teknologi informasi
DESCRIPTION
era globalisasiTRANSCRIPT
JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIAVol. III No. 2 – Tahun 2005
Hal. 79 - 101FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INTENSI
KELANJUTAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI
Oleh : Ehrmann SuhartonoStaf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Teknologi Yogyakarta
ABSTRAK
This study investigates the influence of factors to the information technology continuance intention. The factors used in this study are perceived satisfaction, perceived usefulness and perceived informativeness. Research sample are 113 post graduate students and information technology proxy is internet technology.
The result shows that all the factors influence the information technology continuance intention. This research also shows that perceived of satisfaction is the lead indicator for to the information technology continuance intention.
Key words: perceived satisfaction, perceived usefulness, perceived informativeness, and continuance intention.
A. PENDAHULUAN
Beberapa teori berusaha untuk menjelaskan reaksi individu terhadap teknologi
informasi sehubungan dengan perilaku individu untuk menggunakan teknologi informasi.
Menurut Agarwal dan Karahanna (2000), beberapa penelitian terdahulu memfokuskan
perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam menerima teknologi
informasi. Contohnya adalah Innovation Diffusion Theory (Brancheau dan Wetherbe,
1989; Rogers, 1995), Technology Acceptance Model atau TAM (Davis, 1989; Davis et
al. 1989), Theory of Reasoned Action atau TRA (Ajzen dan Fishbein, 1980; Fishbein dan
Ajzen, 1975).
Davis (1993) dalam Agarwal dan Karahanna (2000) mengatakan terdapat faktor
individual beliefs yang berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan perilaku
individu untuk menggunakan teknologi informasi. Individual beliefs terbagi menjadi dua,
yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use terhadap suatu teknologi informasi.
79
80 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
Penelitian-penelitian selanjutnya lebih memfokuskan pada indivdual beliefs. Contohnya,
Davis et al. (1989) memasukkan variabel lain yaitu perceived enjoyment, Compeau et al.
(1999) memasukkan variabel self efficacy sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku individu untuk menggunakan teknologi informasi.
Penelitian-penelitian tersebut berusaha menjelaskan variabel-variabel yang
memotivasi individu untuk menerima teknologi informasi baru. Penerimaan teknologi
informasi merupakan langkah yang penting ke depan dalam menentukan kesuksesan
teknologi informasi tersebut. Namun, kesuksesan teknologi informasi tergantung juga
pada kelanjutan untuk menggunakan teknologi informasi tersebut selain penggunaan
untuk pertama kali. Kelanjutan penggunaan teknologi informasi sangat menentukan
proses bisnis dan efektifitas jangka panjang teknologi informasi yang dimiliki perusahaan
(Lyytinen dan Hirschheim, 1987 dalam Bhattacherjee, 2001).
Kelanjutan penggunaan teknologi informasi pada tingkatan pengguna, merupakan
isu penting dalam penentuan kesuksesan bisnis yang berbasis elektronik. Contohnya
adalah bisnis pada internet service providers (ISPs), penjualan secara online, pelayanan
bank secara online, biro perjalanan secara online dan sebagainya. Pendapatan dan pangsa
pasar dari bisnis tersebut, sangat tergantung dari berapa banyak yang mendaftar
(pendaftar baru) dan berapa banyak yang memutuskan untuk kembali menggunakan
produk tersebut. Menurut Bhattacherjee (2001), usaha untuk mendapatkan seorang
pelanggan baru, adalah lima kali lebih besar dibandingkan usaha untuk mempertahankan
pelanggan lama. Selain itu, Crego dan Schiffrin (1995) dalam Bhattacherjee (2001)
mengatakan bahwa pada bisnis asuransi, naiknya 5% pembelian pelanggan lama akan
menghemat 18% biaya perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru. Hal ini
Ehrmann Suhartono 81
menunjukkan kelanjutan penggunaan teknologi informasi tidak bisa diabaikan dalam
bisnis perusahaan.
Penelitian ini berusaha menguji pengaruh faktor-faktor motivasional terhadap
intensi keperilakuan (behavioral intention) kelanjutan penggunaan teknologi informasi.
Secara khusus, penelitian ini mencoba melihat dampak faktor-faktor motivasional
tersebut terhadap penggunaan internet dalam hubungannya dengan pengambilan
keputusan kelanjutan penggunaan internet di masa datang oleh pengguna. Faktor-faktor
motivasional yang dipergunakan ada 3 macam, yaitu persepsi kegunaan (perceived
usefulness), persepsi kepuasan (perceived satisfaction) serta persepsi nilai informasi
(perceived informativeness). Kedua faktor pertama diadopsi dari Expectation
Confirmation Theory (ECT) yang telah banyak dipergunakan dalam penelitian teknologi
informasi. Faktor ketiga, yaitu persepsi nilai informasi, dikembangkan dari bidang
pemasaran. Secara khusus, indikator nilai informasi tersebut diadopsi dari penelitian
Ducoffe (1996) dan Novi (2003) tentang nilai periklanan di Web dengan beberapa
penyesuaian agar sesuai dengan tujuan penelitian.
