terbengkelainya harmonisasi wakil rakyat di dpr

22
Makalah DPR Tandingan Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat atau yang lebih kita kenal dengan DPR merupakan lembaga legislatif di Indonesia. Dimana dalam tugasnya yaitu membentuk Undang-Undang. DPR merupakan salah satu lembaga yang menduduki parlemen yang telah diangkat oleh rakyat melalui pileg. Pada tahun 2014 sendiri pileg diadakan pada Hari Rabu tanggal 9 Juli 2014. Setelah 5 tahun sebelumnya parlemen Indonesia diduduki oleh Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II pada masa pemerintahan SBY-Boediono. Dalam pertarungan politik tahun 2014 ini memang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Karena saat penetapan partai peserta pilpres, hanya ada 2 partai yang menjadi kandidat kontestan pilpres 2014. Yaitu Partai Gerindra dan Partai PDIP. Dari kedua partai inilah sama-sama mempunyai pendukung fanatik dan sama kuatnya, sehingga sangat menarik sekali dengan banyaknya berbagai opini dalam meningkatkan rating di media untuk menarik suara dari para konstituen Partai Gerindra yang diketuai oleh Prabowo Subianto, membentuk suatu koalisi yang bernama Koalisi Merah Putih (KMP) dan mempunyai partai dibelakangnya yaitu Golkar, PKS, PPP (sebagian), PAN, dan Demokrat. Sedangkan Partai PDIP yang diketuai oleh Megawati, namun beliau mengusung Jokowi-JKsebagai Pilpres dan Pilwapres 2014. PDIP membentuk Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dalam pertarungan pilpres 2014. Kedua koalisi ini selalu membuat kejutan baru di media massa guna menarik konstituen untuk memenangkan pilpres 2014. Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan akhirnya ketua Mahkamah Konstitusi mengetuk palu dan memutuskan Jokowi-JK sebagai kontestan pemilu 2014. Namun hal ini tidak diimbangi dengan sikap legowo dari KMP. Hingga akhirnya KMP membentuk segala cara guna menguasai parlemen. Dan pada akhirnya KMP berhasil menguasai kursi parlemen dengan menduduki DPR dan MPR di Kabinet Kerja (Kabinet Jokowi-JK). Hingga hal ini membuat KIH tidak terima dengan

Upload: anis-lee-xie

Post on 19-Jul-2015

147 views

Category:

Government & Nonprofit


2 download

TRANSCRIPT

Makalah DPR Tandingan Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewan Perwakilan Rakyat atau yang lebih kita kenal dengan DPR

merupakan lembaga legislatif di Indonesia. Dimana dalam tugasnya yaitu

membentuk Undang-Undang. DPR merupakan salah satu lembaga yang

menduduki parlemen yang telah diangkat oleh rakyat melalui pileg. Pada tahun

2014 sendiri pileg diadakan pada Hari Rabu tanggal 9 Juli 2014. Setelah 5 tahun

sebelumnya parlemen Indonesia diduduki oleh Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II

pada masa pemerintahan SBY-Boediono.

Dalam pertarungan politik tahun 2014 ini memang sangat menarik untuk

dikaji lebih dalam. Karena saat penetapan partai peserta pilpres, hanya ada 2

partai yang menjadi kandidat kontestan pilpres 2014. Yaitu Partai Gerindra dan

Partai PDIP. Dari kedua partai inilah sama-sama mempunyai pendukung fanatik

dan sama kuatnya, sehingga sangat menarik sekali dengan banyaknya berbagai

opini dalam meningkatkan rating di media untuk menarik suara dari para

konstituen

Partai Gerindra yang diketuai oleh Prabowo Subianto, membentuk suatu

koalisi yang bernama Koalisi Merah Putih (KMP) dan mempunyai partai

dibelakangnya yaitu Golkar, PKS, PPP (sebagian), PAN, dan Demokrat.

Sedangkan Partai PDIP yang diketuai oleh Megawati, namun beliau mengusung

Jokowi-JKsebagai Pilpres dan Pilwapres 2014. PDIP membentuk Koalisi

Indonesia Hebat (KIH) dalam pertarungan pilpres 2014.

Kedua koalisi ini selalu membuat kejutan baru di media massa guna

menarik konstituen untuk memenangkan pilpres 2014. Setelah melalui proses

yang panjang dan melelahkan akhirnya ketua Mahkamah Konstitusi mengetuk

palu dan memutuskan Jokowi-JK sebagai kontestan pemilu 2014. Namun hal ini

tidak diimbangi dengan sikap legowo dari KMP. Hingga akhirnya KMP

membentuk segala cara guna menguasai parlemen. Dan pada akhirnya KMP

berhasil menguasai kursi parlemen dengan menduduki DPR dan MPR di Kabinet

Kerja (Kabinet Jokowi-JK). Hingga hal ini membuat KIH tidak terima dengan

Makalah DPR Tandingan Page 2

adanya penguasaan KIH menduduki kursi parlemen dengan cara membentuk DPR

Tandingan. DPR Tandingan merupakan bentuk rasa kekecewaan dari KIH karena

sebagian besar kursi diparlemen dikuasai oleh KMP sedangkan dalam pilpres

2014 dimenangkan oleh KIH dengan mengusung Jokowi-JK. Dengan logika

seperti ini sudah sepantasnya jika partai yang tergabung dalam KIH perlu

mendapatkan jatah kursi diparlemen, namun hal ini tidak kesampaian hingga

berujung konflik dibirokrasi kita.

