teori kognitif

44
A. PENGERTIAN TEORI KOGNITIF Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang berarti pengertian, mengerti. Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah memahami, memperhatikan, memberikan, menyangka, mempertimbangkan, mengolah informasi, pemecahan masalah, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Belajar sebagai suatu proses dalam memperoleh ilmu pengetahuan atau ketrampilan melalui pelatihan yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu. Dalam perkembangannya munculah berbagai teori tentang bagaimana proses belajar itu terjadi. Terdapat tiga aliran utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Aliran kognitivisme mulai mendominasi teori belajar menggantikan teori belajar behavioristik pada dekade 1960’. Menurut teori kognitif, belajar dipandang sebagai proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Teori kognitif memfokuskan pada bagaimana manusia memroses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, benda, dan kejadian. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak 1

Upload: ammufarrih

Post on 22-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Dalam perkembangan kognitif, belajar dipandang sebagai proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Teori kognitif memfokuskan pada bagaimana manusia memroses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, benda, dan kejadian.

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Kognitif

A. PENGERTIAN TEORI KOGNITIF

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang berarti pengertian, mengerti.

Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu

wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk

pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah

memahami, memperhatikan, memberikan, menyangka, mempertimbangkan, mengolah

informasi, pemecahan masalah, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)

dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Belajar sebagai suatu proses dalam memperoleh ilmu pengetahuan atau

ketrampilan melalui pelatihan yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu. Dalam perkembangannya

munculah berbagai teori tentang bagaimana proses belajar itu terjadi. Terdapat tiga aliran

utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Aliran kognitivisme mulai mendominasi teori belajar menggantikan teori belajar

behavioristik pada dekade 1960’. Menurut teori kognitif, belajar dipandang sebagai proses

mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan

pemecahan masalah. Teori kognitif memfokuskan pada bagaimana manusia memroses

informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, benda, dan kejadian. Teori

belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.

Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu

belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan

persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk

perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

B. PROSES PERKEMBANGAN KOGNITIF

Penelitian tentang memori manusia (Atkinson dan Shiffrin, 1968 sampai Siegler,

1986) telah membantu ahli teori belajar menguraikan proses bagaimana informasi itu

diingat dan dilupakan. Proses tersebut diilustrasikan pada gambar berikut.

1

Page 2: Teori Kognitif

2

Page 3: Teori Kognitif

1. Registrasi Pengindraan

Komponen pertama pada sistem memori manusia adalah register penginderaan.

Regristrasi pengindraan menerima sejumlah informasi dari indra (penglihatan,

pendengaran, peraba, pembau, pengecap) dan menyimpannya dalam waktu yang sangat

singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi

yang disimpan dalam register pengindraan, maka dengan cepat informasi akan hilang.

2. Persepsi

Sesaat setelah rangsangan diterima oleh indera, otak segera mulai bekerja

memproses stimuli tersebut. Oleh karena itu, gambaran sensori yang ada dalam benak

kita tidak tepat sama seperti apa yang kita lihat, kita dengar, atau kita rasakan;

gambaran itu merupakan apa yang dipersepsikan indera kita. Persepsi dari stimuli tidak

langsung seperti penerimaan (reception) stimuli; persepsi itu dipengaruhi oleh status

mental kita, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak lagi faktor

lainnya.

Pertama, kita menanggapi rangsangan yang berbeda menurut aturan yang tidak

ada hubungannya dengan karakteristik yang melekat pada rangsangan itu. Misalnya,

jika kita berada di dalam gedung, kita mungkin tidak akan menaruh perhatian pada

suara sirene mobil kebakaran di jalan. Kedua, kita tidak merekam rangsangan yang kita

persepsi sebagai yang kita lihat atau kita indrai, tetapi merekam rangsangan itu sebagai

apa yang kita ketahui atau apa yang kita asumsikan.

Psikologi Gestalt

Persepsi seseorang dalam menanggapi rangsangan dijelaskan dalam suatu

kajian yang dikenal sebagai psikologi Gestalt. Gerakan psikologi Gestalt berkembang

di Jerman (kemudian di AS dan tempat lain) sekitar Perang Dunia I. Kata Gestalt dalam

bahasa Jerman berarti “bentuk” atau “konfigurasi”. Ahli psikologi Gestalt seperti Max

Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler, berpendapat bahwa kita mempersepi

keseluruhan unit dari potongan-potongan sensasi, semua sensasi memiliki makna lebih

dari bagian-bagian sensasi. Misalnya, pada gambar 2 kita akan melihat sebuah

lingkaran dan segiempat, sekalipun ada bagian-bagian dari gambar itu kurang lengkap.

Ini mengilustrasikan prinsip closure (melengkapi) yang menyatakan bahwa seseorang

mengorganisasikan persepsi sedemikian rupa sehingga persepsi itu menjadi

3

Page 4: Teori Kognitif

sesederhana dan selogis mungkin. Prinsip ini diterapkan saat kita mengingat suatu

kejadian masa lalu.

Gambar 2. Contoh “Closure” dan “Figure-Latar”

Prinsip lain dalam psikoloi Gestalt adalah jika kita mencoba memisahkan

“figure” (yang menjadi fokus perhatian kita) dan “latar” (latar belakang). Pada gambar

2 di atas, Apakah yang anda lihat? Vas bunga atau wajah? Jika yang diminta adalah

melihat gambar wajah, maka kita mungkin tidak akan melihat gambar vas, dan

sebaliknya. Begitulah proses pemisahan “figure-latar” yang terjadi saat kita

membentuk persepsi. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, ketika bertemu dengan

teman di tempat ramai, kita mungkin hanya memusatkan perhatian pada wajah teman

kita dan tidak memperhatikan wajah orang lain. Dalam keadaan seperti itu kita

mungkin tidak akan melihat teman lain dalam keramaian itu sebab semua wajah selain

wajah teman yang ditemui itu akan menyatu menjadi “latar” daripada menjadi “figure”.