Pembahasan dalam penelitian ini selanjutnya akan dibagi menjadi beberapa
bagian. Setelah pendahuluan, pada sub-bab berikut akan dibahas mengenai kerangka
teoritis dan pengembangan hipotesis yang masih akan dibagi lebih lanjut berdasarkan
variabel-variabel penelitian. Sub-bab selanjutnya akan membahas mengenai metode riset
yang digunakan, yang mencakup metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuran dan
definisi operasional variabel, serta metode analisis data dan kesimpulan.
82 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
B. METODE PENELITIAN
Keputusan kelanjutan penggunaan teknologi informasi berhubungan dengan
keputusan menggunakan atau membeli kembali teknologi informasi. Hal ini tergantung
dengan keputusan penggunaan atau pembelian sebelumnya dan pengalaman
menggunakan teknologi informasi tersebut. Keputusan penggunaan atau penerimaan
teknologi informasi untuk pertama kali, telah banyak diteliti sebelumnya. Menurut Novi
(2003), penelitian-penelitian tersebut biasanya didasarkan atas theory of reasoned action
(TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) serta technology acceptance
model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis et al. (1989). Kedua model tersebut
disimpulkan dapat memprediksi intensi serta kepuasan penggunaan teknologi. Meskipun
demikian, Novi (2003) mengatakan TAM adalah sederhana dan mudah untuk digunakan
namun merupakan model yang kuat dalam membedakan penerimaan pengguna atas
teknologi.
Expectation Confirmation Theory (ECT) secara luas digunakan dalam studi
perilaku konsumen untuk mempelajari perilaku kepuasan konsumen, perilaku pasca
pembelian produk (pembelian kembali, komplain) dan pemasaran. Kemampuan prediksi
dari ECT telah ditunjukkan pada konteks pembelian kembali produk dan pelayanan,
termasuk pembelian kembali mobil (Oliver, 1993), camcoder (Spreng et al. 1996),
produk fotografi (Dabholkar et al. 2000), jasa boga (Swan dan Trawick, 1981).
Oliver (1980) dalam Bhattacherjee (2001) mengatakan terdapat beberapa tahapan
intensi kelanjutan pembelian kembali produk barang dan jasa. Tahapan pertama,
konsumen mempunyai ekspektasi tersendiri mengenai barang atau jasa yang akan mereka
beli. Tahapan kedua, konsumen akan membeli dan menggunakan produk barang atau jasa
Ehrmann Suhartono 83
tersebut. Selama mereka menggunakan produk tersebut, konsumen akan memiliki
persepsi kinerja produk tersendiri. Ketiga, konsumen akan menilai persepsi kinerja
(performance) dari produk tersebut serta membandingkan dengan ekspektasi konsumen
sebelumnya. Tahapan ini diistilahkan sebagai tahapan konfirmasi. Keempat, konsumen
akan mendapatkan hasil dari tahapan konfirmasi berupa persepsi kepuasan mengenai
produk tersebut, yang terdiri persepsi positif (puas) atau persepsi negatif (tidak puas).
Terakhir, konsumen akan memutuskan untuk menggunakan kembali atau tidak produk
tersebut dengan mendasarkan pada persepsi kepuasan sebelumnya.
Bhattacherjee (2001) mengatakan ECT berpandangan kalau perilaku konsumen
untuk menggunakan kembali produk yang telah mereka gunakan sebelumnya, secara
utama, sangat dipengaruhi oleh kepuasan konsumen tersebut saat pertama kali
menggunakannya. Kepuasan merupakan kunci utama untuk mendapatkan loyalitas
konsumen terhadap produk tersebut dalam jangka panjang. Anderson dan Sullivan (1993)
mengatakan berinvestasi pada konsumen merupakan asuransi jangka panjang untuk
kelangsungan hidup perusahaan.
Kepuasan didefinisikan oleh Locke (1976) dalam Bhattacherjee (2001) pada
konteks kinerja adalah emosi positif dari individu yang timbul dari penilaian kinerja
individu tersebut. Definisi ini diperluas oleh Oliver (1981) dalam Bhattacherjee (2001)
dalam konteks konsumsi, adalah perasaan yang muncul ketika konsumen
membandingkan ekspektasi konsumen sebelumnya dengan pengalaman konsumen ketika
mengkonsumsi suatu produk. Kedua definisi ini mendasarkan pada aspek psikologis yang
muncul pada saat terjadi perbandingan atau konfirmasi antara ekspektasi dan penilaian
kinerja suatu produk. Ekspektasi yang rendah dan atau kinerja produk yang tinggi akan
84 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
menghasilkan konfirmasi yang tinggi. Hal ini berakibat pada kepuasan tinggi dari
konsumen dan kecenderungan untuk menggunakan kembali produk tersebut. Jika terjadi
kebalikannya, akan berimplikasi pada rendahnya konfimasi. Selanjutnya, berakibat
ketidakpuasan konsumen dan konsumen cenderung untuk tidak menggunakan kembali
produk tersebut.
