terapi masase

29
Makalah Metode Alamiah dan Trend Terkini dalam Asuhan Kebidanan “Terapi Masase” Di Susun oleh: Kelompok I Firdha Nazmi M Rani Rahmadani Lien Diana Arisma Nurhalimah Susilawati Siti Nadiatul Ulfa Nurul Fadilah Atika Fitriani Widad Azahra Wahyuningtyas Dwi Astuti UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI D3 KEBIDANAN

Upload: firas-firdsaus-ramadhan

Post on 16-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Terapi masase adalah salah satu trend dalam kebidanan yang sudah mulai diterapkan untuk mengurangi rasa sakit.

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Masase

Makalah Metode Alamiah dan Trend Terkini dalam

Asuhan Kebidanan

“Terapi Masase”

Di Susun oleh:

Kelompok I

Firdha Nazmi M

Rani Rahmadani

Lien Diana Arisma

Nurhalimah

Susilawati

Siti Nadiatul Ulfa

Nurul Fadilah

Atika Fitriani

Widad Azahra

Wahyuningtyas Dwi Astuti

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI D3 KEBIDANAN

2013/2014

Page 2: Terapi Masase

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah

dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Metode Alamiah dan

Tren Terkini dalam Asuhan Kebidanan. Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan

wawasan luas untuk memahami tentang “Terapi Masase” Selain itu penyusun berharap

tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Metode

Alamiah Tren Terkini dalam Asuhan Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan

semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu

penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Tangerang, 9 Maret 2015

Penyusun

Page 3: Terapi Masase

DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Nyeri

a. Pengertian Nyeri.................................................................................3

b. Fisiologis Nyeri..................................................................................3

c. Penyebab Nyeri PK 1.........................................................................4

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan........................5

B. Konsep Masase

a. Pengertian Masase..............................................................................6

b. Metode Masase...................................................................................7

c. Mekanisme Terapi Masase Mereduksi Nyeri.....................................9

d. Persiapan Masase...............................................................................11

e. Pengaruh Masase punggung terhadap nyeri PK 1..............................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................16

B. Saran ..................................................................................................16

Page 4: Terapi Masase

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah

dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Kebidanan

Komunitas. Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami

tentang Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan di Komunitas. Selain itu penyusun berharap

tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Asuhan

Kebidanan Komunitas.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan

semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu

penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Tangerang, 9 Maret 2015

Penyusun

Page 5: Terapi Masase

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi

memenuhikebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan

energi dankekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam

keluhan, salahsatunya adalah nyeri pinggang bawah. Hampir semua orang pernah

mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80% setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami

nyeri pada daerah pinggang bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis

kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan (Cailiet, 1981 dalam Ismiyati, 1997).Angka kejadian

nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut Low Back Pain ( LBP ), hampir

sama pada semua populasi masyarakat di seluruh dunia, baik di negara majumaupun di

negara berkembang (Elder LAM & Burdoff, 2003 dalam Shocker, 2008). Dari hasil

penelitian Cropcord Indonesia (2004) menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis

kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Sedangkan

dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih selama hidupnya

antara 60% hingga 90% (Setyohadi, 2005 ). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan

terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.Terapi farmakologi dengan menggunakan

siklooksigenase inhibitor ( COX inhibitor ) sering menimbulkan efek samping yaitu

gangguan gastrointestinal (Kozier, 2004).

Selain itu, penggunaan jangka panjangnya dapat mengakibatkan perdarahan pada

saluran cerna, tukak  peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Daniel, 2006). Stimulus

kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri.Salah satu

langkah sederhana dalam upaya menurunkan nyeri dengan menggunakan stimulus

kutaneus adalah dengan melakukan masase dan sentuhan. Masase dan sentuhan

merupakan tehnik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas sistem saraf otonom

(Meek, 1993 dalamPotter & Perry, 2005). Apabila individu mempersepsikan sentuhan

sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi sangat

penting dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri

dari ketakutan serta stres akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan

(Potter & Perry, 2005). Selain itu rileks juga membantu mengurangi rasa cemas, sehingga

mencegah menghebatnya stimulus nyeri (Long, 1996).

