terjemahan jurnal

23
Evaluasi Lidah-, Rahang-, dan Penelanan-Hubungan Koordinasi Otot Selama Melakukan Penelanan Secara Voluntary (Evaluation of Tongue-, Jaw-, and Swallowing-Related Muscle Coordination During Voluntarily Triggered Swallowing) Takahiro Ono, DDS, PhD a /Hisayuki Iwata, DDS, PhD b /Kazuhiro Hori, DDS, PhD c / Kenichi Tamine, DDS, PhD d /Jugo Kondoh, DDS e /Sato Hamanaka, DDS e / Yoshinobu Maeda, DDS, PhD f Tujuan: Perawatan pada pasien disfagia dapat menghalangi hasil perawatan yang menguntungkan sebagaimana mestinya pada fungsi oral dan faringeal yang tidak terkoordinir atau tidak harmonis. Karena perawatan yang optimal memerlukan pemahaman penuh dari mekanisme penelanan orofaringeal. Studi ini mencoba untuk menggambarkan pola temporal normal dari hubungan lidah, rahang, dan penelanan-koordinasi otot selama melakukan penelanan voluntary pada pasien yang sehat. Material dan metode: Tekanan lidah terhadap palatum keras pada tujuh titik pengukuran, bunyi penelanan, dan permukaan aktifitas elektromiografi (EMG) dari masseter, 1

Upload: jusni-shara

Post on 05-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: terjemahan jurnal

Evaluasi Lidah-, Rahang-, dan Penelanan-Hubungan Koordinasi

Otot Selama Melakukan Penelanan Secara Voluntary

(Evaluation of Tongue-, Jaw-, and Swallowing-Related Muscle Coordination

During Voluntarily Triggered Swallowing)

Takahiro Ono, DDS, PhDa/Hisayuki Iwata, DDS, PhDb/Kazuhiro Hori, DDS, PhDc/

Kenichi Tamine, DDS, PhDd/Jugo Kondoh, DDSe/Sato Hamanaka, DDSe/

Yoshinobu Maeda, DDS, PhDf

Tujuan: Perawatan pada pasien disfagia dapat menghalangi hasil perawatan yang

menguntungkan sebagaimana mestinya pada fungsi oral dan faringeal yang tidak

terkoordinir atau tidak harmonis. Karena perawatan yang optimal memerlukan

pemahaman penuh dari mekanisme penelanan orofaringeal. Studi ini mencoba untuk

menggambarkan pola temporal normal dari hubungan lidah, rahang, dan penelanan-

koordinasi otot selama melakukan penelanan voluntary pada pasien yang sehat.

Material dan metode: Tekanan lidah terhadap palatum keras pada tujuh titik

pengukuran, bunyi penelanan, dan permukaan aktifitas elektromiografi (EMG) dari

masseter, digastrik anterior, dan otot infrahyoid selama melakukan penelanan secara

sengaja dicatat pada tujuh sukarelawan laki-laki yang sehat. Kurang lebih onset dan

offset dari parameter ini dianalisa dengan berulang-ulang pengukuran analisis two-

way dari varians.

Hasil: Onset dari aktifitas otot digastrik anterior terjadi pertama dan lebih cepat

secara signifikan daripada onset dari otot masseter atau otot infrahyoid dan tekanan

lidah. Offset dari aktifitas masseter hampir bersamaan dengan bunyi penelanan dan

lebih cepat secara signifikan dibandingkan dengan offset dari otot digastrik anterior

dan otot infrahyoid dan juga dengan tekanan lidah. Gelombang EMG dari otot

digastrik anterior berjalan terus hingga offset dari tekanan lidah, diikuti oleh offset

dari aktifitas otot infrahyoid.

Kesimpulan: Pola koordinasi temporal dari lidah, rahang, dan otot-otot orofaringeal

selama melakukan penelanan secara voluntary tampak sesuai dengan pengetahuan

1

Page 2: terjemahan jurnal

managemen yang tepat dari suatu bolus dan memberikan kriteria untuk mengevaluasi

fungsi dari penekanan orofaringeal. Int J Prosthodont 2009; 22: 493-498.

