tektonik & materialis

17
Paper Teori Arsitektur 1 2014 [Tektonik dan Materialitas] [Renzo Piano dan Y.B. Mangunwijaya] Adnan Rifai 1 , Augusta Prasetya 1 , Blasius Endru 1 , Kirana Ardya 1 , Mutiara Anggi D.N. 1 , Tamara Indah Puspita 1 , Teguh Eko Christanto 1 , Kurnia Widiastuti 2 1 Mahasiswa S1 Arsitektur, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada 2 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada Abstrak Renzo Piano dan Y. B. Mangunwijaya merupakan tokoh-tokoh arsitek yang menggunakan material yang jujur untuk menjadi daya tarik tertentu pada desain mereka. Kejujuran material tersebut diperlihatkan melalui penggunaan material khas setempat, pengolahan material yang menarik dan tidak ditutupi namun dieskpos untuk memperlihatkan estetikanya, dan pendekatan terhadap alam yaitu dengan memanfaatkan secara maksimal sumber cahaya dan angin. A. Latar Belakang Dunia arsitektur sangat berhubungan dengan ide-ide yang terus berkembang, maka tidak salah jika sebuah teori baru dapat diciptakan dikarenakan ada sebuah rasa kebosanan terhadap suatu hal yang sedang berlangsung, dengan kata lain mencari sebuah “dobrakan” baru terhadap teori-teori yang ada sebelumnya. Pada materi materialisme dan tektonik ini berhubungan dengan bagaimana pemanfaatan suatu bahan dan sistem konstruksi menjadi sesuatu yang dapat dinikmati secara estetika. 1 Skema munculnya teori-teori baru

Upload: mutiara-anggi-damayanti-nainggolan

Post on 14-Nov-2015

160 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Tektonik & Materialis

TRANSCRIPT

Paper Teori Arsitektur 1 2014[Tektonik dan Materialitas] [Renzo Piano dan Y.B. Mangunwijaya]

Adnan Rifai1, Augusta Prasetya1, Blasius Endru1, Kirana Ardya1, Mutiara Anggi D.N.1, Tamara Indah Puspita1, Teguh Eko Christanto1, Kurnia Widiastuti21 Mahasiswa S1 Arsitektur, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada2 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada

AbstrakRenzo Piano dan Y. B. Mangunwijaya merupakan tokoh-tokoh arsitek yang menggunakan material yang jujur untuk menjadi daya tarik tertentu pada desain mereka. Kejujuran material tersebut diperlihatkan melalui penggunaan material khas setempat, pengolahan material yang menarik dan tidak ditutupi namun dieskpos untuk memperlihatkan estetikanya, dan pendekatan terhadap alam yaitu dengan memanfaatkan secara maksimal sumber cahaya dan angin.A. Latar Belakang

Dunia arsitektur sangat berhubungan dengan ide-ide yang terus berkembang, maka tidak salah jika sebuah teori baru dapat diciptakan dikarenakan ada sebuah rasa kebosanan terhadap suatu hal yang sedang berlangsung, dengan kata lain mencari sebuah dobrakan baru terhadap teori-teori yang ada sebelumnya.

