teori akuntansi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa mendatang
tergantung pada pemahaman teknik akuntansi maupun struktur teori akuntansi di mana
teknik diturunkan. Pengembangan struktur teori akuntansi untuk memberikan justifikasi
yang lebih baik pada aturan-aturan dan teknik-teknik yang telah ada dimulai dengan
pengujian yang dilakukan oleh Paton tentang pondasi dasar akuntansi.
Untuk mengetahui teori akuntansi, pada dasarnya yang harus dipelajari terlebih
dahulu yaitu kita harus menganalisis dan bisa mengurai unsur-unsur teori akuntansi itu
sendiri. Salah satu upaya untuk itu adalah mengenal elemen-elemen teori akuntansi.
Teori akuntansi keuangan dibangun untuk mengembangkan akuntansi keuangan yang
sesuai dan bermanfaat bagi para pemakainya, struktur teori akuntansi itu dimulai dari
perumusan tujuan laporan keuangan, baru dari tujuan ini dirumuskan apa itu postulat,
konsep, prinsip, dan akhinrya standar akuntansi yang merupakan pedoman atau teknik
penyusunan laporan keuangan.
Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda-beda. Pada
perkembangan saat ini akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep
informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitias ekonomik yang
diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan-pembuatan keputusan ekonomik, dalam
membuat pilihan antara alternatif tindakan yang ada.
Para akuntan memliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi
dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum menguji pendekatan-
pendekatan tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik apabila
dilakukan pengujian terhadap beberapa pandangan yang telah membentuk
perkembangan akuntansi keuangan.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam
memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Teori
didefinisikan sebagai kumpulan gagasarn (konsep), definisi, dan dalil yang menyajikan
suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar
variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksikan fenomena
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sifat Struktur Teori Akuntansi
Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan
teori akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), rerangka acuan
yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang
mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari
beberapa elemen-elemen berikut ini:
1. Pernyataan tujuan laporan keuangan.
2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan
asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep
teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan.
3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan
konsep teoritis.
4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip
akuntansi.
Kita akan mendiskusikan tiga elemen teori akuntansi yang ada, yaitu:
1. Postulat akuntansi;
2. Konsep-konsep teoritis akuntansi;
3. Prinsip-prinsip akuntansi.
B. Sifat Postulat Akuntansi
Dalam teori akuntansi kita sering dibingungkan oleh istilah-istilah yang
agak mirip, tetapi mempunyai arti yang berbeda seperti istilah : aksioma,
postulat, konsep, convention, generalization, praktik, prosedur, prinsip, standar,
norma dll. Kebingungan seperti itu dapat dihindari dengan mempertimbangkan
penyusunan struktur teori akuntansi secara deduktif, proses interaktif di mana
tujuan akuntansi menyediakan dasar untuk postulat dan konsep teoritis dari mana
teknik-teknik diturunkan.
Kita memulai dengan definisi berikut ini:
1. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah diterima
kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan yangmenggambarkan
lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hokum di suatu
tempat dimana akuntansi itu beroperasi.
2. Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan
pembuktian atau aksioma, juga berterima umum berdasarkan kesesuaiannya
dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan sifat entitas
akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang dikarakteristikkan oleh
kepemilikan pribadi atas kekayaan.
3. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik
dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan
teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik (standar) akuntansi adalah aturan spesifik yang diturunkan dari
prinsip akun-akuntansi untuk memperlakukan transaksi atau peristiwa
tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
C. Postulat-postulat Akuntansi
1. Postulat Entitas (Entity)
Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity (lembaga atau
perusahaan) yang terpisah dan dibedakan dari pemilik. Menurut konsep ini kita
bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, maka
setiap perusahaan dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya.
Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi objek dan perhatian dari
akuntansi yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan adalah kejadian yang
dialami oleh lembaga atau perusahaan dan bukan merupakan gabungan dengan
pribadi pemiliknya. Konsep ini disebut dengan firm oriented.
