teologi jamĀ‘ah tablĪgh -...

119
TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH Studi Kasus di Pesantren Sunanul Husna Manjangan Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Oleh: Angga Kurniawan NIM: 1111033100069 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

Upload: hanga

Post on 07-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

Studi Kasus di Pesantren Sunanul Husna Manjangan

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh:

Angga Kurniawan

NIM: 1111033100069

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 2: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya
Page 3: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya
Page 4: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya
Page 5: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

1

ABSTRAK

Angga Kurniawan

Teologi Jamā‘ah Tablīgh Studi Kasus di Pesantren Sunanul Husna

Manjangan

Secara bahasa teologi adalah ilmu yang mempelajari tetang ketuhanan,

secara istilah teologi adalah ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar suatu

agama. Dalam Islam, ajaran-ajaran dasar itu lebih akrab dengan nama uṣūl al-

dīn dan masyarakat biasa menyebut ilmu ‘aqīdah. Fakta dalam sejarah Islam,

bahwa terdapat beberapa aliran teologi yang terkenal seperti Asy‘ariyyah,

Mu‘tazilah, Maturidiyyah, Qadariyyah dan Jabariyyah, semua aliran tersebut

memiliki argumen dan paham tersendiri dalam persoalan-persoalan teologi.

Di Indonesia akhir-akhir ini telah berkembang sebuah kelompok

keagamaan, kelompok tersebut diberi nama oleh masyarakat dengan nama

Jamā‘ah Tablīgh karena mereka bergerak di bidang dakwak dan dakwah

mereka identik dengan tablīgh (menyampaikan) secara berjama‘ah dari satu

mesjid ke mesjid lain. Jamā‘ah Tablīgh didirikan pada tahun 1920 M oleh

Muḥammad Ilyās di India dan masuk ke Indonesia pada tahun 1952 M.

Sehubungan dengan itu, penulisan skripsi ini dibuat karena ingin

mengetahui corak teologi Jamā‘ah Tablīgh, dari semua aliran teologi Islam

yang ada, pasti terdapat satu atau dua aliran yang digunakan oleh Jamā‘ah

Tablīgh dalam memahami persoalan-persoalan teologis. Oleh karena itu,

condongnya Jamā‘ah Tablīgh pada salah satu aliran tersebut dapat diketahui

melalui wawancara mengenai delapan persoalan yang ada di dalam teologi,

seperti persoalan tentang takdir, pelaku dosa besar, sifat Allah, akal dan

wahyu, al-Qurān qadīm, melihat Allah, keadilan Allah dan tentang kata-kata

‘ain Allāh, wajh Allāh dan yad Allāh.

Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya Jamā‘ah

Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran teologi

Asy‘ariyyah, hal tersebut dibuktikan dengan paham-paham teologi yang

mereka anut dan literatur-literatur (kitab-kitab) yang mereka gunakan untuk

dipelajari adalah kitab-kitab karangan dari tokoh-tokoh aliran Sunni

Asy‘ariyyah.

Pembuktian tersebut menggunakan metode library research (studi

kepustakaan) dan untuk memperkuat data-data yang ada digunakan pula

penelitian lapangan, demi mendapatkan informasi yang jelas dan benar

terhadap penulisan skripsi ini.

iv

Page 6: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

v

KATA PENGANTAR

Assalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh

Alḥamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan

yang maha Esa karena dengan rahmat dan pertolongan-Nyalah penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “TEOLOGI JAMĀ„AH TABLĪGH”.

Salawat beriringan salam somoga senantiasa tercurahkan kepada

baginda kita Nabi Muḥammad Saw yang telah membawa kita dari zaman

kegelapan menuju zaman terang benderang seperti sekarang ini, sehingga kita

mengimani akidah yang benar dan berada di jalan yang lurus yang insyaAllah

Allah selalu menuntun kita di jalan yang lurus, amin.

Selain dari itu juga, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang

sudah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga penulisan

skripsi ini berjalan dengan baik dan lancer. Tanpa mengurangi rasa hormat,

penulis ucapkan terima kasih ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansur, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Tien Rahmatin, MA., selaku ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam dan Abdul hakim wahid, SHI, M.A., selaku sekertaris Jurusan

Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

vi

vi

4. Bapak Dr. Arrazy Hasyim, MA., sebagai dosen pembimbing dalam menulis

skripsi ini yang selalu ada dan meluangkan sebagian waktunya untuk penulis.

Terima kasih yang sangat mendalam atas kesabaran dan keikhlasan dalam

membimbing penulis, sehingga penulis memperoleh hasil yang baik. Tidak ada

yang mampu membalas amal kebaikan Bapak kecuali Allah Swt. Semoga

kesehatan, rizki yang berlimpah dan berkah, serta kemudahan dalam hidup selalu

Allah selalu berikan kepada Bapak, amin.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen khususnya Aqidah dan Filsafat Islam,

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sudah memberikan ilmu pengetahuannya selama penulis belajar di

Fakultas Ushuluddin.

6. Ustadz Zaenal yang merupakan wakil pimpinan Pesantren Sunanul Husna

yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam pencarian data

(penelitian) untuk skripsi ini. Begitu juga ustadz Kodir, Ustadz

Miftahuddin, Ustadz Aceng Badur Zaman, Ustadz Toto, Mas Taufik, Mas

Habib, Mas Salam dan Mas Ismail yang telah memberikan informasi dan

literatur-literatur Jama‘ah Tabligh yang penulis butuhkan demi

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

7. Orang tua tercinta yakni ayahanda Abdurahman, ibunda Dedeh atas cinta,

kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan kepada Allah

Swt untuk anaknya tercinta. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan

kasih sayang-Nya di dunia maupun di akhirat kelak.

8. Mamah Ijah yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

Page 8: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

vii

vii

9. Kaka tercinta Rizki Nugraha Agung dan adik-adik ku yang tersayang

Anisa, Rizal dan Ate yang selalu mendoakan penulis.

10. Kawan-kawan seperjuangan di Aqidah Filsafat angkatan 2011 yang telah

mau berbagi ilmu pengetahuan baik di ruang kelas maupun di luar kelas,

sehingga imanjinasi penulis semakin bertambah kuat.

11. Teman-teman KKN GIALAYA 2014 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

12. Teman-teman Galuh Jaya yang selalu memberikan kenyamana.

13. Sahabat dan abang terbaik bang Tendy yang selalu meminjamkan

printernya kepada penulis.

Harapan penulis, semoga skripsi yang penulis buat ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya. Oleh

sebab itu, kritik dan saran yang senantiasa membangun sangat penulis

harpakan.

Wassalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh

Jakarta, 2 Agustus 2017

Penulis

Page 9: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

‘ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

’ ’ ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

ā ā آ

ىٳ ī ī

وٲ ū ū

Page 10: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7

E. Metode Penelitian....................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan............................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMĀ‘AH TABLĪGH A. Pengertian Jamā‘ah Tablīgh ..................................................... 12

B. Sejarah Lahirnya Jamā‘ah Tablīgh........................................... 13

C. Perkembangan dan Penyebaran Jamā‘ah Tablīgh .................... 22

D. Ajaran-Ajaran Jamā‘ah Tablīgh ............................................... 24

BAB III JAMĀ‘AH TABLĪGH PESANTREN SUNANUL HUSNA

A. Gambaran Umum Pesantren Sunanul Husna ........................... 36

a. Sejarah Berdirinya Pesantren ............................................. 36

b. Kondisi Geografis dan Jumlah Santri ................................ 39

c. Sistem Pendidikan dan Kegiatan Santri ............................. 40

B. Struktur Jamā‘ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna ............... 64

a. Struktur Organisasi Jamā‘ah Tablīgh ................................. 46

b. Penanggung Jawab Kegiatan Khurūj Fī Sabīl Allāh .......... 47

c. Struktur Organisasi Pesantren ............................................ 48

C. Akulturasi Jamā‘ah Tablīgh ke Tradisi Santri ......................... 64

BAB IV CORAK TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH PESANTREN

SUNANUL HUSNA

A. Pemahaman Teologi yang dianut Jamā‘ah Tablīgh ................. 50

B. Literature Kalam di Pesantren Sunanul Husna ......................... 69

C. Jamā‘ah Tablīgh dan Kelompok Islam Lain di Indonesia ....... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 86

B. Saran-Saran .............................................................................. 87

Page 11: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

x

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 91

Page 12: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di jaman sekarang ini, sangat jarang sekali orang yang memperhatikan

paham-paham teologi yang berkemabang dalam Islam, karena sebagian dari

mereka tidak mengetahui bahwa dalam sejarah Islam sebenarnya terdapat

beberapa aliran teologi yang masing-masing dari mereka berbeda pendapat

dalam menjawab persoalan-persoalan teologi dalam Islam. Padahal beberapa

paham dari aliran teologi tersebut masih eksis hingga saat ini bahkan

dipelajari dan digunakan oleh kelompok Islam tertentu.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian teologi maka kita

harus terlebih dahulu meninjau arti perkataan teologi. Dari segi bahasa atau

etymology, teologi berasal dari kata theos dan logos dalam istilah bahasa

Yunani. Theos artinya Tuhan dan logos artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu

tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Sedangkan secara definisi, pengertian

teologi yang diberikan oleh ahli-ahli ilmu agama seperti Fergilius Ferm ialah

merupakan pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta.1

Definisi yang berbeda diberikan oleh Drewes dan Juliana, bahwa istilah

teologi adalah wacana (ilmiah) mengenai Allah atau ilahi-ilahi. Istilah ini

1 A. Hanafi M.A, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: PT. al-Husna Zikra Anggota IKAPI,

1995), h. 11.

Page 13: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

2

telah dipakai oleh orang Yunani jauh sebelum muncul gereja Kristen untuk

menunjukan pada ilmu mengenai hal-hal ilahi.2

Dalam perspektif Harun Nasution, teologi dalam tradisi Islam dikenal

dengan ilmu kalam. Menurutnya, karena persoalan yang pertama-tama

menjadi perbincangan dalam konteks teologi Islam adalah persoalan kalam

Tuhan, makanya keilmuan ini juga disebut dengan ilmu kalam, maksudnya

ilmu yang membincangkan pertama-tamanya tentang kalam atau firman

Tuhan.

Teologi dalam Islam disebut juga ilmu tauhid, yakni ilmu yang

mempelajari tentang keesaan Tuhan. Di Indonesia teologi Islam yang

diajarkan pada umumnya teologi dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid

biasanya kurang bersifat filosofis. Selain itu, ilmu tauhid biasanya memberi

pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham dari

aliran-aliran lain yang ada dalam teologi Islam. Dalam hal ini, ilmu tauhid

yang diajarkan dan dikenalkan di Indonesia pada umumnya adalah ilmu

tauhid menurut aliran Asy‘ariyyah saja, sehingga timbul kesan di kalangan

sebagian besar umat Islam Indonesia bahwa hanya Asy‘ariyyahlah teologi

yang ada dalam Islam.3

Ada banyak aliran-aliran teologi dalam Islam, seperti Khawārij,

Murji’ah, Mu‘tazilah, Asy‘ariyyah, Maturidiyyah, Jabariyyah dan

Qadariayyah. Itu lah aliran-aliran teologi yang pernah tercatat dalam sejarah

2 B. F. Drewes & Juliana Mojau, Apa Itu Teologi? Pengantar ke Dalam Ilmu Teologi

(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), h. 16. 3 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta:

UI Press, 2010), h. ix-x.

Page 14: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

3

timbulnya teologi Islam. Dan yang uniknya adalah dalam sejarah disebutkan

bahwa awal mula timbulnya persoalan teologi ini berawal dari persoalan

politik yang kemudian berkembang menjadi persoalan teologi.4 Sebagaimana

telah disebutkan dalam sejarah, awal mula pada peristiwa arbitrase yang

dilakukan oleh kelompok ‘Alī dan kelompok Mu‘āwiyah yang kemudian

lahirlah kelompok yang memisahkan diri dari kelompok ‘Alī yaitu Khawārij,

Khawārij sendiri memandang ‘Alī, Mu‘āwiyah, ‘Amr Ibn al-‘Aṣ, Abū Mūsā

al-Asy‘arī dan lain-lain yang telah menerima arbitrase telah berbuat salah

karena tidak memutuskan keputusan dengan hukum Allah, dan mereka telah

dianggap kafir oleh kaum Khawārij,5 karena al-Qur’ān mengatakan yang

artinya, “Barangsiapa yang tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan

Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”6

Tulisan ini dijadikan dalil oleh kelompok Khawārij, bahkan kelompok

Khawārij beranggapan mereka yang telah kafir karena tidak memutuskan

perkara dengan hukum Allah wajib dibunuh. Dan dari situlah timbulnya

perkara teologi dalam Islam.

Dalam hal ini, menurut Harun Nasution aliran-aliran teologi yang

timbul dalam Islam seperti yang telah disebutkan di atas, kesemua aliran

teologi itu sudah tidak berwujud lagi kecuali dalam sejarah, dan yang masih

ada sampai sekarang adalah aliran teologi Asy‘ariyyah, Maturidiyyah yang

4 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 3.

5 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 7-8. 6 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 152. Surat al-Mā’idah ayat 44.

Teksnya adalah:

Page 15: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

4

keduanya disebut Ahl Sunnah wa al-Jamā‘ah dan Mu‘tazilah yang sering

disebut Neo Mu‘tazilah. Aliran Maturidiyyah banyak dianut oleh umat Islam

yang bermazhab Ḥanafī, untuk Asy‘ariyyah pada umumnya banyak dianut

oleh umat Islam Sunni lainnya, sedangkan untuk Mu‘tazilah sendiri banyak

dibawa oleh kalangan kaum intelegensia Islam yang mendapat pendidikan

Barat.7 Akan tetapi pada akhir-akhir ini timbul kelompok yang menganut

pemahaman corak teologi Khawārij seperti ISIS, kelompok radikal yang

menganggap orang di luar Islam adalah kafir dan halal darahnya untuk

dibunuh.8

Fenomena di Indonesia untuk saat ini, banyak ormas atau kelompok-

kelompok Islam yang berkembang dengan berbagai mancam corak teologi,

seperti organisasi Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam

Indoneisa (PERSIS) dan bahkan ada juga kelompok Islam dari luar negri

yang berkembang di Indonesia seperti Jamā‘ah Tablīgh. Pada tahun lima

puluh dan enam puluhan, mulai berkembanglah di Indonesia sebuah

kelompok yang tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat yaitu Jamā‘ah

Tablīgh. Jamā‘ah Tablīgh adalah salah satu jama‘ah Islam yang relatif cukup

besar. Jamā‘ah Tablīgh didirikan pada tahun 1920 M oleh Maulānā

Muḥammad Ilyās bin Muḥammad Ismā‘īl al-Kandahlawī al-Deoband al-Jisti

di Mewat, sebuah provinsi di India.

7 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 11-12.

8 Reno Muhammad, ISIS Kebiadaban Konspirasi Global (Jakarta: Noura Books PT.

Mizan Publik Anggota IKAPI, 2014), h. 43.

Page 16: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

5

Jamā‘ah Tablīgh adalah salah satu jama‘ah Islam yang memiliki

program atau kegiatan yang disebut khurūj.9 Maksud atau tujuan dari khurūj

ini adalah mendekatkan diri pada Allah secara total. Karena memang

kegiatan-kegiatan di dalam khurūj itu sendiri adalah untuk melatih kita

beribadah secara khusu dan total serta tidak disibukan dengan kesibukan

dunia seperti hari-hari biasanya. Agar setelah kita pulang dari khurūj

harapannya kita bisa beribadah secara khusu dan bisa menyeimbangkan

kesibukan untuk dunia dan akhirat. Karena selama ini kita terlalu sibuk untuk

kehidupan duina, sedangkan ibadah untuk akhirat disisa-sisa waktu saja.

Fenomena khurūj itu sendiri di masyarakat terjadi perdebatan yang

pelik. Masyarakat menganggap kegiatan itu tidak benar karena meninggalkan

anggota keluarga dengan posisi ekonomi yang pas-pasan. Bahkan, terdapat

salah satu buku dengan judul, peringatan penting terhadap Jamā‘ah Tablīgh

karangan Nizār bin Ibrahim al-Jarbu‘ yang diterbitkan oleh yayasan al-

Madīnah menganggap Jamā‘ah Tablīgh sesat dan banyak penyimpangan.

Akan tetapi penulis tidak akan membahas itu, melainkan akan membahas

corak teologi Jamā‘ah Tablīgh. Bila kita lihat untuk anggota Jamā‘ah Tablīgh

di Indonesia khususnya di Sunanul Husna Manjangan, corak teologinya lebih

kepada Asy‘ariyyah karena memang di Indonesia sendiri mayoritas

menggunakan paham teologi Asy‘ariyyah.

Dengan ini penulis ingin sekali meneliti corak teologi Jamā‘ah

Tablīgh, seperti apa dan bagaimana corak teologi Jamā‘ah Tablīgh, artinya

9 Khurūj adalah keluar rumah selama tiga hari atau empat puluh hari, bahkan hingga

empat bulan menuju mesjid-mesjid dalam rangka memperbaiki diri sendiri dan mengajak orang

lain agar menjalankan amalan-amalan agama secara menyeluruh.

Page 17: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

6

penulis ingin mengetahui corak teologi Jamā‘ah Tablīgh itu sendiri lebih

condong ke mana, ke Asy‘ariyyahkah seperti yang telah disebutkan di atas, ke

Maturidiyyahkah atau mungkin lebih ke Mu‘tazilah, dan penulis akan

mempersempit penelitiaan ini dengan menetapkan satu tempat yang akan

diteliti yaitu Jamā‘ah Tablīgh di Pesantren Sunanul Husna al-Jaiyah Jl.

Manjangan II, Tt 01 atau Rw 01 Pondok Ranji Ciputat.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan guna menjelaskan pokok

permasalahan tersebut, maka penulisan skripsi ini hanya fokus pada corak

teologi Jamā‘ah Tablīgh dengan studi kasus di pesantren Sunanul Husna

Manjangan. Adapun untuk mempermudah pencarian data, maka penulis

merumuskan pembahasan dalam bentuk pertanyaan sederhana yakni condong

ke manakah corak teologi Jamā‘ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna

terhadap aliran teologi yang ada?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui corak teologi Jamā‘ah Tablīgh pesantren Sunanul

Husna dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

memperkaya pengetahuan tentang teologi dan Jamā‘ah Tablīgh bagi

akademisi dan praktisi.

Page 18: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

7

Secara formal untuk melengkapi salah satu persyaratan pada akhir

program Sarjana Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam meraih

gelar Sarjana Strata Satu (S1).

D. Tinjauan Pustaka

Studi yang dilakukan oleh para peneliti tentang Jamā‘ah Tablīgh sudah

ditulis berupa skripsi, di antaranya: Pandangan Jamā„ah Tablīgh Mengenai

Hadis-hadis tentang Siwak oleh Hasan Basri di Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

Hasan Basri menjelaskan bahwa sebelum Islam hadir masyarakat bangsa

dunia membersihkan gigi dengan berbagai macam cara, ada yang memakai

tulang ikan, tusukan dari kayu atau dari bambu, dari abu gosok, dari duri

landak dan lain sebagainya. Kemudian Islam hadir, Islam mengajarkan

bagaimana cara membersihkan gigi, caranya adalah dengan menggunaakan

siwak. Siwak adalah alat untuk membersihkan mulut dan gigi karena kayu

siwak disinyalir memiliki zat-zat yang sangat baik bagi gigi dan kesegaran

mulut. Selain skripsi yang ditulis oleh Hasan Basri, ada juga skripsi dengan

judul Pandangan Keberagamaan Jamā„ah Tablīgh Masjid Kebon Jeruk

Jakarta oleh Roy Martin, di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005. Roy Martin menjelaskan

bahwa keberagamaan Jamā‘ah Tablīgh yang berada di masjid Kebon Jeruk

Jakarta, itu ada perbedaan sedikit dengan aliran-aliran agama Islam yang

Page 19: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

8

lainnya. Jamā‘ah Tablīgh mempunyai konsep yang sangat simpel dan sopan

santun dalam menjalankan praktik dakwahnya. Di masjid Kebon Jeruk

tersebut banyak sekali amalan-amalan yang dilakukan oleh orang-orang

Jamā‘ah Tablīgh diantaranya: melakukan salat berjamaah lima waktu,

melaksanakan kegiatan khurūj, jaulah, i‟tilat dan melaksanakan setiap

kegiatan ibadah yang sunah lain juga, ada juga skripsi dengan judul Aspek

Taṣawuf Jamā„ah Tablīgh di Desa Babakan Kabupaten Pangandaran oleh

Gini Abdussalam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. Gini Abdussalam menjelaskan aspek

taṣawuf Jamā‘ah Tablīgh di desa Babakan kabupaten Pangandaran.

Perbedaan mendasar antara tulisan penulis dengan tulisan yang lainnya

adalah pada fokus kajian. Penulis lainnya fokus pada permasalahan

Pandangan Jamā„ah Tablīgh Mengenai Hadis-hadis tentang Siwak,

Pandangan Keberagamaan Jamā„ah Tablīgh Masjid Kebon Jeruk Jakarta,

Aspek Taṣawuf Jamā„ah Tablīgh di Desa Babakan Kabupaten Pangandaran.

Sejauh yang penulis telusuri, belum ada pembahasan yang membahas

mengenai corak teologi Jamā‘ah Tablīgh di Pesantren khususnya Sunanul

Husna, sebagaimana yang penulis lakukan di dalam skripsi ini. Apa lagi

penelitian dilakukan di pesantren dan penelitian sebelumnya tidak ada, ini

mungkin bisa menjadi sebuah kelebihan dari yang lain. Oleh karena itu,

penulis meyakini bahwa tema ini merupakan hal baru.

Page 20: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

9

E. Metode Penelitian

Untuk mencapai hasil yang sempurna dalam penulisan skripsi yang

sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Penelitiaan lapangan

Demi mendapatkan informasi yang jelas dan benar penulis melakukan

observasi dan wawancara kepada 3 orang pihak yang berkompeten dengan

permasalahan yang sedang diteliti di Sunanul Husna Manjangan.

2. Studi kepustakaan

Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian di antaranya

buku-buku dan catatan-catatan lain yang mendukung, semisal buku primer

(primary source) di antaranya: Faḍīlah „Amal karangan Maulana Muhammad

Zakariya al-Kandhalawī, Muntakhabah Ahādīts karangan Maulana

Muhammad Yusuf al-Kandhalawi. Buku sekunder: untuk sumber sekunder

dalam penelitian ini, penulis menggunakan buku-buku, artikel dan jurnal yang

membahas tentang teologi dan Jamā‘ah Tablīgh. Semisal buku Maulana

Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah karangan Sayyid Abu

al-Hasan al-Nadwi, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan karangan Harun Nasution, Mengenal Aliran-aliran Dalam

Islam dan Ciri-ciri Ajarannya karangan Sufyan Raji Abdullah, Pengantar

Theologi Islam karangan Ahmad Hanafi, M.A. Teologi Islam (Ilmu Kalam)

karangan Ahmad Hanafi, M.A. Sekte-sekte Islam karangan Muhammad

Syahrastani dengan terjemah Drs. Karisdi Diningrat, Prinsip-prinsip Dasar

Page 21: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

10

Aliran Teologi Islam karangan Abdul Hasan Isma‘il al-Asy‘ari terjemah

Drs.H.A Nasir Yusuf.

Adapun pembahasan dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif

dan analitis. Jadi, secara teknis analitis data yang digunakan adalah jenis

kualitatif. Deskriptif digunakan agar mempu memahami dan memberikan

gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan skripsi ini.

sementara analitis digunakan agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam

bentuk yang sistematis sehingga mengenai pada inti permasalahan.

Adapun untuk panduan penulisan skripsi ini berdasarkan pada

Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2011/2012 Program Strata 1, yang diterbitkan oleh Biro

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan mengenai transliterasinya dalam penulisan

skripsi ini mengacu pada sistem transliterasi Jurnal Ilmu Ushuluddin yang

diterbitkan oleh Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Ushuluddin (HIPIUS).

F. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan dan tersusunnya materi pembahasan dalam

penelitian ini, penulis membaginya dalam lima bab. Diawali dengan

pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang masalah mengenai

corak teologi Jamā‘ah Tablīgh Sunanul Husna Manjangan. Batasan dan

rumusan masalah mengenai corak teologi Jamā‘ah Tablīgh di Sunanul Husna

Manjangan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

Page 22: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

11

sistematika penulisan. Hal ini disusun agar memudahkan penulis dalam

menganalisis tentang corak teologi Jamā‘ah Tablīgh yang berada di Sunanul

Husna al-Jaiyah Jl. Manjangan II, Tt 01 atau Rw 01 Pondok Ranji Ciputat

Tangerang selatan Banten.

