terus mempromosikan transparansi diberbagai...

12
Tata kelola pemerintah yang baik (Good Governance), salah satunya ditandai dengan dijalankannya prin- sip yang transparans/terbuka dier- bagai bidang dan sektor. Baik dalam proses perumusan kebijakan hingga pelaksanaan kebijakan. Prinsip ket- erbukaan / transparan diyakini dapat mendorong lahirnya parsipasi yang berkualitas, serta melahirkan akunt- abilitas kinerja. Sebaliknya, tanpa transparansi, hanya akan melahirkan parsipasi dan akuntabilitas semu. Mendorong transparnsi menjadi salah satu isu yang terus dikerjakan Fitra Riau sebagai civil society organ- isasi (CSO) di Provinsi Riau. Selain sebagai mandat kelembagaan yang tertuang dalam visi dan misi lem- baga, mempromosikan keterbukaan masih sangat diperlukan di Provinsi Riau ini untuk menciptakan perbaikan pelayanan publik, pengelolaan sum- berdaya alam dan pengelolaan ang- garan, dilakukan secara baik, efisien, efekf dan pencegahan korupsi. Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman (Koordina- tor Fitra Riau), sejauh ini ngkat kes- edaran akan keterbukaan informasi publik khususnya pada pemerintah daerah masih sangat minim. Salah satunya ditandai dengan belum se- mua daerah memiliki infrastruktur pelayanan informasi publik yang se- cara otomas dapat berkeja melaku- Dok Foto Ilustrasi www.dedykurniadi.com Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektor Edisi: Maret 2017 kan pelayanan informasi. Kedua, banyak birokrat atau pejabat yang belum memahami dan bahkan belum mengetahui UU 14 tahun 2008, se- mua mekanisme pelayanan informasi harus menunggu intruksi pimpinan. “Arnya pemerintah daerah keba- kayakan di Riau belum memiliki system yang baik dalam pelayanan informasi publik diberbagai sektor, se- hingga menyulitkan akses informasi bagi masyarakat yang membutuhkan informasi”, sebut Usman dalam keg- iatan FGD mendorong Transparansi Tata Kelola Hutan dan Lahan di Riau Transparansi juga sangat diperlukan dalam tata kelola sumberdaya alam.

Upload: trananh

Post on 19-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Tata kelola pemerintah yang baik (Good Governance), salah satunya ditandai dengan dijalankannya prin-sip yang transparans/terbuka dier-bagai bidang dan sektor. Baik dalam proses perumusan kebijakan hingga pelaksanaan kebijakan. Prinsip ket-erbukaan / transparan diyakini dapat mendorong lahirnya partisipasi yang berkualitas, serta melahirkan akunt-abilitas kinerja. Sebaliknya, tanpa transparansi, hanya akan melahirkan partisipasi dan akuntabilitas semu.

Mendorong transparnsi menjadi salah satu isu yang terus dikerjakan Fitra Riau sebagai civil society organ-isasi (CSO) di Provinsi Riau. Selain sebagai mandat kelembagaan yang

tertuang dalam visi dan misi lem-baga, mempromosikan keterbukaan masih sangat diperlukan di Provinsi Riau ini untuk menciptakan perbaikan pelayanan publik, pengelolaan sum-berdaya alam dan pengelolaan ang-garan, dilakukan secara baik, efisien, efektif dan pencegahan korupsi.

Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman (Koordina-tor Fitra Riau), sejauh ini tingkat kes-edaran akan keterbukaan informasi publik khususnya pada pemerintah daerah masih sangat minim. Salah satunya ditandai dengan belum se-mua daerah memiliki infrastruktur pelayanan informasi publik yang se-cara otomatis dapat berkeja melaku-

Dok Foto Ilustrasi www.dedykurniadi.com

Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektor

Edisi: Maret 2017

kan pelayanan informasi. Kedua, banyak birokrat atau pejabat yang belum memahami dan bahkan belum mengetahui UU 14 tahun 2008, se-mua mekanisme pelayanan informasi harus menunggu intruksi pimpinan.

“Artinya pemerintah daerah keba-kayakan di Riau belum memiliki system yang baik dalam pelayanan informasi publik diberbagai sektor, se-hingga menyulitkan akses informasi bagi masyarakat yang membutuhkan informasi”, sebut Usman dalam keg-iatan FGD mendorong Transparansi Tata Kelola Hutan dan Lahan di Riau

Transparansi juga sangat diperlukan dalam tata kelola sumberdaya alam.

Page 2: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Riau merupakan daerah dengan ke-kayaan sumberdaya alam yang cukup banyak. Mulai dari hutan, perkebunan, pertambangan dan Minyak gas bumi. Merujuk pada indeks tata kelola hutan dan lahan yang dilakukan oleh Indo-nesian Center For Environmental Low (ICEL), menunjukkan bahkan indeks transpransi tata kelola hutan dan lah-an di Riau mendapatkan score rendah.

Fitra Riau dalam mempromosikan Keterbukaan informasi publik, dilaku-kan dengan pendekatan advokasi dan asistensi, yang ditujukan kepada tiga stakeholder utama keterbukaan infor-masi. Pertama, mendorong proactive disclosure badan publik terhadap in-formasi publik yang wajib dipublikas-kan secara berkala dan serta merta,

juga melakukan advokasi untuk men-dorong pemerintah daerah menyiap-kan infrastruktur yang memadai, sep-erti Pejabat Pengelola Informasi dan Data (PPID), system pelayanan infor-masi, dan publikasi informasi publik.

