terapi masase
DESCRIPTION
Terapi masase adalah salah satu trend dalam kebidanan yang sudah mulai diterapkan untuk mengurangi rasa sakit.TRANSCRIPT
Makalah Metode Alamiah dan Trend Terkini dalam
Asuhan Kebidanan
“Terapi Masase”
Di Susun oleh:
Kelompok I
Firdha Nazmi M
Rani Rahmadani
Lien Diana Arisma
Nurhalimah
Susilawati
Siti Nadiatul Ulfa
Nurul Fadilah
Atika Fitriani
Widad Azahra
Wahyuningtyas Dwi Astuti
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D3 KEBIDANAN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Metode Alamiah dan
Tren Terkini dalam Asuhan Kebidanan. Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan
wawasan luas untuk memahami tentang “Terapi Masase” Selain itu penyusun berharap
tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Metode
Alamiah Tren Terkini dalam Asuhan Kebidanan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Tangerang, 9 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Nyeri
a. Pengertian Nyeri.................................................................................3
b. Fisiologis Nyeri..................................................................................3
c. Penyebab Nyeri PK 1.........................................................................4
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan........................5
B. Konsep Masase
a. Pengertian Masase..............................................................................6
b. Metode Masase...................................................................................7
c. Mekanisme Terapi Masase Mereduksi Nyeri.....................................9
d. Persiapan Masase...............................................................................11
e. Pengaruh Masase punggung terhadap nyeri PK 1..............................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................16
B. Saran ..................................................................................................16
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Kebidanan
Komunitas. Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami
tentang Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan di Komunitas. Selain itu penyusun berharap
tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Asuhan
Kebidanan Komunitas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Tangerang, 9 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi
memenuhikebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan
energi dankekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam
keluhan, salahsatunya adalah nyeri pinggang bawah. Hampir semua orang pernah
mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80% setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami
nyeri pada daerah pinggang bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis
kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan (Cailiet, 1981 dalam Ismiyati, 1997).Angka kejadian
nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut Low Back Pain ( LBP ), hampir
sama pada semua populasi masyarakat di seluruh dunia, baik di negara majumaupun di
negara berkembang (Elder LAM & Burdoff, 2003 dalam Shocker, 2008). Dari hasil
penelitian Cropcord Indonesia (2004) menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis
kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Sedangkan
dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih selama hidupnya
antara 60% hingga 90% (Setyohadi, 2005 ). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan
terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.Terapi farmakologi dengan menggunakan
siklooksigenase inhibitor ( COX inhibitor ) sering menimbulkan efek samping yaitu
gangguan gastrointestinal (Kozier, 2004).
Selain itu, penggunaan jangka panjangnya dapat mengakibatkan perdarahan pada
saluran cerna, tukak peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Daniel, 2006). Stimulus
kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri.Salah satu
langkah sederhana dalam upaya menurunkan nyeri dengan menggunakan stimulus
kutaneus adalah dengan melakukan masase dan sentuhan. Masase dan sentuhan
merupakan tehnik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas sistem saraf otonom
(Meek, 1993 dalamPotter & Perry, 2005). Apabila individu mempersepsikan sentuhan
sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi sangat
penting dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri
dari ketakutan serta stres akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan
(Potter & Perry, 2005). Selain itu rileks juga membantu mengurangi rasa cemas, sehingga
mencegah menghebatnya stimulus nyeri (Long, 1996).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa pengertian Masase?
2. Bagaimana metode Masase?
3. Bagaimana mekanisme terapi Masase nereduksi nyeri ?
4. Bagaimana persiapan Masase ?
5. Apa pengaruh Masase punggung terhadap nyeri PK 1?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Masase.
2. Mengetahui metode Masase.
3. Mengetahui mekanisme terapi Masase nereduksi nyeri.
4. Mengetahui persiapan Masase.
5. Mengetahui pengaruh Masase punggung terhadap nyeri PK 1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Nyeri
a.Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk mencari pengobatan atau
perawatan pada pelayanan kesehatan. Nyeri dapat timbul akibat dari penyakit, tindakan
diagnostik, maupun akibat dari terapi. Nyeri dapat menyebabkan disabilitas dan distress pada
seseorang dan dapat merupakan hal yang lebih menyita perhatiannya dibandingkan dengan
penyakitnya sendiri (Potter & Perry, 2006).
