testing minat & kepribadian

17
TESTING MINAT DAN TESTING KEPRIBADIAN MAKALAH Oleh: Muhamad Ridwan Arif (0105513064) Jati Rinakri Atmaja (0105513038) PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIMBINGAN & KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: ekayuliakh

Post on 29-Dec-2015

263 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

TESTING MINAT & KEPRIBADIAN

TRANSCRIPT

Page 1: Testing Minat & Kepribadian

TESTING MINAT DAN TESTING

KEPRIBADIAN

MAKALAH

Oleh:

Muhamad Ridwan Arif (0105513064)

Jati Rinakri Atmaja (0105513038)

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN & KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Testing Minat & Kepribadian

1

TESTING MINAT DAN TESTING KEPRIBADIAN

A. PENDAHULUAN

Minat dan kepribadian konseli merupakan suatu hal yang sangat

penting diketahui oleh seorang konselor. Dimana minat berhubungan dengan

dan atau menentukan perkembangan karir dan kesesuaian lingkungan

individu.. Pengukuran minat penting untuk dilakukan, yaitu untuk menentukan

pilihan pekerjaan dan pendidikan.

Kepribadian mencakup cara atau gaya seseorang dalam berhubungan

dengan dunia. Kepribadian dapat dikonseptualisasikan sebagai hal yang

memiliki aspek-aspek jangka panjang maupun jangka pendek, dan ukuran-

ukuran kepribadian sering diterapkan dalam seting klinis dan konseling.

Konselor dalam melakukan testing minat dan testing kepribdian, harus

menyadari bahwa individu memiliki minat yang berbeda-beda serta dapat

mengekspresikan ciri sifat atau kepribadiannya secara berbeda dalam situasi

yang berbeda, sehingga diperlukan metode atau inventori testing minat dan

testing kepribadian sesuai dengan situasi dan kondisi individu.

B. PEMBAHASAN

1. Inventory Minat

English & English (1958) mendefinisikan minat sebagai suatu sikap

atau suatu set perhatian, suatu kecenderungan untuk memberi perhatian

selektif terhadap sesuatu, serta suatu sikap atau perasaan terhadap suatu objek

atau kejadian yang membuat suatu perbedaan atau perhatian pada diri sendiri

(Drummond & Jones, 2006:213). Sedangkan Strong (1927) berpendapat

bahwa, minat adalah domain motivasi, dan ada pengelompokkan sikap, minat,

dan faktor kepribadian berkaitan dengan pilihan dan kepuasan kerja (Shertzer

& Linden, 1979:270). Dengan demikian, minat merupakan kecenderungan

seseorang untuk memberi perhatian khusus pada sesuatu.

Page 3: Testing Minat & Kepribadian

2

Di dalam kerangka kerja intervensi konseling, minat dapat diukur

untuk beberapa alasan, dengan tujuan membantu individu memilih pekerjaan

dan pendidikan. Bagi klien, skor inventori minat dapat memberikan stimuli

yang kuat bagi proses eksplorasi awal dan perkembangan ide dan

kemungkinan perkembangan.

Hansen (1994) mengatakan bahwa, inventory minat digunakan di

dalam setting tenaga kerja terutama dalam penyeleksian dan juga membantu

pekerja menentukan kandidat yang paling cepat menyelesaikan pelatihan,

tetap bersama perusahaan, dan yang paling sukses (Brown & Lent, 2005:285).

Inventori minat juga digunakan untuk membantu para pekerjanya menemukan

posisi yang tepat didalam kelompok, apabila pekerja tertentu merasa tidak

puas dengan posisinya yang sekarang namun tetap berharap untuk tetap berada

didalam perusahaan namun dengan peran yang berbeda. Dengan demikian,

pengukuran minat penting untuk dilakukan; yang pertama untuk menentukan

pilihan pekerjaan dan pendidikan, kemudian orang yang mencari pekerjaan

yang lebih menantang, kemudian mungkin pada poin tertentu jika mereka

menanyakan mengenai keputusan awal, jika mereka mengalami

ketidakstabilan kerja atau kehilangan pekerjaan. Selanjutnya, apabila orang

mulai mendekati masa pensiun, mereka dapat mengulang proses eksplorasi

minat jabatan mereka, memfokuskan pada masa sekarang dimana mereka

harus membuat transisi dari pengaktualisasian minat kejuruan mereka hingga

melibatkan aktivitas yang merefleksikan minat kesenangan mereka.

