ti2014 b p035 040 penataan dan optimalisasi kawasan lahan basah sebagai destinasi wisata kota

6
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_35 Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah sebagai Destinasi Wisata Kota Kasus: Kawasan Waduk Pusong Kota Lhokseumawe Nova Purnama Lisa Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Kota, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh.  Abstrak Kawasan Waduk Posung yang dibangun pada tahun 2010 tidak hanya berfungsi sebagai flood controle saja. Sebagai kawasan lahan basah sangat potensial. Kondisi saat ini kawasan waduk Pusong menjadi semakinbanyak didatangi pengunjung seiring dengan perkembangan Kota Lhokseumawe yang kian berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. pemerintah setempat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe 2011-2031 merencanakan pengembangan pada kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan basah buatan tersebut menjadi destinasi wisata kota tepian air. Beberapa pengembang an pada kaw asan waduk Pusong telah dilaksanakan seperti penataan akses sirkulasi dengan membangun jalan lintas waduk. Namun pengembangan tersebut belum mengatasi permasalahan pada kawasan secara keseluruhan dan arahan pengembangannya hanya menitikberatkan pada fungsi komersial, bukan terhadap fungsi ruang publik. Sehingga diperlukan arahan dan pengembangan baru terhadap kawasan sesuai dengan rencana pemerintah untuk mengembangkannya menjadi kawasan destinasi wisata waduk. Metoda penelitian Terapan, Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat konsep Placemaking, dimana Placemaking adalah proses mengubah ruang/ space  menjadi tempat/ place . Kata-kunci : Kawasan waduk, lahan basah, Placemaking, destinasi wisata Pengantar Kawasan Waduk Pusong berada di kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Waduk Pusong ini berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat kota Lhokseumawe, dan berbatasan dengan Pusong Lama dan Mongeudong. Kawasan ini dahulu merupakan daerah aliran sungai Kreung Cunda, yang merupakan aliran air laut yang memisah- kan daratan Lhokseumawe dengan daratan Pu- lau Sumatera. Waduk Pusong di bangun di lahan seluasan ±60 Ha. Pada umumnya sungai me- miliki hubungan yang sangat signifikan seiring dengan sejarah berdirinya serta terbentuknya sebuah wilayah kota. Dalam Kajian perkem- bangan kota-kota di Asia Tenggara khususnya lingkup studi kota-kota sungai di pantai timur pulau Sumatera, hal ini digambarkan oleh (Marsden, 1999 dalam Pedia dan William) bah- wa pada mulanya struktur kota yang terbentuk pada kawasan sungai diawali dari akses berupa alan yang harus dilalui dari area pantai-pantai pada bagian utara Pulau Sumatera. Tentu saja karaktek lahan kawasan seperti ini adalah karakteristik dari kawasan lahan basah. Lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Lahan basah terdiri dari 2 jenis yaitu lahan basah alamiah dan lahan basah buatan. Pada kasus ini Waduk Pusong merupakan kawasan lahan basah buatan, keberadaannya sangat potensial seba- gai keberlanjutan wilayah kota dan diharapkan dapat dimanfaat secara optimal serta dikelola oleh manusia agar bermanfaat bagi kesejah- teraan masyarakat.

Upload: nanna-cherry-bomb

Post on 13-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

http://slidepdf.com/reader/full/ti2014-b-p035-040-penataan-dan-optimalisasi-kawasan-lahan-basah-sebagai-destinasi 1/6

TEMU ILMIAH IPLBI 2014

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_35

Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah sebagaiDestinasi Wisata KotaKasus: Kawasan Waduk Pusong Kota Lhokseumawe

Nova Purnama Lisa

Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Kota, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh.

 Abstrak

Kawasan Waduk Posung yang dibangun pada tahun 2010 tidak hanya berfungsi sebagai flood

controle saja. Sebagai kawasan lahan basah sangat potensial. Kondisi saat ini kawasan waduk

Pusong menjadi semakinbanyak didatangi pengunjung seiring dengan perkembangan Kota

Lhokseumawe yang kian berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. pemerintah setempat

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe 2011-2031 merencanakanpengembangan pada kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan basah buatan tersebut menjadi

destinasi wisata kota tepian air. Beberapa pengembangan pada kawasan waduk Pusong telah

dilaksanakan seperti penataan akses sirkulasi dengan membangun jalan lintas waduk. Namun

pengembangan tersebut belum mengatasi permasalahan pada kawasan secara keseluruhan dan

arahan pengembangannya hanya menitikberatkan pada fungsi komersial, bukan terhadap fungsi

ruang publik. Sehingga diperlukan arahan dan pengembangan baru terhadap kawasan sesuai

dengan rencana pemerintah untuk mengembangkannya menjadi kawasan destinasi wisata waduk.