Bhattacherjee (2001) mengatakan ECT memiliki teori bahwa selain kepuasan,
terdapat faktor lain sebagai indikator utama dalam memprediksi keputusan penggunaan
kembali suatu produk. Faktor tersebut adalah ekspektasi dari konsumen. Hal ini
disebabkan tingkat ekspektasi konsumen mengenai suatu produk merupakan landasan
bagi konsumen untuk menilai produk tersebut. Hal ini sesuai dengan Henson (1964)
dalam Bhattacherjee (2001) yang mengatakan persepsi individu sangat tergantung dengan
stimulus, pengalaman individu mengenai stimulus tersebut dan situasi yang terjadi. Hal
ini menunjukkan ekspektasi merupakan salah satu prediktor dalam penentuan keputusan
penggunaan kembali suatu produk, termasuk teknologi informasi.
Keputusan kelanjutan penggunaan teknologi informasi sering beimplikasi pada
pengorbanan moneter maupun non moneter dari pengguna teknologi informasi.
Akibatnya, pengguna akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan kelanjutan penggunaan teknologi
informasi. Bhattacherjee (2001) mengatakan pengalaman sebelumnya pengguna
teknologi informasi akan berperan penting dalam memberikan informasi bagi pengguna
tersebut. Pengalaman dari pengguna teknologi informasi akan dibandingkan dengan
ekspektasi sebelumnya mengenai teknologi informasi tersebut (konfirmasi).
Bhattacherjee (2001) mengatakan persepsi kegunaan merupakan ekspektasi pengguna
Ehrmann Suhartono 85
teknologi informasi. Hal ini diturunkan dari Technology Acceptance Model atau TAM
(Davis, 1989; Davis et al. 1989). Selanjutnya, persepsi kegunaan sebagai akan
dibandingkan dengan persepsi kegunaan setelah menggunakan teknologi informasi
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh terhadap intensi
penggunaan kembali teknologi informasi, selain persepsi kepuasan.
Suatu proses pengambilan keputusan selalu membutuhkan berbagai macam
informasi sebagai pertimbangan. Suatu informasi akan berguna dalam proses
pengambilan keputusan jika informasi tersebut bernilai bagi pengambil keputusan. Nilai
informasi pada internet telah diteliti oleh Ducoffe (1996), yang meneliti tentang persepsi
nilai periklanan di Web. Salah satu faktor motivasional yang diteliti dalam penelitian
tersebut adalah persepsi nilai informasi (perceived informativeness), yang kemudian
dikembangkan oleh Novi (2003). Penelitian Novi (2003) mengatakan persepsi nilai
informasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam penerimaan teknologi informasi.
Selanjutnya, persepsi nilai informasi akan dikonfirmasikan dengan nilai informasi setelah
menggunakan teknologi informasi untuk memprediksi intensi kelanjutan penggunaan
teknologi informasi.
Penelitian ini mencoba mengadopsi kedua penelitian tersebut, yaitu penelitian
Bhattacherjee (2001) dan Ducoffe (1996) yang dikembangkan Novi (2003). Variabel
penelitian diambil dari kedua penelitian tersebut, yaitu variabel persepsi kepuasan,
variabel persepsi kegunaan dan variabel persepsi nilai informasi. Variabel-variabel
tersebut diadopsi dengan beberapa penyesuaian untuk tujuan penelitian. Model
penelitian dapat digambarkan pada lampiran 1.
86 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
1. Persepsi Kepuasan
Expectation Confirmation Theory (ECT) mengatakan intensi kelanjutan
penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kepuasan pengguna teknologi
informasi sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu mengatakan terdapat hubungan
antara intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi dengan kepuasan pengguna.
Penelitian Oliver (1993) mengatakan pengalaman negatif dan ketidakpuasan pengguna
terhadap komputer seperti waktu akses yang lama, sedikitnya petunjuk penggunaan atau
masalah teknik lainnya, akan berpengaruh negatif terhadap penggunaan komputer.
Penelitian Bhattacherjee (2001) mengatakan kepuasan penggunaan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap kelanjutan penggunaan teknologi informasi. Hal ini
berkaitan dengan kelanjutan penggunaan teknologi on-line banking.
Kepuasan merupakan perilaku positif (puas) dan merupakan perilaku negarif
(tidak puas). Perilaku merupakan prediktor penting dalam intensi penggunaan
teknologi informasi, seperti yang dijelaskan dalam TAM (Davis et al. 1989;
Karahanna et al. 1999; Taylor dan Todd, 1995). Penelitian-penelitian tersebut secara
tidak langsung mendukung persepsi kepuasan berpengaruh terhadap kelanjutan
penggunaan teknologi informasi. Model ini dapat dinyatakan dalam hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H1: Persepsi kepuasan penggunaan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi.