Inventori minat yang umum digunakan adalah Self Directed Search

(SDS) dan Strong Interest Inventory (SII).

a. Self Directed Search (SDS).

SDS dikembangkan oleh John Holland dan pertama kali

dipublikasikan tahun 1971, sebagai suatu sarana untuk menilai

kemiripan seseorang dengan yang lain berdasarkan 6 tipe kepribadian

jabatan (Holland, 1971, 1985). SDS dirancang sebagai instrumen

konseling pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri, diskor sendiri, dan

diinterpretasikan sendiri. Individu mengisi buklet penaksiran diri,

Page 4: Testing Minat & Kepribadian

3

menskor respons, dan menghitung enam skor rangkuman yang

berhubungan dengan tema model Holland (Realistik, Investigatif,

Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional).

Holland memilih soal-soal (item) untuk SDS menggunakan

model teorinya yang berdasar pada banyaknya data tentang orang-

orang dengan pekerjaan yang berbeda (Holland, 1985, hal.3). Enam

skala tersebut adalah realistis (bekerja dengan benda, praktis dan

konkrit), investigasi (bekerja dengan ide-ide, analisis dan ilmiah),

artistik (bekerja dengan ide-ide, kreatif dan imajinatif), sosial (bekerja

dengan manusia, empati dan kehangatan), enterprising (bekerja dengan

manusia, ambisi dan menguasai) dan konvensional (bekerja dengan

data, orientasi rinci dan ketelitian).

Daya tarik utama SDS berasal dari keringkasan dan

kesederhanaannya, segi swalayan, dan perannya dalam memperluas

pilihan karir. Validitas dan reliabilitas SDS telah terbukti dan diakui,

indeks reliabilitas umumnya memuaskan untuk skor-skor rangkuman.

Validitas konstruk enam tema dasar pertama-tama bersandar pada

penelitian yang menghasilkan perumusan tema-tema itu dan pada studi

analitik faktor afirmatif selanjutnya yang mendukung . Validitas

konkruen dan efisiensi prediktif SDS naik-turun tergantung pada

susunan sampel-sampel dalam kaitan dengan usia, seks, tingkat

pendidikan, dan tipe-tipe distribusi. Kritik terhadap SDS berpusat pada

sejumlah prosedur penentuan skor dan interpretifnya, namun kelebihan

SDS adalah instrumennya memberikan cara yang sederhana, tidak

mahal, dan relatif akurat untuk menjelajahi pekerjaan.

b. Strong Interest Inventory (SII)

Strong Interest Inventory (SII) dirumuskan oleh E.K. Strong,

Jr., dan pertama kali dipublikasikan di tahun 1927 dengan judul Strong

Vocational Interest Blank (SVIB). SVIB memperkenalkan dua

Page 5: Testing Minat & Kepribadian

4

prosedur utama dalam pengukuran minat pekerjaan. Pertama, butir-

butir soal berhubungan dengan rasa suka atau tidak suka responden

akan berbagai kegiatan, objek atau jenis orang tertentu yang lazim

ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, respons-respons ini

secara empiris dikunci untuk berbagai pekerjaan. Dengan demikian,

inventori minat ini ada di antara tes-tes pertama untuk menggunakan

penguncian kriteria butir–butir soal, yang selanjutnya diikuti dalam

pengembangan teori kepribadian.