3. Perhatian

Perhatian merupakan suatu sumber data yang terbatas. Bila guru meminta siswa

menggunakan kapasitas perhatian mereka yang terbatas pada apa yang dibicarakan

guru, siswa harus menghentikan keterlibatannya terhadap rangsangan lain, mereka

harus memindahkan prioritas perhatian sehingga rangsangan lain tersisihkan.

Memperoleh Perhatian

Ada beberapa cara untuk memperoleh perhatian siswa, salah satunya adalah:

1. Menggunakan isyarat yang menunjukkan “ini penting”

Misalnya dengan mengerasakan atau merendahkan suara sebagai sinyal bahwa kita

sedang membahas masalah penting. Menggunakan pengulangan atau mengatur

posisi untuk mengkomunikasikan pesan penting. Memberi garis bawah atau warna

lain pada tulisan penting di papan. Biasanya penerbit buku teks menggunakan

warna atau jenis huruf yang berbeda untuk menunjukkan butir penting

4

Page 5: Teori Kognitif

2. Oslon dan Pau (1966) menemukan bahwa dengan menggunakan kata-kata yang

bermuatan emosional membantu siswa dalam menerima informasi lebih baik

daripada menggunakan kata-kata yang sinonim dan netral.

4. Memori Jangka Pendek

Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapatkan perhatian ditransfer ke

komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka

pendek adalah sistem penyimpanan yang dapat menyimpan informasi dalam jumlah

yang terbatas hanya dalam beberapa detik (30 detik). Jika kita berhenti berpikir maka

sesuatu itu akan hilang dari memori jangka pendek kita. Informasi masuk ke memori

jangka pendek melalui register penginderaan atau dari memori jangka panjang. Cara

untuk menyimpan informasi di dalam memori jangka pendek adalah memikirkan

tentang informasi itu atau mengucapkannya berkali-kali. Proses mempertahankan

informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang disebut

menghafal atau rehearsal. Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin

lama sesuatu tertinggal dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan

sesuatu itu akan ditransfer ke memori jangka panjang.

Guru harus mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar di

kelas. Mengajar banyak informasi terlalu cepat cenderung tidak efektif, karena kecuali

sswa diberikan waktu untuk mengulang-ulang tiap butir informasi baru, informasi yang

disampaikan kemudian cenderung mendorong informasi pertama keluar dari memori

jangka pendek. Pada saat guru menghentikan pelajaran dan bertanya kepada siswa

apakah ada pertanyaan, guru juga memberik siswa sedikit waktu untuk berpikir ulang

dan secara mental mengulang tentang apa yang baru saja dipelajari. Ini membantu

siswa memproses informasi dalam memori jangka pendek dan selanjutnya

menempatkan ke dalam memori jangka panjang.

Kapasitas memori jangka pendek

Memori jangka pendek diyakini mempunyai kapasitas 5 – 9 bits informasi,

artinya kita hanya bisa berpikir antara 5 sampai 9 hal yang berbeda dalam satu waktu

tertentu. Karena terbatasnya kapasitas memori, guru tidak boleh menyajikan terlalu

banyak ide sekaligus kecuali apabila ide-ide tersebut diorganisasikan dan dihubungkan

dengan informasi yang telah dikenal siswa sebelumnya atau telah ada pada memori

jangka panjang.

5

Page 6: Teori Kognitif

Perbedaan setiap individu dalam memori jangka pendek

Setiap individu memiliki perbedaan dalam kapasitas memori jangka pendek

untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Salah satu faktor yang dapat memperbesar

kapasitas ini adalah latar belakang pengetahuan. Semakin banyak seseorang

mengetahui tentang sesuatu, semakin baik kemampuan orang tersebut untuk

mengorganisasikan dan menyerap informasi baru. Setiap individu berbeda kemampuan

dalam mengorganisasikan informasi sehingga diperlukan pengajaran dengan strategi

yang dapat membantu menggunakan memori jangka pendek secara efisien.

5. Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang dibayangkan memiliki kapasitas yang sangat besar,

tempat menyimpan memori dengan jangka yang sangat panjang. Banyak ahli meyakini

bahwa manusia tidak pernah kehilangan informasi yang terdapat dalam memori jangka

panjang, kemungkinan ia hanya sekedar kehilangan kemampuan untuk menemukan

kembali informasi yang tersimpan di dalam memorinya.

Para ahli membagi memori jangka panjang ke dalam tiga bagian, yaitu:

a. Memori episodik, ialah memori tentang pengalaman pribadi, suatu gambaran

(bayangan) mental tentang sesuatu yang dilihat dan didengar. Informasi dalam

memori episodik disimpan dalam bentuk gambaran (bayangan) yang

diorganisasikan berdasarkan kapan dan dimana peristiwa-peristiwa terjadi.

Contohnya, ketika kita mengingat tentang apa yang kita makan tadi malam atau

tentang apa yang terjadi saat masa SMU

b. Memori semantik, ialah memori yang berisi fakta-fakta dan generalisasi informasi

yang kita ketahui baik berupa prinsip, konsep, atau aturan, serta bagaimana

menggunakan sesuatu, dan ketrampilan pemecahan masalah dan strategi belajar

seseorang. Informasi dalam memori semantik diorganisasikan dalam bentuk

jaringan hubungan ide. Hampir semua pembelajaran di kelas disimpan dalam

memori semantik

c. Memori prosedural, ialah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana

melakukan sesuatu. Informasi dalam memori prosedural disimpan sebagai

pasangan-pasangan stimulus-respon yang kompleks. Misalnya, kemampuan

mengendarai mobil, mengetik, dll.