Ehrmann Suhartono 87
2. Persepsi Kegunaan
Intensi penggunaan teknologi merupakan bagian dari model asli TRA. Intensi
penggunaan teknologi adalah kecenderungan individu untuk menggunakan suatu
teknologi tertentu. Davis et al. (1989) menyatakan bahwa intensi penggunaan teknologi
dapat diprediksi oleh persepsi kegunaan. Berdasarkan penelitian Davis (1989) mengenai
technology acceptance model, ketertarikan penggunaan teknologi dapat diprediksi
dengan persepsi kegunaan. Persepsi kegunaan adalah tingkat kepercayaan seseorang jika
menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Perasaan kegunaan
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan untuk menggunakan suatu teknologi.
Hal ini disebabkan, jika individu merasa suatu teknologi berguna bagi dirinya, maka
individu tersebut akan cenderung untuk menggunakan teknologi tersebut.
Hal ini didukung penelitian Davis et al. (1989) yang mengatakan jika seseorang
merasa suatu teknologi word-processing software yang baru bermanfaat bagi dirinya,
orang akan cenderung untuk menggunakan teknologi word-processing software baru
tersebut. Hasil ini didukung oleh penelitian Mathieson (1991) dalam Agarwal dan
Karahanna (2000), yang meneliti penerimaan terhadap teknologi spreadsheet software
dan penelitian Adams et al. (1992) mengenai productivity software. Fishbein dan Ajzen
(1975) dalam Adnyana dan Indriantoro (2000) mengungkapkan adanya Theory of
Reaction Action. Teori tersebut mengatakan bahwa seseorang akan menggunakan
komputer jika seseorang tersebut melihat adanya manfaat atau hasil positif dari
penggunaan komputer tersebut.
Bhattacherjee (2001) mengatakan persepsi kegunaan merupakan instrumen yang
diturunkan dari kegunaan teknologi informasi tersebut. Persepsi kegunaan merupakan
88 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
motivator utama dalam penerimaan teknologi informasi. Hal ini berimplikasi bahwa
persepsi kegunaan akan berpengaruh pada keputusan melanjutkan penggunaan teknologi
informasi. Beberapa penelitian menunjukkan persepsi kegunaan secara konsisten
berpengaruh pada perilaku penerimaan teknologi informasi saat pra dan pasca
penggunaan (Davis et al. 1989; Karahanna et al. 1999)
Penelitian ini juga akan mengadopsi model hubungan antara persepsi kegunaan
dan intensi keperilakuan untuk menggunakan teknologi informasi kembali. Konsisten
dengan penelitian sebelumnya, persepsi kegunaan teknologi informasi bagi pengguna
dalam proses pengambilan keputusan diharapkan mempunyai hubungan positif yang
signifikan dengan intensi untuk menggunakan kembali teknologi informasi dalam proses
pengambilan keputusan. Jika pengguna merasa bahwa teknologi informasi berguna dalam
proses pengambilan keputusan, maka pengguna tersebut cenderung akan menggunakan
teknologi informasi kembali saat akan mengambil keputusan. Pernyataan tersebut
diwujudkan dalam hipotesis berikut :
H2 : Persepsi kegunaan teknologi informasi berpengaruh secara positif terhadap intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi.
3. Persepsi Nilai Informasi
Expectation Confirmation Theory mengatakan intensi kelanjutan penggunaan
teknologi informasi dipengaruhi oleh dua konstruk yaitu pengharapan terhadap
teknologi informasi dan evaluasi terhadap pengharapan teknologi informasi sebelumnya,
yang dibandingkan dengan kenyataan yang dialami pengguna teknologi informasi. Salah
satu bentuk evaluasi penggunaan teknologi informasi adalah persepsi nilai informasi.
Variabel persepsi nilai informasi merupakan variabel yang dikembangkan oleh Ducoffe
(1996). Hasil penelitian sebelumnya terbukti bahwa kemampuan iklan dalam
Ehrmann Suhartono 89
menyediakan informasilah yang merupakan alasan utama pembelian oleh konsumen.
Dengan demikian, jika evaluasi pengguna setelah menggunakan teknologi informasi
adalah positif maka akan berimplikasi pada penggunaan teknologi informasi kembali di
masa datang.
Selanjutnya, Novi (2003) mengatakan bahwa semakin pengguna merasa suatu
informasi dalam suatu teknologi informasi mempunyai nilai lebih dibandingkan
informasi lain, maka pengguna juga akan semakin merasa bahwa teknologi informasi
tersebut berguna dalam mengambil keputusannya. Hal ini beimplikasi pada penggunaan
kembali teknologi informasi. Sebaliknya, jika informasi tersebut tidak memberikan nilai
lebih bagi pengguna atau bahkan tidak bernilai sama sekali dibandingkan dengan
informasi yang diberikan oleh sumber lain, maka pengguna akan merasa bahwa teknologi
informasi tidak perlu digunakan lagi dalam proses pengambilan keputusan. Hubungan
antara kedua variabel tersebut dapat dinyatakan dalam hipotesis berikut :
H3 : Persepsi nilai informasi dalam teknologi informasi akan berpengaruh secara positif terhadap intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi.