Bab kedua, penulis memaparkan sejarah lahirnya Jamā‘ah Tablīgh

berikut dengan biografi pendiri Jamā‘ah Tablīgh, kemudian memaparkan

perkembangan dan penyebaran Jamā‘ah Tablīgh, dan sedikit memaparkan

ajaran-ajaran Jamā‘ah Tablīgh.

Bab ketiga, penulis memaparkan tentang deskripsi wilayah atau

keadaan Sunanul Husna Manjangan, guna mengetahui bagaimana letak

geografis wilayah Sunanul Husna Manjangan, kemudian menjelaskan tentang

latar belakang Jamā‘ah Tablīgh yang berada di Sunanul Husna Manjangan,

dan sedikit menjelaskan atau menggambarkan struktur organisasi Jamā‘ah

Tablīgh Sunanul Husna Manjangan, serta menjelskan kegiatan Jamā‘ah

Tablīgh Sunanul Husna Manjangan, dan akulturasi Jamā‘ah Tablīgh ke tradisi

santri.

Bab keempat, penulis memaparkan tentang corak pemahaman teologi

yang dianut Jamā‘ah Tablīgh Sunanul Husna Manjangan, dan sedikit

menjelaskan literatur kalam yang digunakan oleh Jamā‘ah Tablīgh Pesantren

Sunanul Husna, serta memaparkan tentang Jamā‘ah Tablīgh dan kelompok

Islam lain di Indonesia.

Bab kelima, penutup. Penulis memaparkan kesimpulan dan saran-

saran.

Page 23: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

12

1

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JAMĀ‘AH TABLĪGH

A. Pengertian Jamā‘ah Tablīgh

Kata Jamā„ah Tablīgh berasal dari bahasa Arab جماعت انتبهغ. Bila

diterjemahkan kata perkata maka jamā„ah artinya persatuan, perkumpulan atau

perhimpunan.1 Secara harfiyah sering disamakan dengan kelompok atau

bersama-sama, misalnya shalat berjamaah artinya shalat bersama-sama yang

dipimpin oleh seorang imam dan diikuti oleh para makmum.2 Sedangkan kata

tablīgh artinya menyampaikan, tersusun dari balagha merupakan kata kerja

transitif yang bermakna membuat orang sampai, menyampaikan atau membuat

laporan.3 Menurut istilah, tablīgh berarti menyampaikan ajaran Allah dan

Rasul-Nya kepada orang lain. Kata tablīgh juga salah satu sifat yang dimiliki

oleh Nabi Muḥammad Saw dari empat sifat beliau (ṣiddīq: benar. Amānah:

terpercaya. Faṭānah: cerdas dan tablīgh: menyampaikan).

Jamā„ah Tablīgh adalah gerakan dakwah Islam yang bergerak mulai

dari kalangan bawah, kemudian merangkul seluruh masyarakat Muslim tanpa

memandang tingkatan sosial dan ekonominya dalam mendekatkan diri kepada

ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muḥammad Saw.4 Metode

1 A.W Munawir, Kamus Arab-Indonesia Lengkap, cet. 11 (Surabaya: Pustaka Progresif,

1997), h. 207. 2 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pusat,1990), cet. III, h. 466. 3 A.W Munawir, Kamus Arab-Indonesia Lengkap, h. 106.

4 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, terj. Abdurahman Ahmad (Yogyakarta: al-Shaff, 2005), h. 5.

12

Page 24: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

13

dakwah Jamā„ah Tablīgh adalah dengan cara keluar (khurūj) dan berkeliling

(jaulah). Mereka Jamā„ah Tablīgh keluar dari rumah menuju tempat atau

masjid dan mereka melakukan serangkaian aktifitas di dalam dan sekitar

mesjid tersebut. Mereka pun berkeliling (jaulah) dari satu rumah ke rumah

lain yang ada di sekitaran masjid tersebut untuk menyambung silaturahim

sekaligus menyampaikan kebaikan-kebaikan agar masyarakat setempat

menjalankan agama secara sempurna.

B. Sejarah Lahirnya Jamā‘ah Tablīgh

Berbicara sejarah organisasi atau pergerakan Islam, pastinya tidak akan

terlepas dari seorang tokoh pendirinya. Jamā„ah Tablīgh didirikan oleh

Muḥammad Ilyās bin Muḥammad Ismā„īl al-Kandahlawī al-Dūbandī al-Jistī

pada tahun 1920 M di India. Muḥammad Ilyās lahir pada tahun 1303 H/ 1886

M dan wafat pada 20 Rajab 1363 H/ 13 Juli 1940 M di Kandhala yaitu sebuah

desa kawasan Muzhafar Nagar wilayah Utarpradesh, India.5

Muḥammad Ilyās lahir di dalam keluarga yang terkenal sebagai

gudang ilmu agama dan memiliki sifat wara‟. Ayahnya bernama Muḥammad

Ismā„īl merupakan seorang ruhaniawan besar juga berasal dari lingkungan

keluarga yang memiliki kedukukan yang tinggi dalam ilmu dan agama, selain

itu disinyalir masih keturunan dari Khalifah Abū Bakar al-Ṣidīq. Ayahnya

wafat pada 4 Syawal 1315 H/ 26 Februari 1898 M dan tinggal di Nizamuddin,

New Delhi, India. Ayahnya suka menjalani hidupnya dengan „uzlah, khlwat,

5 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 5.

Page 25: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

14

dan beribadah. Boleh dikatakan siang dan malam ayahnya hanya sibuk dengan

beribadah, membaca al-Qur‟ān, melayani para musafir yang datang dan pergi,

serta mengajar al-Qur‟ān dan ilmu-ilmu agama. Ayahnya juga terkenal

sebagai seorang yang tawāḍu„, rendah hati, dan suka menolong orang yang

mengalami kesusahan.6 Sebuah cara hidup yang biasa ditempuh oleh seorang

sufi.

Demikian juga perempuan dalam keluarganya, tidak kalah dengan para

laki-lakinya dalam kekuatan beribadah, tilawah, dan berzikir. Hal-hal yang

demikian itu bukan merupakan hal yang asing lagi bagi mereka. Mereka

semua sangat rajin membaca wirid dan tasbīḥ di samping juga bangun malam.

Kekuatan dalam membaca al-Qur‟ān sungguh tidak tertandingi sekalipun

dibandingkan dengan laki-laki pada masa sekarang ini. Ada pun ibu dari

Muḥammad Ilyās yaitu Safiyyah al- Ḥafiḍah adalah seorang istri yang ta„at

beribadah dan hafal al-Qur‟ān. Bahkan pada setiap bulan Ramadhan, setiap

malamnya beliau membaca lebih dari sepuluh juz, hingga selama Ramadhan

beliau mengkhtamkan sampai sepuluh kali, akan tetapi dia juga tidak pernah

meningalkan perkerjaan layaknya ibu rumah tangga lainnya.7

Dalam keluarga demikianlah Muḥammad Ilyās dilahirkan, sehingga

sangat wajar jika kemudian hal tersebut sangat berpengaruh terhadap agama

dan keimanan dalam kehidupannya. Karena keluarga merupakan rujukan

pertama dan pondasi utama bagi anak-anak dalam memilih dan menentukan

6 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 7-8. 7 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 5.

Page 26: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

15

sikap serta prilakunya. Demikan juga dalam lingkungan yang tidak berbeda,

Muḥammad Ilyās tumbuh dan besar.

Ada pun mengenai pendidikan Muḥammad Ilyās dimulai dari sekolah

ibtidā‟iyyah atau sekolah dasar dengan tidak mengesampingkan dari membaca

dan menghafal al-Qur‟ān, karena demikianlah adat di dalam keluarganya yaitu

semuanya menghafal al-Qur‟ān. Kemudian setelah saudara tengahnya yang

bernama Muḥammad Yahya pergi ke Gangoh, Muḥammad Ilyās pun

mengikutinya untuk belajar, membersihkan ruhani dan menyerap ilmu-ilmu

agama seperti al-Qur‟ān, fiqh dan ḥadīts kepada Rasyīd Aḥmad al-Gangahī di

desa Gangoh, kawasan Sharanpur, wilayah Utarprades. Hal ini terjadi pada

akhir tahun 1314 H saat usia Muḥammad Ilyās baru 10 tahun. Hingga pada

tahun 1323 H Rasyīd Aḥmad al-Gangahī wafat, Muḥammad Ilyās telah

menjadi seorang pemuda yang berusia 20 tahun. Jadi, Muḥammad Ilyās

belajar di Gangoh selama 10 tahun.8

Selanjutnya untuk mendalami dan menyelesaikan pelajaran ḥadīts

syarifnya, pada tahun 1326 H Muḥammad Ilyās pergi ke Deoband untuk

belajar kepada Syaikh al-Hind Muḥmud Ḥasan. Muḥmud Ḥasan ini

merupakan ketua pengajar dan guru ḥadīts di Dār al-„Ulūm Deoband dalam

Jami„ al-Tirmidzī dan Ṣaḥīḥ al-Bukharī. Selain itu, Muḥammad Ilyās juga

menjalin hubungan dengan Khalīl Aḥmad al-Saharanpurī, seorang ahli ḥadīts

dan penulis kitab Badzl al-Majḥūd fī Hill Alfāẓi Abī Dāwd serta berbaiat

8 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 11.

Page 27: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

16

kepadanya, sehingga Muḥammad Ilyās mendapatkan bimbingan ruhaniyah,

mensucikan hati, dan belajar ilmu ḥadīts dari Khalīl Aḥmad al-Saharanpurī.9

Pada bulan Syawal 1328 H Muḥammad Ilyās mendapatkan

kepercayaan untuk mengajar di Madrasah Maẓaḥir al-„Ulūm Saharanpur

sebagai guru sementara menggantikan para guru yang sedang berangkat untuk

menunaikan haji dan ziarah. Akan tetapi, kemudian Muḥammad Ilyās diangkat

sebagai guru tetap di sekolah tersebut. Dan dua tahun kemudian yaitu tepatnya

pada hari Jum„at tanggal 6 Dzū al-Qa„dah 1330 H atau tangal 17 Oktober

1921 M Muḥammad Ilyās melangsungkan akad nikah dengan putri Ra‟ūf al-

Ḥasan di Khandhla, dan kemudian Muḥammad Ilyās berangkat ke Makkah

untuk berhaji dan ziarah bersama rombongan Khalīl Aḥmad al-Saharanpurī

pada musim haji selanjutnya.10

Pada tahun 1336 H setelah saudara tertuanya yang bernama

Muḥammad meninggal, Muḥammad Ilyās pun diminta oleh masyarakat

setempat untuk menggantikan, meneruskan, memimpin dan mengelola

peninggalan ayah dan saudaranya untuk memberi bimbingan kepada

masyarakat di sekitar wilayah tersebut. Selain itu juga terutama meneruskan

mengajar di madrasah Ibtidā‟iyyah yang didirikan oleh ayahnya sendiri yang

kemudian diteruskan oleh kakaknya yang berlokasi di Mesjid al-Kukh Bastī

Niẓām al-Ddīn, New Delhi. Setelah mendapatkan izin dari gurunya Khalīl

Aḥmad al-Saharanpurī, maka berangkatlah Muḥammad Ilyās ke Nizamuddin

9 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 13. 10

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 15-16.

Page 28: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

17

mengajar dan mendidik muridnya serta memperbanyak ibadah dan

mujahadah.11

Kegiatan dakwah pertama kali yang dilakukan oleh Muḥammad Ilyās

adalah di daerah Mewat. Kondisi yang dilihat dan dialami secara langsung

oleh Muḥammad Ilyās ketika berada di tengah-tengah suku Meo yang

berlokasi di daerah Mewat, sebuah selatan kota Delhi adalah di mana di

daerah tersebut kebanyakan masyarakatnya terjerumus ke dalam kemurtadan

dan tradisi qawmiyyah. Seperti masih dilakukannya tradisi-tradisi ritual yang

mencampurkan antara tradisi yang bersumber dari Islam dan tradisi yang

bersumber dari Hindu, terutama dalam hal khitan, nikah, hari-hari besar, juga

hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan orang yang telah

meninggal. Itu semua disebabkan karena kurangnya perhatian dari guru-guru

agama Islam serta kebodohan orang-orang Mewat (Meo).

Seperti yang digambarkan oleh parasejarawan bahwa memang

penduduk Mewat beragama Islam, akan tetapi hanya berlebel pada namanya

saja. Tuhan mereka sama seperti Tuhan orang-orang Hindu. Bahkan mereka

mengikuti tradisi-tradisi Hindu, seperti; merayakan hari raya holy,

melaksanakan upacara janam ashtami, dessehra dan diwali.12

Untuk

menentukan tanggal perkawinan saja mereka meminta keberkatan dari

Brahim. Bahkan ada di antara mereka yang menggunakan nama-nama Hindu,

seperti nama ram yang diganti dengan nama singh. Kebiasaan mereka yaitu

11 Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 18. 12

Holy adalah perayaan festival warna di musim semi, janam ashtami Adalah hari raya

untuk memperingati hari lahir Krishna, dessehra adalah festival memperingati dewa hindu Rama

atas Rahwana (symbol menangnya kebaikan atas kejahataan), diwali adalah festival cahaya.

Page 29: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

18

merampok, bahkan tidak peduli meski itu rumah ibadah orang-orang Hindu.

Mereka sangat bodoh, mereka tidak mengerti kalimat syahadat dan mereka

jarang sekali mengerjakan shalat bahkan tidak mengerti waktu-waktunya.13

Selanjutnya Muḥammad Ilyās melihat bahwa satu-satunya jalan untuk

membangun Mewat adalah dengan membangkitkan pendidikan agama di

kalangan masyarakat Mewat suapaya mereka mengetahui hukum-hukum

Islam serta kandungan al-Qur‟ān, sehingga kebodohan akan sirna.

Sebenarnya Muḥammad Ilyās bukan orang yang pertama kali yang

membangun madrasah di daerah tersebut. Sebelumnya, seperti yang

disebutkan di muka, ayahnya Muḥammad Ismā„īl pernah mendirikan

madrasah di daerah itu, namun Muḥammad Ilyās bertekad untuk melangkah

lebih maju dari apa yang telah ada. Usaha pertama yang dilakukan

Muḥammad Ilyās adalah dengan membangun madarasah-madrasah di

lingkungan Mewat itu sendiri, sehingga diharapkan semangat agama akan

meluas dan gerak pembaharuan dapat lebih cepat. Akhirnya berkat dorongan

dan kegigihan Muḥammad Ilyās serta masyarakat Mewat terwujudlah cita-cita

itu. Sebuah madrasah telah dibuka yang kemudian disusul dengan beberapa

madrasah lainnya bahkan akhirnya mencapai ratusan jumlahnya.14

Namun yang terjadi kumudian adalah Muḥammad Ilyās yang pada

mulanya ingin memulai perjuangannya menyebarkan dan mendidik agama

pada masyarakat Mewat khususnya dan umat manusia secara umum merasa

13

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 29-30. 14

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 36.

Page 30: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

19

tidak puas dengan hasil maksimal yang diberikan oleh madrasah-madrasah

yang telah dibangunnya. Menurutnya, madrasah hanya memberikan

pendidikan yang bersifat parsial (pembaharuan yang sebahagian) karena

madrasah tidak dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Di mana yang

ada malah kebodohan, kegelapan, dan sekularisme yang melanda negerinya

sangat berpengaruh terhadap madrasah-madrasah.15

Bahkan para murid tidak

mampu menjujung tinggi nilai-nilai agama, sehingga kebodohan semakin

melanda di mana-mana bagaikan gelombang lautan yang melaju deras

membawa mereka hanyut semakin jauh.

Adalah suatu kenyataan, meskipun jumlah madrasah telah banyak,

akan tetapi tidak akan mampu menjangkau seluruh masyarakat secara

keseluruhan. Sangat tidak mungkin seluruh lapisan masyarakat akan

mendapatkan pendidikan agama Islam lewat madrasah, sebagaimana tidak

mungkinnya menjadiakan mereka semua murid madrasah yang harus

mengikuti pelajaran setiap harinya dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari

mereka.

Dari semua kejadian serta pengalaman yang telah didapatnya tersebut,

Muḥammad Ilyās mengambil kesimpulan, bahwa madrasah-madrasah yang

telah dibangunnya tidak mampu mengubah warna dan gaya kehidupan

masyarakat ke arah yang lebih baik, juga bahwa pembaharuan pada satu aspek

serta kemajuan perseorangan dalam agama dan kawara‟an bukan merupakan

penyelesaian yang sebenarnya. Artinya, jika telah tercapai perbaikan disatu

15

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 39.

Page 31: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

20

aspek, ternyata masih banyak aspek lain yang tidak terjangkau oleh perbaikan,

yakni berbagai aspek kehidupan yang sangat luas tetapi jauh dari nilai-nilai

iman dan semangat agama.16

Kemudian pada tahun 1344 H pergilah Muḥammad Ilyās ke tanah suci

Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, pada kesempatan

inilah Allah Swt membuka hatinya untuk memulai usaha dakwah dan

pergerakan agama yang menyeluruh. Asumsinya sebagaimana yang telah

disampaikanya dalam pertemuan alim ulama dan pemimpin Islam se-dunia di

New Delhi, bahwa sebagai umat Nabi Muḥammad Saw sudah seharusnya

mengikuti jejak langkah beliau. Sebagaimana telah kita ketahui kalu Nabi

Muḥammad Saw tidak lain adalah seorang mubaligh.17

Setelah kepulangan dari Makkah, Muḥammad Ilyās memulai usaha

tablighnya dan mengajak orang lain untuk bergabung bersamanya,

menyebarkan agama Islam yang tentu saja dimulai dari daerah Mewat dan

sekitarnya baru kemudian setelah banyak orang yang bergabung bersamanya,

barulah dibentuk jama„ah-jama„ah untuk dikirimkan ke kampung-kampung

untuk berjaulah guna menyampaikan pentingnya agama. Jama„ah pertama

dikirim ke Kandla yang kemudian disusul jama„ah kedua yang dikirim ke

Raipur, dan seterusnya.18

16

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 41. 17

Furqon Ahmad Anshari, Pendoman Bertabligh bagi Umat Islam (Yogyakarta: ash-

Shaff, 2000), h. 7. 18

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 47.

Page 32: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

21

Sebelumnya, Muḥammad Ilyās mengajak mereka untuk hidup lebih

baik dalam ajaran Islam yang sebenarnya, mengirim mereka ke tempat-tempat

yang lebih hidup suasana keagamaan Islamnya, mereka juga diajak untuk

menuntut ilmu kepada ulama mana saja yang mereka temui, bahkan

Muḥammad Ilyās pun memerintahkan jama„ahnya untuk mendatangi kota

Muzafarnaghar dan Saharanpur karena di sana banyak berkumpul orang-orang

saleh, alim ulama dan para wali Allah. Muḥammad Ilyās berharap jama„ahnya

mendapat ilmu dan pengalaman berharga di sana serta mendapatkan peluang

untuk dapat bergaul dengan orang-orang saleh dan alim ulama, sehingga

mendapat pelajaran berharga meski lewat melihat dan mendengar nasehat-

nasehat mereka.19

Muḥammad Ilyās mengatakan bahwa usaha dakwah dan tabligh

(Jamā„ah Tablīgh) usaha ini tidak ada nama, tetapi cukup Islam saja tidak ada

yang lain. Seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini maka akan

aku beri nama “gerakan iman”. Muḥammad Ilyās menyerukan dalam

selogannya, dalam bahsa Urdu: “aye musalmano! musalman bano!” yang

artinya “ wahai umat Muslim! jadilah Muslim yang kāffah (menunaikan semua

rukun dan syariah seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw)”. Jamā„ah

Tablīgh reseminya bukan merupakan kelompok atau ikatan, tetapi gerakan

Muslim untuk menjadi Muslim yang menjalankan agamanya dan hanya satu-

19

Sayyid Abū al-Ḥasan al-Nadwī, Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat Hidup dan Usaha

Dakwah, h. 44.

Page 33: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

22

satunya gerakan Islam yang tidak memandang asal-usul madzhab atau aliran

pengikutnya.20

Demikianlah sejarah kemunculan Jamā„ah Tablīgh, faktor dan alasan

yang melatarbelakanginya. Muḥammad Ilyās bukanlah seorang ulama yang

membuat suatu ajaran agama yang baru. Apa yang menjadi pemikiran

Muḥammad Ilyās adalah buah pikirnya atas ayat-ayat Allah Swt dan ḥadīts

Rasulullah Saw walaupun ada beberapa pengaruh dari ajaran tasawuf. Apa

yang menjadi dasar Muḥammad Ilyās di dalam berijtihad adalah sangat jelas

dan tidak bertentangan dengan al-Qur‟ān maupun al-ḥadīts. Setidaknya inilah

yang dipegang teguh oleh Muḥammad Ilyās yang bermazhab Imam Ḥanafī.21

C. Perkembangan dan Penyebaran Jamā‘ah Tablīgh

Jamā„ah Tablīgh mendapat penerimaan yang sangat baik di negara

asalnya yaitu India dan Pakistan, selanjutnya para jama„ah menyebar

keseluruh pelosok dunia hingga sampai ke Asia Tenggara seperti Malaysia,

Bangladesh, Filipina, dan Indonesia. Hal ini seperti yang digambarkan oleh

para sejarawan bahwa setiap harinya banyak jama„ah-jama„ah baik dari India

atau pun dari negara lain yang berdatangan ke Basti Nizamuddin untuk

mempelajari cara-cara berdakwah, dan dari sana para jama„ah diantar untuk

menjalankan dakwah dan tablīgh ke negara-negara luar.22

20

Khailimi, Ormas-Ormas Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 202. 21

Abdul Khaliq Pirzada, Maulana Muhammad Ilya;. Diantara Pengikut dan

Penentangnya (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2003), h. 130. 22

H. Furqan Ahmad Anshari, Pedoman Bertabligh (Malaysia: Dewan Pakistan, t.t), h. 3.

Page 34: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

23

Di Indonesia sendiri Jamā„ah Tablīgh awal datangnya pada tahun

1950-an yaitu pada masa Muḥammad Yūsuf (anak pertama Muḥammad Ilyās

sekaligus penerus kepengurusan Jamā„ah Tablīgh priode pertma), tepatnya

pada tahun 1952 M namun belum mendapat respon dari masyarakat

Indonesia.23

Karena keberagamaan masyarakat Indonesia pada saat itu bersifat

fanatik ideologi dan enggan menerima ajaran dari luar apalagi yang belum

dikenal luas di kalangan ulama Indonesia sendiri. Di sisi lain, hal ini

disebabkan oleh ketakutan masyarakat akan faham-faham yang menyesatkan.

Kemudian pada tahun 1960-an Jamā„ah Tablīgh datang kembali ke

Indonesia dan menyebarkan ajaran tabligh dan dakwah kepada masyarakat

Indonesia. Jama„ah pertama singgah di Jakarta tepatnya di Masjid Nūr al-

Hudā komplek perindustrian, kemudian jama„ah pindah ke Mesjid al-Barākah

Krukur Jakarta Pusat pada tahun 1964 M. Masa ini sering disebut oleh

Jamā„ah Tablīgh sebagai masa pra kebon Jeruk.

Pada tahun 1974 M sentral dakwah pindah kembali, kali ini di Mesjid

Kebon Jeruk Jakarta Kota. Selanjutnya di mesjid inilah pengurusnya pada saat

itu secara langsung menjadikannya sebagai tempat dakwah pusat (markaz

pusat) gerakan tabligh hingga saat ini tepatnya di Masjid Kebon Jeruk Jl.

Hayam Wuruk No. 83 Jakarta Kota. Menurut sejaarah masjid ini didirikan

oleh seorang wanita keturunan Cina Muslim yang bernama Fatimah Ho.

Hingga kemudian mesjid ini dijadikan aset negara dan dilindungi dengan surat

keputusan SK. No. Cb/ II/ I/ 12/ 27 tangal 10 Januari 1972 UU monument

23

Hasan Muarif, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Internasional, 1996), h. 268.

Page 35: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

24

STBL. 193. No. 238, serta baru kemudiakan dijadikan sebagai markaz pusat

nasional gerakan tabligh Indonesia.24

D. Ajaran-Ajaran Jamā‘ah Tablīgh

Pada dasarnya ajaran Jamā„ah Tablīgh tidak ada yang baru, artinya

ajaran-ajrannya sama saja dengan keilmuan Islam secara umum, hanya saja

Jamā„ah Tablīgh merangkumnya dengan enam prinsip yang mereka sebut

dengan nama enam sifat para sahabat. Karena Jamā„ah Tablīgh beranggapan

sesungguhnya Allah Swt telah meletakan kejayaan manusia di dunia dan

akhirat dalam agama yang sempurna seperti yang dibawa oleh Rasulullah

Saw. Jamā„ah Tablīgh berpandangan bahwa Umat Islam pada saat ini belum

ada kekuatan mengamalkan agama secara sempurna. Bagi mereka para

sahabat telah berhasil mengamalkan agama dengan sempurna karena memiliki

enam sifat. Oleh karena itu pada saat ini, Jamā„ah Tablīgh meyakini akan ada

kekuatan untuk mengamalkan agama dengan sempurna apabila memiliki enam

sifat. Setiap sifat dipelajari arti, maksud, keuntungan dan cara mendapatkanya.