SII adalah inventori minat yang paling umum digunakan dalam

seting pendidikan di Amerika Serikat. SII meliputi 6 tipe kepribadian

jabatan Holland (RIASEC), 30 skala minat dasar, dan 244 skala

pekerjaan. SII dirancang oleh Strong untuk beberapa fungsi sebagai

berikut:

1) Membantu individu membuat pilihan pendidikan;

2) Mengenalkan isu-isu gaya hidup untuk eksplorasi sebagai

kemungkinan mempertinggi karir;

3) Merangsang diskusi antara konselor, siswa, dan orang tua;

4) Mengidentifikasi bagian minat dengan orang yang sukses dalam

pekerjaannya;

5) Mengidentifikasi karir untuk mengeksplor kemungkinan

perubahan karir menengah;

6) Membantu mengidentifikasi minat dalam manajemen;

7) Membantu konselor memahami kepuasan dan ketidakpuasan

kerja;

8) Membantu dalam perencanaan pensiun.

c. Career Occupational Preference System (COPS).

COPS mempunyai 3(tiga) komponen sebagai berikut:

1) Inventori minat COPS, adalah tes dengan durasi 20-30 menit yang

dirancang untuk mengukur minat dalam 14 kelompok karir

diantaranya adalah: professional dalam ilmu pengetahuan (science

Page 6: Testing Minat & Kepribadian

5

professional); keterampilan ilmu pengetahuan (science

skilled);professional dalam bidang teknologi (technology

professional); keterampilan teknologi (technology skilled);

consumer economics, outdoor, business professional, business

skilled, clerical, communication, art professional, art skilled,

service professional, serta service skilled.

2) Battery test, yaitu suatu tes bakat CAPS (Career Ability Placement

Survey). CAPS bersifat komprehensif dan multidimensional yang

dirancang untuk mengukur kemampuan yang relevan dengan

pekerjaan. Skalanya meliputi alasan mekanis, hubungan bagian,

alasan verbal, kemampuan numerik, penggunaan bahasa,

pengetahuan kata, kecepatan dan keakuratan persepsi, kecepatan

manual dan ketangkasan. CAPS membutuhkan waktu sekitar 50

menit.

3) Pengukuran nilai kerja COPES (Career Orientation Placement and

Evaluation Survey), yang menyediakan suatu ukuran nilai untuk

melengkapi program dalam pendidikan dan konseling karir

industrial. COPES memiliki 8 skala, yaitu: investigative/accepting,

practical/carefree, independence/conformity, leadership/supportif,

orderliness/flexibility, recognition/privacy, aesthetic/realistic, &

social/reserved. COPES memerlukan waktu sekitar 30-40 menit.

Dengan demikian, SII dan SDS termasuk skala pengukuran 6

tipe Holland. Tetapi, pengukuran minat SII berada di level ketiga

dalam tingkat kespesifikannya sedangkan SDS terfokus hanya pada

tipe dasar Holland. Selain SII, dan SDS, terdapat beberapa inventori

minat yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) CISS (Campbell Interest and Skill Survey), fokus pada karir yang

membutuhkan pendidikan sekolah menengah dan paling tepat

digunakan untuk individu yang sudah lulus perguruan tinggi atau

yang merencanakan untuk memasuki perguruan tinggi;

Page 7: Testing Minat & Kepribadian

6

2) IDEAS (Interest Determination, Exploration, & Assessment System)

menyediakan skor pada beberapa skala seperti mekanikal,

elektronik, alam/outdoor, ilmu pengetahuan, numerik, tulisan,

seni/keahlian, pelayanan sosial, perawatan anak, pelayanan medis,

bisnis, penjualan, praktek kantor, dan pelayanan makanan. IDEAS

dirancang untuk digunakan dalam level 6-12.

3) JVIS (Jackson Vocational Interest Survey),digunakan untuk siswa

sekolah menengah atas, siswa perguruan tinggi, dan orang dewasa,

mempunyai 34 skala minat dasar, serta 10 tema pekerjaan.

