terapi traksi untuk fraktur pada ekstremitas-aap.doc

29
PENANGANAN FRAKTUR PADA EKSTREMITAS DENGAN TRAKSI PENDAHULUAN Pengobatan bedah Ortopedi secara umum mengikuti prinsip-prinsip dasar pengobatan penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum penyembuhan (law of nature) dan sifat-sifat penyembuhan jaringan. Prinsip penanganan fraktur adalah reduksi, fiksasi, imobilisasi dan rehabilitasi. Selain itu, terdapat 4 prinsip pengobatan pada fraktur yaitu : 1. Mencegah terjadinya trauma lebih lanjut pada tulang maupun jaringan sekitar 2. Mengatasi deformitas dan sedapat mungkin mengembalikan sesuai anatominya 3. Mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang baik dan mengadakan imobilisasi yang baik 4. Memperbaiki dan mempertahankan fungsi jaringan lunak 1

Upload: erga-f-prakoso

Post on 29-Nov-2015

400 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

PENANGANAN FRAKTUR PADA EKSTREMITAS

DENGAN TRAKSI

PENDAHULUAN

Pengobatan bedah Ortopedi secara umum mengikuti prinsip-prinsip dasar

pengobatan penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum penyembuhan (law of

nature) dan sifat-sifat penyembuhan jaringan. Prinsip penanganan fraktur adalah

reduksi, fiksasi, imobilisasi dan rehabilitasi.

Selain itu, terdapat 4 prinsip pengobatan pada fraktur yaitu :

1. Mencegah terjadinya trauma lebih lanjut pada tulang maupun jaringan sekitar

2. Mengatasi deformitas dan sedapat mungkin mengembalikan sesuai anatominya

3. Mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang baik dan mengadakan

imobilisasi yang baik

4. Memperbaiki dan mempertahankan fungsi jaringan lunak

Penanganan fraktur dapat secara terbuka/operatif atau dengan cara

tertutup/konservatif. Secara terbuka dilakukan operasi untuk reposisi dan memasang

fiksator interna, yaitu plate dan srews, wire, K-wire, pin atau nail. Secara tertutup

reposisi dengan manipulasi diikuti pemasangan fiksator luar, yaitu plaster/gips, atau

traksi.(4,6) Traksi merupakan salah satu pengobatan konservatif yang mudah dan

bermanfaat dalam mereduksi suatu fraktur atau kelainan-kelainan lain seperti spasme

otot. Traksi yang digunakan memakai pemberat dengan berat badan penderita sebagai

counter traction, sehingga tubuh tidak bergerak atau mengikuti arah traksi. Yang

diperhitungkan sebagai counter traction adalah berat badan penderita sendiri yang

berfungsi melawan arah tarikan traksi.(6)

1

Page 2: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

Definisi traksi adalah pemakaian tenaga tarikan terhadap anggota tubuh atau

bagian lain dari tubuh. Pada saat terjadi patah tulang panjang akan terjadi over-ridding

(tumpang tindih) dari fragmen tulang disebabkan oleh adanya tarikan dari otot yang

berada disekitar tulang tersebut.(7) Galen sejak tahun 130 – 200 SM menggunakan

traksi secara longitudinal pada ekstremitas sebagai cara mengatasi pergeseran fragmen

fraktur. Tetapi pada perkembangannya penggunaan traksi ini terhenti setelah

ditemukan cara pembidaian. Albert Hoffa (1890) menulis tentang penggunaan traksi

pada berbagai macam fraktur dan dislokasi pada dewasa dan anak. Josiah Crosby

menguraikan penggunaan 2 lembar plaster yang masing-masing pada sisi yang

berbeda pada tungkai. Dimana plaster cukup lebar untuk menutupi separuh dari

diameter tungkai, yang dimulai dari atas lutut sampai prosesus maleolus. Kemudian

diatas plaster tersebut ditutupi dengan bebat spiral sebelum diberi beban pada ujung

perekat tersebut. George Perkins (1940 dan 1950) memperkenalkan suatu traksi yang

dikenal sebagai pyrford traction yang merupakan pengembangan cara traksi dari

Hamilton Russel (1924). Traksi sering digunakan pada pertolongan pertama kasus

gawat darurat. Penggunaan traksi yang fixed dengan menggunakan Thomas splint

merupakan metode yang baik untuk pertolongan pertama pada penderita dengan

fraktur batang femur.

