teknis budidaya

274

Upload: abde-firmansyah

Post on 11-Aug-2015

560 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknis Budidaya
Page 2: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENANGANAN AQUARIUMIKAN HIAS

1. PENDAHULUAN

Sejalan dengan lajuna pembangunan Kota Jakarta, maka perkembanganperikananpun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini dimungkinkankarena pada hakekatnya Kota Jakarta merupakan Wilayah konsumen yangpotensil, sehingga sangat mendukung dalam usaha pemasarannya.

Mengamati kegiatan usaha Perikanan khususnya ikan hias tentunya tak dapatdipisahkan dengan sarana penunjang yang yang tak kalah pentingnya denganusaha ikan hias itu sendiri yaitu "AQUARIUM" karena betapun indahnya ikanhias apabila tidak ditunjang dengan penampilan aquarium serta dekorasi yangmemadai, maka sesungguhnya nilai keindahan itu telah berkurang dan ini hanyabisa dicapai melalui penanganan yang tekun dan kontinue.

Untuk mengembangkan usaha ikan hias diwilayah DKI Jakarta dilaksanakanmelalui Pusat Promosi Hasil-hasil Perikanan yang beralokasi di Jalan Sumenep,Jakarta Pusat.

2. PERLENGKAPAN AQUARIUM

1) Aquarium dalam keadaan bersih dan tidak bocor

2) Tanaman hdiup secukupnya

3) Bahan-bahan dekorasi: pasir bersih (tidak mengandung lumpur), koraltex,akar kayu dan batu karang

4) Pompa udara (aerator) sebagai alat penambah oksigen dalam air

5) Lampu neon ultra violet pada malam hari dapat menimbulkan rasa alamiyang mempesona

6) Filter yang dihubungkan dengan aerator berfungsi sebagai penyaring kotorandalam air

7) Peralatan lainnya: slang plastik, serokan dan pembersihkaca.

3. TEKNIS DEKORASI AQUARIUM

Page 3: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Pasir dimasukkan kedalam aquarium lalu diatur/dipadat sambil diberipercikan air secukupnya.

2) Kemudian tanaman air ditanam dengan cara dibenamkan kedalam pasir(tanaman yang lebih tinggi diletakkan dibagian belakang)

3) Setelah diperkirakan siap untuk didekor, maka sebelum diisi air permukaantanaman dan pasir ditutup dengan kertas koran atau plastik. Hal ini dilakukandengan maksud agar tekanan air tidak merusak tanaman dan tidakmenimbulkan kekeruhan.

4) Air dalam aqurium ditunggu sampai kotorannya mengendap, lalu ikandimasukkan (diusahakan jenis ikan yang tidak saling memangsa)

5) Tahap selanjutnya aerator dipasang sesuai ukuran aquarium, tapi bilatersedia banyak tanaman hidup, aerator cukup dipasang pada malam harisaja

6) Aquarium diletakkan ditempat yang datang agar tekanan air merata dandiusahakan jangan terlalu banyak terkena sinar matahari karena akanmempercepat tumbuhnya lumut.

4. MAKANAN IKAN

1) Makanan ikan hias air tawar terdiri dari 2 macam yaitu: makanan alamiseperti kutu air (Moina) cacing rambut (Fubifek, Chironomus) dan lawanyamuk (cuk).

2) Makanana alami harus dibersihkan/dibilas terlebih dahulu dengan air bersihsebelum di berikan pada ikan dan satu hari cukup 1 (satu) kali saja

3) Makanan buatan: wafer, tahu, darah ayam/kerbau/marus

4) Makanan buatan sebaiknya diberikan pada saat tidak ada makanan alami

5) Pemberian makanan diusahakan jangan sampai tersisa karena dapatmenimbulkan pembusukan/keracunan

5. PENUTUP

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari keindahan aquarium ikan hiasantara lain:1) dapat mendidik rasa cinta alami

