sudah memiliki server mandiri dan 18 masih bergantung pada cloud BIG.

Page 42: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 43: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 35 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

BAB 4

ANALISIS PERMASALAHAN DAN PERUMUSAN LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

Analisis Permasalahan Bidang Informasi Geospasial 4.1

Kegiatan tinjauan pustaka, midterm review dan FGD telah menghasilkan empat (4) temuan awal isu strategis di bidang informasi geospasial (IG). Keempat temuan awal isu strategis tersebut, yaitu: (i) belum mencukupinya data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan skala yang mencakup seluruh wilayah Indonesia; (ii) belum memadainya proses integrasi informasi geospasial tematik (IGT) dengan informasi geospasial dasar (IGD) dan penyediaannya; (iii) belum memadainya kapasitas kelembagaan dan keterbatasan SDM bidang informasi geospasial di tingkat pusat maupun daerah; dan (iv) pemanfaatan yang belum optimal pada Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) untuk berbagi data. Temuan awal isu strategis tersebut dianalisis lebih lanjut menggunakan matriks permasalahan dan pohon permasalahan (problem tree). Jenis-jenis permasalahan yang ditemukan pada matriks permasalahan distrukturkan berdasarkan tingkatan atau ordenya dengan memperhatikan hubungan sebab-akibat. Problem tree merupakan hasil dari strukturisasi permasalahan tersebut. Berikut adalah deskripsi hasil analisis permasalahan menggunakan matriks permasalahan dan problem tree.

1. Permasalahan orde ke-1 Permasalahan orde pertama yang telah dirumuskan adalah: (i) informasi geospasial belum diselenggarakan secara akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional; (ii) belum termanifestasinya kedaulatan wilayah NKRI.

2. Permasalahan orde ke-2 Permasalahan orde ke-2 merupakan turunan dari orde pertama. Setiap permasalahan orde pertama tersebut mempunyai turunan kelompok permasalahan yang berbeda. Berikut adalah permasalahan pada orde ke-2. a. Permasalahan orde ke-1: informasi geospasial belum diselenggarakan secara akurat

dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional, memiliki empat (4) turunan, yaitu: i. Akuisi data geospasial belum dilakukan secara berkala dan belum mencakup

seluruh wilayah Indonesia terutama pada skala besar. ii. Pengolahan data dan informasi geospasial belum dilakukan secara berkala

terutama pada peta dasar skala besar dan menengah.

Page 44: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

36 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

iii. Penyebarluasan data dan informasi geospasial masih terkendala terutama dalam kemudahan akses data dan informasi geospasial bagi seluruh pemangku kepentingan.

iv. Kebutuhan SDM di bidang informasi geospasial belum terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas.

b. Permasalahan orde ke-1: belum termanifestasinya kedaulatan wilayah NKRI, memiliki satu (1) turunan, yaitu: penetapan batas wilayah dengan kurva tertutup belum dilakukan secara menyeluruh.

Gambar 4.1 Pohon permasalahan (problem tree) bidang informasi geospasial (Sumber: pengolahan data, 2018).

Informasi Geospasial Belum Diselenggarakan Secara Akurat dan Mutakhir dalam 4.1.1Mendukung Pembangunan Nasional

Salah satu permasalahan utama bidang informasi geospasial yang teridentifikasi adalah belum terselenggaranya informasi geospasial yang akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional. Penyelenggaraan informasi geospasial yang dimaksud dalam hal ini

Permasalahan bidang Informasi Geospasial

1. Informasi geospasial belum diselenggarakan secara akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional

2. Belum termanifestasinya kedaulatan wilayah NKRI

1.1 Akuisi data geospasial belum dilakukan secara berkala dan belum mencakup seluruh wilayah Indonesia terutama pada skala besar

1.2 Pengolahan data dan informasi geospasial belum dilakukan secara berkala terutama pada peta dasar skala besar dan menengah

1.3 Penyebarluasan data dan informasi geospasial masih terkendala terutama dalam kemudahan akses data dan informasi geospasial bagi seluruh pemangku kepentingan

1.4 Kebutuhan SDM di bidang informasi geospasial belum terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas

2.1 Penetapan batas wilayah dengan kurva tertutup belum dilakukan secara menyeluruh

Page 45: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 37 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

mencakup proses pengumpulan data, pengolahan data hingga diseminasi informasi, serta SDM yang terlibat dalam proses-proses tersebut. Berdasarkan hasil perumusan, kondisi tersebut dapat disebabkan oleh empat (4) faktor, yaitu: (i) akuisi data geospasial belum dilakukan secara berkala dan belum mencakup seluruh wilayah Indonesia terutama pada skala besar; (ii) pengolahan data dan informasi geospasial belum dilakukan secara berkala; (iii) penyebarluasan data dan informasi geospasial masih terkendala terutama dalam kemudahan akses data dan informasi geospasial bagi seluruh pemangku kepentingan; dan (iv) kebutuhan SDM di bidang informasi geospasial belum terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas.

A. Akuisi Data Geospasial Belum Dilakukan Secara Berkala Akuisi data merupakan tahap awal dari sebuah proses penyelenggaraan informasi

geospasial. Salah satu penyebab belum terselenggaranya informasi geospasial secara akurat dan mutakhir adalah terkait dengan proses akuisisi data geospasial yang belum dilakukan secara berkala. Terdapat empat (4) faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut, yaitu: (i) Keterbatasan penggunaan teknologi penginderaan jauh dalam pemenuhan data dan

informasi geospasial darat dan laut terutama pada untuk skala besar dan menengah. (ii) Jaring kontrol geodesi dan geomatika belum terdistribusi dan operasional secara

merata untuk seluruh wilayah Indonesia. (iii) Belum terlaksananya pemutakhiran data dan informasi geospasial secara menyeluruh

pada skala menengah.

1. Keterbatasan Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pemenuhan Data dan Informasi Geospasial Darat dan Laut Terutama untuk Skala Besar dan Menengah. Teknologi penginderaan jauh menghasilkan beberapa produk seperti citra satelit, foto udara, dan hasil perekaman suatu wilayah. Produk-produk tersebut digunakan sebagai data dasar dalam pembuatan peta dasar untuk wilayah darat dan laut. Untuk menghasilkan peta dasar skala besar dibutuhkan data penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang tinggi. Resolusi spasial tinggi dapat ditemukan pada data penginderaan jauh dengan ukuran piksel yang kecil. Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012, data citra satelit penginderaan jauh di Indonesia disediakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Data penginderaan jauh tersebut kemudian ditegakkan (dilakukan proses ortorektifikasi) oleh BIG. Saat ini, LAPAN telah menyediakan data citra satelit pada berbagai resolusi spasial mulai dari rendah, menengah, tinggi, hingga sangat tinggi (lihat Tabel 3.5 pada Bab 3). Permalasahan yang ditemui terkait dengan keterbatasan penggunaan teknologi penginderaan jauh adalah: (i) pemotretan data foto udara dan LiDAR skala besar dan menengah yang belum dilakukan secara berkala; (ii) penyediaan citra satelit resolusi sangat tinggi yang belum dilakukan secara berkala; (iii) survei hidrografi yang belum dilakukan secara berkala; (iv) belum tersusunya NSPK terkait

Page 46: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

38 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

pelaksanaan akuisisi data dasar, dan (v) belum teroptimalkannya kegiatan penelitian terkait akusisi data geospasial darat dan laut. Untuk penyediaan data dasar pada wilayah darat, produk penginderaan jauh yang digunakan adalah citra satelit dan foto udara. Produk citra satelit yang digunakan dalam pembuatan peta dasar skala menengah telah tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia (Gambar 4.2). Citra satelit yang digunakan adalah SPOT-6/7, yang akuisisinya dilakukan sejak Januari 2013 hingga Desember 2017 (PTDPJ-LAPAN, 2018). Selanjutnya, citra satelit resolusi sangat tinggi (CSRST) merupakan produk yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar skala besar. Beberapa produk CSRST yang diakuisisi oleh LAPAN antara lain: Pleiades-1A/1B, Geoeye-1, WorldView-2, WorldView-3, WorldView-4. Akan tetapi, cakupan produk CSRST tersebut belum memenuhi kebutuhan untuk seluruh wilayah Indonesia (Gambar 4.3-4.5). Sementara itu, saat ini belum diketahui cakupan data foto udara yang telah dimiliki.

Gambar 4.2 Mosaik data SPOT-6/7 untuk perekaman Januari 2013 hingga Desember

2017 (Sumber: PTDPJ-LAPAN, 2018).

Gambar 4.3 Cakupan ketersediaan CSRST 2015-2016 (Sumber: PTDPJ-LAPAN, 2018).

Page 47: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 39 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 4.4 Cakupan ketersediaan CSRST 2015-2017 (Sumber: PTDPJ-LAPAN, 2018).

Gambar 4.5 Rencana area of interest (AOI) untuk pengambilan data Pleiades 2018-2020

(Sumber: PTDPJ-LAPAN, 2018). Selain permasalahan cakupan luas wilayah data penginderaan jauh yang ada saat ini, terdapat permasalahan lain terkait dengan akurasi data-data tersebut yang belum memenuhi standar ketelitian dalam pembuatan peta dasar. Secara teoritis, peta dasar skala 1:5.000 dapat dihasilkan menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi (CSRST) salah satunya menggunakan citra Pleiades 1A dan 1B. Pengujian yang telah dilakukan oleh PPRT-BIG menunjukkan bahwa citra satelit tegak dengan resolusi spasial 50 cm hanya dapat digunakan untuk membuat peta rupabumi dengan skala terbesar mencapai 1:7.500 pada kondisi planimetris (tanpa dilengkapi dengan informasi ketinggian). Sehingga berdasarkan hasil uji akurasi tersebut, kedua citra penginderaan jauh masih belum dapat memenuhi standar ketelitian peta rupabumi skala besar (1:5.000). Standar ketelitian peta rupabumi dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Kelemahan lain dari menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi (CSRST) tersebut adalah pada sifat citra optis yang tidak dapat digunakan untuk membangun model elevasi sehingga tidak dapat menghasilkan fitur topografi/hipsografi yang perlu muncul dalam sebuah peta dasar.

Page 48: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

40 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Tabel 4.1 Ketelitian geometri Peta RBI.