Kedua adalah Komisi Informasi (KI) daerah provinsi Riau, untuk memas-tikan transparansi diberbagai sektor, KI sangat berperan penting, bukan hanya pada peran atau tugas sebagai penyelesaian sengketa saja. Melaink-an, KI dapat berperan menjadi stimu-lus dalam penyadaran badan publik untuk memperbaiki layanan infor-masi publik dan proactive membuka informasi publik. Oleh karena itu, KI menjadi mitra strategis Fitra Riau untuk mendorong percepatan per-

Membidani Terbitnya SK&SE KI Riau

baikan transparansi dierbagai sektor.

Ketiga, yang paling penting adalah partisipasi masyarakat untuk sadar pengetahuan, sehingga masyrakat mau melaukan akses informasi sesuai kebutuhan untuk kepentingan pribadi maupun sosial masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh Fitra Riau un-tuk mendorong masyarakat melaku-kan akses informasi sesuai dengan prosedur. Sehingga tidak adalah lagi keluhan masyarkat atas pelayanan publik, anggaran dan lain-lain den-gan alasan tidak ada ruang publik untuk mengetahui apa yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Tiga komponen ini menjadi penting dalam upaya mewujudkan tata kelola pemerintah yang trans-paransi, partisipatif dan akuntabel. **

Fitra Riau, berperan aktif berkolaborasi dengan Komisi Informasi Riau dalam berbagai hal. Mulai dari memban-gun koalisi tahun 2012 untuk mendorong terbentuknya KI Riau, berperan aktif menfungsikan KI sebagai tempat pe-nyelesaian sengketa informasi yang dibutuhkan Fitra Riau untuk advokasi kebijakan, sampai berkolaborasi membi-dani diterbitkannya Surat Edaran dan Surat Keputusan KI Riau terkait informasi tata kelola hutan dan lahan.

Hadirnya SE dan SK yang diterbitkan oleh KI Riau, terkait Tata Kelola hutan dan Lahan di Riau, bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa informasi secara berulang dengan objek informasi yang telah diputuskan oleh Komisi Informasi diberbagai daerah di Indonesia. Hal ini dorong dari fakta yang terjadi, banyak informasi yang disengke-

takan di KI adalah informasi – informasi yang sama dan pernah diputuskan oleh KI.

Oleh karena itu, Fitra Riau berkolaborasi dengan KI Riau bersama-sama membidani lahirnya SK dan SE KI Riau yang diarahkan untuk informasi-informasi publik yang te-lah dinyatakan terbuka melalui mekansiem persidangan. Untuk tahap ini SE dan SK yang dikeluarkan adalah terkait informasi sumber daya alam.

“Model ini adalah pendekatan baru yang harus didorong agar tidak terjadi sengekta berulang” jelas Mahyudin Yus-dar Komisioner KI Riau.

Lahirnya SE dan SK ini tidaklah singkat, berbagai tahapan dilalui. Fitra Riau melalui dukungan Tehe Asia Foundation (TAF), melakukan serangkain aktifitas dalam membidani SE dan SK tersebut, mulai dari Identifikasi informasi dan pengujian kategori informasi yang diselenggaran secara bersama FITRA Riau dan KI Riau, kemudian penyusuna draf SE dan SK yang dilakukan pada bulan Agustus 2016 lalu. Sampai akhirnya pada 5 oktober 2016 SK dan SE tersebut secara sah ditandangani KI Riau berdasarkan ha-sil rapat Pleno Komisioner KI Riau.

Lima SK dan SE yang dikeluarkan yaitu : • Putusan Komisi Informasi Nomor 01/KPTS-KI-R/XI/2016 Tentang Kewajiban Badan Publik Untuk Menye-diakan Dan Mengumumkan Informasi Publik Terkait Ke-bakaran Hutan Dan Lahan Di ProvinsI Riau

DokFoto Fitra Penyerahan SK & SE KI Riau

Page 3: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

• Keputusan Komisi Informasi Provinsi Riau Nomor Nomor : 02 KPTS-KIP-R/ XU 2016 tentang Kewajiban Ba-dan Publik Untuk Menyediakan Dan Mengumumkan In-formasi Publik Terkait Izin Usaha Perkebunan Di Provinsi Riau• Surat Edaran Nomor : 01/SE-KIP-R/Xi/2016 ten-tang Dokumen Hak Guna Usaha Sebagai Informasi Publik Yang Terbuka Dan Wajib Disediakan Oleh Badan Publik

• Surat Edaran Nomor: 02/Se-KIP-R/XI/2016 ten-tang Dokumen Iuphhk, Rku, Rkt, Rpbbi, Dan Ipk Sebagai Informasi Publik Yang Wajib Disediakan Setiap Saat Oleh Badan Publik• urat Edaran Nomor : 03/Se-KIP-R/XI/2016 tentang Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Sebagai Informasi Publik Yang Wajib Disediakan Setiap Saat Oleh Badan Publik

Sosialisasi SE dan SK Menguji Efektifitas Inovasi KI Riau

Dok Foto Fitra Riau

Sejak, ditandatanganinya SE dan SK Komisi Informasi Riau terkait tata Kelola Sumber daya Alam di Provinsi Riau, pada 5 Oktober 2016 lalu, FITRA Riau berkolaborasi dengan KI Riau terus berupaya mensosialisasikannya khususnya kepada bdan publik terkait. Selain ke badan publik, juga sosial-isasi ini dirahakan kepada masyarakat agar masaryarakat mencoba untuk mengakses guna menguji efektifitas prodak kebijakan tersebut.