Dari sisi lain konsep entity ini dilihat dari kepentingan ekonomi dari
beberapa konsumen laporan keuangan suatu entity bukan dari kegiatan
administrasi lembaga tadi. Pengertian ini disebut dengan user oriented. Dalam
konsep ini yang menjadi perhatian dalam penyusunan laporan keuangan adalah
para pemakainya. Informasi apa yang diinginkan pemakai itulah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan . Untuk mengetahui apa yang diinginkan para pemakai
laporan, perlu diketahui :
1. Kepentingan para pemakai laporan
2. Sifat-sifat dari para pemakai laporan
Contoh yang paling jelas di sini adalah Akuntansi Sosial, Akuntansi Lingkungan,
Akuntansi SDM, dll. Dalam bidang ini yang menjadi dasar bertolak adalah apa
yang diinginkan oleh para pemakai laporan keuangan dan bukan tentang apa
maunya teori akuntansi.
2. Postulat Kelangsungan Usaha (going concern)
Postulat kelangsungan usaha, atau postulat kontinuitas, menyatakan
bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek,
komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Postulat mengasumsikan bahwa
perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang yang
dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk
periode waktu yang tidak tertentu.
Postulat ini memberikan pembenaran terhadap penilaian asset
secara historical cost dan book value bukan current value atau liquidation
value. Dalam asumsi ini seolah dinyatakan bahwa nilai atau harga yang terdapat
dalam laporan keuangan didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan ini tidak
akan dilikuidasi atau dijual sehingga nilai dari asset atau utang dari perusahaan
yang akan dibubarkan. Tentu pada kenyatannya, nilai aset pada perusahaan yang
sudah berhenti dan mennunggu akan dibubarkan umumnya berbeda atau jauh
lebih rendah dari perusahaan yang masih terus beroperasi dan lancar. Postulat ini
juga membenarkan metode alokasi akuntansi seperti pembebanan penyusutan,
penyisihan, konsep konservatisme maupun amortisasi selama masa
penggunaannya tau selama perusahaan berjalan.
Postulat going concern ini juga dapat dipergunakan untuk mendorong
agar manajer bersikapforward looking, melihat jauh ke depan dan investor pun
dengan pemahaman ini diharapkan ia akan bersedia menanamkan modalnya
dalam perusahaan dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus agar
ia mendapatkan value added dari kinerja perusahaan.
3. Postulat unit pengukur (Unit Of Measure)
Postulat ini, yang disebut juga monetery unit postulate menganggap bahwa
setiap transaksi harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang
seragam. Alat ukur yang dipakai dalam akuntansi adalah alat ukur moneter.
Postulat ini menimbulkan 2 keterbatasan yaitu :
1. Akuntansi terbatas pada pemberian informasi dalam satuan moneter
tanpa mencatat informasi non moneter lainnya yang relevan. Sehingga
akuntansi dianggap hanya menginformasikan sebatas : kuantitatif, formal,
terstruktur, dapat diaudit, angka-angka dan berorientasi pada masa lalu.
Informasi non akuntansi dianggap kualitatif, informal, penjelasan, tidak
dapat diaudit dan berorientasi pada masa depan. Namun para ahli pada
saat ini teus berupaya agar informasi yang diberikan oeh akuntansi
keuangan dapat memasukkan aspek kualitatif melalui berbagai instrumen
laporan.
2. Unit moneter itu sendiri sifatnya berfluktuasi tergantung pada
kemampuan daya beli. Pada kenyataannya, daya beli itu tidak stabil
karena termakan oleh inflasi sehingga informasi keuangan yang
disajikannya akan kehilangan relevansi.
4. Postulat Periode Akuntansi
Meskipun postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa perusahaan
akan tetap ada untuk periode waktu yang tidak terbatas, pemakai meminta
berbagai informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk
membuat keputusan jangka pendek. Sebagai tanggapan terhadap kendala yang
disebabkan lingkungan pemakai, postulat periode akuntansi menyatakan bahwa
laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan
perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.