Skema munculnya teori-teori baruPada materi materialisme dan tektonik ini berhubungan dengan bagaimana pemanfaatan suatu bahan dan sistem konstruksi menjadi sesuatu yang dapat dinikmati secara estetika.Materialisme dan tektonik seperti sebuah aliran dimana mempunyai kurun waktu yang kurang jelas. Semakin berkembangnya teknologi maka jenis material-material akan semakin bermacam-macam terutama pada keadaan visual material semakin dimungkinkan untuk menjadi elemen estetika tersendiri sehingga tidak perlu ada perlakuan tambahan pada visual karena keadaan visual secara jujur tersebutlah yang membuat keindahan visualnya. Keadaan visual yang jujur ini dapat membantu untuk menyampaikan ide-ide dan konsep sang arsitek. Jadi diperkirakan materialisme dan tektonik ini mulai berkembang sekitar abad 20-an dimana teknologi sudah cukup berkembang secara pesat.Materialisme dan tektonik ini melawan trend representasi abstrak sejak masa Rennaisance. Arsitek William Morris dan Walter Gropius mencoba menekankan konsep modernisme dengan pemilihan materialbangunan.Tokoh-tokoh yang menerapkan konsep materialisme dan tektonik adalah Renzo Piano dan Y. B. Mangunwijaya. Pada desain mereka, penggunaan material yang jujur menjadi daya tarik tertentu. Selain material yang diekspos, konstruksi atau cara memasangkan antar elemen pun juga diperlihatkan.B. DeskripsiTektonika merupakan istilah arsitektur yang jarang diungkap, tidak seperti halnya istilah tata ruang dan bentuk bangunan. Tektonika sering diartikan sebagai suatu ilmu yang digunakan untuk masalah statika bangunan agar bangunan tidak roboh. Namun sebenarnya tektonika juga mengandung pengertian di luar masalah statika belaka, yaitu tektonika yang ditafsir atau dibaca sebagai sebuah teks dalam semiotika dan diperlakukan sebagai simbol bermakna.Dalam bukunya Studies in Tectonic Culture, 1995 Kennerh Frampton mendefinisikan istilah tektonika dari kata tekton yang berarti tukang kayu (carpenter) atau manusia pembangun (builder). Tektonika juga digunakan (guttfried Semper untuk membuat sesuatu yang menggunakan bahan ringan sebagai lawan dari penggunaan bahan berat (batu, lempeng) yang oleh Semper digolongkan sebagai stereomic.Tektonika tidak hanya ditujukan untuk bahan-bahan berat atau ringan, melainkan juga cara memperlakukan bagan-bahan tersebut. Menyusun dan membuat di sini memasukan juga kegiatan seperti menjalin, merajut, mengayun, menhayanyam dari bahan-bahan ringan. Menganyam, merajut dan menjalin adalah kegiatan mendasar dalam kebudayaan. Menganyam suatu bahan perlu diberi catatan lebih lanjut karena batu bata, batu keras, kerikil dan bahan-bahan lain sekalipun karena berat bobotnya tapi bila disusun, ditebar atau dirangkai menjadi struktur yang lebih besar dapat juga digolongkan sebagai karya tektonika. Materialisme pun hampir mirip dengan tektonika dimana perbedaannya hanya objek yang diamati. Materialisme lebih kepada bagaimana perlakuan pembuat terhdapa material yang digunakan, sedangkan tektonika lebih kepada bagai mana perlakuan dari material-material yang saling disambungkan.Ada empat arameter tektonika dan materialisme sebagai berikut:1. Artikulasi Bakat BahanSetiap bahan mempunyai kodrat masing-masing, ada kepribadian yang dinampakan seperti kayu mempunyai kodrat rapi penih aturan dalam irama serat-seratnya.a. KayuKayu mempunya kodrat sebagai bahan yang kuat terhadap tarik sehingga banyak digunakan untuk struktur menahan tarik. Kayu juga merupakan bahan ringan sehingga cocok untuk diletakan dalam struktur atas seperti atap. Irama kayu rapi dan penuh aturan. Bangunan yang menggunakan kayu menampilkan bentuk yang sederhana, natural dan hangat.b. BatuKepribadian batu kuat terhadap tekan tetapi lemah terhadap tarik. Batu merupakan bahan berat sehingga cocok ditempatkan sebagai struktur bawah seperti pondasi. Batu alam meiliki segala susunan, tekstur dan warna sehingga dapat digunakan sebagai ornamen dinding. Disamping itu, batu memiliki sifat tahan lama dan padat sehingga dapat digunakan untuk struktur dinding sebagai pemikul.c. Batu BataBatu bata merupakan produk hasil industri sistem cetak dengan bahan dasarnya tanah liat. Batu bata bila disusun dengan perekat seperi mortar semen maka akan mempunyai kepribadian seperti batu, yaitu kuat terhadap tekan dan lemah terhadpa tarik. Untuk mengatasinya gaya lateral, maka penggunaan batu bata sebagai dinding diperkuat dengan angka beton. Keduanya membentuk struktur dinding yang sanggup memikul beban di atasnya. Disamping itu untuk keperluan struktur, warna dan tekstur bata dapat dimanfaatkan untuk menampilkan keindahan elemen bangunan seperti dinding.d. BetonBeton merupakan bahan adat yang permukaannya mudah diubah karena mempunyai dua sifat yaitu cari dan padat. Karakter beton adalah kuat terhadap tekan dan lemah terhadap tarik. Untuk mengatasi gaya tarik, maka beton biasanya dikombinasikan dengan baja tulangan yang kuat terhadap gaya tarik namun lemah terhadap tekan. Kombinasi keduanya disebut sebagai beton bertulang dan dapat digunakan sebagai elemen struktur.

