teratai manajemen
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Laporan Target Manajemen Pelayanan Keperawatan
Satuan Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Di Ruang Teratai RSUD R. Syamsudin, SH
Tanggal 04 s.d 15 Januari 2013
Disusun Oleh :
Kelompok III B
Arkan Nur Aziz
Dede Mahmud Assaleh
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
(STIKESMI)
2012

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Target Manajemen Pelayanan Keperawatan
Satuan Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Sukabumi, 15 Januari 2013
Kelompok III B
Arkan Nur Aziz Dede Mahmud Assaleh
Mengetahui,
Supervisor Utama
Irawan Danismaya S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIP. 19730311199803 1 005

BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien (Gillies,1989). Dalam pelayanan keperawatan baik yang berbasis
klinik maupun komunitas terdapat dua fokus pelayanan, yaitu manajemen asuhan
keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan. Strategi yang bisa dilakukan untuk
memenuhi kedua fokus pelayanan tersebut, salah satunya adalah dengan memiliki suatu
standar operasional yang jelas.
Standar operasional dibutuhkan sebagai acuan perawat dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya, kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasiensesuai dengan standar pelayanan keperawatan. Sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari
penyakit tertentu, sekalipun keterampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik
merupakan hal yang terpenting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan
kepada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, salah satunya memenuhi kebutuhan
dasar manusia (Potter & Perry,2005)
Hirarki Maslow (1970) tentang Kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar
dalam lima tingkat prioritas, mencakup kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan,
mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. Dari kelima dasar kebutuhan
manusia tersebut, kebutuhan fisiologis seperti udara, air dan makan menjadi prioritas yang
paling utama dibutuhkan oleh manusia. Dimana dalam kondisi sakit, biasanya hal yang
banyak terganggu adalah kebutuhan akan makan dan minum, sehingga perawat
diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara memberikan cairan isotonis
melalui pembuluh darah atau pemberian secara parenteral dengan pemasangan infus.
Pemasangan infuse (IV line) merupakan tindakan kolaboratif perawat atas anjuran
dari dokter. Infuse dapat dipasang melalui pembuluh dara vena, diantaranya melalui vena
lengan (vena safalika basilica dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau pada
vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (biasanya digunakan untuk
anak-anak). Salah satu keuntungan dari pemasangan infus adalah kecepatan dalam
pemberian cairan atau obat-obatan sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun

dimodifikasi, namun ada beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemasangan
infuse, salah satunya adalah flebitis yaitu suatu peradangan pada pembuluh darah yang
dapat terjadi karena adanya cedera, misalnya oleh faktor (trauma) mekanik dan faktor
kimiawi, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada endothelium dinding pembuluh
darah khususnya vena. selain itu resiko overload dapat terjadi, sehingga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan
sianosis. Sehingga disinilah peran perawat supaya tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari dari tanggal 04 – 06 Januari 2013,
fenomena tindakan kolaboratif perawat yang banyak dilakukan diruangan teratai adalah
pemasangan infuse, sehingga jika tidak dilakukan pemantauan infuse, resiko untuk terjadi
komplikasi dapat terjadi. Maka dari itu, kami mengangkat fenomena tersebut sebagai
suatu masalah manajemen yang harus segera ditindak lanjuti dan segera diatasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan proses manajemen operasional pelayanan keperawatan di ruang Teratai
RSUD. R. Syamsudin, SH.
2. Tujuan Khusus
Melakukan kajian unit terfokus pelayanan keperawatan di ruang Teratai.
Merumuskan masalah sesuai dengan data kajian yang ditemukan.
Merumuskan planning of action yang sesuai dengan masalah didapat.
Melakukan implementasi manajemen sesuai dengan POA yang telah disusun.
Melakukan evaluasi manajemen operasional pelayanan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Prosedur Monitoring Tetesan Infus sesuai Intruksi Kerja (IK)
1. Alat yang digunakan:
a. Cairan infus yang terpasang di pasien
b. Jam yang memiliki hitungan detik
2. Uraian pekerjaan
a. Siapkan alat
b. Hitung kebutuhan cairan yang harus masuk kepada pasien sesuai dengan tetesan
infus yang telah ditetapkan
c. Lihat tetesan infus yang terpasang, sesuai dengan kebutuhan
d. Atur tetesan infus dengan mendekatkan jam dengan tetesan infus
e. Catat tindakan dilembar observasi
3. Kriteria keberhasilan
a. Infus menetes dengan lancar
B. Prosedur Pemasangan dan Pencabutan Infus
1. Alat yang digunakan:
a. IV cateter sesuai ukuran
b. Infuset
c. Cairan infus
d. Kapas alkohol / Swab akohol
e. Transparant wound dresing dgn ada identitas (nama pemasang, waktu
pemasangan, tempat pemasangan)
f. Plester
g. Handscoon
h. Torniquet
i. Bengkok
2. Uraian Pekerjaan
a. Siapkan peralatan yg akan digunakan
b. Jelaskan kepada pasien dan atau keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
infus dan persilahkan pasien / keluarga utk menandatangani formulir pesetujuan
tindakan medis

