the planners #2 - transportation planning

26
#2 agustus/2010 Transportation Planning

Upload: hmp-pangripta-loka-itb

Post on 28-Mar-2016

225 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

An electronic portfolio consisted of assignments, paperworks, final project, etc, by the students of Urban and Regional Planning Bandung Institute of Technology, Indonesiag Bandung Institute of Technology, Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: The Planners #2 - Transportation Planning

#2 agustus/2010

Transportation Planning

Page 2: The Planners #2 - Transportation Planning

Pelindung: Tizar M.K. Bijaksana

Pemimpin Redaksi: Ramanditya W.

Penaggung JawabRazak RadityoFerdinand Patrick P.Rera Ayudiani

Desain:Ramanditya Wimbardana

Redaksi dan Editor:Ramanditya W., M. YunusKarim, Fitria Ayu Vidayani Hyra Annisa, Juliandru Yuska C.Tizar M.K. Bijaksana

dari redaksi

courtesy : kaskus.us-posted bykuda hitam

cover depan

powered by:divisi keprofesianHMP Pangripta Loka ITBLabtek XA Gedung Perencanaan Wilayah dan KotaJalan Ganesha No 10 BandungIndonesia

Email: [email protected]: www. theplannersmagazine.co.cc

Salam sejahtera, puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan YME karena telah diberikan kesempatan atas terbitnya salah satu Maha Karya dari Divisi keprofesian kepengurusan HMP periode 2010/2011 The Planners vol.2 ini.Di edisi ke-2 ini, core materi yang dibahas adalah transportasi. Alasan kenapa transportasi dipilih menjadi core materi pada edisikedua ini karena transportasi merupakan salah satu permasalahan strategis dari Kota Bandung maupun Negara kita. Pada The Planners edisi ke-2 ini memuat tugas-tugas dari putra-putri terbaik perencanaan wilayah dan kota ITB yang membahas permasalahan-permasalahan transportasi. Selain itu, kami juga mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Besar harapan kami, The Planners dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Indonesia Namun, yang lebih utama adalah The Planners dapat memacu semangat berkarya dari mahasiswa Indonesia untuk berkontribusi dan mengabdi kepada masyarakat demi kehidupan berbangsa yang lebih baik.

Ki-Ka: Ferdi, Julian, Yunus, Vidya, Dityo, Rera, Tizar, Tyo

Ferdinand PatrickKepala Divisi Keprofesian

HMP Pangripta Loka2010-2011

courtesy : ramanditya

cover belakang

Page 3: The Planners #2 - Transportation Planning

3

daftar konten

Transportation Planning

14

Potret26

dari redaksi2 3 daftar konten maroon think4

kata kita

Kriteria Penetapan

Lokasi Shelter TMB

6 kata kita

Telecommuting10

kata kita

Infrastruktur Transportasi Kota

Bandung

Profil Wilayah & Kota

Geliat Perkembangan Moda Travel

di Kota Bandung

21

Page 4: The Planners #2 - Transportation Planning

lintas yang kurang efektif. Peraturan-peraturan lalu lintas seperti kurang dipahami kegunaan dan keberadaannya.

Sebagai contoh permasalahan yang sering timbul adalah kendaraan parkir di tepi jalan utama yang mengganggu aliran kendaraan-kendaraan yang melintas. Tidak ada tindakan tegas yang dilakukan oleh para penegak hukum terkait hal ini. Yang ada justru mereka lebih memilih menunggu dan mencari kesalahan para pengguna jalan agar ditilang.

Kemudian masalah infrastruktur yang tidak cepat ditanggapi oleh Pemerintah Kota Bandung sendiri. Jalan berlubang dan rusak, seharusnya tidak layak untuk dilalui oleh sarana transportasi. Lalu lampu lalu lintas yang sering rusak, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Tiap pukul 19.00 WIB, Lampu lalu-lintas berubah menjadi kuning, padahal pengguna jalan masih padat. Belum lagi posisi lampu lalu lintas yang berjauhan dan jalurnya yang “semrawut”. Tentu saja kita sudahbisa menduga apa yang terjadi di sana. Luas jalan yang tidak sesuai dengan kuantitas kendaraan bermotor, serta kualitas jalan yang cukup memprihatinkan tidak lantas ditanggapi secara cepat oleh pihak-pihak yang berwenang.

Seperti yang kita ketahui bahwa di Bandung sendiri banyak ahli yang mengerti bagaimana memberikan solusi pada permasalahan ini. Namun, ternyata hal itu tak mengurangi kemacetan di kota Bandung. Sebuah produk perencanaan yang ideal harus terbatasi dan tak mampu diimplementasikan dengan baik karena ternyata permasalahan ini bukan hanya permasalahan di satu bagian, yaitu transportasi semata. Tetapi terkait juga di dalamnya permasalahan multiaspek, multiego, serta multisektor. Ya, intinya sampai kapanpun permasalahan ini tak akan pernah selesai jika tidak ada ketegasan dan keterbukaan dalam menerima masukkan, serta realisasi solusi yang nyata untuk menanggulanginya.

andung merupakan salah satu kota yang sangat atraktif di Indonesia saat ini. Hal ini terlihat dari banyaknya Bmasyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri yang

rela berkunjung dan menetap di kota ini entah untuk berbelanja, menikmati keindahan alam disini, atau hanya sekedar mengisi akhir pekan mereka. Keberadaankota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat dan besarnya peluang serta harapan dalam memperbaiki kualitas hidup menjadi faktor penting dalam mendorong masyarakat untuk tinggal disini. Selain itu, keberadaan institusi pendidikan yang terkenal, mall, factory outlet dan distro merupakan faktor pendukung terjadinya fenomena tersebut. Hal ini tentu membawa dampak yang sangat baik bagi kota Bandung, terutama dari segi ekonomi.

Namun, disamping dampak positif yang ada, muncul pula dampak negatif.Yang paling utama adalah permasalahan lalu lintas. Dampak utama yang paling sering bersentuhan dengankehidupan sehari-hari kita tentu saja adalah kemacetan. Macet seringkali menjadi hal yang sangat menjengkelkan. Selain waktu dan tenaga kita terbuang, serta tingkat stres meningkat,muncul pula dampak-dampak psikologis lainnya yang akan sangat mengganggu produktivitas kita dalam menjalani aktivitas kehidupan. Permasalahan ini memang sering dihadapi kota Bandung terutama di jam-jam berangkat dan pulang kerja, serta di akhir pekan, ketika banyak pelancong-pelancong domestik terutama dari Jakarta dan sekitarnya.

Ada beberapa hal yang patut dicermati tentang bagaimana masalah kemacetan ini bisa timbul. Yang utama sebetulnya adalah kesadaran para pengguna jalan yang kurang.Hal ini didukung pula dengan keberadaan peraturan-peraturan lalu

maroon think

Siapa yang Salah?

