ternyata prisma 3
DESCRIPTION
Merupakan kumpulan jurnal dari anggota Prisma yang telah diseleksi dengan ketatTRANSCRIPT
-
HARMONIC OF SAINS
KUMPULAN MAKALAH KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
PUSAT RISET DAN KAJIAN ILMIAH MAHASISWA
(PRISMA)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
H
A
R
M
O
N
I
C
O
F
S
A
I
N
S
i
-
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG EDISI KEDUA, DESEMBER 2014
PENANGGUNG JAWAB
Moch. Ikbal Solehudin
PIMPINAN REDAKSI
Annike Putri Damayanti
WAKIL PIMPINAN REDAKSI
Putri Agung Lestari
DEWAN EDITOR
Gusti Ngurah Ketut Budiarta
TIM PELAKSANA
Dika Meinar Laili Bela
Agy Salori
Ike Novitasari
EDITOR BAHASA
Ahmad Muhidin
LAYOUT
Agus Vinasari
PEMASARAN DAN DISTRIBUSI
L. Rahma Kartika
H
A
R
M
O
N
I
C
O
F
S
A
I
N
S
ii
-
TIM REDAKSI TERNYATA PRISMA EDISI
KEDUA BULAN DESEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyelenggaraan dan penerbitan Kumpulan Karya Terbaik Pusat Riset dan Kajian Ilmiah Mahasiswa (PRISMA) Edisi kedua, Desember 2014. Beberapa tulisan dalam kumpulan karya Prisma ini menggambarkan ide-ide kreatif mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PRISMA. Buku ini dibuat dengan tujuan tujuan mendokumentasikan dan mengarsipkan karya terbaik dari mahasiswa sehingga mampu menjadi bahan bacaan dan pembelajaran untuk masyarakat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh penulis karya ilmiah yang termuat atas pemikiran dan inovasi terbaiknya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik dalam proses editing maupun pencetakan demi diterbitkannya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat untuk dunia pendidikan dan kemasyarakatan.
Tim Penyusun
H
A
R
M
O
N
I
C
O
F
S
A
I
N
S
iii
-
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul............................................................................................................ i
Tim Redaksi TERNYATA PRISMA... ii
Kata Pengantar. iii
Daftar Isi.. iv
Chapter 1.FOOD
PanDaWa BiMa : (PANGAN DARURAT BISKWIT MANGOSTEEN) TEKNOLOGI SEREAL FUNGSIONAL BERBASIS PRODUK LOCAL KULIT BUAH MANGGIS (Gabcinia mangostana L.) BERDAYA SAING GLOBAL MENUJU KETAHANAN PANGAN INDONESIA 2015.. 1
Chapter 2. EDUCATION
Gastro CulturshipGastronomi Culture Entrepreneurship Implementasi Desa Wisata Budaya Pangan Lokal Sebagai Upaya OptimalisasiMasyarakat Indonesia berkarakter Gastropreneur Case Study : Lombok Island................................................................................. 11
Sustain Hero Edukids Sustainable Hero Education for Kids:Implementasi Pendidikan Kepahlawanan Sebagai Upaya Pembentuk Indonesian Youth Berbasis IT & JASMERAH (Studi Kasus: SDN II Ketawanggede Kota Malang)........................................... 14
GREEN-CULTURESHIP: Optimalisasi Desa Wisata Hijau Mandiri Berbasis Local Wisdom
Sebagai Upaya Pembentukkan Masyarakat Ecopreneurship (Studi Kasus : Masyarakat Samin
Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur)................................................................. 24
Chapter 5. TECHNOLOGY
"MILKY-FIT" Inovasi AlatPenyaring Bakteri Pencemar Susu Menggunakan Teknologi Nanofiltrasi Membran Selulosa Diasetat dari Limbah Ampas Tebu
(Saccharum officinarum L.)............................................................................. 37
Nematoda Entomopatogen Indigenous Dalam Uji Perbandingan Efikasi Pengendalian Hama Ulat Kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera:Plutellidae)........ 52
H
A
R
M
O
N
I
C
O
F
S
A
I
N
S
iv
-
PanDaWa BiMa : (PANGAN DARURAT BISKWIT MANGOSTEEN) TEKNOLOGI SEREAL FUNGSIONAL BERBASIS PRODUK LOCAL KULIT BUAH
MANGGIS (Gabcinia mangostana L.) BERDAYA SAING GLOBAL MENUJU KETAHANAN PANGAN INDONESIA 2015
Oleh: Agung Wicaksono, Khoirul Anwar Dan Yuyun Puji Astutik Universitas Brawijaya
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam menunjang perkembangan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari distribusi sektor pertanian terhadap total Produk Domestik Bruto pada tahun 2011 masih menempati posisi ketiga terbesar sebesar 12,7 persen dari seluruh PDB yang dihasilkan. Salah satu bagian dari pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura yang mampu memberikan kontribusi pada PDB sektor pertanian sebesar 23,06 persen atau setara dengan Rp 47,1 triliun (Akbar,2008).
Buah-buahan merupakan salah satu jenis hortikultura yang memiliki prospek pengembangan baik di Indonesia. Menurut Menteri Pertanian Indonesia (2011) menyatakan bahwa peningkatan permintaan diperkirakan terus meningkat tiap tahun dengan jumlah penduduk sebesar 254.000 juta pada tahun 2015 dengan tingkat konsumsi per kapita 78,74 kg sehingga total keseluruhan 19.999,96 ribu ton. Peningkatan jumlah pemintaan terhadap komoditi buah-buahan disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan.
Akan tetapi, peluang pemasaran buah lokal masih terhambat dan belum dapat bersaing dengan buah impor. Hal ini dikarenakan, adanya perjanjian mengenai integrasi perdagangan bebas. Di tingkat regional, seperti ASEAN Free Trade Area
(AFTA) yang menyebabkan akses perdagangan antar negara semakin mudah sehingga produk buah-buahan dari negara lain mudah masuk ke Indonesia begitu juga sebaliknya. Namun, peluang pasar yang tercipta melalui kerjasama tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu jenis tanaman buah tropis yang banyak tumbuh di Indonesia dan memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan diantaranya adalah Buah Manggis (Gibcinia mangostana L).
Masalah kecukupan gizi merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh Indonesia sebagai negara yang berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah kasus balita gizi kurang dan gizi buruk pada tahun 2004, sebanyak 5,1 juta jiwa. Pada tahun 2006, jumlah anak balita bergizi kurang dandanburuk turun menjadi 4,28 juta anak, dan 944.246 orang di antaranya berisiko gizi buruk. Pada tahun 2007, jumlah anak balita bergizi kurang dan buruk turun lagi jadi 4,13 juta anak, dan 755.397 orang di antaranya tergolong risiko gizi buruk (Kompas, Senin, 10 Maret 2008). Walaupun demikian, secara kuantitas masih banyak balita kurang gizi yang belum tersentuh. Sementara secara kualitas tingkat kehidupan dan kesehatan bayi masih rendah dan rentan. Menanggapi fenomena inipemerintah berupaya untuk menurunkannya hingga mencapai 15,1 persen pada tahun 2015, sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 (nttonlinenews, 2011).
1
-
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah Teknologi PanDawa BiMa Pangan Darurat Berbasis Potensi Lokal Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Buah Tropika?
2.Bagaimanakah Mekanisme PanDawa BiMa dalam Menekan Tinginya Angka Gizi Buruk?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Potensi Buah Manggis Tropika sebagai Sereal Fungsional.
2. Mengetahui Teknologi Sereal Fungsional dari Buah Manggis Sebagai Upaya Menekan Angka Gizi Buruk di Indoneisa.
3. Mengetahui Mekanisme Sereal Buah manggis dalam Menekan Tinginya Angka Gizi Buruk.
4. Mengetahui Kelayakan ekonomi dalam meningkatkan nilai ekonomis buah Manggis di Indonesia supaya dapat bersaing secara global
5. Mengetahui mekanisme pembuatan PanDaWa BiMa sebagai pangan fungsional berbasis potensi local
1.4 Manfaat
1. Bagi Pemerintah
Sebagai masukan terkait dengan upaya peningkatan daya saing buah lokal menghadapi perdagangan bebas ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai referensi terkait peningkatan nilai ekonomis produk hortikultura lokal yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dari masyarakat sekitar.
3. Bagi Akademisi
Referensi penelitian lebih lanjut mengenai sereal fungsional berbahan produk lokal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Terkini Buah di Indonesia
2.1.1 Tingkat Produksi dan Permintaan Buah di Indonesia
Produksi buah-buahan di Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahun, diantaranya berdasarkan data BPS (2013) prosentase pertumbuhan produksi dari variabel 10 komoditas antara tahun 2011-2012 mengalami peningkatan sebesar 12,46%. Dari data tersebut, maka dapat dianalisis produksi buah-buahan setiap tahun di Indonesia berpotensi untuk ditingkatkan tidak terkecuali dengan buah Manggis. Produksi buah manggis tahun 2010 sebesar 84.538 ton, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 117.595 ton serta mengalami peningkatan 54.70 % pada tahun 2012 sebesar 181.921 ton yang menunjukan peningkatan terbanyak di bandingkan dengan buah buah lainnya.
Tabel 1.1 Produksi Buah-buahan Tahun 2010-2012
No Komoditas
Produksi (Ton) % Pertumb
uhan 2011-2012
2010 2011 2012
1 Sirsak 60.754 59.844 51.684 -13,64
2 Belimbing 69.089 80.853 91.887 13,65
3 Anggur 11.700 11.938 10.166 -14,85
4 Blewah 30.668 62.928 58.454 -7,11
5 Jeruk Besar 91.131 97.069 113.025 16,44
6 Jambu Air 85.973 103.156 102.542 -0,6
7 Manggis 84.538 117.595 181.921 54,7
8 Sukun 89.231 102.089 111.528 9,25
9 Melon 85.161 103.840 129.706 24,91
10 Alpukat 224.278 275.953 290.807 5,38
Total 832.523 1.015.265 1.141.270 12,46
Sumber: (BPS, 2013)
Peningkatan produksi terjadi diduga karena pertambahan luas areal panen dan semakin berkembangnya teknologi produksi yang diterapkan petani. Tingginya produksi buah-buahan juga didukung oleh besarnya konsumsi masyarakat dengan perkiraan konsumsi akan buah-buahan Indonesia tahun 2000-2015 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
2
-
2.1.2 Gizi Buruk di Indonesia
Gizi buruk di Indonesia merupakan salah satu masalah utama, sehingga Pemerintah melalui Departemen Kesehatan sampai saat ini masih berusaha untuk mengatasinya. Namun, dalam 3 (tiga) tahun terakhir, upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan tidak signifikan mengurangi angka balita gizi kurang dan gizi buruk(Kompas, Senin, 10 Maret 2008).Berdasarkan laporan evaluasi pencapaian MDGs, angka kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Demikian juga angka kematian neonatal, angka kematian bayi dan angka kematian balita masing masing turun dari 32; 68; dan 97 pada tahun 1991 menjadi masing-masing 19; 34; dan 44 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Prevalensi gizi kurang telah menurun dari 31 persen pada tahun 1991 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007 dan 17,9 persen pada tahun 2010 Gambar 1). Walaupun demikian secara kuantitas masih banyak balita kurang gizi yang belum tersentuh. Sementara secara kualitas, tingkat kehidupan dan kesehatan bayi masih rendah dan rentan.
