teori aspal ( 0ke )

47
PRAKTIKUM ASPAL L A P O R A N PRAKTIKUM ASPAL Dibuat : Kelompok : 7 1. Samidi NPM : 04.11.1001.7311.106 2. Arga Aditya Putra NPM : 04.11.1001.7311.160 3. Teten NPM : 05.11.1001.7311.021 4. Anton Basuki NPM : 05.11.1001.7311.114 5. Ketut Wijinarko NPM : 04.11.1001.7311.054 6. Faisal. F NPM : 04.11.1001.7311.155 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA Teknik sipil Untag Samarinda S A M A R I N D A

Upload: brillian-surya

Post on 27-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

aspal

TRANSCRIPT

Page 1: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

L A P O R A N

PRAKTIKUM ASPAL

Dibuat :

Kelompok : 7

1. Samidi NPM : 04.11.1001.7311.106

2. Arga Aditya Putra NPM : 04.11.1001.7311.160

3. Teten NPM : 05.11.1001.7311.021

4. Anton Basuki NPM : 05.11.1001.7311.114

5. Ketut Wijinarko NPM : 04.11.1001.7311.054

6. Faisal. F NPM : 04.11.1001.7311.155

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

FAKULTAS TEKNIK

TAHUN 2008

Teknik sipil Untag Samarinda

S A M A R I N D A

Page 2: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Lembar Pengesahan

Laporan Praktikum Aspal

Dibuat Oleh,

Kelompok : 7

1. Samidi NPM : 04.11.1001.7311.106

2. Arga Aditya Putra NPM : 04.11.1001.7311.160

3. Teten NPM : 05.11.1001.7311.021

4. Anton Basuki NPM : 05.11.1001.7311.114

5. Ketut Wijinarko NPM : 04.11.1001.7311.054

6. Faisal. F NPM : 04.11.1001.7311.155

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

FAKULTAS TEKNIK

Teknik sipil Untag Samarinda

Dosen Pembimbing

Laboratorium,

( Ir. Hendrik Sulistio, MT )

Instruktur

Laboratorium,

( Latoha, ST )

Ketua

Jurusan,

( Ari Sasmoko Adi, ST. MT )

S A M A R I N D A

Page 3: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

TAHUN 2008

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas ini.

Adapun tujuan Praktikum Beton ini ialah sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat Strata I ( S1 ). Pada

Fakultas Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Laporan ini kami buat berdasarkan hasil perhitugan di laboratorium.

Dimana kami sebagai mahasiswa teknik yang pada giliranya dituntut

untuk mampu memehami teori dan menerapkanya.

Atas terselenggaranya Praktikum Beton ini kami ucapkan terima kasih

Kepada ;

1. Bapak Ir. Benny Mochhar, EA. MT selaku Fakultas Teknik

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

2. Bapak Zulfan, ST Selaku Kepala Laboratorium Teknik Sipil

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

3. Ibu Musrifah Tohir, ST Sebagai Instruktur Praktikum Beton

Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan

seangkatan yang telah membantu hingga menyelesaikan tugas

laporan ini.

Tugas ini dimaksudkan untuk membantu dan memudahkan bagi para

pembaca umunya dan mahasiswa pada khususnya dalam

melaksanakan Praktikum Beton, serta dengan memberikan informasi

mengenai peralatan beserta perlengkapan yang ada di laboratorium

baik kepada pemakai juga kepada seluruh pengelola laboratorium.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 4: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini tugas

praktikum ini terdapat banyak kelemahan dan kekurangan karnanya

sangat diharapkan saran – saran yang membangun sehingga tugas ini

dapat lebih baik.

Akhirnya tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang sangat banyak membantu sehingga terlaksananya penyusunan

tugas Praktikum Beton ini

Samarinda, 24 Juni 2008

Penyusun

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 5: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

DAFTAR ISI

COVER ……………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… ii

LEMBAR ASISTENSI ……………………………………… iii

DAFTAR ISI ……………………………………… iv

KATA PENGANTAR ……………………………………… v

BAB. I

Pendahuluan ……………………………………… 5

BAB. II

Pemeriksaan Aspal ……………………………………… 7

1. Rancangan Campuran Aspal Panas

A. Maksud

B. Peralatan

C. Prosedur

BAB. III

Rancangan Campuran Aspal AC ……………………………………… 14

3.1. Pengertian

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 6: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

FAKULTAS TEKNIK

Frogram Studi Teknik Sipil

Alamat : Jl. Ir. Juanda. Kotak Pos No. 1052 Telp. ( 0541 ) 743390

Lembar Asistensi

Praktikum : Aspal

Kelompok : 7

No. Hari/Tgl/

Bulan

Keterangan Paraf

Samarinda, 2008

Teknik sipil Untag Samarinda

Instruktur

Laboratorium

( Latoha, ST )

S A M A R I N D A

Page 7: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

FAKULTAS TEKNIK

Frogram Studi Teknik Sipil

Alamat : Jl. Ir. Juanda. Kotak Pos No. 1052 Telp. ( 0541 ) 743390

Lembar Asistensi

Praktikum : Aspal

Kelompok : 7

No. Hari/Tgl/

Bulan

Keterangan Paraf

Samarinda, 2008

Teknik sipil Untag Samarinda

S A M A R I N D A

Dosen Pembimbing

Laboratorium,

( Ir. Hendrik Sulistio, MT )

Page 8: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

BAB I

P E N D A H U L U A N

Jalan merupakan sarana utama bagi perhubungan darat dengan

adanya jalan suatu daerah masyarakat setempat dapat berkembang

menjadi lebih baik. Perbaikan ekonomi, pendidikan dan dapat

mendorong berkembangnya sarana yang lainnya.Agar jalan bisa

berfungsi dengan baik, maka harus dibuat yang lebih pula mengenai

geometriknya maupun konstruksinya.Pembuatan konstruksi jalan

umumnya disesuaikan dengan fungsi jalan itu sendiri, jalan Arteri

tidak sama dengan jalan kolektor maupun jalan lokal, mengingat jalan

Arteri mempunyai peran yang lebih penting dari yang lain.

