terapi cairan

50
REFERAT TERAPI CAIRAN Disusun oleh : Ronald Tejoprayitno 030.09.213 KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Upload: ageng-budiananti

Post on 26-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERAPI CAIRAN

REFERAT

TERAPI CAIRAN

Disusun oleh :

Ronald Tejoprayitno

030.09.213

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 26 AGUSTUS – 28 SEPTEMBER 2013

JAKARTA

Page 2: TERAPI CAIRAN

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmatnya referat ini dapat diselesaikan. Selain itu saya juga

mengucapkan terima kasih kepada dr. Firdaus Sp.An, dr. Triseno Sp.An, dr. Sanggam

Sp.An, dr. Rosalia Sp.An dan segenap staff bagian anestesi Rumah Sakit Dr.

Mintohardjo yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas bimbingan dan

pertolongannya selama menjalani kepaniteraan klinik bagian anestesi. Referat ini

dibuat dengan tujuan agar saya dan teman-teman kepaniteraan klinik bagian anestesi

dapat belajar lebih dalam mengenai terapi cairan sekaligus sebagai bahan diskusi

bersama. Saya harap dengan referat terapi cairan ini dapat menstimulus kami untuk

mencari lebih dalam lagi mengenai terapi cairan. Akhir kata referat ini masih jauh

dari sempurna, sehingga kritik dan saran akan sangat berguna bagi penulis. Mohon

maaf bila ada kesalahan penulisan, sekian terima kasih.

1

Page 3: TERAPI CAIRAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………ii

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………….1

Bab II Pembahasan ………………………………………………………………….

Bab III Kesimpulan …………………………………………………………………

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………

2

Page 4: TERAPI CAIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terkandung

didalamnya yang terdapat didalam tubuh disebut juga cairan tubuh berfungsi menjadi

pengangkut zat makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil

metabolisme sel untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan tubuh

berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak

tubuh. Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya merupakan zat padat

seperti protein, lemak, dan mineral. Proporsi cairan tubuh menurun dengan

pertambahan usia, dan pada wanita lebih rendah dibandingkan pria karena wanita

memiliki lebih banyak lemak disbanding pria, dan lemak mengandung sedikit air.

Sementara neonatus atau bayi sangat rentan terhadap kehilangan air karena memiliki

kandungan air yang paling tinggi dibandingkan dengan dewasa. Kandungan air pada

bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1 bulan 65 %, dewasa pria 60 %, dan wanita

50 %.

Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh antara lain adalah air, elektrolit,

trace element, vitamin, dan nutrien-nutrien lain seperti protein, karbohidrat, dan

lemak. Dengan makan dan minum maka tubuh kita akan tercukupi akan kebutuhan

nutrient-nutrien tersebut. Air dan elektrolit yang masuk ke dalam tubuh akan

dikeluarkan dalam waktu 24 jam dengan jumlah yang kira-kira sama melalui urin,

feses, keringat, dan pernafasan. Tubuh kita memiliki kemampuan untuk

mempertahankan atau memelihara keseimbangan ini yang dikenal dengan

homeostasis. Namun demikian, terapi cairan parenteral dibutuhkan jika asupan

melalui oral tidak memadai atau tidak dapat mencukupi. Sebagai contoh pada pasien

koma, anoreksia berat, perdarahan banyak, syok hipovolemik, mual muntah yang

hebat, atau pada keadaan dimana pasien harus puasa lama karena akan dilakukan

3

Page 5: TERAPI CAIRAN

pembedahan. Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi cairan dapat digunakan sebagai

tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau untuk menjaga

keseimbangan asam-basa.

Dengan demikian, secara garis besar tujuan dari terapi cairan adalah :

1. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit tubuh

2. Dukungan nutrisi

3. Akses intravena

4. Mengatasi syok

4

Page 6: TERAPI CAIRAN

BAB II

PEMBAHASAN

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat

berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada

bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi

usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan

seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu

pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 %

berat badan. Hal ini terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Perubahan cairan tubuh total sesuai usia

USIA Kilogram Berat (%)

Bayi premature 80

3 bulan 70

6 bulan 60

1-2 tahun 59

11-16 tahun 58

Dewasa 58-60

Dewasa dengan obesitas 40-50

Dewasa kurus 70-75

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada

perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun

perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan

tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka

resiko penderita menjadi lebih besar. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam

5

Page 7: TERAPI CAIRAN

kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen

ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.1

- Cairan intraselular

Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang

dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar

27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram),

sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan

intraselular.