Pertumbuhan yang tinggi dari populasi manula dalam 20 abad baru-baru ini

mengakibatkan penambahan jumlah dari orang-orang yang sudah lanjut usia yang

kehilangan kemampuan untuk memberi makanan untuk diri mereka sendiri. Akibat

permasalahan ini dari hubungan penyakit-umur seperti kecelakaan serebrovaskular

dan penyakit sensori-motor berhubungan dengan penyakit neurologik. Disfagia dalam

pasien sedemikian dapat menyebabkan pneumonia yang dapat mengancam hidup

seperti penurunan aktifitas mata pencarian sehari-hari dan kualitas hidup. Dokter gigi

akan mulai untuk merawat pasien yang lama mengalami disfagia lebih sering dan

harus memiliki pilihan perawatan optimal berdasarkan pada pemahaman penuh dari

fungsi penelanan. Walaupun suatu evaluasi observatorium kuantitatif dari disfagia

menggunakan videofluoragrafi tersebar luas dalam lahan medis, suatu evaluasi

kuantitatif dan nonivasif dari seluruh rangkaian dari proses penelanan orofaringeal

tetap ditegakkan.

Penelanan dapat dimulai secara sadar dan tidak sadar. Walaupun tingkat

prefaringeal dari penelanan dikontrol secara voluntary dalam aba-aba menelan,

tingkatan faringeal dan esofangeal dikontrol secara refleks. Banyak otot dalam region

orofaringeal dikoordinasi secara rangkaian oleh medulla oblongata, sekalipun

aktifitas otot dimulai secara sengaja. Elektromiografi (EMG) dan metode sensing

lainnya digunakan untuk memeriksa mekanisme patologik dari disfagia pada

penderita yang mengalami strok, myasthenia gravis, amyotrophic lateral sclerosis,

dan penyakit Parkinson. Bagaimanapun, metode ini fokus sebagian besar pada elevasi

laringeal dan pembukaan orofaringeal selama refleks penelanan. Sekalipun lidah

menempatkan suatu rangkaian peranan penting selama mastikasi dan penelanan (food

comminution, pembentukan bolus, pengangkutan bolus, dan pembangkitan tekanan

penelanan), studi sebelumnya pada koordinasi dari pergerakan lidah dan aktifitas otot

orofaringeal dibatasi pada sebagian besar eksperimen hewan dan studi manusia terus

2

Page 3: terjemahan jurnal

mengamati penggunaan videofluorografi. Keterbatasan ini mungkin menyebabkan

kesulitan merekam EMG dari lidah atau pengukuran pergerakan lidah secara

kuantitatif karena kekurangan protokol atau perlengkapan yang adekuat.

Gambar 1a Susunan dan instrumentasi penelitian

Gambar 1b (kanan) Lokasi otot masseter, digastrik anterior, infrahyoid dari electron EMG pada

subjek yang dalam kondisi sehat dengan penelitian plat palatal yang menggunakan tujuh sensor

tekanan pada maksilla dan mikrofon samping cartilage cricoid

Baru-baru ini, kemajuan teknologi membuatnya mungkin untuk mengevaluasi

aktifitas lidah melalui hasil dari tekanan lidah terhadap palatum keras dengan

penggunaan sensor tekanan yang dipasang di plat palatal atau gigi tiruan rahang atas.

Sebelumnya para penulis menggambarkan pola normal dari hasil tekanan lidah pada

tujuh titik pengukuran pada palatum keras selama menelan air, dan menguraikan pola

koordinasi antara pergerakan lidah dan rahang selama mastikasi dan menelan

makanan padat. Berdasarkan pada hasil ini, studi sekarang ini mencoba untuk

menjelaskan pola temporal normal dari koordinasi antara hasil tekanan lidah dan

rahang dan hubungan aktifitas otot-penelanan selama melakukan penelanan secara

sengaja untuk memperkuat kriteria kuantitatif untuk evaluasi fungsi penelanan

orofaringeal. Demikian dasar informasi yang dapat kemudian dibandingkan dengan

data evaluasi yang serupa pada pasien tua dan dengan status fungsional yang berbeda.

3

Page 4: terjemahan jurnal

Material dan Metode

Subjek

Tujuh pria yang sehat (mean usia: 28,1 tahun) tanpa riwayat kelainan dalam

mastikasi atau penelanan, adanya abnormalitas oklusal, atau riwayat perawatan

ortodontik atau adanya kelainan temporomandibular dalam studi ini. Informed

consent tertulis diperoleh dari setiap objek setelah diberi keterangan tujuan dan

metodologi dari studi ini, yang mendapat persetujuan dari komite atik di Osaka

University Graduate School of Dentistry, Osaka, Jepang.

