telaah hukum kelayakan pemekaran kecamatan (studi kasus .... ivan fauzani r.pdf · hukum...

21
Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016 Hal 1 Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus: Pemekaran Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci) Oleh: Ivan Fauzani Raharja 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pemekaran calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, yaitu dengan mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian yuridis normatif (legal research) yang didukung penelitian empiris dimana data yang berupa kenyataan empiris dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan dan mempertimbangkan ketentuan normatif, yang berhubungan dengan upaya pemekaran kecamatan. Hasil dari kajian ini adalah calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah layak dan memenuhi persyaratan pembentukan kecamatan, yaitu persyaratan administratif, persyaratan fisik kewilayahan dan teknis. Untuk persyaratan teknis Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat memperoleh penilaian (skor) 391, sehingga keduanya berada pada kategori Mampu dan direkomendasikan untuk dibentuk menjadi kecamatan baru. Terkait hal tersebut, berdasarkan pertimbangan pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri, untuk sementara proses pemekaran daerah ditunda pembahasannya, karena saat ini pemerintah sedang menyelesaikan RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah) tentang Penataan Daerah dan Desartada (Desain Besar Penataan Daerah) sebagai payung hukum dalam pembentukan dan penyesuaian daerah ke depan. Yaitu rancang bangun penataan daerah tingkat nasional yang meliputi strategi penataan daerah dan kondisi daerah otonom yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 2016-2025. Sehingga diharapkan melalui penataan daerah kedepan, pemekaran daerah menjadi lebih rasional, adil, dan sesuai dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan aspirasi lokal. Kata Kunci: Kelayakan, Pemekaran, Administratif, Fisik Kewilayahan, dan Teknis, 1 Dosen Hukum Administrasi Negara Fak. Hukum Universitas Jambi.

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 1

Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus: Pemekaran

Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci)

Oleh:

Ivan Fauzani Raharja1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pemekaran calon Kecamatan

Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku saat ini, yaitu dengan mengacu pada ketentuan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. Metode

penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian yuridis normatif

(legal research) yang didukung penelitian empiris dimana data yang berupa

kenyataan empiris dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan dan

mempertimbangkan ketentuan normatif, yang berhubungan dengan upaya

pemekaran kecamatan. Hasil dari kajian ini adalah calon Kecamatan Danau

Kerinci Barat telah layak dan memenuhi persyaratan pembentukan kecamatan,

yaitu persyaratan administratif, persyaratan fisik kewilayahan dan teknis. Untuk

persyaratan teknis Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat memperoleh penilaian

(skor) 391, sehingga keduanya berada pada kategori Mampu dan

direkomendasikan untuk dibentuk menjadi kecamatan baru. Terkait hal tersebut,

berdasarkan pertimbangan pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri, untuk

sementara proses pemekaran daerah ditunda pembahasannya, karena saat ini

pemerintah sedang menyelesaikan RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah)

tentang Penataan Daerah dan Desartada (Desain Besar Penataan Daerah) sebagai

payung hukum dalam pembentukan dan penyesuaian daerah ke depan. Yaitu

rancang bangun penataan daerah tingkat nasional yang meliputi strategi penataan

daerah dan kondisi daerah otonom yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu

2016-2025. Sehingga diharapkan melalui penataan daerah kedepan, pemekaran

daerah menjadi lebih rasional, adil, dan sesuai dengan kebutuhan dengan tidak

mengabaikan aspirasi lokal.

Kata Kunci: Kelayakan, Pemekaran, Administratif, Fisik Kewilayahan, dan

Teknis,

1 Dosen Hukum Administrasi Negara Fak. Hukum Universitas Jambi.

Page 2: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 2

A. PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini berdasarkan ketentuan

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai

Negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan haruslah

berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van bestuur).2 Dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV menyebutkan bahwa.

“membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial”.

Indonesia juga adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, yang dalam pelaksanaan pemerintahannya dibagi

atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah

yang diatur undang- undang, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Hadirnya kebijakan desentralisasi merupakan solusi yang tepat dengan

keberadaan wilayah Indonesia yang begitu luas. Pembangunan di seluruh daerah

akan semakin berhasil jika pembangunan wilayah dilaksanakan dengan

manajemen otonomi sebagai sistem dalam proses pembangunan nasional.3

Perwujudan otonomi pada daerah akan meningkatkan kreatifitas aparatur

pemerintah daerah, terutama karena daerah memiliki kesempatan untuk secara

aktif melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan seluruh kegiatan

pembangunan di daerah.

Kecamatan merupakan salah satu unsur organisasi perangkat daerah yang

memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sebagai sebuah organisasi

2 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada:

Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman Santoso Az, Hukum Pemerintahan Daerah (Mengurai Problematika

Pemekaran Daerah Pasca Reformasi Di Indonesia), Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2015, Hal. 99.

Page 3: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 3

perangkat daerah, kecamatan mempunyai kedudukan yang cukup strategis dan

memainkan peran fungsional dalam pelayanan dan administrasi pemerintahan,

pembangunan, serta kemasyarakatan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di

Indonesia Organisasi Kecamatan telah mengalami beberapa kali perubahan

terutama dari segi pengaturannya yang tentu saja berimbas pada kedudukan,

pembentukan, penghapusan, penggabungan maupun sistem penyelenggaraan

pemerintahannya.