Page 4: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) merupakan hiburan yang dapat mengendorkan urat syaraf sertamenimbulkan rasa tentram di rumah

3) menambah keindahan ruangan dan tidak memerlukan tempat yang luas4) merupakan usaha sambilan yang dapat menambah penghasilan keluarga5) menjaga kelestarian sumber daya perikanan

6. SUMBER

Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

7. KONTAK HUBUNGAN

Pemerintah DKI Jakarta, Dinas Perikanan

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 5: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 6Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN BELUT( Synbranchus )

1. SEJARAH SINGKAT

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulatmemanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut sukamemakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, dirawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belutmulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan danmenjadi salah satu komoditas ekspor.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia beradadi daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya barumerupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagaipos penampungan.

3. JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:Kelas : PiscesSubkelas : TeleosteiOrdo : Synbranchoidae

Page 6: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 6Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Famili : SynbranchidaeGenus : SynbranchusSpecies : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus

albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belutkali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belutkali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belutsawah.

4. MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah:1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.3) Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografisyang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataranrendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curahhujan tidak ada batasan yang spesifik.

2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dantidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara25-31 derajat C.

4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akanosigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilihkualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakanantara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benihbelut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dankolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yangmasing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut

Page 7: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 6Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharanbelut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.

2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanyadibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.

3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belutremaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolambelut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) dayatampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran3-50 cm.

4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dandasar bak tidak perlu diplester.

5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada,alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatanlainnya.

6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupukkandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosonguntuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbundengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun denganikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahanorganik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkankedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik+ air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal mediatersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit

a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yangberukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan denganmasing-masing tahapannya selama 2 bulan.b) Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibitdiperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.

c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cmdan belut jantan berukuran ± 40 cm.

d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekorpejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktupemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut

Page 8: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 6Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belutberkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untukditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belutdengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolampendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak beluttersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisadiperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atauempat bulan.

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benihselama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkinagar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baiklagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yangsubur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organikutama.

2) Pemberian Pakan

Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulatbesar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.

3) Pemberian Vaksinasi

4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolamagar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggukehidupan belut.

2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belutantara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air danikan gabus.

Page 9: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 6Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang seringmenyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidakbanyak diserang hama.

7.2. Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan olehorganisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yangberukuran kecil.

8. PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi

(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya denganperalatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancingatau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agarbelut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehinggamempunyai jaringan pemasaran yang luas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat padatahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksia. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-d. Lain-lain Rp. 30.000,-Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-

2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-

Page 10: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 6Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Keuntungan Rp. 422.000,-

4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaranmempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaanikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, makaakan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya(Anggota IKAPI). Jakarta.

2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 11: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN IKAN BANDENG

1. PENDAHULUAN

Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utamadalam usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan Teknologi budidayabandeng di tambakdirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usahabudidaya udang. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu kendaladalam menigkatkan teknologi budidaya bandeng.

Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhanbudidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usahapembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangannener tersebut menjadi sangat penting.

Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam, pengembanganwilayah, penyediian dukungan terhadap pembangunan perikanan khususnyadan pembangunan nasional umumnya, kegiatan pembenihan bandeng dihatchery harus diarahkan untuk tidak menjadi penyaing bagi kegiatanpenangkapan nener di alam. Diharapkan produksi benih nener di hatcherydiarahkan untuk mengimbangi selisih antara permintaan yang terus meningkatdan pasok penangkapan di alam yang diduga akan menurun.

2. PENGERTIAN

Teknologi produksi benih di hatchery telah tersedia dan dapat diterapkan baikdalam suatu Hatchery Lengkap (HL) maupun Hatchery Sepenggal (HS) sepertiHatchery Skala Rumah Tangga (HSRT). Produksi nener di hatchery sepenggaldapat diandalkan. Karenaresiko kecil, biaya rendah dan hasil memadai.Hatchery sepenggal sangat cocok dikembangkan di daerah miskin sebagai

Page 12: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

salah satu upaya penaggulangan kemiskinan bila dikaitkan dalam pola bapakangkat dengan hatchery lengkap (HL). Dilain pihak, hatchery lengkap (HL)dapat diandalkan sebagai produsen benih bandeng (nener) yang bermutu sertatepat musim, jumlah dan harga.