Nyeri merupakan mekanisme perlindungan, dikatakan demikian karena nyeri dapat
timbul jika ada kerusakan jaringan dan dengan demikian menyebabkan seseorang bereaksi
dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2006). Menurut International
Assosiation for the Study of Pain, nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan yang dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan baik potensial maupun
aktual. Definisi tersebut menggambarkan nyeri sebagai pengalaman fisiologis dan psikologis.
b.Fisiologi Nyeri
Nyeri secara garis besar dibagi atas dua jenis utama, yaitu nyeri cepat dan nyeri lambat.
Apabila diberikan suatu stimulus yang dapat menyebabkan nyeri, maka nyeri cepat dapat
timbul sekitar 0.1 detik, sedangkan nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau bahkan lebih.
Nyeri cepat dapat diidentikkan dengan beberapa istilah, diantaranya adalah nyeri tajam, nyeri
tertusuk, dan nyeri tersetrum.
Nyeri ini dapat timbul jika seseorang tertusuk jarum, tersayat pisau atau kulit terbakar
secara akut. Nyeri lambat dikenal juga dengan istilah nyeri terbakar, nyeri pegal, nyeri
berdenyutdenyut, dan mual.
Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion akar dorsal
dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula spinalis. Hal ini disebut
neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula
spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui medula oblongata, pons
varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls berjalan sepanjang neuron ketiga menuju
korteks sensorik.
Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory), mekanisme hambatan neurol atau
spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal medula spinalis.
Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh
dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf
berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat mentransmisikan impuls atau
pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit
konduksi atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat
melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009).
c. Penyebab Nyeri Persalinan Kala I
Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam
adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi seviks dan
sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan
ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah :
a) berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi
lebih hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim
belum sepenuhnya pulih),
b) meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran),
c) tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina,
d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi
panggul selama kontraksi dan turunnya bayi,
e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus,
f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina,
g) ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress
dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain) yang mengakibatkan
timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Keppler, Whalley dan Simkin,
2007).
Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks pada perilaku fisik. Nyeri
persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis
yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit.
Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan dengan penurunan lapangan
persepsi, menangis, mengerang, tangan mengepal dan menggengam serta otot mudah
teransang (Bobak,at all. 2005).
d. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Nyeri Persalinan
Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu :
a) usia wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan
yang lebih tinggi,
b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan
multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan
penurunan cepat pada persalinan Kala II,
c) wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal,
d) wanita yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi
nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan prostaglandin,
e) kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan
menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap
hal yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah
kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif pada tingkat
korteks serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan
ransang nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan
otot,
f) faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan
membiarkannya) sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk
menyatakan perasaan (Walsh, 2007).
B. Konsep Masase
a. Pengertian Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon
atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2003).
Menurut Henderson (2006), terapi masase adalah melakukan sentuhan pada jaringan
lunak tubuh dengan menggunakan tangan sebagai alat untuk menimbulkan efek positif
dari pembuluh darah, otot, dan sistem saraf tubuh.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu. Masase menstimulasi reseptor tidak nyeri. Masase juga membuat
pasien lebih nyaman karena membuat pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi
otot (Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian klinik menunjukkan efek sentuhan sangat
berperan bagi proses penyembuhan karena dapat menumbuhkan perasaan caring,
perasaan berharga sehingga dapat menimbulkan perasaan yang lebih sejahtera (Usman,
2009).
Masase dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama persalinan.
Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama
tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena masase (pijat) meransang
tubuh melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan pereda sakit alami dan
menciptakan perasaan nyaman. Bagian tubuh ibu yang dapat dimasase adalah kepala,
bahu, perut, kaki, tangan dan punggung (tetapi bukan masase tubuh yang penuh). Saat
memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu apakah tekanan yang diberikan sudah
tepat (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004).
Masase adalah terapi nyeri yang paling primitif dan menggunakan reflek lembut
manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri
(Maryunani, 2010). Malkin dalam Usman (2009) merincikan enam gerakan dasar yang
dilakukan yaitu : effleurage (gerakan tangan mengurut), petrissage (gerakan tangan
mencubit), tapotement (gerakan tangan melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan
mencincang), kneading (gerakan tangan meremas), dan cupping (tangan membentuk
seperti mangkuk) (Mander, R., 2003).
b. Metode Masase
Masase merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori masase adalah teori gate control yang
dikemukakan oleh Melzak dan Wall, dalam Depkes RI (1997) yang menjelaskan bahwa
ada dua macam serabut saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan serabut saraf
berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil menyebabkan gate control
di spinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan
menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan
memberikan ransangan pada saraf berdiameter besar yang menyebabkan gate control
akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada
prinsipnya ransangan berupa usapan pada saraf berdiameter besar yang banyak pada kulit
harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf
berdiameter kecil mencapai korteks serebral.