Prosedur dan Sistem Pengukuran

Para penulis menggunakan teknik plat palatal yang telah dikembangkan

sebelumnya dengan tujuh sensor tekanan untuk mengukur tekanan lidah selama

mastikasi dan penelanan, yang juga menyediakan untuk rekaman bersama dari

aktifitas otot dan bunyi penelanan menggunakan EMG dan mikrofon, secara berurut-

urut (gambar 1a dan 1b). Tekanan lidah terhadap palatum keras diukur dengan

menggunakan tujuh sensor tekanan berbentuk cakram 9 berdiameter 66 mm; tebal 0,6

mm; PS-2KA, Kyowa Electric Instruments) dipasang di suatu plat palatal yang

terbuat dari resin akrilik (tebal 1,2 mm). Lokasi sensor dalam hubungan pada struktur

oral diperlihatkan pada gambar 2a dan 2b. Beberapa kabel dari setiap sensor dilalui

suatu vinyl tube (berdiameter 1 mm) untuk keluar dari rongga mulut melalui sensor

interfase (PCD-300A, Kyowa Electric Instriments).

Diantara banyak otot yang terlibat dalam penelanan, otot-otot submental dan

infrahyoid memperbesar kedudukan tulang hyoid dan laring, dan otot-otot penutup

rahang memperbesar untuk membawa rahang ke posisi menelang. Dalam studi

sekarang ini, aktifitas EMG ditangkap pada tiga permukaan tempat penempatan

elektroda: otot-otot masseter, otot digastrik enterior mewakili otot-otot infrahyoid.

Permukaan beberapa elektroda (elektroda yang berbeda 19,5 mm; Duo-Trode, Myo-

Tronics) dipakai pada perut setiap otot pada sisi kiri, karena tidak ada perbedaan sisi

4

Page 5: terjemahan jurnal

ke sisi di temukan pada EMG dari otot-otot yang terlibat dalam penelanan pada

subjek yang sehat. Data EMG diperkuat dengan menggunakan suatu penguat (BA-

1008, TE) dan kemudian terekampada suatu komputer personal melalui sensor

interfase (PCD-320A, Kyowa Elecytic Instruments). Untuk menemukan pemilihan

waktu dari pembukaan jalan masuk esofageal, bunyi penelanan ditangkap oleh suatu

mikrofon (JM-0116, Ono Sokki) yang menempati 10 mm di samping kartilago

cricoid dan direkam pada suatu komputer personal melalui suatu sensor interfase.

Data digabungkan pada komputer personal dan berbeda-beda dalam urutan dari onset

dan offset dari tekanan lidah dan aktifitas otot-otot, dan juga tanda untuk menelan dan

bunyi penelanan, dianalisa secara statistik.

Gambar 2a dan 2b Lokasi dari sensor tekanan pada suatu plat terkonstruksi. Sensor 1: 5 mm posterior

terhadap papilla insisivus, sensor 2: satu-tiga dari arah anterior antara papilla insisivus dan edge

posterior dari palatum, sensor 3: satu-tiga dari arah posterior antara papilla insisivus dan edge posterior

dari palatum, sensor 4: satu-tiga dari arah anterior antara papilla insisivus dan hamular notch pada sisi

kiri, sensor 5: satu-tiga dari arah posterior antara papilla insisivus dan hamular notch pada sisi kiri,

sensor 6: satu-tiga dari arah anterior antara papilla insisivus dan hamular notch pada sisi kanan, sensor

7: satu-tiga dari arah posterior antara papilla insisivus dan hamular notch pada sisi kanan.

5

Page 6: terjemahan jurnal

Dua bentuk serupa plat palatal dibuat untuk setiap subjek, satu dipakai selama

seminggu sebelum eksperimen untuk adaptasi dan yang lain untuk dilengkapi dengan

sensor tekanan untuk memperoleh data eksperimental. Semua eksperimen dilakukan

dalam suatu ruang tertutup dengan kunjungan subjek dalam posisi tegak lurus. Kepala

subjek dijaga terus menerus dengan sandaran kepala dari kursi agar Frankfort plane

paralel terhadap lantai. Perekaman dimulai ketika subjek diberikan tanda untuk

menelan 15 ml air yang diperoleh di dalam mulut selama waktu periode singkat. Ini

dilakukan tiga kali per hari selama 3 hari.

