tersebut - universitas muhammadiyah kalimantan timur

17
OipindaidenganCamScanner Unlverattaa lndone•la 73 6.2 Stigma Pelajar terbadap Onng dengan HIV dan AIDS Berdasarkan hasil penelitian, stigma pelajar SMA terhadap HIV dan AIDS tergolong tinggi, yaitu sebesar 53,2%. Jika ditelaah berdasarkan target UNAIDS pada tahun 2015 terkait dengan zero discrimination, angka ini masih sangat jauh dad target .. Di antara berbagai pertanyaan terkait stigma terhadap ODHA, sebagian pelajar masih menganggap babwa HIV dan AIDS menular melalui hubungan sosial, sebanyak 11,5% pelajar menyatakan sangat setuju dan 31,3 % pelajar menyatakan setuju terkait pemyataan bahwa makan bersama ODHA dapat menularkan virus HIV. Anggapan tersebut dapat berujung pada persepsi negatif, rasa takut, rasa malu, penolakan, clan mat. untuk melakukan diskriminasi terhadap ODHA. Menurut Nyblade (2006), ketakutan untuk melakukan kontak dengan ODHA menjadi domain yang paling utama dari stigma. Dalam penelidan inl, rasa ta1rut terbentuk dalam rasa takut untuk berteman dengan orang yang terkena HIV dan AIDS maupun anggapan bahwa membeli makanan dari seseorang yang positif HIV itu adalah hal yang berbahaya. 6.1 Keterbatasan Pe·nelitian Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peogaruh orang tua merupakan faktor yang par d _ .. _ _ . . . mg omman dalam hubungannya dengan stigma terhadap ODHA. Hai tersebut kurang sejalan dengan beberapa konsep dimana remaja biasanya · adikan _ _ _ . menJa · . sebayanya (peer group) sebagai role model dalam berperilaku. Pengalaman bertemu ODHA dan keterpaparan inf ormasi merupakan faktor yang membentuk sikap, namun daJam penelitian iru terbukti tidak ada hubungan, Hal tersebut dapat dikarenakan instrumen pengukuran pengalaman dan juga keterpaparan inf ormasi yang mungkin kurang lengkap, Selain itu, ditengarai pula adanya recall bias dari responden, dimana. jangka waktu yang ditanyakan cukup panjang,. yaitu selama 6 bulan terakhir, BAD VJ P.EMBAHASAN

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OipindaidenganCamScanner

Unlverattaa lndone•la 73

6.2 Stigma Pelajar terbadap Onng dengan HIV dan AIDS

Berdasarkan hasil penelitian, stigma pelajar SMA terhadap HIV dan

AIDS tergolong tinggi, yaitu sebesar 53,2%. Jika ditelaah berdasarkan target UNAIDS pada tahun 2015 terkait dengan zero discrimination, angka ini masih sangat jauh dad target .. Di antara berbagai pertanyaan terkait stigma

terhadap ODHA, sebagian pelajar masih menganggap babwa HIV dan AIDS

menular melalui hubungan sosial, sebanyak 11,5% pelajar menyatakan

sangat setuju dan 31,3 % pelajar menyatakan setuju terkait pemyataan

bahwa makan bersama ODHA dapat menularkan virus HIV. Anggapan

tersebut dapat berujung pada persepsi negatif, rasa takut, rasa malu,

penolakan, clan mat. untuk melakukan diskriminasi terhadap ODHA.

Menurut Nyblade (2006), ketakutan untuk melakukan kontak dengan ODHA menjadi domain yang paling utama dari stigma. Dalam penelidan inl, rasa ta1rut terbentuk dalam rasa takut untuk berteman dengan orang yang terkena HIV dan AIDS maupun anggapan bahwa membeli makanan dari seseorang yang positif HIV itu adalah hal yang berbahaya.

6.1 Keterbatasan Pe·nelitian

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peogaruh orang tua merupakan faktor yang par d _ .. _ _ . . . ­ mg ­ omman dalam hubungannya dengan stigma terhadap ODHA. Hai tersebut kurang sejalan dengan beberapa konsep dimana remaja biasanya · adikan _ _ _ . ­ menJa­ ­· . sebayanya (peer group) sebagai role model dalam berperilaku.

Pengalaman bertemu ODHA dan keterpaparan inf ormasi merupakan

faktor yang membentuk sikap, namun daJam penelitian iru terbukti tidak ada hubungan, Hal tersebut dapat dikarenakan instrumen pengukuran

pengalaman dan juga keterpaparan inf ormasi yang mungkin kurang lengkap, Selain itu, ditengarai pula adanya recall bias dari responden, dimana. jangka

waktu yang ditanyakan cukup panjang,. yaitu selama 6 bulan terakhir,

BAD VJ

P.EMBAHASAN

Page 2: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OlpindaldenganCamScanner

UntveNltu lndone81

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa lebih dnri epnruh poJuj r

pada sekolah swasta (54,9%) memiUki stigma tcrhadap ODIIA. Ital ters but

dapat dikaitkan de.ngan kurikulum sekolah negeri, dimana muteri I IJV d n

AIDS telah masuk ke dalam kurikulum melalul pelajaran Diologi, . Pendidikan Jasrnani, 01ahraga, dan Kesehatan (Penjas Orkes), So lologi,

dan Bimbingan Konseling (BK). Sehingga, pclajar yang bcradu di c'kolah negeri, kemungkinan untuk menerima materi tersebut cukup 1inggi · .hing.gti

peng,etahuannya lebih komprehensif. Selain itu :pelajar yang ma ih berada di kelas sepuluh (X) juga memiliki stigma yang lebih tinggi (SS',S%) dibandingkan dengan kelas sebelas (XI), hal tersebut dapat dikw·enakan pelajar yang masih berada di kelas X kemungkinan belum rncndapatkan

materi HIV dan AJDS, dimana materi tersebut ·terdapat pada pelajara.n. kesehatan reproduksi yang merupakan mata ajar' di kelas Xl,