4Transportation Planning

courtesy:2.bp.blogspot.com

Adityo Sumaryadi (15408032)

Oleh:

Page 5: The Planners #2 - Transportation Planning

Call for Papers

planosphere6trans erationgreen

Seminar Planosphere 6

Tema:

“Transportasi Publik Sebagai Solusi Kemacetan Kota Bandung”

Seminar merupakan salah satu rangkaian acara Planosphere VI yang

akan membawa suatu tema kajian mengenai pentingnya public

transportation di Kota Bandung sebagai solusi dari permasalahan

kemacetan. Seminar ini akan dihadiri oleh Menteri Perhubungan, mantan

Menteri Lingkungan Hidup dan stakeholders yang ahli di bidang

transportasi. Seminar dilaksanakan dengan target pelajar SMA,

mahasiswa di Kota Bandung, dan seluruh masyarakat umum Kota

Bandung.

Dalam seminar ini, mahasiswa di Kota Bandung sebagai insan akademis

diharapkan dapat menuangkan ilmu pengetahuannya dan menjadi salah

satu pembicara dalam seminar ini beserta Menteri Perhubungan dan

seluruh stakeholder terkait. Keterlibatan mahasiswa yang kaya akan ilmu

pengetahuan dan idealisme diharapkan dapat membuka mata

masyarakat Kota Bandung dan pemerintah setempat bagaimana

keadaan transportasi publik dan kecetan yang ada di Bandung.

Dalam mengirimkan essay, terdapat beberapa kriteria sebagai berikut

yang harus dipenuhi:

1. Mahasiswa atau pernah menjadi mahasiswa di salah satu

universitas di Indonesia dengan latar belakang jurusan sesuai

topik seminar

2. Berusia 18-25 tahun

3. Mengirimkan essay sepanjang 3000 kata

4. Topik essay:

a. bagaimana mengoptimalkan public transportation di Kota

Bandung dalam upaya mengurangi kemacetan

b. dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat

kemacetan di Kota Bandung dan bagaimana transportasi

publik dapa meminimalisir kerusakan lingkungan

tersebut

5. Merupakan pemikiran sendiri dan tidak mengutip dari karya

orang lain

6. Dikirim via email ke [email protected] paling

lambat tanggal 10 September 2010

7. Apabila essay lolos dalam tahap seleksi yang telah dilakukan

oleh panitia, maka akan dihubungi paling lambat setelah 5

hari kerja untuk kemudian memberikan slide yang akan

dipresentasikan pada saat seminar kepada panitia

Contcat Person:

Heni Herawati (085624142300)

DINAS PERHUBUNGAN JAWA BARAT

Page 6: The Planners #2 - Transportation Planning

6Transportation Planning

sistem kerja berbasis bus yang

berhenti di shelter-shelter tertentu

u n t u k m e n a i k - t u r u n k a n

penumpangnya. Sehingga dalam

operasi TMB tidak dikenal istilah

“ngetem” yang biasanya menjadi salah

satu sumber penyebab timbulnya

kemacetan di jalanan.

TMB yang merupakan salah satu

program Pemerintah Kota Bandung ini,

sangat diharapkan dapat mereformasi

sistem angkutan umum perkotaan

menjadi lebih baik lagi, melalui

manajemen pengelolaan maupun

penyediaan sarana angkutan masalnya

yang sesuai dengan keinginan

masyarakat yaitu aman, nyaman,

mudah, tepat waktu serta bertarif

terjangkau dengan standar pelayanan

yang prima. Akan tetapi, dalam kondisi

e k s i s t i n g n y a , m a s i h t e r d a p a t

kekurangan dari TMB ini baik dari segi

p r a s a r a n a , s a r a n a m a u p u n

inf rast rukturnya . Kekurangan

tersebut mengakibatkan harapan-

harapan yang telah disebutkan tadi

belum dapat terwujud 100%.

Meskipun belum dapat terealisasi

sesuai dengan harapan secara

sempurna, TMB sebenarnya sudah

lebih baik dari pada angkutan umum

lainnya. Adapun kelebihan TMB ini

adalah lebih aman, nyaman, cepat,

bertarif terjangkau, serta memiliki

standar pelayanan yang prima. Hal

tersebut terlihat dari sarana bus yang

digunakan TMB berkondisi baik serta

m e m i l i k i f a s i l i t a s f i s i k d a n

kelengkapan keamanan yang cukup

baik, TMB tidak mengenal adanya

istilah ngetem untuk menunggu

penumpang, dan juga TMB memiliki

tarif yang terjangkau yakni Rp

3.000,00 untuk umum dan Rp

1.500,00 untuk pelajar/mahasiswa.

rans Metro Bandung (TMB)

merupakan sebuah upaya TPemerintah Kota Bandung

d a l a m m e m p e r b a i k i s i s te m

p e l aya n a n a n g ku ta n u m u m

p e r k o t a a n y a n g s e m a k i n

semerawut. Pada awalnya, TMB ini

direncanakan Pemerintah Kota

Bandung untuk melayani lima

koridor. Akan tetapi, sampai saat ini,

baru satu koridor yang bisa

terealisasi, yaitu koridor Selatan

(Cibiru-Cimindi) yang meliputi Jl.

Raya Cibiru, Jl. Soekarno Hatta, Jl.

Holis, Jl. Jend. Soedirman, dan Jl.

Rajawali Barat.

Perbedaan yang mencolok antara

TMB dengan pelayanan angkutan

umum perkotaan lain adalah pada

sistem kerjanya yang menggunakan

courtesy:rockerzgalau.wordpress.com

Page 7: The Planners #2 - Transportation Planning

7

Menurut pemerintah, shelter tersebut

masih berupa shelter sementara.

Shelter sementara itu tersebar di 13

titik sepanjang rute TMB. Shelter-

shelter tersebut nantinya akan diubah

menjadi shelter permanen yang

dilengkapi dengan sistem ticketing,

sesuai dengan standar yang ada.

Dalam menentukan lokasi shelter tidak

bisa ditentukan seenaknya, melainkan

d i b u t u h k a n k a j i a n u n t u k

mengidentifikasi lokasi mana sajakah

yang tepat untuk dijadikan shelter.

Tepat dalam hal ini berarti lokasi shelter

harus disesuaikan dengan dengan

kebutuhan/demand penumpangnya.

Oleh karena itu, dalam menentukan

lokasi shelter tersebut, sebaiknya

di lakukan anal is is karakterist ik

pergerakkan penumpang dan juga

analisis pola tata guna lahan sepanjang

rute yang dilalui. Selain kedua hal

diatas, kita juga harus memperhatikan

kriteria perencanaan dari shelter nya itu

sendiri.

Analisis pola tata guna lahan berguna

untuk mengetahui jumlah aktivitas

atau bangkitan perjalanan dari tiap-

tiap peruntukkan tata guna lahannya.

Biasanya kondisi tata guna lahan di

s u a t u j a l a n i t u t e r d i r i d a r i

p e r s a w a h a n , p e r m u k i m a n ,

perkantoran, perdagangan, ataupun

lahan kosong. Dari jenis kondisi

tersebut, kita dapat mengetahui

bangkitan dan tarikan perjalanan

pada saat ini dan juga dapat

meramalkan kondisinya pada masa

yang akan datang.