Gambar 3 Suatu rekaman yang mencerminkan tekanan lidah pada sensor 1hingga 7; integrasi EMG

dari masseter, digastrik anterior, dan otot infrahyoid; sinyal untuk menelan; dan bunyi penelanan yang

berasal dari koordinasi dari aktifitas otot lidah dan orofaringeal yang dianalisa

Analisa Statistik

Gambar 3 memperlihatkan contoh dari pola temporal dari hasil tekanan lidah

(sensor 1 menyambung 7); menggabungkan gelombang EMG dari tiap otot dan

6

Page 7: terjemahan jurnal

deteksi bunyi penekanan dianalisa lagi time course dimana waktu onset dari tekanan

lidah pada sensor 1 diatur hingga 0 detik. Waktu onset dari tiap gelombang EMG

merupakan waktu ketika melebihi 2 standar deviasi (SD) dari aktifitas standar; waktu

offset merupakan waktu ketika berada di bawah 2 SD. Untuk menguji perbedaan pada

golongan waktu onset dan offset antara tekanan lidah pada sensor 1, gelombang EMG

dari tiap otot, dan waktu deteksi dari bunyi penelanan, keseragaman dari varians

ditentukan menggunakan Bartlett test. Bilamana varians seragam ditemukan,

perbedaan signifikan ditentukan dengan pengukuran analisa two-ways dari varians

dan uji perbandingan dilakukan dengan menggunakan Tukey test. Analisa statistik

disempurnakan dengan menggunakan SPSS 12,0 oleh windows dan nilai P,0,005

ditentukan secara statistik yang signifikan.

Tabel 1 Waktu onset dan offset (Mean ± SD) dari tekanan lidah pada sensor 1 hingga

7; aktifitas EMG dari otot masseter, digastrik anterior, dan infrahyoid; Deteksi waktu

dari sinyal untuk menelan dan bunyi selama penelanan.

Hasil

Tabel 1 memperlihatkan mean dan SD dari waktu onset dan offset dari

tekanan lidah pada setiap sensor, gelombang EMG dari setiap otot, dan deteksi bunyi

7

Page 8: terjemahan jurnal

penelanan. Tekanan lidah pada sensor 1 dibangkitkan 0,84 0,29 detik setelah diberi

tanda untuk menelan, kemudian pada sensor 6, 4, 2, 7, 5 dan terakhir pada sensor 3.

Waktu offset dari tekanan lidah tidak berbeda secara signifikan antara berbagai

sensor. Diantara 3 sensor dipasang pada garis median dari plat palatal, tekanan lidah

pada sensor 1 dibangkitkan secara signifikan lebih awal dibandingkan sensor 3.

Urutan hasil tekanan lidah ini dalam tahap awal melakukan penelanan secara sengaja

mengindikasikan kontak lidah yang signifikan secara berurutan dari anterior ke

posterior dengan palatum keras untuk memindahkan bolus dalam faring. Demikian,

para penulis menetapkan time course dimana waktu onset dari tekanan lidah pada

sensor 1 diatur ke 0 detik untuk mengevaluasi koordinasi myofungsional selama

seluruh urutan penelanan air. Gelombang EMG dibangkitkan pada -0,31 0,16 detik

dan berhenti pada 0,92 0,12 detik di dalam otot digastrik anterior, dibangkitkan

pada -0,15 0,11 detik dan berhenti pada 0,42 0,13 detik di dalam masseter, dan

dibangkitkan pada -0,05 0,19 detik dan berhenti pada 1,03 0,14 detik di dalam otot

infrahyoid. Bunyi penelanan ditemukan pada 0,41 0,12 detik berikut tanda untuk

menelan.

8

Page 9: terjemahan jurnal

Gambar 4 Koordinasi dari tekanan lidah yang dihasilkan pada sensor 1; aktifitas dari otot masseter,

digastrik anterior, dan infrahyois; dan bunyi selama penelanan. Onset dari tekanan lidah pada sensor 1

diatur hingga 0 detik. ∆=sinyal untuk menelan, ▲=bunyi penelanan, ●=onset, ■=offset, dan*=P< 0,05.

