tesis - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/26288/1/full.pdf · disusun sebagai salah satu persyaratan...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODEL KONSELING KELOMPOK
DENGAN TEKNIK SELF-INSTRUCTION
UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA
SMK DI KABUPATEN KUDUS
(STUDI PENGEMBANGAN DI SMK ASSA’IDIYYAH KUDUS)
TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan
Oleh
ANIS NURIL LAILI SULISTYOWATI
0105513040
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PENGESAHAN UJIAN TESIS
Tesis dengan judul “Pengembangan Model Konseling Kelompok dengan
Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa SMK di
Kabupaten Kudus (Studi Pengembangan di SMK Assa’idiyyah Kudus)”
karya,
Nama : Anis Nuril Laili Sulistyowati
NIM. : 0105513040
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu, tanggal 30 Desember 2015.
Semarang, 30 Desember 2015
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd.
NIP. 195903011985111001 NIP. 195811031986011001
Penguji I Penguji II
Dr. Edy Purwanto, M.Si Dr. Ali Murtadho, M.Pd.
NIP. 196301211987031001 NIP. 196908181995031001
Penguji III,
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons.
NIP. 195211201977031002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.
Semarang, 30 Desember 2015
Yang membuat pernyataan,
Anis Nuril Laili Sulistyowati
NIM. 0105513040
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berani mengarahkan diri demi kesuksesan sejati.
PERSEMBAHAN
Teruntuk:
Suami dan anak tercinta
Bapak dan Ibu serta keluarga
SMA Negeri 1 Kudus
Almamater Universitas Negeri Semarang
v
ABSTRAK
Sulistyowati, Anis Nuril Laili. 2015. “Pengembangan Model Konseling
Kelompok dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan
Self-Efficacy Siswa SMK di Kabupaten Kudus (Studi
Pengembangan di SMK Assa’idiyyah Kudus)”. Tesis. Program
Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang, Pembimbing: I. Prof. Dr. Mungin
Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., II. Dr. Ali Murtadho, M.Pd.
Kata Kunci: Konseling Kelompok, Self-Instruction, Self-Efficacy.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pelaksanaan konseling
kelompok di SMK Kabupaten Kudus, (2) mengetahui tingkat self-efficacy siswa,
(3) menghasilkan model layanan konseling kelompok dengan teknik self
instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa, (4) mengetahui tingkat
keefektifan model pengembangan konseling kelompok dengan teknik self-
instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa.
Penelitian ini adalah penelitian reseach and development (R&D) dengan
langkah-langkah: (1) persiapan pengembangan model, (2) merumuskan model
hipotetik, (3) uji kelayakan model hipotetik, (4) perbaikan model hipotetik, (5) uji
lapangan, (6) hasil akhir produk. Menghasilkan model konseling kelompok
dengan teknik self instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa.
Penelitian ini melibatkan 8 siswa sebagai sampel. Penelitian ini
menghasilkan sebuah model konseling kelompok dengan teknik self instruction
untuk meningkatkan self-efficacy siswa. Berdasarkan hasil uji lapangan, tingkat
self-efficacy siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti kegiatan konseling
kelompok dengan teknik self instruction. Ditunjukkan dengan perubahan tingkat
self-efficacy siswa sebelum diberikan perlakuan (evaluasi awal) dan sesudah
(evaluasi akhir) sebesar 219 poin atau sekitar 18,1%. Hasil uji statistik
perhitungan uji beda t test juga menunjukkan 11,313>1,895 sehingga dapat
disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik self instruction
efektif untuk meningkatkan self-efficacy siswa.
Saran bagi guru bimbingan dan konseling hendaknya dalam pelaksanaan
layanan konseling kelompok dapat berkoordinansi dengan personil sekolah dan
diharapkan menenuhi kompetensi yang dipersyaratkan. Bagi sekolah diharapkan
dapat memberikan dukungan, dan atau fasilitas dalam pelaksanaan layanan
konseling kelompok. Bagi siswa diharapkan meningkatkan hubungan baik dengan
guru bimbingan dan konseling. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu menjalin
kerjasama dengan stake holder, dan dapat mengembangkan model konseling
kelompok dengan teknik self instruction sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
siswa.
vi
ABSTRACT
Sulistyowati, Anis Nuril Laili. 2015. Model Development of Group Counseling
by Self Instruction Techniques for Increasing Self-Efficacy of
SMK students in Kudus District (Development Study in SMK
Assa’idiyyah Kudus). Thesis, Guidance and Counseling Program,
Postgraduate Program, State University of Semarang, Advisor: I.
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., II. Dr. Ali
Murtadho, M.Pd
Keywords: Group Counseling, Self-Instruction, Self-Efficacy.
The purposes of this research are: (1) examining the implementation of
group counseling of SMK students in Kudus District, (2) examining of self-
efficacy level, (3) generating group counseling service model by self instruction
technique to increase students’ self-efficacy, (4) determining effectiveness level of
model development of group counseling by self-instruction techniques to improve
students’ self-efficacy.
The research is a research and development (R & D) with the following
steps: (1) preparation of model development, (2) formulating hypothetical model,
(3) feasibility test of hypothetical model, (4) improvement of hypothetical model,
(5) field test, (6) the end result of the product. Generating a model of group
counseling by self-instruction techniques to improve students’ self-efficacy.
