teori manajemen proyek

Upload: fadillah-putri-dirgahayu

Post on 10-Jul-2015

1.459 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS MANAJEMEN PERENCANAAN & PENGENDALIAN PROYEK II

1. 2. 3.

Dikerjakan Oleh: Fadillah Putri Dirgahayu (4210215043) Fennie Dea Iranti (4210215045) Ganesha Zahra Rosyadi (4210215047)

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA TAHUN 2011

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 1. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN a. Planning Proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut : Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia. Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia. Penerjemahan rencana kedalam bentuk program-program sebagai kegiatan yang konkrit Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran b. Organizing Pengaturan atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah organisasi. c. Actuating Menggerakkan orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk menggerakkan, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada anggota kelompoknya untuk secara bersamasama memberikan kontribusi dalam menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. d. Controlling Kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pengendali proyek berkewajban melakukan controlling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor dan konsultan untuk memastikan masing-masing tim sudah melakukan tugasnya dalam

koridor quality assurance. Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi. 2. KOORDINASI DAN PENGENDALIAN Sebutan koordinasi membawa dua konsekuensi, yakni integrasi dan sinkronisasi. Integrasi, menyangkut permasalahan, sedangkan sinkronisasi, menyangkut ketatalaksanaan guna mencapai keselarasan, keserasian, kebersamaan pengendalian. Pengendalian dimaksudkan untuk menjamin, agar pelaksanaan pekerjaan yang dikoordinasikan dan diawali dengan integrasi dan sinkronisasi, benarbenar mengarah pada terwujudnya produk keluaran yang dikehendaki. Rencana dan program adalah masukan manajemen yang menyangkut koordinasi pada tahapan informatif. Sampai pada tahapan implementasi rencana dan program, peran koordinasi mencakup pula fungsi pengendalian yang dapat dijelaskan melalui rumusan berikut ini :R P X P E N G E N D A L I A N P E V A L U A S X I P E L A K S A N A A N E R N O C G A R N A A M

dan

keterpaduan.

Dan

tahapan

selanjutnya

adalah

implementasi, dalam hal ini pelaksanaan koordinasi mencakup fungsi

P E N G X P e n g e A P n d W e a A

E S

L A j u n

A N k =

P

O

R

A

N

t u n l i a

T P

u e

r u n g

n

T a a w a

n

g s a

a n

n + T u r u n

3. ASPEK DALAM PENGENDALIAN a. Struktur Organisasi Langkah pertama dalam proses pengendalian adalah Penetapan Struktur Organisasi dari semua pihak yang terlibat didalam proyek. Struktur organisasi tersebut juga dilengkapi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap elemen dalam suatu organisasi dan harus diinformasikan kepada semua pihak yang ada. b. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure/SOP) Dalam kegiatan proyek konstruksi terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan Guna mendapatkan suatu ketertiban dan kedisiplinan dalam menjalankan kewajibannya atau tugasnya bagi semua pihak yang terlibat dalam proyek tersebut dibutuhkan adanya suatu Tata Cara Baku atau Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure/SOP) yang mengikat semua anggota proyek, mulai dari project manager sampai pelaksana yang paling bawah. Setiap Tata Cara Baku (SOP) sekurangnya memberi gambaran/penjelasan tentang: Struktur organisasi Tugas pokok dan fungsi setiap jabatan Uraian tugas Tata cara penyelenggaraan tugas

c. Tugas Pokok dan Fungsi

Melalui proses analisis yang tepat, Tugas pokok dan fungsi dari setiap jabatan dalam organisasi, mulai dari manajemen puncak sampai pelaksana yang paling bawah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan beban kerja yang tidak tepat atau overlapping dengan jabatan lainnya. Dalam tugas pokok dan fungsi ini, setiap jabatan setidaknya menguraikan : Tugas pekerjaannya/job description Rincian tugas/fungsi