6

Page 7: Teori Kognitif

Tabel 1. Perbedaan antara Tiga Tingkatan MemoriKarakteristik Register

PengideraanPenyimpanan Jangka-

PendekPenyimpanan Jangka

PanjangCara

Masuknya informasi

Perhatian awal Memerlukan perhatian Latihan/Pengulangan

Cara Memelihara Informasi

Tidak mungkinPerhatian terus menerusLatihan/Pengualangan

PengulanganOrganisasi

Format Informasi Melalui

Mengkopi Rangsangan

secara apa adanya

BunyiVisual

Semantik

Sebagian SemantikSebagian Bunyi atau

SuaraKapasitas Besar Kecil Tak Terbatas

Hilangnya Informasi

MenyeluruhPergeseran

Kemungkinan menyeluruh

Kemungkinan tidak hilang

Kehilangan kemampuan mengakses

karena interfensi

Selang Bekas ¼ sampai 2 detik Sampai 30 detikBeberapa menit sampai

bertahun-tahun

PENYEBAB INGAT DAN LUPA

Kebanyakan lupa terjadi karena informasi dalam memori jangka-pendek tidak

pernah ditransfer ke memori jangka panjang, bisa juga terjadi karena kita kehilangan

kemampuan untuk mengingat informasi yang ada di dalam memori jangka panjang

Interfensi

Interfensi terjadi jika informasi tercampur dengan atau terdesak keluar oleh informasi

yang lain. Salah satu bentuk interfensi adalah jika seseorang secara mental terhalang

melakukan latihan atau pengulangan atas hal yang baru dipelajari. Oleh karenanya, guru

harus memberikan siswa waktu untuk menyerap atau melatih informasi baru sebelum

memberikan informasi tambahan

Tabel 2. Hambatan Retroaktif dan proaktif, serta Kemudahan Retroaktif dan proaktifPengaruh pada Memori

Negatif (Hambatan) Posotif (Kemudahan)

Belajar yang akan datang

memperngaruhi belajar yang

terdahulu

Hambatan retroaktifContoh: belajar “d”

berinterferensi dengan belajar “b”

Kemudahan RetroaktifContoh: Belajar untuk mengajar

matematika membantu ketrampilan matematika yang telah dipelajari sebelumnya

7

Page 8: Teori Kognitif

Belajar yang terdahulu

memperngaruhi belajar yang akan

datang

Hambatan proaktifContoh: belajar mengemudi di

AS berinterferensi dengan belajar mengemudi di Inggris

Kemudahan ProaktifContoh: Belajar Bahasa Spanyol membantu belajar bahasa Italia

yang dipelajari kemudian)

Satu implikasi dari hambatan retroaktif adalah konsep yang membingungkan dan serupa

jangan diajarkan pada waktu yang berdekatan.

Efek Pertama dan Efek Terakhir

Efek pertama ialah kecederungan untuk butir-butir yang muncul di awal lebih

mudah diingat daripada butir-butir yang lain. Sebaliknya, efek terakhir ialah kecederungan

untuk butir-butir yang muncul pada bagian akhir lebih mudah diingat daripada butir-butir

yang lain. pengulangan diperlukan untuk memantapkan informasi baru dalam memori

jangka panjang. Pada umumnya jauh lebih banyak latihan mental diberikan pada butir

awal daripada butir yang disajikan kemudian. Sedangkan, efek terakhir dikarenakan

kenyataan bahwa hanya sedikit atau tidak ada informasi lain yang menginterfensi setelah

butir-butir akhir tersebut.

Dalam pembelajaran, informasi yang diajarkan di awal dan akhir periode

cenderung lebih mudah diserap daripada informasi lainnya. Oleh karenanya, guru dapat

mengorganisasikan pelajarn mereka dengan menempatkan konsep-konsep baru yang

paling penting di awal pembelajaran dan merangkumnya di akhir pelajaran.

C. TEORI KOGNITIF MENURUT PARA AHLI

1. Teori Kognitif Menurut Jean Piaget

Piaget (1896-1980) adalah putra daerah Neuchatel, Swiss yang dilahirkan pada

tanggal 9 Agustus 1896. Saat masih SMA, Piaget sudah menerbitkan beberapa

makalah, khususnya tentang biologi. Setelah memperoleh gelar doktor dalam biologi,

ia menjadi tertarik pada dunia psikologi. Piaget mengajar di sekolah yang dikelola

Alferd Binet. Saat ia membantu dalam penilaian contoh dari tes-tes intelegensi, ia

menemukan sesuatu yang baru. Piaget menemukan kenapa anak kecil tetap

memberikan jawaban yang salah untuk beberapa pertanyaan. Kenapa mereka selalu

salah pada pertanyaan tersebut sedangkan yang lebih dewasa tidak melakukan

kesalaha. Akhirnya, ia berasumsi bawha proses kognitif anak kecil berbeda dengan

orang dewasa.

8

Page 9: Teori Kognitif

Menurut Piaget, setiap orang akan melalui empat tahap perkembangan kognitif

mulai ia lahir hingga dewasa. Setiap tahap ditandai dengan kemampuan intelektual

baru yang memungkinkannya memahami dunia dengan cara-cara yang semakin

kompleks.

Tabel 3. Tahap Perkembangan Kognitif menurut Piaget

TahapPerkiraan

UsiaKemampuan Utama

Sensorimotor 0 – 2 tahunTerbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku yang mengarah pada tujuan

Praoperasional 2 – 7 tahunPerkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek di dunia. Pemikiran masih ego-sentris dan sentrasi

Operasi Konkrit 7 – 11 tahun

Perbaikan dalam kemampuan untuk bepikir logis. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemacahan masalah tidak dibatasi oleh keegosentrisan

Operasi Formal11 tahun -

dewasa

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis

a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Disebut tahap sensorimotor karena setiap bayi dan anak kecil

mengeksplorasi dunia mereka dengan menggunakan indera-indera dan ketrampilan

motoris mereka. Piaget yakin bahwa setiap anak dilahirkan dengan suatu

kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Pada awalnya, bayi memiliki perilaku bawaan sejak lahir yang disebut refleks.

Sentuhan jari-jari ke bibir bayi akan membuatnya mengenyut, sentuhan jari-jari

kita ke tangan bayi akan membuatnya menggenggam.

Bayi menggunakan reflek untuk menghasilkan pola perilaku yang lebih

menarik dan sengaja sehingga terjadilah trial-and-eror. Untuk pertama kalinya

secara mental bayi dapat menggambarkan objek dan kejadian, inilah yang disebut

dengan aktivitas berpikir.