Skala Peta

Interval Kontur

(m)

Ketelitian Peta RBI

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

Horizontal (CE90

dalam m)

Vertikal (LE90 dalam

m)

Horizontal (CE90

dalam m)

Vertikal (LE90 dalam

m)

Horizontal (CE90

dalam m)

Vertikal (LE90 dalam

m)

1:1.000 0,4 0,2 0,2 0,3 0,3 0,5 0,5

1:2.500 1 0,5 0,5 0,75 0,75 1,25 1,25

1:5.000 2 1 1 1,5 1,5 2,5 2,5

1:10.000 4 2 2 3 3 5 5

1:25.000 10 5 5 7,5 7,5 12,5 12,5

1:50.000 20 10 10 15 15 25 25

Sumber: Peraturan Kepala BIG No. 15 Tahun 2014 Untuk mengatasi kekurangan citra optis dalam pembuatan model elevasi, saat ini tersedia produk penginderaan jauh radar atau synthetic aperture radar (SAR). Teknologi SAR sudah banyak digunakan dalam pembuatan model permukaan tanah atau digital terrain model (DTM), dan LAPAN sudah melakukan akuisi data SAR terutama pada produk TerraSAR-X. Akan tetapi, kendala yang ditemui pada produk ini adalah cakupan luas wilayah perekaman yang masih terbatas (Gambar 4.6) serta belum tersedianya modul untuk pra-pengolahan (pre-processing) data SAR tersebut, sehingga produk ini belum dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar. Oleh karena itu, perlu dicari sebuah produk penginderaan jauh dengan spesifikasi yang sangat sesuai untuk pembuatan peta dasar wilayah darat skala besar.

Gambar 4.6 Ketersediaan data SAR 2017 (Sumber: PTDPJ-LAPAN, 2018).

Page 49: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 41 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Sementara itu pada wilayah perairan, data dasar yang digunakan dalam pembuatan peta dasar perairan (LPI dan LLN) skala besar dan menengah bersumber dari survei hidrografis di lapangan. Survei lapangan tersebut menggunakan alat multi-beam dan/atau single-beam echosounder yang juga termasuk dalam kategori sistem penginderaan jauh. Kondisi yang ditemukan berdasarkan hasil FGD adalah, terbatasnya peralatan baik peralatan echosunder maupun kapal (wahana) yang dapat digunakan untuk menghasilkan peta dasar perairan (LPI dan LLN). Selain itu, belum diketahui luas atau cakupan wilayah hasil perekaman data mengunakan echosunder tersebut. Di samping itu, proses bisnis pembuatan peta dasar (mulai dari akuisisi hingga pengolahan) harus ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian melalui studi-studi yang bersifat akademis. Studi akademis tersebut dilakukan agar proses akuisisi data dan informasi geospasial berjalan secara efektif (cepat dan akurat) serta efisien (murah). Studi akademis tersebut berbentuk kegiatan penelitian yang dapat menghasilkan metode, algoritma, atau prosedur baru yang lebih efektif dan efisien. Salah satu faktor yang menyebabkan akuisisi data dan informasi geospasial belum dilakukan secara berkala adalah hasil penelitian terkait akuisisi data geospasial yang belum termanfaatkan secara optimal. BIG sebagai badan pemerintahan terdepan yang menangani masalah data dan informasi geospasial memiliki Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama (PPPK) yang salah strateginya adalah menyelenggarakan penelitian yang fokus pada percepatan produksi informasi geospasial untuk berbagai tujuan seperti pemetaan batas wilayah darat dan laut serta penyebarluasan dan pemanfaatan informasi geospasial. Akan tetapi, produk hasil penelitian tersebut belum dapat digunakan untuk mendukung proses penyediaan informasi geospasial. Hingga saat ini belum diketahui seberapa banyak penelitian yang sudah dilakukan dan bagaimana hasil penelitian tersebut dimanfaatkan untuk menjawab permasalahan ketersediaan data spasial dalam bentuk peta dasar.

2. Jaring Kontrol Geodesi dan Geomatika Belum Terdistribusi dan Operasional Secara Merata untuk Seluruh Wilayah Indonesia. Jaring kontrol geodesi dan geomatika (JKGG) digunakan sebagai acuan atau referensi dalam pembuatan peta dasar. Kecukupan jumlah serta distribusinya yang merata dapat mempermudah proses georeferensi pada peta dan menjamin hasil georeferensi yang akurat. Saat ini, Indonesia menggunakan Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013) sebagai sistem referensinya. Terdapat tiga (3) layanan SRGI 2013, yaitu: a. SRGI horizontal berbentuk stasiun CORS (Continuous Reference System), pilar JKG

dan geodinamika yang digunakan sebagai acuan posisi horizontal. b. SRGI vertikal berbentuk geoid yang digunakan sebagai acuan tinggi.

Page 50: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

42 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

c. SRGI pasang surut berbentuk datum pasang surut dan model pasang surut yang digunakan untuk penentuan garis pantai dan batimetri.

BIG melalui pusat JKGG telah melakukan pembangunan jaring kontrol geodesi, akan tetapi jumlahnya belum mencukupi dan distribusinya masih secara dominan tersebar di Pulau Jawa. Jumlah SRGI berbentuk InaCORS hingga 2017 adalah 137 stasiun dan persebarannya secara dominan berada di Pulau Jawa (Gambar 4.7). Berdasarkan hasil evaluasi capaian RPJMN 2015-2019 bidang informasi geospasial, masih terdapat backlog sejumlah 27 stasiun dari target pada 2019 sebanyak 200 stasiun.

Gambar 4.7 Sebaran InaCORS BIG sampai dengan tahun 2017 (Sumber: JKGG-BIG, 2018).

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari kegiatan FGD, telah diketahui bahwa jumlah ideal stasiun referensi (Ina-CORS) untuk mendukung percepatan penyediaan peta dasar adalah 400 stasiun yang direncanakan akan selesai pada 2022 (JKGG-BIG, 2018). Selain itu, terdapat juga stasiun CORS lainnya yang dimiliki oleh LIPI (58 stasiun) dan ATR-BPN (182 stasiun). Salah satu langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk mencapai jumlah tersebut dalam waktu yang relatif lebih singkat adalah dengan mengintegrasikan (akuisisi) stasiun-stasiun tersebut agar dapat digunakan dalam proses georeferensi peta dasar. Untuk ketelitian posisi secara vertikal, Indonesia telah memiliki 44 titik jaring kontrol gaya berat utama (GBU) hasil pengukuran menggunakan Absolut Gravimeter A-10. Jaring kontrol GBU tersebut telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu juga terdapat model Geoid Indonesia pada ketelitian 15 cm. Untuk menghasilkan peta dasar

Page 51: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 43 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

skala besar dibutuhkan informasi ketinggian yang lebih teliti sehingga model geoid yang ada saat ini perlu ditingkatkan resolusi dan ketelitiannya. Untuk ketelitian posisi garis pantai sendiri, Indonesia telah memiliki 138 stasiun pasang surut. Akan tetapi, persebarannya masih mendominasi di bagian barat wilayah Indonesia (Gambar 4.8). Berdasarkan data yang dihimpun dari kegiatan FGD, diketahui bahwa terdapat sejumlah stasiun pasang surut yang dimiliki oleh BMKG (5 stasiun) dan Pushidros-AL (jumlahnya belum diketahui).

Gambar 4.8 Sebaran stasiun pasang surut permanen BIG sampai dengan tahun 2017 (Sumber: JKGG-BIG, 2018).

3. Belum Terlaksananya Pemutakhiran Data dan Informasi Geospasial Secara Menyeluruh

pada Skala Menengah. Salah satu faktor yang menyebabkan belum berkalanya akuisi data geospasial adalah kegiatan pemutakhiran data dan informasi geospasial yang juga belum terlaksana secara menyeluruh di wilayah Indonesia, khusus pada skala menengah. Beberapa peta dasar eksisting yang telah dimutakhirkan jumlahnya terbatas. Metode yang digunakan untuk melakukan pemutakhiran pada suatu jenis peta dasar adalah generalisasi dari peta dasar yang skalanya lebih besar, yang didapatkan dari sumber data yang lebih baru. Proses generalisasi dapat dilakukan secara otomatis. Proses pemutakhiran peta dasar yang dilakukan pada layer-layer peta tertentu saja, misalnya seperti tutupan lahan dan garis pantai yang perubahannya bersifat dinamis. Akan tetapi, hingga saat ini belum diketahui jumlah peta dasar yang sudah dimutakhirkan per kelas skala petanya.

Page 52: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

44 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Dari informasi yang berhasil dihimpun melalui kegiatan FGD, diketahui bahwa BIG telah melakukan generalisasi dan seamless pada 725 NLP peta dasar 1:50.000, tetapi belum diketahui lokasi-lokasi mana saja yang sudah dimutakhirkan dan target pemutakhiran yang ingin dicapai di masa depan. Beberapa permasalahan lain yang terkait dengan proses pemutakhiran peta dasar adalah adanya tumpang tindih pembagian tugas pemetaan batas wilayah dan garis pantai antar pusat di BIG, terhambatnya pemutakhiran pada skala besar karena tidak tersedianya data dasar, serta rencana pemutakhiran ke depan yang belum jelas karena tidak didukung dengan roadmap pemutakhiran.

B. Pengolahan Data Dan Informasi Geospasial Belum Dilakukan Secara Berkala Kurang optimalnya penyelenggaraan informasi geospasial bukan hanya terjadi di sektor

akuisisi data, akan tetapi juga terjadi di sektor pengolahan data. Salah satu penyebab belum terselenggaranya informasi geospasial secara akurat dan mutakhir juga terkait dengan pengolahan data dan informasi geospasial yang belum dilakukan secara berkala khususnya pada skala besar dan menengah. Beberapa faktor yang menyebabkan belum berkalanya pengolahan data dan informasi geospasial pada skala besar dan menengah teresebut adalah: (i) Ketersediaan data dan informasi geospasial darat dan laut siap pakai yang masih

terbatas. (ii) Ketersediaan informasi geospasial tematik terreferensi yang masih terbatas. (iii) Belum adanya mekanisme pendanaan produksi peta tematik terreferensi di luar APBN.

1. Ketersediaan Data dan Informasi Geospasial Darat dan Laut Siap Publikasi yang Masih

Terbatas Khususnya pada Skala Besar dan Menengah untuk Seluruh Wilayah Indonesia. Ketersediaan peta dasar di Indonesia masih sangat terbatas. Ketersediaan yang belum cukup tersebut terutama pada skala besar untuk peta dasar rupabumi (RBI) serta skala menegah untuk peta dasar lingkungan pantai (LPI) dan peta dasar lingkungan laut nasional (LLN). Berdasarkan data BIG, peta dasar skala besar dan menengah tersebut baru mencakup beberapa persen wilayah Indonesia (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Ketersediaan peta dasar skala besar dan menengah.