Sedangkan dari analisis karakteristik

pergerakan penumpang, informasi

yang dapat diambil adalah mengenai

a lasan/keper luan penumpang

menggunakan sisem transportasi

public tersebut. Apakah alasan

tersebut untuk keperluan sekolah,

bekerja, berkunjung kerumah kerabat

Sedangkan untuk kekurangannya, TMB

b e l u m d i d u k u n g o l e h s i s t e m

infrastruktur yang memadai. Hal ini

terlihat dari tidak adanya jalur khusus

TMB. Sampai sekarang, TMB masih

menggunakan sistem roadsharing.

Sistem roadsharing ini biasanya akan

berpengaruh pada kecepatan dari TMB

dan juga kemacetan.

Apalagi jika mengingat jalanan yang

dilalui TMB adalah jalanan yang rawan

macet. Selain itu, kekurangan dari TMB

yang lain adalah kondisi dari shelter nya

yang belum sesuai dengan standar.

Sampai saat ini, shelter yang ada masih

berupa tenda yang dilengkapi dengan

tempat duduk seadanya. Jika situasi

sedang hujan, halte menjadi becek dan

kondisinya semakin semerawut dengan

banyaknya masyarakat dan pengguna

motor yang berteduh serta angkot-

angkot yang ngetem di sekitar halte.

Sehingga pada saat bus akan berlabuh,

menjadi kesulitan.

courtesy:bandung.detik.com

Transportation Planning

Page 8: The Planners #2 - Transportation Planning

maupun untuk sekedar bermain.

Sebenarnya selain karakteristik

pergerakkan penumpang dan pola tata

guna lahan, masih ada satu aspek lagi

yang harus diperhatikan dalam

menentukan lokasi shelter yaitu

kriteria perencanaan dari shelter nya

i t u s e n d i r i . M e n u r u t G . A .

Goiannopoulos dalam bukunya yaitu

Bus Planning and Operation in Urban

Areas: A Practical Guide, salah satu

kriteria penempatan shelter jarak

antara bus stop dari arah yang

berlawanan minimum 20 meter untuk

jalan yang tidak terpisah antara kedua

arahnya. Syarat yang kedua adalah

sebainya lokasi shelter berada pada

tata guna lahan sekolah atau rumah

s a k i t . D e n g a n b e g i t u d a p a t

diasumsikan pada setiap tempat yang

memiliki interest point disarankan

memiliki sebuah shelter bus.

Setiap tata guna lahan yang memiliki

karakter komersil yang sangat padat

seperti pasar dan pertokoan, sebaiknya

jarak tempat henti bus berdekatan,

yaitu diantara 200-300 m. Hal ini

diperlukan untuk melayani tingginya

demand penumpang dan tingginya

mobilitas di daerah tersebut. Begitu

pula pada tata guna lahan lainnya yang

memiliki tingkat aktivitas dan mobilitas

yang tinggi seperti perkantoran,

permukiman, dan sekolah di kota

diperlukan jarak yang relatif masih

berdekatan, yaitu 300-500 m. Namun

pada kawasan pinggiran perkotaan

dimana aktivitas dan mobilitas

manusia tidak setinggi di pusat kota,

jarak shelter t idak lagi harus

berdekatan. Cukup dengan jarak 500-

1000 m antara shelter mampu

mencukupi pelayanan mobilitas di

kawasan pinggiran.

Dengan demikian, melihat ketentuan

yang ada di atas, dapat dibuat

beberapa kriteria lokasi shelter. Kriteria

yang terpenting adalah memudahkan

penumpang da lam melakukan

perpindahan moda angkutan umum

atau bus serta tidak mengganggu

kelancaran lalu lintas. Penyediaan

lokasi shelter diarahkan dekat dengan

pusat kegiatan dan permukiman

karena jumlah penumpang pada tata

g u n a l a h a n y a n g b e r p o t e n s i

membangkitkan jumlah penumpang

yang cukup tinggi.

Dari hasil analisis tersebut, pada intinya

diharapkan dapat berfungsi untuk

memberikan informasi dimana sajakah

lokasi yang tepat untuk didirikan

shelter. Informasi-informasi dari

berbagai input itulah yang akan

dielaborasikan dan dioverlaykan. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui beberapa alternatif lokasi yang sesuai untuk didirikan shelter b e r d a s a r k a n k a r a k t e r i s t i k pergerakkan penumpang, fungsi tata guna lahan, dan criteria perencanaan shelter.

Penentuan lokasi shelter ini menjadi sangat penting karena lokasi shelter dapat mempengaruhi pendapatan pemerintah. Dengan perencanaan lokasi shelter yang tepat, maka diharapkan pendapatan pemerintah pun akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan, dengan merencanakan lokasi shelter yang sesuai dengan demand penumpangnya maka diharapkan penumpang dari TMB pun dapat meningkat. (Dityo)

8Transportation Planning

courtesy:bandung.detik.com

Diana Adriyana (15408032)

Courtesy:

Diambil dari tugas kuliah PL 4201 Sistem Informasi Perencanaan

Page 9: The Planners #2 - Transportation Planning

t ep anners

Land Use Planning9

DIVISI KEPROFESIAN

HMP PANGRIPTA LOKA

PELAYANAN SURVEI

KUESIONER MENGGUNUNG?

KAMI SIAP MEMBANTU

Fanni Harlanni (PL 08)

08562154887

POWERED BY:

Page 10: The Planners #2 - Transportation Planning
Page 11: The Planners #2 - Transportation Planning

courtesy:upload.wikimedia.org

diambil dari Tugas Akhir karya:

Fauzan Ahmad (15404061) dengan judul:

Studi Estimasi Penghematan Biaya Transportasi

dari Pelaksanaan Telecommuting

(Studi Kasus Koridor Jalan Asia Afrika, Bandung)

kata kita

Hal yang akan dicari tahu dalam studi ini adalah apakah ada penghematan yang didapatkan oleh individu pekerja di wilayah studi dengan melaksanakan telecommuting jika dibandingkan dengan biaya transportasi yang dikeluarkan.

Penulis mengambil wilayah studinya yaitu di koridor jalan Asia Afrika Bandung. Beberapa alasan yang menyebabkan koridor ini dipilih sebagai wilayah studiantara lain karena Jalan Asia Afrika merupakan k o r i d o r d e n g a n g u n a l a h a n perkantoran dan perusahaan yang berpotensi untuk pengembangan telecommuting; Bandung. Beberapa alasan yang menyebabkan koridor ini dipilih sebagai wilayah studi antara la in karena Jalan Asia Afr ika merupakan koridor dengan guna lahan perkantoran dan perusahaan y a n g b e r p o t e n s i u n t u k pengembangan telecommuting;

Yang kedua dekat dengan alun-alun kota Bandung yang merupakan kawasan pusat kota Bandung yang m e m i l i k i f u n g s i k o m e r s i a l , perdagangan, dan sosial budaya (RTRW Kota Bandung 2013), yang merupakan kawasan dengan tingkat intensitas pergerakan yang tinggi. Yang ketiga memiliki nilai Level Of S e r v i c e j a l a n y a n g r e n d a h , menggambarkan bahwa jalan ini merupakan salah satu lokasi yang

alah satu permasalahan transportasi yang terjadi di Sp e r k o t a a n a d a l a h

p e r m a s a l a h a n k e m a c e t a n . Kemacetan sendiri pada dasarnya disebabkan oleh aglomerasi pergerakan pada waktu dan lokasi yang sama. Tamin (dalam Utami, 2 0 0 6 ) m e n y a t a k a n b a h w a pergerakan bekerja yang mencakup 5 0 - 7 0 % d a r i to ta l j u m l a h pergerakan harian di perkotaan ini m e n i m b u l k a n b e r b a g a i p e r m a s a l a h a n t ra n s p o r t a s i perkotaan.

