telaah undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa (terkait urusan pemerintahan bidang kerja...

24
TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama) OLEH: MUH. NUR UDPA

Upload: muhammad-nur-udpa

Post on 30-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Membahas ruang lingkup kerja sama yang dapat dilaksanakan oleh desa. kerja sama antar desa dan kerja sama dengan pihak ketiga. bentuk perjanjian bersama kepala desa

TRANSCRIPT

Page 1: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

(Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

OLEH:

MUH. NUR UDPA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEMENDAGRI REGIONAL MAKASSAR

2015

Page 2: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi. Daerah provinsi

terbagi atas daerah kabupaten dan kota. Kabupaten/kota dibagi atas kecamatan

dan pembagian wilayah negara pada tingkatan kecamatan dibagi atas kelurahan

dan/atau desa. Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 mengamanahkan

provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan

kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan. Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah

administrasi pemerintahan, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan

subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, sehingga

keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut ditentukan oleh

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa.

Desa telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai

bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa dalam

teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbestrurende

Landschappen dan Volksgemeenschappen. Daerah-daerah tersebut memiliki

susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat

istimewa. Posisi desa sebagai subsistem dari sistem penyelenggaraan

pemerintahan secara nasional dan jajaran terdepan dalam penyelenggaraan

pemerintahan secara nasional, maka desa juga diberi kewenangan untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagai konsekuensi dari keberadaan

desa sebagai sebuah entitas pemerintahan. Desa memperoleh kewenangan dari

pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota meliputi

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Page 3: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Kerja Sama

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengubah

posisi desa yang dulunya hanya menjadi obyek pembangunan, menjadi subyek

yang berperan dalam merencanakan pembangunan dan mengelola keuangaan desa

sehingga bisa dijadikan perbaikan layanan publik. Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur terkait pembagian urusan

pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat dan desa. Urusan pemerintahan

tersebut membagi dalam tiga sub urusan yaitu sub urusan penataan desa; kerja

sama desa; administrasi pemerintahan desa; dan lembaga kemasyarakatan,

lembaga adat, dan masyarakat hukum adat. Sub urusan tentang kerja sama

kewenangannya dibagi pada tiap-tiap pemerintahan yaitu pemerintah pusat,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupate/kota. Pemerintah

pusat berwenang memfasilitasi kerja sama antar desa dari daerah provinsi yang

berbeda, pemerintah daerah provinsi berwenang memfasilitasi kerja sama antar

desa dari daerah kabupaten/kota yang berbeda dalam satu daerah provinsi,

sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang memfasilitasi kerja sama

antar desa dalam satu daerah kabupaten/kota. Pasal 91 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 memberikan hak kepada Desa untuk mengadakan kerja sama. Desa

dapat mengadakan kerja sama dengan desa lain dan atau kerja sama dengan pihak

ketiga. Kerja sama antar desa meliputi :

1) Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh desa untuk mencapai

nilai ekonomi yang berdaya saing;

2) Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan pembangunan, dan pemberdayaan

masyarakat antar desa; dan/atau

3) Bidang keamanan dan ketertiban

Page 4: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

Kerja sama dengan pihak ketiga dilakukan untuk mempercepat dan meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Adapun penjabaran ruang lingkup kerja sama tersebut sebagai berikut :

1) Pembangunan desa

Pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan

untuk sebesar-besrnya kesejahteraan masyarakat desa.

2) Pemberdayaan masyarakat desa

Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian

dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,

keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber

daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan

yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Bidang pemberdayaan mayakat antara lain Pelatihan usaha ekonomi,

pertanian, perikanan, dan perdagangan; Pelatihan teknologi tepat guna;

Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat desa, dan

badan permusyawaratan desa; dan Peningkatan kapasitas masyarakat. Adapun

peningkatan kapasitas masyarakat antara lain :