Jenis Peta Dasar Skala Peta Cakupan Nasional

(NLP)

Tersedia (NLP)

Belum Tersedia

(NLP)

Tersedia (%)

Belum Tersedia

(%)

RBI

1:1.000 - - - - -

1:5.000** 379.012 4.110 377.433 1,2 98,90

1:10.000*** 91.547 1.074 90.473 1,17 98,83

LPI 1:10.000* 300a 20 280 6,67 93,33

1:25.000* 2536a 152 2384 5,99 94,01

Page 53: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 45 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

1:50.000* 1050a 554 496 52,76 47,24

LLN 1:50.000* 248a 15 233 6,05 93,95

* Data per 2018; ** Data per 2017; *** Data per 2016; a Jumlah Total Rencana Sumber: Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim-BIG (PPRT-BIG), 2018; Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai-BIG (PKLP-BIG), 2018

Ketersediaan peta dasar pada berbagai tingkatan skala mutlak diperlukan karena peta dasar akan menjadi acuan utama dalam pembuatan informasi geospasial lainnya. Salah satu contoh dampak tidak tersedianya peta dasar adalah terhambatnya proses pembuatan rencana detail tata ruang (RDTR). Dengan terhambatnya proses pembuatan RDTR, maka daerah tersebut terkena skema disinsentif yang berdampak pada pengurangan besaran dana alokasi dari pemerintah pusat kepada daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu dirumuskan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ketersediaan peta dasar siap publikasi tersebut.

2. Ketersediaan Informasi Geospasial Tematik Terreferensi yang Masih Terbatas. Salah satu penyebab pengolahan data dan informasi geospasial secara umum yang belum berkala adalah terbatasnya informasi geopasial tematik terreferensi. Sebagaimana diketahui, UU IG No. 4 tahun 2011 menyebutkan bahwa informasi geospasial tematik (IGT) harus mengacu kepada informasi geospasial dasar (IGD). Hal ini diperkuat dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (KSP) pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000, yang mengatur tentang proses kompilasi, integrasi, dan sinkronisasi IGT. Semua bertujuan agar peta-peta tersebut memiliki satu standar dan referensi yang sama untuk menghindari konflik tumpang tindih pemanfaatan ruang. Penyediaan IGT terreferensi melalui implementasi KSP masih belum maksimal. KSP yang dirilis pada Desember 2018, baru diterapkan pada tingkat ketelitian menengah (1:50.000), serta baru mencakup sebagaian kecil dari wilayah NKRI. Beberapa permasalahan lanjutan yang menyebabkan keterbatasan informasi geospasial tematik terreferensi adalah: (i) belum terdapat prioritas supervisi dan konsultasi oleh BIG dalam penyusunan peta tematik; (ii) belum terdapat NSPK dalam mekanisme penyusunan peta tematik terreferensi; (iii) belum terdapat NSPK dalam mekanismen pemutakhiran peta tematik; dan (iv) belum dirumuskannya regulasi terkait mekanisme alternatif pendanaan di luar APBN untuk penyediaan peta tematik.

3. Belum Adanya Mekanisme Pendanaan Produksi Peta Tematik di luar APBN Proses bisnis pembuatan peta tematik merupakan proses yang membutuhkan banyak dukungan pendanaan karena luasnya tematik peta yang perlu diproduksi, skala informasi yang perlu semakin detail, serta luasnya skala cakupan wilayah/area peta

Page 54: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

46 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

tematik yang perlu produksi. Hal ini menyebabkan proses produksi peta tematik cukup mengalami hambatan yang besar. Tetapi di saat yang sama, produksi peta tematik, yang melibatkan banyak kepentingan stakeholder, memiliki keuntungan tersendiri karena memungkinkan adanya kegiatan kerja sama pendanaan untuk produksi petanya. Berbagai mekanisme pendanaan di luar APBN untuk kegiatan produksi peta tematik perlu disusun demi tercapainya peningkatan kapasitas produksi dari peta tematik ini. Mekanisme ini misalnya dapat disusun dengan melibatkan sektor swasta maupun lembaga donor internasional melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta dalam menentukan proyek yang layak untuk dikembangkan. Mekanisme pendanaan melalui KPBU sendiri merupakan salah satu solusi bagi pemerintah di tengah keterbatasan dana dan sumber daya untuk memproduksi peta tematik. Skema KPBU dapat menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam penyediaan infrastruktur kegiatan produksi peta tematik. Namun skema KPBU untuk kegiatan produksi peta tematik masih terkendala karena kegiatan produksi peta tematik masih belum termasuk dalam nomenklatur jenis kegiatan yang dapat di-KPBU-kan.

C. Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial Masih Terkendala Terutama dalam Kemudahan Akses Data dan Informasi Geospasial bagi Seluruh Pemangku Kepentingan Kurang optimalnya penyelenggaraan informasi geospasial juga terjadi di sektor

penyebarluasan data dan informasi geospasial. Dalam mendukung proses penyebarluasan data dan informasi geospasial, saat ini telah dikembangkan sebuah sistem jaringan informasi geospasial nasional (JIGN). Beberapa faktor yang menyebabkan terkendalanya penyebarluasan data dan informasi geopasial terutama dalam kemudahan akses bagi seluruh pemangku kepentingan adalah: (i) Belum tersusunnya peraturan perundangan dan NSPK terkait pelaksanaan JIGN yang

menyeluruh. (ii) Belum berkembangnya teknologi management storage dan geoportal untuk

operasionalisasi simpul jaringan, terutama di tingkat pusat. (iii) Belum tersusunnya data dan informasi geospasial berbasis KUGI secara menyeluruh. (iv) Belum termanfaatkannya penelitian terkait pengembangan operasionalisasi JIGN (v) Belum kuatnya kelembagaan informasi geospasial, terutama di daerah.

Penyelenggaraan sistem JIGN sendiri telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2014 tentang JIGN. Menurut Perpres tersebut JIGN berfungsi sebagai sarana berbagi pakai dan penyebarluasan informasi geospasial baik tingkat pusat maupun daerah. JIGN tersusun atas lima (5) pilar utama, yaitu: hukum dan kebijakan, pengaturan kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), teknologi, dan standar.

Page 55: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 47 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Terkait dengan hukum dan kebijakan, berdasarkan hasil rapat koordinasi jaringan informasi geospasial nasional (JIGN) periode Maret hingga Mei 2018, baru tercatat sebanyak 16 provinsi yang sudah memiliki dasar hukum/pengelolaan informasi geospasial (PSKIG-BIG, 2018). Sedangkan sisanya masih belum memiliki dasar hukum/pengelolaan informasi geospasial karena belum diketahui organisasi perangkat daerah (OPD) atau unit pelaksana yang dapat bertanggung jawab dalam penyelenggaraan IG di daerah.

Dari aspek infrastruktur geoportal, seluruh provinsi di Indonesia telah memiliki alamat geoportal baik yang bersifat mandiri (16 server), maupun terkoneksi dengan cloud portal BIG (18 server). Di tingkat pusat, terdapat 57 kementrian/lembaga yang mempunyai kegiatan penyusunan IG. Dari jumlah tersebut, terdapat empat kementrian/lembaga yang sudah mengoperasionalkan simpul jaringan, 18 kementrian/lembaga yang belum optimal dalam menjalankan simpul jaringan, serta 35 kementrian/lembaga yang belum menjadi simpul jaringan. Koordinasi kelembagaan baik di tingkat pusat maupun daerah perlu ditingkatkan agar penyebarluasan dan berbagi pakai IG dapat terselenggara dengan baik untuk menunjang kelancaran proses pembangunan.

Terkait dengan aspek data dan standar, sebuah basis data spasial perlu memiliki standar yang sama sebelum dapat disebarluaskan melalui sistem JIGN. Standar tersebut terkait dengan format data spasial, format metadata, serta keteraturan atribut/informasi tabular yang ada di dalam data spasial tersebut. Untuk metadata, standar yang digunakan adalah ISO 19115. Sementara itu untuk format data atribut, standar yang digunakan adalah buku Katalog Unsur Geografi Indonesia (KUGI) versi ke-5. Permasalahan yang ditemui adalah masih kurangnya sosialisasi mengenai standar tersebut sehingga implementasi standar kurang dipahami dan belum dilaksanakan secara maksimal khususnya di tingkat daerah. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui FGD di tingkat daerah, diketahui bahwa masih banyak daerah yang belum mengetahui versi KUGI yang terbaru sehingga saat ini sosialisasi standar di tingkat daerah menjadi elemen yang penting.

Salah satu penyebab pelaksanaan pengolahan data dan informasi geospasial belum berkala adalah belum termanfaatkannya hasil penelitian terkait pengembangan JIGN. Seperti yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya, proses bisnis pembuatan peta dasar hingga diseminasi (penyebarluasan) informasi harus ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian melalui studi-studi yang bersifat akademis. Studi akademis tersebut berbentuk kegiatan penelitian yang dapat menghasilkan metode, algoritma, atau prosedur baru yang lebih efektif dan efisien dalam mengembangkan JIGN. Hingga saat ini belum diketahui seberapa banyak penelitian tersebut sudah dilakukan dan dipublikasikan, serta bagaimana hasil penelitian tersebut dimanfaatkan untuk menjawab permasalahan pengembangan sistem JIGN.

Dari aspek kelembagaan, permasalahan lebih banyak ditemukan di tingkat daerah. Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui kegiatan FGD, diketahui bahwa baru terdapat

Page 56: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

48 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

16 provinsi yang sudah memiliki simpul jaringan. Dari jumlah tersebut, 7 provinsi menempatkan Bappeda sebagai koordinator pelaksana simpul jaringan daerah, 7 provinsi memiliki unit pelaksana teknis badan (UPTB) sebagai koordinator simpul jaringan daerah, dan 2 provinsi memiliki tim adhoc yang diketuai oleh Sekda, Kepala Bappeda, atau Diskominfo sebagai koordinator simpul jaringan daerah (PSKIG-BIG, 2018). Berdasarkan hasil kunjungan daerah (terutama pada provinsi yang belum memiliki koordinator simpul jaringan) diketahui bahwa pemerintah daerah masih belum memahami dan belum mengetahui format kelembagaan yang dapat menangani penyelenggaraan informasi geospasial yang berperan serta sebagai koordinator simpul jaringan di daerah. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan diskusi dengan Ditjen Otonomi Daerah Kemendagri dan Direktorat Otonomi Daerah Bappenas untuk merumuskan bentuk kelembagaan yang tepat untuk menyelenggarakan informasi geospasial di daerah.