DPR Tandingan ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam, karena

negara Indonesia yang kental dengan demokrasinya seperti saat ini masih ada

konflik di tatanan birokrasi. Dengan asumsi seperti itu, maka penulis tertarik

untuk menarik sebuah permasalahan dari DPR Tandingan ini dengan judul

“Terbengkelainya Harmonisasi Wakil Rakyat di DPR”. Karena sebagai wakil

rakyat yang seharusnya bisa mengemban amanah dari rakyat dengan

menunjukkan teladan keharmonisannya, tetapi di sini wakil rakyat tersebut malah

terang-terangan menunjukkan kebobrokannya yang menyebabkan rakyat semakin

kurang percaya dengan kerja wakil rakyat diparlemen.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah yang berjudul “Terbengkelainya Harmonisasi Wakil Rakyat di

DPR” ini mengambil beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1.2.1 Apa yang melatar belakangi KIH membentuk DPR Tandingan?

1.2.2 Bagaimana kronologi konflik DPR Tandingan?

1.2.3 Apa dasar hukum pembentukanDPR Tandingan jika dianalisis

Konstitusionalitas?

1.2.4 Bagimana akhir Drama DPR Tandingan?

1.3 Tujuan

Makalah yang berjudul “Terbengkelainya Harmonisasi Wakil Rakyat di

DPR” ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1.3.1 Menganalisis latar belakangi KIH membentuk DPR Tandingan

1.3.2 Memahami bagaimana kronologi konflik DPR Tandingan

1.3.3 Menganalisis dasar hukum antara DPR Tandingan dengan Konstitusionalitas

1.3.4 Menelaah bagaimana akhir Drama DPR Tandingan

Makalah DPR Tandingan Page 3

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan penulisan makalah yang berjudul “Terbengkelainya Harmonisasi

Wakil Rakyat di DPR” ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kekritisan

para pembaca dalam menyikapi kinerja dari wakil rakyat diparlemen

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penulisan makalah ini yaitu diharapkan para pembaca

bisa menjadi teldan yang baik untuk rakyat jika suatu hari bisa megemban amanah

rakyat dan duduk dikursi parlemen. Karena saat ini mahal sekali untuk

menunjukkan kinerja wakil rakyat yang baim dan jujur.

Makalah DPR Tandingan Page 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 DPR

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut Dewan

Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu lembaga tinggi

negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga

perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum

yang dipilih melalui pemilihan umum.

Pada awal kemerdekaan (1945-1949/Republik Indonesia Serikat),

lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan

demikian, sesuai dengan pasal 4 aturan peralihan dalam UUD 1945, dibentuklah

Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini merupakan cikal bakal badan legislatif

di Indonesia. Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang tetapi sumber yang lain

menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP sebagai MPR sempat bersidang

sebanyak 6 kali, dalam melakukan kerja DPR dibentuk Badan Pekerja Komite

Nasional Pusat, Badan Pekerja tersebut berhasil menyetujui 133 RUU disamping

pengajuan mosi, resolusi, usul dan lain-lain. Pada tahun 1950-1956 (DPR

sementara) tidak diketahui secara pasti bagaimana keberadaan DPR karena sedang

terjadi kekacauan politik, dimana fokus utama berada di pemerintah federal RIS.

Pada Masa DPR Hasil Dekrit Presiden 1959 berdasarkan UUD 1945

(1959-1965), jumlah anggota sebanyak 262 orang kembali aktif setelah

mengangkat sumpah. Dalam DPR terdapat 19 fraksi, didominasi PNI, Masjumi,

NU, dan PKI. Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, Presiden membubarkan DPR

karena DPR hanya menyetujui 36 miliar rupiah APBN dari 44 miliar yang

diajukan. Sehubungan dengan hal tersebut, presiden mengeluarkan Penpres No. 4

tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-GR. DPR-GR beranggotakan 283 orang

yang semuanya diangkat oleh Presiden dengan Keppres No. 156 tahun 1960.

Adapun salah satu kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan laporan

kepada Presiden pada waktu-waktu tertentu, yang mana menyimpang dari pasal 5,

20, 21 UUD 1945. Selama 1960-1965, DPR-GR menghasilkan 117 UU dan 26

usul pernyataan pendapat.

Makalah DPR Tandingan Page 5

Pada masa DPR Gotong Royong tanpa Partai Komunis Indonesia (1965-

1966), setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan sementara 62 orang

anggota DPR-GR eks PKI dan ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa

kerjanya 1 tahun, telah mengalami 4 kali perubahan komposisi pimpinan, yaitu: a)

Periode 15 November 1965-26 Februari 1966; b) Periode 26 Februari 1966-2 Mei

1966; c) Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966; d) Periode 17 Mei 1966-19 November

1966. Secara hukum, kedudukan pimpinan DPR-GR masih berstatus sebagai

pembantu presiden sepanjang Peraturan Presiden No. 32 tahun 1964 belum

dicabut. Dalam rangka menanggapi situasi masa transisi, DPR-GR memutuskan

untuk membentuk 2 buah panitia: a) Panitia politik, berfungsi mengikuti

perkembangan dalam berbagai masalah bidang politik; b) Panitia ekonomi,

keuangan dan pembangunan, bertugas memonitor situasi ekonomi dan keuangan

serta membuat konsepsi tentang pokok-pokok pemikiran ke arah pemecahannya.

Kemudian pada masa Orde Baru (1966-1999) berdasarkan Ketetapan

MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan dalam UU No. 10/1966,

maka DPR-GR Masa Orde Baru memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari

Orde Lama ke Orde Baru. Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971

yang bertanggung jawab dan berwewenang untuk menjalankan tugas-tugas utama

sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai dengan pasal

23 ayat 1 UUD 1945 beserta penjelasannya.

2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai dengan pasal 5

ayat 1, pasal 20, pasal 21 ayat 1 dan pasal 22 UUD 1945 beserta

penjelasannya.

3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah sesuai dengan

UUD 1945 dan penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.

Selama masa orde baru DPR dianggap sebagai Tukang Stempel kebijakan

pemerintah yang berkuasa karena DPR dikuasai oleh Golkar yang merupakan

pendukung pemerintah.