Keenam sifat yang menjadi prinsip mereka antara lain:

1. Yakin Terhadap Kalimat Ṭayyibah ىل هللاال انه اال هللا محمد رس

Arti kalimat lā ilāh illā Allāh adalah tidak ada Tuhan yang berhak

disembah selain Allah Swt. Maksud dari kalimat ini adalah seorang Muslim

hendaknya mengeluarkan keyakinannya (terhadap makhluk) dari dalam hati

24

Wawancara Singkat dengan Harun Siregar (Seorang Karkun Senior Asal Medan),

Jum‟at-Sabtu 4-5 November 2016, pukul 10.00-11.00, di Pondok Ranji.

Page 36: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

25

dan memasukkan ke dalam hati (keyakinan) hanya kepada Allah dan segala

keutamaan sifat-sifat-Nya. Tidak ada sekutu pun bagi-Nya.25

Adapun teks ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari meyakini

kalimat lā ilāh illā Allāh adalah

Dari Utsman berkata, Rasulullah Saw bersabda, “barangsiapa

meninggal dunia sedangkan ia mengetahui (meyakini) bahwa

sesungguhnya tiada yang berhak disembah selain Allah Swt, maka

pasti ia masuk surga” (HR. Muslim).26

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkanya adalah pertama, selalu mendakwahkan pentingnya iman.

Kedua, latihan dengan cara membentuk ḥalaqah iman, majlis yang di

dalamnya dibicarakan tentang pentingnya iman. Ketiga, berdoa kepada Allah

Swt agar Allah Swt mengaruniakan hakikat iman.27

Ungkapan Muḥammad Rasūlullah bagi Jamā„ah Tablīgh diartikan

bahwa, Nabi Muḥammad Saw adalah benar utusan Allah Swt. Nabi

Muḥammad diutus ke dunia dengan membawa risalah syariat agama. Nabi

Muḥammad bertugas sebagai basyīr (pemberi kabar gembira, yakni

memberikan berita tentang janji-janji Allah Swt yang beruapa pahala dan

surga serta keridhaan-Nya bagi orang yang mau taat kepada-Nya) dan sebagai

nadzīr yakni memberikan ancaman beruapa siksa api neraka dan kemurkaan-

Nya bagi orang yang melanggar aturan-aturan-Nya. Lebih dari itu,

25

Salim bin Smeer al-Hadhrami, Terjemah Safinatun Najah, Pedoman Islam (Jakarta:

Pustaka Amani, 2009), h. 2. 26

Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Lihat juga

Muslim bin Ḥajjaj, Ṣaḥīḥ Muslim Taḥqīq: Muḥammad Fu„ad „Abd al-Baqī (Bierut: Dār Iḥyā al-

Turāts al-„Arabī, t.t) Jilid I, h. 55. No ḥadīts 26. Teksnya adalah:

عه عثمان، قال: قال رسىل هللا صهى هللا عهه وسهم: مه ماث وهى عهم أوه ال إنه إال هللا، دخم انجىت27

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), h. 5.

Page 37: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

26

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menambahkan bahwa Nabi Muḥammad

Saw diutus oleh Allah Swt sebagai suri tauladan yang baik dan perlu dicontoh,

pembawa syariat (risalah agama), raḥmatan li al-ā„lamīn dan penutup para

nabi.28

Adapun teks ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari menghidupkan

sunah-sunah Nabi Muḥammad Saw adalah

Dari Anas ra berkata Rasulullah Saw berdabda, “barang siapa

yang menghidupkan sunahku, berarti dia cinta kepadaku, dan barang

siapa yang cinta kepadaku, maka ia akan bersamaku di dalam surga.”

(HR. Al- Sajzī).29

Bagi Jamā„ah Tablīgh cara mendapatkannya adalah pertama, selalu

mendakwahkan pentingnya sunnah Rasulullah Saw. Kedua, latihan dengan

cara selalu menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Saw dalam kehidupan

sehari-hari, yang terdiri dari: (1) Ṣūrah: penampilan Rasulullah Saw, (2)

Sirah: perjalanan hidup Rasulullah Saw, (3) Sarīrah: pikir dan kerisauan

Rasulullah Saw. Ketiga, berdoa kepada Allah Swt agar diberikan taufik dan

hidayah-Nya sehingga dapat mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.30

2. Shalat Khusyū‟ dan Khuḍū‟

Shalat menurut bahasa artinya doa. Sedangkan menurut istilah adalah

ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan

28

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani, h. 6. 29

Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Lihat juga

di al-Mu„jam al-Awsaṭ al-Ṭabrānī, no ḥadīts 6154. Teksnya adalah:

مه أحا سىت فقد أحبى ومه أحبى كان مع ف انجىت 30

An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah (Bnadung: Pustaka Ramadhan, 2007),

h. 90.

Page 38: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

27

diakhiri dengan salam disertai syarat-syarat yang ditentukan syariat agama.31

Menurut Imam al-Ghazālī, shalat adalah sarana terbesar dan tazkiyah al-nafs,

yaitu penyucian jiwa. Dalam arti lainnya, shalat adalah ibadah yang diawali

dengan takbir dan diakhiri dengan niat, dengan rukun-rukun dan syarat-syarat

tertentu. Rukun-rukun inilah yang (masih) menurut al-Ghazālī sebagai

kegiatan ibadah yang mempertajam makna-makna ubudiah, tauhid dan

syukur.32

Khusyū‟ artinya konsentrasi dalam shalat. Tingkat khusyū‟ yang paling

tinggi adalah apabila seorang bisa shalat seolah-olah dia sedang berhadapan

langsung dengan Allah Swt dan derajat derajat berikutnya yaitu, bila dia bisa

meyakini bahwa Allah Swt melihatnya. Norma-norma syariat yang termasuk

di dalam pelaksanaan ibadat, jika dihayati dengan khusyū‟ dan keikhlasan

akan membawa pengaruh positif pada moral.33

Adapun teks al-Qur‟ān yang menjelaskan keuntungan dari shalat

khusyū‟ dan khuḍū‟ adalah

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan

susunggunya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-

orang yang khusyu„ (QS: al-Baqarah: 45).34

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu

orang-orang yang khusyu dalam shalatnya (QS: al-Mukminun: 1-2).35

31

A. Hufaf Ibry, Fathul Qarib al-Mujib, Studi Fiqih Islam Versi Pesantren (Surabaya:

Tiga Dua, 2004), h. 127. 32

Sa‟īd Hawwā, Intisari Ihya‟ Ulumuddin al-Ghazali, Mensucikan Jiwa, Konsep

Tazkiyatun-Nafs Terpadu (Jakarta: Robbani Press, 2000), h. 33. 33

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat dan

Tasawuf (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 11. 34 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 8. Teksnya adalah:

35 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 343. Teksnya adalah:

Page 39: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

28

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan

mungkar (QS: al-ankabut: 45).36

Sedangkan khuḍū‟ artinya tertib, yakni tertib waktu shalat, tertib

tempatnya di mana saja adzan dikumandangkan baik di musollah atau masjid

dan tertib pelaksanaannya dengan cara berjamaah. Oleh karena itu, hendaknya

setiap orang Muslim selalu menjaga shalatnya yang lima waktu dengan tepat

waktu, di masjid dan selalu berjamaah. Karena dengan begitu masjid akan

ramai, pahala akan dilipatgandakan, syiar agama ditegakan dan panji-panji

Islam tertanam.

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkan keutnungan atau manfaat dari shalat khusyū‟ dan khuḍū‟ adalah

pertama, selalu mendakwahkan pentingnya shalat khusyū‟ dan khuḍū‟. Kedua,

memperbaiki tertib ẓahir shalat dari mulai istinja, wuḍū, hingga bacaan-

bacaan dan gerakan-gerakan shalat. Ketiga, menghadirkan keagungan Allah

Swt ke dalam hati kita ketika sedang melakukan shalat. Keempat, belajar

menyelesaikan masalah dengan shalat. Kelima, berdoa kepada Allah Swt agar

diberi taufik untuk mengerjakan shalat dengan khusyū‟ dan khuḍū‟.37

36 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 402. Teksnya adalah:

37

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani, h. 11.

Page 40: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

29

3. „Ilmu serta Dzikir

„Ilmu artinya pengetahuan. Sumber ilmu dalam Islam adalah firman

Allah Swt yaitu al-Qur‟ān dan al-ḥadīts sabda Rasulullah Saw. Dalam ilmu

pengetahuan modern, al-Qur‟ān dan al-ḥadīts telah memperkuat penemuan-

penemuan sains. Baik mengenai sesuatu yang nampak (ẓahir) maupun yang

tidak (sir). Sehingga dikatakan, bahwa agama dan ilmu tidak bisa dipisahkan.

Agama menjadi kuat karena ilmu, dan ilmu menjadi jelas dan terarah karena

agama.38

Ilmu terdiri dua yaitu faḍā‟il (keutamaan) dan masā‟il (fiqih).

Dzkir artinya mengingat Allah Swt sebagimana keagungn-Nya.39

Maksud dari kalimat ilmu dan dzikir adalah untuk mengetahui, memahami dan

mengamalkan seluruh perintah dan larnagan Allah Awt dalam setiap saat dan

keadaan setiap hari.40

Adapun teks al-Qur‟ān dan ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari

berilmu dan mencari ilmu adalah

Hai orang-orang yang beriman kamu dikatakan kepadamu:

“berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

“berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan (QS: al-Mujaadilah: 11).41

38

Nasrudin Razak, Dienul Islam Integrasi Ilmu dengan Agama (Bandung: PT. Alma‟arif,

1973), h. 34. 39

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani, h. 12. 40

An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, h. 100. 41 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 544. Teksnya adalah:

Page 41: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

30

Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka

Allah Swt akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR.

Muslim).42

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkan keuntungan dari keutamaan ilmu adalah pertama, selalu

mendakwahkan pentingnya ilmu faḍā‟il (keutamaan) dan masā‟il (fiqih).

Kedua, memperbanyak duduk dalam ḥalaqah ta‟līm majlis ilmu faḍā‟il

(keutamaan) dan masā‟il (fiqih). Ketiga, menghadirkan faḍā‟il (keutamaan)

dalam setiap amal. Keempat, selalu bertanya kepada ulama tentang masalah

dunia dan agama. Kelima, ziyārah (berkunjung) kepada ulama. Keenam,

berdoa kepada Allah Swt agar diberi hajat (perasaan butuh) kepada ilmu

faḍā‟il (keutamaan) dan masā‟il (fiqih).43

Adapun teks al-Qur‟ān dan ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari

dzikir adalah

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah

hati menjadi tenteram (QS: ar-Ra‟d: 28).44

Perumpamaan orang yang mengingat Allah Swt dan orang

yang tidak mengingat Allah Swt, bagaikan orang yang hidup dan

orang yang mati (HR. Bukhari).45

42

Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Lihat juga

kitab Fatḥ al-Bārī Syarḥ al-Bukhārī juz II, h. 146. Teksnya adalah:

مه سهك طزقا هتمس فه عهما سهم هللا نه به طزقا إنى انجىت43

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani, h. 16. 44 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 253. Teksnya adalah:

45 Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Lihat juga

di kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī: Bāb Faḍl Dzikr Allāh „Aza Wa Jalla, no ḥadīts 5955. Teksnya adalah:

مثم انذي ذكز ربه وانذي ال ذكز مثم انح وانمج

Page 42: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

31

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkan keuntungan dari keutamaan dzikir adalah pertama, selalu

mendakwahkan pentingnya dzikir. Kedua, istiqomah membaca al-Qur‟ān

setiap hari. Ketiga, berdzikir istighfar, tasbīḥ, taḥmīd, tahlīl, takbīr dan

ṣalawāt sekurang-kurangnya seratus kali tiap pagi dan petang. Keempat,

mengamalkan doa-doa masnunah (sunah) dalam setiap kegiatan sehari-hari.

Kelima, berdoa kepada Allah Swt agar diberi hajat (perasaan butuh) kepada

dzikir.46

4. Ikrām al-Muslimīn

Ikrām al-muslimīn adalah menunaikan hak-hak sesama Muslim, tanpa

mengharap hak-hak kita ditunaikan, dengan berakhlak baik terhadap manusia

maupun kepada makhluk yang lain.47

Adapun teks al-Qur‟ān dan ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari

ikrām al-muslimīn adalah

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS: al-

Hujurat: 10).48

Dari Salim, dari ayahnya Ra, meriwayatkan bahwa Nabi Saw

besabda: barangsiapa yang menunaikan hajat (keperluan)

saudaranya, maka Allah Swt menunaikan hajatnya (HR. Abu

Dawud).49

46

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani, h. 19. 47

An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, h. 108. 48 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 517. Teknya adalah:

49 Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Teksnya

adalah:

مه كان ف حاجت أخه كان هللا ف حاجته

Page 43: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

32

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkan keuntungan dari keutamaan ikrām al-muslimīn adalah pertama,

selalu mendakwahkan pentingnya ikrām al-muslimīn. Kedua, memuliakan

alim ulama, menghormati orang tua, menghargai sebaya dan menyayangi yang

muda. Ketiga, memberi salam baik kepada orang yang dikenal ataupun orang

yang tidak dikenal. Keempat, bergaul dengan orang-orang yang berbeda-beda

wataknya. Kelima, berdoa kepada Allah Swt agar dikaruniakan sifat ikrām al-

muslimīn.50

5. Taṣḥīḥ al-Niyyah (Ikhlas)

Taṣḥīḥ al-niyyah adalah meluruskan, memperbaiki dan membersihkan

niat, ikhlas adalah mengosongkan hati dari seluruh motivasi dunia dalam amal

akhirat. Maksud dan tujuan beramal hanya semata-mata karena Allah Swt,

mengerjakan perintah dan meningglkan larangan dan hanya mengharap ridha-

Nya. Keikhlasan dalam setiap amal sangat penting karena amal yang

dikerjakan tanpa dilandasi keikhlasan maka tidak ada nilainya di sisi Allah

Swt walaupun amal tersebut banyak. Adapun sebaliknya, amal yang

dikerjakan dengan keikhlasan walaupun sedikit maka sangat tinggi nilainya di

sisi Allah Swt.51

Adapun teks al-Qur‟ān dan ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari

taṣḥīḥ al-niyyah adalah

Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan

kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala

50

Maulana Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī, Mudzakaroh Enam Sifat Para Sahabat dan

Amalan Nurani, h. 23. 51

An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, h. 112.

Page 44: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

33

akhirat, kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan kami

berikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS: ali-Imran:

145).52

Dari Abu Hurairah Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Allah Swt tidak memandang kepada rupamu dan harta kekayaanmu,

tetapi Allah Swt memandang kepada hatimu dan amal perbuatanmu

(HR. Muslim).53

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkan keuntungan dari keutamaan taṣḥīḥ al-niyyah adalah pertama,

selalu mendakwahkan pentingnya ikhlāṣ dan memperbaiki niat. Kedua,

memperbaiki niat dengan cara memeriksa niat sebelum beramal, ketika sedang

beramal dan setelah beramal. Ketiga, berdoa kepada Allah Swt agar

ditanamkan sifat ikhlāṣ ke dalam hati.

6. Da„wah al-Tablīgh dan Khurūj fī Sabīl Allāh

Da„wah artinya mengajak. Al-Tablīgh menyampaikan dan khurūj fī

sabīl Allāh artinya keluar di jalan Allah Swt. Setiap Muslim selalu

menyiapkan dirinya untuk berjuang di jalan Allah Swt demi menegakkan

kalimat Allah Swt di muka bumi ini. Dia akan selalu menyaiapkan diri dan

hartanya untuk agama. Kemulian baginya adalah berjuang di jalan Allah Swt,

hingga titik penghabisan. Keluh dan kesah atau keringatnya pun hanya

bertumpu pada satu sandaran, Allah Swt.

Khurūj dalam pengertian di Jamā„ah Tablīgh ini adalah mereka yang

keluar dari kediaman rumahnya yang nyaman untuk menyerukan kalimat

52 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 69. Teksnya adalah:

53 Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Lihat juga

di kitab Balaghah al- Ṭālib al-Ḥatsīts fī Ṣaḥīḥ „Awālī al-Ḥadītsa, no ḥadītsa 72. Teksnya adalah:

انكم ونكه ىظز إنى قهىبكم وأعمانكمإن هللا ال ىظز إنى صىركم وال أمى

Page 45: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

34

Allah Swt (tauhid) dan mengingatkan kepada saudaranya (sesama Muslim)

untuk kembali kepada ajaran agama secara kāffah (menyeluruh) serta

mengamalkan sunah, juga amar ma‟rūf nahī munkar („ubūdiyyah).

Khurūj fī sabīl Allāh dan amar ma‟rūf nahī munkar merupakan bukti

transaksi pembelian jiwa dan segala yang ada pada diri Muslim. Menyerah,

pasrah, tunduk dan patuh pada Rabb-nya, dengan mengorbankan harta, diri

dan keluarga untuk menegakan syariat Islam. Semangat berjuang dan

berkorban untuk agama inilah yang harus dibangkitkan pada diri setiap

Muslim, supaya mereka lebih mementingkan agamanya di atas kepentingan

dari pada yang lain.54

Adapun teks al-Qur‟ān dan ḥadīts yang menjelaskan keuntungan dari

da„wah al-tablīgh khurūj fī sabīl Allāh adalah

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang

yang menyeru kepada Allah Swt, mengerjakan amal yang saleh dan

berkata: “seungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (berserah

diri kepada Allah Swt) (QS: fushshilat: 33).55

Berdakwah menyeru manusia kepada agama Allah Swt dengan cara

apa saja, maka ia berhak mendapat kehormatan beruapa berita gembira dan

pujian seperti yang disebutkan dalam ayat di atas. Dalam hal ini misalnya,

para nabi as berdakwah dengan menggunakan mukjizatnya, para ulama

berdakwah dengan menggunakan dalil dan hujjahnya, para mujahid

berdakwah dengan pedangnya dan para muadzin berdakwah dengan azannya.

54

Sa‟id Hawwa, Intisari Ihya‟ Ulumuddin al-Ghazali, Mensucikan Jiwa, Konsep

Tazkiyatun-Nafs Terpadu, h.150. 55

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, h. 481. Teksnya adalah:

Page 46: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

35

Intinya, siapa pun yang menyeru kepada kebaikan, ia berhak mendapatkan

kehormatan itu, baik mengajak kepada amalan-amalan ẓahir maupun baṭin

sebagaimana para ahli tasawuf yang mengajak kepada mengenal keagungan

Allah swt.56

Dari Anas ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: sepagi atau

sepetang di jalan Allah Swt lebih baik dari pada dunia dan seluruh

isinya (HR. Bukhari).57

Muḥammad Yūsuf al-Kandahlawī menjelaskan bahwa cara

mendapatkan keuntungan dari keutamaan da„wah al-tablīgh khurūj fī sabīl

Allāh adalah pertama, selalu mendakwahkan pentingnya da„wah al-tablīgh

khurūj fī sabīl Allāh. Kedua, meluangkan waktu untuk keluar di jalan Allah

Swt. Sekurang-kurangnya empat bulan seumur hidup, empat puluh hari setiap

tahun, tiga hari setia bulan dan dua setengah jam setiap hari. Ketiga, berdoa

kepada Allah Swt agar diberi hakikat da„wah al-tablīgh khurūj fī sabīl Allāh

serta diberikan kekuatan untuk menjalankannya.

56

Maulana Muhammad Zakariyya, Fadhilah Amal (Bandung: Pustaka Ramadhan,2011),

h. 342. 57

Diakses dari perpustakaan hadīts online, islamweb.com. 19 November 2017. Lihat juga

di kitab al-„Amdath min al-Ghawā‟id wa al-‟Atsār al-Ṣḥāḥ fī Masyīkhah Syahadah, no ḥadītsa 92.

Teksnya adalah:

وا وما فها ز مه اند نغدوة ف سبم هللا أو روحت، خ

Page 47: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

36

1

BAB III

JAMĀ‘AH TABLĪGH PESANTREN SUNANUL HUSNA AL JAIYAH

A. Gambaran Umum Pesantren Sunanul Husna Al Jaiyah

a. Sejarah Berdirinya Pesantren

Berawal dari sebuah cita-cita seorang lelaki yang bernama Bapak

Ayub yang ingin mendirikan sebuah pesantren, namun cita-cita tersebut tidak

sempat tercapai sampai dia meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal

dunia, dia sempat mewasiatkan kepada putranya yang bernama Abdul Najib al

Ayubi (kelahiran Bogor) agar dapat mendirikan sebuah pesantren.1

Ketika Abdul Najib kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan

Pendidikan Agama Islam, lalu pada masa perkuliahannya itu Abdul Najib

menikah dengan seorang putri dari Bapak H. Sinen bin H. Ja‟ih salah seorang

warga Desa Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur, yang secara kebetulan

pada waktu itu Bapak H. Sinesn bin H. Ja‟ih dan adiknya yaitu H. Hasan bin

H. Ja‟ih ingin mewakafkan sebidang tanahnya seluas 5.000 M2 untuk didirikan

sebuah pesantren. Lalu, diserahkan tanah wakaf tersebut kepada menantunya

(Abdul Najib) agar dikelola untuk didirikan sebuah pesantren. Setelah itu,

cita-cita Abdul Najib terwujud yang merupakan wasiat dari ayahnya yaitu

ingin mendirikan sebuah pesantren.

Adapun pendirian pesantren Sunanul Husna Al Jaiyah ini diresmikan

tepatnya pada tanggal 15 November 1982 M (7 Muḥarram 1403 H). Nama

1 Wawancara singkat dengan Ahbab Taufiq (Alumni Sunanul Husna), Senin 14

November 2016, Pukul 20:15-21:00, di Pondok Ranji. Juga wawancara dengan Abdul Najib al

Ayubi (Pimpinan Pesantren Sunanl Husna Al jaiyah), Selasa 22 November 2016, Pukul 21:00-

21:25.

36

Page 48: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

37

pesantren ini diambil dari nama dua orang kakak beradik yang telah

mewakafkan sebidang tanah untuk kepentingan pesantren tersebut, maka

diambilah dua nama orang tersebut menjadi nama pesantern ini yaitu “Sunanul

Husna Al Jaiyah”. Sunan diambil dari nama H. Sinen, Husna diambil dari

nama H. Hasan, sedangkan Al Jaiyah diambil dari nama ayahnya yaitu H.

Ja‟ih.2

Dilihat dari segi bahasa, kata sunan adalah jama„ dari kata sunnah yang

berarti contoh-contoh, sedangkan husna berarti yang baik, jadi sunanul husna

berarti contoh-contoh yang baik. Oleh karena itu, para santri dari Sunaul

Husna ini diharapkan menjadi contoh-contoh yang baik bagi umat. Di antara

tujuan didirikannya pesantren ini adalah agar para santri Sunaul Husna ini

betul-betul mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan sunnah yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Adapun santri pertama yang belajar di pesantren Sunanul Husna ini

berjumlah tiga orang, dua orang mahasiswa IAIN Jakarta berasal dari Jasinga

dan seorang lagi berasal dari Bogor yaitu saudara sepupu dari Abdul Najib al

Ayubi yang pada waktu itu, Abdul Najib sendiri sebagi gurunya dan sekaligus

sebagai pimpinan pondok pesantren. Tiga orang inilah yang pertama menetap

di pesantren tersebut, sedangkan yang tidak menetap atau yang hanya belajar

dīniyyah saja adalah penduduk di sekitar pesantren itu.

Pada awalnya, Pesantren Sunanul Husna adalah Yayasan Islam yang

mana santrinya hanya belajar ngaji kitab saja (dīniyyah), priode ini dari tahun

2 Wawancara singkat dengan Aḥbāb Taufiq (Alumni Sunanul Husna), Senin 14

November 2016, Pukul 20:15-21:00, di Pondok Ranji.

