tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam...

89
TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM PUISI DAN LIRIK LAGU SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SEKOLAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Dwi Noviyanti 11140130000032 Oleh: Dwi Noviyanti 11140130000032 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 02-Sep-2019

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN

DALAM PUISI DAN LIRIK LAGU SERTA IMPLIKASINYA

TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI

SEKOLAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Dwi Noviyanti

11140130000032

Oleh:

Dwi Noviyanti

11140130000032

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 3: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 4: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 5: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

i

ABSTRAK

Dwi Noviyanti. NIM: 11140130000032. Tema Protes Terhadap Kerusakan

Lingkungan dalam Puisi dan Lirik Lagu serta Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah. Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Novi Diah Haryanti, M. Hum.

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui tema protes

terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik lagu serta implikasinya

dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk

(1) mendeskripsikan tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi

Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada

Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit terluka karya Ebiet G.

Ade; (2) implikasi puisi dan lirik lagu terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra di

Sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Adapun di dalamnya terdapat analisis struktur batin dan fisik puisi serta

pembahasan tema protes terhadap kerusakan lingkungan. Berdasarkan penelitian,

ditemukan tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik lagu

lewat pengambaran kerusakan lingkungan. Diantaranya: kerusakan dan kebakaran

hutan, punahnya flora dan fauna, serangan hama, banjir dan tanah longsor,

pencemaran air dan udara, kekeringan, hingga pemanasan global. Melalui

pembelajaran puisi dengan tema protes terhadap kerusakan lingkungan diharapkan

siswa dapat memperoleh kesadaran yang lebih baik terhadap lingkungan sebagai

upaya pembentukan karakter peserta didik.

Kata Kunci: kerusakan lingkungan, puisi, lirik lagu, Taufik Ismail, Iwan Fals,

Ebiet G. Ade.

Page 6: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

ii

ABSTRACT

Dwi Noviyanti (NIM: 11140130000032). The Theme of protest against

environmental damage in poetry and song lyrics and their implications for

language and literary learning at school. Department Indonesian language and

Literature of Education, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic

University of Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor: Novi Diah Haryanti, M. Hum.

The background of this research is to find out the theme of protests

against environmental damage in poetry and song lyrics and their implications in

language and literature learning in schools. This study aims to (1) describe the

theme of protests against environmental damage in poetry Reading the Signs of

works by Taufik Ismail and the lyrics of the contents of the Rimba song. (2) the

implications of poetry and song lyrics on learning Language and Literature in

Schools. The method used in this study is a qualitative descriptive method.

Whereas in it there is an analysis of the inner structure and physical poetry and

the discussion of the theme of the protest against environmental damage. Based

on the research, it was found the theme of protest against environmental damage

in poetry and song lyrics through the depiction of environmental damage. Among

them: damage and forest fires, extinction of flora and fauna, pest attacks, floods

and landslides, water and air pollution, drought, and global warming. Through

poetry learning with the theme of protest against environmental damage, students

are expected to be able to gain a better awareness of the environment as an effort

to shape the character of students.

Keywords: environmental damage, poetry, song lyrics, Taufik Ismail, Iwan Fals,

Ebiet G. Ade.

Page 7: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang tiada henti memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Tema Protes terhadap Kerusakan Lingkungan dalam Puisi dan Lirik

Lagu serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah”.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, para

keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyusun

skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana

pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini membutuhkan

bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa

hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Novi Diah Haryanti, M. Hum., sebagai dosen pembimbing sekaligus

sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan, motivasi, dan

saran saat penyusunan skripsi ini;

4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

Page 8: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

iv

5. Orang tua beserta keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan

dan doa terbaiknya kepada penulis.

6. Teman-teman semasa SMK (Dewi Setia Ningsih, Audina Nurmalia,

Evi Mulyani, Istari Yustia, dan Siti Nur Asiah Syabariyah) yang selalu

memberi dorongan semangat dan menjadi pewarna dalam kehidupan

saya.

7. Teman-teman sepermainan di kampus (Ade, Annisa, Afifah, Meta,

Ulfah) yang selalu mendukung satu sama lain, dan memberi semangat

untuk bisa bertahan sampai saat ini.

8. Teman seperjuangan semasa skripsi Dwina Dian Putri,

Shabrina,Subhan, dan teman lainnya.

9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang bersama-sama berproses untuk menjadi mahasiswa yang

berprestasi tinggi, unggul, profesional, kompetitif, dan pribadi islami.

10. Teman-teman PPKT SMK 02 Kesehatan Nusantara. Sebuah

kebanggaan menjadi bagian dari tim yang hebat.

11. Keluarga SMPN 09 Kota Tangerang Selatan yang memberi dukungan

untuk menyelesaikan skripsi ini..

12. Segenap senior dan junior yang selalu menjadi contoh dan

kebanggaan. Serta teman-teman yang sudah berjasa dalam penelitian

ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya. Terimakasih

banyak tanpa kalian saya bukan apa-apa.

Jakarta, 25 Maret 2019

Dwi Noviyanti

Page 9: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESEHAN BIMBINGAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ASBTRAK ............................................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................................ 4

C. Batasan Masalah ............................................................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 5

F. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 5

G. Metodologi Penelitian ..................................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS ............................................................................................... 11

A. Puisi .............................................................................................................................. 11

1. Pengertian Puisi ........................................................................................................... 11

2. Struktur Fisik dan Batin Puisi ....................................................................................... 12

B. Lirik Lagu dan Musik ................................................................................................... 19

C. Protes Terhadap Kerusakan Lingkungan ...................................................................... 20

D. Hakikat Pembelajaran Bahasa dan Sastra ..................................................................... 23

Page 10: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

vi

E. Penelitian Relevan ....................................................................................................... 26

BAB III Biografi dan Gagasan Pengarang .......................................................................... 29

A. Taufik Ismail ................................................................................................................. 29

1. Perjalanan Taufik Ismail .......................................................................................... 29

2. Gambara Umum Puisi Membaca Tanda-Tanda ....................................................... 32

B. Iwan Fals ....................................................................................................................... 34

1. Perjalanan Hidup Iwan Fals ..................................................................................... 34

2. Gambaran Umum Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi ................ 37

C. Ebiet G. Ade.................................................................................................................. 40

1. Perjalanan Ebiet G. Ade ........................................................................................... 40

2. Gambara Umum Lirik Lagu Langit Terluka ............................................................ 43

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................................... 45

A. Analisis Struktur Puisi dan Lirik Lagu ........................................................................ 45

1. Struktur Fisik Puisi Membaca Tanda-Tanda .......................................................... 45

2. Struktur Batin Puisi Membaca Tanda-Tanda .......................................................... 57

3. Struktur Fisik Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi ..................... 59

4. Struktur Batin Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi .................... 67

5. Struktur Fisik Lirik Lagu Langit Terluka .............................................................. 68

6. Struktur Batin Lirik Lagu Langit Terluka ............................................................... 75

B. Analisis Tema Protes Terhadap Kerusakan Lingkungan .............................................. 76

1. Kerusakan Hutan ...................................................................................................... 76

2. Banjir dan Tanah Longsor ........................................................................................ 80

3. Pencemaran Udara dan Air ...................................................................................... 82

4. Kekeringan ............................................................................................................... 84

Page 11: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

vii

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah .................................... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 89

A. Simpulan ..................................................................................................................... 89

B. Sarana .......................................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LEMBAR UJI REFERENSI

Page 12: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisisis penggunaan gaya bahasa puisi Membaca Tanda-Tanda

Karya Taufik Ismail

Tabel 2. Kata konkret dalam puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufik

Ismail

Tabel 3. Kata abstrak dalam puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufik

Ismail

Tabel 4. Citraan dalam puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufik Ismail

Tabel 5. Analisisis penggunaan gaya bahasa lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada

Tempat Berpijak Lagi” Karya Iwan Fals

Tabel 6. Kata konkret dalam lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat

Berpijak Lagi” Karya Iwan Fals

Tabel 7. Kata abstrak dalam lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat

Berpijak Lagi” Karya Iwan Fals

Tabel 8. Citraan lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”

Karya Iwan Fals

Tabel 9. Analisisis penggunaan gaya bahasa lirik lagu “Langit Terluka

Karya Ebiet G. Ade

Tabel 10. Kata konkret dalam lirik lagu “Langit Terluka” Karya Ebiet G.

Ade

Tabel 11. Kata abstrak dalam lirik lagu “Langit Terluka” Karya Ebiet G.

Ade

Tabel 12. Citraan lirik lagu “Langit Terluka” Karya Ebiet G. Ade

Page 13: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tema persoalan lingkungan menjadi hal menarik untuk dijadikan

bahasan pada karya sastra. Terlebih kerusakan lingkungan di Indonesia

semakin hari kian parah, kondisi kerusakan lingkungan dapat mengancam

kelangsungan hidup manusia. Tingkat kerusakan lingkungan pun dapat

meningkatkan resiko bencana alam. Penyebabnya terjadi karena dua faktor

yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia. Kerusakan

lingkungan hidup dapat diartikan sebagai penurunan mutu lingkungan

yang ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya

flora dan fauna, serta kerusakan ekosistem. Kondisi lingkungan yang rusak

akan berpengaruh terhadap kondisi hidup manusia.

Tema persoalan lingkungan sering muncul dalam karya sastra.

Salah satu contohnya adalah puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik

Ismail yang menampilkan tema protes terhadap kerusakan lingkungan,

selain itu tema persoalan lingkungan juga sering muncul dalam lirik lagu.

Iwan Fals dan Ebiet G. Ade merupakan sebagian musisi yang mengangkat

tema lingkungan dalam lagu yang mereka bawakan.

Perbedaan antara puisi dan lagu terletak pada pembawaan dan

pembuatannya. Dalam pembuatan puisi, gagasan yang dimiliki seorang

penyair dituangkan dalam bentuk tulisan. Waluyo mengemukakan bahwa

puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan

mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa.1 Sedangkan dalam

pembuatan sebuah lagu, langkah pertama adalah menentukan pemilihan

nada. Nada merupakan hal penting sebagai penggambaran suasana sebuah

1 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 25.

Page 14: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

2

lagu. Setelah nada ditentukan barulah lirik atau syair lagu tersebut

disesuaikan dengan nada.2

Perbedaan lain antara puisi dan lagu juga dapat kita lihat dari

penggunaan gaya bahasanya. Gaya bahasa dapat dijadikan ciri khas setiap

penyair dan musisi, termasuk penggunaannya pada puisi Membaca Tanda-

Tanda karya Taufik Ismail serta lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak

Lagi karya Iwan Fals dan lagu Langit Terluka karya Ebiet G Ade. Taufik

Ismail merupakan penyair angkatan 60-an yang karya-karyanya masih

hidup hingga saat ini. Sajak-sajak yang ia tulis merupakan hasil dari

pengalaman pribadinya. Puisinya tidak hanya bertema sosial dan politik,

namun terdapat beberapa puisi yang ia tulis sebagai wujud protes terhadap

kondisi lingkungan. Lewat Karyanya, Taufik Ismail disebut sebagai

kritikus dan praktisi yang tajam. Salah satu karyanya yang paling terkenal

adalah antologi puisi Tirani dan Benteng yang ia tulis di tengah-tengah

pergolakan mahasiswa di tahun 1966. Tidak hanya Taufik Ismail, Iwan

Fals dan Ebiet G. Ade yang datang dari kalangan musisi juga

menyuarakan lagu terkait kondisi lingkungan. Kritik-kritik pedas dan

lugas sering dilontarkan Iwan Fals dalam setiap karyanya. Wacana kritik

dalam karyanya tersebut mampu mengambil simpati masyarakat terutama

lapisan bawah, karena dapat mewakili dan menyuarakan hati nurani

rakyat. Kebanyakan tema yang diangkat berhubungan dengan kritik sosial,

politik, ekonomi, keadilan, bahkan menyangkut tema lingkungan. Selain

Iwan Fals ada pula Ebiet G. Ade yang menciptakan lagu-lagu bertema

lingkungan dengan kemasan gaya bahasa yang sangat apik, lagu yang ia

nyanyikan merupakan coretan puisi yang ia tulis sendiri. Tema lagu yang

diangkat tidak hanya tentang lingkungan, tetapi ada juga lagu-lagu yang

bertemakan cinta, alam, sosial-politik, bencana, dan religius.

Melalui Puisi dan lirik lagunya, penyair dan musisi Indonesia dapat

membawa pesan baik untuk manusia dan kompleksitas di sekitarnya. Puisi

2 Hamdy Salad, Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015), h. 116.

Page 15: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

3

dan lirik lagu merupakan media yang bisa menanam kebaikan,

menyebarkan informasi kondisi masyarakat dan alam. Lewat Puisi dan

lagu kita dapat mengambil peran mengajak orang untuk merawat dan

melawan kebijakan yang rusak.

Terkait pembelajaran sastra dan bahasa di sekolah diharapkan tidak

hanya dapat memperkaya kemampuan siswa dalam berbahasa namun juga

dapat memudahkan siswa dalam memahami isi karya sastra, khususnya

puisi. Dengan tema protes terhadap lingkungan yang diambil diharapkan

siswa dapat mengenal puisi dan dapat memeroleh kesadaran yang lebih

baik terhadap lingkungan sebagai upaya pembentukan karakter peserta

didik.

Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti puisi dan lagu yang

berkaitan dengan tema protes terhadap kerusakan lingkungan yang

terdapat pada puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G.

Ade. Dalam hal ini, peneliti hanya membahas persoalan lingkungan yang

terdapat dalam puisi dan lirik lagu. Objek yang digunakan merupakan

puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail yang terdapat dalam

kumpulan puisi-puisi langit yang ditulisnya pada tahun 1982, serta lagu

milik Iwan Fals yang berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi”

dalam album OPINI yang rilis tahun 1982 dan lagu yang ditulis Ebiet G.

Ade berjudul “Langit Terluka” dalam album Seraut Wajah yang rilis tahun

1990.

Pemilihan puisi dan lagu tersebut dirasa dapat memperlihatkan

representasi keadaan lingkungan yang ditampilkan penyair dan penyanyi

ditahun 80-an hingga 90-an. Sehingga dapat ditemukan perbedaan maupun

persamaan cara pandang penyair dan penyanyi dalam memprotes

persoalan lingkungan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik dan bermaksud

mengajukan proposal skripsi dengan judul “Tema Protes terhadap

Kerusakan Lingkungan dalam Puisi dan Lirik Lagu serta Implikasinya

Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah.”

Page 16: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

4

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Tema protes tehadap kerusakan lingkungan yang tergambarkan

dalam puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G.

Ade merupakan usaha penyair dan penyanyi untuk menguak fakta

tentang kondisi lingkungan pada zaman itu.

2. Puisi Taufik Ismail serta dan Lirik Lagu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade

yang bertema lingkungan merupakan usaha penyair dan penyanyi

untuk memprotes kerusakan lingkungan yang terjadi pada tahun 80-

an hingga 90-an.