Metoda penelitian Terapan, Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat konsep

Placemaking, dimana Placemaking adalah proses mengubah ruang/space  menjadi tempat/place .

Kata-kunci : Kawasan waduk, lahan basah, Placemaking, destinasi wisata

Pengantar 

Kawasan Waduk Pusong berada di kecamatan

Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Waduk Pusong

ini berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat kota

Lhokseumawe, dan berbatasan dengan Pusong

Lama dan Mongeudong. Kawasan ini dahulu

merupakan daerah aliran sungai Kreung Cunda,yang merupakan aliran air laut yang memisah-

kan daratan Lhokseumawe dengan daratan Pu-

lau Sumatera. Waduk Pusong di bangun di lahan

seluasan ±60 Ha. Pada umumnya sungai me-

miliki hubungan yang sangat signifikan seiring

dengan sejarah berdirinya serta terbentuknya

sebuah wilayah kota. Dalam Kajian perkem-

bangan kota-kota di Asia Tenggara khususnya

lingkup studi kota-kota sungai di pantai timur

pulau Sumatera, hal ini digambarkan oleh

(Marsden, 1999 dalam Pedia dan William) bah-

wa pada mulanya struktur kota yang terbentuk

pada kawasan sungai diawali dari akses berupa

alan yang harus dilalui dari area pantai-pantai

pada bagian utara Pulau Sumatera. Tentu saja

karaktek lahan kawasan seperti ini adalah

karakteristik dari kawasan lahan basah.

Lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayahdimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat

permanen (menetap) atau musiman. Lahan

basah terdiri dari 2 jenis yaitu lahan basah

alamiah dan lahan basah buatan. Pada kasus ini

Waduk Pusong merupakan kawasan lahan basah

buatan, keberadaannya sangat potensial seba-

gai keberlanjutan wilayah kota dan diharapkan

dapat dimanfaat secara optimal serta dikelola

oleh manusia agar bermanfaat bagi kesejah-

teraan masyarakat.

Page 2: TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

http://slidepdf.com/reader/full/ti2014-b-p035-040-penataan-dan-optimalisasi-kawasan-lahan-basah-sebagai-destinasi 2/6

Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

B_36 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014

Waduk Pusong yang merupakan kawasan lahan

basah buatan dinilai sebagai destinasi wisata

kota berdasarkan pertimbangan, sebagai

berikut:

1. 

Waduk Pusong merupakan akses utamakeluar masuk menuju wilayah kota. Kondisi

tapak yang sangat muda untuk dilalui

2.  Letak waduk Pusong berada di lintasan

kreung Cunda/sungai Cunda. Kualitas visual

alam yang disajikan disini sangat berbeda

dengan destinasi wisata di daerah Aceh

lainnya.

3.  Keberadaan waduk Pusong ini juga sebagai

 Area konservasi smber daya alam melalui

pemanfaatan sumber daya wisata kota seca-

ra berkelanjutan serta menciptakan pence-gahan dampak negatif lingkungan.

Faktor geografis yang menjadikan Kota Lhok-

seumawe sebagai kota pesisir memiliki potensi

pariwisata yang cukup signifikan. Selain itu

keberadaan kawasan waduk Pusong yang

berbatasan langsung dengan laut juga memiliki

potensi sebagai kawasan destinasi wisata kota

tepi air. Sehinga mampu meningkatkan eksis-

tensi dan potensi dari sarana serta prasarana

dalam penataan secara optimal sebagaidestinasi wisata lahan basah.

Penataan kawasan waduk ini sebagai destinasi

wisata kota bertujuan untuk menghasilkan

masterplan serta konsep penataan kawasan

yang menjadi urban contex sebagai fungsi

teknis maupun non teknis.