Lingkup kewenangan jabatan Tanggung jawab jabatan Rincian pejabat dibawahnya yang menyangkut jabatan tugas pokok dan fungsi 4. METODE PENGENDALIAN a. Rapat Pra Pelaksana (Pre-Construction Meeting) Rapat Pra-Pelaksanaan adalah rapat yang diadakan oleh Kepala Satuan Kerja Sementara, (KaSatKer) yang diikuti oleh ketiga unsur dalam proyek yaitu KaSatKer sendiri sebagai Employer, Manajer Konstruksi dari pihak Konsultan MK/Supervisi dan General Superintendent dari Kontraktor. Tujuan dari Rapat Pra-pelaksanaan pekerjaan, (RPP) adalah untuk mempersiapkan mendapatkan koordinasi pelaksanaan khususnya

kesepakatan tentang hal-hal sebagai berikut: Untuk mendapatkan kesamaan interpretasi oleh semua unsur yang terkait tentang pasa-pasal dalam kontrak (syarat umum kontrak dan spesifikasi) yang dianggap kurang jelas. Pemahaman dan koreksi dan persetujuan tentang gambar rencana dan gambar kerja. Kesepakatan dalam prosedur request dan approval. Kesepakatan prosedur dan methode pelaksanaan kerja. Penyusunan detail schedule mobilisasi dan pelaksanaan fisik. Penjelasan prosedur administsrasi dan keuangan.

b. Rapat Rutin Rapat rutin merupakan bagian dari upaya memantau dan mengendalikan secara terus menerus dan berkesinambungan atas berbagai aspek penyelenggaraan proyek, berupa mingguan, bulanan, kwartalan atau tengah tahunan. Yang dibahas dalam rapat rutin adalah:

Gambaran Kemajuan Proyek Memberikan gambaran kemajuan proyek pada saat rapat rutin, terutama yang berkaitan dengan sasaran yang telah digariskan, seperti biaya, jadwal dan mutu, berikut hubungannya satu sama lain diantara sasaransasaran tersebut.

Identifikasi Persoalan Mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan membuat prakiraan pencapaian sasaran akibat dari adanya masalah yang timbul, dan usahausaha mengatasinya.

c. Monitoring Dan Evaluasi Dalam upaya meningkatkan kualitas pengendalian proyek telah ditemukan metode selain CPM (Critical Path Method), suatu metode yang dikenal sebagai PERT (Project Evaluation and Review Technique). Untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi schedule dengan menggunakan program Microsoft Project yang mampu memperkirakan waktu dari setiap komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik. 5. SASARAN PENGENDALIAN Garis besar sasaran pengendalian proyek amat luas, diantaranya yang terpenting adalah yang menyangkut dalam hal sebagai berikut:a) Pengendalian Mutu Teknis b) Pengendalian Waktu Pelaksanaan

c) Pengendalian Biaya d) Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Konstruksi (K3L) Hal-hal tersebut di atas harus dikendalikan dengan baik dalam pelaksanaan proyek konstruksi, dan oleh karena itu harus direncanakan dengan detail dan baik pula.

Perencanaan dan Pengendalian yang baik akan mewujudkan tercapainya hasil yang baik pula. Perencanaan dan pengendalian baik Mutu, Waktu, Biaya, dan K3L di atas dapat dilakukan dengan cara atau metode yang berbeda. Dalam tulisan ilmiah ini, kelompok kami akan membahas perencanaan dan pengendalian proyek dari 3 sasaran yang berbeda dan metode yang berbeda yaitu: Pengendalian Mutu menggunakan standar ISO 9000 Pengendalian K3L melalui kebijakan K3 perusahaan Pengendalian Biaya melalui konsep Value Engineering Masing-masing embahasan ketiga hal tersebut di atas akan disertai contoh studi kasus yang terjadi pada proyek di Indonesia. 6. Pengendalian Mutu Audit Internal Berdasarkan ISO 9000:2008 1. DEFINISI ISO 9000 ISO merupakan suatu sistem manajemen mutu. ISO singkatan dari International Organization for Standardization merupakan suatu lembaga federasi dunia badan-badan standar nasional (badan anggota ISO). ISO mengembangkan sekumpulan standar untuk industri-industri manufaktur, perdagangan dan komunikasi. Seri ISO 9000 pertama kali dipublikasikan pada tahun 1987, direvisi pada tahun 1994 dan 2000. Hal yang harus digaris bawahi adalah ISO 9000 adalah suatu standar sistem, bukan standar produk. Manfaat eksternal yang mungkin di dapat antara lain : 1. Kemampuan kompetitif Dengan sertifikasi ISO, akan lebih mudah bersaing secara global karena perusahaan-perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi ISO akan menuntut pemasok atau rekannya juga mempunyai sertifikasi ISO 9000. 2. Persepsi pasar pada perusahaan

