teori konflik sistem sosial budaya

97
SISTEM SOSIAL INDONESIA DIPERLUKAN UNTUK MEMAHAMI KONDISI SOSIAL INDONESIA

Upload: lusius-sinurat

Post on 28-Nov-2014

1.297 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Teori konflik sistem sosial budaya

SISTEM SOSIAL INDONESIA

DIPERLUKAN UNTUK MEMAHAMI KONDISI SOSIAL INDONESIA

Page 2: Teori konflik sistem sosial budaya

Mengapa demikian.....??

Karena sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia sangat HETEROGEN secara VERTIKAL maupun HORIZONTAL

Indonesia merupakan negara yang memiliki susunan masyarakat dengan ciri PLURALITAS yang tinggi

Page 3: Teori konflik sistem sosial budaya

PLURALITAS MENURUT QUR’AN

Diakui oleh Al Quran - yaitu Surat Al Baqarah ayat 148 - bahwa masyarakat terdiri dari berbagai macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri.

Manusia harus menerima kenyataan keragaman budaya dan memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya.

Dengan keragaman dan perbedaan itu ditekankan perlunya masing-masing berlomba menuju kebaikan. Mereka semua akan dikumpulkan oleh Allah SWT pada hari akhir untuk memperoleh keputusan final.

Page 4: Teori konflik sistem sosial budaya

AKIBAT HETEROGENITAS MASYARAKAT INDONESIA

Masyarakat menjadi RAWAN KONFLIK

Page 5: Teori konflik sistem sosial budaya

TERKAIT DENGAN INDONESIA SEBAGAI SUATU STATE YANG TERINTEGRASI

Memunculkan 2 pertanyaan inti:

1. faktor-faktor latent apakah yang sesungguhnya telah menyebabkan terjadinya konflik?.

2. Faktor-faktor apakah yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang memiliki kondisi potensial konflik?.

Page 6: Teori konflik sistem sosial budaya

Untuk menjawab 2 pertanyaan tersebut

maka..................HARUS MENGETAHUI DAN MEMAHAMI

SISTEM SOSIAL INDONESIA

Page 7: Teori konflik sistem sosial budaya

Apakah SISTEM…..?????

Konsep yang menjelaskan: Suatu kompleksitas dari saling ketergantungan

antar bagian-bagian,komponen-komponen, dan proses-proses yang melingkupi aturan-aturan tata hubungan yang dapat dikenali.

Suatu tipe serupa dari saling ketergantungan antar kompleksitas tersebut dengan lingkungan sekitarnya.

Page 8: Teori konflik sistem sosial budaya

Gambar SISTEM

SISTEM

HUBUNGAN SALING TERGANTUNG

SUB SISTEM

Page 9: Teori konflik sistem sosial budaya

PLURALITAS MASYARAKAT PLURALITAS MASYARAKAT INDONESIA DISEBABKAN OLEH:INDONESIA DISEBABKAN OLEH:

KEADAAN GEOGRAFIS LETAK INDONESIA ANTARA SAMODERA

INDONESIA DAN SAMODERA PASIFIK (pusat lalu lintas perdagangan dan persebaran agama)

IKLIM YANG BERBEDA (berakibat plural secara regional)

CURAH HUJAN DAN KESUBURAN TANAH YANG BERBEDA (PLURALITAS LINGKUNGAN EKOLOGIS)a) WETRICE CULTIVATION (pertanian sawah di Jawa dan

Bali)b) SHIFTING CULTIVATION (pertanian ladang di luar Jawa)

Page 10: Teori konflik sistem sosial budaya

Gambar SISTEM

SISTEM

HUBUNGAN SALING TERGANTUNG

SUB SISTEM

Page 11: Teori konflik sistem sosial budaya

WILAYAH INDONESIA

Page 12: Teori konflik sistem sosial budaya

UNTUK MEMAHAMI SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA INDONESIA DIPERLUKAN PENGUASAAN TEORI

Karena fungsi teori adalah memberi MAKNA terhadap REALITAS SOSIAL

Page 13: Teori konflik sistem sosial budaya

DUA PENDEKATAN TEORITIS YANG HARUS DIKUASAI:

STRUKTURAL FUNGSIONAL

KONFLIK DIALEKTIKA

Page 14: Teori konflik sistem sosial budaya

STRUKTURAL FUNGSIONAL

Asumsi Dasar:

MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS DASAR KATA SEPAKAT PARA

ANGGOTANYA TERHADAP NILAI DASAR KEMASYARAKATAN YANG

MENJADI PANUTANNYA

Page 15: Teori konflik sistem sosial budaya

KESEPAKATAN MASYARAKAT tersebut

Menjadi GENERAL AGREEMENTS yang memiliki kemampuan mengatasi

PERBEDAAN-PERBEDAAN PENDAPAT dan KEPENTINGAN dari para anggotanya

MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM YANG SECARA FUNGSIONAL

TERINTEGRASI KEDALAM SUATU BENTUK EQUILIBRIUM

Page 16: Teori konflik sistem sosial budaya

Istilah lain pendekatan STRUKTURAL FUNGSIONAL

INTEGRATION APPROACHORDER APPROACHEQUILIBRIUM APPROACHSTRUCTURAL FUNGTIONAL

APPROACH

Page 17: Teori konflik sistem sosial budaya

TOKOH

PLATOAUGUSTE COMTEHERBERT SPENCEREMILE DURKHEIMBRANISLAW

MALINOWSKIREDCLIFFE BROWNTALCOT PARSON

Page 18: Teori konflik sistem sosial budaya

ANGGAPAN DASAR THEORI STRUKTURAL FUNGSIONALSTRUKTURAL FUNGSIONAL

Masyarakat adalah suatu SISTEM dari BAGIAN-BAGIAN yang saling BERHUBUNGAN

Hubungan dalam masyarakat bersifat GANDA dan TIMBAL BALIK (SALING MEMPENGARUHI)

Secara FUNDAMENTAL, SISTEM SOSIAL cenderung bergerak kearah EQUILIBRIUM dan bersifat DINAMIS

DISFUNGSI/KETEGANGAN SOSIAL/ PENYIMPANGAN pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui PENYESUAIAN dan proses INSTITUSIONALISASI

Page 19: Teori konflik sistem sosial budaya

ANGGAPAN DASAR THEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL STRUKTURAL FUNGSIONAL (lanjutan)(lanjutan) PERUBAHAN-PERUBAHAN dalam SISTEM SOSIAL

bersifat GRADUAL melalui PENYESUAIAN. Bukan bersifat REVOLUSIONER

PERUBAHAN terjadi melalui 3 macam kemungkinan:1. PENYESUAIAN SIATEM SOSIAL terhadap

PERUBAHAN DARI LUAR (extra systemic change)2. PERTUMBUHAN melalui PROSES

DIFFERENSIASI STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

3. PENEMUAN BARU oleh ANGGOTA MASYARAKAT Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah

KONSENSUS

Page 20: Teori konflik sistem sosial budaya

Penilaian/kritik terhadap theori STRUKTURAL FUNGSIONAL

Terlalu menekankan anggapan dasarnya pada PERANAN UNSUR-UNSUR

NORMATIF dari TINGKAH LAKU SOSIAL (pengaturan secara NORMATIF terhadap

HASRAT seseorang untuk menjamin STABILITAS SOSIAL)

(David Lockwood)

Page 21: Teori konflik sistem sosial budaya

Menurut David Lockwood

Terdapat SUB STRATUM yang berupa DISPOSISI-DISPOSISI yang mengakibatkan

timbulnya PERBEDAAN LIFE CHANCES (kesempatan hidup) dan KEPENTINGAN-KEPENTINGAN YANG TIDAK NORMATIF

DALAM SETIAP SITUASI SOSIAL terdapat 2 hal yaitu:

TATA TERTIB yang bersifat NORMATIF

SUB STRATUM yang melahirkan KONFLIK

Page 22: Teori konflik sistem sosial budaya

GAMBARAN SITUASI SOSIAL MENURUT DAVID LOCKWOD

SUB STRATUM TATA TERTIB

Page 23: Teori konflik sistem sosial budaya

KENYATAAN YANG DIABAIKAN DALAM PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL

1. Setiap STRUKTUR SOSIAL mengandung KONFLIK dan KONTRADIKSI yang bersifat internal dan menjadi PENYEBAB PERUBAHAN

2. REAKSI suatu SISTEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN yang datang dari luar (extra systemic change) tidak selalu bersifat Adjustive/tampak