Page 49: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

38

1982 M hingga 1992 M. Pada tahun 1990 M dari pihak pesantren membuka

panti asuhan lalu di tahun 1993 M pesantren membuka lembaga pendidikan

formal yaitu Tsānawiyyah. Pada tahun 1996 M pesantren membuka

pendidikan taman kanak-kanak (TK) dan „Aliyyah. Selanjutnya, pada tahun

2002 M pesantren membuka program taḥfīẓ (menghafal al-Qur‟ān).

Sebenarnya Pesantren Sunanul Husna adalah pesantren yang bercorak

Jamā„ah Tablīgh dari awal berdirinya, karena pendiri pesantren tersebut yaitu

Abdul Najib al Ayubi adalah sebagai seorang aḥbāb ketika ia masih menjadi

mahasiswa di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1979 M. Akan

tetapi, dari 1982 M-1992 M Pesantren Sunanul Husna tidak terlalu aktif untuk

menjalankan program-program Jamā„ah Tablīgh karena santri yang masih

sedikit dan dalam masa pembangunan. Barulah pada tahun 1992 M Pesantren

Sunanul Husna aktif secara total menjalankan program Jamā„ah Tablīgh untuk

seluruh santri hingga sekarang. Karena memang yang menjadi ciri pesantren

Jamā„ah Tablīgh adalah dari kegiatan santri yang ikut serta melakukan

program-program Jamā„ah Tablīgh seperti khurūj.3

Yang menarik kebanyakan dari wali santri (orang tua santri) yang

memasukan anaknya ke Pesantren Sunanul Husna adalah para aḥbāb (orang

yang pernah keluar atau khurūj), para wali santri yang aḥbāb mempercayakan

anaknya kepada Pesantren Sunanul Husna sebagai pesantren bercorak Jamā„ah

Tablīgh dan mereka dari berbagai macam daerah seperti Lampung,

3 Aḥbāb adalah gelar atau panggilan bagi orang yang telah mengikuti khurūj (keluar)

minimal tiga hari.

Page 50: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

39

Palembang, Bangka dan lain sebaginya. Untuk saat ini, santrinya lebih banyak

berasal dari sekitar Jakarta.4

b. Kondisi Geografis dan Jumlah Santri

Secara geografis Pesantren Sunanul Husna terletak di Provinsi Banten

tepatnya di Jl. Manjangan IV RT/RW 01/04, Kel. Pondok Ranji, Kec. Ciputat

Timur, Kota Tangerang Selatan. Luas Pesantern Sunanul Husna kurang lebih

memiliki luas tanah 5.000 M2

yang terbagi dua wilayah yaitu wilayah

santriwan sebelah Selatan dan wilayah santriwati sebelah Utara, untuk wilayah

santriwan terdapat asrama putra, mesjid putra dan kelas Tsānawiyyah dan

„Aliyyah, untuk wilayah santriwati terdapat asrama putri, musholah, kelas TK

dan MI. Yang membatasai wilayah santriwan dan santriwati adalah sebuah

jalan desa, di sebelah jalan desa yang menjadi perbatasan wilayah santriwan

dan santriwati itu terdapat mesjid yang digunakan untuk masyarakat umum

dan mesjid tersebut secara struktural organisasi Jamā„ah Tablīgh termasuk ke

dalam kategori ḥalaqāh.

Jumlah santriwan adalah 250 dan santriwati 125. Jadi, total santri

keseluruhan adalah 375 santri. Untuk pengajar yaitu ustadz berjumlah 16

orang dan ustadzah 18 orang, jadi total pengajar adalah 34 pengajar. Semua

santriwan dan santriwati wajib bermukim di pesantren.5

4 Wawancara singkat dengan Ust. Aceng Badur Zaman (Alumni Sunanul Husna), Rabu

16 November 2016, Pukul 16:15-16:55, di Pondok Ranji. 5 Wawancara singkat dengan Ust. Miftahuddin (Kapala Sekolah Tsanawiyah Sunaul

Husna), Selasa 15 November 2016, Pukul 09:05-09:45, di Pondok Ranji.

Page 51: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

40

c. Sistem Pendidkan dan Kegiatan Santri

Pada awalnya Pesantren Sunaul Husna berbentuk yayasan pendidikan

Islam saja (non-formal) akan tetapi, sekarang telah terdapat pendidikan TK

(taman kanak-kanak) yang berdiri sejak tahun 1996 M dan untuk pendidikan

formalnya adalah MI (Madrasah Ibtidāiyyah) yang berdiri sejak tahun 2011

M, Tsānawiyyah sejak tahun 1993 M dan „Aliyyah berdiri dari tahun 1996 M.

Untuk pendidikan non-formal yaitu pesantren, terbagi menjadi dua program

yaitu program dīniyyah (pelajaran pondok) seperti mempelajari kitab-kitab

dan program taḥfīẓ (menghafal al-Qur‟ān).

Kegiatan santri secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, kegiatan

formal atau biasa disebut juga dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan

kegiatan non-formal (kepesantrenan). Untuk kegiatan belajar mengajar, para

santri belajar seperti layaknya murid-murid sekolah umum di luar pesantren.

Setiap hari senin, tepatnya pada pukul 07:30 WIB para santri dan guru

melakukan upacara bendera, jadwal ini lebih cepat dari biasanya karena untuk

hari selasa sampai hari sabtu para santri memulai kegiatan belajar

mengajarnya pada pukul 08:00 WIB. Para santri belajar di jam pertama yaitu

pukul 08:00-09:20 WIB dan jam kedua pada pukul 09:20-10:40 WIB. Setelah

itu, para santri melakukan istirahat pagi pada pukul 10:40-11:00 WIB, lalu

para santri meneruskan belajar di jam ketiga pada pukul 11:00-12:20 WIB dan

pukul 12:20-13:00 WIB para santri melakukan istirahat jam siang untuk

melakukan shalat dzuhur berjamaah dan makan siang. Lalu para santri

Page 52: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

41

meneruskan belajar di jam terakhir atau jam keempat pada pukul 13:00-14:20

WIB dan para santri keluar sekolah pada pukul 14:20 WIB.6

Untuk kegiatan non-formal (kepesantrenan) yaitu kegiatan belajar

seperti layaknya santri-santri pesantren lain pada umumnya yang mendalami

ilmu agama, hanya saja di Pesantren Sunanul Husna kegiatan non-formal

dibagi dua program yaitu dīniyyah (pelajaran pondok) dan taḥfīẓ (menghafal

al-Qur‟ān). Untuk jadwal kegiatannya adalah setelah Shalat Subuh tepatnya

pukul 05:30-07:00 WIB santri yang mengikuti program dīniyyah belajar kitab-

kitab dan santri yang mengikuti program taḥfīẓ menyetor hafalannya. Setelah

Shalat Asar tepatnya pukul 16:00-17:00 WIB santri program dīniyyah

mengulang pelajaran yang telah dipelajari tadi pagi dan santri program taḥfīẓ

mengulang hafalannya. Setelah Shalat Maghrib tepatnya pukul 18:10-19:00

WIB, santri program dīniyyah belajar taḥṣīn al-Qur‟ān dan santri program

taḥfīẓ menghafal ayat atau surat yang baru. Setelah Shalat Isya tepatnya pukul

20:00-21:00 WIB, santri yang mengikuti program dīniyyah mengulang

pelajarannya dan santri yang mengikuti program taḥfīẓ mengulang atau

melancarkan hafalannya. Adapun kitab-kitab yang dipelajari oleh santri

program dīniyyah adalah Tafsir al-Jalālain, kitab Fatḥ al-Mu„īn, kitab Riyāḍ

al-Ṣāliḥīn, kitab „Imritī, kitab Fatḥ al-Qarīb, kitab Alfiyah, kitab Bulūgh al-

Marām, kitab „Ulūm al-Qur‟ān, kitab Mabāḍi„ al-Fiqh, kitab Safīnah dan

kitab Ḥadīts Arba„īn.7

6 Wawancara singkat dengan Ust. Miftahuddin (Kapala Sekolah Tsanawiyah Sunaul

Husna), Selasa 15 November 2016, Pukul 09:05-09:45, di Pondok Ranji. 7 Wawancara singkat dengan Ust. Miftahuddin (Kapala Sekolah Tsanawiyah Sunaul

Husna), Selasa 15 November 2016, Pukul 09:05-09:45, di Pondok Ranji.

Page 53: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

42

Di Pesantren Sunanul Husna sendiri terdapat program keluar (khurūj)

untuk santrinya, program ini dijadwalkan sebulan sekli bergilir untuk setiap

santri. Waktu keluar (khurūj) adalah satu hari yaitu dari hari Sabtu sepulang

sekolah dan kembali ke pesantren Minggu sore (dilakukan pada hari libur

sekolah). Program keluar (khurūj) satu hari ini dikhususkan untuk para pelajar

atau santri karena untuk selain pelajar minimal keluar (khurūj) tiga hari setiap

bulan, empat puluh hari setiap tahun dan empat bulan seumur hidup.

Inilah yang membedakan Pesantren Sunanul Husna dengan pesantren

yang lain, pesantren lain melatih santrinya dengan melakukan program LDKS

(latihan dasar kepemimpinan siswa) seperti sekolah-sekolah pada umumnya,

sedangkan Pesantren Sunanul Husna dalam melaksanakan LDKS

menggunakan program keluar (khurūj). Di dalam program keluar (khurūj),

santri banyak belajar terutama dakwah, kontek dakwah bagi santri adalah

belajar dan mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Oleh karena itu, setelah

santri-santri pulang dari program keluar (khurūj), mereka mengamalkan di

pesantren apa yang telah dipelajari dari program tersebut dan harapannya

adalah agar santri bukan hanya bisa mengamalkan di pesantren, tetapi setelah

mereka menjadi alumni tetap konsisten dalam beramal.8

Seperti yang kita ketahui keluar (khurūj) adalah salah satu program

Jamā„ah Tablīgh dalam mendidik anggotanya, secara garis besar Jamā„ah

Tablīgh mempunyai dua amalan yaitu amalan maqāmī dan intiqālī. Amalan

maqāmī menurut Jamā„ah Tablīgh adalah amalan yang menghidupkan suasana

8 Wawancara singkat dengan Ust. Miftahuddin (Kapala Sekolah Tsanawiyah Sunaul

Husna), Selasa 15 November 2016, Pukul 09:05-09:45, di Pondok Ranji.

Page 54: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

43

agama di lingkungan masjid, terutama bagi jama‟ah yang baru pulang setelah

keluar (khurūj), amalan maqāmī itu menjadi penting karena untuk menjaga

dan memelihara keimanan.9 Ada pun amalan maqāmī tersebut adalah pertama,

musyawarah harian di masjid dan rumah. Kedua, UMM (Usaha

memakmurkan Masjid, silaturahim dan dzikir). Ketiga, ta„līm masjid dan

ta„līm rumah. Keempat, jaulah10

satu (di masjid sendiri) dan jaulah dua (di

masjid tetangga). Kelima, keluar (khurūj) tiga hari setiap bulan.11

Penulis akan

menjelaskan satu persatu tentang amalan maqāmī tersebut.

Pertama, musyawarah. Menurut Jamā„ah Tablīgh musyawarah adalah

berembuk untuk mencari keputusan mufakat guna merumuskan,

menghasilkan, melaksanakan program dan sebagai sarana penyatuan ide dan

gagasan, sekaligus memecahkan problematika dakwah.12

Kedua, UMM (Usaha Memakmurkan Masjid). Aktivitas UMM ini

dilaksanakan di dalam masjid setelah shalat Magrib dan Jamā„ah Tablīgh

membagi aktivitas ini menjadi beberapa bagian. Pertama, yang bertugas

sebagai ta„līm (membacakan faḍīlah-faḍīlah tentang pentingnya beribadah).

Kedua, bertugas di luar masjid sebagai penebar salam dan bersilaturahim

kepada masyarakat di sekitar mesjid. Ketiga, bertugas sebagai istiqbāl

(penerima tamu) dan keempat, bertugas sebagai ahli dzikir (orang yang

9 An Nadhr M. Ishaq, Khuruj Fi Sabilillah; Sarana Tarbiyah Umat Untuk Membentuk

Sifat Imaniyyah (Bandung: Alishlah Publishing, 2017), h. 138. 10

Jaulah adalah keliling kepada umat untuk silaturahim. 11

An Nadhr M. Ishaq, Khuruj Fi Sabilillah; Sarana Tarbiyah Umat Untuk Membentuk

Sifat Imaniyyah, h. 148. 12

Gini Abdussalam, “Aspek Tasauf Jamā„ah Tablīgh di Desa Babakan” ( Skripsi Sarjana

Strata Satu Fakultas Ushuludin Jurusan Akidah Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016),

h. 58.

Page 55: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

44

berdzikir) ada pun kalimat yang biasa diucapkan oleh ahli dzikir adalah tasbīḥ,

tahlīl dan taḥmīd.13

Ketiga, ta„līm wa ta„allum. Kata ta„līm berasal dari bahasa Arab yang

artinya mengajar, ada pun secara prakteknya ta„līm wa ta„allum adalah belajar

atau mempelajari sebuah ilmu secara bersama-sama dengan membentuk

duduk saling mengitar berhadapan dengan duduk iftirāsy (duduk di antara dua

sujud) dan dijelaskan dengan metode dibaca dan ceramah. Materi yang

digunakan adalah bersumber dari kitab faḍāil „amal karangan Maulana

Muhamad Zakariya, kitab Faḍāil „Amal ini menjadi kitab yang wajib dimiliki

oleh setiap jama‟ah, dalam kitab Faḍāil „Amal ini terdapat beberapa faḍīlah-

faḍīlah di antaranya adalah faḍīlah tentang kisah para sahabat, faḍīlah shalat,

faḍīlah keutamaan dakwah dan tablīgh, faḍīlah dzikir, faḍīlah Qur‟ān, faḍīlah

Ramadhan dan tentnag keruntuhan umat Islam dan cara mengatasinya.14

Selain kitab Faḍāil „Amal, Jamā„ah Tablīgh pun menggunakan kitab

Muntakhāb Ḥadīts, kitab Faḍīlah Sedekah dan kitab Ḥayāt Sahābah. Bila

ta„līm dilakukan ketika keluar (khurūj) atau khurūj fī sabīl Allāh, maka, ketika

dipertengahan ta„līm, amir ta„līm menginstruksukan kepada para mustami„

(pendengar) untuk membentuk ḥalaqah Qur‟ān dan ḥalaqah eman sifat para

sahabat. Adapun surat-surat yang dibaca ḥalaqah Qur‟ān adalah surat al-

Fātiḥah, al-Fīl, Quraisy, al-Mā„ūn, al-Kautsar, al-Kāfirūn, al-„Aṣr, al-Naṣr,

al-Lahab, al-Ikhlāṣ, al-Falaq dan sūrah al-Nās dan bacaan yang dilakukan di

13

Gini Abdussalam, “Aspek Tasauf Jamā„ah Tablīgh di Desa Babakan” ( Skripsi Sarjana

Strata Satu Fakultas Ushuludin Jurusan Akidah Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016),

h. 59. 14

An Nadhr M. Ishaq, Khuruj Fi Sabilillah; Sarana Tarbiyah Umat Untuk Membentuk

Sifat Imaniyyah, h. 151-152.

Page 56: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

45

ḥalaqah enam sifat para sahabat adalah pertama, mengulang-ulang pentingnya

kalimat lā ilāh illā Allāh muḥammad rasūlullah. Kedua, shalat khusyū‟ dan

khudū‟. Ketiga, „ilmu serta dzikir. Keempat, ikrām al-muslimīn. Kelima, taṣḥīḥ

al-niyyah (Ikhlas) dan keenam, da„wah al-tablīgh khurūj fī sabīl Allāh.15

Keempat, jaulah. Jaulah artinya keliling. Maksud dari jaulah ini

menurut Jamā„ah Tablīgh adalah kegiatan yang bisa dilakukan ketika berada

di maqāmī atau ketika sedang melakukan keluar (khurūj) khurūj fī sabīl Allāh,

mereka Jamā„ah Tablīgh mengibaratkan jaulah seperti usaha pertanian,

sebagaimana petani yang ingin menanam padi yang dipersiapkan terlebih

dahulu adalah tanah dan pengairannya. Demikian juga dengan jaulah,

persiapan orang untuk ikut ambil bagian dalam dakwah ini. Ulama

menganjurkan agar orang-orang yang sibuk disiapkan terlebih dahulu, jangan

buat dakwah dengan paksa karena tidak ada manfaat.16

Jamā„ah Tablīgh

berpandangna bahwa manfaat jaulah adalah agar umat Muslim lebih bergairah

lagi dalam melaksanakan kegiatan silaturahim dan jaulah adalah sebagai

tulang punggung dakwah. Karena kegiatan jaulah ini mengajak orang lain

secara langsung ke rumahnya masing-masing sehingga orang yang ditemui

oleh anggota Jamā„ah Tablīgh dengan metode jaulah ini bisa mendapatkan

hasil yang maksimal.17

15

Hasil dari pantauan penulis selama mengikuti khuruj (keluar) di Pondok Ranji, 14-16

November 2016. 16

An Nadhr M. Ishaq, Khuruj Fi Sabilillah; Sarana Tarbiyah Umat Untuk Membentuk

Sifat Imaniyyah, h. 179. 17

An Nadhr M. Ishaq, Khuruj Fi Sabilillah; Sarana Tarbiyah Umat Untuk Membentuk

Sifat Imaniyyah, h. 179-180.

Page 57: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

46

Kelima, keluar atau khurūj fī sabīl Allāh. Khurūj fī sabīl Allāh ini

adalah amalan yang paling inti yang ada di dalam amalan Jamā„ah Tablīgh,

karena amalan khurūj fī sabīl Allāh ini adalah amalan yang biasa dilakukan

dulu oleh para nabi, rasul dan para sahabat.18

Amalan intiqālī adalah amalan yang dilakukan ketika keluar (khurūj)

atau khurūj fī sabīl Allāh dan amalan intiqālī adalah seperti bayān Subuh,

musyawarah harian, ta„līm pagi, ta„līm Duhur, mudzākarah, amalan infirāḍī,

ta„līm Asar, bayān targhrīb, khuṣūṣī, dzikir pagi petang, bayān Maghrib,

jaulah, ta„līm Isya dan diulang-ulang setiap hari seperti itu selama khurūj fī

sabīl Allāh.19

Ada pun sesuatu yang menarik dari Jamā„ah Tablīgh adalah mereka

memiliki konsep berberapa perkara yang tidak boleh disentuh ketika keluar

(khurūj) didalam dakwah yaitu politik, khilāfiyyah (perbedaan), aib

masyarakat, sumbangan, pangkat, status dan jabatan.

B. Struktur Jamā‘ah Tablīgh Pesantren Sunul Husna Al Jaiyah

a. Struktur Organisasi Jamā„ah Tablīgh

Jamā„ah Tablīgh tidak ingin disebut sebagai organisasi, walau pun

pada kenyataannya mereka terorganisir. Mereka memiliki apa yang disebut

dengan masyāikh (penanggung jawab Jamā„ah Tablīgh internasional yang

bertempat di India), syūrā (penanggung jawab Jamā„ah Tablīgh di setiap

18

Gini Abdussalam, “Aspek Tasauf Jamā„ah Tablīgh di Desa Babakan” ( Skripsi Sarjana

Strata Satu Fakultas Ushuludin Jurusan Akidah Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016),

h. 63. 19

Hasil dari pantauan penulis selama mengikuti khuruj (keluar) di Pondok Ranji, 14-16

November 2016.

Page 58: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

47

negara masing-masing), jumadir (penanggung jawab Jamā„ah Tablīgh di

setiap kota atau kabupaten) dan amīr (pemimpin di ḥalaqah atau pemimpin

dalam jama‟ah kecil). Kemudian dalam markas kabupaten atau kota terbagi

kedalam zon-zon, dalam satu zon terdapat beberapa ḥalaqah.20

Begitu juga di

dalam satu ḥalaqah terdapat beberapa mahalah (mesjid-mesjid).21

b. Penaggung Jawab Kegiatan Khurūj Fī Sabīl Allāh

Ada pun penanggung jawab selama kegiatan khurūj fī sabīl Allāh baik

tiga hari, empat puluh hari, empat bulan dan satu tahun di dalam negeri atau

pun di luar negeri adalah pertama, amīr (pemimpin rombongan). Kedua,

penanggung jawab khidmat (yang melayani jama‟ah). Ketiga, penanggung

jawab azan. Keempat, penanggung jawab bayān. Kelima, penanggung jawab

ta„līm. Keenam, penanggung jawab mudzākarah dan ketujuh penanggung

jawab jaulah. Adapun di dalam kegiatan jaulah itu sendiri, terbagi ke dalam

dua bagian pertam bagian di dalam kedua bagian di luar. Bagian pertama (di

dalam) terdiri empat penanggung jawab yaitu penggung jawab bayān

(ceramah), penanggung jawab istiqbāl (penerima tamu), penanggung jawab

mudzākarah (orang yang berdzikir) dan mustami„ (orang yang mendengar

ceramah). Bagian kedua (di luar) terdapat empat orang yaitu amīr rombongan

jaulah, mutakallim (orang yang menyampaikan dakwah), dalīl (petunjuk

jalan) sebaik-baiknya dalīl orang tempatan yang mengetahui keadaan

20

Zon adalah perkumpulan para Jamā„ah Tablīgh dari beberapa ḥalaqah terdekat dan Ḥalaqah adalah bila diibaratkan seperti setingkat kecamatan.

21 Wawancara pribadi dengan Ust. Salam (seorang Aḥbāb), Minggu 27 November 2016,

Pukul 09:00-10:00, di Ciputat.

Page 59: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

48

masyarakat di sekitar mesjid dan ma„mūr (orang yang meramaikan

rombongan).22

c. Struktur Organisasi Pesantren

Untuk struktur pengurus Pesantren Sunanul Husna mulai dari

pimpinan pesantren, penanggung jawab dīniyyah dan taḥfīẓ, hingga kepala

sekolah adalah sebagi berikut, Kiyai Abdul Najib al Ayubi sebagai pimpinan

Pesantren, Ustadz Shoby sebagi sekretaris, Ustadz Khotib sebagai bendahara,

Ustadz Samsul Hady sebagai penanggung jawab dīniyyah puta dan Ustadzah

Soleh penanggung jawab dīniyyah putri, Ustadz Abdul Malik sebagai

penanggung jawab taḥfīẓ putra dan Ustadz Dede penanggung jawab taḥfīẓ

putri. Kepala sekolah TK dijabat oleh Ibu Wiwin, kepala sekolah MI dijabat

oleh Ibu Nurul Hilal, kepala sekoleh Tsānawiyyah dijabat oleh Miftahuddin

dan kepala sekolah „Aliyyah dijabat oleh Asep Sujana.23

C. Akultrurasi Jamā‘ah Tablīgh ke Tradisi Santri

Penulis mengamati adanya percampuran budaya santri dengan budaya

Jamā„ah Tablīgh dengan tidak menghilangkan kedua budaya, budaya santri

adalah budaya mengaji (dīniyyah) dimana para santri menghafal, mengkaji

dan memahami kitab-kitab. Sedangkan budaya Jamā„ah Tablīgh adalah keluar

(khurūj fī sabīl Allāh), musyawarah, ta„līm dan usaha memakmurkan masjid

22

Penulis mengikuti khurūj sejak tangal 3-5 November 2016. 23

Wawancara singkat dengan Ust. Miftahuddin (Kapala Sekolah Tsanawiyah Sunaul

Husna), Selasa 15 November 2016, Pukul 09:05-09:45, di Pondok Ranji.

Page 60: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

49

(UMM) seperti mengamalkan amalan infirādī24

di mesjid. Maka dapat

diketahui bahwa santri Pesantren Sunanul Husna tetap melakukan rutinitasnya

yaitu mengaji (dīniyyah) dengan cara menghafal, mengkaji dan memahami

kitab-kitab akan tetapi santri Pesantren Sunanul Husna juga melakukan

sebagian rutinitas (budaya) yang ada di Jamā„ah Tablīgh seperti, pertama,

keluar (khurūj fī sabīl Allāh) yang dilakukan sebulan sekali. Kedua,

musyawarah, perbedaan musyawarah santri dengan musyawarah yang

dilakukan Jamā„ah Tablīgh adalah terletak pada pembahsannya, santri

membahas kegiatan belajar mengajar dan semua prihal yang berkaitan dengan

keseharian santri, sedangkan Jamā„ah Tablīgh membahas umat dan dakwah.

Ketiga, ta„līm, para santri Pesantren Sunanul Husna selain mereka melakukan

rutinitas mengaji (dīniyyah) di mana para santri menghafal, mengkaji dan

memahami kitab-kitab, para santri juga melakukan ta„līm dengan cara

membaca kitab-kitab faḍīlah- faḍīlah setelah shalat Dzuhur di antaranya

adalah faḍīlah tentang kisah para sahabat, faḍīlah shalat, faḍīlah dzikir,

faḍīlah Qur‟ān, faḍīlah Ramadhan dan faḍīlah sedekah. Keempat, UMM

usaha memakmurkan mesjid dengan mengamalkan amalan infirādī, akan

tetapi tidak semua santri melakukan ini hanya sebagian.