Panjangnya periode waktu dapat bervariasi tetapi hukum pajak
penghasilan yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan dan
praktik bisnis tradisional, menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun
kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang terkait dengan
tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun fiskal atau tahun bisnis
alami". Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun kalender akan lebih
bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis telah
mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu,
relevan dan sering, kebanyaka perusahaan juga menerbitkan laporan interim
yang menyediakan informasi keuangan triwulanan atau bulanan. Studi empiris
tentang reaksi pasar modal atas penerbitan laporan interim dan dampaknya
terhadap keputusan investasi pemakai mengindikasikan kegunaan laporan
interim. Untuk menjamin kredibilitas laporan interim, Accounting Principles
Board menerbitkan APB Opinion No.28, yang mensyaratkan laporan interim
seharusnya didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang sama dengan
yang digunakan dalam pembuatan laporan tahunan.
D. Konsep-konsep Teoritis Akuntansi
1. Teori Proprietary/Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen”, perwakilan atau
susunan melalui wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham".
Sudut pandang kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam
cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan
utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan menganalisis kekayaan
bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:
Aset - Utang = Ekuitas Pemilik.
Persamaan ini dibaca : pemilik memiliki aset dan sekaligus memiliki
kewajiban, sehingga kekayaan bersihnya adalah kekayaan perusahaan dikurangi
dengan kewajiban perusahaan. Oleh karena itu, teori ini berorientasi pada neraca
(balance sheet oriented). Aset dinilai dan neraca disajikanuntk mengetahui dan
mengukur perubahan hak dan kekayaan pemilik, sedangkan penghasilan dan
biaya dianggap sebagai kenaikan atau penurunan harta kekayaan pemilik bukan
dianggap berasal dari investor atau pengambilan pemilik sehingga biaya dan
dividen adalah pengambilan modal.
Beberapa istilah akuntansi yang dipengaruhi oleh teori ini adalah seperti
penyajian divide per share, earning per share, equity method dalam pencatatan
perkiraan investasi pada perusahaan lain dan lain-lain.
2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit
bisnis, bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis
memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik
maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Ekuitas
Aset= Utang+ Ekuitas Pemegang saham
Aset adalah hak perusahaan, ekuitas menunjukkan sumber aset yang
berasal dari kreditor atas pemilik yang merupakan kewajiban bagi perusahaan.
Kreditor dan pemilim sebenarnya adalah pemilik perusahaan yang
merupakan tempat di mana perusahaan memiliki kewajiban. Baik kreditor dan
pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang
berbeda terkait dengan income, control, risiko,dan likuidasi.
Laba adalah milik perusahaan sebelum dibagikan kepada pemilik.
Teori ini berorientasi pada laporan laba rugi (income statement oriented).
Pertanggungjawaban pada pemilik dilakukan dengan cara mengukur pestasi
kegiatan dan prestasi keuangan yang ditunjukkan perusahaan. Dengan
demikian, income merupakan kenaikan equity pemilik atau kenaikan kewajiban
perusahaan kepada pemilik. Setelah dikurangi hak kreditor kenaikan equity
pemilik terjadi setelah dividen dikeluarkan dan laba ditahan tetap dianggap
sebagai hak milik perusahaan sampai suatu saat dibagikan. Dalam teori ini pajak
dan bunga pinjaman dianggap sebagai bagian laba untuk pemerintah dan
kreditor. Oleh karena itu, bukan biaya.
Beberapa pengaruh teori ini pada pencatatan dan penyajian akuntansi adalah :
1. Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi.
Metode ini lebih baik dalam penentuan pendapatan dari pada FIFO di
masa inflasi.
2. Penyajian laporan keuangan konsolidasi
3. Definisi tentang revenuedan expenses yang lazim sesuai dengan
konsep ini
3. Teori dana (Fund Theory)
Menurut teori yang dikemukakan W.Y Vatter (1995) ini yang menjadi
perhatian bukan pemilik dan bukan pula perusahaan, tetapi sekelompok aset
yang ada dan kewajiban yang harus ditunaikan disebut fundyang masing-masing
pos memiliki aturan dalam penggunaannya. Dengan demikian teori dana
menganggap bahwa unit usaha merupakan sumber ekonomi (dana) dan
kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-pembatasan terhadap
penggunaan aset atau dana tersebut.
Persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Pembatasan Aset
Dalam persamaan ini unit akuntansi didefinisikan dalam istilah aset, dan
penggunaan aset ini adalah terbatas. Kewajiban merupakan suatu pembatasan
ekonomi secara hukum terhadap penggunaan aset. Teoi dana ini memusatkan
perhatian pada harta atau aset centered dalam arti kata yang menjadi pusat
perhatiannya adalah penggunaan aset yang dibatasi. Teori ini berorientasi pada
laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini menggambarkan sumber dari
mana dana dan ke mana penggunaan dana perusahaan. Umumnya teori ini
berlaku untuk organisasi pemerintah atau non profit (nirlaba).
4. The enterprise Theory
Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya pertanggungjawaban
publik oleh perusahaan, maka konsep teoritis akuntansi juga berubah. Dalam
konsep teori ini yang menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak atau
kontestan yang terlibat atau yang memiliki hubungan baik langsung maupun
tidak langsung dengan perusahaan. Misalnya, pemilik, manajemen, masyarakat,
pemerintah, kreditor, pegawai dan pihak yang berkepentingan lainnya. Dalam
teori ini pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam penyajian informasi laporan
keuangannya. Menurut teori ini akuntansi jangna hanya mementingkan informasi
bagi pemilik perusahaan, tetapi juga pihak lainnya juga yang
memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung kepada eksistensi dan
keberhasilan suatu perusahaan atau lembaga.
E. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi
Banyak pihak baik komite maupun perseorangan yang memberikan
prinsip dasar akuntansi tersebut. Antara yang satu dengan yang lain kadang
memiliki kadang memiliki perbedaan dan juga persamaan. Berikut ini akan kita
berikan beberapa pendapat tersebut.
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan dua asumsi dasar
yaitu :
a. Dasar Acrual
Artinya dalam menyusun laporan keuangan pengakuan tansaksi
didasarkan pada kejadian atau perisiwa bukan didasarkan pada
transaks kas.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa entity yang
dimaksud akan melanjutkan usahanya, da;lam asumsi dasarnya tidak
ada maksud untuk melakukan likudasi.
APB Statement No.4 memberikan smbilan prinsip dasar akuntansi sebagai
berikut :
1. The cost Principle
Menurut pendapat ini, cost principle atau disebut juga acquisition
cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa,
biaya, harga pokok dan equity. Dengan kata lain, setiap perkiraan dinilai
berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan.
APB statement No.4 mendefinisikan cost sebagai berikut :
Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari
kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan , modal saham yang
dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai
imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan diterima.
Kelemahan dari prinsip ini yang paling utama adalah akibat nila uang
atau kemampuan daya beli yang tidak stabil sehingga bisa terjadi
kemngkinan kesalahan pembaca dalam membaca lapran keuangan yang
disajikan secara cost principle.
2. The Revenue Principle
Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengukuran dan
pengakuan revenue sebagai salah satu elemen penyusunan laporan laba rugi.
Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagia berikut :
a. Sifat dan komponen dari revenue
Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai :
1. Arus masuk net aset seagai akibat penjualan barang dan jasa
2. Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada langganan
3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan
barang dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu
Perbedaan tersebut timbul akibat perbedaan pandangan tehadap apa yang
dianggap termasuk dalam revenue.
Ada dua pandangan tentang revenue, yaitu sebagai berikut :
1. Secara luas, revenue termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan
kegiatan investasi. Termasuk revenue adalah seluruh perubahan net
aset yang timbul dari kegiatan produsi dan dari laba rugi yang
berasal dari penjualan aktiva dan investasi.
2. Secara sempit, revenue hanya berasal dari kegiatan produksi, dan
tidak termasuk laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap.
b. Pengukuran Revenue
Revenue merupakan nilai yang diukur menurut produk atau jasa
yang ditukar dengan cara transaksi yang objektif.
Nilai di sini dapat berupa :
1. Net Cash atau Equivalent
2. Nilai discounted dari uang yang diterima atau akan diterima sebagai
imbalan pertukaran barang dan jasa yang diserahkan perusahaan
kepada langganannya.
Dari nilai ini, dua penafsiran yang muncul yaitu :
1. Potongan harga dan pengurangan lain dari harga tetap. Hal ini perlu
disesuaikan untuk menghitung net cash yang sebenarnya atas nilai
diskonto uang yang diklaim yang harus dikurangi untuk
menghitung revenue.
