the document was created from a file 'g:bakarbakar sekripsit1 292012010 bab ii.docx' · 2017. 3....

20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut pandangan B.F Skiner (dalam Wisudawati dan Sulistiyowati, 2014:31) adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Belajar dipahami sebagai suatu prilaku, pada saat proses belajar berlangsung maka responnya baik atau sebaliknya. Masyarakat awam mengartikan belajar sebagai perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan alam. Maka belajar berhubungan dengan membuahkan hasil/produk keterampilan dan pengetahuan. Proses belajar adalah proses yang menetapkan jenis produk belajar, barulah kemudian definisi produk belajar ditegakkan. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, prilaku, dan kepribadian yang bersifat permanen. Perubahan yang terjadi biasanya mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. 2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA SD Manusia dalam kehidupannya berkeinginan agar kehidupannya tidak tertinggal dengan manusia lainnya. Salah satu usaha agar kehidupannya terus berkembang dan tidak tertinggal adalah dengan belajar. Menurut Gegne dan Briggs (dalam Sofan dan Ahmadi, 2010:3) belajar merupakan salah satu proses untuk mencapai suatu prestasi dengan memerlukan kondisi internal dan kondisi eksternal yang berbeda. Misalnya, suatu metode pembelajaran sering hanya cocok untuk belajar tipe tertentu dibawah kondisi tertentu juga. Belajar menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2002:2) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat prilakunya.

Upload: others

Post on 14-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pengertian Belajar

    Belajar menurut pandangan B.F Skiner (dalam Wisudawati dan Sulistiyowati,

    2014:31) adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

    berlangsung secara progresif”. Belajar dipahami sebagai suatu prilaku, pada saat

    proses belajar berlangsung maka responnya baik atau sebaliknya. Masyarakat awam

    mengartikan belajar sebagai perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan alam.

    Maka belajar berhubungan dengan membuahkan hasil/produk keterampilan dan

    pengetahuan.

    Proses belajar adalah proses yang menetapkan jenis produk belajar, barulah

    kemudian definisi produk belajar ditegakkan. Belajar merupakan perubahan yang

    terjadi melalui aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan,

    prilaku, dan kepribadian yang bersifat permanen. Perubahan yang terjadi biasanya

    mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.

    2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA SD

    Manusia dalam kehidupannya berkeinginan agar kehidupannya tidak tertinggal

    dengan manusia lainnya. Salah satu usaha agar kehidupannya terus berkembang dan

    tidak tertinggal adalah dengan belajar. Menurut Gegne dan Briggs (dalam Sofan dan

    Ahmadi, 2010:3) belajar merupakan salah satu proses untuk mencapai suatu prestasi

    dengan memerlukan kondisi internal dan kondisi eksternal yang berbeda. Misalnya,

    suatu metode pembelajaran sering hanya cocok untuk belajar tipe tertentu dibawah

    kondisi tertentu juga. Belajar menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2002:2) belajar

    adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat

    prilakunya.

  • 8

    Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat para ahli bahwa belajar adalah

    proses suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperoleh perubahan tingkah

    laku melalui pengalaman dalam kegiatan interaksi siswa dengan stimulus dari

    lingkungan. Menurut Sudjana dan Rivai (1990:1-8) pembelajaran adalah proses

    pengajaran dalam suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga

    pendidikan, agar dapat mengetahui peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang

    telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

    dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta

    didik. Konsep pembelajaran menurut Bruner (dalam Asri Budiningsih, 2005:16)

    pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran yang optimal, dan deskriptif

    karena tujuan utamanya adalah memberikan proses belajar. Pembelajaran merupakan

    hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologis dalam diri

    peserta didik, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

    belajar dengan baik. Jadi berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

    bahwa teori belajar dan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan proses belajar

    yang dilakukan secara dua arah antara guru dengan peserta didik dengan proses-

    proses psikologis agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran IPA sudah jelas

    artinya adalah pengetahuan rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

    segala nisinya. Hendro Darmojo (dalam Usman, 2010:3).

