terapi bermain

15
KONSEP TERAPI BERMAIN PADA ANAK 1.1 Pengertian Bermain Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial, dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyusuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (menurut Wong dalam Supartini, 2014). Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Suryanti, 2011). 1.2 Tujuan Bermain Tujuan bermain adalah untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, mengeksperikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap

Upload: yuyun-rinjani

Post on 28-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: terapi bermain

KONSEP TERAPI BERMAIN PADA ANAK

1.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk

memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan

kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial, dan bermain

merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-

anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyusuaikan diri

dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan

mengenal waktu, jarak, serta suara (menurut Wong dalam Supartini,

2014). Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit.

Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain

tetap ada (Suryanti, 2011).

1.2 Tujuan Bermain

Tujuan bermain adalah untuk melanjutkan pertumbuhan dan

perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan

dalam pertumbuhan dan perkembangannya, mengeksperikan perasaan,

keinginan, dan fantasi, serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan

kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif

terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit (Supartini 2014).

1.3 Fungsi Bermain

Fungsi bermain menurut Wong (2009) yaitu :

1.3.1 Perkembangan Sensorikmotor

Aktivitas sensorikmotor merupakan komponen utama bermain pada

semua tingkat usia anak. Bermain aktif menjadi hal yang penting

dalam perkembangan sistem otot dan saraf yang bermanfaat dalam

melepaskan kelebihan energi.

Page 2: terapi bermain

1.3.2 Perkembangan Intelektual

Anak dapat mengeksplorasi dan memanipulasi ukuran, bentuk,

tekstur dan warna. Mengenali angka, hubungan yang renggang dan

konsep abstrak. Bermain memberi kesempatan untuk menghilangkan

pengalaman masa lalu untuk memasukkan kedalam persepsi dan

hubungan yang baru.

1.3.3 Sosialisasi

Sejak masa bayi awal, anak-anak menunjukkan minat dan

kesenangan apabila ditemani dengan anak lain. Hubungan sosial

pertamanya adalah dengan pribadi ibu, tetapi melalui bermain

dengan anak lain, mereka belajar membentuk hubungan sosial dan

menyelesaikan masalah yang terkait dengan hubungan ini. Mereka

belajar untuk saling memberi dan menerima, mereka banyak belajar

dari kritikan teman sebayanya dibandingkan dari orang dewasa.

1.3.4 Kreativitas

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengeluarkan

ide dan minat serta kreasi, yang membuat mereka berfantasi dan

berimajinasi serta memberi kesempatan untuk mengembangkan

bakat bagi anak.

1.3.5 Kesadaran Diri

Bermain memberikan kemampuan untuk anak belajar mengenali diri

mereka, di mana posisi mereka. Mereka semakin mampu mengatur

tingkah laku mereka sendiri, mempelajari kemampuan mereka dan

membandingkan kemampuan sendiri dengan kemampuan anak lain.

1.3.6 Manfaat Terapeutik

Dalam bermain anak mencoba dan menguji situasi yang menakutkan

dan bisa memahami dan berpura-pura menguasai peran dan posisi

yang mereka tidak mampu melakukannya dalam dunia nyata. Anak

mengungkapkan banyak tentang dirinya ketika bermain.

Page 3: terapi bermain

1.3.7 Nilai Moral

Walaupun anak belajar di rumah dan disekolah tentang perilaku yang

dianggap benar dan salah menurut budaya, interaksi dengan teman

sebaya selama bermain berperan secara bermakna pada pembentukan

moral mereka. Tidak ada tempat yang memberikan penguatan

standar moral sekaku dalam situasi bermain.

1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Aktifitas bermain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1.4.1 Tahap perkembangan

Setiap tahap perkembangan mempunyai potensi atau keterbatasan,

anak usia BATITA mempunyai potensi untuk melakukan

serangkaian permainan tertentu tetapi juga mempunyai keterbatasan

dimana belum dapat mencapai kemampuan seperti anak di atas

usianya yaitu anak usia pra sekolah. Kondisi ini mempengaruhi

permainan yang dibutuhkannya.