3. Suatu SISTEM SOSIAL dalam waktu yang panjang dapat mengalami KONFLIK SOSIAL yang bersifat VISIOUS CIRCLE

4. Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi secara GRADUAL melalui penyesuaian, tetapi juga dapat terjadi secara REVOLUSIONER

Page 24: Teori konflik sistem sosial budaya

TEORI KONFLIK DIALEKTIKA

MEMANDANG BAHWA PERUBAHAN SOSIAL TIDAK TERJADI MELALUI PROSES PENYESUAIAN NILAI-NILAI YANG MEMBAWA PERUBAHAN, TETAPI TERJADI AKIBAT ADANYA KONFLIK YANG MENGHASILKAN KOMPROMI-KOMPROMI YANG BERBEDA DENGAN KONDISI SEMULA

Tokoh: DAHRENDORF

Page 25: Teori konflik sistem sosial budaya

ASUMSI DASAR TEORI KONFLIK DIALEKTIKA

1. PERUBAHAN SOSIAL merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat

2. KONFLIK dalah gejala yang melekat pada setiap masyarakat

3. SETIAP UNSUR didalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya DISINTEGRASI dan PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL

4. Setiap masyarakat terintegrasi diatas PENGUASAAN atau DOMINASI oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-orang yang lain

Page 26: Teori konflik sistem sosial budaya

UNSUR-UNSUR yang BERTENTANGAN dalam

MASYARAKAT atau KONTRADIKSI INTERN akibat

PEMBAGIAN KEWENANGAN/OTORITAS yang TIDAK MERATA dapat

menyebabkan terjadinya PERUBAHAN SOSIAL

Contoh: REFORMASI DI INDONESIA

Page 27: Teori konflik sistem sosial budaya

KONFLIK bersifat MELEKAT kepada MASYARAKAT, namun dalam

kenyataannya SISTEM dalam masyarakat tetap bisa berjalan

Karena kepentingan-kepentingan anggota masyarakat sudah terwakili

melalui mekanisme yang “terlembaga” sehingga menghasilkan kompromi-

kompromi baru yang diterima

Page 28: Teori konflik sistem sosial budaya

Menurut DAHRENDORF

Karena adanya ASSOSIASI TERKOORDINASI secara IMPERATIV (IMPETARATIVELY COORDINATED ASSOCIATIONS/ICA) yang mewakili

ORGANISASI-ORGANISASI yang berperan penting di dalam

MASYARAKAT

Page 29: Teori konflik sistem sosial budaya

ICA

Terbentuk atas HUBUNGAN-HUBUNGAN KEKUASAAN antara beberapa KELOMPOK PEMERAN KEKUASAAN YANG ADA DALAM masyarakat

KEKUASAAN menunjukkan adanya faktor “PAKSAAN” oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain. Dalam ICA hubungan kekuasaan menjadi “TERSAHKAN” atau TERLEGITIMASI

Page 30: Teori konflik sistem sosial budaya

Dalam ICA terdapat RULING dan RULED (pemeran yang berkuasa dan pemeran yang dikuasai) yang berkuasa berusaha mempertahankan STATUS QUO, yang dikuasai berusaha mendapatkan STATUS QUO

Terdapat DIKOTOMI antara DOMINATOR dan SUB DOMINATOR (DOMINATED GROUP dengan SUBJUGATED GROUP)

Page 31: Teori konflik sistem sosial budaya

Dalam pandangan teori KONFLIK DIALEKTIKA:

KEKUASAAN (POWER) dan OTORITAS (AUTHORITY) merupakan sumber yang

langka dan selalu DIPEREBUTKAN dalam sebuah IMPERATIVELY

COORDINATED ASSOCIATIONS

Page 32: Teori konflik sistem sosial budaya

DOMINATED

SUBJUGATEDSUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED

MENGUASAIDIKUASAI

LEGITIMASI

Page 33: Teori konflik sistem sosial budaya

TEORI KONFLIK DIALEKTIKA LEBIH SESUAI DENGAN REALITAS SOSIAL

DAHRENDORF dengan teori KONFLIK DIALEKTIKA berusaha menyempurnakan pendapat KARL MARX mengenai REALITAS SOSIAL