Melihat dari rangkanya jalan terdiri dari 3 bagian yaitu tanah dasar

(sub grade) sebagai tempat kedudukan, lapis pondasi dan lapis

penutup ketiganya ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, namun

tetap saling mendukung satu dengan yang lain. Tanah dasar (sub

grade) yang kurang baik akan menjadi konstruksi jalan kurang kuat,

sehingga untukmencapai kekuatan yang diinginkan harus diimbangi

dengan lapisan pondasi yang lebih baik dan lebih kuat, demikian pula

halnya dengan lapisan pondasi yang sudah baik dan kuat kalau tidak

rata mudah tergenang air, air yang terus menerus menggenang akan

mempercepat rusaknya suatu konstruksi jalan. Agar awet konstruksi

jalan harus diberi lapisan penutup.

Yang umum diberikan untuk lapisan penutup jalan adalah aspal,

disamping sebagai lapisan penutup, campuran aspal dan agregat

dapat sebagai konstruksi (menahan beban) kendaraan misalnya ATB,

macam di Indonesia ATB (Asphalt Treated Base) campuran aspal

panas (Hot Mix) seperti ATB, ATBL, HRS dan lain-lain.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 9: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Untuk pratikum ini dicoba membuat rancangan campuran aspal

panas Hot Mix) (HRS).Tujuan : Diharapkan setelah mengikuti pratikum

Mahasiswa dapat membuat sendiri rancangan (Mix Design) aspal

panas (Hot Mix) sesuai dengan yang diharapkan dan berbagai jenis

campuran : ATB/ AC, ATBL, HRS Sand Sheed dan lain-lain. Selain dapat

membuat rancangan campuran juga dapat menerapkan dilapangan

sesuai dengan kondisinya, serta dapat menganalisa sifat - sifat

campuran aspal panas (Hot Mix).

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 10: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

BAB II

PEMERIKSAAN ASPAL

1. Rancangan Campuran Aspal Panas (Hot Mix) di

Laboratorium

Untuk rancangan campuran aspal panas (Hot Mix) telah dilakukan

percobaan di Laboratorium, dengan rancangan percobaan diatas

ditambah kadar aspal berturut - turut sebagai berikut :

6%, 6,5%, 7%,7,5 %,8%,8,5% dari berat agregat

A. MAKSUD :

Membuat campuran antara aspal dan agregat pada suhu

pencampuran tertentu sehingga dapat dicapai perlekatan aspal

yang merata terhadap semua gradasi agregat, pemadatan yang

baik dan kemudian dianalisa stabilitasnya.

B. PERALATAN :

Kompor pemanas 2 (dua) buah.

Penggorengan (kuali).

Pengaduk.

Spatulla.

Sendok.

Timbangan.

C. PROSEDUR :

1. Timbang agregat sesuai dengan berat masing-masing gradasinya

(lihat tabel), sehingga total 1.200 gram.

2. Panaskan agregat dan aspal secara bersamaan sampai suhu ±

160C.

3. Timbang alat penggorengan aspal.

4. Setelah agregat dan aspal mencapai suhu ±100C, timbang aspal

sebanyak 6 %.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 11: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

5. Masukkan agregat kedalam penggorengan aspal yang sudah berisi

aspal dan campur sehingga merata.

6. Setelah suhu mencapai 100C lakukan pemadatan.

2. Aspal Compaction Test.

A. MAKSUD :

Untuk mendapatkan briket yang akan digunakan dalam

percobaan Marshal Test.

B. PERALATAN :

Collar.

Beban pemadat.

Alat Compactor Test.

Ekstruder (alat pengeluar contoh).

Mold.

C. PROSEDUR :

1. Tempatkan alat compactor test pada tempat yang kokoh.

2. Pasanglah mold beserta collar diatas landasan, lapisi bagian atas

dan bawah mold dengan kertas saring.

3. Pasanglah beban pemadat dan kokohkan dengan penjepit.

4. Aturlah caonter sehingga menunjukkan angka 50, yang berarti

berhenti pada tumbukan 50 kali.

5. Putar tombol sehingga alat compactor jalan dan alat tersebut

berhenti pada jumlah tumbukan 50 kali.

6. Buka kembali alat pemadat dan kalikan moldnya.

7. Atur kembali counter sehingga menunjukkan angka 50.

8. Lakukan pemadatan seperti diatas.

9. Rendam mold yang berisi benda uji sehingga dingin dan keluarkan

dengan.

10.Setiap briket beri tanda sesuai dengan urutan persen aspal.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 12: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

3. Marshall Test.

A. MAKSUD :

Untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan

plastis (flow) dari campuran.

B. PERALATAN :

Mesin tekan marshall.

Kepala penekan.

Dial indikator (skala flow).

Manometer hydrolic (skala stabilitas).

Water bath.

C. PROSEDUR :

1. Masukkan benda uji kedalam water bath yang telah ditahan

panasnya 60C, selama 30 menit.

2. Pasanglah benda uji (briket) pada kepala penekan.

3. Pasanglah dial indikator pada flow meter.

4. Dapatkan piston penetrasi dengan jalan menghidupkan mesin

tekan Marshall (posisi saklar up).

5. Aturlah dial indikator dan manometer hydrolic ke posisi Nol.

6. Putarlah saklar ke posisi up sehingga proses penekanan

berlangsung. Perhatikan dengan seksama manometer hydrolic bila

perlawanan benda uji hilang, maka akan berbalik arah dan sebutlah

angkanya sebelum jarum turun, begitu juga dengan dial indikator.