The study included 8 students as a sample. This research resulted in a
model of group counseling by self-instruction techniques to improve students’
self-efficacy. Based on the field test results, levels of students’ self-efficacy has
increased after participating in group counseling activities by self-instruction
techniques. Indicated by changes in level of students’ self-efficacy before being
given treatment (initial evaluation) and after (final evaluation) by 219 points, or
about 18.1%. Statistical test results of different test calculation t test also showed
11.313 > 1.895 so it can be concluded that group counseling services by self-
instruction techniques effectively improves student’ self-efficacy.
Suggestions for the teachers of guidance and counseling that they should
be able to coordinate with school personnel and expected to meet competencies
required in the implementation of group counseling services. Schools are expected
to provide support and services or facilities in the implementation of group
counseling. Students are expected to be active and opened and able to improve
relationships with teacher of guidance and counseling. Researchers are further
expected to cooperate with stakeholders, and able to develop a model of group
counseling by self-instruction techniques in accordance with the students’
conditions and needs.
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmatnya.
Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengembangan Model Konseling Kelompok dengan Teknik Self Instruction
untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa SMK di Kabupaten Kudus”. Tesis ini
disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. Kons. (Pembimbing I) dan Dr. Ali
Murtadho, M.Pd. (Pembimbing II) yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi dari awal hingga akhir.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.
yang telah memberikan kesempatan penulis menyelesaikan pendidikan di
UNNES.
2. Direktur Program Pascasarjana Unnes Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si., yang
telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian dan
penulisan tesis ini.
viii
3. Koordinator dan Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling S2,S3
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M. Pd., Kons. dan Dr. Awalya, M. Pd.,Kons.
yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Unnes, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan dan seluruh staf karyawan yang memberikan kelancaran
administrasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
5. Kepala SMK Negeri 2 Kudus, Kepala SMK PGRI 1 Mejobo, dan Kepala
SMK Assa’idiyyah Kudus serta para guru Bimbingan dan Konseling yang
telah membantu kelancaran penulis dalam pengumpulan data untuk
penyelesaian tesis.
6. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
angkatan 2013, terima kasih atas dukungan dan masukannya dalam membantu
penulis menyelesaikan tesis ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan,
baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan bimbingan
konseling di masa depan.
Semarang, 30 Desember 2015
Anis Nuril Laili Sulistyowati
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
PERSETUJUAN PENILAI DRAF TESIS ................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
PRAKATA ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 13
1.3 Cakupan Masalah ............................................................................................... 13
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 13
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 14
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 14
1.6.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 14
1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................................................ 15
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ............................................................. 16
Halaman
x
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ................................................................... 17
1.8.1 Asumsi Pengembangan ............................................................................ 17
1.8.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA
BERPIKIR
2.1. Kajian Pustaka .................................................................................................... 20
2.2. Kerangka Teoretis ............................................................................................... 24