C. METODE PENELITIAN
1. Sampel
Data penelitian diperoleh melalui kuesioner yang meminta responden untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Topik
penelitian ini adalah persepsi pengguna teknologi informasi atas penggunaan kembali
teknologi informasi dalam proses pengambilan keputusannya. Proksi teknologi informasi
adalah teknologi World Wide Web atau internet. Menurut Agarwal dan Karahanna
(2000), pemilihan ini berdasarkan alasan bahwa internet mewakili teknologi informasi
yang terkini.
90 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
Responden diambil dari mahasiswa Magister Sains Universitas Gajah Mada untuk
mewakili pengguna teknologi informasi. Pengambilan subyek tersebut didasarkan pada
asumsi bahwa mahasiswa program MSi telah mempunyai pengetahuan mengenai
internet dalam pengambilan keputusannya. Hal ini didukung oleh penelitian Agarwal dan
Karahanna (2000) yang mengatakan mahasiswa tertarik dengan internet karena kemauan
sendiri atau tidak merupakan tekanan dari orang lain.
2. Pengukuran Variabel
Menurut Bhattacherjee (2001), persepsi kepuasan didefinisikan perasaan yang
timbul dari penilaian individu terhadap teknologi informasi. Penelitian ini menggunakan
4 item kuesioner dalam penelitian Spreng et al. (1996) untuk variabel persepsi kepuasan.
Variabel tersebut kemudian dikembangkan oleh Bhattacherjee (2001). Pengukuran
variabel ini juga menggunakan skala Likert 5 point.
Menurut Novi (2003), persepsi kegunaan sendiri didefinisikan sebagai derajat
kepercayaan seseorang bahwa menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan
kinerja kerjanya. Dengan kata lain, persepsi kegunaan teknologi internet merupakan
persepsi atau anggapan pengguna bahwa teknologi internet relatif berguna dalam
pengambilan keputusan. Pengukuran atas variabel ini telah dikembangkan oleh Davis et
al. (1989) untuk penggunaan teknologi komputer, dan direplikasi oleh Agarwal dan
Karahanna (2000) untuk penggunaan teknologi internet. Karena penelitian ini berfokus
pada penggunaan teknologi internet, maka item yang digunakan sebagai pengukur
kemudahan penggunaan mengacu pada Agarwal dan Karahanna. Pengukuran
menggunakan skala Likert 5 point untuk 4 item pertanyaan.
Ehrmann Suhartono 91
Penelitian ini menggunakan item kuesioner dalam penelitian Ducoffe (1996)
untuk variabel persepsi nilai informasi. Variabel tersebut dikembangkan oleh Ducoffe
berdasarkan penelitian Hakwins (1994) tentang persepsi kelebihan dan kekurangan
informasi dalam internet. Selanjutnya, item – item indikator dalam variabel tersebut
diadopsi dan disempurnakan oleh Novi (2003), sebanyak 7 item pertanyaan. Item – item
indikator dalam variabel tersebut diadopsi dalam penelitian ini dengan melakukan
beberapa penyesuaian, yaitu dengan menyesuaikan subyeknya adalah mahasiswa dan
pengambilan keputusannya disesuaikan dengan kondisi mahasiswa. Pengukuran variabel
ini juga menggunakan skala Likert 5 point.
Penelitian ini akan menggunakan 3 item kuesioner yang sama dari penelitian
Bhattacherjee (2001) untuk intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi. Item
kuesioner diadaptasi dari penelitian Mathieson (1991). Namun untuk variabel ini, peneliti
memodifikasi pernyataan item-item kuesioner agar sesuai dengan kasus penelitian.
Responden juga diminta untuk memberikan tanggapan dalam skala Likert 5 point.
3. Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 10.0 for Windows. Pengujian hipotesis dilakukan
pengujian menggunakan simple regression analysis dengan persamaan sebagai berikut:
Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Yi = Intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi
b0-1 = Koefisien regresi
X1 = Persepsi kepuasan
92 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
X2 = Persepsi kegunaan
X3 = Persepsi nilai informasi
e = Error
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Data Penelitian
Kuesioner disebarkan secara langsung oleh peneliti adalah sejumlah 150.
Kuesioner yang dikembalikan adalah sebanyak 118 kuesioner, sehingga tingkat respon
penelitian ini adalah sebesar 78 %. Kuesioner yang tidak dapat digunakan sejumlah 5
kuesioner disebabkan pengisian yang tidak lengkap oleh responden. Dengan demikian,
terdapat 113 kuesioner yang dapat digunakan sebagai data penelitian.