Kemajuan lain pada anak sensorimotor adalah perkembangan permanensi

objek. Anak-anak harus belajar bahwa objek-objek secara fisik stabil dan tetap ada

meskipun objek tersebut tidak tampak secara fisik. Sekali anak-anak menyadari

bahwa objek-objek itu ada meskipun tidak tampak, mereka mulai dapat

menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan benda-benda itu dalam

benaknya.

9

Page 10: Teori Kognitif

Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah

demi langkah kemampuan yang dimilikinya antara lain :

Melihat dirinya sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya

Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara

Suka memperhatikan sesuatu lebih lama

Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya

Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya

b. Tahap praoperasional (umur 2 – 7 tahun)

Anak usia praoperasional memiliki kemampuan yang lebih besar untuk

berpikir tentang benda-benda dan dapat menggunakan simbol-simbol untuk

menggambarkan benda-benda secara mental. Selama tahap ini, bahasa dan konsep

anak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa.

Anak pada tahap praoperasional masih belum menguasai prinsip

konservasi. Misalnya apabila susu dituangkan dari gelas tinggi ramping ke dalam

gelas pendek lebar, maka anak pada tahap ini sepenuhnya akan yakin bahwa susu

di gelas tinggi ramping memiliki jumlah yang lebih banyak dari pada susu di gelas

pendek lebar. Cara pikir seperti ini disebut dengan sentrasi, yaitu menaruh

perhatian hanya pada satu aspek dari objek atau situasi.

Gamar 3. Prinsip Konservasi pada Anak Praoperasional

10

Page 11: Teori Kognitif

Selain itu, anak tahap praoperasional pemikirannya masih irreversible

yakni belum mampu untuk mengubah arah berpikir sehingga orang tersebut

kembali ke situasi awal. Misalnya, jika 7 + 5 = 12, maka anak praoperasional

belum dapat memikirkan bahwa 12 – 7 = 5. Mereka juga mulai merepresentasikan

benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Tetapi, mereka masih menggunakan

penalaran intuitif bukan logis.

Karakteristik kemampuan mental yang dicapai oleh anak pada tahap

praoperasional ini antara lain sebagai berikut.

Operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.

Anak belajar merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata

Self counter (egosentris) nya sangat menonjol

Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda

Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria

Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat

menjelaskan perbedaan antara deretan

c. Tahap operasi kongkrit (umur 7 – 11 tahun)

Istilah operasi kongkrit mencerminkan pendekatan yang terikat atau

terbatas pada dunia nyata. Pada tahap ini anak dapat membentuk konsep, melihat

hubungan, dan memecahkan masalah, namun masih terbatas pada melihat objek

dan situasi yang ia kenal saja. Selama tahap ini kemampuan kognitif anak

mengalami perkembangan yang luar biasa. Anak sekolah dasar tidak lagi

mengalami kesulitan dalam masalah konservasi karena mereka telah menguasai

konsep reversibilitas. Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda

dapat diubah,kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan

cepat menentukan bahwa 4 + 4 = 8, 8 – 4 = 4, jumlah sebelumnya.

Kemampuan lain yang dimiliki anak pada tahap ini adalah kemampuan

merespon realitas yang disimpulkan dari data hasil pengamatan. Flavell (1986)

mendemonstrasikan konsep ini dengan menunjukkan kepada anak-anak sebuah

mobil merah, sambil mereka masing melihat, mobil tersebut kemudian ditutup

filter sehingga membuat mobil tersebut tampak berwarna hitam. Apabila ditanya

apa warna mobil tersebut, anak praoperasional akan menjawab, “hitam” dan anak

usia enam tahun akan menjawab, “merah”.

11

Page 12: Teori Kognitif

Gambar 4. Mobil berfilter hitam

Satu tugas penting yang dipelajari anak tahap operasi kongkrit adalah

seriasi, menyusun benda-benda dalam urutan logis, misalnya, mengurutkan batang

lidi dari yang terkecil sampai yang terbesar. Kemampuan ini juga termasuk

memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,

ukurannya, atau karakteristik lain. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika

berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Sekali kemampuan seriasi dicapai, anak-anak akan dapat menguasai suatu

ketrampilan yang terkait seperti transitivitas, yakni kemampuan menginferensikan

suatu hubungan antara dua objek berdasarkan pada pengetahuan atas masing-

masing hubungan mereka dengan objek ketiga. Misalnya, Tomi lebih tinggi dari

Budi dan Budi lebih tinggi dari Fredi, anak operasi kongkrit mampu mengkaitkan

hubungan kedua kalimat tersebut dan mengurutkannya dengan benar.

Gambar 5. Kemampuan transitivitas dengan membandingan tinggi badan

Anak-anak pada tahap operasi kongkrit juga sedang bergerak dari

pemikiran egosentris menuju desentris atau pemikiran objektif. Pemikiran

desentris memungkingkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat memiliki

persepsi yang berbeda dari persepsi mereka. Misalnya, anak-anak dengan

pemikiran desentris dapat memahami bahwa setiap orang berbeda dapat melihat

pola awan yang berbeda.12

Page 13: Teori Kognitif

d. Tahap operasional formal (umur 11 tahun – desawa)

Anak praremaja mulai dapat berpikir secara abstrak dan melihat

kemungkinan-kemungkinan melampaui apa yang ada sekarang. Kemampuan-

kemampuan ini terus berkembang sampai masa dewasa. Mereka mampu

memecahkan masalah atau tugas dengan sistematis. Misalnya, dalam eksperimen

yang dilakukan oleh Inhelder dan Piaget (1958), ketika seorang anak operasi

formal dihadapkan pada sebuah pendulum dan ditanya manakah diantara faktor-

faktor berikut: panjang tali, jumlah bandul, kedudukan titik awal pendulum

dilepaskan atau gaya dorong pendulum; yang dapat mempengaruhi laju pendulum.

Anak operasi formal mampu menyelidiki masing-masing faktor dengan melakukan

percobaan secara sistematis hingga menghasilkan kesimpulan bahwa panjang tali

lah yang mempengaruhi laju pendulum.

Gambar 6. Percobaan Pendulum pada Anak Operasi Formal

Anak operasi formal mengalami kemajuan dalam masalah transitivitas.