C. Batasan Masalah

Peneliti mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah skripsi

dengan judul “Tema Protes terhadap Kerusakan Lingkungan dalam Puisi

dan Lirik Lagu serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan

Sastra di Sekolah.” Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, maka untuk

menghindari pembahasan yang terlalu meluas peneliti akan memfokuskan

pembahasan pada sebuah puisi dan dua buah lirik lagu dengan tema protes

terhadap kerusakan lingkungan.

Dengan batasan objek penelitian menggunakan puisi dari Taufik

Ismail yang berjudul “Membaca Tanda-Tanda” dalam kumpulan puisi-

puisi langit yang ia tulis tahun 1982 serta lirik lagu dari Iwan Fals yang

berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi” dalam album OPINI

yang rilis tahun 1982 dan lirik lagu yang ditulis Ebiet G. Ade berjudul

“Langit Terluka” dalam album Seraut Wajah yang rilis tahun 1990.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tema protes terhadap kerusakan lingkungan pada puisi

Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade?

Page 17: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

5

2. Bagaimana implikasi puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan

Ebiet G. Ade dengan tema protes kerusakan lingkungan terhadap

pembelajaran sastra di sekolah?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tema protes terhadap kerusakan lingkungan pada

puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade.

2. Untuk mengetahui implikasi puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan

Fals dan Ebiet G. Ade dengan tema protes kerusakan lingkungan

terhadap pembelajaran sastra di sekolah.

F. Manfaat penelitian

Adapun dua kegunaan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan di

bidang kritik sosial, khususnya mengenai permasalahan lingkungan

di Indonesia sehingga bisa membentuk kesadaran akan kepedulian

lingkungan dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bagi para

guru bahasa dan sastra Indonesia, akademisi, dan masyarakat umum

yang menaruh minat terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

2. Praktis:

a) Mengetahui tema protes terhadap kerusakan lingkungan yang

terdapat dalam puisi Taufik Ismail serta lagu Iwan Fals dan

Ebiet G. Ade serta relevansinya terhadap kehidupan

masyarakat sehari-hari.

b) Sebagai bahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia.

c) Sebagai motivasi dan referensi bagi peneliti lain yang berminat

terhadap pembelajaran sastra Indonesia dalam melakukan

penelitian lebih lanjut, serta inovasi baru bagi pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia.

Page 18: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

6

G. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah metode

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah “penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan

prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi.”3 Metode kualitatif

dilakukan dengan cara memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan

menyajikannya dalam bentuk deskripsi.4 Tujuan dari penelitian kualitatif

ini adalah untuk menyajikan penafsiran secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena

yang diselidiki.

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya

bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan

dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan

pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundametal bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kawasannya maupun dalam peristilahannya.5

Berdasarkan karakteristiknya dapat dikemukakan bahwa penelitian

kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung kesumber

data dan peneliti adalah kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat

deskriptif, Penelitian kualitatif lebih menekankan proses daripada

produk, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara

induktif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data

dibalik yang diamati).6

Dari kajian tentang definisi penelitian kualitatif tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain

secara utuh dengan pendeskripsian dalam bentuk kata-kata dan bahasa

3 M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2016), h.

25.

4 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2007), h. 46.

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),

h. 3-4.

6 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi, (Bandung: Alfabeta,

2011), h. 15.

Page 19: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

7

pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Selain metode kualitatif, penelitian ini juga menggunakan metode

sastra bandingan. Terdapat proses perbandingan antara hubungan lagu

dengan puisi. Sastra bandingan menurut Nada adalah suatu studi atau

kajian sastra suatu bangsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan

sastra bangsa lain, bagaimana terjalin hubungan dengan sastra bangsa lain,

bagaimana terjadi proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya,

apa yang telah diambil oleh suatu sastra dan apa pula yang telah

disumbangkan.7 Sastra bandingan adalah perbandingan karya sastra yang

satu dengan yang lain atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan

karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain.8

Berdasarkan pengertian sastra bandingan di atas, Clement melihat

sastra bandingan sebagai studi yang pendekatannya meliputi aspek (1)

tema/mitos, (2) jenis/bentuk, (3) aliran/zaman, (4) hubungan sastra dengan

seni dan bidang lain, dan (5) sastra sebagai gambaran sejarah kritik dan

teori sastra.9

Kajian sastra bandingan bertujuan untuk mengungkapkan proses

perpindahan dari satu sastra ke sastra lain. Peralihan ini mungkin saja

berlangsung dalam bentuk kata-kata, tema-tema, atau cara-cara penyajian

tema-tema tertentu karya sastra yang dilakukan sastrawan.10

Bisa juga

proses peralihan itu belangsung melalui perasaan atau emosi dari seorang

sastrawan kepada sastrawan lainnya mengenai suatu topik atau tema

kemanusiaan yang mempengaruhi perasaan sastrawan yang satu ke

sastrawan yang lain.11

Berdasarkan pengertian sastra bandingan di atas, penulis dapat

simpulkan bahwasannya sastra bandingan adalah proses membandingkan

7 Thaha Nada, Sastra Bandingan, (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1999), h. 9.

8 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, (Jakarta: bukupop, 2014), h.

109.

9Ibid., h. 110.

10

Nada, op., cit, h. 9.

11

Ibid., h. 10.

Page 20: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

8

antara karya sastra yang satu dengan beberapa karya sastra lain, serta

perbandingan karya sastra dengan bidang lain. Dan bagaimana terjadi

proses saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang

terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya

bertumpu atas karya sastra itu sendiri. “Dalam pendekatan objektif yang

harus dicari dalam karya sastra seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-

aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis.”12

Dengan

demikian pendekatan objektif memusatkan perhatian pada unsur yang

dikenal dengan analisis instrinsik.

1. Sumber Data

Lofland dalam Meleong menjelaskan bahwa “sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.”13

Sumber data dalam

penelitian ini adalah sebuah puisi dan dua lirik lagu. Puisi tersebut

berjudul “Membaca Tanda-Tanda” karya Taufik Ismail yang ia tulis tahun

1982 serta lirik lagu yang diambil dari album OPINI karya Iwan Fals

berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi” yang rilis tahun 1982

dan lirik lagu yang ditulis Ebiet G. Ade berjudul “Langit Terluka” dalam

album Seraut Wajah yang rilis tahun 1990. Adapun data tambahan dalam

penelitian ini adalah berupa buku, jurnal, artikel, youtube dan lain-lain

yang masih relevan dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

studi pustaka, dengan teknik simak dan catat. Teknik pustaka merupakan

teknik yang menggunakan sumber-sumber data tertulis untuk memperoleh

data penelitian. Teknik simak dan catat digunakan sebagai instrumen kunci

dalam melakukan penyimakan secara cermat dan terarah terhadap sumber

12 Ratna, op.cit., h. 73-74.

13

Moleong, op.cit., h. 157.

Page 21: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

9

data. Sumber-sumber tulis yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan

masalah dan tujuan pengkajian karya sastra yang diteliti.

Dalam penelitian ini, sumber-sumber tertulis yang digunakan

sesuai dengan analisis struktur yang membangun serta tema protes

terhadap kerusakan lingkungan yang terdapat dalam puisi Membaca

Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada

Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya

Ebiet G. Ade. Peneliti melakukan penyimakan dan pencatatan secara

cermat terhadap sumber data primer, yaitu teks puisi “Membaca Tanda-

Tanda” karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat

Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya Ebiet G.

Ade untuk memperoleh data yang diperlukan. Hasil Pencatatan tersebut

kemudian digunakan sebagai sumber data primer yang akan digunakan

sebagai sumber data primer yang akan digunakan dalam penyusunan hasil

penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti ini adalah teknik

membaca heuristik. Menurut Riffatere dalam Sangidu, pembacaan

heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan

menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda

linguistik.14

Langkah awal dalam menganalisis puisi Membaca Tanda-Tanda

karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak

Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya Ebiet G. Ade

adalah dengan membaca secara heuristik. Membaca dengan heuristik

bertujuan untuk mengetahui makna keseluruhan secara tersurat dari

kumpulan puisi dan lirik lagu bertema protes terhadap kerusakan

lingkungan hingga ditemukan sebuah puisi dan dua buah lagu yang

berbicara tentang kerusakan lingkungan yang ditulis pada masa yang

berdekatan. Adapun puisi dan lirik lagu tersebut adalah puisi Membaca

14 Ratna, op.cit., h. 45.

Page 22: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

10

Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada

Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya

Ebiet G. Ade.

Kemudian, peneliti menganalisis unsur batin dan fisik puisi dan

lirik lagu tersebut. Lalu, peneliti menganalisis data tersebut berdasarkan

pendekatan mimetik untuk mengetahui tema protes terhadap kerusakan

lingkungan yang terdapat dalam puisi dan lirik lagu tersebut.

Setelah puisi dan lirik lagu tersebut dianalisis dengan

menggunakan pendekatan mimetik, selanjutnya peneliti mengimplikasikan

ke dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.

4. Validitas Data

Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari

proses penelitian. Adapun trigulasi yang digunakan adalah trigulasi teori,

yaitu peneliti terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang

berbeda dalam menganalisis data.

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan trigulasi

sumber. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan bermacam-macam

sumber atau dokumen untuk menguji data yang sejenis tentang tema protes

terhadap kritik sosial yang terkandung dalam puisi Taufik Ismail serta lagu

Iwan Fals dan Ebiet G. Ade tentang kerusakan lingkungan.

Page 23: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pemaparan mengenai landasan teori yang menjadi pondasi dalam

menganalisis penelitian tentu amat diperlukan. Landasan teori berguna

agar peneliti tetap berada pada jalur sistematika ilmiah dan terhindar dari

kekeliruan dalam pembuatan karya ilmiah. Maka dari itu, sangat penting

untuk memaparkan terlebih dahulu teori-teori yang menjadi landasan

dalam penelitian tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi

dan lirik lagu dapat dipaparkan sebagai berikut.

A. Puisi

1. Pengertian Puisi

Puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif. Secara etimologi,

istilah puisi berasal dari bahasa Yunani Poeima „membuat‟ atau poeisis

„pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi

diartikan „membuat‟ dan „pembuatan‟ karena lewat puisi pada dasarnya

seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi

pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun

batiniah.1

Puisi merupakan karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, dan

diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias

(imajinatif). Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. karena itu,

salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki kata-kata

yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu mewakili makna

yang lebih luas dan lebih banyak. Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi

atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.2 Hal

ini hampir serupa dengan pendapat dari Luxemburg dalam bukunya yang

berjudul Tentang Sastra, Luxemburg berpendapat bahwa puisi dianggap

1 Warsiman, Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis, (Malang: UB Media, 2016),

h. 20. 2 Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi Panduan untuk pelajar dan mahasiswa, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 1.

Page 24: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

12

sebagai informasi yang dipadatkan, yang mengungkapkan sebanyak

mungkin dengan sedikit kata. Maka dari itu sajak (lirik) sering kali

merupakan teks yang singkat.3

Winarko dan Ahmad Bahtiar mengemukakan pengertian puisi

adalah ungkapan jiwa yang bersifat emosional dengan efek keindahan

yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan

menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kias yang penuh makna.4

Pendapat lain dikemukakan oleh Waluyo yang mengemukakan bahawa

puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkanpikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan

mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.5

Dari beberapa pengertian tersebut maka interpretasi penulis tentang

puisi adalah salah satu hasil seni sastra yang mencerminkan ekspresi jiwa

pengarangnya yang dituangkan dalam tulisan dengan menggunakan

bahasa yang indah.

2. Struktur Puisi

Puisi terbentuk dari unsur fisik dan batin yang memiliki keterkaitan

satu dengan yang lainnya dan membangun totalitas makna yang utuh.

A.) Unsur Fisik

a. Diksi

Diksi atau pilihan kata merupakan esensi dari penulisan puisi. Diksi

dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur seberapa jauh seorang

penyair mempunyai daya cipta yang asli.6 Siswanto mengungkapkan

bahwa diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair

dalam puisinya.7

Ada beberapa hal lain yang harus dipertimbangkan oleh penyair

dalam memilih kata-kata dalam puisinya, yaitu perbendaharaan kata,

3 Jan Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Tentang sastra, (Jakarta:

Intermasa, 1989), h. 87. 4 Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi: Teori dan Praktik, (Jakarta: UNINDRA

Press), 2013, h. 8.

5 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 108. 6 Sigit Mangun Wardoyo, Teknik Menulis Puisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 23.

7 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 114.

Page 25: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

13

ungkapan, urutan kata-kata, dan daya sugesti kata-kata. Berikut akan

dijelaskan secara lebih detail.

1) Perbendaharaan kata

Perbendaharaan kata penyair di samping sangat penting untuk

kekuatan ekspresi, juga menunjukan ciri khas penyair. Dalam

memilih kata-kata, di samping penyair memilih berdasarkan makna

yang akan disampaikan dan tingkat perasaan serta suasana

batinnya, juga dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya penyair.

Maka penyair satu berbeda dalam memilih kata dari peyair

lainnya.8

2) Urutan kata

Urutan kata dalam puisi tidak dapat dipindah-pindahkan

tempatnya meskipun maknaya tidak berubah oleh perpindahan

tempat itu. Di samping itu, urutan kata-kata juga mendukung

perasaan dan nada yang diinginkan penyair. Jika urutan katanya

diubah, maka perasaan dan nada yang ditimbulkan akan berubah

pula.9

3) Daya sugesti kata-kata

Daya sugesti kata-kata ditimbulkan oleh makna kata yang

dipandang sangat tepat mewakili perasaan penyair. Ketepatan

pilihan dan ketepatan penempatan itulah yang membuat kata-kata

itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan

sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu, bersemangat,

marah, dan sebagainya.10

b. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut

menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra, bahkan

seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya

bahasanya. Slametmuljana mengungkapkan, gaya bahasa adalah

8 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 73.

9 Ibid.

10

Ibid.

Page 26: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

14

susunan perkataan yang terjadi karena perasaan dalam hati

pengarang yang dengan sengaja atau tidak, menimbulkan suatu

perasaan yang tertentu dalam hati pembaca.11

Berikut akan

dijelaskan mengenai gaya bahasa metafora, perumpamaan,

personifikasi, hiperbola, anafora, metonimia, sinisme dan

mesodilopsis.

a) Metafora

Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang

sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan

persamaan atau perbandingan. Dalam metafora tidak dipakai

kata-kata seperti, bagai, dan laksana.12

Hal ini sejalan dengan

penjelasan Pradopo dalam bukunya yang menyatakan bahwa

metafora adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu sebagai

hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang

sesungguhnya tidak sama.13

Contoh: Gadis itu adalah bunga yang sedang mekar.

b) Perumpamaan

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada

hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama.14

Menurut

Pradopo gaya bahasa perumpaan adalah bahasa kiasan yang

menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan

kata-kata pembanding. Seperti: bagai, sebagai, semisal,

laksana, dan kata pembanding yang lain.15

Contoh: Seperti air dengan minyak

c) Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat

insan kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang

11 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2014), h. 94.

12

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2013), h. 15.

13

Pradopo, op., cit, h. 67.

14

Tarigan, op., cit, h. 9.

15

Pradopo, op. cit., h. 63.