Page 6: Terapi Masase

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Apa pengertian Masase?

2. Bagaimana metode Masase?

3. Bagaimana mekanisme terapi Masase nereduksi nyeri ?

4. Bagaimana persiapan Masase ?

5. Apa pengaruh Masase punggung terhadap nyeri PK 1?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Masase.

2. Mengetahui metode Masase.

3. Mengetahui mekanisme terapi Masase nereduksi nyeri.

4. Mengetahui persiapan Masase.

5. Mengetahui pengaruh Masase punggung terhadap nyeri PK 1.

Page 7: Terapi Masase

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Nyeri

a.Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk mencari pengobatan atau

perawatan pada pelayanan kesehatan. Nyeri dapat timbul akibat dari penyakit, tindakan

diagnostik, maupun akibat dari terapi. Nyeri dapat menyebabkan disabilitas dan distress pada

seseorang dan dapat merupakan hal yang lebih menyita perhatiannya dibandingkan dengan

penyakitnya sendiri (Potter & Perry, 2006).

Nyeri merupakan mekanisme perlindungan, dikatakan demikian karena nyeri dapat

timbul jika ada kerusakan jaringan dan dengan demikian menyebabkan seseorang bereaksi

dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2006). Menurut International

Assosiation for the Study of Pain, nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang

tidak menyenangkan yang dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan baik potensial maupun

aktual. Definisi tersebut menggambarkan nyeri sebagai pengalaman fisiologis dan psikologis.

b.Fisiologi Nyeri

Nyeri secara garis besar dibagi atas dua jenis utama, yaitu nyeri cepat dan nyeri lambat.

Apabila diberikan suatu stimulus yang dapat menyebabkan nyeri, maka nyeri cepat dapat

timbul sekitar 0.1 detik, sedangkan nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau bahkan lebih.

Nyeri cepat dapat diidentikkan dengan beberapa istilah, diantaranya adalah nyeri tajam, nyeri

tertusuk, dan nyeri tersetrum.

Nyeri ini dapat timbul jika seseorang tertusuk jarum, tersayat pisau atau kulit terbakar

secara akut. Nyeri lambat dikenal juga dengan istilah nyeri terbakar, nyeri pegal, nyeri

berdenyutdenyut, dan mual.

Page 8: Terapi Masase

Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion akar dorsal

dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula spinalis. Hal ini disebut

neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula

spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui medula oblongata, pons

varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls berjalan sepanjang neuron ketiga menuju

korteks sensorik.

Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory), mekanisme hambatan neurol atau

spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal medula spinalis.

Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh

dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf

berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat mentransmisikan impuls atau

pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit

konduksi atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat

melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009).

c. Penyebab Nyeri Persalinan Kala I

Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam

adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi seviks dan

sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan

ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah :

a) berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi

lebih hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim

belum sepenuhnya pulih),

b) meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran),

c) tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina,

d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi

panggul selama kontraksi dan turunnya bayi,

e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus,

f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina,

g) ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress

dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain) yang mengakibatkan

timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Keppler, Whalley dan Simkin,

2007).

Page 9: Terapi Masase

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks pada perilaku fisik. Nyeri

persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis

yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit.

Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan dengan penurunan lapangan

persepsi, menangis, mengerang, tangan mengepal dan menggengam serta otot mudah

teransang (Bobak,at all. 2005).

d. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Nyeri Persalinan

Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu :

a) usia wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan

yang lebih tinggi,

b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan

multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan

penurunan cepat pada persalinan Kala II,

c) wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal,

d) wanita yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi

nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan prostaglandin,

e) kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan

menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap

hal yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah

kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif pada tingkat

korteks serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan

ransang nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan

otot,

f) faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan

membiarkannya) sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk

menyatakan perasaan (Walsh, 2007).

B. Konsep Masase

a. Pengertian Masase

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon

atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk

meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2003).