Dalam masalah tinggi badan Tomi, Bud, dan Fredi, apabila masalah tersebut

diucapkan dengan cara yang berbeda yaitu, “Budi lebih pendek dari Tomi, dan

Budi lebih tinggi dari Fredi, Siapakah yang paling tinggi dari ketiganya?” anak

opreasi kongkrit akan mengalami kesulitan dalam mengkombinasikannya.

Sedangkan anak operasi formal akan mulai memecahkan masalah tersebut dengan

membayangkan beberapa hubungan hingga mereka menemukan jawaban yang

benar. Anak pada tahap perkembangan ini dapat memonitor, atau berpikir tentang

berpikirnya diri mereka sendiri.

Merumuskan hubungan-hubungan abstrak dari informasi yang tersedia dan

kemampuan membandingkan hubungan tersebut merupakan suatu kemampuan

yang menandai tahap ini.

13

Page 14: Teori Kognitif

Teori Piaget tentang Proses Perkembangan Kognitif

Selain tahap-tahap perkembangan kognitif, karya Piaget yang lain adalah teori

adaptasi yang menjelaskan bahwa perkembangan sebagian besar ditentukan oleh

manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Menurutnya setiap anak

dilahirkan dengan kecederungan perilaku yang dibawa sejak lahir untuk berinterkasi

dan sadar dengan lingkungan mereka. Pola perilaku yang digunakan manusia untuk

menangani objek-objek yang ada di dunia, disebut skema.

Anak balita akan menggunakan skema yang telah mereka kembangkan untuk

mempelajari objek-objek yang ada di sekitarnya. Mereka memperlajari objek tersebut

dengan mengenyut, menggigit, dan melempar-lemparkannya. Dengan melakukan

skema tersebut, mereka akan mengetahui apakah suatu objek akan mengeluarkan

suara keras, bagaimana rasanya, apakah objek tersebut memberinya susu, dan apakah

objek tersebut akan menggelinding atau tidak.

Adapatasi merupakan proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan

melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses memahami objek atau

kejadian dipandang dari skema yang ada saat ini. Asimilasi terjadi jika pengetahuan

baru yang diterima seseorang sesuai dengan struktur kognitif (skema) yang telah

dimiliki, dengan demikian orang tersebut akan cenderung mempertahankan skemanya.

Misalnya, apabila bayi menerima sebuah objek yang belum pernah dilihatnya tetapi

memiliki mirip dengan objek yang ia kenal, maka kemungkinan besar bayi akan

meraih objek tersebut, menggigitnya, dan memukul-mukulnya. Dengan kata lain, bayi

menggunakan skema yang ada untuk mempelajari objek yang tidak dikenalnya itu.

Namun terkadang cara lama untuk mengangani dunia keseharian tidak

berhasil. Apabila hal tersebut terjadi, maka seseorang dapat memodifikasi skemanya

untuk disesuaikan dengan informasi atau pengalaman baru yang sedang dihadapi,

proses ini disebut akomodasi. Misalnya, apabila bayi yang telah memiliki skema

membanting objek kecil diberikan sebuah telur, maka jelas telur itu akan pecah. Bayi

akan mulai memodifikasi skema membanting dalam benaknya sehingga di masa yang

akan dating bayi mungkin akan membanting beberapa objek dengan keras dan

beberapa yang lain memukulnya dengan pelan.

Ketika telur itu pecah maka akan tercipta situasi ketidakseimbangan atau

disequilibrium, yaitu ketidakseimbangan antara apa yang dipahami dengan apa yang

dihadapi. Secara alamiah seseorang akan memusatkan perhatian pada rangsangan baru

14

Page 15: Teori Kognitif

tersebut dan mengembangkan skema baru atau memodifikasi skema lama sampai

terjadi keseimbangan atau equilibrasi. Oleh karenanya menurut Piaget, apabila

keseimbangan terganggu maka anak-anak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang. Melalui pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan akan

terjadi proses perubahan perkembangan. Dalam pembelajaran, melalui interaksi

dengan teman sebaya, dengan berargumen dan berdiskusi, akan membantu

memperjelas pemikiran hingga akhirnya menjadi logis. Pandangan inilah yang

selanjutnya menjadi awal perkembangan teori belajar konstruktivisme.

2. Teori Kognitif Menurut Jerome Bruner 

Jerome Seymour Bruner (lahir 1 Oktober 1915) adalah pengikut setia teori

kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Menurut Bruner

proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, atau pun pemahaman

melalui contoh-contoh yang siswa jumpai dalam kehidupannya (disceveri learning).

Jika Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif mempengaruhi kemampuan

bahasa, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya

terhadap perkembangan kognitif.

Bruner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut :

a. Perkembangan intelektual yang ditandai dengan adanya kemajuan dalam

menanggapi suatu rangsangan

b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan

informasi secara realistis

c. Perkembangan intelek meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri

sendiriatau pada orang lain melalui kata-kata atau lambing tentang apa yang telah

dan akan yangdia lakukan.Hal ini berkaitan dengan rasa percaya diri

d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan

anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya

e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat

komunikasi antara manusia.Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu

konsepkepada orang lain

15

Page 16: Teori Kognitif

f. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan

beberapa alternatif secara sistematis, memilih tindakan yang tepat, dapat

memberikan prioritasyang berurutan dalam berbagai situasi.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap

yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan bukan pada batasan usia tertentu.

Tiga tahap tersebut antara lain:

a. Tahap Enaktif: dimana seseorang melakukan aktifitas-aktifitas dalam upayanya

untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia

sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik (misalnya gigitan, sentuhan,

pegangan, dan sebagainya)

b. Tahap Ikonik: dimana seseorang memehami objek-objek atau dunianya melalui

gambar dan visual verbal. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak

belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)

c. Tahap Simbolik: dimana seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-

gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa

dan logika.

Menurut Bruner, pembelajaran selama ini lebih banyak menekankan pada

perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir

intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang

matamatika dan sains, sebab setiap disiplin memiliki konsep dan prinsip yang harus

dipahami sebelum seseorang belajar. Pembentukan dan pemahaman konsep

merupakan dua kegiatan berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.