Kebijakan ini tentu sangat perlu diso-sialisasi secara terus menerus agar dapat di ketahui seluruh badan pub-

lik dan masyarakat Riau. Sosialisasi SE dan SK KI ini dilakukan sejak 30 November 2016, melalui serangka-ian kegiatan Remuk Transparansi dengan mengundang seluruh badan publik terkait yang ada di Provinsi Riau. Tidak hanya itu, sosiaisasi juga dilakukan melalui roadshow PPID, di-daerah-daerah potensial untuk pen-erapan SE dan SK KI tersebut. Seperti pada Meret 2017 lalu dilakukan di Ka-bupaten Siak, Pelalawan dan Badan publik Pemerintah Povinsi Riau.

Dari hasil sosialisasi diatas, ditemu-kan ada beberapa hal yang menjadi

catatan penting bagi kita dan juga

bagi pemerintah Daerah Kab. Siak, di-antaranya, PPID masih awam dalam memahami UU KIP secara keseluru-han, disamping itu Dinas-dinas lain-nya yang ditunjuk sebagai pembantu PPID masih belum memahami prose-dur pelayanan informasi. Sehingga menjadi masalah bagi PPID utama dalam melaksanakan keter-bukaan informasi,. Namun disamp-ing hal hal tersebut PPID Kab. Siak berkomitmen terhadap keterbukaan informasi public, termasuk dengan adanya kebijakan KI Riau tentang

Page 4: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

SK/SE terkait TKHL. Dan juga mem-perkuat pemahaman pemahaman keterbukaan informasi publik kepada

masyarakat guna untuk mendorong percepatan pelaksanaan keterbukaan informasi di Kabupaten Siak.Hal yang sama juga ditemukan di Ka-bupaten Pelalawan, bahkan daerah ini sama sekali belum menjalankan infrastruktur pelayanan informasi se-cara baik. Daerah ini baru ada SK PPID saja, namun belum menjalankan pe-layanan informasi sesuai dengan ke-tentuan perundang-undangan.

Secara prinsip, daerah berkomit-men untuk menjalankan SE dan SK Komisi Informasi tersebut, namun

terlebih dahulu harus membereskan infrastruktur layanan informasinya. Akan tetapi, pemerintah daerah ber-sedia menyampaikan SE dan SK ini kepada pimpinan tertinggi daerah da-lam hal ini Bupati daerah setempat. Pemerintah sangat berharap, seba-gai bagian tugas dan tanggung jawab maka seyogyanya prinsip transpar-ansi harus dijalankan semua lini pe-nyelengaraan pelayanan publik diber-bagai sektor, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan kebijakan. ***

Dok Foto Fitra Riau

Mendorong PerempuanSadar Informasi

Membuka informasi informasi publik adalah kewajiban bagi badan pub-lik sesuai peraturan perundangan. Sementara mendapatkan informasi publik, adalah hak bagi setiap warga negara, termasuk didalamnya kel-ompok perempuan. Belum semua masyarakat sadar akan pengetahuan informasi, jikapun ada jumlahnya san-gat terbatas hanya ada pada kalangan masyarakat tertentu.

Sebagian masyarakat berpendapa-tan, bahwa urusan pemerintah bu-kan menjadi masayrakat, sehingga tidak perlu untuk ikut campur apalagi sampai meminta informasi. Sebagian yang lain, rasa keingintahuan sampai pada upaya mendapatkan informasi terkendala karena sulitnya mendap-atkan informasi sesuai dengan kebu-tuhannya.

Untuk itu, FITRA Riau menilai bahwa masih banyak kelompok – kelompok masyarakat yang belum mengetahui secara lebih jelas, bagaimana me-manfaatkan UU KIP sebagai sarana untuk mendapatkan informasi pub-lik. Oleh karena itu, maka Jumat, 24 Maret 2017, bertempat di Kantor FITRA Riau, menyelenggaran pelati-han singkat bagi kelompok perum-puan di Pekanbaru terkait pentingnya informasi publik dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.

Kegiatan ini dIhadiri oleh sepuluh pe-serta yang semuanya berasal dari per-wakilan kelompok perempuan di Pe-kanbaru, seperti Mapala, Kohati HMI Pekanbaru, komunitas mahasiswa lainnya. Difasilitasi oleh Koordinator Devisi Advokasi dan Riset Fitra Riau, Tarmizi, membedah kebutuhan infor-masi publik yang paling mendasar.

Taufik, Staff Devisi Advokasi Fitra Riau, yang juga Program Officer Pro-gram Stapak II yang dilaksanakan Fitra Riau mengatakan, bahwa kegia-

tan ini dilakukan untuk membangun kesedaran bagi kelompok perempuan untuk melakukan akses informasi publik sesuai kebutuhannya. Tentu, lanjutnya diawali dengan pengeta-huan yang paling dasar mengenai apa itu informasi publik dan apa saja kegunaanya bagi masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan selama se-hari ini, telah mampu menggerakkan hati peserta untuk turut serta terlibat aktif dalam mendorong ketebukaan informasi publik. Hal itu, ditandai den-

Dok Foto Fitra, Diskusi Bersama Kelompok perempuan

Page 5: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Anak Talang INHU Harus Tahu Informasi

Dok Foto Fitra Riau Anak Talang Inhu

gan masing-masing perserta memilih informasi yang dibutuhkan dan akan melakukan akses pada badan publik sesuai informasi yang diminta.

