teknologi bahan bangunan cat berbahan dasar tanah

5
Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah Cat berbahan dasar tanah (cat taro) ini adalah cat yang dibuat dengan campuran bahan natural seperti tanah, pecahan batu bata, pecahan batu padas atau pecahan batu-batu lainnya yang kemudian dicampur dengan bahan perekat. Pemakaian tanah sebagai bahan cat tembok mula- mulanya banyak dilakukan di Desa Taro, Ubud-Gianyar pada bagian dinding pagar bangunan, namun seiring dengan perkembangan kemampuan masyarakat sebagai pelaksana pembangunan, jenis cat ini juga digunakan pada dinding bagian luar maupun dalam dari bangunan. Warna yang dihasilkan dari cat taro bergantung kepada jenis pecahan batu yang digunakan, seperti yang terlihat pada foto satu, terdapat beberapa contoh warna natural yang mampu dihasilkan dengan memadukan pecahan batu bata, batu padas dan batu lainnya. TAHAPAN PROSES PEMBUATAN DAN APLIKASI CAT TARO Berikut ini penjelasan tahapan pembuatan dan aplikasi cat taro pada bangunan :

Upload: ridha-safwandi

Post on 30-Jun-2015

346 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah

Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah

Cat berbahan dasar tanah (cat taro) ini adalah cat yang dibuat dengan campuran bahan natural

seperti tanah, pecahan batu bata, pecahan batu padas atau pecahan batu-batu lainnya yang

kemudian dicampur dengan bahan perekat. Pemakaian tanah sebagai bahan cat tembok mula-

mulanya banyak dilakukan di Desa Taro, Ubud-Gianyar pada bagian dinding pagar bangunan,

namun seiring dengan perkembangan kemampuan masyarakat sebagai pelaksana pembangunan,

jenis cat ini juga digunakan pada dinding bagian luar maupun dalam dari bangunan.

Warna yang dihasilkan dari cat taro bergantung kepada jenis pecahan batu yang digunakan,

seperti yang terlihat pada foto satu, terdapat beberapa contoh warna natural yang mampu

dihasilkan dengan memadukan pecahan batu bata, batu padas dan batu lainnya.

TAHAPAN PROSES PEMBUATAN DAN APLIKASI CAT TARO

Berikut ini penjelasan tahapan pembuatan dan aplikasi cat taro pada bangunan :

1. Persiapan bahan cat taro berupa : tanah, pecahan batu (batu bata, padas atau pecahan batu

lainnya) bahan ini ditumbuk sampai menjadi butiran kecil-kecil. Bahan-bahan tersebut kemudian

dicampur dengan air dan perekat baik itu semen maupun mempergunakan lem.

2. Bangunan seperti proses pada umumnya terlebih dahulu dilakukan pemlesteran dengan

campuran pasir dan semen. Untuk mempermudah pengecatan dan pemerataan Cat taro sebaiknya

permukaan dinding tidak perlu diaci, biarkan tetap kasar sesuai dengan texture yang diinginkan.

Ketika plesteran kering dilanjutkan dengan pengecatan dengan bahan yang telah disiapkan

sebelumnya. Hal ini dilakukan sampai semua dinding yang ingin dicat selesai.

Page 2: Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah

3. Luas Pengecatan :

Tembok dengan plesteran kasar, luas pengecatan maksimal 1,5 – 2 M/ Kg

Tembok dengan acian, luas pengecatan maksimal 2 – 2,5 M / Kg

Pengecatan dengan menggunakan cat taro akan memberikan kesan dinding yang alamiah dan

natural karena hasil pengecatan yang ditimbulkan seperti batu – batu kecil yang rapat bernuansa

alami dengan tekstur halus yang dihasilkan dari bahan pecahan batu tersebut.

Aplikasi cat taro dapat digunakan diberbagai media lainnya selain dinding, seperti : gypsum,

plafon, pilar beton, hardboard, mebel berbahan kayu, kerajinan gerabah, aneka pot bunga dan

bagian – bagian tertentu dari bangunan yang ingin ditampilkan.

EVALUASI PENGGUNAAN CAT TARO

Dalam aplikasinya, bahan material cat ini memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya

seperti yang disebutkan di bawah ini :

Terdapat beberapa hal yang dapat menghambat proses pelaksanaan pengecatan dengan bahan

dasar tanah ini, diantaranya :

1. Diperlukan ketelitian yang tinggi dibandingkan dengan pengecatan biasa.

2. Diperlukan tenaga kerja yang cukup mempunyai keahlian terutama dibidang pekerjaan

pengecatan.

3. Waktu yang dibutuhkan lebih lama berkaitan dengan dibutuhkannya ketelitian dalam

pengerjaan

Page 3: Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah

4. Tidak terdapat variasi warna yang dihasilkan seperti cat pada umumnya Sedangkan kelebihan

yang dimiliki bahan cat taro ini lebih berkaitan dengan penggunaan bahan material yang ramah

lingkungan dan penghematan energi, dengan penjelasna sebagai berikut :

Keunggulan Cat berbahan dasar tanah :

1. Menggunakan bahan-bahan material alam dan bahan sisa bangunan yang tidak terpakai seperti

tanah dan pecahan batu.

2. Tidak menggunakan energi yang banyak selama proses pembuatan bahan bangunan, karena

memanfaatkan tenaga dan keterampilan manusia

3. Tidak menimbulkan efek samping/sick building syndrome karena menggunakan bahan kimia

yang minimal.

4. Khusus untuk pulau Bali, penggunaan Cat Natural sebagai suatu alternatif solusi

mempertahankan keajegan dibidang Arsitektur khas Bali akibat pesatnya pembangunan. Dengan

demikian akan tetap terjaga keserasian atau harmonisasi dengan lingkungan budaya lokal.

KESIMPULAN

Beberapa poin kesimpulan yang dapat ditarik dari keseluruhan uraian dalam tulisan ini

diantaranya :

1.Tidak selamanya perkembangan teknologi menimbulkan dampak positif, terutama bagi

lingkungan. Keegoisan manusia dalam mengeksplor sumber daya alam tanpa memikirkan

dampaknya telah membuat dunia menghadapi krisis energi dan pemanasan global.

2.Pemanfaatan kembali kearifan arsitektur tradisional Indonesia untuk menghadapi permasalahan

lingkungan ini menjadi sesuatu yang penting, sehingga untuk mendukungnya diperlukan suatu

sumber informasi yang mampu memberikan informasi mengenai IndigenousArsitektur lokal

Indonesia.

Page 4: Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah

3.Teknologi bahan bangunan cat berbahan dasar tanah merupakan salah satu potensi yang dapat

dikembangkan dan diaplikasikan untuk mengurangi dampak negatif akibat konstruksi bangunan

terhadap lingkungan sekitar, terutama dari segi penggunaan bahan material.

4.Diperlukan suatu pelatihan keahlian kepada masyarakat untuk kembali menggunakan

konsep/strategi yang digunakan pada arsitektur lokal agar Indonesia tidak kehilangan potensi

arsitektur lokal yang dimilikinya, jika bukan kita yang memelihara, lalu siapa lagi.