Adanya sertifikasi ISO 9000 akan mempengaruhi persepsi pasar, biasanya perusahaan tersertifikasi berfokus pada perbaikan terus menerus dan mutunya konsisten. 3. Kesehatan internal organisasi ISO 9000 menumbuhkan adanya hubungan antara organisasi dan peningkatan komunikasi, sehingga akan menambah satu keuntungan kompetitif dalam perusahaan untuk mendukung program perbaikan mutu secara keseluruhan. Dalam Sistem Manajemen Mutu, sering terdengar istilah (Quality Control dan Quality Assurance). Quality Control terdengar lebih dahulu daripada Quality Assurance, karena dalam sejarah manajemen mutu, Quality Control diperkenalkan lebih dahulu daripada Quality Assurance. Quality Control berarti berbagai teknik dan kegiatan untuk memantau, mengevaluasi, dan menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang telah ditetapkan tercapai, misalnya pengendalian mutu hasil akhir pengecoran beton. Petugas pengendalian mutu memantau hasil produk secara fisik. Jika terjadi penyimpangan yang cukup potensial, maka pengaruhnya terhadap kekuatan struktur dievaluasi dan kemungkinan ditindaklanjuti dengan penetapan cara-cara perbaikan. Quality Control diperlukan untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan suatu proyek, sehingga terpenuhinya atau tidak terpenuhi persyaratan atau spesifikasi akan terlihat. Quality Assurance adalah semua tindakan terencana dan sistematis yang diterapkan, didemonstrasikan untuk meyakinkan pelanggan intern dan pelanggan ekstern (pemilik proyek) bahwa proses kerja dan hasil kerja kontraktor akan memenuhi persyaratan mutu tertentu. ISO 9000 adalah suatu pedoman untuk mewujudkan Quality Assurance, sehingga ISO 9000 juga sering disebut Quality Assurance System. Bila Quality Control dibandingkan Quality Assurance, akan tampak bahwa Quality Control adalah kegiatan dimana sesuatu sudah atau sedang terjadi, sementara Quality Assurance adalah kegiatan dimana sesuatu belum terjadi, jadi bersifat pencegahan.

Standar ISO dipublikasikan dalam enam dokumen dipisah dengan nomor ISO 8402, 9000, 9001, 9002, 9003 dan 9004 terlihat pada gambar.

Gambar 3.1 Struktur ISO 9000 Series ISO 9000 merupakan seri yang terdiri dari :

a. ISO 9000 sebenernya merupakan standar pemastian mutu dan manajemen mutu yang dipakai sebagai penggunaan dan terdiri dari berbagai bagian yaitu : Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 : Panduan untuk seleksi dan penggunaannya : Panduan umum untuk aplikasi ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003. : Panduan umum untuk aplikasi ISO 9001 dalam pengembangan, pasokan, dan pemeliharaan software. : Petunjuk keandalan manajemen Program. b. ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu,model untuk memastikan mutu. Ini digunakan apabila kontraktor hendak memastikan kesesuaian desain atau pengembangan produk dengan persyaratan yang telah ditentukan selam tahaptahap production, installation,and servicing. c. ISO 9002 merupakan sistem manajemen mutu, model untuk memastikan mutu. Ini digunakan apabila kontraktor hendak memastikan kesesuaian produk dengan persyaratan yang telah ditentukan selama tahap-tahap production, installation,and servicing. d. ISO 9003 merupakan sistem manajemen mutu, model untuk memastikan mutu. Ini digunakan apabila kontraktor hendak memastikan kesesuaian produk dengan persyaratan yang telah ditentukan selama tahap inspeksi dan tes akhir. e. ISO 9004 pedoman penggunaan seri ISO yang terpilih dan penjelasan tambahan dalam hal-hal aspek sistem manajemen mutu. Melalui ISO 9000, setiap kegiatan yang mempengaruhi mutu dilakukan dalam tiga rangkaian kegiatan yang tidak terputus, yaitu: 1. Perencanaan tertulis 2. Pelaksanaan dan pengendalian sesuai perencanaan 3. Rekam/ catat hasil pelaksanaan Dengan demikian, selalu harus ada dokumen dalam prinsip ISO 9000, yaitu paduan-paduan kerja yang tertulis, serta catatan/ rekaman hasil kerja.