Pelajar yang duduk di kelas Ilmu sosial juga memiliki stigma yang Ieblh tinggi (56,6%) dibandingkan dengan kelas Mat.ernatika­IPA atau Bahasa. Pelajar yang duduk di kelas Matematika­IPA mendapatkan materi mengenai Biologi, dimana materi tersebut tidek diperoleh ol h pelajar di kelas llmu Sosial maupun kelas Bahasa. Sedangkan guru pada pelajaran BK atau Penjas Orkes terkadang tidak menjel.askan materi HIV dan AIDS, meskipun ada di dalam bulru Jembar kerja siswa. Sejalan dengan penelitlan yang

dilakukan oleh llvalita (2014),, melalui hasil kualita.tifnya diketahui bahwa

sebagian pelejar yang berada di kelas Ilmu Sosial mendapatkan informasi mengenai HIV dan. AIDS, rata .... rata materi terdapat pada pclaJaran Sosiologl, Penjas Orkes atau B~ namun guru tidak banyak menjelasknn dengan detail, t.erutama Peejas Orkes, karena merupakan mata pel~jamn yang sering melakukan p.raktikum di lapangan.

Namun, jika responden. didistribusikan berdasarkan sekolah berbasls agama atau umum, temyata sekolah wnum yang lebih unggi stigmanya dibandingkan .sekolab agama (56,5%). Hal ini culrup menarik mengingat sekolah berbasis agama biasanya lebib mengaoggap tabu terkait isu HIV dan AIDS, namun dalam penclitian ini, justru sekolah yang berbasis agama

mcmiUki stigma yang Jebih rendah dibandingkan dengan sekolah umum ..

74

Page 3: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OlplndaldenganCamScanner

gai ­k yan mcnakutkan dan patut djhindart tichk kompr · dan scr,ua.n nenizeWtuan Y - .adanya ­

aam.an misr.mliL Pelajar yan m HIV mcnul _ melalul ~ll.Um~ d uk ­bangku, mabo ~-- -~ wu1 ju

J bih mcmibh " benemao atau

.. HA .. M' i terkait ~, penularan,

l, dan ju pengungkapan

­but ditengarai o b adanya · viru, HJ V itu hln ­

Iman, m t dalam mend'' bimi Hubtm ~ yan cukup kuat

1k0me,r,,i p eara .penularan

.__...,, ... ,..,. p I JJV dan AID._ 1~000:

2014). If ll uji tat'_ 'k Jel ih l&njut melaful uji kere , i menunjukkan .wa

temy ta u _ 1t i pen yan iii J hubun _ · p kuat d 11'

·~dgma adalah pm etahuan mengenai eara penularan, I. ii uJi ­ ­nunjukkan bahw pen etahuan terkail can pcnuJaran memifiJci hubunE,ilJl yan cukup

:kwu dengan domain ­ ­. (r • 0,26-0,50), yaitu takut tertuJar tema&' p O HA, n maJu, peoyalahan, dan

WUJ yang ikap ­ tif lgma

O HA.

ter ol ·

rh d p OD.HA

J7'.;,J IIUJJ"~,UJgan IJLLl,l.ll'cM

'h J fol ln dlm r nwJj,1rk1 ;

rhak meru11arY.i1tbJ, r fo~ UJ Y' ni ~ma · n

75

Page 4: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

DiplndaidenganCamScanner

Unlveraltas lndonesla

dan medianya IDC!jadi hal yang umum dalam pengetahuan remaja terkait lilV &AIDS .. seperti baln a pada ­ · di ­ · Pi t al ~ • remaja . Malaysia (Wong, Li , in.g, e · ­ ., 2008), sehingga. berujung pada anggapan negatif tentang bagaimana

seseorang menjadj lertular HIV dan pada akhimya akan me.nganggap bahwa seseorang yang terkena mv adalah seorang pekerja seks (Wolt et.al., 2014).

Jika m libat petsentase pelajar meng,enai pengetahuaa dasar HN dan AIDS, sebagian besar pe1ajar belum bisa menibedakan HN dan AIDS (54,3%), mereka masih menganggap sama babwa seseorang yang HIV

sudah pasti AIDS, padabal belum tentu demikian, Seorang yang HIV masih bisa bemja layaknya orang normal dan masih produktif. Hal ini berimplikasi pada pengetahuan pelajar mengenai ciri fisik ODH~ dimana sebagian besar pelajar masih menganggap ODHA tidak bisa beraktivitas

dengan normal (60,90/o). Anggapan seperti ini yang akan membuat seseorang yang positif lilV teipersep,sikan sebagai orang yang Jemah, tidak boleb berbaur dengan orang. normal dao meng­exc/ude kan mereka dari

ma.5Yarakal Target MDGs di Indonesia di tahun 2015 adalah 95%1 remaja usia 15-24

ta1nm memiliki pengetahuan komprehensif mv dan AIDS. Hal tersebut

agaknya sulit untnk tercapai. Di antara pertanyaan ABAT yang diajukan

daJam penelitian ini, yaitu meliputi perbedaan HIV dan AIDS, HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, bersalaman, mandi/berenang bersama, clan terkait ciri fisik ODHA, belum ada. 9'5% pelajar yang bisa menjawab dengan benar semua pertaayaan tersebut, Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surabaya pun memaparkan bahwa capaian ABAT pada tahun 2014 juga masih rendah, yaitu 20,06%. Perlu ada peningkatan pengetahuan dengan metode yang lebih komprehensif untuk bisa meng­upgrade pengetahuan HIV dan AIDS remaja, mengingat remaja sangat rentan terhadap masalah keoakalan :remaja yang dapat berujung tertulamya HIV. Pemanfaatan kelompok seba.ya misa]oya, merupakan salah satu cara yang cukup efektif da1am menfogkatkan pengetahuan remaja,. namuo belum dijalankan secara maksimal, d.ikarenakan belwn merata dan minimoya dukungan sekolah,