D. Kebutuhan SDM di Bidang Informasi Geospasial Belum Terpenuhi Baik Secara Kualitas

Maupun Kuantitas Kurang optimalnya penyelenggaraan informasi geospasial juga disebabkan karena

ketersediaan SDM di bidang informasi geospasial masih belum terpenuhi baik secara kuantitas maupu kualitas. Ketersediaan SDM yang memadai akan sangat mendukung penyelenggaraan informasi geospasial baik di sektor produksi, pengolahan, maupun penyebarluasan. Beberapa faktor yang menyebabkan belum terpenuhinya kebutuhan SDM di bidang informasi geospasial tersebut adalah: (i) Belum terpenuhinya kebutuhan jumlah SDM informasi geospasial di tingkat pusat dan

daerah. (ii) Belum terselenggaranya kegiatan pembinaan berkelanjutan SDM bidang informasi

geospasial.

1. Belum Terpenuhinya Kebutuhan Jumlah SDM Informasi Geospasial di Tingkat Pusat dan Daerah. BIG melalui pusat standarisasi dan kelembagaan informasi geospasial (PSKIG), telah merilis data kondisi SDM di bidang informasi geospasial tahun 2015 (Tabel 4.3). Data kuantitas tersebut didapatkan melalui survei sekunder dengan mengambil sampel pada beberapa kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, asosiasi industri, NGO, perguruan tinggi, dan sekolah menengah kejuruan. Berdasarkan data tersebut, dilakukan analisis untuk menghitung proyeksi kebutuhan dan estimasi waktu pemenuhan kebutuhan SDM bidang informasi geospasial tersebut (Tabel 4.4). Analisis dilakukan dengan memperhatikan beberapa asumsi seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi domestik, kondisi regional (MEA, ACFTA, dan APEC), revolusi industri, serta konsumsi teknologi dari luar. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa masih terdapat gap jumlah SDM yang cukup besar sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Page 57: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 49 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Tabel 4.3 Kondisi SDM di bidang informasi geospasial tahun 2015.

No. Instansi Tingkat Pendidikan

SMK Diploma Sarjana Pasca-sarjana 1. Instansi Pusat (K/L) 1.872 - 1.144 67 2. Pemda Kabupaten/Kota 79 237 948 316 3. BUMN 60 - 319 20 4. Industri Pertambangan 17 11 84 0 5. Industri Perkebunan & Kehutanan 26 5 71 0 6. Industri Properti 21 14 106 0 7. Industri IG 1.712 86 999 57 8. Konsultan Daerah Terkait IG 22 15 175 7 9. NGO 9 14 56 14

Total 3.817 382 3.903 481 Sumber: PSKIG-BIG, 2018

Tabel 4.4 Proyeksi kebutuhan dan rencana pemenuhan SDM bidang informasi geospasial.

Tahun Proyeksi Kebutuhan

SDM IG Tersedia

Gap SDM IG

Pemenuhan SDM IG

Rencana Pemenuhan

2015 31.500 8.584 22.917 22.917 2016 31.469 11.084 22.885 2.500 20.385 2017 31.437 13.584 20.354 2.500 17.854 2018 31.406 16.084 17.822 2.500 15.322 2019 31.374 18.584 15.291 2.500 12.791 2020 31.343 21.084 12.759 2.500 10.259 2021 31.311 23.584 10.228 2.500 7.728 2022 31.280 26.084 7.697 2.500 5.197 2023 31.249 28.584 5.165 2.500 2.665 2024 31.218 31.084 2.634 2.500 134

Sumber: PSKIG-BIG, 2018 Terkait dengan kualitas SDM di bidang informasi geospasial, parameter yang digunakan adalah jumlah SDM yang telah melalui proses uji sertifikasi profesi. Bidang profesi yang termasuk dalam bidang informasi geospasial adalah survei terestris, hidrografi, fotogrametri, penginderaan jauh, sistem informasi geografis (SIG), kartografi, dan survei kewilayahan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 331 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sub Kelompok Informasi Geospasial. Berdasarkan data yang dirilis oleh PSKIG-BIG pada tahun 2018 terdapat SDM informasi geospasial kompeten sebanyak 1.280 orang dari 2.360 asesi (Gambar 4.8).

Page 58: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

50 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 4.8 Kondisi SDM IG kompeten tahun 2018 (Sumber: PSKIG-BIG, 2018).

Berdasarkan hasil kegiatan FGD, didapati temuan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pemenuhan jumlah SDM informasi geospasial adalah melalui penyusunan jenjang karir jabatan fungsional bidang informasi geospasial. Sampai saat ini, jabatang fungsional bidang informasi geospasial masih terbatas dan hanya terdapat pada instansi pemerintah tertentu saja. Pemenuhan SDM bidang informasi geospasial di daerah masih sangat sulit terpenuhi karena belum adanya jabatan fungsional bidang informasi geospasial. Oleh karena itu, penyusunan jenjang karir jabatan fungsional bidang informasi geospasial diharapkan mampu menjadi pemicu dan solusi untuk pemenuhan tenaga SDM bidang informasi geospasial.

2. Belum Terselenggaranya Pembinaan Berkelanjutan Bidang Informasi Geospasial. Belum terpenuhinya kebutuhan SDM informasi geospasial nasional secara kualitas dan kuantitas juga disebabkan oleh belum terselenggaranya pembinaan SDM informasi geospasial. Pembinaan SDM informasi geospasial tersebut merupakan usaha peningkatan kapasitas SDM di bidang informasi geospasial melalui bimbingan teknis, pelatihan, kursus, atau tugas belajar. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut adalah: (i) belum tersedianya roadmap pembinaan dan sosialisasinya; (ii) belum tersedianya penyusunan NSPK pembinaan SDM informasi geospasial; (iii) terbatasnya pelaksanaan kegiatan pembinaan SDM informasi geospasial; dan (iv) belum tersusunnya kompetensi perguruan tinggi bidang informasi geospasial yang sesuai dengan SKKNI dan KKNI. Standar kompetensi bidang informasi geospasial telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 331 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sub Kelompok Informasi Geospasial. SKKNI adalah sebuah pedoman standar kemampuan kerja di bidang informasi geospasial yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk dapat melaksanakan penyelenggaraan informasi geospasial sesuai dengan standar yang ditetapkan. SKKNI digunakan sebagai dasar dan acuan dalam manajemen dan pengembangan SDM IG berbasis kompetensi. Dengan SKKNI, seseorang dapat mengukur

6.2% 3.0%

7.0%

57.6%

6.4%

19.9% Fotogrametri

Hidrografi

Pengindraan Jauh

Sistem Informasi Geografi

Survei Kewilayahan

Survei Teristris

Page 59: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 51 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

kemampuan dirinya serta menempatkan dirinya pada posisi atau bidang pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi yang sudah dimiliki. Untuk membantu seseorang dalam mencapai atau memenuhi kompetensi dirinya agar sesuai dengan standar, maka SKKNI perlu diimplementasikan dalam kurikulum di institusi pendidikan. Unit-unit kompetensi yang diatur dalam SKKNI bidang informasi geospasial perlu diimplementasikan dalam silabus atau materi pengajaran dalam sebuah institusi pendidikan, khususnya yang memiliki program studi atau kompetensi di bidang informasi geospasial. Dengan mengikuti silabus atau materi pengajaran yang berbasis SKKNI bidang informasi geospasial, diharapkan setelah menyelesaikan studi seseorang dapat melamar pekerjaan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Akan tetapi hal ini belum sepenuhnya diterapkan. Terbukti dari hasil ujian kompetensi yang diikuti, SDM yang lulus dan berkompeten hanya beberapa persen dari total peserta ujian. Berdasarkan hasil FGD dengan akademisi perguruan tinggi, diketahui bahwa terdapat persyaratan dalam elemen kompetensi yang materinya belum pernah diberikan di dalam kelas perkuliahan.

Belum Termanifestasikannya Kedaulatan Wilayah NKRI 4.1.2Permasalahan utama lainnya di bidang informasi geospasial yang teridentifikasi adalah belum termanifestasikannya kedaulatan wilayah NKRI. Kedaulatan wilayah yang dimaksud adalah batas wilayah negara dan batas wilayah administrasi yang masih belum terpetakan dalam kurva tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat segmen-segmen batas wilayah yang pemetaan dan penetapannya masih belum jelas sehingga berpotensi menjadi konflik dan menghambat pembangunan di wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perumusan, faktor utama yang menyebabkan kondisi tersebut adalah penetapan batas wilayah dengan kurva tertutup belum dilakukan secara menyeluruh.

A. Penetapan Batas Wilayah dengan Kurva Tertutup Belum Dilakukan Secara Menyeluruh. Salah satu penyebab belum termanifestasikannya kedaulatan wilayah NKRI adalah

penetapan batas wilayah secara kurva tertutup, baik batas wilayah negara maupun bata wilayah administrasi, belum dilakukan secara menyeluruh. Kebijakan kurva tertutup sendiri memiliki pengertian ke luar dan ke dalam. Berdasarkan pengertian ke luar, kebijakan kurva tertutup menyatakan sikap bahwa pihak Indonesia telah melakukan klaim sepihak (unilateral) yang nantinya dapat memperkuat posisi negara pada saat melakukan negosiasi batas negara. Sementara itu, pengertian ke dalam menyatakan bahwa kebijakan kurva tertutup akan memastikan bahwa tiap wilayah adminsitrasi di Indonesia akan memiliki batas wilayah yang penetapannya sudah jelas sehingga terhindar dari konflik antarwilayah. Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut, yaitu: (i) Belum terpetakannya batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan

desa/kelurahan secara kartometrik.

Page 60: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

52 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

(ii) Belum terselesaikannya perundingan penetapan beberapa batas negara darat dan laut. (iii) Belum ditetapkannya tanda batas dan dokumen kesepakatan batas negara darat dan

laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan.

1. Belum Terpetakannya Batas Negara Darat dan Laut, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan Secara Kartometrik. Salah satu penyebab belum terselesesaikannya penetapan batas wilayah secara kurva tertutup adalah masih belum selesainya proses pemetaan batas negara darat dan lautn serta batas wilayah adminsitasi provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan secara kartometrik. Penetapan batas wilayah secara kartometrik merupakan proses awal sebelum suatu batas wilayah ditetapkan secara definitif melalui peraturan Kemendagri. Akan tetapi, hingga saat ini masih terdapat batas wilayah negara yang belum disepakati serta batas wilayah administrasi yang belum terpetakan. Terkait dengan penetapan batas negara, tim perundingan batas telah melakukan kebijakan kurva tertutup. Akan tetapi, masih terdapat batas negara khususnya di darat, yang belum disepakati, yaitu 9 segmen batas dengan Malaysia dan 2 segmen batas dengan Timor Leste. Proses perundingan masih terus dilakukan sejalan dengan kegiatan pemetaan bersama serta pengukuran ulang dan perapatan patok batas. Kendala yang ditemui pada kegiatan ini adalah metode pengukuran patok-patok lama yang berbeda-beda. Terkait dengan penetapan batas wilayah, saat ini terdapat total 83.436 jumlah batas desa yang perlu dipetakan. Target pemetaan batas yang ingin dicapai tahun ini adalah 31.147 segmen batas, sehingga total batas yang sudah dipetakan mencapai 43.306 segmen batas (PPBW-BIG, 2018).