Pada saat Reformasi (1999-sekarang) banyaknya skandal korupsi,

penyuapan dan kasus pelecehan seksual merupakan bentuk nyata bahwa DPR

tidak lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya. Mantan ketua MPR-RI

Makalah DPR Tandingan Page 6

1999-2004, Amien Rais, bahkan mengatakan DPR yang sekarang hanya

merupakan stempel dari pemerintah karena tidak bisa melakukan fungsi

pengawasannya demi membela kepentingan rakyat. Hal itu tercermin dari

ketidakmampuan DPR dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang terbilang

tidak pro rakyat seperti kenaikan BBM, kasus lumpur Lapindo, dan banyak kasus

lagi. Selain itu, DPR masih menyisakan pekerjaan yakni belum terselesaikannya

pembahasan beberapa undang-undang. Buruknya kinerja DPR pada era reformasi

membuat rakyat sangat tidak puas terhadap para anggota legislatif. Ketidakpuasan

rakyat tersebut dapat dilihat dari banyaknya aksi demonstrasi yang menentang

kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak dikritisi oleh DPR. Banyaknya

judicial review yang diajukan oleh masyarakat dalam menuntut keabsahan

undang-undang yang dibuat oleh DPR saat ini juga mencerminkan bahwa produk

hukum yang dihasilkan mereka tidak memuaskan rakyat.

DPR juga kerap dikritik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena

dianggap malas dalam bekerja. Hal ini terbukti dari pemberian fasilitas mewah,

seperti gaji besar, kendaraan, dan perumahan, namun tidak sebanding dengan hasil

yang diberikan. Hal lain yang sudah menjadi rahasia umum adalah banyaknya

anggota yang "bolos" dalam sidang paripurna, atau sekedar "menitip absen",

sehingga seolah-olah hadir, namun kenyataannya tidak. Kalaupun hadir, sebagian

oknum anggota ternyata tidur saat sidang, main game, atau melakukan tindakan

lain selain mengikuti proses rapat paripurna. Kasus terbaru adalah putra Presiden,

Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang tertangkap kamera sedang menitip absen

saat rapat paripurna DPR membahas Undang-Undang Pencegahan Pendanaan

Terorisme

Dalam konsep Trias Politika, di mana DPR berperan sebagai lembaga

legislatif yang berfungsi untuk membuat undang-undang dan mengawasi jalannya

pelaksanaan undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai lembaga

eksekutif. Fungsi pengawasan dapat dikatakan telah berjalan dengan baik apabila

DPR dapat melakukan tindakan kritis atas kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. Sementara itu, fungsi

legislasi dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila produk hukum yang

dikeluarkan oleh DPR dapat memenuhi aspirasi dan kepentingan seluruh rakyat.

Makalah DPR Tandingan Page 7

2.2 Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH)

Peta perpolitikan di Indonesia akhirnya mengerucut pada dua sisi yang

berbeda yaitu koalisi besar yang disebut KMP dan KIH. Masing-masing punya

parpol di belakangnya dan itu cukup berimbang dari sisi jumlah anggota di Dewan

Perwakilan Rakyat yang menjadi tempat adu kekuatan mereka. Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan koalisi adalah kerja sama antara beberapa

partai untuk memperoleh kelebihan suara di parlemen. Sedangkan berkoalisi

artinya bekerja sama antara beberapa partai. Makna Koalisi juga persekutuan,

gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-

masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat

sementara atau berasas manfaat.

2.2.1 KMP

KMP merupakan Koalisi Merah Putih. Dimana KMP ini terdiri dari

6 parpol yang tergabung dalam perhelatan pemenangan Pemilu 2014. Parpol

yang tergabung dalam KMP adalah Gerindra, Golkar, PKS, PPP, PAN, dan

Demokrat yang diketuai oleh Prabowo Subianto sekaligus Ketua Umum

Parta Gerindra.

Abu Rizal Bakrie atau Ical sapaan akrabnya Ketua Umum Partai

Golkar mengatakan bahwa pembentukan KMP tidak ada satu katapun untuk

memenangkan Prabowo-Hatta (peserta pilpres 2014). Ical menjelaskan

seluruh parpol yang berada dalam Koalisi Merah Putih memiliki komitmen

untuk mempersatukan Indonesia. Sehingga tidak ada kata-kata yang semata-

mata hanya untuk memenangkan pasangan Prabowo-Hatta. Dia juga

mejelaskan bahwa dalam mukadimahnya secara jelas mempertahankan

pancasila dan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Ical menegaskan, dari semangat tersebut seluruh Koalisi Merah

Putih akan mempertahankan dan memperjuangan keberagaman umat

beragama yang ada di Indonesia. Dalam mukaddimah dari Koalisi Merah

Putih dijelaskan yaitu menjamin kebebasan menjalankan keyakinan

agamannya masing-masing.

Ical menyampaikan, sesuai mukadimah Koalisi Merah Putih

dibentuk demi tiga tujuan. Yaitu, mempertahankan Pancasila sebagai dasar

Makalah DPR Tandingan Page 8

negara, melindungi kebebasan beragama, dan yang terakhir menjamin

kebebasan hak asasi manusia. Dia juga mengatakan bahwa koalisi ini untuk

jangka panjang, bukan memenangkan Prabowo-Hatta, bukan juga untuk

mengganggu pemerintah

Menurut Akbar Tanjung (Ketua DPP Partai Golkar), koalisi ini

penting untuk mengawal setiap program dan kebijakan pemerintah. Apalagi,

dengan koalisi itu, partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa itu

akan mendapatkan jumlah kursi mayoritas di parlemen. Menurutnya dengan

adanya dukungan koalisi DPR, pemerintah akan bisa bekerja maksimal,

efektif, efisien. Dengan demikian misi yang diemban untuk lima tahun yang

akan datang bisa berjalan optimal. Itu tujuan koalisi yang dilanjutkan untuk

menjadi koalisi permanen. Ia menilai, Koalisi Merah Putih menjadi penting

meski pun negara menggunakan sistem presidensil. Mengingat, selama ini

banyak produk pemerintah batal hanya karena tidak mendapat dukungan

dari parlemen. Perlu ada mekanisme politik yang memberikan jaminan

pemerintah akan selalu dapat dukungan. Itu yang disebut koalisi.