Di sisi lain, perkembangan teknologi telekomunikasi begitu dirasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, pada beberapa kegiatan masyarakat keberadaan perjalanan bisa digantikan dengan i n t e r a k s i m e l a l u i m e d i a telekomunikasi yang tersedia.

Fenomena yang kemudian muncul d a r i p e n g g u n a a n m e d i a telekomunikasi sebagai pengganti perjalanan adalah telecommuting, yaitu pekerjaan yang dirancang sehingga pekerja menikmati fleksibilitas dalam lokasi dan waktu kerja. Perjalanan pulang pergi antara rumah dan tempat kerja pegawai yang berjarak cukup jauh dapat digantikan dengan jaringan telekomunikasi.

11Transportation PlanningTransportation Planning

Page 12: The Planners #2 - Transportation Planning

pendapatan dan juga waktu

perjalanan.

Karena kedua komponen tidak bisa

digabung dalam perhitungan, maka

komponen BOK dan PTW akan

dipisahkan dalam perhitungannya

dan kemudian dijumlahkan sebagai

estimasi biaya gabungan.

Perkiraan Biaya Transportasi

Masing-masing Moda

c. i= X ± t s N− 1

Di mana :

c. i = confidential interval, yang

merupakan nilai rentang pada

keseluruhan pekerja bidang jasa di

koridor Asia Afrika untuk pengguna

moda mobil/motor/kendaraan

umum

X = nilai rata-rata sampel

t = nilai student t (karena sampel

kecil), dipengaruhi oleh jumlah

sampel

s = standar deviasi sampel

N = jumlah sampel

Berdasarkan perhitungan dengan

menggunakan rumus tersebut,

perkiraan untuk biaya gabungan

transportasi untuk pengguna moda

mobil pada pekerja jasa di koridor

Jalan Asia Afrika yang berpotensi

untuk melakukan telecommuting

berkisar antara Rp. 34.158 hingga

Rp.46.853.

Untuk pengguna moda sepeda

motor, maka perkiraan biaya

gabungannya berkisar antara Rp.

22.779,560 hingga Rp.32.106,980.

Sedangkan perkiraan untuk biaya

gabungan transportasi untuk

pengguna moda kendaraan umum

berkisar antara Rp. 21.592,250 – Rp

33.493,910.biaya gabungannya

berkisar antara Rp 22.799,560

hingga Rp.32.106,980. Sedangkan

perkiraan untuk biaya gabungan

transportasi untuk pengguna moda

kendaraan umum berkisar antara

Rp. 21.592,250 – Rp 33.493,910.

memiliki permasalahan kemacetan di Kota Bandung.

Perkiraan Biaya Transportasi

Perhitungan biaya transportasi

didasarkan kepada perbedaan moda

yang digunakan, sehingga kita bisa

membandingkan nilai perkiraan biaya

untuk telecommuting dengan

pengeluaran biaya transportasi per

moda membandingkan n i la i

p e r k i r a a n b i a y a u n t u k

t e l e c o m m u t i n g d e n g a n

pengeluaran biaya transportasi per

m o d a p e n g e l u a r a n b i a y a

transportasi per moda

U n t u k p e r h i t u n g a n b i a y a

t r a n s p o r t a s i , y a k n i b i a y a

transportasi gabungan, akan

dipengaruhi oleh dua komponen

yakni Komponen Biaya Operasional

Kendaraan (BOK) dan Komponen

Penilaian Terhadap Waktu (PTW).

Komponen BOK dipengaruhi oleh

jenis moda kendaraan, sementara

komponen PTW dipengaruhi oleh

Biaya Operasional Kendaraan (BOK: dibagi berdasarkan moda)

Estimasi Biaya Gabungan pada Populasi

Estimasi PTW pada PopulasiEstimasi BOK pada Populasi

Penilaian terhadap Waktu (PTW)

SKEMA PERHITUNGAN ESTIMASI BIAYA GABUNGAN UNTUK TRANSPORTASI

courtesy:fauzan ahmad,2010

12Transportation Planning

Page 13: The Planners #2 - Transportation Planning

Perkiraan Biaya Untuk Pelaksanaan Telecommuting

Untuk memperkirakan biaya

pelaksanaan telecommuting maka

terlebih dahulu harus diketahui

komponen biaya pelaksanaan

telecommuting. Komponen biaya

pelaksanaan telecommuting, tahap

yang pertama adalah tahap awal

(Start Up), diantaranya pemasangan

perangkat komputer dan koneksi

internet. Tahap kedua adalah

keberjalanan telecommuting (on-

g o i n g ) , d i a n t a r a n y a b i a y a

berlangganan internet, biaya listrik,

dan biaya tempat.

Untuk moda mobi l , dengan

m e l a k u k a n t e l e c o m m u t i n g

diperkirakan ter jadi reduksi

pengeluaran biaya transportasi

harian sebesar Rp 20. 228 hingga Rp

32.923 per hari telecommuting

dilaksanakan. Sementara untuk

moda sepeda motor, dengan

m e l a k u k a n t e l e c o m m u t i n g

diperkirakan ter jadi reduksi

pengeluaran biaya transportasi

har ian ind iv idu sebesar Rp

9.389,560 hingga Rp 18.716,980 per

hari telecommuting dilaksanakan.

Untuk moda kendaraan umum,

dengan melakukan telecommuting

diperkirakan ter jadi reduksi

pengeluaran biaya transportasi

harian individu sebesar Rp.

8.202,250 hingga Rp. 20.103,910

p e r h a r i t e l e c o m m u t i n g

dilaksanakan. (Hyra-Juliandru)

13Transportation PlanningTransportation Planning

Tahapan Telecommuting Biaya yang dikeluarkan

individu (cost)

Nilai biaya/hari

Tahap awal

Pemasangan komputer

Rp 685

Pemasangan internet

Rp 5.104

Tahap keberjalanan telecommuting

Biaya berlangganan internet

Rp 6.500

Biaya listrik

Rp 1.641

Biaya tempat

Dianggap nol (0),

karena dilakukan dari

rumah

Perkiraan total biaya pengeluaran telecommuting/ hari

Rp 13.930

No Jenis Moda Perkiraan Biaya

Gabungan Transportasi

(Rp)

Perkiraan Biaya

Pelaksanaan

Telecommuting (Rp)

Selisih Perbandingan

(Rp)