Pada perencanaan, semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus dibuatkan prosedur atau instruksi kerjanya untuk memastikan bahwa tujuan, wewenang, dan tanggung jawab telah ditetapkan dan dipahami dengan baik. Pada pelaksanaan dan pengendalian, semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus dikendalikan untuk memastikan bahwa persyaratan yang diminta, telah dipenuhi. Masalah yang mungkin akan timbul harus diantisipasi dan dihindari. Dan bila masalah timbul, perbaikan atau corrective action harus dilakukan dengan baik. Sementara pada rekaman/ catatan hasil kerja, semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus direkam/ dicatat untuk lebih memastikan pencapaian sasaran, dan sebagai umpan balik (feedback) bagi kegiatan perencanan berikutnya. 2. KONSEP ISO Definisi ISO 9000:2008 ISO 9000:2008 adalah standar internasional yang biasanya dikenal sebagai Sistem Manajemun Mutu atau Quality Management Systems. Sistem manajemen mutu adalah salah satu elemen dalam organisasi untuk mencapai Total Quality Management. Sistem manajemen mutu menggambarkan suatu sistem dengan prosedur terdokumentasi dan terkendali untuk memastika bahwa produk yang tidak sesuai tidak dilepaskan ke pelanggan.1 Sistem manajemen mutu mengintegrasikan semua elemen dalam organisasi yang diperlukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara berkelanjutan dengan produk,pelayanan, dan proses yang lebih baik. Standar sistem manajemen mutu yang diakui internasional adalah standar seri ISO 9000:2008.

Elemen-elemen ISO 9000:20081

(Vincent Gaspersz,2001, ISO 9001 2000 and Continual Quality )

ISO 9000:2008 adalah suatu model jaminan mutu yang terdiri dari kebutuhan sistem mutu. Model ini diterapkan organisasi untuk menghasilkan, menginstal dan melayani produk. Dalam ISO 9000:2008 yang merupakan kelanjutan dari ISO 9001 : 1994, terdapat 5 Elemen utama yang dibagai menjadi beberapa elemen di dalamnya.Dalam penerapannya pada suatu proyek tidak harus semua sistem tersebut diterapkan. Karena ada bagian-bagian dari elemenelemen tersebut yang mungkin tidak efektif jika diterapkan pada suatu proyek. Tidak pentingnya elemen pada suatu proyek bisa disebabkan karena proyek tidak terlalu besar, sehingga tenaga ahli yang menangani bagian tersebut tidak ada, atau mungkin adanya anggapan bahwa elemen tersebut belum diperlukan pada proyek tersebut. Setiap perusahaan yang telah menerima sertifikat ISO 9000:2008 cenderung menerapkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh standar 9000:2008, yaitu dengan menjadikan elemen-elemen tersebut sebagai dasar atau acuan dalam menjalankan sistem manajemen pada perusahaan. Elemen-elemen sistem mutu ISO 9000:2008 antara lain :1.

Sistem Manajemen Mutu / Quality Management System (Elemen 4.0)

Pesyaratan Umum / General Requirements (Elemen 4.1) Pesyaratan Dokumentasi - Umum / General (Elemen 4.2.1) Pedoman Mutu / Quality Manual (Elemen 4.2.2) Pengendalian Dokumen / Control of Documents (Elemen 4.2.3) Pengendalian Rekaman / Control of Records (Elemen 4.2.4) Komitmen Manajemen / Management Commitment (Elemen 5.1) Fokus Pelanggan / Customer Focus (Elemen 5.2) Kebijakan Mutu / Quality Policy (Elemen 5.3) Perencanaan-Sasaran Mutu / Planning-Quality Objectives (Elemen 5.4) Tanggung jawab, Wewenang dan Komunikasi / Responsibilty, Authority, and Communication (Elemen 5.5) Documentation Requirements-

2. Tanggung Jawab Manajemen / Management Rensposibilty (Elemen 5.0)

Tanggung jawab manajemen / Management Responsibilty (Elemen 5.5.1) Wakil Manajemen / management representatives (Elemen 5.5.2) Komunikasi Internal / Internal Communication (Elemen 5.5.3)