Menurut Henderson (2006), terapi masase adalah melakukan sentuhan pada jaringan

Page 10: Terapi Masase

lunak tubuh dengan menggunakan tangan sebagai alat untuk menimbulkan efek positif

dari pembuluh darah, otot, dan sistem saraf tubuh.

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada

punggung dan bahu. Masase menstimulasi reseptor tidak nyeri. Masase juga membuat

pasien lebih nyaman karena membuat pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi

otot (Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian klinik menunjukkan efek sentuhan sangat

berperan bagi proses penyembuhan karena dapat menumbuhkan perasaan caring,

perasaan berharga sehingga dapat menimbulkan perasaan yang lebih sejahtera (Usman,

2009).

Masase dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama persalinan.

Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama

tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena masase (pijat) meransang

tubuh melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan pereda sakit alami dan

menciptakan perasaan nyaman. Bagian tubuh ibu yang dapat dimasase adalah kepala,

bahu, perut, kaki, tangan dan punggung (tetapi bukan masase tubuh yang penuh). Saat

memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu apakah tekanan yang diberikan sudah

tepat (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004).

Masase adalah terapi nyeri yang paling primitif dan menggunakan reflek lembut

manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri

(Maryunani, 2010). Malkin dalam Usman (2009) merincikan enam gerakan dasar yang

dilakukan yaitu : effleurage (gerakan tangan mengurut), petrissage (gerakan tangan

mencubit), tapotement (gerakan tangan melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan

mencincang), kneading (gerakan tangan meremas), dan cupping (tangan membentuk

seperti mangkuk) (Mander, R., 2003).

b. Metode Masase

Masase merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori masase adalah teori gate control yang

dikemukakan oleh Melzak dan Wall, dalam Depkes RI (1997) yang menjelaskan bahwa

ada dua macam serabut saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan serabut saraf

berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda.

Impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil menyebabkan gate control

di spinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan

menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan

Page 11: Terapi Masase

memberikan ransangan pada saraf berdiameter besar yang menyebabkan gate control

akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada

prinsipnya ransangan berupa usapan pada saraf berdiameter besar yang banyak pada kulit

harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf

berdiameter kecil mencapai korteks serebral.

Beberapa macam masase yang dapat dilakukan untuk meransang saraf berdiameter

besar yaitu :

a. Mengusap (effleurage)

Gerakan ini merupakan teknik yang digunakan pada awal kontak dengan tubuh klien.

Dilakukan pengusapan dengan menggunakan tekanan ringan hingga sedang pada

bagian tubuh. Teknik ini dapat juga digunakan saat akan mengoleskan minyak masase

pada tubuh atau menghubungkan antara satu teknik dengan teknik lainnnya. Saat

melakukan effleurage, dapat dirasakan kondisi tubuh pasien secara umum seperti suhu

tubuh dan kondisi jaringan lunak tubuh (Tappan & Benjamin, 2004). Teknik ini dapat

meningkatkan sirkulasi serta dapat mengendurkan otot sehingga menciptakan

relaksasi.

b. Menekan (petrissage)

Teknik yang digunakan pada petrissage meliputi menekan, meremas, dan

menggulung otot di bawah kulit. Teknik ini berguna untuk mengurangi ketegangan,

serta mempersiapkan diri untuk masase yang lebih dalam.

c. Menggesek (friction)

Teknik ini dilakukan dengan menggesek permukaan tubuh klien dengan gerakan

berulang-ulang. Tindakan ini dapat memberikan efek hangat pada daerah setempat.

Teknik friction ada dua yaitu superficial warming friction dan deep friction. Pada

superficial warming friction, gerakan menggesek dilakukan secara ringan antara

tangan dan kulit pasien. Sedangkan pada deep friction dilakukan dengan penekanan

yang lebih dalam untuk memberikan efek hangat pada kulit dan jaringan di bawah

kulit (Tappan & Benjamin, 2004).

d. Menepuk (tapotement)

Teknik yang dipakai pada tapotement adalah tepukan ringan dan cepat yang dilakukan

berirama. Gerakan yang dipakai pada teknik ini berupa gerakan mencincang

(hacking), meninju (pummeling), menangkup (cupping), dan menjentik (flicking).