Dalam daerah kecamatan terdapat beberapa desa yang berada dalam suatau

kawasan wilayah tertentu. Sejatinya desa adalah ‘negara kecil’ atau apa yang

dimaksud Ter Haar sebagai doorps republiek,4 karena sebagai masyarakat hukum

desa memiliki semua perangkat suatu negara: teritori, warga, aturan atau hukum

(rules or laws), dan pemerintahan. Wilayah kecamatan yang terlalu luas secara

langsung memberikan dampak yang signifikan dalam menentukan program-

program pembangunan desa. Rentang kendali pemerintahan yang terlalu jauh

menjadi salah satu faktor pendorong yang melahirkan aspirasi masyarakat dalam

pembentukan suatu desa. Jarak yang terlalu jauh menuju pusat pemerintahan

kecamatan untuk mendapatkan jasa dan pelayanan pemerintah serta birokrasi

yang terlalu panjang, dipandang sebagai suatu masalah yang menyebabkan

lambannya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Solusinya adalah dengan

melakukan pembentukan kecamatan baru, sehingga masyarakat sebagai pelanggan

lebih dekat dengan pemberi layanan dan berharap mendapat pelayanan prima

yang nantinya berdampak positif dalam upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Faktor lainnya yang menjadi alasan pembentukan kecamatan baru adalah

kesamaan sosial budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat. Pemekaran

kecamatan pada dasarnya merupakan suatu proses pembagian wilayah desa

menjadi lebih dari satu wilayah, atas dasar prakarsa masyarakat dengan

memperhatikan asal-usul dan adat-istiadat maupun sosial budaya masyarakat

setempat, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat

4 Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa (Dalam Konstitusi Indonesia Sejak

Kemerdekaan Hingga Era Reformasi), Setara Press: Malang, 2015, hal. 34.

Page 4: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 4

pembangunan.

Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk dilakukan sebuah kajian hukum

dalam rangka mengetahui kelayakan pembentukan kecamatan tersebut. Kajian

hukum yang dimaksud, selain berpedoman pada peraturan perundang-undangan,

juga berpedoman pada konsep teoritis pemekaran wilayah. Sehingga diharapkan

menjadi dasar yang kuat untuk melakukan pembentukan calon kecamatan yang

baru.

Pengaturan mengenai persyaratan pemekaran daerah setelah berlakunya

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya

ditulis UU No. 23 Tahun 2014), menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan

desentralisasi dilakukan penataan daerah. Penataan daerah sebagaimana dimaksud

bertujuan untuk mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah,

mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, mempercepat peningkatan

kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan,

meningkatkan daya saing nasional dan daya saing daerah dan memelihara

keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya daerah.

Untuk mencapai tujuan penataan daerah tersebut, maka dilakukan

pembentukan daerah dan penyesuaian daerah. Pembentukan daerah dimaksud

dapat berupa pemekaran daerah dan dapat juga berupa penggabungan daerah.

Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tidak mengatur secara spesifik mengenai

persyaratan pembentukan kecamatan, karena peraturan lebih lanjut dan lebih

spesifik akan diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) terkait penataan daerah.

Pada masa transisi ini, proses pengajuan pemekaran wilayah terus bergulir di

daerah-daerah, salah satunya adalah pemekaran calon kecamatan Danau Kerinci

Barat Kabupaten Kerinci. Berdasarkan kaidah hukum, maka penulis dalam

penelitian ini mengacu pada regulasi sebelumnya, yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan (selanjutnya ditulis PP No. 19 Tahun

2008), untuk mengkaji kelayakan pembentukan/ pemekaran wilayah kecamatan

tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membatasi rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 5: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 5

1. Bagaimana bentuk pengaturan persyaratan pemekaran kecamatan

berdasarkan ketentuan PP No. 19 Tahun 2008?

2. Apakah pemekaran calon kecamatan Danau Kerinci Barat telah layak

memenuhi persyaratan administratif, fisik kewilayahan, dan teknis?

B. METODEPENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian

yuridis normatif (legal research) yang didukung penelitian empiris. Menurut F

Sugeng Istanto,5 penelitian hukum adalah penelitian yang diterapkan atau

diberlakukan khusus pada Ilmu Hukum. Seterusnya, berdasarkan jenis, sifat dan

tujuannya penelitian hukum dibedakan atas penelitian hukum normatif dan

penelitian hukum empiris.6 Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif. Sebab, penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti

bahan data sekunder berupa bahan hukum dan bahan pustaka.

Namun demikian, data yang akan juga dijadikan acuan dalam penelitian

ini merupakan data empirik yang diperoleh dari berbagai kegiatan penelitian

empiris yang dilakukan terhadap kondisi permasalahan kebutuhan Kabupaten

Kerinci untuk melakukan penataan kecamatan dengan membentuk Kecamatan

Danau Kerinci Barat.