    IPA menurut Plower (dalam Usman, 2010:3) merupakan ilmu yang

    hubungannya dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis dan yang tersusun

    secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

    eksperimen. Pembelajaran IPA menurut KTSP standar isi 2006 adalah pendidikan

    IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan

    alam sekitar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • 9

    Mata pelajaran IPA di SD menurut KTSP Standar Isi 2006 bertujuan agar

    siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

    2) mengembangkan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat bagi kehidupan

    sehari-hari.

    3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

    mempengaruhi IPA.

    4) mengembangkan keterampilan menyelidiki alam sekitar.

    5) meningkatkan kesadaran dalam memelihara lingkungan alam.

    6) meningkatkan kesadaran menghargai segala keteraturannya.

    7) memperoleh pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA.

    Pembelajaran IPA di SD diharapkan mampu mendorong siswa untuk dapat

    memiliki keterampilan IPA yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

    dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan strategi/model pembelajaran yang

    mampu mengarahkan siswa untuk memiliki keterampilan tersebut. Dalam penelitian

    ini menggunakan SK dab KD sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    SK dan KD IPA Kelas V Semester II

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    7. Memahami perubahan

    yang terjadi dialam dan

    hubungannya dengan

    penggunaan sumber

    daya alam.

    7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah

    karena pelapukan.

    7.2 Mengidentifikasikan jenis-jenis tanah.

    7.3 Mendiskripsikan struktur bumi.

    7.4 Mendeskrisikan proses daur air dan kegiatan

    manusia yang dapat mempengaruhinya.

    7.5 Mendeskripsikan perlunya menghemat air.

  • 10

    7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang ada di

    Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup

    dan lingkungan.

    7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia

    yang dapat mengubah permukaan bumi

    (pertanian,perkotaan,dll).

    2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif merupakan strategi, model, atau pendekatan

    pembelajaran yang relatif baru, yang baru diterapkan dan diketahui efektifitasnya.

    Model pembelajaran kooperatif pada prinsipnya adalah pembentukan kelompok-

    kelompok kecil, yang didalamnya terdapat kerja sama antar anggota kelompok dan

    diskusi kelompok. Menurut Arend (dalam Wisudawati, 2014:53), “pembelajaran

    kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

    pencapaian akademik dan sikap sosial peserta didik melalui kerja sama diantara

    mereka”. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan pencapaian

    akademik, peningkatan rasa toleransi dan menghargai perbedaan, serta membangun

    keterampilan sosial peserta didik.

    Anita Lie (dalam Isjoni, 2011:15) menyebut “kooperatif learning dengan istilah

    pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan

    pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang

    berstruktur”. Pembelajaran kooperatif yang sesungguhnya bukan hanya menyerahkan

    pada kelompok, tetapi bagaimana peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk

    dapat bersama-sama dalam satu kelompok untuk mencapai kompetensi yang

    ditetapkan. Walaupun pendekatan ini berjalan baik dikelas yang kemampuannya

    merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan yang bervariasi lebih

    membutuhkan pendekatan ini. Dengan kemampuan siswa yang beragam tersebut,

  • 11

    maka dapat membantu motivasi siswa yang kurang agar menjadi lebih. Begitupun

    dengan siswa yang lebih akan menjadi semakin terarah pemahamannya.

    2.1.4 Model Pembelajaran Make A Match

    2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Make A Match

    Rusman (2011:223-233), menyatakan bahwa Pendekatan Pembelajaran Make

    A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam

    pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam

    Miftahul Huda, 2013:251-253) Make A Match merupakan salah satu strategi penting

    dalam suatu ruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain: pendalaman materi,

    penggalian materi, edutainment.