2. Artiulasi Ekspresi Beban SambunganKepekaan yang sangat tinggi atas bakat dan kodrat bahan membuat setiap detail sambungan menjadi puisi. Persoalan pertemuan bahan, dapat dibahasakan menjadi terikat, tertambat, menyatu, melebur atau sekedar bersinggungan menempel rapuh. Sebuah batang dapat diekspresikan menjadi terkesan meregang tarik atau terdesak terdorong.a. TerikatDua atau lebih material yang berbeda disatukan dengan alat penyambung yang kuat tetapi memliki kelenturan.b. TertambatDua atau lebih material yang berbeda saling berdekatan/menempel disatukan dengan alat penyambung yang kuat dan lebih kaku dibandingkan posisi terikat.c. Menyatu.meleburDua atau lebih material yang berbeda bersatu dan memiliki sifat baru. Bentuk sambungan menjadi kaku.rigid. gaya-gaya yang bekerja adalah gaya vertikal, horisontal dan puntir (sendi rol puntir).d. Sekadar bersinggunganDua atau lebih material yang berbeda tidak disatukan tetapi saling mendukung. Gaya yang bekerja hanya gaya vertikal (sendi).3. Artikulasi ElemenArtikulasi elemen merupakan artikulasi elemen-elemen struktur yang diekspresikan dari posisi masing-masing elemen struktur terhadap bangunan. Elemen diekpresikan secara bersanding berdampingan saling menghormati dan saling mendukung.4. Artikulasi Proses PembuatanHal ini terkait dengan pembuatan atau roses pengerjaan, beton dan besi misalnya memiliki dua sifat awalnya cair namun menjadi padat. Dua sifat ini dimanfaatkan untuk membuat bentuk dan tekstur yang memancarkan citra sehingga ridak hanya mempunyai guna/fungsi.