Usaha pembenihan bandeng di hatchery dapat mengarahkan kegiatanbudidaya menjadi kegiatan yang mapan dan tidak terlalu dipengaruhi kondisialam serta tidak memanfaatkan sumber daya secara berlebihan. Dalamsiklusnya yang utuh, kegiatan budidaya bandeng yang mengandalkan benihhatchery bahkan dapat mendukung kegiatan pelestarian sumberdaya baikmelalui penurunan terhadap penyian-nyian sumber daya benih species lainyang biasa terjadi pada penangkapan nener di alam maupun melalui penebarandi perairan pantai (restocking).

Disisi lain, perkembangan hatchery bandeng di kawasan pantai dapat dijadikantitk tumbuh kegiatan ekonomi dalam rangka pengembangan wilayah danpenyerapan tenaga kerja yang mengarah pada pembangunan berwawasanlingkungan. Pada giliranya, tenaga yang terserap di hatchery itu sendiri selainberlaku sebagai produsen juga berlaku sebagai kondumen bagi kebutuhankegiatan sehari-hari yang dapat mendorong kegiatan ekonomi masyarakatsekitar hatchery.

3. PERSYARATAN LOKASI

Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-aspekyang berkaitan dengan lokasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persyaratan lokasi adalah sebagaiberikut.

1) Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelumhatchery dibangun.

2) Mampu menjamin ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhipersyaratan mutu yang ditentukan;- Pergantian air minimal; 200 % per hari.- Suhu air, 26,5-31,0 0C.- PH; 6,5-8,5.- Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.- Alkalinitas 50-500ppm.- Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).- Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.

3) Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasangarus perlu diketahui secara rinci.

Page 13: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan,speciesdominan, keberadaan predator dan kompretitor, serta penyakitendemik harus diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalanproses produksi.

4. SARANA DAN PRASARANA

1) Sarana Pokok

Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksiadalah bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bakpemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bakpakan alami.

a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.

Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikianrupa sehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bakdan sarana lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih).

Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bakpemelihara induk, pemeliharaan larva, pemeliharan pakan alami,laboratorium kering dan basah serta saran lain yang memerlukan air tawardan air laut serta udara (aerator).

Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunanpemeliharaan larva dan banguna kultur murni plankton serta diaturmenghadap ke kultur masal plankton dan dilengkapi dengan sistimpemipaan air tawar, air laut dan udara.

b. Bak Pemeliharaan Induk

Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulatdengan kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuatlengkung dan dapat diletakkan di luar ruangan langsung menerimacahaya tanpa dinding.

c. Bak Pemeliharan Telur

Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengandaya tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butirper liter.

Page 14: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Bak Pemeliharaan Larva

Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telurdapat terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknyaberwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10 tonberbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat lengkungdan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dindingbalik. Untuk mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak larvadiberi penutup berupa terval plastik untuk menyangga atap plastik, dapatdigunakan bentangan kayu/bambu.

Gambar 1. Bak Pemeliharaan Larva

Page 15: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella sp danRotifera.

Bak kultur plankton chlorella sp disesuaikan dengan volume bakpemeliharaan larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi betonditempatkan di luar ruangan yang dapat langsung mendapat cahayamatahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada bagianatasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi daripengaruh air hujan.

Kedalamam bak kultur chlorella sp harus diperhitungkan sedemikian rupasehingga penetrasi cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar tangki.Kedalaman air dalam tangki disarankan tidak melebihi 1 meter atau 0,6 m,ukuran bak kultur plankton chlorella sp adalah (20 x 25 x 0,6)m3.

Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi baton yangditempatkan dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding.Perbandingan antara volume bak chlorella, rotifera dan larva sebaliknya5:5:1.

2) Sarana Penunjang

Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah laboratoriumpakan alami, ruang pompa,air blower, ruang packking, ruang genset,bengkel, kendaraan roda dua dan roda empat serta gudang (ruangpentimpanan barang-barang opersional) harus tersedia sesuai kebutuhandan memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan sertakeselamatan kerja.a. Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton berguna

sebagai tempat kultur murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekathatchery yang memerlukan ruangan suhu rendah yakni 22~25 0C.

b. Laboratorium kering termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi, sebaiknyadibangun berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna sebagaibangunan stok kultur dan penyimpanan plankton dengan suhu sekitar22~25 0C serta dalam ruangan.

Untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran hasil dilengkapi denganfasilitas ruang pengepakan yang dilengpaki dengan sistimpemipaan air tawardan air laut, udara serta sarana lainnya seperti peti kedap air, kardus, bakplastik, karet dan oksigen murni. Alat angkut roda dua dan empat yangberfungsi untuk memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benihharus tersedia tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.

Untuk pembangkit tenaga listrik atau penyimpanan peralatan dilengkapidengan pasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air dan blower,ruang pendingin dan gudang.

Page 16: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Sarana Pelengkap

Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor,perpustakaan, alat tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna,ruang makan, ruang pertemuan, tempat tinggal staf dan karyawan.

5. TEKNIK PEMELIHARAN

1) Persiapan Opersional.

a. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakaidan bebas cemaran. Bak-bak sebelum digunakan dibersihkan atau dicucidengan sabun detergen dan disikat lalu dikeringkan 2-3 hari.Pembersihan bak dapat juga dilakukan dengan cara membasuh bagiandalam bak kain yang dicelupkan ke dalam chlorine 150 ppm (150 millarutan chlorine 10% dalam 1 m3 air) dan didiamkan selama 1~2 jam dandinetralisir dengan larutan Natrium thiosulfat dengan dosis 40 ppm ataudesinfektan lain yi formalin 50 ppm. Menyiapkan suku cadang sepertipompa, genset dan blower untuk mengantisipasi kerusakan pada saatproses produksi.

b. Menyiapkan bahan makanan induk dan larva pupuk fytoplankton, bahankimia yang tersedia cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu untuktiap tahap pembenihan.

c. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin danberpengalaman dan mampu menguasai bidang kerjanya.

2) Pengadaan Induk.

a. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor.b. Pengangkutan induk jarak jauh menggunakan bak plastik. Atau serat

kaca dilengkapi aerasi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, sertasuhu 24~25 0C. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi airbarsalinitas rendah (10~15) ppt, serta suhu 24~25 0C.

c. Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air.Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutupuntuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas.

d. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutanatau sampai selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali.Setelah selesai aklimatisasi salinitas segera dinaikan dengan caramengalirkan air laut dan mematikan pasok air tawar.

Page 17: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pemeliharaan Induk

a. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2~4m3 dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampaikedalaman 2 meter.

b. Pergantian air 150 % per hari dan sisa makanan disiphon setiap 3 harisekali. Ukuran bak induk lebih besar dari 30 ton.

c. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak6~8 % diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hariyaitu pagi dan masa sore.

d. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asambelerang < 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 0C.

4) Pemilihan Induk

a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisikbersih, cerah dan tidak banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.

b. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan dengan cara mem-bius ikandengan 2 phenoxyethanol dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemahkanula dimasukan ke-lubang kelamin sedalam 20~40 cm tergantung daripanjang ikan dan dihisap. Pemijahan (striping) dapat juga dilakukanterutama untuk induk jantan.

c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untukmenentukan tingkat kematangan gonad. Induk yang mengandung telurberdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.

d. Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung spermatingkat III yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyaksewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang kelamin.