Tolok ukur yang dapat mencerminkan status gizi masyarakat adalah status gizi pada anak balita yang diukur dengan berat badan dan tinggi badan menurut umur dan dibandingkan dengan standar baku rujukan WHO (2005). Sedangkan prevalensi kurus dan sangat kurus (wasting) berdasar BB/TB pada anak balita tidak turun bermakna selama 3 tahun terakhir. Menurut Riskesdas 2010, sebanyak 13,3 persen anak balita masih ditemukan kurus dan sangat kurus sehingga perlu dilakukan penanggulangan yang spesifik di daerah rawan.
2.2 Buah Manggis (Garcinia mangostana L)
Manggis (Garcinia mangostana L) Ianalah sejenis pohon hijau abadi dari
daerah tropika yang diyakini berasal dari kepulauan Nusantara, tanaman manggis bisa tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter, buahnya bewarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian kulitnya bewarna merah. Buah manggis dalam perdagangan dikenal sebagai Ratu Buah, sebagai pasangan Durian. Si Raja Buah yang sangat melimpah jumlah populasinya di Indonesia. Kandungan nilai gizi manggis per 100 gram (3.5 oz) Energy 305 kJ (73 Kcal) Karbohidrat 18 g diet serat 1,8 g lemak 0,6 Protein 0,4 g Air 81 g Persentase yangrelative ke US rekomendasi untuk orang dewasa sebagai kebutuhan energy yang mana setiap harinya laki laki membutuhkan 2000 kkal dan perempuan 1500 kkal (Sumber USDA Nutrient database)
Gambar 1.1 Buah Manggis
Sumber: (google.com)
2.3 Sereal
Sereal sarapan (atau sereal) adalah makanan yang umumnya dimakan sebagai sarapan. Makanan ini umumnya dimakan dingin, dan dimakan bersama susu, air atau yoghurt, atau dimakan langsung. Beberapa jenis sereal, seperti havermut, dapat dipanaskan sehingga menjadi seperti bubur. Sereal umumnya dipromosikan sebagai penunjang kesehatan dengan memakan sarapan berserattinggi. Sereal juga mengandung vitamin dan mineral. Namun ada beberapa sereal yang mengandung kadar gula dalam jumlah yang cukup tinggi.
Semangkuk sereal hanya mengandung 12 gram gula. Bandingkan
3
-
dengan segelas orange juice yang kandungan gulanya 22 gram," dalam acara media gathering Persepsi Seputar Sarapan Pagi yang diadakan oleh Nestle di Jakarta. Selain itu, sereal juga lebih rendah kalori. Semangkuk sereal dengan susu rendah lemak memiliki kalori kurang dari 200. Bandingkan dengan nasi goreng yang mengandung 800 kalori atau sandiwich dan susu cokelat yang kalorinya mencapai 500. "Anak-anak yang rutin sarapan dengan sereal risiko untuk kegemukannya lebih rendah. Selain itu orang dewasa yang rutin sarapan sereal juga memiliki indeks massa tubuh lebih rendah dibanding mereka yang jarang mengonsumsi sereal," papar Nilani (Kompas.com, 2009).
2.3 Potensi Pasar Biskuit
Biskuit merupakan makanan ringan yang disenangi karena enak, manis, dan renyah. Biskuit merupakan makanan kering yang tergolong makanan panggang atau kue kering. Biskuit merupakan produk kering yang mempunyai daya awet yang tinggi, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan, karena volume dan beratnya yang relatif ringan akibat adanya proses pengeringan (Whiteley, 1971).
Menurut Faridi (1994), biskuit merupakan produk yang berasal dari tepung terigu halus dan dalam formulanya mengandung gula dan lemak yang tinggi, tapi mengandung sedikit air. Menurut SNI (1992), biskuit adalah sejenis makanan yang dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain, dengan proses pemanasan dan pencetakan.
Pasar biskuit terus bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan sekitar 10% tiap tahun. Dengan tingkat pertumbuhan sebesar itu, maka pasar biskuit dapat diproyeksikan mencapai sekitar 361,680 pada tahun 2007 dan 397,850 pada tahun 2008. Pertumbuhan
pasar biskuit yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.2 Grafk Proyeksi Pasar Biskuit
Indonesia
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan ialah penulisan kualitatif dan kuantitatif. Metode penulisan ini mendeskripsikan secara kualitatif potensi sereal manggis tropika sebagai pangan fungsional darurat dan mendeskripsikan secara kuantitatif estimasi kandungan gizi dari sereal ini. Pendekatan kualitatif ialah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh studi literatur berdasarkan pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003)
3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
4
-
perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Soepomo, 2002). Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah dengan metode:
1. Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun elektronik (data-data internet).
2. Dokumenter
Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan. Pada metode ini penulis hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen yang diperlukan.
3.Intuitif Subjektif: intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas.
3.3 Metode Analisis dan Sintetis
Proses analisis dilakukan pada data-data yang terkumpul yang kemudian dipaparkan dalam pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi silang (cross link) antara data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang relevan. Kemudian dapat diambil titik utama yang kemudian diolah menjadi beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan rekomendasi yang terkait.Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka), maka data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif.Proses analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak-balik dan berinteraktif, yang terdiri dari:
1.Pengumpulan data (data collection)
2. Reduksi data (data reduction)
3. Penyajian data (data display)
4. Pemaparan dan penegasan kesimpulan
5. (conclution drawing and verification)
(Moelong, 2002)
3.4 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan studi kasus, pengamatan laboratorium untuk uji kandungan dari sereal manggis, pustaka dan penelusuran informasi digital, yaitu wawancara dengan dosen ahli, jurnal penelitian dan informasi internet. Sehingga jenis data yang digunakan dalam penulisan ini ialah data primer, yaitu data yang didapatkan secara langsung melalui observasi pada objek penulisan, dari laboratorium kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya dan data sekunder, yaitu data penulisan yang diperoleh penulis secara tidak langsung, akan tetapi melalui media perantara.
3.5 Teknik Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian ini adalah peer review. Data yang diperoleh di lapangan melalui observasi dan data yang didapat dari buku didiskusikan secara berkala dengan dosen-dosen yang berkompeten dalam bidang industri pangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Potensi Buah Manggis Tropika di Daerah Banyuwangi Jawa Timur
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu sentra produksi manggis terbesar di Jawa Timur selain Kabupaten Trenggalek. Buah manggis asal Banyuwangi merupakan pemasok utama bagi pasar modern di Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar dan beberapa kawasan lain di Indonesia. Tidak hanya itu, manggis
5
-
Banyuwangi juga berhasil menembus pasar ekspor. Diantaranya China, Taiwan, Singapura dan Timur Tengah. Sementara sentra kawasan manggis di Banyuwangi sendiri tersebar di tujuh Kecamatan, yakni Kecamatan Kalipuro, Songgon, Sempu, Glenmore, Licin, Glagah dan Giri. Kepala
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyuwangi menjelaskan pola pengembangan manggis di Banyuwangi masih dalam skala pola multikultur, dimana petani masih belum menerapkan budidaya manggis dengan sistem monokultur. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Bidang Hortikultura yang saat ini sedang gencar mengupayakan diseminasi teknologi, pengetahuan, informasi serta pengarahan kepada para petani manggis untuk beralih ke pola tanam monokultur untuk memulai penanaman manggis skala perkebunan dengan sistem budidaya yang mengacu pada Standard Operating Procedure (SOP).
Pengetahuan yang diberikan meliputi tata cara budidaya manggis yang baik dan serta penanganan pasca panen melalui penyelenggaraan Sekolah Lapang-Good Agricultural Practices (SL-GAP), Sekolah Lapang-Good Handling Practices (SL-GHP) serta fasilitasi bantuan sarana dan prasarana produksi maupun pasca panen (bibit, pupuk, obat-obatan, keranjang panen, dan lain-lain). Pada periode 2013, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi dapat memproduksi buah manggis hingga 23 ribu ton melalui pengembangan kawasan seluas hampir 900 hektar. Salah satu target adalah tercapainya produksi secara optimal dan mutu produksi sesuai dengan standart yang diinginkan pasar lokal, nasional dan internasional, yakni manggis yang aman konsumsi, bermutu dan diproduksi dengan prinsip ramah lingkungan (Pemkab Banyuwangi, 2012).
4.2 PanDaWa BiMa: Pangan Darurat Berbasis Potensi Lokal
Hal pokok dari dibuatnya PanDawa BiMa ini ialah inovasi pemanfaatan buah tropika manggis yang saat ini baru digunakan sebagai makanan penunjang saja. Produk PanDawa BiMa ialah produk pengembangan sereal baru yang dibuat dengan kombinasi manggis ,tepung jagung, kacang tunggak dan diberi tambahan sayur bayam dan rumput laut sebagai penunjang gizi. Karakteristik produk memiliki bentuk sereal, rasa yang baik, dan warna cokelat muda.
Gambar 1.3 Penepungan Manggis dan Sayuran
Sumber: Modifikasi dari Feraldo (2010) dan Friska 2010
4.3 Kandungan Gizi PanDawa BiMa Sebagai Sumber Nutrisi Pangan
Berdasarkan tabel (1.2), dapat diketahui bahwa kandungan gizi pada buah manggis cukup besar. Daya cernanya diperkirakan mencapai 98.8%, karena kemudahannya untuk dicerna, buah manggis dapat digunakan untuk orang-orang yang memiliki masalah pencernaan dan formula makanan anak-anak. Buah manggis dapat dikonsumsi anak-anak yang sensitif terhadap susu. Sudah banyak kita
6
-
ketahui, pada usia balita susu merupakan makanan penting karena mengandung semua zat gizi dasar (Nursalam, 2005).
Tabel 1.2 Kandungan Buah dan Kulit Manggis per 100 gr
Jumlah per porsi Kandungan
Kalori 59 Dari lemak 3,60
% Nilai harian *
Total Lemak 0,40 g 0,6 %
Lemak Jenuh 0,1 gr 0,5 %
Kolesterrol 0 mg 0,0 %
Sodium 0 mg 0,0 %
Total Karbohidrat 15, 3 gr 5,1 %
Diet Serat 2m7 g 10,8 %
Protein 0,3 g 0,4 %
Vitamin C 0 %
Vitambin B1 Thiamin 1,3 %
Vitamin B2 Riboflavin 0,6 %
Vitamin B3 Niasin 0,5 %
Vitamin B5 Asam Pantotenat 0,6 %
Vitamin B6 2,5 %
Kalsium 0,7 %
Besi 1,1 %
Kalium 3,3 %
Fosfor 0,7 %
Magnesium 1,3 %
Tembaga 2 %
Mangan 2,5 %
C Sistein 0,6 %
K lisin 0,6 %
L Leusin 0,4 %
M Metionin 0,4 %
T Treonin 0,7 %
Tirosin 0,5 %
W Triptofan 0,7 %
Total Lemak
-
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan
3. Petani Manggis di Indonesia
Petani sebagai manggis yang akhirnya juga sebagai penyedia bahan baku manggis. Melalui peran dan kerjasama dengan petani, maka perlunya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk menghasilkan produksi manggis yang optimal.
4. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian diharapkan bisa melakukan pemetaan terhadap komoditi lokal yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan sereal manggis.
5. Dinas Kesehatan dan Ahli Gizi
Dinas Kesehatan berperan dalam penelitian keamanan pangan serta penyediaan data status gizi masyarakat beserta peta tingkat kerawanan gizi khususnya pada balita. Ahli gizi serta professional dalam bidang pengolahan produk pertanian berperan dalam menentukan komposisi yang tepat baik itu dari nutrisi yang diperlukan berdasaskan status gizi masing-masing balita.
6. Ketua Penggerak PKK/ LSM
Ketua penggerak PKK/ LSM baik tingkat RT ataupun tingkat Kecamatan serta jajaran di atasnya diharapkan berperan sebagai penyalur dan pengelola PanDawa BiMa, mengingat sejauh ini PKK/ LSM sangat erat dengan kaum ibu rumah tangga sehingga pangan fungsionalini bisa langsung diberikan pada sasaran yang tepat.
4.5 Analisis Ekonomi PanDawa BiMa Sebagai Produk Pangan Sereal
Analisa ekonomi produksi dan keuntungan hasil olahan buah manggis dalam 4 kg PanDawa BiMa jika dibandingkan dengan penjualan 4 kg buah Manggis segar , yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.3 Analisis Kabutuhan dalam Pembuatan PanDawa BiMa
Komposisi PanDawa BiMa
Biaya (Rp.)
Tepung Manggis 4 kg 60.000
Tepung jagung 2 kg 16.000
Kacang 4 kg 44.000
Bayam 3 ikat 3.000
Rumput laut 1 kg 10.000
Mentega 1 kg 45.000
Telur 3 kg 54.000
Vanili 10 g 5.000
Susu Bubuk 500 g 14.000
Gula halus 1 kg 18.000
Jumlah 269.000
Dari analisis R/C ratio didapatkan
nilai sebesar 1.859 . Dari nilai ini diketahui bahwa usaha pembuatan PanDawa BiMa menguntungkan karena nilai R/C > 1. Pengolahan Manggis menjadi PanDaWa BiMa menghasilkan nilai keuntungan yang lebih besar daripada penjualan buah manggis lokal tanpa diolah yakni maksimal Rp 15.000,- per kg.
8
-
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Teknologi sereal fungsional dari buah manggis PanDawa BiMa ialah dengan memanfaatkan potensi lokal buah manggis tropika sebagai bahan baku. Pembuatan sereal fungsioanal dimulai dari pemilihan bahan yang didasarkan pada kearifan lokal dan juga pada kandungan pada masing-masing bahan. Bahan baku yang ditambahkan dalam pembuatan sereal ini ialah bayam, kacang tunggak, jagung dan rumput laut dengan formulasi perbandingan, tepung buah manggis : tepung jagung : tepung kacang: tepung rumput laut : tepung wortel ialah 2 : 2 : 1 : 0,05 : 0,05.
2. Mekanisme sereal buah manggis dalam menekan tinginya angka gizi buruk didasarkan pada kandungan gizi dari sereal ini. kandungan gizi sereal ini sangat kompleks dengan ditambahkannya bahan-bahan pendukung. Peran pihak-pihak terkait dalam implementasi teknologi ialah mulai dari penelitian sampai distribusi ditingkat konsumen.
5.2 Saran
Penulisan ini bersifat rencana penelitian sehingga diharapkan usulan ini dapat direalisasikan dengan penelitian lebih lanjut sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diterapkan sosialisasi tentang pemanfaatan buah manggissebagai serealfungsional. Uji daya terima masyarakat juga perlu dilakuakan agar sereal ini bisa diterima di pasaran. Dengan demikian akan tercipta suatu usaha dalam upaya meningkatkan daya saing buah tropika Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes S., Dina; Lisdiana. 1995. Memilih dan Mengolah Sayur. Penebar swadaya
Badan Pusat Statistik. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2007.
Badan Pusat Statistik. 2007-2010. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional. 2007-2010.
BAPPENAS, 2011.Rencana Aksi Nasional Pangan Dan Gizi 2011-2015. Jakarta. ISBN 978-979-3764-68-9. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Departemen Perindustrian. 1992. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2973-1992; Sereal
Departemen Kesehatan RI. Daftar Komposisi Bahan Makanan. 1994. Yogyakarta.
Departemen Perindustrian. 1992. Standar Nasional Indonesia. Sni 01-2973-1992; Sereal
Depkes RI. 1994. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Keputusan Menkes RI No.322/Menkes/SK/IV/1994.
Deptan, 2011. Sentra manggis di jawa timur (kab. Probolinggo). http://www.manggis.info/html/index.php?id=info&kode=12. Diakses10 febuari 2014
Deptan, 2011. Sentra Manggis Di Jawa Timur (Kab banyuwangi). http://www.manggis.info/html/index.php?id=info&kode=11. Diakses 10 febuari 2014
Deptan, 2011. Sentra Manggis Di Jawa Timur (Kab.Banyuwangi). http://www.manggis.info/html/index.php?id=info&kode=10. Diakses 10 febuari 2014
Feraldo, A. 2010. Komoditas Singkong. http://kamiitp08.blogspot.com/2010/10/pembuatan-tepung-singkong.html. Diakses pada tanggal 01 Februari 2012
9
-
Friska. 2002. Penambahan Sayur Bayam , Sawi dan Wortel pada Pembuatan crackers Tinggi Serat Makanan. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. (Pp.67)
Indriantoro dan Soepomo, Bambang. 2002. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua.Yogyakarta: BPFE.
Istini, S., A. Zatnika, suhaimi dan J. Anggadiredja. 1986. Manfaat dan Pengolah Rumput Laut. Jurnal Penelitian. BPPT. Jakarta
Kementerian Kesehatan R.I. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007.
Kementerian Kesehatan R.I. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Kompas. 2008. BayiGizi Kurang dan Gizi Buruk Mencapai 4,1 Juta Jiwa. http://cetak.kompas.com/read/2008/03/10/00493833/bayi.gizi.kurang.dan.gizi.buruk.mencapai.41.juta.jiwa. Diakses pada tanggal 01 Januari 2012.
Kompas.com, 2009. Sereal Sarapan Pendukung Diet (online) http://kesehatan.kompas.com/read/2009/10/19/1358192/sereal.sarapan.pendukung.diet. diakses 29 Juni 2012
Lingga,P. 1989. Bertanam Umbi-Umbian. Penebar Swadaya. Yogyakarta
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung
Muchtadi, 1994. Gizi untuk Bayi: ASI, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Nazir, 2003. Metodologi Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nursalam. 2005. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
Onwueme, I. C. 1978. The Tropical Tuber Crops, Yam, Cassava, Sweet Potato and Cocoyam. John Wiley and Chisester, New York..
Suarni. 2001. Tepung Komposit Sorgum, Jagung, dan Beras untuk Pembuatan Kue Basah (cake). Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia, Maros. Vol 6. Hlm. 55-60
Suhardjo. 1992. Pemanfaatan Pangan Sumber Iodium dalam Upaya Penanggulangan GAKI. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB
Uwaegbuto, A.C.,Ene-Obong, H.N dan Iroegbu, C.U. 2000. Perceived Causes and Management of Diarrhoea in Young Children by Market Women in Enugu State, Nigeria. Journal of Health, Population and Nutrition. Vol 18 (97-102). Nigeria
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 1979. Pangan dan Gizi. Jakarta : LIPI
William, C. N., J. O Uzo & W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayur-sayuran di Daerah Tropika ( S. Ronoprawiro, penerjemah ). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 1979. Pangan dan Gizi. Jakarta : LIPI
Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Sinar Pustaka Harapan. Jakarta
World Health Organization. 2005. WHO Child Growth Standard.
10
-
Gastro - Culturship Gastronomi Culture Entrepreneurship Implementasi Desa Wisata Buday Pangan Lokal Sebagai Upaya Optimalisasi Masyarakat Indonesia
berkarakter Gastropreneur Case Study : Lombok Island
Karunia Romadhani ; Brawijaya University
Fakta menarik menunjukkan bahwa rata-rata negara maju harus memiliki minimal 2% entrepreneur. Berdasarkan BPS (2013), jumlah penduduk di Indonesia saat ini berkisar 250 juta jiwa, hal ini dapat dianalisa bahwa Indonesia dapat menjadi negara maju apabila memiliki minimal 5 juta entrepreneur. Akan tetapi, fakta data statistik mengungkapkan bahwa jumlah entrepreneur di Indonesia hanya berkisar900.000 orang atau hanya sekitar 0,18 %. Fakta ini mengungkapkan bahwa Indonesia masih sangat jauh dari level negara maju, dengan asumsi jumlah entrepreneur dijadikan acuan utama. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan bagi kita sebagai masyarakat Indonesia yang harus berpikir sebagaimana pikiran yang dimiliki oleh negara maju. Optimalisasi masyarakat desa menjadi masyarakat berkarakter gastropreneur menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan jumlah entrepreneur yang ada di Indonesia dengan tetap mengunggulkan produk pangan lokal menjadi produk pilihan yang dapat diterima oleh masyarakat global baik domestik maupun mancanegara. Potensi di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan sebutan Gemah Ripah Loh Jinawi yang berarti Indonesia kaya akan sumber daya alam dan berpotensi sebagai negara penghasil pangan. Tidak hanya itu, industri kuliner di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, industri kuliner memberikan sumbangan terbesar bagi perkembangan industri kreatif setelah kerajinan dan fashion. Industri kreatif merupakan sebuah kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri dengan masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide sehingga dapat memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman jenis kuliner sesuai dengan local wisdom daerah masing-masing. Seiring dengan berkembangnya zaman, industri kuliner di Indonesia kini berevolusi menjadi industri kreatif yang mendorong peran penting dalam pengembangan ekonomi kreatif negara bersama dengan industri kerajinan dan wisata. Sehingga kuliner menjadi salah satu alternatif dalam mendorong pengembangan daerah pariwisata lokal di Indonesia tidak terkecuali Pulau Lombok. Potensi Local Cuisine di Pulau Lombok
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan memiliki keunggulan pada keindahan potensi alamnya danmayoritas masyarakat masih mempertahankan kearifan lokal yang ada. Sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Istilah Lombok berarti Lurus yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Sasak dengan memiliki beragam desa wisata salah satunya Desa Sade. Selain itu, pulau Lombok memiliki local cuisine yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan diantaranya Plecing Kangkung, Ayam Kaliwang, Sate Bulayak, Nasi Bala p Pucung, Ares, Sate Rembiga, Sate Tanjung, Poteng Jaje Tujak, Bebalung dan Beberuk Terong. Semua menu dari local cuisine yang ada, memiliki keunikkan tersendiri tidak hanya dari nama makanannya melainkan bahan baku makanan yang khas dan cara penyajiannya yang unik sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu alternatif pengembangan wisata yang ada di Pulau Lombok.