7. Matikan alat dan putarkan keposisi down.

8. Keluarkan kepala penekan dan bersihkan untuk pengujian

selanjutnya.

4. Pemeriksaan Aspal Keras.

A. MAKSUD :

Mengambil contoh benda uji untuk test di Laboratorium sebelum

bahan dipergunakan dilapangan. Sampling ini harus dapat

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 13: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

mewakili dari seluruh bahan yang ada yang akan dipergunakan

di lapangan.

Cara-cara pengambilan, penyimpanan dan pengiriman :

1. Sampling harus dapat mewakili dari seluruh parte yang ada.

2. Periksa dan pisahkan juga dari tanda drum yang baik dan jelek.

3. Kaleng untuk contoh harus dalam keadaan baik, bersih dan kering.

4. Contoh tidak boleh kena debu ataupun kotoran yang lain.

B. PERALATAN :

Kaleng untuk contoh.

Spatula.

Bor tangan (spiral).

Kompor gas.

Pisau.

Sendok semen.

Sarung tangan.

C. PROSEDUR :

1. Buka tutup drum kemudian masukkan bor tangan kira - kira 2 cm.

2. Penahan pisau dan spatula.

3. Ambil pisau dan spatula yang sudah dipanaskan lalu tusukkan ke

dalam aspal sambil ditekan dan diputar mengelilingi bor tangan

yang diborkan pada aspal.

4. Buang permukaan aspal kira - kira 7 cm dari permukaan aspal.

5. Ambil bahan uji dengan memutar bor tangan supaya aspal / bahan

uji nempel di bor tangan.

6. Masukkan bahan uji ke dalam kaleng yang sudah disiapkan.

5. Penetrasi Sebelum Kehilangan Berat

A. MAKSUD :

Untuk mengetahui sifat mekanis (reologis) yaitu penetrasi dari

contoh aspal keras terhadap pengaruh luar.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 14: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

B. PERALATAN :

Alat penetrasi.

Pemegang jarum.

Pemberat.

Jarum penetrasi.

Tin Box.

Bak perendam (water bath).

Tempat air dengan volume 350 m3.

Termometer.

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN :

1. Panaskan aspal keras secara perlahan-lahan sampai mencair sambil

diaduk pelan-pelan, jumlahnya kira-kira cukup untuk mengisi dua

Tin Box pemeriksaan.

2. Tuangkan contoh kedalam Tin Box dan tutup agar contoh tidak

terkontaminasi, diamkan selama 1 - 1,5 jam pada tempat air dalam

water bath pada suhu 15 - 30 C.

3. Pegang jarum pada pemegang dan pasang pemberat 50 gram

untuk memperoleh beban 100 gram, jarum harus bersih dan masih

baik.

4. Pindahkan tempat air dari water bath ke bawah alat penetrasi.

5. Letakkan jarum sedemikian rupa, sehingga ujung jarum tepat

dipermukaan contoh dan aturlah supaya jarum arloji tepat angka 0.

6. Mulai pemeriksaan dengan melepaskan jarum, stelah lima detik.

Lihat arloji penetrasi menunjukkan angka berapa dan catat.

Pembulatan angka 0,1 mm terdekat.

7. Lepaskan jarum penetrasi dari contoh dan bersihkan dengan bahan

pembersih lapis dicelupkan dalam elher.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 15: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

8. Lakukan pemeriksaan penetrasi pada Tin Box yang sama F bisa

sampai dengan tiga kali dengan jarak masing - masing 1 cm.

Hal - hal yang perlu diperhatikan :

1. Setiap selesai pemeriksaan alat-alat seperti jarum penetrasi harus

dibersihkan dengan sulvent yang sesuai dan disimpan pada

tempatnya, lampu dimatikan, Tin Box dibersihkan dan lainnya.

2. Hindari contoh berceceran di tempat pemeriksaan dengan bekerja

hati-hati.

3. Pakailah alat-alat safty / keselamatan yang diperlukan.

6. Berat Jenis Aspal Keras

A. MAKSUD :

Untuk menentukan perbandingan antara berat aspal, isi aspal

yang beratnya sama dengan air yang menempati aspal tersebut

pada suhu tertentu.

B. PERALATAN :

- Picnometer. - Bejana.

- Thermometer. - Air.

- Water bath. - Kapas

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN :

1. Panaskan contoh uji sampai cair dan aduk.

2. Bersihkan dan keringkan picnometer timbang dengan

ketelitian 1 mg = A gram.

Contoh uji yang sudah siap dituangkan dalam picnometer sampai

terisi ….. dinginkan sampai suhu ruang 25C / rendam dalam

bejana setelah dingin timbang = 3 gram.

3. Isi picnometer dengan air sampai batas tutup picnometer dan

timbang dengan ketelitian 1 mg = 3 gram.

4. Tambahkan air kedalam picnometer sampai batas picnometer +

contoh + air dengan ketelitian 1 m = 3 gram.

5. Hitung berat jenis aspal dengan rumus :

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 16: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

( t - A )

B =

( B - A ) - ( B - t )

K E S I M P U L A N

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik didalam pengujian harus

dilaksanakan dengan teliti dan menggunakan contoh yang lebih

dari satu.

2. Untuk suatu pekerjaan pengaspalan hendaknya digunakan material

yang bermutu baik (sesuai standar).

3. Kadar aspal yang terlalu sedikit menyebabkan rongganya besar dan

kadar aspal yang telalu banyak campuran menjadi lemah, maka

sebaiknya yang sedang (optimum).