2.2.1 Konseling Kelompok .................................................................................... 24
2.2.1.1 Hakekat Konseling Kelompok ......................................................... 24
2.2.1.2 Tujuan Konseling Kelompok ........................................................... 28
2.2.1.3 Proses Konseling Kelompok ............................................................ 30
2.2.1.4 Kekuatan dan Keterbatasan Konseling Kelompok .......................... 34
2.2.1.5 Materi Layanan Konseling Kelompok ............................................. 36
2.2.1.6 Dinamika Kelompok dalam Konseling Kelompok .......................... 37
2.2.1.7 Kepemimpinan dalam Kelompok .................................................... 39
2.2.2 Self Instruction ............................................................................................. 41
2.2.2.1 Pendekatan Konseling yang Digunakan .......................................... 41
2.2.2.2 Konsep Dasar Self-Instruction ......................................................... 44
2.2.2.3 Kegunaan Self-Instruction ............................................................... 46
2.2.2.4 Langkah-langkah Penerapan Teknik Self-Instruction ...................... 47
2.2.3 Self-Efficacy ................................................................................................. 51
2.2.3.1 Hakekat Self-Efficacy ....................................................................... 51
2.2.3.2 Sumber-sumber yang Membentuk Self-Efficacy ............................. 52
2.2.3.3 Aspek-aspek Self-Efficacy ............................................................... 56
xi
2.2.3.4 Proses-proses yang Mempengaruhi Self-Efficacy ............................ 58
2.2.3.5 Karakteristik Individu yang Memiliki Self-Efficacy Tinggi dan ....
Self-Efficacy Rendah ........................................................................ 61
2.2.4 Konseling Kelompok dengan Teknik Self Instruction untuk
Meningkatkan Self-Efficacy ......................................................................... 62
2.3. Kerangka Berpikir ............................................................................................... 65
2.4. Hipotesis Penelitian ............................................................................................ 66
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ................................................................................................ 68
3.2. Prosedur Penelitian ............................................................................................. 69
3.2.1 Tahap I: Studi Pendahuluan ....................................................................... 70
3.2.2 Tahap II: Merancang Model Hipotetik ...................................................... 71
3.2.3 Tahap III: Uji Kelayakan Model Hipotetik ................................................ 71
3.2.4 Tahap IV: Perbaikan Model Hipotetik ....................................................... 72
3.2.5 Tahap V: Uji Lapangan Model Hipotetik .................................................. 73
3.2.6 Tahap VI: Hasil Akhir Produk ................................................................... 73
3.3. Sumber Data dan Subjek Penelitian .................................................................... 75
3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 77
3.5. Uji Keabsahan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 81
3.5.1 Desain Uji Coba ......................................................................................... 82
3.5.2 Uji Ahli ...................................................................................................... 82
3.5.3 Uji Praktisi ................................................................................................. 82
3.5.4 Uji Efektivitas ............................................................................................ 83
3.6. Jenis Data ............................................................................................................ 84
xii
3.6.1 Data Kualitatif ............................................................................................ 84
3.6.2 Data Kuantitatif .......................................................................................... 85
3.6.3 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 85
3.6.3.1 Uji Validitas................................................................................... 86
3.6.3.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 88
3.7. Teknik Analisis Data........................................................................................... 88
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ...................................................................... 88
3.7.2 Analisis Data Kualitatif ........................................................................ 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................... 93
4.2 Pembahasan......................................................................................................... 189
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................................. 201
5.2 Implikasi Hasil Penelitian ................................................................................... 202
5.3 Saran ................................................................................................................... 203
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. … ............. 206
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Kriteria Skor Skala Self-Efficacy ......................................................................... 80
3.2 Kisi-kisi Instrumen Skala Self-Efficacy ............................................................... 80
3.3 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ............................................................. 81
3.4 Desain Pre-Experimental ..................................................................................... 83
4.1 Tingkat Self-Efficacy Siswa SMK Assa’idiyyah Kudus per Indikator ............. 112
4.2 Resume Hasil Uji Validasi Praktisi Model Pengembangan .............................. 139
4.3 Perbedaan Layanan Konseling Kelompok di SMK Kabupaten Kudus dengan
Model Layanan Konseling Kelompok yang Dikembangkan ............................ 161
4.4 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Malas Belajar ......... 167
4.5 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Mencontek ............. 168
4.6 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Konsentrasi Belajar 170
4.7 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Malas Mencatat ...... 171
4.8 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Takut Bertanya
kepada Guru ..................................................................................................... 173
4.9 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Malas di Kelas ....... 175
4.10 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Sulit Memahami
Pelajaran ............................................................................................................ 176
4.11 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Motivasi belajar .... 178
4.12 Hasil Uji Beda t test ........................................................................................ 181
4.13 Perbandingan skor Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir ................................... 181
4.14 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator
Berwawasan Optimis ........................................................................................ 182
Tabel Halaman
xiv
4.15 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator Merasa
Yakin dapat Menyelesaikan Tugas ................................................................... 184
4.16 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator
Menyikapi situasi dan Kondisi yang Beragam dengan Cara yang Baik dan
Positif ................................................................................................................ 185
4.17 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator
Berpedoman pada Pengalaman Hidup Sebelumnya sebagai suatu Langkah
untuk Keberhasilan ........................................................................................... 186
4.18 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator
Meningkatkan Upaya sebaik-baiknya ............................................................... 187
4.19 Perbandingan Skor Awal dan Akhir Siswa pada Indikator Berkomitmen
untuk Melaksanakan Tugas sebagai Siswa ....................................................... 188
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................................... 66
3.1 Alur/Tahapan Penelitian Pengembangan ........................................................... 74
4.1 Bentuk diagram batang pada hasil perbandingan skor evaluasi awal dan
evaluasi akhir .................................................................................................... 182
4.2 Indikator Berwawasan Optimis......................................................................... 184
4.3 Indikator Merasa Yakin dapat Menyelesaikan Tugas ....................................... 185
4.4 Indikator Menyikapi Situasi dan Kondisi yang Beragam dengan Cara yang
Baik dan Positif ................................................................................................. 186
4.5 Indikator Berpedoman pada Pengalaman Hidup Sebelumnya sebagai Suatu
Langkah untuk Keberhasilan ............................................................................ 187
4.6 Indikator Meningkatkan Upaya Sebaik-baiknya .............................................. 188
4.7 Indikator Berkomitmen untuk Melaksanakan Tugas sebagai Siswa ................ 189
Gambar Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian ............................................................................................ 210
2. Surat Keterangan ................................................................................................. 211
3. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ............................................................ 214
4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok .... 215
5. Pedoman Wawancara Layanan Konseling Kelompok ........................................ 217
6. Validasi Pedoman Wawancara ........................................................................... 223
7. Kisi-kisi Pedoman Observasi Pelaksanaan Konseling Kelompok ..................... 224
8. Panduan Observasi Pelaksanaan Konseling Kelompok ...................................... 225
9. Validasi Pedoman Observasi .............................................................................. 226
10. Kisi-kisi Instrumen Skala Self-Efficacy sebelum Uji Coba ................................ 227
11. Skala Self-Efficacy sebelum Uji Coba ................................................................ 228
12. Kisi-kisi Instrumen Skala Self-Efficacy setelah Uji Coba ................................... 231
13. Skala Self-Efficacy setelah Uji Coba................................................................... 232
14. Validasi Skala Self-Efficacy ................................................................................ 235
15. Data Uji Validitas ............................................................................................... 236
16. Data Uji Reliabilitas ............................................................................................ 238
17. Hasil Uji Normalitas ........................................................................................... 240
18. Rancangan Model Hipotetik ............................................................................... 241
19. Lembar Penilaian Validator Ahli/ Pakar ............................................................. 272
20. Lembar Penilaian Praktisi ................................................................................... 281
Lampiran Halaman
xvii
21. Model Akhir Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction untuk
Meningkatkan Self-Efficacy Siswa ..................................................................... 311
22. Panduan Pelaksanaan Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction
untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa ........................................................... 332
23. Prosedur Pelaksanaan Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction
untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa ........................................................... 337
24. Panduan Permainan/Selingan .............................................................................. 347
25. Rencana Pelaksanaan Layanan dan Laporan Pelaksanaan serta Evaluasi
Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan
Self-Efficacy Siswa.............................................................................................. 352
26. Daftar Hadir Konseling Kelompok ..................................................................... 400
27. Penilaian Hasil .................................................................................................... 408
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Usaha untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia melalui
pendidikan perlu mendapat perhatian khusus. Undang-undang Pendidikan No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi meningkatkan
kemampuan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk meningkatkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan peka terhadap tantangan zaman. Jadi jelaslah
pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik
memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus
diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No.