7b

Page 5: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

DiplndaidenganCamScanner

6..5 Hubunpn antara Peng,laman Bertemu ODHA dengan Stigma

terludap ODHA Berdasarkan basil penelitian, diketahui bahwa pengaJamao seseorang

bertemu dengan orang yang. menyandang mv dan AIDS tidak memiliki hubnngan yang signifikao dengan stigma terhadap OD~ Hasil ini tidak sejaJan dengan penclitian yang di1aJmlcan oleh Lifson, dkk. (2012) di

Ethiopia, bahwa seseorang yang secara personal tahu atau pemah bertemu

lilV AIDS

­ ­ ­ ­ ­ ha) ini tidak sejalan deagan teori pembentobn sikap dari

dan Schul1z (2005) dimana sikap dapat tm>entnk dari faktor

£CD~:tl.L sal.ah Sa1lm} adalah jcnis kelamin, Selain itu juga tidak sesuai aen.mm hasil penelitian. tcmit stigma mv dan AIDS pada pelajar di Surakmta (Sosodom, 2009)., dimana jenis kelamin mempakan fa.ktoT yang bcmnbungan secam signitibn dcngan stigma temadap ODHA. Tidak ada

perbedaan stigma di kaJaogan pelajar dapat terjadi karena saat ini sudah tipis

sebli batasan terhadap laki lali dan petempoan dalam mengaktualisasik

diri (cfek globalisasi), sehingga baik laki­laki maupun perempuan dapat

berpikir secara tcrbuka dan mengungkapkan setiap pendapat,, termastik

dalam mengakses informasi dan pcrgaulan, sehingga faktor dalam diri tidak lagi menjadi dominan dalam menentukan sikap, karena pengaruh luar yang

cukup besar dalam mcmbentuk sibp mereka,

.t , ad_p ODHA korelasi antara j ans

lan:~ ODffi Schingga ti _ _._- ada perbedann l .. -) i, flag) ini

rokan ·oleh o g ­_OJ3i) di Mab ia

i nasi nal yang menyatakan bah-. ra j nis .. ­ ­ bcdxu ­~ ­ kebcradaan stigma, baik Sligma diri (self

stigma IDasyarnkat (pub.lie stigma) terhadap orang dengan

n

Page 6: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Unlversltls lndonesla

dengan ODHA akan berpeJ _ . . . di · uang untuk tidak melakukan sugma di.ban. mg seseorang yang tidak pernah bertemu dengan ODHA.

Sebagian besar kegir tan · . LSM a semmar, baik yang. dilakukan oleh · maupun Dinas Kesehatan, scringkn1i menghadirkan ODIIA sebagru sosok yang akan melakukan t ti . . · ­ esumonl, Seharusny pengalaman bertemu de·ngon ODHA merupakan hal yang sangat berkesan, karena ternyata apa yang

dibayangkan tidak selamanya sama seperti kenyataan. Banyak orang yang selalu membayangkan sosok ODHA adalah sosok yang kurus, kering, kulitnya bento/ ... bemol, clan menyeramkan. Namun, setelah bertemu

langsung, masih banyakjuga ODHA yang terlihat gemuk, sehat, dan bugar. Alasan m.engapa. pengalaman bertemu dengan ODHA ini tidak

signifikan dapat dikarenakan proporsi kelompok yang menstigma antara

yang pemah bertemu (.55%) dengan ODHA dan yang tidak pemah bertemu dengan ODHA (53%), tidak jauh berbeda angkanya Selain itu, frekuensi

pertemuan dengan ODHA yang tidak intensif dan jumlah pelajar yang

pemah bertemu juga masih minim (12,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pelajar bertemu dengan ODHA dalam jangka waktu

sebulan sekali (58,0%), dimana jangka waktu tersebut termasuk jarang

bertemu, Berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Oskamp dan Schultz

(2005), bahwa paparan yang terus menerus akan membentuk sikap

seseorang, Bila bertemu dengan ODHA jarang atau hanya sekali dan tidak

mengenal dengan baik, maka risiko adany.a stigma masih saja akan tinggi, Selain itu, pelajar paling banyak bertemu dengan ODHA di lingkungan

sekitar rumah (36,00/o). Hal tersebut sangat mungkin terjadi mengingat

Surabaya Selatan merupakan daerah dengan angka prevalensi kasus mv yang tinggi, sehingga peluang seseorang untuk bertemu dengan ODHA juga cukup tinggi .. Sebagian pelajar juga menyatakan bertemu dengan ODHA di

sekolah mereka (4,0% ), dimana ini menjadi temuan bahwa lsu HJV dan AIDS [uga telah merambah Jee Iingkungan sekolah. Perlunya intervensi

stigma di sekolah menjadi peoting jika memang ditemukan ada ODHA di sekolah. Ha1 tersebut sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanggu]angan di Iingkungan sekolah, sehingga ODHA tidak akan merasa

78

Page 7: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Unlveraltaa, lndoneal•