24

Infiradi adalah amalan yang dilakukan sendiri seperti membaca al-Qur‟ān, melakukan

shalat sunah dan dzikir (dzkir ayatul hijri atau dzikir pagi petang).

Page 61: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

50

1

BAB IV

CORAK TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH PESANTREN SUNANUL

HUSNA

A. Pemahaman Teologi yang Dianut Jamā‘ah Tablīgh

Untuk memahami corak teologi Jamā„ah Tablīgh maka penulis harus

membahas terlebih dahulu tentang permasalah dalam teologi dan pendapat

masing-masing aliran teologi. Barulah bisa diketahui kemana condong

pemahaman teologi Jamā„ah Tablīgh, khususnya Jamā„ah Tablīgh Pesantren

Sunanul Husna.

Sebagaimana telah disebutkan dalam sejarah bahwa persoalan teologi

bermula dari persoalan politik. Setelah itu berkembang kepada persoalan

teologi. Fase ini terjadi pada masa kepemimpinan „Alī sebagai seorang

khalīfah al-rasyidīn. Berawal pada peristiwa arbitrase yang dilakukan oleh

kelompok „Alī dan kelompok Mu„āwiyah yang kemudian lahirlah kelompok

yang memisahkan diri dari kelompok „Alī yaitu Khawārij. Khawārij sendiri

memandang „Alī, Mu„āwiyah, „Amr Ibn al-„Āṣ, Abū Mūsā al-Asy„arī dan

lain-lain yang telah menerima arbitrase telah berbuat salah. Sebab, tidak

memutuskan keputusan dengan hukum Allah dan mereka telah dianggap kafir

oleh kaum Khawārij bahkan halal darahnya untuk dibunuh.1

1 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta:

UI Press, 2010), h. 7-8. Dan mereka (khawārij) menggunakan Al-Qur‟an surat al-Mā‟idah ayat 44

sebagai landasan berpikir mereka. Dengan arti Barang siapa yang tidak memutuskan dengan apa

yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Teksnya adalah:

50

Page 62: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

51

Permasalahan-permasalahan yang ada dalam teologi di antaranya

adalah pertama, tentang pelaku dosa besar. Aliran Khawārij beranggapan

bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, dalam arti keluar dalam Islam atau

tegasnya murtad, pelaku dosa besar pun kekal dalam neraka dan mereka wajib

dibunuh karena kekafirannya.2 Aliran Murji‟ah beranggapan bahwa pelaku

dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir, adapun soal dosa yang

dilakukannya menurut aliran Murji‟ah terserah kepada Allah Swt untuk

mengampuni atau tidak mengampuninya.3

Adapun aliran Mu„tazilah berpendapat bahwa pelaku dosa besar bukan

kafir tetapi juga bukan mukmin, karena dibalik dosa besar ia masih

mengucapkan syahadat dan melakukan kebaikan-kebaikan maka predikat kafir

tidak pantas baginya, begitu pun pridikat mukmin tidak pantas baginya karena

predikat mukmin adalah sifat baik dan nama pujian yang tak dapat diberikan

kepada pelaku dosa besar. Orang seperti ini menurut Mu„tazilah mengambil

posisi di antara dua posisi yaitu mukmin dan kafir (al-manzilah bain al-

manzilatayn).4

Aliran Asy„ariyyah berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap

mukmin, karena imannya masih ada, tetapi karena dosa besar yang

dilakukannya ia menjadi fasīq.5 Sekiranya orang berdosa besar bukan mukmin

2 Amīr al-Najjar, Aliran Khawarij Mengungkap Akar Perselisishan Umat, terj. Solihin

Rasjidi (Jakarta: Lentera, 1993), h. 123. 3 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya

(Jakarta: Pustaka Al Riyadl, 2006), h. 51. 4 Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, terj. Karisdi Diningrat (Bandung: Penerbit Pustaka, 1996), h. 115-117.

5 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 71.

Page 63: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

52

dan bukan pula kafir maka di dalam dirinya akan tidak ditemukan kufur atau

pun iman, dengan demikian ia bukan atheis dan bukan pula monotheis, seperti

istilah, “Bukan teman dan bukan pula musuh”, hal seperti itu tidak mungkin.

Oleh karena itu tidak mungkin bahwa pelaku dosa besar tidak mukmin dan

tidak pula kafir.

Aliran Maturidiyyah sepaham dengan aliran Asy„ariyyah mengenai

pelaku dosa besar ini. Bahwa, orang yang berdosa besar masih tetap mukmin

dan soal dosa besarnya akan ditentukan kelak di akhirat.6 Aliran Asy„ariyyah

dan Maturidiyyah menolak paham posisi menengah yang diutarakan aliran

Mu„tazilah.

Dikaitkan dengan paham yang dimiliki oleh Jamā„ah Tablīgh, berikut

adalah pendapat-pendapat dari ketiga nara sumber hasil wawancara penulis di

Pesantren Sunanul Husna. Toto berpendapat bahwa “…seseorang yang telah

beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya serta telah

melakukan kebaikan maka ia tetep beriman walau pun berdosa. Persoalaan

kelak di akhirat ia tetap dihisab sesuai amalnya…” begitupun Habib

memberikan pendapatnya bahwa “…Ia tetap berimana walu pun berdosa,

keadaan di akhirat Allah akan ampuni dosanya jika si pendosa bertaubat

dengan taubatan nasuha…” selanjutnya Qodir juga memberikan pendapatnya

bahwa “…ia tetap beriman selama tidak melakukan dosa syirik atau

menyekutukan Allah…”7

6 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 78.

7 Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai Santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

Page 64: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

53

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Asy„ariyyah. Karena demikianlah aliran Asy„ariyyah mengenai pelaku dosa

besar ini. Bahwa, orang yang berdosa besar masih tetap mukmin dan soal dosa

besarnya akan ditentukan kelak di akhirat.

Kedua, tentang sifat Allah. Aliran Mu„tazilah memiliki konsep al-

tauḥīd (kemahaesaan Allah), demi menjaga keesaan Allah Mu„tazilah

meniadakan sifat-sifat Allah (nafy al-ṣifah). Mu„tazilah berpendapat bahwa,

dzat Allah bersifat qadīm maka apa yang melekat dengan dzat Allah bersifat

qadīm pula, oleh karena itu, Allah tidak boleh dikatakan mempunyai sifat,

karena jika Allah mempunyai sifat yang berwujud sendiri diluar dzat Allah,

maka Allah lebih dari satu dan yang bersifat qadīm menjadi dua yaitu Allah

dan sifat-Nya, sedangkan Allah Maha Esa dan satu-satunya dzat yang qadīm.

Bagi Mu„tazilah sifat-sifat Allah seperti Maha tau, Maha kuasa, Maha hidup,

Maha mendengar, Maha melihat dan lain sebagainya adalah tidak terpisah dari

dzat Allah, dengan kata lain sifat-sifat Allah itu esensi Allah.8

Aliran Asy„ariyyah memiliki pendapat yang berbeda dengan

Mu„tazilah, Asy„ariyyah mengakui bahwa Allah mempunyai sifat-sifat qadīm

yang tidak identik dengan dzat Allah dan mempunyai wujud di luar dzat.9

Pendapat aliran Maturidiyyah tentang sifat-sifat Allah terdapat persamaan

8 Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, h. 58. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan, h. 54. 9 Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, h. 115-117. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan, h. 73.

Page 65: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

54

dengan Asy„ariyyah bahwa baginya Allah mempunyai sifat-sifat dan Allah

mengetahui bukan dengan dzat-Nya tetapi dengan pengetahuan-Nya, begitu

pun Allah berkuasa dengan kekuasaan-Nya bukan dengan dzat-Nya seperti

yang dikatakan oleh aliran Mu„tazilah.10

Dalam hal ini menurut Jamā„ah Tablīgh yang dikutip langsung dari

ketiga nara sumber Pesantren Sunanul Husna yaitu Toto berpendapat bahwa

“…Allah mempunyai nama dan sifat seperti sembilan puluh sembilan Asmā‟

al-Ḥusnā, akan tetapi sifat Allah dan sifat makhluk itu berbeda…” begitupun

dengan Habib yang memberikan pendapatnya bahwa “…Allah mempunyai

sifat, seperti dalam Asmā‟ al-Ḥusnā. Akan tetapi sifat Allah dan makhluknya

berdeda dan tidak bias disamakan…” selanjutnya Qodir pun memberikan

pendapatnya mengenai hal tersebut bahwa “…Allah mempunya sifat, seperti

sifat yang dua puluh. Akan tetapi sifat khāliq (pencipta) dan makhluq (yang

diciptakan) itu sangat berbeda…”11

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Asy„ariyyah. Karena demikianlah aliran Asy„ariyyah berpendapat mengenai

persoalan sifat Allah bahwa, Allah mempunyai sifat-sifat dan Allah

mengetahui dengan pengetahuan-Nya, begitu pun Allah berkuasa dengan

kekuasaan-Nya.

Ketiga, tentang anthropomorphisme. Aliran Mu„tazilah sangat

menentang paham anthropomorphisme, baginya Allah adalah bersifat

10

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 77. 11

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

Page 66: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

55

immateri, maka tidak dapat dikatakan bahwa Allah mempunyai sifat-sifat

jasmani dan ayat-ayat al-Qur‟ān yang menggambarkan bahwa Allah

mempunyai sifat-sifat jasmani harus diberi interpretasi lain. Degan demikian

kata al-„arsy (tahta/kerajaan) diberi intrepretasi kekuasaan, kata al-„ain (mata)

diberi intrepretasi pengetahuan, kata al-wajh (muka) diartikan sebagai esesnsi

dan kata al-yad (tangan) diberi intrepretasi kekuasaan.12

Di samping Mu„tazilah aliran Asy„ariyyah pun tidak menerima paham

anthropomorphisme, namun aliran Asy„ariyyah berpendapat bahwa Allah

mempunyai muka, tangan, mata dan sebagainya dengan tidak ditentukan (bila

kaifa) yaitu dengan tidak mempunyai bentuk dan batasan. Artinya, muka,

tangan dan mata Allah tidak sama dengan muka, tangan dan mata manusia.

Aliran Asy„ariyyah juga tidak sependapat bila kata-kata tersebut diberi

interpretasi lain seperti dua tangan diartikan kekuasaan dan mata diartikan

pengetahuan, baginya Allah tetap mempunya sifat-sifat jasmani seperti yang

disebutkan dalam al-Qur‟ān akan tetapi dengan tidak diketahui bagaimana

bentuknya (bila kaifa) karena akal manusia lemah dan harus menerima seperti

yang disebutkan oleh al-Qur‟ān.13

Aliran Maturidiyyah berpendapat bahwa kata-kata seperti tangan,

wajah, mata dan lain sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan, hal itu

selaras pemahamannya dengan aliran Mu„tazilah yang harus diberi intrepretasi

lain dan bertolak belakang dengan aliran Asy„ariyyah yang berpendapat

12

Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), h. 75-77.

Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h.137. 13

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h.71.

Page 67: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

56

bahwa ayat-ayat yang menggambarkan Allah mempunyai bentuk jasmani

tidak dapat diberi intrepretasi dan ta‟wil.14

Pendapat dari ketiga nara sumber Pesantren Sunanul Husna antara lain

Toto yang menjelaskan pendapatnya bahwa “…tangan Allah dengan tangan

manusia berbeda, begitu pun dengan mata atau penglihatan, karena Allah tidak

terbatas sedangkan manusia terbatas. Allah maha melihat sedangkan manusia

penglihatannya terbatas. Saya sendiri mengartikan tangan Allah adalah

kekuasaan Allah…” begitu juga dengan Habib menjelaskan pendapatnya

bahwa “…Yad Allah, „ain Allah, dan wajh Allah itu berbeda dengan tangan,

mata dan wajahnya manusia. Saya tidak tau arti „ain Allah dan wajh Allah

akan tetapi ustadz saya pernah berkata arti dari yad Allah adalah kekuasaan

Allah…” selanjutnya Qodir pun menjelaskan pendapatnya bahwa “…tangan,

wajah dan mata Allah itu berbeda dengan tangan, wajah dan mata manusia. Itu

semua harus ditakwilkan karena tiada yang setara dengan Allah…”15

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Maturidiyyah. Karena demikianlah aliran Maturidiyyah berpendapat mengenai

persoalan anthropomorphisme bahwa, kata-kata seperti tangan, wajah, mata

dan lain sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan dan menolak paham

anthropomorphisme.

Keempat, tentang al-Qur‟ān. Aliran Mu„tazilah berpendapat bahwan

kalām Allāh (al-Qur‟ān) tidaklah qadīm (kekal) melainkan ḥadīts (baru) dan

14

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 71. 15

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

Page 68: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

57

diciptakan oleh Allah. Seperti yang telah dijelaskan oleh salah satu tokoh

aliran Mu„tazilah (al-Nazzam), bahwa kalām adalah suara yang tersusun dari

huruf-huruf dan dapat didengar. Suara bersifat baru, bukan bersifat kekal dan

ciptaan Allah.16

Aliran Asy„ariyyah berpendapat bahwa kalām Allāh (al-Qur‟ān)

tidaklah diciptakan melainkan qadīm. Seperti yang diungkapkan oleh al-

Asy„arī bahwa jika al-Qur‟ān diciptakan maka sesuai dengan ayat keempat

puluh dalam surat al-Naḥl untuk menciptakan sesuatu perlu kata kun, dan

untuk terciptanya kun ini perlu kata kun yang lain, begitu seterusnya hingga

terdapat rentetan kata-kata kun yang tak berkesudahan.17

Menurut al-Asy„arī

itu tidak mungkin dan oleh karena itu al-Qur‟ān tidak mungkin diciptakan.

Aliran Maturidiyyah sependapat dengan aliran Asy„ariyyah bahwa al-Qur„ān

bersifat qadīm dan tidak diciptakan.18

Pendapat para nara sumber dari Pesantren Sunanul Husna tentang

permasalahan ini antara lain Toto berpendapat bahwa “…Al-Qur‟an itu qodīm

dan sudah ada dulunya di lauḥ al-Maḥfūẓ…” begitu pun dengan Habib

memberikan pendapatnya bahwa “…Al-Qur‟an itu qodīm tidak ḥadīts. Karena

Al-Qur‟an sudah ada dari dahulu kala…” selanjutnya Qodir pun memberikan

16

Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, h. 58. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan, h. 50. 17

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, dengan terjemah sesungguhnya

perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan

kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia. Teksnya adalah:

18 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 70.

Page 69: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

58

pendapatnya tentang hal tersebut bahwa “…Al-Qura‟an itu qodīm, karena Al-

Qura‟an telah ada dari dahulu dan bukan sesuatu yang ḥadīts (baru)…”19

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Asy„ariyyah. Karena demikianlah aliran Asy„ariyyah berpendapat mengenai

persoalan Al-Qur‟an bahwa, Al-Qur„ān bersifat qadīm dan tidak diciptakan.

Kelima, tentang taqdīr atau perbuatan manusia. Allah adalah pencipta

alam semesta beserta isinya dan Allah juga maha kuasa, artinya Allah

mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Maka timbullah pertanyaan

sampai manakah kehendak mutlak Allah terhadap makhluk-Nya dan apakah

Allah memberi kebebasan pada manusia dalam menentukan hidupnya. Dari

permasalahan ini terdapat dua aliran yang sangat terkenal yaitu Qadariyyah

dan Jabariyyah, aliran Qadariyyah berpendapat bahwa manusia mempunyai

kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya, artinya

aliran Qadariyyah mempunyai paham bahwa manusia mempunyai kebebasan

dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dalam

istilah Inggris paham ini dikenal dengan nama free will atau free act.20

Kemudian Jabariyyah berpendapat sebaliknya, bahwa manusia tidak

mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya,

artinya manusia terikat pada kehendak mutlak Allah dan manusia mengerjakan

perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Hal ini sesuai dengan namanya yaitu

19

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah. 20

Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya,

h. 48.

Page 70: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

59

Jabariyyah yang berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Dalam istilah

Inggris paham ini dikenal fatalism atau predestination.21

Aliran Mu„tazilah berpendapat bahwa Allah bersifat bijaksana dan

adil, Allah tak dapat berbuat jahat dan bersifat zalim, tidak mungkin Allah

menghendaki supaya manusia berbuat hal-hal yang bertentangan dengan

perintah-Nya. Dengan demikian, manusia sendirilah sebenarnya yang

mewujudkan perbuatan baik dan perbuatan jahatnya, iman dan kufurnya,

kepatuhan dan tidak kepatuhannya pada Allah. Atas perbuatan-perbuatannya

ini manusia memperoleh balasan dan untuk terwujudnya perbuatan-perbuatan

itu Allah memberikan daya dan upaya kepada manusia. Maka dapat dilihat

bahwa aliran Mu„tazilah berpaham Qadariyyah.22

Aliran Asy„ariyyah berpendapat sebaliknya dari aliran Mu„tazilah,

bagi aliran Asy„ariyyah Allah-lah yang menciptakan atau mewujudkan

perbuatan manusia sebagaimana dalam al-Qur‟ān.23

Karena manusia

dipandang lemah dan manusia dalam kelemahannya banyak bergantung

kepada kehendak dan kekuasaan Allah, artinya manusia tidak bisa berbuat

21

Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya,

h. 55. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h.

33. 22

Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, h. 57-59. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan, h. 45. 23

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, al-Ṣaffat, 96, Dengan terjemah

Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat. Teksnya adalah:

Page 71: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

60

apa-apa tanpa kehendak dan daya dari Allah. Bila dilihat aliran Asy„ariyyah

lebih condong kepada paham Jabariyyah.24

Aliran Maturidiyyah berpendpat bahwa perbuatan manusia adalah juga

ciptaan Allah, artinya Allah menciptakan daya dalam diri manusia dan

manusia menggunakan daya tersebut untuk melakukan perbuatan, entah

perbuatan baik atau perbuatan jahat dan manusia diganjar sesuai dengan

perbuatannya. Sungguhpun demikian aliran Maturidiyyah beranggapan bahwa

kemauan manusia adalah sebenarnya kemauan Allah, artinya perbuatan

manusia mempunyai wujud atas kehendak Allah dan bukan kehendak

manusia. Bisa dilihat bahwa pendapat-pendapat Maturidiyyah berada di

tengah-tengan sebagian condong kepada Mu„tazilah dan sebagian condong

kepada Asy„ariyyah.25

Pendapat para nara sumber Pesantren Sunanul Husna antara lain Toto

berpendapat bahwa “…manusia harus berusaha sekuat dan sebisa mungkin

akan tetapi tatkala gagal dalam suatu usaha maka itu takdir. Jadi intinya takdir

itu Allah yang tentukan tapi kita harus berusaha terlebih dahulu…” begitu pun

Habib memberikan pendapatnya bahwa “…Sumua makhluk telah ditakdirkan

oleh Allah termasuk manusia dan Allah akan mudahkan seseorang sesuai

takdirnya masing-masing…” selanjutnya Qodir pun memberikan pendapatnya

mengenai hal tersebut bahwa “…ketetapan Allah itu dari Allah dan tidak bisa

24

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 107. 25

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 113-

114.

Page 72: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

61

dirubah. Maka Allah telah menentukan semua ketetapan pada makhluknya

termasuk manusia…”26

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Asy„ariyyah. Karena demikianlah aliran Asy„ariyyah berpendapat mengenai

persoalan takdir bahwa, Allah-lah yang menciptakan atau mewujudkan

perbuatan manusia dan manusia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak

dan daya dari Allah.

Keenam, tentang keadilan Allah. Keadilan Allah sangat identik dengan

al-wa„ḍ wa al-wa„īd (janji dan ancaman) dan perbuatn Allah. Aliran

Mu„tazilah memandang bahwa keadilan Allah adalah bahwa segala perbuatan

Allah baik, bahwa Allah tidak dapat berbuat yang buruk dan bahwa Allah

tidak dapat mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia seperti

Allah memberi beban sesuai kemampuan manusia, pengiriman rasul dan nabi-

nabi, memberikan manusia daya untuk melaksankan kewajiban-kewajiban.

Oleh karena itu, Allah tidak bersifat zalim artinya tidak menghukum anak

orang musyrik lantaran dosa orang tuanya, tidak dapat meletakan beban yang

tak dapat dipikul oleh manusia dan mesti memberi upah kepada orang yang

patuh kepada-Nya serta memberi hukuman kepada orang yang menentang

perintah-Nya.27

26

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah. 27

Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya,

h. 66. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h.

125.

Page 73: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

62

Aliran Asy„ariyyah memberikan interpretasi yang berbeda dengan

aliran Mu„tazilah. Keadilan Allah bagi Aliran Asy„ariyyah adalah bahwa

Allah mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk-Nya dan dapat berbuat

sekehendak hati-Nya dalam kerajaan-Nya. Artinya Allah dapat berbuat apa

saja yang dikehendaki-Nya, sungguhpun hal demikian itu menurut pandangan

manusia adalah tidak adil. Al-Asy„arī sendiri berpendapat bahwa Allah

tidaklah berbuat salah walau memasukan seluruh manusia ke dalam surga dan

tidak bersifat zalim jika Allah memasukan seluruh manusia ke dalam neraka.

Seperti yang diketahui, menurut al-Asy„arī perbuatan salah dan tidak adil

adalah perbuatan yang melangar hukum, karena di atas Allah tidak ada

undang-undang dan hukum maka perbuatan Allah tidak pernah bertentangan

dengan hukum, dengan demikian Allah tidak bisa dikatakan bersifat zalim.28

Aliran Maturudiyyah memilki pandangan bahwa janji dan ancaman Allah itu

pasti karena manusia yang telah diberikan daya dan upaya oleh Allah dan

manusia menggunakan daya dan upaya tersebut dalam bertindak sesuka

hatinya maka manusia pula yang mempertanggungjawabkan atas

perbuatannya itu, dalam hal ini aliran Maturidiyyah lebih condong kepada

aliran Mu„tazilah.

Pendapat para nara sumber Pesantren Sunanul Husna antara lain Toto

berpendapat bahwa “…Allah Maha adil artinya, siapa yang melakukan

kebaikan dengan niat karena Allah maka akan Allah ganti dengan pahala

beruapa kenikmatan di akhirat kelak dan barang siapa yang melakukan

28

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 126.

Page 74: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

63

kejahatan atau keburukan, maka Allah akan balas dengan hukuman berupa

siksaan…” begitu juga Habib memberikan pendapatnya bahwa “…Janji dan

ancaman Allah itu pasti kelak di akhirat. Yang berbuat baik akan mendapatkan

balasannya beruapa surga dan yang berbuat jahat atau buruk akan

mendapatkan balasannya berupa neraka…” selanjutnya Qodir pun

memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut bahwa “…janji dan ancaman

Allah itu pasti. Allah tidak akan ingkar janji. Yang penting beramal dengan

niat dalam hati karena Allah bukan karena yang lain (ria)…”29

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Mu„tazilah. Karena demikianlah aliran Mu„tazilah berpendapat mengenai

persoalan keadilan Allah yang sangat identik dengan janji dan ancaman Allah

bahwa, Allah memberi upah kepada orang yang patuh kepada-Nya serta

memberi hukuman kepada orang yang menentang perintah-Nya.

Ketujuh, tentang akal dan wahyu. Seperti diketahui teologi adalah ilmu

yang membahas tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap

Allah yang memakai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang

kedua soal tersebut. Akal sebagai daya berpikir yang ada dalam diri manusia,

berusaha keras untuk sampai kepada Allah dan wahyu sebagai pengkhabaran

dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan

tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah. Maka

pembahasan ini identik dengan pertama, mengetahui Allah dan kewajiban

29

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

Page 75: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

64

mengetahui Allah. Kedua, mengetahui baik dan jahat dan kewajiban

melakukan perbuatan baik dan kewajiban menjauhi perbuatan jahat.