20 Tahun 2003. Salah satu sikap dan kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
siswa adalah self-efficacy yang tinggi untuk menghasilkan prestasi belajar yang
optimal.
Bandura (dalam Feist & Feist, 2008: 415) mendefinisikan self-efficacy
sebagai keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah
ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di
2
lingkungannya, dan dia juga yakin kalau self-efficacy adalah fondasi keagenan
manusia. Manusia yang percaya dapat melakukan sesuatu, memiliki potensi untuk
mengubah kejadian-kejadian di lingkungannya, lebih suka bertindak, dan lebih
dekat pada kesuksesan daripada yang rendah self-efficacynya. Bandura pun
menegaskan bahwa efikasi diri berperan penting terhadap motivasi akademik
yang menunjang keberhasilan siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi.
Tanpa adanya efikasi diri yang baik, minat siswa dalam belajarpun akan rendah.
Hal tersebut dikarenakan sebuah keyakinan yang lemah pada diri siswa untuk
mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Zimmerman, Bandura, dan Martinez-Pons (Schulze & Schulze, 2007:87)
menggunakan analisis jalur untuk menunjukkan bahwa self-efficacy meningkatkan
kinerja siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Siswa yang memiliki
self-efficacy yang tinggi tidak hanya menunjukkan keberhasilan yang lebih baik
secara akademik akan tetapi mereka juga menetapkan tujuan akademik yang lebih
tinggi untuk diri mereka sendiri.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan
keyakinan dan harapan mengenai kemampuan individu untuk menghadapi
tugasnya. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah merasa tidak memiliki
keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Rendahnya self-efficacy siswa yang ditandai adanya motivasi belajar kurang,
menunda tugas, menghindari beban belajar, mudah menyerah dan tidak mau
berkompetisi, sehingga prestasi belajarnya rendah.
3
Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi ia pantang menyerah dan
merasa mampu menangani peristiwa dan situasi yang dihadapi, ia selalu bangkit
dari kegagalan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Bandura (1997: 211)
tentang karakteristik individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi adalah
ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani
secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam
menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki,
memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi
baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen
yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang
dilakukanya dan mengembangkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus
pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat
memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor
atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tergolong sebagai remaja.
Remaja merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa yang diikuti
oleh perubahan fisik maupun psikis, sehingga proses belajar di masa inipun
cenderung diwarnai dengan frustasi, penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian.
Menjadi masalah jika hal tersebut tidak dibantu melalui layanan yang memadai
untuk membantu siswa memiliki self-efficacy yang baik sehingga memperoleh
prestasi yang optimal.
Park dan Kim (2006: 276) menyatakan bahwa efikasi diri sangat penting
bagi pelajar untuk mengontrol motivasi dalam mencapai harapan akademik.
4
Academic self-efficacy jika disertai tujuan yang spesifik dan pemahaman
mengenai prestasi akademik, maka akan menjadi penentu suksesnya perilaku
akademik di masa depan. Penelitian Mecintire dan Levine (Spector, 1996 dalam
Wirawan, dkk. 2014) membuktikan bahwa siswa dengan keyakinan tinggi akan
melakukan dengan baik setiap aktivitas di sekolah, sebenarnya dilakukan dengan
lebih baik di luar dugaan mereka, dan dievaluasi oleh mereka secara positif. Ini
membuktikan bahwa siswa dengan keyakinan diri yang tinggi dapat berprestasi
dengan baik. Penelitian Stajkovic dan Luthans (Wirawan, dkk. 2014)
menunjukkan bahwa orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi mampu meraih
cita-cita, bekerja lebih maksimal dibandingkan dengan orang yang rendah efikasi
dirinya.