5) Pematangan Gonad

a. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yangberkaitan dengan kegiatan reproduksi dengan cara penyuntikan danimplantasi menggunakan implanter khusus. Jenis hormon yang lazimdigunakan untuk mengacu pematangan gonad dan pemijahan bandengLHRH –a, 17 alpha methiltestoteron dan HCG.

b. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saatpemantauan perkembangan gonad induk jantan maupun betinadilakukan LHRH-a dan 17 alpha methiltestoteren masing-masing dengandosis 100~200 mikron per ekor (berat induk 3,5 sampai 7 kg).

6) Pemijahan Alami.

a. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meterberbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampaidasar bak serta ditutup dengan jaring.

b. Pergantian air minimal 150 % setiap hari.

Page 18: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.d. Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan

sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadisecara eksternal.

7) Pemijahan Buatan.

a. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormonberbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudahmatang gonad sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan(implantasi).

b. Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi tergantung daritingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasibiasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masing-masing 100-200 mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya).

c. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat tigadapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH- a pada dosis5.000-10.000IU per Kg berat tubuh.

d. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dariserat kaca atau beton ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasancahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar tangki.

8) Penanganan Telur.

a. Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung padasalinitas > 30 ppt, sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarnaputih keruh.

b. Selama inkubasi, telur harus diaerasi yang cukup hingga telur padatingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan.Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan secara hati-hati kedalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalambak penetasan antara 20-30 butir per liter.

c. Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalamkeadaan tersebut penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untukmenghindarkan benturan antar telur yang dapat mengakibatkanmenurunnya daya tetas telur. Pengangkatan telur pada fase ini belumbisa dilakukan.

d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakanlarutan formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telurdari bakteri, penyakit dan parasit.

9) Pemeliharaan Larva.

a. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-310

C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak

Page 19: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistemaerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.

b. Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuningtelur sebagai cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelahditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masapemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadinener.

c. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larvayang baru menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipeliharapada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen.

d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4sampai ke 7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakanyang diberikan dan kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankanpada kisaran optimal.

e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12-16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25hari saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.

10) Pemberian Makanan Alami

a. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudahharus diberi rotifera (Brachionus plicatilis) sebagai makanan sedang airmedia diperkaya chlorella sp sebagai makanan rotifera dan penguraimetabolit.

b. Kepadatan rotifera pada awal pemberian 5-10 ind/ml dan meningkatjumlahnya sampai 15-20 ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari.Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah chlorella : rotifer : larva= 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 harisetelah menetas, atau = 5.000.000 : 500:1 mulai hari ke 10 setelahmenetas.

c. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidakmencukupi pada saat larva berumur lebih dari 10 hari (Lampiran VIII.2).Sedangkan penambahan Naupli artemia tidak mutlak diberikantergantung dari kesediaan makanan alami yang ada.

d. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larvabandeng 1 : 1 dalam satuan jumlah partikel. Pakan buatan yangdiberikan sebaiknya berukuran sesuai dengan bukaan mulut larva padatiap tingkat umur dan mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakanbuatan komersial yang biasa diberikan untuk larva udang dapatdigunakan sebagai pakan larva bandeng.

11) Budidaya Chlorella

Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksilarva yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakandan ketepatan waktu.

Page 20: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Wadah pemeliharaan chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastikyang tembus cahaya volume 3-10 liter yang berada dalam ruangan bersihdengan suhu 23-25 0C, sedangkan untuk skala besar menggunkan wadahserat kaca volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehinggalangsung dengan kepadatan ± 10 juta sel/m3.

Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang digunakansebaiknya pompa benam (submersible) untuk menjamin aliran yangsempurna. Pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadahpenampungan serta saringan yang bermata jaring 60-70 mikron, berukuran40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung padasaringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatanya permilimeter.

12) Budidaya Rotifera.

Budidaya rotifera skala besar (HL) sebaiknya dilakukan dengan cara panenharian yaitu sebagian hasil panen disisakan untuk bibit dalam budidayaberikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan dengan cara panenpenuh harian (batch harvest).