Gambar 4 memperlihatkan rangkaian untuk tekanan lidah pada sensor 1,

gelombang EMG dari tiap otot, bunyi penelanan di antara otot-otot. Waktu onset dari

otot digastrik anterior secara signifikan lebih awal dibandingkan otot masseter dan

infrahyoid dan juga pada tekanan lidah pada sensor 1 (P<0,05). Waktu onset otot

masseter secara signifikan lebih awal dibandingkan waktu onset dari tekanan lidah

pada sensor 1 (P<0,05). Waktu offset dari otot masseter hampir bersamaan dengan

bunyi penelanan, dan secara signifikan lebih awal dibandingkan waktu offset dari

tekanan lidah pada sensor 1 dan otot digastrik anterior dan otot infrahyoid (P<0,05).

Walaupun tidak ada perbedaan ditemukan antara waktu offset dari tekanan lidah pada

sensor 1 dan otot digastrik anterior, waktu offset otot infrahyoid secara signifikan

lebih lambat dibandingkan waktu offset dari tekanan lidah pada sensor 1, otot

masseter dan otot digastrik anterior, dan bunyi penelanan (P<0,05).

Diskusi

Studi ini menggambarkan koordinasi temporal yang jelas dari hubungan lidah,

rahang dan penelanan terhadap otot-otot selama seluruh rangkaian dari melakukan

penelanan secara sengaja. Walaupun koordinasi elektrofisiologik dari otot-otot

orofaringeal sangat variabel, cenderung signifikan secara statistik dapat diidentifikasi

dalam suatu jumlah kecil dari subjek dengan menggunakan kriteria yang tepat untuk

pemilihan subjek dan desain dari sistem pengukuran dan tugas. Rekaman dari tekanan

lidah di bawah mendekati-kondisi yang alami memungkinkan karena ketelitian yang

tinggi secara keseluruhan dalam perbuatan setiap plat platal eksperimental subjek dari

suatu desain yang standar, dan juga penggunaan dari periode adaptasi sebelum

eksperimen.

9

Page 10: terjemahan jurnal

Di sisi lain, pertimbangan harga dan waktu untuk pembuatan tipe plat palatal

eksperimental ini tidak memungkinkan untuk mengikutkan subjek penelitian dalam

jumlah yang besar. Walaupun suatu sistem lapisan sensor dikembangkan sebagai

alternatif untuk eksperimental plat palatal ini, plat digunakan dalam studi ini karena

pentingnya menentukan suatu pendekatan yang standar untuk setiap subjek. Urutan

rangkaian dari aktivasi otot, yang mungkin menjadi lebih dapat dipercaya

dibandingkan analisis dari amplitudo dari tiap otot dengan keterbatasan dalam EMG

permukaan, yang dianalisa. Keuntungan yang diberikan dalam penemuan gambaran

fisiologi orofaringeal pada saat menelan.

Onset dari tekanan lidah pada sensor 1 dapat diinterpretasikan sebagai

permulaan dari transformasi bolus dari rongga mulut ke dalam faring berdasarkan

studi ini di biomekanik dari penelanan orofaringeal dengan menggunakan

manofluorografi. Pemilihan waktu yang akurat dan cukup intensif dari aktifitas EMG

dari otot digastrik anterior kritis untuk elevasi dari laring selama penelanan. Onset

dari gelombang EMG dari otot infrahyoid dan tekanan lidah pada sensor 1. Ini sesuai

dengan penemuan ultrasonografi oleh Stone dan Shawker, bahwa elevasi dari tulang

hyoid mulai sebelum dorsum lidah berkontak dengan palatum menelan. Aktifasi yang

cepat dari otot digastrik anterior dapat memberikan stabilisasi dari kontak antara lidah

dan palatum selama memindahkan bolus.