Beberapa macam masase yang dapat dilakukan untuk meransang saraf berdiameter
besar yaitu :
a. Mengusap (effleurage)
Gerakan ini merupakan teknik yang digunakan pada awal kontak dengan tubuh klien.
Dilakukan pengusapan dengan menggunakan tekanan ringan hingga sedang pada
bagian tubuh. Teknik ini dapat juga digunakan saat akan mengoleskan minyak masase
pada tubuh atau menghubungkan antara satu teknik dengan teknik lainnnya. Saat
melakukan effleurage, dapat dirasakan kondisi tubuh pasien secara umum seperti suhu
tubuh dan kondisi jaringan lunak tubuh (Tappan & Benjamin, 2004). Teknik ini dapat
meningkatkan sirkulasi serta dapat mengendurkan otot sehingga menciptakan
relaksasi.
b. Menekan (petrissage)
Teknik yang digunakan pada petrissage meliputi menekan, meremas, dan
menggulung otot di bawah kulit. Teknik ini berguna untuk mengurangi ketegangan,
serta mempersiapkan diri untuk masase yang lebih dalam.
c. Menggesek (friction)
Teknik ini dilakukan dengan menggesek permukaan tubuh klien dengan gerakan
berulang-ulang. Tindakan ini dapat memberikan efek hangat pada daerah setempat.
Teknik friction ada dua yaitu superficial warming friction dan deep friction. Pada
superficial warming friction, gerakan menggesek dilakukan secara ringan antara
tangan dan kulit pasien. Sedangkan pada deep friction dilakukan dengan penekanan
yang lebih dalam untuk memberikan efek hangat pada kulit dan jaringan di bawah
kulit (Tappan & Benjamin, 2004).
d. Menepuk (tapotement)
Teknik yang dipakai pada tapotement adalah tepukan ringan dan cepat yang dilakukan
berirama. Gerakan yang dipakai pada teknik ini berupa gerakan mencincang
(hacking), meninju (pummeling), menangkup (cupping), dan menjentik (flicking).
Hacking dilakukan dengan cara menggunakan sisi telapak tangan bagian luar pada sisi
jari kelingking. Lakukan gerakan menepuk secara bergantian pada bagian sisi jari
kelingking. Upayakan posisi tangan yang satu dengan yang lainnya berada pada jarak
4 sampai 5 cm. Gerakan yang diberikan merupakan hasil dari pergerakan pergelangan
tangan dan bukan dari gerakan lengan secara umum (Tappan & Benjamin, 2004).
e. Menggetarkan (vibration)
Menggetarkan merupakan gerakan lembut yang dilakukan pada jaringan dengan
menggunakan telapak tangan atau jari-jari. Untuk gerakan yang lebih luas dilakukan
teknik shaking. Teknik shaking dilakukan untuk menghasilkan gerakan yang lebih
kuat dan lebih luas. Ini dapat dilakukan pada otot gastrocnemius. Teknik ini dilakukan
dengan cara menggenggam otot tersebut dengan menggunakan jari-jari lalu tarik
masase dan tarik otot tersebut ke arah belakang dengan gerakan yang cepat dan
berulang-ulang (Tappan & Benjamin, 2004).
c. Mekanisme terapi masase mereduksi nyeri
a. Teori gate control
Teori gate control merupakan dasar dari terapi masase. Melzack & Wall (1965)
memaparkan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat dengan adanya
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Clancy & McVicar (1992)
menyatakan bahwa mekanisme pertahanan tersebut ditemukan di sel-sel gelatinosa
substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, talamus, dan sistem limbik.
Teori ini menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan pertahanan terbuka dan impuls
nyeri dihambat saat pertahanan tertutup. Peranan neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak berperan dalam mengatur proses pertahanan tersebut. Substansi P
dilepaskan oleh neuron Aδ dan C untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme
pertahanan. Selain neuron Aδ dan C, juga terdapat neuron Aβ yang lebih tebal dan
lebih cepat melepaskan neurotransmitter penghambat sehingga rangsangan nyeri tidak
diteruskan ke korteks serebral (Potter & Perry, 2006). Sistem ini dikenal pula dengan
sebutan sistem analgesia. Sistem analgesia ini terdiri dari area periaquaduktus grisea
dan periventrikuler dari mesensefalon dan bagian atas pons yang mengelilingi
aquaduktus sylvii dan bagian ventrikel ketiga dan keempat. Neuron yang ada di
daerah ini akan mengirim sinyal ke nukleus rafe magnus dan nucleus retikularis
paragigantoselularis, selanjutnya akan dijalarkan menuju ke kompleks penghambat
rasa nyeri di dalam radiks dorsalis medulla spinalis. Pada area ini sinyal analgesia
dapat menghambat sinyal nyeri sebelum diteruskan ke otak (Guyton & Hall, 2006).