2.2.2 KIH

Koalisi Indoensia Hebat (KIH), dimana koalisi ini di prakarsai oleh

PDIP yang diketuai oleh Megawati. Parpol yang tergabung dalam koalisi ini

yaitu PDIP, Hanura, Nasdem, PKB. Dalam koalisi ini mendukung Jokowi-

Jusuf Kalla dalam pertarungan pilpres 2014.

Sebelum muncul nama KIH, awalnya diberi masih bernama Rumah

Koalisi Indonesia Hebat (RKIH). Walaupun Pemilihan presiden sudah usai,

namun relawan pendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla tak

lantas membubarkan diri. Para relawan mendirikan sebuah wadah yang

diberi nama Rumah Koalisi Indonesia Hebat (RKIH) yang bertujuan

mengawal pemerintahan Jokowi sekaligus menjadi watch dog kalau di

tengah jalan ada yang melenceng dari tujuan awal. RKIH berhasil

menghimpun berbagai kekuatan jaringan bahkan sudah lahir embrio

kelembagaaan jaringan sebagai hasil inisiasi RKIH seperti Perempuan

Indonesia Hebat, Generasi Muda Hebat, Rumah Budaya Hebat, Lembaga

Makalah DPR Tandingan Page 9

Kajian Nusantara Indonesia Hebat, termasuk menginisiasi lahirnya LPPBI

(Lembaga Pemantau Perijinan dan Birokrasi Indonesia)

Makalah DPR Tandingan Page 10

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang KIH Membentuk DPR Tandingan

Menyusul terbentuknya susunan pimpinan komisi di DPR RI yang ”disapu

bersih” para politisi dari fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP),

tanpa melibatkan fraksi-fraksi dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH), kontan empat

fraksi dari KIH itu, yakni Fraksi PDIP, Fraksi PKB, Fraksi Partai Nasdem, Fraksi

Hanura, dan Fraksi PPP (sebagian) langsung mengajukan mosi tidak percaya

kepada pimpinan DPR. Bukan hanya itu, fraksi-fraksi dari KIH juga memutuskan

membentuk pimpinan DPR tandingan.

Sesuai hasil rapat fraksi KIH di gedung Nusantara V DPR, mereka

memutuskan Ketua DPR RI versi mereka adalah Pramono Anung dari Fraksi

PDIP, sedangkan, empat wakil ketua DPR RI versi KIH adalah Abdul Kadir

Karding (Fraksi PKB), Syaifullah Tamliha (Fraksi PPP dari kubu Suryadharma

Ali), Patrice Rio Capella (Fraksi Partai Nasdem), dan Dosi Iskandar (Fraksi Partai

Hanura). Seusai rapat, juru bicara rapat Arif Wibowo dari Fraksi PDIP

menegaskan keputusan pihaknya membentuk pimpinan DPR tandingan

merupakan hasil dari mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan DPR RI saat ini

yang diduduki politisi dari KMP yang terdiri dari Fraksi Partai Golkar, Fraksi

Partai Gerindra, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PKS, dan Fraksi PAN.

Menurut pendapat Arif Wibowo dalam konperensi persnya yang

didampingi Ketua Fraksi Partai nasdem Victor Laiskodat, Syaifullah Tamliha dari

Fraksi PPP, serta politisi PKB Daniel Johan yang juga Wakil Sekjen DPP PKB, di

gedung DPR RI, Keputusan tersebut untuk menjaga fungsi pimpinan DPR RI agar

tetap berjalan objektif, maka KIH pun sepakat menunjuk beberapa nama politisi

yang mereka pandang layak untuk menduduki jabatan pimpinan sementara DPR

RI, Arif menambahkan, anggota dari kelima fraksi KIH itu juga akan segera

menyelenggarakan Rapat Paripurna DPR RI sementara untuk memutuskan

pemilihan pimpinan komisi dan Alat Kelengkapan Dewan (AKD). Terkait lokasi

sidang paripurna DPR versi KIH, menurut Arif hanyalah persoalan teknis,

Makalah DPR Tandingan Page 11

termasuk kapan digelarnya sidang paripurna versi KIH, termasuk rapat-rapat

terkait penyusunan anggota dan pimpinan komisi dan AKD versi KIH

Sedangkan Ketua Fraksi partai Nasdem Victor Laiskodat mengatakan

langkah pihaknya itu terpaksa dilakukan karena mereka menilai selama ini

pimpinan DPR sejak disahkan menjadi pimpinan tidak mahir, tidak cakap dan

membuat keputusan sepihak dalam menjalankan tugasnya. Victor juga

memastikan kalau langkah-langkah yang diambil pihaknya tersebut sudah

mendapat izin dari para ketua umum dan elite parpol di KIH, seperti Ketua Umum

DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya

Paloh. Ia juga meyakini kalau KIH semakin solid dalam menyelesaikan masalah

ini dengan tujuan menghindari dominasi salah satu kubu, seperti KMP di

parlemen.