Kondisi saat ini kawasan waduk Pusong menjadi

semakin ramai didatangi pengunjung seiring

dengan perkembangan Kota Lhokseumawe yangkian berkembang pesat sebagai pusat per-

dagangan. pemerintah setempat dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe

2011-2031 merencanakan pengembangan pada

kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan

basah buatan tersebut menjadi destinasi wisata

kota tepian air. Beberapa pengembangan pada

kawasan waduk Pusong telah dilaksanakan

seperti penataan akses sirkulasi dengan mem-

bangun jalan lintas waduk. Namun pengem-

bangan tersebut belum mengatasi permasalahanpada kawasan secara keseluruhan dan arahan

pengembangannya hanya menitikberatkan pada

fungsi komersial, bukan terhadap fungsi ruang

publik. Sehingga diperlukan arahan dan

pengembangan baru terhadap kawasan sesuai

dengan rencana pemerintah untuk mengem-

bangkannya menjadi kawasan destinasi wisatawaduk. Pendekatan yang dilakukan adalah

dengan mengangkat konsep Placemaking, dima-

na Placemaking adalah proses mengubah ruang/

space   menjadi tempat/place , (Schneeklth dan

Shibley, 1995). Space  /ruang yang belum me-

miliki fungsi yang sesuai dan belum memiliki

karakter yang kuat, diarahkan menjadi place/

tempat yang sudah memiliki fungsi yang sesuai

dan karakter yang kuat.

Dalam kasus penelitian ini, waduk Pusongsebagai “space” yang akan dikembangkan

menjadi “place” dengan memiliki fungsi yang

sesuai yakni sebagai destinasi wisata kota, dan

memiliki karakter yang kuat yakni karakter

waterfront (tepi air). Unsur-unsur pembentuk

place (tempat) adalah activity (aktivitas), form

(tempat perwadahan), dan image (citra tempat),

sehingga variabel yang digunakan adalah

activity; aktivitas yang terjadi pada kawasan

yang mengarah pada aspek fungsi sebagai

destinasi wisata kota, serta form dan image

yang merupakan faktor-faktor pembentuk dan

penguat karakter waterfront. Prinsip utama

optimalisasi kawasan waduk Pusong sebagai

destinasi wisata perkotaan tentunya adalah daya

tarik yang dimiliki oleh kawasan tersebut. untuk

menciptakan daya tarik suatu ruang maupun

tempat tentunya diperlukan penataan serta

pemanfaatan yang optimal.

Kuhn, 1993 mengatakan interpretasi merupakan

pemaknaan dan penafsiran, biasa dikenal de-ngan metode hermeneutik, penggunaan metodehermeneutik atau interpretasi dalam studi iniadalah untuk memahami obyek dalam konteksruang dan waktu dimana obyek tersebut berada,terkait didalamnya keseluruhan aspek kondisisosial, ekonomi, budaya (human behavior ),pandangan hidup maupun sejarahnya.

Potensi sumber daya alam memiliki makna keku-

atan serta karakter tersendiri dalam menopang

perkembangan kepariwisataan. Salah satusumber daya alam yang dapat memberikan

Page 3: TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

http://slidepdf.com/reader/full/ti2014-b-p035-040-penataan-dan-optimalisasi-kawasan-lahan-basah-sebagai-destinasi 3/6

Nova Purnama Lisa

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014| B_37

dorongan bagi pertumbuhan dan perkembangan

sebagai destinasi wisata adalah kawasan waduk

pusong. Seperti yang disebutkan dalam UU.No.9

Tahun 1990, bahwa keberadaan objek wisata

pada suatu daerah akan snagat menguntungkan,

antara lain meningkatnya Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Menurut Echols & Shadily (2007), yangmenyatakan bahwa  “Wisata adalah perjalananyang dilakukan oleh seseorang atau sekelompokorang mengunjungi tempat tertentu secarasukarela dan bersifat sementara dengan tujuanberlibur atau tujuan lainnya bukan untukmencari nafkah”. 

Menurut Warpani (2007), yang menyatakan

bahwa Pariwisata adalah berbagai bentukkegiatan wisata sebagai kebutuhan dasar manu-sia yang diwujudkan dalam berbagai macamkegiatatan yang dilakukan oleh wisatawan, di-dukung oleh fasilitas dan pelayanan yangdisediakan oleh masyarakat, pengusaha, danpemerintah.