Persyaratan Tinjauan Manajemen / Requirements Management Review Umum / General (Elemen 5.6.1) Masukan Tinjauan / Review Input (Elemen 5.6.2) Penyediaan Sumber daya / Provision of Resources (Elemen 6.1) Sumber Daya Manusia / Human Resource (Elemen 6.2) Umum / General (Elemen 6.2.1) Kompetensi, kesadaran dan pelatihan / Competence, Awareness, and Infrastruktur / Infrastructure (Elemen 6.3) Lingkungan kerja / Work Environment (Elemen 6.4) Perencanaan Realisasi Produk / Planning of Product Realization (Elemen 7.1) Proses Terkait Pelanggan / Customer Related Process (Elemen 7.2) Penetapan Persyaratan yang berhubungan dengan produk / Requirements Tinjauan pesyaratan yang berhubungan dengan produk / Review the Komunikasi Pelanggan / Customer communication (Elemen 7.2.3) Desain dan pengembangan / Design and Development (Elemen 7.3) Perencanaan Desain dan Pengembangan / Design and Development Masukan Desain dan Pengembangan / Design and development input Keluaran desain dan pengembangan / Design and development output

(Elemen 5.6)

3. Manajemen Sumber daya / Resource Management (Elemen 6.0)

Training (Elemen 6.2.2)

4. Realisasi Produk / Product Realization (Elemen 7.0)

determination of Related Product (Elemen 7.2.1) requirements related products (Elemen 7.2.2)

planning (Elemen 7.3.1) (Elemen 7.3.2) (Elemen 7.3.3)

Tinjauan Desain dan Pengembangan / Review the design and Verifikasi Desain dan pengembangan / Design and Development Validasi Desain dan Pengembangan / Design and development Pengendalian Perubahan Desain dan Pengembangan / Control Pembelian / Purchasing (Elemen 7.4) Proses pembelian / Buying process (Elemen 7.4.1) Informasi Pembelian / Buying information (Elemen 7.4.2) Verifikasi Produk yang dibeli / Verification of Purchased Product (Elemen Produksi dan penyediaan jasa / Production and Service Provision (Elemen Pengendalian produksi dan penyediaan jasa / Controlling production and Validasi Proses produksi dan penyediaan jasa / Validation of production Identifikasi dan Mampu telusur / Identification and traceability (Elemen 7.5.3) Barang milik pelanggan / Customers property (Elemen 7.5.4) Penjagaan produk / Guarding Products (Elemen 7.5.5) Pengendalian Monitoring dan pengukuran perangkat / Control of Monitoring Analisis dan Perbaikan / Measurement, Analysis, and

development (Elemen 7.3.4) verification (Elemen 7.3.5) validation (Elemen 7.3.6) changes in the design and development (Elemen 7.3.7)

7.4.3) 7.5) service provision (Elemen 7.5.1) processes and service provision (Elemen 7.5.2)

and Measuring Devices (Elemen 7.6)5. Pengukuran,

Improvement (Elemen 8.0)

Umum / General (Elemen 8.1) Pemantauan dan pengukuran / Monitoring and Measurement (Elemen 8.2) Kepuasan Pelanggan / Customer satisfaction (Elemen 8.2.1) Audit Internal / Internal audits (Elemen 8.2.2)

Pemantauan dan pengukuran proses / Monitoring and measurement Pemantauan dan pengukuran produk / Monitoring and measurements Pengendalian produk yang tidak sesuai / Control of Nonconforming Product Analisa data / Analysis of Data (Elemen 8.4) Peningkatan / Improvement (Elemen 8.5) Perbaikan berkelanjutan / Continous improvement (Elemen 8.5.1) Tindakan perbaikan / Corrective action (Elemen 8.5.2) Tindakan pencegahan / Precaution (Elemen 8.5.3)

processes (Elemen 8.2.3) products (Elemen 8.2.4) (Elemen 8.3)