Page 34: Teori konflik sistem sosial budaya

REALITAS SOSIAL

1. SISTEM SOSIAL selalu berada dalam KONFLIK yang terus menerus (CONTINUAL STATE OF CONFLICT)

2. Konflik tercipta karena KEPENTINGAN yang saling BERTENTANGAN dalam struktur sosial

3. Kepentingan yang saling bertentangan merupakan refleksi dari perbedaan dalam DISTRIBUSI KEKUASAAN antar kelompok yang MENDOMINASI dan TERDOMINASI

4. Kepentingan cenderung mempolarisasi kedalam dua kelompok kepentingan

Page 35: Teori konflik sistem sosial budaya

REALITAS SOSIAL (lanjutan)

5. Konflik bersifat DIALEKTIKA (suatu konflik menciptakan suatu kepentingan yang baru, yang dibawah kondisi tertentu akan menurunkan konflik yang berikutnya)

6. Perubahan sosial adalah ciri/karakter yang selalu berada dimanapun (UBIQUITOUS FEATURE) dalam setiap sistem sosial dan akibat dari konflik.

7. Konflik dapat diatasi oleh kekuasaan yang dihimpun di dalam ICA. ICA yang dominan dapat meredam konflik

Page 36: Teori konflik sistem sosial budaya

Dalam tinjauan KONFLIK DIALEKTIKA, suatu KEPENTINGAN bisa dinegoisasikan antar kelompok dalam ICA jika sudah menjadi KELOMPOK KEPENTINGAN yang bersifat RIILSehingga,Bersatunya INDIVIDU yang memiliki KEPENTINGAN yang SAMA dalam sebuah kelompok yang TERORGANISIR menjadi hal yang penting.

Page 37: Teori konflik sistem sosial budaya

Kepentingan yang SAMA dari beberapa INDIVIDU, jika tidak DIORGANISASI secara FORMAL kedalam suatu KELOMPOK, merupakan KEPENTINGAN SEMU karena tidak ada yang bisa mewakili/mengatasnamakan pemilik kepentingan

Page 38: Teori konflik sistem sosial budaya

PRASYARAT KELOMPOK SEMU TERORGANISIR PRASYARAT KELOMPOK SEMU TERORGANISIR MENJADI KELOMPOK KEPENTINGANMENJADI KELOMPOK KEPENTINGAN

1. KONDISI TEKNIS dari suatu organisasi/ TECHNICAL CONDITIONS OF ORGANIZATIONS (sejumlah orang yang mampu mengorganisasikan dan merumuskan LATENT INTEREST menjadi MANIFEST INTEREST)

2. KONDISI POLITIS dari suatu organisasi/ POLITICAL CONDITIONS OF ORGANIZATION (adanya KEBEBASAN POLITIK untuk berorganisasi yang diberikan oleh masyarakat)

3. KONDISI SOSIAL bagi suatu organisasi/SOCIAL CONDITIONS OF ORGANIZATIONS (adanya SISTEM KOMUNIKASI yang memungkinkan para anggota dari suatu kelompok semu berkomunikasi satu sama lain dengan mudah)

Page 39: Teori konflik sistem sosial budaya

Skematis proses kelompok semu menjadi kelompok kepentingan

KONDISI TEKNIS

KONDISI SOSIAL

KONDISI POLITIS KELOMPOKKEPENTINGAN

Page 40: Teori konflik sistem sosial budaya

Menurut penganut teori KONFLIK:

KONFLIK TIDAK BISA DILENYAPKAN, TETAPI HANYA BISA DI KENDALIKAN

AGAR KONFLIK LATENT TIDAK MENJADI MANIFEST DALAM BENTUK

VIOLENCE/KEKERASAN

Page 41: Teori konflik sistem sosial budaya

BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK

KONSILIASI (CONCILIATION)

MEDIASI(MEDIATION)

PERWASITAN(ARBITRATION)

Page 42: Teori konflik sistem sosial budaya

KONSILIASI (CONCILIATION)

TERWUJUD MELALUI LEMBAGA-LEMBAGA TERTENTU YANG MEMUNGKINKAN TUMBUHNYA POLA DISKUSI DAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DIANTARA FIHAK-FIHAK YANG BERKONFLIK

Dilakukan dengan

cara-cara damai

Page 43: Teori konflik sistem sosial budaya

LEMBAGA-LEMBAGA berfungsi EFFEKTIF jika:

Bersifat OTONOM dengan WEWENANG untuk MENGAMBIL KEPUTUSAN tanpa CAMPUR TANGAN fihak lain