2. Masalah-masalah dalam Pengukuran Minat

Dalam testing minat, terdapat beberapa masalah dalam pengukuran

minat, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak ada bukti stabilitas minat, terutama pada akhir remaja, beberapa

klien mengubah minat mereka secara dramatis ketika dewasa.

b. Tes yang diberikan sebelum usia 10 atau 11 tahun tidak akurat dalam

pengukuran minat, karena siswa mungkin belum atau tidak memiliki

latar belakang pengalaman nyata.

c. Kesuksesan kerja biasanya berkorelasi lebih pada kemampuan

daripada minat.

d. Beberapa inventori minat mudah dipalsukan, baik intensional maupun

tidak.

e. Suatu set tanggung jawab mungkin mempengaruhi validitas profil

individu, klien mungkin memilik opsi-opsi yang mereka anggap lebih

diinginkan secara sosial atau persetujuan.

f. Skot-skor tinggi tidak hanya skor-skor bernilai pada inventori minat.

Skor rendah menunjukkan apa yang orang-orang tidak sukai atau ingin

menghindari, sering lebih prediktif daripada skor tinggi.

g. Harapan-harapan social dan tradisi-tradisi mungkin bukti yang lebih

penting daripada minat dalam menentukan nilai pekerjaan. Bias gender

merupakan perhatian terbesar dalam pengukuran minat selama

Page 8: Testing Minat & Kepribadian

7

beberapa decade yang lalu, dan kebutuhan dipertimbangkan ketika

seleksi instrument dan interpretasi profil.

h. Kelas sosial ekonomi mungkin mempengaruhi pola-pola skor pada tes

minat.

i. Inventori mungkin menjadi alat profesi lebih daripada area

keterampilan dan semi keterampilan. Beberapa inventori adalah

penting karena mereka alat eksklusif untuk siswa perguruan tinggi.

j. Profil mungkin menjadi datar dan sukar untuk diinterpretasikan,

Dalam situasi tertentu, seorang konselor sebaiknya menggunakan tes

dan teknik lain untuk mengukur minat.

k. Tes menggunakan tipe-tipe prosedur skoring yang berbeda. Beberapa

tes minat menggunakan item-item pilihan kekuatan, dimana individu

diminta untuk memilih dari suatu set opsi (pilihan). Responden

mungkin menyukai atau tidak menyukai semua pilihan-pilihan, tetapi

masih harus memilih. Prosedur skoring akan memiliki dampak pada

interpretasi hasil.

3. Fungsi Testing Kepribadian

Kepribadian meliputi semua kualitas khusus manusia yang membuat

mereka berbeda dari yang lain, daya tarik, energi, watak, bakat, temperamen,

kepandaian, dan perasaan serta perilaku yang mereka tunjukkan (Drummond

& Jones, 2006:239). Sedangkan Sundberg, Winebarger, dan Taplin (2007 :

112), kepribadian mengacu pada cara khas seseorang dalam

mengorganisasikan pengalaman dan mengekspresikannya dalam interaksinya

dengan lingkungan sosial dan fisiknya. Dengan demikian, kepribadian adalah

kualitas manusia yang unik dank has yang membedakannya dengan orang lain.

Testing kepribadian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Memberikan gambaran performance tipikal kepribadian;

b. Dalam seting klinis digunakan untuk mengidentifikasi masalah-

masalah pribadi dan mendiagnosis psikopatologis seperti dalam

konteks bimbingan dan konseling

Page 9: Testing Minat & Kepribadian

8

c. Membantu individu memperoleh insight (wawasan) perilaku diri,

sehingga individu dapat mengevaluasi perubahan setelah terapi.

d. Membantu individu mendiagnosis masalah, memberi indikasi

pertumbuhan atau perubahan perilaku, serta memprediksi perilaku.

4. Teknik-teknik Pengukuran Kepribadian

Dalam testing kepribadian, menurut Koppitz (1982) terdapat beberapa

teknik untuk mengukur kepribadian, yaitu sebagai berikut:

a. Verbal techniques (teknik verbal)

Teknik verbal melibatkan stimuli verbal dan respon verbal,

yang dapat disampaikan (ditransmisikan) secara lisan atau tulisan.