Victor yang juga Ketua DPP Partai Nasdem juga menjelaskan bahwa aksi

membentuk DPR tandingan tersebut bukan hendak membingungkan rakyat,

namun aksi itu justru untuk mempertegas kedaulatan rakyat yang sesungguhnya

yang mana rakyat tidak bisa dipermainkan lagi. Victor juga mengaku melihat

kalau DPR yang sedang dikuasai KMP seperti hendak menjatuhkan pemerintahan

Joko Widodo. Jika dibiarkan terus malah membuat (parlemen) ini tidak jelas.

Sementara Daniel Johan dari Fraksi PKB mengatakan, secepatnya

pihaknya akan segera menyusun pimpinan komisi dan AKD. Pihaknya juga akan

segera mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk segera menerbitkan Peraturan

Pemerintah Pengganti UU (Perppu) untuk mengembalikan UU MD3 seperti

semula. Dipastikan Daniel pula, pihaknya tak akan lagi mengikuti sidang

paripurna, apalagi rapat komisi yang diselenggarakan DPR pimpinan KMP. KIH

sudah tidak lagi mempercayai kepemimpinan DPR yang ada saat itu. Mereka akan

melakukan sidang-sidang paripurna dan sidang komisi sendiri

Hal senada disampaikan politisi PDI Bambang Wuryanto alias Bambang

Pacul. Menurutnya salah satu latar belakang pihaknya menilai pimpinan DPR

yang diketuai Setya Novanto ini adalah keputusan menggantikan Ketua Fraksi

PPP dari Hazrul Azwar dari kubu Romahurmuziy kepada Epyardi Asda yang

merupakan pendukung Suryadharma Ali. Menurut Bambang, atas dasar itulah

Makalah DPR Tandingan Page 12

KIH mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap pimpinan DPR sekaligus

membentuk susunan pimpinan DPR tandingan.

Sedangkan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai mosi tidak percaya

yang dilayangkan fraksi-fraksi dari KIH maupun pembentukan pimpinan DPR

tandingan jelas-jelas tindakan ilegal. Karena menurut dia, hal tersebut tidak ada

dasar hukumnya. Selain itu, jumlah mereka (KIH) lebih sedikit, tidak bisa berbuat

seperti itu. Sekalipun saja mereka membentuk DPR tandingan. Namun ditegaskan

Fadli, pihaknya tetap bersedia menunggu fraksi-fraksi dari KIH untuk

memberikan daftar penempatan para anggotanya yang akan ditugaskan di komisi-

komisi. Menurutnya selama mereka belum menyetorkan nama, mereka hanya

anggota sidang paripurna. Jika tidak sidang paripurna, berarti mereka hanya

menganggur saja.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKS Fahri

Hamzah yang menilai langkah KIH adalah tindakan ilegal yang di luar akal sehat.

Ia bahkan menuding langkah KIH membuktikan kalau mereka bertabiat munafik.

Disampaikan Fahri pula, keputusan yang diambil pimpinan DPR sudah memenuhi

prosedur yang ada. Justru karena ulah kelima fraksi dari KIH ini justru

menghambat kinerja DPR yang sudah hampir sebulan dilantik. Ia menyontohkan,

rapat Komisi XI DPR terpaksa ditunda karena menunggu keputusan dari fraksi di

KIH

3.2 Konflik DPR Tandingan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat untuk membentuk alat

kelengkapan dewan (AKD). Dalam pemilihan itu Koalisi Merah Putih (KMP)

yaitu Golkar, Gerindra, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai

Amanat Nasional (PAN) berhasil menyapu bersih menjadi pimpinan di 9 dari 11

komisi yang ada. Komisi V dan Komisi XI memang belum terbentuk. Namun bisa

dipastikan pimpinan kedua komisi itu akan kembali disapu bersih KMP. Wakil

Ketua DPR, Taufik Kurniawan menuturkan pimpinan komisi yang belum

terbentuk ialah karena masalah teknis bukan politis. Yaitu Menunggu beberapa

nama yang diubah oleh fraksi-fraksi yang akan diajukan. Demikian halnya dengan

4 AKD yaitu Badan Urusana Rumah Tangga (BURT), Badan Legislatif (Baleg),

Mahkamah Kehormatan Dewan dan Badan Kerja Sama Antar-Parlemen

Makalah DPR Tandingan Page 13

3.2.1 Musyawarah Mufakat

Pemilihan pimpinan komisi dan badan yang belum terbentuk

menurut Taufik akan dilaksanakan hari Kamis 30 Oktober 2014. Meski

demikian hampir bisa dipastikan pembentukkan komisi dan badan itu tidak

akan melibatkan fraksi-fraksi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia

Hebat (KIH). Pramono Anung dari Fraksi PDIP menyatakan, KIH sengaja

tak mengirimkan daftar nama legislatornya karena menginginkan

mekanisme musyawarah untuk mufakat untuk memilih dan membentuk

AKD harus disepakati.

3.2.2 Mosi Tak Percaya

Kekecewaan KIH yang tidak diberi kesempatan memimpin di

komisi dan AKD lainnya memicu keberatan yang berujung pada mosi tidak

percaya. KIH menilai pimpinan DPR tidak demokratis, tidak beretika dan

jauh dari norma dalam memimpin sidang paripurna. Dengan kata lain

pimpinan DPR berpihak pada kubu tertentu saat memimpin sidang. Menurut

Arif Wibowo dari Fraksi PDIP yang ditunjuk sebagai juru bicara KIH saat

siaran pers di Gedung MPR/DPR mengatakan berdasarkan hal tersebut di

atas dan tidak adanya tanggapan atas surat tertanggal 28 Oktober 2014,

maka sesungguhnya dan sesadar-sadarnya KIH mengambil sikap mosi tidak

percaya kepada pimpinan DPR. Bambang Wuryanto (PDIP) menegaskan

selama mosi tidak percaya, maka partai politik di KIH tidak akan

menghadiri rapat atau sidang apa pun.