Aliran Mu„tazilah berpendapat bahwa segala sesuatu (pengetahuan)

dapat diketahui dengan perantara akal, oleh sebab itu aliran Mu„tazilah

beranggapan mengetahui Allah dan mengetahui perbuatan baik dan perbuatan

buruk dapat diperoleh oleh akal. Bahkan mengetahui kewajiban untuk

mengetahui Allah dan mengetahui kewajiban untuk menjalankan perbuatan

baik dan kewajiban mengingalkan perbuatan jahat pun dapat diperoleh melalui

akal.30

Aliran Asy„ariyyah menolak sebagian besar dari pendapat aliran

Mu„tazilah, menurut al-Asy„arī segala kewajiban-kewajiban manusia pada

Allah hanya dapat diketahui melalui wahyu, akal tidak dapat membuat sesuatu

menjadi wajib dan tidak dapat mengetahui bahwa mengerjakan perbuatan baik

dan menjauhi perbuatan buruk adalah sebuah kewajiban bagi manusia. Al-

Asy„arī memandang bahwa betul akal dapat mengetahui Allah tetapi wahyulah

yang mewajibkan orang mengetahui Allah, menunjukan perbuatan baik dan

buruk dan mewajibkan melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan

buruk. Salah satu pengikut aliran Asy„ariyyah yaitu al-Ghazālī berpendapat

bahwa perbuatan baik dan buruk diketahui melalui wahyu, karena suatu

perbuatan disebut baik jika perbuatan itu sesuai dengan maksud pencipta

(Allah) dan disebut buruk jika tidak sesuai dengan tujuan pencipta (Allah).31

30

Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, h. 59. Lihat pula Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan, h. 50. 31

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 84-85.

Page 76: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

65

Aliran Maturidiyyah berpendapat bahwa akal dapat mengetahui Allah,

akal dapat mengetahui kewajiban mengetahui Allah dan akal juga dapat

mengetahui perbuatan baik adalah baik dan perbuatan buruk adalah buruk,

untuk mengetahui kewajiban melakukan perbuatan baik dan kewajiban

menjauhi perbuatan jahat harus melalui wahyu karena akal tidak mampu

memperoleh pengetahuan itu.32

Pendapat para nara sumber Pesantren Sunanul Husna antara lain Toto

berpendapat bahwa “…akal tidak bisa mengetahui Allah karena akal terbatas.

Tetapi akal bisa mengetahui baik dan buruk dan itu pun harus dibarengi

dengan informasi dari wahyu karena akal tidak bisa mengetahui semua yang

baik dan buruk. Akal tidak bisa mengetahui kewajiban mengetahui Allah oleh

karena itu harus memakai wahyu. Begitu pun akal tidak bisa mengetahui

kewajiban melakukan kebaikan dan kewajiban menjahui yang buruk atau

jahat…” begitu pun Habib memberika pendapatnya bahwa “…akal tidak bisa

mengetahui Allah tanpa wahyu akan tetapi tentang mengetahui baik dan buruk

akal mampu. Untuk mengetahui kewajiban mengetahui Allah harus

menggunakan wahyu karena akal tidak mampu dan akal pun tidak mampu

mengetahui kewajiban melakukan kebaikan dan kewajiban menjauhi

kejahatan atau keburukan. Jadi harus menggunakan wahyu…” selanjutnya

Qodir pun memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut bahwa “…akal

mampu mengetahui Allah jika Allah memberikan hidayah kepada akal. Akal

bisa mengetahui baik dan buruk, akan tetapi akal tidak bisa mengetahui

32

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 91.

Page 77: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

66

kewajiban mengetahui Allah, itu harus melalui wahyu dan akal pun tidak

mempu mengetahui kewajiban menjalankan amal baik dan kewajiban

menjauhi keburukan atau kejahatan, itu semua harus melalui wahyu…”33

Bila dilihat dari argumentasi mereka mengenai akal dan wahyu, hal ini

mengindikasikan bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna tidak

condong kepada aliran manapun. Karena satu-satunya yang dapat diketahui

melalui akal adalah hanya mengetahui baik dan buruk, itu pun masih tetap

harus menggunakan wahyu karena tidak semua kebaikan dan keburukan dapat

diketahui oleh akal.

Kedelapan, tentang Allah yang dapat dilihat dengan mata kepala.

Seperti yang kita ketahui aliran Mu„tazilah memainkan peran logika dan

secara logika Allah bersifat immateri, artinya Allah tidak dapat dilihat oleh

mata kepala manusia dan inilah pendapat aliran Mu„tazilah.34

Aliran

Asy„ariyyah sebaliknya berpendapat bahwa Allah akan dapat dilihat oleh

manusia dengan mata kepala di akhirat kelak, karena al-Asy„arī berpendapat

bahwa yang tidak dapat dilihat hanyalah yang tidak memiliki wujud dan yang

mempunyai wujud mesti dapat dilihat. Allah berwujud, oleh karena itu Allah

dapat dilihat.35

Dalam memperkuat argumennya kedua aliran inipun menggunakan

dalil-dalil dalam al-Qur‟ān, seperti dalam surat al-Qiyāmah ayat dua puluh

33

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah. 34

Abū al-Ḥasan Ismai„l al-Asy„arī, Perinsip-Perinsip Dasar Aliran Teologi Islam, terj.

Nasir Yusuf (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 222. 35

Muḥammad bin „Abd al-Karīm Syahrastanī, Sekte-Sekte Islam; Dalam Kitab al-Milal

wa al-Niḥal, h. 124.

Page 78: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

67

tiga,36

menurut aliran Asy„ariyyah kata nāẓirah dalam ayat ini bukan berarti

memikirkan karena akhirat bukan tempat berpikir, juga bukan berarti

menunggu, karena wujūh (muka atau wajah) tidak dapat menunggu, yang

menunggu ialah manusia. Oleh karena itu, kata nāẓirah mesti berarti melihat

dengan mata. Pendapat inipun ditolak oleh aliran Mu„tazilah dengan

mengatakan bahwa naẓar dalam ayat ini bukan berarti ru‟yah (melihat) akan

tetapi menanti-nanti atau menunggu.

Selanjutnya aliran Asy„ariyyah pun menggunakan surat al-A„raf ayat

seratus empat puluh tiga,37

bahwa menurut aliran Asy„ariyyah Nabi Mūsā

meminta suapaya Allah memperlihatkan diri-Nya. Seandainya Allah tidak

dapat dilihat, demikian kata Asy„ariyyah, maka Nabi Mūsā tidak akan

meminta supaya Allah memperlihatkan diri-Nya. Lalu ayat itu pun

mengatakan bahwa Nabi Mūsā akan melihat Allah, maka dapat disimpulkan

bahwa Allah dapat dilihat. Aliran Mu„tazilah pun menyangkal pendapat aliran

Asy„ariyyah tersebut, menurut Mu„tazilah permintaan melihat Allah

sebenarnya bukan datang dari Nabi Mūsā tetapi dari para pengikutnya yang

36

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, dengan terjemah “Wajah-wajah

(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri kepada Tuhannyalah mereka melihat”. Teksnya

adalah:

37 Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, dengan terjemah "Ya Tuhanku,

nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan

berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia

tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya

Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Mūsā pun jatuh

pingsan. Teksnya adalah:

Page 79: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

68

belum juga mau percaya, permintaan itu dimajukan Nabi Mūsā untuk

mematahkan ketengkaran dan kekerasaan kepala umatnya.

Aliran Mu„tazilah pun menggunakan surat al-An„ām ayat ke seratus

tiga,38

menurut Mu„tazilah ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak dapat

ditangkap penglihatan, tegasnya Allah tidak akan dapat dilihat. Tetapi aliran

Asy„ariyyah menyangkal bahwa yang dimaksud Allah tidak dapat dilihat

dalam ayat ini adalah tidak dapat dilihat di dunia dan bukan di akhirat. Dalam

hal ini, aliran Maturidiyyah sepaham dengan aliran Asy„ariyyah, al-Maturidī

berpendapat bahwa Allah dapat dilihat karena Allah mempunyai wujud.

Pendapat para nara sumber Pesantren Sunanul Husna antara lain Toto

berpendapat bahwa “…nanti di akhirat kita bisa melihat Allah dengan mata

kepala kita…” begitu pun Habib memberikan pendapatnya bahwa “…mata

kepala kita bisa melihat Allah kelak di akhirat dan itu sesuai dengan ḥadīts

rasul…” selanjutnya Qodir pun memberikan pendapatnya mengenai hal

tersebut bahwa “…Nanti kita bertemu dengan Allah dan bisa melihat Allah.

Karena kita sudah di alam yang berbeda bukan seperti di alam dunia lagi…”39

Bila dilihat dari argumentasi mereka tersebut, hal ini mengindikasikan

bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren Sunanul Husna lebih condong kepada aliran

Asy„ariyyah. Karena demikianlah aliran Asy„ariyyah berpendapat mengenai

38

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, dengan terjemah “Dia tidak dapat

dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang

Maha halus lagi Maha mengetahui”. Teksnya adalah:

39

Wawancara dengan Ustadz Toto sebagai pengajar, Ustadz Qodir sebagai pengajar dan

Habib sebagai santri akhir, 20-21 Februari 2017, di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

Page 80: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

69

persoalan tersebut bahwa, Allah akan dapat dilihat oleh manusia dengan mata

kepala di akhirat kelak.

Jika diperhatikan kutipan di atas mengenai jawaban atau argumentasi

dari hasil wawancara dengan nara sumber yaitu Jamā„ah Tablīgh Pesantren

Sunanul Husna. Maka, dapat diketahui bahwa Jamā„ah Tablīgh Pesantren

Sunsnul Husna lebih condong kepada aliran Asy„ariyyah secara pemahaman

teologi. Karena enam jawaban dari delapan pertanyaan mengindikasikan lebih

dekat pahamnya dengan aliran Asy„ariyyah.

B. Literatur Kalam di Pesantren Sunanul Husna

Kitab tauhid yang digunakan Pesantren Sunanul Husna adalah kitab

„Aqīdah al-Awam. Kitab „Aqīdah al-Awam adalah salah satu kitab tauhid

diperuntukan untuk pemula karena kitab ini sebagai panduan dasar dalam

mempelajari tauhid. Kitab ini pun selalu digunakan di pesantren-pesantren

untuk dipelajari, terutama di pesantren aliran aswaja (Ahl Sunah wa al-

Jamā„ah). Kemudian pengarang dari Kitab „Aqīdah al-Awam adalah Aḥmad

bin Muḥammad bin Sayyid Ramaḍān Mansyūr bin Sayyid Muḥammad al-

Marzuqī al-Ḥasanī atau terkenal dengan nama Syaikh Aḥmad al-Marzuqī,

Syaikh Aḥmad al-Marzuqī dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir.40

Isi dari kitab „Aqīdah al-Awam adalah pengetahuan dasar tentang

„aqīdah Islam, di dalam kitab tersebut terdapat sembilan bab yang dibahas di

40

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, terj. Muhammad Nasihin (Jakarta: Munas Press,

2016), h. 8.

Page 81: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

70

antaranya, bab pertama, pendahuluan yang membahas tentang memuji Allah,

ṣalawāt Nabi dan pengertian bid„ah.41

Bab kedua, tentang iman kepada Allah, dalam bab ini dijelaskan sifat-

sifat wajib Allah seperti al-wujūd, al-qidam, al-baqā‟, al-mukhālafah li al-

ḥawādits, al-qiyām bi al-nafs, al-waḥdāniyah, al-qudrah, al-i‟rādah, al-a„lim,

al-ḥayāh, al-sama„, al-baṣar, al-kalām, qādir, murīd, ā„lim, ḥayy, samī„,

baṣīr, mutakallim. Dijelaskan pula sifat jāiz Allah seperti al-nāfi„ (pemberi

manfaat) dan al-ḍār (pemberi bahaya). Allah boleh menciptakan kebaikan dan

keburukan, menentukan seseorang menjadi Islam dan menentukan yang lain

menjadi kafir, menjadikan seseorang cerdas dan menjadikan yang lain bodoh.

Allah memberikan pahala kepada yang bertakwa dengan karunia-Nya dan

memberikan siksa kepada orang yang maksiat dengan keadilan-Nya. Inilah

sifat kesempurnaan Allah yaitu al-nāfi„ (pemberi manfaat) dan al-ḍār

(pemberi bahaya). Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebahagiaan

maka Allah akan menganugerahkan kepadanya untuk taat dan barang siapa

yang Allah kehendaki untuk kesengsaraan maka Allah akan menciptakan

kemudahaan untuk maksiat. Maka semua perbuatan baik dan buruk adalah

ciptaan Allah, karena susungguhnya Allah-lah yang telah menciptakan hamba

dan apa yang hamba kerjakan42

dan yang terakhir dari bab ini adalah

penjelasan tentang pembagian kehendak Allah.43

41

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 10-13. 42

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama RI, al-Ṣaffat, 96, dengan terjemah

“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”. Teksnya adalah:

43 Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 14-23.

Page 82: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

71

Bab ketiga, tentang iman kepada nabi dan rasul, dalam bab ini dibahas

atau dijelaskan pengertian nabi dan rasul, sifat-sifat wajib nabi dan rasul

seperti al-faṭānah (cerdas), al-ṣidq (jujur), al-tablīgh (menyampaikan) dan al-

‟amānah (tepat janji). Dijelaskan pula sifat jāiz nabi dan rasul seperti makan,

minum, menjual, membeli, masuk pasar, hidup, mati, bahagia dan sakit.

Ma„ṣūm (terpelihara) nabi dan rasul dan sifat-sifat mustahil Allah, nabi dan

rasul seperti al-„adam, al-ḥudūts, al-fanā‟, al-mumātsalah li al-ḥawādits,

„adam al-qiyām bi al-nafs, al-ta„addud, al-„ajz, al-karāhah, al-jahl, al-mawt,

al-ṣamam, al-„amā, al-bakm, „ājiz, kārih, jāhilā, mayyit,‟aṣamm, ‟aa„mā dan

‟abkam, itu semua sifat mustahilnya Allah atau kebalikan dari sifat wajib

Allah dan al-balādah (bodoh), al-kadzib (bohong), al-kitmān

(menyembunyikan) dan al-khiyānah (ingkar janji) itu semua sifat mustahilnya

nabi dan rasul. Pembahasan terahkir dalam bab ini adalah tentang nama-nama

nabi dan rasul, nama nabi dan rasul yang tercantum dalam al-Qur‟ān ada dua

puluh lima yaitu ‟Ādam, Idrīs, Nūḥ, Hūd, Ṣāliḥ, ‟Ibrāhīm, Lūṭ, ‟Ismā„īl, Isḥāq,

Ya„qūb, Yūsuf, Ayyūb, Syu„aib, Mūsā, Hārūn, Dzū al-Kifl, Dāwud, Sulaimān,

Ilyās, Ilyasa„, Yūnus, Zakariyyā, Yaḥyā, „Īsā dan Nabi Muḥammad.44

Bab keempat, tentang iman kepada malaikat, dalam bab ini dibahas

tentang pengertian malaikat, nama-nama malaikat dan tugas-tugas malaikat

antara lain Jibrīl tugasnya menyampaikan wahyu, Mīkāl tugasnya

mengirimkan hujan dan rizki, Isrāfīl tugasnya meniup sangkala, „Izrā‟īl

tugasnya mencabut nyawa, Munkar dan Nakīr tugasnya bertanya di alam

44

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 24-34.

Page 83: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

72

kubur, Raqīb tugasnya mencatat amal kebaikan, „Atīd tugasnya mencatat amal

kejahatan, Mālik tugasnya menjaga neraka dan Riḍwān tugasnya menjaga

surga.45

Bab kelima, tentang iman kepada kitab-kitab, dalam bab ini dibahas

tentang kitab samawi dan ṣuhūf. Adapun kitab-kitab yang telah dibukukan ada

empat yaitu Tawrāh yang diturunkan kepada Nabi Mūsā, Zabūr yang

diturunkan kapada Nabi Dāwud, ‟Injīl yang diturunkan kepada Nabi „īsā dan

Furqān (al-Qur‟ān) yang diturunkan kepada Nabi Muḥammad.46

Bab keenam, tentang taat kepada nabi dan rasul, dalam bab ini dibahas

dan dijelaskan tentang siksa kubur, nikmat kubur, pertanyaan malaikat

Munkar Nakīr dan takdir baik dan buruk.

Siksa kubur diberikan kepada orang kafir dan sebagaian dari siksa

kubur diberikan kepada orang beriman (Islam) yang berbuat dosa (maksiat).

Yang termasuk siksa kubur adalah diperlihatkannya neraka kepada orang kafir

setiap hari dua kali yaitu pagi dan sore, sempitnya alam kubur sehingga

tulang-tualng berhimpitan, sebagian orang disiksa dengan ular-ular, sebagian

orang didatangkan bau neraka jahanam dalam kubur, merasa gelisah karena

gelapnya kubur dan sunyi dan siksaan berupa pukulan malaikat Munkar Nakīr

untuk orang kafir dengan palu (martil) di antara dua telinga. Untuk nikmat

kubur maka diberikan kepada penghuninya kenikmatan-kenikmatan berupa

keluasan dan kelapangan kubur sejauh mata memandang, terangnya kubur

45

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 35-36. 46

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 37-38.

Page 84: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

73

dengan cahaya separti cahaya bulan purnama dan mencium aroma harumnya

surga.47

Pertanyaan malaikat Munkar dan Nakīr diperuntukan kepada seluruh

manusia, kafir maupun mukmin. Orang mukmin yang bertakwa tidak akan

diliputi ketakuatan dan kebimbangan karena pertanyaan keduanya, berbeda

dengan orang kafir. Pertanyaan yang akan ditanyakan adalah siapa Tuhanmu,

siapa nabimu dan apa agamamu. Ada pun sebagian orang yang tidak ditanya

oleh malaikat Munkar Nakīr adalah para nabi, anak kecil (yang mati belum

balīgh), orang yang mati syahīd dalam peperangan dan orang yang mati pada

malam dan siang hari Jum„at.48

Mengenai takdir baik dan takdir buruk dijelaskan bahwa semua

ketentuan Allah adalah baik, sedangkan yang ditentukan oleh Allah pada

makhluk-Nya ada yang berupa perbuatan baik dan perbuatan buruk. Yang

termasuk salah satu rukun iman yang enam adalah riḍā dengan takdir Allah.

Adapun takdir yang harus diimani adalah semua yang terjadi baik kebaikan

ataupun keburukan adalah dengan ketentuan Allah. Kebaikan yang dilakukan

manusia adalah dengan ketentuan Allah, kecintaan dan keridhaan-Nya.

Sedangkan keburukan yang dilakukan manusia adalah dengan ketentuan Allah

dan tidak dengan kecintaan serta keridhaan-Nya.49

Bab ketujuh, tentang iman kepada hari akhir, dalam bab ini dibahas

dan dijelaskan tentang kiamat, kebangkitan, berkumpulnya jin dan manusia,

47

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 39-40. 48

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 40-41. 49

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 41.

Page 85: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

74

ḥisāb, mīzān, pahala dan siksa, ṣirāṭ, neraka, surga dan melihat Allah dengan

mata kepala di akhirat.

Peristiwa kiamat dimulai sejak keluarnya manusia dari kubur samapi

menetapnya penduduk surga di surga dan penduduk neraka di neraka dan tidak

ada batas akhirnya. Adapun hari kebangkitan (al-ba„ts) adalah keluarnya

manusia dari kubur setelah dikembalikan tubuh yang telah dimakan tanah jika

ia termasuk yang badannya dimakan tanah. Tubuh orang yang tidak dimakan

tanah adalah tubuh para nabi, orang yang mati syahīd dalam peperangan dan

sebagian para wali.50

Setelah jin dan manusia dibangkitkan, mereka akan digiring dan

dikumpulkan di suatu tempat di bumi yang sudah digantikan. Bumi yang

sudah digantikan ini rata, tidak ada gunung dan tidak ada lembah, bumi yang

digantikan ini lebih luas dari bumi skarang. Peristiwa ini dinamakan al-Ḥasyr.

Keadaan mereka ketika dikumpulkan menuju padang Masyar berbeda-beda

tergantung perbuatan mereka di dunia. Mereka yang mendapatkan makanan,

berpakaian dan kendaraan unta adalah orang-orang yang bertakwa, mereka

yang tidak beralaskan kaki dan tidak berpakaian adalah orang-orang beriman

(Islam) pelaku dosa besar dan mereka yang berjalan dengan wajah mereka

adalah orang-orang kafir.51

50

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 42. Juga hari kebangkitan (al-ba„ts) telah

disebutkan dalam al-Qur‟ān surat al-Mu‟minū ayat keenam belas yang artinya: kemudian,

sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. Teksnya adalah:

51 Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 42-43.

Page 86: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

75

Setelah semua berkumpul di padang Masyar, mereka semua akan

dihisab, ḥisāb adalah perhitungan amal baik dan amal buruk manusia dan

semua anggota tubuh akan menjadi saksi atas perbuatan pribadi masing-

masing di dunia. Dalam proses ḥisāb tersebut akan diperlihatkan semua

perbuatan setiap hamba kepadanya dan setiap hamba akan ditanya oleh Allah

tentang nikmat yang telah diberikan. Setiap hamba akan mendengar kalām

Allah yang azali yang tidak menyerupai makhluk karena Allah berfirman

tanpa menggunakan alat dan tanpa huruf.52

Setelah semua manusia dihisab maka setiap manusia akan menerima

buku catatan amal yang telah dilakukan di dunia dan tahapan selanjutnya

adalah mīzān, mīzān adalah sebuah neraca timbangan yang akan menimbang

antara buku catatan amal kebaikan dan buku catatan amal keburukan. Orang

yang kebaikannya lebih berat dari pada keburukannya maka dia menjadi orang

yang selamat, orang yang kebaikannya sama dengan keburukannya maka dia

juga menjadi orang yang selamat, tetapi derajatnya di bawah dari tingkatan

pertama, sedangkan orang yang keburukannya lebih berat dari pada

kebaikannya maka dia berada dalam kehendak Allah, jika Allah berkehendak

dengan keadilan-Nya maka orang tersebut akan disiksa dan jika Allah

berkehendak dengan rahmat-Nya maka orang tersebut akan diampuni. Adapun

52

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 44. Juga peristiwa ḥisab telah disebutkan

dalam al-Qur‟ān surat Yāsīn ayat keenam puluh lima yang artinya: pada hari ini kami tutup mulut

merek dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka

terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. Teksnya adalah:

Page 87: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

76

orang-orang kafir neraca timbangan keburukannya lebih berat karena mereka

tidak memiliki kebaikan di akhirat.53

Setelah proses mīzān selesai maka setiap manusia mendapatkan pahala

dan siksa sesuai dengan hasil timbangan masing-masing. Pahala adalah

balasan yang menggembirakan yang Allah berikan kepada orang mukmin di

akhirat atas perbuatan baiknya, sedangkan siksa adalah segala hal yang tidak

menyenangkan bagi manusia di akhirat seperti masuk neraka. Pemberian

pahala kepada orang yang taat merupakan karunia, bukan suatu kewajiban

bagi Allah. Demikian juga siksa, bukan suatu kewajiban bagi Allah, tetapi

siksa yang diberikan kepada orang yang maksiat adalah suatu keadilan. Siksa

ada dua macam yaitu siksa yang paling besar dan siksa yang paling kecil.

Adapun siksa yang paling besar adalah masuk neraka dan siksa yang paling

kecil adalah seperti terkena panasnya sinar matahari pada hari kiamat. Hal ini

terjadi pada orang kafir, mereka tenggelam dengan keringatnya sendiri sampai

mulutnya, keluar keringat seseorang ini tidak mengenai orang lain, bahkan

hanya mengenai dirinya sendiri, sedangkan orang-orang yang bertakwa pada

saat itu berada pada naungan „Arsy.54

53

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 45. Juga peristiwa mīzān telah disebutkan

dalam al-Qur‟ān surat al-anbiyā‟ ayat keempat puluh tujuh yang artinya: kami akan memasang

timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun

dan jika amalan itu seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan pahalanya dan cukuplah kami

sebagai pembuat perhitungan. Teksnya adalah:

54

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 46.

Page 88: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

77

Tahapan selanjutnya adalah ṣirāṭ, ṣirāṭ adalah jembatan yang

terbentang di atas neraka yang akan dilewati oleh semua orang. Salah satu

ujung jembatan berada di bumi yang telah diganti dan ujung jembatan yang

lain berada di dekat surga. Dijelaskan pula bahwa untuk melewati jembatan ini

sangat sulit karena jembatan ini lebih tajam dari pedang, lebih halus dari

rambut dan mudah menggelincirkan, keselamatan melewati jembatan ini

tergantung dari amal perbuatan ketika di dunia, di antara mereka ada yang

melewati jembatan ṣirāṭ bagai kejapan mata, sambaran kilat, bagaikan angin,

burung yang terbang dengan cepat, larinya kuda yang kencang, ada yang

berlari, berjalan dan juga ada yang merangkak.55

Manusia yang selamat dari proses melewati jemabatan ṣirāṭ, sebelum

mereka masuk surga terlebih dahulu mereka berhenti di suatu tempat yang

bernama hauḍ (telaga), tempat ini Allah sediakan untuk minum sebelum

masuk surga. Setelah mereka minum di telaga tersebut mereka tidak akan haus

selamanya dan ketika di surga mereka minum bukan karena haus akan tetapi

karena mereka ingin menikmati kenikmatan di dalam surga. Semua nabi

memiliki telaga yang bisa diminum oleh umatnya, tetapi telaga Nabi

Muḥammad adalah telaga yang paling bagus karena ukurannya besar, paling

indah, paling lezat airnya dan paling banyak dikunjungi oleh umatnya. Setiap

55

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 47. Juga peristiwa ṣirāṭ telah disebutkan

dalam al-Qur‟ān surat Maryam ayat ketujuh puluh satu sampai tujuh puluh dua yang artinya: dan

tidak ada seorangpun dari pada kamu, melainkan akan melewati (jembatan yang terbentang di

atas) neraka itu, hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian

Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim

di dalam neraka dalam keadaan berlutut. Teksnya adalah:

Page 89: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

78

manusia yang beriman terutama umat Nabi Muḥammad akan mendapatkan

syafā„ah, syafā„ah adalah memohon kebaikan dari yang lain untuk yang lain.