Responden sebaiknya memiliki kecukupan keterampilan berbahasa

yang bagus, mampu mendengar atau membaca kata-kata, serta

mengekspresikan dirinya sendiri secara lisan maupun tulisan.

Teknik verbal meliputi teknik-teknik sebagai berikut:

1) Projective questions (pertanyaan proyeksi), antara lain:

a) Jika anda memulai program studi anda kembali, maukah anda

masuk dalam bidang yang sama?

b) Jika anda dapat menjadi seperti sesuatu yang anda inginkan,

anda akan menjadi apa?

c) Jika anda mempunyai tiga harapan, apa yang akan anda

harapkan?

d) Apakah yang anda paling sukai mengenai sekolah?

e) Apakah yang anda paling tidak sukai tentang sekolah?

2) Sentence completion (komplesi kalimat)

Metode komplesi kalimat merupakan tes kepribadian yang

dipublikasikan oleh Rotter & Rafferti (1950) dalam Rotter

Incomplete Sentence Blank (ISB) ke dalam 3 bentuk: sekolah

menengah atas, perguruan tinggi, dan dewasa. Setiap bentuk terdiri

dari 40 item, dengan membuang kalimat untuk dilengkapi

responden. Dengan demikian, responden diminta untuk

Page 10: Testing Minat & Kepribadian

9

menyelesaikan kalimat yang belum lengkap. Respons klien

(responden) akan mengungkapkan karakteristik kepribadian

penting yang mendasarinya. Kalimat dari responden tadi dirancang

untuk menilai sikap keluarga, teman sebaya, sekolah, pekerjaan,

kecemasan, kesalahan, dan ketidakmampuan fisik.

Koppits (1982) menganalisa isi respons, kualitas bahasa dan

struktur kalimat, perbendaharaan kata, ejaan, serta tulisan tangan.

Derajat sistem skoring ISB kalimat lengkap pada skala poin 7

mengenai tingkatan pernyataan konflik. Respons dapat

diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: respons tidak sehat,

respons netral, serta respons positif atau sehat.

3) Story completion (komplesi cerita)

Thomas (1937) mengembangkan suatu set yang terdiri dari

15 cerita mengenai anak-anak secara hipotetik pada umur dan

gender yang sama sebagai responden. Sedangkan Koppits (1982)

merancang cerita-cerita untuk investigasi mimpi anak-anak,

frustasi, sikap, dan mekanisme pertahanan, dan mereka dapat

dianalisis untuk tema-tema mayor.

b. Visual techniques (teknik visual)

Dengan teknik visual, stimuli visual direpresentasikan untuk

responden, yang selanjutnya memberi respons verbal. Teknik visual

dapat dilakukan dengan teknik-teknik proyektif. Menurut Lindzey

(1961) bahwa, teknik proyektif adalah sebuah instrumen yang

dianggap sangat sensitif untuk aspek-aspek perilaku yang tidak tampak

atau tidak disadari; instrumen itu memberikan kesempatan untuk

mendorong berbagai macam respons subjektif, sangat

multidimensional, dan menghasilkan data respons yang sangat kaya

dan mendalam, dan subjeknya tidak menyadari maksud tes tersebut

(Sundberg, Winebarger, & Taplin, 2007:118). Dengan demikian, tes

proyektif membutuhkan lebih banyak keterampilan untuk

Page 11: Testing Minat & Kepribadian

10

mengadministrasikan, mencatat, dan menskor dibanding inventori-

inventori objektif. Stimuli nya bukan berupa pernyataan dan

pertanyaan tertulis, tetapi berupa materi yang tak terstruktur dan

ambigu. Selain itu, maksud tes ini cenderung tidak jelas bagi subjek.