Destinasi wisata kota berupa kawasan wadukPusong keberadaan dan fungsi didukung olehkebijakan dalam Pedoman Tata ruang WilayahKota (RTRW) kota Lhokseumawe tahun 2011-

2031,yang menetapkan dalam perencanaan tataruang kota yang menghasilkan konsep pengem-bangan pembangunan sector pariwisata sertauntuk menciptakan sistem pariwisata yang

dikelola oleh masyarakat.

Metode

Studi ini dilakukan secara kualitatif denganmemperhatikan hasil studi pada kawasan lahanbasah waduk sebagai destinasi wisata kota.Metode Penelitian yang digunakan merupakanPenelitian Terapan/ Applied research   yangmempunyai alasan praktis, keinginan untukmengetahui, bertujuan agar dapat melakukansesuatu yang jauh lebih baik, lebih efektif, danefisien serta terfokus pada problem solvingyang terjadi pada ruang kota (Andranovich,1993)

Penelitian terapan atau applied research  dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenya-taan praktis, penerapan, dan pengembangan

ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penel-itian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian

terapan berfungsi untuk mencari solusi tentangmasalah masalah tertentu. Tujuan utamanyaadalah pemecahan masalah sehingga hasilpenelitian dapat dimanfaatkan untuk kepen-tingan manusia baik secara individu ataukelompok. 

Metode Pengumpulan Data

a. Data sekunder

Studi kajian pustaka untuk mendapatkankerangka teori yang pada penelitian inimendasarkan pada metode applied research ,teori placemaking yang dikemukakan danmetode hermeneutik.

b. Data primer

Penelitian di lapangan untuk mendapatkan data

fenomena daerah penelitian yang dilakukan

antara lain: Identifikasi terhadap kegiatan

pembangunan infrastruktur penunjang dan

prasarana destinasi wisata pada kawasan waduk

Pusong, observasi; penggalian fenomena la-

pangan obyek penelitian; survey lapangan yang

nantinya diharapkan dapat memenuhi semua

ketentuan yang diberikan untuk mencapai

tujuan studi ini; penga-matan gambar/foto yangmerupakan data visual; pemetaan aktivitas

lingkungan penelitian.

Page 4: TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

http://slidepdf.com/reader/full/ti2014-b-p035-040-penataan-dan-optimalisasi-kawasan-lahan-basah-sebagai-destinasi 4/6

Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

B_38 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014

 Analisis dan Interpretasi 

1.Tinjauan Eksisting Kawasan waduk

Pusong

Gambar 1. Peta Kondisi Eksisting Kawasan Lahan

Basah Buatan Kawasan Waduk Pusong, Kecamatan

Banda Sakti. Sumber Observasi Lapangan, 2014

Gambar 2. Peta Batasan Kondisi Eksisting Kawasan

Lahan Basah Buatan Kawasan Waduk Pusong, Luasan

60 Ha. Sumber: Observasi Lapangan, 2014

2.  Arah Perencanaan dan Pengembangan

sebagai Destinasi Wisata Kota

Menginterpretasikan data lapangan dengan

memproyeksikan arah perencanaan dan

pengembangan jangka panjang. Dengan meng-identifikasi masalah dan memberi pendekatan

yang menjadi dasar problem solving . Arah

perencanaan tata ruang memperhatikan bebe-

rapa hal utama yaitu, potensi dan kendala,

potensi pengunjung, kebijakan tata ruang dan

dampak yang ditimbulkan.

3.  Konsep Penataan dan Pengembangan

Kawasan Destinasi Wisata

Penataan kawasan sejalan dengan prinsippengembangan. Konsep Berdasarkan kajian

literatur, serta analisa kontektual.

Tabel.1 Indentifikasi Konsep Placemaking  

Elemen Analisa Kontektual

Placemaking

 

 Activity Pendekatan Aktivitas

Pendekatan perilaku

 

Form

Pendekatan ekonomi

 

Image

Pendekatan Sumber daya

4.  Konsep Penataan Perancangan

Kawasan Wisata

Secara garis besar penataan perancangan

kawasan wisata waduk Pusong ini meliputi

penataan tata lansekap dan arsitektur,

building form, kenyamanan, aksesibilitas

serta fungsi. Kompleksitas yang tinggi dalam

penataan fasilitas yang diperuntukan pada

kawasan wisata ini saling mendukung.Penataan tata lansekap yang tidak monoton

sehingga dapat meningkatkan kualitas visual

pada tapak. Lansekap juga dilengkapi

dengan elemen dan atribut arsitektural

pembentuk ruang luar diantaranya, sign/

penanda, fasilitas penerangan dan lainnya.