1

Mobil

34.158-46.853

13.930

20.228 –

32.923

2

Sepeda Motor

22.779,560 –

32.106,980

9.289,560 –

18.716,980

3

Kendaraan Umum

21.592,250 –

33.493,910

8.202,250 –

20.103,910

SKENARIO PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN TELECOMMUTING

courtesy:fauzan ahmad,2010

PERBANDINGAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PERKIRAAN BIAYA PELAKSANAAN TELECOMMUTING

courtesy:fauzan ahmad,2010

courtesy:yahoo.com

Page 14: The Planners #2 - Transportation Planning

INFRASTRUKTUR

TRANSPORTASI

KOTA BANDUNG

courtesy:panoramio.com

Page 15: The Planners #2 - Transportation Planning

15Transportation PlanningTransportation Planning

optimal. Perubahan rencana dalam

sistem infrastruktur transportasi di

sebuah kota akan mempengaruhi aspek

sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh

karena itu, diperlukan suatu pengkajian

terhadap sistem infrastruktur Terminal

Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang

dalam perannya sebagai terminal tipe A

di Kota Bandung.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2010, sistem hirarki terminal terdiri dari 16 terminal yang meliputi 2 terminal tipe A, 3 terminal tipe B, dan 11 terminal tipe C. Berdasarkan tabel Tipe dan Luas Terminal di Kota Bandung yang bersumber dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2009, luas seluruh terminal tipe A dan tipe B tidak memenuhi standar luas lahan dari hasil tinjauan regulasi. Dalam tinjauan regulasi, standar luas lahan terminal

nfrastruktur adalah suatu sistem fasilitas umum, baik yang didanai Ioleh pemerintah, maupun swasta

yang menyediakan pelayanan yang penting dan mendukung pencapaian standar kehidupan (Hudson, et al, 1997). Infrastruktur terbagi menjadi tiga, yaitu infrastruktur sumber daya manusia (personal infrastructure), infrastruktur organisasi (institutional infrastructure) dan infrasturktur fisik ( physical infrastructure). Infrastruktur fisik melingkup berbagai macam fas i l i tas , termasuk sa lah satu d i a n t a r a n y a a d a l a h f a s i l i t a s transportasi, baik darat, laut maupun udara. Ber ikut in i merupakan pembahasan fasilitas transportasi di kota bandung.

Terminal Cicaheum dan Leuwipanjang

Pembangunan terminal di suatu kota

b e r t u j u a n u n t u k m e n u n j a n g

kelancaran mobilitas orang maupun

arus barang dan untuk terlaksananya

keterpaduan intra dan antar moda

secara lancar dan tertib. Terminal

sendiri, dalam menjalankan perannya

dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe A,

tipe B, dan tipe C yang memiliki wilayah

cakupan pelayanan yang berbeda-

beda.

Kota Bandung memiliki dua buah

terminal tipe A, yaitu Terminal

Cicaheum, dan Terminal Leuwipanjang.

Saat ini Terminal Cicaheum melayani

pergerakan regional ke arah Timur

sedangkan Terminal Leuwipanjang

melayani pergerakan ke arah Barat.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Bandung 2013, pembangunan

terminal tipe A akan diselenggarakan di

WP Gedebage untuk melayani

pergerakan regional ke arah Barat dan

Timur serta pergerakan antar propinsi.

Sistem infrastruktur transportasi yang

memadai sangat diperlukan untuk

mendukung pembangunan kota yang

kata kita

TIPE TERMINAL

KONDISI TERMINAL KOTA BANDUNG

courtesy: observarsi lapangan

courtesy:kuliah perencanaan transportasi dan infrastruktur

Page 16: The Planners #2 - Transportation Planning

Dalam RTRW Kota Bandung tahun 2013, Terminal Cicaheum tidak lagi menjadi terminal yang melayani jasa angkutan umum masyarakat Bandung. Pergerakan intra-regional ke arah timur, antar kota dalam propinsi (AKDP), akan dipindahkan dari Terminal Cicaheum ke Terminal Terpadu Gedebage. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah untuk mengatasi kemacetan di daerah tersebut. Cicaheum adalah salah satu kawasan yang sering mengalami kemacetan terutama pada jam pulang kerja. Dengan dipindahkannya Terminal Cicaheum, kemacetan dapat lebih m u d a h d i a t a s i k a r e n a d a p a t mengurangi volume kendaraan di jalan tersebut.

Begitu pula Terminal Leuwipanjang yang tidak lagi menjadi terminal tipe A di Kota Bandung. Terminal ini menjadi terminal tipe B yang melayani pergerakan intra-regional, antar kota dalam proponsi (AKDP), ke arah barat dan selatan. Hal ini merupakan peluang bagi pihak pengelola terminal karena dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai terminal tipe B di Kota Bandung. Luas lahan Terminal

2Leuwipanjang sebesar 40.000 m memenuhi standar terminal tipe B yaitu

2sekurang-kurangnya adalah 30.000 m .

Bandara Hussein Sastranegara

B a n d a r U d a ra a ta u B a n d a ra

merupakan sebuah infrastruktur

untuk pesawat terbang, seperti

pesawat udara dan helikopter, agar

dapat lepas landas dan mendarat

pada suatu lindasan pacu. Suatu

bandara minimal memiliki sebuah

landasan pacu atau helipad (untuk

pendaratan helikopter), sedangkan

untuk bandara-bandara besar

biasanya dilengkapi dengan berbagai

fasilitas lain, baik untuk operator

layanan maupun bagi penggunanya,

seperti bangunan terminal dan

hanggar pesawat.

Prasarana bandara di Indonesia

diklasifikasikan dalam enam kelas

HIngga akhir tahun 2002, Indonesia

te l a h m e m i l i k i 1 8 7 b a n d a ra

umum.Default Paragraph Font;Dari

187 bandara yang dimiliki Indonesia,

23 diantaranya dikelola oleh BUMN,

.

tipe A adalah 5 ha dan standar terminal tipe B adalah 3 ha sedangkan luas lahan terminal tipe C disesuaikan dengan permintaan angkutan. Selain itu, ada dua terminal tipe C yang tidak memiliki lahan sehingga harus menggunakan b a d a n j a l a n u n t u k m e l a y a n i penumpang. Hal ini menunjukkan adanya permintaan penumpang terhadap angkutan kota yang tidak diimbangi dengan pelayanan angkutan umum yang optimal.

Luas lahan Terminal Cicaheum sebesar 2

11.500 m dan Terminal Leuwipanjang 2

sebesar 40.000 m tidak memenuhi persyaratan luas terminal tipe A menurut Keputusan Menteri No 31 Tahun 1995 yang menyebutkan bahwa luas lahan terminal tipe A di Pulau Jawa sekurang-kurangnya sebesar 50.000

2m . Dengan luas lahan yang tidak memenuhi persyaratan membuat kedua terminal ini tidak dapat menampung jumlah bus-bus secara keseluruhan. Dengan luas lahan yang terbatas juga menyebabkan tidak terpenuhinya sarana dan prasarana di terminal ini. Akibatnya pelayanan kebutuhan penumpang di Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang sebagai terminal tipe A masih dianggap kurang baik.

courtesy: observarsi lapangan

16Transportation Planning

Page 17: The Planners #2 - Transportation Planning

Bandara Husein Sastranegara memiliki fasilitas pelayanan yang cukup optimal untuk digolongkan sebagai sebuah bandara internasional. Fasilitas pada bandara seperti tempat parkir ke n d a ra a n b e r m o t o r, g e d u n g perkantoran/administrasi, pengolahan limbah cair, pengadaan transportasi darat (taksi, rental mobil), pengadaan telepon umum, restoran dan kafetaria, serta toko souvenir dan oleh-oleh telah t e r s e d i a d i B a n d a r a H u s e i n Sastranegara ini.