- Kader pemberdayaan masyarakat desa

- Kelompok usaha ekonomi produktif

- Kelompok perempuan

- Kelompok tani

- Kelompok masyarakat miskin

- Kelompok nelayan

- Kelompok pengrajin

- Kelompok pemerhati dan perlindungan anak

- Kelompok pemuda

- Kelompok lain sesuai kondisi desa

Page 5: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

3) Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa antara lain Penetapan dan

penegasan batas desa; Pendataan desa; Penyusunan tata ruang desa;

Penyelenggaraan musyawarah desa; Pengelolaan informasi desa; Penyelenggaraan

perencanaan desa

- Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa

- Penyelenggaraan kerjasama antara desa

- Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa; dan

- Kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi desa

4) Bidang pelaksanaan pembangunan desa

a. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan infrastruktur dan

lingkungan desa antara lain:

- Tambatan perahu;

- Jalan pemukiman

- Jalan desa antar pemukiman ke wilayah pertanian

- Pembangkit listrik tenaga mikrohidro

- Lingkungan permukiman masyarakat desa; dan

- Infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi desa

b. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana

kesehatan antara lain:

- Air bersih berskala desa

- Sanitasi lingkungan

- Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu; dan

- Sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa

c. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pendidikan dan kebudayaan antara lain:

- Taman bacaan masyarakat

- Pendidikan anak usia dini

- Balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat

- Pengembangan dan pembinaan sanggar seni;

Page 6: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

- Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi

desa

d. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,

pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain:

- Pasar desa

- Pembentukan dan pengembangan BUM desa

- Penguatan permodalan BUM desa

- Pembibitan tanaman pangan

- Penggilingan padi

- Lumbung desa

- Pembukaan lahan pertanian

- Pengelolaan usaha hutan desa

- Kolam ikan dan pembenihan ikan

- Kapal penangkap ikan

- Cold storage (Gudang pendingin)

- Tempat pelelangan ikan

- Tambak garam

- Kandang ternak

- Instalasi biogas

- Mesin pakan ternak

- Sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa

e. Pelestarian lingkungan hidup antara lain:

- Penghijauan

- Pembuatan terasering

- Pemeliharaan hutan bakau

- Perlindungan mata air

- Pembersihan daerah aliran sungai

- Perlindungan terumbu karang

- Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa

5) Bidang pembinaan kemasyarakatan antara lain:

a. Pembinaan lembaga kemasyarakatan

Page 7: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

b. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

c. Pembinaan kerukunan umat beragama

d. Pengadaan sarana dan prasarana olahraga

e. Pembinaan lembaga adat

f. Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat

g. Kegiatan lain sesuai dengan kondisi desa

2.2 Peraturan Bersama Kepala Desa

Kerja sama antar desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musywawarah antar desa. Kerja sama antar desa dilaksanakan

oleh badan kerja sama antar desa yang dibentuk melalui peraturan bersama kepala

desa. Pelaksanaan kerja sama antar desa diatur dengan peraturan bersama kepala

Desa. Sedangkan pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur dengan

perjanjian bersama. Peraturan bersama dan perjanjian bersama tersebut paling

sedikit memuat:

1) ruang lingkup kerja sama;

2) bidang kerja sama;

3) tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama;

4) jangka waktu;

5) hak dan kewajiban;

6) pendanaan;

7) tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan; dan

8) penyelesaian perselisihan.

Berdasarkan Pasal 91 UU No. 6 tahun 2014, Desa dapat mengadakan kerja

sama dengan desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama antar

desa sendiri meliputi:

1) pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing;

Page 8: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

2) kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan

masyarakat antar desa; dan/atau

3) bidang keamanan dan ketertiban.

Kerja sama antar desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar desa. Kerja sama antar desa dilaksanakan

oleh badan kerja sama antar desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala

Desa. Musyawarah antar desa sendiri membahas hal yang berkaitan dengan:

1) pembentukan lembaga antar desa;

2) pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar desa;

3) perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar

desa;

4) pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar desa, dan

Kawasan Perdesaan;

5) masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut

berada; dan

6) kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar desa.