- Cairan ekstraselular

Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif

cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar

setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,

jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini

sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi :

o Cairan Interstitial

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12

liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif

terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir

dibandingkan orang dewasa.

o Cairan Intravaskular

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya

volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L dimana 3

liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan

platelet.

o Cairan transeluler

Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti

serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran

6

Page 8: TERAPI CAIRAN

pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter,

tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.

Diagram 1. Distribusi Cairan Tubuh

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit.1

- Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.

Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah

kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).

o Kation

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan

kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa

terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.

o Anion

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat

(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO4

3-).

7

Body

100%

Water

60% (100)

Tissue

40%

Intracellular space

40% (60)

Extracelluler space

20% (40)

Interstitial space

15% (30)

Intravascular space

5% (10)

Page 9: TERAPI CAIRAN

Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama

maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi

tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.

a. Natrium

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling

berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-

145mEq/liter. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:

- Left atrial stretch reseptor

- Central baroreseptor

- Renal afferent baroreseptor

- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)

- Atrial natriuretic factor

- Sistem renin angiotensin

- Sekresi ADH

- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5 mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5

mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces

35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram

NaCl). Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial

maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium

(muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi

disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti

dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus

berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak

dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.2

b. Kalium

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan

penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium

8

Page 10: TERAPI CAIRAN

dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang

tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar

kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.

Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler.

Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10

mEq/liter.

c. Kalsium

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%

dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini

tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium

sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da

hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan

ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.

d. Magnesium

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk

pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.

e. Karbonat

Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil

akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali

bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru

dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.

- Non elektrolit

Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan.

Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

Proses Pergerakan Cairan Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan

9

Page 11: TERAPI CAIRAN

energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis

adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan

dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.3

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

a. Osmosis

Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane

semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan

berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler

permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen

sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut),

namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein. Tekanan osmotik plasma

darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut

isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat). Larutan dengan tekanan osmotik

lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik.

b. Difusi

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan

bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan

hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori

tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.

c. Pompa Natrium Kalium

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion

natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium

dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah

keadaan hiperosmolar di dalam sel.

Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal

Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah

oleh stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera

10

Page 12: TERAPI CAIRAN

pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal. Pada keadaan normal, seseorang

mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-2500 ml per hari, dalam bentuk cairan

maupun makanan padat dengan kehilangan cairan ratarata 250 ml dari feses, 800-

1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak disadari

(insensible water loss) dari kulit dan paru-paru. Kepustakaan lain menyebutkan

asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatif dari karbohidrat, protein dan lemak

yaitu sekitar 250-300 ml per hari, cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400

ml tiap hari, cairan dari makanan padat sekitar 800-100 ml tiap hari, sedangkan

kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata 1500 ml tiap hari, 40-80 ml per

jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik), kulit (insensible loss

sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa yang mana volume

kehilangan bertambah pada keadaan demam yaitu 100-150 ml tiap kenaikan suhu

tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37 derajat celcius dan sensible loss

yang banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-

paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus gastrointestinal (100-200

ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika terdapat penyakit di

traktus gastrointestinal), third-space loses.

Tabel.2 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasa

Fluid Gains Fluid Loses

Oxidative metabolism 300 ml Kidneys 1200-1500 ml

Oral fluids 1100-1400 ml Skin 500-600 ml

Solid foods 800-1000 ml Lungs 400 ml

GI tract 100-200 ml

TOTAL 2200-2700 ml TOTAL 2200-2700 ml

Dengan perhitungan yang lebih akurat lagi dapat dicari :

11

Page 13: TERAPI CAIRAN

volume urin normal : 0,5-1 cc/kg/jam

Air metabolisme : Dewasa : 5 cc/kg/hari, anak 12-14 th : 5-6 cc/kg/hari, 7-11

th : 6-7 cc/kg/hari, balita : 8 cc/kg/hari

Insensible water loss IWL : Dewasa : 15 cc/kg/hari, Anak : 30-usia(th) cc/kg

hari. Jika ada kenaikan suhu : IWL + 200

Kebutuhan air dan elektrolit per hari

Pada orang dewasa :

Air : 30-40 ml/kg/hr atau 2 ml/kg/jam atau (60 ml + 1 ml/kg setiap diatas 20 kg)/jam

