tf anak d

Upload: nanda-citra-hafina

Post on 16-Jul-2015

97 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGAKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga : Tn. Nur Cahyo Alamat lengkap : Griya Permata alam II/18, Karang Ploso

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah NO Nama 1 2 3 4 Tn. N Ny. S An. N An. D Kedudukan KK Istri Anak Anak L/P Umur Pendidikan L P P L 44 th 33 th 11 th 9 th S1 S1 SD SD Pekerjaan Swasta Swasta Pelajar Pelajar Pasien klinik Tidak Tidak Tidak ya Ket Typhoid Fever

Kesimpulan: Tn.N adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu orang sakit yaitu An. D umur 9 tahun, beralamat di Griya Permata alam II/18, Karang Ploso. Diagnosa klinis penderita adalah Typhoid Fever. Penderita adalah seorang anak berumur 9 tahun.

1

STATUS PENDERITA A. PENDAHULUAN Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype Typhi (S typhi). , Sementara Demam Paratifoid, penyakit yang gejalanya mirip namun lebih ringan dari Demam Tifoid disebabkan oleh S paratyphi A,B atau C.2 Bakteri S typhi hanya menginfeksi manusia. Orang biasanya menderita penyakit ini setelah memakan atau meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kotoran (feses) yang mengandung S typhi. Demam Tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang selalu ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil) di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Insiden infeksi Salmonella tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun. Angka kematian lebih tinggi pada bayi, orang tua dan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun (HIV, keganasan).3,4 Studi terakhir dari Asia Tenggara mendapatkan bahwa insidens tertinggi terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.2 Kasus yang berujung pada kematian tidak lebih dari 1%, meskipun demikian, angka ini bervariasi di seluruh dunia. Di Pakistan dan Vietnam, dari pasien yang dirawat di rumah sakit, angkanya kurang dari 2 %, sementara di beberapa area di Papua Nugini dan Indonesia, angkanya bisa mencapai 30-50 %. Hal ini sebagian besar disebabkan karena tertundanya pemberian antibiotik yang tepat. B. IDENTITAS I. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Status Perkawinan Agama Alamat Suku : An. D : 9 tahun : Laki-laki :: Sekolah Dasar : Belum menikah : Islam : Karang Ploso : jawa2

Tanggal Periksa/RM : 24 Januari 2012 / 12.64.75

II. IDENTITAS AYAH Nama Ayah Umur Ayah Pekerjaan Ayah III.IDENTITAS IBU Nama Ibu Umur Ibu Pekerjaan Ibu : Ny. Sri Yulia : 33 tahun : Swasta : Tn. Nur Cahyo : 44 thn : Swasta

C. ANAMNESA 1. 2. Keluhan Utama : Panas Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD RSI Malang pada tanggal 24 Januari 2012 jam 08.25 dengan keluhan panas sejak 4 hari yang lalu (20 Januari 2012). Panas turun naik terutama malam hari dan saat aktivitas. Sebelum di bawa ke RSI, pasien sempat berobat ke dokter, diberi obat penurun panas tetapi panas turun hanya setelah minum obat (5-6 jam), setelah itu panas lagi. Panas disertai batuk, pilek, nafsu makan (+) meskipun porsinya lebih sedikit dari biasanya. Pasien juga mengeluh perutnya sakit dan pasien juga muntah. 3. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat Sakit Serupa Riwayat Mondok Riwayat Sakit Gula Riwayat Hipertensi : Pasien pernah mengalami penyakit yang sama. : Pernah MRS karena penyakit yang sama. : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal : Disangkal

3

Riwayat Sakit Kejang Riwayat Alergi Obat Riwayat Alergi 4. Riwayat Penyakit Keluarga

: Disangkal : Disangkal : Pasien mengatakan alergi terhadap debu.

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa Riwayat Hipertensi Riwayat Sakit Gula Riwayat Jantung Riwayat Penyakit Tumor Riwayat Alergi 5. Riwayat Kebiasaan Riwayat Merokok Riwayat Minum Alkohol Riwayat Olahraga

: Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : (+) pada ibu

: Disangkal : Disangkal : (+) pasien adalah atlet renang (KONI) dan berlatih setiap pagi sebelum sekolah.