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang saat ini menjadi daerah wisata idaman bagi wisatawan dosmetik maupun mancanegara dengan jumlah wisatawan selalu meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan berita yang dikutip dari Warta Ekonomi (2014) menyatakan bahwa Pada bulan Desember 2013, jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara
11
-
ke Bandara Internasional Lombok Nusa Tenggara Barat meningkat hingga 204,4 % dari tahun 2012. Dibandingkan dengan bulan Desember 2012, jumlah wisatawan mancanegara ke Bandara Internasional Lombok sebesar 2.527 orang meningkat menjadi 5.386 orang pada Desember 2013. Hal ini menunjukkan bahwa Lombok berpotensi menjadi daerah industri pariwisata Gastronomi, selain menonjolkan potensi alamnya juga berpotensi untuk menunjukkan kearifan lokal budaya dan kuliner lokal khas daerah. Apa itu Wisata Gastronomi?
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu (2012) berpendapat bahwa kuliner tidak lepas dari kegiatan pariwisata. Indonesia memiliki beragam kekayaan alam dan tempat wisata menarik yang diminati oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sehingga optimalisasi industri wisata gastronomimenjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan devisa negara dan mendorongpertumbuhan ekonomi nasional. Kata Gastronomi berasal dari bahasa Yunani, yakniGastro dan Nomos. Gastro berarti lumbung manusia atau perut sedangkan Nomos berarti pengetahuan, sehingga dapat diartikan gastronomi sebagai ilmu pengetahuan mengenai segala jenis pangan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Implementasi Gastro - Culturship Gastronomi Culture Entrepreneurship
Saat ini, wisata Gastronomi menjadi trend tersendiri bagi negara maju dikarenakan menghasilkan tiga keuntungan, yakni menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara, memperkenalkan budaya pangan lokal terhadapwisatawan sehingga dapat mempertahankan warisan budaya serta meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat asli daerah tersebut. Seharusnya, Indonesia juga bisa mengimplementasi kan desa wisata menjadi desa wisata gastronomi, yakni selain potensi alam yang diunggulkan tetapi juga mengunggulkan kearifan lokal daerah dengan mempertahankan budaya dan kuliner lokal. Tujuan utama implementasi desa wisata gastronomi ialah memperkenalkan budaya pangan lokal terhadap masyarakat danrnembentuk masyarakat lokal berkarakter gastropreneur dikarenakan pangan lokal Indonesia berpotensi untuk dikembangkan menjadi industri kreatif di bidang kulinersebagai salah satu bentuk industri yang mampu bersaing dengan restourant mancanegara seperti KFC, Mac Donnal, Hoka hoka Bento dan lain sebagainya.Rancangan kawasan desa wisata yang dioptimalkan menjadi desa wisata pangan lokal berbasis local wisdom melalui kegiatan pemberdayaan yang didasarkan pada pengembangan sumber daya manusia masyarakat desa melalui program GastrotureshipGastronomi Culture Entrepreneurship Upaya yang harus dilakukan untuk membentuk Desa Wisata Budaya Pangan Lokal, ialah sebagai berikut; 1) Pengembangan Desa Wisata Budaya Pangan Lokal melalui kelembagaan
Model kelembagaan lebih diarahkan ke kelembagaan ekonomi lokal. Dalam model ini pemerintah ditempatkan sebagai pembina dan pengarah dalam penge-lolaannya, baik pemerintah daerah atau-pun langsung pemerintah pusat. Sedangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai pendamping dalam pengelolaannya dan pihak swasta sebagai pendukung. Stakeholder yang potensial ikut berperan adalah: Pemerintah Daerah Lombok (Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif), masyarakat l okal suku Sasak , LSM, dan swasta berupa biro perjalanan wisata. 2) Pemberdayaan Masyarakat
Untuk meningkatkan fungsi daerah dengan kekuatan ekonomi mandiri yang lebih besar perlu dilakukan optimalisasi sumber daya manusia pada masyarakat lokal supaya memiliki karakter entrepreneur (mandiri dan kreatif) di bidang olahan pangan lokal yang biasa disebut dengan gastronomi sehingga membentuk masyarakat gastropreneur. Beberapa kegitan yang memungkinkan untuk dilakukan adalah: Process of Making
Di dalam wisata ini terdapat tour guide yang akan mengajak wisatawan berkeliling untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan makanan tradisional yang merupakan
12
-
khas daerah tersebut sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan mengenai cara membuat pangan lokal sesuai dengan tradisi desa yang menjadi objek wisata. Education of Local Cuisine
Di dalam wisata ini, terdapat pembelajaran mengenai asal usul terbentuknya makanan tradisional tersebut dan sejarahnya. Dalam bagian wisata ini, menjelaskan makna mengenai bentuk atau bahan baku makanan tradisional yang ada di desa tersebut. Tujuan dari wisata ini ialah memberikan pengetahuan mengenai sejarah asal usul makanan tradisional yang ada sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap makanan lokal bagi masyarakat asli atau wisatawan domestik dan memperkenalkan Indonesian Local Cuisine terhadap wisatawan mancanegara. History of Culture
Di dalam wisata ini, selain menunjukkan Indonesian Local Cuisine terhadapwisatawan juga mengoptimalkan potensi kearifan lokal yang ada dengan memperkenalkan sejarah budaya seni dan kearifan lokal yang ada kepada pengunjung sebagai wujud pelestarian dan memperkenalkan Local Culture.
Untuk dapat mengimplentasikan progaram tersebut diperlukan langkah strategis diantaranya; langkah pertama, perlu dilakukannya koordinasi Pemerintah dengan departemen terkait, yaitu: Departemen Pariwisata dan ekonomi kreatif, Departemen Koperasi, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Dinas ketenagakerjaan. Output dari langkah ini rencana-rencana yang akan segera direalisasikan oleh dinas-dinas terkait. Langkah kedua, dilakukannya koordinasi Departemen melalui Dinas terkait dengan PemerintahDaerah maupun Pemerintah Pusat. Langkah selanjutnya, dilakukannya penelitian studi
Kelayakan pada aplikasi lapang pembangunan Gastro-Culturship meliputi kesesuaian dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan dan pengelolaannyabaik perancangan desain maupun studi kelayakan finansial. Langkah terakhir ialah tahap realisasi Gatro-Culturship sebagai pembentukkan Desa Wisata Budaya Pangan Lokal di daerah Lombok. Untuk langkah pengembangan, diperlukakan tahap p romosi dengan dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk menarik masyarakat sehingga mampu berperan aktif dalam program ini. Promosi dilakukan berupa promosi visual, audio maupun audiovisual. Output yang diharapkan dapat menarik masyarakat domestik dan mancanegara.
Perlu dipahami pula bahwa dalam pengembangan wisata gastronomi merupakan bagian dari budaya. Berdasarkan deklarasi keanekaragaman budaya ditetapkan bahwa setiap bangsa mempunyai budaya sendiri dan budaya sebagai identitas suatu bangsa. Dengan adanya pengembanganmulticultural, tentunya harus berorientasi dalammenghormati gastronomi lokal tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia. Potensi Gastrotureship Gastronomi Culture Entrepreneurship tidak hanya dapat diterapkan di Pulau Lombok, tetapi dapat diterapkan di semua daerah di Indonesia tanpa terkecuali.Oleh karena itu tujuan pengembangan gastronomi tradisional perlu menuju ke arah kemajuan adab, budaya, persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari gastronomi lain yang dapat memperkembangkan atau memperkaya gastronomi tradisional di tiap daerah, dalam mempertinggi derajat kemanusiaan masyarakatnya serta turut memperkaya gastronomi Indonesia dan dunia. Dengan tetap pada tujuan utama yakni sebagai sarana pelestarian Indonesian Local Cuisine sebagai simbol pangan lokal yang dapat bersaing secara global dan membentuk masyarakat Indonesia berkarakter gastropreneur untuk dapat bersaing menuju AFTA 2015. Referensi : Pangestu, Mari Elka. 2012. http://mik.upi.edu/2013/06/22/strategi-pengembangan-gastronomi-
tradisional-kota-pangkal-pinang/. Diakses 27 April 2014 Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Masyarakat Entrepreneur. Jakarta; BPS
13
-
Sustain Hero Edukids Sustainable Hero Education for Kids: Implementasi Pendidikan Kepahlawanan Sebagai Upaya Pembentuk
Indonesian Youth Patriotic Berbasis IT & JASMERAH (Studi Kasus: SDN II Ketawanggede Kota Malang)
Karunia Romadhani; Moch. Ikbal Sholehudin; Ariesta Yudha S Universitas Brawijaya
Abstrak:
Indonesia merupakan negara bekas jajahan yang telah merdeka selama 69 tahun berkat semangat perjuangan dari para pemuda zaman proklama si. Namun seiring dengan kemajuan perkembangan zaman, menyebabkan semakin banyaknya kasus degadrasi patriotisme para pemuda bangsa saat ini. Sebagai contoh dalam beritabertajuk 'Indonesia Social Media Landscape' Okezone, Jumat (25/2/2011), hingga Januari 2011 terdapat sekitar 4.131.861 blogs di dunia maya yang berasal dari Indonesia. Dalam kurun tiga bulan belakangan, sekitar 83,43% yang melakukan pembaharuan isi dengan memuat berita mengenai sejarah dan kebudayaan Korea (Susanti, 2011). Oleh karena itu, diperlukan sebuah upaya untuk meningkatkan rasa patriotisme pemuda dikarenakan penting dalam menjaga keutuhan persatuan bangsa dan meningkatkan martabat bangsa dihadapan dunia. Maka dari itu, untuk mewujudkan program tersebut penulis mengusulkan implementasi pendidikan kepahlawanan secara non formal yakni Sustain Hero Edukids Sustainable Hero Education for Kids. Tahapan pelaksanaan program ini berupa survei dan persiapan, sosialisai, aplikasi, monitoring serta evaluasi dengan target utama siswa Sekolah Dasar studi kasus SDN Ketawanggede Kota Malang Jawa Timur. Sistem edukasi berbasis JASMERAH, menggunakan fun method (nonton bareng video pahlawan, games patriotisme, dan kartu Aku Cinta Indonesia). Selain peningkatan pendidikan karakter patriotisme berbasis JASMERAH, juga dilakukan penanaman karakter patriotisme berbasis Ilmu Teknologi melalui software Sustain HeroEdukids yang dapat diakses melalui mobile phone berbasis Java dan Android. Isi dalam software mencakup lagu pahlawan, cerita singkat mengenai perjuangan pahlawan serta tanggal bersejarah sehingga anak dapat mengenal dan mempelajari mengenai pahlawan tanpa terbatas waktu dan tempat. Untuk memantau berjalannya kegiatan ini, dilengkapi dengan calenderberbentuk paper. Dalam calender paper ini, dilengkapi dengan tanggal-tanggal bersejarah tentang perjuangan pahlawan di Indonesia. Selain itu, siswa wajib menuliskan aktivitas mereka setiap hari yang bersifat positif dan berhubungan dengan rasa patriotisme. Harapan utama ialah untuk membentukIndonesian Youth Patriotic (Duta Anak Patriot) yang memiliki karakter nasionalisme dan patriotisme sehingga dapat sebagai media pembelajaran inovatif dengan harapan selaras Visi Pendidikan Nasional dalam UU 20/2003 yakni pemberdayaan menjadi manusia yangberkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Kata kunci: Degadrasi Patriotisme, Sustain Hero Edukids, Indonesian Youth Patriotic
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bekas jajahan yang tidak lepas dar i sejarah perjuangan dan semangat para pahlawan kemerdekaan. Indonesia akan menjadi bangsa yang maju apabila pemudanya memiliki sikap nasionalisme dan
patriotisme yang tinggi. Sesuai dengan perkataan Ir. Soekarno bahwa bangsa yang besar ialah bangsa yang memiliki pemuda berkarakter JASMERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Namun, seiring dengan perkembangan zaman, menyebabkan memudarnya rasa patriotisme para pemuda bangsa saat ini. Hal ini dapat dilihat dalam berita bertajuk 'Indonesia Social Media Landscape' pada
14
-
Okezone.com , Jumat (25/2/2011), hingga Januari 2011 terdapat sekitar 4.131.861 blogs di dunia maya yang berasal dari Indonesia. Dalam kurun tiga bulan belakangan, sekitar 83,43% yang melakukan pembaharuan isi dengan memuat berita mengenai sejarah dan kebudayaan Korea (Susanti, 2011).
