term okimi a
TRANSCRIPT
I. JUDUL PERCOBAAN : TERMOKIMIA
II. HARI /TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 30 Oktober 2012
III. SELESAI PERCOBAAN : 30 Oktober 2012
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan/pelepasan kalor
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia
V. TINJAUAN PUSTAKA :
Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi dalam bentuk kalor,
yaitu dengan cara melepaskan sejumlah kalor (reaksi eksoterm) atau menyerap kalor
(reaksi endoterm). Termokimia mempelajari perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia.
Dalam termokimia dikenal dengan sistem terbuka yaitu sistem yang dapat
mengalami petukaran materi dan energi dengan lingkungan. Sedangkan sistem tertutup
yaitu sistem dapat melakukan pertukaran energi tetapi tidak mengalami pertukaran
materi dengan lingkungan.Jika suatu sistem reaksi diberikan sejumlah kalor (q), maka
sistem akan melakukan kerja yang maksimum ( W = p. ΔV). Setelah kerja sistem
menyimpan sejumlah energi yang disebut energi dalam (u). Secara sistematis, perubahan
energi dalam dirumuskan sebagai berikut :
ΔU = Δq +/- ΔV
Jumlah kalor dari hasil reaksi kimia daat diukur dengan suatu alat yang disebut
kalorimeter. Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhu satu derajat
disebut tetapan kalorimeter, satuannya J/K.
Reaksi eksoterm : dimana sistem melepas energi. Oleh karena itu entalpi produk
(Hp) lebih kecil daripada entalpi pereaksi (HR). Akibatnya perubahan entalpinya yaitu
selisih antara entalpi produk dan entalpi pereaksi (Hp - HR) bertanda negative
ΔH = HP – HR < 0
kalor
Lingkungan
Eksoterm
sistem
Reaksi endoterm : dimana sistem menyerap energi. Oleh karena itu entalpi
produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (HR). Akibatnya perubahan entalpinya
yaitu selisih antara entalpi produk dan entalpi pereaksi (Hp - HR) bertanda positif
ΔH = HP – HR > 0
kalor
Lingkungan
Endoterm
Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan berdasarkan :
- Percobaan (kalorimeter)
- Hukum Hess
- Data entalpi pembentukan
- Data energi ikatan
Persamaan Termokimia
Yaitu persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya. Nilai delta
H yang dituliskan pada persamaan termokimia disesuaikan dengan stoikiometri reaksi,
artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Selanjutnya, karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud zat yang terlibat dalam
reaksi, maka wujud atau keadaan zat harus dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan
indeks s untuk zat padat, l untuk zat cair, dan g untuk zat gas.
Contoh :
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan
286 kJ. Kata “dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena
itu, ΔH = -286 kJ untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya
adalah:
H2 (g) + 1/2O2 (g) H2O (l) deltaH = -286 kJ
atau
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) deltaH = -572 kJ
(jika koefisien reaksi dikalikan dua, maka harga delta H juga harus dikalikan dua)
sistem
Kalorimeter
Adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi
dengan lingkungan diluar kalorimeter). Dengan demikian semua kalor yang dibebaskan
oleh reaksi yang terjadi di dalam kalorimeter tidak ada yang terbuang keluar kalorimeter.
Dengan mengukur kenaikan suhu di dalam kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah
kalor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter berdasarkan rumus:
qair = m x c x Δ T
dengan q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) dalam kalorimeter
c = kalor jenis air (larutan) dalam kalorimeter
Δ T = kenaikian suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi
sama dengan kalor yang diserap oleh air (larutan)
q reaksi = -q larutan
Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat empat jenis kalor, yaitu sebagai berikut.
1. Kalor pembentukan, ialah kalor yang menyertai pembentukan satu mol senyawa
langsung dari unsur-unsurnya. Contohnya ammonia (NH3), harus dibuat dari gas
nitrogen dan hidrogen, sehingga reaksinya :
½ N2 (g) + 1½ H2 (g) → NH3 (g) ΔH = -46 kJ mol-1
Karena NH3 harus 1 mol maka koefisien reaksi nitrogen dan hidrogen boleh
dituliskan sebagai pecahan. Energi yang dilepaskan sebesar 46 kJ disebut kalor
pembentukan amonia (ΔHoNH3).