Analisis dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif tersebut lalu

diuraikan secara deskriptif dan perspektif. Analisis deskriptif dan perspektif

berdasarkan analisis yuridis sistematis dan dikembangkan substansi mengenai

perlunya adanya kebijakan Kabupaten Kerinci untuk melakukan pembentukan

Kecamatan Danau Kerinci Barat.

5 F. Sugeng Istanto, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta, 2007, hal. 29.

6 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal.

13.

Page 6: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 6

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaturan Persyaratan Pemekaran Daerah Kecamatan Berdasarkan

Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku.

Merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 3 PP No. 19 Tahun 2008

tentang Kecamatan menyatakan bahwa “Pembentukan Kecamatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik

kewilayahan”. Berdasarkan hal tersebut, akan dijabarkan syarat-syarat tersebut.

1.1. Persyaratan Administratif

Dalam pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan dinyatakan secara

tegas bahwa syarat administratif pembentukan kecamatan meliputi:

a) Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;

b) Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan

dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;

c) Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa

dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh

wilayah kecamata baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru

maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

d) Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau

nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan

menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang

persetujuan pembentukan kecamatan;

e) Rekomendasi Gubernur

1.2. Persyaratan Fisik Kewilayahan

Mengacu pada ketentuan Pasal 5 PP No. 19 Tahun 2008 tentang

Kecamatan, dinyatakan secara tegas bahwa syarat fisik kewilayahan terbentuknya

kecamatan adalah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan

prasarana pemerintahan. Pasal 6 PP tersebut menegaskan bahwa:

a) Cakupan wilayah untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiri atas 10 desa/

kelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 desa/kelurahan.

b) Lokasi calon ibukota memperhatikan aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas,

Page 7: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 7

aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi,

sosial politik, dan sosial budaya.

c) Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi bangunan dan lahan untuk

kantor camat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

1.3. Persyaratan Teknis

Dalam Pasal 7 PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan dinyatakan

secara tegas bahwa persyaratan pembentukan kecamatan harus memenuhi

persyaratan teknis yang meliputi:

a) Jumlah Penduduk;

b) Luas Wilayah;

c) Rentang Kendali Penyelenggaraan Pelayanan Pemerintahan;

d) Aktivitas Perekonomian;

e) Ketersediaan Sarana Dan Prasarana.

Untuk menentukan kelayakan pemekaran calon kecamatan, dilihat dari

aspek persyaratan teknis tersebut, maka diperlukan kajian. Peraturan Pemerintah

tersebut telah mengatur secara detail faktor, indikator, proses perhitungan

kuantitatif, dan metode penilaian terhadap suatu wilayah kecamatan yang akan

dimekarkan.

Tabel: Faktor Dan Indikator Pembentukan Kecamatan

FAKTOR

INDIKATOR

1. Penduduk 1. Jumlah Penduduk

2. Luas Daerah 2. Luas wilayah keseluruhan 3. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan

3. Rentang Kendali 4. Rata-rata jarak desa ke pusat pemerintahan kecamatan

5. Rata-rata waktu perjalanan ke pusat pemerintahan kecamatan

4. Aktivitas Perekonomian 6. Jumlah bank

7. Lembaga keuangan non bank

8. Kelompok pertokoan

9. Jumlah Pasar

Page 8: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 8

5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

10. Rasio Sekolah Dasar per penduduk usia Sekolah Dasar

11. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama per penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

12. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

13. Rasio tenaga medis per penduduk

14. Rasio fasilitas kesehatan per pendudut 15. Persentase rumah tangga yang mempunyai

kendaraan bermotor atau perahu atau perahu motor atau kapal motor

16. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga

17. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor

18. Rasio sarana peribadatan per penduduk

19. Rasio fasilitas lapangan olahraga per penduduk

20. Jumlah balai pertemuan

Sumber : Lampiran PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan

1.4. Metode Penilaian

a) Penilaian yang digunakan adalah sistem skoring, untuk pembentukan

kecamatan baru terdiri dari dua macam metode yaitu: (1) Metode Rata-

rata, dan (2) Metode Kuota.

b) Metode rata-rata adalah metode yang membandingkan besaran/nilai tiap

calon kecamatan dan kecamatan induk terhadap besaran/nilai rata-rata

keseluruhan kecamatan di kabupaten/kota. Dalam hal terdapat kecamatan

yang memiliki besaran/nilai indikator yang sangat berbeda (di atas 5 kali

dari besaran/nilai terendah), maka besaran/nilai tersebut tidak

diperhitungkan.

c) Metode Kuota adalah metode yang menggunakan angka tertentu sebagai

kuota penentuan skoring baik terhadap calon kecamatan maupun

kecamatan induk.

d) Setiap indikator mempunyai skor dengan skala 1-5, dimana skor 5 masuk

dalam kategori sangat mampu, skor 4 kategori mampu, skor 3 kategori

kurang mampu, skor 2 kategori tidak mampu dan skor 1 kategori sangat

tidak mampu.

e) Pemberian skor 5 apabila besaran/nilai indikator lebih besar atau sama

dengan 80% besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 4 apabila besaran/nilai

Page 9: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 9

indikator lebih besar atau sama dengan 60% besaran/nilai rata-rata,

pemberian skor 3 apabila besaran/nilai indikator lebih besar atau sama

dengan 40% besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 2.