Page 27: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

15

abstrak.16

Personifikasi berarti mempersamakan benda dengan

manusia, benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir, dan

sebagainya seperti manusia.17

Contoh: Pepohonan tersenyum riang.

d) Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan

yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya

dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan

atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan

pengaruhnya.18

Hal ini serupa dengan penjelasan Rachmat

Djoko Pradopo bahwa hiperbola merupakan sarana yang

melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan.19

e) Anafora

Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan

kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.20

Contoh: Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah

terperosok kedalam jurang kenistaan. Tanpa iman yang teguh

engkau akan mudah tergoda wanita cantik di sekelilingmu.

Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah tergoda oleh uang

dan harta. Tanpa iman yang teguh hidupmu tidak akan tentram

dan damai lahir batin.

f) Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau

nama hal yang diatutkan dengan nama orang, barang atau hal

sebagai penggantinya.21

Pradopo mengungkapkan, bahwa

metonimia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini

berupa penggunaan sebuah atribut, sebuah objek atau

16

Tarigan, op. cit.,h. 17. 17

Pradopo, op. cit.,h. 76. 18

Tarigan, op. cit., h. 55. 19

Pradopo, op. cit.,h. 99. 20

Ibid., h. 184. 21

Tarigan, op. cit., h. 121.

Page 28: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

16

penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan

dengannya untuk menggantikan objek tersebut.22

Contoh: Dalam pertandingan kemarin saya hanya mendapat

perunggu sedangkan teman saya emas.

g) Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang

berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap

keikhlasan dan ketulisan hati.23

Contoh: Tidak dapat disangkal lagi bahwa bapaklah orangnya,

sehingga keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes

bersamamu.

h) Mesodilopsis

Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang

berwujud perulangan kata atau frasa di tengah-tengah baris atau

beberapa kalimat berurutan.24

Contoh : anak merindukan orang tua

orang tua merindukan anak

aku merindukan pacarku

dia merindukan ketentraman batin

c. Kata Kongkrit

Kata kongkrit adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair

untuk merujuk kepada arti yang menyeluruh.25

Siswanto

mengungkapkan bahwa kata konkrit adalah kata-kata yang dapat

ditangkap oleh indera.26

d. Citraan (Pengimajian)

Citraan atau pengimajian adalah gambaran angan yang

terbentuk dan diekpresikan melalui medium bahasa yang

22

Pradopo, op. cit., h. 78. 23

Tarigan, op. cit., h. 91. 24

Ibid., h. 188. 25

Wardoyo, op., cit., h. 31. 26

Siswanto, op., cit., h. 119.

Page 29: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

17

merupakan hasil dari pengalaman indera manusia.27

Imaji adalah

kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

inderawi, seperti visual (penglihatan), auditif (pendengaran), dan

taktil (perasaan).28

Imaji visual adalah imaji yang menyebabkan

pembaca seolah-olah melihat langsung tentang apa yang

diceritakan penyair. Imaji auditif adalah imaji yang menyebabkan

pembaca seolah-olah mendengar langsung tentang apa yang

diceritakan penyair. Sementara itu, imaji taktil adalah imaji rasa

kulit yang menyebabkan pembaca seolah-olah merasakan di bagian

kulit terasa nyeri, perih, panas, dingin, dan sebagainya.29

e. Versifikasi (Rima dan Ritma)

Versifikasi berkaitan dengan bunyi-bunyi yang diciptakan

dari dalam puisi. Rima adalah pengulang bunyi dalam puisi untuk

membentuk musikalitas atau orkestrasi. Sedangkan ritma sangat

erat kaitannya dengan bunyi dan berhubungan dengan pengulangan

bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Rima berbeda dari metrum (matra).

Metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Slamet

Muljana dalam Herman J. Waluyo mengatakan bahwa ritma adalah

pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah,

yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga

membentuk keindahan. Membahas metrum dalam puisi Indonesia

sangatlah sulit, sebab dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak

membedakan arti dan belum dilakukan, namun dalam deklamasi

puisi peranan metrum sangat penting.30

f. Tipografi (Perwajahan)

Tipografi atau perwajahan adalah pengaturan dan penulisan

kata, larik, dan bait pada puisi.31

Tipografi merupakan pembeda

27

Wardoyo, op., cit., h. 33. 28

Siswanto, op., cit., h. 119.

29

Waluyo, op., cit., h. 81.

30 Waluyo, op., cit., h. 94.

31

Siswanto, op., cit., h. 113.

Page 30: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

18

yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi

tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun

membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan

berakhir di tepi kanan. Tepi kiri dan tepi kanan dari halaman yang

memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan.32

B) Unsur Batin

Selain mempunyai unsur fisik, puisi juga mempunyai unsur batin.

Berikut adalah penjelasan mengenai unsur batin dalam puisi.

a) Tema

Tema merupakan satu gagasan pokok atau ide pikiran

penyair tentang suatu hal.33

Secara umum, tema dapat

dikatakan sebagai dasar untuk mengembangkan suatu puisi atau

topik yang menjadi pokok utama yang disebut juga sebagai

gagasan pokok.34

b) Nada

Nada adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap

diksi.35

Siswanto mengungkapkan bahwa nada dalam puisi

adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga

berhubungan dengan tema dan nada.36

c) Suasana

Suasana adalah kondisi psikologi yang dirasakan oleh pembaca

yang tercipta akibat adanya interaksi antara pembaca dengan

puisi yang dibaca.37

Nada dan suasana puisi sangat

berhubungan, nada puisi menimbulkan suasana terhadap

pembacanya. Nada kritik yang diberikan penyair dapat

menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca.38

32 Waluyo, op., cit., h. 97.

33Ibid., h. 49.

34

Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 53-54. 35

Ibid., h. 51. 36

Siswanto., op. cit., h. 125. 37

Wardoyo, op., cit., h. 52.

38 Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 53-54.

Page 31: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

19

d) Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin

disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.39

Puisi

mengandung amanat atau pesan yang disampaikan penyair

kepada pembaca. Setiap pembaca dapat menafsirkan sebuah

puisi secara individual. Pembaca yang satu dengan yang lain

mungkin akan berbeda dalam menafsirkan amanat yang

terdapat dalam puisi.40

B) Lirik Lagu dan Musik

Arti lirik menurut KBBI adalah karya sastra yang bersifat curahan

perasaan pribadi atau dapat juga dikatakan sebagai susunan kata sebuah

nyanyian.41

Lagu adalah bagian dari musik, musik merupakan salah satu

cabang kesenian yang berorientasi pada bunyi.42

Melalui musik, ekspresi

isi hati dikeluarkan secara teratur dalam bahasa bunyi atau lagu.

Lirik termasuk ke dalam puisi lirik, puisi lirik adalah jenis puisi

yang mengandung curahan rasa dan suasana hati, sebagai cetusan isi hati

penyairnya. Jenis puisi lirik misalnya elegi, serenada, dan ode. Elegi

adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Sebagai contoh puisi

“Elegi Jakarta” karya Asrul Sani. Serenada adalah sajak percintaan yang

dapat dinyanyikan.43

Sebagai contoh puisi “Serenada Biru” karya Rendra.

Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang atau sesuatu yang

dianggap luhur.44

Sebagai contoh adalah puisi “Diponegoro” karya Chairil

Anwar.

Berdasarkan tulisan diatas berarti lirik lagu dapat diartikan sebagai

karya sastra yang berisi curahan pribadi yang diungkapkan dengan suara

yang berirama, atau juga susunan kata sebuah nyayian. Lagu

39

Wardoyo, op., cit., h. 53.

40 Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 55.

41 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 835.

42

Hamzah Busroh, Metoda Pendidikan Seni Musik, (Tugu: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1978), h. 3. 43

Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 19. 44

Ibid., h. 18.

Page 32: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

20

menyampaikan pesan-pesan lewat lirik. Lirik lagu biasanya dikemas

dengan ringan dan mudah diingat. Setiap lagu pasti memiliki cerita

tersendiri. Cerita inilah pesan yang akan disampaikan kepada orang lain.

Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu merupakan bahasa yang

dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu.

Pencipta lagu menggunakan bahasa yang tepat untuk dijadikan lirik lagu

yang indah dan mudah dipahami sehingga bisa diresapi oleh pendengar

dan lirik lagu dapat dimanfaatkan dalam berbagai konteks kegiatan

manusia, termasuk kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.

Musik dan puisi merupakan genre seni yang berbeda. Musik lebih

disebut sebagai karya seni yang terdiri dari susunan bunyi dan suara yang

mengandung unsur nada, irama, melodi, dan harmoni yang sengaja dicipta

dan diperdengarkan kepada orang lain dengan durasi, ruang dan waktu

tertentu. Sedangkan puisi merupakan bentuk karya seni yang terdiri dari

susunan huruf , kata, dan kalimat yang bersifat indah dan bermakna, serta

ditulis di atas kertas atau media lainnya.45

Dari pertemuan kreatif antara

puisi dan seni musik tersebut melahirkan nama musikalisasi puisi.

C) Protes Terhadap Kerusakan Lingkungan

Pada Hakikatnya masalah ekologi menjadi perhatian terkait

hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya,

permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan ekologi.

Pertumbuhan populasi telah mengakibatkan perubahan yang besar dalam

lingkungan hidup, terutama di negara yang sedang berkembang.

Kerusahan hutan, polusi udara, punahnya tumbuhan dan hewan, serta

pencemaran merupakan masalah lingkungan yang mencekam di negara

berkembang.

Permasalahan lingkungan hidup mendapat perhatian yang besar

dihampir semua negara. Ini Terutama terjadi dalam dasawarsa 1970-an

setelah diadakannya komperensi PBB tentang Lingkungan Hidup di

45

Hamdy Salad, Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015), h. 111.

Page 33: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

21

Stockholm dalam tahun 1972. Tanggal 5 Juni telah disepakati sebagai

hari lingkungan hidup sedunia. Di Indonesia perhatian tentang

lingkungan telah muncul di media massa sejak tahun 1960-an. Masalah

lingkungan yang diliput oleh media massa terutama mengenai

pencemaran.46

Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel, seorang ahli

ilmu hayat. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang

berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Karena itu secara harfiah

ekologi berarti ilmu tentang mahluk hidup dalam rumahnya atau dapat

diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup.47

Hubungan alam dengan manusia harusnya saling berdampingan,

manusia harus dapat memahami alam yang telah lebih dulu memahami

manusia. Ilmu yang membahas mengenai interaksi manusia dengan

lingkungannya, yaitu ilmu ekologi manusia. Ekologi manusia adalah

disiplin ilmu yang bertanya ke dalam pola dan proses interaksi manusia

dengan lingkungan mereka. Nilai-nilai kemanusiaan, kekayaan, gaya

hidup, penggunaan sumber daya dan limbah, dan lain-lain harus

memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan fisik-biotik.48

Realitas kemodernan yang mengatasnamakan pembangunan selalu

dibarengin dengan masalah lingkungan yang menyertainya. Kerusakan

lingkungan terjadi salah satu penyebabnya karena dominasi manusia

dalam penguasaan alam yang cenderung eksploitatif. Memandang

manusia sebagai subjek yang paling berkuasa dan alam sebagai objek

yang menjadi sasara pemanfaatan. Manusia sebagai subjek pelaku

bukannya memahami malah memanipulasi alam, manusia telah

menganggap dirinya sebagai tokoh sentral dari alam semesta yang

mengklaim bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai-nilai, sementara

46

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Yogyakarta:

Djambatan, 1985), h. 1. 47

Ibid., h. 15. 48

Eko Siswono, Ekologi Sosial, (Yogyakarta: Ombak, 2015), h. 2.

Page 34: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

22

alam hanya dijadikan alat bagi pemenuhan kebutuhan atau kepentingan

hidup manusia.

Contoh kasus yang dapat kita ambil dalam krisisnya ekosistem

adalah kasus pereklamasian Teluk Benoa di Bali Selatan yang

dikhawatirkan akan merusak biota laut, menghancurkan ekologi,

terjadinya abrasi, serta dapat menghilangkan mata pencarian nelayan.

Selain itukasus perusakan hutan yang ada di wilayah Kalimantan. Salah

satu krisis ekologi ditandai dengan naiknya suhu panas bumi yang dapat

dirasakan perbedaannya dalam sehari-hari atau yang lebih dikenal

dengan sebutan Global Warming atau pemanasan global. Pemanasan

global bisa terjadi salah satunya karena terlalu banyak kasus illegal

logging yang dilakukan manusia, sehingga peranan hutan sebagai suatu

ekosistem tidak berfungsi sebagai subsistem penyeimbang iklim

peningkatan karbon dioksida di atmosfer.49

Indonesia tercatat sebagi negara yang turut berperan besar dalam

meningkatkan pemanasan global. Salah satunya adalah perusakan hutan

dan cagar alam. Mengambil contoh perusakan hutan yang terdapat di

Kalimantan Barat, seperti yang terjadi di Cagar Alam Mandor yang

dahulunya telah dirusak sebab perambahan hutan, kini bertambah hancur

akibat penambangan emas tanpa izin. Hal yang sama terjadi di Taman

Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Gunung Palung. Hampir

diseluruh Kalimantan, situasi ini sudah menjadi seperti konvensi. Hutan

Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia itu secara cepat sirna.

Bahkan reputasi sebagai perusak hutan tercepat yang (bakal) dimasukkan

ke Guinness Book of World Record itu pun masih belum memberikan

kesadaran memadai tentang kehancuran lingkungan di sekitar.50

Perusakan hutan di Indonesia termasuk penyumbang pembabatan paru-

paru dunia sehingga berakibat pada percepatan perubahan iklim yang

dirasakan secara global oleh penduduk dunia. Hal ini merupakan

49

Ibid., h. 6. 50

Ibid., h. 11.

Page 35: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

23

ancaman serius bagi kelangsungan hidup manusia maka dari itu perlu

adanya penanganan yang matang.

Puisi dan Lagu menjadi satu sarana komunikasi yang digunakan

untuk menyampaikan rasa cinta dan kepedulian antar sesama manusia

dan dunia. Kepedulian terhadap lingkungan menjadi inspirasi dalam

penciptaan sebuah puisi dan lagu. Banyak penyair dan penyanyi

Indonesia yang mengangkat tema lingkungan untuk dijadikan puisi dan

lagu, karena puisi dan lagu dianggap dapat digunakan untuk menanam

kebaikan dan menyebarkan informasi masyarakat dan alam, terutama

informasi mengenai kerusakan lingkungan. Melalui puisi dan lagu kita

dapat menjaga, merawat, dan melawan kebijakan yang merusak.

D) Hakikat Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah adalah untuk

mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Seiring dengan tujuan tersebut

pembelajaran sastra harus dapat mewujudkan empat prinsip untuk dapat

mengemban fungsinya dengan baik. Keempat prinsip itu ialah:

1) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kebebasan kepada

siswa untuk menampilkan respons dan reaksinya.

2) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mempribadikan dan mengkristalisasikam rasa

pribadinya pada cipta sastra yang dibaca dan dipelajarinya.

3) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan kepada

guru untuk menemukan butir-butir kontak di antara pendapat

para siswa.

4) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan kepada

guru untuk mewujudkan fungsinya sebagai motivator terhadap

penjelajah pengaruh vital yang melekat (inheren) di dalam sastra

itu sendiri.

Berdasarkan keempat prinsip tersebut pembelajaran sastra

seyogyanya diselenggarakan melalui pola pembelajaran yang kooperatif,

Page 36: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

24

yakni suatu pola pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada anak untuk mengaktualisasikan dirinya.51

Pembelajaran sastra menuntut guru agar mampu menanamkan

kegemaran akan sastra dan lebih jauh lagi memberi bekal untuk siswanya

agar mampu mengapresiasi karya sastra, guru bahasa harus terlebih

dahulu mampu mengapresiasi sastra khususnya puisi.52

Pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang mencoba untuk

mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses

kreatif sastra. Kompetensi apresiasi yang diasah dalam pendidikan ini

adalah kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Melalui

pendidikan semacam ini, peserta didik diajak untuk langsung membaca,

memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung.

Mereka berkenalan dengan sastra tidak melalui hafalan nama-nama judul

karya sastra atau sinopsisnya saja, tetapi langsung berhadapan dengan

karya sastranya.53

Kegiatan pembelajaran apresiasi sastra berhubungan dengan

pembelajaran puisi. Apresiasi yang dimaksud Disick dalam Waluyo

membagi empat tingkatan, yakni tingkat menggemari, tingkat menikmati,

tingkat mereaksi, dan tingkat produktif.54

Tujuan pembelajaran puisi di

sekolah adalah agar siswa memperoleh kesadaran yang lebih terhadap

dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar dan memperoleh

kesenangan dan pengetahuan dasar tentang puisi. Salah satu tujuan

pengajaran puisi kepada siswa adalah agar siswa memperoleh

kesenangan dari pembaca dan mempelajari puisi sehingga tumbuh

keinginan membaca dan mempelajari puisi pada waktu senangnya.

51 Warsiman, Pengantar Pembelajaran Sastra, (Malang: UB Press, 2017), h. 1-2.

52 Sumardi, Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1985), h. 10. 53

Siswanto, op. cit., h. 168. 54

Emzir dan Saifur Rohman, Teori dan pengajaran sastra, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.

247.

Page 37: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

25

Dalam pembelajaran pemahaman puisi di sekolah, guru berperan

sebagai pembimbing dan fasilitator. Berikut langkah-langkah yang dapat

ditempuh dalam mengajarkan puisi:

1. Tahap pemahaman struktur global puisi.

2. Tahap pemahaman penyiar dan kenyataan sejarah.

3. Tahap telaah unsur-unsur puisi yang meliputi struktur fisik dan

struktur batin puisi.

4. Tahap sintesis dan interpretasi.55

Proses pengajaran apresiasi puisi meliputi 3 tahap, yaitu: (1) tahap

penikmatan puisi, (2) tahap pemahaman puisi, serta (3) tahap

pengungkapan pengalaman puitis. Tahap penikmatan puisi berkaitan

dengan keterlibatan guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

siswa untuk memperoleh pengalaman puitis (pengalaman keindahan).

Tahap pemahaman puisi berkaitan dengan keterlibatan guru dalam

membimbing siswa merumuskan pikiran penyair tentang kehidupan,

pengalaman yang disajikannya, dan penemuan nilai-nilai kehikmahan

dalam pengalaman itu. Tahap pengungkapan pengalaman puistis berkaitan

dengan upaya guru membimbing dan menumbuhkan kemampuan

ekspresi.56

Berikut akan dibahas mengenai pengajaran apresiasi puisi di

sekolah mulai dari materi, proses sampai pada penilaian.

a. Materi

Cakupan materi atau kegiatan apresiasi puisi meliputi 3 kegiatan yaitu:

1. Kegiatan langsung, yang terdiri dari: mengidentifikasi suasana,

tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung dalam antologi

puisi (KD. 3.17), menganalisis unsur pembangun puisi (KD. 3.17),

menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya (KD. 4.17),

dan mendemonstrasikan (membacakan atau memusikalisasikan) satu

puisi dari antologi puisi (KD. 4.17).

55 Ibid., h. 249.

56

Sumardi, op., cit., h. 38.

Page 38: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

26

2. Kegiatan yang tak langsung yaitu mempelajari teori sastra.

3. Kegiatan kreatif meliputi: menulis puisi dan mendemonstrasikan puisi

(KD. 4.17).

Apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan mendengar atau

membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis

puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini

menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam. Apresiasi

puisi sebagai penghargaan hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran,

penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut harus didukung oleh

kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu.

Terdapat empat tingkatan dalam mengapresiasi yaitu: tingkat

menggemari, tingkat menikmati, tingkat mereaksi, dan tingkat

produktif.57

E) Penelitian Relevan

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan proposal ini, peneliti

telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Ternyata belum ada

skripsi yang berjudul “Tema Protes terhadap Kerusakan Lingkungan

dalam Puisi dan Lirik Lagu serta Impilikasinya Terhadap Pembelajaran

Bahasa dan Sastra di Sekolah”. Namun, ada beberapa skripsi yang

berkaitan dengan penelitian tersebut, di antaranya:

Penelitian yang berkaitan dengan usaha membandingkan puisi

dengan lirik lagu pernah dilakukan oleh Fahrudin Mualim dengan judul

“Perbandingan Gaya Bahasa Pada Puisi Ibu Karya Mustofa Bisri dengan

Lirik Lagu Kramat Karya Rhoma Irama serta Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Hasil penelitiannya

menunjukan adanya persamaan dan perbedaan gaya bahasa pada puisi Ibu

karya A. Mustofa Bisri dan lirik lagu Kramat karya Rhoma Irama. Hal

tersebut dapat dilihat dari gaya bahasa pada tiap pilihan katanya.

Keduanya sama-sama banyak menggunakan istilah alam. Perbedaan

terletak pada fungsi dari istilah alam yang digunakan. Jika Gus Mus

57 Waluyo, op.,cit. h. 45.

Page 39: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

27

menggunakan istilah alam untuk menggambarkan pengorban seorang ibu

atau sebagai gambaran kekaguman akan keagungan seorang ibu,

sedangkan bang Haji memposisikan istilah alam yang ia gunakan sebagai

bentuk penolakan atau kritikan kepada perilaku masyarakat yang keliru.

Penelitian yang berkaitan dengan karya Iwan Fals pernah

dilakukan oleh Ronald Albert Michael Wijaya dan M. Shoim dengan

judul “Kritik sosial dalam lirik lagu Iwan Fals periode tahun 1980-1992”.

Penelitian ini membahas mengenai kritik sosial yang diangkat dalam

lagu-lagu Iwan Fals, diantaranya: kritik dalam pembangunan, kritik dalam

ketidak adilan, kritik terhadap penguasa yang otoriter, kritik di bidang

hukum, kritik terhadap budaya korupsi, kritik terhadap anggota dewan

yang tidak memperjuangkan hak-hak rakyat, kritik terhadap

menyempitnya lapangan kerja, dan kritik terhadap pemerintah yang tak

memperhatikan sosok guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

Ronald dan M. Shoim menunjukan bahwa adanya persaingan dalam dunia

politik dan dunia ekonomi yang sangat kongkrit, dalam hal ini pencipta

lagu mengemukakan rakyat yang menjadi korban dalam persaingan itu.

Selanjutnya terdapat penelitian dari Isabella Beta Maharani

mahasiswi Universitas Petra Cristian dengan judul “Konstruksi realitas

lingkungan hidup dalam lagu-lagu Ebiet G. Ade.” Penelitian ini

membahas mengenai lingkungan hidup yang terdapat dalam lagu-lagu

Ebiet G. Ade, hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kerusakan

lingkungan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh manusia termasuk

pemerintah itu sendiri, dan perusak lingkungan terbesar adalah golongan

elit. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah kerusakan lingkungan

yang terjadi di Indonesia dikonstruksikan Ebiet G. Ade melalui isi

lagunya yang disebabkan oleh manusia termasuk pemerintah dan

golongan elit. Selain itu dalam penelitian ini ternyata ditemukan bahwa

lagu yang mengangkat pesan-pesan lingkungan juga laku di pasaran.

Berdasarkan paparan tersebut peneliti bermaksud mengambil tema

protes terhadap kerusakan lingkungan sebagai fokus dari objek yang

Page 40: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

28

dipilih. Adapun puisi dan lirik lagu yang dipilih, yaitu: Puisi Taufik

Ismail yang berjudul “Membaca Tanda-Tanda” dalam kumpulan puisi-

puisi langit yang ia tulis tahun 1982 serta lirik lagu Iwan Fals yang

berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi” dalam album OPINI

yang rilis tahun 1982 dan lirik lagu yang ditulis Ebiet G. Ade berjudul

“Langit Terluka” dalam album Seraut Wajah yang rilis tahun 1990.

Page 41: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

29

BAB III

BIOGRAFI DAN GAGASAN PENGARANG

A. Taufik Ismail

1) Riwayat Hidup Taufik Ismail

Taufik Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tanggal

25 Juni 1935. Taufik dibesarkan di Perkalongan. Ia tumbuh dalam

keluarga guru dan wartawan. Sejak SMA, ia telah bercita-cita menjadi

sastrawan. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli

peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi

cita-cita kesusastraannya. Ia menamatkan pendidikannya di KHP-UI

Bogor pada tahun 1963.1

Sejak kecil memang Taufiq Ismail sudah gemar membaca. Dia

sendiri hidup pada lingkungan keluarga yang suka membaca. Ayahnya,

A. Gaffar Ismail, adalah seorang Kyai pejuang yang mendirikan

PERMI. Ibunya, Sitti Nur Muhammad Nur, sangat fasih dalam

menafsir al-Qur‟an. Mereka berdua suka membaca dan memiliki

perpustakaan di rumahnya. Di perpustakaan keluarganya itulah, dirinya

mulai terbiasa membaca berbagai buku. Kegemaran membaca inilah

yang akhirnya mengantarkan dirinya menjadi seorang penyair dan

pengarang.2

Ia sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia

telah membaca puisi di berbagai festival. Baginya, puisi baru

„memperoleh tubuh yang lengkap‟ jika setelah ditulis, dibaca di depan

orang.3 Sajak-sajak yang ia tulis melukiskan peristiwa-peristiwa dan

pikiran-pikiran yang timbul dalam latar belakang sejarah. Pikiran dan

1 Pratiwi, Dian Ika. Sastrawan Angkatan 1966-1970. Depok: Logika Galileo. 2011.

2 Team 1001indonesia.net, Taufik Ismail Penyair angkatan 66,

https://1001indonesia.net/taufiq-ismail-penyair-angkatan-66/, diakses pada tanggal 23 April 2019,

pukul 22:17 WIB.

3 Pratiwi, op., cit.

Page 42: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

30

peristiwa yang disajakkan Taufik dapat menggugah rangsangan-

rangsangan emosional pembacanya secara meluas.4

Ketika kita membaca kumpulan sajak Taufik Ismail mulai dari

Tirani yang terbit menjelang runtuhnya Orde Lama sampai Malu (Aku)

Jadi Orang Indonesia yang terbit setelah Orde Baru, maka kita akan

menemukan begitu banyak tema yang digarap. Tentang tema cinta,

pemandangan alam, pemuja tanah air, kerusakan lingkungan,

ketimpangan sosial, maupun tema sejarah atau politik.5

Bagi Taufik Ismail menulis sajak adalah upaya mengingat

kembali berbagai peristiwa dalam kehidupan dengan cara

menyingkatnya. Dengan demikian inspirasi menulis sajak bisa datang

kapan serta dari mana saja. Peristiwa-peristiwa aktual yang

berlangsung disekitar maupun dikejauhan, yang secara langsung

dialami atau hanya ditonton, baginya sudah dapat menjadi bahan untuk

memulai bersajak. Terlepas bagaimana proses dan teknis penulisannya,

yang jelas menulis sajak merupakan sesuatu yang membahagiakan.

Apabila selesai menulis sajak misalnya, ia akan merasakan kenikmatan

yang sulit dijelaskan.6

Sutardji Calzoum Bachri dalam esainya di harian Indonesia

Raya mengatakan bahwa Taufik Ismail adalah penyair yang sederhana.

Ia tidak meminta agar sajak-sajak yang dipublikasikanmya punya nilai

dimensi yang dalam atau bertahan lama. Ia juga tidak memperduikan

apakah sajak-sajaknya akan menimbulkan kesan yang mendalam atau

tidak pada pembaca. Ia juga tidak mepedulikan bahasa yang

dipakainya. Bahkan ia tidak peduli apakah baris-baris yang dipakainya

cenderung pada prosa atau puisi. Jamal D. Rahman dalam catatan

kebudayaan di majalah Horison tahun 2008 menyatakan bahwa puisi-

4 Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia, (Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2013), h.

201.

5 Jamal D. Rahman, dkk., 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, ( Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), h. 454.

6 Ibid,.

Page 43: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

31

puisi sosial Taufik yang tajam, memang sering kali hadir tanpa begitu

peduli pada capaian estetika tinggi yang justru merupakan obsesi

terbesar dari kebanyakan penyair.7

Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai

kegiatan. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP

UI (1960–1961) dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (1960–1962).

Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor

(1963-1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul

Fallah, Ciampea (1962), dan asisten dosen Manajemen Peternakan

Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-

1964).8

Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang

pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya,

Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever.

Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di

AFS Indonesia, pernah Ketua Yayasan Bina Antar Budaya.Taufiq

terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-

1976.9

Pada tahun 1993 Taufiq diundang menjadi pengarang tamu di

Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai

penyair, Taufik telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di

luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang

bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan

puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti,

dan peristiwa Pengeboman Bali.10

Taufik Ismail dikenal sebagai seorang penandatangan Manifes

Kebudayaan. Sajak-sajak perlawanan dan kritik sosial yang ditulisnya

7 Ibid., h. 457-458

8 Rony Wijaya, Biografi Taufik Ismail, http://bio.or.id/biografi-taufiq-ismail/, diakses pada

tanggal 23 April 2019, pukul 22:34. 9 Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, (Jakarta:Yayasan Indonesia, 2004)

10 Ibid

Page 44: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

32

dalam suasana penuh ketegangan politik ketika itu telah memikat hati

H.B. Jassin untuk mengukuhkannya sebagai sastrawan Angkatan ‟66.11

Karena menandatangani Manifes Kebudayaan yang dinyatakan

terlarang oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan

ke Universitas Kentucky dan Florida. Ia kemudian dipecat sebagai

pegawai negeri pada tahun 1964. Taufiq menjadi kolumnis Harian

KAMI pada tahun 1966-1970. Kemudian, Taufiq bersama Mochtar

Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan

Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison

(1966). Sampai sekarang ini ia memimpin majalah itu.12

Atas kerja sama dengan musisi sejak 1974, terutama dengan

Himpunan Musik Bimbo (Hardjakusumah bersaudara), Chrisye, Ian

Antono, dan Ucok Harahap, Taufiq telah menghasilkan sebanyak 75

lagu. Ia pernah mewakili Indonesia baca puisi dan festival sastra di 24

kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970.

Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali,

Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.13

Sejumlah penghargaan pernah ia dapatkan, seperti: Anugerah

Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award Pemerintah

Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand

(1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). 2 kali ia

menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, AS (1971-1972 dan 1991-

1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala

Lumpur (1993).14

2) Gambaran Umum Puisi Membaca Tanda-Tanda

Puisi Membaca Tanda-Tanda ditulis oleh Taufik Ismail pada tahun

1982, puisi ini terdapat dalam kumpulan Puisi-Puisi Langit yang terbit

11 Rahman , op., cit, h. 467-468.

12

Ismail, op., cit.

13

Wink, Biografi Taufik Ismail, https://www.biografiku.com/biografi-taufik-ismail/#comments, diakses pada tanggal 23 April 2019, pukul 23: 22

14 Ismail, op., cit.

Page 45: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

33

tahun 1990. Puisi ini berisi protes terhadap kerusakan lingkungan yang

mulai tampak, dalam puisinya Taufik Ismail mengajak pembaca untuk

bisa membaca gejala-gejala kerusakan alam yang terdapat disekitar

kita. Pembaca diajak untuk sadar dan juga peka terdahap kondisi

lingkungan yang memprihatinkan. Dalam puisi ini terdapat gambaran

bencana-bencana yang telah terjadi sebagai bentuk dari kerusakan

alam. Alam yang dulunya indah dan asri, kini telah dirusak oleh tangan

manusia yang tidak bertanggung jawab. Dalam puisi ini pula terdapat

curahan penyair tentang kerinduannya terhadap lingkungan alam yang

asri dan indah. Puisi ini seolah mengajak pendengarnya untuk mengerti

terhadap kerusakan lingkungan lewat teguran-teguran yang telah alam

berikan, lewat bencana yang terjadi diharapkan manusia sadar

sehingga bisa bebenah diri untuk merawat dan menjaga alam yang

mulai tidak seimbang.

B. Iwan Fals

1) Riwayat Hidup Iwan Fals

Virgiawan Listanto Harsoyo atau yang akrab dipanggil Iwan Fals

lahir di Jakarta pada tanggal 3 September 1961. Iwan lahir dari

pasangan Haryoso dan Lies Suudijah.15

Iwan menikahi Rosana yang

akrab disapa "Mbak Yos", hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga

anak yaitu, Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu

Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.

Lewat lirik lagunya Iwan Fals dikenal sebagai seorang musisi yang

berkualitas yang karyanya tetap diakui sampai sekarang. Kepandaian

Iwan Fals dalam meramu lirik dan nada membuat karyanya patut

diacungi jempol, isi lirik lagunya banyak mengandung kepekaan sosial.

Mulai dari masalah penindasan, ketidakadilan, kesejahteraan, bahkan

lingkungan tidak luput menjadi mejadi tema lagunya.

Semasa kecilnya Iwan Fals pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi,

di KBRI selama 8 bulan. Waktu pulang dari Jeddah ketika musim haji

15 Asriat Ginting, dkk., Musisiku, (Jakarta: Republika, 2007), h. 286.

Page 46: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

34

disaat kebanyakan orang membawa air zam-zam Iwan kecil menenteng

gitar kesayangannya. Dalam perjalanan pesawat dari Jeddah ke

Indonesia seorang pramugari menghampirinya dan meminjam gitar.

Tapi begitu baru akan memainkan pramugari itu heran karena suara

gitar fals. Waktu itu Iwan Fals belum bisa nyetem gitar. Pramugari itu

membetulkan dan mengajari memainkan lagu Blowing in the Wind

milik Bob Dylan.16

Iwan Fals memulai karier musiknya sebagai pengamen. Di tahun

1978 bersama Toto Gunarto, Bambang Bule, dan Helmy. Iwan

membentuk kelompok musik humor Amburadul yang ikut mendukung

empat album musik humor yang digagas oleh Lembaga Humor

Indonesia-nya Arwah Setiawan.17

Dalam pergaulannya Iwan tidak

memilah-milih dan membedakan teman. Mulai dari nongkrong,

bermain sepak bola, sampai ngebolang naik kereta api beramai-ramai

pun pernah ia lakukan. Bahkan ia sering pergi sampai berhari-hari.

Pada saat ini ia sudah mulai memainkan gitar walaupun belum mahir,

perhatian lebih banyak tercurah pada gitar.

Saya belajar main gitar dari teman-teman nongkrong. Kalau

mereka main gitar, saya suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu.

Suatu hari saya nekad memaikan gitar itu. Tapi malah senarnya putus.

Saya pun dimarahi. Sejak itulah gitar seperti terekam kuat dalam

ingatan saya. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatan saya.18

Teman-teman Iwan Fals biasanya memainkan lagu-lagu Rolling

Stones tetapi Iwan Fals lebih memilih memainkan lagu sendiri. Dengan

memegang prinsip hidup mengalir dan memandang hidup dengan

sederhana maka tercipta lagu-lagu yang liriknya lucu, humor,

bercanda-canda, membuat orang bahagia. Jelek-jelek yang penting

16

Manajementigarambu, Situs resmi Iwan Fals dalam album OPINI,

http://www.iwanfals.co.id/article/our-story, diakses pada tanggal 14 November 2018, pukul 16:57

WIB.

17

Ginting, op., cit., h. 288. 18

Tigarambu, Iwan Fals menurut Iwan Fals, dari www-iwan-fals-blogspot.co.id, diakses

pada 19 November 2018, pukul 23:56 WIB.

Page 47: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

35

lagu ciptaan sendiri, ujar Iwan Fals. Kalau ada hajatan, kawinan, atau

sunatan, Iwan Fals datang untuk menyanyi. Dulu yang menemaninya

adalah Engkus seorang tukang bengkel sepeda motor. Karena di

bengkel selalu banyak pengunjung maka Engkus tahu jika ada orang

yang punya hajatan.19

Ada dulu teman yang buka bengkel motor. Engkus namanya. Dia

jadi manajer-manajeran saya gitu. Kalau ada yang datang ke

bengkelnya dia suka nguping, dimana ada kawinan. „Oh ini di

Pagarsih ada yang kawinan.‟ Terus dia ngomong ke saya. Kita

main yuk. Saya suka bawain lagu-lagu kocak dan bercanda yang

dirusak-rusakin. Dia bilang “Ahh, iyeu budak fales oge yieh...”

(Red: anak ini fals juga nih ternyata). Dari sejak itu dipakai nama

Iwan Fals terus. Terus dia yang promosi „Iwan Fals dari Dago‟.

Saya mau nambahin soal fals tadi. Dia memang yang mencetuskan

nama itu. Tapi saya setuju karena nama itu melindungi saya. Kan

saya ingin tampil bagus nggak ingin jelek. Kalau mau nama Iwan

Bagus sementara saya jelek ya gimana? Makanya saya pakai fals,

kalau ternyata saya fales ya saya tenang, karena memang namanya

Fals. Jadi kalau salah atau fales-fales dikit ya maklum.

Berangkatnya dari situ, karena saya nggak yakin waktu itu dengan

diri saya sendiri. Digitar saya waktu itu Yamaha ditempelin pakai

lakban. Waktu itu masih FALES. Belum Fals. Jadi pernah juga

pakai nama PALES juga hahaha. Saya males ngikutin gimana terus

sampai Musica ngusulin nama Fals.20

Bambang Bule dari Jakarta datang ke Bandung mencari tahu

keberadaan Iwan Fals. Beliau datang membawa tawaran rekaman

karena sebelumnya mendengar Iwan Fals dari Radio 8 EH milik ITB.

Mahasiswa ITB aktif berdemonstrasi sering mengajak Iwan Fals di

mimbar mahasiswa. Saat itu Iwan Fals masih sekolah di SMAK BPK

Bandung. Bambang Bule berhasil bertemu Iwan Fals. Bermodalkan

uang hasil menjual sepeda motor untuk membuat master, Iwan Fals

bersama Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam

Amburadul memutuskan rekaman di Istana Music Records Jakarta.

Rekaman Amburadul ternyata kasetnya tidak laku. Iwan Fals ngamen

19 Manajementigarambu,op. cit. 20

Adib Hidayat, Iwan Fals, The Rolling Stone Interview, Redaksi majalah Rolling Stone,Edisi

#15, 2007, Jakarta.

Page 48: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

36

lagi dan kadang-kadang ikut festival. Setelah meraih juara di festival

musik country, Iwan Fals mengikuti festival lagu humor yang

diselenggarakan Lembaga Humor Indonesia. Oleh Arwah Setiawan

lagu-lagu humor Iwan Fals lalu direkam, dan diproduseri oleh

Handoko. Tetapi rekaman ini pun tidak sukses tetap minoritas

dinikmati kalangan tertentu seperti anak-anak muda.21

Memasuki tahun 1980 mulailah Iwan bersolo karier ketika diajak

bergabung oleh Musica Studio dengan merilis album Sarjana Muda

dengan musik yang digarap oleh Willy Soemantri. Dalam album ini

Iwan menulis lagu dengan semangat menggugat yang terkadang

disusupi humor serta lagu bertema asmara.22

Iwan Fals memiliki kepekaan, lembut, dan mudah tersentuh oleh

potret kehidupan di sekitarnya. Empati dalam diri Iwan Fals

merupakan pengaruh didikan sang ibu yang merupakan seorang

pimpinan Yayasan Yatim Piatu, sehinga ia memperoleh kepekaan

sosial yang tinggi seiring dengan seringnya ia bergaul dengan anak-

anak panti. Iwan Fals menulis syair dengan kedalaman hati. Kebenaran

ada di hati dan masuklah sampai ruang terdalam maka dengarkanlah

suara beningnya. Suara hati lebih jujur dan bebas mengekspresikan

diri. Bagi Iwan Fals, menulis syair adalah rutinitas. Ibarat petani dari

subuh dia bangun ambil pacul langsung pergi ke sawah dan

mencangkul. Tidak pernah berpikir harus mencangkul yang mana dan

tidak pernah berpikir mau tumbuh atau bahkan terserang hama.

Begitupun Iwan Fals dalam menulis syair, tidak mesti menunggu

mood. Yang Iwan Fals lakukan ambil gitar, memetik gitar, bernyanyi

dan entah seperti apa jadinya.23

Di masa Orde Baru, lagu-lagu Iwan Iwan sempat dicekal dan ia

dilarang melakukan pertunjukan di beberapa daerah. Tetapi pecekalan

tersebut tidak serta merta mengakibatkan nama Iwan Fals surut, akan

21 Manajemen tiga rambu,op.,cit.

22 Ginting, op., cit., h. 288.

23 Tigarambu, op., cit.

Page 49: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

37

tetapi justru semakin melambung. Disebabkan syair dan musiknya

yang kritis tersebut Iwan Fals secara sadar atau tidak telah membuat

“musuh bersama”, yaitu birokrasi orde baru yang dipenuhi nuasa

korupsi, kolusi, dan nepotisme.24

Sentuhan musik Iwan Fals banyak dipengaruhi irama country yang

kental nuansa folk-nya. Pada perkembangan selanjutnya warna musik

Iwan Fals tidak segan untuk mengelaborasi dengan warna lain seperti

pop, rock, dan bahkan jazz.25

Karya yang telah dilahirkan Iwan Fals, membuat dirinya pantas

menerima berbagai macam penghargaan diantaranya: juara satu

Festival Musik Country (1980), penghargaan dari Anugrah Musik

Indonesia sebagai penyanyi solo terbaik country/balada (1999),

penghargaan album dan penyanyi terbaik oleh AMI Award sebanyak 6

kali berturut-turut, penghargaan penyanyi dan album paling ngetop

dari SCTV Music Award, dan penghargaan Satyalancana Kebudayaan

Pemerintah Republik Indonesia (2010).

2) Gambaran Umum Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” adalah lagu yang

terinspirasi dari maraknya kasus penebangan hutan yang dilakukan

secara ilegal. Ide pembuatan lagu bertema lingkungan muncul ketika

alam tak lagi bersahabat. Dari lagu ini kita bisa memetik pesan bahwa

merawat alam bukan hanya celoteh melainkan harus ada tindakan yang

nyata.

Itu mengelitik saya untuk terus belajar. Saya juga tahu kalau pohon

dan hutan ditebangi tidak ada air. Saya jalani hidup saya saja.

Kalau enggak, saya akan ngomong. Bentuk omongan saya,

24 Dharmo Budi Suseno, Nasionalisme Cinta Iwan Fals, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004),

h. 2.

25

Ibid., h. 11.

Page 50: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

38

kebetulan kerja saya dari musik yang saya tuangkan dalam sebuah

lagu. Kalau itu menjadi apa, Allah yang atur. Wallahu A‟lam.26

Lewat karyanya Iwan berharap akan memberikan manfaat untuk

semua orang, terutama ketika mendengar lagu-lagunya orang akan

sadar terhadap rusaknya lingkungan sehingga menimbulkan rasa agar

bertindak ikut serta menangangi kerusakan yang terjadi. Salah satu

usaha Iwan untuk dapat memberi manfaat bagi orang banyak adalah

lewat lagu-lagu yang ia ciptakan. Bagi Iwan Fals, “prinsip hidupnya

yang terpenting adalah bermanfaat bagi orang lain.” Kalau tangan saya

masih bisa meraih untuk memberi manfaat kenapa enggak. Tapi saya

tidak bisa merangkul semua.”27

Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi termasuk lagu yang

ada dalam album OPINI, lagu ini rilis pada tahun 1982 bebarengan

dengan lagu Galang Rambu Anarki. Lagu ini terinspirasi dari moment

kenaikan harga BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan

kelahiran anak pertamanya hingga menyebabkan harga-harga menjadi

melonjak. Album merupakan sebuah kritikan yang pas pada zamannya

sehingga tak aneh kalau albumnya meledak di pasaran. Adanya

penaikan harga BBM merupakan salah satu tanda krisis ekonomi di

tahun 80-an. Iwan Fals seakan sudah membaca keadaan alam yang

akan terjadi. Krisis ekonomi menyebabkan tuntutan hidup manusia

menjadi tinggi hal ini pula dapat mempengaruhi pemanfaatan alam

yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Secara keseluruhan lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak

Lagi” yang terdapat dalam album OPINI memberikan kritikan terhadap

lingkungan terutama mengenai kerusakan hutan yang diakibatkan oleh

ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Lagu ini bercerita tentang

angkuhnya para pemegang modal yang mengambil hasil hutan

26

Arbi Sumandoyo, Hikayat karya-karya Iwan Fals,

https://www.merdeka.com/peristiwa/hikayat-karya-karya-iwan-fals.html, diakses pada tanggal 2

Desember 2018, pukul 8:06 WIB. 27

Ibid

Page 51: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

39

sembarangan tanpa memiliki surat izin penebangan hutan dari

pemerintah. Lagunya berupa sindiran yang ditunjukan kepada

pemerintah yang hanya membuat janji kosong terhadap kelestarian

hutan.