Onset dari gelombang EMG dari otot masseter lebih lambat secara signifikan

dibandingkan onset dari otot digastrik anterior tetapi juga lebih awal secara signifikan

dibandingkan onset dari tekanan lidah pada sensor 1, memberi kesan bahwa rahang

cenderung dalam keadaan oklusi sebelum memulai transportasi bolus dari rongga

mulut ke faring. Furuya menemukan urutan yang sama dalam onset dari otot digastrik

anterior dan otot masseter diperlambat ketika sandaran oklusal tidak ada. Oleh karena

itu, ini terlihat sebagai penemuan yang baru dari urutan rangkaian dari aktifitas otot

digastrik anterior dan otot masseter dan onset dari tekanan lidah dalam tahap awal

dari melakukan penelanan secara voluntary (dari onset otot digastrik anterior ke onset

dari tekanan lidah, gambar 4) menyediakan data penting untuk mencegah bolus dari

10

Page 11: terjemahan jurnal

jangkauan laring dan posisi rahang harus distabilkan dalam urutan untuk

membangkitkan dan mempertahankan tekanan lidah terhadap palatum. Observasi ini

juga menganjurkan kemungkinan pentingnya suatu restorasi prostetik untuk sandaran

oklusal.

Peristiwa berikut dalam tahap pertengahan dari melakukan menelan secara

sengaja terjadi demikian offset dari gelombang EMG dari otot masseter lebih cepat

secara signifikan dibandingkan bahwa otot digastrik anterior dan otot infrahyoid dan

dicatat hampir bersamaan dengan bunyi penelanan (gambar 4). Penemuan ini

menganjurkan bahwa aktivasi dari otot masseter untuk memberikan kedudukan

rahang dalam oklusi dihentikan ketika bolus sudah melalui pintu masuk dari

esofagus. Ini dapat ditegaskan berdasarkan pada asumsi bahwa bunyi penelanan

mencerminkan perjalanan bolus di dalam esofagus. Karena di sana merupakan

kemungkinan bahwa bunyi penelanan mencerminkan peristiwa lain, seperti

pembukaan dari saluran eustasian, kemajuan dari analisa akustik dari bunyi penelanan

direkomendasikan.

Dalam tahap akhir dari melakukan penelanan secara voluntary (dari offset

aktifitas otot masseter hingga offset aktifitas otot infrahyoid, gambar 4), waktu offset

dari tekanan lidah lebih lambat secara signifikan dibandingkan lintasan hipofaringeal

dari bolus dan hampir bersamaan dengan waktu offset otot digastrik anterior, yang

diikuti oleh offset otot infrahyoid. Urutan rangkaian ini dapat memberikan elevasi

lanjutan dari laring dan mempertahankan tekanan penelanan dengan tetap menjaga

lidah dalam kontak dengan palatum hingga bolus memasuki esofagus. Ini dilaporkan

bahwa onset dari gelombang EMG dari otot infrahyoid, yang memberikan kestabilan

dari tulang hyoid dan turun menuju laring, mencerminkan permulaan fase faringeal

dari penelanan dan offsetnya mencerminkan akhir dari penelanan. Bersamaan

aktifitas EMG dari otot digastrik anterior dan otot infrahyoid juga direkam, sekalipun

onset dan offset dari otot infrahyoid lebih lambat secara signifikan dibandingkan

dengan otot digastrik anterior, yang menganjurkan bahwa dua otot ini dapat berperan

dalam kompetisi dengan satu dengan yang lain.

11

Page 12: terjemahan jurnal

Kesimpulan

Pola koordinasi temporal dari lidah dan otot orofaringeal selama melakukan

penelanan secara voluntary sebagai klasifikasi dalam studi ini terlihat pada

persetujuan yang baik penetapan managemen yang aman dari bolus. Penemuan ini

dapat digunakan dalam pengembangan kriteria untuk mengevaluasi fungsi penelanan

orofaringeal. Akan tetapi, juga harus dibandingkan dengan penetapan ini untuk

subjek yang lebih tua dalam studi selanjutnya.

Telaah Artikel

1. Penelitian dalam artikel ini menggunakan semua subjek laki-laki, tetapi dalam

artikel ini malah memperlihatkan gambar perempuan sebagai subjek.