4. Perlu diperhatikan suhu pemanasan untuk jenis - jenis aspal keras

tertentu jika kelebihan panas akan terbakar dan jika kurang panas

aspal tidak bisa padat.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 17: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

BAB III

RANCANGAN CAMPURAN

ASPAL HRS

3.1. PENGERTIAN

Jika agregat dicampur dengan aspal maka :

Partikel - partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh

aspal.

1. Rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi

udara.

2. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara.

3. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar

aspal yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel

agregat.

Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi empat syarat

yaitu stabilitas, durabilitas, fleksibilitas, dan tahanan geser, tetapi

jika memakai gradasi rapat (densegraded) akan menghasilkan

kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik,

tetapi mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan

kelenturan (fleksibilitas) yang kurang baik dan akibat tambahan

pemadatan dari beban lintas berulang serta aspalyang mencair

akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang

kecil.

Sebaliknya jika menggunakan gradasi terbuka, akan diperoleh

kelenturan yang baik tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal

yang terlalu sedikit akan mengakibatkan lapisan pengikat antar

butir kurang, lebih-lebih jika kadar rongga yang dapat diresapi

aspal besar. Hal ini akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 18: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

cepat lepas dan durabilitas berkurang. Kadar aspal yang tinggi

mengakibatkan kelenturan yang baik tetapi dapat terjadi

bleeding sehingga stabilitas dan tahanan geser berkurang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa haruslah

ditentukan campuran antara agregat dan aspal seoptimal

mungkin sehingga dihasilkan lapisan perkerasan dengan yang

seoptimal mungkin.

Dengan kata lain harus direncanakan campuran yang meliputi

gradasi ( dengan memperhatikan mutu agregat ) aspal sehingga

dihasilkan lapisan perkerasan yang dapat memenuhi keempat

syarat diatas yaitu :

1. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan

2. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memiliki beban

sehingga tak terjadi deformasi yangmerusak.

3. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan unuk pemadatan

tambahan akibat beban berulang dan flow dari aspal.

4. Dapat mberikan kemudahan kerja sehingga tak terjadi

segregasi.

5. Dapat menghasilkan campuran yang akhirnya menghasilkan

lapis perkerasan yang sesuia dengan persyaratan dalam

pemilihan lapisan perkerasan pada tahap perencanaan.

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi kualitas dari

sapal beton adalah :

1. Absorbsi aspal.

2. Kadar aspal efektif.

3. Rongga antar butir (VMA) Void Material Air

4. Rongga udara dalam campuran (VIM) Void Indeks Material.

5. Gradasi agregat.

3.2. PEMERIKSAAN DENGAN ALAT MARSHALL.

( SK. SNI. M – 58 – 1990 – 03 )

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 19: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan

menggunakan alat pemeriksaan marshall. Pemeriksaan

dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)

terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan

agregat. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan

bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu beban

sampai batas runtuh dinyatakan dalam milimeter atau 0,01”.

Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi

dengan proving ring (cincin penguji) yang berkapasitas 2500

kg atau 5000 pon. Proving ring dilengkapi dengan arloji

pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran

disampingkan itu terdapat arloji (flow meter) untuk

mengukur kelelehan plastis (flow).

Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan

tinggi 7,5 cm dipersiapkan dilaboratorium, dalam cetakan

benda uji dengan mempergunakan hammer (penumbuk)

dengan berat 10 pon (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch

(45,7 cm), dibebani dengan kecepatan tetap 50 mm/menit.

Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan denagn

alat Marshall, diperoleh data-data sebagai berikut :

1. Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka

dibelakang koma.

2. Berat volume dinyatakan dalam ton/ m3

3. Stabilitas, dinyatakan dalam bilangan bulat. Stabilitas

menunjukan kekuatan, ketahanan terhadap terjadinya alur

(ring).

4. Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm atau 0,01 inch.

Flow dapatmerupakan idikator terhadap lentur.

5. VIM, persen rongga dalam campuran, dinyatakan dalam

bilangan desimal satu angka dibelakang koma. VIM merupakan

indikator dari durabilitas, kemungkinan bleeding.

6. VMA, persen rongga terhadap agregat, dinyatakan bilangan

bulat VMA bersama dengan VIM merupakan indikator dari

durabilitas.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 20: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

7. Hasil bagi Marshall (Quotient, Marshall, merupakan hasil bagi

stabilitas dan flow dinyatakan dalam KN/mm. Merupakan

indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan.

8. Penyerapan aspal, persen terhadap berat campuran, sehingga

diperoleh gambaran beberapa kadar aspal effektifnya.

9. Tebal lapisan aspal (film aspal), dinyatakan dalam mm.

Merupakan petunjuk tentang sifat durabilitas campuran.

10. Kadar aspal effektif, dinyatakan dalam bilangan dsimal satu

angka dibelakang koma.

SPESIFIKASI CAMPURAN

Dari bab-bab sebelum ini terlihat bahwa sifat campuran sangat

ditentukan dari gradasi aggregat,kapal aspal total dan kadar aspal

efektif,VIM,VMA,dan sifat bahan mentah sendiri variasi dari hal

tersebut diatas akan menghasilkan kualitas dan keseragaman

campuran yang berbeda -beda .Untuk itu agagr dapat memenuhi

kualitas dan keseragaman jenis lapisan yang telah dipilih dalam

perencanaan perlu dibuatkan spesipikasi campuran yang menjadi

dasar pelaksanaan dilapangan .Dengan spesipikasi itu diharapkan

dapat diperoleh sifat campuran yang memenuhi syarat teknis dan

keawetan yang diharapkan.

Spesifikasi campuran berbeda-beda, dipengaruhi oleh :

Perencanaan tebal perkerasan, yang dipengaruhi oleh metode

apa yang dipergunakan.

Ekspresi gradasi aggregat, yang dinyatakan dalam nomor

saringan. Nomor-nomor saringan mana saja yang dipergunakan

dalam spesifikasi.

Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persen terhadap

berat campuran seluruhnya.

Komposisi dari campuran, meliputi aggregat dengan gradasi

yang bagaimana yang akan dipergunakan.

Sifat campuran yang diinginkan, dinyatakan dalam nilai

stabilitas, flow, VIM, VMA, tebal film aspal.

Metode rencana campuran yang digunakan.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 21: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Persyaratan Sifat Campuran

Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam

Tabel 6.3.3.

Tabel 6.3.3. Persyaratan sifat campuran.

SIFAT Campuran HRSS HRSSA HRSB AC ATB

Kadar aspal

efektif

Kadar

penyerapan aspal

Kadar aspal total

Minimum

Min.

Max.

Min.

9.1

2.0

10.3

7.9

2.0

8.9

6.8

1.7

7.3

1.7

4.3-7.0

5.5

1.7

6.0

Kadar Rongga

udara dari

campuran padat

(% terhadap

volume total

campuran )

Min.

Max.

4

9

4

9

4

6

3

6

4

8

Marshall Quotient

(1)

(AASHTO T245-

78) (KN/mm)

Min.

Max.

0.8

4.0

0.8

4.0 4.0

1.8

5.0

1.8

5.0

Stabilitas

Marshall

(AASHTO T245-

78) (KN/mm)

Min.

Max.

200

850

200

850

450

850

750

850

750

-

Stabilitas

Marshall tersisa

setelah

perendaman

selama 24 jam

pada 60 (%

Min.

75 75 75 75 75

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 22: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

terhadap

stabilitas semula)

Sumber : Buku Volume-volume Speksifikasi teknik Bina Marga

Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar 2.01 berdasarkan

asumsi kondisi jalan yang datar ( atau kemiringan landai ) dan kondisi

lalu lintas jalan antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang

diperlukan pada setiap bagian jalan, harus sesuai dengan instruksi

Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan kelandaian

jalan.

Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja

harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70% terhadap nilai

penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai Duktilitas tidak

kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing dengan AASHTO T49

dan T51.

Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara

AASHTO T164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi

mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus

dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 23: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Angka Korelasi Beban (Stability)

Isi benda uji

(cm)3

Tebal benda uji

(mm)

Angka korelasi

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 24: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

200 – 213

214 – 225

226 – 237

238 – 250

251 – 264

265 – 276

277 – 289

290 – 301

302 – 316

317 – 328

329 – 340

341 – 353

354 – 367

368 – 379

380 – 392

393 – 405

406 – 420

421 – 431

432 – 443

444 – 456

457 – 470

471 – 482

483 – 495

496 – 508

509 – 522

523 – 535

536 – 546

547 – 559

560 – 573

574 – 585

586 – 598

599 – 610

611 – 525

25,4

27,0

28,6

30,2

31,8

33,3

34,9

36,5

38,1

39,7

41,3

42,9

44,4

46,0

47,6

49,2

50,8

52,4

54,0

55,6

57,2

58,7

60,3

61,9

63,5

65,1

66,7

68,3

69,9

71,4

73,0

74,6

76,2

5,56

5,00

4,55

4,17

3,85

3,57

3,33

3,03

2,78

2,50

2,27

2,08

1,92

1,79

1,67

1,56

1,47

1,39

1,32

1,25

1,19

1,14

1,09

1,04

1,00

0,96

0,93

0,89

0,86

0,83

0,81

0,78

0,76

RENCANA CAMPURAN MARSHALL

VOLUME MOL ASPALT = 1200 Gram

Teknik sipil Untag Samarinda

Sumber : SK.SNI.03-1968-1990

Page 25: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

1. PEMAKAIAN ASPALT 6 %

6 % x 1200 = 72

Agregat = 1200 - 72 = 1128 gram

Coarse agregat = 31 % x 1128 = 349,7 gram

Medium Agregat = 14 % x 1128 = 157,92 gram

Fine Agregat = 18 % x 1128 = 203,04 gram

Pasir / Filler = 37 % x 1128 = 417,36 gram

2. PEMAKAIN ASPALT 6,5 %

6,5 % x 1200 = 78

Agregat = 1200 – 78 = 1122 gram

Coarse agregat = 31 % x 1122 = 347,82 gram

Medium Agregat = 14 % x 1122 = 157,08 gram

Fine Agregat = 18 % x 1122 = 201,96 gram

Pasir / Filler = 37 % x 1122 = 415,14 gram

3. PEMAKAIAN ASPALT 7 %

7 % X 1200 = 84

Agregat = 1200 – 84 = 1116 gram

Coarse agregat = 31 % x 1116 = 345,96 gram

Medium Agregat = 14 % x 1116 = 156,24 gram

Fine Agregat = 18 % x 1116 = 200,88 gram

Pasir / Filler = 37 % x 1116 = 412,92 gram

4. PEMAKAIAN ASPALT 7,5 %

7,5 % x 1200 = 90

Agregat = 1200 – 90 = 1110 gram

Coarse agregat = 31 % x 1110 = 344,1 gram

Medium Agregat = 14 % x 1110 = 155,4 gram

Fine Agregat = 18 % x 1110 = 199,8 gram

Pasir / Filler = 37 % x 1110 = 410,7 gram

5. PEMAKAIAN ASPALT 8 %

8 % x 1200 = 96

Agregat = 1200 – 96 = 1104 gram

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 26: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Coarse agregat = 31 % x 1104 = 342,24 gram

Medium Agregat = 14 % x 1104 = 154,56 gram

Fine Agregat = 18 % x 1104 = 198,72 gram

Pasir / Filler = 37 % x 1104 = 408,48 gram

3.3. PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS

ANGLES ( SNI. 03 – 2417 – 1991 )

3.3.1. TUJUAN PERCOBAAN

Maksud pemeriksaan ini adalah untuk menentukan

ketahanan agregat kasar dari keausan dengan menggunakan

mesin Los Angeles.

