teknologi bahan bangunan cat berbahan dasar tanah
TRANSCRIPT
Teknologi Bahan Bangunan Cat Berbahan Dasar Tanah
Cat berbahan dasar tanah (cat taro) ini adalah cat yang dibuat dengan campuran bahan natural
seperti tanah, pecahan batu bata, pecahan batu padas atau pecahan batu-batu lainnya yang
kemudian dicampur dengan bahan perekat. Pemakaian tanah sebagai bahan cat tembok mula-
mulanya banyak dilakukan di Desa Taro, Ubud-Gianyar pada bagian dinding pagar bangunan,
namun seiring dengan perkembangan kemampuan masyarakat sebagai pelaksana pembangunan,
jenis cat ini juga digunakan pada dinding bagian luar maupun dalam dari bangunan.
Warna yang dihasilkan dari cat taro bergantung kepada jenis pecahan batu yang digunakan,
seperti yang terlihat pada foto satu, terdapat beberapa contoh warna natural yang mampu
dihasilkan dengan memadukan pecahan batu bata, batu padas dan batu lainnya.
TAHAPAN PROSES PEMBUATAN DAN APLIKASI CAT TARO
Berikut ini penjelasan tahapan pembuatan dan aplikasi cat taro pada bangunan :
1. Persiapan bahan cat taro berupa : tanah, pecahan batu (batu bata, padas atau pecahan batu
lainnya) bahan ini ditumbuk sampai menjadi butiran kecil-kecil. Bahan-bahan tersebut kemudian
dicampur dengan air dan perekat baik itu semen maupun mempergunakan lem.
2. Bangunan seperti proses pada umumnya terlebih dahulu dilakukan pemlesteran dengan
campuran pasir dan semen. Untuk mempermudah pengecatan dan pemerataan Cat taro sebaiknya
permukaan dinding tidak perlu diaci, biarkan tetap kasar sesuai dengan texture yang diinginkan.
Ketika plesteran kering dilanjutkan dengan pengecatan dengan bahan yang telah disiapkan
sebelumnya. Hal ini dilakukan sampai semua dinding yang ingin dicat selesai.
3. Luas Pengecatan :
Tembok dengan plesteran kasar, luas pengecatan maksimal 1,5 – 2 M/ Kg
Tembok dengan acian, luas pengecatan maksimal 2 – 2,5 M / Kg
Pengecatan dengan menggunakan cat taro akan memberikan kesan dinding yang alamiah dan
natural karena hasil pengecatan yang ditimbulkan seperti batu – batu kecil yang rapat bernuansa
alami dengan tekstur halus yang dihasilkan dari bahan pecahan batu tersebut.
Aplikasi cat taro dapat digunakan diberbagai media lainnya selain dinding, seperti : gypsum,
plafon, pilar beton, hardboard, mebel berbahan kayu, kerajinan gerabah, aneka pot bunga dan
bagian – bagian tertentu dari bangunan yang ingin ditampilkan.
EVALUASI PENGGUNAAN CAT TARO
Dalam aplikasinya, bahan material cat ini memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya
seperti yang disebutkan di bawah ini :
Terdapat beberapa hal yang dapat menghambat proses pelaksanaan pengecatan dengan bahan
dasar tanah ini, diantaranya :
1. Diperlukan ketelitian yang tinggi dibandingkan dengan pengecatan biasa.
2. Diperlukan tenaga kerja yang cukup mempunyai keahlian terutama dibidang pekerjaan
pengecatan.
3. Waktu yang dibutuhkan lebih lama berkaitan dengan dibutuhkannya ketelitian dalam
pengerjaan
4. Tidak terdapat variasi warna yang dihasilkan seperti cat pada umumnya Sedangkan kelebihan
yang dimiliki bahan cat taro ini lebih berkaitan dengan penggunaan bahan material yang ramah
lingkungan dan penghematan energi, dengan penjelasna sebagai berikut :
Keunggulan Cat berbahan dasar tanah :
1. Menggunakan bahan-bahan material alam dan bahan sisa bangunan yang tidak terpakai seperti
tanah dan pecahan batu.
2. Tidak menggunakan energi yang banyak selama proses pembuatan bahan bangunan, karena
memanfaatkan tenaga dan keterampilan manusia
3. Tidak menimbulkan efek samping/sick building syndrome karena menggunakan bahan kimia
yang minimal.
4. Khusus untuk pulau Bali, penggunaan Cat Natural sebagai suatu alternatif solusi
mempertahankan keajegan dibidang Arsitektur khas Bali akibat pesatnya pembangunan. Dengan
demikian akan tetap terjaga keserasian atau harmonisasi dengan lingkungan budaya lokal.
KESIMPULAN
Beberapa poin kesimpulan yang dapat ditarik dari keseluruhan uraian dalam tulisan ini
diantaranya :
1.Tidak selamanya perkembangan teknologi menimbulkan dampak positif, terutama bagi
lingkungan. Keegoisan manusia dalam mengeksplor sumber daya alam tanpa memikirkan
dampaknya telah membuat dunia menghadapi krisis energi dan pemanasan global.
2.Pemanfaatan kembali kearifan arsitektur tradisional Indonesia untuk menghadapi permasalahan
lingkungan ini menjadi sesuatu yang penting, sehingga untuk mendukungnya diperlukan suatu
sumber informasi yang mampu memberikan informasi mengenai IndigenousArsitektur lokal
Indonesia.
3.Teknologi bahan bangunan cat berbahan dasar tanah merupakan salah satu potensi yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan untuk mengurangi dampak negatif akibat konstruksi bangunan
terhadap lingkungan sekitar, terutama dari segi penggunaan bahan material.
4.Diperlukan suatu pelatihan keahlian kepada masyarakat untuk kembali menggunakan
konsep/strategi yang digunakan pada arsitektur lokal agar Indonesia tidak kehilangan potensi
arsitektur lokal yang dimilikinya, jika bukan kita yang memelihara, lalu siapa lagi.