ODIIA

K t mnn an Inf o ll'l ,1 l'\"­1•1).n, ,­,1, t1•··rtl1 1 • , 1 ..,, • .. .. mu Ju tor dori lu tr yun t rhubun n den l ut lti mu t~rhnllu11 ODI IA~ D ­ du urk m ha l1 ujl blvuriut, k l · ­'I ' u infontn l 111 mm i hubun nn ynn ·1 nln un Jen on kc ­mdnan stl mn t hndn1 DllA dl kalnn ,1111 p luj,tr, tciopi sont nnnll ,1

multlvuri l Uluk ken h:rpop, t\ inrommsl tldak memiliki hubungtm

YI i 1lfiknn d n an "ti. mo t. rhudnp Q I IA. Kcterpnpnmn infommsi m ~n cnnl HIV dan AI emt knltnnnyn den nn fek dnri 111 dh konnmiko ·i mr ­ ­1. enurut .,kump dnn Schultz (2005), k t rpnpnrnn infonnusi darl m dio mos m u utuknn bogmmonn e eoran ekan membcntuk sikop tcrh dnp uatu ob] ­k, boik itu siknp posilif mnupun n g,n'tif. Namun fre uen i paparan yang kumng tldnk aknn cukup untnk membentuk slkap seseorang, Hal tersebut dnpot dij laskan oleh basil penelltlan dimana Irekuens] m ngaks s inf ormasl oleh mayorito pelejar (77 ,5%) yang dnpat

dikat· erlkanjarang, yuitu sebulen sekali, Hast I penelitinn ini .ejnlon dengnn hasll dnri p nelitinn Rostlni (2010)

yrutg menyatakan bahwa 1idak ada hubungan yang signi fiken antnm k. t rpaparan infonnosi dnri media dengan sikap petugas Puskcsrnas t rhadap ODHA. Studi kualitnlif dari penelitian te·rsebut juga menyataknn bahwa papnran dari media rnassa tidak m ncakup semua infonnnsi yong dibutuhkan terknit HIV dan AIDS s perti cara penularan, earn pencegahan, media penularan, pengobatnn. dan l.ain sebagainya Informasi yang tidak komprehensif tersebut tidak dapat dijadiknn sebagal sebuah pesan kesehatan

yang mampu memicu afeksi seseomng. Hal menarik lainnya dari penelitian ini adalah terknit media inforrnasi

yang dlakses oleh pelajar. Sebagian besar pelajnr (51,0%) mendapatkan informasi tedcait HIV dan AIDS dari internet. lnformasi. yang beredar di dunia maya tidak semua dapat dikonftrmasi kebenarnnnya, sehiogga

6 6 llubtm au ,amhn­. t I 1: n·1 1uu, 11 lnfm 111a1 I den 1111 ~ti 11111 h rime 1111

. in kh mu di\\ 1\1 ~u­ I I ,. • 1 m ,~mmu upn n Ii u · ~uhm

ln 'Un n d m t 111l lutlt ,trm·lr-ol.

7tJ

Page 8: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OipindaldenganCamScanner

Univ .. ralt.n Indonesia

6. 7 Hubungan antara Keterlibatan Program dengan Sti;gma terbadap ODHA

Sebuah proses dalam membentuk suatu sikap tidak tedepas dari sebuah

proses. pembelajaran, Salah satu proses belajar adalah dengan terlibat dalam

suatu program atau kegiatan. Program terkait HIV dan AIDS sudah banyak

dilakukan di Indonesia, baik oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM). Keterlibatan seseorang dalam melakukan sesuatu hal tidak hanya akan meningkatkan pengetahuannya, me]ainkan juga sikapnya,

karena dengan terlibat dalam kegiatan, seseorang tersebut akan secara aktif

melakukan sesuatu terkait suatu obje~ Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan pe]ajar dengan program mv dan AIDS

berhubungan dengan stigma terhadap ODHA. Pelajar yang tidak mengikuti

kegiatan atau program HIV dan AIDS berpeluang lebih tinggi dalam melakukan stigma terbadap ODHA.

Hal serupa juga terjadi di Zambia dan juga di Yaman, dimana

penerapan intervensi program pend.idikan sebaya di sekolah menjadi salah

satu cara mengurangi stigma terhadap ODHA. Intervensi tersebut menghasilkan temuan bahwa siswa atau pelajar yang terlibat dalam program

HIV clan. AIDS. baik itu Peer .Educalor,. Youth Center, Outreach,

kemungkinannya culrup besar h· · 1­ . _ ·· ­ .r. asi · · , ag1 pe aJar untuk. memperoleh m1onn · yang salah terkait IIlV dan AIDS hin _ . "h ukup · · · se, · gga angka stigma mas1 c tinggi, Teknologi informas1• yan . . aki . . · b J·uga · - ,g sem n maJu membuat generasi aro · · ·. ­ semakin cepat menangk··ap, ;_t';. • · . • d" buah · mronnasi apapun. Hal ini dapat menja 1 se ancaman, namun juga dapat menjadi sebuah peluang jika dikelola dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan yang baik dan benar terkait HIV dan AIDS. Pemanfaatan media sosial, blog, maupun website untuk melakukan promosi kesehatan perlu dilakukan dengan lebih dinarnis dan menarik

sehingga pelajar akan dengan mudah menerimanya .. Hal tersebut juga dapat dilakukan dengan langsung melibatkan remaja untuk menerima infonnasi clan menyebarkan sencliri inf ormasi yang mereka dapatkan melalui akun media sosial yang mereka miliki.