Traksi digunakan untuk mempertahankan alignment fragmen tulang,

perlindungan terhadap kerusakan lebih lanjut pada jaringan sekitarnya, mengurangi

rasa sakit, mencegah timbulnya syok dan dapat mengurangi perdarahan.(3,10) Meskipun

traksi kurang berbahaya dibandingkan dengan reposisi terbuka atau fiksasi interna,

namun perlu diperhatikan bahwa metode ini bukan merupakan metode yang

sederhana dan memerlukan latihan serta pemeriksaan yang baik dan cermat.

Penggunaan yang benar akan memberikan hasil yang memuaskan.

2

Page 3: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

KUNTUNGAN DAN KERUGIAN

A. Keuntungan (4)

1. Perawatan luka mudah.

2. Memungkinkan gerakan awal pada sendi.

3. Memungkinkan dilakukannya fisioterapi.

4. Pada pertolongan darurat dapat mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut,

mengurangi sakit, mencegah syok selama transportasi.

5. Dapat melakukan manipulasi pada fraktur kalau diperlukan.

6. Tidak menyebabkan gangguan sirkulasi seperti pada pemakaian gips.

7. Kemungkinan terjadinya penekanan lebih sedikit dibanding memakai gips.

B. Kerugian (4)

1. Sulit untuk bergerak/transportasi.

2. Perlu pengawasan yang cermat, untuk mencegah komplikasi.

3. Perlu bedrest yang lama, sehingga memudahkan terjadinya komplikasi sistemik

terutama pada orang tua.

4. Tarikan yang berlebihan terhadap fragmen fraktur dapat menyebabkan delayed

union atau non union.

5. Biaya perawatan rumah sakit besar, karena lama di rumah sakit.

6. Dapat terjadi kerusakan pada kulit, ekskoriasi, bula, paralise saraf ( pada skin

traksi ).

7. Pada skeletal traksi dengan pin dapat terjadi paralise saraf, tulang pecah,

infeksi, nekrose tulang.

3

Page 4: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

KLASIFIKASI

Penggunaan traksi untuk terapi pada fraktur dapat dibagi beberapa macam

berdasarkan mekanisme traksi, cara pemasangannya, durasi pemakaian traksi dan arah

tarikan traksi.

Berdasarkan mekanisme traksi yaitu : (6)

1. Traksi menetap ( fixation traction ) dipergunakan untuk melakukan fiksasi

sekaligus traksi dengan mempergunakan traksi dari Thomas splint.

2. Traksi berimbang ( sliding traction ) merupakan suatu traksi secara bertahap untuk

memperoleh reduksi tertutup dan sekaligus immobilisasi pada daerah yang

dimaksud.

Berdasarkan jenis pemasangannya yaitu : (6)

1. Traksi kulit ( skin traction ).

2. Traksi tulang ( skeletal traction ).

3. Traksi manual

Berdasarkan durasi pemakaian traksi tersebut, yaitu :(7,9)

1. Continuous traction ( sustained traction ) : traksi jenis ini digunakan dari

beberapa hari sampai beberapa minggu; misalnya digunakan untuk mempertahankan

hasil reduksi sampai stabil ( pada fraktur femur ), koreksi deformitas pada spasme otot

( pada tahap awal dari arthritis pinggul ), immobilisasi pada kasus inflamasi ( septik

atau tuberkulosis lutut ), traksi servikal pada fraktur dislokasi servikal. Yang termasuk

jenis ini adalah skin traction dan skeletal traction. Pada continuous traction, traksi

digunakan pada bagian distal dari fragmen fraktur pada anggota tubuh yang sakit, jadi

menggunakan sumbu panjang dari tulang sebagai continuous pull ( tarikan yang terus

menerus ). Traksi ini menarik tulang panjang menjadi lurus dan menahan pada posisi

tersebut, tapi tetap akan sulit untuk tetap mempertahankan hasil reduksi. Sementara

4

Page 5: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

itu penderita masih dapat menggerakkan sendi dan ototnya. Traksi ini penggunaannya

cukup aman, tapi menyebabkan pasien lebih lama tinggal di rumah sakit.

2. Intermitten traction : traksi ini digunakan hanya beberapa menit sampai beberapa

jam saja; digunakan sebagai traksi servikal pada cervical disc lesion dan spondilosis.