1.4.2 Status kesehatan

Status kesehatan anak juga mempengaruhi aktifitas bermain karena

anak dalam keadaan sakit kemampuan psikomotor maupun

kognitifnya terganggu.

1.4.3 Jenis kelamin

Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya

dengan permainan anak. Dalam melakukan aktivitas bermain tidak

membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Semua alat

permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan

untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan

kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat yang meyakini

bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak

mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak

perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki.

Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang

Page 4: terapi bermain

berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui

media permainan.

1.4.4 Lingkungan dan alat permainannya cocok atau tidak

Lingkungan tempat bermain juga mempunyai pengaruh besar dalam

mencapai perkembangan anak yang optimal. Lingkungan yang

penuh kasih sayang dan fasilitas yang cukup dalam membentuk

rangsangan, membuat dampak yang besar dalam meningkatkan taraf

kecerdasan anak. Stimulasi lingkungan yang baik akan menyebabkan

penambahan ketebalan korteks otak, jumlah sinaps dan penambahan

pembuluh kapiler di otak.

Alat dan jenis permainan juga perlu diperhatikan dalam aktivitas

bermain anak. Alat yang dipilih harus sesuai dengan tahapan tumbuh

kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih

dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut aman dan

sesuai dengan usia anak. Alat permaian yang harus didorong, ditarik

dan dimanipulasi akan mengajarkan anak untuk dapat

mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak.

1.5 Klasifikasi Bermain

1.5.1 Berdasarkan isi permainan

1.5.1.1 Social affective play

Inti permainan ini adalah adanya hubungan

interpersonal yang menyenangkan antara anak dan

orang lain. Contohnya: berbicara sambil tersenyum

dan tertawa.

1.5.1.2 Sence of pleasure play

Permainan ini menggunakan alat yang dapat

menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya

mengasyikkan.Contohnya : main air dan pasir.

1.5.1.3 Skill play

Page 5: terapi bermain

Permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak,

khususnya motorik kasar dan halus.contohnya :naik

sepeda.

1.5.1.4 Games atau permainan

Permainan ini menggunakan alat tertentu yang

menggunakan perhitungan dan/ atau skor.Contohnya :

ular tangga dan congklak.

1.5.1.5 Unoccupied behaviour

Anak tidak memainkan permainan terentu.Apa saja

yang ada disekelilingnya di jadikan sebagai alat

permainan. Contohnya : jinjit-jinjit, memainkan kursi,

meja dsb.

1.5.1.6 Dramatic role play

Permainan ini anak akan memainkan peran sebagai

orang lain melalui permainannya. Contohnya : bermain

dokter-dokteran dan perawat.

1.5.2 Berdasarkan karakter social

1.5.2.1 Onlooker play

Pada permainan ini, anak hanya mengamati temannya

yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut

berpartisipasi dalam permainan.Contohnya :

congklak/dakon.

1.5.2.2 Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam

kelompok permainan, terapi anak bermain sendiri

dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat

permainan tersebut berbeda dengan alat permainan

yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama,

ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.

Page 6: terapi bermain

1.5.2.3 Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat

permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan

anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga

antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi

satu sama lain.

1.5.2.4 Associative play

Pada permainan ini tidak terjadi komunikasi antara satu

anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak

ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan

tujuan tidak jelas. contohnya : main boneka,dan masak-

masak.

1.5.2.5 Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok ini tampak lebih

jelaspada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin

permainan.Contohnya : main sepak bola

1.5.3 Berdasarkan kelompok usia

1.5.3.1 Anak usia bayi

Permainan untuk anak usia bayi di bagi menjadi bayi

usia 0-3 bulan, 4-6 bulan, 7-9 bulan. Karakteristik

permainan anak usia bayi adalah sence of pleasure play.