7. Pengendalian Biaya menggunakan konsep Value Engineering/ Rekayasa Nilai 7.1 Definisi Rekayasa Nilai atau lebih dikenal dengan Value Engineering adalah suatu susunan atau metode untuk meminimalisir biaya pengeluaran pada konstruksi dengan atau tanpa mengurangi serta mempertahankan nilai, tujuan dan fungsi konstruksi yang ada (Ir. Radi Wijaya). 7.2 Sejarah singkat Value Engineering - Di Dunia Value Engineering berawal dari periode perang dunia ke II. Beberapa perusahaan manufaktur saat itu terpaksa untuk menggunakan material dan disain alternatif sebagai dampak dari kurangnya material-material yang penting. General electric menemukan beberapa material alternatif yang mempunyai fungsi sama dengan material asli atau bahkan memiliki kinerja yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Akhirnya pada tahun 1947, General Electric dengan sengaja, mencari material alternatif untuk meningkatkan efesiensi produk dan secara sistematis mencari alternatif untuk penghematan.

Lawrence D. Miles, seorang staff engineering General Electric memimpin usaha penghematan tersebut. Miles mengkombinasikan beberapa ide dan teknik untuk mengembangkan dengan sukses dari pendekatan metodologi untuk memastikan value dari suatu produk. Konsep ini berkembang sangat pesat di industri perusahaan swasta. Metodologi ini pada awalnya disebut Value Analysis. Pada tahun 1957, Navy's Bereau of Ships secara resmi mulai menerapkan Value Engineering. Pada tahun 1959, Armed Services Procurement Regulation Amerika Serikat menambahkan pasal tentang Value Engineering pada kontraknya. Juni 1962, Departement of Defense melakukan modifikasi kontrak yang menyatakan bahwa Value Engineering adalah suatu persyaratan kontrak, baik untuk pihak Departemen maupun untuk pihak kontraktor. - Di Indonesia Menurut Ir. Bangun Sucipto. M.Eng. AVS. IPU perkembangan metode Value Engineering di Indonesia sebagai berikut: 1. Tahun 1985 : Value Engineering mulai dikenal oleh Industri di Indonesia. 2. Tahun 1990 : Value Engineering mulai diterapkan pada kontrak ICB. 3. Tahun 1995 : Value Engineering tidak dipakai (mati suri). 4. Tahun 2001 : Value Engineering diterapkan lagi tetapi sangat terbatas penggunaannya. 5. Tahun 2006 : Lahirnya HAVE-I (Himpunan Ahli Value Engineering Indonesia) 6. Sekarang : Banyak industri yang telah menerapkan Value Engineering

sebagai langkah penghematan pengeluaran. 7.3 Alasan diperlukannya Value Engineering Ada beberapa alasan mengapa Value Engineering diperlukan, yaitu :

1.

Meningkatnya biaya konstruksi

Biaya konstruksi berupa uang yang dikeluarkan oleh pemilik untuk membangun sebuah proyek konstruksi. Biaya konstruksi perlu direncanakan seakurat dengdan memperhatikan detail yang mungkin dapat mempengaruhinya seperti: item yang mungkin bertambah atau berubah, harga material atau jasa yang naik, diskon/rabat/ potongan harga, kesalahan estimasi akibat human error ataupun akibat lainnya. 2. Kekurangan biaya konstruksi

Biaya untuk membangun sebuah proyek konstruksi dapat berasal dari berbagai sumber baik satu ataupun gabungan berbagai pihak. Banyak contoh nyata bahwa suatu proyek konstruksi dapat tiba-tiba tertunda sebelum kemajuan pekerjaan mencapai 100% dikarenakan kekurangan dana pembangunan. Dikarenakan hal tersebut maka usaha yang sangat keras dibutuhkan untuk menutupi kekurangan dana konstruksi agar pekerjaan dapat disempurnakan. 3. Suku bunga tinggi

Suku bunga berkaitan erat dengan perekonomian Indonesia dan gejala yang ditimbulkannya. Biasanya sumber biaya konstruksi berasal dari pinjaman yang pembayaran nya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Hal ini seharusnya dipertimbangkan pada tahap perencanaan. 4. Inflasi meningkat setiap tahun

Inflasi adalah kemorosotan nilai uang dan menyebabkan kenaikan barangbarang termasuk material konstruksi. 5. Kemajuan teknologi yang sangat pesat.

Teknologi yang dimaksud adalah metode ilmiah atau system engineering yang didasari oleh ilmu pengetahuan terapan untuk mencapai tujuan yang praktis.