Badan kerja sama antar desa terdiri atas Pemerintah Desa, anggota Badan

Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga Desa lainnya, dan

tokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. Adapun susunan

organisasi, tata kerja, dan pembentukan badan kerja sama ditetapkan dengan

peraturan bersama kepala Desa. Secara organisasi, badan kerja sama bertanggung

jawab kepada kepala Desa.

Dalam melaksanakan pembangunan antar desa, badan kerja sama antar desa

dapat membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dalam

pelayanan usaha antar desa dapat dibentuk BUM Desa yang merupakan milik 2

(dua) Desa atau lebih. Selain kerjasama antar desa, Desa juga dapat mengadakan

kerja sama dengan pihak ketiga untuk mempercepat dan meningkatkan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan

kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Kerja sama dengan

Page 9: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

pihak ketiga tersebut sebelumnya perlu dimusyawarahkan dalam Musyawarah

Desa.

Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus dimusyawarahkan

dengan menyertakan para pihak yang terikat dalam kerja sama Desa. Kerja sama

Desa dapat berakhir apabila:

1) terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam

perjanjian;

2) tujuan perjanjian telah tercapai;

3) terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan perjanjian kerja sama tidak

dapat dilaksanakan;

4) salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;

5) dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;

6) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

7) objek perjanjian hilang;

8) terdapat hal yang merugikan kepentingan masyarakat Desa, daerah, atau

nasional; atau

9) berakhirnya masa perjanjian.

Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa diselesaikan secara

musyawarah serta dilandasi semangat kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihan

kerja sama Desa dalam satu wilayah kecamatan, penyelesaiannya difasilitasi dan

diselesaikan oleh camat. Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam

wilayah kecamatan yang berbeda pada satu kabupaten/kota difasilitasi dan

diselesaikan oleh bupati/walikota. Penyelesaian perselisihan tersebut bersifat final

dan ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat

yang memfasilitasi penyelesaian perselisihan. Sementara pada perselisihan dengan

pihak ketiga yang tidak dapat terselesaikan setelah dilakukan fasilitasi sesuai

peraturan perundang-undangan, dilakukan penyelesaian melalui proses hukum.

Perjanjian adalah salah satu upaya dari masyarakat untuk mengikatkan

dirinya kepada orang lain demi memenuhi kebutuhannya. Perjanjian sangat

penting walaupun banyak masyarakat padat pada umumnya tidak mengetahui arti

Page 10: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

penting dari perjanjian. Perjanjian diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata yang

mana dijelaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dengan hal itu

dapat timbul suatu hubungan hukum yang melibatkan dua orang atau lebih dalam

sebuah kesepakatan, yang mana akan menimbulkan hak-hak dan kewajiban dari

masing-masing pihaknya. Dimana hak dan kewajiban tersebut senantiasa harus

dipenuhi agar tercipta sebuah perjanjian yang sempurna, baik itu secara lisan

maupun tulisan.

Sebuah perjanjian perlu diperhatikan juga syarat-syarat yang menjadi

dasar agar perjanjian tersebut sah dimata hukum. Syarat-syarta sahnya perjanjian

diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Hal ini sangat perlu dipahami agar tercipta

sebuah perjanjian yang sah. Di dalam pasal 1320 KUHPerdata disebut empat

syarat agar sebuah perjanjian itu dapat dikatakan sah, yaitu;

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Dimana para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut harus sepakat

dan setuju dengan apa yang akan diperjanjian tanpa adanya suatu paksaan

atau kekhilafan.

Sepakat merupakan persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang

atau lebih dengan pihak lainnya. Persesuain pernyataan kehendak, yaitu

sebagai berikut :

a. Teori ucapan (uitingstheorie)

Menurut teori ini, kesepakatan terjadi pada saat pihak yang menerima

penawaran menyatakan bahwa ia menerima penawaran tersebut.

kelemahan teori ini yaitu sangat teoritis, karena dianggap terjadinya

kesepakatan terjadinya kesepakatan secara otomatis

b. Teori pengiriman (verzendteorie)

Menurut teori ini, kesepakatan terjadi apabila pihak yang menerima

penawaran mengirimkan telegram. Kritik terhadap teori ini,

bagaimana hal ini bisa diketahui. Bisa saja, walau sudah dikirim tetapi

Page 11: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

tidak diketahui oleh pihak yang menawarkan. Teori ini juga sangat

teoritis, dianggap terjadinya kesepakatan secara otomatis.

c. Teori pengetahuan (vernemingstheorie)

Teori ini berpendapat bahwa kesepakatan terjadi apabila pihak yang

menawarkan itu mengetahui adanya penerimaan (acceptantie), tetapi

penerimaan itu belum diterimannya (tidak diketahui secara langsung).