3.3.2. PERALATAN

Mesin Los Angeles

Timbangan dengan ketelitian satu gram

Bola-bola baja

Oven yang dilengkapi pengatur suhu

Ayakan nomor 12 dan ayakan lainnya seperti pada tabel

Talam, dll.

3.3.3. BAHAN

Aggregat yang tertahan pada ayakan seperti pada tabel

Benda uji dicuci dan dikeringkan dalam oven

Tentukan berat benda uji sesuau tabel, kemidian campurkan.

3.3.4. CARA MELAKUKAN

Masukkan benda uji kedalam mesin Los Angeles, kemudian

masukkan pula bola baja sebanyak kebutuhan.

Putar mesin menurut banyaknya putaran.

Keluarkan benda uji, lalu diayak dengan saringan nomor 12.

Aggregat yang tertahan pada saringan lalu dicuci.

Keringkan dalama oven.

Timbang benda uji kering.

3.3.5. PERHITUNGAN

A – B

Keausan = x 100%

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 27: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

A

Dimana : A = berat benda uji semula

B = berat benda uji saringan no. 12

PEMERIKSAAN KEAUSAN (ABRASI) DENGAN MESIN LOS

ANGLES

Gradiasi 4

Saringan I

Lewat

Tertahan

(a)

Berat

Sebelum

(b)

Berat

Sesuda

h

76,2 mm ( 3” ) 63,5mm( 21\2)

63,5 mm (21/2 ) 50,8mm (2” )

50,8 mm (2” ) 37,5mm( 11/2)

37,5 mm (11/2) 25,4mm( 1” )

25,4 mm ( 1” ) 19,1mm(3/4”)

19,1 mm (3/4” ) 12,7mm (1/2”) 2500

12,7 mm (1/2 “) 9,52mm (3/8”) 2500

9,52 mm (3/8”) 6,35mm (N0.3)

6,35 mm (No.3) 4,76mm (No.4)

4,76 mm (No.4) 2,38mm (No.8)

Jumlah Berat (A)= 5000

Berat tertahan saringan no.12 (B)= 3936

Keausan I. A = 5000 gram

B = 3936 gram

A - B = 1064 gram

Keausan I. = A - B x 100 % = 21,28 %

A

3.4. ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR & HALUS

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 28: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

( SEIVE ANALISYS ) ( SNI. 03 – 1968 – 1990 )

3.4.1. TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian

butir (gradasi) agregat kasar dan agregat halus dengan

menggunakan saringan.

3.4.2. PERALATAN

Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda

uji.

Satu set saringan dengan ukuran 76,2 mm (3”), 63,55 mm (2,5),

50,8 mm (2”), 37,5 mm (1,5), 2,5 mm (1”), 19,1 mm (3/4”), 12,5 mm

(1/2”), 9,5 mm (3/8”), no. 4 ; no. 8; no; 16, no ; 30, no ; 50, no ; 100,

no ; 200 (standart ASTM).

Oven yang dilengkapi pengukur suhu untu memanasi sampai (100 –

5 %).

Alat pemisah contoh (sampler spliter).

Mesin penggetar saringan.

Talam-talam

Kwas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

3.4.3.BAHAN

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara

perempat sebanyak

Agregat halus

1. Ukuran maximum no. 4 ; berat minimum 500 gram.

2. Ukuran maximum no. 8 ; berat minimum 100 gram.

Agregat kasar

1. Ukuran maximum no. 3,5” ; berat minimum 35 kg

2. Ukuran maximum no. 3,0” ; berat minimum 30 kg

3. Ukuran maximum no. 2,3” ; berat minimum 23 kg

4. Ukuran maximum no. 1,5” ; berat minimum 15 kg

5. Ukuran maximum no. 1,0” ; berat minimum 10 kg

6. Ukuran maximum no. 3/4” ; berat minimum 5 kg

7. Ukuran maximum no. 1/2” ; berat minimum 2,5 kg

8. Ukuran maximum no. 3/8” ; berat minimum 1 kg

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 29: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan kasar,

agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan

no.4 selanjutnya agregathalus dan kasar disediakan sebanyak

jumlah seperti tercantumdiatas.

Benda uji disiapkan sesuai dengan prosedur, kecuali apabila

butir yang melalui saringan no. 200 tidak perlu diketahui

jumlahnya bila syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

3.4.4.CARA MELAKUKAN

Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 – 50 C),

sampai berat tetap.

Saringan benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling

besar ditempatkan palingn atas. Saringan digonjangkan dengan

tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

3.4.5. PERHITUNGAN

Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas

masing - masing saringan terhadap berat total benda uji.

3.4.6. LAPORAN

Jumlah prosentasi melalui masing-masing saringan atau

jumlah prosentase diatas masing - masing saringan dalam

bilangan bulat.

Grafik akumulatf.

3.5.PEMERIKSAAN BERAT JENIS & PENYERAPAN

AGREGAT KASAR ( SNI. 03 – 1970 – 1990 )

3.5.1.TUJUAN

Menentukan bulk dan apparent specific grafities dan

absorption dari agregat kasar menurut ASTM C 127 guna

menentukan volume agregat dalam beton.

3.5.2. PERALATAN

Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas minimum 5 kg

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 30: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Keranjang besi dengan diameter 8” dan tinggi 2,5”

Alat penggantung keranjang

Oven > Handuk

3.5.3. BAHAN

Benda uji direndam 24 jam

Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaannya

habis, tetapi harus masih tanpa lembab ( kondisi SSD )

Benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali

dalam air. Temperatur air 73,4 ± 3°F dan ditimbang. Setelah

ditimbang container diisi benda uji, digoyang-goyang dalam air

untuk melepaskan udara yang terperangkap.