Tes kepribadian yang menggunakan teknik proyektif

ditemukan oleh Hermann Rorschach dan dipublikasikan dalam

monographnya, Psychodiagnostik pada tahun 1921. Rorschach terdiri

atas 10 bercak tinta yang simetrik secara bilateral, sebagian warna

hitam dan abu-abu dan sebagian berwarna, yang harus direspons oleh

subjek dengan mengatakan apa yang dipersepsinya dari masing-

masing bercak tinta itu. Dengan demikian, responden diminta untuk

menceritakan apakah bercak tinta (inkblots) mengingatkan mereka

akan sesuatu.

Penguji menyajikan masing-masing bercak tinta satu per satu

dengan urutan terbalik dibanding urutan yang pertama dan meminta

subjek untuk menjelaskan apa yang membuatnya mempersepsikannya

seperti itu. Dengan menggunakan respons-respons tersebut, penguji

atau asesor menskor respons-respons tersebut dengan melihat

lokasinya (apakah subjek menggunakan seluruh bercak atau hanya

hanya mempersepsi sebagian saja), determinan (apa ciri-ciri bercak

yang membuat subjek mempersepsinya seperti yang dilaporkannya,

misalnya bentuk, warna, shading, dan sebagainya), serta isi (misalnya

manusia, hewan, anatomi, pemandangan, dan lain-lain).

Tes Rorschach berguna karena tugas-tugas perkembangan perlu

melewati resistensi kesadaran responden dan membantu memperoleh

informasi tentang proses ketidaksadaran. Namun, terdapat beberapa

kelemahan tes Rorschach, diantaranya adalah: dampak subjektivitas

klinisi dalam interpretasinya, atau kecenderungan klinisi untuk sangat

menyandarkan diri pada kesan-kesan subjektif berdasarkan

pengalamannya dengan instrumen tes Rorschach.

Page 12: Testing Minat & Kepribadian

11

c. Drawing techniques (teknik menggambar)

Menggambar menjadi media natural bagi anak-anak serta

seniman untuk mengekspresikan dirinya serta memberi insight

(wawasan) dalam prosesnya. Menggambar merupakan teknik proyektif

dimana klien berbagi persepsi dan reaksinya kepada dunia sekitarnya.

Teknik-teknik menggambar dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1) Draw-a-Person Test , dikembangkan oleh Florence Goodenough

untuk menilai intelegensi anak-anak, kemudian diperluas oleh

Machover (1949) yang meliputi suatu petunjuk untuk evaluasi

variable kepribadian. Lebih jauh, Koppitz (1968) menemukan

sistem skoring dan mengembangkan suatu sistem identifikasi

indicator-indikator kesulitan emosional yang berbeda.

Koppitz mengidentifikasi 30 indikator emosional dalam gambar

anak-anak, dengan indikator menurut perilaku yang mereka

refleksikan. Contohnya, depresi, dalam gambar anak-anak

dikarakteristikkan sebagai figure yang kurus dan berlengan pendek,

tetapi tanpa mata. Sikap-sikap yang dapat diidentifikasi melalui

analisis gambar adalah impulsivitas, kecemasan, rasa malu, dan

ketakutan.

2) Family Drawing, dapat memberi wawasan persepsi individu dalam

keluarga. Dalam Kinetic Family Drawing Test (KFD), individu

diminta untuk menggambar segala sesuatu yang dikerjakan

keluarga. Tes KFD dianalisa untuk aksi, simbol, dan gaya. Aksi

menggantikan pergerakan energi antara orang atau objek dan dapat

mengindikasikan perasaan yang ditunjukkan. Simbol-simbol

diinterpretasikan sesuai teori psikoanalitik.

3) House-Tree-Person Test (HTP), meminta individu untuk

menggambar sebuah rumah, pohon, dan orang. Hammer (1985)

berpendapat bahwa, rumah merepresentasikan arah individu dalam

memandang situasi rumahnya dan hubungan intra keluarga.

Page 13: Testing Minat & Kepribadian

12

Gambar pohon dianalisa melalui ukuran, bentuk, dan kualitas

batang, dahan, daun, dan dasar dimana pohon berdiri, yang

merepresentasikan kedalaman diri individu. Gambar orang

merupakan representasi sadar individu dan lingkungannya.

