teknologi informasi

38
JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. III No. 2 – Tahun 2005 Hal. 79 - 101 FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INTENSI KELANJUTAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI Oleh : Ehrmann Suhartono Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Teknologi Yogyakarta ABSTRAK This study investigates the influence of factors to the information technology continuance intention. The factors used in this study are perceived satisfaction, perceived usefulness and perceived informativeness. Research sample are 113 post graduate students and information technology proxy is internet technology. The result shows that all the factors influence the information technology continuance intention. This research also shows that perceived of satisfaction is the lead indicator for to the information technology continuance intention. Key words: perceived satisfaction, perceived usefulness, perceived informativeness, and continuance intention. A. PENDAHULUAN Beberapa teori berusaha untuk menjelaskan reaksi individu terhadap teknologi informasi sehubungan dengan perilaku individu untuk menggunakan teknologi informasi. Menurut Agarwal dan Karahanna (2000), beberapa penelitian terdahulu memfokuskan perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam menerima teknologi informasi. 79

Upload: hamid-ibnu-hamzah

Post on 30-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

era globalisasi

TRANSCRIPT

Page 1: teknologi informasi

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIAVol. III No. 2 – Tahun 2005

Hal. 79 - 101FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INTENSI

KELANJUTAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI

Oleh : Ehrmann SuhartonoStaf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Teknologi Yogyakarta

ABSTRAK

This study investigates the influence of factors to the information technology continuance intention. The factors used in this study are perceived satisfaction, perceived usefulness and perceived informativeness. Research sample are 113 post graduate students and information technology proxy is internet technology.

The result shows that all the factors influence the information technology continuance intention. This research also shows that perceived of satisfaction is the lead indicator for to the information technology continuance intention.

Key words: perceived satisfaction, perceived usefulness, perceived informativeness, and continuance intention.

A. PENDAHULUAN

Beberapa teori berusaha untuk menjelaskan reaksi individu terhadap teknologi

informasi sehubungan dengan perilaku individu untuk menggunakan teknologi informasi.

Menurut Agarwal dan Karahanna (2000), beberapa penelitian terdahulu memfokuskan

perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam menerima teknologi

informasi. Contohnya adalah Innovation Diffusion Theory (Brancheau dan Wetherbe,

1989; Rogers, 1995), Technology Acceptance Model atau TAM (Davis, 1989; Davis et

al. 1989), Theory of Reasoned Action atau TRA (Ajzen dan Fishbein, 1980; Fishbein dan

Ajzen, 1975).

Davis (1993) dalam Agarwal dan Karahanna (2000) mengatakan terdapat faktor

individual beliefs yang berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan perilaku

individu untuk menggunakan teknologi informasi. Individual beliefs terbagi menjadi dua,

yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use terhadap suatu teknologi informasi.

79

Page 2: teknologi informasi

80 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

Penelitian-penelitian selanjutnya lebih memfokuskan pada indivdual beliefs. Contohnya,

Davis et al. (1989) memasukkan variabel lain yaitu perceived enjoyment, Compeau et al.

(1999) memasukkan variabel self efficacy sebagai faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku individu untuk menggunakan teknologi informasi.

Penelitian-penelitian tersebut berusaha menjelaskan variabel-variabel yang

memotivasi individu untuk menerima teknologi informasi baru. Penerimaan teknologi

informasi merupakan langkah yang penting ke depan dalam menentukan kesuksesan

teknologi informasi tersebut. Namun, kesuksesan teknologi informasi tergantung juga

pada kelanjutan untuk menggunakan teknologi informasi tersebut selain penggunaan

untuk pertama kali. Kelanjutan penggunaan teknologi informasi sangat menentukan

proses bisnis dan efektifitas jangka panjang teknologi informasi yang dimiliki perusahaan

(Lyytinen dan Hirschheim, 1987 dalam Bhattacherjee, 2001).

Kelanjutan penggunaan teknologi informasi pada tingkatan pengguna, merupakan

isu penting dalam penentuan kesuksesan bisnis yang berbasis elektronik. Contohnya

adalah bisnis pada internet service providers (ISPs), penjualan secara online, pelayanan

bank secara online, biro perjalanan secara online dan sebagainya. Pendapatan dan pangsa

pasar dari bisnis tersebut, sangat tergantung dari berapa banyak yang mendaftar

(pendaftar baru) dan berapa banyak yang memutuskan untuk kembali menggunakan

produk tersebut. Menurut Bhattacherjee (2001), usaha untuk mendapatkan seorang

pelanggan baru, adalah lima kali lebih besar dibandingkan usaha untuk mempertahankan

pelanggan lama. Selain itu, Crego dan Schiffrin (1995) dalam Bhattacherjee (2001)

mengatakan bahwa pada bisnis asuransi, naiknya 5% pembelian pelanggan lama akan

menghemat 18% biaya perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru. Hal ini

Page 3: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 81

menunjukkan kelanjutan penggunaan teknologi informasi tidak bisa diabaikan dalam

bisnis perusahaan.

Penelitian ini berusaha menguji pengaruh faktor-faktor motivasional terhadap

intensi keperilakuan (behavioral intention) kelanjutan penggunaan teknologi informasi.