C. Konsep

C.1. Konsep Tektonik dan materialis Y. B. Mangunwijaya

Y. B Mangunwijaya merupakan seorang arsitek yang juga merupakan seorang rohaniawan, sastrawan, budayawan, sosiawan, filsuf, dan pendidik. Keberagaman bidang latar belakang beliau menentukan sikap dan perilaku dalam berarsitektur yang kemudian memberikan ciri khas dalam tiap karya beliau. Karya-karya beliau sangat menekankan keunikan tempat atau lokasi, tata ruang yang kompleks, konstruksi, dan material alami yang diperlihatkan apa adanya serta pengolahan detail yang unik dan inovatif.Berarsitektur berarti berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan material dan suasana tempat. Dalam berarsitektur, bukan hanya soal efisiensi-teknis dan fungsional saja, tetapi ada unsur lain yaitu harus adanya dimensi Budaya. (Y. B. Mangunwijaya, 1988:7)Dalam tinjauan tektonika dan materialis, karya-karya arsitektur Mangunwijaya memiliki konsep besar yaitu budaya yang menimbulkan karakteristik tersendiri baik dalam tatanan teknis (Structural Technical) maupun tataran representasional (Structural Symbolic).[1] Secara tatanan teknis, bangunan Mangunwijaya memiliki beberapa karakteristik, yaitu:1. Eksploratif terhadap pemakaian dan cara pengolahan bahan dari sumber daya alami.Pengolahan bahan bangunan lebih pada proses produksi cetak (non-fabrikan) sehingga tipa-tipe dan bentuk bangunan bervariatif dan inovatif. Pengolahan bahan merupakan sisi tektonik Mangunwijaya terkuat terutama dari bahan sisa dan bekas.2. Budaya menganyam, menenun, merajut, menebar, dalam mengolah bahan bangunan menjadi bentuk konstruksional.Tektonika merujuk pada ketrampilan menyusun bahan bangunan dengan cara cara tersebut yang dalam hal ini dilakukan terhadap bambu, ragum, ijuk, gedhek, dan rotan. Mangunwijaya pun menganyam bata, merajut kayu dan seng menjadi panel ppintu, dan masih banyak lagi.3. Kejujuran dalam pengolahan bahan dan penanganan konstruksi (ekspos pada sambungan).Komponen arsitektur menjadi bermakna dan mengekspresikan kejujuran ketika hubungan structural nyata terlihat. Kesemuanya diperlihatkan sejujurnya sesuai perannya masing masing seperti balok, kolom, kuda-kuda.4. Eksploratif dalam menentukan sistem konstruksi untuk penanganan berbagai kasus desain.Konstruksi harus terbuka terhadap kebebasan penataan sebanyak mungkin. Konstruksi yang benar biasanya sekaligus indah, lihat alam raya! Kata Mangunwijaya. Sehingga pada kapel Sendangsono terdapat struktur menyerupai pohon dimana batang dan cabang-cabangnya menopang beban atap runcing limasan.Sedangkan secara tatanan representasional, karakteristik bangunan Mangunwijaya [1] yaitu:1. Memberi citra kesederhanaan.2. Memunculkan bentuk artikulasi hubungan struktural.3. Memberikan citra keselarasan.4. Concern pada simbolisme detail atau relief.5. Menghormati sejarah atau tradisi dan nilai-nilai religiusitas gereja.Kesimpulannya, Y.B. Mangunwijaya selalu mengedepankan budaya Indonesia khususnya budaya pada lokasi binaan dimana budaya tersebut merupakan landasan ideologi untuk menentukan elemen-elemen arsitektur meliputi bentuk, ruang, dan fungsi. Material bangunan yang digunakan pun merupakan material asli dari lingkungan setempat, tidak mengimpor material. Material ditunjukkan apa adanya dan dipergunakan secara efisien dan bahkan detail atau beberapa bagian pada bangunan terbuat dari material sisa, tidak ada yang dibuang. Keaslian material sekitar ini merupakan faktor penting penentu bagaimana struktur bangunan terbentuk. Semisal, material bambu yang notabene lentur dibanding kayu, tidak dipaksa untuk kaku sehingga bambu memang diperlakukan sebagai bambu. Pemakaian material disepadankan dengan struktur bangunan dan tipe bangunan yang akan mewadahi fungsi tertentu di dalamnya.