4) Bender Visual - Motor Gestalt Test, Second Edition (Bender

Gestalt II), mengukur keterampilan integrasi motorik dan visual,

secara umum menggantikan koordinasi mata dan tangan, serta

memori (ingatan) individu usia 3 (tiga) tahun ke atas. Bender -

Gestalt II terdiri dari 14 kartu stimulus, setiap display rancangan

yang unik. Setiap rancangan merepresentasikan rangkaian subjek

tugas untuk mereproduksi mereka pada lembaran atau kertas

kosong. Bender-Gestalt II merupakan alat yang reliable untuk

menilai perkembangan visual motorik dan digunakan sebagai suatu

saringan untuk perbaikan psikologis.

d. Manipulative techniques (teknik manipulatif)

Koppitz (Drummond & Jones, 2006:251) berpendapat bahwa,

bermain dapat merupakan teknik projektif ketika digunakan dalam

material seleksi dalam sebuah lingkungan yang bebas dari distraksi

serta dalam kehadiran observer. Teknik manipulatif khusus digunakan

untuk anak yang mempunyai ketidakmampuan sosial, bahasa, budaya,

atau ketidakmampuan fisik.

Mainan adalah item natural dan familiar untuk anak-anak.

Teknik manipulatif bernilai diagnostik dan terapeutik, sehingga anak-

anak merasa nyaman dalam suatu lingkungan permainan. Pertunjukan

boneka dapat membuat anak merasa menikmati keterlibatan observasi

psikologis.

e. Objective techniques (teknik objektif)

Teknik objektif dengan menggunakan kuesioner kepribadian

paling umum digunakan, dapat digunakan untuk individu atau

Page 14: Testing Minat & Kepribadian

13

kelompok dan dengan mudah dapat diadministrasi dan diskor.

Kuesioner digunakan untuk mengukur seluruh dimensi kepribadian

yang berbeda-beda, diantaranya sikap, penyesuaian, temperamen,

nilai-nilai, motivasi, perilaku moral, serta kecemasan.

Teknik objektif yang paling sering digunakan adalah

Minnesota Multiphasic Personality Inventory – 2 (MMPI-2),

California Psychological Inventory, serta Millon Clinical Multiaxial

Inventory (MCMI-III).

1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory – 2 (MMPI-2)

MMPI-2 merupakan tes kepribadian komprehensif yang

membantu klinisi dalam diagnosa gangguan mental, dan dapat

dgunakan sebagai testimoni klinisi dikarenakan pondasi empirik

yang kuat. MMPI-2 digunakan untuk individu usia 18 tahun keatas

yang dapat membaca pada minimum level 6. Tes MMPI-2

mempunyai 567 pertanyaan kebenaran / kesalahan, dan

membutuhkan waktu sekitar 60-90 menit.

Skor kasar MMPI-2 diterjemahkan ke dalam skala validitas

mayor: Lie (L)/kebohongan, Infrequency (F)/ jarang terjadi, dan

Correction (K)/ koreksi. MMPI-2 mempunyai beberapa skala

validitas baru, yaitu Fb (unusual response inconsistency /

inkonsistensi respons luar biasa), TRIN (true respons inconsistency

/inkonsistensi respons kebenaran), VRI ( variable response

inconsistency / inkonsistensi respons variabel). Hasil tes dianggap

valid jika kurang dari 30 item tak terjawab dan skala validitas lain

dalam batas normal.

2) California Psychological Inventory (CPI) oleh Bradley (1996),

dirancang sebagai alat bantu untuk memahami perilaku psikososial

orang-orang normal, untuk menyediakan ukuran-ukuran untuk

“konsep-konsep tradisional” utama dalam kehidupan sehari-hari.

CPI focus pada diagnosis dan pemahaman perilaku interpersonal

dengan populasi umum.