Rendahnya rasa patriotisme berpengaruh terhadap peningkatan karakter bangsa yang negatif, salah satu diantaranya adalah korupsi. Ketua Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC), Pramono Anung (2013) mengatakan Indonesia masih harus berjuang mencegah dan memberantas korupsi. Sebab, saat ini Indonesia menduduki peringkat 64 negara paling korup di dunia. Sesuai dengan berita yang dikutip berdasarkan Political & Economic Risk Consultancy (PERC) dalam Mahfud M.D (2010), menyatakan bahwa salah satu akibat dari penurunan rasa patriotisme membentuk Indonesia menjadi negara paling korupsi dari 16 negara Asia Pasifik. Hilangnya rasa patriotisme pemuda Indonesia berpengaruh terhadap menurunnya ketahanan nasional sehingga dapat dengan mudah dipengaruhi oleh pihak luar dan Indonesia kembali sebagai negara jajahan bukan dalam bentuk fisik, melainkan secara mental dan ideologi.
Program yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan patriotisme sebatas mata pelajaran Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar kelas IV dalam beberapa bab tanpa adanya program secaracontinue dan penanaman karakter di dalamnya. Dengan adanya fenomena tersebut, kami mengusulkan sebuah kegiatan pembelajaran non formal dalam mengaktifkan kesadaran dan membentuk karakter nasionalisme pada anak yang disebut dengan Sustain Hero Edukids Sustainable Hero Education for Kids.Sistem edukasi berbasis JASMERAH, menggunakan fun method(nonton bersama video pahlawan, games pahlawan, dan kartu Aku Cinta
Indonesia ) sehingga hal yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh siswa. Selain peningkatan pendidikan karakter patriotisme berbasis JASMERAH, juga dilakukan penanaman karakter patriotisme berbasis Ilmu Teknologi melalui implementasi software Sustain Hero Edukids yang dapat diakses melalui mobile phone berbasis Java dan Android. Isi dalam software mencakup lagu pahlawan, cerita singkat mengenai perjuangan pahlawan serta tanggal bersejarah sehingga anak dapat mengenal dan mempelajari mengenai pahlawan tanpa terbatas waktu dan tempat. Untuk memantau berjalannya kegiatan ini, dilengkapi dengan calender berbentuk paper. Dalam calender paper ini, dilengkapi dengan tanggal-tanggal bersejarah tentang perjuangan pahlawan di Indonesia.
Sistem edukasi berbasis JASMERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) dan Ilmu Teknologi ini, bertujuan sebagai bentuk media peningkatan rasapatriotisme anak-anak sebagai generasi muda cinta tanah air yang nantinya dapat menjadi Indonesian Youth Patriotic (Duta Anak Patriot). Target pendidikan ini ditujukkan bagi pelajar SD (Sekolah Dasar) khususnya kelas III hingga kelas V di lingkup wilayah perkotaan yang mulai tergeser dengan perubahan zamanmengingat pada masa pertumbuhan tersebut, mereka lebih mudah menangkap, berimajinasi dan meniru serta mengimplementasikan dalam kehidupan. Sehingga dengan adanya program ini dapat menumbuhkan karakter anak untuk menjaga keutuhan persatuan bangsa dan meningkatkan martabat bangsa dihadapan duniaselaras dengan Visi Pendidikan Nasional dalam UU 20/2003 yakni pemberdayaan menjadi manusia yang berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
15
-
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara aplikasi sistem edukasi
Sustain Hero Edukids dengan fun method dalam membentuk Indonesian Youth Patriotic berbasis JASMERAH?
2. Bagaimana implementasi program Sustain Hero Edukids berbasis Ilmu Teknologi sebagai sistem pembelajaran non formal dalam meningkatkan rasa patriotisme pemuda?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui cara aplikasi sistem
edukasi Sustain Hero Edukids dengan fun method sebagai upaya untuk membentuk Indonesian Youth Patriotic berbasis JASMERAH.
2. Untuk mengetahui teknik implementasi program Sustain Hero Edukids berbasis Ilmu Teknologi sebagai sistem pembelajaran non formal dalam meningkatkan rasa patriotisme pemuda.
1.4 Manfaat Penulisan 1. Sebagai referensi mengenai konsep
pembelajaran pendidikan non formal mengenai peningkatan rasa patriotisme berbasis IT & JASMERAH.
2. Sebagai upaya peningkata kesadaran masyarakat dalam meningkatkan rasa patriotisme untuk menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyebab Degadrasi Patriotisme Pada era reformasi di Indonesia saat
ini, salah satu hal yang sering disoroti oleh masyarakat umum adalah turunnya rasa patriotisme bangsa. Degradasi ini terjadi pada para pemuda yang semakin lama semakin memudar sehingga mempengaruhi watak dan kepribadian generasi penerus bangsa saat ini. Para pemuda sebagai salah satu kekuatan bangsa di bidang pendidikan Indonesia dianggap memiliki rasa nasionalisme yang rendah. Banyak akar permasalahan yang dapat ditarik dari degradasi tersebut. Menurut Septiani (2013),
salah satu penyebab yang sering ditemukan adalah kebanyakan siswa atau pemuda saat ini lebih tertarik de ngan budaya yang kebarat-baratan, yang menurut mereka lebih modern dari pada budaya mereka sendiri.
Sedangkan berdasarkan Wilodati, et.al, (2008), penyebab menurunnya rasa patriotisme pada pemuda dapat dibagi menjadi dua, yakni dari factor internal (dari dalam diri) dan eksternal (factor luar). Faktor internal yang dimaksud yakni para pemuda pada umumnya tidak mengetahui perjuangan pahlawan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kurangnya pengamalan nilai-nilai pencasila di dalam kehidupan sehari-hari, banyak timbul sikap individualisme sehingga berdampak kepada kepentingan bangsa dan Negara. Sedangkan factor eksternal yang dimaksud meliputi pengaruh globalisasi sehingga gaya hidup menjadi kebarat-baratan serta kurangnya sosialisasi tentang kekayaan budaya, perwujudan jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan sehari-hari. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa penyebab utama turunnya rasa nasionalisme dan patriotisme adalah karena kurangnya sosialisasi dan pesatnya perkembangan globalisasi di Indonesia sehingga mempengaruhi gaya hidup.
2.2Pendidikan Karakter dalam
Meningkatkan Rasa Patriotisme Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut (Syahroni, 2014). Menurut T. Ramli (2003) dalamSyahroni (2014), pendidikan karakter memilikiesensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pedidikan karakter dengan tujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme bangsa mempunyai kearifan lokal sebagai acuan pelaksanaannya. Kearifan lokal merupakan produk budaya
16
-
masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Adapun delapan belas nilai tersebut yaitu: religius, jujur,toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional, 2009 dalam Nugroho, 2012). Nilai cinta tanah air dan semangat kebangsaan merupakan nilai yang sangat diperlukan dan bersifat mutlak untuk meningkatkan jiwa patriotisme dan nasionalisme pemuda. Menurut Lickona (1991) dalam Nugroho (2012), pelaksanaan pendidikan karakter dibagi menjadi 3 komponen yang saling berhubungan.
Gambar 3.1 Komponen Pendidikan
Karakter Moral knowing mempunyai arti para
siswa/pemuda harus mengetahui nilai-nilai yang harus dikembangkan, dipelajari dan diterapkan di dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan sikap bagaimana berperilaku dan saling menghargai sehingga tidak terjadi kondisi individualisme berhubungan erat dengan komponen yang kedua yakni moral feeling. Komponen yang terakhir adalah Moral Action dimana dituntut untuk melakukan dan melaksanakan apa yang diperlajari dari nilai-nilai karakter yang didapatkan. Ketiga komponen yang telah dijelaskan tersebut merupakan komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan artian apabila ada satu komponen yang tidak berjalan sebagaimana mestinya maka pendidikan karakter tidak akan terlaksana sesuai tujuan.
2.3 Pentingnya Rasa Patriotisme Bagi Pemuda Bangsa
Rasa patriotisme penting ditanamkan sejak dini bagi pemuda bangsa. Dikarenakan, apabila rasa patriotisme tidak dianggap penting, maka berdampak pada kurangnya rasa cinta terhadap tanah air dan rasa peduli terhadap sesama sebagai bentuk renggangnya tali persaudaraan. Padahal pada dasarnya, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan budaya. Salah satu contoh kasus adanya akibat dari kurangnya rasa nasionalisme dan patriotisme ialah tawuran antar pelajar. Saat ini, kasus tawuran antar pelajar cenderung semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan berita yang dikutip dari news detik (24/05/2014), menyatakan bahwa dua kelompok mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang saling serang sehingga mengakibatkan seorang mahasiswa menjadi korban luka. Alasan dari adanya pertengkaran ini dikarenakan perbedaan pendapat dengan satu berasal dari Kalimantan, dan satu kelompok dari Indonesia timur. Tidak hanya itu, dampak dari tawuran dapat merenggut nyawa seseorang. Seperti kasus tawuran pelajar SMK Baskara dan Pancoran Depok yang dikutip dari berita liputan 6 (15/09/2014) yang menewaskan satu orang dari SMK Baskara.