Kepadatan awal bibit (inokulum) sebaiknya lebih dari 30 individu/ml danjumlahnya disesuaikan dengan volume kultur, biasanya sepersepuluh darivolume wadah.

Wadah pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca volume 1-10ton diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegahkemungkinan mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untukmengurangi intensitas cahaya matahari yang dapat mempercepatpertumbuhan chlorella.

Keberhasilan budidaya rotifera berkaitan dengan ketersediaan chlorellaatau Tetraselmis yang merupakan makanannya. Sebaiknya perbandinganjumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 : 1 untuk mempertahankankepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus tertentuperkembangan populasi rotifer dapat dipacu dengan penambahan air tawarsampai 23 ppt. Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakanragi (yeast) pada dosis 30 mg/1.000.000 rotifer.

Panen rotifer dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dansebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yangbermata jaring 60-70 mikro berukuran 40x40x50 cm, di bawah alirantersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah laindan dihitung kepadatannya per milimeter.

Page 21: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pencatatan tentang perkembangan rotifer dilakukan secara teratur danberkala serta data hasil pengamatan dicatat untuk mengetahuiperkembangan populasi serta cermat dan untuk bahan pertimbanganpemeliharaan berikutnya.

6. PANEN

1) Panen dan Distribusi Telur.

Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telahdibuahi dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebutegg collector, yang ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan.

Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan denganmenggunakan plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan caradiserok. Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium volume 30-100liter, diareasi selama 15-30 menit dan didesinfeksi dengan formalin 40 %pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum diseleksi.

Sortasi telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 pptdan menghentikan aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan yangtidak baik mengendap. Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaanselanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau persentasi yang baik kurang dari 50%, sebaiknya telur dibuang.

Telur yang baik hasil sortasi dipindahkan kedalam pemeliharaan larva ataudipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen yang memerlukan danmasih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur menetas ( ± 12jam).

2) Distribusi Telur.

Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantongplastik berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 – 0,08 mm yang diisi airdan oksigen murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipak dalam kotakstyrofoam. Makin lama transportasi dilakukan disarankan makin banyakoksigen yang harus ditambahkan.

Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara 20– 25 0C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air dapat dipertahankan tetaprendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik.Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telurmenetas selama transportasi.

Page 22: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknyadilakukan penyamaan suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam kantongdan diluar kantong sama maka telur dapat segera dicurahkan ke luar.

3) Panen dan Distribusi Nener.

Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalamtangki benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapatdisesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis danekonomis. Serok yang digunakan untuk memanen benih harus dibuat daribahan yang halus dan lunak berukuran mata jaring 0,05 mm (gambar XI.3)supaya tidak melukai nener.

Nener tidak perlu diberi pakan sebelum dipanen untuk mencegahpenumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan mengurangioksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan.

4) Panen dan Distribusi Induk.

Panen induk harus diperhatikan kondisi pasang surut air dalam kondisi airsurut volume air tambak dikurangi, kemudian diikuti penangkapan denganalat jaring yang disesuaikan ukuran induk, dilakukan oleh tenaga yangterampil serta cermat. Seser / serok penangkap sebaiknya berukuran matajaring 1 cm agar tidak melukai induk.

Pemindahan induk dari tambak harus menggunakan kantong plastik yangkuat, diberi oksigen serta suhu air dibuat rendah supaya induk tidak luka danmengurangi stress.

Pengangkutan induk dapat menggunakan kantong plastik, serat gelas ukuran2 m3, oksigen murni selama distribusi.

Kepadatan induk dalam wadah 10 ekor/m3 tergantung lama transportasi.

Suhu rendah antara 25 – 27 0C dan salinitas rendah antara 10-15 ppt dapatmengurangi metabolisme dan stress akibat transportasi.

Aklimatisasi induk setelah transportasi sangat dianjurkan untuk mempercepatkondisi induk pulih kembali.