Salah satu peserta, Yusnita, perwaki-lan dari Kohati HMI Pekanbaru, men-gatakan bahwa selama ini dirinya ingin sekali mengetahu informasi-informasi yang berhubungan dengan daerahnya. Akan tetapi, selama ini belum menetahui bagaimana caranya dan cenderung takut untuk beruru-san dengan badan publik. Melalui kegiatan ini, Yusnita akan mencoba

melakukan permohonan akses infor-masi terkait Dokumen aset Bangunan Kabupaten Inhu. Dokumen RPJMD 2016 – 2021 KAB Inhu, Informasi Do-kumen HGU, Dokumen AMDAL, IUP-PHK, RKUPHHK-HT, RKT-HA Pada Ba-dan Pertanahan Nasional Kabupaten Inhu. Begitu juga peserta yang lainnya, Rezi Ananda, Mery Handayani, WIka, Nur-fatin dan peserta lainnya, juga telah memilih informasi apa saja yang akan diminta kepada badan publik terkait sesuai kebutuhan mereka. Seperti,

keuangan kampus, anggaran APBD, informasi Lingkungan Hidup, dan informasi lainnya didaerah-daerah tempat mereka berasal.

Taufik, berharap kepada peserta agar segera melakukan akses informasi, se-mentara Fitra Riau siap untuk melaku-kan pendampingan jika mendapatkan kendala-kendala dilapangan. Taufik juga berharap dengan ikutnya partisi-pasi kelompok perempuan terhadap keterbukanan informasi, dapat men-dorong perbaikan derajat keterbu-kaan informasi publik di Riau.

Page 6: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Bertempat di salah satu rumah warga desa anak talang kecamatan batang cenaku, FITRA Riau bersama warga anak talang menggelar diskusi terkait keterbukaan informasi. Diskusi yang dilaksanakan Jumat, 26 Februari 2016, dikhususnya terkait keterbu-kaan informasi dan hak warga atas informasi dalam pengelolaan sumber daya alam yang merupakan kebijakan pemerintah baik tingkat pusat mau-pun level pemerintah daerah.

Diikuti 15 peserta yang berasal dari pemuda desa anak talang yang meru-pakan komunitas Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Indragiri Hulu. Tarmizi menfasilitasi proses di-kusi mengawali dengan memperke-nalkan pentingnya keterbukaan infor-masi public disemua sektor khususnya di sektor pengelolaan sumber daya alam di daerah.

Tarmizi menjelaskan , Indragiri Hulu merupakan salah satu daerah di Riau yang memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Juga merupakan daerah yang menjadi target investasi berbasis hutan dan lahan di Provinsi Riau. Ratusan perusahaan yang memiliki konsesi dibebagai sektor, mulai dari pertambangan (migas dan pertambangan minerba), kehutanan, serta investasi perkebunan sekala be-sar.

Keterbukaan informasi menjadi pent-ing untuk terus didorong untuk itu perlu partisipasi masyarakat yang sangat kuat dalam melakukan penga-wasan, salah satu strateginya adalah mendorong praktek transparansi da-lam tata kelola kebijakan hutan dan

lahan. Pengenalan UU KIP sebagai in-trumen untuk mendapatkan informasi publik, sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat anak talang. Apalagi bertepatan saat ini masyarakat ba-tang cenaku khususnya di desa anak talang, sedang dihadapkan dengan munculnya pembukaan lahan oleh salah satu perusahaan (PT. Runggu) yang berada di desa tersebut.

Menurut Jhoni Iskandar, salah satu peserta yang mengikuti pelatihan singkat tersebut, mengungkapkan bahwa pemerintah dalam pengelo-laan sumberdaya alam masih sangat tertutup sekali. Sehingga saat ini, mis-alnya ada perusahaan yang masuk di desa anak talang namun masyarakat tidak mengetahui, kapan perusahaan tersebut mengeluarkan izinnya.

Masyarakat, meunurutnya juga jarang bahkan tidak pernah mencoba men-cari informasi resmi dari pemerintah daerah. Karena tidak memahami ba-gaimana mekanismenya yang harus ditempuh masyarakat untuk menda-patkan informasi. Warga juga merasa kecewa ketika meminta informasi tidak diberikan oleh pemerintah. Na-mun dia mengakui belum pernah me-manfaatkan intrumen UU KIP sebagai alat untuk mendapatkan informasi.

Selain, Tarmizi, sebagai fasilitator pelatihan singkat ini, Taufik juga men-jelaskan bahwa di Indragiri Hulu telah memiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Dengan demikian, sebenarnya di Kabupaten Inhu ini, cara untuk mendapatkan informasi sangat lah mudah. Warga tidak perlu untuk mondar mandir ke

dinas-dinas, karena sudah ada meja layanan khusus untuk mengajukan permohonan informasi tersebut.

Proses diskusi terus berjalan, se-lanjutnya peserta difasilitasi untuk mengindentifikasi kebutuhan infor-masi yang dibutuhkan. Baik infor-masi yang berkaitan dengan rencana advokasi penyelamatan lingkungan hidup maupun informasi lainnya yang dibutuhkan masyarakat. Peserta juga diajak untuk mengidentifikasi keberadaan atau mengindentifikasi siapa badan publik yang menguasai dokumen-dokumen tersebut.