Riwayat Pengisisan Waktu Luang 6. Riwayat Kehamilan Ibu

:

Pasien

mengikuti

ekstrakurikuler, les dan mengaji. An.N merupakan anak ketiga. Ibu pasien mengatakan saat hamil, tidak ada permasalahan pada kandungannya . 7. Riwayat Kelahiran Persalinan normal di RS. Kelahiran lewat bulan (Postterm) . Berat anak waktu lahir 5 kg dan panjang 53 cm. 8. Riwayat Imunisasi BCG Hepatitits B Polio Campak DPT : sudah usia 2 bln : sudah sebanyak tiga kali d ( 0 bln, 2 bln dan 6 bln) : sudah sebanyak lima kali (0 bln, 2 bln, 4bln, 6bln, 18 bln) : sudah 9 bulan : sudah sebanyak empat kali (2bln, 4bln, 6bln, 18 bln.)4

9. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan :

An. D mengalami tumbuh kembang yang pesat, pada umur 36 hari An.D sudah mulai tengkurap, sudah mulai duduk pada usia 6 bulan, berjalan merambat (Berpegangan pada dinding) pada usia 7 bulan dan berjalan pada umur 8 bulan. An. D juga pada usia 11 bulan sudah mulai berbicara dan menirukan suara- suara. An.D merupakan anak berkebutuhan khusus, pernah diterapi saat umur 1,5 tahun. Pada umur 3 tahun sudah bisa membaca tetapi masih belum bisa menulis. 10. Riwayat Gizi: Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi yang cukup dengan sayur dan lauk pauk berupa tahu, tempe dan kadang-kadang dengan telur, ayam atau daging. Pasien suka makan sayur, terutama wortel. 11. Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien seorang Pelajar Sekolah Dasar kelas 3 dan merupakan anak berkebutuhan khusus. Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya Rumah Sakit ditanggung sendiri. Ekonomi keluarga Tn. N menengah ke atas. Hubungan pasien dengan orangtuanya dan kakaknya baik. Pasien tinggal di bersama kakak dan orangtuanya. Hubungan pasien dengan orangtua dan kakaknya baik. A. Anamnesa Sistem 1. 2. 3. Kulit Kepala Mata : Gatal (-), kering (-) : Sakit kepala (-), pusing (-), rambut todak rontok, luka kepala (-), benjolan (-). : Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan normal, hiperemis (+/ +), isokor (+/+). 4. Hidung : Tersumbat (-) , mimisan (-)

5

5. 6. 7. 8. 9.

Telinga Mulut Tenggorokan Pernafasan Kardiovaskuler

: Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-) : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-), mukosa lidah putih (+), Kotor (+) : Sakit menelan (-), suara serak (-) : Sesak nafas (-), batuk lama (+) : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-) : Mual (-), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (+). : BAK 2 kali/ hari, kencing malam hari (-), kuning jernih. : Kejang (-), lumpuh (-), kesemutan pada kaki (-) : Emosi stabil (+), mudah marah (-) : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-) : Bengkak (-), sakit (-), luka (-), akral hangat.

10. Gastrointestinal 11. Genitourinaria 12. Neurologik 13. Psikiatri 14. Muskuloskeletal 15. Ekstremitas atas

16. Ekstremitas bawah: Bengkak (-), sakit (-), luka (-), akral hangat. E. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum: Tampak kesakitan, Composmentis , GCS 456 2. Vital Sign :- BB - TD - Nadi - RR - Suhu 3. Kulit

: 25 Kg :: 98 x/ menit :: 380C : Kulit sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), kulit gatal dan mengelupas (-), kulit kering (-) : Simetris, normocephal, rambut tidak rontok, rambut tidak mudah dicabut, luka pada kepala (-), benjolan/borok (-). : Hiperemis(+/+), sklera ikterik (-/-),

4.