7. ANALISA USAHA

Contoh Analisa Usaha Penbenihan Lengkap Bandeng.Modal yang Diperlukan (Data April 1993).

Page 23: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Biaya Investasi.

a. Tanah 1 Ha @ Rp 35.000,- Rp. 35.000.000,-b. Konstruksi :

- 4 Bak Induk Vol. 100 Ton @ Rp 15.000,- Rp. 600.000,-- 20 Bak larva vol 5 ton @ Rp 750,- Rp. 15.000.000,-- 4 Bak plankton vol 5 ton @ Rp 750,- Rp. 3.000.000,-- 5 Bak plankton vol 20 ton @ Rp 2.000 Rp. 10.000.000,-- 4 Bak rotifera vol 5 @ Rp 750 Rp. 3.000.000,-- 20 Botol plankton vol 10 liter @ Rp 3.000,- Rp. 60.000,-- Bak bius vol 1 ton @ Rp 400,- Rp. 400.000,-- 2 Bak penampungan induk vol 3 ton @ Rp 750,- Rp. 1.500.000,-- 1 set alat lab. (mikroskop,timbangan,Induce,implamenter dll) Rp. 15.000.000,-- 1 unit Genset & Instalasi Rp. 25.000.000,-- 1 unit Pompa & instalasi Rp. 15.000.000,-- 1 unit Blower & instalasi Rp. 5.000.000,-- 1 unit AC Rp. 3.000.000,-

Jumlah Biaya Investasi Rp. 206.000.000,-c. Prasarana Pokok.

- Bangunan tempat pemeliharaan larva Rp. 20.000.000,-- Lab. Plankton (alga) Rp. 5.000.000,-- Rumah karyawan Rp. 25.000.000,-- Ruang panen Rp. 10.000.000,-- Ruang makan Rp. 10.000.000,-- Kantor Rp. 5.000.000,-- Rumah jaga Rp. 1.000.000,-- Rumah genset dan blower Rp. 1.000.000,-- Gudang Rp. 5.000.000,-- Refrigerator/Freezer Rp. 1.000.000,-

Jumlah Biaya Sarana Pokok Rp. 83.000.000,-

Jumlah Biaya Investasi (a+b+c) Rp. 288.000.000,-

2) Biaya Operasional per tahun.

a. Biaya tetap.- Biaya perawatan 5% dari investasi Rp. 14.448.000,-- Penyusutan 10% dari investasi Rp. 31.645.000,-- Bunga modal 15% tahun Rp. 43.344.000,-- Ijin usaha Rp. 2.000.000,-

Jumlah biaya tetap Rp 106.000.000,-

b. Biaya tidak tetap.- Pengadaan induk 50 ekor @ Rp. 300.000,- Rp. 15.000.000,-- Pakan, induk 3%x5x50x360x1.000 Rp. 2.700.000,-- Larva, pupuk Rp. 5.000.000,-- Hormon, bius, alkohol, formalin Rp. 15.000.000,-

Page 24: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- BBM : solar; 10x4x360xRp.380 Rp. 32.000.000,-- Olie ; 8x4x12xRp 4.000,- Rp. 1.536.000,-- Gaji karyawan :

* tenaga ahli 1x12x500 Rp. 6.000.000,-* pekerja 10x12x100 Rp. 12.000.000,-

- Biaya tak terduga Rp. 10.000.000,-Jumlah biaya tidak tetap. Rp 100.068.000,-

Jumlah total biaya operasional/tahun (a + b) Rp. 205.505.000,-

3 Penerimaan per tahun.

a. Produksi telur : 20 induk selama 6 bulan (20x300.000x6 bulan) =36.000.000 butir telur.

b. Tingkat kelangsungan hidup 20 %. 7.200.000 benihc. Harga jual/ekor Rp.20,- Rp. 144.000.000,-d. Jumlah penerimaan selama 1 tahun Rp 288.000.000,-