c. Cuci tangan dgn air yg mengalir
d. Pakai handscoon
e. Tusukan infuset pd cairan infus dan keluarkan udara pd infuset
f. Pilih vena yg akan dilakukan penusukan IV
g. Lakukan bendungan pada daerah vena bagian atas dari vena yg akan dilakukan
penusukan dgn torniquet
h. Desinfeksi daerah yg akan dilakukan penusukan dgn arah sirkular dgn kapas
alkohol
i. Tusuk jarum IV cateter dgn mata jarum menghadap keatas, lihat ada keluaran
darah / tidak
j. Buka jarum IV cateter dan sambungkan ke infuset jika darah keluar
k. Buka pengaturan tetesan infus dan atur tetesan infus sesuai kebuuhan
l. Fiksasi IV cateter dgn transparan wound dresing dgn ada identitas (nama
pemasang, waktu dan tempat pemasangan) bila tdk cukup kuat boleh fiksasi dgn
plester
m. Jika mencabut infus maka hentikan tetesan infus, lalu buka plester dan tarik
kateter IV secara perlahan, bila menggunakan transparan wound dresing, buka
transparan wound dressing beserta cabut kateter IV
n. Rapikan pasien dan peralatan
o. Buang sampah / agen infeksius
p. Cuci tangan
q. Catat respon pasien dan observasi tetesan infus sesuai kebutuhan
C. Rumus Pemantauan Infusan
Tetes/menit : (jumlah cairan x mikro/makro) / (Lama Infus x 60)
Lama waktu cairan habis: (Jumlah Cairan x mikro/makro) / (jumlah tetesan dlm menit
x 60)

BAB III
PRAKTEK PROFESI
A. Manajemen Area
Kategori DataKesimpulan
AnalisisAlternatif Solusi
Data Objektif :
Dari hasil observasi selama 3 hari ada cairan
infuse tidak terkontrol habisnya, sehingga
udara masuk ke selang
Keluarga pasien memberitahukan infusan
pasien habis
Rendahnya
Pengawasan
Terapi
Infuse
1. Lakukan perhitungan tetesan infuse pada pemasangan flabot yang baru.
2. Cantumkan nama pasien, jumlah tetesan infus, jam penggantian cairan
infuse dan jam habis cairan infus tersebut pada setiap flabot.
3. Komunikasikan ke setiap operan shift tentang pemantauan IV line pada
setiap pasien
4. Dokumentasikan setiap kemajuan atau perubahan yang terjadi dalam
pengawasan infus.

Planning Of Action (POA)
Masalah Tujuan Strategi Rencana Tindakan Waktu TempatPenanggung
Jawab
Rendahnya
pemantauan
terapi infuse
- Tujuan Jangka
Panjang:
Setelah dilakukan
implementasi manajemen
selama 12 hari
pemantauan terapi infuse
meningkat.
- Tujuan Jangka
Pendek:
Setelah dilakukan
implementasi manajemen
selama 6 hari tingginya
pemantauan terapi infuse
meningkat , dengan
kriteria hasil :
1. Tidak ada cairan infuse
tidak terkontrol
habisnya
2. Resiko overload tidak
Koordinasi
Koordinasi
Koordinasi
Koordinasi
1. Lakukan perhitungan
tetesan infuse pada
pemasangan flabot yang
baru.
2. Cantumkan nama
pasien, jumlah tetesan
infus, jam penggantian
cairan infuse dan jam
habis cairan infus
tersebut pada setiap
flabot.
3. Komunikasikan ke
setiap operan shift
tentang pemantauan IV
line pada setiap pasien
4. Dokumentasikan setiap
kemajuan atau
perubahan yang terjadi
dalam pengawasan
Tanggal
04 - 15
januari
2013
Teratai
atas
Ners
kelaompok
III B
(Arkan &
Dede)

terjadi
3. Resiko flebitis tidak
terjadi
infus.

LEMBAR DOKUMENTASI PEMANTAUAN INFUSAN
Lembar ini dipasangkan disetiap plabot/cairan infuse
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :
Nama Pasien :
RM :
Nama Cairan :
Jumlah Cairan :
Jumlah tetesan :
Jam pemasangan :
Jam habis :

A. Implementasi Manajemen
5. Implementasi manajemen untuk masalah rendahnya pengawasan terapi infuse
direncanakan dilakukan pada tanggal 14-15 januari 2012, implementasi yang dilakukan
diantaranya melakukan perhitungan infuse pada pemasangan flabot yang baru dan
mengecek jumlah tetesan infuse sesuai dengan advis dokter yang ada distatus pasien,
mencantumkan nama pasien, jumlah tetesan infus, jam penggantian cairan infuse dan jam
habis cairan infus tersebut pada setiap flabot, mendokumentasiakan kemajuan atau
perubahan yang terjadi serta mengkomunikasikan ke setiap operan shift tentang
pemantauan cairan infus pada setiap pasien
B. Evaluasi Manajemen
Evaluasi dilakukan pada hari tanggal 15 Januari 2012 pada pukul 14.00 WIB.
Setelah dilakukan implementasi rendahnya pemantauan infuse di ruangan teratai atas
maka didapat evaluasi sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan implementasi tentang monitoring tetesan infuse, cairan infuse dapat
terkontrol habisnya sehingga tidak ada udara didalam selang infuse.
2. Flabot infuse tidak terlambat diganti dan tidak ada darah dari pembuluh darah vena
yang naik ke selang infuse.
3. Pengaturan tetesan infuse dilakukan oleh perawat setiap mengganti flabot cairan
infuse.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis masalah berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada hari selasa tanggal
15 Januari 2012 dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian. Jadi, rencana tindakan harus
tetap dilanjutkan agar terdapat pencapaian hasil yang maksimal yang sesuai dengan tujuan
dibuatnya Planning Of Action (POA) dan agar masalah dapat teratasi secara utuh dapat
dilakukan revisi-revisi dari rencana tindakan yang akan dilakukan saat melakukan
implementasi manajemen.
B. Rencana Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu sosialisasikan kembali kepada perawat
asosiet tentang pemantauan tetesan infus dan kaji kembali oleh perawat tentang lamanya
pemasangan infuse.

Lampiran-lampiran