Kedudukan lembaga tersebut dalam masyarakt bersifat MONOPOLISTIS (hanya lembaga tersebut yang berfungsi demikian)

Peran lembaga harus mampu MENGIKAT KELOMPOK KEPENTINGAN yang BERLAWANAN. Termasuk KEPUTUSAN-KEPUTUSAN yang di HASILKAN

Harus bersifat DEMOKRATIS

Page 44: Teori konflik sistem sosial budaya

PRASYARAT KELOMPOK KEPENTINGAN UNTUK KONSILIASI

Masing-masing kelompok SADAR sedang BERKONFLIK

Kelompok-kelompok yang berkonflik TERORGANISIR secara JELAS

Setiap kelompok yang berkonflik harus PATUH pada RULE OF THE GAMES

Page 45: Teori konflik sistem sosial budaya

MEDIASI (MEDIATION)

Fihak yang berkonflik sepakat menunjuk fihak KETIGA untuk memberi “nasehat-

nasehat” penyelesaian konflik

MENGURANGI IRASIONALITAS KELOMPOK YANG BERKONFLIK

Page 46: Teori konflik sistem sosial budaya

PERWASITAN (ARBITRATION)

Dilakukan/terjadi jika fihak yang bersengketa bersepakat untuk menerima atau “terpaksa” menerima hairnya fihak

ketiga yang akan memberikan “keputusan-keputusan” tertentu untuk mengurangi

konflik

Page 47: Teori konflik sistem sosial budaya

Jika pengendalian konflik efektif maka:

KONFLIK AKAN MENJADI KEKUATAN PENDORONG TERJADINYA

PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL YANG TERUS BERLANJUT

Page 48: Teori konflik sistem sosial budaya

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA

MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT

BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-

MASING

Page 49: Teori konflik sistem sosial budaya

Struktur Sosial:

Suatu susunan/konfigurasi dari beberapa orang dengan kategori yang berbeda, tetapi terikat pada suatu tata hubungan kerja yang sama

Struktur sosial

Hubungan kerja

Beberapa orang dgn kategori yang berbeda

Page 50: Teori konflik sistem sosial budaya

Jadi:

Dalam struktur sosial terdapat sistem sosial

Dalam sistem sosial terdapat seperangkat kegiatan bersama yang memperlihatkan hubungan timbal balik yang disebut struktur

SISTEM SOSIAL DAN STRUKTUR SOSIAL TIDAK BISA DI PISAHKAN

Page 51: Teori konflik sistem sosial budaya

STRUKTUR SOSIAL memperlihatkan suatu HUBUNGAN yang KONSTAN sebagai suatu kerangka

SISTEM, memberikan SIFAT dan DINAMIKA pada STRUKTUR secara KESELURUHAN

STRUKTUR SOSIAL

SISTEM

Page 52: Teori konflik sistem sosial budaya

INDONESIA adalah MASYARAKAT MAJEMUK yang ditandai oleh 2 ciri unik:

MAJEMUK secara HORIZONTAL MAJEMUK secara VERTIKAL

Page 53: Teori konflik sistem sosial budaya

KONSEKWENSINYA adalah:

Dalam mengamati SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA serta REALITAS MASYARAKAT INDONESIA diperlukan minimal penguasaan 2 teori, yaitu; KONFLIK DIALEKTIKA dan STRUKTURAL FUNGSIONAL.

KONFLIK dan KONSENSUS adalah gejala yang melekat bersama-sama di masyarakat (David Lockwood)

Page 54: Teori konflik sistem sosial budaya

MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA adalah:

SUATU MASYARAKAT MAJEMUK (PLURAL SOCIETIES) yang masyarakatnya terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalan SATU KESATUAN POLITIK (Furnival)

Page 55: Teori konflik sistem sosial budaya

CIRI MASY. MAJEMUK INDONESIA

Dalam KEHIDUPAN POLITIK, tidak ada KEHENDAK BERSAMA

Dalam KEHIDUPAN EKONOMI, tidak ada PERMINTAAN SOSIAL yang DIHAYATI BERSAMA oleh seluruh elemen MASYARAKAT (common social demand)

Page 56: Teori konflik sistem sosial budaya

Tidak adanya PERMINTAAN SOSIAL yang dihayati bersama, menyebabkan

KARAKTER EKONOMI YANG BERBEDA.EKONOMI MAJEMUK MASY. MAJEMUK

EKONOPMI TUNGGAL MASY. HOMOGEN

Page 57: Teori konflik sistem sosial budaya

Akibatnya:

Anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai KESELURUHAN, kurang memiliki HOMOGENITAS KEBUDAYAAN dan kurang memiliki DASAR-DASAR untuk saling memahami satu sama lain.