C.2. Konsep Tektonik dan Materialis Renzo Piano

Berbicara mengenai tektonik dalam arsitektur tak luput kaitannya dengan regionalism arsitektur. Regionalisme merupakan sebuah upaya pengungkapan karakteristik suatu daerah dalam arsitektur modern. Hal ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap arsitektur modern yang memandang arsitektur yang pada dasarnya bersifat universal. Regionalisme sendiri dapat diartikan sebagai ungkapan identitas, jiwa papan, sistem budaya, dan sikap kritis. Dalam hal ini, alam dipandang sebagai ancaman sekaligus contoh ideal agar bisa divisualkan, dilengkapi, dan disimbolkan dalam mendesain.Renzo Piano memiliki konsep sedekat mungkin dengan alam, terutama angin dan cahaya matahari. Hal utama yang ingin dicapai Piano dalam mendesain adalah kebutuhan dan kenyamanan manusia. Sejauh pengamatan Piano, suksesnya seorang arsitek adalah ketika ia mampu secara bersamaan merangkap sebagai seorang teknisi yang baik, sosiologis yang baik, ekonom yang baik, dan seorang ahli geografi yang baik. Namun jika Ia ingin menjadi lebih dari itu, Ia butuh mengetahui bagaimana bekerja dan memperlakukan angin dan cahaya. Seperti yang dikatakannya, The more I reduce the material, the closer I get to nature, and enter into relationship with light and the wind. (interview by Luigi Prestinenza Puglisi)[2]Kembali ke regionalism dimana alam juga dipandang sebagai ancaman, Renzo merupakan arsitek yang berbasis di Eropa dengan 4 musim. Masalah yang timbul adalah ketika musim dingin dimana suhu sangat rendah yang membahayakan sehingga bangunan harus mampu menaungi dan menyelamatkan penghuni nya. Dalam kasus ini, Piano menggunakan material kaca yang transparan sehingga dapat memasukkan cahaya dan panas matahari dan mengurungnya di dalam gedung untuk dimanfaatkan kelak. Oleh karena itu sebagian besar karya-karyanya berbahan kaca, aluminium, dan baja, baik sebagai elemen struktural dan non-struktural. Dan otomatis segala strukturnya terekspos apa adanya. Hal ini diperkuat dengan perkataannya, I love working with light elements. I love transparency, I love natural light. (interviewed on The New Hour with Jim Lehrer, 19 June, 1998)[3]Renzo Piano sering juga disebut sebagai arsitek High Tech karena karya-karyanya yang selalu menampilkan bentuk dan bahan berteknologi. Selain bahan material yang telah disebutkan, Renzo juga memakai material lain yang bukan tergolong konvensional baik bentuk dan bahannya, begitu pula pemasangannya. [4]Kesimpulannya, Renzo Piano selalu mendesain dengan pendekatan alam seperti angin dan khususnya cahaya matahari. Pengkhususan ini diambil dan ditinjau dari area dimana ia membangun bangunan-bangunannya yang berbasis di Eropa yang memiliki musim dingin sehingga perlu perlakuan seperti itu. Pemilihan material transparan dan bentuknya pun merupakan salah satu poin penting dalam menanggulangi problem ini. Selain itu, dalam arsitektur Piano, cahaya matahari dan estetika dari cahaya merupakan sesuatu yang harus dilahirkan dan ditunjukkan kebenaran sosial, budaya, dan tektoniknya, untuk menunjukkan spasialitas tertentu, merakit transparansi dan layering, serta untuk mewujudkan ulang elemen subtantif.

D. Pembahasan arsitek dan karya

D.1. Pembahasan arsitek dan karya [Y. B. Mangunwijaya]

Gambar 1 Y.B. Mangunwijaya, Pr. (1)

Lahir di Ambarawa, Semarang, 6 Mei 1929, dan meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 di umur 69 tahun. Mendapat penghargaan Aga Khan Award, yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta. [5]Selain itu beliau juga terkenal dengan kemampuannya mengolah bahan-bahan yang merupakan sisi tektonik terkuat dari karya-karya beliau.Terutama barang-barang bekas atau terbuang. Beliau memperhatikan bahan-bahan tersebut dikarenakan beliau sangat meng-imaniisi dari kitab yaitu kutipan Perjanjian Baru: Matius 12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. [6] [7]

Gambar 2 Rumah Arief Budiman, Salatiga (2)Material pada detil bangunan ini adalah bahan-bahan yang mudah ditemukan di Indonesia dan kebanyakan dibiarkan terekspos namun disusun dengan menarik. Seperti pada dinding-dindingnya yang tidak diplester namun disusun tidak seperti pada dinding bata biasanya. Dan balok-balok struktur yang sebagian besar dari kayu sengaja tidak dicat agar terlihat keasriannya. [8]

Gambar 3 Interior Wisma Kuwera, Sragen Yogyakarta (3)

Ornamen-ornamen tektonika dan materialis beliau juga banyak terlihat di interior dari Wisma Kuwera, Sragen, Yogyakarta. Dimana plafonnya tersusun dari anyaman bambu yang terlihat teksturnya. [8]Sehingga dapat disimpulkan bahwa Y.B. Mangunwijaya dalam merancang sesuatu selalu melibatkan bahan-bahan tanpa menyembunyikan fisik aslinya dan terkadang juga disusun atau diolah dengan menarik. Dan beliau mampu menerapkan di segala bagian dari rancanngan baik itu di dinding, plafon, lantai, dll.