80

Page 9: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

DiplndaidenganCamScanner

Unlversltaa lndoneela

6.8, Hubungan anfara Pcngarub Teman Sebaya dengan Stigma terbadap

ODHA Teman sebaya adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam

membentuk sebuah sikap, Teman sebaya merupaknn salah satu foktor yang mampu memperkenalkan maupun :mendukung pandangan baru, slkap baru, pola perilaku, gaya hidup, babkan sampai ke arah perilaku seksual (Oskamp dan Schultz, 2005). Dalam penelitian ini, terbukti bahwa pengaruh teman sebaya berhubungan dengan pembentukan stigma pada pelajnr SMA di Surabaya Selatan, Pelajar yang terpengaruh oleh sebayanya dalam berpendapat mengenai HJV dan AIDS berpeluang leblh besar dalam melakukan stigma atau penilaian negatif terhadap ODHA.

Hal tersebut didukung oleh penelitlan yang dilakuknn oleh Denison J .A et.al (2012) dan Al­Iryani et.al, (2011), dimana sekolah yang di dalamnya terdapat program pendidikan sebaya, akan membuat lingkungan sekolah

Ekstrakurikuler, maupun sesi di kelas k b 1 · ldak 'mnya ­ u.,, n an mem ­ uat pc nJnr ti J

meningk.at dalam hat p· enge•nL ·- t .• ik . (D lson ­ ianuan, op1 s1 np dan perilakunya em • J.A .. ,. et.al., 20l2; Al­lryoni, et.al., 2011 ). Soso<loro (2009) juga mcnyntakWl bahwa pendidiknn terkait HlV dan AIDS poling cfcktif dapat dilnkuknn di sekolah ataupun melalui pcndidikan sebaya (peer educator).

Program terkait HIV dan AIDS memang sudah banyak diJakukan,

terutama di kota besar seperti Surabaya. Nrunun tidnk semua sckolnh juga

mendapatkan manfaa.t program, dengan kata lain program yang selama ini dilakukan belum mereta, Pe.merataan program akan lebih terasa bila LSM terlibat dalam kegiatan penjangkauan tersebut, Namun, jangkauan LSM pun terkadang juga tumpang tindih, atau hany.a SMA tertentu yang sanggup dijangkau. PerJu adanya koordinasi dan pelaporan satu atap yang memayungi kegiatan tersebut, Dinas Kesehatan dapat menggunakan fungsi koordinatif dari Komlsi Penanggulangan AIDS Kota daJam melakukan koordinasi dan pelaporan secara rutin, sehingga dapat diketahui SMA mana saja yang belum atau kurang mendapat paparan program dan melibatkan siswanya dalem program tersebut,

81

Page 10: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

DipindaldenganCamScanner

Unfverattas lndonesla

6.9 Bnbun,gan antara Pengarub Gum dengan Stigma terhadap ODHA

Pengaruh guru dalam hal ini adalah sebagai reference group, dimana kelompok ini memilild sebuah standar dalam menerima dan mengukur satu sama lain, balk itu anggota kelompoknya atau bukan, Seorang pe]ajar,

seringkali terpengaruh oleh orang yang menjadi referensi atau panutan dalam berperilaku, Oleh karena pelajar lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah, tidak menutup kemungkinan bahwa guru rnenjadi

.salah satu tokoh yang menjadi acuan dalam. bersikap .. Hasil dari penelitian

ini juga membuktikan bahwa pengaruh guru berhubungan secara signifikan dengan stigma terhadap ODHA. Jika guru menilai negatif terhadap ODHA, maka pelajar juga akan menilai .negatif. Mayoritas pelajar juga menyatakan

bahwa jika guru melaraog siswa untuk berteman atau mendekati ODHA,.

mereka akan menurutinya. Guru dianggap sebagai panutan di sekolah, Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa. sumber informasi yang paling sering didapatkan oleh pelajar adalah dari guru (70,5%). Hal ini berarti guru

memegang peranan penting dalam penyampaian infonnasi terkait HIV clan AIDS. Guru yang mampu menyampaikan. dengan benar, komprehensif clan positif dalam menyikapi isu IIlV clan AIDS pada pelajar dimungkinkan untuk meningk.atkan upaya pencegahan clan meminimalisir stigma yang ada. SejaJan dengan penelitian yang dilakukan oleb IlvaUta (2014), babwa guru

juga berperan dalam meningkatkan pengetahuan komprehensif siswa, Gum yang memiliki. persepsi dan sikap positif terbadap OD~ maka akan dapat

m.enekankan bagian penting dalam infonnesi terkait HIV dan AIDS, termasuk memberikao pengcrtian kepada siswa dalam menyikapi Isu HIV

lebih konservatif. Dcngan d · ·ki· - . _ • • - ., h · emu an, pelaJar yang ada di dalam sekola tersebut juga alcan terbentuk bukan hanya pengetahuannya tentang HIV dan AIDS, melainkan juga awarene d · :, .. _ . . . IV d ; · ~ ess an juga S1A<1p positif terhadap H an AlDS. Peran sebaya yang. dimuncullcan. dalam setiap kegi.atan

memungkinkan setiap siswa untuk selalu bergabung dengan kelompok yang positif. Kelompok sebaya yang. menebarkan nilai positif akan mempengaruhi teman di sekitamya.

82

Page 11: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OlpindaldenganCamScanner

Unlveraltn lndonnla

6.10 Hubungan ant ra Pengaruh Orang Tua ,de:ngan Stigma terhadap

ODHA Pengasuban orang tua merupakan "t.otal institusi" bagi setiap anak,

Meski.pun sang aoak. telah berada di sekolah untuk waktu lama sebagai seorang pelajar, sebenamya yang menjadi guru pertama .kali adalah orang tuanya. Oleh karena itU; sikap dari orang ma akan. menjadi panutan bagi

anaknya (Oskamp dan Schultz 2005) .. Berbagal hal dapat dipclajari secant

langsung oleh seorang .anak. dalam membcntuk sikapnya, namun ada

bebempa hal yangjuga tidak secam langsung dapat dipelajari dan ditemui

dan AIDS ~pa mempersepsi buruk kepada ODHA. Hal tersebut dil(arenakan. inf ormasi te kai· • - ­ _ ­ ­ . ­ r ­ . t. HIV dan AIDS di media. ·tidaklab komprehensif clan mampu mem ­t _ _ • ua semua pesan penting secara utuh, sehlngga peran guru sangat penfing untuk memberikan informasi yang lebih lengkap ..