Kepala

5. Mata

radang/konjungtivitis/uveitis (-/-), isokor (+/+), katarak (-/-)6

6. Hidung

: Nafas cuping hidung (-), simetris, saddle nose (-), sekret (+), perforasi (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-) : Daun telinga simetris, membran tympani (intak), nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal.

7.

Telinga

8. Mulut

: Simetris, mulut kering (-), sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (+), mukosa lidah putih (+), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), gusi berdarah (-).

9.

Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). : JVP tidak meningkat, trakea di tengah, pembesaran, kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-). : Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

10. Leher11. Thorax

Cor

: Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis kuat angkat : : SIC II 1 cm lateral Linea Para Sternalis

batas kiri atas Sinistra batas kanan atas batas kiri bawah Sinistra batas kanan bawah

: SIC II Linea Para Sternalis Dekstra : SIC V 1 cm lateral Linea Medio Clavicularis

: SIC IV Linea Para Sternalis Dekstra (batas jantung kesan tidak melebar).

Auskultasi : Bunyi Jantung III intensitas normal, regular, bising (-) Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri7

Palpasi Perkusi

: fremitus raba kanan sama dengan kiri : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler + + + suara tambahan 12. Abdomen Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) + +

Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi Palpasi : timpani : supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tak teraba

13. Ektremitas : palmar eritema (-/-)

Akral hangat + + + +

Oedem -

8

Ulkus -

14. Sistem genetalia: dalam batas normal 15. Pemeriksaan Neurologik Kesadaran Fungsi Luhur Fungsi Sensorik : GCS 456 : Dalam batas normal : Dalam batas normal fungsi sensorik N N N N

Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal

fungsi motorik

: Dalam batas normal 2 2 2 2

Kekuatan 16. Pemeriksaan Psikiatrik Penampilan Kesadaran Afek Psikomotor Proses pikir

Tonus

Reflek

RP

: sesuai umur, perawatan diri terkesan baik : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis : appropriate : normoaktif : Bentuk : realistik Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

9

Arus Insight F. : baik

: koheren

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah lengkap Hb Leukosit LED Trombosit PCV Eritrosit HT -

: 13,8 g/dL : 3.500/mm3 :: 213.000 /mm3 : 40,3 % : 4,76 juta/mm3 : Eosinophil Basophil Stab neutrofil Segmen Lymposit Monosit : (+) 1/320 : (-) : (-) : (-) :2% :2% :: 29 : 55 % : 12 %

Widal : Typhus O

Typhus H Paratyph A Paratyph B G. RESUME

Pasien datang ke ruang IGD RSI Malang dengan keluhan panas sejak 4 hari yang lalu (20 Januari 2012). Panas turun naik, terutama saat malam hari dan saat aktivitas. Saat sakit pasien berobat ke dokter keluarga, demikian juga saat sakit sekarang, namun panasnya tetap. Panas disertai batuk, pilek, pasien juga mengeluh perutnya sakit, pasien juga sempat muntah 1 kali saat di RS. Pasien alergi terhadap debu. Selama di RS demam pasien menurun, nafsu makan baik. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan K/U tampak sakit, composmentis. Hasil pemeriksaan darah lengkap : Widal (+), Typhus O (+)10

1/320, peningkatan Basofil (2), penurunan Segmen (29), peningkatan Lymfosit (55), Peningkatan monosit (12). H. DIAGNOSA HOLISTIK An.D dengan usia 9 tahun adalah penderita Thypoid Fever. Pasien tinggal bersama orangtua dan kakak perempuannya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik dan harmonis. Dalam lingkungan sekitar atau kehidupan sosial, An.D adalah anggota masyarakat biasa. Pasien merupakan orang yang mudah bergaul dengan tetangga di sekitarnya. 1. Diagnosis dari segi biologis: Thypoid Fever dan ISPA. 2. Diagnosis dari segi psikologis: Hubungan An.D dengan keluarganya baik dan harmonis, saling mendukung antar anggota keluarga, saling memperhatikan dan saling pengertian 3. Diagnosis dari segi sosial: An.D adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan

bermasyarakat. Pasien merupakan orang yang mudah bergaul dengan tetangga di sekitarnya.