2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai dalam
penelitian ini dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Berdasarkan 18 pertanyaan
yang diajukan, dikelompokkan 4 pertanyaan untuk mewakili variabel persepsi kepuasan,
4 pertanyaan untuk mewakili variabel persepsi kegunaan , 7 pertanyaan untuk mewakili
variabel persepsi nilai informasi dan 3 pertanyaan untuk mewakili variabel intensi
kelanjutan penggunaan teknologi informasi.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor untuk
mengetahui apakah indikator-indikator penelitian dalam kuesioner benar-benar mengukur
konstruk atau variabel laten dalam penelitian. Analisis faktor ini dilakukan untuk masing-
masing variabel laten yang ada. Kriteria penyaringan indikator untuk suatu konstruk
adalah sebesar minimal 0,50. Kriteria ini mengikuti kriteria Hair et al. (1998) untuk
Ehrmann Suhartono 93
sampel antara 100-120. Pada lampiran 2, indikator – indikator semua variabel laten
penelitian ini mempunyai factor loading lebih besar dari 0.50. Dengan demikian,
indikator-indikator tersebut dapat diterima sebagai pengukur variabel laten penelitian.
Hal ini menunjukkan instrumen tersebut dinyatakan valid.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepercayaan minimal
yang dapat diberikan terhadap kesungguhan jawaban yang diterima. Uji reliabilitas
instrumen penelitian dilaksanakan dengan melihat konsistensi koefisien Cronbach Alpha
untuk semua variabel. Menurut Nunnaly (1978) dalam Ghozali (2002), instrumen
penelitian dikatakan handal (reliable), jika nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,6.
Berdasarkan lampiran 2, nilai Cronbach Alpha diketahui lebih besar dari 0,6. Hal ini
berarti instrumen penelitian dinyakan reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan 3 jenis uji asumsi klasik yang mendasari model
analisis regresi, yaitu pengujian multikolinieritas dengan menggunakan nilai tolerance
dan nilai VIF; pengujian heteroskedastisitas dengan metode park; pengujian autokorelasi
dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey.
Hasil pengujian multikolinieritas pada lampiran 3 menunjukkan hasil uji
multikolinieritas untuk variabel persepsi kepuasan, variabel persepsi kegunaan dan
variabel persepsi nilai informasi. Hasil perhitungan tolerance menunjukkan tidak ada
variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10%, yang berarti tidak terjadi
multikolinieritas di antara variabel-variabel tersebut. Hasil perhitungan variance inflation
factor (VIF) menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak satu pun variabel yang
94 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
menunjukkan nilai VIF di atas 10 yang berarti tidak terjadi multikolinieritas di antara
variabel-variabel tersebut (Ghozali, 2002).
Uji park dilakukan dengan cara meregres variabel independen dengan nilai
logaritma residual yang telah dikuadratkan. Jika hasilnya menunjukkan secara statistik
tidak signifikan berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian tersebut
(Ghozali, 2002). Hasil pengujian pada penelitian ini memperlihatkan bahwa semua
variabel independen menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan
asumsi homoskedastisitas telah terpenuhi dalam penelitian ini. Hasil pengujian dengan
metode park terdapat pada lampiran 3.
Hasil uji Breusch-Godfrey pada penelitian ini disajikan pada lampiran 3. Hasil uji
Breusch-Godfrey menunjukkan tingkat signifikansi variabel lag residual terhadap nilai
residual adalah tidak signifikan secara statistik. Hasil ini menunjukkan asumsi
autokorelasi pada penelitian ini telah terpenuhi.
4. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian ini, diuji dengan menggunakan simple regression analysis.
Hasil pengujian regresis seperti tercantum dalam lampiran 4. Hasil analisis regresi secara
keseluruhan menunjukkan R2 sebesar 0,186. Hal ini berarti bahwa variasi intensi
kelanjutan penggunaan teknologi informasi hanya bisa dijelaskan oleh variabel
independen (persepsi kepuasan, persepsi kegunaan dan persepsi nilai informasi) sebesar
18,6% sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 8,298 dengan
signifikansi p value sebesar 0,000. Hal ini berarti model regresi dapat digunakan untuk
Ehrmann Suhartono 95
memprediksi variabel dependen (intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi)
dengan prediktornya variabel independen (persepsi kepuasan, persepsi kegunaan dan
persepsi nilai informasi).
Pengujian selanjutnya menunjukkan nilai koefisien persepsi kepuasan sebesar
0,224 dengan signifikansi p value sebesar 0,008. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi
kepuasan berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kelanjutan penggunaan
teknologi informasi. Dengan demikian, hipotesis pertama penelitian ini adalah diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bhattacherjee (2001) dan menguatkan
penelitian Taylor dan Todd (1995) yang menyatakan persepsi kepuasan merupakan
prediktor utama dalam pengambilan keputusan kelanjutan penggunaan teknologi
informasi.