2. Untuk transaksi yang buan melalui kas, nilai tukarnya dianggap sama
dengan nilai pasar wajar dari jumlah yang akan diterimayang paling
mudah dan paling jelas dapat dihitung.
3.The Matching Principles
Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada
periode yang sama dengan periode pengakuan hasil. Hasil diakui pada
periode menurut prinsip pengakuan hasil dan biaya akan dibebankan sesuai
periode itu.
Akuntansi untuk biaya ini mencakup dua tahap yaitu :
1. Cost dikapitalisasi sebagai aset yang merupakan harta yang
menyimpan sejumlah jasa dan keuntungan.
2. Setiap aset dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya untuk
menilai bagian dari aset itu yang dibebankan untuk
menghasilkan revenue selama periode itu.
Dengan demikan, yang dianut di sini adalah accrual basis
accounting bukan cash basis accounting.
Kaitan antara hasil dan biaya tergantung pada empat kemungkinan
sebagai berikut :
1. Pengurangan langsung biaya terhadap hasil seperti pada harga
pokok penjualan mengurangi penjualan.
2. Pengurangan langsung biaya menurut periodenya, seperti gaji
direksi
3. Alokasi biaya pada periode yang memberikan keuntungan,
misalnya biaya penyusutan.
4. Membiayakan seluruh cost pada periode yang dibebankan kecuali
dapat ditunjukkan bahwa pengeluaran akan memberikan
keuntungan di masa yang akan datang, bukan pada periode itu,
seperti biaya promosi.
4.Prinsip Objektivitas (Objectivity Principles)
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat realibilitas
prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin realibilitas
maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah menggunakan prinsip
objektivitas untuk menjustiikasi pemilihan prosedur pengukuran yang
digunakan. Prinsip objektivitas mempunyai interpretasi yang berbeda-beda
yaitu :
1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang “tidak bersifat
personal”, dalam pengertian bebas dari bias personal pengukurnya.
“Dengan kata lain, objektivitas merujuk pada realitas eksternal yang
independen dari orang yang menerimanya”.
2. Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variable, dalam
pengertian bahwa pemgukuran didasarkan pada bukti,
3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari “consensus diantara
kelompok pengamat atau pengukur tertentu”. Pandangan ini juga
memandang bahwa objektivitas tergantung pada kelompok pengukur
tertentu.
4. Ukuran penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan sebagai
indicator tingkat objektivitas suatu system pengukuran termaksud.
5.Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang
serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke
periode. Prinsip ini berimplikasi bahwa prosedur akuntansi yang sama akan
diterapkan dalam item serupa sepanjang lebih berguna. Kecenderungan
dalam data akuntansi dan hubungan dengan factor-faktor eksternal akan
terungkap secara lebih akurat bila prosedur pengukuran yang komparabel
telah digunakan. Demikian pula, distorsi jumlah income dan neraca dan
kemungkinan manipulasi laporan keuangan dapat dihindari dengan
penggunaan prosedur akuntansi yang konsisten sepanjang waktu. Konsistensi
juga merupakan batasan bagi pengguna laporan keuangan yang komparabel
dari sebuah perusahaan selama beberapa waktu, sehingga mempertinggi
kegunaan laporan. Dalam opini standar, akuntan public mengakui prinsip
konsistensi dengan memperhatikan apakah laporan keuangan telah dibuat
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umu yang diterapkan dengan dasar
yang “konsisten dengan tahun sebelumnya” atau belum.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur
akuntasi ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan,
atau jika prosedur altenatif lebih baik. Menurut APB Opinion No. 20,
perubahan yang dapat menjustifikasi perubahan prosedur adalah :
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi
2. Perusahaan dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporkan dalam
laporan keuangan secara retroaktif untuk perubahan entitas akuntansi, secara
prospektif untuk parubahan dalam estimasi akuntansi, dan secara umum dan
segera untuk perubahan dalam prinsip akuntansi.