Makalah DPR Tandingan Page 14

Gambar 3.1 Deklarasi mosi tak percaya Koalisi Indonesia Hebat kepada pimpinan DPR (Sumber

http://geotimes.co.id/parlemen/11035-pimpinan-dpr-tandingan-hanyalah-bentuk-protes.html

3.2.3 DPR Tandingan

Tak berhenti di situ, kubu KIH membentuk pimpinan DPR sendiri

seraya menolak keabsahan pimpinan DPR yang ada termasuk pimpinan

komisi yang baru terbentuk. Pramono Anung ditunjuk sebagai Ketua DPR

RI didampingi 4 Wakil Ketua yaitu Abdul Kadir Karding (PKB), Saifullah

Tamliha (PPP), Patrice Rio Capella (Nasdem), dan Dossy Iskandar

(Hanura). Fadli Zon pun langsung menyatakan ilegal terhadap pimpinan

DPR versi Pramono Anung. Ia tak gusar sama sekali karena menurutnya

situasi ini hanyalah dinamika sesaat. Ketua Fraksi Partai Nasdem, Victor

Laiskodat pun tak kalah gertak menghadapi situasi yang runyam di

parleman. Menurutnya KMP mempunyai 5 fraksi, dan KIH mempunyai 5

fraksi juga, maka terbelahlah parlemen.

Sementara pengamat politik Hendri Satrio dari Universitas

Paramadina menilai apa yang dilakukan KIH adalah blunder politik dan

tidak bisa menyelesaikan krisis komunikasi yang meruncing dan menambah

tingkat kesulitan kabinet kerja dalam mendapat dukungan di parlemen

Makalah DPR Tandingan Page 15

Gambar 3.2 Paripurna DPR Tandingan (Sumber

http://www.merdeka.com/politik/bikin-dpr-tandingan-kih-dituding-tidak-dewasa-

dalam-berpolitik.html)

3.3 DPR Tandingan vs Konstitusionalitas

Setelah kekisruhan perebutan pimpinan DPR dan MPR kemarin. Kini

drama terbaru yang tat kalah hebatnya adalah perebutan “kue kekuasaan” yang

terdapat di sejumlah alat kelengkapan DPR. Klimaksnya, KIH akhirnya

membentuk pimpinan DPR tandingan sebagai rangkaian lebih lanjut mosi tidak

percaya kepada pimpinan DPR yang sudah ada. In casu a quo bagaimana

sesungguhnya Hukum Tata Negara (HTN) memberi penilaian atas persitiwa ini

3.3.1 Pimpinan Inkonstitusional

Hukum Tata Negara sebagai landasan normatif, dalam arti segala

ihwal peristiwa ketatanegaraan harus jelas landasan hukumnya, tidak boleh

mengalami kerancuan, ambigu, bias, apalagi multitafsir. Oleh karena itu,

dalam menelaah konstitusional atau tidaknya pimpinan DPR tandingan yang

“digawangi” oleh KIH, berarti harus jelas acuan dan landasan hukumnya.

Pada aturannya in casu pimpinan DPR tandingan yang telah terbentuk saat

ini di Senayan tidak konstitusional dengan bersandar pada empat alasan.

Pertama, KIH dalam rapat paripurna pemilihan pimpinan DPR

sudah mengakui terpilihnya pimpinan DPR sebelumnya. Meskipun pada

Makalah DPR Tandingan Page 16

waktu itu seluruh fraksi yang mengatasnamakan diri KIH Walk Out (WO),

tetapi WO-nya KIH di sini harus dimaknai telah mengakui seluruh pimpinan

DPR yang berasal dari KMP, yang pada dasarnya terpilih secara aklamasi.

Oleh karena untuk mengajukan calon pimpinan DPR harus memenuhi syarat

lima fraksi yang mengajukan, dan KIH memang minus satu fraksi pada

waktu itu, hanya memiliki empat fraksi. Maka logika konstitusinya,

hanyalah pimpinan DPR yang sudah dipilih bersama tersebutlah yang

konstitusional, sementara DPR tandingan murni inkonstitusional.

Kedua, dasar pembentukan DPR tandingan karena karena mosi

tidak percaya pada pimpinan DPR sebelumnya, juga dapat dikatakan

sebagai legal reasoning yang sesat, keliru, bahkan tidak berdasar. Sebab

dasar hukum mengajukan mosi tidak percaya dalam praktik kebiasaan

hukum ketatanegaraan, untuk mengajukan mosi tidak percaya terhadap

sebuah lembaga, terlebih dahulu lembaga itu telah melakukan kelalaian atau

penyimpangan dari tanggung jawabnya. Sekarang, bagaimana mungkin ada

tuntutan pertanggungjawaban, sementara anggota DPR yang memiliki

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan belum juga berjalan, bahkan alat

kelengkapan dewan saja belum juga terbentuk.

Ketiga, jika kita membuka dan menelusuri dasar hukumnya, baik

dalam UUD NRI 1945 sampai peraturan di bawahnya, terutama UU MPR,

DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3). Satupun tidak ada pasal/ketentuan yang

membuka “pintu tafsir” bagi anggota DPR maupun sekumpulan fraksi,

kiranya dapat mengajukan mosi tidak percaya seputar masalah internalnya.

Yang nyata-nyata ada, bahwa setiap anggota DPR dalam menjalankan setiap

fungsi-fungsinya, ketika diantara mereka “sulit mendapatkan titik temu”,

maka harus menyelesaikannya dengan cara musyawarah mufakat. Dan kalau

musyawarah mufakat tidak tercapai, maka berlanjut dengan sistem

voting. Oleh karena itu, tindakan mosi tidak percaya yang dilakukan oleh

KIH adalah tidak jelas landasan hukumnya. Sehingga benarlah, kalau

tindakan itu dikatakan lagi-lagi inkonstitusional.