Hipotesis kedua yang menguji pengaruh persepsi kegunaan terhadap intensi
kelanjutan penggunaan teknologi informasi, menunjukkan nilai koefisien persepsi
kepuasan sebesar 0,028 dengan signifikansi p value sebesar 0,076. Hasil ini menunjukkan
bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kelanjutan
penggunaan teknologi informasi. Dengan demikian, hipotesis kedua penelitian ini adalah
diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bhattacherjee (2001) serta
menguatkan penelitian Davis et al. (1989), Agarwal dan Karahanna (2000) yang
menyatakan persepsi kegunaan merupakan salah satu prediktor dalam pengambilan
keputusan penerimaan teknologi maupun kelanjutan penggunaan teknologi informasi.
Nilai koefisien persepsi nilai informasi untuk pengujian hipotesis ketiga adalah
sebesar 0,198 dengan signifikansi p value sebesar 0,005. Hasil ini menunjukkan bahwa
persepsi nilai informasi berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kelanjutan
96 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
penggunaan teknologi informasi. Dengan demikian, hipotesis ketiga penelitian ini adalah
diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novi (2003) dan menguatkan
penelitian Ducoffe (1996) yang menyatakan persepsi nilai informasi merupakan salah
satu prediktor dalam pengambilan keputusan penerimaan teknologi maupun kelanjutan
penggunaan teknologi informasi.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan dan Implikasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor-faktor motivasional
terhadap intensi keperilakuan (behavioral intention) penggunaan kembali teknologi
informasi (internet) di masa yang akan datang oleh pengguna. Faktor-faktor motivasional
yang dipergunakan ada 3 macam, yaitu persepsi kepuasan (perceived satisfaction),
persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi nilai informasi (perceived
informativeness).
Ada 3 hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian, dan ketiganya adalah
signifikan. Dari hasil pengujian model peneltian, terlihat bahwa faktor-faktor
motivasional yang mempengaruhi pengguna dalam menggunakan kembali teknologi
informasi (internet) di masa yang akan datang adalah faktor persepsi kepuasan, persepsi
kegunaan dan persepsi nilai informasi dalam teknologi informasi. Hal ini konsisten
dengan penelitian-penelitian sebelumnya (Agarwal dan Karahanna, 2000; Ducoffee,
1996; Bhattacherjee, 2001; Novi, 2003).
Implikasi hasil penelitian ini adalah kelangsungan produk teknologi informasi
sangat tergantung oleh persepsi penggunanya. Oleh karena itu, produsen produk
Ehrmann Suhartono 97
teknologi informasi harus memperhatikan apa yang menjadi persepsi pengguna. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa produk teknologi informasi harus bisa memberikan
manfaat dalam jangka panjang bagi konsumen. Hal ini bertujuan agar konsumen produk
teknologi informasi cenderung untuk menggunakannya kembali.
Produsen harus bisa memberikan produk-produk yang sesuai atau lebih dari
ekspektasi dari konsumen. Jika produk tersebut melebihi ekspektasi konsumen, maka
konsumen akan merasa puas dan cenderung untuk menggunakan kembali produk
teknologi informasi tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, yang
menunjukkan persepsi kepuasan merupakan indikator utama dalam keputusan
penggunaan kembali produk teknologi informasi.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa pengguna teknologi informasi harus
memiliki informasi mengenai produk teknologi informasi tersebut. Alasannya adalah
informasi mengenai produk tersebut, akan mendekatkan konsumen dengan produk.
Selanjutnya, konsumen merasa informasi yang dimilikinya sama dengan ekspektasinya,
maka konsumen akan cenderung untuk menggunakannya kembali.
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama, responden penelitian
ini adalah mahasiswa S2. Kemungkinan, jika respondennya adalah berbeda, hasilnya
berbeda. Selain itu, pengguna teknologi informasi adalah tidak hanya mahasiswa, seperti
investor (Novi, 2003), karyawan perusahaan (Adams et al. 1992). Kedua, model yang
diajukan dalam penelitian ini masih berupa model yang sederhana dalam penelitian
tentang penggunaan kembali teknologi oleh pengguna. Dalam penelitian-penelitian
sebelumnya, telah banyak diungkapkan berbagai variabel yang juga turut mempengaruhi
98 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
intensi keperilakuan pengguna serta tingkat penggunaan teknologi tersebut, seperti
misalnya cognitive absorption (Agarwal dan Karahanna, 2000). Selain itu, menurut Novi
(2003) terdapat faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Contohnya adalah faktor
budaya (Anandarajan et al. 2002), pengalaman (Liaw, 2002), jenis kelamin (Venkatesh
dan Morris, 2000). Variabel-variabel tersebut dapat diuji pula dalam penelitian di masa
datang.
F. DAFTAR PUSTAKA
Adam, D.A., Nelson, R.R. dan Todd, P.A. 1992. Perceived Usefulness, Ease of Use, and Usage of Information Technology: A Replication. MIS Quarterly. Juni (16). Hal 227 – 247.