Berdasarkan arah tarikan traksi, yaitu :

1. Fixed traction : dimana kekuatan tarikan hanya satu arah

2. Balance traction : menempatkan traksi pada dua arah atau lebih dan

arahnya sedemikian rupa sehingga hasil resultan vector kekuatan sesuai

dengan yang dikehendaki.

Beberapa tipe traksi yang sering digunakan :

1. Memakai berat ekstremitas itu sendiri, misalnya penggunaan hanging cast

pada fraktur batang humerus. Pada cedera yang mengenai anggota tubuh bagian atas

dapat digunakan gravitasi sebagai beban untuk traksi, misalnya pada fraktur

humerus yang menggunakan sling pada pergelangan tangan.(1)

2. Skin traksi dengan menggunakan plaster.

3. Traksi skeletal dengan menggunakan Steinmann pin atau K-wire pada

distal fragmen atau pada tulang yang lebih distal dari tempat fraktur.(1,2,3,4,6,8)

5

Page 6: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

JENIS TRAKSI

I. SKIN TRACTION ( Traksi Kulit )

Skin traction adalah suatu cara dengan menggunakan tenaga tarikan pada kulit,

dimana tenaga tarikan ini dilanjutkan sampai ke tulang melalui fascia

superficialis, fascia profunda dan septa intermedia. Pada skin traksi ini

digunakan plaster moleskin skin traction strip yang diletakkan langsung pada

kulit. Skin traction (traksi kulit) digunakan dengan cara memasangkan plaster

dengan perekat pada kulit dan diperkuat dengan perban elastis. Kulit pada

anak-anak memberikan toleransi yang baik bila dibandingkan dengan orang

dewasa. Karena dapat memberikan iritasi pada kulit, traksi kulit tidak

dianjurkan pada kasus yang membutuhkan beban lebih dari 7 pound pada gaya

longitudinalnya dan juga tidak dianjurkan pada kasus yang diperkirakan akan

mengalami traksi lebih dari 3-4 minggu.(4) Berat maksimum yang diberikan

adalah 5 kilogram yang merupakan batas toleransi kulit .(1,5,6) Traksi kulit ini

digunakan pada fraktur dimana dalam reposisinya hanya dibutuhkan traksi

yang tidak terlalu besar dan dalam jangka waktu yang pendek. Daerah kulit

yang akan digunakan dicukur, dibersihkan dan dikeringkan sebelum plaster

diletakkan.

Indikasi traksi kulit : (6)

1. Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak.

2. Reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat dilakukan.

3. Terapi sementara pada fraktur sementara menunggu terapi definitif.

4. Fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil.

6

Page 7: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

5. Terapi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi ( misal sendi lutut dan

panggul ).

6. Terapi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti HNP atau spasme otot tulang

belakang.

Komplikasi yang dapat timbul pada penggunaan traksi kulit:

1. Penyakit tromboemboli.

2. Abrasi, infeksi serta alergi pada kulit.(6)

3. Pressure sore di sekeliling maleolus dan calcaneus.

4. Common peroneal nerve palsy. (10)

Pada fraktur batang femur terjadi pemendekan yang disebabkan kontraksi

tonik otot yang melekat pada tulang. Tonus otot adalah sifat secara fisiologis dari otot

hidup, dimana otot tersebut bersifat lentur dengan keregangan yang ringan. Panjang

otot dipertahankan oleh tulang femur. Ada 3 sifat jaringan otot rangka yaitu

ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas. Dengan melakukan tarikan dari otot

diharapkan struktur lainnya pada tungkai akan mencapai posisinya yang semula juga

termasuk fragmen fraktur. Adapun yang berperan terjadinya deformitas pada kasus

patah tulang adalah besranya trauma dan gaya rotasi akibat gravitasi, selain kekuatan

tarikan otot.

Ada beberapa jenis dari traksi kulit, yaitu :( 5,6,7,9)

1. Thomas splint traction : sangat bermanfaat pada penanganan first aid

procedure ( terapi awal ) untuk kasus fraktur leher atau batang femur, fraktur

disekitar lutut, juga pada fraktur tibia, selain itu dapat digunakan untuk regular

treatment ( terapi tetap ) untuk fraktur femur, serta dapat digunakan untuk

kasus arthritis akut dari hip joint.

7

Page 8: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

2. Dunlop traction : dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri anak-

anak.

3. Buck's traction : traksi pada kulit dimana plaster melekat secara sederhana

dengan memakai katrol.