    Pelaksanaan strategi ini cukup mudah, tetapi guru perlu memerlukan beberapa

    persiapan khusus sebelum menerapkannya. Menurut Harumni (2009:209) “Model

    Pembelajaran Make A Match adalah cara menyenangkan dan aktif untuk meninjau

    ulang materi pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

    berpasangan dengan teman sekelas”. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan

    bahwa pembelajaran Make A Match adalah suatu teknik pembelajaran mencari

    pasangan sambil belajar mengenai suatu konflik atau konsep atau topik dalam semua

    mata pelajaran dan tingkat kelas serta melatih peserta didik untuk memiliki sikap

    sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerjasama disamping

    melatih kecepatan berfikir peserta didik.

    2.1.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Make A Match

    Penerapan pembelajaran Make A Match, diperoleh beberapa temuan bahwa

    pembelajaran Make A Match dapat memupuk kerja sama peserta didik dalam

    menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan mereka, proses

    pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa nampak antusias

    mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan peserta didik tampak sekali pada saat

    peserta didik mencari pasangan kartunya masing-masing. Kegiatan yang dilakukan

  • 12

    oleh guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya

    dapat menciptakan keaktifan dan motivasi peserta didik dalam diskusi. Apabila

    motivasi yang dimiliki peserta didkik diberi sebagian tangan, akan tumbuh kegiatan

    kreatif. Selanjutnya, penerapan pembelajaran Make A Match dapat membangkitkan

    keingintahuan dan kerjasama diantara peserta didik serta mampu menciptakan kondisi

    yang menyenangkan.

    2.1.4.3 Sintak Model Pembelajaran Make a Match

    Sintak dari model pembelajaran Make A Match menurut Lorna Curran (dalam

    Miftahul Huda, 2013:252-253) yaitu:

    a) siswa dibagi dalam 2 kelompok, kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok

    diminta berhadap-hadapan.

    b) guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada

    kelompok B.

    c) guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan

    kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan

    batas maksimum waktu yang diberikan kepada mereka.

    d) guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya

    dikelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru

    meminta mereka melaporrkan diri kepada guru. Guru mencatat mereka pada kertas

    yang sudah disiapkan.

    e) jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah habis. Siswa

    yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul tersendiri.

    f) guru meminta satu pasangan untuk presentasi. Kelompok lain dan sisa yang tidak

    mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan

    itu cocok atau tidak.

    g) terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan

    pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

  • 13

    h) guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan

    melakukan presentasi.

    2.1.4.4 Kelebihan Model Pembelajaran Make A Match

    Kelebihan model pembelajaran Make A Match menurut Lorna Curran (dalam

    Miftahul Huda, 2013:252-253) yaitu:

    a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

    b) karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan.

    c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat

    meningkattkan motivasi belajar siswa.

    d) efekktif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk trampil presentasi.

    e) Eefektifitas melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

    2.1.4.5 Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match

    Kelemahan model pembelajaran Make A Match menurut Lorna Curran (dalam

    Miftahul Huda, 2013:252-253) yaitu:

    a) jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, maka akan banyak waktu yang

    terbuang.

    b) pada awal-awal penerapan model ini, akan banyak siswa yang malu berpasangan

    dengan lawan jenis.

    c) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang

    memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

    d) guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman kepada siswa yang tidak

    mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.

    e) Menggunakan model ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

  • 14

    Untuk mengatasi kelemahan dari model pembelajaran Make A Match guru dapat

    mengatur waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Guru memberi

    pengertian bahwa siswa satu dengan siswa yang lain itu sama.Guru meminta setiap

    kelompok dan siswa yang belum mendapat pasangan untuk menanggapi kelompok

    yang presentasi. Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan

    video pembelajaran.

    2.1.5 Media Pembelajaran

    Media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (1990:1-8) adalah alat bantu

    mengajar dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang

    diatur oleh guru. Slameto (2015:251) media pembelajaran adalah media perantara

    penggunaan materi dan penerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga

    membangun kondisi yang dapat membuat siswa mendapat pengetahuan, ketrampilan

    atau sikap. Media pembelajaran menurut Mc Luhan (dalam Basuki Wibawa, 1991:7)

    adalah semua pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari sesseorang

    ke orang lain. Media pembelajaran juga disebut sebagai alat-alat penyalur informasi

    modern yang dapat digunakan secara efektif dalam melaksanakan proses pengajaran

    yang sudah di rencanakan dengan baik.

    Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka media pembelajaran adalah suatu

    alat bantu yang digunakan pada proses pembelajaran. Dengan adanya media

    dimaksudkan dapat mempermudah dalam menyampaikan materi ajar dari guru

    kepada siswa.

    2.1.5.1 Jenis Dan Karakteristik Media

    Sudjana dan Rivai (1999:1-8) menyatakan bahwa “jenis-jenis media

    pembelajaran terdiri dari: media grafis (simbol-simbul komunikasi visual:

    gambar/foto, sketsa, diagram, grafik, kartun, poster, papan flannel, papan bulletin),

    media tiga dimensi (model penampang, model susun, mock up, diaroma, dll), media

    proyeksi (slide, film OHP, dll)”. Slameto (2015:251) menyatakan bahwa “jenis-jenis

  • 15

    media pembelajaran terdiri dari: media visual dan media audio (dikaitkan dengan

    indra pendengar meliputi: radio, alat perekam pita magnetik). Multimedia (dibantu

    proyektor LCD misalnya file program komputer multimedia)”. Berdasarkan pendapat

    para ahli diatas jenis dan karakteristik media yaitu :

    a) media visual (gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik kartun, poster, dll)

    b) media Audio (radio dan perekam pita magnetic)

    c) media Audio Visual (tv, dvd, vcd, dan video dengan alat bantu proyektor LCD.

    2.1.5.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran

    Ciri-ciri media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (1999:1-8) antara

    lain:

    a) ketepatannya dengan tujuan pembelajaran.

    b) dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pelajaran yang mudah

    dipahami peserta didik.

    c) kemudian memperoleh media, artinya media mudah dibuat oleh guru.

    d) ketrampilan guru dalam menggunakannya, artinya guru dapat menggunakan

    berbagai media pembelajaran.

    e) tersedia waktu untuk menggunakannya, artinya agar bermanfaat untuk siswa

    dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

    Pendapat ahli diatas ciri-ciri media pembelajaran yaitu media pembelajaran harus

    mampu membantu proses pembelajaran baik didalam kelas mampu di luar kelas.

    Dimana media pembelajaran juga berperan sebagai alat komunikasi dan interaksi

    yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar

    siswa.

  • 16

    2.1.5.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

    Slameto (2015:251), mnyatakan bahwa media berfungsi untuk merangsang

    proses pembelajaran dan bermanfaat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin

    dicapai. Menurut Sudjana dan Rivai (1999:1-8) media pembelajaran berfungsi dan

    memiliki peran sebagai berikut:

    1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

    motivasi belajar.

    2) bahan pengajaran lebih jelas sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik.

    3) metode pengajaran akan lebih bervariasi, sehingga guru tidak kehabisan tenaga,

    apabiila guru mengajar untuk setiap jam pembelajaran.

    4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, tetapi juga melakukan

    pengamatan, demonstrasi dan lain-lain.

    Pendapat diatas maka fungsi dan manfaat media pembelajaran yaitu

    menghindarkan obyek sebenarnya dan oblek yang langka, selain itu juga memberi

    suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik sehingga dapat menambah

    gairah dan motivasi belajar siswa supaya materi yang diajarkan dapat mencapai

    tujuan pembelajatan.

    2.1.6 Media Video

    Kelebihan dari media video menurut Slameto (2015:251), antara lain:

    a) menyajikan obyek belajar secara konkrit atau pesan pembelajaran secara realistik

    b) sifatnya yang audio visual

    c) sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar

    d) dapat mengurangi kejenuhan belajar

    e) menambah daya tahan ingatan dan di dengar.