2. Belum Terselesaikannya Perundingan Penetapan Beberapa Batas Negara Darat dan Laut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa segmen batas negara belum disepakati seperti 9 segmen batas dengan Malaysia dan 2 segmen batas dengan Timor Leste terutama di wilayah darat. Batas negara yang belum selesai dirundingkan tersebut menyebabkan penetapan batas wilayah secara kurva tertutup belum sepenuhnya diterapkan. Untuk wilayah laut, penetapan batas menggunakan titik dasar yang dipasang di pulau terluar. Kebijakan kurva tertutup sudah diterapkan hingga level garis zona ekonomi eksklusif (ZEE). Untuk penentuan batas maritim, prosesnya lebih lama karena terdapat 3 batas yang perlu disepakati, yaitu: batas teritorial (12 mil), ZEE (200 mil), dan landas kontinen (200 mil).

3. Belum Ditetapkannya Tanda Batas dan Dokumen Kesepakatan Batas Negara Darat dan Laut, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, verifikasi batas negara dilakukan dengan proses perundingan. Beberapa segmen batas negara belum diverifikasi karena belum

Page 61: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 53 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

terdapat kesepakatan penentuan lokasi batas pada segmen-segmen tersebut. Untuk penentuan batas maritim, prosesnya lebih lama karena terdapat tiga batas yang perlu disepakati. Untuk mempercepat proses verifikasi, tim perundingan batas harus lebih intensif dalam berkoordinasi secara internal serta lebih intensif dalam proses perundingan. Kebijakan kurva tertutup perlu diterapkan untuk melakukan klaim lebih awal terhadap batas-batas negara tersebut. Untuk batas wilayah, proses verifikasi dilakukan dalam beberapa tahap. Peta batas indikatif dihasilkan oleh pusat pemetaan batas wilayah (PPBW-BIG). Peta indikatif dapat dihasilkan melalui proses partisipatif pada wilayah desa. Peta indikatif yang disepakati maupun tidak disepakati diteruskan kepada Kemendagri untuk diputuskan batasnya secara definitif. Hasil definitif tersebut dipetakan kembali oleh PPBW dan dibuatkan Permendagri untuk mensahkan batas wilayah administrasi tersebut.

Page 62: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

54 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Perumusan Sasaran Program Bidang Informasi Geospasial 4.2

Setelah dilakukan analisis permasalahan menggunakan pohon masalah (problem tree) dan matriks permasalahan, maka selanjutnya perlu dirumuskan sasaran program bidang informasi geospasial sebagai solusi penyelesaian permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam merumuskan sasaran program bidang informasi geospasial adalah analisis kerangka logis atau logical framework analysis (LFA). LFA merupakan metode yang biasanya dipakai dalam manajemen proyek dan perencanaan strategis yang efektif digunakan pada berbagai aplikasi (Dey et al., 2006)5. LFA merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang melibatkan atau memperhatikan pandangan dari seluruh stakeholder. LFA dapat merangkum beberapa hal, seperti capaian dari sebuah projek, aktivitas yang akan dilaksanakan untuk mencapai output dan tujuan proyek, kebutuhan sumber daya, hambatan yang akan ditemukan, serta pengukuran dan verifikasi pencapaian atau keberhasilan dari proyek tersebut.

Tahapan LFA yang dibuat dimulai dari analisis situasi mencakup analisis stakeholder, analisis masalah dan analisis tujuan. Pada pembuatan LFA bidang IG, analisis stakeholder dilakukan dalam bentuk FGD baik di tingkat pusat maupun daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menghimpun aspirasi dari berbagai pihak terkait isu dan permasalahan di bidang IG.

Isu strategi awal dan permasalahan yang ditemukan akan disusun berdasarkan ordenya pada tahap analisis masalah. Hasil pengkelasan masalah tersebut terlihat dalam bentuk pohon masalah (problem tree). Problem tree telah dijabarkan pada subbab sebelumnya.

Hasil dari analisis permasalahan akan dijadikan dasar dalam pembuatan analisis strategi. Secara sederhana, analisis strategi merupakan sebuah kondisi positif dari permasalahan yang ada. Tahap akhir LFA adalah pembuatan matriks perencanaan program atau matriks logframe yang di dalamnya menjelaskan indikator dan cara verifikasinya. Secara garis besar, konsep dari sebuah logframe dijelaskan pada Gambar 4.9 di bawah ini.

5 Dey, P. K., Hariharan, S., & Brookes, N. (2006). Managing healthcare quality using logical framework analysis. Managing Service Quality: An International Journal, 16(2), 203-222.

Page 63: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 55 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 4.9 Konsep logframe (pengujian jika dan hanya jika) (Sumber: Qoro, 2015)6

Matriks Logframe Bidang Informasi Geospasial 4.2.1Berdasarkan tahapan-tahapan LFA, telah dirumuskan sebuah matriks logframe di bidang informasi geospasial (Gambar 4.10). Berdasarkan hasil LFA tersebut, telah dirumuskan dua (2) goals/objectives yaitu: (i) penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional, dan (ii) manifesto kedaulatan wilayah NKRI. Dari kedua goals/objectives tersebut, berhasil dirumuskan lima (5) specific objectives/purposes, sebagai berikut.

1. Specific objectives/purposes untuk Goal 1: Penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional, yaitu: 1.1 Akuisisi data dasar geospasial secara berkala 1.2 Pengolahan data dan informasi geospasial secara berkala 1.3 Penyebarluasan data dan informasi geospasial 1.4 Terpenuhinya SDM di bidang informasi geospasial secara kuantitas dan kualitas

2. Specific objectives/purposes untuk Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI, yaitu: a. Penetapan batas wilayah kurva tertutup

Jika specific objectives/purposes ini tercapai dan berjalan baik, maka kedua goals/objectives akan terlaksana. Jika kedua goals/objectives terlaksana dengan baik, maka akan terwujud sebuah noble aim di bidang informasi geospasila yaitu NKRI yang aman, makmur dan berdaulat (Gambar 4.10).

6 Qoro, S. (2015). The Logical Framework. Diunduh dari http://eeas.europa.eu/archives/delegations/fiji/press_corner/all_news/news/2015/20150420_01_en.pdf pada 23 Januari 2019

Page 64: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

56 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 4.10 Matriks logframe bidang informasi geospasial (Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018)

Goal 1: Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang Akurat dan Mutakhir Dalam 4.2.2Mendukung Pembangunan Nasional

Penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional dapat diukur dari sebuah indikator, yaitu terpenuhinya kebutuhan data dan informasi geospasial yang bersifat akurat dan mutakhir. Data dan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir sangat berperan dalam mendukung pembangunan nasional di segala bidang. Untuk mencapai goal tersebut, ada beberapa specific objectives/purposes yang harus dipenuhi, yaitu: (i) akuisisi data dasar geospasial secara dilakukan secara berkala; (ii) pengolahan data dan informasi geospasial dilakukan secara berkala; (iii) penyebarluasan data dan informasi geospasial, dan (iv) terpenuhinya SDM di bidang informasi geospasial secara kuantitas dan kualitas. Penjabaran indikator untuk mengukur pencapaian setiap specific objectives/purposes dijelaskan pada Tabel 4.5 di bawah ini.

Noble Aim NKRI yang aman, makmur, dan berdaulat

Goals/ objectives

1. Penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir dalam mendukung pembangunan nasional

2. Manifesto kedaulatan wilayah NKRI

Specific objectives/ purposes

1.1 Akuisisi data dasar geospasial secara berkala

2.1 Penetapan batas wilayah kurva tertutup

1.2 Pengolahan data dan informasi geospasial secara berkala

1.3 Penyebarluasan data dan informasi geospasial

1.4 Terpenuhinya SDM di bidang informasi geospasial secara kuantitas dan kualitas

Page 65: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 57 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Tabel 4.5 Indikator untuk setiap specific objectives/purposes pada Goal 1

Specific objectives/purposes Indikator

2.1 Akuisisi data dasar geospasial secara berkala

Data dasar geospasial yang terakuisisi secara berkala seluruh Indonesia terpenuhi

2.2 Pengolahan data dan informasi geospasial secara berkala

a) Peta dasar RBI dan LPI/LLN skala besar dan menengah tersedia

b) Peta tematik yang sesuai standar tersedia

2.3 Penyebarluasan data dan informasi geospasial

Kemudahan dalam mengakses data dan informasi geospasial bagi seluruh pemangku kepentingan

2.4 Terpenuhinya SDM di bidang informasi geospasial secara kuantitas dan kualitas

Jumlah SDM IG yang berkualitas terpenuhi di tingkat pusat dan daerah

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

A. Purposes 1.1 Akuisisi Data Dasar Geospasial Secara Berkala Penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir harus didukung dengan

ketersediaan data dasar yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, akuisisi data dasar geospasial secara berkala menjadi penting untuk dilaksanakan. Akuisisi data dasar geospasial secara berkala memiliki empat (4) expected results/outputs, yaitu: (i) Output 1.1.1 Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dalam pemenuhan data dan

informasi geospasial darat dan laut skala besar dan menengah. (ii) Output 1.1.2 Penyelenggaraan jaring kontrol geodesi dan geomatika yang operasional

dan terdistribusi secara merata untuk seluruh wilayah Indonesia. (iii) Output 1.1.3 Pemutakhiran data dan informasi geospasial skala menengah.

1. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pemenuhan Data dan Informasi

Geospasial Darat dan Laut Skala Besar dan Menengah. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu sumber data geospasial. Dengan teknologi penginderaan jauh, data spasial dapat dikumpulkan secara cepat. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, teknologi penginderaan jauh sudah tersedia dalam resolusi yang sangat tinggi. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh harus dikedepankan karena wilayah Indonesia sangat luas. Selain itu, data penginderaan jauh yang digunakan harus mempunyai resolusi sangat tinggi karena saat ini Indonesia tengah mengejar target untuk menyediakan peta dasar skala besar dan menengah. Indikator pencapaian dari output 1.1.1 ini adalah jumlah data dasar geospasial foto udara dan hidrografi skala besar dan menengah tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia.