C a l o n p e n u m p a n g p u n d a p a t

menikmati fasilitas dua eksekutif

lounge, Parahyangan dan Sangkuriang

dengan hanya membayar Rp. 30.000

per orang. Fasilitas yang didapat

berupa internet gratis, TV, Musholla,

makanan dan minuman, serta ruang

tunggu yang nyaman. Jika para

pengguna bandara membutuhkan

transaksi cepat, disediakan pula dua

mesin ATM.

Sepert i yang telah disebutkan

sebelumnya , di Bandara Husein

Sastranegara terdapat wilayah yang

dimiliki oleh TNI AURI. Oleh karena itu,

tidak hanya penerbangan yang

diperuntukkan untuk kebutuhan

publik yang tersedia, tetapi terdapat

pula aktivitas penerbangan militer

yang dimil ik i o leh TNI AURI.

Pe n e r b a n ga n m i l i t e r k h u s u s

diperuntukkan pada aktivitas militer.

Sistem yang digunakan tentunya

berbeda dengan bandara umum yang

diperuntukkan bagi publik. Jenis-jenis

penerbangan yang dilakukan oleh

militer adalah penerbangan test

flight, penerbangan dukungan terjun

dan penerbangan umum. Kemudian

jenis pesawat yang dimiliki militer

pada pangkalan udara ini, antara lain

CN-235, F-27, C-130, T-34 C, AS-202,

dan B-737.

Bandara Husein Sastranegara

melayani penerbangan domestik dan

internasional. Pada penerbangan

d o m e s t i k , b a n d a r a H u s e i n

Sastranegara memiliki tiga buah

maskapai, antara lain Merpati

yaitu PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II. Sedangkan 164 bandara lainnya dikelola oleh pemerintah melalui unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Perhubungan dan Otorita Batam. Selain bandara umum, terdapat pula 32 bandara khusus yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan perhutanan untuk keperluan internal perusahaan. Di samping itu, masih terdapat fasilitas pendaratan bagi helikopter, antara lain 57 helipad, 50 heliport, dan 69 helideck yang semuanya dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan swasta.

Kota Bandung memiliki sebuah bandar

udara internasional, yaitu Bandar

Udara Hussein Sastranegara. Bandara

ini terletak 5 km dari pusat kota di

Bandung dan dapat ditempuh dengan

menggunakan taksi ataupun angkutan

umum. Bandara Husein Sastranegara

menempati area lahan 145 hektar

dengan luas gedung operasional 5000 2

m dan luar terminal penumpang 2

2.411,85 m .

Pada bagian utara Bandara terdapat

landasan pacu dan hangar milik PT

Dirgantara Indonesia, dan bagian barat

laut bandara merupakan wilayah milik

TNI Angkatan Udara Republ ik

Indonesia (AURI). Landasan pacu

bandara ini telah diperpanjang dari

1.960 m menjadi 2.220 m sehingga

mampu didarati pesawat sekelas

Boeing 737-200. Selain itu Bandara

juga dilengkapi dengan PAPI (Pecision

Approach Path Indocator) dan VOR

(VHF Omnidirectional Radio Range),

yaitu piranti yang membantu pesawat

mendarat di malam hari serta

perangkat bantu navigasi lainnya.

courtesy: observarsi lapangan

17Transportation PlanningTransportation Planning

Page 18: The Planners #2 - Transportation Planning

mengantisipasi kejadian-kejadian yang

tidak diharapkan oleh setiap aspek.

P e m b e r l a k u a n s i s t e m

keamanan berbeda bagi kedatangan

p e n u m p a n g d o m e s t i k d a n

internasional. Para penumpang

internasional yang mendarat harus

melalui beberapa tahap keamanan,

antara lain pengecekan visa dan paspor,

kemudian pengecekan barang-barang

yang dibawa oleh penumpang, dan

pengecekan uang tunai yang dibawa

o l e h p e n u m p a n g . U nt u k p a ra

p e n u m p a n g d o m e s t i k , s i s t e m

keamanan yang diberlakukan hanya

difokuskan pada barang-barang yang

dibawa dan penumpang itu sendiri.

Tidak diberlakukan pengecekan surat-

surat tertentu. Pada bagian kargo

barang, terdapat sistem tersendiri yang

digunakan oleh pihak bandara yang

bekerja sama dengan Bea-Cukai dalam

pengecekan cargo yang ada.

Stasiun Kota Bandung

Stasiun Bandung atau Stasiun Hall

adalah stasiun utama kereta api di

Kota Bandung. Stasiun berketinggian

+709 m dpl ini menjadi batas antara

Kelurahan Pasirkaliki dan Kebonjeruk.

Stasiun Hall sebelumnya hanya

memiliki satu buah stasiun, tetapi

setelah ada renovasi oleh pemerintah

kota Bandung maka Stasiun Hall

sekarang terbagi menjadi dua bagian

walaupun tetap bersatu. Kondisi fisik

stasiun Bandung ini memiliki fasilitas

yang cukup untuk stasiun pusat yang

ada di Bandung. Aksesibilitas stasiun

ini juga baik dan dilalui banyak

kendaraan umum seperti angkutan

kota dan taksi. Keadaan di stasiun

Bandung ini sangat nyaman dengan

fasilitas peron yang banyak dan bersih

serta tersedianya kebutuhan-

ke b u t u h a n b a g i p a r a c a l o n

penumpang, kondisi tersebut sangat

Airlines, Sriwijaya Airlines dan Indonesia Air Asia. Adapun yang menjadi kota-kota tujuan penerbangan tersebut adalah Bandung-Surabaya-Bandung, Bandung-Batam-Bandung dan Bandung-Denpasar-Bandung.

Pada penerbangan internasional,

Bandara Husein Sastranegara hanya

menyediakan dua kota tujuan, yaitu

Singapura dan Kuala Lumpur. Penyedia

penerbangan internasional tersebut

adalah maskapai Indonesia Air Asia.

Tipe pesawat yang digunakan dalam

kedua penerbangan ini adalah pesawat

dengan tipe Boeing 737-300 dan

Boeing 737-200 hanya digunakan pada

penerbangan domestik. Rencananya

pesawat besar dengan tipe AirBus A320

akan menjadi pesawat tambahan

setelah perbaikan-perbaikan pada

Bandara Husein Sastranegara ini selesai

dilaksanakan.

Sistem keamanan bandara Husein

Sastranegara telah memenuhi hampir

setiap aspek pada setiap standar

penerbangan yang telah ditetapkan.

Dimulai dari setiap kedatangan dan

keberangkatan penumpang akan

diperiksa dengan alat-alat X-Ray untuk

setiap barang yang dibawa oleh

penumpang, Walk through pada saat

penumpang memasuki bandara, dan

Metal Detector untuk barang-barang

dengan jenis metal. Setelah itu,

disetiap sudut bandara sudah terdapat

security CCTV yang berguna untuk

mengawasi set iap k inerja dan

pergerakan yang terjadi di bandara.