  • 17

    Video menurut Sudjana dan Rivai (1999:1-8) adalah media yang menyajikan

    audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep,

    prinsip, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi

    pembelajaran. Sedangkan menurut Basuki Wibawa (1991:50) media video adalah

    media yang menyampaikan pesan yang bersifat informatif, pendidikan dan

    pengajaran dengan berupa gambar yang gerak. Berdasarkan pendapat para ahli diatas

    maka video audio-visual merupakan suatu media gerak yang dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa dimana sangat baik untuk mencapai tujuan belajar psikomotorik

    selain itu video audio-visual membutuhkan biasa produksi yang sangat tinggi dan

    hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.

    2.1.6.1 Cara Memilih Media Pembelajaran Yang Baik

    Azshar Arsyad (2002) menyatakan bahwa kriteria pemilihan media, bersumber

    dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara

    keseluruhan. Pemilihan kriteria media yang baik yaitu :

    a. sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

    konstruksional yang ditetapkan secara umum. Yaitu mengacu pada salah satu

    gabungan dari ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik.

    b. sesuai dengan isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep atau generalisasi. Media

    yang berbeda misalnya video dan grafik memerlukan simbol atau kode yang

    berbeda.

    c. praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber daya

    lainnya untuk memproduksi tidak perlu dipaksakan.

    d. guru trampil dalam menggunakan media. Apapun medianya guru harus trampil

    dalam penggunaan dalam proses pembelajaran. Jika guru belum dapat

    menggunakan media dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi

    mutu dan hasil belajar tidak akan mempunyai arti apa-apa.

  • 18

    2.1.6.2 Langkah-Langkah Penggunaan Video Pembelajaran

    Sebelum memulai pelajaran dengan menggunakan video guru haruslah

    mengetahui langkah-langkah pembelajaran menggunakan video. Langkah-

    langkahnya sebagai berikut:

    A. Persiapan

    Memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-

    hal sebagai berikut:

    a) menyusun jadwal disesuaikan denan topik dan program belajar yang sudah

    dibuat.

    b) memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan

    dengan tegangan listrik yang tersedia di sekolah.

    c) mempelajari bahan penyerta.

    d) mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau tidak

    perlu disajikan pada kegiatan pembelajaran.

    e) memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul.

    f) meminta siswa agar mempersiapkan alat tulis, buku, dan peralatan lainnya.

    g) mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar

    dengan baik.

    B. Pelaksanaan

    Memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-

    hal sebagai berikut:

    a) sebelum menghidupkan program video pembelajaran mengajak siswa agar

    memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

    b) memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

    c) menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan.

    d) memberikan persepsi pengetahuan/materi sebelumnya.

    e) mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan teknis dan bahan

    penyerta.

    f) mengamati kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan.

  • 19

    Hal yang patut dikerjakan oleh guru saat menayangkan program;

    a. Menjaga agar sussana kelas tetap tertib.

    b. Usahakan agar volume suara terdengar oleh semua siswa.

    c. Memberi penguatan terhadap tayangan program.

    d. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukkan.

    e. Membuat kesimpulan isi program sesudah memberikan evaluasi kepada siswa.

    C. Tindak Lanjut

    a) memberikan tugas pada siswa.

    b) memberikan umpan balik.

    c) bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru kemudian mengajak siswa

    untuk mengadakan praktek di laboratorium.

    d) bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebih lengkap,

    guru mengajak siswa untuk ke perpustakaan.

    e) menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan program video

    pembelajaran untuk memanfaatkan program video pembelajaran.

    f) mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang

    relevan dengan materi yang dipelajari.

    Tabel 2.2

    Tahapan pembelajaran Model

    Make A Match Berbantuan Video Pembelajaran

    Tahapan Aktivitas Keterangan

    Apresiasi

    1.Guru mengucapkan salam.

    2.Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa.

    3.Guru mengabsen siswa.

    4.Guru melakukan apresiasi.

    5.Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai.

  • 20

    Inti

    1.Siswa memperhatikan video yang sudah

    disiapkan oleh guru.

    2.Guru menjelaskan tentang video tersebut.

    3.Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya

    tentang materi yang belum dipahami.

    4.Guru membagi satu kelas menjadi 2 kelompok,

    kelompok A dan B. dengan cara mengambil

    gulungan kertas. Bagi siswa yang mendapatkan

    gulungan kertas yang warnanya sama menjadi

    satu kelompok.