4. Gallow traction : dibebut juga taksi dari Bryant; dipergunakan pada fraktur

femur anak-anak dibawah umur 2 tahun.

8

Page 9: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

5. Russel traction : digunakan pada anak-anak lebih dari 2 tahun.

Skin traksi tidak boleh diberikan pada kulit dengan :

- luka terbuka

- laserasi

- infeksi

- varises

- gangguan sirkulasi

- kulit tipis

- alergi.

9

Page 10: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

Hindari penekanan pada daerah penonjolan tulang. Beban harus tergantung

bebas, tidak mudah dijangkau penderita dan tidak mengganggu pengunjung

atau perawat.(4)

II. SKELETAL TRACTION ( Traksi Pada Tulang )

Dipakai terutama pada keadaan yang tidak stabil untuk mengatasi kerja otot

dan kekuatan traksi langsung pada tulang. Dapat untuk mengontrol adanya rotasi.

Indikasi penggunaan traksi tulang :

1. Bila diperlukan traksi yang lebih berat.

2. Traksi pada anak yang lebih besar.

3. Fraktur yang tidak stabil, oblique atau kominutif.

4. Fraktur tertentu pada daerah sendi.

5. Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak

dapat dilakukan.

6. Digunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat, misalnya

dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.

Komplikasi yang dapat terjadi :

1. Infeksi.

2. Non union akibta traksi yang berlebihan.

3. Luka akibat tekanan, misal pada tuberositas isiadika.

4. Parese saraf akibat traksi yang berlebihan atau bila pin mengenai saraf.

Jika traksi diperlukan untuk mereposisi dan memerlukan waktu yang lama

traksi skeletal lebih efektif. Beban yang diberikan bisa lebih dari 30 pound. Resiko

penggunaan pin atau wire adalah terjadinya infeksi terutama jika berdekatan dengan

10

Page 11: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

fraktur atau rongga sendi. Pemasangan pin harus benar-benar aseptik, pin harus tegak

lurus pada garis batang tulang. Juga pemasangan pin tidak boleh longgar karena akan

memudahkan terjadinya infeksi. Pertama-tama dilakukan anestesi (dapat general,

regional atau lokal infiltrasi). Sebelum dipasang pin atau wire, kulit sekitarnya harus

dicukur dan dicuci dengan antiseptik, ditutup dengan duk steril seperti pada tindakan

operasi besar. Ujung pin harus tajam dan waktu pemasangan jangan terlalu cepat

karena panas yang timbul dapat menyebabkan nekrose tulang. Jika digunakan untuk

pengobatan fraktur femur tertutup atau fraktur suprakondiler humeri pada orang

dewasa dengan traksi skeletal pemasangan pin wire pada tuberculum tibia atau

olecranon. Metode ini memberi keuntungan karena pin wire jauh dari fraktur, diluar

sendi dan gerakan sendi masih dapat dilakukan tanpa mengurangi efektifitas traksi.

Pemasangan pin atau wire sebaiknya jangan melewati daerah dimana terdapat

otot yang besar sebab akan dapat menyebabkan infeksi. Pemakaian Steinmann pin

juga harus hati-hati dan tidak jarang menjadi patah sehingga traksi tidak berguna lagi.

Traksi pada tulang biasanya menggunakan Kirschner wire ( K-wire ) atau Steinmann

pin pada lokasi-lokasi tertentu, yaitu :

- proksimal tibia

- kondilus femur

- olekranon

- kalkaneus

- traksi pada tengkorak

- trochanter mayor

- bagian distal metacarpal

11

Page 12: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

Jenis-jenis traksi tulang :(4,7,9)

1. Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada fraktur orang

dewasa.

2. Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson. Thomas splint

yang digunakan untuk traksi dan penyangga sebaiknya memakai tipe half ring sebab

pada yang tipe whole ring dapat menyebabkan penekanan pada bagian sendi panggul

sehingga pasien merasa tidak nyaman. Pemakaian half ring sebaiknya memakai ring

pada bagian depan paha.(4)

3. Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus.

12

Page 13: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

4. Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gardner Well Skull

Callipers, Crutch-field cranial tong.