Page 15: Testing Minat & Kepribadian

14

3) Millon Clinical Multiaxial Inventory (MCMI-III) oleh

TheodoreMillon, digunakan untuk menilai gangguan kepribadian

dan sindrom klinis. Dengan demikian, tes MCMI tidak

dimaksudkan untuk digunakan pada populasi normal, karena

konstruksi skala-skala dan norma-normanya didasarkan pada data

dari para pasien psikiatrik.

MCMI dapat dianggap sebagai sebuah instrumen

psikodinamika objektif dalam arti bahwa instrument itu disusun

dan diadministrasikan dengan cara yang terstruktur dan terstandar,

tetapi ia diinterpretasikan dengan memeriksa interaksi skor-skor

skalanya dan dengan menggunakan hubungan-hubungan yang

dibangun secara klinis antara proses-proses kognitif, perilaku-

perilaku interpersonal, dan kekuatan-kekuatan intrapsikis.

MCMI-III memiliki 24 skala dan 3 indikator validitas

(modifier scales) yang ditarik dari 175 pokok bahasan. Norma-

norma MCMI tidak mendasarkan diri pada populasi secara umum,

sebaliknya Millon mengembangkan base rate (BR) atau angka

basal untuk masing-masing skala. Angka-angka basal ini berasal

dari penilaian klinisi terhadap pasien dengan melihat keberadaan

dan kemenonjolan gangguan tertentu.

5. Masalah-masalah dalam Testing Kepribadian

Sejumlah masalah dalam testing kepribadian, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Response sets/ response styles, yaitu suatu kecenderungan responden

untuk mendekati tes dalam cara yang merubah hasil tes. Gaya respons

menyetujui adalah kecenderungan pengambil tes untuk menerima atau

setuju dengan pernyataan tidak berharga dari konten item. Konstruktor

tes dapat membantu responden menghindari gaya respons dengan

meyakinkan sejumlah item dengan respons “ya” atau “benar” sama

dengan sejumlah item dengan respons “tidak” atau “salah”.

Page 16: Testing Minat & Kepribadian

15

b. Social desirability response style, yaitu kecenderungan pengambil tes

untuk memilih respons yang ia percaya secara social diinginkan lebih

daripada respons yang secara akurat merefleksikan perilaku atau

perasaan individu.

c. Nonaqulescence, ketidaksetujuan dengan item apa saja yang

dihadirkan.

d. Deviance, membuat respons yang luar biasa atau tidak umum.

e. Extreme, memilih secara ekstrim rating pada skala rating.

f. Gambling/cautiousness, menebak, atau tidak menebak, ketika dalam

kebingungan).

g. Pengaruh kemampuan dan pencapaian skor tes, dapt menjadi sumber

distorsi.

h. Perbedaan budaya para pengambil tes mempengaruhi ketepatan dan

keumuman instrument tes. Sejumlah studi MMPI menemukan bahwa

anggota kelompok minoritas cenderung hadir dengan psikopatologi

lebih daripada anggota kelompok mayoritas.

C. PENUTUP

Inventori minat yang umum digunakan adalah Self Directed Search

(SDS) dan Strong Interest Inventory (SII). Sedangkan inventori kepribadian

yang paling sering digunakan adalah Minnesota Multiphasic Personality

Inventory (MMPI) dan Millon Clinical Multiaxial Inventory (MCMI).

Testing minat membantu individu dalam menentukan pilihan

pekerjaan dan pendidikan, sedangkan testing kepribadian membantu individu

mendiagnosis masalah, memberi indikasi pertumbuhan atau perubahan dalam

perilaku, serta memprediksi perilaku.

Page 17: Testing Minat & Kepribadian

16

Daftar Pustaka

Brown, S. Lent, R. 2005. Career Development and Counseling, Putting Theory

and Research to Work. Canada : John Willey & Sons, Inc.

Drummond, R. Jones, K. 2006. Assesment Procedures for Counselors and

Helping Professional. New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Sundberg, N. Winebarger, A. Taplin, J. 2007. Psikologi Klinis, Perkembangan

Teori, Praktik, dan Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.