2. Kalor penguraian (kebalikan dari kalor pembentukan), yaitu kalor yang menyertai
penguraian 1 mol senyawa langsung menjadi unsur-unsurnya, contoh :
HF(g) → ½ H2 (g) + ½ F2 (g) ΔH = +271 kJ mol-1
3. Kalor penetralan, ialah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari reaksi
penetralan (asam dan basa), contoh :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = 121 kJ mol-1
4. Kalor reaksi, yakni kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien yang
paling sederhana, contoh:
3H2(g) + N2(g) → 2NH3(g) ΔH = -92 kJ
Kalor yang menyertai suatu reaksi dapat ditentukan dengan percobaan
laboratorium. Zat pereaksi yang terukur direaksikan di dalam kalorimeter, yaitu alat
yang akan mengukur kalor yang dihasilkan atau diserap reaksi tersebut. Jika reaksi
eksotermik, kalor yang dihasilkan akan menaikkan suhu air dalam kalorimeter. Besarnya
kalor dapat dihitung dengan kenaikan suhu dan massa air di dalam alat tersebut.
Sebaliknya, jika reaksi endoterm, maka suhu air akan turun sehingga dapat dihitung
kalor yang diserap reaksi. Adapun manfaat positif dari termokimia, yaitu:
1) Dapat mempelajari suatu bentuk energi yang dibutuhkan oleh manusia untuk
bergerak dalam bentuk energi kinetik dan tambahan-tambahan dalam melakukan
proses fotosintesis yang membutuhkan energi dari sinar matahari. Contohnya,
dapat mempelajari energi listrik, mempelajari kalor/panas, mempelajari perubahan
energi pada suatu alat/mesin.
2) Dapat mempelajari suatu sistem atau bagian alam semesta yang menjadi objek
penelitian serta lingkungan atau bagian alam semesta yang berinteraksi dengan
satu sistem.
Sedangkan manfaat negatif dari termokimia, yaitu: Semakin mempelajari energi
dalam skala yang lebih besar, dapat menjadikan sumber kehancuran dunia. Contohnya
mempelajari energi nuklir.
VI. CARA KERJA
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
K=q3
∆TJoule/K
25 mL H2O
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur
dicatat temperaturnya ( T1 )
dipanaskan dalam gelas kimia sampai kenaikan suhu ± 10° C dari suhu kamar
dicatat temperaturnya ( T2 )
K
25 mL H2O
dicampur di kalorimeter dikocok dan dicatat temperaturnya ( ∆ T ) dihitung tetapan kalorimeter ( K )
2. Penentuan Kalor Reaksi Zn – CuSO4
∆ Hr=q6
0,0038Joule/mol
3. Penentuan Kalor Penetralan HCl – NaOH
∆ Hn=q9
0,0125Joule/mol
diatur temperaturnya sehingga temperatur HCl = temperatur NaOH
dicatat temperaturnya ( T5 )
dimasukkan ke dalam kalorimeter dicatat temperaturnya ( T5 )
25 mL CuSO4 1M
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur
dicatat temperaturnya ( T3 )
Serbuk Zn
dicatat temperatur maximum yang konstan ( T4 ) dihitung kalor reaksi yang terukur ( ∆ Hr )
ditimbang seberat 0,25 gram dimasukkan dalam kalorimeter
yang telah berisi CuSO4
ZnSO4 + Cu dan ∆ Hr
25 mL HCl 1M 25 mL NaOH 1M
dicampur di kalorimeter dikocok dan dicatat temperaturnya ( T6 ) dihitung kalor penetralan yang terukur ( ∆ Hn)
NaCl + H2O dan ∆ Hn
VII. HASIL PENGAMATAN
Prosedur PercobaanHasil
PengamatanDugaan / Reaksi
Kesimpulan
1. Penentuan tetapan kalorimeter
2. Penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4
T1 = 30℃T2 = 45℃Tcamp = 37℃Q1 = m.c.∆ T = 735 JouleQ2 = m.c.∆ T = 840 JouleQ3 = 105 JouleK = 10,5 J/K
T3 = 30℃Zn = 0,25 gramT4 = 31℃CuSO4 (aq) + Zn(s)
Cu(s) + ZnSO4 (aq)
Ada endapan coklatWarna asli CuSO4 adalah biru∆ Hr = 3355,5
J/mol
T5 = 31℃