2. Penyelenggaraan Jaring Kontrol Geodesi dan Geomatika yang Operasional dan Terdistribusi Secara Merata Untuk Seluruh Wilayah Indonesia.

Page 66: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

58 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jaring kontrol berfungsi sebagai titik acuan atau referensi dalam pembuatan informasi geospasial. Semakin banyak jumlah dan merata sebarannya maka akan sangat mendukung dalam peningkatan nilai akurasi dari sebuah informasi geospasial. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pembangunan stasiun (InaCors dan pasang surut) baru, pemeliharaan stasiun (InaCors dan pasang surut), pemanfaatan bersama stasiun (InaCors dan pasang surut) dengan K/L lain (ATR-BPN, LIPI, BMKG, Pushidros-AL), peningkatan ketelitian model geoid, dan penyusunan NSPK terkait penyediaan JKGG. Indikator pencapaian dari output 1.1.2 ini adalah jumlah stasiun InaCors, stasiun pasang surut dan pilar gaya berat tersedia serta peningkatan ketelitian model geoid terpenuhi untuk seluruh wilayah Indonesia

3. Pemutakhiran Data dan Informasi Geospasial Skala Menengah Pemutakhiran data penting dilakukan untuk mendapatkan data up to date. Data yang mutakhir terutama dibutuhkan pada wilayah dengan perubahan spasial yang dinamis seperti wilayah perkotaan serta daerah yang sering terkena bencana. Bentuk kegiatan dilakukan adalah pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemutakhiran data dan informasi geospasial darat dan laut skala menengah, serta tersusunnya NSPK terkait pemutakhiran data IG. Indikator pencapaian dari output 1.1.3 ini adalah jumlah data dasar geospasial foto udara dan hidrografi skala besar dan menengah tersedia secara berkala untuk seluruh wilayah Indonesia. Tabel 4.6 di bawah ini menjelaskan indikator dan verifikasi untuk setiap output dari

purpose 1.1 tersebut.

Tabel 4.6 Output, indikator, verifikasi dan asumsi dari Purpose 1.1

Specific objectives/purposes

Expected results/outputs

Objectively Verifiable Indicators

Means of Verification

Important Assumption

1.1 Akuisisi data dasar geospasial secara berkala

1.1.1 Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dalam pemenuhan data dan informasi geospasial darat dan laut skala besar dan menengah

Jumlah data dasar geospasial foto udara dan hidrografi skala besar dan menengah tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia

1. BIG 2. Kemen ATR/BPN 3. Kemendagri 4. Kemenlu 5. Kemen PAN-RB 6. Pushidros-AL 7. Pemerintah Daerah

1.1.2 Penyelenggaraan jaring kontrol geodesi dan geomatika secara merata untuk seluruh wilayah Indonesia

Jumlah stasiun InaCors, stasiun pasang surut dan pilar gaya berat tersedia serta peningkatan ketelitian model Geoid terpenuhi

Page 67: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 59 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

untuk seluruh wilayah Indonesia

1.1.3 Pemutakhiran data dan informasi geospasial skala menengah

Jumlah data dasar geospasial foto udara dan hidrografi skala besar dan menengah tersedia secara berkala untuk seluruh wilayah Indonesia

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

B. Purposes 1.2 Pengolahan Data dan Informasi Geospasial Secara Berkala Untuk mendukung penyelenggaraan informasi geospasial secara akurat dan mutakhir,

maka pengolahan data dan informasi geospasial perlu dilakukan secara berkala. Pengolahan data dilakukan untuk menghasilkan data dan IGD siap publikasi khususnya pada skala besar dan menengah, menghasilkan IGT terreferensi, dan sebagai bentuk pemanfaatan hasil penelitian. Pengolahan data dan informasi geospasial secara berkala memiliki tiga (3) expected results/outputs, yaitu: (i) Output 1.2.1 Percepatan proses pengolahan peta dasar darat dan laut. (ii) Output 1.2.2 Peningkatan kapasitas produksi peta tematik prioritas terreferensi secara

berkala (iii) Output 1.2.3 Pengembangan mekanisme pendanaan produksi peta tematik di luar

APBN

1. Percepatan Proses Pengolahan Peta Dasar Darat dan Laut Data dan informasi geospasial dasar siap pakai harus tersedia terutama dalam skala besar dan menengah. Data dasar tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan berbagai program seperti RDTR, RTRKSN, RZWP3K, perencanaan pelabuhan, dan infrastruktur transportasi laut. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah penyusunan peta dasar (RBI, LPI, dan LLN) skala besar dan menengah, penyusunan NSPK terkait penyediaan DG dan IG dasar darat dan laut. Indikator capaian dari output 1.2.1 ini adalah jumlah data dan informasi geospasial dasar skala besar dan menengah darat dan laut tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia.

2. Peningkatan Mekanisme Pendanaan Produksi Peta Tematik Terreferensi Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan adalah supervisi dan konsultasi BIG dalam penyusunan peta tematik yang diprioritaskan, penyusunan NSPK mekanisme penyusunan peta tematik terreferensi, penyusunan NSPK mekanisme pemutakhiran peta tematik, serta perumusan regulasi mekanisme alternatif pendanaan penyediaan peta tematik di luar APBN. Indikator pencapaian dari ouput 1.2.2 ini adalah NSPK

Page 68: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

60 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

mekanisme penyusunan peta tematik, jumlah supervisi peta tematik oleh BIG, serta NSPK mekanisme pendanaan penyusunan peta tematik melalui KPBU tersedia. Dengan tersedianya data dan informasi geospasial tematik terreferensi maka pengolahan data dan informasi geospasial sudah dilakukan secara berkala.

3. Pengembangan Mekanisme Pendanaan Produksi Peta Tematik Salah satu pra-syarat peningkatan produksi peta tematik adalah tersedianya sumber pendanaan untuk menunjang kegiatan produksi tersebut. Melalui mekanisme ini, diharapkan terdapat terobosan sumber pendanaan yang melibatkan berbagai stakeholder dengan rumusan berbagai keuntungan dan risiko sehingga target capaian peta tematik dapat tercapai. Indikator pencapaian dari output 1.2.3 ini adalah jumlah NSPK mekanisme pendanaan penyusunan peta tematik dapat tersedia. Tabel 4.7 di bawah ini menjelaskan indikator dan verifikasi untuk setiap output dari

purpose 1.2 tersebut.

Tabel 4.7 Output, indikator, verifikasi dan asumsi dari Purpose 1.2

Specific objectives/purposes

Expected results/outputs

Objectively Verifiable Indicators

Means of Verification

Important Assumption

1.2 Pengolahan data dan informasi geospasial secara berkala

1.2.1 Percepatan proses pengolahan peta dasar darat dan laut

Jumlah data dan informasi geospasial dasar skala besar dan menengah darat dan laut tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia

1. BIG 2. Kemen ATR/BPN 3. Kemendagri 4. Kemenlu 5. Kemen PAN-RB 6. Pushidros-AL 7. Pemerintah Daerah

1.2.2 Peningkatan kapasitas produksi peta tematik prioritas terreferensi secara berkala

NSPK mekanisme penyusunan peta tematik, jumlah supervisi peta tematik oleh BIG,

1.2.3 Tersusunnya mekanisme pendanaan produksi peta tematik

NSPK mekanisme pendanaan produksi peta tematik di luar APBN

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

Page 69: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 61 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

C. Purposes 1.3 Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial Penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir akan dapat

dilaksanakan apabila terjadi penyebarluasan data dan informasi geospasial. Indikator pencapaian yang terkait penyebarluasan data dan informasi geospasial adalah kemudahan dalam mengakses data dan informasi geospasial bagi seluruh pemangku kepentingan. Penyebarluasan data dan informasi geospasial memiliki dua (2) expected results/outputs, yaitu: (i) Output 1.3.1 Penyediaan kerangka regulasi operasionalisasi JIGN (ii) Output 1.3.2 Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam operasionalisasi JIGN (iii) Output 1.3.3 Peningkatan kualitas standar operasionalisasi JIGN (iv) Output 1.3.4 Penguatan kapasitas kelembagaan informasi geospasial

1. Penyediaan kerangka regulasi operasionalisasi JIGN

Sistem JIGN merupakan salah strategi yang tepat untuk menyebarluaskan data dan informasi geospasial. Akan tetapi saat ini sistem tersebut belum berjalan dengan baik karena pilar-pilar pendukung belum berfungsi atau diimplementasikan secara maksimal. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat mendukung operasionalisasi JIGN adalah penyusunan regulasi dan NSPK operasionalisasi JIGN. Keberadaan regulasi yang mendukung pelaksanaan sistem berbagai data melalui JIGN akan menjamin kepastian pelaksanaannya di bawah payung hukum sehingga memiliki konsekuensi hukum yang kuat. Namun, saat ini belum ada regulasi yang mampu menjamin pelaksanaan JIGN, terutama di daerah sehingga keberadaan regulasi menjadi hal yang vital bagi keberlangsungan JIGN.

2. Peningkatan pemanfaatan teknologi dan operasionalisasi JIGN Teknologi memiliki peranan dasar bagi pelaksanaan sistem berbagi data melalui JIGN. Teknologi yang meliputi aspek management storage dan geoportal perlu diperbaharui mengikuti perkembangan zaman dan mengikuti kebutuhan sehingga menjamin operasionalisasi JIGN yang optimal. Jika sistem JIGN sudah operasional maka penyebarluasan data dan informasi geospasial dapat terselenggara.

3. Peningkatan kualitas standar operasionalisasi JIGN Sistem berbagi data melalui JIGN perlu didampingi dengan standar yang baik sehingga semua data yang diproses melalui sistem ini akan memiliki standar yang sama. Peningkatan kualitas standar dari JIGN pada berbagai database geospasial dilakukan seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan dan ketelitian data dan informasi geospasial yang digunakan.

4. Penguatan kapasitas kelembagaan informasi geospasial Kelembagaan informasi geospasial merupakan perpanjangan tangan pelaksana sistem berbagai data dari pusat ke pemerintah daerah. Sampai saat ini, kelembagaan informasi geospasial masih lemah sehingga pelaksanaan sistem berbagi data melalui JIGN masih belum optimal. Oleh karena itu, terobosan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan

Page 70: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

62 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

informasi geospasial sangat dibutuhkan sehingga pelaksanaan dan operasionalisasi JIGN dapat berjalan optimal. Tabel 4.8 di bawah ini menjelaskan indikator dan verifikasi untuk setiap output dari

purpose 1.3 tersebut.