f) apabila besaran/nilai indikator lebih besar atau sama dengan 20%

besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 1 apabila besaran/nilai indikator

kurang dari 20% besaran/nilai rata-rata

1.5. Pembobotan

Setiap faktor dan indikator mempunyai bobot yang berbeda-beda sesuai

dengan perannya dalam pembentukan kecamatan.

a). Bobot untuk masing-masing faktor dan indikator:

No. FAKTOR DAN INDIKATOR BOBOT

1. Penduduk 20

1. Jumlah pendudk 20

2. Luas daerah 10

1. Luas wilayah keseluruhan 5

2. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan 5

3. Rentang Kendali 20

1. Rata-rata jarak desa ke pusat pemerintahan kecamatan (ibukota kecamatan)

10

2. Rata-rata waktu perjalanan dari desa ke pusat pemerintahan (ibukota kecamatan)

10

4. Aktivitas perekonomian 10

1. Jumlah bank 2

2. Jumlah lembaga keuangan bukan bank 2

3. Jumlah kelompok pertokoan 2

4. Jumlah pasar 4

5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana 40

1. Rasio Sekolah Dasar per penduduk usia Sekolah Dasar

4

2. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama per penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat

4

3. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

4

4. Rasio fasilitas kesehatan per penduduk 4

5. Rasio tenaga medis per penduduk 4

6. Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor atau perahu atau perahu motor atau

3

7. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga

3

8. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan Bermotor

3

9. Rasio sarana peribadatan per penduduk 4

10. Rasio fasilitas lapangan olahraga per penduduk 3

11 . Jumlah balai pertemuan 4

Total 100

Sumber : Lampiran PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan

b). Nilai indikator adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing

Page 10: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 10

indikator. Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan

kategori:

Kategori Total Nilai Seluruh Indikator Keterangan

Sangat Mampu 420 s/d 500 Rekomendasi

Mampu 340 s/d 419 Rekomendasi

Kurang Mampu 260 s/d 339 Ditolak

Tidak mampu 180 s/d 259 Ditolak

Sangat Tidak Mampu 100 s/d 179 Ditolak

Sumber : Lampiran PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan

c). Suatu calon kecamatan direkomendasikan menjadi kecamatan baru apabila

calon kecamatan dan kecamatan induknya (setelah pemekaran)

mempunyai total nilai seluruh indikator dengan kategori sangat mampu

(420-500) atau mampu (340-419).

d). Usulan pembentukan kecamatan ditolak apabila calon kecamatan atau

kecamatan induknya (setelah pemekaran) mempunyai total nilai seluruh

indikator dengan kategori kurang mampu (260-339), tidak mampu (180-

259) dan sangat tidak mampu (100-179).

2. Kajian Hukum Persyaratan Administratif, Teknis, dan Fisik Kewilayahan

Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat

Kabupaten Kerinci merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor

58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun

1957 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II Dalam Lingkungan Daerah Swatantra

Tingkat I Sumatera Tengah sebagai Undang-Undang. Dalam perkembangannya

sesuai dengan potensi dan kebutuhan pembangunan daerah dalam mewujudkan

tujuan pembentukan negara maka pada tahun 2008 Kabupaten Kerinci

dimekarkan melalui pembentukan Kota Sungai Penuh sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Dengan

Page 11: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 11

demikian terdapat Kabupaten Kerinci sebagai Kabupaten induk dan Kota Sungai

Penuh sebagai kota pemekaran.

Saat ini Kabupaten Kerinci saat ini memiliki 16 kecamatan, dalam

perkembangannya ada kebutuhan, potensi sumber daya manusia dan sumber daya

alam serta dengan memperhatikan harapan dan dinamika masyarakat guna

koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pelayanan publik di

Kabupaten Kerinci perlu dilakukan penataan berupa pemekaran kecamatan

dengan memekarkan Kecamatan Keliling Danau (Kecamatan induk) dan

membentuk Kecamatan Danau Kerinci Barat, mengingat dinamika masyarakat

serta guna membuka ruang partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kecamatan

Keliling Danau terdiri dari 32 desa, dengan jumlah penduduk 27040 jiwa dan luas

wilayah 38.626.515 Ha.

Selanjutnya, data rencana pemekaran kecamatan Keliling Danau

(Kecamatan Induk pasca pemekaran), terdiri dari 18 desa dengan luas wilayah

11993 Ha, dan rentang kendali ke kecamatan induk adalah 23.158.515 Km

2.1. Kajian Persyaratan Administratif

Merujuk pada ketentuan Pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 tentang

Kecamatan, dengan memperhatikan ketentuan persyaratan dasar dan persyaratan

administrasi dalam hubungannya dengan formulasi kebijakan pemekaran

kecamatan di Kabupaten Kerinci untuk membentuk Kecamatan Danau Kerinci

Barat. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat dikatakan bahwa telah memenuhi

syarat administratif untuk dimekarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan:

a. jumlah penduduk minimal adalah 15.407. jiwa penduduk

b. luas wilayah minimal adalah15.289,14 Ha/152,89 Km2

c. jumlah minimal Desa/kelurahan yang menjadi cakupan adalah 14 desa

d. usia minimal Kecamatan yang dimekarkan lebih dari 30 Tahun

Page 12: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 12

Tabel: Hasil Kajian Persyaratan Administratif Calon

Kecamatan Danau Kerinci Barat:

No

Indikator

(1)

Persyaratan

(2)

Kondisi Calon Kecamatan

(3)

Keterangan

(4)

1

Batas Usia

Penyelengaraan

Pemerintahan

Kecamatan

Minimal

5 Tahun

Calon Kecamatan Danau Kerinci

Barat merupakan Pemekaran dari

Kecamatan (Induk) Keliling

Danau yang usia

penyelenggaraan kecamatannya

sudah lebih dari 5 tahun

Terpenuhi

2

Batas Usia

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Desa/Kelurahan

Minimal

5 Tahun

Calon Kecamatan Danau Kerinci

Barat Terdiri dari 14 Desa

dengan usia penyelenggaraan

pemerintahannya diatas 5 Tahun

Terpenuhi

3

Keputusan BPD

dan/atau Forum

Komunikasi

Kelurahan

(Calon

Kecamatan)

Adanya

keputusan

BPD dan/atau

Forum

Komunikasi

Kelurahan

tentang

persetujuan

pembentukan

kecamatan

Masing-masing BPD yang desa

nya tergabung ke dalam wilayah

Calon Kecamatan Danau Kerinci

Barat telah mengeluarkan Surat

Keputusan persetujuan Tentang

Persetujuan Pembentukan Calon

Kecamatan Danau Kerinci Barat

Terpenuhi

4

Keputusan

Kepala Desa

dan/atau Lurah

(Calon

Kecamatan)

Adanya

Keputusan

Kepala Desa

dan/atau Lurah

tentang

pembentukan

Kecamatan

Masing-masing Kepala Desa

yang desa nya tergabung ke

dalam wilayah Calon Kecamatan

Danau Kerinci Barat telah

mengeluarkan Surat Keputusan

Persetujuan Tentang Persetujuan

Pembentukan Calon Kecamatan

Danau Kerinci Barat

Terpenuhi

5 Rekomendasi

Gubernur

Adanya

rekomendasi

Gubernur

tentang

pembentukan

kecamatan

Sudah mendapat persetujuan

dari Gubernur mengenai

Pembentukan Calon Kecamatan

Danau Kerinci Barat.

Surat Rekomendasi akan

dikeluarkan setelah adanya

laporan hasil kajian..

Terpenuhi

Kesimpulan:

Persyaratan Administrasi, Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat.

memenuhi ke 5 syarat tersebut. Dengan demikian persyaratan

administratif menjadi Terpenuhi.

Sumber: Data Hasil Olahan Lapangan Tahun 2015-2016

2.2. Kajian Persyaratan Fisik Kewilayahan

Mengacu pada ketentuan Pasal 5 PP No. 19 Tahun 2008 tentang

Kecamatan dinyatakan secara tegas bahwa syarat fisik kewilayahan terbentuknya

Page 13: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 13

kecamatan adalah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan

prasarana pemerintahan. Berikutnya pada ketentuan Pasal 6 menegaskan bahwa:

a) Cakupan wilayah untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiri atas 10

desa/ kelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5

desa/kelurahan.

b) Lokasi calon ibukota memperhatikan aspek tata ruang, ketersediaan

fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan,

sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya.

c) Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi bangunan dan lahan

untuk kantor camat yang dapat digunakan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan cakupan wilayah sesuai dengan ketentuan di atas, dapat

dinyatakan bahwa data rencana pemekaran calon kecamatan Danau Kerinci Barat

telah memenuhi syarat untuk dimekarkan karena jumlah desa yang ada di wilayah

kecamatan Danau Kerinci Barat berjumlah 14 desa, dengan jumlah penduduk

15.407 jiwa dan luas wilayah 15,289.14 Ha.

� Peta Persyaratan Fisik Kewilayahan

Keterangan: Cakupan wilayah Persiapan Pemekaran Kecamatan Danau Kerinci Barat

ditandai

dalam Peta (Wilayah berwarna Merah Muda).

Batas wilayah calon Kecamatan Danau Kerinci Barat sebagai berikut:

a) sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sitinjau Laut dan

Danau Kerinci;

Page 14: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 14

b) sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Muko-muko

Provinsi Bengkulu;

c) sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kota Sungai Penuh; dan

d) sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Keliling Danau.

Tabel: Kajian Persyaratan Fisik Kewilayahan Calon Kecamatan Danau

Kerinci Barat

No Indikator Persyaratan Kondisi Calon Kecamatan Ket 1 Cakupan Wilayah Minimal 10

Desa dan/atau

Kelurahan

Calon Kecamatan Danau

Kerinci Barat Terdiri dari 14

Desa.

Terpenuhi

2 Lokasi Calon Ibu Kota

Aspek Tata Ruang, Fasilitas, Aksesibilitas, Geograifis, Kependudukan, Sosial Ekonomi, Sosial Politik, dan Sosial Budaya

Telah tersedia lokasi calon Ibu

Kota yang memenuhi aspek

Aspek Tata Ruang,

Fasilitas, Aksesibilitas, Geograifis, Kependudukan, Sosial Ekonomi, Sosial Politik, dan Sosial Budaya yaitu di Desa Serumpun Pauh.