Berbagai teori mendukung basil ini, antara lain Oskamp dan Schultz (2005), yang menyatakan hahwa r, lab . · ­ - ·- se ... o - · merupakan tempat kedua da1am membentuk sikap seorang anak selain pola pengasuhan orang tua, dimana

cara mengajar dan indoktrinas.i menjadi salah satu determinannya Selain

lni, penelitian lain yang dilakukan oleh Wolf etal., (2014) dalam studi

lrualitatifnya menemukan babwa guru memiJiki andil dalam sikap stigmatisasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS, baik stigma dalam diri siswa penderita maupun di. lingkungan sekolah. Sikap postitif guru dapat terbentuk jika guru memiliki pengetahuan dan kapasitas yang baik terkait infonnasi HIV dan AIDS, sehingga penting untuk dilalrukan peJatihan atau capacity building bagi guru. untuk meningka1kan kemampuan dan

ka.pasitasnya dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan mv&AIDS di sekolah, Ilvali.ta (2014) juka menyatakan babwa guru yang mendapatkan. pelatihan terkait mv dan AIDS akan memiliki rasa tanggung jawab dan motivasi untuk me·nyampaikan inf ormasi tersebut kepada

siswanya, sehingga pelatihan merupakan cara yang baik agar siswa

mendapatkan infonnasi HIV dan AIDS dari sumber yang. benar,

83

Page 12: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OipindaidenganCamScanner

U.ntveraltn lndon 1a1

6.11 F'aktor Internal dan Ekstemal ya.ng Berhu.bun:gan dengan Stigma terhadap ODHA di Kalangao Pelajar SMA dJ Surabaya Selatan

Terdapat de]apan (8) variabel yang. diteliti dalam penelitlan ini dan lima (S) diantaran.ya berhubungan secara signitikan dalam ana.lisis muluvariat, yaitu pengetahuan (p = 0,0001), keterlibatan program (p, = 0,01), pengaruh teman sebaya (p = 0,.0001 ), pengaruh guru (0 = 0,000 J ), dan pengaruh orang

tua (0,0001). Di antara kelima faktor tersebut, pengaruh orang tua

rnerupakan. falctor yang paling dominan dengan nilai Odds Ratio yang paling

besar, yaitu 6,050. Hal tersebut berarti bahwa pelajar yang. terpengaruh oleh pendapat neg,atif orang tua tentang HIV &AIDS memilild peluang untuk melakukan stigma terhadap ODHA sebesar 6,0S kafi lebih besar dibandingkan responden yang ·tidak terpengaruh,

Menurut Oskamp dan Schultz (2005), formasi sebuah sikap berawal dari sebuah titik: yang disebut sebagai zero point, artinya, seseorang yang

belum pemah melihat .suatu objek belum dapat memberikan penilaian atau

sikap, Dari titik tersebut dilakukan sebuah deterJnirum. untuk menentnkan apa saja faktor yang membentuk sebuah sikap .. Faktor tersebut berasal dari faktor internal dan ckstemal. Berdasarkan teori tersebut juga, penelitian ini mengkaji dan mcncmubn bahwa faktor internal yang berbubungan dengan

JafUffl kehidupan, ·perti n,~nnaJQn terh ... .r., k ad'[ _ an,..L,~ ,..... · ­ ­ ,uu.wp pc.rang, e _ ­_ J_an, pras ­ ~· _1kap terhruJop perhedaan r ­ dan lai'·n ba L _ ~ 0 .1 - - m emb·awa • samya. rang ua, . ­ perun untuk mcmbentuk . ikap ­ _ ran ­ anak terhadap hal tersebut. Terdapat kc pakatnn umum dimann orang. tua ya.ng rnenckankan kepatuhan, kcdiB1plinan, clan hukuman fl ,jk cenderung akan membentuk anak dengan p· ­ angk don. otorita.ci yang tinggi Adorno et.al.(l 9SO) dalam Oskamp dan Schultz (2005). 11'1! ii peneHtian in­i sejalan dengan teori tersebut, yang

mcnunjuldcan bahwa pengaruh orang tua berhubungan secara signHikan

dengan tlgma tcrhadap ODHA. Pelajar yang menurut dan terpengaruh oleh

penilaian orang tuanya terhadap O.DHA, berpeluaog untuk melakukan s.tigma terhadap ODHA lebih tinggi dibandingkan pelajar yang tidak terpengaruh pendapat orang tuanya.

Page 13: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OlpindaidenganCamScanner

Unlversltas lndoneela

stigma adalah pengetahunn, sedangkan faktor eksternal adalah kcierlibatan dengan program HIV dan AIDS, pengaruh teman sebaya, pengaruh guru, dan juga pengnruh orang tua, Jika ditelaah berdasarkan formasi

pembentukan stigma tersebut, seorang pelajar yang pemah mendengar tentang HIV dan AIDS,. namun memiliki pengetahuan yang rendah, tidak

terlibat dengan program HIV dan AIDS, terpengaruh oleh pendapat negatif

teman sebaya, guru, dan juga orang tuanya, akan cenderung rnelakukan stigma.