Page 58: Teori konflik sistem sosial budaya

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK (Pierre L. Van Den Berghe) Terjadi SEGMENTASI kedalam bentuk

KELOMPOK-KELOMPOK yang memiliki kebudayaan yang berbeda

Memiliki STRUKTUR SOSIAL yang terbagi-bagi ke dalam LEMBAGA-LEMBAGA yang NON KOMPLEMENTER

Kurang mengembangkan KONSENSUS antar para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar

Relatif sering terjadi KONFLIK

Page 59: Teori konflik sistem sosial budaya

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK (lanjutan) Secara relatif, INTEGRASI SOSIAL tumbuh diatas

PAKSAAN dan saling SALING KETERGANTUNGAN DALAM BIDANG EKONOMI

Adanya DOMINASI POLITIK oleh SUATU KELOMPOK atas KELOMPOK YANG LAIN

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK INI TIDAK BISA DIGOLONGKAN KE DALAM DUA GOLONGAN MASYARAKAT (MODERN DAN

TRADISIONAL) MENURUT EMILE DURKHEIM

Page 60: Teori konflik sistem sosial budaya

Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan yang bersifat segmenter.Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang memiliki differensiasi atau spesialisasi yang tinggi

Terkait dengan ciri masyarakat majemuk;

Page 61: Teori konflik sistem sosial budaya

MASYARAKAT YANG MEMILIKI UNIT KEKERABATAN YANG BERSIFAT SEGMENTER

Adalah:

Suatu masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam berbagai kelompok berdasarkan garis keturunan tunggal, tetapi memiliki struktur kelembagaan yang bersifat homogen

Page 62: Teori konflik sistem sosial budaya

MASYARAKAT YANG MEMILIKI DIFERENSIASI/SPESIALISASI TINGGI

Adalah

Suatu masyarakat dengan tingkat differensiasi fungsional yang tinggi dengan banyak lembaga-lembaga kemasyarakatan yang saling komplementer dan saling tergantung

Page 63: Teori konflik sistem sosial budaya

Menurut Van den Berghe;SOLIDARITAS MEKANIS DAN

SOLIDARITAS ORGANIS sulit di tumbuhkan dalam MASYARAKAT

MAJEMUK

Karena

Pengelompokan yang terjadi bersifat sesaat atas dasar kepentingan praktis

Page 64: Teori konflik sistem sosial budaya

FAKTOR YANG MENGINTEGRASIKAN MASYARAKAT MAJEMUK

Adanya KONSENSUS diantara sebagian besar anggota masyarakat terhadap NILAI-NILAI KEMASYARAKATAN yang bersifat fundamental

Adanya berbagai masyarakat yang berasal dari BERBAGAI KESATUAN SOSIAL (cross cutting affiliations) yang akan menyebabkan terjadinya LOYALITAS GANDA (cross cutting loyalities)

Page 65: Teori konflik sistem sosial budaya

Cross cutting affiliations and cross cutting loyalities

KESATUAN SOSIAL

MASYARAKAT TERINTEGRASI

Page 66: Teori konflik sistem sosial budaya

KEMUNGKINAN YANG TERJADI PADA MASYARAKAT MAJEMUK

minimal ada 2 (dua) tingkatan konflik yang mungkin terjadi;

KONFLIK BERSIFAT IDEOLOGIS

KONFLIK BERSIFAT POLITIS

Page 67: Teori konflik sistem sosial budaya

KONFLIK BERSIFAT IDEOLOGIS Terwujud dalam bentuk konflik antara

SISTEM NILAI yang DIANUT OLEH serta menjadi IDEOLOGI dari BERBAGAI KESATUAN SOSIAL

Page 68: Teori konflik sistem sosial budaya

KONFLIK BERSIFAT POLITIS Terjadi dalam bentuk PERTENTANGAN di

dalam PEMBAGIAN STATUS KEKUASAAN dan SUMBER-SUMBER EKONOMI yang terbatas, diantara anggota masyarakat