Saat dilakukan terapi masase dengan memberikan rangsangan pada jaringan
lunak tubuh, maka gerakan mengusap, memberikan tekanan lembut pada permukaan
kulit dan vibrasi akan meningkatkan pelepasan serabut-serabut sensorik tipe Aβ besar
yang berasal dari reseptor taktil diperifer. Selanjutnya hal ini akan menekan
penjalaran sinyal nyeri sebagai akibat dari inhibisi lateral setempat dalam medulla
spinalis (Tjahyati & Ismail, dalam Usman, 2009).
b. Teori analgetik alami
Terdapat beberapa bahan transmitter yang berperan dalam system analgesia,
utamanya ekefalin dan serotonin. Ujung saraf yang berasal dari nukleiperiventrikular
dan area periaqueduktal mensekresi enkefalin. Serabut saraf yang barasal dari tempat
tersebut mengirimkan sinyal ke kornu medulla spinalis untuk mensekresi serotonin.
Serotonin selanjutnya akan menyebabkan neuron lokal medulla spinalis mensekresi
enkefalin yang berperan menimbulkan hambatan presinaptik dan postinaptik pada
serabut nyeri tipe C dan tipe Aδ yang bersinaps di kornu dorsalis. Sistem analgesia ini
dapat menghambat sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla spinalis. Di dalam
otak terdapat sedikitnya 12 bahan semacam opium, beberapa yang penting adalah β-
endorfin, met-enkefalin, leu-enkefalin, dan dinorfin yang turut berperan dalam sistem
analgesia. Enkefalin dapat dijumpai pada batang otak dan medulla spinalis, dan β-
endorfin dijumpai dalam hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Selain itu dinorfin juga
dapat dijumpai pada tempat yang sama dengan enkefalin, namun dalam jumlah yang
sedikit (Guyon & Hall, 2006). Endorfin adalah tiga fraksi hormon polipeptida
hipofisis lipotropin dengan daya kerja seperti morfin (Privitera P). Endorfin ini
mengandung banyak asam amino dan efek analgesiknya dua kali lebih besar
dibandingkan morfin. Zat ini tampaknya mempunyai tropisme utama untuk reseptor
rasa nyeri yang ada di mesensefalon, nuklei medio thalamik, dalam substansia nigra
(Tjahyati & Ismail, dalam Usman, 2009). Terapi masase dapat memicu pelepasan
endorphin sehingga menghasilkan perasaan nyaman pada pasien, selain itu dapat
terjadi reduksi hormon stres seperti aderenalin, kortisol, dan norephinefrin. Efek lain
dari terapi masase adalah mengurangi tekanan pada otot sehingga meningkatkan
relaksasi, dan memperbaiki sirkulasi darah.
d. Persiapan Masase
a. Suhu ruangan
Saat dilakukan masase, suhu tubuh akan turun sehingga penting untuk
memperhatikan kehangatan temperatur ruangan. Atur ventilasi dan
sirkulasi udara yang baik.
b. Kedamaian dan ketenangan
Penting untuk memeperhatikan ketenangan ruangan dan lingkungan saat
dilakukan masase. Hindari sedapat mungkin kebisingan atau kegaduhan
yang dapat mempengaruhi ketenangan.
c. Pencahayaan
Untuk mendukung relaksasi, hindari pencahayaan secara langsung karena
hal tersebut dapat mengganggu. Jika masase dilakukan pada siang hari,
pencahayaan alami cukup baik untuk kondisi tersebut.
d. Perlengkapan
Kelengkapan peralatan untuk masase perlu diperhatikan agar tidak
mengganggu pelaksanaan terapi. Sebelum memulai pemijatan, pastikan
semua peralatan dan bahan yang digunakan untuk masase telah lengkap.
Beberapa perlengkapan yang digunakan pada masase adalah : minyak
untuk masase, tisu, handuk mandi yang besar, satu buah handuk kecil,
sebuah bantal dan guling kecil dan selimut.
Kontraindikasi
1) Nyeri pada daerah yang akan dimasase
2) Luka pada daerah yang akan di masase
3) Gangguan atau penyakit kulit
4) Jangan melakukan pemijatan langsung pada daerah tumor
5) Jangan melakukan masase pada daerah yang mangalami ekimosis atau lebam.
6) Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami inflamasi
7) Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami tromboplebitis
8) Hati-hati saat melakukan masase pada daerah yang mengalami gangguan
sensasi seperti penurunan sensasi maupun hiperanastesia (Tappan & Benjamin,
2004).
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian saat dilakukan masase
1) Usahakan agar jangan sampai kontak dengan tubuh pasien terputus saat
melakukan masase.
2) Tangan dan gerakan saat melakukan masase harus rileks.
3) Hindari melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tersentak-sentak, upayakan
gerakan berirama.
4) Gunakan seluruh telapak tangan dan bukan menggunakan ujung jari saat
melakukan masase
5) Perhatikan kenyamanan dan keamanan pasien saat dilakukan masase
(Tappan & Benjamin, 2004).
e. Pengaruh Masase Punggung Terhadap Nyeri Persalinan Kala I
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan
kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008). Selama persalinan kala satu, nyeri
terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis.
Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi
serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat
otot dan ligamen yang menyokong struktur ini (Ratih, 2009).
Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri persalinan
memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat
terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi
sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis, gerakan tangan
(yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di seluruh tubuh (Bobak,
2004).
Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu
membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I,
kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama
kala I ditranmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris.
Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan
iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah
lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat
kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram,
sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina
dan jaringan perineum. Selama fase aktif, seviks berdilatasi (Bobak, 2004). Rasa sakit
kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut
mugkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai
puncak, kemudian menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).
Pengurangan nyeri persalinan pada ibu bersalin normal kala I dapat ditangani baik
secara farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu tindakan non farmakologis yang
dapat dilakukan adalah teknik masase punggung. Dimana tindakan tersebut adalah untuk
distraksi yang dapat menghambat otak untuk mengeluarkan sensasi nyeri serta tidak
menyebabkan efek samping pada ibu dan juga bayi. Faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi pengurangan nyeri antara lain sikap dan keadaan mental pasien serta
kebiasaan dan budaya (Insafitta, 2007).
Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri persalinan. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase menstimulasi reseptor tidak nyeri.
Masase juga membuat pasien lebih nyaman karena membuat pasien lebih nyaman karena
membuat relaksasi otot (Brunner dan Suddarth, 2002). Impuls rasa sakit yang dibawah oleh
saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls
diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa
sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter
besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat
diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf yang
berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum
impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral
(Ratih, 2009).
Masase dengan cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman
selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijit 20 menit setiap jam
selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat
merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami.
Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat juga
membuat ibu merasa lebih dekat orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli
dan ingin menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak
bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat
memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah
tepat (Danuatmadja, dan Meiliasari, 2004).
Menurut Danuatmaja (2004), tindakan pemijatan di daerah punggung dapat
menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, meningkatkan pernapasan, dan
merangsang produksi hormon endorsfine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah.
Selain itu perasaan santai dan tenang dapat mengubah tingkat oksidasi monoamine yang
memetabolisme serotonine. Padahal, serotonine adalah zat kimia yang bisa menghilangkan
rasa sakit.
Masase punggung dapat menutup gerbang untuk menghambat perjalanan rangsang
nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem syaraf pusat. Selanjutnya rangsangan taktil dan
perasaan positif yang berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian
dan empatik bertindak memperkuat efek masase untuk mengendalikan nyeri (Mander, 2003).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) masase punggung diduga dapat menurunkan persepsi
nyeri dengan menstimulasi system control desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit
stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan masase punggung tergantung pada
kemampuan responden untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.
Menurut Potter dan Perry (2006) masase punggung bekerja memberikan pengaruh
paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif hanya
berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur invasif atau saat
menunggu persalinan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk mencari pengobatan atau
perawatan pada pelayanan kesehatan. Nyeri dapat timbul akibat dari penyakit, tindakan
diagnostik, maupun akibat dari terapi. Nyeri dapat menyebabkan disabilitas dan distress
pada seseorang dan dapat merupakan hal yang lebih menyita perhatiannya dibandingkan
dengan penyakitnya sendiri.
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon
atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2003)
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan, bidan sudah seharusnya menerapkan masase ini. Karena
masase adalah salah satu cara mengurangi rasa nyeri yang mudah diterapkan dan
dilakukan. Pada ibu bersalin diharapkan bisa menciptakan rasa nyaman serta mengurangi
rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat mengurangi rasa nyeri persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
http://www.scribd.com/doc/238224735
http://www.bidanku.com/mengenal-endorphin-massage-dalam -kehamilan-dan-persalinan
http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view
(Diakses 9 Maret 2015 Pukul 19:00)