Stigma merupakan sebuah proses. Pengalaman pertama terhadap sebuah objek belwn tentu menimbulkan suatu perasaan evaluatif Gerard dan Orive

( 1987) dalam Oskamp dan Schultz (2005) menekankan bahwa kunci dari terbentuknya sikap adalah ekspektasi atau harapan untuk berinteraksi dengan objek, sehingga perlu diterapkan suatu persiapan yang. didaJamnya dibutuhkan cognitive structure. Di dalamnya terdapat suatu hal yang disebut sebagai social cognitive, dimana proses tersebut merupakan suatu proses berpikir tentang orang lain, tentang diri sendiri, dan juga tentang situasi

sosial, seperti halnya seseorang mengerti dan memahami stimulus sosialnya. Proses ini juga diwarnai oleh adanya persepsi­persepsi yang muncul

terbadap suatu objek. Berkenaan dengan suatu proses tersebut, stigma juga dianggap sebagai

sebuah stereotype yang negatif. Jika ditelaah berdasarkan teori terkait stereotype, maka stigma. terbentuk melalui empat tahapan (Hamilton, 1981a; Hilton dan von Hippe], 1996 dalam Oskamp dan Schultz, 2005): I. Explicit teaching, hal ini terjadi ketika seorang anak secara rutin

diberikan infonnasi stereotypic oleh orang tuanya sebagaimana mereka diajarkan tentang kehidupan. Contohnya adalah lrucing itu lucu,

penyakit HIV &AIDS adalah kutukan, menjadi miskin adalah hal buruk,

dan lain sebagainya. Ketika anak tersebut menjadi sedikit lebih dewasa, maka proses ini akan dipengaruhi oleh guru dan teman sebayanya. Dalam penelitian ini, terbukti bahwa memang ketiga faktor tersebut, orang tua, teman sebaya, dan juga guru, berhubungan dengan keberadaan stereotype, hanya saja, stereotype ini berbentuk negatif

85

Page 14: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

OipindaidenganCamScanner

Unlv,reltl• :lndon 11

clipengaruhi oleh media n aa . lnfotmasi yWlrt, redar padn m din massa mmnpu membentnk k.ognitif _lfllll thin n memillkl persepsi olcan suatu objek. Dalam penelltian ini k t - npnmn ln Ii · rsn 1 ·

dari media massa tidak berhubungan s __ nm si nlflkan d "n , sti Tm l~

Tetapi, keterlibntnn program, s bagal sarana dalam pcnynmp lr informasi, merupaknn salah satu foktor ynn. rhubun tan · i· 11itik1m dengan stigma. Seornng pelajnr yang te.rpapar program t ntnn UV dm AIDS. leblh bersikap positift.erhndap HJV dan AIDS (tidak m n ti nm).

Hal tersebut berkaitnn dengnn infonnnsi dan penguatan ko nitif dnn juga afektif yan.g diberikan selsma pro ­mm bcrj Jan. Prose ini ju berkaitan dengan munculnya pengetahuan baru bagi sehingga dari rasa "tahu" ini akan muncul sebuah penllainn.

3. Rlusory correlation, merupakan sebuah proses dimnnn oran , , knn menganggap adanya hubwtgan antara sifut atau karakter ,( trait ) t entu dengan kelompok tertentu. Misalnyu, kelompok minorit c nderun disalahkon atas kejndjon buruk yang mcnycmng kaum mnyoritns, walaupun dalam kenyatannnya, belum tentu hnl terseb at terbuktt, Tid k selalu sifat tersebut berbcntuk negatif. nnmun stereotype ·ng mll berbentuk suatu sifat negatif Somo hnlnya dengan stJ r,mo t rhad p

lnnj\1tny yan 2. Incidental learning. m rupakan pros

terja.di membuat s scorang m njndiknn omne afnu ck ·l m k sebagai referensi, terutama ornng yan nt dlk . uml · 11 u dihargainya,

Page 15: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Unlv· ndo _ la

:meEKUWat pe!5dirjuao oi h para akademisi' dm praknsi.. Teroentnknya

.gma. ODHA mempakan sebuab proses yang benla.sar darl sebuah

pengaJam;m1 yang ,dapal. bertalrm lama Fakto yang menyebabkan stigma

~emn berasa1 da:ri penptahnan yang bisa menjadi predisposisi dari sua1D

map.. Ketedibatan daJam seboab ~· HIV clan. AIDS, Juga menja.di I • berlmbmigaD ,dengan stigma terbadap ODHA. P, 1ajar yang

temllJ:iD:~ ~~. ogn­itif dan .a6 - 0 ·, ya wm tersentulL Paktor penung

.. . adalah pengaroh gmu dan ·teman sebaya. Tidak dapat di.punP LM'l.Jlll..-llll- sekohh mempakan rmnah bdua bagi seorang pelaj.ar, sehingga

· - g · - - .. ~ acuan di seb>lab bisa menjadi referensi bagi pelajar

bersit __ a:p~, sepcrti guru dan teman sebaya. Di antma semu.a. faktor di ;, pengamh I ' g tua adalah yang palm.g domman .. Orang tua sebagai

Sikap dapat tf:'i'bc::rnnk karem dipelajarl. Pendapat tersebut telah banyak

­­­..u.. seerang pelajar akan merasa snlit wttuk ereka wm bemantp, untu.t tidak bertemu a1m1