Adanya pintu darurat disetiap lantai

pada gedung operasional untuk

18Transportation Planning

courtesy: th1979.wordpress.com

Page 19: The Planners #2 - Transportation Planning

Stasiun Kiaracondong adalah salah

satu stasiun kecil yang ada di Kota

Bandung. Stasiun berketinggian + 681

m dpl ini terdapat di kecamatan

Kiaracondong. Stasiun yang menjadi

tempat pemberhentian setiap kereta

api jurusan Jawa Tengah dan Jawa

Timur ini memiliki infrastruktur yang

mendukung kegiatan perkeretaapian.

Stasiun ini juga menjadi tempat

pemberangkatan kereta api kelas

ekonomi antar wilayah se-Bandung dan

keluar wilayah Bandung. Stasiun

Kiaracondong ini diberi fasilitas yang

hanya cukup untuk keperluan stasiun

itu sendiri. Tidak lebih banyak daripada

stasiun besar untuk menunjang

kenyamanan penumpang dan calon

penumpang kereta api. Fasilitas seperti

ruang tunggu (untuk ruang VIP

dilengkapi AC), restoran, toilet,

mushola, area parkir, sarana keamanan

(polisi khusus kereta api), sarana

komunikasi, dan dipo lokomotif (sangat

jarang).

Pengoperasian sarana dan prasarana

kereta api perlu dilakukan oleh tenaga

-tenaga yang telah memiliki kualifikasi

keahlian sesuai bidangnya. Penyediaan

dan perawatan prasarana kereta api

pada prinsipnya dilakukan oleh

Pemerintah dan dapat dilimpahkan

kepada badan penye leng gara .

P e n g u s a h a a n p r a s a r a n a d a n

saranakereta api, penyediaan, dan

perawatan sarana kereta api dilakukan

oleh badan penyelenggar. .

Dalam Peraturan Pemerintah nomor

69 tahun 1998 tentang prasarana dan

sarana kereta api, diatur ketentuan

mengenai prasarana kereta api, sarana

kereta api, penyediaan, perawatan,

pengusahaan, pemeriksaan dan

pengujian prasarana dan sarana kereta

a p i , k e r j a s a m a d a l a m

penyelenggaraan perkeretaapian serta

penyediaan fasilitas untuk penyandang

cacat dan/atau orang sakit. Dari

keterangan-keterangan di atas, sangat

j e l a s b a h w a s t a s i u n s a n g a t

d i p e r h a t i k a n a d a d i b a w a h

pengawasan pemerintah. (Yunus-

Vidya)

dibutuhkan bagi stasiun pusat di kota Bandung ini.

Fasilitas komunikasi juga sudah sangat

baik. Hal ini terlihat dari sistem

komunikasi kepada calon penumpang,

komunikasi antar pos-pos yang

tersedia, dan komunikasi antara stasiun

dan kereta api yang akan datang.

Komunikasi terhadap bagian pengatur

lintasan kereta api merupakan hal yang

sangat sangat penting karena menjadi

bagian dari mekanisme stasiun.

Pengatur perjalanan di stasiun ini

menggunakan wesel sebagai alat

otomatis pemindahan jalur.

Kondisi fisik dari wesel tersebut baik

d a n m e m i l i k i ke m a j u a n d a r i

sebelumnya yang dilaksanakan secara

manual oleh petugas pengaturan jalur.

Jalur kereta api atau rel kereta api pun

sangat diperhatikan kondisinya, mulai

d a r i p e m a k a i a n y a h i n g g a

perawatannya. Perawatan rel kereta

api di stasiun Bandung ini dilaksanakan

berdasarkan waktu yaitu setiap

triwulan, semester atau per tahun.

Artikel Stasiun

Ki-Ka: Fernando S. (15408018), Sandra K. (15408054), Fanni H. (15408058), Hafis A. (1540874)

Ki-Ka: Dian L. (15408046), Purwa C.L. (15408056), Afrizal R. (15408002), Hafis A. (1540874)

t ep anners19

Transportation Planning

Artikel Bandara

Artikel Terminal

Ki-Ka: Adi F.. (15408060), Fandi P. (15408064), Fazil I. (15408068),

Diambil dari tugas kuliah PL 2104 Infrastruktur Wilayah dan Kota

Page 20: The Planners #2 - Transportation Planning

DIVISI KEPROFESIAN

HMP PANGRIPTA LOKA

Peduli Bandungdi

Kajian ON AIR

Pukul 10.00

Setiap Hari Sabtu

Setiap Dua Minggu Sekali

Contact Person:

Sandra Kurniawati (08562180353)

Page 21: The Planners #2 - Transportation Planning

Profil Wilayah & KotaOleh Laporan Kelompok Studio B Semester Genap Tahun 2008-2009dalam Mata Kuliah PL 2290 Studio Proses Perencanaan dengan judul:”IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA TOL PURBALEUNYI”

GELIAT PERKEMBANGAN

MODA TRAVEL

DI KOTA BANDUNG

courtesy: cipaganti.co.id

Page 22: The Planners #2 - Transportation Planning

di Kota Bandung. Premis ini yang mengantarkan mahasiswa PWK ITB yang tergabung dalam studio proses B a n g kata n 2 0 0 7 u nt u k m e n e l i t i perubahan-perubahan seperti apa yang sebenarnya terjadi di Kota Bandung akibat eksistensi, persebaran, dan aktivitas dari jasa travel di Kota Bandung. Penelitian ini diberi judul: Identifikasi Perkembangan Moda Travel di Kota Bandung Sebelum dan Sesudah adanya TOL Purbaleunyi.

Secara spesifik, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami karakteristik kegiatan moda travel antarkota di Kota Bandung, yang m e l i p u t i : b a g a i m a n a p o l a persebarannya, siapa penggunanya, apa motivasi menggunakan travel, siapa p e n g u s a h a n y a , a p a a l a s a n menempatkan pool travel di wilayah tertentu, apa keterkaitannya dengan pola peruntukkan lahan kota, dan bagaimana kompetisinya dengan moda la in , apa sa ja kebutuhan yang menunjang perkembangan travel, dan apa dampak positif dan negatif dari perkembangan travel antarkota ini terhadap Kota Bandung secara keseluruhan.

Untuk melangsungkan penelitian ini,

studio B melakukan rangkaian pengumpulan dan analisis data secara komprehensif. Pengumpulan data d i l a k u k a n d e n g a n k u e s i o n e r, w a w a n c a r a , d a n o b s e r v a s i . Respondennya sendiri mencakup berbagai pihak termasuk konsumen travel, perusahaan penyedia jasa travel, pedagang, penyedia jasa transportasi selain travel, penduduk sekitar, dan instansi pemerintah yang terkait.

Analisis yang dilakukan sebagian besar menggunakan metode analisis statistik deskriptif, dan asosiasi. Setelah hampir 4 bulan melakukan penelitian, dengan 1 pekan yang didedikasikan untuk melakukan survei data primer, studio B berhasi l menjawab pertanyaan penelitian ini dengan merumuskan berbagai kesimpulan terkait aktivitas travel dan perkembangannya di Kota Bandung. Sebagai teaser, ternyata ada 64 penyedia jasa travel yang tersebar di seluruh Kota Bandung, terutama di 3 spot aglomerasi.