Dalam lirik lagu ini Iwan Fals, menuliskan kekecewaannya

terhadap kerusakan hutan yang disebabkan oleh ulah manusia yang tak

bertanggung jawab, yang hanya mementingkan kepentingan diri

sendiri tanpa berpikir panjang akan dampak yang dirasakan generasi

yang akan datang. Mengingat, hutan adalah paru-paru bumi sebagai

penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Jika

hutan semakin rusak, maka tidak ada oksigen yang dihasilkan dan hal

ini dapat menimbulkan berbagai dampak yang berbahaya. Seperti:

bencana erosi, tanah kering, banjir, pemanasan global, efek rumah kaca

yang pasti merugikan semua pihak. Tidak hanya itu rusaknya hutan

juga membuat para penghuni hutan kehilangan tempat tinggalnya

sehingga keberadaannya terancam.

Pembahasan yang utama dari lagu ini adalah masalah krisis hutan,

hutan yang merupakan organ penting kehidupan dan bermanfaat bagi

seluruh penduduk bumi namun keberadaannya diusik dan dirusak

dengan cara ditebang terus-terusan untuk memenuhi kepuasan pribadi

sehingga merampas hak generasi masa depan bangsa untuk menikmati

manfaatnya.

Selain lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”, lagu-lagu

yang bertema lingkungan juga terdapat dalam album yang lain salah

satunya dalam album KESEIMBANGAN yang dirilis pada tahun

2010. Hutan Ku, Pohon Kehidupan, dan Tanah Sisir Tanam merupakan

judul dari lagu bertema lingkungan dalam album ini. Namun pemilihan

lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” merupakan lagu yang

menurut penulis sesuai dengan tema yang diambil yaitu mengenai

kerusakan lingkungan.

Page 52: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

40

3. Ebiet G. Ade

1) Perjalanan Ebiet G. Ade

Pemilik nama lengkap Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far ini dikenal

dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok

tersisih. Lewat lagu-lagunya yang bergenre balada, ia antara lain

“memotret” suasana bencana dengan syair religius.28

Lagu-lagunya

pun selalu melekat di telinga masyarakat hingga sekarang. Pria

kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah pada 21 April 1954

ini merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara dari pasangan Aboe

Dja'far dan Saodah. Ayahnya seorang PNS, sedangkan ibunya adalah

pedagang kain. Ebiet menempuh pendidikannya hanya sampai SMA

karena keterbatasan biaya.29

Sama seperti Iwan Fals yang tidak sengaja menggunakan nama

Fals, Ebiet G. Ade pun juga begitu. Nama tersebut ia dapati saat

mengikuti kursus Bahasa Inggris, bermula dari kebiasaan sang guru

yang merupakan orang asing kesulitan memanggilnya „Abid‟ Ghoffar

kata Abid menjadi Ebiet. Panggilan tersebut sampai sekarang melekat

bersama Ebiet.

“Dengan logat bulenya, Abid selalu dipanggil Ebiet karena dalam

Bahasa Inggris „A‟ dibaca „E‟.

Lama-kelamaan nama tersebut menjadi melekat dalam dirinya,

teman-temannya pun mulai terbiasa memanggil dengan nama

Ebiet. Singkatan G. diambil dari nama keduanya yaitu Ghoffar,

sedangkan „Ade‟ adalah inisial nama ayahnya „Aboe Dja'far‟.”30

Saat usianya 17 tahun, Ebiet sering berkumpul dengan seniman

muda Yogyakarta. Kemampuannya dalam menciptakan syair semakin

berkembang setelah bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair),

Eko Tunas (cerpenis), dan E.H.Kartanegara (penulis). Meski bisa

28

Selamat Ginting, Berita Kepada Kawan,

https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/nhjk5h, diakses pada tanggal 2 Desember

2018, pukul 00.44 WIB 29

Ebiet G. Ade Management, Ebiet G. Ade Official Website,

http://www.ebietgade.com/page1.html, diakses pada tanggal 15 November 2018, pukul 22:48WIB. 30

Ibid

Page 53: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

41

menciptakan puisi, namun Ebiet tak ingin hanya sekadar

membacakannya. Ia pun mengambil alternatif dengan menyanyikan

puisi-puisi tersebut, atau biasa disebut musikalitas puisi.31

Ebiet G.

Ade adalah seorang musisi yang tidak ingin dirinya dijuluki sebagai

seorang penyanyi meski dia dikenal masyarakat lewat lagu-lagunya.

Dia bersih keras menganggap dirinya sebagai seorang penyair.32

Dalam lirik-lirik yang terpancar lewat lagu-lagu Ebiet G. Ade memang

terasa sekali sentilan yang puitis

Keahlian bermain gitar ia pelajari dari kakaknya yaitu Ahmad

Mukhodam untuk pertama kali. Ia pun terus mengasah kemampuan

bergitar dengan belajar bersama Kusbini. Ia sering tampil dalam pentas

seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di

Jawa Tengah. 33

Pada awalnya, Ebiet hanya menganggap kegiatan pentas seni

tersebut hanyalah hobi. Namun, atas dorongan teman-temannya, Ebiet

pun memutuskan untuk terjun ke belantika musik Indonesia. Ia

diterima oleh Jackson Record tahun 1979 dengan mengeluarkan album

pertamanya Camelia. Pada usia 25 tahun inilah, karier profesionalnya

dimulai.34

Suami dari Koespudji Rahayu Sugianto ini pun hijrah ke ibukota

dan melakukan berbagai rekaman. Ebiet bahkan sempat rekaman di

Filipina untuk album Camelia III. Tak tanggung-tanggung, Ebiet juga

pernah rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat untuk album ke-8

bertajuk Zaman dengan menggandeng Addie M.S. dan Dodo Zakaria.35

Lagu-lagu yang diciptakannya berhasil memberi warna baru dalam

belantika musik Indonesia. Bahkan, ia telah menjadi tren di tengah

masyarakat. Dalam perjalanannya, Jackson Record terpaksa tutup

31

Ibid

32

Tengsoe Tjahjono Libertus, Sastra Indonesia Pengantar Teori & Apresiasi. (Flores: Nusa

Indah. 1998), h. 86. 33

Ibid 34

Ibid 35

Ibid

Page 54: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

42

setelah 7 tahun mengiringi kesuksesan Ebiet G. Ade. Untuk

menghadapi problema ini, Ebiet pun membuat dapur rekamannya

sendiri yang diberi nama EGA Recods. Ia telah memproduksi 3 album

dengan dapur rekaman miliknya tersebut di antaranya album

Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.36

Lirik-liriknya banyak bercerita tentang alam, keluarga, dan

romansa. Lebih khusus lagi tentang alam: kontemplasi atas bencana

yang terjadi. Simak, misalnya, penggalan Untuk Kita Renungkan:

Anak menjerit-jerit//asap panas membakar//Lahar dan badai menyapu

bersih//Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat//Bahwa kita mesti

banyak berbenah. ”Kemampuan saya ya hanya seperti ini, memotret

keadaan sekeliling saya dan menerjemahkannya dalam musik yang

sederhana dan mudah dicerna.”37

Kembali produktif, Ebiet G. Ade pun kembali merilis album Aku

Ingin Pulang, sedangkan di tahun 1998 Ebiet merilis album bertajuk

Gamelan yang berisi 5 lagu lawas yang diarasemen ulang dengan

musik gamelan. Setelah merilis album Balada Sinetron Cinta (2000)

dan Bahasa Langit (2001), Ebiet kembali vakum untuk albumnya

sendiri. Namun, lagu-lagunya tetap hadir bersama album-album

kompilasi di antaranya yaitu Nyanyian Cinta (2003), Tembang

Renungan Hati (2003), Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik (2004), dan

Yogyakarta (2006).38

Pada tahun 2007, Ebiet kembali merilis album bertajuk In Love:

25th Anniversary untuk memperingati ulang tahun pernikahannya yang

ke-25 tahun. Ia memasukan 13 lagu dengan arasemen lama, 2 lagu

lama dengan arasemen baru, dan 1 lagu baru. Pembuatan album ini

dibantu oleh Anto Hoed, suami dari Melly Goeslaw. Sebagai seniman,

36

Ibid 37

Elsy Maisany, Memotret Keadaan Sekitar, Menerjemahkannya dalam Musik. Konsistensi

Ebiet G Ade Melagukan Puisi yang Berbuah Satyalencana Kebudayaan,

https://padek.co/koran/padangekspres.co.id/cetak/berita/113082/Memotret_Keadaan_Sekitar,_Men

erjemahkannya_dalam_Musik, diakses pada tanggal 03 Desember 2018, pukul 12:13 WIB 38

Ibid

Page 55: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

43

ia tak kenal henti untuk terus berkarya meskipun sudah memasuki

kepala enam. Pada tahun 2013, Ebiet merilis album bertajuk Serenade

dengan lagu-lagu baru di dalamnnya. Album tersebut diciptakan untuk

istrinya dan masyarakat Indonesia.39

Dari karyanya Ebiet mendapat banyak apresiasi dari semua

kalangan, tapi hal tersebut tidak membuatnya besar kepala. Baginya

yang terpenting adalah lagu-lagu yang dia ciptakan bisa memberi

manfaat bagi para pendengar.

Saya berharap apa yang telah saya lakukan dalam karya saya bisa

menginspirasi generasi muda dalam melakukan terobosan,

terutama di bidang kesenian," ujar Ebiet. Penghargaan yang

diraihnya baru-baru ini, tidak disangka-sangka olehnya. Ebiet

mengaku itu di luar dugaannya sama sekali. Namun, ia ikut senang

jika karya dan kariernya memdapat apresiasi dari pihak lain.40

Bahkan memasuki usia 63 tahun, ia tetap aktif di panggung-

pangung musik tanah air. Konsistensi pada di genre baladanya tetap

menarik penikmat musik di tengah maraknya genre musik lainnya,

pop, rock, dangdut, R&B, Jazz, dan K-pop. Sekalipun, Ebiet tak

mengeluarkan lagu baru, tapi lagu-lagu lamanya tetap tak lekang oleh

waktu.41

Atas karyanya, Ebiet diganjar sejumlah penghargan, Penghargaan

Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987), Penyanyi Solo dan Balada

Terbaik Anugerah Musik Indonesia (1997), Planet Muzik Awards

Singapura (2002), dan Penghargaan Peduli Award Forum Indonesia

Muda (2006).42

2) Gambaran Umum Lagu Langit Terluka

Lagu Langit Terluka merupakan lagu yang ditulis oleh Ebiet G.

Ade. Lagu ini terdapat dalam album seraut wajah yang rilis pada tahun

39

Ibid 40

Wachyu Ap, Ebiet G. Ade Konsistensi Jadi Kekuatan Berkarier, / www.koran-

jakarta.com/ebiet-g-ade-konsistensi-jadi-kekuatan-berkarier/ diakses pada tanggal 02 Desember

2018, pukul 05:42 WIB. 41

Ebie G. Ade Management, op.,cit. 42

Ibid

Page 56: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

44

1990. Lagunya bercerita mengenai rapuhnya alam akibat oleh manusia.

Lagu ini terispirasi dari isu bencana pemanasan global dan efek rumah

kaca yang terdapat di Indonesia.

Lewat lagu ini Ebiet menggambarkan bagaimana bumi kesakitan

menahan luka. Pohon-pohon enggan tumbuh, sumber air mulai krisis,

dan penduduk bumi pun enggan berbahagia. Ini semua akibat ulah

manusia dengan sikap tamaknya. Manusia hanya memanfaatkan alam

tanpa memberi balasan untuk merawat alam. Dalam lagu ini Ebiet G.

Ade seolah mengajak manusia menjadi penyelamat dunia dengan

berbagai usahanya. Melakukan penyelamatan dan menyingkirkan hal-

hal buruk. Bagi Ebiet G. Ade selama masih ada usaha baik dan ridho

dari yang kuasa bumi bisa kembali pulih.

Lagu “Langit terluka” terinspirasi dari isu bencana pemanasan

global dan efek rumah kaca yang terjadi di Indonesia. Harapan

mengenai bumi yang bisa pulih dari kesakitannya Ebiet G. Ade

tertuang dalam lirik lagu ini. Bumi bisa pulih kembali sehinga unsur

didalamnya (tumbuhan, hewan, sumber air) bisa tetap abadi.

Kerusakan lingkungan bisa ditangani bila adanya usaha memperbaiki

bersama-sama. Bukan hal yang asing jika dalam lagunya Ebiet G. Ade

selalu membawa nama Tuhan disetiap liriknya. Seperti pada lagunya

yang berjudul “Berita Kepada Kawan”, dalam lagu “Langit Terluka”

juga terdapat kata Tuhan. Menurut Ebiet G. Ade dalam kehidupan

campur tangan Tuhan selalu berperan dan berpengaruh besar. Lirik

lagu Ebiet G. Ade banyak bercerita tentang alam, keluarga, dan

romansa. Konsistensi Ebiet G. Ade terlihat dalam penulisan liriknya,

lagu-lagunya bisa dibilang merupakan puisi-puisi yang dinyanyikan

atau yang sering kita sebut musikalisasi puisi.

Page 57: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

89

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis tema protes terhadap kerusakan lingkungan

dalam puisi dan lirik lagu serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa

dan sastra di sekolah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi

Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu

Langit Terluka karya Ebiet G. Ade menampilkan berbagai tema protes

terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia pada tahun

80-90 an. Kelahiran puisi dan lirik lagu yang mengangkat tema protes

terhadap kerusakan lingkungan dilatarbelakangan dari keadaan sosial-

politik pada masa itu. Kebijakan politik yang ada di Indonesia pada

saat itu diyakini berkaitan dengan persoalan lingkungan, karena

hampir semua kerusakan lingkungan terjadi akibat kebijakan-

kebijakan yang keluar dari berbagai kepentingan dan arah politik.

Maka dari itu, ditahun 80 hingga 90 –an berbagai kalangan kerap

mengajukan protes lewat karyanya terhadap kerusakan lingkungan,

termasuk dalam puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail,

lirik lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals,

dan lirik lagu Langit Terluka karya Ebiet G. Ade. Dalam puisi dan

lirik lagu ini menampilkan potret kerusakan lingkungan yang terjadi

di Indonesia. Mulai dari bencana alam yang sering terjadi, kebakaran

hutan, punahnya flora dan fauna, kekeringan, banjir dan longsor,

gempa bumi, kekeringan, lapisan ozon yang menipis, serta dampak

kerusakan lingkungan lainnya baik yang disebabkan oleh manusia

maupun alam. Lewat istilah-istilah alam yang digunakan Taufik

Ismail, Iwan Fals, dan Ebiet G. Ade memberikan gambaran yang

konkret kepada pembaca dan pendengar, sehingga pembaca dan

pendengar dapat mengetahui kondisi yang terjadi pada masa itu.