Maka para nabi, ulama, syuhada dan malaikat dapat memberikan syafā„ah, di

antara bentuk syafā„ah adalah syafā„ah untuk mengeluarkan dari neraka

sebagian orang Islam yang bermaksiat yang mati sebelum taubat.56

Sebagian manusia masuk ke neraka, kita sebagai orang yang beriman

wajib mengimani adanya neraka. Neraka sudah diciptakan, sekarang berada di

bawah bumi yang ketujuh yang terpisah darinya. Pengertian neraka sendiri

adalah sebuah tempat yang disediakan oleh Allah sebagai tempat pembalasan

perbuatan jahat manusia ketika hidup di dunia. Orang kafir di siksa di neraka

untuk selamanya (kekal), mereka tidak keluar. Sedangkan orang mukmin yang

mengerjakan maksiat mereka disiksa sesuai dosanya, setelah itu mereka keluar

dan dimasukan ke surga untuk selamanya. Surga adalah tempat yang

digambarkan sangat indah yang disediakan untuk orang-orang yang berbuat

kebaikan. Di dalam surga terdapat kenikmatan yang tiada tara yaitu

kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh

telinga dan belum pernah tergambar di dalam hati manusia. Orang-orang

beriman wajib mengimani adanya surga, surga telah diciptakan, sekarang

berada di atas langit ke tujuh dengan terpisah darinya dan atap surga adalah

„Arsy. Para penghuni surga memiliki bentuk seperti Nabi Ādam dengan tinggi

enam puluh dzira‟ dan lebar tujuh dzira‟, ukuran satu dzira‟ adalah sepanjang

ukuran dari ujung jari tangan sampai siku-siku dengan ukuran tangan yang

56

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 48.

Page 90: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

79

wajar. Mereka penghuni surga berwajah tampan, tidak berjanggot, dengan usia

muda berumur tiga puluh tiga tahun dan mereka kekal di dalam surga.57

Pembahasan yang terakhir dari bab ini adalah tentang melihat Allah

dengan mata kepala di akhirat. Melihat Allah dengan mata kepala adalah suatu

anugerah yang sangat luar biasa dari Allah yang dikhususkan hanya untuk

orang-orang beriman karena kenikmatan yang paling besar bagi penduduk

surga adalah melihat Allah. Para wali dapat melihat Allah setiap hari dua kali

sedangkan orang Islam yang lain dapat melihat Allah seminggu sekali. Ketika

itu para penghuni surga melihat Allah dan Allah tanpa disifati dengan sifat-

sifat makhluk, tanpa disifati penyerupaan dan tanpa arah. Sebagaimana

ditegaskan oleh Imam Abū Ḥanīfah bahwa “Sesungguhnya Allah tidak berada

di suatu arah dan tidak di suatu tempat, tetapi mereka yang berada di surga,

mereka melihat Allah yang tidak bisa digambarkan dan tidak ragu apakah

yang dilihatnya Allah atau bukan seperti tidak ragu melihat bulan purnama

tanpa awan.” Melihat Allah tentunya tidak bisa dibayangkan karena Allah

berbeda dengan makhluk. Imam Aḥmad bin Ḥanbal dan Imam Tsawban bin

57

Aḥmad al-Marzuqī, „ Aqīdah al-Awam, h. 49. Juga neraka sering disebutkan dalam al-

Qur‟ān salah satunya dalam surat al-Aḥzab ayat keenam puluh empat sampai enam puluh lima

yang artinya: sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api

yang menyala-nyala (neraka). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, mereka tidak

memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong. Teksnya adalah:

Begitu juga dengan surga sering disebutkan dalam al-Qur‟ān salah satunya dalam surat Maryam

ayat keenam puluh tiga yang artinya: itulah surga yang akan kami warisakan kepada hamba-

hamba Kami yang selalu bertakwa. Teksnya adalah:

Page 91: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

80

Ibrāhīm Dzū al-Nūn al-Miṣrī berkata “Apapun yang terlintas dalam pikiranmu

tentang Allah, maka Allah tidak seperti itu”.58

„Ulamā‟ Ahlussunah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagi

atas dua bagian yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi

dua yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas

terkecil para „ulamā‟ menyebutnya dengan al-jauhar al-fard dan benda yang

dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jism). Benda yang terakhir ini (jism)

terbagi dua macam: Pertama, benda laṭīf (sesuatu yang tidak dapat dipegang

oleh tangan seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya). Kedua,

benda katsīf (sesuatu yang dapat dipengang oleh tangan seperti manusia,

tanah, benda-benda padat dan sebagainya). Adapun sifat-sifat benda adalah

seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah,

duduk, turun, naik dan sebgainya. Maka Allah tidak menyerupai makhluk-

Nya, bukan merupakan al-jauhar al-fard, juga bukan benda laṭīf atau benda

katsīf. Dan Allah tidak boleh disifati dengan apapun juga dari sifat-sifat

benda.59

Bab kedelapan, tentang sejarah Nabi Muaḥammad, dalam bab ini

dibahas dan diceritakan tentang nasab Nabi Muḥammad, tempat kelahiran dan

wafatnya, umur Nabi Muḥammad, anak-anak Nabi Muḥammad, istri-istri Nabi

Muḥammad, paman dan bibi Nabi Muḥammad.60

Bab kesembilan, tentang isrā‟ mi„rāj, dalam bab ini di ceritakan dan

dijelaskan tentang pengertian isrā‟, keajaiban-keajaiban isrā‟, pengertian

58 Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 50.

59 Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 51-52.

60 Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 53-65.

Page 92: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

81

mi„rāj, keajaiban-keajaiban mi„rāj, kejadian setelah isrā‟ mi„rāj dan kisah-

kisah tidak berdasar yang berkaitan dengan isrā‟ mi„rāj.61

Telah dibahas dan diulas isi materi dari Kitab „Aqīdah al-Awam dari

setiap babnya terutama yang berkaitan dengan tema skripsi penulis yaitu corak

teologi, walaupun tidak semua dijelaskan dengan lengkap dan sempurna. Akan

tetapi penulis bisa mengambil kesimpulan dari penjelasan-penjelasan dari isi

kitab tersebut, bahwa Kitab „Aqīdah al-Awam bila dilihat dari segi corak

teologinya lebih condong kepada Asy„ariyyah. Hal ini karena pembahasan

dalam bab kedua berkaitan dengan sifat-sifat wajib dan jāiz Allah yang

mengindikasikan bahwa Allah mempunyai sifat. Di dalam bab lain pun seperti

bab kedua tentang pembagian kehendak Allah dan bab keenam tentang takdir

baik dan buruk mengindikasikan bahwa Allah yang menentukan dan berkuasa

terhadap takdir makhluk-Nya. Juga di dalam bab ketujuh membahas tentang

iman kepada hari akhir yang berkaitan erat dengan keadilan Allah persi

Asy„ariyyah dan pembahasan terakhir dari bab ketujuh ini membahas tentang

melihat Allah dengan mata kepala di akhirat yang sesuai dengan paham

Asy„ariyyah.

C. Jamā‘ah Tablīgh dan Kelompok Islam lain di Indonesia

Sebagimana disebutkan sebelumnya bahwa Jamā„ah Tablīgh

menghindari empat hal yang tidak boleh disentuh dalam berdakwah, tetapi

dikesempatan ini penulis ingin menggali langsung apa pemahaman (corak)

61

Aḥmad al-Marzuqī, „Aqīdah al-Awam, h. 67-73.

Page 93: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

82

kelomok lain di Indonesia selain Jamā„ah Tablīgh itu sendiri dari segi teologi

seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Penulis pun ingin

mengetahui apa pendapat Jamā„ah Tablīgh Pondok Pesantren Sunanul Husna

terhadap Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah dari segi teologinya.

Begitu juga penulis akan memaparkan sedikit perbedaan pendapat anatara

Jamā„ah Tablīgh dan Salafi

Seperti yang diketahui Nahdatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi

Islam terbesar di Indonesia yang didirikan oleh K.H Hasyim Asy„ari pada 31

Januari 1926.62

Begitu pun dengan Muhammadiyah sebuah organisasi Islam

terbesar di Indonesia setelah Nahdatul Ulama (NU) yang didirikan oleh K.H

Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta.63

Begitu pun dengan Jamā„ah Tablīgh secara akidah termasuk Ahl Sunah

Wa al-Jamā„ah dan bercorak teologi Asy„ariyyah karena para ulama telah

memutlakan bahwa yang dimaksud dengan Ahl Sunah Wal al-Jamā„ah adalah

mereka yang mengikuti Abū Ḥasan Al-Asy„arī dan Abū Mansur al-Maturidī,

terutama Jamā„ah Tablīgh yang berada di Indonesia karena mayorits Muslim

Indoneisa pada umumnya menganut teologi yang beraliran Asy„ariyyah.64

Hasil perbincangan atau wawancara penuulis dengan dua nara sumber

dari seorang aḥbāb atau karkun adalah bahwa mereka tidak menganggap salah

atau pun sesat dari segi teologi yang dianut oleh Nahdatul Ulama dan

62

Said Aqil Siradj, Ahlussunnah Wal Jamaah (Jakarta: Pustaka Cendikia Muda, 2008), h.

xxi. 63

M. B Hooker, Islam Mazhab Indonesia: Fatwa-Fatwa & Perubahan Social, terj. Iding

Rosiding Hasan (Jakarata: RERAJU, 2002), h. 83. 64

Tim Bahtsul Masail Dauroh Fiqih, Referensi Actual Jamā„ah Tablīgh (Magelang: BPU

Balai Pustaka, 2013), h. 4-5.

Page 94: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

83

Muhammadiyah, bahkan mereka beranggapan bahwa mereka mengaku serupa

dan sama secara akidah karena sama-sama menggunakan satu mazhab fikih

yaitu Imam Syafi„ī dan sama-sama berpedoman kepada aliran Asy„ariyyah

dari ranah teologi.65

Namun sedikit berbeda suasana antar Salafi dengan Jamā„ah Tablīgh,

hal ini dikarenakan kelompok ini menganggap Jamā„ah Tablīgh bid„ah bahkan

sesat. Kata sesat ini berkaitan erat dengan ranah teologi atau „aqīdah. Berikut

adalah beberapa argumen Salafi tentang Jamā„ah Tablīgh.

Salafi berpendapat bahwa Jamā„ah Tablīgh dalam memahami dan

merealisasikan kalimat ṭayyibah (lā ilāh illā Allāh Muḥammad Rasūlullah)

sangat salah bahkan bias dibilang sesat, karena Jamā„ah Tablīgh selalu

menjelaskan, memahami dan merealisasikannya hanya dalam ranah tauhid

rubūbiyyah saja, padahal cara merealisasikan kalimat lā ilāh illā Allāh adalah

dengan tauhid rubūbiyyah, ulūhiyyah dan asmā‟ wa ṣifāt. Oleh karena itu

aliran Salafi menyebutkan bahwa tauhid Jamā„ah Tablīgh tidak lebih dari

tauhid kaum Musyrikīn Qurayisy Makkah karena berkisar pada tauhid

rubūbiyyah saja.66

Salafi pun mengkritik tentang prinsip shalat khusyū‟ dan khuḍū‟,

karena Pengikut Jamā„ah Tablīgh dianggap sangat buta terhadap rukun-rukun

shalat, kewajiban-kewajibannya, sunah-sunahnya, hukum sujud sahwi dan

65

Wawancara dengan Salam dan Ismail sebagai ahbāb atau karkun, Kamis 25 Mei 2017,

di Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah. 66

Ruwaifi, “Membongkar Kedok Jama„ah Tabligh”, Diakses pada 6 Agustus 2017 dari

http:/www.asysyariah.com

Page 95: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

84

perkara-perkara fikih lainnya yang berhubungan dengan shalat dan ṭahārah,

kecuali hanya segelintir dari mereka yang mengetahui itu.67

Begitu pun dengan prinsip „ilm m„a dzikir (ilmu yang ditopang dengan

dzikir) dikritik oleh Salafi, karena menurut Salafi, Jamā„ah Tablīgh enggan

menimba ilmu dari para ulama dan minimnya dari buku-buku agama Islam

lain, bahkan berusaha menghalangi orang-orang yang mencintai ilmu dan

menjauhkan dari buku-buku agama serta para ulamanya.68

Mengenai prinsip Ikrām al-Muslimīn (menghormati setiap muslim),

menurut Salafi, Jamā„ah Tablīgh bertentangan dengan sifat ini. Karena

Jamā„ah Tablīgh memusuhi orang-orang yang menasehati mereka atau yang

berpisah dari golongannya dikarenakan berbeda pemahaman, walaupun orang

tersebut „ālim rabānī (ulama yang lurus di atas kebenaran).69

Salafi juga mengkritik prinsip Da„wah al-Tablīgh Khurūj Fī Sabīl

Allāh, karena keluar (Khurūj) adalah suatu bid„ah dikarenakan belum ada

contoh dari salaf tentang keluarnya seseorang untuk berdakwah di jalan Allah

harus dibatasi dengan jumlah hari-hari tertentu. Bahkan seseorang berdakwah

sesuai kemampuannya tanpa dibatasi dengan jumlah hari tertentu.70

Begitupun Jamā„ah Tablīgh berpendapat bahawa Salafi banyak

memiliki kesalahan-kesalahan di antaranya: paham takfīriyyah, paham ini

selalu digunakan untuk mengkafirkan umat Muslim lain yang tidak sesuai

dengan ideologi mereka. Begitu pun mereka terlalu mudah memberi lebel

67

Ruwaifi, “Membongkar Kedok Jama„ah Tabligh”. 68

Ruwaifi, “Membongkar Kedok Jama„ah Tabligh”. 69

Ruwaifi, “Membongkar Kedok Jama„ah Tabligh”. 70

Ruwaifi, “Membongkar Kedok Jama„ah Tabligh”.

Page 96: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

85

syirik kepada sesama Muslim yang tidak sesuai dengan doktrin tauhid

ulūhiyyah mereka. Paham ini mengandung konotasi yang sama dengan doktrin

takfīriyyah yang menganggap orang yang berbuat musyrik itu keluar dari

Islam. Selanjutnya doktrin mereka tentang bid„ah, doktrin ini menganggap

bahwa semua yang tidak ada di zaman nabi adalah bid„ah dan semua bid„ah

adalah sesat dan masuk neraka.71

71

Pesantren al-Khoirot, “Beda Wahabi Salafi, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan

Syiah”, diakses pada 7 Agustus 2017 dari www.alkhoirot.com

Page 97: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Corak teologi Jamā‘ah Tablīgh Pesantren Susnsul Husna lebih

condong kepada aliran Asy‘ariyyah karena dari hasil penelitan di lapangan

penulis menemukan bahwa pemahaman-pemahaman dalam ranah teologi dan

akidah merujuk pada paham aliran teologi Asy‘ariyyah.

Sebagaimana diketahui bahwa, dari setiap aliran teologi seperti

Mu‘tazilah, Asy‘ariyyah dan Maturidiyyah memiliki pendapat masing-masing

tentang delapan persoalan teologi. Kedelapan persoalan teologi tersebut antara

lain persoalan pelaku dosa besar, sifat Tuhan, antropomorfisme, al-Qur’ān

qodīm, takdir, keadilan Tuhan, akal dan wahyu dan yang terakhir tentang

melihat Tuhan dengan mata kepala.

Kemudian kedelapan persoalan teologi tersebut dapat digunakan untuk

mengidentifikasi corak teologi Jamā‘ah Tablīgh, oleh karena itu penulis

menggunakan kedelapan persoalan teologi tersebut dalam mewawancarai nara

sumber, yang mana jawaban atau argumentasi nara sumber tersebut akan

menujukan condongnya corak teologi Jamā‘ah Tablīgh pada aliran tertentu.

Selain dari hasil wawancara, penulis juga mendapatkan fakta lain

bahwa di Pesantren tersebut juga (Susnsul Husna) menggunakan dan

mempelajari kitab-kitab yang dikarang oleh tokoh-tokoh aliran Sunni

Asy‘ariyyah, terlihat dari kitab tauhid yang digunakan Jamā‘ah Tablīgh

Pesanren Sunanul Husna yaitu kitab ‘Aqīdah al-Awam. Kitab ‘Aqīdah al-

Page 98: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

87

Awam adalah salah satu kitab tauhid yang digunakan dan diajarkan di dalam

pesantren-pesantren Ahl Sunah Wa al-Jamā‘ah yang beraliran Asy‘ariyyah.

B. Saran-Saran

Penulisan dan penelitian skripsi tentang Jamā ‘ah Tablīgh dari aspek

tasauf dan teologi telah dibahas, sedangkan dari aspek filsafat belum ada yang

membahasnya, oleh karena itu penulis sendiri menyarankan kepada para

mahasiswa yang akan menulis skripsi agar memikirkan dan membahasnya dari

aspek filsafat atau pemikiran seperti gerakan pembaharu, pemikiran modern,

etika dan lain sebagainya.

Page 99: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sufyan Raji. Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri

Ajarannya. Jakarta: Pustaka Al Riyadl, 2006. Abdussalam, Gini. “Aspek Tasauf Jamā„ah Tablīgh di Desa Babakan”.

Skripsi Sarjana Strata Satu Fakultas Ushuludin Jurusan Akidah

Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016.

Anshari, Furqon Ahmad. Pendoman Bertabligh bagi Umat Islam.

Yogyakarta: ash-Shaff, 2000.

Anshari, H. Furqan Ahmad. Pedoman Bertabligh. Malaysia: Dewan

Pakistan, t.t.

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam

Ibadat dan Tasawuf. Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005.

Atjeh, Aboebakar. Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam). Jakarta: Tintamas, 1966.

al-Asy‘arī, Abū al-Ḥasan Ismai‘l. Perinsip-Perinsip dasar Aliran Teologi

Islam, terj. Nasir Yusuf. Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Drewes, B. F. & Juliana Mojau. Apa Itu Teologi? Pengantar ke dalam Ilmu

Teologi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007.

Hanafi, A M.A. Pengantar Theologi Islam. Jakarta: PT. al-Husna Zikra

Anggota IKAPI, 1995.

Hanafi, Ahmad M.A. Teologi Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1990.

Hawwā, Sa’īd. Intisari Ihya‟ Ulumuddin al-Ghazali, Mensucikan Jiwa,

Konsep Tazkiyatun-Nafs Terpadu. Jakarta: Robbani Press, 2000.

Hooker, M. B. Islam Mazhab Indonesia: Fatwa-Fatwa & Perubahan

Social, terj. Iding Rosiding Hasan. Jakarata: RERAJU, 2002. Ibry, A. Hufaf. Fathul Qarib al-Mujib, Studi Fiqih Islam Versi Pesantren.

Surabaya: Tiga Dua, 2004.

Ishaq, An Nadhr M. Khuruj Fi Sabilillah; Sarana Tarbiyah Umat Untuk

Membentuk Sifat Imaniyyah. Bandung: Alishlah Publishing, 2017.

88

Page 100: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

89

al-Kandahlawī, Maulana Muḥammad Yūsuf. Mudzakaroh Enam Sifat Para

Sahabat dan Amalan Nurani. Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006.

Khailimi. Ormas-Ormas Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.

al-Marzuqī, Syaikh Aḥmad. „Aqīdah al-Awam, terj. Muhammad Nasihin.

Jakarta: Munas Press, 2016.

Muarif, Hasan. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Internasional, 1996.

Muḥammad bin ‘Abd al-Karīm Syahrastanī. Sekte-Sekte Islam; Dalam

Kitab al-Milal wa al-Niḥal, terj. Karisdi Diningrat. Bandung:

Penerbit Pustaka, 1996.

Muhammad, Reno. ISIS Kebiadaban Konspirasi Global. Jakarta: Noura

Books PT Mizan Publik Anggota IKAPI, 2014.

Munawir, A.W. Kamus Arab-Indonesia Lengkap. Surabaya: Pustaka

Progresif, cet. 11, 1997.

Muslim bin Ḥajjaj. ṣaḥīḥ muslim Taḥqīq: Muḥammad Fu‘ad ‘Abd al-Baqī.

Bierut: Dār Iḥyā al-Turāts al-‘Arabī, t.t.

al-Nadwī, Sayyid Abū al-Ḥasan. Maulana Muhammad Ilyas: Riwayat

Hidup dan Usaha Dakwah, terj. Abdurahman Ahmad. Yogyakarta:

al-Shaff, 2005.

al-Najjar, Amīr. Aliran Khawarij Mengungkap Akar Perselisishan Umat,

terj. Solihin Rasjidi. Jakarta: Lentera, 1993.

Nasution, Harun. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan. Jakarta: UI Press, 2010.

Perpustakaan Hadīts Online, islamweb.com. 19 November 2017.

pirzada, Abdul Khaliq. Maulana Muhammad Ilyas; Diantara Pengikut dan

Penentangnya. Yogyakarta: Ash-Shaff, 2003.

Razak, Nasrudin. Dienul Islam Integrasi Ilmu dengan Agama. Bandung:

PT. Alma’arif, 1973.

Salim bin Smeer al-Hadhrami. Terjemah Safinatun Najah; Pedoman Islam.

Jakarta: Pustaka Amani, 2009.

Shahab, An Nadhr M. Ishaq. Khuruj Fi Sabilillah. Bnadung: Pustaka

Ramadhan, Edisi. V, 2007.

Page 101: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

90

Siradj, Said Aqil. Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta: Pustaka Cendikia

Muda, 2008.

Tasmara, Toto. Dajal dan Simbol Setan. Jakarta: Gema Insani Press,1999.

Tim Bahtsul Masail Dauroh Fiqih. Referensi Actual Jamā„ah Tablīgh.

Magelang: BPU Balai Pustaka, 2013. Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pusat, cet. III,1990.

Yunus, Muhammad Yusuf. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: Dari

Khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014.

Zakariyya, Maulana Muhammad. Fadhilah Amal. Bandung: Pustaka

Ramadhan,2011.

Referensi Internet

Pesantren al-Khoirot, “Beda Wahabi Salafi, Hizbut Tahrir, Jamaah

Tabligh dan Syiah”, diakses pada 7 Agustus 2017 dari

www.alkhoirot.com

Ruwaifi, “Membongkar Kedok Jama„ah Tabligh”, Diakses pada 6 Agustus

2017 dari http:/www.asysyariah.com

Perpustakaan hadīts online, islamweb.com. diakses pada 19 November

2017.

Page 102: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

1

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Metodologi pembahsan tema ini menggunakan pendekatan wawancara

kepada orang-orang yang dianggap berkompeten sebagai pengenalan pada objek

yang dituju. Hasil data wawancara kemudian dianalisa terkait dengan pemahaman

masalah “corak teologi Jamā„ah Tablīgh di Pesantren Sunanul Husna” terakhir

penulis berusaha mengambil kesimpulan. Wawancara ini penulis bagai kepada

lima bagian, sebagai berikut:

1. Wawancara kepada Pengurus Pensantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

2. Wawancara kepada pengajar Pensantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

3. Wawancara kepada Santri Pensantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

4. Wawancara kepada Alumni Pensantren Sunanul Husna Al-Jaiyah.

5. Wawancara kepada Aḥbāb atau Karkun Jamā„ah Tablīgh.

Lampiran 2

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan seorang karkun sekaligus alumni:

Nama : Taufik (alumni)

Hari/Tanggal : Senin 14 November 2016

Waktu : 20:15-21:00 WIB

Page 103: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

2

1. Pertanyaan: Seperti apa dan bagai mana sejarah Pesantren Sunanul Husna?

Jawaban: Jadi dulu ada seorang lelaki yang bernama Bapak Ayub yang

bercita-cita mendirikan sebuah pesantren, namun cita-cita tersebut

tidak sempat tercapai sampai dia meninggal dunia. Namun, sebelum

meninggal dunia, dia sempat mewasiatkan kepada putranya yang

bernama Abdul Najib Al Ayubi (kelahiran Bogor) agar dapat

mendirikan sebuah pesantren.