Secara khusus, penelitian ini mencoba melihat dampak faktor-faktor motivasional

tersebut terhadap penggunaan internet dalam hubungannya dengan pengambilan

keputusan kelanjutan penggunaan internet di masa datang oleh pengguna. Faktor-faktor

motivasional yang dipergunakan ada 3 macam, yaitu persepsi kegunaan (perceived

usefulness), persepsi kepuasan (perceived satisfaction) serta persepsi nilai informasi

(perceived informativeness). Kedua faktor pertama diadopsi dari Expectation

Confirmation Theory (ECT) yang telah banyak dipergunakan dalam penelitian teknologi

informasi. Faktor ketiga, yaitu persepsi nilai informasi, dikembangkan dari bidang

pemasaran. Secara khusus, indikator nilai informasi tersebut diadopsi dari penelitian

Ducoffe (1996) dan Novi (2003) tentang nilai periklanan di Web dengan beberapa

penyesuaian agar sesuai dengan tujuan penelitian.

Pembahasan dalam penelitian ini selanjutnya akan dibagi menjadi beberapa

bagian. Setelah pendahuluan, pada sub-bab berikut akan dibahas mengenai kerangka

teoritis dan pengembangan hipotesis yang masih akan dibagi lebih lanjut berdasarkan

variabel-variabel penelitian. Sub-bab selanjutnya akan membahas mengenai metode riset

yang digunakan, yang mencakup metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuran dan

definisi operasional variabel, serta metode analisis data dan kesimpulan.

Page 4: teknologi informasi

82 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

B. METODE PENELITIAN

Keputusan kelanjutan penggunaan teknologi informasi berhubungan dengan

keputusan menggunakan atau membeli kembali teknologi informasi. Hal ini tergantung

dengan keputusan penggunaan atau pembelian sebelumnya dan pengalaman

menggunakan teknologi informasi tersebut. Keputusan penggunaan atau penerimaan

teknologi informasi untuk pertama kali, telah banyak diteliti sebelumnya. Menurut Novi

(2003), penelitian-penelitian tersebut biasanya didasarkan atas theory of reasoned action

(TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) serta technology acceptance

model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis et al. (1989). Kedua model tersebut

disimpulkan dapat memprediksi intensi serta kepuasan penggunaan teknologi. Meskipun

demikian, Novi (2003) mengatakan TAM adalah sederhana dan mudah untuk digunakan

namun merupakan model yang kuat dalam membedakan penerimaan pengguna atas

teknologi.

Expectation Confirmation Theory (ECT) secara luas digunakan dalam studi

perilaku konsumen untuk mempelajari perilaku kepuasan konsumen, perilaku pasca

pembelian produk (pembelian kembali, komplain) dan pemasaran. Kemampuan prediksi

dari ECT telah ditunjukkan pada konteks pembelian kembali produk dan pelayanan,

termasuk pembelian kembali mobil (Oliver, 1993), camcoder (Spreng et al. 1996),

produk fotografi (Dabholkar et al. 2000), jasa boga (Swan dan Trawick, 1981).

Oliver (1980) dalam Bhattacherjee (2001) mengatakan terdapat beberapa tahapan

intensi kelanjutan pembelian kembali produk barang dan jasa. Tahapan pertama,

konsumen mempunyai ekspektasi tersendiri mengenai barang atau jasa yang akan mereka

beli. Tahapan kedua, konsumen akan membeli dan menggunakan produk barang atau jasa

Page 5: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 83

tersebut. Selama mereka menggunakan produk tersebut, konsumen akan memiliki

persepsi kinerja produk tersendiri. Ketiga, konsumen akan menilai persepsi kinerja

(performance) dari produk tersebut serta membandingkan dengan ekspektasi konsumen

sebelumnya. Tahapan ini diistilahkan sebagai tahapan konfirmasi. Keempat, konsumen

akan mendapatkan hasil dari tahapan konfirmasi berupa persepsi kepuasan mengenai

produk tersebut, yang terdiri persepsi positif (puas) atau persepsi negatif (tidak puas).

Terakhir, konsumen akan memutuskan untuk menggunakan kembali atau tidak produk

tersebut dengan mendasarkan pada persepsi kepuasan sebelumnya.

Bhattacherjee (2001) mengatakan ECT berpandangan kalau perilaku konsumen

untuk menggunakan kembali produk yang telah mereka gunakan sebelumnya, secara

utama, sangat dipengaruhi oleh kepuasan konsumen tersebut saat pertama kali

menggunakannya. Kepuasan merupakan kunci utama untuk mendapatkan loyalitas

konsumen terhadap produk tersebut dalam jangka panjang. Anderson dan Sullivan (1993)

mengatakan berinvestasi pada konsumen merupakan asuransi jangka panjang untuk

kelangsungan hidup perusahaan.