2. Istilah “proses penelanan” mencakup empat tahap penelanan, dari mempersiapkan

bolus di dalam rongga mulut, masuknya bolus dari mulut ke faring, berjalan

melintasi faring, dan akhirnya turun melalui sfingter faring ke esophagus. Fungsi

ini dimulai secara volunteer, melalui bolus yang ditempatkan pada lidah ketika

ujung lidah ditopang oleh permukaan lingual gigi insisivus dan permukaan

anterior palatum keras. Tahap kedua juga berlangsung di bawah kontrol volunteer

dan terdiri atas mengoklusikan gigi-gigi ke oklusi interkuspa, diikuti dengan

kontraksi dari otot pada ujung lidah. Ketiga, stabilitas diperoleh melalui kontraksi

ini dan oleh mandibula pada posisi interkuspa yang memungkinkan gelombang

12

Page 13: terjemahan jurnal

kontraksi otot pada lidah berlangsung secara refleks dan mendorong bolus ke

faring. Akhirnya, gerak selanjutnya dan masuknya aliran bolus ke dalam

esophagus berangsung secara refleks dan fenomena peristaltik mulai bekerja. Ini

akan berlangsung terus sampai makanan mencapai lambung.1

3. Posisi mandibula pada saat memulai penelanan digunakan sebagai petunjuk untuk

dimensi vertikal dari oklusi. Teorinya bahwa gigi-gigi secara bersamaan

berkontak ringan pada saat mulai melakukan penelanan.2

4. Otot masseter merupakan otot mastikasi1 sebagai otot penutup rahang1,3. Fungsi

otot digastrik anterior dalam penelanan adalah membuka mulut, mengangkat

khususnya mengokohkan tulang lidah; menopang otot mylohyoideus, dimana otot

mylohyoideus berfungsi mengangkat dasar mulut dan lidah di saat menelan,

menurunkan rahang bawah, mengangkat tulang lidah. Fungsi otot infrahyoid

dalam penelanan adalah mengokohkan tulang lidah, menarikkan ke arah kaudal

(tenggorokan, laring, juga ke arah kranial), berlaku sebagai otot pembantu di saat

menelan (mengangkat tenggorokan, laring).3

5. Artifisial palatal merupakan alat yang paling sering digunakan untuk analisa

kuantitatif dari dasar pola pergerakan lidah pada saat mastikasi dan penelanan

secara natural karena memiliki sensor standardisasi yang tepat dan tidak

mengganggu kontak oklusal.4 Sensor tekanan elektrik dipasang pada palatal

artifisial dapat memberikan informasi pada saat terjadi kontak antara lidah dan

palatum keras.5 Bagaimanapun, sistem ini memiliki beberapa kekurangan.

Kekurangan itu adalah kesulitan untuk menggunakannya dalam praktik klinis

karena produksinya yang meliputi teknik yang sangat maju dan mahal. Plat

palatal agak tebal, jadi periode adaptasi dibutuhkan untuk menanggulangi rasa

tidak nyaman dalam pemakaiannya.4

6. Pengukuran dari tekanan lidah yang dihasilkan dengan menggunakan tipe dari

plat artifisial ini dengan sensor tekanan memperoleh analisis dari pola koordinasi

temporal antara aktifitas dari rahang dan otot orofaringeal, dan lintasan bolus

13

Page 14: terjemahan jurnal

selama melakukan penelanan secara voluntary tampaknya sesuai dengan

pengetahuan managemen bolus yang tepat.4

Daftar Pustaka

1. Thomson H. Fungsi system mastikasi. In: Narlan Sumawinata, editor. Oklusi.

2th ed. Jakarta: EGC; 2007. pp. 118-120.

2. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Meriska R.

Biological and clinical consideration in making jaw relation records.

Prosthodontic treatment for edentulous patients: complete dentures and

implant-supported prostheses. USA: Mosby; 1997.pp.280.

3. Putz R, Pabst R. Kepala, leher, ekstremitas atas. In: Suyono J. Sobotta atlas

anatomi manusia. 20th ed. Jakarta: EGC; 1997.pp. 69, 138.

4. Ono T, Hori K, Masuda Y, Hayashi T. Resent advances in sensing

oropharingeal swallowing function in japan. Sensors. 2009 December;10:

14

Page 15: terjemahan jurnal

[internet]. Available from: URL:http://www.mdpi.com/journal/sensors. Accessed

Desember 11, 2009.

5. Hori K, Ono T, Nokubi T. Coordination of tongue pressure and jaw

movement in mastikasi. Journal of dental research [serial online] 2004

August;85(2): [internet]. Available from: URL:http://jdr.sagepub.com/.

Accessed October 3, 2005.

15