Beberapa dokuman yang dilist un-tuk selanjutnya akan diminta oleh masyarakat adalah, DOkumen Hak Guna Usaha perusahaan yang berop-erasi di Kecamatan batang Cenaku, Peta Kawasan, Surat – Surat Izin Op-erasional perusahaan, Izin Usaha Perkebunan Perusahan, dan Doku-men Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Perusahaan.

Selain Informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya Alam, peserta juga melis dokumen/informasi lainnya yang akan segera di minta ke pemerintah daerah dan Pemerintah Desa. Seperti dokumen anggaran APBD, dokumen rencana kerja pemerintah daerah di sektor perkebunan dan kehutanan serta ba-dan Lingkungan Hidup. Peserta juga meminta FITRA Riau untuk melakukan pendampingan dalam proses akses informasi. Fitra Riau menyanggupi untuk melakukan pendampingan jika permohonan informasi harus bersen-gketa di Komisi Informasi. **

Menyusun Intrumen Penilaian Kinerja Keterbukaan Informasi TKHL Riau Berbagai upaya untuk mempromosikan transparansi telah dilakukan oleh FItra Riau dengan bekerjasama pihak –pihak terkait lainnya. Salah satunya adalah dengan mendorong KI Riau inovative untuk mengeluarkan produk kebijakan un-tuk menjembatani percepatan perbaikan informasi publik khususnya pada sektor tata kelola hutan dan lahan. Secara umum juga informasi publik lainnya diberbagai sektor. Selama ini, penilaian kinerja ketebukaan informasi, hanya dinilai oleh Komisi Informasi saja dengan istilah pemering-katan. Oleh karena itu, sebagai perbandingan penilaian maka FITRA Riau juga akan turut berperan dalam melakukan penilai kinerja ketebukaan informasi publik di beberapa daerah di Riau. Agar penilaian yang dilakukan dapat diterima dengan metode dan pendekatan yang ilmiah, maka dibutuhkan intrumen penilaian.

Page 7: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Dok Foto Fitra Workshop Expert Meeting

Untuk itu, bertempat di Pekanbaru, dengan dukungan the Asia Foudation, Fitra Riau menggelar workshop bersama expert / ahli untuk menyusun intrumen penilain kinerja keterbukaan informasi publik di Provinsi Riau. kegiatan dis-elenggaran selama sehari, 13 Maret 2017, dengan menghadirkan pada expert yang sudah lama berkecimpung dalam dunia keterbukaan informasi publik. Kegiatan ini juga, menghadirkan anggota Komisoner KI Riau terpilih, yaitu Joni Swtiawan Mundung, Alnofrizal, Tatang Yudiansyah, dan Khaznah Ghazali. Sementara satu komisoner terpilih tidak hadir karena ada agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan. Triono Hadi, Program Manager Stapak II Fitra Riau mengatakan, bahwa upaya mendorong ketebukaan informasi publik harus terus dilakukan. Bahkan, CSO penting untuk melakukan penilaian dengan metode dan pendekatan yang tepat. Agar hasil dari penilaian tersebut tentunya dapat diterima dan berkontribusi untuk perbaikan derajat keterbukaan informasi publik. “Kami sengaja mengundang sluruh komisoner terpilih, agar nantinya dapat menjadi mitra kerja yang baik untuk ber-sama –sama memastikan diimplementasikannya UU KIP di Riau”, jelas Triono. Kegiatan ini menghadirkan Desi Eko Prayitno, pegiat keterbukaan infromasi, sebagai fasilitator, serta menghadirkan narasumber utama sebagai pengantar diskusi yaitu, Mahyudin Yusdar. Kegiatan tersebut menghasilkan beberapa cata-tan penting, diantara; Komitmen bersama untuk menguji kinerja keterbukaan informasi dan akan diakui Komisi Informasi Riau sebagai dasar pengujian kinerja keterbukaan informasi kedepan. Selain itu, menghasilkan pendekatan penilaian kinerja keterbukaan informasi publik di Riau. Meletakkan satu intrumen khusus penilaian pada objek informasi terkait tata Kelola hutan dan lahan di Riau.

Page 8: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Menolak Pemborosan Penggunaan APBD Tahun 2017, hampir seluruh pemerintah kabupaten dan kota di Riau dilanda fenomena ke-sulitan keuangan daerah. Aki-batnya, program pembangunan dan pelayanan sosial dasar yang mestinya harus diberikan kepada masyarakat akhirnya tertunda. Kebijakan merumahkan dihonorer yang telah dilakukan beberapa kabupaten akibat tidak mampunya keuangan untuk membayar ber-potensi akan menambah jumlah

penganguran. Tahun 2015, BPS mencatat angka penganguran ter-buka Provinsi Riau sebesa 7,8%, meningkat dari tahun 2014 yaitu 6,6%.

Ditengah, pemerintah daerah yang katanya mengalami kesulitan angga-ran, akan tetapi pemerintah Provinsi Riau justru masih menunjukkan pola pemborosan dalam merencanakan anggaran tahun 2017. Fitra Riau men-catat terdapat anggaran sebesar Rp. 1,03 Triliun yang dibelanjakan un-

tuk 13 jenis kegiatan yang tidak ber-dampak langsung terhadap publik.