Kepuasan didefinisikan oleh Locke (1976) dalam Bhattacherjee (2001) pada

konteks kinerja adalah emosi positif dari individu yang timbul dari penilaian kinerja

individu tersebut. Definisi ini diperluas oleh Oliver (1981) dalam Bhattacherjee (2001)

dalam konteks konsumsi, adalah perasaan yang muncul ketika konsumen

membandingkan ekspektasi konsumen sebelumnya dengan pengalaman konsumen ketika

mengkonsumsi suatu produk. Kedua definisi ini mendasarkan pada aspek psikologis yang

muncul pada saat terjadi perbandingan atau konfirmasi antara ekspektasi dan penilaian

kinerja suatu produk. Ekspektasi yang rendah dan atau kinerja produk yang tinggi akan

Page 6: teknologi informasi

84 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

menghasilkan konfirmasi yang tinggi. Hal ini berakibat pada kepuasan tinggi dari

konsumen dan kecenderungan untuk menggunakan kembali produk tersebut. Jika terjadi

kebalikannya, akan berimplikasi pada rendahnya konfimasi. Selanjutnya, berakibat

ketidakpuasan konsumen dan konsumen cenderung untuk tidak menggunakan kembali

produk tersebut.

Bhattacherjee (2001) mengatakan ECT memiliki teori bahwa selain kepuasan,

terdapat faktor lain sebagai indikator utama dalam memprediksi keputusan penggunaan

kembali suatu produk. Faktor tersebut adalah ekspektasi dari konsumen. Hal ini

disebabkan tingkat ekspektasi konsumen mengenai suatu produk merupakan landasan

bagi konsumen untuk menilai produk tersebut. Hal ini sesuai dengan Henson (1964)

dalam Bhattacherjee (2001) yang mengatakan persepsi individu sangat tergantung dengan

stimulus, pengalaman individu mengenai stimulus tersebut dan situasi yang terjadi. Hal

ini menunjukkan ekspektasi merupakan salah satu prediktor dalam penentuan keputusan

penggunaan kembali suatu produk, termasuk teknologi informasi.

Keputusan kelanjutan penggunaan teknologi informasi sering beimplikasi pada

pengorbanan moneter maupun non moneter dari pengguna teknologi informasi.

Akibatnya, pengguna akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan kelanjutan penggunaan teknologi

informasi. Bhattacherjee (2001) mengatakan pengalaman sebelumnya pengguna

teknologi informasi akan berperan penting dalam memberikan informasi bagi pengguna

tersebut. Pengalaman dari pengguna teknologi informasi akan dibandingkan dengan

ekspektasi sebelumnya mengenai teknologi informasi tersebut (konfirmasi).

Bhattacherjee (2001) mengatakan persepsi kegunaan merupakan ekspektasi pengguna

Page 7: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 85

teknologi informasi. Hal ini diturunkan dari Technology Acceptance Model atau TAM

(Davis, 1989; Davis et al. 1989). Selanjutnya, persepsi kegunaan sebagai akan

dibandingkan dengan persepsi kegunaan setelah menggunakan teknologi informasi

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh terhadap intensi

penggunaan kembali teknologi informasi, selain persepsi kepuasan.

Suatu proses pengambilan keputusan selalu membutuhkan berbagai macam

informasi sebagai pertimbangan. Suatu informasi akan berguna dalam proses

pengambilan keputusan jika informasi tersebut bernilai bagi pengambil keputusan. Nilai

informasi pada internet telah diteliti oleh Ducoffe (1996), yang meneliti tentang persepsi

nilai periklanan di Web. Salah satu faktor motivasional yang diteliti dalam penelitian

tersebut adalah persepsi nilai informasi (perceived informativeness), yang kemudian

dikembangkan oleh Novi (2003). Penelitian Novi (2003) mengatakan persepsi nilai

informasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam penerimaan teknologi informasi.

Selanjutnya, persepsi nilai informasi akan dikonfirmasikan dengan nilai informasi setelah

menggunakan teknologi informasi untuk memprediksi intensi kelanjutan penggunaan

teknologi informasi.

Penelitian ini mencoba mengadopsi kedua penelitian tersebut, yaitu penelitian

Bhattacherjee (2001) dan Ducoffe (1996) yang dikembangkan Novi (2003). Variabel

penelitian diambil dari kedua penelitian tersebut, yaitu variabel persepsi kepuasan,

variabel persepsi kegunaan dan variabel persepsi nilai informasi. Variabel-variabel

tersebut diadopsi dengan beberapa penyesuaian untuk tujuan penelitian. Model

penelitian dapat digambarkan pada lampiran 1.

Page 8: teknologi informasi

86 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

1. Persepsi Kepuasan

Expectation Confirmation Theory (ECT) mengatakan intensi kelanjutan

penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kepuasan pengguna teknologi

informasi sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu mengatakan terdapat hubungan

antara intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi dengan kepuasan pengguna.

Penelitian Oliver (1993) mengatakan pengalaman negatif dan ketidakpuasan pengguna

terhadap komputer seperti waktu akses yang lama, sedikitnya petunjuk penggunaan atau

masalah teknik lainnya, akan berpengaruh negatif terhadap penggunaan komputer.

Penelitian Bhattacherjee (2001) mengatakan kepuasan penggunaan teknologi informasi

berpengaruh positif terhadap kelanjutan penggunaan teknologi informasi. Hal ini

berkaitan dengan kelanjutan penggunaan teknologi on-line banking.