Gambar 3.2 Tawuran Pelajar
17
-
Jiwa patriotisme bagi pemuda merupakan suatu wadah untuk mengamalkan semua nilai bela Negara sehingga memiliki beberapa manfaat. Berdasarkan Perdana (2014), implementasi jiwa patriotisme akan melahrikan suatu rasa bela Negara. Bela Negara ini akan menimbulkan kecintaan terhadap tanah air, rela berkorban, pantang menyerah, disiplin dalam berbagai hal, mempererat persatuan dan kesatuan, bertanggung jawab, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan meningatkan pengabdian terhadap masyarakat. Wilodati, et.al (2008) menyebutkan bahwa proklamasi kemerdekaan oleh pahlawan proklamasi dan pejuang-pejuang Indonesia yang lain memberikan suatu manfaat penting dalam peningkatan patriotisme pemuda. Bung Karno menjelaskan bahwa patriotismeIndonesia mengacu dan berfondasi Pancasila. Artinya patriotisme tersebut bersenyawa dengan keadilan social. Sehingga menghendaki adanya penghargaan, penghormatan, toleransi pada
bangsa atau suku lain.
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Teknik Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan kualitatif. Metode penulisan ini mendeskripsikan secara kualitatif Sustain Hero Edukids Sustainable Hero Educations for Kids. Dalam konteks ini, Sustain Hero Edukids merupakan penjabaran dari dua sistem pembelajaran yakni sistem Ilmu Teknologi & JASMERAH secara Fun Method. Sustain Hero Edukids ini merupakan inovasi program yang memiliki tujuan sebagai pembentuk karakter patriotisme pada anak untuk menghadapi tantangan zaman yang selalu berubah.
3.2 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka (library
research) dan penelusuran informasi digital dengan sasaran tujuan antara lain studi literatur. Sumber pustaka studi yang didapatkan berasal dari membaca, menganalis dan mengkaitkan informasi dari sumber bacaan dengan topik yang diangkat. Studi pustaka ini meliputi buku, online dan jur nal penelitian yang dianggap relevan dengan pembahasan.
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini ialah data sekunder atau data pendukung yang merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, atau melalui media perantara.
3.3 Teknik Pengolahan Data
Teknik penulisan ialah deskriptif, yaitu dengan menguraikan, menjabarkan dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah pembahasannya yang runtut dan sistematis. Studi kajian deskriptif ini dilakukan dengan mengambil studi kasus terhadap permasalahan terhadap degradasi rasa nasionalisme dan patriotisme yang terus meningkat tiap tahun.
3.4 Data dan Sistematika Penulisan
Proses analisis dilakukan pada data-data yang terkumpul yang kemudian dipaparkan dalam pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi silang (cross link) antara data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang relevan. Kemudian dapat diambil titik utama yang kemudian diolah menjadi beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan rekomendasi yang terkait.
3.5 Teknik Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian ini adalah peer review. Data yang diperoleh di lapangan melalui observasi dan data yang didapat dari buku didiskusikan secara berkala dengan dosen-dosen yang berkompeten dalam bidang pendidikan.
18
-
3.6 Kerangka Berpikir
Gambar 3.3 Kerangka Berfikir Penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Aplikasi Sistem Edukasi Sustain Hero Edukids Sustainable Hero Educations for Kids
Target utama aplikasi sistem edukasi ini ialah pelajar Sekolah Dasar. Dikarenakan pada masa pertumbuhan tersebut, mereka lebih mudah menangkap, berimajinasi, meniru serta mengimplementasikan dalam kehidupan. Tujuan pendidikan ini ialah untuk meningkatkan rasa patriotisme pemuda dikarenakan penting dalam menjaga keutuhan persatuan bangsa dan meningkatkan martabat bangsa dihadapan dunia yang dapat digambarkan seperti bagan berikut:
Gambar 3.3 Skema Sistem Edukasi Sustain
Hero Edukids
Skema di atas dapat dijabarkan yakni: 1. Sosialisasi Program Sustain Hero
Edukids
Pada tahap ini tim akan mensosialisasikan mengenai program Sustain Hero Edukids kepada anak-anak Sekolah Dasar. Program sosialisasi akan dikemas semenarik mungkin. Pada tahap ini membuat agenda menjadi menyenangkan merupakan hal yang akan dioptimalkan. Bersifat indoor dan dipenuhi games tentang pahlawan yang akan membuka wawasan kepada anak -anak mengenai pentingnya menjaga hutan sebagai sumber daya alam yang akan menyejahterakan kehidupan manusia.
2. Sistem Edukasi berbasis JASMERAH
dan Ilmu Teknologi Edukasi merupakan sarana yang akan
menjembatani program ini dalam pengaplikasiannya. Edukasi dinilai lebih efektif karena setiap program yang dilaksanakan dapat memberikan pembelajaran kepada siswa secara langsung ataupun tidak langsung dan tetap menyenangkan. Sistem edukasi ini berbasis JASMERAH dan Ilmu Teknologi dengan tujuan utama untuk menanamkan sikap patriotisme kepada anak Sekolah Dasar
19
-
sebagai target utama. JASMERAH merupakan singkatan dari Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Hal ini pent ing untuk menjadi dasar pedoman bangsa dalam menghadapi perubahan zaman, sesuai dengan perkataan yang dikutip oleh Ir. Soekarno yakni Bangsa yang besar ialah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya. Oleh karena itu, generasi muda saat ini penting dalam memiliki rasa patriotisme yang diartikan sebagai semangat dan jiwa cinta tanah air. Patriotisme mengajarkan kepada setiap rakyat untuk selalu mencintai tanah air sebagai tempat berbijak, tempat hidup, dan mencari penghidupan.
Selain berbasis JASMERAH, program ini juga berbasis Ilmu Teknologi. Ilmu teknologi tidak terlepas dengan adanya pengetahuan yang ada saat ini sehingga pada umumnya disebut dengan IPTEK. IPTEK merupakan salah satu materi pengajaran dari pendidikan. Di satu sisi perkembangan IPTEK akan segera diakomodasi oleh pendidikan, di sisi lain pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK, sehingga tersedia berbagai informasi yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dijadikan program, alat dan cara kerja teknologipendidikan. Alat dan program itulah yang merupakan hal penting dalampembentukan karakter siswa/pemuda saat ini. Pasalnya dengan pesatnya perkembangan globalisasi di dunia, memungkinkan adanya input teknologi terbaru sehingga dituntut adanya pengembangan model pendidik an. Salah satu media yang sering digunakan untuk pendidikan karakter adalah dengan menggunakan gadget. Teknologi yang mengusung konsep mudah dibawa dan mudah digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk anak-anak. Menurut harian depoknews, Selasa (12/6/2014), hampir setiap orang mempunyai gadget termasuk anak-anak namun ada dampak negative dan positif dari gadget tersebut disamping untuk tujuan komunikasi. Oleh karena itu pendidikan karakter yang
berbasis teknologi tersebut harus memasukkan nilai-nilai karakter bangsa sehingga di dalam pendidikan dan pengajaran tidak adanya kesimpangan tujuan pembelajaran.
2. Calender Paper sebagai Bentuk
Controlling Program
Tujuan adanya controlling dalam program ini, yakni sebagai pengontrol agar program ini dapat berjalan sesuai dengan target dan tujuan yang telahditetapkan. Dalam calender Paper ini, dilengkapi dengan tanggal-tanggal bersejarah tentang perjuangan pahlawan di Indonesia. Selain itu, siswa wajib menuliskan aktivitas mereka setiap hari yang bersifat positif dan berhubungan dengan rasa patriotisme. Calender Paper ini, setiap sabtu akan dilihat dan direview oleh team kami dan didampingi oleh guru yang bersangkutan. Sehingga diharapkan dengan adanya Calender Paper ini, program ini tidak hanya sebatas pengenalan dan pembelajaran mengenai sejarah dan budaya Indonesia, melainkan juga penanaman nila karakter pahlawan dalam jiwa siswa sebagai generasi bangsa.
4. Indonesian Youth Patriotic (Duta Anak
Patriotisme) Indonesian Youth Patriotic (Duta
Anak Patriotisme) merupakan rangkaian kegiatan yang akan menobatkan satu putra dan satu putri sebagai sosok tauladan yang semangat dalam mempelajari dan menerapkan sikap patriotisme dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pasangan tersebut akan diarahkan menjadi Duta Anak Patriotisme, duta tersebut yang akan membantu mengampanyekan pentingnya kita mencintai tanah air dan memiliki sikap karakter seperti pahlawan masa lalu dalam hal segi positif sesuai dengan sikap toleransi pada zamansekarang. Duta Anak Patriotisme didapat kan setelah rangkaian program terlaksana. Dalam implementasinya, setiap kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok, dan dalam
20
-
beberapa kelompok terdapat satu pendamping, pendamping itulah yang akan membantu menstimulus siswa dalam melaksanakan program ini. Duta Anak Patriotisme ke depannya mampu memberikan tauladan dan mengampanyekan pentingnya kita mencintai tanah air dan tidak terpengaruh terhadap budaya luar serta mengembangkan kreativitas budaya lokal tidak hanya di dalam lingkup sekolah, melainkan di beberapa sekolah di Kota Malang.
5. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi merupakan tahapan pengawasan dan penilaian atas setiap program yang telah dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi tidak hanya dilaksanakan ketika satu rangkaian SUSTAIN HERO EDUKIDS terselesaikan, tetapi dalam setiap tahapan program yang dilaksanakan. Kegiatan Monitoring dan evaluasi meliputi apakah edukasi sudah dapat diterapkan dengan baik dalam setiap bubuhan program yaang dilakukan, baik aspek JASMERAH ataupun Ilmu Teknologi juga telah termaksudkan kepada target sasaran dalam setiap pelaksanaannya. Selain itu bagaimanakah penanaman karakter patriotisme dalam memberi pengaruh kepada siswa untuk lebih mencintai bangsa sendiri dan bersemangat untuk mengembangkan kemampuan bangsa dalam bersaing secara global. Selain itu monitoring dan evaluasi juga akan menyeluruh pada setiap unsur elemen terkecil dalam aplikasi program SUSTAIN HERO EDUKIDS ini.