D.2. Pembahasan arsitek dan karya [Renzo Piano]

Gambar 4 Renzo Piano (4)

Lahir di Genoa, Italia, pada 14 September 1937. Piano dalam merancang bangunannya selalu menerapkan ke-khas-an dalam hal struktur maupun teknologinya. Bagian strukturnya diperlakukan sedemikian rupa sehingga keindahannya justru hadir karena strukturnya. Piano memiliki gaya merancang yang mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan pengetahuan tetapi tetap dengan jati dirinya atas penghargaan terhadap citra, budaya, dan alam. [9]Kemungkinan gaya ini muncul karena terkait dengan latar belakang keluarganya. Dimana memiliki bisnis konstruksi yang menyertakan ayah, kakek, dan pamannya. Sehingga Piano tumbuh di lingkungan konstruksi dimana sangat terikat dengan hal-hal yang berhubungan dengan struktur ataupun struktur itu sendiri. Karena masa kecil Piano sering mengunjungi ayahnya di bisnis konstruksi, beliau mulai terpesona dengan struktur. [10]

Gambar 5 The Bayeler Foundation Museum (5)

Gambar 6 The Bayeler Foundation Museum (6)

Di sini sangat terlihat gaya tektonik dari Renzo Piano dimana kejujuran strukturnya ada. Terlihat jelas bahwa struktur bangunannya terpisah dari selubungnya. Kolom-kolom yang solid disandingkan dengan kaca transparan. Kemudian atap museum berupa kantilever yang transparan sehingga cahaya yang dihasilkan dapat memberikan kelembutan. Atap terpisah dari bangunan dan didukung dengan sebuah struktur metal yang sederahana. Sambungan struktur yang tidak disembunyikan menjadi keindahan tersendiri. [11]

Dapat disimpulkan bahwa Renzo Piano adalah salah satu arsitek internasional yang bisa disebut bergaya tektonik karena ke-khas-annya yang suka menunjukkan struktur namun menggunakan bahan-bahan yang lebih modern seperti baja, beton, dll.

E. Kata kunci teori

Kejujuran strukturEstetika struktur (teknologi)Estetika utilitasMaterial lokalCitra dan guna

F. Analisis (prinsip-prinsip desain)F.1. Analisa karya Y.B. MangunwijayaKompleks religi Sendangsono

Gambar 7 Kompleks religi Sendangsono (7)Pada bangunan-bangunan di kompleks ini sangat jelas Romo Mangun mengekspos struktur-struktur dan kombinasi materialnya pada bangunan sebagai nilai estetika. Elemen-elemen struktur yang dipakai antara lain adalah kayu, balok, dan beton bertulang tanpa finishing. Alasan mengapa dipilih material-material tersebut karena mudah didapat dan mudah dikerjakan oleh tukang-tukang yang ada di sana. Salah satu hal yang paling menarik pada bangunan ini adalah bagaimana Romo Mangun menyambungkan struktur bangunan dari beberapa material yang berbeda sifatnya. Pada area luar bangunan Romo Mangun menggunakan bata merah, dan conblock untuk memberi kesan rapi pada desain taman lansekapnya. Seperti halnya tujuan tektonika yang member pengalaman intelektual pada bangunan, sistem struktur yang diekspos ini juga sangat berguna bagi pengunjung sebagai sarana pembelajaran.F.2. Analisa karya Renzo PianoCentre Georges Pompidou / Renzo Piano + Richard Rogers