Terpenuhi

3 Sarana dan

Prasarana

Pemerintah

an

Adanya bangunan

dan lahan untuk

kantor camat.

Telaah tersedia bangunan

untuk Kantor Camat

Sementara dan juga sudah

tersedia lahan untuk prasana

dan sarana kantor camat yaitu

di Desa Serumpun Pauh.

Terpenuhi

Kesimpulan: Berdasarkan data yang terkait dengan persyaratan fisik kewilayahan, semuanya Terpenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian dengan jajaran kecamatan Keliling Danau

dan jajaran desa di seluruh desa di wilayah kecamatan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar menyatakan bahwa lokasi Ibu Kota kecamatan

yang dimekarkan (kecamatan baru) adalah di Desa Serumpun Pauh, dinilai

memiliki aksesibilitas, keterjangkauan, posisi geografis, dan infrastruktur yang

relatif memadai. Berkaitan dengan sarana prasarana pemerintahan, ada komitmen

yang kuat dari berbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah kabupaten Kerinci,

jajaran kecamatan Keliling Danau, dan para kepala desa untuk membangun sarana

prasarana pemerintahan kecamatan yang akan dimekarkan secara gotong royong

demi kepentingan masyarakat dan pelayanan masyarakat.

2.3. Kajian Persyaratan Teknis

Dalam Pasal 7 PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan dinyatakan

secara tegas bahwa persyaratan pembentukan kecamatan harus memenuhi

Page 15: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 15

persyaratan teknis. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ketentuan

Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tersebut dinilai

berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota sesuai

indikator yang telah ditetapkan. Berikut ini beberapa faktor dan indikator

pembentukan kecamatan, yang terdiri atas faktor penduduk, faktor luas daerah,

rentang kendali, aktivitas perekonomian, serta ketersediaan sarana dan prasarana.

Berdasarkan penelitian terkait persyaratan dasar dan teknis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a) kemampuan keuangan Daerah yang cukup

b) sarana dan prasarana pemerintahan pada saat dimekarkan dalam

wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat meliputi sarana dan

prasarana jumlah SD sebanyak 11, SLTP berjumlah 3, sedangkan

SLTA berjumlah 1, ibadah mesjid berjumlah 4, mushalla 23, fasilitas

kesehatan 4, jumlah pertokoan 173.

Selanjutnya, untuk menentukan kelayakan penataan kecamatan di

Kabupaten Kerinci dengan membentuk Kecamatan Danau Kerinci Barat dilihat

dari aspek persyaratan teknis tersebut, maka diperlukan kajian sebagaimana diatur

dalam PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yang mengatur secara faktor,

indikator, proses perhitungan kuantitatif, dan metode penilaian terhadap suatu

wilayah kecamatan yang akan dibentuk/dimekarkan yang dijabarkan dalam 20

indikator/bobot penilaian. Berdasarkan proses perhitungan data kuantitatif

terhadap potensi wilayah yang akan dibentuk di Kabupaten Kerinci yaitu

Kecamatan Danau Kerinci Barat, dipaparkan sebagai pada tabel berikut:

Tabel: Penilaian Kecamatan Danau Kerinci Barat

No Faktor dan indikator Rasio Skor Bobot Nilai

1 Jumlah penduduk

a. total jumlah penduduk Kabupaten Kerinci= 234.882

jiwa (BPS Kerinci dalam angka 2016)

b. rata-rata kecamatan = 13049

c. jumlah penduduk Kec. Danau Kerinci Barat= 15.407.jiwa

d. rasio= jumlah penduduk Kec.Danau Kerinci Barat

dibagi jumlah penduduk rata-rata yaitu=

15.407: 13049= 118%

118% 5 20 100

2. Luas daerah

1. luas wilayah keseluruhan 73% 4 5 20

Page 16: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 16

a. luas wilayah Kabupaten Kerinci = 3328,14 km2

b. luas rata-rata kecamatam = 208,008 Km2

c. luas kecamatan Danau Kerinci Barat= 152,89 Km2

d. rasio = luas wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat:

luas rata-rata kecamatan=152,89 Km2: 208,008

Km2= 73%

2. luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan

a. luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan =

3328,04 Km2

b. luas rata-rata wilayah efektif yang dapat

dimanfaatkan = 208,0025 Km2

c. luas wilayah efektif Kabupaten Kerinci secara

keseluruhan = 3328,04 Km2

d. rasio = luas wilayah efektif secara keseluruhan : luas

rata-rata wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan =

luas efektif yang dapat dimanfaatkan = 3328,04 Km2

: 208,0025 Km2 = 1600%

160%

5

5

25

3. Rentang Kendali

1. Rata-rata jarak Desa ke pusat pemerintahan

kecamatan (ibukota kecamatan) = 170.8: 12 Desa

=14,2 Km2, (14,2:12 =1,186 Km2 )