H2O dingin + H2O panas dapat menghasilkan tetapan kalorimeter
CuSO4 (aq) + Zn(s) Cu(s) + ZnSO4 (aq)
Menghasilkan kalor reaksi
Dua larutan yang dicampur (dalam kalorimeter) akan menghasilkan suhu akhir yang berbeda dari suhu asli kedua larutan
Reaksi berlangsung secara endoterm (∆ Hr bernilai positif)
25 mL
H2O
25 mL
H2O dimasukkan
ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur
dicatat temperaturnya ( T1 )
dipanaskan dalam gelas kimia sampai kenaikan suhu
± 10° C dari
suhu kamar dicatat
temperaturnya ( T2 )
dicampur di kalorimeter dikocok dan dicatat
temperaturnya ( Tcamp )
dihitung tetapan kalorimeter ( K )
K
25 mL CuSO4 0,5M
Serbuk Zn
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur
dicatat temperaturnya ( T3 )
ditimbang seberat 0,25 gram
dimasukkan dalam kalorimeter yang telah berisi CuSO4
dicatat temperatur maximum yang konstan ( T4 )
dihitung kalor reaksi yang
terukur (∆ Hr )
ZnSO4 + Cu dan ∆ Hr
(endapan coklat)
3. Penentuan Kalor Penetralan HCl – NaOH
TNaOH = 31℃T6 = 32℃∆ Hn = 16042,8
J/mol
HCl (aq) + NaOH (aq)
NaCl (aq) + H2O (l) menghasilkan kalor penetralan
Reaksi berlangsung secara endoterm (∆ Hn bernilai positif)
VIII. ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil pengamatan percobaan pertama suhu awal 25 mL H2O
dalam kalorimeter (T1) yaitu 30℃, sedangkan 25 mL H2O (T2) yang dipanaskan
memiliki suhu 45℃, suhu campuran (Tcamp) antara kedua air tersebut adalah 37℃.
Setelah diketahui suhu-suhu tersebut maka didapatkan T1 lebih kecil dari Tcamp,
sedangkan Tcamp lebih kecil dari T2 [T1 < Tcamp < T2]. Dari perhitungan diperoleh tetapan
kalorimeter (K) = 10,5 J/K dengan menggunakan rumus:
K=q3
∆TJoule/K
Kemudian dari data hasil pengamatan percobaan kedua suhu awal 25 mL CuSO4
0,2 M dalam kalorimeter (T3) yaitu 30℃, setelah ditambahkan 0,25 gram serbuk Zn
maka terjadi perubahan suhu menjadi 32℃. Setelah dicampurkan terdapat endapan Cu
berwarna coklat kehitaman. Dari perhitungan diperoleh kalor reaksi (∆ Hr) sebesar =
3355,5 J/mol dengan menggunakan rumus : ∆ Hr=q6
0,0038Joule/mol
25 mL HCl 0,5M
25 mL NaOH 0,5M
dimasukkan ke dalam kalorimeter
dicatat temperatur-nya ( T5 )
diatur temperaturnya sehingga temperatur HCl= temperatur NaOH
dicatat temperaturnya ( T5 )
dicampur di kalorimeter dikocok dan dicatat
temperaturnya ( T6 ) dihitung kalor penetralan
yang terukur ( ∆ Hn)
NaCl + H2O dan ∆ Hn
Reaksi : Zn (s) + CuSO4 (aq) ZnSO4 (aq) + Cu (s)
Dari data hasil pengamatan percobaan ketiga, suhu awal 25 mL HCl 0,5 M
dalam kalorimeter (T5) adalah 31℃, sedangkan suhu awal pada 25 mL NaOH 0,5 M
diatur sehingga suhunya sama dengan suhu awal pada HCl. Kemudian kedua larutan
tersebut dicampur dan suhu campuran dari kedua larutan tersebut adalah 32℃. Dari
perhitungan diperoleh kalor penetralan (∆ Hn) = 16042,8 J/mol dengan menggunakan
rumus :
∆ Hn=q9
0,0125Joule/mol
Reaksi : HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
IX. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil pengamatan percobaan pertama T1 yaitu 30℃, T2 =
45℃, dan Tcamp 37℃. Suhu campuran tersebut terjadi karena suhu air panas (45℃¿
dilepas dan diserap oleh air (30℃) sehingga terjadi kesetimbangan suhu antara kedua
larutan. Kemudian didapatkan hubungan antarsuhu yaitu T1 < Tcamp < T2. Suhu-suhu
tersebut merupakan salah satu faktor untuk menentukan harga tetapan kalorimeter. Dan
dari perhitungan diperoleh tetapan kalorimeter (K) = 10,5 J/K.