Bayi usi 0-3 bulan. Alat permainan yang bisa digunakan ,

misalnya mainan gantung yang berwarna terang dengan

bunyi music yang menarik.Bayi usia 4-6 bulan. Untuk

menstimulasi penglihatan, dapat dilakukan permainan,

seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan

yang mudah dipegangnya dan berwarna terangserta dapat

pula dengan cara member cermin dan meletakkan bayi

didepannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat

Page 7: terapi bermain

bayangan dicermin.Bayi usia 7-9 bulan. Untuk

menstimulasi pengliahatan, dapat dilakukan dengan

memberikan mainan yang berwarna terang, atau berikan

kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia mencoret-

coret sesuai keinginannya.

1.5.3.2 Anak usia toddler (>1 tahun sampai 3 tahun)

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia

toddler adalah solitary play dan parallel play. Anak

melakukan permainan pada usia 1 sampai 2 tahun lebih

jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan

mainannya sendiri,karena belum bias berkomunikasi.

Sedangkan usia>2-3 tahun anak sudah mulai bias

berkomunikasi dengan teman bermainnya. Jenis alat

permainan yang tepat diberikan adalah boneka, kereta

api, truk, sepeda roda tiga, alat memasak, alat

menggambar, bola, pasir, tanah liat, dan lilin warna-

warni

1.5.3.3 Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)

Permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic

play, dan skill play.Anak melakukan permainan

bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi

yang sesuai dengan kemampuan bahasanya.

1.5.3.4 Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)

Dalam permainan ini mereka lebih mampu bekerja sama

dengan teman sepermainannya.

1.5.3.5 Anak usia remaja (13 sampai 18 tahun)

Anak remaja ,mereka perlu mengisi kegiatan yang

konstruktif. Misalnya dengan melakukan permainan

berbagai macam olahraga, mendengarkan dan/ atau

bermain music serta melakukan kegiatan organisasi yang

positif.

Page 8: terapi bermain

1.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain

Agar anak bisa bermain diperlukan hal-hal seperti di bawah ini :

1.6.1 Ekstraenergi

Untuk bermain diperlukan energi tambahan. Anak yang sakit, tidak

bergairah untuk bermain.

1.6.2 Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.

1.6.3 Alat permainan

Untuk bermain di perlukan alat permainan yang sesuai dengan

umur dan taraf perkembangannya.

1.6.4 Ruangan untuk bermain

Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus

untuk bermain.Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan

di ruang tidurnya.

1.6.5 Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru

teman-temannya, atau di bimbing oleh orangtua atau

pengasuh.Bimbingan orang tua atau pengasuhadalah yang terbaik,

karena pengetahuan anak menjadi tidak terbatas dalam

menggunakan alat permainannya. Anak juga akan mendapatkan

keuntungan lain lebih banyak, seperti kedekatan dengan

orangtua/pengasuh.

1.6.6 Teman bermain

Anak harus merasa yakin bahwa anak mempunyai teman bermain

kalau dia memerlukan, apakah itu saudara, orangtua, atau teman.

Kalau anak bermain sendirian,maka anak akan kehilangan

kesempatan belajar dari orang lain dan bersosialisasi. Sebaiknya,

kalau anak bermain dengan terlalu banyak teman, maka anak tidak

akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri

sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan

Page 9: terapi bermain

bermain di lakukan bersama orangtuanya, maka hubungan

orangtua dengan anak menjadi lebih akrab, meningkatkan rasa

kasih sayang, serta orangtua akan segera mengetahui setiap

kelainan/keunggulan pada anak mereka secara dini.

Page 10: terapi bermain

DAFTAR PUSTAKA

Supartini Y. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.

Suryanti, dkk. (2011). Pengaruh Terapi Bermain dan Origami Terhadap Tingkat

Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di

RSUD Dr. R Goetheng Febrina Sari, Weni. (2014). Pengaruh Terapi

Bermain Dengan Teknik Bercerita Terhadap Tingka Kecemasan Akibat

Hospitalisasi pada Anak Prasekolah di Ruang Rawat Inap Anak di

RSUD Ibnu Sina Yarsi Bukit tinggi. Jurnal. Universitas Muhammadiyah

Sumatera Barat.

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1.Edisi 6. .

Jakarta: EGC