Rasio = 14,2:1,186 =1197%

2. Rata-rata waktu perjalanan dari desa ke pusat

pemerintahan (ibukota kecamatan =57,7 menit)

Rasio 57,7 : 10,35 = 557%

1197%

557%

5

5

10

10

50

50

4 Aktivitas perekonomian

1. Jumlah bank =0

Rasio : 0 : 0,813 (13 bank:16 jumlah kecamatan) = 0 0% 0 2 0

2. Jumlah lembaga keuangan bukan bank = 0

Rasio: 0 : 84 (84:16= 5,25)=

0:5,25= 0

0% 0 2 0

3. Jumlah kelompok pertokoan = 703

Rasio: 703: (44676:16 =2792) =

703:2792 =25%

25% 2 2 4

4. Jumlah pasar = 3

Rasio: 3: (38:16=2,37)

3 : 2,37 =126%

126% 5 4 20

5 Ketersediaan Sarana Prasarana

1. Rasio Sekolah Dasar per Penduduk Usia Sekolah

Dasar

4504:9 =1: 500,4

1384: 227: =1: 6,1

Rasio:500,4: 6,1= 82

82% 5 4 20

1. Rasio sekolah lanjutan pertama per penduduk 2295:3

= 1:765

12594:67 : 188

Rasio:765,1 : 188,3 = 406%

406% 5 4 20

2. Rasio sekolah lanjutan tingkat atas per penduduk

1260:1 = 1:1260

27871: 16: = 1 : 1741

Rasio: 1260:1741 =72%

72% 5 4 20

3. Rasio fasilitas kesehatan per penduduk

44676:4 =1: 11169

239608:71 = 1: 33749

33% 2 4 8

Page 17: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 17

Rasio: 11169 : 33749= 33%

4. Rasio tenaga medis per penduduk

44676:54: = 1:827

239608:912 = 1:262

Rasio: 827 : 262 =316 %

315% 5 4 20

5. persentase rumah tangga yang memiliki kendaraan

bermotor

44676: 11582 = 1: 3,86

239608: 14870: = 16,11

Rasio= 3,86:16,11 = 23%

23% 2 3 6

6. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah

tangga

44676:11159: = 1: 4,004

239608:18917 = 1: 12,7

Rasio:4, 004: 12, 7 =0,03%

36% 2 3 6

7. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan

bermotor

170 : 11582= 1: 0,015

2856: 1249= 1: 2,29

Rasio: 0,015: 2,29 =0,6%

0,6% 1 3 3

8. Rasio sarana peribadatan

26 : 44676 = 1: 0,58=1,72

465: 239608= 1; 0,00194=0,00194

0,00194 : 1,72 = 11%

11% 1 4 4

9. Rasio fasilitas lapangan olah raga dan balai

pertemuan per penduduk

5: 44676= 0,00082

156: 2396608= 0,000065

0,000119: 0,000065=183%

183% 5 3 15

TOTAL

Kategori mampu, total nilai 391, usulan

direkomendasikan

391

Berdasarkan perhitungan sebagaimana indikator tersebut diatas

pembentukan Kecamatan Danau Kerinci Barat dapat direkomendasi karena

terpenuhi dengan kategori mampu total nilai 391 kategori mampu.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, mengenai kajian pembentukan calon

Kecamatan Danau Kerinci Barat yang merupakan pemekaran dari Kecamatan

Keliling Danau, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi pembentukan,

kedudukan, tugas dan fungsinya diatur dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (dapat dilihat dalam ketentuan Pasal

Page 18: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 18

2; Pasal 221; dan Pasal 222). Terkait pengaturan pembentukan kecamatan

didalam undang-undang tersebut tidak diatur secara spesifik dan hingga saat

ini Pemerintah Pusat belum mengeluarkan pedoman/ ketentuan lebih lanjut

sebagai turunannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Oleh karena itu

berdasarkan kaidah hukum, maka kajian hukum ini berpedoman pada

peraturan perundang-undangan sebelumnya, yaitu PP No 19 Tahun 2008

Tentang Kecamatan. Yaitu sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 3 yang

menyatakan “Pembentukan Kecamatan harus memenuhi syarat administratif,

teknis, dan fisik kewilayahan, yaitu:

No. Persyaratan Kriteria Keterangan

1. Syarat

Administratif

Memenuhi /

Tidak

Terpenuhi

Pasal 4 PP No. 19

Tahun 2008

2. Syarat Fisik

Kewilayahan

Memenuhi /

Tidak

Terpenuhi

Pasal 5 dan Pasal 6

PP No. 19 Tahun

2008

3. Syarat Teknis Memenuhi /

Tidak

Terpenuhi

Pasal 7 PP No. 19

Tahun 2008

b. Berdasarkan kajian persyaratan administratif, baik ditinjau dari batas usia

penyelenggaraan pemerintahan kecamatan Keliling Danau dan

penyelengggaran desa di seluruh wilayah kecamatan Keliling Danau, yang

semuanya di atas 30 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa calon Kecamatan

Danau Kerinci Barat telah memenuhi syarat administratif untuk dimekarkan.