PENGGUNAAN TRAKSI

I. Fraktur Ekstremitas Superior(1,2,3,4,5,6,7,8,910)

Fraktur Humerus

Fraktur supra kondiler humerus yang disertai dislokasi yang nyata dari

fragmen fraktur akan didapati kerusakan jaringan lunak yang luas disertai

pembengkakan. Ada 2 bentuk traksi yang digunakan yaitu traksi skeletal dengan

Kirschner wire pada olecranon atau Dunlop skin traction pada lengan bawah.

Kirschner wire dimasukkan dengan cara steril dari bagian medial untuk menghindari

n.ulnaris dan satu inchi kearah distal dari ujung olecranon untuk menghindari epifise

13

Page 14: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

pada anak. Kurang lebih 5-8 pound diperlukan traksi pada anak. Pada orang dewasa

diperlukan 8-10 pound. Gerakan sendi siku pada traksi ini dimulai sesudah 4-5 hari.

Pada anak traksi tidak dilanjutkan sesudah 2 minggu dan dilanjutkan pemasangan

spalk pada bagian belakang. Pada orang dewasa perlu dilanjutkan sampai 6 minggu

atau sampai fragmen fraktur cukup stabil dilanjutkan dengan pemakaian sling. Dunlop

skin traction dilakukan dengan penempatan plaster pada bagian volar dan dorsal

lengan bawah. Tempat tidur dimiringkan sehingga berat badan dapat sebagai kontra

traksi. Traksi dipertahankan 2-3 minggu atau sampai rontgen menampakkan kalus

yang cukup. Jika masing-masing traksi tersebut diatas untuk mereposisi fragmen

dalam 24 jam dapat dilakukan manipulasi secara manual dengan anesthesi dan traksi

dilanjutkan untuk mempertahankan posisi.

II. FRAKTUR EKSTREMITAS INFERIOR (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)

a. Fraktur Femur

Fraktur supra kondiler femur sering terjadi dan berhasil baik dengan traksi

skeletal melalui bagian atas tibia. Bagian distal fragmen femur akan cenderung jatuh

kebelakang oleh karena tarikan otot gastrocnemius. Sebelum melakukan tindakan

harus dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap a.poplitea. Traksi skeletal dengan

memakai Steinmann pin atau Kirschner wire melalui bagian tibia proksimal dan traksi

dilakukan sesuai aksis batang tulang femur. Fraktur batang femur pada orang dewasa

dapat diobati secara konservatif dengan traksi skeletal melalui femur bagian bawah

dan alat Pearson leg dipakai dan merupakan kontra balance sehingga sendi lutut

dapat melakukan gerakan. Banyak fraktur pada batang femur pada pertengahan dan

1/3 proksimal maupun fraktur intertrochanterica dapat diterapi dengan Russell's

traction. Metode ini menggunakan prinsip traksi balance tanpa menggunakan splint.

14

Page 15: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

Fraktur pada batang femur anak dapat berhasil baik dengan menggunakan Bryant's

traction. Skin traksi digunakan dengan beban secukupnya digantungkan pada tiap

kaki untuk menyangga pantat anak diatas matras. Metode ini akan mendapat kontra

traksi dari berat badan. Pada anak yang lebih besar lebih baik hanya meletakkan kaki

yang fraktur pada traksi dan penyangga. Meskipun perbaikan yang sempurna dari

panjang femur tidak selalu memadai dengan cara ini, karena pertumbuhan pada anak-

anak adalah baik dalam waktu 1 - 2 tahun dengan hasil yang memadai. Pada beberapa

anak mungkin didapati pertumbuhan yang lebih cepat pada tempat fraktur namun hal

ini bersifat sementara.

b. Fraktur Tibia

Fraktur batang tibia dapat diobati dengan traksi memakai pin melalui

calcaneus sementara kaki diletakkan pada Bohler Braun frame, sendi lutut,

difleksikan dengan sudut 135° dan kontra traksi diperoleh dari paha proksimal. Dalam

posisi ini otot gastrocnemius dalam keadaan relaksasi. Jika fragmen dalam kedudukan

baik dalam 6 minggu, traksi dapat dilepas dan dilanjutkan dengan memakai gips

sirkuler long leg.

PERAWATAN ( 4,6,9,10)

Perawatan dan pengelolaan yang benar pada pasien dengan traksi adalah

sangat penting, agar hasil yang baik dapat diperolah. Evaluasi setiap hari untuk

mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi dan menentukan apakah sistem traksi

bekerja dengan baik.