Agarwal, R. dan Karahanna, E. 2000. Time Flies When You’re Having Fun : Cognitive Absorption and Beliefs About Information Technology Usage. MIS Quarterly (Vol.24 No.4). Hal 665-694
Anandarajan, M., Igbaria, M. dan Anakwe, U.P. 2002. IT Acceptance in A Less-developed Country : A Motivational Factor Perspective. International Journal of Information Management (22)
Adnyana, I.S.G., dan Indriantoro, N. 2000. Dampak Pengetahuan Teknologi yang Dikuasai Akuntan dan Persepsi Manfaat Sistem Informasi Berkaitan dengan Kecocokan Tugas Teknologi terhadap Kinerja Akuntan. KOMPAK 22 (Januari). Hal 459 – 488.
Anderson, E. W. dan Sullivan, L. W. 1993. The Antecedents and Consequences of Customer Satisfaction for Firms. Marketing Sciences. Spring. Hal 125-143.
Bhattacherjee, A. 2001. Understanding Information Systems Continuance: An Expectation-Confirmation Model. MIS Quarterly 25 (September). Hal 165 – 188.
Compeau, D., Higgins. C.A., Huff, S. 1999. Social Cognitive Theory and Individual Reaction to Computing Technology: A Longitudinal Study. MIS Quarterly 23 (June). Hal 145 – 158.
Dabolkar, P. A. , Shepard, C. D. dan Thorpe, D. I. 2000. A Comprehensive Framework for Service Quality: An Investigation of Critical Conceptual and Measurement Issues Through a Longitudinal Study. Journal of Retailing. (76). Hal 139-173.
Ehrmann Suhartono 99
Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly (September)
Davis, F.D., R. Bagozi., dan P.R. Warshaw. 1989.User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models. Management Science 35 (August). Hal 982 – 1003.
Ducoffee, R.H. 1996. Advertising Value and Advertising on the Web. Journal of Advertising Research (September/Oktober) Hal 21-35
Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. BP Undip
Hair, J. F. Anderson, R.E. Anderson, R.L Tatham dan W.C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis, 5th edition. New Jersey : Prentice Hall International Inc.
Hawkins, D.T. 1994. Electronic Advertising : On Online Information Systems. ONLINE (March)
Liaw, Shu-Sheng. 2002. An Internet Survey for Perceptions of Computers and the World Wide Web : Relationship, Prediction, and Difference. Computers in Human Behavior (18) 17-35
Mathieson, K. 1991. Predicting User Intentions: Comparing the echnology Acceptance Model with the Teory of Planned Behavior. Information Systems Research. September. Hal 173-191.
Novi, D. 2003. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intensi Penggunaan Web Site Perusahaan Go-Public dalam Proses Pengambilan Keputusan Investasi oleh Investor Potensial. Simposium Nasional Akuntansi.
Oliver, R. L., 1993. Cognitive, Affestive and Attribute Bases of Satisfaction Response. Journal of Consumer Research.Dec (20). Hal 418-430.
Spreng, R. A., dan Olshavsky, R.W. 1993. A Reexamination of Determinant of Consumer Satisfaction. Journal of Marketing. July (60). Hal 15-32.
Swan, J.E. dan Trawick. I. J. 1981. Disconfirmation of Expectations and Satisfaction with a Retail Service. Journal of Retailing. Fall (57). Hal 49-67.
Taylor, S. dan Todd, P. A. 1995. Understanding Information Technology Usage: A Test of Competing Models. Information Systems Research. (62). Hal 144-176.
Venkatesh, V. dan Morris., M.G. 2000. Why Don’t Men Ever Stop to Ask for Directions? Gender, Social Incluence, and Their Role in Technology Acceptance and Usage Behavior. MIS Quarterly.
100 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005
Lampiran
Lampiran 1
Model Penelitian
Lampiran 2
Uji Validitas dan Reliabilitas Pengukuran
Kode Items Factor AlphaPersepsi kepuasan 0,7431
S1 0,841
S2 0,630
S3 0,744
S4 0,855Persepsi kegunaan 0,7735
U1 0,540
U2 0,797
U3 0,844
U4 0,742Persepsi nilai informasi 0,7052
I1 0,564
Persepsi kepuasan
Persepsi kegunaan
Persepsi nilai informasi
Intensi Kelanjutan Penggunaan
Teknologi Informasi
Ehrmann Suhartono 101
I2 0,584
I3 0,842
I4 0,859
I5 0,821
I6 0,783
I7 0,637Intensi kelanjutan penggunaan 0,8471
B1 0,784
B2 0,857
B3 0,801Sumber : Ouput SPSS
Lampiran 3
Uji Asumsi Klasik
Tolerance VIF Uji Park(sig)
Uji B-G(sig)
S 0,845 1,184 0,377 -U 0,898 1,113 0,789 -I 0,885 1,130 0,216 -
Lag Residual - - - 0,351
Lampiran 4Hasil Uji Hipotesis
Nilai Koefisien p-valueKonstanta 2,981 0,000Persepsi kepuasan 0,224 0,008Persepsi kegunaan 0,028 0,076Persepsi nilai informasi 0,198 0,005
R2 = 0,186 Adjusted R2 = 0,164 F = 8,298 (p=0.000) N = 113