Data hasil pengamatan percobaan kedua menunjukkan T3 yaitu 31℃ dan T4=
32℃. Campuran larutan CuSO4 dan serbuk Zn dalam kalorimeter menghasilkan
endapan Cu berwarna coklat kehitaman. Penambahan serbuk Zn dalam kalorimeter
bertujuan untuk mengetahui adanya endapan dan untuk mengetahui kalor reaksi yang
terukur. Dari perhitungan diperoleh kalor reaksi (∆ Hr) sebesar = 3355,5 J/mol. Nilai
∆ Hr yang positif ini menunjukkan bahwa rekasi berlangsung secara endoterm.
Kemudian pada percobaan ketiga, suhu HCl 0,5M (T5) adalah 31℃ dan suhu
awal NaOH 0,5 M yang diatur sehingga suhunya sama dengan suhu awal HCl bertujuan
untuk mengetahui terjadinya perpindahan kalor (eksoterm / endoterm ) sehingga suhu
dari asam kuat dan basa kuat tersebut harus sama, jika suhunya berbeda maka
perpindahan kalor tersebut sulit untuk ditentukan. Ketika kedua larutan tersebut
dicampur, suhu campuran naik sebesar 32℃. Dan dari perhitungan diperoleh kalor
penetralan (∆ Hn) = 16042,8 J/mol (reaksi endoterm).
X. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
(1) T1 lebih kecil dari Tcamp, sedangkan Tcamp lebih kecil dari T2 [T1 < ∆T < T2] dengan
tetapan kalorimeter (K) = 10,5 J/K
(2) Penambahan Zn pada larutan CuSO4 akan mengakibatkan kenaikan suhu
(pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan atau reaksi eksoterm) dan timbulnya
endapan coklat kehitaman Cu dengan kalor reaksi (∆ Hr) sebesar = 3355,5 J/mol.
Harga ∆ Hr positif menunjukkan reaksi endoterm.
(3) Pencampuran larutan HCl dan NaOH pada suhu yang sama akan menyebabkan
kenaikan suhu (eksoterm) dengan kalor penetralan (∆ Hn) = 16042,8 J/mol.
Harga ∆ Hn positif menunjukkan reaksi endoterm.
DAFTAR PUSTAKA
Dhanh. 2011. Termokimia. http://dhahnd371.wordpress.com/2011/12/15/termokimia/
diakses tanggal 21 Oktober 2012.
Purba, Michael. 2006. KIMIA. Jakarta : Erlangga.
Syukri,S.1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.
Tim Kimia Dasar. 2012. Panduan Praktikum Kimia Dasar 1. Surabaya : UNESA.
Tim Yahoo. 2012. Apa Sajakah Manfaat Termokimia Pada Kehidupan Sehari-hari?.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120205223553AAZHyyj,
diakses tanggal 28 Oktober 2012.
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II