Kenaikan 1 derajat celcius ditambah 10-15%

Kebutuhan homeostatis Kalium : 20-30 mEq/kg/hr

Na : 2 mEq/kg/hr

K : 1 mEq/kg/hr

Pada anak dan bayi :

Air     : 0-10 kg          : 4 ml/kg/jam (100 ml/kg/hr)

10-20 kg        : (40 ml + 2 ml/kg setiap kg diatas 10 kg)/jam

(1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg)/hr

>20 kg           : (60 ml + 1 ml/kg setiap kg diatas 20 kg)/jam

(1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg)/hr

Na : 2 Meq/kg/hr

12

Page 14: TERAPI CAIRAN

K : 2 Meq/kg/hr

Faktor-faktor modifikasi kebutuhan cairan

Kebutuhan ekstra / meningkat pada :

Demam ( 12% tiap kenaikan suhu 1C )

Hiperventilasi

Suhu lingkungan tinggi

Aktivitas ekstrim

Setiap kehilangan abnormal ( ex: diare, poliuri, dll )

Kebutuhan menurun pada :

Hipotermi ( 12% tiap penurunan suhu 1C )

Kelembaban sangat tinggi

Oligouri atau anuria

Aktivitas menurun / tidak beraktivitas

Retensi cairan ( ex: gagal jantung, gagal ginjal, dll )

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1. Perubahan volume

a. Defisit volume

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang

paling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah kehilangan

cairan di gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase

fistula. Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak,

infeksi, inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut,

kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf

13

Page 15: TERAPI CAIRAN

pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang lambat lebih dapat ditoleransi sampai

defisi volume cairan ekstraselular yang berat terjadi.4

* Dehidrasi

Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari

natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau

hipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling sering

terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10%

dari kasus. Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir

sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium

besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen

ekstravaskular. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan

dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis).

Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air

yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular

berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan

volume intravaskular. Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan

cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan

hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan

natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular

berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume

intravaskular.

14

Page 16: TERAPI CAIRAN

Tabel.3 Tanda-tanda klinis dehidrasi5

Symptom/Sign Mild

Dehydration

Moderate

Dehydration

Severe Dehydration

Level of

consciousness*

Alert Lethargic Obtunded

Capillary refill* 2 Seconds 2-4 Seconds Greater than 4

seconds, cool limbs

Mucous

membranes*

Normal Dry Parched, cracked

Tears* Normal Decreased Absent

Heart rate Slight increase Increased Very increased

Respiratory rate Normal Increased Increased and

hyperpnea

Blood pressure Normal Normal, but

orthostasis

Decreased

Pulse Normal Thready Faint or impalpable

Skin turgor Normal Slow Tenting

Fontanel Normal Depressed Sunken

Eyes Normal Sunken Very sunken

Urine output Decreased Oliguria Oliguria/anuria

* Best indicators of hydration status

15

Page 17: TERAPI CAIRAN

Tabel. 4 Derajat dehidrasi

Dehidrasi Dewasa Anak

Ringan 4 % 4 % - 5 %

Sedang 6 % 5 % - 10 %

Berat 8% 10 % - 15 %

Shock 15-20% 15-20%

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan

kebutuhan cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang

berlangsung. Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan,

cairan rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung

disesuaikan . Cara rehidrasi :

1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan (D) =

derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc

2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam

atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)

3. Pemberian cairan6 :

o 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot)

o 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot)

b. Kelebihan volume

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat

iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air

dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan

air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis,

ataupun gagal jantung kongestif. Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi

kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.

2. Perubahan konsentrasi

16

Page 18: TERAPI CAIRAN

- Hiponatremia

Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,

letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L

maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh

euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare,

muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini

dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ ≥ 125 mg/L) atau NaCl 3% sebanyak

(140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg. Koreksi hiponatremia yang

sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahan-lahan, sedangkan untuk

hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat

menggunakan rumus :

Na= (Na1 – Na0) x TBW

Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)

Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan

Na0 = Na serum yang aktual

TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)

- Hipernatremia

Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan

mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan

cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air

kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan

dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}: 140.

- Hipokalemia

Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut

kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar

total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,

perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,

kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat

berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infus

17

Page 19: TERAPI CAIRAN

potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus

potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk

hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat).