Prinsip penataan dan perancangan kawasan

berdasarkan:

a). 

menata pola koridor dari gate utama   daridua titik dari jalan pase dan sisi jalan

Waduk langsung

berbatasan

dengan Laut

Waduk langsung

berbatasan

dengan Laut

 Akses Sirkulasi

Jl.Reklamasi

Kondisi

Bronjong

Batu Gunung

Kawasan PPIJoging Track (dalam

Proses pengerjaan)

Bring wall waduk

Tepian waduk

Berbatasan

dengan Pasar

Buah

Berbatasan dengan

Terminal Angkutan

Kota

 Area Pengembangan

 Area Pengembangan

Page 5: TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

http://slidepdf.com/reader/full/ti2014-b-p035-040-penataan-dan-optimalisasi-kawasan-lahan-basah-sebagai-destinasi 5/6

Nova Purnama Lisa

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014| B_39

Kreung Cunda, pada analisi pencapaian

akses diakomodir jembatan Pusong-

Kandang (dalam pengerjaan). Gate one

system diharapkan dapat mempermudah

para pengunjung.

b). Sirkulasi didalam site diarahkan mengalir

dan bersifat dinamis.

c). Efisiensi sirkulasi ruang luar diperlukan

untuk menghindar kemacetan, dengan

zona parkir yang di letakkan secara me-

nyebar setiap sudut kawasan wisata.

Gambar 3. Peta Rencana Master Plan Kawasan

Waduk Pusong 

Gambar 3. Peta Kawasan wisata Waduk  

Dasar penataan master plan dalam konsep

kawasan destinasi wisata waduk secara garis

besar, diantaranya:

a). Mendata kegiatan operasional yang akan

diwadahi di dalam kawasan wisata yan

akan dibangun.

b). Mengidentifikasi potensi dan masalah di

dalam tapak berkaitan dengan orientasi

bangunan dan sirkulasi

c). 

Mengidentifikasi potensi kawasan dan

bangunan yan menjadi landmark kawasan.

d). Menginventarisasi potensi arsitektur local

berkaitan dengan gubahan massa, simbol

corak dan ragam hias.

Lingkup penataan pada kawasan waduk dibatasi

pada penataan sarana dan prasarana termask

infrastrktur yang mendukung fasilitas yang

direncanakan.

Tabel 2. Analisa Kebutuhan Ruang

PenataanKeb.Ruang

PenataanFasilitasKawasan

PenataanUtilitasKawasan

PenataanTataLansekap 

Knt.Pengelola Play ground Air Bersih Gate utama

PusatSouvenier

Gazebo Air Kotor Pos jaga

 Area Kliner Tower Landmar Ins.Listrik Akses/sirkulasi

HallJogging Track Audio Parkir

SettingGround

UnitPenampungan

sampah

Taman/RTH

Gambar 4. Pada gambar (a), keberadaan

gate/gerbang menjadi sangat pentin. Gerbang

menjadi banyak fungsi, antara lain penanda

teritori kawasan dan juga sebagai elemen

a

.

c.

b

 

d

 

Page 6: TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

http://slidepdf.com/reader/full/ti2014-b-p035-040-penataan-dan-optimalisasi-kawasan-lahan-basah-sebagai-destinasi 6/6

Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota

B_40 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014

dekoratif pada tapak. (b). Area jajanan kuliner

menggunakan konsep bangunan tepi air.

Kesimpulan

Kawasan destinasi wisata kota yang merupakankawasan wisata lahan basah waduk Pusong,

penataan kawasan wisata di tata berdasarkan

integritas secara komersil ruang publik bagi

masyarakat kota lhokseumawe khususnya.

Secara keseluruhan penataan kawasan waduk

Pusong ini diharapkan dapat mencapai opti-

malisasi yang kompleks sesuai dengan urban

contex   pada saat ini dan masa yang akan

datang.

Daftar Pustaka 

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative,

Quantitative, and Mixed Methods Approaches .

California: Sage Publications, Inc.

Groat, L. & Wang, D. (2002).  Architectural Research

Methods . New York: John Wiley & Sons. Inc.

Zahnd, Markuz. (2006). Perancangan Kota secara

Terpadu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Pemerintah Kota Lhoksemawe 2011, Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe. Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Lhokseumawe.