6.Prinsip Pengungkapan Penuh (Disclosure Principle)
Terdapat konsensus umum dalam akuntansi bahwa terdapat
pengungkapan data akuntansi yang “penuh” (full), wajar (fair) dan “cukup”
(adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan
didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi
yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat
informasi yang memadai untuk membuat laporan berguna dan tidak
menyesatkan bagi rata-rata investor. Secara lebih eksplisit, prinsip
pengungkapan penuh berimplikasi bahwa tidak ada informasi penting atau
kepentingan bagi rata-rata investor yang menghilangkan atau disembunyikan.
Skinner memberikan perhatian pada beberapa permasalahan yang
seharusnya menjadi subjek pengungkapan penuh :
1. Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama bila
diperlukan pertimbangan dalam penerapan metode akuntansi, bila metode
khas untuk entitas pelaporan tertentu, atau bila metode akuntansi
alternatif dapat digunakan.
2. Informasi tambahan untuk membantu analisis investasi atau untuk
mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki klaim atas pelaporan
entitas.
3. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi
yang digunakan dan dampak perubahan tersebut.
4. Aset, utang, biaya dan revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak
lain yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau
karyawan yang memiliki hubungan khusus dengan entitas pelaporan.
5. Aset, utang, dan komitmen bersyarat
6. Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah
tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan
entitas sebagaimana telah digambarkan dalam laporan akhir tahun.
7.Prinsip Konservatisme (Conservatims Principle)
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau
modifikasi dalam artian bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan
untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan reliable. Prinsip
konservatisme menyatakan behwa ketika memilih diantara dua atau lebih
teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih
yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih
spesifik, prinsip ini menunjuk-kan bahwa lebih disukai melaporkan nilai
terendah untuk asset dan revenue dan nilai tertinggi untuk utang dan
expenses. Prinsip konservatisme kemudian menyatakan bahwa akuntan
secara umum menggambarkan perilaku pesimistik ketika memilih teknik
akuntansi untuk pelaporan keuangan. Untuk mencapai tujuan pemahaman
income sekarang dan asset, prinsip konservatisme mungkin mendorong
perlakuan yang merupakan penyimpangan dari pendekatan teoritis dan dapat
diterima. Sebagai contoh, pengadopsian konsep lower-of-cost-or-market
bertentangan dengan prinsip biaya historis. Meskipun penilaian asset dan
penyusutan dipercepat secara umum diyakini sebagai ukuran yang melawan
inflasi, mereka dipandang sebagai hasil dari pengadopsian prinsip
konservatis-me. Chatfield mengatakan bahwa “.
Keduanya (LIFO dan penyusutan dipercepat) memunculkan kembali
tradisi lama tentang konservatisme neraca, sedemikian banyak sehingga
pembayar pajak dimungkinkan menggunakan LIFO bersama dengan
penilaian sediaan lower-of-cost-or-market. Keduanya telah memberikan
keutamaan bagi kebutuhan menajemen akan penilaian yang lebih tepat.
8.Prinsip Materialitas (Materiality Principle)
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas merupakan prinsip
pengecualian atau modifikasi. Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan
peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi signifikan dapat diatasi
dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai
dengan prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.
Secara umum, badan-badan akuntansi telah meninggalkan
penggunaan materialitas dalam pertimbangan akuntan, pada saat yang sama
tetap menekankan pentingnya materialitas. Menurut APB Statement No. 4,
materialitas menunjukkan bahwa “pelaporan keuangan hanya berurusan
dengan informasi yang cukup signifikan untuk mempengaruhi evaluasi atau
keputusan”, APB Opinion No. 30 menggantungkan pada konsep materialitas
yang tidak didefinisi untuk menjelaskan item-item luar biasa. Demikian
pula, APB Opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan pengungkapan
semua kebijakan atau prinsip yang secara material mempengaruhi posisi
keuangan, hasil operasi dan perubahan dalam posisi keuangan suatu entitas.
Pada tahun 1975, FASB menerbitkan memorandum diskusi tentang isu
materialitas, yang menekankan pentingnya prinsip ini.
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional.
Kebanyakan definisi materialitas menekankan pada peran akuntan dalam
menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak material. Sebagai
contoh, Frishkoff mendefinisi materialitas sebagai “arti pentingnya relative
dan kuantitatif dari suatu informasi akuntansi bagi pengguna dalam konteks
keputusan yang harus dibuat”.
