terapi farmakologi and non farmakologi

9
TERAPI FARMAKOLOGI Jenis Obat Contoh Cara Kerja Penyerap asam empedu Kolestiramin Mengikat asam empedu di usus, dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah Penghambat sintesa protein Niasin Mengurangi kecepatan VLDL (VLDL merupakan prekursos dari LDL) Penghambat HMG Adrenalin, Flufastatin Menghambat pembentukan kolesterol Koenzim-A reduktase Lovastatin, Vlavastatin. Sinvastatin Meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah Derivat asam fibrat Klofibrat, Fenofibrat, Gemfibrosil Meningkatkan pemecahan lemak 1. Niasin (asam nikotinat) Asam nikotinat mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas, tetapi penggunaaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang tidak menyenangkan. Niasin pada dosis dalam gram merupakan vitamin larut air, menghambat lipolisis dengan kuat dalam jaringan lemak- penghasil utama asam lemak bebas yang beredar. Hati umumnya menggunakan asam lemak dalam sirkulasi sebagai precursor utama untuk sintesis triasilgliserol. Karena itu, niasin menyebabkan penurunan sintesis triasilgliserol yang diperlukan untuk produksi VLDL

Upload: arulkumaran

Post on 16-Jul-2016

171 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

farmakoterapi

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Farmakologi and Non Farmakologi

TERAPI FARMAKOLOGI

Jenis Obat Contoh Cara KerjaPenyerap asam empedu Kolestiramin Mengikat asam empedu

di usus, dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah

Penghambat sintesa protein

Niasin Mengurangi kecepatan VLDL (VLDL merupakan prekursos dari LDL)

Penghambat HMG Adrenalin, Flufastatin Menghambat pembentukan kolesterol

Koenzim-A reduktase Lovastatin, Vlavastatin. Sinvastatin

Meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah

Derivat asam fibrat Klofibrat, Fenofibrat, Gemfibrosil

Meningkatkan pemecahan lemak

1. Niasin (asam nikotinat)

Asam nikotinat mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas, tetapi

penggunaaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang tidak

menyenangkan. Niasin pada dosis dalam gram merupakan vitamin larut air,

menghambat lipolisis dengan kuat dalam jaringan lemak-penghasil utama asam

lemak bebas yang beredar. Hati umumnya menggunakan asam lemak dalam

sirkulasi sebagai precursor utama untuk sintesis triasilgliserol. Karena itu, niasin

menyebabkan penurunan sintesis triasilgliserol yang diperlukan untuk produksi

VLDL (lipoprotein densitas sangat rendah). Lipoprotein densitas rendah (LDL,

lipoprotein kaya kolesterol) berasal dari VLDL dalam plasma. Karena itu, reduksi

VLDL juga mengakibatkan penurunan konsentrasi LDL plasma. Dengan

demikian, baik triasilgliserol (dalam VLDL) dan kolesterol (dalam VLDL dan

LDL) dalam plasma menjadi rendah. Selanjutnya, pengobatan dengan niasin akan

meningkatkan kadar kolesterol-HDL (HDL merupakan karier kolesterol yang

“baik”). Selanjutnya, dengan meningkatkan sekresi aktivator plasminogen

jaringan dan merendahkan fibrinogen plasma, niasin dapat mengubah beberapa

disfungsi sel endotel penyebab thrombosis yang ada kaitannya dengan

hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. (Katzung, 2002)

Page 2: Terapi Farmakologi and Non Farmakologi

2. Fibrat-Klofibrat dan Gemfibrozil

Obat-obat tersebut merupakan derivat asam fibrat dan keduanya mempunyai

mekanisme kerja yang sama. Gamfibrozil dalam klinik telah menggantikan

klofibrat karena kematian akibat klofibrat lebih tinggi. Kematian tersebut tidak

ada hubungannya dengan penyebab kardiovaskular tetapi lebih ganasan atau

komplikasi pasca kolesistektomi dan pankreasitis. Kedua obat menyebabkan

penurunan trigliserol plasma dengan memacu aktifitas lipase lipoprotein, sehingga

menghidrolisis triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL, sehingga dapat

mempercepat pengeluaran partikel-partikel ini dari plasma. Penelitian pada hewan

menunjukkan bahwa fibrat dapat menyebabkan penurunan kolesterol plasma

dengan menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan meningkatkan ekskresi

biliar kolesterol ke dalam feses. Fibrat juga merendahkan kadar fibrinogen

plasma. Klofibrat dan gamfibrozil berguna dalam mengobati hiperlipidemia tipe

III (disbetalipoproteinemia), dengan penumpukan partikel lipoprotein densitas

sedang (IDL).( Katzung,2002)

3. Resin pengikat asam empedu : kolestiramin dan kolestipol

Kolestiramin dan kolestipol adalah resin pertukaran anion yang terikat pada asam

dan garam empedu bermuatan negatif dalam usus halus. Kompleks resin atau

asam empedu ini dikeluarkan melalui feses, sehingga mencegah asam empedu

kembali ke hati melalui sirkulasi enterohepatik. Berkurangnya konsentrasi asam

empedu menyebabkan hepatosit meningkatkan konversi kolesterol ke asam

empedu, menyebabkan suplai senyawa ini baik kembali, sebagai komponen

penting empedu. Akibatnya, konsentrasi kolesterol intraseluler, mengaktifkan hati

untuk meningkatkan ambilan partikel LDL yang mengandung kolesterol, sehingga

LDL plasma turun. Ambilan yang miningkat ini dilakukan melalui upregulasi

reseptor LDL pada permukaan sel. resin yang mengikat asam empedu (sering

dikombinasi dengan diet atau niasin) adalah obat-obat pilihan dalam mengobati

hiperlipidemia tipe II a dan II b.( Talbert,2005)