I. PENATALAKSANAAN: 1. Non Medikamentosa: a. BKTKTP rendah serat b. Bed rest c. KIE memperbanyak minum air putih 2-3 L/hari.11

2. Medikamentosa Infus D5 1/4 22 tetes/menit, selanjutnya RA 22 tetes/menit Injeksi: o Per Oral: o o o o o o Erysanbe chew 300 mg Histapan Nomilan tab Kalmetason tab Imuno Syr 2 dd cth 1 pc Dumin Syr 3 dd cth II pc Pulv 3x1 Terfacef 2x625 mg IV

J. FOLLOW UP Tanggal 24 Januari 2012 S : Panas sudah 4 hari, batuk, pilek, sakit perut, muntah. O : KU baik, composmentis, gizi kesan cukup Tanda vital: T N RR : : 110 x/menit (18.00) : -

12

S BB Status Generalis Status Lokalis Status Neurologis Status Mentalis A : TF + ISPA

: 38 0C (18.00) : 25 Kg : dalam batas normal : nyeri tekan perut : dalam batas normal : dalam batas normal

P : Terapi medikamentosa, Bed rest, BKTKTP rendah serat, minum air putih 2-3 L/hari. Kesimpulan: Keadaan An.D berangsur membaik Nyeri pada perut, demam, muntah sudah tidak ada keluhan.

FLOW SHEET No Tanggal Vital Sign BB/TB BMI Status Lokalis Keluhan Rencana

13

25/Nyeri T:24 1 Januari 2012 N : 110 RR : S : 380C (+),demam (+), mual (-), muntah (+), batuk (+), pilek (+). 25/Nyeri T:25 2 Januari 2012 N: RR : S : 0C (-),demam (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (+). terapi medikamentosa, selain diberikan pula terapi non farmakologis. terapi medikamentosa, selain diberikan pula terapi non farmakologis.

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA A. Fungsi Holistik : Fungsi Biologis Keluarga terdiri atas pasien (An.D 9 th), Tn N (44 th), Ny. S (33 th), An. N (11 th). Pasien adalah penderita Thypoid fever dan ISPA.

Fungsi Psikologis

14

Hubungan keluarga di antara mereka terjalin cukup baik, terbukti dengan adanya komunikasi antar anggota keluarga, dan semua menyempatkan diri untuk menjenguk dan selalu menunggu pasien saat pasien sakit. Fungsi Sosial Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar terjalin cukup baik,. I.9.2. Fungsi Fisiologis Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score.

APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi: 1. Adaptasi Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. 2. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. 3. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4. Affection Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. 5. Resolve

15

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik. APGAR score An.D APGAR Nn. U Terhadap Keluarga Sering Kadang /selalu A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya saya bila saya menghadapi -kadang Jarang/ Tidak

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Nn. U APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

16

Adaptation :

Penderita mendapat dukungan dari keluarga untuk berobat. Penderita merasa senang atas dukungan yang diberikan oleh keluarganya. Score : 2

Partnership : Kesibukan pasien pada saat kuliah tidak mengurangi hubungan dan komunikasi dengan orangtua maupun keluarga walaupun jarak jauh dibuktikan terkadang orangtua pasien menelpon pasien dan menayakan kondisi pasien. Score : 2 Growth : Keluarga pasien selalu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh pasien baik didalam maupun diluar kampus selama kegiatan tersebut positif. Score : 2 Affection : Keluarga pasien sangat sayang dan perhatian kepada anakanaknya termasuk pasien Score : 2 Resolve : Waktu yang tersedia bagi pasien dan keluarga untuk berkumpul masih kurang karaena pasien jauh dari keluarga dan orangtua sehingga jarang bertemu dan berkumpul bersama. Score : 2 Kesimpulan : Fungsi APGAR An.D baik.

I.9.3. FUNGSI PATOLOGIS

17

Fungsi

patologis

dari

keluarga

Nn.

