thypoid

18
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN THYPOID A. PENGERTIAN Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta, Jilid 2). B. ETIOLOGI Salmonella typhii mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : - Basil gram negatif. - Bergerak dengan rambut getar. - Tidak berspora. Salmonela thyposa mempunyai tiga macam antigen yaitu : 1. Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida) berasal dari tubuh kuman Antigen O menunjukkan bila seseorang belum pernah menderita / baru pertama kali terjangkit. 2. Antigen H (flabella kuman ) Antigen H menunjukkan bila seseorang sudah pernah terjangkit / kekambuhan ulang. 3. Antigen Vi ( terletak pada kapsul anti kuman yang mempunyai struktur kimia protein ). 4. Protein membran hialin Cara Penularan Fecel oral. Faktor predisposisi.

Upload: widya-siolimbona

Post on 11-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN THYPOID

A. PENGERTIAN

Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta, Jilid 2).

B. ETIOLOGI

Salmonella typhii mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Basil gram negatif.

Bergerak dengan rambut getar.

Tidak berspora.

Salmonela thyposa mempunyai tiga macam antigen yaitu :

1. Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida) berasal dari tubuh kuman ( Antigen O menunjukkan bila seseorang belum pernah menderita / baru pertama kali terjangkit.

2. Antigen H (flabella kuman ) ( Antigen H menunjukkan bila seseorang sudah pernah terjangkit / kekambuhan ulang.

3. Antigen Vi ( terletak pada kapsul anti kuman yang mempunyai struktur kimia protein ).

4. Protein membran hialin

Cara Penularan

Fecel oral.

Faktor predisposisi.

Makanan / minuman yang terkontaminasi baktiri atau vektor (lalat, kecoa dll).

Sumber infeksi / pembawa kuman carier.

Sanitasi dan hygien yang jelek.

Sosial ekonomi yang rendah.

C. PATOFISIOLOGI

Basil S. Typhi

Host carier Makan/minum

Vektor (lalat,kecoa dll)

Yang terkontaminasi

Tertelan

Lambung sebagian kuman

Inflamasi Usus

dihancurkan oleh HCL lambung

Sel darah putihmempengaruhiinflansi kelenjar limfeTimbul ulkusPe(asam

mengalir melaluiHistologi usus- ikut aliran limfa

lambung

pembuluh darahtimbul berbagai- ikut aliran darah

Gx intestinal

neutrofil dan Monasit

Keseluruhan tubuh/ Pendarahan timbul gejala

mempagosit M. O

histemik usus timbul - Mual, muntah

anemia - Anoreksia

Kurangnya Keb.

Perforasi usus

Cairan tubuh

M.O melepas

Intake makanan

Phyrogen

in adekuat

Peritonitis

Me ( Hipotalamus

kebutuhan

Ke sel point

nutrisi

Gangguan rasa nyamankurang dari

kebutuhan

Peningkatan

Suhu tubuh

D. GEJALA KLINIS

Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit / gejala yang tidak khas) :

Perasaan yang tidak enak

Lesu

Nyeri kepala

Pusing

Diare

Anoreksia

Batuk Nyeri otot

Menyusul gejala klinis yang lain

1. Demam

Demam berlangsung 3 minggu :

Minggu I: Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari.

Minggu II: Demam terus.

Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur-angsur.

2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan

Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor

Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan.

Terdapat konstipasi, diare.

3. Gangguan Kesadaran

Kesadaran yaitu apatis-somnolen.

Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit).

(Kapita Selecta Kedokteran, jilid 2)

(IPD, Jilid 1 Edisi 3, 1996)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium :

Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif dan aneosisinofilia, anemia.

Biakan empedu : basil Salmonela thyphii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.

Pemeriksaan Widal : - Bila terjadi aglutinasi

Diperlukan titer anti bodi terhadap antigen O yang bernilai ( 1/200 atau peningkatan ( 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah pada demam tiphoid.

(IPD, Jilid 1 Edisi 3, 1996)

F. PENCEGAHAN

1. Usahan terhadap lingkungan hidup.

a. Penyediakan air minum yang memenuhi.

b. Pembuangan kotoran manusia yang hygienis.

c. Pemberantasan lalat.

d. Pengawsan terhadap rumah-rumah dan penjual-penjual makanan.

2. Usahan terhadap manusia.

a. Imunisasi.

b. Menentukan dan mengawasi px tifoid.

c. Pendidikan kesehatan pada masyarakat (hygiene sanitasi dan personal hygine).

G. PENATALAKSANAAN

Terdiri dari tiga bagian :

1) Perawatan .

Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.

Posisi tubuh harus di ubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus.

Mobilisasi sesuai kondisi.

2) Diet.

Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa).

Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.

3) Obat

Anti mikroba

Kloramfenikol.

Tiamfenikol.

Co-trimoxazole (kombinasi Trimetropim dan sulkametokasole).

Obat-obat symtomatik.

Antipiretik.

Kartikosteroid : diberikan pada kx yang toksit.

Supportif : vitamin-vitamin.

Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala Neuroprikiatri.

(IPD, Jilid 1 Edisi 3, 1996)

H. KOMPLIKASI

Komplikasi dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinal.

a. Perdarahan usus.

b. Perforasi usus.

c. Peritonitis.