Hacking dilakukan dengan cara menggunakan sisi telapak tangan bagian luar pada sisi

jari kelingking. Lakukan gerakan menepuk secara bergantian pada bagian sisi jari

Page 12: Terapi Masase

kelingking. Upayakan posisi tangan yang satu dengan yang lainnya berada pada jarak

4 sampai 5 cm. Gerakan yang diberikan merupakan hasil dari pergerakan pergelangan

tangan dan bukan dari gerakan lengan secara umum (Tappan & Benjamin, 2004).

e. Menggetarkan (vibration)

Menggetarkan merupakan gerakan lembut yang dilakukan pada jaringan dengan

menggunakan telapak tangan atau jari-jari. Untuk gerakan yang lebih luas dilakukan

teknik shaking. Teknik shaking dilakukan untuk menghasilkan gerakan yang lebih

kuat dan lebih luas. Ini dapat dilakukan pada otot gastrocnemius. Teknik ini dilakukan

dengan cara menggenggam otot tersebut dengan menggunakan jari-jari lalu tarik

masase dan tarik otot tersebut ke arah belakang dengan gerakan yang cepat dan

berulang-ulang (Tappan & Benjamin, 2004).

c. Mekanisme terapi masase mereduksi nyeri

a. Teori gate control

Teori gate control merupakan dasar dari terapi masase. Melzack & Wall (1965)

memaparkan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat dengan adanya

mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Clancy & McVicar (1992)

menyatakan bahwa mekanisme pertahanan tersebut ditemukan di sel-sel gelatinosa

substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, talamus, dan sistem limbik.

Teori ini menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan pertahanan terbuka dan impuls

nyeri dihambat saat pertahanan tertutup. Peranan neuron sensori dan serabut kontrol

desenden dari otak berperan dalam mengatur proses pertahanan tersebut. Substansi P

dilepaskan oleh neuron Aδ dan C untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme

pertahanan. Selain neuron Aδ dan C, juga terdapat neuron Aβ yang lebih tebal dan

lebih cepat melepaskan neurotransmitter penghambat sehingga rangsangan nyeri tidak

diteruskan ke korteks serebral (Potter & Perry, 2006). Sistem ini dikenal pula dengan

sebutan sistem analgesia. Sistem analgesia ini terdiri dari area periaquaduktus grisea

dan periventrikuler dari mesensefalon dan bagian atas pons yang mengelilingi

aquaduktus sylvii dan bagian ventrikel ketiga dan keempat. Neuron yang ada di

daerah ini akan mengirim sinyal ke nukleus rafe magnus dan nucleus retikularis

paragigantoselularis, selanjutnya akan dijalarkan menuju ke kompleks penghambat

rasa nyeri di dalam radiks dorsalis medulla spinalis. Pada area ini sinyal analgesia

dapat menghambat sinyal nyeri sebelum diteruskan ke otak (Guyton & Hall, 2006).

Page 13: Terapi Masase

Saat dilakukan terapi masase dengan memberikan rangsangan pada jaringan

lunak tubuh, maka gerakan mengusap, memberikan tekanan lembut pada permukaan

kulit dan vibrasi akan meningkatkan pelepasan serabut-serabut sensorik tipe Aβ besar

yang berasal dari reseptor taktil diperifer. Selanjutnya hal ini akan menekan

penjalaran sinyal nyeri sebagai akibat dari inhibisi lateral setempat dalam medulla

spinalis (Tjahyati & Ismail, dalam Usman, 2009).

b. Teori analgetik alami

Terdapat beberapa bahan transmitter yang berperan dalam system analgesia,

utamanya ekefalin dan serotonin. Ujung saraf yang berasal dari nukleiperiventrikular

dan area periaqueduktal mensekresi enkefalin. Serabut saraf yang barasal dari tempat

tersebut mengirimkan sinyal ke kornu medulla spinalis untuk mensekresi serotonin.