9. Prinsip Keseragaman dan Kompabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama
untuk item-item yang terkait dengan perusahaan tertentu antar waktu, prinsip
keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama oleh
perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah mencapai
komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang
tercipta karena penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh
perusahaan yang berbeda. Pada kenyataannya, debat yang konstan terjadi
tentang apakah fleksibilitas atau keseragaman seharusnya berlaku dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan. Pendukung utama prinsip keseragaman
mengklaim bahwa prinsip tersebut akan:
1. Mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan
ketidakcukupan praktik akuntansi.
2. Memungkinkan pembandingan yang berarti bagi pengguna laporan
keuangan.
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna pada laporan keuangan.
4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa :
1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan
item yang sama yang terjadi dalam berbagai kasus menimbulkan
risiko penyembunyian perbedaan-perbedaan penting diantara kasus-
kasus tersebut;
2. Komparabilitas merupakan tujuan yang tidak praktis ; “hal tersebut
tidak dapat dicapai dengan mengadopsi peraturan-peraturan
perusahaan yang tidak menggunaan pencatatan yang memadai untuk
situasi faktual yang berbeda”
3. “Perbedaan dalam keadaan” atau “variable-variabel keadaan”
meminta perlakuan yang berbeda, sehingga pelaporan perusahaan
dapat merespon keadaan tempat transaksi dan peristiwa terjadi.
Varibel keadaan didifinisi sebagai :
“…..kondisi lingkungan yang bervariasi diantara perusahaan
dan yang mempengaruhi
a. Kelayakan metode akuntansi, dan atau
b. Objektivitas ukuran yang merupakan hasil penerapan metode
akuntansi“
Tujuan implicit prinsip keseragaman maupun fleksibilitas
adalah melindungi pengguna dan menyajikan data bermanfaat bagi
pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal mengatasi posisi ekstrimnya
dalam isu pelaporan keuangan. Keseragaman tidak mendorong
komparabilitas, tidak dapat disangkal sebagai tujuan yang tidak layak.
Fleksibilitas terbukti telah mendorong munculnya kebingungan dan
ketidakpercayaan, solusi/tradeoff yang mungkin dapat diberikan
adalah mendukung keseragaman dengan mempersempit perbedaan
praktik akuntansi dan, pada saat yang sama memungkinkan
pengakuan yang layak atas dasar dan peristiwa ekonomi khusus
perusahaan tertentu dan industry tertentu dengan hubungan yang tepat
antara keadaan ekonomi tertentu dengan teknik akuntansi. Posisi
tengah ini meminta definisi operasional dari “perbedaan keadaan” dan
petunjuk yang lebih baik untuk keterkaitan perbedaan dengan
berbagai prosedur.
BAB III
KESIMPULAN
Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada pondasi teori akuntansi.
Pondasi ini dibentuk dari elemen-elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka acuan
atau struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam
penyusunan teori akuntansi, rerangka acuan atau struktur teori yang dihasilkan
didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan
teknik akuntansi.
Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut :
1. Pernyataan tujuan laporan keuangan
2. Pernyataan postulat dan konsep teroritis akuntansi yang terkait dengan
asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis
diturunkan dari pernyataan tujuan
3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat
dan konsep teroritis
4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-
prinsip akuntansi
Pemahaman terhadap elemen-elemen ini dan hubungan teori akuntansi menjamin
pemahaman terhadap alasan balik praktik aktual dan masa mendatang. Laporan
keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal semata-mata merupakan
refleksi penerapan struktur teori akuntansi. Perbaikan isi dan format laporan keuangan
berkaitan dengan perbaikan struktur teoritis akuntansi. Agenda terpentint dari badan-
badan akuntansi seharusnya adalah penyusunan elemen-elemen teori akuntansi yaitu
tujuan akuntansi, postulat lingkungan, konsep teoritis prinsip akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmed Riahi – Belkaoui, Accounting Theory, Salemba Empat, Jakarta, 2000..
2. Eldon S. Hendriksen – Michael F. Van Breda, Teori Akunting Edisi Kelima. Buku
Satu.
3. Harahap-Sofyan Safri,Teori akuntansi Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007