Belanja tersebut yaitu, belanja Per-jalanan Dinas, Belanja Makan Minum, Belanja Listrik perkantoran, Belanja Cetak dan penggandaan, Belanja tas kegiatan, logistic rumah tangga, plakat, dekorasi dokumentasi. Selian itu ada belanja premi asuransi untuk pegawai, pakai dinas, honorarium PNS (untuk pelaksanaan kegiatan), perawatan kendaraan dinas. Belanja lainnya seperti publikasi, sewa tenda

Pemerintah provinsi Riau menganggarkan Rp. 514 Milyar untuk perjalanan dinas pejabat. 33% atau Rp. 174,7 Milyar digunakan untuk belanja perjalanan dinas anggota DPRD Provinsi Riau. Bahkan parahnya lagi pemerintah provinsi Riua tetap menganggarkan belanja untuk wakil gubenur, padahal hingga saat ini wakil gubenur Riau belum ada. Pada APBD 2017 terdapat beberapa kegiatan dewan ber-potensi memboroskan keuangan daerah sebesar Rp174,7 milyar, diantaranya; kunker dewan dalam/ luar daerah

sebesar Rp.56,8 milyar, kunker AKD sebesar Rp58,5 milyar dan kegiatan reses dewan sebesar Rp30,4 milyar.Lebih parah lagi, terdapat biaya kunjungan kerja luar neg-eri pimpinan dan anggota dewan sebesar Rp28,8 milyar yang selalu naik dari tahun sebelumnya, tahun 2016 sebe-sar 12,7 milyar dan tahun 2015 sebesar Rp7,4 milyar. Dari total biaya tersebut mencapai Rp.49 milyar selama tiga ta-hun terakhir, tidak terlihat sama sekali hasil yang dibawa pulang oleh anggota dewan selain dari kegiatan foya-foya diluar negeri.

Setengah Triliun Untuk Perjalanan Dinas

Page 9: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Secara rinci, kunker luar negeri dewan tersebut akan di-lakukan untuk satu kali kunjungan, maka dari 65 orang anggota dewan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp444 juta/ orang, ini jelas merupakan bentuk pemboro-san yang dilakukan dewan, bahkan kunjungan luar negeri dewan akhir tahun 2016 lalu sama sekali tidak membawa dampak perbaikan terhadap kinerja dewan dalam menin-gkatkan kesejahteraan masyarakat.Selain itu, prilaku boros juga terdapat pada belanja kebu-tuhan dua orang pejabat tinggi Riau (Gubernur dan Wakil Gubernur), dianggarkan sekitar Rp.13,5 milyar tahun 2017, diantaranya akan digunakan untuk membiayai perjalanan dinas sebesar Rp3,6 milyar, makan minum Rp7,1 milyar, pelayanan rumah tangga Rp2,2 miyar dan pakaian dinas Rp622 juta. Fitra Riau menilai, bahwa kondisi diatas menunjukkan se-mangat efisiensi anggaran pemerintah belum tercermin dalam perencanaan anggaran daerah. Masih banyaknyya anggaran yang dialokasi secara berlebihan juga sangat

berpotensi menjadi ruang korupsi, apalagi anggaran – anggaran tersebut merupakan anggaran habis pakai yang sangat mudah untuk di selewengkan.

Fitra Riau juga bahwa Kementrian Dalam Negeri yang ber-tugas melakukan verifikasi atas rancanagan APBD pemer-intah Provinsi Riau tidak serius dalam melakukan evaluasi. Faknya, masih banyak anggaran yang dialokasikan secara berlebihan lolos dalam evaluasi tersebut.

Oleh karena itu, dikarenakan belum terlambat, maka FITRA Riau menyarakan kepada Gubenur Riau untuk melakukan evaluasi kembali atas perencanaan anggaran APBD tahun 2017. Memperketat anggaran perjalanan dinas serta ang-garan – anggaran lain yang tidak perlu dilaksanakan tahun pada tahun ini. Gubenur Riau harus melakukan realokasi anggaran yang syarat dengan pemborosan tersebut untuk anggaran – anggaran yang lebih dibutuhkan kepada pub-lik. ***

Diskusi Membedah APBD Advokasi Anggaran Melalui Litigasi

Satu sisi pemerintah daerah Provinsi Riau boros dalam merencanakan APBD, hasil analisis yang dilakukan oleh FITRA Riau menunjukkan bahwa lebih dari Rp. 1 triliun APBD Riau di-gunakan untuk belanja yang tidak memiliki dampak langsung terhadap

pelayanan publik dan kepentingan publik. Namun, dilain sisi pemerintah pelit untuk menganggarkan belanja daerah yang memberikan dampak terhada hajat hidup orang banyak. Alasannya adalah anggaran menga-lami rasionalisasi akibat penurunan

pendapatan.

Selasa, 28 Maret 2017 Fitra Riau menggelar diskusi dengan menghad-irkan expert dan praktisi hukum un-tuk membedah secara lebih dalam hasil analisi yang dilakukan oleh FITRA

Dok Foto Fitra Sedang berlangsung diskusi mengenasi APBD Riau

Page 10: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Riau. Dengan menghadirkan nara-sumber, untuk memberikan masukan serta menyusun rencana advokasi anggaran kedepan.