Serotonin selanjutnya akan menyebabkan neuron lokal medulla spinalis mensekresi

enkefalin yang berperan menimbulkan hambatan presinaptik dan postinaptik pada

serabut nyeri tipe C dan tipe Aδ yang bersinaps di kornu dorsalis. Sistem analgesia ini

dapat menghambat sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla spinalis. Di dalam

otak terdapat sedikitnya 12 bahan semacam opium, beberapa yang penting adalah β-

endorfin, met-enkefalin, leu-enkefalin, dan dinorfin yang turut berperan dalam sistem

analgesia. Enkefalin dapat dijumpai pada batang otak dan medulla spinalis, dan β-

endorfin dijumpai dalam hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Selain itu dinorfin juga

dapat dijumpai pada tempat yang sama dengan enkefalin, namun dalam jumlah yang

sedikit (Guyon & Hall, 2006). Endorfin adalah tiga fraksi hormon polipeptida

hipofisis lipotropin dengan daya kerja seperti morfin (Privitera P). Endorfin ini

mengandung banyak asam amino dan efek analgesiknya dua kali lebih besar

dibandingkan morfin. Zat ini tampaknya mempunyai tropisme utama untuk reseptor

rasa nyeri yang ada di mesensefalon, nuklei medio thalamik, dalam substansia nigra

(Tjahyati & Ismail, dalam Usman, 2009). Terapi masase dapat memicu pelepasan

endorphin sehingga menghasilkan perasaan nyaman pada pasien, selain itu dapat

terjadi reduksi hormon stres seperti aderenalin, kortisol, dan norephinefrin. Efek lain

dari terapi masase adalah mengurangi tekanan pada otot sehingga meningkatkan

relaksasi, dan memperbaiki sirkulasi darah.

Page 14: Terapi Masase

d. Persiapan Masase

a. Suhu ruangan

Saat dilakukan masase, suhu tubuh akan turun sehingga penting untuk

memperhatikan kehangatan temperatur ruangan. Atur ventilasi dan

sirkulasi udara yang baik.

b. Kedamaian dan ketenangan

Penting untuk memeperhatikan ketenangan ruangan dan lingkungan saat

dilakukan masase. Hindari sedapat mungkin kebisingan atau kegaduhan

yang dapat mempengaruhi ketenangan.

c. Pencahayaan

Untuk mendukung relaksasi, hindari pencahayaan secara langsung karena

hal tersebut dapat mengganggu. Jika masase dilakukan pada siang hari,

pencahayaan alami cukup baik untuk kondisi tersebut.

d. Perlengkapan

Kelengkapan peralatan untuk masase perlu diperhatikan agar tidak

mengganggu pelaksanaan terapi. Sebelum memulai pemijatan, pastikan

semua peralatan dan bahan yang digunakan untuk masase telah lengkap.

Beberapa perlengkapan yang digunakan pada masase adalah : minyak

untuk masase, tisu, handuk mandi yang besar, satu buah handuk kecil,

sebuah bantal dan guling kecil dan selimut.

Kontraindikasi

1) Nyeri pada daerah yang akan dimasase

2) Luka pada daerah yang akan di masase

3) Gangguan atau penyakit kulit

4) Jangan melakukan pemijatan langsung pada daerah tumor

5) Jangan melakukan masase pada daerah yang mangalami ekimosis atau lebam.

6) Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami inflamasi

7) Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami tromboplebitis

8) Hati-hati saat melakukan masase pada daerah yang mengalami gangguan

sensasi seperti penurunan sensasi maupun hiperanastesia (Tappan & Benjamin,

2004).

Page 15: Terapi Masase

Hal-hal yang perlu mendapat perhatian saat dilakukan masase

1) Usahakan agar jangan sampai kontak dengan tubuh pasien terputus saat

melakukan masase.

2) Tangan dan gerakan saat melakukan masase harus rileks.

3) Hindari melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tersentak-sentak, upayakan

gerakan berirama.

4) Gunakan seluruh telapak tangan dan bukan menggunakan ujung jari saat

melakukan masase

5) Perhatikan kenyamanan dan keamanan pasien saat dilakukan masase

(Tappan & Benjamin, 2004).

e. Pengaruh Masase Punggung Terhadap Nyeri Persalinan Kala I

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan

kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.

Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,

keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008). Selama persalinan kala satu, nyeri

terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis.

Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi

serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat

otot dan ligamen yang menyokong struktur ini (Ratih, 2009).

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri persalinan

memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat

terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi

sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis, gerakan tangan

(yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di seluruh tubuh (Bobak,

2004).

Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot

uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu

membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I,

kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama

kala I ditranmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris.

Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan

iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah

Page 16: Terapi Masase

lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat

kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram,

sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina

dan jaringan perineum. Selama fase aktif, seviks berdilatasi (Bobak, 2004). Rasa sakit

kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut

mugkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai

puncak, kemudian menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).

Pengurangan nyeri persalinan pada ibu bersalin normal kala I dapat ditangani baik

secara farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu tindakan non farmakologis yang

dapat dilakukan adalah teknik masase punggung. Dimana tindakan tersebut adalah untuk

distraksi yang dapat menghambat otak untuk mengeluarkan sensasi nyeri serta tidak

menyebabkan efek samping pada ibu dan juga bayi. Faktor psikologis yang dapat

mempengaruhi pengurangan nyeri antara lain sikap dan keadaan mental pasien serta

kebiasaan dan budaya (Insafitta, 2007).

Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri persalinan. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase menstimulasi reseptor tidak nyeri.

Masase juga membuat pasien lebih nyaman karena membuat pasien lebih nyaman karena

membuat relaksasi otot (Brunner dan Suddarth, 2002). Impuls rasa sakit yang dibawah oleh

saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls

diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa

sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter

besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat

diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf yang

berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum

impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral

(Ratih, 2009).

Masase dengan cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman

selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijit 20 menit setiap jam

selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat

merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami.

Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat juga

membuat ibu merasa lebih dekat orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli

dan ingin menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak

Page 17: Terapi Masase

bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat

memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah

tepat (Danuatmadja, dan Meiliasari, 2004).

Menurut Danuatmaja (2004), tindakan pemijatan di daerah punggung dapat

menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, meningkatkan pernapasan, dan

merangsang produksi hormon endorsfine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah.

Selain itu perasaan santai dan tenang dapat mengubah tingkat oksidasi monoamine yang

memetabolisme serotonine. Padahal, serotonine adalah zat kimia yang bisa menghilangkan

rasa sakit.

Masase punggung dapat menutup gerbang untuk menghambat perjalanan rangsang

nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem syaraf pusat. Selanjutnya rangsangan taktil dan

perasaan positif yang berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian

dan empatik bertindak memperkuat efek masase untuk mengendalikan nyeri (Mander, 2003).

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) masase punggung diduga dapat menurunkan persepsi

nyeri dengan menstimulasi system control desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit

stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan masase punggung tergantung pada

kemampuan responden untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.

Menurut Potter dan Perry (2006) masase punggung bekerja memberikan pengaruh

paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif hanya

berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur invasif atau saat

menunggu persalinan.

Page 18: Terapi Masase

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk mencari pengobatan atau

perawatan pada pelayanan kesehatan. Nyeri dapat timbul akibat dari penyakit, tindakan

diagnostik, maupun akibat dari terapi. Nyeri dapat menyebabkan disabilitas dan distress

pada seseorang dan dapat merupakan hal yang lebih menyita perhatiannya dibandingkan

dengan penyakitnya sendiri.

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon

atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk

meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2003)

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan, bidan sudah seharusnya menerapkan masase ini. Karena

masase adalah salah satu cara mengurangi rasa nyeri yang mudah diterapkan dan

dilakukan. Pada ibu bersalin diharapkan bisa menciptakan rasa nyaman serta mengurangi

rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat mengurangi rasa nyeri persalinan.

Page 19: Terapi Masase

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan

Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

http://www.scribd.com/doc/238224735

http://www.bidanku.com/mengenal-endorphin-massage-dalam -kehamilan-dan-persalinan

http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view

(Diakses 9 Maret 2015 Pukul 19:00)