Kritik terhadap teori ini, bagaimana mengetahui isi perjanjian apabila

belum menerimanya

d. Teori penerimaan (ontvangstheorie)

Menurut teori ini, bahwa kesepakatan terjadi apabila pihak yang

menawarkan menerima jawaban secara langsung dari pihak lawan.

Menurut Pasal 1321 KUHPerdata bahwa perjanjian itu sah apabila adanya

kata sepakat dari pihak yang akan mengikatkan diri pada perjanjian.

Dalam pasal 1321 KUHPerdata disebutkan mengenai sepakat adalah

sebagai berikut “tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan

karena kekhilafan, atau diperbolehkannya dengan paksaan atau penipuan”.

2. Kecakapan mereka untuk membuat suatu perikatan; Dimana para pihak

harus memiliki kecakapan menurut hukum diantara sudah dewasa dan

dalam keadaan sehat.

Pasal 1330 KUHPerdata menyebutkan orang-orang yang tidak cakap

untuk melakukan suatu perjanjian sebagai berikut :

a. Orang-orang yang belum dewasa

Dalam KUHPerdata yang dimaksud belum dewasa adalah mereka

yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan sebelumnya

belum kawin.

b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

Dalam Pasal 433 KUHPerdata menyebutkan mengenai siapa saja

orang-orang yang berada dalam pengampuan yaitu setiap orang

dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata

gelap harus ditaruh dibawah pengampuan, pun jika ia kadang-kadang

cakap mempergunakan pikirannya.

Page 12: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

c. Orang perempuan yang ditetapkan oleh undang-undang, dan semua

orang kepada siapa undang-undan telah melarang membuat perjanjian-

perjanjian tertentu. Namun, dalam perkembangannya istri dapat

melakukan perbuatan hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31

UU No. 1 Tahun 1974, disebutkan sebagai berikut hak dan kedudukan

istri adalah seimbang dengan kedudukan suami dalam kehidupan

rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat;

masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum; dan

suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga

3. Suatu hal tertentu;

Dimana dalam perjanjian tersebut telah ditentukan objek dari perjanjian

atau hal yang diperjanjikan. Menurut Pasal 1333 KUHPerdata, objek

dalam suatu perjanjian harus hal tertentu dan dapat ditentukan atau dapat

diperhitungkan. Dua sifat objek ini diperlukan untuk dapat menetapkan

kewajiban para pihak jika terjadi sengketa. Objek perjanjian ini juga dapat

berupa barang-barang yang akan ada dikemudian hari. Adapun kriteria

barang tersebut meliputi :

a. Barang adalah barang yang dapat diperdagangkan;

b. Barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum antara

lain seperti jalan umum, pelabuhan umum, gedung-gedung umum

tidaklah dapat dijadikan objek dalam perjanjian;

c. Dapat ditentukan jenisnya;

d. Barang yang telah ada (Pasal 1332 KUHPerdata)

e. Barang yang akan ada dikemudian hari (Pasal 1334 KUHPerdata)

4. Suatu sebab yang halal.

Dimana dalam perjanjian ini harus didasari dengan hal-hal yang tidak

bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Unsur pertama dan

kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut orang atau subjek yang

membuat perjanjian. Sedangkan unsur ketiga dan keempat disebut syarat

objektif, karena menyangkut objek atau hal yang diperjanjikan. Apabila

salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut

Page 13: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

dapat dibatalkan karena tidak sah. Mayarakat pada umumnya harus

menyadari bahwa sebuah perjanjian harus dibuat secara sadar, tanpa

paksaan atau khilaf. Dalam hal ini paksaan yang dimaksud ialah tekanan

bathin yang membuat salah satu pihak tidak bebas menentukan

kehendaknya dalam menyepakati sebuah perjanjian yang dibuatnya.