Kepuasan merupakan perilaku positif (puas) dan merupakan perilaku negarif

(tidak puas). Perilaku merupakan prediktor penting dalam intensi penggunaan

teknologi informasi, seperti yang dijelaskan dalam TAM (Davis et al. 1989;

Karahanna et al. 1999; Taylor dan Todd, 1995). Penelitian-penelitian tersebut secara

tidak langsung mendukung persepsi kepuasan berpengaruh terhadap kelanjutan

penggunaan teknologi informasi. Model ini dapat dinyatakan dalam hipotesis

penelitian sebagai berikut :

H1: Persepsi kepuasan penggunaan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap

intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi.

Page 9: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 87

2. Persepsi Kegunaan

Intensi penggunaan teknologi merupakan bagian dari model asli TRA. Intensi

penggunaan teknologi adalah kecenderungan individu untuk menggunakan suatu

teknologi tertentu. Davis et al. (1989) menyatakan bahwa intensi penggunaan teknologi

dapat diprediksi oleh persepsi kegunaan. Berdasarkan penelitian Davis (1989) mengenai

technology acceptance model, ketertarikan penggunaan teknologi dapat diprediksi

dengan persepsi kegunaan. Persepsi kegunaan adalah tingkat kepercayaan seseorang jika

menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Perasaan kegunaan

berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan untuk menggunakan suatu teknologi.

Hal ini disebabkan, jika individu merasa suatu teknologi berguna bagi dirinya, maka

individu tersebut akan cenderung untuk menggunakan teknologi tersebut.

Hal ini didukung penelitian Davis et al. (1989) yang mengatakan jika seseorang

merasa suatu teknologi word-processing software yang baru bermanfaat bagi dirinya,

orang akan cenderung untuk menggunakan teknologi word-processing software baru

tersebut. Hasil ini didukung oleh penelitian Mathieson (1991) dalam Agarwal dan

Karahanna (2000), yang meneliti penerimaan terhadap teknologi spreadsheet software

dan penelitian Adams et al. (1992) mengenai productivity software. Fishbein dan Ajzen

(1975) dalam Adnyana dan Indriantoro (2000) mengungkapkan adanya Theory of

Reaction Action. Teori tersebut mengatakan bahwa seseorang akan menggunakan

komputer jika seseorang tersebut melihat adanya manfaat atau hasil positif dari

penggunaan komputer tersebut.

Bhattacherjee (2001) mengatakan persepsi kegunaan merupakan instrumen yang

diturunkan dari kegunaan teknologi informasi tersebut. Persepsi kegunaan merupakan

Page 10: teknologi informasi

88 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

motivator utama dalam penerimaan teknologi informasi. Hal ini berimplikasi bahwa

persepsi kegunaan akan berpengaruh pada keputusan melanjutkan penggunaan teknologi

informasi. Beberapa penelitian menunjukkan persepsi kegunaan secara konsisten

berpengaruh pada perilaku penerimaan teknologi informasi saat pra dan pasca

penggunaan (Davis et al. 1989; Karahanna et al. 1999)

Penelitian ini juga akan mengadopsi model hubungan antara persepsi kegunaan

dan intensi keperilakuan untuk menggunakan teknologi informasi kembali. Konsisten

dengan penelitian sebelumnya, persepsi kegunaan teknologi informasi bagi pengguna

dalam proses pengambilan keputusan diharapkan mempunyai hubungan positif yang

signifikan dengan intensi untuk menggunakan kembali teknologi informasi dalam proses

pengambilan keputusan. Jika pengguna merasa bahwa teknologi informasi berguna dalam

proses pengambilan keputusan, maka pengguna tersebut cenderung akan menggunakan

teknologi informasi kembali saat akan mengambil keputusan. Pernyataan tersebut

diwujudkan dalam hipotesis berikut :

H2 : Persepsi kegunaan teknologi informasi berpengaruh secara positif terhadap intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi.

3. Persepsi Nilai Informasi

Expectation Confirmation Theory mengatakan intensi kelanjutan penggunaan

teknologi informasi dipengaruhi oleh dua konstruk yaitu pengharapan terhadap

teknologi informasi dan evaluasi terhadap pengharapan teknologi informasi sebelumnya,

yang dibandingkan dengan kenyataan yang dialami pengguna teknologi informasi. Salah

satu bentuk evaluasi penggunaan teknologi informasi adalah persepsi nilai informasi.

Variabel persepsi nilai informasi merupakan variabel yang dikembangkan oleh Ducoffe

(1996). Hasil penelitian sebelumnya terbukti bahwa kemampuan iklan dalam

Page 11: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 89

menyediakan informasilah yang merupakan alasan utama pembelian oleh konsumen.

Dengan demikian, jika evaluasi pengguna setelah menggunakan teknologi informasi

adalah positif maka akan berimplikasi pada penggunaan teknologi informasi kembali di

masa datang.