Page 69: Teori konflik sistem sosial budaya

Dalam situasi “KONFLIK”, masyarakat yang berselisih berusaha MENGABAIKAN DIRI dengan MEMPERKOKOH SOLIDARITAS ANGGOTA, MEMBENTUK ORGANISASI

KEMASYARAKATAN untuk KESEJAHTERAAN dan PERTAHANAN

BERSAMA

Page 70: Teori konflik sistem sosial budaya

Faktor tersebut DIPERKUAT oleh ADANYA PAKSAAN dari SUATU KELOMPOK atau KESATUAN SOSIAL yang DOMINAN atas

KELOMPOK yang LAINKELOMPOK PERTAHANAN

Page 71: Teori konflik sistem sosial budaya

SUATU INTEGRASI SOSIAL YANG TANGGUH DAPAT BERKEMBANG APABILA

SEBAGIAN BESAR ANGGOTA MASYARAKAT BANGSA BERSEPAKAT TENTANG BATAS-BATAS TERITORIAL DARI NEGARA SEBAGAI SUATU KEHIDUPAN POLITIK

SEBAGIAN BESAR ANGGOTA MASYARAKAT BERSEPAKAT MENGENAI STRUKTUR PEMERINTAHAN DAN ATURAN-ATURAN DALAM PROSES POLITIK YANG BERLAKU BAGI SELURUH MASYARAKAT (William Liddle)

Page 72: Teori konflik sistem sosial budaya

KONSEP STATUS DAN PERANAN UNTUK MELIHAT HUBUNGAN INDIVIDU DENGAN

SISTEM SOSIAL

STATUS adalah suatu posisi dalam struktur sosial yang menentukan dimana seseorang menempatkan dirinya dalam suatu komunitas dan bagaimana ia diharapkan bersikap dan berhubungan dengan orang lain.

PERANAN adalah pola perilaku yang diharapka dari seseorang yang mempunyai status atau posisi tertentu dalam suatu organisasi atau masyarakat

Page 73: Teori konflik sistem sosial budaya

Dalam suatu SISTEM SOSIAL, individu menduduki suatu tempat (status) dan

bertindak (berperan) sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh

sistem

Page 74: Teori konflik sistem sosial budaya

DIFERENSIASI SOSIAL

Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.

Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah.

Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi Sosial.

Page 75: Teori konflik sistem sosial budaya

DIFERENSIASI SOSIAL

Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama.

Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.

Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.

Page 76: Teori konflik sistem sosial budaya

DIFERENSIASI SOSIAL

Bagan:

Kemajemukan sosial,ras, etnis dan agama

Heterogenitas sosialprofesi (pekerjaan), gender

Pengelompokan Horisontal Pengelompokan Vertikal

Pengelompokan Sosial

Page 77: Teori konflik sistem sosial budaya

Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial Ciri Fisik. Diferensiasi ini terjadi karena

perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.

Ciri Sosia. Muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.

Page 78: Teori konflik sistem sosial budaya

Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial Ciri Budaya. Berhubungan erat dengan pandangan

hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.

Page 79: Teori konflik sistem sosial budaya

Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial Diferensiasi Ras. Ras adalah suatu kelompok manusia yang

memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya, bukan budayanya.

Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis). Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras.

Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut : - ciri fisik - kesenian - bahasa daerah - adat istiadat

Page 80: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Klen (Clan)

Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).

Page 81: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Klen (Clan)- lanjutan

Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada: Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga) Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam), Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam) Masyarakat Flores (klennya disebut Fam)

Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampuang-kampuang.

Page 82: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Agama

Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.

Komponen-komponen Agama:・ Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu

menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya. ・ Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia

seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.

・ Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.

・ Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng. ・ Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan

sosial.

Page 83: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Agama (lanjutan)

Agama dan Masyarakat. Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.

Page 84: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Profesi (pekerjaan)

Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya.

Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya profesi dosen memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb.

Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.

Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.

Page 85: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis).

Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya.

Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.

Page 86: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Asal Daerah

Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota.

Terbagi menjadi: - masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di

pedesaan atau berasal dari desa; - masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di

perkotaan atau berasal dari kota.

Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut ini : perilaku,tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, dsb.

Page 87: Teori konflik sistem sosial budaya

Diferensiasi Partai

Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/ berkuasa, maka bermunculan banyak sekali partai.

Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.