Alokasi belanja kesehatan yang terse-dia dalam APBD Provinsi Riau Tahun 2017 tidak mencukupi sebesar 10% diluar gaji pegawai, sebagaimana ke-tentuan UU No. 36 Tahun 2009 ten-tang Kesehatan. Saat ini pemerintah hanya mengalokasikan belanja kes-ehatan sebesar 6,75% atau Rp742,5 Milyar dari total belanja daerah sebe-sar Rp11,08 triliun. Artinya, dari total belanja daerah tersebut pemerintah Provinsi Riau harus mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan keseha-tan adalah sebesar Rp1,1 triliun.

Selain itu, alokasi anggaran yang masih minim adalah alokasi belanja kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang termuat da-lam perda APBD tersebut diduga bertentangan dengan Intruksi Presi-den Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pengendalian Karhutla. Bahwa Selain alokasi anggaran yang tidak memadai

terhadap upaya pengendalian kar-hutla selama ini.

Program/kegiatan pengendalian kar-hutla yang dilakukan pemerintah Provinsi Riau melalui kebijakan angg-aran dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2016 Tentang APBD Provinsi Riau Tahun 2017, belum se-luruhnya mematuhi Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2015 Ten-tang Pengendalian Karhutla, khusus-nya pada ketentuan huruh (f) dan hu-ruf (g) pada angka 19 Inpres No. 11 tahun 2015, yaitu terkait skema pen-gawasan, evaluasi serta penegakan hukum terhadap perusahaan yang melakukan pembakaran hutan dan lahan, hal tersebut tidak menjadi pro-gram kegiatan dalam belanja daerah.

Pendanaan percepatan perhutanan sosial sebagaimana yang terdapat pada APBD Provinsi Riau tahun 2017 belum seluruhnya mematuhi ketentu-an dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen-LHK) Nomor 83 Tahun 2016 Tentang Perhutanan Sosial, di-antaranya sebagaimana ketentuan

pasal 7, terkait pendelegasian HPHD, pasal 52 ayat 5 terkait penyusunan RPHD, pasal 53 ayat 1 terkait masa berlaku HPHD, dan pasal 61 ayat 2 terkait fasilitasi percepatan perhu-tanan social. Sementara pemerintah provinsi Riau saat ini hanya melaku-kan verifikasi PIAPS dan perhutanan social, di samping itu ketersediaan biaya juga sangat minim.Hasil diskusi tersebut FItra Riau me-nyusun langkah –langkah advokasi ke-bijakan anggaran khususnya pada tiga sektor itu. Salah satunya adalah sinyal untuk melakukan gugatan (litigasi) perda APBD nomor 8 tahun 2016 ten-tang APBD Riau 2017 ke Mahkamah Agung. Akan tetapi sebelum meng-gunakan langkah tersebut, maka Fitra Riau akan memperdalam analisi dan kajian untuk memperkuat basis argu-mentasi gugatan APBD tersebut. Langkah litigasi dalam advokasi kebi-jakan anggaran pernah dilakukan oleh FITRA Riau pada tahun 2013. FItra Riau megajukan gugatan ke Mahka-mah Agung Perda APBD tahun 2013 berkerjasama Koalisi APBD di Provinsi Riau.

Terlibat Dalam Koalisi Anti Korupsi

Page 11: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Fitra Riau terlibat dalam gerakan anti korupsi berkilaborasi dengan lembaga CSO lainnya di Provinsi Riau. Seperti Jika-lahari, Riau Corruption Trial (RCT), Lembaga bantuan Hukum Pekanbaru (LBH-Pekanbaru), serta lembaga lainnya di Provinsi Riau.

Salah satu isu penegakan hukum tindak pidana korupsi di Riau adalah, vonis bebas terdakwa korupsi APBD Riau yang dijatuhkan oleh hakim PN Pekanbaru. Sementara satu terdakwa yang juga koleganya dijatuhi hukum 5,6 tahun pen-jara disertai dengan denda. Vonis berbeda terhadap terdakwa korupsi tesebut memunculkan pertanyaan dikalangan masyarakat termasuk CSO di Riau.

Persoalan Vonis bebas Bupati Non aktif Rokan Hulu, menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat Riau. pasalnya putu-san hakim dalam memvonis bebas tersangka sangat disayangkan public. Ketika di tengah semangat melawan keterpu-rukan korupsi yang di riau, baru kali ini KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) kalah dalam persidangan. Sehingga dari beberapa kalangan masyarakat sipil anti korupsi meragukan integritas dan kredebilitas Hakim.

Jumat, 24 Februari 2017, Koalisi Pemantau Penegakan Hukum di provinsi Riau menggelar konferensi Pers secara ber-sama menyampaikan beberapa tuntutan, yaitu mendesak komisi yudisial segera melakukan investigasi terhadap hakim yang menangani perkara korupsi suparman. Selanjutnya, koalisi mendorong Jaksa untuk melakukan kasasi ke Mahka-mah agung, dan melakukan pengawasan terhadap hakim yang menangani perkara korupsi khususnya di Provinsi Riau. Selain itu, koalisi juga mendorong KPK mengikutsertakan masyarakat dalam memandatu proses persidangan perkara korupsi di pengadilan.