Sementara itu, berdasarkan kajian persyaratan fisik kewilayahan, yang

mempersyaratkan cakupan wilayah kecamatan baru untuk daerah kabupaten

paling sedikit terdiri atas 10 desa, maka dapat dikatakan bahwa calon

Kecamatan Danau Kerinci Barat telah memenuhi syarat untuk dimekarkan.

Alasannya, jumlah seluruh desa yang ada di wilayah Kecamatan Keliling

Danau (Kecamatan induk) adalah 32 desa dan sesuai rencana pemekaran

wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat terdapat 14 desa.

Selanjutnya, berdasarkan kajian persyaratan teknis, yang mempersyaratkan

Page 19: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 19

adanya penghitungan data kuantitatif terhadap potensi yang ada di kecamatan

Danau Kerinci Barat, maka dapat ditegaskan bahwa calon Kecamatan Danau

Kerinci Barat telah memenuhi syarat untuk dimekarkan, karena total seluruh

indikator yang mencapai skor 391 atau dalam kategori MAMPU. Agar lebih

jelas, terperinci, dan mudah dipahami, maka berikut ini diuraikan dalam bentuk

tabel tentang kelayakan pemekaran Kecamatan Danau Kerinci Barat, sebagai

berikut:

2

2. Saran

a. Nilai harapan masyarakat atas pembentukan calon Kecamatan Danau Kerinci

Barat yang telah terbangun saat ini harus disadari bahwasanya keiinginan

tersebut bersumber dari masyarakat dilevel akar rumput (grassroot), dan tidak

atas keingginan kepentingan elit politik lokal. Dengan berlakunnya Undang-

Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, syarat dan

mekanisme untuk pembentukan daerah otonom yang baru menjadi lebih

terperinci dan lebih ketat. Mekanisme pengetatan yang dimaksud adalah

dimana Daerah persiapan tersebut ditentukan dengan peraturan pemerintah,

lalu daerah persiapan tersebut diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk

No. Persyaratan Kriteria Keterangan

1. Syarat

Administratif Memenuhi

Pasal 4 PP No. 19

Tahun 2008

2. Syarat Fisik

Kewilayahan Memenuhi

Pasal 5 dan Pasal 6

PP No. 19 Tahun

2008

3. Syarat Teknis Memenuhi

Pasal 7 PP No. 19

Tahun 2008

Page 20: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 20

melakukan kegiatan administrasi yang dipimpin oleh kepala daerah persiapan.

Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun daerah persiapan bisa memenuhi syarat,

maka barulah daerah persiapan dapat ditetapkan menjadi DOB. Sedangkan

apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun daerah persiapan tidak bisa

memenuhi persyaratan maka daerah persiapan tersebut tidak dapat melakukan

pemekaran atau tidak dapat menjadi DOB. Terkait hal tersebut, berdasarkan

pertimbangan pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri, untuk

sementara proses pemekaran daerah ditunda pembahasannya, karena saat ini

pemerintah sedang menyelesaikan RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah)

tentang Penataan Daerah dan Desartada (Desain Besar Penataan Daerah)

sebagai payung hukum dalam pembentukan dan penyesuaian daerah ke depan.

Yaitu rancang bangun penataan daerah tingkat nasional yang meliputi strategi

penataan daerah dan kondisi daerah otonom yang ingin diwujudkan dalam

kurun waktu 2016-2025. Sehingga diharapkan melalui penataan daerah

kedepan, pemekaran daerah menjadi lebih rasional, adil, dan sesuai dengan

kebutuhan dengan tidak mengabaikan aspirasi lokal.

b. Penundaaan pembahasan pembentukan daerah pemekaran oleh Pemerintah,

menurut penulis, sebaiknya pemerintah kabupaten Kerinci dan masyarakat

menunggu ketentuan/ pedoman lebih lanjut yang akan diatur dalam bentuk

regulasi Peraturan Pemerintah (PP) yang sedang dibahas saat ini, dan segera

menyesuaikan kembali persyaratan pembentukan daerah kecamatan yang baru,

sebagaimana diatur dalam ketentuan baru nantinya. Sehingga harapan

masyarakat bisa terpenuhi.

Page 21: Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus .... Ivan Fauzani R.pdf · Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17. 3 Lukman

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret, 2016

Hal 21

DAFTAR PUSTAKA

Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo

Persada: Jakarta.

Santoso, Lukman. 2015. Hukum Pemerintahan Daerah (Mengurai Problematika

Pemekaran Daerah Pasca Reformasi Di Indonesia), Pustaka

Pelajar: Yogyakarta.

Huda, Ni’matul. 2015. Hukum Pemerintahan Desa (Dalam Konstitusi Indonesia

Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi), Setara Press:

Malang.

Sugeng Istanto, F, 2007, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika,

Jakarta.

D. Juliantara, Gregorius Sahdan, Willy R. Tjandra, 2006, Desentralisasi

Kerakyatan Gagasan dan Praktis, Pondok Edukasi, Panggungharjo

Sewon Bantul.

Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta,

Grasido.

Huda, Ni’matul. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung.

Huda, Ni’matul. 2009. Otonomi Daerah: Filosofi, Sejarah Perkembangan dan

Problematika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang

Kecamatan, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4826.