Ketika itu Kiyai Abdul Najib kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, beliau menikah dengan seorang putri dari bapak H. Sinen bin

H. Ja‟ih salah seorang warga Desa Pondok Ranji Kecamatan Ciputat

Timur, yang secara kebetulan pada waktu itu bapak H. Sinesn bin H.

Ja‟ih dan adiknya yaitu H. Hasan bin H. Ja‟ih ingin mewakafkan

sebidang tanahnya seluas 5.000 M2 untuk didirikan sebuah pesantren.

Lalu, diserahkan tanah wakaf tersebut kepada menantunya (Abdul

Najib) agar dikelola untuk didirikan sebuah pesantren. Setelah itu, cita-

cita Abdul Najib terwujud yang merupakan wasiat dari ayahnya yaitu

ingin mendirikan sebuah pesantren.

Pendirian pesantren Sunanul Husna Al Jaiyah ini diresmikan pada

tanggal 15 November 1982 M (7 Muharram 1403 H). Nama pesantren

ini diambil dari nama dua orang kakak beradik yang telah mewakafkan

sebidang tanah untuk kepentingan pesantren tersebut, maka diambilah

dua nama orang tersebut menjadi nama pesantern ini yaitu “Sunanul

Husna Al Jaiyah”. Sunan diambil dari nama H. Sinen, Husna diambil

Page 104: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

3

dari nama H. Hasan, sedangkan Al Jaiyah diambil dari nama ayahnya

yaitu H. Ja‟ih.

Santri pertama yang belajar di pesantren Sunanul Husna ini berjumlah

tiga orang, dua orang mahasiswa IAIN Jakarta berasal dari Jasinga dan

seorang lagi berasal dari Bogor yaitu saudara sepupu dari Abdul Najib

Al Ayubi yang pada waktu itu, Abdul Najib sendiri sebagi gurunya dan

sekaligus sebagai pimpina pondok pesantren. Tiga orang inilah yang

pertama menetap di pesantren tersebut, sedangkan yang tidak menetap

atau yang hanaya belajar diniyah saja adalah penduduk di sekitar

pesantren itu.

Lampiran 3

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan pengurus sekaligus pengajar:

Nama : Ust. Miftahuddin (pengurus)

Hari/Tanggal : Selasa 15 November 2016

Waktu : 09:05-09:45 WIB

1. Bagaimana kondisi goegrafis (keadaan) Sunanul Husna?

Jawaban: Secara geografis Pesantren Sunanul Husna terletak di Propinsi

Banten tepatnya di Jl. Manjangan IV RT/RW 01/04, Kel. Pondok Ranji,

Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Luas Pesantern Sunanul

Husna kurang lebih memiliki luas tanah 5.000 M2

yang terbagi dua

wilayah yaitu wilayah santriwan sebelah Selatan dan wilayah santriwati

sebelah Utara, untuk wilayah santriwan terdapat asrama putra, mesjid

Page 105: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

4

putra dan kelas Tsanawiyah dan Aliyah, untuk wilayah santriwati terdapat

asrama putri, musholah, kelas TK dan MI

2. Apa visi-misi Sunanul Husna?

Jawaban: menjadikan santri bertakwa kepada Allah Swt dan beraklak

mulia, serta membekali mereka dengan IMTAQ dn IPTEK

3. Berapa jumlah santri dan pengajar Sunanul Husna?

Jawaban: Jumlah santriwan 250 dan santriwati 125. Jadi, total santri

keseluruhan adalah 375 santri. Untuk pengajar sendiri ustad berjumlah 16

orang dan ustadzah 18 orang, jadi total pengajar adalah 34 pengajar.

4. Bagaiman sistem (cara pembelajaran) Sunanul Husna?

Jawaban: Pada awalnya Pesantren Sunaul Husna berbentuk yayasan

pendidikan Islam saja (non-formal) akan tetapi, sekarang telah terdapat

pendidik TK (taman kanak-kanak) yang berdiri sejak tahun 1996 M dan

untuk pendidikan formalnya adalah MI (Madrasah Ibtidaiyah) yang berdiri

sejak tahun 2011 M, Tsanawiyah sejak tahun 1993 M dan Aliyah berdiri

dari tahun 1996 M. Untuk pendidikan non-formal yaitu pesantren, terbagi

menjadi dua program yaitu program diniyah (pelajaran pondok) seperti

mempelajari kitab-kitab dan program tahfidz (menghafal al-Qur‟ān).

5. Apa saja kegiatan santri sehari-hari?

Jawaban: Untuk jadwal kegiatan non-formal adalah setelah Shalat Subuh

tepatnya pukul 05:30-07:00 WIB santri yang mengikuti program diniyah

belajar kitab-kitab dan santri yang mengikuti program tahfidz menyetor

hafalannya. Setelah Shalat Asar tepatnya pukul 16:00-17:00 WIB santri

program diniyah mengulang pelajaran yang telah dipelajari tadi pagi dan

santri program tahfidz mengulang hafalannya. Setelah Shalat Maghrib

tepatnya pukul 18:10-19:00 WIB, santri program diniyah belajar taḥṣīn al-

Qur’ān dan santri program tahfidz menghafal ayat atau surat yang baru.

Setelah Shalat Isya tepatnya pukul 20:00-21:00 WIB, santri yang

mengikuti program diniyah mengulang pelajarannya dan santri yang

mengikuti program tahfidz mengulang atau melancarkan hafalannya.

Page 106: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

5

Sedangkan Untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) yang disebut kegiatan

formal adalah santri belajar seperti layaknya murid-murid sekolah umum

di luar pesantren, jadwal kegiatannya adalah pada setiap hari senin pukul

07:30 WIB para santri dan ustadz melakukan upacara bendera, jadwal ini

lebih cepat dari biasanya karena untuk hari selasa sampai sabtu santri

memulai kegiatan belajar mengajar pada pukul 08:00 WIB. Jam pertama

pukul 08:00-09:20 WIB, jam kedua pukul 09:20-10:40 WIB. Setelah itu,

santri istirahat pagi pukul 10:40-11:00 WIB, lalu santri meneruskan belajar

dijam ketiga pukul 11:00-12:20 WIB dan pukul 12:20-13:00 WIB santri

istirahat jam siang untuk melakukan shalat dzuhur berjamaah dan makan

siang, lalu santri meneruskan belajar di jam terakhir atau jam keempat

pada pukul 13:00-14:20 WIB, keluar sekolah pukul 14:20 WIB.

6. Apakah terdapat kegiatan eskul?

Jawaban: iya ada seperti pramuka

7. Apakah murid/santri yang belajar disini mandiri (biaya sendiri) atau yaitim

piatu (gratis) ?

Jawaban: iya ada yang mandiri dan ada yang setengah biaya dan ada yang

gratis total, kita melihat kemampuan keluarga masing-masing santri.

8. Apakah santri mengikuti program keluar (khurūj) Jamā„ah Tablīgh?

Jawaban: iya satu hari dari hari sabtu dan pada hari minggunya balik lagi

ke Pondok dan ini seperti LDKS (latihan dasar kepemimpinan siswa) kalu

di sekolah luar, kalu di sini LDKS-nya keluar.

Page 107: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

6

Lampiran 4

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan seorang pengurus sekaligus pengajar:

Nama : Ust. Aceng Badur Zaman (pengurus)

Hari/Tanggal : Rabu 16 November 2016

Waktu : 16:15-16:55 WIB

1. Pertanyaan untuk dīniyyah ada berapa kelas?

Jaawaban: ada 4 kelas

2. Belajar kitab apa aja untuk dīniyyah?

Jawaban: Tafsir al-Jalālain, kitab Fatḥ al-Mu„īn, kitab Riyāḍ al- Ṣāliḥīn,

kitab „Imritī, kitab Fatḥ al-Qarīb, kitab Alfiyah, kitab Bulūgh al-Marām,

kitab „Ulūm al-Qur‟ān, kitab Mabāḍi„ al-Fiqh, kitab Safīnah dan kitab

Ḥadīts Arba„īn.

3. apakah jadwal dīniyah dan taḥfīẓ sama setiap harinya?

Jawaban: iya sama

4. Jelaskan jadwal kegiatan dīniyyah dan taḥfīẓ?

Jawaban: setelah Shalat Subuh tepatnya pukul 05:30-07:00 WIB santri

yang mengikuti program diniyah belajar kitab-kitab dan santri yang

mengikuti program tahfidz menyetor hafalannya. Setelah Shalat Asar

tepatnya pukul 16:00-17:00 WIB santri program diniyah mengulang

pelajaran yang telah dipelajari tadi pagi dan santri program tahfidz

mengulang hafalannya. Setelah Shalat Maghrib tepatnya pukul 18:10-

19:00 WIB, santri program diniyah belajar taḥṣīn al-Qur’ān dan santri

program tahfidz menghafal ayat atau surat yang baru. Setelah Shalat Isya

tepatnya pukul 20:00-21:00 WIB, santri yang mengikuti program diniyah

mengulang pelajarannya dan santri yang mengikuti program tahfidz

mengulang atau melancarkan hafalannya.

5. Kapan pesantren ini menjadi pesantren Jamā„ah Tablīgh?

Page 108: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

7

Jawaban: Sebenarnya Pesantren Sunanul Husna adalah pesantren yang

bercorak Jamā„ah Tablīgh dari awal berdirinya, karen Abdul Najib Al

Ayubi sebagai pendiri Pesantren Sunanul Husna adalah seorang aḥbāb

sejak 1979 M ketika ia masih menjadi mahasiswa di IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Akan tetapi, dari 1982 M-1992 M Pesantren Sunanul

Husna tidak terlalu aktif untuk menjalankan program-program Jamā„ah

Tablīgh karena santri yang masih sedikit dan dalam masa pembangunan.

Barulah pada tahun 1992 M Pesantren Sunanul Husna aktif secara total

menjalankan program Jamā„ah Tablīgh untuk seluruh santri hingga

sekarang.

6. Amalan apa saja yang diperaktekan oleh santri di pesantren dari amalan

Jamā„ah Tablīgh?

Jawaban: keluar (khurūj fī sabīl Allāh), musyawarah, ta‘līm dan usaha

memakmurkan masjid (UMM) seperti mengamalkan amalan infirādī di

masjid.

Lampiran 5

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan Pengurus sekaligus Pengajar:

Nama : Ust. Haji Toto (pengurus sekaligus pengajar)

Hari/Tanggal : Senin 20 Februari 2017

Waktu : Pukul 10:00 WIB samapi dengan selesai

1. Menurut anda bagaimana keadaan orang beriman yang telah melakukan

dosa besar (pelaku dosa besar) ?

Jawaban: Kalu menurut saya, seseorang yang telah beriman kepada Allah

dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya serta telah melakukan kebaikan

Page 109: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

8

maka ia tetep beriman walau pun berdosa. Persoalaan kelak di akhirat ia

tetap dihisab sesuai amalnya.

2. Apakah Allah Swt mempunyai sifat ?

Jawaban: Ya, Allah mempunyai nama dan sifat seperti sembilan puluh

sembilan Asmā‟ al-Ḥusnā, akan tetapi sifat Allah dan sifat makhluk itu

berbeda.

3. Apakah kata-kata dalam Al-Qur‟an seperti al-‘Ain (mata), al-Wajh

(wajah/muka) dan al-Yad (tangan) sama dengan mata, wajah dan

tangannya makhluk ?

Jawaban: Itu semua berbeda. Pencipta dengan yang diciptakan jangan

disamakan, tangan Allah dengan tangan manusia berbeda, begitu pun

dengan mata atau penglihatan, karena Allah tidak terbatas sedangkan

manusia terbatas. Allah maha melihat sedangkan manusia penglihatannya

terbatas. Saya sendiri mengartikan tangan Allah adalah kekuasaan Allah.

4. Menurut anda Al-Qur‟an qadīm (kekal) atau ḥadīts (baru)?

Jawaban: Al-Qur‟an itu qodīm dan sudah ada dulunya di lauḥ al-Maḥfūẓ.

5. taqdīr atau perbuatan manusia, Menurut anda apakah manusia bebas

dalam menentukan hidupnya atau Allah telah menentukan hidup seorang

manusia ?

Jawaban: Pada hakikatnya kita sebagai manusia harus berusaha sekuat dan

sebisa mungkin akan tetapi tatkala gagal dalam suatu usaha maka itu

takdir. Jadi intinya takdir itu Allah yang tentukan tapi kita harus berusaha

terlebih dahulu.

Page 110: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

9

6. tentang keadilan Allah, berkaitan dengan janji dan ancman Allah. Apakah

Allah akan menghukum orang yang berbuat dosa (neraka) dan memberi

ganjaran kepada yang berbuat baik (sorga) ? atau terserah Allah saja ?

Jawaban: Seseorang masuk surga itu karena ridho Allah dan Allah Maha

adil artinya, siapa yang melakukan kebaikan dengan niat karena Allah

maka akan Allah ganti dengan pahala beruapa kenikmatan di akhirat kelak

dan barang siapa yang melakukan kejahatan atau keburukan, maka Allah

akan balas dengan hukuman berupa siksaan.

7. tentang akal dan wahyu.

a. apakah akal dapat mengetahui Tuhan (Allah)? Atau hanya bisa melalui

wahyu ?

b. apakah akal dapat mengetahui baik dan buruk (jahat) ? atau hanya bisa

lewat wayhu saja ?

c. apakah akal dapat mengetahui kewajiban mengetahui Tuhan (Allah) ?

atau hanya bisa diketahui lewat wahyu saja ?

d. apakah akal dapat mengetahui kewajiban mengerjakan perbuatan yang

baik dan kewajiban menjauhi perbuatan yang buruk/ jahat ? atau hanya

bisa diketahui lewat wahyu saja ?

Jawaban: Akal tidak bisa mengetahui Allah karena akal terbatas.

Tetapi akal bisa mengetahui baik dan buruk dan itu pun harus

dibarengi dengan informasi dari wahyu karena akal tidak bisa

mengetahui semua yang baik dan buruk. Akal tidak bisa mengetahui

kewajiban mengetahui Allah oleh karena itu harus memakai wahyu.

Page 111: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

10

Begitu pun akal tidak bisa mengetahui kewajiban melakukan kebaikan

dan kewajiban menjahui yang buruk atau jahat.

8. apakah Tuhan (Allah) dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak ?

jawabannya: Nabi aja bisa melihat Allah ketika al-Isrā al-Mi„rāj di sidrah

al-Muntahā, karena Allah menghendaki tersebut. Begitu pun kelak nanti di

akhirat kita bisa melihat Allah dengan mata kepala kita.

Lampiran 6

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan Santri akhir:

Nama : Habib (Santri akhir Pesantren Sunsnul Husna)

Hari/Tanggal : Senin 20 Februari 2017

Waktu : Pukul 14:00 WIB sampai dengan selesai

1. Menurut anda bagaimana keadaan orang beriman yang telah melakukan

dosa besar (pelaku dosa besar) ?

Jawaban: Ia tetap berimana walu pun berdosa, keadaan di akhirat Allah

akan ampuni dosanya jika si pendosa bertaubat dengan taubatan nasuha.

2. Apakah Allah Swt mempunyai sifat ?

Jawaban: Allah mempunyai sifat, seperti dalam Asmā‟ al-Ḥusnā. Akan

tetapi sifat Allah dan makhluknya berdeda dan tidak bias disamakan.

Page 112: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

11

3. Apakah kata-kata dalam Al-Qur‟an seperti al-‘Ain (mata), al-Wajh

(wajah/muka) dan al-Yad (tangan) sama dengan mata, wajah dan

tangannya makhluk ?

Jawaban: Yad Allah, ‘ain Allah, dan wajh Allah itu berbeda dengan

tangan, mata dan wajahnya manusia. Saya tidak tau arti „ain Allah dan

wajh Allah akan tetapi ustadz saya pernah berkata arti dari yad Allah

adalah kekuasaan Allah.

4. Menurut anda Al-Qur‟an qadīm (kekal) atau ḥadīts (baru)?

Jawaban: Al-Qur‟an itu qodīm tidak ḥadīts. Karena Al-Qur„an sudah ada

dari dahulu kala.

5. taqdīr atau perbuatan manusia, Menurut anda apakah manusia bebas

dalam menentukan hidupnya atau Allah telah menentukan hidup seorang

manusia ?

Jawaban: Sumua makhluk telah ditakdirkan oleh Allah termasuk manusia

dan Allah akan mudahkan seseorang sesuai takdirnya masing-masing.

Seperti dalam riwayat disebutkan, ketika itu para sahabat bertanya pada

Rasul “ ya Rasul jika memang orang yang masuk surga dan masuk neraka

itu takdir, maka bagaimana dengan kita ini (para sahabat) walau berbuat

baik, shalat, puasa, beriman pada Allah dan Rasul-Nya, jika memang

sudah ditakdirakan masuk neraka maka kita ini masuk ke neraka.

Sedangkan orang-orang kafir mereka setiap hari bermaksiat, jika mereka

takdirnya masuk surga maka mereka masuk surga. Maka rasul

menjelaskan kepada para sahabat bahwa, jika seseorang telah Allah

Page 113: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

12

takdirkan masuk surga maka Allah memberikan kekuatan kapanya untuk

sibuk dalam hal agama di dalam kehidupannya dan jika Allah takdirkan

seseorang masuk neraka maka Allah sibukan dia dalam hidupnya dengan

perkara-perkara keingkaran terhadapa agama. Allah akan mudahkan

seseorang sesuai takdirnya”.

6. tentang keadilan Allah, berkaitan dengan janji dan ancman Allah. Apakah

Allah akan menghukum orang yang berbuat dosa (neraka) dan memberi

ganjaran kepada yang berbuat baik (sorga) ? atau terserah Allah saja ?

Jawaban: Janji dan ancaman Allah itu pasti kelak di akhirat. Yang berbuat

baik akan mendapatkan balasannya beruapa surga dan yang berbuat jahat

atau buruk akan mendapatkan balasannya berupa neraka. Akan tetapi

seseorang masuk surga itu bukan karena amal tetapi karena kasih sayang

Allah seperti yang Rasul sebutkan bahwa masuk surga itu karena rahmat

Allah.

7. tentang akal dan wahyu.

a. apakah akal dapat mengetahui Tuhan (Allah)? Atau hanya bisa melalui

wahyu ?

b. apakah akal dapat mengetahui baik dan buruk (jahat) ? atau hanya bisa

lewat wayhu saja ?

c. apakah akal dapat mengetahui kewajiban mengetahui Tuhan (Allah) ?

atau hanya bisa diketahui lewat wahyu saja ?

Page 114: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

13

d. apakah akal dapat mengetahui kewajiban mengerjakan perbuatan yang

baik dan kewajiban menjauhi perbuatan yang buruk/ jahat ? atau hanya

bisa diketahui lewat wahyu saja ?

Jawaban: Akal tidak bisa mengetahui Allah tanpa wahyu akan tetapi

tentang mengetahui baik dan buruk akal mampu. Untuk mengetahui

kewajiban mengetahui Allah harus menggunakan wahyu karena akal

tidak mampu dan akal pun tidak mampu mengetahui kewajiban

melakukan kebaikan dan kewajiban menjauhi kejahatan atau

keburukan. Jadi harus menggunakan wahyu.

8. apakah Tuhan (Allah) dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak ?

jawabannya: Sesuai dengan ḥadīts rasul yang mengatakan bahwa, kita bisa

melihat Allah kelak di akhirat. Oleh karena itu mata kepala kita bisa

melihat Allah kelak di akhirat dan itu sesuai dengan ḥadīts rasul.

Lampiran 7

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan Pengurus sekaligus Pengajar:

Nama : Ust. Qodir (pengajar)

Hari/Tanggal : Selasa 21 Februari 2017

Waktu : Pukul 22:00 WIB samapi dengan selesai

1. Menurut anda bagaimana keadaan orang beriman yang telah melakukan

dosa besar (pelaku dosa besar) ?

Page 115: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

14

Jawaban: Yang pasti ia tetap beriman selama tidak melakukan dosa syirik

atau menyekutukan Allah.

2. Apakah Allah Swt mempunyai sifat ?

Jawaban: Ya Allah mempunya sifat, seperti sifat yang dua puluh. Akan

tetapi sifat khāliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan) itu sangat

berbeda.

3. Apakah kata-kata dalam Al-Qur‟an seperti al-‘Ain (mata), al-Wajh

(wajah/muka) dan al-Yad (tangan) sama dengan mata, wajah dan

tangannya makhluk ?

Jawaban: Berbeda. tangan, wajah dan mata Allah itu berbeda dengan

tangan, wajah dan mata manusia. Itu semua harus ditakwilkan karena tiada

yang setara dengan Allah.

4. Menurut anda Al-Qur‟an qadīm (kekal) atau ḥadīts (baru)?

Jawaban: Al-Qura„an itu qodīm, karena Al-Qura„an telah ada dari dahulu

dan bukan sesuatu yang ḥadīts (baru).

5. taqdīr atau perbuatan manusia, Menurut anda apakah manusia bebas

dalam menentukan hidupnya atau Allah telah menentukan hidup seorang

manusia ?

Jawaban: Ya, ketetapan Allah itu dari Allah dan tidak bisa dirubah. Maka

Allah telah menentukan semua ketetapan pada makhluknya termasuk

manusia. Akan tetapi takdir itu bisa dirubah dengan amalan-amalan seperti

doa dan solat.

Page 116: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

15

6. tentang keadilan Allah, berkaitan dengan janji dan ancman Allah. Apakah

Allah akan menghukum orang yang berbuat dosa (neraka) dan memberi

ganjaran kepada yang berbuat baik (sorga) ? atau terserah Allah saja ?

Jawaban: Ya, janji dan ancaman Allah itu pasti. Allah tidak akan ingkar

janji. Yang penting beramal dengan niat dalam hati karena Allah bukan

karena yang lain (ria).

7. tentang akal dan wahyu.

a. apakah akal dapat mengetahui Tuhan (Allah)? Atau hanya bisa melalui

wahyu ?

b. apakah akal dapat mengetahui baik dan buruk (jahat) ? atau hanya bisa

lewat wayhu saja ?

c. apakah akal dapat mengetahui kewajiban mengetahui Tuhan (Allah) ?

atau hanya bisa diketahui lewat wahyu saja ?

d. apakah akal dapat mengetahui kewajiban mengerjakan perbuatan yang

baik dan kewajiban menjauhi perbuatan yang buruk/ jahat ? atau hanya

bisa diketahui lewat wahyu saja ?

Jawaban: Bisa, kalu dia berpikir. akal bisa mengetahui Allah seperti

Nabi Ibrahim mencari Allah dengan berpikir menggunakan akal dan

Allah memberi hidayah kepada Nabi Ibrahim. Itu pun harus dibarengi

dengan wahyu atau hidayah artinya akal mampu mengetahui Allah jika

Allah memberikan hidayah kepada akal. Akal bisa mengetahui baik

dan buruk, akan tetapi akal tidak bisa mengetahui kewajiban

mengetahui Allah, itu harus melalui wahyu dan akal pun tidak mempu

Page 117: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

16

mengetahui kewajiban menjalankan amal baik dan kewajiban menjauhi

keburukan atau kejahatan, itu semua harus melalui wahyu.

8. apakah Tuhan (Allah) dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak ?

jawabannya: Ya, bisa melihat Allah dengan mata kepa kita, yang pasti

keadaan kita nanti berbeda dengan keadaan kita sekarang. Nanti kita

bertemu dengan Allah dan bisa melihat Allah. Karena kita sudah di alam

yang berbeda bukan seperti di alam dunia lagi.

Lampiran 8

MATERI WAWANCARA TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH

(Studi Kasus Pesantren Sunanul Husna Al-Jaiyah)

Berikut kutipan wawancara dengan dua seorang Aḥbāb atau karkun:

Nama : Salam dan Ismail

Hari/ Tanggal : Kamis 25 Mei 2017

Waktu : pukul 14:00 WIB samapai dengan selesai

Pertanyaannya:

Bagaimana menurut anda tentang Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah bila

dilihat dari aqidahnya atau teologinya..?

Jawabannya: menurut kami berdua secara „aqīdah atau tologi mereka

Nahdatul Ulama atau Muhammadiyah benar dan tidak sesat apa lagi

menyimpang, sama saja dengan kita muslim Indonesia yang lain yang

beraliaran Asy„ariyyah secara teologi atau „aqīdah dan bermazhab Syafi„ī

secara fiqih.

Page 118: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

17

Page 119: TEOLOGI JAMĀ‘AH TABLĪGH - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36399/2/ANGGA... · Secara garis besar, corak teologi Jamā‘ah Tablīgh khususnya

18

Musyawarah Mingguan