U

dinilai

dengan

menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut : SUMBER PATOLOGIS Sejak sakit pasien tidak dapat beraktifitas dengan Social baik seperti biasanya dan belumdapat berkumpul dengan teman-tem anya Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, Cultur dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarga yang menghargai adat istiadat. Pemahaman terhadap ajaran agama baik, demikian Religious Economic Educational juga dalam ketaatannya dalam beribadah dan pasien sering mengikuti kegiatan keagamaan di kampus. Menengah ke atas Tingkat pengetahuan pasien cukup baik ,pasien adalah mahasiswa salah satu PTS di Malang, Pasien cukup mengerti tentang kesehatan . Pasien sering memeriksakan dirinya kedokter tetapi pasien tidak dapat menjaga kesehatannya dengan baik + KET

Medical

-

Tn. N

I.9.4.

Pola Interaksi KeluargaAn. N Ny. S

18

An. D

Keterangan: : Hubungan Baik : Hubungan tidak baik

I.8.5. GenogramTn. N Tn. N Ny. S

X

19

Keterangan = Pasien = Laki-laki = PerempuanX

= Meninggal

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

Faktor Perilaku Keluarga Pasien dan keluarga sering memeriksakan dirinya kedokter

terbukti dengan apabila pasien merasakan sakit, pasien segera memeriksakan dirinya ke dokter. Faktor Non Perilaku Tempat tinggal yang dihuni pasien adalah perumahan dengan luas 7x12 m dan rumah tersebut dihuni oleh empat orang termasukPemahaman: Keluarga pasien, pencahayaan cukup paham tentang penyakit

cukup, ventilasi cukup.

Pelaya nan Kesehatan Jika : An.D periksa ke RS sakit

Sikap:Pasien kurang dapat menjaga kesehatannya dengan baik

Keluarga An.D Keluarg

Keturunan Tidak ada : penyakit erupa dgn yg s diderita pasien

Tindakan: Pasien segera memeriksakan dirinya jika pasien sakit

Lingkungan tempat tinggal : memenuhi syarat kesehatan 20

Faktor Perilaku Faktor Non Perilaku

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAHA. Indoor :

Tidak dapat dievaluasi karena pasien masih dirawat,tetapi kami melakukan anamnesa terhadap lingkungan tempat tinggal pasien.

Ukuran rumah :perumahan dengan Luas 7x12 m Kamar tidur dikeramik Satu rumah dihuni oleh 4 orang Kamar mandi pasien di lingkungan rumah Pencahayaan cukup ventilasi cukup

B. Outdoor :

Memiliki halaman yang sempit, berhadapan langsung dengan jalan. Jarak antar rumah berdempetan

Denah Tempat tinggal :Halaman Belakanag

Dapur21

KM

KT anak

RK

RT

KT

Teras

Keterangan : -

KT : Kamar tidur KM : kamar Mandi RT : Ruang tamu RK : Ruang Keluarga : Jendela : Pintu

-

I.11. DAFTAR MASALAH I.11.1. Masalah Medis Thypoid Fever dan ISPA

I.11.2. Masalah Non Medis

22

Pasien merasa kurang nyaman dalam beraktifitas karena penyakit yang diderita. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Pasien merasa kurang nyaman dalam beraktifitas karena penyakit yang diderita.

An.DHypoid Fever dan ISPA

BAB II23

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Tifoid 2.1 Definisi Demam Tifoid Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thyposa yang secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 7 hari, disertai gangguan kesadaran dan gangguan saluran cerna. 2.2 Penyebab Demam Tifoid Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Salmonella Thyposa yaitu kuman gramnegative, motil, tidak menghasilkan spora. Hidup baik pada suhu tubuh manusia dan matipada suhu tinggi dan antiseptik. Salmonella Thyposa mempunyai 3 macam antigen yaitu : - Antigen O = antigen somatik - Antigen H = antigen flagella - Antigen Vi = Kapsul Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman inimati pada suhu 56 o C dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu. 2.3 Epidemiologi Demam Tifoid Demam tifoid merupakan penyakit endemik, terutama ditemukan pada negara berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat, insiden tidak berbeda antara anak lakilaki dan anak perempuan. 2.4 Patologi Demam Tifoid24

Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus emudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai ke organorgan terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque payer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforesi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin yang disekresi oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. 2.5 Patogenesis Demam Tifoid Penularan Salmonella thyposa adalah melalui feco-oral, dibutuhkan sejumlah 105-109kuman untuk menyebabkan infeksi.Dimana faktor yang mempengaruhi infeksi adalah : a. PH, jika PH lambung asam dapat mencegah infeksi b. Waktu pengosongan lambung Setelah kuman berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plaque peyeri) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (Bakteremia I) menuju organ retikulo endothelial sistem terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman masuk kembali ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia II) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus.

25

Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala demam

tifoid.Kelainan utama terjadi di ilium terminal dan plak peyeri yang hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III) serta bila sembuh tanpa adanya jaringan parut. Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu panjang usus dimana ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi. Masa tunas rata-rata 10-14 hari, gejala biasanya lebih ringan daripada dewasa. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan , esu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kadang-kadang penderita mengeluh batuk kering. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu : 1.Demam Terjadi karena kuman menyerang sistem retikulo endothelial dan septikemia, bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap sore dan malam hari. Dalam minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam, anak besar/dewasa febris continua. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsurangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 2. Gangguan saluran cerna Bibir kering, pecah-pecah, nafas berbau tidak sedap, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar serta disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapati konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan diare, diare karena enterotoksinnya.

26

3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak begitu dalam yaitu apati sampai somnolen.Dapat pula ditemukan gejala-gejala berupa roseola pada punggung dan anggota gerak. Kadang-kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis. Manifestasi klinis demam enteric tergantung umur a. Anak usia sekolah dan remaja Mulainya gejala tersembunyi. Gejala awal demam, malaise, anoreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri perut berkembang selama 2-3 hari. Walaupun diare berkonsistensi sop kacang mungkin ada selama awal perkembangan penyakit, konstipasi kemudian menjadi gejala yang lebih mencolok. Mual dan muntah adalah jarang dan memberi kesan komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua dan ketiga. Batuk dan epistaksis mungkin ada. Kelesuan berat dapat terjadi pada beberapa anak. Demam yang terjadi secara bertingkat menjadi tidak turun-turun dan tinggi dalam 1 minggu, sering mencapau 40 o C (1040 F). Selama minggu kedua penyakit, demam tinggi betahan, dan kelelahan, anoreksia, batuk dan gejala-gejala perut bertambah parah. Penderita tampak sangat sakit, bingung dan lesu. Mengigau dan pingsan (stupor) mungkin ada. Tanda tanda fisik adalah bradikardi relatif, yang tidak seimbang dengan tingginya demam. Hepatomegali, splenomegali, dan perut kembung dengan nyeri difus amat lazim. Pada sekitar 50% popular (yaitu bintik merah) tampak pada sekitar hari ke 7 sampai hari ke 10. Lesi biasanya, berciri khas, eritematosa, dan diameter 1-5 mm, lesi agak timbul, dan pada penekanan pucat. Mereka tampak pada kelompok 10 -15 lesi pada dada bagian bawah dan abdomen dan berakhir 2 atau 3 hari. Pada penyembuhanmeninggalkan perubahan warna kulit kecoklatan. Biakan lesi 60% menghasilkan organisme Salmonella. Ronki rales tersebar dapat terdngar pada auskultasi dada. Jika tidak27

terjadi komplikasi, gejala-gejala dan tanda-tanda fisik sedikit demi sedikit sembuh dalam 2-4 minggu, tetapi malaise dan kelesuan dapat selama 1-2 bulan lagi. Penderita mmungkin menjadi kurus pada akhir penyakit. Demam enterik yang disebabkan oleh Salmonella nontifoid biasanya lebih ringan, dengan lama demam lebih pendek dan angka komplikasi lebih rendah. b. Bayi dan anak muda (