Hasil studi yang dilakukan oleh Sadewi (2012) di SMP Negeri 1 Lasem
menunjukkan adanya siswa kelas VIII yang memiliki prestasi belajar yang rendah
terutama pada mata pelajaran Matematika dibandingkan dengan mata pelajaran
lain, sebanyak 32 % dari 221 siswa memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan
yang telah ditetapkan yaitu 8,00 dan 28 % siswa mencapai standart ketuntasan
minimal setelah menempuh remidi. Rini (2013) menemukan bahwa dari sampel
penelitian sebanyak 70 siswa SMK kelas 3 terdapat 29 siswa atau 41,4 %
memiliki self-efficacy tinggi dan 41 siswa atau 58,6 % yang mempunyai self-
efficacy rendah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Humeira (2014) menyatakan bahwa
lemahnya self-efficacy akan membuat siswa enggan melakukan kewajiban-
kewajibannya, yakni belajar dengan baik. Hal ini dapat pula memicu keengganan
5
siswa dalam bersaing mengejar prestasi. Sedangkan untuk mencapai masa depan
dikelilingi oleh persaingan, dan membutuhkan generasi-generasi yang unggul.
Keunggulan tersebut hanya dapat diperoleh melalui proses belajar yang optimal.
Proses belajar yang optimal dapat diraih apabila self-efficacy diri yang dimiliki
oleh para siswa tersebut cukup kuat.
Fenomena yang terjadi di lapangan bahwa sebanyak 672 siswa SMP
(Sekolah Menengah Pertama) negeri dan swasta, serta MTs di Kabupaten
Grobogan dinyatakan tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun pelajaran
2002-2003. Sebab nilai ujian mereka rata-rata di bawah standar minimal. Hal ini
menambah kecemasan bagi siswa yang mengikuti ujian ulang, karena kesempatan
mendaftar dan diterima di SMA negeri kemungkinannya kecil. Hal ini membuat
cemas siswa terutama kelas 3, mereka mengalami masalah motivasi belajar dan
sedikit cemas dengan adanya kegagalan dari kakak kelas mereka terdahulu.
Mereka cemas dan takut kalau hal tersebut terjadi pada diri mereka.
(www.suaramerdeka.com)
Dari fenomena di atas yang membuat siswa mengalami kecemasan akan
kegagalan belajar adalah remaja dibebani oleh pikiran dan bayangan
kemungkinan bila remaja tersebut gagal di tengah jalan dan mengalami peristiwa
tersebut. Fakta dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami
kegagalan akademik dengan akibat dikeluarkan dari sekolah lebih dari 20%
merasa cemas, hanya 6% siswa yang tidak cemas.
(www.departemenpendidikannasional.com)
6
Fenomena lain yang terjadi mengenai self-efficacy siswa diantaranya yaitu
kasus menyontek di Indonesia yang diteliti oleh Alma (dalam Kushartanti, 2009)
yang mengungkapkan bahwa 100% siswa pernah menyontek dalam ujian. Lebih
separuh diantaranya sering dan seringkali menyontek. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Khotimah (2009) pada siswa SMA di Surabaya menyebutkan
bahwa 80% siswa pernah menyontek, 52% sering dan 28% jarang. Media yang
paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah teman 38% dan meja
tulis 26%. (www.detik.com)
Kasus yang terjadi di SMK Pangudi Luhur Muntilan yaitu adanya dugaan
bocornya soal PPKn ujian akhir nasional (UAN) dari laporan lisan pihak SMK
Pangudi Luhur bahwa ada kebocoran soal beserta jawaban PPKn yang dimiliki
oleh beberapa siswa. Terungkapnya masalah ini berawal dari kecurigaan
pengawas ujian yang mendapati ada seorang siswa yang sedang mencontek saat
berlangsung UAN mata pelajaran PPKn. Lembaran contekan yang dibawa siswa
berupa kunci jawaban soal pilihan ganda yang berjumlah 45 soal. Setelah diteliti,
jawaban soal tersebut ternyata sama dengan kunci jawaban soal pilihan ganda
mata ujian PPKn yang sedang dikerjakan. (www.suaramerdeka.com)
Hasil studi awal dengan menggunakan skala psikologis di tiga SMK di
Kabupaten Kudus yaitu SMK 2 Kudus, SMK PGRI 1 Mejobo, dan SMK
Assa’idiyyah Kudus diperoleh data siswa kelas XI program keahlian TKJ tentang
self-efficacy siswa. Di SMK 2 Kudus diketahui bahwa dari 36 siswa terdapat 6
siswa atau 16.7% yang memiliki self-efficacy tinggi, 29 siswa atau 80,6%
memiliki self-efficacy sedang, 1 siswa atau 2,8% yang memiliki self-efficacy
7
rendah. SMK PGRI 1 Mejobo diketahui dari 33 siswa terdapat 2 siswa atau 6,06
% yang memiliki self-efficacy tinggi, 27 siswa tau 81,82% yang memiliki self-
efficacy sedang, dan 4 siswa atau 12,12 % siswa yang memiliki self-efficacy
rendah.
Diketahui dari 59 siswa SMK Assa’idiyyah Kudus tidak terdapat siswa
yang memiliki self-efficacy tinggi, 51 siswa atau 86,4% yang memiliki self-
efficacy sedang, dan 8 siswa atau 13,6% siswa yang memiliki self-efficacy rendah.