Untuk memastikan bahwa traksi sudah berfungsi baik, counter traction harus

terus dipertahankan, kerutan pada perban dari traksi harus dihindari. Posisi pasien

juga merupakan sesuatu yang penting, posisi yang tepat misalnya alignment yang

15

Page 16: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

benar-benar ditengah tempat tidur, harus dipertahankan untuk mendapatkan posisi

anggota tubuh yang netral. Posisi pasien tidah boleh dippindah tapi hanya dengan

menggeser , agar fragmen tidak berubah posisinya. Sistem traksi harus selalu

diperhatikan, posisi splint, perban, Steinmann pin, beban yang digunakan. Juga dari

segi psikologis pasien harus diperhatikan, dimana pasien akan terbatas gerakannya

dan alat yang digunakan kadang menakutkan bagi pasiennya.

Setiap pasien dengan traksi harus selalu diperiksa dan ditanyakan adanya

nyeri, parestesi, iritasi kulit akibat alergi, pembengkakan / edema, gerakan jari / sendi

pergelangan tangan atau kaki, ada atau tidaknya pulsasi di bagian perifer.

Pemerikasaan radiologis juga dilakukan dimana dilakukan dua kali pada minggu

pertama, setiap minggu berikutnya, setiap bulan sampai terjadi union, setelah setiap

manipulasi pada fraktur, setelah setiap perubahan beban traksi. Juga dilakukan

fisioterapi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan gerakan sendi,

meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan fungsi musculoskeletal.

Untuk waktu penggunaan traksi pada prinsipnya dapat dilepaskan bila sudah

ada penyembuhan secara radiologis. Pada anak dengan fraktur suprakondiler humeri

dapat dilepas setelah 2 – 3 minggu dan 3 – 4 minggu pada fraktur batang femur

dimana pada radiologis sudah didapatkan kalus yang cukup dan kedudukan fragmen

cukup baik. Setelah traksi dilepas dilanjutkan dengan imobilisasi dengan gips.

Sedangkan pada orang dewasa tidak hanya dengan melihat hasil rontgent tapi juga

secara klinis yaitu sudah tidak ada rasa nyeri dan tidak ada gerakan patologis.

Traksi jangan dilepas jika didapatkan : (10)

1. Adanya gerakan di tempat fraktur.

2. Didapatkan rasa nyeri.

3. Hasil radiografi menunjukkan :

16

Page 17: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

- kalus masih sedikit

- kalus terlokalisir terutama pada satu sisi

- ada kecenderungan terjadi late angulation

- ada fine cracks kortek pada satu/lebih fragmen fraktur

17

Page 18: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Apleys's System of Orthapaedics and Fracture, 7th edition; A Graham Apley,

Louise Solomon & Henry J Mankin, Butterworth-Heinemann 1995, hal 246

– 249, 376 – 379.

2. Traction Procedure; Book of Orthopedics and Traumatology; by dr. M

Natarajan & dr.N Mayurahanan; Publish MN orthopaedics Hospital.

3. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 9th editions; Way LW; Lange

Medical Publication, London, 1991; hal 1039 – 1041.

4. Traction and Orthopedic Appliances; Stewart JDM; 1st edition; Edinburgh,

Churchill Livingstone, 1975.

5. Fracture, AAOS online service patient education brochures fracture html.

6. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi; Prof. Chaeruddin Rasjad, PhD; edisi 1;

Bintang Lamumpatue,Makasar; 2000; hal 91 – 94.

7. Splint Use for Traction, by dr.M Natarajan & dr.N Mayurahanan; Book of

Orthopedic & Traumatology; Publish MN orthopaedics Hospital.

8. Fraktur, penyembuhan, penanganan dan komplikasi. Buku I, edisi pertama;

Saleh Mangunsudirdjo; Semarang 1989; hal 60 – 70.

9. Textbook of disorder and Injury of The Musculoskeletal System, 3th edition,

Salter RB; Williams and Wilkins,Baltimore, London 1999; hal 380 – 381.

10. Emergency orthopedicsthe extremities, second edition; Simon R,MD and J

Koenigsknecht,MD; Australia Appleton & Lange, 1987, hal 252 – 261.

18

Page 19: TERAPI TRAKSI UNTUK FRAKTUR PADA EKSTREMITAS-aap.doc

PENANGANAN FRAKTUR

PADA EKSTREMITAS DENGAN TRAKSI

M Ali Shodiq

SUB BAGIAN BEDAH ORTHOPEDI ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2007

19