Page 3: Terapi Farmakologi and Non Farmakologi

4. Inhibitor HMG – CoA reduktase : Lovastatin, praavastatin, simvastatin, dan fluvastatin

Kelompok antihiperlipidemia yang baru ini menghambat tahap pertama aktifitas

enzim dalam sintesis sterol. Analog dengan struktural alamia, asam3-hidroksi-

3metil Glutarat (HMG), semua obat dalam grup ini berpacu dalam menghambat

hidrosi metil glutaril koenzim A (HMG-CoA reduktase). Kecuali fluvastati,

inhibitor HMG reduktase lainnya merupakan modifikasi kimia dari senyawa

alamia yang terdapat dalam jamur. Lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastain

adalah analog 3-tatin dan simvastatin adalah lakton yang dihidrolisis menjadi obat

aktif. Pravastatin dan fluvastatin aktif dengan cara demikian. Karena afinitasnya

yang kuat terhadap enzim, semua efektif berpacu menghambat HMG-CoA

reduktase, tahapan terbatas dalam sintesis kolesterol. Dengan menghambat

sintesis kolesterol denovo-, obat akan menghabiskan simpanan kolesterol. Obat-

obat ini efektif dalam menurunkan kadar kolesterol plasma pada semua jenis

hiperlipidemia. Namun pasien yang homozigot untuk penyakit

hiperkolesterolemia kekurangan reseptor LDL dan oleh karenanya mendapatkan

keuntungan sedikit dari obat-obat ini. Perlu diperhatikan bahwa meskipun proteksi

diberikan karena pengurangan kadar kolesterol, kira-kira ¼ pasien yang diobati

dengan obat ini masih menderita masalah koroner. Karena itu diperlukan strategi

tambahan seperti diet, latihan, atau obat tambahan perlu diberikan. (Robert, 2005)

TERAPI NON-FARMAKOLOGI

Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL. Olahraga

bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah kadar kolesterol

HDL. Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar

kolesterol dan trigliserida tinggi adalah menghilangkan faktor risiko, mengurangi

jumlah lemak dan kolesterol dalam tubuhnya, menurunkan berat badan jika

mereka mengalami kelebihan berat badan, menambah porsi olahraga dan

mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan)

Page 4: Terapi Farmakologi and Non Farmakologi

1. Hindari makanan yang banyak mengandung kolesterol

Lemak trigliserida atau kolesterol merupakan penyebab munculnya penyakit

hiperlipidemia, oleh sebab itu jika Anda telah menderita penyakit hiperlipidemia

ini, akan sangat lebih baik apabila menghindari makanan yang banyak

mengandung kolesterol, karena jika Anda tetap mengonsumsi makanan yang

banyak mengandung kolesterol, maka lemak akan menimbun dalam jumlah

banyak di dalam tubuh, sehingga penyakit hiperlipidemia yang Anda derita bisa

menjadi lebih parah lagi. makanan yang banyak mengandung kolesterol antara

lain seperti gorengan, daging yang banyak mengandung lemak dan lain

sebagainya.( Robert,2005).

2. Menurunkan berat badan

Obesitas atau kelebihan berat badan juga merupakan salah satu penyebab

munculnya penyakit hiperlipidemia. Hal ini terjadi karena di dalam tubuh

seseorang yang mengalami obesitas, mereka mengalami penimbunan lemak

berlebih yang menyebabkan berat badannya naik. Oleh sebab itu, terapi non

farmakologi penyakit hiperlipidemia yang terbaik adalah dengan menurunkan

berat badan. Anda bisa melakukan program diet sehat untuk menurunkan berat

badan tersebut. (Dipiro, 2008).

3. Rutin melakukan aktivitas fisik

Terapi non farmakologi penyakit hiperlipidemia yang terakhir adalah dengan

meningkatkan aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini sangatlah berguna sekali bagi

penderita penyakit hiperlipidemia, karena dengan melakukan aktivitas fisik, lemak

dapat dibakar secara optimal melalui proses metabolisme. Aktivitas fisik yang

dapat Anda lakukan antara lain seperti olahraga jogging, olahraga aerobik, yoga

dan lain sebagainya. (Dipiro, 2008).

Page 5: Terapi Farmakologi and Non Farmakologi

4. Pengaturan diet

Substitusi minyak jenuh dengan minyak mono/poly-unsaturated (minyak

olive, kembang mataharo, jagung atau kedele. Tingkatkan asupan serat,

misalnya sayuran, buah-buahan, sereal murni, kurangi asupan alkohol,

karena bila berlebihan merupakan sebab penting dari hiperlipidemia

sekunder dan mengakibatkan parahnya gangguan primer. Gunakan makanan

yang mengandung ester stanol. Stanol tumbuhan seperti margarin khusus

(Benecol), mengurangai absorpsi kolesterol dari saluran cerna. Mekanismenya

dalah stanol menempati titik-titik dalam misel yang mengantar lipid ke sel-sel

mukosa lambung-usus. (Dipiro, 2005)

5. Menghilangkan faktor resiko

a) Menghentikan rokok.

b) Pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes

c) Mengobati hipertensi (Dipiro, 2005.)

Page 6: Terapi Farmakologi and Non Farmakologi

DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J.T. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 6th ed..

TheMcGraw-Hill Companies Inc.: United States of America. 429-449

Dipiro, J.T. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th ed..

UnitedStates of America: The McGraw-Hill Companies.

Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi 8. buku 2.

Penerbit Salemba Medika : Jakarta. 441-444

Robert. 2005. Hyperlipidemia (High Blood Fat). Tersedia

di:http://jcem.endojournals.org/content/90/3/0.1.full

Talbert, Robert L., 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, sixth

edition, Mcgraw-Hill, Medical Publishing Division, USA.

.