Tabel 4.8 Output, indikator, verifikasi dan asumsi dari Purpose 1.3

Specific objectives/purposes

Expected results/outputs

Objectively Verifiable Indicators

Means of Verification

Important Assumption

2.1 Penyebarluasan data dan informasi geospasial

1.4.1 Penyediaan kerangka regulasi operasionalisasi JIGN

NSPK peraturan perundangan operasionalisasi JIGN

1. BIG 2. Kemen ATR/BPN 3. Kemendagri 4. Kemenlu 5. Kemen PAN-RB 6. Pushidros-AL 7. Pemerintah Daerah

1.4.2 Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam operasionalisasi JIGN

Roadmap teknologi data center/management storage dan geoportal

1.4.3 Peningkatan kualitas standar operasionalisasi JIGN

Jumlah database terstandar dan penelitian operasionalisasi JIGN

1.4.4 Penguatan kapasitas kelembagaan IG

Jumlah kelembagaan IG yang dibangun dan dibina

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

D. Purposes 1.4 Terpenuhinya SDM di Bidang Informasi Geospasial Secara Kuantitas dan

Kualitas Penyelenggaraan informasi geospasial yang akurat dan mutakhir akan dapat

dilaksanakan apabila didukung oleh SDM di bidang IG yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Indikator pencapaian yang terkait dengan kondisi SDM tersebut adalah jumlah SDM IG yang berkualitas terpenuhi baik di tingkat pusat dan daerah. Terpenuhinya SDM di bidang informasi geospasial secara kuantitas dan kualitas memiliki tiga (3) expected results/outputs, yaitu: (i) Output 1.4.1 Penguatan mekanisme pemenuhan kebutuhan SDM informasi geospasial

Page 71: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 63 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

(ii) Output 1.4.2 Penyelenggaraan mekanisme pembinaan SDM bidang informasi geospasial.

1. Penguatan Mekanisme Pemenuhan Kebutuhan SDM Informasi Geospasial Agar SDM IG terpenuhi secara kuantitas, maka jumlah SDM IG harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan baik di tingkat pusat maupun daerah. Strategi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan adanya kejelasan pada jenjang karir jabatan fungsional di bidang informasi geospasial. Indikator pencapaian output 1.4.1 tersebut adalah tersedianya roadmap jenjang karir SDM di bidang informasi geospasial. Dengan terpenuhinya kebutuhan jumlah SDM IG di pusat dan daerah, maka pemenuhan kuantitas SDM IG di tingkat nasional akan terwujud.

2. Penyelenggaraan Mekanisme Pembinaan SDM Bidang Informasi Geospasial Untuk mendukung pemenuhan SDM IG yang berkualitas adalah dengan melaksanan pembinaan kepada SDM IG secara berkelanjutan. Pembinaan yang dilakukan dapat berupa program pelatihan, bimbingan teknis, kursus, dan tugas belajar. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan pembinaan SDM IG adalah penyusunan roadmap pembinaan dan sosialisasi, penyusunan NSPK pembinaan SDM, dan pelaksanaan kegiatan pembinaan SDM IG. Kurikulum institusi pendidikan bidang informasi geospasial juga perlu diselaraskan dengan SKKNI bidang IG, agar kebutuhan SDM IG yang berkualitas dapat terpenuhi. Dengan kurikulum yang selaras, seseorang yang telah menyelesaikan studi pada institusi pendidikan tersebut dapat langsung terserap di lapangan kerja bidang IG tertentu dan memenuhi kebutuhan SDM IG sesuai kompetensinya. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam menyelaraskan kurikulum tersebut adalah dengan menyusunan kompetensi pendidikan perguruan tinggi tingkat sarjana dan diploma bidang IG yang selaras dengan SKKNI dan KKNI. Indikator pencapaian output 1.4.2 ini adalah roadmap pembinaan dan sosialisasi, NSPK pembinaan dan pelaksanaan kegiatan pembinaan SDM IG baik di tingkat pusat maupun daerah bagi pemerintah serta masyarakat terpenuhi dan standar kompetensi bidang informasi geospasial tersusun. Tabel 4.9 di bawah ini menjelaskan indikator dan verifikasi untuk setiap output dari

purpose 1.4 tersebut.

Tabel 4.9 Output, indikator, verifikasi dan asumsi dari Purpose 1.4

Specific objectives/purposes

Expected results/outputs

Objectively Verifiable Indicators

Means of Verification Important

Assumption

2.2 Terpenuhinya SDM di bidang informasi geospasial

1.4.1 Penguatan mekanisme pemenuhan kebutuhan SDM

Roadmap jenjang karir SDM IG tersedia

1. BIG 2. Kemen ATR/BPN 3. Kemendagri 4. Kemenlu

Page 72: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

64 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

secara kuantitas dan kualitas

IG 5. Kemen PAN-RB 6. Pushidros-AL 7. Pemerintah Daerah

1.4.2 Penyelenggaraan mekanisme pembinaan SDM IG

Roadmap pembinaan dan sosialisasi, NSPK pembinaan dan pelaksanaan kegiatan pembinaan SDM IG baik di tingkat pusat maupun daerah bagi pemerintah serta masyarakat terpenuhi dan standar kompetensi bidang IG tersusun

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI 4.2.3Manifesto kedaulatan wilayah NKRI merupakan salah satu aspek yang dapat menjamin NKRI yang aman, makmur dan berdaulat. Goal kedua ini dapat diukur dari sebuah indikator, yaitu terpetakannya seluruh batas wilayah NKRI. Untuk mencapai goal tersebut, ada sebuah specific objectives/purposes yang harus dipenuhi, yaitu penetapan batas wilayah menggunakan kebijakan kurva tertutup.

Tabel 4.10 Indikator untuk setiap specific objectives/purposes pada Goal 2

Specific objectives/purposes Indikator

2.1 Penetapan batas wilayah dalam kurva tertutup Batas wilayah negara terpetakan secara definitif

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

A. Purposes 2.1 Penetapan batas wilayah kurva tertutup Manifesto kedaulatan wilayah NKRI akan terwujud apabila batas wilayah telah

ditetapkan salah satunya menggunakan kebijakan kurva tertutup. Indikator pencapaian yang terkait dengan penetapan batas wilayah adalah batas wilayah negara dan administrasi terpetakan secara definitif. Penetapan batas wilayah kurva tertutup memiliki tiga (3) expected results/outputs, yaitu:

Page 73: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 65 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

(i) Output 2.1.1 Percepatan proses pemetaan batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan secara kartometrik.

(ii) Output 2.1.2 Penyelenggaraan perundingan penetapan batas negara darat dan laut. (iii) Output 2.1.3 Penetapan tanda batas dan dokumen kesepakatan batas negara darat dan

laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan.

1. Percepatan Proses Pemetaan Batas Negara Darat dan Laut, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan Secara Kartometrik. Untuk mendukung penetapan batas wilayah dengan kebijakan kurva tertutup, maka batas negara dan wilayah secara kartometrik harus terpetakan terlebih dahulu. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah pemetaan batas negara di darat dan laut secara kartometrik dan pemetaan batas wilayah administrasi secara kartometrik. Indikator capaian dari output 2.1.1 ini adalah jumlah segmen batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan yang terpetakan secara kartometrik.

2. Penyelenggaraan Perundingan Penetapan Batas Negara Darat dan Laut Untuk mendukung pemetaan batas wilayah, maka perundingan penetapan batas negara di darat dan laut harus terselenggara secara berkelanjutan. Bentuk kegiatan yang mendukung terselenggaranya perundingan tersebut adalah penyusunan dokumen perundingan batas negara di darat dengan beberapa negara tetangga (Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini), penyusunan dokumen perundingan batas negara wilayah maritim RI, serta penyusunan dokumen perundingan batas landas kontinen Indonesia.

3. Penetapan Tanda Batas dan Dokumen Kesepakatan Batas Negara Darat dan Laut, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan Untuk mewujudkan penetapan batas wilayah NKRI, maka batas wilayah negara dan administrasi harus segera terverifikasi. Beberapa bentuk kegiatan untuk mendukung usaha verifikasi tersebut adalah pemasangan pilar batas negara darat, pemeliharaan pilar batas negara di laut, serta penyusunan dokumen adjudikasi batas wilayah administrasi baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan. Indikator pencapaian output 2.1.3 ini adalah jumlah verifikasi batas batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan. Jika batas wilayah sudah terverifikasi maka penetapan batas wilayah NKRI secara menyeluruh dapat terwujud. Tabel 4.11 di bawah ini menjelaskan indikator dan verifikasi untuk setiap output dari

purpose 2.1 tersebut.

Tabel 4.11 Output, indikator, verifikasi dan asumsi dari Purpose 2.1

Specific objectives/purposes

Expected results/outputs

Objectively Verifiable Indicators

Means of Verification

Important Assumption

2.1 Penetapan 2.1.1 Percepatan proses Jumlah segmen 1. BIG

Page 74: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

66 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

batas wilayah dalam kurva tertutup

pemetaan batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan secara kartometrik

batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan yang terpetakan secara kartometrik

2. Kemen ATR/BPN 3. Kemendagri 4. Kemenlu 5. Kemen PAN-RB 6. Pushidros-AL 7. Pemerintah Daerah

2.1.2 Penyelenggaraan perundingan penetapan batas negara darat dan laut

Jumlah perundingan penetapan batas negara yang terselenggara

2.1.3 Penetapan tanda batas dan dokumen kesepakatan batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan

Jumlah verifikasi batas batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

Page 75: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 67 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan

Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

BAB 5

RANCANGAN AWAL ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

Arah kebijakan dan strategi bidang informasi geospasial dirumuskan berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis kerangka logis (logical framework analysis) yang telah dibuat pada BAB 4. Elemen-elemen yang terdapat di dalam matriks logframe seperti specific objectives/purposes, expected results/ouputs, dan activities digunakan dalam menentukan sasaran bidang, rancangan awal kebijakan, dan strategi di bidang informasi geospasial. Temuan awal isu strategis bidang informasi geospasial juga dimasukkan dalam analisis sebagai kerangka dasar penyusunan matriks rancangan awal kebijakan untuk RPJMN 2020-2024 bidang informasi geospasial.