Gambar 8 Centre Georges Pompidou / Renzo Piano + Richard Rogers (8)Adalah karya pertama kolaborasi Renzo Piano dan Richard Rogers. Konsep mereka adalah sebuah kolase, yang menggambarkan museum itu sendiri sebagai sebuah pergerakan. Konsep lain yang lebih jelas adalah mengekspos semua infrastruktur bangunan. Kerangka itu sendiri seakan-akan menelan bangunan dari luar, mengekspos semua sistem mekanik dan struktur yang berbeda tidak hanya agar dapat dipahami dan dipelajari tetapi juga untuk memaksimalkan space pada ruang interior tanpa adanya interupsi.Material yang mereka pakai lebih modern, yaitu baja. Berbeda dengan Romo Mangun yang lebih memilih menggunakan material lokal yang mudah didapat dan dikerjakan oleh tukang-tukang yang ada disana. Selain itu, Renzo Piano berpegang pada prinsip estetika struktur, dan estetika utilitas. Sehingga tidak mengejutkan kalau dia mengekspos struktur dan sistem utilitas pada bangunan ini. Efeknya bangunan ini memberi kesan kuat dan kokoh dari luar.G. Konteks (penggunaan) teori pada desain Reau de Meaux (Renzo Piano)Gambar 9 Rue de Maeaux Housing (9)Gambar 10 Rue de Meaux Housing (10)Piano Workshop bereksperimen menggunakan panel buataan pabrik yang dijadikan sebagai cladding di desain gedung IRCAM di sebelah Center Pompidou. Penggunaan fiber glass menguatkan GRC yang dilapisi oleh tanah liat tipis, sehingga sang arsitek bisa mendesain panel dengan proporsi yang sangat tipis yang bisa diaplikasikan ke beberapa kombinasi dan bisa mendefinisikan jendela, teras, tembok polos dengan menggunakan kekayaan warna dan tekstur tanah liat. Panel diaplikasikan ke struktur beton berbingkai yang menyediakan sistem dinding luar yang ekonomis.Sistem panel luar ini diaplikasikan pada Rue de Meaux dan menarik perhatian. Di Meaux, garis panel dipasang dengan modul 90 x 90 dengan lebar 3cm dan kedalaman 30cm. Panel ini diaplikasikan pada kerangka struktural dengan pengorganisasian besar dan kecilnya dan ekspresi pengulangan kerangka. Ketika ada jendela, modul 90 x 90 ini diekspresikan sebagai kisi-kisi terbuka. Ketika dindingnya buram, panel tersebut ditutup dengan panel tanah liat yang tipis, dengan ukuran 20 x 40 yang digantung ke panel GRC dan tanpa mortir. Isolasi dan dinding jadi diterapkan di dalam bagian panel. [12]Sendangsono (Romo Mangun)Komponen arsitektur menjadi lebih bermakna dan mengekpresikan kejujuran ketika hubungan struktural menjadi nyata terlihat. Bagaimana kolom berperan menyalurkan beban atau balok yang menahan gaya tarik atau tekan serta kuda-kuda yang menyangga struktur atap, kesemuanya itu secara jujur terekspos sesuai perannya masing-masing, [13]Pengolahan bahan adalah sisi tektonik yang terkuat dari kara Romo Mangun terutama dari bahan-bahan yang terbuang atau bekas, [13]Sistem konstruksi yang dipilih Romo Mangun sangat beraneka ragam dengan pertimbangan yang juga beraneka ragam. Romo Mangun mengatakan konstruksi yang indah biasa benar maka lihatlah alam raya. Oleh karena itu, kapel di Sendangsono terdapat struktur yang condong pada perilaku struktur sebuah pohon dengan batang dan cabang-cabangnya yang menopang beban atap runcing limasan, [13]H. KesimpulanRenzo Piano dan Y. B. Mangunwijaya menggunakan material yang jujur untuk menjadi daya tarik tertentu pada desain mereka. Selain material yang diekspos, konstruksi atau cara memasangkan antar elemen juga diperlihatkan.Y.B. Mangunwijaya