4.2 Implementasi Sistem Pembelajaran Sustain Hero Edukids berbasis JASMERAH
Edukasi merupakan sarana yang akan menjembatani program ini dalam pengaplikasiannya. Edukasi dinilai lebih efektif karena setiap program yang dilaksanakan dapat memberikan pembelajaran kepada siswa secara langsung ataupun tidak langsung dan tetap
menyenangkan (fun method). Sistem edukasi ini berbasis JASMERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) dengan tujuan utama untuk menanamkan sikap nasionalisme dan patriotisme kepada anak Sekolah Dasar sebagai target utama. Dalam prosesnya nanti, pada tahap awal edukasi ini dapat dilaksanakan dengan beberapa kegiatan dibawah ini, yakni: 1) Nonton Bersama Video Sejarah
Pahlawan dan Budaya Indonesia 2) Games Pahlawan 3) Kartu Aku Cinta Indonesia
JASMERAH merupakan singkatan dari Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah dengan penanaman karakter berupa religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Gambar 3.4 Sistem Edukasi Sustain Hero
Edukids Berbasis JASMERAH
4.3 Implementasi Sistem Pembelajaran Sustain Hero Edukids berbasis IT
Pada program ini, tim mengajak target sasaran untuk mengenali sejarah dan budaya Indonesia berbasis Ilmu Teknologi (IT) yang diaplikasikan berbasis Android Software. Sustain Hero Edukids berbasis IT dalam software android adalah sebuah inovasi dan solusi untuk memberikan kepraktisan masyarakat untuk lebih mengenal Indonesia dan mempelajari
21
-
sejarah kepahlawanan dan budaya Indonesia. Selain itu pengguna software juga akan merasa nyaman yang dapat mempelajari budaya Indonesia, lagu kebangsaan dan sejarah kepahlawanan yangmemuat kisah lebih dari 20 pahlawan baik pahlawana nasional, revolusi dan kemerdekaan. Dengan menggunakan Sustain Hero Edukids berbasis android sistem, belajar sejarah kepahlawan dan budaya Indonesia lebih praktis dan nyaman untuk lebih mencintai Indonesia dan produk lokal serta masyarakat global untuk lebih mengenal Indonesia. Pengembangan Aplikasi Sustain HeroEdukids berbasis Software Android
Gambar 3.5 Sistem Edukasi Sistem Hero Edukids Berbasis Ilmu Teknologi Heroic
Story Agar program edukasi ini dapat
terealisasikan, maka pihak-pihak yang berperan antara lain: 1) Mahasiswa
Mahasiswa ialah pihak yang menggagas dan merancang ide guna mewujudkan Sustain Hero Edukids. Selain itu, mahasiswa dapat melakukan penelitian sistem pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya. 2) Anak-anak
Pihak yang terlibat langsung ialah anak-anak. Hal ini ditujukan untuk
membentuk karakter sejak usia dini dalam mencetak generasi muda peduli terhadap degadrasi rasa patriotisme dan mampu menerapkan rasa patriotisme dalam kehidupan sehari-hari untuk lebih berkreativitas dan memajukan harkat serta bangsa di dunia. 3) Instansi Pendidikan
Instansi pendidikan merupakan pihak yang mengkoordinir tentang pengadaan semua alat edukasi dan mendukung kelancaran jalannya program edukasi ini. 4) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan sebagai fasilitator dan pembuat kebijakan. Fasilitas seperti modal dan sarana prasarana. Kebijakan mengenai peminimalisisran tingkat degadrasi patriotisme dan mendukung program pembelajaran peningkatan rasa patriotisme pada anak-anak.
Gambar 3.6 Alur Pikir Implementasi
Program Sustain Hero Edukids
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem edukasi Sustain Hero Edukids berbasis Ilmu Teknologi dan JASMERAH berpotensi untuk dijadikan sebagai media pembelajaran yang aplikatif dalam meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme pemuda. Pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan bantuan software Sustain Hero Edukids berbasis java dan android serta calendar paper sebagai monitoring tercapainya program ini. Software Sustain Hero Edukids berisi tentang informasi tentang sejarah pahlawan
22
-
Indonesia dan beberapa lagu -lagu perjuangan yang dapat menggugah semangat patriotic pemuda. Implementasi program ini dengan cara sosialisasi program, edukasi dengan fun method, memberikan calender paper ke siswa sebagai buku controlling, monitoring, dan evaluasi.
5.2 Saran
Supaya sistem edukasi Sustain Hero Edukids ini dapat terlaksana, pertama kepada pemerintah agar segera tangap mempersiapkan kebijakan yang mengatur pelaksanaan sistem edukasi ini. mulai dari SDM pengajar dan sarana prasarana. Selain itu, pihak yang terkait dalam pelaksanaan edukasi Sustain Hero Edukidssekolah-sekolah tempat tujuan atau pengusul untuk tetap menjaga koordinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Detik.com. 24 Mei 2014. Dua Kelompok Mahasiswa Tawuran di Kampus. (online). http://news.detik.com/read/2014/05/24/025406/2591350/10/dua-kelompok-mahasiswatawuran-di-kampus-unikama .[16 September 2014].
Dewi, Riana. 2012. Ketika Anak Muda Indonesia Mendintai Budaya Jepang dan Korea. http://www.tribunnews.com/seleb/2012/07/16/ketika-anak-muda-indonesia-mencintai-budaya-jepang-dan-korea. [19 Agustus 2014].
Liputan 6. 15 September 2014. Tawuran Pelajar. (online). http://www.liputan6.com/tag/tawuran-pelajar. [16 September 2014].
Mahfud. 2010. Memalukan Indonesia Negara Terkorup Asia Pasifik. http://nusantaranews.wordpress.com/2010/03/09/prestasi-terus-naik-indonesia-negara-terkorup-asia-2010/[17 Agustus 2014].
Nugroho, Hery. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Semarang. Thesis Program Magister Institut Agama Islam Negeri
Walisongo, Semarang. Halama n 11-12.
Perdana, Reno DInda Gita. 2014. Implementasi Nilai-Nilai Nasionalisme-Patriotisme dalam Pendidikan Pendahuluan Bela Negara pada UKM Resimen Mahasiswa Satuan 805 "Wira Cendikia". Universitas Negeri Malang. Halaman 4.
Septiani, Restisa Indah. 2013. Pelaksanaan Program Pengembangan Diri sebagai Upaya Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang. Universitas Negeri Malang. Halaman 2.
Susanti, 2011. Gurita Budaya Populer Korea Di Indonesia. (Online). http://repo.isi-dps.ac.id/1187/1/%E2%80%98Gurita%E2%80%99_Budaya_Populer_Korea_Di_Indonesia.pdf). [17 Agustus 2014].
Syahroni. 2014. Konsep Pendidikan Karakter. Artikel halaman 2Wilodati,et.al. 2008. Peran Mata Kuliah PKN sebagai Sarana Pendidikan Demokrasi dalam membangkitkan Jiwa Nasionalis dan Patriotis Mahasiswa (Studi pada Mahasisw Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). Halaman 26, 52, 56.
Zaida, Efrizal. 2014. Pentinngnya Pengawasan Penggunaan Gadget Anak. (online). http://depoknews.com/pentingnya-pengawasan-penggunaan-gadget-anak/. [19 Agustus 2014].
23
-
CEL (Culture GREEN-CULTURESHIP: Optimalisasi Desa Wisata Hijau Mandiri Berbasis Local Wisdom Sebagai Upaya Pembentukkan Masyarakat Ecopreneurship
(Studi Kasus : Masyarakat Samin Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur)
Moch. Ikbal Sholehudin, Karunia Romadhani dan Ike Novitasari
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Menurut Kodiran (1998) kebudayaan merupakan unsur penting proses pembangunan suatu bangsa dalam pembentukkan kepribadian untuk menghadapi tantangan zaman. Sebagai contoh kekayaan etnis dan budaya lokal yang berasal dari kotaBojonegoro yakni masyarakat Suku Samin yang bertempat tinggal di kawasan hutan jati Dusun Jipang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo Bojonegoro. Masyarakat Samin yang memiliki berbagai tradisi dan budaya bisa dikategorikan sebagai salah satu kelompok etnik yang ada di Indonesia. Komunitas Samin ialah sekelompok orang yang mengikuti ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada masa kolonial Belanda. Pada tahun 1840 R. Suryowijoyo mendirikan perkumpulan pemuda yang terletak pada perkampungan di tengah hutan jati yang bernama Tiyang Samin Amin sehingga muncul kata Samin yang mempunyai arti bersama-sama dengan prinsip utama kejujuran dan tolong-menolong. Menurut BPS Bojonegoro (2012) komunitas Samin Dusun Jepang Bojonegoro terdiri dari 216 kepala keluarga yakni 572 jiwa yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dengan memegang teguh tradisi leluhur yang mengutamakan prinsip kedamaian, kekeluargaan dan local wisdom. Namun dari segi keunikkan dan tradisi di daerah ini kurang tereksplorasi sehingga banyak masyarakat yang tidak mengenal suku Samin khususnya masyarakat lokal kota Bojonegoro. Oleh karena itu diperlukan konsep baru yakni Green-CultureshipGreen Culture Enterpreneurship dengan mengkomparasi antara local culture dan green ecology yang dikemas dalam desa wisata.menjadi 3 bagian utama yakni Ekowisata, Wisata Seni dan Budaya danWisata Edukasi. Dalam ekowisata ini terdapattour guide yang akan mengajak wisatawan berkeliling untuk menikmati keadaan alam sekitar didaerah masyarakat samin sebagai upaya untuk memberikan pencerdasan tentang alam. Sedangkan Wisata Seni dan Budaya bertujuan untuk memaksimalkan potensi seni dan budaya pada masyarakat samin untuk diperkenalkan kepada pengunjung. Wisata Edukasi berisi mengenai pembelajaran ilmu tentang bagaimana mengubah karakter-karakter pengunjung untuk bisa selaras dengan nilai-nilai social yang ada karena nilai yang berkembang pada masyarakat samin seperti gotong royong, saling tolong-menolong, dan toleransi tinggi antar sesame manusia sangat baik untuk diimplementasikan pada pengunjung. Konsep ini salah satu upaya untuk mewujudkan desa wisata yang berwawasan lingkungan dan budaya yang tidak hanya berdampak pada warga masyarakat tetapi juga pengunjungyang dapat membantu pemerintah dalam mempertahankan budaya kharisma lokal demi terwujudnya kekuatan nasional dalam menghadapi era globalisasi tahun 2015. Kata Kunci : Masyarakat Samin, LocalWisdom, Green-Cultureship, Ecopreneurship
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Kodiran (1998) Kebudayaan
merupakan unsur penting proses
pembangunan suatu bangsa sebagai upaya
pembentukan kepribadian dalam
menghadapi tantangan zaman. Kebudayaan
juga akan melahirkan suatu tatanan nilai-
nilai dan norma yang berlaku di dalam
24
-
masyarakat (Soekanto,2005). Sebagai
contoh kekayaan etnis dan budaya lokal
yang berasal dari kotaBojonegoro yakni
masyarakat Suku Samin.
Masyarakat Samin merupakan
keturunan para pengikut Samin Soerontiko
yang mengajarkan sedulur sikepdi pantai
utara Jawa Tengah, seperti Kudus, Pati,
Blora, Rembang dan Bojonegoro. Samin
Soerontiko sering disebut juga sebagai
Raden Kohar yang mengobarkan semangat
perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk
lain di luar kekerasan dan memutuskan
meninggalkan dunia kebangsawanan
dengan mendalami nilai-nilai budi luhur
serta beladiri menentang penjajahan
Belanda. Pokok ajaran Samin diantaranya
agama adalah senjata atau pegangan hidup,
jangan bertengkar, jangan irihati, jangan
suka mengambil milik orang lain, bersikap
sabar dan saling menghormati. (Wahono
dkk, 2002).