~~m ..................... -.I.I!!,,- atan tidak meriiank· ini juga mernpakan basil darl U,I,' ... "­'~­ di ams Sama dengan I - - ' -- omng yang .memberikan stereotype

dari - · __ - merasa takut dan menganggap bah1 -a

seseor ·~;mg mengidap · dan AIDS adalah mang,,ya.n.g tidak patut dijadikan

......... u.~c:i. dengan teman sebangkonya dan

­­­ ....... u­­.· sangat menarik, maka­ pelajar tersebut mer:inwttkan dm .1_

U4U ualin -~ hegitu pun sebaliknJ a,

ereotype

_ ­ __ g ...... iii~P orang

----,~~IIU' seperti }·ang I b "ingi'nkao

Page 16: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

DipindaldenganCamScanner

Unlveraltae lndonesl1

variabel kunci yang ak-. , an. niembentuk sikap seornng anak karcna

pengasuhan orang tua adalah sekolah pertama b . p d . . . ag1 seornng anak,

a a umumnya,, 1:emaja ak· Iebih . _ . · an e 1 · bergantung dengun scbayanya

daripada dengan orang tua _ maupWl gurunya. Pada penclitian ini, justru

pengaruh orang tua yang l b ih de . . e 1 · omman dibandingknn dengan ternan sebayanya. Hal ini dapat dii l . k . . tJe as an melalw suatu konsep kcmandirian remaja, Menurut Steinberg (2002) t d ·· , . · · ­ , er apat tmga kemandirian rema]a, ymtu: I. Kemandirian emosional (emotional autonomy)

Kemanclirian ini berarti bahwa remaja akan beranjak untuk melepaskan d"· · d · · . . · . · m an dukungan emosional orang tuanya dan mengamh kepada teman sebayanya, namun bukan berart.i memutuskan hubungan

dengan orang tua. Hanya saja, remaja memiliki rasa percaya alas

dukungan sebayanya dan tidak .membebankan masalah pada orang tuanya, misalnya melakukan curahan hati ( curhat) kepada temaa sebayanya atas masalahnya. Kemandirian ini terjadi pada masa awal re.maja, sekitar usia l 2­14 tahun.

2. Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) Perkembangan kemandirian ini terjadi pada usia remaja

pertengahan (tS .. 17 tabun), dimana remaja mampu membuat keputusan

secara mandiri dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang,

Pada tahap ini, remaja bisa mengatur periJakunya. 3. Kemandirian nilai (value autonomy)

Kemandirian berarti mengambiJ prinsip pribadi daripada.

menggunakan prinsip orang lain, Da1am kemandirian nilai, remaja akan mampu berpikir secara abstrak terhadap hal yang terkait dengan isu moral, politik, clan agama, serta untuk menyalakan hat yang benar maupun ha1 yang salah sesuai dengan keyakinan pribadinya. Remaja yang mandiri pada tahap ini akan menjadi remaja yang berprinsip, Kemandirian ini akan terjadi pada rentang usia 18­2 I tahun atau pada

masa akhir remaja.

88

Page 17: tersebut - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Unlversltas ln.doneala

ird, J,tn l llrut1 or; t · an _ ua memeg ng pcranan I ulln apal di ilk I ­ n. ( ­ n an p· ro,u, ) ke ­ ,..,r• • • • · ­ 1111.-n marwman rernaJa yang

I lur ­ m1 tJ nn hm, "' kc I h _ ­ _ _ .. P kcmandman nilal. J ecara emosional,

Jl permunolohr I r ma· tJ • _ __ • _ • _ , _ ~ yon bu1n d1kaitk.an dengan rmia suka

dun P J c a o.k­ m ­n oron. r ­ ­ ­ . _ _ . ­ g emaJa untuk le th menuruti sebayanya.

NamU1 ., minion tcrhadun 1 JJA b k . . r ­ · er, nuan dengan ~ buah :i u moral,

oslal, d n _Ju n kc ba n rneru ­a1c h­ J ­ . .. P ­ an a yan cukup .ah trak bagi remaja al u p 1aJar, chm .o nilal dar1'1 or­­ ­ t - - • · · an :uanya Juga mru ih tertsnam untuk m nyatakan hal enar atau salah tcrhadap isu HJV&AIDS. Dalam penelitian ini pun may ritas ia pclajar berada di bawsh 17 tahun (73,4%), sehingga kcmaod.imm nilal secara teori juga belum terJ"adi" JJ 1 · · _ _ _ ­ ­ " ­_.1..., ... _ .... _­ - - _ .• -i.a 1m yang mengarwlAclJJ. pc]ajar masih mcngikuti prinslp dan nilal dari orang tuanya,

rang tua memegang kendali penuh terhadap semua informasi anak scmcnjak seorang anek pertama kali dilahirkan. Orang tua pula yang mengajarkan mana hal yang balk dan mana yang buruk, Bayi yang baru Jahir tidak mungkin memiliki sikap. Itulah yang disebut sebagai keadaan zero. Orang tua lab yang menana.mkan nilai, persepsi, pandangan, dan sikap, Meski seiring bertambahnya usia sang anak, pengalaman dapat meniadi hal

penting yang membemuk sikapnya, tidak semua anak menjalani semua pengalaman yang diperlukan untuk semua si.kap terbadap semua objek di

dunia, Di sinilah pengaruh orang tua berperan besar, dimana anak akan mengikuti ap.a pendapat orang tuanya. Supratiwi dkk, (2011) menyatakan bahwa orang tua yang tidak otoriter, tidak akan Jangsung meni]ai negatif

terhadap suatu ha]. melainkan akan mengkomunikasikannya secara terbuka. Hal mi akan membuat anak cenderung lebih bersikap positif Pendapat

orang tua yang negatif terhadap suatu objek akan menibuat anak juga

bersikap .oegatif. Sehingga, orang tua yang menstigma ODHA akan

be.rujung pada anak yang juga akan menstigma.

89 r