Selanjutnya, Novi (2003) mengatakan bahwa semakin pengguna merasa suatu

informasi dalam suatu teknologi informasi mempunyai nilai lebih dibandingkan

informasi lain, maka pengguna juga akan semakin merasa bahwa teknologi informasi

tersebut berguna dalam mengambil keputusannya. Hal ini beimplikasi pada penggunaan

kembali teknologi informasi. Sebaliknya, jika informasi tersebut tidak memberikan nilai

lebih bagi pengguna atau bahkan tidak bernilai sama sekali dibandingkan dengan

informasi yang diberikan oleh sumber lain, maka pengguna akan merasa bahwa teknologi

informasi tidak perlu digunakan lagi dalam proses pengambilan keputusan. Hubungan

antara kedua variabel tersebut dapat dinyatakan dalam hipotesis berikut :

H3 : Persepsi nilai informasi dalam teknologi informasi akan berpengaruh secara positif terhadap intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi.

C. METODE PENELITIAN

1. Sampel

Data penelitian diperoleh melalui kuesioner yang meminta responden untuk

menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Topik

penelitian ini adalah persepsi pengguna teknologi informasi atas penggunaan kembali

teknologi informasi dalam proses pengambilan keputusannya. Proksi teknologi informasi

adalah teknologi World Wide Web atau internet. Menurut Agarwal dan Karahanna

(2000), pemilihan ini berdasarkan alasan bahwa internet mewakili teknologi informasi

yang terkini.

Page 12: teknologi informasi

90 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

Responden diambil dari mahasiswa Magister Sains Universitas Gajah Mada untuk

mewakili pengguna teknologi informasi. Pengambilan subyek tersebut didasarkan pada

asumsi bahwa mahasiswa program MSi telah mempunyai pengetahuan mengenai

internet dalam pengambilan keputusannya. Hal ini didukung oleh penelitian Agarwal dan

Karahanna (2000) yang mengatakan mahasiswa tertarik dengan internet karena kemauan

sendiri atau tidak merupakan tekanan dari orang lain.

2. Pengukuran Variabel

Menurut Bhattacherjee (2001), persepsi kepuasan didefinisikan perasaan yang

timbul dari penilaian individu terhadap teknologi informasi. Penelitian ini menggunakan

4 item kuesioner dalam penelitian Spreng et al. (1996) untuk variabel persepsi kepuasan.

Variabel tersebut kemudian dikembangkan oleh Bhattacherjee (2001). Pengukuran

variabel ini juga menggunakan skala Likert 5 point.

Menurut Novi (2003), persepsi kegunaan sendiri didefinisikan sebagai derajat

kepercayaan seseorang bahwa menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan

kinerja kerjanya. Dengan kata lain, persepsi kegunaan teknologi internet merupakan

persepsi atau anggapan pengguna bahwa teknologi internet relatif berguna dalam

pengambilan keputusan. Pengukuran atas variabel ini telah dikembangkan oleh Davis et

al. (1989) untuk penggunaan teknologi komputer, dan direplikasi oleh Agarwal dan

Karahanna (2000) untuk penggunaan teknologi internet. Karena penelitian ini berfokus

pada penggunaan teknologi internet, maka item yang digunakan sebagai pengukur

kemudahan penggunaan mengacu pada Agarwal dan Karahanna. Pengukuran

menggunakan skala Likert 5 point untuk 4 item pertanyaan.

Page 13: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 91

Penelitian ini menggunakan item kuesioner dalam penelitian Ducoffe (1996)

untuk variabel persepsi nilai informasi. Variabel tersebut dikembangkan oleh Ducoffe

berdasarkan penelitian Hakwins (1994) tentang persepsi kelebihan dan kekurangan

informasi dalam internet. Selanjutnya, item – item indikator dalam variabel tersebut

diadopsi dan disempurnakan oleh Novi (2003), sebanyak 7 item pertanyaan. Item – item

indikator dalam variabel tersebut diadopsi dalam penelitian ini dengan melakukan

beberapa penyesuaian, yaitu dengan menyesuaikan subyeknya adalah mahasiswa dan

pengambilan keputusannya disesuaikan dengan kondisi mahasiswa. Pengukuran variabel

ini juga menggunakan skala Likert 5 point.

Penelitian ini akan menggunakan 3 item kuesioner yang sama dari penelitian

Bhattacherjee (2001) untuk intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi. Item

kuesioner diadaptasi dari penelitian Mathieson (1991). Namun untuk variabel ini, peneliti

memodifikasi pernyataan item-item kuesioner agar sesuai dengan kasus penelitian.

Responden juga diminta untuk memberikan tanggapan dalam skala Likert 5 point.

3. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan Statistical Product

and Service Solution (SPSS) versi 10.0 for Windows. Pengujian hipotesis dilakukan

pengujian menggunakan simple regression analysis dengan persamaan sebagai berikut:

Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Yi = Intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi

b0-1 = Koefisien regresi

X1 = Persepsi kepuasan

Page 14: teknologi informasi

92 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

X2 = Persepsi kegunaan

X3 = Persepsi nilai informasi

e = Error

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Data Penelitian

Kuesioner disebarkan secara langsung oleh peneliti adalah sejumlah 150.

Kuesioner yang dikembalikan adalah sebanyak 118 kuesioner, sehingga tingkat respon

penelitian ini adalah sebesar 78 %. Kuesioner yang tidak dapat digunakan sejumlah 5

kuesioner disebabkan pengisian yang tidak lengkap oleh responden. Dengan demikian,

terdapat 113 kuesioner yang dapat digunakan sebagai data penelitian.