Penelitian Anggaini (2012),
menyebutkan bahwa Kebudayaan lokal
sebagai simbol kedaerahan dan kekayaan
nasional yang memiliki arti penting dalam
kehidupan masyarakat pemiliknya sehingga
diperlukan adanya suatu usaha untuk terus
mempertahankan eksistensinya. Namun,
saat ini yang terjadi adalah kecenderungan
generasi muda sebagai pewaris budaya
semakin lupa dan meninggalkan kekayaan
budayanya sendiri.Selain itu, banyak
masyarakat lokal yang tidak mengetahui dan
kurang peduli mengenaikebudayaan
masyarakat Samin. Sebagai contoh
masyarakat lebih suka mempelajari
kebudayaan korea, seperti Korean Wave
merambat melaui situs-situs resmi
perusahaan entertainment Korea maupun
dari situs jejaring sosial serta blog-blog
pecinta Korea. Situs sosial media seperti
youtube, facebook dan twitter sebagai alat
internasional untuk menyebarkan Korean
Wave. Sampai saat ini jumlah blog yang
muncul di Indonesia telah mencapai 4,1
juta. Dalam data bertajuk 'Indonesia Social
Media Landscape' dari SalingSilang.com,
yang diterima okezone, Jumat (25/2/2011),
hingga Januari 2011 terdapat sekitar
4,131,861 blogs di dunia maya yang berasal
dari Indonesia. Dalam kurun 3 bulan
belakangan, hanya sekira 32,67 persen saja
blog yang melakukan update atau
pembaharuan isi dengan sekitar 27 persen
datanya memuat budaya Korean Pop (K-
Pop) (Susanti, 2011).
Dengan adanya fenomena tersebut,
maka diperlukan konsep baru yakni Green-
Cultureship Green Culture
Enterpreneurship dengan mengkomparasi
antara local culture dan green ecology yang
dikemas dalam desa wisatamenjadi 3 bagian
utama yakni Ekowisata, Wisata Seni dan
Budaya dan Wisata Edukasi. Dalam
ekowisata ini terdapat tour guide yang akan
mengajak wisatawan berkeliling untuk
menikmati keadaan alam sekitar didaerah
masyarakat samin sebagai upaya untuk
memberikan pencerdasan tentang alam.
Sedangkan Wisata Seni dan Budaya
bertujuan untuk memaksimalkan potensi
seni dan budaya pada masyarakat samin
untuk diperkenalkan kepada
pengunjung.Wisata Edukasi berisi mengenai
pembelajaran ilmu tentang bagaimana
mengubah karakter-karakter pengunjung
untuk bisa selaras dengan nilai-nilai social
yang ada karena nilai yang berkembang
pada masyarakat samin seperti gotong
royong, saling tolong-menolong, dan
toleransi tinggi antar sesame manusia sangat
baik untuk diimplementasikan pada
pengunjung.
Konsep ini salah satu upaya untuk
mewujudkan desa wisata yang berwawasan
lingkungan dan budaya yang tidak hanya
berdampak pada warga masyarakat tetapi
juga pengunjung.Harapan dari gagasan ini
supaya mampu mengembalikan kebudayaan
suku Samin menjadi icon Kota Bojonegoro
yang dapat membantu pemerintah dalam
25
-
mempertahankan budaya kharisma lokal
demi terwujudnya kekuatan nasional dalam
menghadapi era globalisasi tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme
Green-Cultureship berbasis
wisdomdalam membentuk
Ecopreneurship?
2. Bagaimana upaya aplikatif
Cultureship sebagai Desa Wisata
Hijau Mandiri ?
3. Bagaimana teknik Implementasi
Green-Cultureship sebagai Upaya
Pembentukan Karakter Masyarakat
Ecopreneurship?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
programGreen-Cultureship
Local wisdom dalam m
masyarakat Ecopreneurship.
2. Untuk mengetahui upaya aplikatif
Green-Cultureship sebagai Desa
Wisata Hijau Mandiri.
3. Untuk mengetahui teknik Implementasi
Green-Cultureship sebagai Upaya
Pembentukan Karakter Masyarakat
Ecopreneurship.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Sebagai solusi dalam rangka mendukung
pelestarian kekayaan etnik budaya lokal
khusunya di wilayah Kabupaten
Bojonegroro Jawa Timur.
2. Sebagai referensi mengenai konsep
pemberdayaan masyarakat berbasis
ekologi dan ekonomi.
4. Sebagai upaya peningkatan kemampuan
sumber daya manusia daerah lokal tanpa
meninggalkan kearifan lokal yang sudah
terbentuk
mempertahankan budaya kharisma lokal
demi terwujudnya kekuatan nasional dalam
menghadapi era globalisasi tahun 2015.
Bagaimana mekanisme program
berbasis Local
embentuk masyarakat
Bagaimana upaya aplikatif Green-
sebagai Desa Wisata
eknik Implementasi
sebagai Upaya
Pembentukan Karakter Masyarakat
mekanisme
Cultureship berbasis
membentuk
.
Untuk mengetahui upaya aplikatif
sebagai Desa
eknik Implementasi
sebagai Upaya
Pembentukan Karakter Masyarakat
Sebagai solusi dalam rangka mendukung
kekayaan etnik budaya lokal
di wilayah Kabupaten
Sebagai referensi mengenai konsep
pemberdayaan masyarakat berbasis
ingkatan kemampuan
sumber daya manusia daerah lokal tanpa
meninggalkan kearifan lokal yang sudah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro memiliki luas
sejumlah 230.706 Ha, dengan jumlah
penduduk sebesar 1.176.386 jiwa.Topografi
Kabupaten Bojonegoro menunjukkan
bahwa di sepanjang daerah aliran sungai
Bengawan Solo merupakan daerah dataran
rendah, sedangkan di bagian Selatan
merupakan dataran tinggi disepanjang
kawasan Gunung Pandan, Kramat dan
Gajah.Dari wilayah seluas diatas, sebanyak
40,15 persen berupa hutan, sedangkan yang
digunakan untuk sawah tercatat sekitar
32,58 persen (Pemkab Bojonegoro, 2012).
Gambar 1. Peta Kabupaten Bojonegoro
(Sumber : Pemkab Bojonegoro,2012)
Gambar 4.1 Peta Rupa Bumi Kabupaten
Bojonegoro
Sumber: Google.com
2.2 Sejarah Terbentuknya Mayarakat
Samin
Munculnya nama Samin berasal dari
gerakan Saminisme yang dipimpin oleh
gerombolan rampok yang dipimpin oleh
Surowidjojo atau Raden Suratmoko yang
lahir tahun 1840. Raden Surowidjojo
merupakan putra dari bupati Suromoto
memiliki rasa prihatinterhadap m
kecilataspemaksaan pembayaran
dengan kekerasan oleh pemerintah kolonial,
sedangkan penarik pajak tersebut tidak lain
adalah kaum pribumi yang bekerja pada
pemerintah kolonial. Melihat perilaku
Kabupaten Bojonegoro memiliki luas
sejumlah 230.706 Ha, dengan jumlah
penduduk sebesar 1.176.386 jiwa.Topografi
Kabupaten Bojonegoro menunjukkan
bahwa di sepanjang daerah aliran sungai
Bengawan Solo merupakan daerah dataran
bagian Selatan
merupakan dataran tinggi disepanjang
kawasan Gunung Pandan, Kramat dan
Gajah.Dari wilayah seluas diatas, sebanyak
40,15 persen berupa hutan, sedangkan yang
digunakan untuk sawah tercatat sekitar
32,58 persen (Pemkab Bojonegoro, 2012).
. Peta Kabupaten Bojonegoro
(Sumber : Pemkab Bojonegoro,2012)
Gambar 4.1 Peta Rupa Bumi Kabupaten
2.2 Sejarah Terbentuknya Mayarakat
Munculnya nama Samin berasal dari
gerakan Saminisme yang dipimpin oleh
gerombolan rampok yang dipimpin oleh
Surowidjojo atau Raden Suratmoko yang
lahir tahun 1840. Raden Surowidjojo
bupati Suromoto yang
memiliki rasa prihatinterhadap masyarakat
kecilataspemaksaan pembayaran pajak
dengan kekerasan oleh pemerintah kolonial,
sedangkan penarik pajak tersebut tidak lain
adalah kaum pribumi yang bekerja pada
pemerintah kolonial. Melihat perilaku
26
-
bangsa pribumi yang menjadi antek Belanda,
Raden Surowidjojo pergi ke Kadipaten dan
bergabung dengan gerombolan perampok.
Gerombolan perampok itu bernama Tiyang
sami-sami amin yang disingkat menjadi
Saminyang memiliki arti bersama
membela kebenaran dan memberantas
kekerasan (Heny Prabaningrum, 199
Gambar 4.2 Masyarakat Lampau
Suku Samin (Sumber : Heny
Prabaningrum, 1995
2.3 Deskripsi Unsur Budaya
Masyarakat Lokal Samin
Terdapat tujuh unsur budaya
Masyarakat lokal Samin berdasarkan
Rinangxu (2006) antara lain sebagai
berikut:
1) Ajaran Samin (system Religi)
Pemikiran dan ajaran Samin Surontiko
diawali oleh kondisi masyarakat akan
kebencian perlakuan pemerintahan
kolonial belanda.
2) Sistem Bahasa
Masyarakat samin secara umum
menggunakan bahasa jawa sebagai
media komunikasi antar warga.
2) Organisasi sosial dan sistem
kekerabatan.
Dalam menjaga dan melestarikan
hubungan kekerabatan masyarakat
Samin memiliki tradisi untuk saling
berkunjung terutama pada saat satu
keluarga mempunyai hajat sekalipun
tempat tinggalnya jauh.
bangsa pribumi yang menjadi antek Belanda,
n Surowidjojo pergi ke Kadipaten dan
bergabung dengan gerombolan perampok.
Gerombolan perampok itu bernama Tiyang
disingkat menjadi
yang memiliki arti bersama-sama
membela kebenaran dan memberantas
Heny Prabaningrum, 1995).
Masyarakat Lampau
Sumber : Heny
Prabaningrum, 1995)
Deskripsi Unsur Budaya
Masyarakat Lokal Samin
Terdapat tujuh unsur budaya
Masyarakat lokal Samin berdasarkan
Rinangxu (2006) antara lain sebagai
(system Religi)
Pemikiran dan ajaran Samin Surontiko
diawali oleh kondisi masyarakat akan
kebencian perlakuan pemerintahan
Masyarakat samin secara umum
menggunakan bahasa jawa sebagai
media komunikasi antar warga.
Organisasi sosial dan sistem
Dalam menjaga dan melestarikan
hubungan kekerabatan masyarakat
Samin memiliki tradisi untuk saling
berkunjung terutama pada saat satu
keluarga mempunyai hajat sekalipun
4) Kesenian dan Tradisi
Upacara tradisi yang ada pada
masyarakat Samin antara lain, nyadran
(bersih desa), tradisi slamatan yang
berkaitan dengan daur hidup yaitu,
kehamilan, kelahiran, khitan,
perkawinan dan kematian. Adapun
kesenian mereka yaitu, tari tayup, dan
wayang tengul. Tari tayup merupakan
tari pergaulan yang populer bagi
masyarakat Bojonegoro dan sekitar.
Gambar 4.3 Kesenian Tari Tayup
Bojonegoro dan Tradisi Megengan
(Sumber : Rinangxu,2006
5) Mata pencaharian
Sebagian besar masyarakat Samin
sekarang ini adalah petani. Pandangan
terhadap lingkungan sangat positif,
mereka memanfaatkan alam misalnya,
mengambil kayu secukupnya saja tidak
pernah mengeploitasi.
Gambar 4.4 Mata Pencaharian sebagai
Petani (Sumber : Rinangxu,2006)
6) Pakaian
Pakaian orang Samin bia