Dari hasil skala psikologis menunjukkan bahwa self-efficacy siswa SMK di
Kabupaten Kudus perlu ditingkatkan.
Hal tersebut diperkuat dengan gejala yang nampak pada siswa yang
memiliki self-efficacy kurang baik seperti menghindari tugas-tugas sekolah, suka
mencontek, mudah menyerah, ragu-ragu ketika menjawab soal, merasa tidak
yakin dengan kemampuannya, dan merasa sulit mempelajari mata pelajaran
tertentu. Siswa yang demikian itu dapat dikatakan memiliki self-efficacy yang
rendah. Agar siswa SMK di Kabupaten Kudus memiliki self-efficacy yang tinggi
maka perlu adanya bimbingan dan konseling di SMK tersebut (hasil wawancara
dengan beberapa guru pembimbing SMK di Kabupaten Kudus).
Permasalahan yang dialami para siswa di SMK sering sekali tidak dapat
dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Disinilah dirasakan
perlunya pelayanan bimbingan dan konseling yang luas, bimbingan konseling di
SMK adalah pelayanan untuk semua siswa yang mengacu pada keseluruhan
perkembangan mereka. Untuk mencapai pendidikan yang baik tidak terlepas dari
8
bimbingan dan konseling yang dimana berfungsi untuk menghasilkan individu
yang pintar dan terampil di dalam proses akademik yang baik pula.
Prayitno dan Amti (2004: 99), bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Menurut Prayitno dan Amti (2004:105)
definisi konseling sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Gibson & Mitchell (2011: 52) menyatakan bahwa konseling kelompok
adalah pengalaman-pengalaman perkembangan dan penyesuaian rutin yang
disediakan dalam lingkup kelompok. Konseling kelompok terfokus untuk
membantu konseli mengatasi penyesuaian diri sehari-hari mereka, dan menjaga
perkembangan dan pertumbuhan pribadi tetap di koridor yang benar dan sehat.
Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat dikatakan bahwa self-efficacy yang
tinggi merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan untuk memperoleh hasil
belajar yang baik. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan bantuan yang
diberikan kepada siswa khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas diri dan meningkatkan sikap yang positif kepada siswa. Layanan
konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat
9
untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan self-efficacy.
Dalam konseling kelompok ini lah siswa dapat menceritakan secara jelas masalah
yang menghambat self -efficacy dalam belajar, agar mampu menghadapi tuntutan
tugas-tugas belajar, maka dengan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan
layanan konseling kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten Kudus
sudah menggunakan tahapan yang baku (tahap pembentukan, peralihan, kegiatan,
dan pengakhiran) akan tetapi kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapannya
belum sesuai dengan konsep yang ideal dan teknik yang digunakan dalam layanan
konseling kelompok tersebut belum sesuai dengan informasi serta bantuan yang
dibutuhkan siswa, khususnya dalam meningkatkan self-efficacy sehingga layanan
konseling kelompok tersebut terkesan tidak hidup dan monoton karena selalu
menggunakan teknik diskusi dalam memecahkan masalah (Wawancara dengan
beberapa guru pembimbing SMK di Kabupaten Kudus).
Dalam layanan konseling kelompok ini akan digunakan pendekatan
Cognitive Behavior Therapy. Menurut Muqodas (Rusmana, 2009: 81)
mengungkapkan cognitive behavior therapy merupakan pendekatan terapi yang
menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang
akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis.
Cognitive Behavior Therapy merupakan terapi yang dilakukan untuk
meningkatkan dan merawat kesehatan mental. Terapi ini akan diarahkan kepada
modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak
sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan
10
kembali. Lain halnya dengan pendekatan pada aspek behavior diarahkan untuk
membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan
mereaksi permasalahan. Tujuan dari Cognitive Behavior Therapy yaitu mengajak
individu untuk belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh
sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat
keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan Cognitive Behavior Therapy
diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan
bertindak. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah teknik self-instruction.
Self-instruction memberikan keterampilan bantu diri agar siswa dapat
mengatasi situasi sulit yang mengganggu keyakinannya dalam belajar dengan cara
mengubah pikiran atau keyakinan irasional menjadi pikiran positif untuk
selanjutnya diucapkan pada diri sendiri dengan suara lantang, samar, dan dalam
hati untuk memperbaiki perilaku. Ada 7 (tujuh) langkah self-instruction untuk
meningkatkan siswa yaitu (1) pemberian rasional; (2) pemodelan penugasan
secara kognitif dan self-verbalization (bisik diri), yaitu dengan melatihkan pada
konseli; (3) bimbingan secara terbuka dengan konselor; (4) bimbingan secara
terbuka dari konseli sendiri; (5) bimbingan pada diri sendiri secara terbuka; (6)
bimbingan pada diri sendiri secara tertutup; dan (7) pekerjaan rumah dan tindak
lanjut.
Diharapkan konseling kelompok menjadikan wahana pemahaman nilai-
nilai positif bagi siswa, khususnya self-efficacy dibentuk yang tidak hanya dengan
pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti konseling
kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi
11
oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan
informasi yang positif untuk pengembangan self-efficacy, apalagi masalah self-
efficacy merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja.