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai dalam

penelitian ini dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Berdasarkan 18 pertanyaan

yang diajukan, dikelompokkan 4 pertanyaan untuk mewakili variabel persepsi kepuasan,

4 pertanyaan untuk mewakili variabel persepsi kegunaan , 7 pertanyaan untuk mewakili

variabel persepsi nilai informasi dan 3 pertanyaan untuk mewakili variabel intensi

kelanjutan penggunaan teknologi informasi.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor untuk

mengetahui apakah indikator-indikator penelitian dalam kuesioner benar-benar mengukur

konstruk atau variabel laten dalam penelitian. Analisis faktor ini dilakukan untuk masing-

masing variabel laten yang ada. Kriteria penyaringan indikator untuk suatu konstruk

adalah sebesar minimal 0,50. Kriteria ini mengikuti kriteria Hair et al. (1998) untuk

Page 15: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 93

sampel antara 100-120. Pada lampiran 2, indikator – indikator semua variabel laten

penelitian ini mempunyai factor loading lebih besar dari 0.50. Dengan demikian,

indikator-indikator tersebut dapat diterima sebagai pengukur variabel laten penelitian.

Hal ini menunjukkan instrumen tersebut dinyatakan valid.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepercayaan minimal

yang dapat diberikan terhadap kesungguhan jawaban yang diterima. Uji reliabilitas

instrumen penelitian dilaksanakan dengan melihat konsistensi koefisien Cronbach Alpha

untuk semua variabel. Menurut Nunnaly (1978) dalam Ghozali (2002), instrumen

penelitian dikatakan handal (reliable), jika nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,6.

Berdasarkan lampiran 2, nilai Cronbach Alpha diketahui lebih besar dari 0,6. Hal ini

berarti instrumen penelitian dinyakan reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan 3 jenis uji asumsi klasik yang mendasari model

analisis regresi, yaitu pengujian multikolinieritas dengan menggunakan nilai tolerance

dan nilai VIF; pengujian heteroskedastisitas dengan metode park; pengujian autokorelasi

dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey.

Hasil pengujian multikolinieritas pada lampiran 3 menunjukkan hasil uji

multikolinieritas untuk variabel persepsi kepuasan, variabel persepsi kegunaan dan

variabel persepsi nilai informasi. Hasil perhitungan tolerance menunjukkan tidak ada

variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10%, yang berarti tidak terjadi

multikolinieritas di antara variabel-variabel tersebut. Hasil perhitungan variance inflation

factor (VIF) menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak satu pun variabel yang

Page 16: teknologi informasi

94 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

menunjukkan nilai VIF di atas 10 yang berarti tidak terjadi multikolinieritas di antara

variabel-variabel tersebut (Ghozali, 2002).

Uji park dilakukan dengan cara meregres variabel independen dengan nilai

logaritma residual yang telah dikuadratkan. Jika hasilnya menunjukkan secara statistik

tidak signifikan berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian tersebut

(Ghozali, 2002). Hasil pengujian pada penelitian ini memperlihatkan bahwa semua

variabel independen menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan

asumsi homoskedastisitas telah terpenuhi dalam penelitian ini. Hasil pengujian dengan

metode park terdapat pada lampiran 3.

Hasil uji Breusch-Godfrey pada penelitian ini disajikan pada lampiran 3. Hasil uji

Breusch-Godfrey menunjukkan tingkat signifikansi variabel lag residual terhadap nilai

residual adalah tidak signifikan secara statistik. Hasil ini menunjukkan asumsi

autokorelasi pada penelitian ini telah terpenuhi.

4. Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian ini, diuji dengan menggunakan simple regression analysis.

Hasil pengujian regresis seperti tercantum dalam lampiran 4. Hasil analisis regresi secara

keseluruhan menunjukkan R2 sebesar 0,186. Hal ini berarti bahwa variasi intensi

kelanjutan penggunaan teknologi informasi hanya bisa dijelaskan oleh variabel

independen (persepsi kepuasan, persepsi kegunaan dan persepsi nilai informasi) sebesar

18,6% sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 8,298 dengan

signifikansi p value sebesar 0,000. Hal ini berarti model regresi dapat digunakan untuk

Page 17: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 95

memprediksi variabel dependen (intensi kelanjutan penggunaan teknologi informasi)

dengan prediktornya variabel independen (persepsi kepuasan, persepsi kegunaan dan

persepsi nilai informasi).

Pengujian selanjutnya menunjukkan nilai koefisien persepsi kepuasan sebesar

0,224 dengan signifikansi p value sebesar 0,008. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi

kepuasan berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kelanjutan penggunaan

teknologi informasi. Dengan demikian, hipotesis pertama penelitian ini adalah diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bhattacherjee (2001) dan menguatkan

penelitian Taylor dan Todd (1995) yang menyatakan persepsi kepuasan merupakan

prediktor utama dalam pengambilan keputusan kelanjutan penggunaan teknologi

informasi.