Benda uji dikeringkan pada temperatur 212 - 130°F, didinginkan

dan ditimbang.

3.5.4. PERHITUNGAN

A

Bulk Specific Gravity =

(B – C)

Dimana : A = berat ( gram ) dari benda uji oven dry di udara

B = berat ( gram ) dari benda uji pada kondisi SSD

C = berat ( gram ) dari bendauji pada kondisi jenuh

B

Bulk Specific Gravity (SSD) =

B – C

A

Apparent Specific Gravity =

A – C

B – A

Prosentase Absorpsi = x 100%

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 31: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

A

3.6. PEMERIKSAAN BERAT JENIS & PENYERAPAN

AGREGAT HALUS ( SNI. 03 – 1970 –1990 )

3.6.1. TUJUAN

Menentukan bulk dan apparent specific-Gravity dan

absorpsi dari aggregat halus menurut ASTM C 128 guna

menentukan volume aggregat halus dalam beton.

3.6.2. PERALATAN

Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram kapasitas minimum 1 kg

Picnometer kapasitas 500 gram

Cetakan kerucut pasir

Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.

3.6.3. BAHAN

1000 gram aggregat halus yang didapat dari alat pemisah

atau cara perempat.

3.6.4. CARA MELAKUKAN

Aggregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai didapat

keadaan kering merata jika telah dapat tercurah ( free flowing

condition )

Sebagian benda uji dimasukkan pada mental sand cone mold.

Benda uji didapatkan dengan tongkat pemadat ( tempar )

sampai 25 kali tumbukan. Kondisi SSD ( survace dry condition )

diperoleh jika cetakan diangkat, aggregat halus runtuh / longsor.

Aggregat halus 500 gram dimasukkan dalam picnometer dan

isikan air sampai 90% kapasitas, gelembung-gelembung udara

dibebaskan dengan cara menggoyang-goyangkan picnometer.

Rendam picnometer dengan temperatur 73,4 ±230°F ( ± 1 hari

atau kurang )

Pisahkan benda uji dari picnometer dan keringkan pada

temperatur 212 - 230°F pekerjaan harus selesai dalam 1 hari

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 32: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Tentukan berat picnometer berisi air sesuai dengan kapasitas

kalibrasi pada temperatur 73,4 ± 230°F, dengan ketelitian 0,1

gram.

3.6.5. PERHITUNGAN

A

Apperant Specific Gravity =

A + D – C

A

Bulk Specific Gravity (dry) =

B + D – C

B

Bulk Specific Gravity (SSD) =

B + D – C

B – A

Absorpsi = x 100 %

A

Dimana :

A = berat benda uji kering ( gram )

B = berat dari benda uji dalam kondisi SSD ( gram )

C = berat picnometer + contoh SSD + air (gram )

D = berat picnometer + air ( gram )

3.6.6. LAPORAN

Apperant Specific, Bulk Specific Gravity (dry), Bulk Specific

Gravity (SSD), dan Persentase Absorp

3.7. PENGAMBILAN SAMPLE

3.7.1. MAKSUD

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 33: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Mengambil contoh benda uji untuk test dilaboratorium

sebelum bahan dipergunakan dilapangan. Sampling ini

harus dapat mewakili dari seluruh bahan yang ada yang

akan dipergunakan dari seluruh bahan yang ada yang

akan dipergunakan di lapangan.

Cara-cara pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman :

1. Sampling harus dapat mewakili dari seluruh parte yang ada.

2. Periksa dan pisahkan juga dari tanda drum yang baik dan jelek.

3. Kaleng untuk contoh harus dalam keadaan baik, bersih dan kering.

4. Contoh tidak boleh kena debu ataupun kotoran yang lain.

3.7.2. PERALATAN

Kaleng untuk contoh

Spatula

Boor tangan

Kompor gas

Pisau

Sendok semen

Sarung tangan

3.7.3.PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Buka tutup drum kemudian masukkan boor tangan kira-kira 7 cm.

2. Penahan pisau dan spatula.

3. Ambil pisau dan spatula yang sudah dipanaskan lalu tusukkan

kedalam aspal sambil ditekan dan diputar mengelilingi boor tangan

yang diboorkan pada aspal.

4. Buang permukaan aspal kira-kira 7 cm dari permukaan aspal.

5. Ambil bahan uji dengan memutar boor tangan supaya aspal/bahan

uji nempel di boor tangan.

6. Masukkan bahan uji ke dalam kaleng yang sudah disiapkan

3.8.PEMERIKSAAN PENETRASI

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 34: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

( SNI. 06 – 2438 – 1991 )

3.8.1. MAKSUD

Untuk mengetahui sifat mekanis ( reologis ) yaitu

penetrasi dari contoh aspal keras terhadap pengaruh luar.

3.8.2. PERALATAN

> Alat penetrasi > Tin box

> Pemegang jarum > Bak Perendam

> Pemberat > Tempat air dengan volume 350 m3

> Jarum penetrasi > Termometer

3.8.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Panaskan aspal keras secara perlahan-lahan sampai mencair

sambil diaduk pelan-pelan, jumlahnya kira-kira cukup mengisi

tin box pemeriksaan.

2. Tuangkan contoh ke dalam tin box dan tutup agar contoh tidak

terkontaminasi, diamkan selama 1 – 1,5 jam pada tempat air

dalam water bath pada suhu 15 - 30°C.

3. Pasang jarum pada pemegang dan pasang pembesar 50 gram

untuk memperoleh beban 100 gram, jarum harus bersih dan

masih baik.

4. Pindahkan tempat air dari water bath ke bawah alat penetrasi.

5. Letakkan jarum sedemikian rupa sehingga ujung jarum tepat

dipermukaan contoh dan aturlah supaya jarum arloji tepat

angka 0.