Kesimpulan pertama yang dapat diambil adalah mengenai pola persebaran dari travel di Kota Bandung. Persebaran pool travel sebelum adanya tol purbaleunyi sanagtlah beragam dan banyak. Pola persebaran travel di Kota B a n d u n g s e t e l a h a d a n y a t o l purbaleunyi mengalami fenomena aglomerasi di tiga kawasan dari d e l a p a n ka w a s a n y a n g t e l a h ditentukan sebelumnya yaitu kawasan cihampelas, pasteur, dan MTC.

Ditemukan bahwa travel yang tidak beraglomerasi umumnya merupakan travel yang bersifat door to door. Seperti yang diketahui bahwa travel d o o r t o d o o r m e n j e m p u t pelanggannya sehingga letak pool travel t idak akan berpengaruh terhadap jalannya usaha tersebut. Meski demikian terdapat pula travel pool to pool yang tidak beraglomerasi, karena adanya keinginan perusahaan travel tersebut mencari pasar atau market yang berbeda dengan

erkembangan moda travel di Kota Bandung cukup meningkat Psemenjak telah diresmikannya

pembangunan infrastruktur jalan Tol Purbaleunyi yang membuat jarak antara Jakarta-Bandung semakin dekat. Hal ini tentunya disukai oleh masyarakat terutama pendatang kota Bandung yang berasal dari Jakarta karena waktu perjalanan antara J a k a r t a - B a n d u n g l e b i h c e p a t dibandingkan sebelumnya yang harus melewati jalur Puncak sebagai akses menuju dua kota tersebut.

Kota Bandung sendiri memang merupakan salah satu tujuan wisata yang paling diminati terutama warga Jakarta yang menginginkan suasana yang lebih sejuk dan memiliki p a n o r a m a y a n g l e b i h i n d a h dibandingkan suasana kota Jakarta yang penuh sesak. Selain itu faktor-faktor lain yang menyebabkan perkembangan moda travel di kota Bandung cukup meningkat adalah karena kota Bandung dikenal akan pusat perbelanjaan, pendidikan, perdagangan, dan juga pariwisata.

Perkembangan yang pesat ini tentunya membawa perubahan bagi kondisi transportasi dan aktivitas masyarakat

22Transportation Planning

courtesy: 2.bp.blogspot.com

Page 23: The Planners #2 - Transportation Planning

23Transportation PlanningTransportation Planning

usaha travel sudah memadai, namun masih ada perusahaan travel yang beranggaapan bahwa sarana dan prasarana seperti jalan, penerangan dan lainnya masih perlu diperbaiki atau diperhatikan kelayakannya. Selain itu masih banyak perusahaan travel yang membutuhkan adanya kemudahan birokrasi karena kemudahan dalam birokrasi dapat meminimalkan biaya administrasi.

Dalam melihat keterkaitan antar aktivitas travel dan guna lahan, ditemukan bahwa keberadaan pool travel di suatu lahan tertentu tidak mempengaruhi pola p e r u n t u ka n l a h a n ko t a s e c a ra keseluruhan akan tetapi, keberadaan pool travel yang mengikuti pola peruntukan lahan kota. Hal in i disebabkan, guna lahan Kota Bandung tidak mengalami perkembangan yang signifikan ketika pool-pool travel yang ada mulai berkembang. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan travel mencoba memanfaatkan guna lahan yang telah terbentuk untuk memperoleh market dari bisnis tersebut.

Keberadaan travel di Kota Bandung membawa dampak terhadap moda trasportasi lainnya, seperti kereta api dan bus antarkota. Setelah berkembangnya

moda travel antarkota, baik kereta api maupun bus antarkota mengalami penurunan penumpang sangat sangat signifikan. Masyarakat cenderung lebih memilih travel untuk melakukan perjalanan antarkota karena beberapa keunggulan travel antarkota.

Selain kompetisi dengan moda transportasi lain, kompetisi antar perusahaan travel juga berlangsung sengit. Hal tersebut antara lain adanya “perang tarif” antar perusahaan travel, jenis pelayanan yang berbeda, dan juga kompetisi lokasi peletakan pool dan terminal. Selain itu, pool travel dapat dikatakan lebih strategis dan mudah dijangkau, sehingga jarak yang ditempuh antar kota pun menjadi lebih dekat. Sedangkan untuk kereta api letak stasiun hanya terdapat di beberapa tempat sehingga perjalanan yang harus ditempuh menjadi lebih jauh.

Selain dari kesimpulan-kesimpulan

sebelumnya, penelitian yang dilakukan

juga menunjukkan bahwa adanya

travel di Kota Bandung menimbulkan

dampak negatif ataupun dampak

positif dilihat dari berbagai aspek

kehidupan Kota Bandung. (Tizar)

perusahaan lainnya sehingga tidak perlu bersaing kuat dengan travel lainnya. Aglomerasi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah guna lahan yang tepat, permintaan pasar yang tinggi, aksesibilitas yang mudah, dan fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan usaha travel

Adapun gejala aglomerasi yang ditunjukkan oleh pool travel antarkota di Kota Bandung tentu disebabkan oleh alasan-alasan tertentu dari pihak perusahaan travel bersangkutan. Hasil penelit ian menjelaskan, alasan penempatan pool suatu travel berdasarkan kuesioner yang diberikan ke beberapa perusahaan travel, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor dalam pemilihan lokasi tersebut diantaranya aksesibilitas yang mudah, tingginya kebutuhan pasar, dan mengikuti trend adanya aglomerasi.

Kesimpulan kedua yang dapat diambil adalah mengenai pengguna travel. Responden pengguna travel yang di survei dominan berada pada rentang usia berusia 20-40 tahun. Rentang usia tersebut merupakan usia produktif dimana pada usia tersebut lebih banyak melakukan kegiatan apabila dibandingkan dengan yang tidak produktif. Lebih spesifik, responden yang disurvei ternyata paling banyak memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta.

Ditemukan pula bahwa pengusaha travel didominasi oleh pengusaha dari pihak swasta. Dengan mayoritas usaha travel didirikan oleh perseorangan atau sendiri. Selain itu mayoritas pendirian travel diakibatkan oleh adanya tol purbaleunyi bagi travel pool to pool sedangkan untuk travel door to door motivasi pendirian travelnya adalah untuk membuat inovasi dalam penyediaan moda transportasi antarkota di Indonesia.

Secara garis besar perusahaan travel yang disurvei beranggapan bahwa infrastruktur yang menunjang kegiatan

courtesy: 2.bp.blogspot.com

courtesy: studio B

DAMPAK PERKEMBANGAN MODA TRAVEL DI KOTA BANDUNG

Page 24: The Planners #2 - Transportation Planning

Potret

courtesy:skyscrappercity.com/chris lyanto

Wajah Transportasi Kita

courtesy:rakyatmerdeka.co.id

Page 25: The Planners #2 - Transportation Planning

courtesy:sosbud.kompasiana.com

courtesy:fenz-capri.blogspot.com

Page 26: The Planners #2 - Transportation Planning

coming soon

in October

t ep anners