Page 58: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

90

2. Pembahasan tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi

dan lirik lagu serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan

sastra di sekolah dapat memenuhi kompetensi Dasar (KD) yang

berkaitan dengan sikap spiritual, kritis, bertanggungjawab, dan sosial

dalam Kurikulum 2013 (KURTILAS). KD yang berkaitan dengan

materi pokok bahasan sastra, yaitu memahami struktur pembangunan

dan nilai-nilai dalam puisi yang terdapat pada kelas X SMA semester

II (genap). Kegiatan menganalisis dan nilai-nilai yang terdapat dalam

puisi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teori analisis

puisi, menumbuhkan sikap dan minat membaca, menumbuhkan

kepekaan terhadap realita sosial, serta membuka pandangan tentang

kondisi sosial manusia dan negara Indonesia. Selanjutnya, dalam

kegiatan menganalisis struktur puisi, siswa akan mempraktikkan

empat keterampilan bahasa, yaitu menyimak, membaca, menulis, dan

berbicara. Penggunaan tema kerusakan lingkungan yang diambil

dalam materi pembelajaran ini, diharapkan dapat menumbuhkan

kesadaran siswa untuk lebih peduli dengan lingkungan.

B. Saran

1. Tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi Membaca

Tanda-Tanda serta lirik lagi Isi Rimba Tak Ada Tempat berpijak lagi

dan Langit Terluka ini dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran

sastra di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam puisi dan lirik lagu

tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan sejarah yang dapat dipelajari

oleh peserta didik. Melalui puisi dan lirik lagu tersebut, selain siswa

dapat mengetahui keadaan lingkungan di Indonesia pada tahun 80

hinga 90-an, diharapkan siswa juga dapat memperoleh kesadaran agar

peduli terhadap lingkungan.

2. Puisi dan lirik lagu tentang tema protes terhadap kerusakan lingkungan

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam menganalisis

karya sastra. Melalui kegiatan menganalisis karya sastra berupa puisi

Page 59: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

91

dan lirik lagu yang membahas tema kerusakan lingkungan di Indonesia

pada tahun 80 sampai 90-an ini siswa dapat mengetahui hubungan

manusia yang dalam hal ini adalah keadaan lingkungan di Indonesia

pada tahun 80 sampai 90-an.

Page 60: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

98

DAFTAR PUSTAKA

Aswinarko dan Ahmad Bahtiar. Kajian Puisi: Teori dan Praktik. Jakarta:

UNINDRA Press, 2013.

Busroh, Hamzah. Metoda Pendidikan Seni Musik. Tugu: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1978.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:

bukupop, 2014.

Ghony, M. Djunaidi . Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz media,

2016.

Ginting, Asriat, dkk. Musisiku. Jakarta: Republika, 2007.

Ismail, Taufik. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Jakarta:Yayasan Indonesia,

2004.

Luxemburg, Jan Van., Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. Tentang sastra.

Jakarta: Intermasa, 1989.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2016.

Nada, Thaha. Sastra Bandingan. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,

1999.

Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2014.

Pratiwi, Dian Ika. Sastrawan Angkatan 1966-1970. Depok: Logika Galileo, 2011.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007.

Rahman, Jamal D. dkk. 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2014.

Rohman, Saifur dan Emir. Teori dan pengajaran sastra. Jakarta: Rajawali Pers,

2016.

Page 61: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

99

Rosidi, Ajip. Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia. Bandung: PT. Dunia Pustaka

Jaya. 2013.

Salad, Hamdy. Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2015.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Siswono, Eko. Ekologi Sosial. Yogyakarta: Ombak. 2015.

Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Yogyakarta:

Djambatan, 1985.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Sumardi. Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1985.

Suseno, Dharmo Budi. Nasionalisme Cinta Iwan Fals. Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2004.

Tarigan, Hendry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa, 2013.

Libertus, Tengsoe Tjahjono. Sastra Indonesia Pengantar Teori & Apresiasi.

Flores: Nusa Indah. 1998.

Waluyo, Herman J . Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Wardoyo, Sigit Mangun. Teknik Menulis Puisi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Warsiman.Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis. Malang: UB

Media, 2016.

Warsiman. Pengantar Pembelajaran Sastra. Malang: UB Press, 2017.

Situs Resmi

Situs resmi Iwan Fals. Manajemen tiga rambu, Situs resmi Iwan Fals dalam

album OPINI, http://www.iwanfals.co.id/article/our-story,

diaksespadatanggal 14 November 2018,pukul 16:57.

Situs resmi Ebiet G. Ade Management. Ebiet G. Ade Official website.

http://www.ebietgade.com/page1.html.diunduh tanggal 15 November 2018,

pada pukul 22:48WIB.

Page 62: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

100

Nauman, Indra Jaya. Makalah Kongres Bahasa Indonesia X di Jakarta, Puisi

sebagai Media Pendidikan Berbasis Lingkungan Hidup, 2015.

Surat Kabar

Ap, Wachyu. Ebiet G Ade Konsistensi Jadi Kekuatan Berkarier. www.koran-

jakarta.com/ebiet-g-ade-konsistensi-jadi-kekuatan-berkarier/. diakses pada

tanggal 02 Desember 2018, pukul 05:42 WIB.

Ginting, Selamat. Berita Kepada Kawan.

https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/nhjk5h, diakses

pada tanggal 2 Desember 2018, pukul 00.44 WIB

Hadjar, Nasril. Mendeteksi Kebakaran Hutan dengan “Thermal Scanner”,

Kompas edisi Minggu, 27 September 1987.

Harun, Ady Surya. Hujan Asam, Peringatan bagi Pencemaran Udara, dimuat

dalam surat kabar kompas edisi, 10 Agustus 1986.

Ira, Laporan Banjir dari Berbagai Daerah, (dimuat dalam berita kompas edisi

Selasa, 16 Januari 1979.

Maisany, Elsy.Memotret Keadaan Sekitar, Menerjemahkannya dalam Musik.

Konsistensi Ebiet G Ade Melagukan Puisi yang Berbuah Satyalencana

Kebudayaan.https://padek.co/koran/padangekspres.co.id/cetak/berita/11308

2/Memotret_Keadaan_Sekitar,_Menerjemahkannya_dalam_Musik, diakses

pada tanggal 03 Desember 2018, pukul 12:13 WIB

Man, Kelaparan di Jayawijaya, Kompas edisi Selasa, 30 September 1997.

Mang Usil, Pojok Kompas: Banjir di Larantuka, Kompas edisi Senin, 5 Maret

1979.

Mang Usil, Pojok Kompas Berita Banjir, Kompas edisi Senin, 24 Mei 1982.

Nal, Dihentikan, Pencarian Korban Longsor, Kompas edisi Minggu, 12

Desember 1999.

NN, Banjir Ciamis Makin Luas, Kompas edisi Senin, 30 November 1981.

NN, Dampak Kekeringan Mulai Menggelisahkan, Kompas edisi Sabtu, 15

Agustus 1987.

NN, Kekeringan Sudah Kritis, Kompas edisi Kamis, 9 September 1976.

Page 63: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

101

Rio, Efek Rumah Kaca Bisa Naikkan Permukaan Laut Teluk Jakarta, Kompas

edisi Rabu, 15 November 1989.

Subrata, Subagio. Masalah Macan Tutul Masuk Desa dan Ekspor Monyet,

Kompas edisi Senin, 8 Desember 1980.

Sumandoyo, Arbi. Hikayat karya-karya Iwan Fals.

https://www.merdeka.com/peristiwa/hikayat-karya-karya-iwan-fals.html.

diakses pada tanggal 2 Desember 2018, pukul 8:06 WIB.

Wgt, Tungro Masih Menyerang Tanaman Padi di Kalsel, Kompas edisi Selasa, 2

September 1986.

Artikel Maya

Team 1001indonesia.net. Taufik Ismail Penyair angkatan 66.

https://1001indonesia.net/taufiq-ismail-penyair-angkatan-66/. diakses pada

tanggal 23 April 2019, pukul 22:17 WIB.

Wijaya, Rony. Biografi Taufik Ismail. http://bio.or.id/biografi-taufiq-ismail/.

diakses pada tanggal 23 April 2019, pukul 22:34 WIB.

Wink. Biografi Taufik Ismail. https://www.biografiku.com/biografi-taufik-

ismail/#comments, diakses pada tanggal 23 April 2019, pukul 23: 22 WIB.

Page 64: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Lampiran 1

Membaca Tanda-Tanda oleh Taufik Ismail

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas

Tapi kini kita mulai merindukannya

Kita saksikan udara abu-abu warnanya

kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya

burung-burung kecil tak lagi berkicau di pagi hari

Hutan kehilangan ranting

Ranting kehilangan daun

Daun kehilangan dahan

Dahan kehilangan hutan

Kita saskikan zat asam didesak asam arang

dan karbon dioksiditu menggilas paru-paru

Kita saksikan gunung memompa abu

abu membawa batu

batu membawa lindu

lindu membawa longsor

longsor membawa air

air membawa banjir

banjir membawa air

air mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda

Bisakah kita membaca tanda-tanda?

ALLAH ...

Kami telah membaca gempa

Kami telah disapu banjir

Kami telah dihalau api dan hama

Kami telah dihujani abu dan batu

ALLAH ...

Ampunilah dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membaca tanda-tanda

Page 65: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepasdari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas

tapi kini kami mulai merindukannya. (1982)1

Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Karya Iwan Fals

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang

Berpadu dengan jerit isi rimba raya

Tawa kelakar badut badut serakah

Tanpa HPH berbuat semaunya

Lestarikan alam hanya celoteh belaka

Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu

Oh mengapa

Oh jelas kami kecewa

Menatap rimba yang dulu perkasa

Kini tinggal cerita

Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui

Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti

Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi

Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Lestarikan hutan hanya celoteh belaka

Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu

Saja

Oh jelas kami kecewa

Mendengar gergaji tak pernah berhenti

Demi kantong pribadi

Tak ingat rejeki generasi nanti2

1 Nauman, Indra Jaya. Makalah Kongres Bahasa Indonesia X di Jakarta, Puisi sebagai Media

Pendidikan Berbasis Lingkungan Hidup, 2013.

2Manajemen tiga rambu, Situs resmi Iwan Fals dalam album OPINI,

http://www.iwanfals.co.id/discography/album/4-opini, diakses tanggal 29 Oktober 2018, pukul

21:30 WIB.

Page 66: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Langit Terluka

Karya Ebiet G. Ade

Jala api, lidahnya terjulur menyengat wajah bumi

Awan terbakar, langit berlubang menganga

menyeringai bagaikan terluka

Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya

Mata air terengah-engah, dahaga

Burung-burung hanya basa-basi berkicau

Lapisan jagat terkelupas

Semua karena ulah kita

Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho

Jala api, lidahnya berkelit saat ingin kutangkap

Terlampau naif angan-angan yang kurajut

untuk menyelamatkan dunia

Setiap detik ingin kutanam pepohonan

Mata air kuluahi embun surgawi

Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi

Kuhapus semua mimpi buruk

dan mekarlah bunga-bunga

Masa depan buat mereka ho ho

Bila matahari bangkit dari tidur

aku mulai berfikir, bagaimanakah caranya hu hu

bila sinar rembulan mulai merah menyala?

Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa

Dari jendela kamarku dapat aku dengar

Gemercik suara air kali yang tak pernah berhenti

Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka3

3 Adi Adrian, Seraut Wajah (1990), http://www.ebietgade.com/page1.html, diakses pada

tanggal 13 November 2018, pukul 11:45 WIB.

Page 67: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Lampiran 2

Tabel I

Tabel Gaya Bahasa Puisi Membaca Tanda-Tanda

DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA

1 Kita saskikan zat asam didesak asam arang

Personifikasi

2 dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru

3 Kita saksikan gunung memompa abu

4 abu membawa batu

5 batu membawa lindu

6 lindu membawa longsor

7 longsor membawa air

8 air membawa banjir

9 banjir membawa air

10 Kami telah disapu banjir

11 Kami telah dihalau api dan hama

12 Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

Metafora dan meluncur lewat sela-sela jari kita

13 Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas

Perumpamaan Tapi kini kita mulai merindukannya

14 banjir membawa air

Hiperbola air mata

15 Ada sesuatu yang rasanya ....

Anafora

Ada sesuatu yang mulanya ....

16 kita saksikan udara abu-abu warnanya

kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya

17

Kami telah membaca gempa

kami telah disapu banjir

kami telah dihalau api dan hama

kami telah dihujani abu dan batu

18

Hutan kehilangan ranting

Mesodilopsis

ranting kehilangan daun

daun kehilangan dahan

dahan kehilangan hutan

19

abu membawa batu

batu membawa lindu

lindu membawa longsor

longsor membawa air

air membawa banjir

banjir membawa air mata

Page 68: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel II

Kata Konkret Puisi Membaca Tanda-Tanda

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I 1 Tangan 2

2 Sela-sela jari 2

II

1 Udara abu-abu warnanya 1

2 Air danau semakin surut 1

3 Burung-burung kecil 1

4 Hutan 1

5 Ranting 2

6 Daun 2

7 Dahan 2

III 2 Paru-paru 1

IV

1 Gunung 1

2 Abu, batu 2

4 Lindu, longsor 2

6 Air, banjir 2

7 Air mata 1

V 5 Dihujani 1

Tabel III

Kata Abstrak dalam Puisi Membaca Tanda-Tanda

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I

1 Sesuatu, rasanya 4

2 Meluncur 2

4 Tak begitu jelas 2

II 4 s.d. 7 Kehilangan 4

III 1 Zat asam, asam arang 1

2 Karbon dioksida 1

V 1 Tanda-tanda 2

VII 1 Ampunilah 1

2 Kearifan 1

Page 69: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel IV

Tabel Imaji dalam puisi Membaca Tanda-Tanda

Bait Imaji Banyak Keterangan

II, III,

V Penglihatan 5 Saksikan

II Pendengaran 1 Berkicau

I, VII Perasaaan 2 Rasanya,

merindukannya

Tabel V

Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA

20 Raung buldozer gemuruh pohon tumbang

Personifikasi Berpadu dengan jerit isi rimba raya

21 Menatap rimba yang dulu perkasa

22 Bencana erosi selalu datang menghantui

23 Tawa kelakar badut-badut serakah Metafora

24 Demi kantong pribadi

25 Lestarikan alam hanya celoteh belaka

Anafora Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu

26 Lestarikan hutan hanya celoteh belaka

Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

27 Kini tinggal cerita pengantar lelah si buyung Metonimia

Tabel VI

Kata Konkret Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I 1 Buldozer 1

Pohon Tumbang 1

I, III, VI 2, 2, 3 Rimba 3

I 3 Tawa Kelakar 1

Badut 2

II 1, 2 Alam 2

VI

1 Bencana Erosi 1

2 Tanah Kering 1

Banjir 1

4 Manusia 1

V 1, 2 Hutan 2

VI 2 Gergaji 1

Page 70: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel VII

Kata Abstrak Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Bait Larik Kata Abstrak Banyaknya

I 3 Serakah 1

4 Semauanya 1

II, V 1, 2 Lestarikan 4

III 1 Kecewa 1

IV 1 Menghantui 1

4 Rakus 1

VI 4 Rejeki 1

Tabel VIII

Tabel Imaji Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Bait Imaji Banyak Keterangan

I, VI Pendengaran 4 Raung buldozer, jerit isi rimba,

tawa kelakar, mendengar gergaji

I

Penglihatan 9

Tawa kelakar, badut-badut serakah,

III perkasa, menatap, menghantui,

IV tanah kering kerontang, banjir

IV isi rimba, punah

VI Perasaan 1 Kecewa

Tabel IX

Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Langit Terluka

DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA

28 Jala api, lidahnya terjulur

Personifikasi

menyengat wajah bumi

29 Awan terbakar, langit berlubang menganga

menyeringai bagaikan terluka

30 Pohon-pohon terkapar letih

tanpa daya

31 Mata air terengah-engah, dahaga

Burung-burung hanya basa-basi berkicau

32 Bila matahari bangkit dari tidur

33 Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka

32 Awan terbakar, langit berlubang menganga

Perumpamaan menyeringai bagaikan terluka

33

Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya

Sinisme Mata air terengah-engah, dahaga

Burung-burung hanya basa-basi berkicau

Lapisan jagat terkelupas, semua karena ulah kita

Page 71: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho

34 Setiap detik ingin kutanam pepohonan

Metafora Mata air kuluahi embun surgawi

35 Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi

Hiperbola Kuhapus semua mimpi buruk

Tabel X

Kata Konkret Lirik Lagu Langit Terluka

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I 1 Lidahnya terjulur 1

4 Pohon-pohon 1

I, II 5 Mata air 2

I, II 6 Burung-burung 2

II 8 Bunga-bunga 1

III

1 Matahari 1

3 Sinar rembulan 1

5 Jendela kamarku 1

Tabel XI

Kata Abstrak dalam Lirik Lagu Langit Terluka

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I,I

1

Jala api 1

I

Menyengat 1

Wajah bumi 1

3 Menyeringai 1

Terluka 1

5 Terengah-engah 1

II

1 Kutangkap 1

2 Terlampau 1

3 Menyelematkan 1

5 Kuluahi 1

7 Kuhapus 1

Mimpi buruk 1

III

2 Berfikir 1

4 Berharap 1

Kearifan 1

7 Langit terluka 1

Page 72: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel XII

Tabel Imaji dalam Lirik Lagu Langit Terluka

Bait Imaji Banyak Keterangan

I Penglihatan 8

Jala api, lidahnya terjulur

menyengat wajah bumi

Awan terbakar, langit berlubang menganga

menyeringai bagaikan terluka

Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya

Lapisan jagat terkelupas

mekarlah bunga-bunga

Bila matahari bangkit dari tidur

sinar rembulan mulai merah menyala?