Rumus untuk menghitung defisit kalium :

K = (K1 – K0) x BB / 3

K = kalium yang dibutuhkan

K1 = serum kalium yang diinginkan

K0 = serum kalium yang terukur

BB = berat badan (kg)

- Hiperkalemia

Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal

atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin,

diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia,

kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk

hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium

bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis.

3. Perubahan komposisi

- Asidosis respiratorik (pH< 7,35 dan PaCO2> 45 mmHg)

Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk

menurunkan ventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat

dari ventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis,

pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi abdomen dan

penggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan koreksi yang

adekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila

perlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat post operatif adalah

sangat penting.

- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)

18

Page 20: TERAPI CAIRAN

Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi

yang dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis

terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untuk

mengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia,

penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium yang

terjadi.

- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)

Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan

bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus

kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang terjadi adalah

peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok,

diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol.

Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi

bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanya setelah

kompensasi alkalosis respirasi digunakan.

- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)

Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan

bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada pasien

bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular. Terapi

yang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekurangan

potasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama perode 24 jam dengan pengukuran

pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang sering.

TERAPI CAIRAN

19

Page 21: TERAPI CAIRAN

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam

batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma

ekspander) secara intravena. Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan

saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat

pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah

ke rongga ketiga.

1. Terapi Cairan Resusitasi

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan

tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi

jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat

dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau

Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa

diberikan 2-3 L dalam 10 menit.

2. Terapi Cairan Rumatan

Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.

Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit

utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut

merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi

gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal

dengan insensible water losses. Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1.

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan

karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit

yang juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, Ringer’s

dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah

dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi

20

Page 22: TERAPI CAIRAN

ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.

Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti

sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan efek samping

yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai

kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai

kebutuhan harian. Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang

ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar

kecilnya pembedahan, yaitu :

6-8 ml/kg untuk bedah besar

4-6 ml/kg untuk bedah sedang

2-4 ml/kg untuk bedah kecil

JENIS CAIRAN

Cairan Kristaloid

Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul

kecil yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume

pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih

sedikit dan harga lebih murah.

Yang termasuk cairan kristaloid antara lain salin (salin 0,9%, ringer laktat,

ringer asetat), glukosa (D5%, D10%, D20%), serta sodium bikarbonat. Masing-

masing jenis memiliki kegunaan tersendiri, dimana salin biasa digunakan untuk

memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari dan saat kegawat daruratan, sedangkan

glukosa biasa digunakan pada penanganan kasus hipoglikemia, serta sodium

bikarbonat yang merupakan terapi pilihan pada kasus asidosis metabolik dan

alkalinisasi urin. Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran

kapiler dari kompartemen intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian

21

Page 23: TERAPI CAIRAN

didistribusikan ke semua kompartemen ekstra vaskuler. Hanya 25% dari jumlah

pemberian awal yang tetap berada intravaskuler, sehingga penggunaannya

membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang. Bersifat isotonik,

maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan kedalam pembuluh darah dengan segera

dan efektif untuk pasien yang membutuhkan cairan segera.

Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada

kasus dimana terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis. Pada kondisi

tersebut, penting untuk dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul lebih

besar, yaitu jenis koloid.

1. Normal Saline

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.

Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi :

a. Resusitasi

Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh

keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit

yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk

mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.

b. Diare

22

Page 24: TERAPI CAIRAN

Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan

NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.

c. Luka Bakar

Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan

protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh

yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan

NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.

d. Gagal Ginjal Akut

Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga

homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum

dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal

saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan

pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema

paru.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-

paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa =

28-30 mEq/l.

Kemasan : 500, 1000 ml.

23

Page 25: TERAPI CAIRAN

Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi

elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan

ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan

tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium

merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan

otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada

dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok

hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan

hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam

laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya

paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati

pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal

function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).

Kemasan : 100, 250, 500 ml.

Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi

selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang

(kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).

24

Page 26: TERAPI CAIRAN

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan

iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti.

Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme

di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid

isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif

sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi

yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali

dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan

pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.

Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada

pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal

ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien

sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat. Ringer Asetat telah

tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai pengganti

kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok

hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi

anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga

diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi. Hasil studi juga

memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL

secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan

yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan

darah sistolik-diastolik).