Metode terus disempurnakan sehingga dicapai metode yang dapat menghemat penggunaan jasa tukang dan juga penggunaan material yang berlebihan. 6. Perencanaan yang terlalu mewah

Kemewahan merupakan pilihan dan hak dari seseorang. Namun jangan sampai mewah mengakibatkan kesiasiaan dana pemilik. Merencanakan hal yang tidak perlu dan tidak mempunyai manfaat apapun merupakan pemborosan. Contoh: pada sebuah gedung terdapat rencana penggunaan kolom praktis yang amat banyak dan kolom praktis tersebut harus ditutupi alumunium composite panel, padahal kolom praktis tersebut tidak menahan beban konstruksi. Seharusnya kita dapat menggunakan keputusan Value Engineering dengan menghilangkan kolom praktis yang tidak menahan beban struktur. Dan untuk memperindah arsitekturnya Alumunium Composite Panel tetap dapat digunakan. 7. Adanya pertumbuhan ekonomi

Value Engineering juga mengambil tindakan akan adanya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan baik atas dasar sengaja baik tidak disengaja oleh seseorang atau badan. Oleh karena hal tersebut di atas, maka Owner perlu melakukan studi Value Engineering yang akan mengefektifitaskan penggunaan biaya. Ruang lingkup Value Engineering itu sendiri tergantung pada ukuran, biaya dan kerumitan proyek. Sumber-sumber perubahan dalam melakukan VE antara lain : 1. Optimalisasi disain = 27.8 % 2. Biaya yang tidak perlu = 23.1 % 3. Spesifikasi = 14.4 % 4. Kemajuan Teknologi = 13.9 %

7.4

Job Plan/ Rencana Kerja dalam Value Engineering

Pendekatan sistematik pada metode Value Engineering (Rekayasa Nilai) disebuut Rencana Kerja/ Job Plan. Rencana Kerja dari Rekayasa Nilai merupakan kerangka dimana teknik-teknik saling terkait satu sama lain. Secara sederhana, prosedur rencana kerja dalam metode Value Engineering terdiri dari 5 tahap yang digambarkan dalam skema berikut:

Skema tersebut di atas dimulai secara berurutan dari tahap informasi sampai dengan tahap rekomendasi. Namun dalam pelaksanaan, mungkin dibutuhkan data baru sehingga harus kembali ke tahap sebelumnya. Maka skema di atas menjadi:

Tahap Informasi (Information Phase)

Tahap Kreatif (Creative Phase)

Tahap Penilaian (Judgement Phase)

Tahap Pengembangan (Development Phase)

Tahap Presentasi/ Rekomendasi (Recomendation Phase)

7.5

Peran Quantity Surveyor (QS) dalam proses Value Engineering

Salah satu tugas dan peranan QS adalah melakukan perencanaan dan pengendalian biaya konstruksi. Proses value engineering pun merupakan tanggung jawab yang nyata bagi Quantity Surveyor meskipun semua pihak yang terlibat perlu juga memperhatikan hal tersebut.

Tahap Feasibility Study : o Memberikan saran/nasehat kepada Owner (pemilik bangunan) agar dapat mencapai seluruh kebutuhannya melalui bangunan, dengan biaya yang paling efisien (ekonomis) Tahap Design : o Melakukan Value Engineering terhadap design yang ada, untuk dapat menekan biaya proyek tanpa mengurangi tujuan dan fungsi o Mempersiapkan Bill of Quantities o Menetapkan spesifikasi teknik dari proyek o Menyusun Cost Budget (Owner estimate) Tahap Procurement/Pengadaan: o Menyiapkan dokumen pra qualifikasi/tender, termasuk menyarankan jenis kontrak, atau pasal yang bersifat khusus. o Menyelenggarakan pra qualifikasi/tender, dan termasuk mengevaluasi hasil nya (peran Q.S untuk kontraktor pada tahap ini adalah menghitung penawaran tender, yang paling kompetitif) Tahap Construction (pelaksanaan proyek) o Menilai progress pekerjaan untuk pembayaran o Menghitung final measurement Tahap Pasca Construction o Menghitung pekerjaan tambah/kurang, termasuk menghitung unit price pekerjaan baru o Menghtiung pajak-pajak Konstruksi o Menghitung nilai eskalasi proyek

o Menghitung claim konstruksi/asuransi o Menyelesaikan sengketa konstruksi melalui mediasi /arbitrase

PERENCANAAN BIAYA

Ide/ Inception

- Belum ada hasil konkret yang di dapat. - Menjajaki kemungkinan yang mungkin melalui informasi yang diperlukan seperti patokan-patokan biaya. - Menentukan sikap dan memutuskan sikap: membangun/ membeli/ menyewa. - Menentukan besarnya bangunan (jika membangun).