    5.Guru membagikan sebuah amplop yang berisi

    pertanyaan di kelompok A, dan berisi jawaban di

    kelompok B.

    6.Guru memberikan waktu 5 menit kepada siswa

    untuk berfikir dan mencari pasangannya masing-

    masing.

    7.Siswa maju beserta pasangannya kemudian

    mencocokkan sesuai dengan soal atau jawaban

    yang didapat.

    8.Guru dan siswa membahas jawaban sesuai dengan

    pertanyaan atau jawaban yang didapat.

    Penutup

    1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang

    belum diketahui siswa.

    2.Guru menguji ingatan dan pemahaman siswa

    melalui Tanya jawab.

    3.Guru dan siswa membuat kesimpulan mengenai

    pelajaran hari ini.

    4.Siswa mengerjakan evaluasi.

  • 21

    5.Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan

    mengucap salam.

    2.1.7 Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kegiatan menafsirkan atau memakai data hasil pengukuran

    tentang kompetensi yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Atau

    memakai hasil suatu berdasarkan pengukuran kriteria. Dimyati dan Budiono

    (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

    Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak

    tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut Davies (dalam Dimyati dan

    Budiono, 2009:201) ranah tujuan pendidikan, berdasarkan hasil belajar secara umum

    dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: Ranah kognitif (berkenaan dengan hasil

    belajar intelektual), Ranah Efektif (berkenaan dengan sikap), Ranah Psikomotorik

    (berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak).

    Pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar adalah kemampuan perkembangan cara pola pemahaman siswa

    yang didapat setelah mengalami proses pembelajaran yang berlangsung di dalam

    kelas dan mencakup ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ukuran hasil belajar

    dapat diperoleh dari upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada

    suatu gejala atau peristiwa atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa

    angka. Dalam dunia pendidikan instrument yang sering digunakan untuk mengukur

    kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan

    angket. Dari pengertian yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta

    didik digunakan alat penilaian hasil belajar.

  • 22

    Teknik yang digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar yaitu teknik tes.

    Terdapat tiga jenis tes, salah satunya adalah jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya,

    yaitu:

    a) Tes Esai (Essay type test)

    Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorgnisasikan gagasan-

    gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya

    dalam bentuk Tulisan.

    b) Tes Jawaban Pendek

    Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes diminta

    menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essay, tetapi memberikan jawaban-

    jawaban pendek, dalam bentuk kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-

    angka.

    c) Tes Objektif

    Tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah

    tersedia.

    Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa

    yang diperoleh dari skor tes, diskusi, presentasi. Dalam membuat alat ukur yang akan

    digunakan haruslah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi adalah format atau matriks pemetaan

    soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik tertentu. Penyusunan

    kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi prangkat

    tes. Adapun kisi-kisi didalamnya meliputi:

    1) Standar Kompetensi dan Kompensi Dasar

    2) Indikator

    3) Proses berfikir C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan)

    4) Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, mudah)

    5) Bentuk instrument

    Peratutan Mentri Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2007 tentang Standar

    Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah

    kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh suatu pendidikan. KKM pada

  • 23

    akhir jenjang suatu pendidkan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu

    pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. Pengukuran

    hasil belajar tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes berupa tes sumatif

    dalam bentuk pilihan ganda. Untuk mengetahui peningkatan model pembelajaran

    dilihat dari ketuntasan hasil belajar yang ditentukan oleh petunjuk pelaksanaan proses

    belajar mengajar Depdikbud criteria ketuntasan program yaitu 65% atau criteria

    ketuntasan klasikal yaitu 85%. Dengan kata lain dianggap tuntas perorangan bila

    masing-masing siswa mencapai nilai ketuntasan bila terdapat 85% siswa yang tuntas

    dengan KKM 65.

    2.1.8 Hasil Penelitian Yang Relevan

    Membuat penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang

    relevan dilaksanakan pada saat ini. Suratman (2012) dalam penelitian yang berjudul

    “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Make a Match Pada

    Siswa Kelas V SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”.