Self-instruction (SI) merupakan salah satu metode dari pendekatan
cognitive behavior, yang melibatkan identifikasi keyakinan-keyakinan
disfungsional yang dimiliki seseorang dan mengubahnya menjadi lebih realistis,
serta melibatkan teknik-teknik modifikasi perilaku (Bos dkk, 2006). Pada metode
self-instruction ini, terdapat strategi-strategi kognitif yang bisa digunakan, seperti
self verbalization atau self talk yang bertujuan untuk menuntun seseorang
mengatasi masalah yang dihadapinya (Escamillia, 2000). Sementara itu, teknik
self-instruction sendiri merupakan suatu teknik modifikasi perilaku yang memiliki
dua kegunaan, yaitu untuk mengganti pemikiran negatif terhadap diri sendiri
menjadi pemikiran yang positif serta dapat digunakan untuk mengarahkan
perilaku (Meichenbaum dalam Martin & Pear, 2003).
Hal ini juga diperkuat oleh beberapa penelitian diantaranya menyatakan
bahwa self-instruction training telah terbukti efektif dalam meningkatkan
performa anak-anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah (Douglas, Parry,
Marton, & Garson, 1976; Kendall & Finch, 1978; Meichenbaum & Goodman,
1971; Palkes, Stewart, & Freedman, 1972; Palkes, Stewart, & Kahana,
1968; Robin, Armel, & O'Leary, 1975 dalam Bryant & Budd, 1982: 260).
Menurut Mischel (Safaria, 2004:75) mengemukakan hasil studinya bahwa
anak dapat menunda keinginannya dan mengatasi godaan melalui penggunaan
strategi coping verbal seperti self-talk, self-instruction, self-sugestion.
12
Permatasari (2010) menyatakan bahwa pendekatan Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dengan salah satu tekniknya adalah self-instruction telah terbukti
pada berbagai macam populasi dapat meningkatkan self-efficacy. Melalui teknik
konseling ini konselor dapat membantu konseli mengubah distorsi-distorsi
kognitifnya dengan menguji ulang keyakinan siswa dengan teknik persuasi verbal
dan aktivitas yang diberikan secara berulang-ulang sampai siswa mampu
melakukannya untuk diri mereka sendiri.
Penelitian Ilkhchi, S.V., Poursharifi. H, Alilo. M.M (2011) menyatakan
dengan subjek 45 siswa perempuan SMA di Tabriz. Hasil penelitian menyarankan
bahwa konseling kelompok kognitif behavior untuk meningkatkan self-efficacy
dan ketegasan. Penelitian yang dilakukan oleh Gordin, dkk (2012) mengenai
peran CR-SE dalam mediasi efektif dapat meningkatkan self-efficacy siswa
tentang strategi regulasi emosi lainnya (misalnya, penekanan ekspresif,
penyebaran perhatian). Penelitian lain yang dilakukan oleh Wirawan, dkk. (2014)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan academic self-efficacy siswa setelah
diberikan konseling rasional emotif behavioral dengan teknik self-instruction
training.
Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu di atas maka peneliti
menyusun rencana penelitian dan pengembangan (Research and Development)
dengan judul penelitian tesis: “Pengembangan Model Konseling Kelompok
dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa
SMK di Kabupaten Kudus (Studi Pengembangan di SMK Assa’idiyyah
Kudus)”.
13
1.2 Identifikasi Masalah
Mencermati latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1.2.1 Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang diberikan oleh guru
bimbingan dan konseling belum efektif sehingga pelaksanaan kurang
optimal. Pelaksanaan layanan konseling kelompok masih menggunakan
metode ceramah dan diskusi sehingga proses pemberian layanan menjadi
kurang menarik bagi siswa.
1.2.2 Masih adanya siswa yang memiliki self-efficacy rendah.
1.2.3 Belum adanya pengembangan model layanan konseling kelompok dengan
teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK di
Kabupaten Kudus.
1.3 Cakupan Masalah
Cakupan masalah dalam penelitian ini pada pengembangan model
konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-
efficacy siswa SMK di Kabupaten Kudus.
1.4 Rumusan Masalah
Mengacu pada identifikasi dan cakupan masalah, maka peneliti dapat
merumuskan masalah yang akan diteliti, antara lain :
1.4.1 Bagaimana pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten
Kudus?
1.4.2 Bagaimana tingkat self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus?
14
1.4.3 Bagaimana model layanan konseling kelompok dengan teknik self-
instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah
Kudus?
1.4.4 Bagaimana keefektifan model konseling kelompok dengan teknik self-
instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah
Kudus?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1.5.1 Mengetahui pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten
Kudus.
1.5.2 Mengetahui tingkat self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus.
1.5.3 Menghasilkan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-
instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah
Kudus.