Keempat, terkait adanya kecurigaan dan ketakutan dari KIH jika

semua posisi strategis “disapu bersih, dibabat habis” oleh KMP kelak, akan

Makalah DPR Tandingan Page 17

menghambat kinerja Presiden bersama dengan Menterinya. Lagi-lagi

argumentasi hukum tersebut bukan bagian dari ‘legal isue” hukum

ketatanegaraan. Hukum selalu berada dalam kepastian, bukan kecurigaan,

bukan ketakutan, apalagi mewakili perasaan, bukan itu. Justru dalam hemat

penulis, dengan deadlock-nya DPR dalam situasi sekarang, malah akan

menghabat kinerja pemerintahan Jokowi-JK (bahkan tidak menutup

kemungkinan pemerintahan akan mengalamai shutdown). Sebab bagaimana

mungkin fungsi check and balance dua organ kekuasaan, DPR dan Presiden

dapat menjalankan segala fungsinya, kalau DPR tidak pernah solid untuk

menjalankan segala tugas dan kewenangannya, alih-alih sebab musababnya

perburuan “kue” kekuasaan saja.

Pada dasarnya apa yang terjadi di DPR saat ini, dengan

terbentuknya pimpinan DPR tandingan, lakon politik itu sesungguhnya akan

menghambat laju dan perkembangan demokrasi. Dalam perspektif Hukum

Tata Negara, jelas tindakan demikian satupun tidak ada landasan hukum

dapat melegitimasinya. Sepanjang DPR, kini tetap menjadikan parlemen

sebagai arena “gonto-gontokan” politik, adu kekuatan yang tidak ada

juntrungnya, sekali lagi ditegaskan bahwa benar-benar tindakan tersebut

adalah inkonstitusional.

3.3.2 Melanggar Etik

Alangkah baik dan eloknya, jika KIH dan KMP kembali “duduk

bersama” dalam satu forum paripurna untuk menyelesaikan masalah intenal

mereka. Kenapa mereka tidak melakukan musyawarah mufakat dalam

pembagian secara proporsionals segala alat kelengkapam DPR, bukankah

DPR sebagai wakil rakyat yang dipilih secara demokratis, saatnya

menunjukan teladan untuk “dewasa” dalam berdemokrasi. Sebab kalau ini

dibiarkan terus menerus, kekisruhan yang tidak pernah redah, justru akan

berakhir zero sum game. Bisa-bisa seluruh fraksi, baik yang

mengatasnamakan KIH maupun KMP akan dituding melanggar etik

nantinya, karena meraka telah lalai dalam menjalankan tugasnya. Jangan

sampai gara-gara kekisruhan atas perebutan jabatan strategis disegala alat

kelengkapan DPR, kelak publik melalui segala elemennya, akan melakukan

Makalah DPR Tandingan Page 18

desakan hingga gerakan “massif”, dengan mendesak Mahkamah

Kehormatan Dewan agar semua anggota DPR kiranya dijatuhi sanksi etik

3.4 Akhir Drama DPR Tandingan

Fraksi-fraksi tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi

Indonesia Hebat (KIH) menyudahi perseteruan di DPR dengan dilaksanakannya

penandatanganan lima butir kesepakatan bersama. Penandatangan kesepakatan

tersebut dilaksanakan di Gedung Nusantara IV DPR, Senayan, Jakarta, Senin 17

Nopember 2014.

Dalam penandatangan kesepakatan damai tersebut, fraksi parpol yang

tergabung dalam KMP (Partai Gerindra, Partai Golkar, PKS, PAN dan PPP

pimpinan Suryadharma Ali) diwakili oleh oleh Ketua Umum PAN M Hatta

Rajasa dan Sekjen Partai Golkar Idrus MarhamSementara, fraksi parpol yang

tergabung dalam KIH (PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Hanura dan PPP

pimpinan M Romahurmuziy, diwakili oleh politisi PDI Perjuangan Pramono

Anung Wibowo dan Olly Dodokambey. Selain itu, para ketua fraksi parpol dari

KMP dan KIH, serta Ketua Fraksi Partai Demokrat juga turut menandatangai

kesepakatan tersebut. Kesepakatan tersebut tertuang dalam tiga berkas butir-butir

Kesepakatan Bersama KMP dan KIH sebagai berikut:

1. Bersepakat dan setuju untuk segera mengisi penuh anggota Fraksi pada 11

komisi, empat badan dan satu Majelis Kehormatan Dewan sehingga secara

kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dapat segera bekerja sesuai

fungsi fungsinya secara optimal

2. Bersepakat dan setuju dalam rangka mengantisipasi beban kerja dan dinamika

kedepan serta menyesuaikan dengan penambahan dan perubahan nomenklatur

Kabinet Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (2014-2019), maka

perlu untuk melakukan penambahan jumlah 1 (satu) wakil ketua pada 16

(enam belas) AKD (seperti yang dimaksud pada angka 2 di atas) melalui

perubahan pasal yang terkait dengan komposisi Pimpinan Komisi, Pimpinan

Badan dan Pimpinan MKD dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014

tentang MD3 (MPR, DPR, DPD dan DPRD,-red) dan Perubahan Peraturan

DPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib DPR RI

Makalah DPR Tandingan Page 19

3. Bersepakat untuk segera mengisi Pimpinan Alat Kelengkapan Dewan yang

masih tersedia (Badan Anggaran dan Badan Urusan Rumah Tangga) dan

penambahan wakil ketua pada 3 (tiga) AKD yang ditentukan secara

musyawarah mufakat serta menambah 1 (satu) Wakil Ketua pada setiap

komisi. Badan dan MKD sebagai konsekuensi dan perubahan UU Tentang

MD3 tanpa mengubah komposisi pimpinan yang sudah ada sebelumnya

4. Bersepakat dan setuju melakukan perubahan ketentuan terhadap Pasal 74

Ayat (3), ayat (4), ayat (5). dan ayat (6) serta pasal 98 ayat (7), ayat (8), dan