    Menyimpulkan bahwa pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa.hasil belajar pada prasiklus baru terdapat 6 siswa atau 35,29% yang sudah

    mencapai batas kriteria ketuntasan minimal dan nilai rata-rata kelas 61,47. Pada

    siklus I terdapat 12 siswa atau 70,59% yang telah mencapai kriteria ketuntasan

    minimal dan nilai rata-rata kelas 71,76. Pada tindakan siklus II pencapaian kriteria

    ketuntasan minimal meningkat menjadi 17 siswa atau 100%.

    Penelitian Ria Yuni Astuti (2012) dalam penelitian yang berjudul “Upaya

    Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A

    Match Siswa Kelas V SDN 01 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester II

    Tahun Ajaran 2011/2012”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran Make A Match dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.hasil belajar pada kondisi awal baru terdapat 5

    siswa atau 58,3% yang sudah mencapai batas kriteria ketuntasan minimal. Pada siklus

    I terdapat 9 siswa atau 75% yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Pada

  • 24

    tindakan siklus II pencapaian kriteria ketuntasan minimal meningkat menjadi 12

    siswa atau 100%.

    Penelitian yang dilakukan oleh Eva Yuliana (2013) yang berjudul “Upaya

    Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Pada

    Siswa Kelas V SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester I

    Tahun Ajaran 2012/2013”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran Make A Match dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.hasil belajar pada prasiklus baru terdapat 7 siswa

    atau 35 % yang sudah mencapai batas kriteria ketuntasan minimal dan nilai rata-rata

    kelas 59.25. Pada siklus I terdapat 15 siswa atau 75% yang telah mencapai kriteria

    ketuntasan minimal dan nilai rata-rata kelas 70.50. Pada tindakan siklus II pencapaian

    kriteria ketuntasan minimal meningkat menjadi 18 siswa atau 80.75.

    Penelitian yang dilakukan oleh oleh peneliti yang berjudul “Upaya

    Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match

    Berbantuan Video Pembelajaran Pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 02

    Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016”. Memiliki

    perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti

    menggunakan bantuan video pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    2.1.9 Kerangka Pikir

    Penerapan model pebelajaran Make A Match diharapkan menjadikan siswa

    lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya, karena siswa aktif

    menemukan pengetahuannya melalui kerja sama dengan temannya yang lain. Selain

    itu siswa juga dapat berbagi informasi dengan teman yang lain maupun satu

    kelompok maupun kelompok lain melalui laporan diskusi masing-masing kelompok.

    Media video adalah media yang menyajikan media yang audio dan visual yang berisi

    pesan pembelajaran untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi

  • 25

    pembelajaran. Media video merupakan media gerak yang dapat membantu

    meningkatkan hasil belajar siswa dimana cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Model pembelajaran Make A Match berbantuan video pembelajaran

    diharapkan dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama dalam

    pembelajaran IPA, karena dengan menggunakan media video guru dapat

    menayangkan beberapa gambar atau video dalam proses pembelajaran. Adapun

    manfaat lain bagi siswa dalam proses pembelajaran antara lain: kejenuhan peserta

    didik dalam mengikuti pembelajaran, dapat menambah daya ingat dan daya dengar

    peserta didik, serta dapat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

    Kerangka dari paparan di atas dapat dilihat pada gambar:

    Gambar 2.1

    Skema Kerangka Pikir Model Pembelajaran Make A Match

    Proses Belajar

    Pembelajaran IPA

    Media

    Sarana Dan Fasilitas

    Penerapan modelpembelajaran Make A Matchberbantuan videopembelajaran

    Dengan menggunakanmodel pembelajaran Make AMatch berbantuan videopembelajaran kemampuanpada siswa dapatmeningkatkan

    Kondisi Awal

    Tindakan

    Kondisi Akhir

  • 26

    2.1.10 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian

    ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Make A Match berbantuan video

    pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sidorejo

    Kidul 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.