Hipotesis kedua yang menguji pengaruh persepsi kegunaan terhadap intensi

kelanjutan penggunaan teknologi informasi, menunjukkan nilai koefisien persepsi

kepuasan sebesar 0,028 dengan signifikansi p value sebesar 0,076. Hasil ini menunjukkan

bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kelanjutan

penggunaan teknologi informasi. Dengan demikian, hipotesis kedua penelitian ini adalah

diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bhattacherjee (2001) serta

menguatkan penelitian Davis et al. (1989), Agarwal dan Karahanna (2000) yang

menyatakan persepsi kegunaan merupakan salah satu prediktor dalam pengambilan

keputusan penerimaan teknologi maupun kelanjutan penggunaan teknologi informasi.

Nilai koefisien persepsi nilai informasi untuk pengujian hipotesis ketiga adalah

sebesar 0,198 dengan signifikansi p value sebesar 0,005. Hasil ini menunjukkan bahwa

persepsi nilai informasi berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kelanjutan

Page 18: teknologi informasi

96 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

penggunaan teknologi informasi. Dengan demikian, hipotesis ketiga penelitian ini adalah

diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novi (2003) dan menguatkan

penelitian Ducoffe (1996) yang menyatakan persepsi nilai informasi merupakan salah

satu prediktor dalam pengambilan keputusan penerimaan teknologi maupun kelanjutan

penggunaan teknologi informasi.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan dan Implikasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor-faktor motivasional

terhadap intensi keperilakuan (behavioral intention) penggunaan kembali teknologi

informasi (internet) di masa yang akan datang oleh pengguna. Faktor-faktor motivasional

yang dipergunakan ada 3 macam, yaitu persepsi kepuasan (perceived satisfaction),

persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi nilai informasi (perceived

informativeness).

Ada 3 hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian, dan ketiganya adalah

signifikan. Dari hasil pengujian model peneltian, terlihat bahwa faktor-faktor

motivasional yang mempengaruhi pengguna dalam menggunakan kembali teknologi

informasi (internet) di masa yang akan datang adalah faktor persepsi kepuasan, persepsi

kegunaan dan persepsi nilai informasi dalam teknologi informasi. Hal ini konsisten

dengan penelitian-penelitian sebelumnya (Agarwal dan Karahanna, 2000; Ducoffee,

1996; Bhattacherjee, 2001; Novi, 2003).

Implikasi hasil penelitian ini adalah kelangsungan produk teknologi informasi

sangat tergantung oleh persepsi penggunanya. Oleh karena itu, produsen produk

Page 19: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 97

teknologi informasi harus memperhatikan apa yang menjadi persepsi pengguna. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa produk teknologi informasi harus bisa memberikan

manfaat dalam jangka panjang bagi konsumen. Hal ini bertujuan agar konsumen produk

teknologi informasi cenderung untuk menggunakannya kembali.

Produsen harus bisa memberikan produk-produk yang sesuai atau lebih dari

ekspektasi dari konsumen. Jika produk tersebut melebihi ekspektasi konsumen, maka

konsumen akan merasa puas dan cenderung untuk menggunakan kembali produk

teknologi informasi tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, yang

menunjukkan persepsi kepuasan merupakan indikator utama dalam keputusan

penggunaan kembali produk teknologi informasi.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa pengguna teknologi informasi harus

memiliki informasi mengenai produk teknologi informasi tersebut. Alasannya adalah

informasi mengenai produk tersebut, akan mendekatkan konsumen dengan produk.

Selanjutnya, konsumen merasa informasi yang dimilikinya sama dengan ekspektasinya,

maka konsumen akan cenderung untuk menggunakannya kembali.

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama, responden penelitian

ini adalah mahasiswa S2. Kemungkinan, jika respondennya adalah berbeda, hasilnya

berbeda. Selain itu, pengguna teknologi informasi adalah tidak hanya mahasiswa, seperti

investor (Novi, 2003), karyawan perusahaan (Adams et al. 1992). Kedua, model yang

diajukan dalam penelitian ini masih berupa model yang sederhana dalam penelitian

tentang penggunaan kembali teknologi oleh pengguna. Dalam penelitian-penelitian

sebelumnya, telah banyak diungkapkan berbagai variabel yang juga turut mempengaruhi

Page 20: teknologi informasi

98 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

intensi keperilakuan pengguna serta tingkat penggunaan teknologi tersebut, seperti

misalnya cognitive absorption (Agarwal dan Karahanna, 2000). Selain itu, menurut Novi

(2003) terdapat faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Contohnya adalah faktor

budaya (Anandarajan et al. 2002), pengalaman (Liaw, 2002), jenis kelamin (Venkatesh

dan Morris, 2000). Variabel-variabel tersebut dapat diuji pula dalam penelitian di masa

datang.

F. DAFTAR PUSTAKA

Adam, D.A., Nelson, R.R. dan Todd, P.A. 1992. Perceived Usefulness, Ease of Use, and Usage of Information Technology: A Replication. MIS Quarterly. Juni (16). Hal 227 – 247.