2. Komplikasi ekstra intestinal.

a. Kardio vaskuler : kegagalan sirkulasi (ranjatan sepsis) miokarditis, trombosis, tromboflegitie.

b. Darah : anemia hemolitik, trombositopenia, sindrom uremia hemolitik.

c. Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.

d. Hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis.

e. Ginjal: glomerullonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f. Tulang: oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis

g. Neuropsikiatrik : dellirium, meningiemus, meningitie, perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.

(IPD, Jilid 1 Edisi 3, 1996)

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, kebangsaan, tanggal MRS, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis.

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama : panas atau demam yang tidak turun-turun.

b. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh disertai mual, muntah dan diare.

c. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya px pernah sakit thypoid atau tidak.

Sebelumnya pasien pernah masuk RS atau tidak dan apa penyebabnya

d. Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga ada yang pernah menderita thypoid atau tidak.

Di keluarga ada yang mempunyai penyakit menular (TBC, kusta) dan penyakit menurun (diabetes mellitus, hipertensi) atau tidak.

3. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan

Pasien melaksanakan hidup sehat di rumah atau di rumah sakit.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Kx mengalami penurunan nafsu makan atau tidak. Penyebab penurunan nafsu makan klien.

3. Pola Aktivitas dan Latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena bedrest, dan segala kebutuhan klien dibantu agar tidak terjadi komplikasi.

4. Pola Eliminasi

Eliminasi alvi = Klien dapat mengalami konstipasi.

Eliminasi urine = Tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thipoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

5. Pola Istirahat dan Tidur

Pola tidur dan istirahat akan terganggu sehubungan peningkatan suhu.

6. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien. konsep diri klien : body image, harga diri, peran dan identitas apakah ada perubahan atau tidak.

7. Pola sensori dan kognitif

Tingkatan kesadaran pasien normal atau tidak normal.

8. Pola Hubungan dan Peran

Peran klien dalam keluarga. Hubungan klien dan keluarga terganggu atau tidak.

9. Pola reproduksi dan seksual

Untuk mengetahui status pasien.

10. Pola Penanggulan Stres

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas dengan keadaan penyakitnya.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya dalam beribadah sedikit terganggu karena harus bed rest sehingga aktivitas klien dibantu oleh keluarga.

4. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-410C, muka kemerahan.

2. Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

3. Pemeriksaan kepala

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, rambut agak kusam.

4. Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam.

5. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, hemoglobin rendah.

6. Sistem integumen

Kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat.

7. Sistem muskuluskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan hanya pada bagian sendi terkadang terasa nyeri.

8. Sistem gastrointestinal

Lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, konstipasi, nyeri perut, kembung.

9. Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat.

5. Diagnosa Keperawatan (Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta)1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonela Typhii.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (bedrest / muntah)

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare / muntah).

Intervensi Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonela Typhii.

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil : - TTV Normal

Turgor kulit membaik.

Intervensi :

1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.

R/ : agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu tubuh dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.

2. Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.

R/ : untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.

3. Atur suasana lingkungan sekitar.

R/ : agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas.

4. Observasi TTV.

R/ : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

5. Anjurkan pasien untuk banyak minum ( 2,5 liter / 24 jam.

R/ : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

6. Memberikan kompres dingin.

R/ : untuk membantu menurunkan suhu tubuh.

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tx antibiotik dan antipiretik.

R/ : antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk mengurangi panas.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dalam waktu 1 x 24 jam.

Kriteria hasil : - Nafsu makan meningkat.

Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.

BB meningkat.

Intervensi :

1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan / nutrisi.

R/ : untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.

2. Timbang berat badan setiap 2 hari.

R/ : untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.

3. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak banyak serat, tidak merangsang.

R/ : untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah dicerna.

4. Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

R/ : untuk menghindari mual dan muntah.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.

R/ : antasida mengurangi rasa mual dan muntah, menetralisir asam lambung. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang

3. Pasien Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Tujuan : Pasien bisa melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan

Kriteria hasil : - Kebutuhan personal terpenuhi.

- Dapat miring kekanan dan kiri.

Intervensi :

1. Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan

R/ : agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedsrest.

2. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas.

R/ : untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.

3. Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.

R/ : untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.

4. Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.

R/ : untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan out put yang berlebihan.Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan

Kriteria hasil : - Turgor kulit meningkat.

Wajah tidak nampak pucat.

Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan.

Suhu normal 36 0C nadi 88x/mnt

Intervensi :

1. Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.

R/ : untuk mempermudah pemberian cairan atau minuman pada pasien.

2. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.

R/ : untuk mengetahui keseimbangan cairan.

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

R/ : untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan.

R/ : untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).

IV. IMPLEMENTASI

Dari hasil intervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien di rumah sakit pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Dongoes Marlyn E, 1993).

V. EVALUASI

Dari hasil intervensi yang telah tertulis evaluasi yang diharapkan

1. Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan infeksi Salmonela Typhii.

Evaluasi : suhu tubuh normal (360C)

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

Evaluasi : kebutuhan nutrisi terpenuhi

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (bedrest / muntah)

Evaluasi : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan out put yang berlebihan.

Evaluasi : kebutuhan cairan terpenuhi

Maka dapat disampaikan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dan masalah klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tim kesehatan (Doenges Marlyn E, 1999).

DAFTAR PUSTAKA

Masjoer A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Rahmad Juwono, 1996 Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges Marlyn E, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.