Jika kita berbicara suatu perjanjian, maka di dalam hukum perjanjian dikenal ada

beberapa asas perjanjian, yang secara umum dikenal adanya lima asas perjanjian

yaitu:

1) Asas kebebasan berkontrak.

Asas ini bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan

siapapun, apapun isinya, apapun bentuknya sejauh tidak melanggar undang-

undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. (Pasal 1337 dan 1338

KUHPerdata). Dapat dipahami secara seksama maka asas kebebasan

berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a) Membuat atau tidak membuat perjanjian.

b) Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya.

d) Menentukan bentuknya perjanjian yaitu secara tertulis atau lisan.

Keempat hal diatas boleh dilakukan dengan syarat tidak melanggar undang

undang, ketertiban umum dan kesusilaan

2) Asas konsensualisme

Perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat (pasal 1320 ayat (1),

pasal 1338 KUHPerdata). Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kemauan

para pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa

perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan

adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian

antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Page 14: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

3) Asas mengikatnya suatu perjanjian (pacta sunt servanda)

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum.

Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini dapat disimpulkan

dari ketentuan “Perjanjian yang dimuat secara sah berlaku sebagai

undangundang bagi yang membuatnya”.

Dengan ketentuan ini maka siapapun (pihak ketiga) harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

undang-undang. Pihak ketiga tidak boleh melakukan intervensi terhadap

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.

4) Asas itikad baik (Goede Trouw)

Asas itikad baik dapat disimpulkan dari ketentuan: “Perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik” (pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata). Asas

itikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan

debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau

keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik

dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu itikad baik nisbi dan itikad baik

mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku

yang nyata dari subjek. Pada itikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada

akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk

Proses atau tata cara pembentukan peraturan bersama kepala desa

merupakan suatu tahapan kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan

untuk membentuk peraturan bersama kepala desa, berikut tahapan pembentukan

peraturan bersama kepala desa:

Tahap Perencanaan.

Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa

ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama

antar desa. Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala

Desa ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa.

Page 15: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

Tahap Penyusunan.

Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh

Kepala Desa pemrakarsa. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang

telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing

dan dapat dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan

masukan. Masukan dari masyarakat desa dan camat tersebut digunakan

Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan

Bersama Kepala Desa.

Tahap Pembahasan, Penetapan dan Pengundangan

Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2

(dua) Kepala Desa atau lebih. Kepala Desa yang melakukan kerja sama antar

desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda

tangan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal disepakati.

Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan

tersebut diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing

desa. Peraturan Bersama Kepala Desa mulai berlaku dan mempunyai kekuatan

hukum mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing-

masing Desa.

Tahap Penyebarluasan.

Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa

masing-masing. Metode penyebarluasan dapat menggunakan berbagai sarana

yang memudahkan masyarakat desa untuk mengaksesnya, misalnya melalui

sarana internet atau pengumuman di tempat strategis.

Page 16: TELAAH UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA  (Terkait Urusan Pemerintahan Bidang Kerja Sama)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengubah

posisi desa yang dulunya hanya menjadi obyek pembangunan, menjadi subyek

yang berperan dalam merencanakan pembangunan dan mengelola keuangaan desa

sehingga bisa dijadikan perbaikan layanan publik. Pasal 91 Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 memberikan hak kepada Desa untuk mengadakan kerja

sama. Desa dapat mengadakan kerja sama dengan desa lain dan atau kerja sama

dengan pihak ketiga. Kerja sama antar desa wajib meaplikasikannya kedalam

peraturan bersama kepala desa sedangkan kerja sama dengan pihak ketiga aturan

yang mengikatnya cukup menggunakan perjanjian kerja sama.