Agarwal, R. dan Karahanna, E. 2000. Time Flies When You’re Having Fun : Cognitive Absorption and Beliefs About Information Technology Usage. MIS Quarterly (Vol.24 No.4). Hal 665-694

Anandarajan, M., Igbaria, M. dan Anakwe, U.P. 2002. IT Acceptance in A Less-developed Country : A Motivational Factor Perspective. International Journal of Information Management (22)

Adnyana, I.S.G., dan Indriantoro, N. 2000. Dampak Pengetahuan Teknologi yang Dikuasai Akuntan dan Persepsi Manfaat Sistem Informasi Berkaitan dengan Kecocokan Tugas Teknologi terhadap Kinerja Akuntan. KOMPAK 22 (Januari). Hal 459 – 488.

Anderson, E. W. dan Sullivan, L. W. 1993. The Antecedents and Consequences of Customer Satisfaction for Firms. Marketing Sciences. Spring. Hal 125-143.

Bhattacherjee, A. 2001. Understanding Information Systems Continuance: An Expectation-Confirmation Model. MIS Quarterly 25 (September). Hal 165 – 188.

Compeau, D., Higgins. C.A., Huff, S. 1999. Social Cognitive Theory and Individual Reaction to Computing Technology: A Longitudinal Study. MIS Quarterly 23 (June). Hal 145 – 158.

Dabolkar, P. A. , Shepard, C. D. dan Thorpe, D. I. 2000. A Comprehensive Framework for Service Quality: An Investigation of Critical Conceptual and Measurement Issues Through a Longitudinal Study. Journal of Retailing. (76). Hal 139-173.

Page 21: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 99

Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly (September)

Davis, F.D., R. Bagozi., dan P.R. Warshaw. 1989.User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models. Management Science 35 (August). Hal 982 – 1003.

Ducoffee, R.H. 1996. Advertising Value and Advertising on the Web. Journal of Advertising Research (September/Oktober) Hal 21-35

Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. BP Undip

Hair, J. F. Anderson, R.E. Anderson, R.L Tatham dan W.C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis, 5th edition. New Jersey : Prentice Hall International Inc.

Hawkins, D.T. 1994. Electronic Advertising : On Online Information Systems. ONLINE (March)

Liaw, Shu-Sheng. 2002. An Internet Survey for Perceptions of Computers and the World Wide Web : Relationship, Prediction, and Difference. Computers in Human Behavior (18) 17-35

Mathieson, K. 1991. Predicting User Intentions: Comparing the echnology Acceptance Model with the Teory of Planned Behavior. Information Systems Research. September. Hal 173-191.

Novi, D. 2003. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intensi Penggunaan Web Site Perusahaan Go-Public dalam Proses Pengambilan Keputusan Investasi oleh Investor Potensial. Simposium Nasional Akuntansi.

Oliver, R. L., 1993. Cognitive, Affestive and Attribute Bases of Satisfaction Response. Journal of Consumer Research.Dec (20). Hal 418-430.

Spreng, R. A., dan Olshavsky, R.W. 1993. A Reexamination of Determinant of Consumer Satisfaction. Journal of Marketing. July (60). Hal 15-32.

Swan, J.E. dan Trawick. I. J. 1981. Disconfirmation of Expectations and Satisfaction with a Retail Service. Journal of Retailing. Fall (57). Hal 49-67.

Taylor, S. dan Todd, P. A. 1995. Understanding Information Technology Usage: A Test of Competing Models. Information Systems Research. (62). Hal 144-176.

Venkatesh, V. dan Morris., M.G. 2000. Why Don’t Men Ever Stop to Ask for Directions? Gender, Social Incluence, and Their Role in Technology Acceptance and Usage Behavior. MIS Quarterly.

Page 22: teknologi informasi

100 JPAI Vol. III No.2 Tahun 2005

Lampiran

Lampiran 1

Model Penelitian

Lampiran 2

Uji Validitas dan Reliabilitas Pengukuran

Kode Items Factor AlphaPersepsi kepuasan 0,7431

S1 0,841

S2 0,630

S3 0,744

S4 0,855Persepsi kegunaan 0,7735

U1 0,540

U2 0,797

U3 0,844

U4 0,742Persepsi nilai informasi 0,7052

I1 0,564

Persepsi kepuasan

Persepsi kegunaan

Persepsi nilai informasi

Intensi Kelanjutan Penggunaan

Teknologi Informasi

Page 23: teknologi informasi

Ehrmann Suhartono 101

I2 0,584

I3 0,842

I4 0,859

I5 0,821

I6 0,783

I7 0,637Intensi kelanjutan penggunaan 0,8471

B1 0,784

B2 0,857

B3 0,801Sumber : Ouput SPSS

Lampiran 3

Uji Asumsi Klasik

Tolerance VIF Uji Park(sig)

Uji B-G(sig)

S 0,845 1,184 0,377 -U 0,898 1,113 0,789 -I 0,885 1,130 0,216 -

Lag Residual - - - 0,351

Lampiran 4Hasil Uji Hipotesis

Nilai Koefisien p-valueKonstanta 2,981 0,000Persepsi kepuasan 0,224 0,008Persepsi kegunaan 0,028 0,076Persepsi nilai informasi 0,198 0,005

R2 = 0,186 Adjusted R2 = 0,164 F = 8,298 (p=0.000) N = 113