Matriks rancangan awal kebijakan untuk RPJMN 2020-2024 disusun atas beberapa komponen seperti sasaran bidang, arah kebijakan, strategi, dan kegiatan. Elemen-elemen di dalam matriks logframe (LFA) dapat secara langsung digunakan untuk mengisi komponen-komponen tersebut. Specific objectives/purposes pada matriks logframe digunakan untuk mengisi komponen sasaran bidang. Objectively verifiable indicators dari purposes tersebut digunakan untuk mengisi komponen arah kebijakan (Tabel 5.1). Sementara itu, expected results/outputs digunakan untuk mengisi komponen strategi, dan activities digunakan untuk mengisi komponen kegiatan dalam matriks rancangan awal kebijakan untuk RPJMN 2020-2024 bidang informasi geospasial (Tabel 5.2). Proses pengisian setiap komponen tersebut juga menyesuaikan dengan empat (4) isu strategis di bidang informasi geospasial yaitu:

(i) Belum mencukupinya data data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan skala yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

(ii) Terbatasnya proses penyediaan dan integrasi informasi geospasial tematik pada informasi geospasial dasar.

(iii) Terbatasnya kapasitas kelembagaan dan SDM bidang informasi geospasial di tingkat pusat maupun daerah.

(iv) Pemanfaatan yang belum optimal pada Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) untuk berbagi data.

Matriks rancangan awal kebijakan untuk RPJMN 2020-2024 bidang informasi geospasial yang telah dirumuskan perlu dikaji dan dibahas kembali dengan stakeholders di bidang informasi geospasial, khususnya Badan Informasi Geospasial (BIG). Pengkajian dan pembahasan kembali perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan serta prioritas program untuk lima tahun ke depan. Pengkajian dan pembahasan tersebut juga perlu memperhatikan beberapa aspek seperti amanat RPJPN 2005-2025, midterm review RPJMN 2015-2019, serta rancangan rencana strategis BIG serta stakeholder di bidang informasi geospasial.

Page 76: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

68 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Tabel 0.1 Isu Strategis, Rancangan Awal Sasaran Bidang, Arah Kebijakan dan Strategi di Bidang Informasi Geospasial

No Isu Strategis Sasaran Bidang Arah Kebijakan Strategi 1. Belum

mencukupinya data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan skala yang mencakup seluruh wilayah Indonesia

1. Terpenuhinya ketersediaan data dan informasi geospasial dasar skala besar dan menengah yang mutakhir

1.1. Meningkatkan ketersediaan data geospasial dasar skala besar dan menengah secara berkala

1.1.1 Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dalam pemenuhan data dan informasi geospasial darat dan laut skala besar dan menengah 1.1.2 Pemutakhiran data dan informasi geospasial skala menengah 1.1.3 Penyelenggaraan jaring kontrol geodesi dan geomatika yang operasional dan terdistribusi secara merata untuk seluruh wilayah Indonesia

1.2. Meningkatkan ketersediaan informasi dasar darat dan laut secara berkala untuk skala besar dan menengah

1.2.1 Percepatan proses pengolahan peta dasar darat dan laut

1.3. Mempercepat penetapan batas wilayah negara dan administrasi

1.3.1 Percepatan proses pemetaan batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan secara kartometrik 1.3.2 Penyelenggaraan perundingan penetapan batas negara darat dan laut 1.3.3 Penetapan tanda batas dan dokumen kesepakatan negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan

Page 77: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 69 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

No Isu Strategis Sasaran Bidang Arah Kebijakan Strategi 2. Belum

memadainya proses integrasi informasi geospasial tematik (IGT) pada informasi geospasial dasar (IGD) dan penyediaannya

2. Terpenuhinya ketersediaan data dan informasi geospasial tematik terreferensi

2.1. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi geospasial tematik terreferensi

2.1.1 Peningkatan kapasitas produksi peta tematik prioritas terreferensi secara berkala 2.1.2 Pengembangan mekanisme pendanaan produksi peta tematik terreferensi

3. Pemanfaatan yang belum optimal pada Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) untuk berbagi data

3. Terlaksananya Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) yang operasional

3.1. Meningkatkan efektivitas tata kelola JIGN

3.1.1 Penyediaan kerangka regulasi operasionalisasi JIGN 3.1.2 Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam operasionalisasi JIGN 3.1.3 Peningkatan kualitas standar operasionalisasi JIGN 3.1.4 Penguatan kapasitas kelembagaan IG

4. Belum memadainya kapasitas kelembagaan dan keterbatasan SDM bidang informasi geospasial di tingkat pusat maupun daerah

4. Terpenuhinya kebutuhan jumlah SDM informasi geospasial di tingkat pusat dan daerah

4.1. Meningkatkan upaya pemenuhan jumlah SDM IG berkualitas

4.1.1 Penguatan mekanisme pemenuhan kebutuhan SDM IG 4.1.2 Penyelenggaraan mekanisme pembinaan SDM IG

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

Page 78: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

70 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Tabel 0.2 Rancangan Awal Arah Kebijakan, Srategi, dan Kegiatan di Bidang Informasi Geospasial

No Arah Kebijakan Strategi Kegiatan 1 Meningkatkan

ketersediaan data geospasial dasar skala besar dan menengah secara berkala

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dalam pemenuhan data dan informasi geospasial darat dan laut skala besar dan menengah

1. Pemotretan foto udara dan teknologi radar skala besar dan menengah secara berkala

2. Penyediaan citra satelit resolusi tinggi dan sangat tinggi secara berkala

3. Survei hidrografi secara berkala

4. Penyusunan NSPK terkait pelaksanaan akuisisi data dasar geospasial

5. Penelitian terkait akuisisi data geospasial darat dan laut

Penyelenggaraan jaring kontrol geodesi dan geomatika yang operasional dan terdistribusi secara merata untuk seluruh wilayah Indonesia

1. Pembangunan stasiun InaCors baru

2. Pemeliharaan stasiun InaCors

3. Pemanfaatan bersama stasiun InaCors

4. Pembangunan stasiun pasang surut baru

5. Pemeliharaan stasiun pasang surut

6. Pemanfaatan bersama stasiun pasang surut

7. Peningkatan ketelitian model Geoid

8. Penyusunan NSPK terkait penyediaan JKGG

Pemutakhiran data dan informasi geospasial skala menengah

1. Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemutakhiran data dan informasi geospasial darat dan laut skala menengah

2. Penyusunan NSPK terkait pemutakhiran data informasi geospasial

Page 79: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 71 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

No Arah Kebijakan Strategi Kegiatan 2 Meningkatkan

ketersediaan peta dasar darat dan laut secara berkala untuk skala besar dan menengah

Percepatan proses pengolahan peta dasar darat dan laut

1. Penyusunan peta dasar darat (RBI) skala besar dan menengah

2. Penyusunan peta dasar laut (LPI/LLN) skala besar dan menengah

3. Tersusunnya NSPK terkait penyediaan DG dan IG dasar darat dan laut

4. Penamaan rupa bumi (toponimi)

5. Penelitian terkait pengolahan data dan informasi geospasial darat dan laut

3 Meningkatkan ketersediaan data dan informasi geospasial tematik terreferensi

Peningkatan kapasitas produksi peta tematik prioritas terreferensi secara berkala

1. Supervisi dan konsultasi BIG dalam penyusunan peta tematik yang diprioritaskan

2. Penyusunan NSPK mekanisme penyusunan peta tematik terreferensi

3. Penyusunan NSPK mekanisme pemutakhiran peta tematik (dalam implementasi KSP)

4. Inventarisasi kebutuhan dan ketersediaan peta tematik

Pengembangan mekanisme pendanaan produksi peta tematik terreferensi

Perumusan regulasi mekanisme alternatif pendanaan penyediaan peta tematik di luar APBN

Page 80: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

72 | Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

No Arah Kebijakan Strategi Kegiatan 4 Meningkatkan efektivitas

tata kelola JIGN Penyediaan kerangka regulasi operasionalisasi JIGN

Penyusunan peraturan perundangan dan NSPK operasionalisasi JIGN

Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam operasionalisasi JIGN

Pengembangan teknologi management storage dan geoportal simpul jaringan yang operasional

Peningkatan kualitas standar operasionalisasi JIGN

1. Penyusunan data dan informasi geospasial berbasis KUGI

2. Penelitian terkait pengembangan JIGN

Penguatan kapasitas kelembagaan IG

Pembentukan dan pembinaan kelembagaan IG di daerah

5 Meningkatkan upaya pemenuhan jumlah SDM IG berkualitas

Penguatan mekanisme pemenuhan kebutuhan SDM IG

Jenjang karir jabatan fungsional bidang IG

Penyelenggaraan mekanisme pembinaan SDM IG

1. Penyusunan roadmap pembinaan dan sosialisasi (pemda, pempusat, dan masyarakat umum)

2. Penyusunan NSPK Pembinaan SDM (pemda, pempusat, dan masyarakat umum)

3. Pelaksanaan kegiatan pembinaan SDM IG

4. Penyusunan kompetensi pendidikan perguruan tinggi bidang IG yang selaras dengan SKKNI dan KKNI

Page 81: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama

| 73 Laporan Akhir Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang, Pengelolaan Pertanahan Nasional dan Informasi Geospasial Nasional 2020-2024 Bidang Informasi Geospasial - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

No Arah Kebijakan Strategi Kegiatan 6 Mempercepat penetapan

batas wilayah negara dan administrasi

Percepatan proses pemetaan batas negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan secara kartometrik

1. Pemetaan batas negara wilayah darat dan laut secara kartometrik

2. Pemetaan batas wilayah administrasi provinsi secara kartometrik

3. Pemetaan batas wilayah administrasi kabupaten/kota secara kartometrik

4. Pemetaan batas wilayah administrasi desa/kelurahan secara kartometrik

Penyelenggaraan perundingan penetapan batas negara darat dan laut

1. Penyusunan dokumen perundingan batas negara darat RI-Malaysia

2. Penyusunan dokumen perundingan batas negara darat RI-PNG

3. Penyusunan dokumen perundingan batas negara darat RI-RDTL

4. Penyusunan dokumen perundingan batas negara maritim RI

5. Penyusunan dokumen perundingan landas kontinen Indonesia

Penetapan tanda batas dan dokumen kesepakatan negara darat dan laut, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan

1. Pemasangan pilar batas negara darat RI-Malaysia

2. Pemasangan pilar batas negara darat RI-PNG

3. Pemasangan pilar batas negara darat RI-RDTL

4. Pemeliharaan pilar TD dan TR batas negara maritim RI

5. Penyusunan dokumen adjudikasi batas wilayah administrasi provinsi

6. Penyusunan dokumen adjudikasi batas wilayah administrasi kabupaten/kota

7. Penyusunan dokumen adjudikasi batas wilayah administrasi desa/kelurahan

Sumber: Hasil analisis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, 2018

Page 82: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 83: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama
Page 84: TIM PENYUSUN LAPORAN Akhir... · 2019-05-09 · 4.2.3 Goal 2: Manifesto kedaulatan wilayah NKRI ... aspek penting dalam isu utama pembangunan wilayah dan tata ruang nasional, terutama