Pembangunan

- Membuat perencanaan biaya pembangunan perencanaan skematik, perencanaan biaya. - Merencanakan Pengendalian Biaya

proyek:

Tujuan: Melaksanakan pemeriksaan atas beberapa sistem perencanaan Mendapatkan biaya yang optimum tanpa mengurangi criteria perencanaan atau hasil akhir yang diharapkan

Contoh yang manakah yang lebih ekonomis? - Struktur baja atau beton - Tiang pancang atau tiang bor - System deteksi kebakaran konvensional atau addressable. - AC sentral atau split

PENGENDALIAN BIAYA

Sumber: jurnal IQSI oleh Mirza Zulfi, BSc.(Hons), MRICS, IQSI dengan judul Pengenalan dan Peranan Quantity Surveying pada proyekkonstruksi (www.iqsi.org)

8.

Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat penting bagi terlaksananya pembangunan. Tenaga terampil dan tenaga ahli sangat potensial dalam usaha pencapaian hasil pembangunan yang telah ditetapkan. Dengan imbalan yang memadai, maka tenaga kerja dapat menjaga tingkat kesehatannya, sehingga dapat memberikan andil yang besar pada pembangunan. meningkatkan produktivitas kerja. Stamina yang baik dapat Demikian juga perlu adanya usaha bagi

perusahaan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja di tempat-tempat yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya, seperti antara lain sarung tangan, topi keras, kaca mata untuk pekerjaan las dan sebagainya, di samping pemberian tambahan makanan bergizi bagi tenaga kerja yang memerlukannya seta mengatur dan memberikan tempat kerja yang sehat, termasuk lingkungannya. Usaha untuk menjaga agar tidak menimbulkan terjadinya penyakit maupun kecelakaan bagi pekerja di tempat kerjanya, telah dinyatakan dalam bentuk Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan. Adanya ketetapan seperti tersebut di atas perlu didasarkan untuk dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam usaha tercapainya keselamatan dan kesehatan tenaga kerja ditempat kerjanya. Demikian pula halnya dengan pelaksana lapangan yang bertugas langsung di lapangan harus menyadari, bahwa pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari beban tugasnya. Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik dan cermat dalam upaya menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada saat para pekerja melaksanakan tugasnya, maka pelaksana lapangan tingkat I perlu mengenai arti dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja serta penerapannya di lapangan. Dalam kaitannya hal tersebut di atas, maka perlu pembekalan pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja bagi pelaksana lapangan. a. Pengertian dan Kegunaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan perwujudan perlindungan tenaga kerja di satu pihak dan kelancaran pekerjaan di lain pihak. Perlindungan tenaga kerja merupakan usaha-usaha penghindaran dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. b. Peralatan Keselamatan Kerja Dalam usaha menghindarkan serta memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja, maka para pekerja perlu dilengkapi dengan pakaian kerja serta perlengkapan yang sesuai dengan persyaratan dan peralatan yang berlaku. Peralatan kerja berfungsi melindungi, agar tidak cedera akibat kerja. Tergantung pada jenis pekerjaan apa yang dilakukan oleh pekerja, maka pekerja harus dilindungi dengan menggunakan peralatan kerja yang sesuai dan memenuhi persyaratan. Misalnya untuk melaksanakan pekerjaan di tempat yang tinggi perlu sabuk pengaman, helm dan lain-lain yang diperlukan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : a. Perlengkapan Pakaian

Gambar 6.5

Perlengkapan Pakaian Perlu diperhatikan pula saat pekerja menjalankan tugasnya, apakah sudah dilaksanakan penerapan aturan mengenai pakaian kerja dan perlengkapannya.

Gambar 6.6 Pekerja di Tempat Kerja