25

Page 27: TERAPI CAIRAN

Tabel 5. Komposisi Beberapa Cairan Kristaloid

Solution Tonicity

(mosml/L)

Na+

(mEq/L)

Cl-

(mEq/L)

K+

(mEq/L)

Ca2

(mEq/L)

Glucose

(g/L)

Lactate

(mEq/L)

5% Dextrose

in water

(D5W)

Hypo (253) 50

Normal saline Iso (308) 154 154

D5 ¼ NS Iso (330) 38,5 38,5 50

D5 ½ NS Hyper (407) 77 77 50

D5NS Hyper (561) 154 154 50

Lactated

Ringers

Injection (RL)

Iso (273) 130 109 4 3 28

D5LR Hyper (525) 130 109 4 3 50 28

Cairan Koloid

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit

menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler.

Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek

samping lebih banyak, dan lebih mahal. Mekanisme secara umum memiliki sifat

seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan

tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari

pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama

dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan

meningkatkan tekanan osmose plasma.

26

Page 28: TERAPI CAIRAN

1. Albumin

Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa

yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang

dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam

jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan

resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.

Indikasi :

Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,

hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary

bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis

luas dan luka bakar.

Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress

Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan

albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan

serta penurunan berat badan secara bersamaan.

Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi,

kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi

inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.

Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari

sirosis. Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan

media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan

utama, sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi

resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat

menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu

27

Page 29: TERAPI CAIRAN

sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung

dari bakteri.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.

Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan

amilopektin.

Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan

permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan

setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat

(>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF).

Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu

penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :

Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu

HES tetap bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi

kenaikan  permeabilitas.

Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin

menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan

kristaloid.

28

Page 30: TERAPI CAIRAN

HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan

pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi

molekuler.

Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan

pada sepsis karena :

Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid

(HES), yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.

HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan

gelatin pada pasien sepsis dengan hipovolemia.

HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF,

pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi

iskemik reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).

Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan

gelatin pada pasien dengan sepsis.

Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika

digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.

Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran

Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri

Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.

Indikasi :

Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard,

iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.

29

Page 31: TERAPI CAIRAN

Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan

viskositas darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian

dikemukakan bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten

jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.

Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,

hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau

anuria yang parah.

Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering

dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul

dextran pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan

yang signifikan.

Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin

Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.

Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,

Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin

memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.

Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus

dihindari pada keadaan hiperkalsemia.

Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan

20.000 pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi

bila dibandingkan dengan starches.

30

Page 32: TERAPI CAIRAN

Tabel 6. Perbandingan Kristaloid vs Koloid

Crystalloid ColloidAdvantages Inexpensive

Promotes urinary flow( intravascular volume)Fluid of choice for initialresuscitation oftrauma/hemorrhage.Expands intravascular volume(1/4 volume given retainedintravascularly)Restores third space losses

More sustained intravascullar increase(1/3 still intravascullar at 24 hr)Maintain or plasma colloid oncoticpressure.Requires smaller volume for equaleffectLess peripheral edema (more fluidremains intravascullar)May lower intracranial pressure

Disadvantages Dillutes colloid osmoticpressurePromotes peripheral edemaHigher incidence of pulmonaryedemaRequires large volumeEffects are transient

ExpensiveMay produce coagulopathy (dextransand helastarch)With capilary leak may potentiatefluid loss to the interstitiumImpairs subsequent cross matching ofbool (dextrans)Dilutes cloting factors and platelets platelets adhesiveness (absorptiononto platelet membrane receptor)Potential blocking of renal tubules andreticuloendhotelial cells in the liver.Possible anaphylactoid reaction withdextrans.

31

Page 33: TERAPI CAIRAN

BAB III

KESIMPULAN

Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh ini

didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam

metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan. Dalam

pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama pembedahan

ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi cairan amat

diperlukan untuk pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu banyak yang

bisa membahayakan.

Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran sel.

Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar sel atau masuk

ke dalam sel. Terapi cairan parenteral digunakan untuk mempertahankan atau

mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi cairan

harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus

itu sendiri. Jenis cairan yang bisa diberikan untuk terapi cairan adalah cairan

kristaloid dan cairan koloid.

32

Page 34: TERAPI CAIRAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th ed. Missouri:

Elsevier-mosby; 2005.p3-227

2. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada

pembedahan. Ed. Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

3. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2nd ed.

Pennsylvania: Springhouse; 2002:3-189.

4. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york:

McGraw-Hill; 1999:53-70.

5. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar

[accessed 6 Sept 2013]. Tersedia dari: URL:

http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

6. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia; 2003:

17-40.

33