Seluruh kegiatan mengkategorikan meliputi mengidentifikasi dan menempatkan

contoh ke dalam kelompok tertentu dengan kriteria tertentu. Dalam pemahaman

konsep, konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan pada pembentukan konsep adalah

sebaliknya, yaitu tindakan (penemuan) dilakukan untuk membentuk kategori baru.

Bruner mengungkapkan bahwa langkah pertama adalah pembentukan konsep,

kemudian pemahaman konsep. Perbedaan antara keduanya terletak pada:

1. Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategorikan berbeda

2. Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama

3. Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda

Dalam pembentukan konsep, siswa mengelompokkan contoh-contoh berdasarkan

kriteria tertentu. Setiap kelompok mengilustrasikan konsep yang yang bereda.

16

Page 17: Teori Kognitif

Sedangkan pada pemahaman konsep hanya ada satu konsep dan siswa menentukan

identitas dan definisi konsep tersebut.

Setiap konsep memiliki lima unsur dan seseorang dikatakan memahami suatu

konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep tersebut. Kelima unsur tersebut

yaitu: Nama, contoh-contoh (baik positif maupun negatif), karakteristik (baik pokok

maupun tidak pokok), rentangan karakteristik, dan kaidah. Disamping untuk

memahami suatu konsep, tujuan lain dari pemahaman konsep adalah memperkenalkan

siswa proses-proses yang berhubungan dengan dengan pembentukan konsep. Hal ini

mencakup pengertian tentang kaitan diantara contoh dan karakteristik konsep serta

pola pikir yang digunakan dalam memahami konsep.

3. Tahap Kognitif Menurut Ausubel

David Paul Ausubel merupakan tokoh aliran kognitif pengagas teori

pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan

informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-

generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa (Athifah, 2010). Dalam teori ini

sumber belajar harus otentik dan dapat ditemukan dalam situasi dunia nyata

(Akhmadan, 2010)

Menurut Ausabel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi.

Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan

kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Belajar dengan penemuan adalah

aktivitas belajar dimana materi atau pengetahuan baru telah ditemukan oleh siswa

sebelum materi tersebut disampaikan oleh guru. Belajar dengan penerimaan adalah

aktivitas belajar dimana materi pelajaran telah tersusun dengan logis kemudian guru

menyampaikannya kepada siswa dari awal sampai akhir.

Dimensi kedua, menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu

pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan

informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah

belajar dengan hafalan. Menurut Ausabel (dalam Nur, 1998) belajar hafalan mengacu

pada penghafalan fakta-fakta atau hubungan-hubungan seperti tabel perkalian, kata

asing, atau nama tulang manusia. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau

17

Page 18: Teori Kognitif

mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah

belajar bermakna.

Ausabel menentang pendapat bahwa dalam pembelajaran bermakna metode

penemuan lebih baik daripada metode ceramah. Menurutnya metode penemuan

maupun dengan metode ceramah bisa menjadi bermakna, tergantung dari situasinya.

Situasi tersebut antara lain:

1. Siswa memiliki meaningful learning set, yaitu sikap mental yang mendukung

terjadinya kegiatan belajar yang bermakna. Misalnya siswa betul-betul mempunyai

keinginan yang kuat untuk belajar, dan berusaha untuk mengaitkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan lama yang relevan

2. Pengetahuan yang akan dipelajari adalah pengetahuan yang bermakna bagi siswa

(terkait dengan struktur kognitif siswa) sehingga siswa bisa mengasimilisasikan

pengetahuan baru tersebut ke dalam struktur kognitifnya

Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar

bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive

differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.

1. Advance Organizer. Advance organizer tidak seperti pretes dan pemberitahuan

tujuan pembelajaran yang dimaksudkan untuk menyiapkan siswa. Advance

organizer dimaksudkan untuk menyediakan kerangka konseptual yang dapat

digunakan siswa untuk memperoleh kejelasan lebih dahulu mengenai apa yang

akan dipelajari kemudian. Tujuan advance organizer adalah mengaitkan bahwan

bermakna yang akan dipelajari dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa

(Degeng, 1989).

2. Progressive Differensial Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan

dan kolaborasi terlebih dahulu kemudian baru lebih mendatail misalnya melalui

contoh-contoh

3. Integrative Reconciliation. Penjelasan mengenai kesamaan dan perbedaan

konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep yang baru saja dipelajari

4. Consolidation. Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak

contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap

menerima materi baru.

18

Page 19: Teori Kognitif

4. Teori Kognitif Menurut Gagne

Robert Mills Gagne (1916-2002) lahir di North Andover, MA. Pada tahun

1940 beliau mendapat gelar PhD dalam bidang Psikologi dari Universitas Brown.

Mengajar pada Connecticut College for Women dan kemudian pada Penn State

University. Pada tahun 1949 – 1958, Gagne menjadi direktur “Perceptual and Motor

Skills Laborartory” dari U.S. Air Force. Pada saat itu dia mulai mengembangkan

beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut “conditions of learning”. Pada 25

tahun terakhir beliau adalah professor pada Department of Education Research di

Florida State University di Tallahassee.

Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah

sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas

baru (Sagala, 2007:17). Gagne berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan

oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan kemampuan

manusia setelah belajar secara terus menerus. Komponen-komponen belajar dalam

proses belajar menurut Gagne merupakan situasi yang memberi stimulus yang

menghasilkan respon. Diantara stimulus dan respon terdapat hubungan yang terjadi

dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.

Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model

pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning”. Dalam buku

tersebut Gagne membahas tentang fase-fase dalam belajar, kapabilitas manusia yang

dihasilkan setelah belajar (outcomes), kondisi atau tipe pembelajaran (the eight

conditions learning) dan kejadian-kejadian belajar (nine intructional events), serta

hubungan kejadian-kejadian tersebut.

a. Fase-Fase Belajar Menurut Gagne

Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:

1) Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase

seseorang memperhatikan stimulus tertentu, memahami stimulus tersebut,

kemudian menafsirkannya dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa

ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu

dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar

siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.

2) Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu

kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-

19

Page 20: Teori Kognitif

hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau

boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara

informasi baru dan informasi lama.

3) Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang

disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui

pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke

memori jangka panjang.

4) Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil

kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja

informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori

jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan

yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas

pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih

mudah dipanggil.

Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu (5) Fase

motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa

untuk belajar, (6) Fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada situasi-

situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta

mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. (7) Fase performance

adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang

nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat

dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, dan (8) Fase umpan

balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan

(reinforcement).

b. Kapabilitas Hasil Belajar (Outcome)

Setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut

dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda.

Ada lima kemampuan sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :

1) Verbal Information (informasi verbal), adalah kemampuan siswa untuk

memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan

20

Page 21: Teori Kognitif

kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya

yang bersifat verbal.

2) Intellectual skills (keterampilan intelektual), merupakan penampilan yang

ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya.

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan

lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang

membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak

pada tingkat kompleksitasnya.

Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi

yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep

terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar

beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus

menguasai diskriminasi-diskriminasi.

3) Cognitive strategies (strategi kognitif), merupakan sustu macam keterampilan

intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan

berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah

cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa

strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3)

strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi afektif.

4) Attitudes (sikap-sikap) merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup

lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang

lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat

pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan

materi pembelajaran.

5) Motor skills (keterampilan motorik) merupakan keterampilan kegiatan fisik

dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar.

Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga

kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca dan menulis.

c. Kondisi atau Tipe Pembelajaran (The Eight Conditions Learning)

1) Signal Learning (Belajar Isyarat). Tipe belajar ini merupakan suatu signal atau

isyarat untuk mengambil sikap tertentu, missal, melihat ulat yang besar

21

Page 22: Teori Kognitif

menimbulkan rasa jijik yang menimbulkan perasaan tertentu, atau seseorang

melihat wajah ibunya menimbukkan wajah senang, wajah ibu disini

meruapakan isyarat yang menimbulkan perasaan senang. Jika dikaitkan dalam

proses pemebaljaran bahwa peserta didik akan merasa bersemangat,

termotivasi, dengan signal learning seorang pendidik yang disampaikan dalam

lingkungan pembelajarannya.

2) Stimulasi Respon Learning (Belajar Stimulus Respon). Kegiatan tipe belajar

ini adalah penguatan terhadap rangsangan atau masukan stimulus agar terjadi

respon yang biasanya diperkuat dengan pegulangan imbalan atau reward dalam

proses pembelajaran

3) Chaning (Rangkaian). Tipe belajar ini menekankan pada pembelajaran yang

berstruktur atau sekuens

4) Verbal Association (Asosiasi Verbal). Dalam tipe belajar ini dimisalkan

pendidik memperlihatkan anak suatu bentuk geometris, dan anak tersebut

dapat mengatakan “bujur sangkar” atau “mengatakan “itu bola saya” bila yang

dilihatnya bolanya.

5) Dicrimination Learning (Belajar Diskriminasi). Contoh dari tipe belajar ini,

anak dapat mengenal berbagai merek mobil beserta namanya, walaupun

tampaknya mobil itu banyak bersamaan. Demikian pula ia dapat membedakan

manusia, tanaman, atau objek lain.

6) Concept Learning (Belajar Konsep). Dengan menguasai konsep, diharapkan

anak mampu menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsepnya dan

mengabstraksinya, missal konsep warna, bentuk, besar, dan sebagainya.

7) Rule Learning (Belajar Aturan). Di setiap pembelajaran pasti ada tuntutan

aturan yang harus dipatuhi peserta didik agar pembelajaran mencapai tujuan

yang sudah ditentukan dan membuat anak faham akan apa yang ia pelajari.

8) Problem Solving (Memecahkan Masalah). Tipe pembelajaran ini mangajak

anak untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran yang diajukan oleh

pendidika ataupun memecahkan persoalan dalam lingkungan belajar dalam

proses pembelajaran

22

Page 23: Teori Kognitif

d. Kejadian-Kejadian Belajar (Nine Intructional Events)

Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne

terkenal dengan “Nine instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Gain attention (memelihara perhatian). Dengan stimulus pendidik berusaha

membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk belajar.

2) Inform learners of objectives (penjelasan tujuan pembelajaran). Menjelaskan

kepada siswa tujuan dan hasil apa yang diharapkan setelah belajar. Ini

dilakukan dengan komunikasi verbal.

3) Stimulate recall of prior learning (merangsang siswa). Merangsang siswa

untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang merupakan

prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan.

4) Present the content (menyajikan stimuli). Menyajikan stimuli yang berkenaan

dengan bahan pelajaran sehingga siswa menjadi lebih siap menerima pelajaran.

5) Provide "learning guidance" (memberikan bimbingan). Memberikan

bimbingan kepada siswa dalam proses belajar

6) Elicit performance /practice (pemantapan apa yang dipelajari). Memantapkan

apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa

yang telah dipelajari itu.

7) Provide feedback (memberikan feedback). Memberikan feedback atau balikan

dengan memberitahukan kepada siswa apakah hasil belajarnya benar atau

tidak.

8) Assess performance (menilai hasil belajar). Menilai hasil-belajar dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui apakah ia telah benar

menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.

9) Enhance retention and transfer to the job (mengusahakan transfer).

Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk

menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat

menggunakannya dalam situasi-situasi lain

Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya,

Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwa-

peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal

yakni guru mengatakan kepada siswa apa yang harus dilakukannya

23

Page 24: Teori Kognitif

D. PENERAPAN TEORI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN

Telah banyak sumbangan yang diberikan oleh teori kognitif dalam aplikasinya di

lapangan terutama dalam pembelajaran matematika di kelas. Teori tentang bagaimana

proses informasi masuk dalam diri manusia dapat menjadi acuan dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas. Keberadaan registrasi pengindraan mempunyai dua implikasi yang

penting dalam pembelajaran. Pertama, seseorang memerlukan waktu untuk membawa

semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran. Misalnya,

jika siswa menerima terlalu banyak informasi dalam satu waktu dan tidak diberitahu aspek

infomasi mana yang harus diperhatikan, maka mereka dapat mengalami kesulitan dalam

memperlajari semua informasi tersebut. Kedua, perhatian siswa terhadap informasi akan

sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan oleh guru.