ayat (9) UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD,

serta ketentuan Pasal 60 ayat (2) ayat (3) dan ayat (4) Peraturan DPR RI

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib untuk dihapus, karena pasal-pasal

tersebut secara substansi sudah diatur pada pasal 79 pasal 194 sampai dengan

pasal 227 Undang-undang MD3 Nomor 17 Tahun 2014

5. Bersepakat dan setuju bahwa hal-hal teknis terkait dengan pelaksanaan

kesepakatan ini dituangkan dalam kesepakatan Pimpinan Fraksi dan Koalisi

Merah Putih dan Pimpinan Fraksi dari Koalisi Indonesia Hebat yang

diketahui oleh Pimpinan DPR RI yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dan kesepakatan itu.

Makalah DPR Tandingan Page 20

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pejelasan mulai Bab I sampai Bab III diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa adanya DPR Tandingan karena Menyusul terbentuknya susunan pimpinan

komisi di DPR RI yang ”disapu bersih” para politisi dari fraksi yang tergabung

dalam Koalisi Merah Putih (KMP), tanpa melibatkan fraksi-fraksi dari Koalisi

Indonesia Hebat (KIH). Dalam musyawarah mufakat pembentukan komisi, KIH

sengaja tak mengirimkan daftar nama legislatornya karena menginginkan

mekanisme musyawarah untuk mufakat untuk memilih dan membentuk AKD

harus disepakati. Kekecewaan KIH yang tidak diberi kesempatan memimpin di

komisi dan AKD lainnya memicu keberatan yang berujung pada mosi tidak

percaya. Dengan begitu kubu KIH membentuk pimpinan DPR sendiri seraya

menolak keabsahan pimpinan DPR yang ada termasuk pimpinan komisi yang baru

terbentuk.

Hukum Tata Negara sebagai landasan normatif, dalam arti segala ihwal

peristiwa ketatanegaraan harus jelas landasan hukumnya. Dalam menelaah

konstitusional atau tidaknya pimpinan DPR tandingan yang “digawangi” oleh

KIH, berarti harus jelas acuan dan landasan hukumnya. Pada aturannya in casu

pimpinan DPR tandingan yang telah terbentuk saat ini di Senayan tidak

konstitusional dengan bersandar beberapa alasan. Pertama, KIH dalam rapat

paripurna pemilihan pimpinan DPR sudah mengakui terpilihnya pimpinan DPR

sebelumnya. Kedua, dasar pembentukan DPR tandingan karena karena mosi tidak

percaya pada pimpinan DPR sebelumnya, juga dapat dikatakan sebagai legal

reasoning yang sesat, keliru, bahkan tidak berdasar. Ketiga, jika kita membuka

dan menelusuri dasar hukumnya, baik dalam UUD NRI 1945 sampai peraturan di

bawahnya, terutama UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3). Satupun tidak

ada pasal/ketentuan yang membuka “pintu tafsir” bagi anggota DPR maupun

sekumpulan fraksi, kiranya dapat mengajukan mosi tidak percaya seputar masalah

internalnya. Keempat, terkait adanya kecurigaan dan ketakutan dari KIH jika

semua posisi strategis “disapu bersih, dibabat habis” oleh KMP kelak, akan

Makalah DPR Tandingan Page 21

menghambat kinerja Presiden bersama dengan Menterinya. Lagi-lagi argumentasi

hukum tersebut bukan bagian dari ‘legal isue” hukum ketatanegaraan. Selain ke

empat alasan tersebut, pembentukan DPR Tandingan tersebut telah melangar etik

parlemen.

Namun konflik tersebut bisa terselesaikan, yaitu Fraksi-fraksi tergabung

dalam Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menyudahi

perseteruan di DPR dengan dilaksanakannya penandatanganan lima butir

kesepakatan bersama.

4.2 Saran

Saran yang bisa diberikan menyusul adanya konflik DPR Tandingan

tersebut, kita sebagai warga negara Indonesia yang baik sudah sepatutnya

memberi contoh yang baik kepada semua warga bagaimana cara kerja yang baik,

khususnya ditingkat parlemen atau birokrasi. Karena sekali saja birokrasi

menunjukkan kerja yang bobrok, sulit untuk menanamkan sikap percaya rakyat

kepada pemerintah. Namun jika wakil rakyat tersebut mampu menunjukkan

eksistensi kerjanya di birokrasi, akan mudah menarik hati rakyat untuk saling

bekerjasama membangun pemerintahan Indonesia menjadi lebih baik.

Makalah DPR Tandingan Page 22

Daftar Pustaka

id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat (diakses pada Sabtu, 22

Nopember 2014)

http://www.jpnn.com/read/2014/08/25/253870/Koalisi-Merah-Putih-Dibentuk-

Bukan-Untuk-Menangkan-Prabowo-Hatta- (diakses pada Sabtu, 22

Nopember 2014)

http://www.skanaa.com/id/news/detail/ini-arti-koalisi-merah-putih-bagi-akbar-

tandjung (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)

http://mpi.or.id/koalisi-harus-produktif/ (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)

http://www.beritarepublik.com/?p=6118 (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)

http://www.fiskal.co.id/berita/fiskal-12/3623/soal-dpr-tandingan,-dari-kronologi-

ini-anda-bisa-menilai (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)

http://www.merdeka.com/politik/bikin-dpr-tandingan-kih-dituding-tidak-dewasa-

dalam-berpolitik.html (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)

http://www.negarahukum.com/hukum/dprtandingan.html (diakses pada Sabtu, 22

Nopember 2014)

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/11/17/isi-lengkap-draf-kesepakatan-

damai-kmp-dan-kih (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)