1.5.4 Mengetahui tingkat keefektifan model konseling kelompok dengan teknik
self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah
Kudus.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan dicapai, adalah sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
1.6.1.1 Memberikan bukti empirik tentang keefektifan konseling kelompok
dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa
15
1.6.1.2 Memperkaya model bimbingan dan konseling melalui pengembangan
model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk
meningkatkan self-efficacy siswa
1.6.1.3 Menjadi landasan bagi penyelenggaraan penelitian selanjutnya untuk
mengembangkan model konseling kelompok dengan teknik self-
instruction sebagai salah satu model layanan bimbingan dan konseling
yang efektif untuk meningkatkan self-efficacy siswa
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.6.2.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Diharapkan dapat memberikan suatu produk yang bermanfaat dalam
rangka meningkatkan self-efficcay siswa melalui layanan konseling
kelompok dengan teknik self-instruction. Semoga produk ini dapat
diaplikasikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.
1.6.2.2 Bagi Sekolah
Diharapkan pihak sekolah memberikan dukungan dengan memberikan
fasilitas yang mendukung pelaksanaan layanan konseling kelompok
dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa.
1.6.2.3 Bagi Siswa
Siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah dapat meningkatkan self-
efficacynya baik di sekolah maupun di luar sekolah.
16
1.6.2.4 Peneliti Selanjutnya
Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam
bidang penelitian, lebih memahami penerapan teori konseling kelompok
dengan teknik self-instruction, serta mampu menerapkan konseling
kelompok dengan teknik self instruction pada penelitian lainnya.
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan model konseling
kelompok dengan teknik self-instruction. Peneliti ingin membuat model layanan
konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk mengganti pemikiran
negatif menjadi positif, didasari oleh pemikiran bahwa pandangan seseorang
mengenai dirinya dapat diarahkan. Teknik self-instruction dengan memberikan
instruksi kepada siswa untuk menirukan setelah siswa mampu maka siswa disuruh
untuk mengerjakannya sendiri. Langkah-langkah konseling kelompok yang
digunakan untuk mengembangkan model ini tetap menggunakan empat tahapan
konseling kelompok, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan,
dan tahap pengakhiran. Untuk membedakan layanan konseling kelompok yang
dikembangkan dengan layanan konseling kelompok pada umumnya maka perlu
ada spesifikasi tersendiri. Spesifikasi dari model ini terletak pada proses layanan
konseling kelompok, pada tahap ketiga, yaitu tahap kegiatan pelaksanaaan
layanan konseling kelompok diterapkan teknik self-instruction. Model konseling
kelompok dengan teknik self instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa
meliputi: (1) Rasional, (2) Visi dan Misi, (3) Tujuan, (4) Isi Konseling Kelompok,
17
(5) Dukungan Sistem, (6) Prosedur Konseling Kelompok, (7) Evaluasi dan Tindak
Lanjut.
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.8.1 Asumsi Pengembangan
Asumsi yang dijadikan dasar pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.8.1. Melalui konseling kelompok dapat digunakan sebagai proses pembelajaran
dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku termasuk
dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok.
Dengan konseling kelompok diharapkan siswa dapat saling bertukar
pikiran dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya, sehingga self-
efficacy siswa dapat ditingkatkan dan siswa dapat menjadi lebih yakin
terhadap kemampuan yang dimilikinya.
1.8.1.2 Kecenderungan siswa memiliki karakteristik mudah terpengaruh teman,
mudah menyerah dan kurang yakin pada kemampuan yang dimilkinya
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri
siswa digunakan teknik Self-Instruction. Self-Instruction ini juga dapat
memotivasi diri siswa melalui konseling kelompok yang dapat
diaplikasikan pada kehidupannya sehari-hari sehingga siswa menjadi
yakin akan kemampuannya.
1.8.1.3 Self-efficacy sebagai keyakinan manusia pada kemampuan diri untuk
melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan
kejadian-kejadian di lingkungannya, dan dia juga yakin kalau self-efficacy
18
adalah fondasi keagenan manusia. Siswa yang memiliki self-efficacy yang
baik ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu
menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun
dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang
mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman
dan suka mencari situasi baru, sedangkan siswa yang memiliki self-
efficacy yang kurang baik, siswa merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis,
cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat
menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah
terhadap tujuan yang ingin dicapai, dalam situasi sulit cenderung akan
memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi
dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan
mampu setelah mengalami kegagalan. Apabila self-efficacy rendahnya
tidak segera ditingkatkan dengan layanan yang tepat dan efektif, maka
akan banyak siswa yang prestasinya menurun.
1.8.2 Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-
instruction untuk meningkatkan self-efficacy ini, masih memiliki banyak
keterbatasan, karena pengembangan ini masih bersifat sederhana terlihat dari:
1.8.2.1 Model yang dikembangkan ini hanya terbatas pada peningkatan self-
efficacy siswa dengan menggunakan teknik self-instruction.
1.8.2.2 Model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk
meningkatkan self-efficacy siswa ini hanya terbatas bagi guru bimbingan
19
dan konseling dalam memberikan layanan konseling kelompok kepada
siswa SMK di kabupaten Kudus. Namun tidak menutup kemungkinan
dapat digunakan di sekolah lain apabila membutuhkan, tetapi harus
dilakukan penelitian awal terlebih dahulu dan uji coba lebih lanjut agar
ada kesesuaian antara keadaan dengan kebutuhan di sekolah tersebut.
1.8.2.3 Model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk
meningkatkan self-efficacy siswa, dikembangkan hanya sampai tahap uji
kelompok terbatas dan belum ditindaklanjuti sampai pada tahap
desiminasi.