Hal penting yang harus dilakukan guru untuk menarik perhatian siswa adalah

dengan mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” pada saat

yang tepat. Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya rebut, mencatat hal

dan contoh penting di papan tulis, member kotak ataupun garis bawah dengan kapur

warna untuk meteri essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, sampai

memukul rotan ke meja merupakan upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa. Namun

hal yang lebih penting lagi adalah menumbuhkan dan memotivasi siswa agar mau belajar.

Pengulangan merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya,

latihan selama di kelas dan di rumah akan sangat menentukan keberhasilan suatu

pengetahuan diingat dalam memori jangka panjang siswa. Selain itu, sesuatu yang sudah

dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang belum dipahami siswa.

Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada

mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal siswa, yakni

dengan mengaitkannya dengan hari kemerdekaan RI. Informasi-informasi yang sudah

terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudak diingat siswa daripada informasi yang

belum terorganisir. Misalnya mengingat susunan bilangan 36, 16, 1, 25, 9, dan 4 akan jauh

lebih sulit daripada mengingat susunan bilangan 1, 4, 9, 16, 25, dan 36.

Adapun hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru berdasarkan teori belajar

Piaget adalah bahwa pembelajaran harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan

kognitif siswa karena siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses

berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap

perkembangan mereka. Selain itu, Pembelajaran dengan concrete object diperlukan untuk

24

Page 25: Teori Kognitif

anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar. Keterlibatan siswa secara aktif diperlukan

dalam pembelajaran, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asilimasi dan

akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Guru hendaknya

memperhatikan perbedaan individual siswa (motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,

pengetahuan awal, dll), karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

Kebermaknaan informasi yang diusulkan Ausubel juga sangat penting untuk

diterapkan dalam pembelajaran. Oleh karenanya, untuk menarik minat dan meningkatkan

potensi belajar guru perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur

kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada

belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan

dengan pengetahuan yang telah dimilki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan

antara apa yang sudah dipelajari dengan apa yang diketahui siswa

Menurut Gagne pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran

disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke komplek. Oleh

karenanya guru perlu memastikan terlebih dahulu apakah siswa sudah menguasai materi

prasyarat sebelum mengajarkan topik yang komplek kepada siswa. Adanya perbedaan

individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi,

kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.

Ketiga tokoh aliran kognitif diantaranya Pieget, Bruner, dan Ausubel secara umum

memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam

belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses

asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Bruner

lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktifitas

menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa pada bentuk belajar

induktif, yangmenuntut banyak dilakukan pengulangan. Hal ini tercermin dari model

kurikulum spiral yang dikemukakannya. Sedangkan Ausubel lebih mementingkan struktur

disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berfikir deduktif.

Hal ini tampak pada konsepsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka

konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.

Langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh

tersebut berbeda. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

25

Page 26: Teori Kognitif

Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget

1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Memilih materi pelajaran

3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif

4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya

penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya

5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara

berfikir siswa

6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner:

1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal minat, gaya belajar

dansebagainya)

3. Memilih materi pembelajaran

4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas,

dansebagainya untuk dipelajari siswa

6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang

kongkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampe ke simbolik

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel:

1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya

belajar,dan sebagainya)

3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya

dalam bentuk konsp-konsep inti

4. Menentukan topik-topik dan menapilkannya dalam bentuk advance organizer

yangakan dipelajari siswa

5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk

nyata/konkret

6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Sedangkan sembilan kejadian belajar (nine instructional events) menurut Gagne

dapat dicontohkan dalam pembelajaran di kelas sebagai berikut.

26

Page 27: Teori Kognitif

Tabel 4. Sembilan Kejadian Belajar GagneInstructional Event Bentuk Kegiatan

Gain attention Menciptakan curiosity siswa melalui pertanyaan -pertanyaan

Inform the objectives Menguraikan tujuan di awal pembelajaran

Stimulate recall Menggiatkan memori jangka pendek siswa dengan diskusi, bertanya, video, dll

Present the content Menyampaikan materi dengan metode, strategi, dll

Learning guidance Menyediakan pedoman belajar yang praktis

Practice Memberi pertanyaan, latihan, atau tugas

Feedback Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi (dg penguatan)

Assess performance Mempertegas kembali isi pelajaran melalui penilaian

Enhance retentionTransfer to the job

Berlatih mempraktikan secara lebih luas apa yang telah diperoleh melalui proyek, praktikum, dll

27

Page 28: Teori Kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadan, Widyastuti. 2010. Teori Belajar Gagne dan Ausabel. (online)

(http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-belajar-gagne-dan-ausabel/

mrdetail/14371/), diakses tanggal 20 Januari 2012.

Athifah, Devi. 2010. Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausabel. Online

(http://mardhiyanti.bloogspot.com/2010/03/teori-belajar-bermakna-dari-david-

p.html), diakses tanggal 1 Nopember 2011.

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Degeng, I.N.S. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Debdikbud, Dirjen

Dikti, P2LPTK.

Hariyono. 2010. Teori Belajar Robert Gagne (1916-2002). Online

(http://www.hariyono.org/2010/10/teori-belajar-robert-gagne-1916-2002.html),

diakses tanggal 14 Februari 2012

Nur, Mohamad, dkk. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif disadur dari Cognitief Theories of

Learning oleh Charles Robert R. Slavin. Surabaya: Program Pasca Sarjana Unesa.

Riyanto, Bambang. 2009. Teori Belajar Gestalt. (online)

(http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/teori-belajar-gestalt/),

diakses tanggal 25 Januari 2012.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Shadiq, Fadjar. 2008. Hirarki Belajar: Suatu Teori Dari Gagne. Yogyakarta: PPPG

Matematika.

28