selalu mengedepankan budaya Indonesia khususnya budaya pada lokasi binaan dimana budaya tersebut merupakan landasan ideologi untuk menentukan elemen-elemen arsitektur meliputi bentuk, ruang, dan fungsi. Material bangunan yang digunakan pun merupakan material asli dari lingkungan setempat, tidak mengimpor material. Beliau selalu melibatkan bahan-bahan tanpa menyembunyikan fisik aslinya dan terkadang juga disusun atau diolah dengan menarik.Renzo Piano selalu mendesain dengan pendekatan alam seperti angin dan khususnya cahaya matahari. Cahaya matahari dan estetika dari cahaya merupakan sesuatu yang harus dilahirkan dan ditunjukkan kebenaran sosial, budaya, dan tektoniknya, untuk menunjukkan spasialitas tertentu, merakit transparansi dan layering, serta untuk mewujudkan ulang elemen subtantif. Renzo Piano dapat disebut arsitek bergaya tektonik karena ke-khas-annya yang suka menunjukkan struktur namun menggunakan bahan-bahan yang lebih modern seperti baja, beton, dll.I. Sumber[1] Solusi Griya.Tektonika Arsitektur YB. Mangunwijaya.2 April2014.http://thebatabatastudiodesain.blogspot.com/2009/08/tektonika-arsitektur-yb-mangunwijaya.html?showComment=1396445316256#c5668247161736469658[2] International Lighting Magazine. Juli 2009. Renzo Piano: Closer to Nature, Lighting Master Plan. [online]. 2 April 2014. http://www.lighting.philips.co.uk/pwc_li/gb_en/lightcommunity/trends/luminous/Luminous3.pdf/[3] Metcalf, Andrew. Renzo Piano: Light and Lightness. 2 April 2014. http://formandwords.com/tag/renzo-piano/[4] Craven, Jackie. Renzo Piano, Pritzker Prize-Winning Architecture. 2 April 2014. http://architecture.about.com/od/greatarchitects/p/piano.htm[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Y._B._Mangunwijaya[6] http://thebatabatastudiodesain.blogspot.com/2009/08/tektonika-arsitektur-yb-mangunwijaya.html[7]http://tatsubonkunipuri.blogspot.com/2009/12/biografi-y-b-mangunwijaya.html[8] http://destiasoewoyo.wordpress.com/2014/03/12/romo-mangun-dan-sebagian-karyanya/[9] ANALISIS KAUANTITATIF KARAKTER HASIL RANCANGAN RENZO PIANO oleh Metaleisya Erdilla Aryanti[10] http://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/arsitek/arsitek-mancanegara/renzo-piano/[11] http://rezaprimawanhudrita.wordpress.com/2009/05/13/ulasan-karya-karya-arsitektur-yang-mendapatkan-penghargaan/[12] http://www.housingprototypes.org/project?File_No=FRA006 (31 april 2014; 7:14 AM)

[13] http://thebatabatastudiodesain.blogspot.com/2009/08/tektonika-arsitektur-yb-mangunwijaya.html (Fabian Sebastian 4/8/09) diakses 2 april 2014, 6:28AM

Sumber Gambar:(1) http://tatsubonkunipuri.blogspot.com/2009/12/biografi-y-b-mangunwijaya.html(2) http://destiasoewoyo.wordpress.com/2014/03/12/romo-mangun-dan-sebagian-karyanya/(3) http://destiasoewoyo.wordpress.com/2014/03/12/romo-mangun-dan-sebagian-karyanya/(4) http://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/arsitek/arsitek-mancanegara/renzo-piano/(5) http://rezaprimawanhudrita.wordpress.com/2009/05/13/ulasan-karya-karya-arsitektur-yang-mendapatkan-penghargaan/(6) http://www.panoramio.com/photo/31440328(7) http://www.yogyes.com/sendangsono(8) http://ad009cdnb.archdaily.net/wp-content/uploads/2010/06/1276224585-conservapedia.jpg[9] http://www.housingprototypes.org/images/Meaux04m.jpg[10] http://www.greatbuildings.com/cgi-bin/gbi.cgi/Rue_de_Meaux_Housing.html/cid_1254471879_Paris_219.html1