6. Mulai pemeriksaan dengan melepaskan jarum, setelah lima

detik, lihat arloji penetrasi penunjukan angka berapa dan catat.

Pembulatan angka 0,1 mm terdekat.

7. Lepaskan jarum penetrasi dari contoh dan bersihkan dengan

bahan lap dicelupkan dalam ether

8. Lakukan pemeriksaan penetrasi dalam tin box bisa sampai

dengan tiga kali dengan jarak masing-masing 1 cm.

9. Hasil pemeriksaan diambil rata-rata.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 35: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

1. Setiap selesai pemeriksaan alat-alat seperti jarum penetrasi

harus bersihkan dengan sulvent yang sesuai dan disimpan pada

tempatnya, lampu dimatikan, tin box dibersihkan dan lainnya.

2. Hindari contoh berceceran di tempat pemeriksaan dengan

bekerja hati-hati.

3. Pakailah alat-alat safety / keselamatan yang diperlukan.

3.9. PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL

( SNI. 06 – 2434 – 1991 )

3.9.1. MAKSUD

Untuk mengetahui temperatur / suhu pada saat dimana aspal

mulai menjadi lunak. Titik lembek aspal tidaklah sama pada

setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai

penetrasi yang sama.

3.9.2. PERALATAN

> Cincin kuningan > Pembakar bunsen > Statif Plat

> Alat pengarah bola baja > Dudukan benda uji

> Bola baja >Tabung gas

> Termometer >Asbes

3.9.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Panaskan aspal keras secara perlahan-lahan sampai mencair sambil

diaduk perlahan-lahan.

2. Tuangkan contoh ke dalam dudukkan benda uji, diamkan selama 1 –

1,5 jam pada tempat air dalam water bath pada suhu 15 - 30°C.

3. Setelah benda uji mencapai suhu ruang, letakkan dudukan benda uji

pada plat kemudian masukkan ke dalam tabung gelas yang berisis

air.

4. Letakkan bola baja di atas banda uji, pasang asbes pada statif

setelah itu letakkan tabung gelas di atas asbes.

5. Letakkan pemanas bunsen dibawah asbes kemudian nyalakan

sampai air di dalam tabung gelas mencapai temperatur tertentu

sehingga bola baja yang diletakkan diatas benda uji jatuh melalui

jarak 25,4 mm ( 1 inch ).

3.10.PEMERIKSAAN TITIK NYALA ASPAL

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 36: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

( SNI. 06 – 2433 – 1991 )

3.10.1. MAKSUD

Untuk menentukan suhu dimana aspal terlihat menyala

singkat dipermukaan aspal, dan suhu pada saat terlihat

nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Titik nyala perlu

diketahui untuk memperkirakan temperatur maksimum

pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.

Pemeriksaan harus dilakukan dalam ruang gelap sehingga

dapat segera diketahui timbulnya nyala pertama.

3.10.2. PERALATAN

Cawan cleveland

Termometer

Plat pemanas

Pemanas bunsen

Pematik api

Statif

3.10.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Pemanas contoh uji hingga mencapai suhu 150°C dan aduk

pelan-pelan.

2. Tuang contoh uji kedalam cleveland open cup yang berbentuk

cawan dari kuningan dan diletakkan pada plat pemanas.

3. Tentukan titik nyala perkiraan.

4. Catat waktu dan suhu mulai pada saat 56°C dibawah titik nyala

perkiraan

5. Lanjutkan pencatatan waktu dan suhu tiap-tiap 5°C dibawah

perkiraan titik nyala hingga mencapai temperatur titik nyala

yang sesungguhnya.

3.11.PEMERIKSAAN KEHILANGAN BERAT

(SNI. 06 – 244 – 1991)

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 37: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

3.11.1. MAKSUD

Untuk mengetahui pengurangan berat akibat penguapan

bahan – bahan yang menguap bahan aspal. Penurunan

berat yang besar menunjukkan banyaknya bahan yang

hilang karena penguapan.

3.11.2. PERALATAN

Oven yang dilengkapi dengan piring diameter 25 cm

tergantung melalui poros vertical yang dapat berputar dengan

kecepatan 5-6 putaran/ menit.

Timbangan dengan ketelitian 0,2 gram.

Cawan.

3.11.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN

Tuang contoh uji kedalam cawan.

Kemudian timbang sebelum dipanaskan.

Masukkan contoh uji kedalam oven selama 5 jam dengan

suhu oven 163 0C.

Setelah itu timbang contoh uji setelah dipanaskan (setelah

keluar oven).

3.11.4. PERHITUNGAN

Berat sebelum pemanasan Prosentase kehilangan berat = x

100% Berat setelah pemanasan

3.12. PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL KERAS

3.12.1. MAKSUD

Untuk menentukan perbandingan antara berat aspal isi

yang beratnya sama dengan air yang menempati aspal

tersebut pada suhu tersebut.

3.12.2 PERALATAN

> Picnometer > Bejana > Water Bath

> Termometer > Air > Kapas

3.12.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN

Panaskan contoh uji sampai cair dan aduk

Teknik sipil Untag Samarinda

Page 38: TEORI ASPAL ( 0ke )

PRAKTIKUM ASPAL

Bersihkan dan keringkan picnometer timbang dengan ketelitian

1 mg = A gram. Contoh uji yang sudah siap dituangkan dalam

picnometer sampai terisi + dinginkan sampai suhu ruang 25 0C / rendam dalam bejana dingin timbang = 3 gram

Isi picnometer dengan air sampai batas tutup picnometer dan

timbang dengan ketelitian 1 mg = 3 gram

Hitung berat jenis aspal dengan rumus :

(t – A)B.J = (B – A) – (B – t)

Teknik sipil Untag Samarinda