Mencegah Fraud Pelaksanaan BPJS

Dok Fitra Riau seang berdiskusi dengan pihak rumah sakit

Salah satu upaya negara dalam memberikan jaminan kesehatan kepada warganya adalah dengan menerapkan program Jaminan Kesehatan melalui Penyelenggaran Jaminan Keshatan (BPJS). Kelompok warga miskin kemudian mendapat-kan bantuan iuran dari pemerintah melalui program PBI. Dengan demikian, maka kelompok warga tersebut terutama yang telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan tidak lagi bermasalah dengan akses terhadap faskes. Meski memiliki akses memadai atas layanan kesehatan, ternyata warga masih menghadapi kendala mendapatkan pe-layanan bermutu dan berkeadilan. Sebagian dari mereka harus mendapatkan layanan ala kadarnya dari faskes dan bahkan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari petugas atau penyelenggara faskes. Kondisi tersebut juga ditemui di

Page 12: Terus Mempromosikan Transparansi Diberbagai Sektorfitrariau.org/wp-content/uploads/2017/04/Newsletter-Edisi-Maret... · Berdasarkan hasil kajian Fitra Riau, yang disampaikan Usman

Provinsi Riau. Sebagai Civil Societi Organisasi, FITRA Riau memandang perlu untuk memperhatikan akses dan mutu pelayanan kes-ehatan terutama bagi warga kurang mampu di Provinsi Riau. Agar pelayanan publik khususnya disektor kesehatan ini bernar-benar dijalankan secara layak, baik, dan memberikan kemudahan akses bagi setiap warga. Fitra Riau bermitra dengan Indonesia Corruption Watch (ICW), melakukan serangkaian kegiatan untuk mendorong perbaikan layanan BPJS kesehatan di provinsi Riau. Kegiatan yang dilakukan yaitu, melakukan kajian untuk mengiden-tifikasi potensi Fraud yang berpotensi dilakukan oleh penyelenggaran layanan BPJS, baik BPJS maupun rumahsakit. Selain itu, Fitra Riau juga melakkan pendampingan warga yang sedang membutuhkan akses layanan kesehatan meng-gunakan BPJS.***

Pendampingan Pasien BPJSSejak Februari 2017, Fitra Riau melakukan pendampingan terhadap pasien peserta jaminan kesehatan BPJS di provinsi Riau. Pendampingan tersebut diberikan kepada pasien-pasien peserta BPJS PBI yang diba-yarkan baik APBN maupun pasien PBI yang dibayarkan oleh APBD. Pen-dampingan dilakukan di rumah sakit Umum khususnya RSUD Arifin Ahmad dan Rumah sakit swasta di Provinsi Riau. Gusmansyah, salah satu tim pen-damping pasien, mengatakan bahwa pendampingan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi potensi fraud baik dilakukan oleh pihka ru-mah sakit maupun pihak lainnya yang bekepentingan. Karena, dalam realit-anya pihak – pihak utama yang terli-bat dalam tindakan fraud BPJS adalah, pihak rumah sakit, dokter, apoteker, hingga ke pasien itu sendiri. Terapat 14 pasien yang sudah diberi-kan dampingan, mulai dari awal masuk ke rumah sakit hingga ke ke-luar dari rumah sakit. Pendampin-gan ini difokuskan bagi pasien yang mendapatkan layanan rawat inap di rumah sakit. Dari 14 pasien yang didampingi terse-but, beragam permasalahannya yang dihadapi. Seperti ada yang sudah dua minggu dirumah sakit tetapi bulan mendapatkan diagnose penyaktinya dan tindakan lanjutan yang harus di-lakukan oleh dokter dan rumah sakit. Ada juga pasien yang sudah satu min-ggu dirawat namun samasekali belum dikunjungi oleh dokter sepesialis. Se-lain itu, uga ditemukan adanya pasien yang diminta rumah sakit untuk mem-beli obat diluar rumah sakit. Ismail, (60) adalah salah satu pasien yang didampingi di rumah sakit umum daerah (RSUD Arifin Ahmad). Sebelumnya Ismail dirawat dirumah

RSUD Tembilahan Indragiri Hilir sela-ma satu minggu, kemudian dirujuk di RSUD Arfin Ahmad, sudah dua minggi pasien dirawat di rumahs akit tersebu namun belum mendaatkan tindakan lanjutan yang dilakukan oleh rumah sakit. Ismail didiagnoas mengidap pe-nyakit tumor. Kondisi serupa juga dialami pasein lainnya, lambatnya proses penangan-an, akibat kekerangan dokter men-jadi kendala utama dalam pelayanan kesehatan bagai masyarakat. Akan tetapi, dari 14 pasien yang didamp-ingi ada juga yang merasa dilayani dengan baik oleh pihak dokter dan rumah sakit. Selain pendampingan pasien, kajian ini juga dilakukan dengan metode wawancara kepada pihak-pihak terkait di Provinsi Riau. Seperti, puskesma, rumah sakit, BPJS Perwakilan Riau, Dinas Kesehatan dan para dokter.

Wawancara mendalam ini dilakukan untuk menggali informasi, mencari data dan informasi terkait implemen-tasi pelayanan BPJS. Minimnya standar biaya yang ditetap-kan oleh BPJS menjadi keluhan kh-sususnya pihak rumah sakit dan puskesma. Bahkan akibat rendahnya biaya rumah sakit menolak pasien BPJS, bukan hanya yang peserta PBI, bahkan pasien yang mandiri juga di-tolak. Ada juga yang tidak menolak akan tetapi memberikan pelayanan yang ala kadarnya, seperti pasien dengan penyakit yang membutuhkan biaya besar, tidak dilayani dengan baik namun hanya dirawat dengan pengo-batan biasa tanpa tindakan lanjutan.

Pelaksanaan kajian menggali potensi fraud akan terus dilakukan melalui proses pendampingan pasien dan metode lainnya. ***

dok fitra mendampingi pasien