Page 88: Teori konflik sistem sosial budaya

Industrialisasi

Industrialisasi yang terjadi saat ini telah membawa pengaruh dan dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Industri memberi mata pencaharian kepada berjuta-juta rakyat dalam bidang-bidang yang berbeda. Industri membuka peluang bagi banyak orang untuk mengembangkan kemampuannya.

Industri mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya secara industri telah membentuk perilaku, sikap, gaya hidup dan bahkan nilai-nilai dalam masyarakat.

Page 89: Teori konflik sistem sosial budaya

Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme Industri

Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.

Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil).

Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk mesin produksi untuk digunakan di industri lainnya.

Page 90: Teori konflik sistem sosial budaya

Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme Industri Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi

T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi

Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik.

Page 91: Teori konflik sistem sosial budaya

Dampak Revolusi Industri

Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia. Efek dari perubahan ini di masyarakat sangat besar dan seringkali dibandingkan dengan revolusi kebudayaan pada masa Neolitikum ketika pertanian mulai dilakukan dan membentuk peradaban, menggantikan kehidupan nomadik.

Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19.

Page 92: Teori konflik sistem sosial budaya

Industrialisasi Di Indonesia

Page 93: Teori konflik sistem sosial budaya

ERA INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Pendudukan Belanda

Perkembangan industrialisasi di Indonesia, terbagi dalam empat periode, mulai dari tanam paksa hingga berakhirnya Pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga akhir Perang Dunia II, proklamasi hingga berakhirnya Orde Lama, serta masa Orde Baru hingga berakhirnya pembangunan Jangka Panjang I.

Industrialisasi di Indonesia, berawal pada perkembangan industri di sektor perubahan, dan baru menjelang tahun 1900, pemerintahan Hindia Belanda saat itu mengalihkan kesektor lain. Perkembangan industrialisasi juga tidak terlepas dari peristiwa dunia, seperti ekspansi Jerman ke negara-negara Eropa, Perang Dunia I, serta Perang Asia Timur Raya.

Page 94: Teori konflik sistem sosial budaya

Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Pendudukan Jepang

Kebijakan industri pada masa pendudukan Jepang beralih ke keperluan perang. Dalam masa ini dikembangkan satu kebijakan yaitu kebijakan Ekonomi Wilayah Selatan yang meliputi 2 wilayah, yaitu Hindia Belanda, Malaya, Baruto dan Filipina yang termasuk wilayah pertama, dan Indochina, dan Muangthai termasuk wilayah dua.

Pada masa ini pula terjadi perubahan struktur industri, dimana pola industri dengan menghasilkan bahan baku untuk ekspor, berkembang menjadi industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi untuk kosumsi sendiri.

Page 95: Teori konflik sistem sosial budaya

Era Industrialisasi di Indonesia: Periode 20 Tahun Indonesia Merdeka

Perkembangan industri di Indonesia, penggal waktu ketiga ditandai dengan trial dan error dalam pengembangan industri. Hal ini karena bangsa Indonesia memang belum memiliki pengalaman sendiri dalam mengelola industri.

Pada penggal waktu ini ditandai dengan silih bergantinya pemerintahan, sehingga industri tidak berkembang kemudian dibuat Rencana Pembangunan Lima Tahun, yang disahkan DPR pada tahun 1958 dan berlaku surut hingga 1 Januari 1956.

Tahun 1957 terjadi nasionalisasi pengusaha asing yang secara tidak langsung dimulainya militer masuk dalam dunia bisnis.

Page 96: Teori konflik sistem sosial budaya

Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Orde Baru

Repelita sebagai ganti dari PNSB dimulai dengan target ambisius yaitu meningkatkan hingga 50% produksi dalam waktu 5 tahun. Repelita menekankan pada industri pertanian.

Masa ini terjadi dalam tahap stabilisasi dan reformasi, bimbingan dan penyuluhan, konsulidasi industri kecil, Broad Spektrum, serta pembinaan terbesar.

Page 97: Teori konflik sistem sosial budaya

Repelita ini dibagi dalam Pembanguan Lima Tahun I hingga ke V.

Pelita I ditandai dengan probahan proyek pembinaan industri kecil kerajinan rakyat.

Pelita II ditandai dengan pemberian fasilitas kredit.

Pelita III ditandai dengan keterkaitan industri kecil pada perekonomian nasional.

Pelita IV ditandai dengan program bapak angkat dalam pemberian bahan baku.

Pelita V peningkatan fungsi bapak angkat dalam pemasaran.