I, II Pendengaran 3

Berkicau, bernyanyi-nyanyi,

III Gemercik suara air kali

II Perabaan 2 Kutangkap, kurajut

Page 73: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester : X / 2

Materi Pokok : Teks Puisi

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit (2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

peyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.17 Menganalisis unsur pembangun puisi. 3.17.1 Menganalisis kata konkret dalam

puisi.

3.17.2 Menganalisis gaya bahasa dalam

puisi

3.17.3 Menganalisis rima dalam puisi

3.17.4 Menganalisis tipografi dalam puisi

3.17.5 Menganalisis tema dalam puisi

3.17.6 Menganalisis rasa dalam puisi

3.17.7 Menganalisis nada dalam puisi

3.17.8 Menganalisis amanat dalam puisi

C. Tujuan Pembelajaran 1. Mengindentifikasi unsur fisik dan batin pembangun puisi

D. Materi Pembelajaran Rekaman puisi atau pembacaan langsung:

E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran Pendekatan : Pedagogi genre, Saintifik approach

Model : Discovery learning (pertemuan pertama),

Penugasan dan diskusi (pertemuan ke 2)

Page 74: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Metode : Penugasan, tanya jawab, diskusi.

F. Media/Alat Bahan 1. Media/Alat : LCD, Laptop

2. Bahan : Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi karya

Iwan Fals, Lagu Bali Tolak Reklamasi dipopulerkan oleh Superman

Is Dead, Lagu Bebal karya Sisir Tanah, dan lagu Langit Terluka

karya Ebiet G. Ade

G. Sumber Belajar

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2017 buku siswa.

Video (Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi, Lagu Bali Tolak

Reklamasi, Lagu Bebal, dan lagu Langit Terluka)

Buku/ sumber lain yang relevan.

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

(2 X 40 menit)

Tahap

Langkah-langkah pembelajaran

Alokasi waktu

1. Pendahuluan:

Peserta didik merespon salam dan mensyukuri

anugerah Tuhan dengan berdoa bersama.

Peserta didik menerima apersepsi yang diberikan

guru dengan mendengarkan lagu dan musikalisasi

puisi yang disajikan.

Peserta didik memprediksi materi yang akan

dipelajarinya

Peserta didik menerima informasi tentang materi

dan tujuan yang akan dipelajari serta kegiatan

pembelajaran yang akan dipelajari dalam teks

biografi.

10 menit

INTI

DISCOVERY

1 Stimulation (pemberian rangsangan) Peserta didik membaca lirik lagu Isi Rimba Tak

Ada Tempat Berpijak lagi dan lirik lagu Bebal.

2. Problem Statement (identifikasi masalah) Peserta didik menyimak penjelasan Pendidik

tentang analisis unsur pembangun puisi yang

meliputi:

diksi;

70 menit

Page 75: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

imaji;

kata konkret;

gaya bahasa;

rima/irama;

tipografi;

tema/makna (sense);

rasa (feeling);

nada (tone);dan

amanat/tujuan/maksud (itention).

3. Data collection (Pengumpulan Data) Peserta didik mencari informasi dari berbagai

sumber untuk mengetahui (pengertian, teknik

analisis) unsur pembangun puisi yang meliputi:

diksi;

imaji;

kata konkret;

gaya bahasa;

rima/irama;

tipografi;

tema/makna (sense);

rasa (feeling);

nada (tone);dan

amanat/tujuan/maksud (itention).

4. Data Processing (Pengolahan Data) Peserta didik mendiskusikan lirik lagu Isi Rimba

Tak Ada Tempat Berpijak lagi dan lirik lagu

Bebal.

5. Verification (Pemeriksaan data) Kelompok dengan secara bergantian

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

dalam diskusi kelas untuk memverifikasikan

hasil kerjanya; kelompok lain memberikan

tanggapan

.

6. Generalisation (penarikan kesimpulan) Di bawah bimbingan Pendidik, peserta didik

menyimpulkan hasil analisis unsur pembangun

puisi

.

3. PENUTUP

Kegiatan pendidik bersama peserta didik yaitu:

Menghubungkan isi puisi dengan menunjukkan

perilaku unggul dalam kehidupan sehari-hari.

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang

belum dikuasai.

Meringkas hasil pembelajaran secara lisan .

10 menit

Page 76: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Merefleksi hasil pembelajaran

Kegiatan guru yaitu:

Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan

peserta didik untuk pertemuan kedua.

(menganalis unsur pembangun puisi dalam lirik

lagu Bali Tolak Reklamasi atau lirik lagu Langit

Terluka)

Menjelaskan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya.

G. Penilaian

1. Kompetensi keagamaan dan sosial

a. Teknik penilaian : Observasi/ pengamatan

b. Bentuk : Catatan hasil observasi

2. Kompetensi Pengetahuan

a. Teknik penilaian : Tes

b. Bentuk Penilaian : Tes tulis

c. Instrumen penilaian : Tes uraian

3. Kompetensi keterampilan

a. Teknik penilaian : Penugasan.

b. Bentuk : Tugas tertulis

c. Instrumen penilaian : Lembar kerja

4. Remedial

a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas

b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau

tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.

Ciputat, April 2019

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

NIP/NIK. NIP/NIK.

Page 77: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Lampiran 2

Tabel I

Tabel Gaya Bahasa Puisi Membaca Tanda-Tanda

DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA

1 Kita saskikan zat asam didesak asam arang

Personifikasi

2 dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru

3 Kita saksikan gunung memompa abu

4 abu membawa batu

5 batu membawa lindu

6 lindu membawa longsor

7 longsor membawa air

8 air membawa banjir

9 banjir membawa air

10 Kami telah disapu banjir

11 Kami telah dihalau api dan hama

12 Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

Metafora dan meluncur lewat sela-sela jari kita

13 Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas

Perumpamaan Tapi kini kita mulai merindukannya

14 banjir membawa air

Hiperbola air mata

15 Ada sesuatu yang rasanya ....

Anafora

Ada sesuatu yang mulanya ....

16 kita saksikan udara abu-abu warnanya

kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya

17

Kami telah membaca gempa

kami telah disapu banjir

kami telah dihalau api dan hama

kami telah dihujani abu dan batu

18

Hutan kehilangan ranting

Mesodilopsis

ranting kehilangan daun

daun kehilangan dahan

dahan kehilangan hutan

19

abu membawa batu

batu membawa lindu

lindu membawa longsor

longsor membawa air

air membawa banjir

banjir membawa air mata

Page 78: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel II

Kata Konkret Puisi Membaca Tanda-Tanda

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I 1 Tangan 2

2 Sela-sela jari 2

II

1 Udara abu-abu warnanya 1

2 Air danau semakin surut 1

3 Burung-burung kecil 1

4 Hutan 1

5 Ranting 2

6 Daun 2

7 Dahan 2

III 2 Paru-paru 1

IV

1 Gunung 1

2 Abu, batu 2

4 Lindu, longsor 2

6 Air, banjir 2

7 Air mata 1

V 5 Dihujani 1

Tabel III

Kata Abstrak dalam Puisi Membaca Tanda-Tanda

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I

1 Sesuatu, rasanya 4

2 Meluncur 2

4 Tak begitu jelas 2

II 4 s.d. 7 Kehilangan 4

III 1 Zat asam, asam arang 1

2 Karbon dioksida 1

V 1 Tanda-tanda 2

VII 1 Ampunilah 1

2 Kearifan 1

Page 79: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel IV

Tabel Imaji dalam puisi Membaca Tanda-Tanda

Bait Imaji Banyak Keterangan

II, III,

V Penglihatan 5 Saksikan

II Pendengaran 1 Berkicau

I, VII Perasaaan 2 Rasanya,

merindukannya

Tabel V

Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA

20 Raung buldozer gemuruh pohon tumbang

Personifikasi Berpadu dengan jerit isi rimba raya

21 Menatap rimba yang dulu perkasa

22 Bencana erosi selalu datang menghantui

23 Tawa kelakar badut-badut serakah Metafora

24 Demi kantong pribadi

25 Lestarikan alam hanya celoteh belaka

Anafora Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu

26 Lestarikan hutan hanya celoteh belaka

Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

27 Kini tinggal cerita pengantar lelah si buyung Metonimia

Tabel VI

Kata Konkret Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I 1 Buldozer 1

Pohon Tumbang 1

I, III, VI 2, 2, 3 Rimba 3

I 3 Tawa Kelakar 1

Badut 2

II 1, 2 Alam 2

VI

1 Bencana Erosi 1

2 Tanah Kering 1

Banjir 1

4 Manusia 1

V 1, 2 Hutan 2

VI 2 Gergaji 1

Page 80: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel VII

Kata Abstrak Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Bait Larik Kata Abstrak Banyaknya

I 3 Serakah 1

4 Semauanya 1

II, V 1, 2 Lestarikan 4

III 1 Kecewa 1

IV 1 Menghantui 1

4 Rakus 1

VI 4 Rejeki 1

Tabel VIII

Tabel Imaji Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Bait Imaji Banyak Keterangan

I, VI Pendengaran 4 Raung buldozer, jerit isi rimba,

tawa kelakar, mendengar gergaji

I

Penglihatan 9

Tawa kelakar, badut-badut serakah,

III perkasa, menatap, menghantui,

IV tanah kering kerontang, banjir

IV isi rimba, punah

VI Perasaan 1 Kecewa

Tabel IX

Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Langit Terluka

DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA

28 Jala api, lidahnya terjulur

Personifikasi

menyengat wajah bumi

29 Awan terbakar, langit berlubang menganga

menyeringai bagaikan terluka

30 Pohon-pohon terkapar letih

tanpa daya

31 Mata air terengah-engah, dahaga

Burung-burung hanya basa-basi berkicau

32 Bila matahari bangkit dari tidur

33 Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka

32 Awan terbakar, langit berlubang menganga

Perumpamaan menyeringai bagaikan terluka

33

Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya

Sinisme Mata air terengah-engah, dahaga

Burung-burung hanya basa-basi berkicau

Lapisan jagat terkelupas, semua karena ulah kita

Page 81: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho

34 Setiap detik ingin kutanam pepohonan

Metafora Mata air kuluahi embun surgawi

35 Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi

Hiperbola Kuhapus semua mimpi buruk

Tabel X

Kata Konkret Lirik Lagu Langit Terluka

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I 1 Lidahnya terjulur 1

4 Pohon-pohon 1

I, II 5 Mata air 2

I, II 6 Burung-burung 2

II 8 Bunga-bunga 1

III

1 Matahari 1

3 Sinar rembulan 1

5 Jendela kamarku 1

Tabel XI

Kata Abstrak dalam Lirik Lagu Langit Terluka

Bait Larik Kata Konkret Banyaknya

I,I

1

Jala api 1

I

Menyengat 1

Wajah bumi 1

3 Menyeringai 1

Terluka 1

5 Terengah-engah 1

II

1 Kutangkap 1

2 Terlampau 1

3 Menyelematkan 1

5 Kuluahi 1

7 Kuhapus 1

Mimpi buruk 1

III

2 Berfikir 1

4 Berharap 1

Kearifan 1

7 Langit terluka 1

Page 82: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

Tabel XII

Tabel Imaji dalam Lirik Lagu Langit Terluka

Bait Imaji Banyak Keterangan

I Penglihatan 8

Jala api, lidahnya terjulur

menyengat wajah bumi

Awan terbakar, langit berlubang menganga

menyeringai bagaikan terluka

Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya

Lapisan jagat terkelupas

mekarlah bunga-bunga

Bila matahari bangkit dari tidur

sinar rembulan mulai merah menyala?

I, II Pendengaran 3

Berkicau, bernyanyi-nyanyi,

III Gemercik suara air kali

II Perabaan 2 Kutangkap, kurajut

Page 83: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 84: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 85: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 86: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 87: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 88: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik
Page 89: TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45966/1/DWI...tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik

BIODATA PENULIS

Dwi Noviyanti, dilahirkan pada hari Sabtu Pahing di

Jakarta, tanggal 23 November 1996 dari ibu Rustinah.

Wanita perpaduan Yogyakarta dan Jakarta ini adalah anak

kedua dari dua bersaudara. Bercita-cita menjadi seorang

guru, bagi penulis menjadi guru merupakan panggilan jiwa

dan pekerjaan yang mulia. Peneliti yang menyukai dunia

anak dan musik ini menempuh pendidikan awal di TPA AL-

Barakah (2002-2004), SDN Kampung Bali 02 petang (2003-

2008), SMPN 273 Jakarta (2008-2011), dan SMK Jakarta

Pusat 1 (2011/2014), kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Bidang studi yang dipilih adalah Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Semasa kuliah, ia sempat bergelut di beberapa organisasi legal kampus. Organisasi

kampus yang dinaunginya adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Organisasi Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa

(HIQMA) dalam devisi shalawat.

Salah satu keinginan penulis saat ini adalah menjadi manusia yang bermanfaat

terhadap orang lain sehingga bisa berbagi terhadap sesama, menjadi guru yang profesional

dan berharap bisa menginspirasi peserta didik untuk mencintai karya sastra serta mengambil

manfaat sebagai pembentukan karakter peserta didik.