4) Analisa Biaya dan Manfaat

a. Penerimaan kotor (III-II) Rp. 82.495.000,-b. Pajak 10% dari penerimaan kotor Rp. 8.249.500,-c. Perputaran uang sebelum dipotong Pajak (IV,1 & II A2/ Penyusutan Rp. 114.140.000,-d. Pendapatan bersih= (IV.3-IV.2) Rp. 105.890.500,-e. Jangka waktu pengambilan modal Investasi =2,7 tahunf. Imbangan penerimaan biaya (R/C ratio)= 3) : 2) 1,4g. Biaya produksi per PL

Total Biaya operasional = 205.505.00= Rp 13,70Pembelian induk 15.000.000

8. SUMBER

Pembenihan Bandeng, Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat JenderalPerikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1994

Page 25: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 15/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 26: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

TEKNIK PENGELOLAANPENGGELONDONGAN BANDENG

1. PENDAHULUAN

Kegiatan penggelondongan nener merupakan mata rantai yang bertujuan salahsatunya adalah menekan mortalitas benih karenan pengelondongan neneradalah masa awal pemeliharaan yang dianggap sebagai masa paling kritis.Usaha penggelondongan nener bukan lagi sekedar usaha sambilan di sampingusaha pembesarannya tambak, melainkan sebagai usaha komersial yang harusditangani lebih serius dan hati-hati.

Oleh karena usaha penangkapan nener dari alam sulit dilakukan sedangkankebutuhan atau permintaan akan nener meningkat maka diharapkan teknikpengelolaan penggelondongan dapat lebih dikembangkan. Salah satu metodadalam penggelondongan nener adalah penggelondongan di petakan tambak.Usaha ini dilakukan dalam petakan tambak yang ukurannya relatif kecil (500 -1.000 m2) atau dengan cara menyekat tambak dengan masa 3 minggu - 1bulan.

Usaha penggelondongan telah banyak berkembang dibeberapa daerah diIndonesia, antara lain di Jawa Timur, Jawa Tenah, Jawa Barat, SulawesiSelatan dan DI Aceh. Untuk itu diupayakan membahas teknik pengelolaanpenggelondongan pada tulisan ini. Tujuan tulisan ini adalah menginformasikankepada petani maupun pengusaha mengenai teknik mengelolapenggelondongan nener yang baik.

Page 27: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1) Mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tataruang, sumber air dan pengairan. Diusahakan tidak begitu jauh dari pantaiagar suhu udara yang ada dapat mendukung keberhasilan usahapemeliharaan benih bandeng. Suhu air pada tambak berkisar antara 30 -330C.

2) Jarak lokasi ideal dari sumber benih/nener maksimal 12 jam. Perjalananselama dalam pengangkutan konsumen tidak melebihi 12 jam.

3) Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kegagalan usahapenggelondongan bandeng adalah persaingan penggunaan lahan antarsesama pengusaha tambak.

4) Sarana transportasi.Kelancaran sarana angkutan terutama jalan, sangat memegang perananpenting dalam usaha penggelondongan nener ini. Oleh sebab itu dipilihlokasi yang sarana lalu lintasnya dapat menjamin mutu nener tetap baik.

5) Jaringan listrik.Sarana yang diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat denganjaringan listrik negara (PLN). Namun untuk usaha penggelondonganbandeng kebutuhan listrik bisa diganti dengan alat-alat lain seperti genset.

3. SISTEM PETAK PENENERAN

1) Petakan untuk nener.

Petakan untuk nener pada umumnya dangkal, luasnya berkisar antara 500 -1.000 m2. Letak petakan nener dekat dengan sumber air tawar maupun airasin.

2) Petakan untuk gelondongan.

Petakan gelondongan mempunyai areal lebih besar (luas) dan lebih dalam(1.000 - 2.000) m2. Hal ini digunakan untuk menampung gelondongan daripetakan peneneran tempat untuk menumbuhkan gelondonan kecil (prefingerling) atau untuk penyimpanan dan menahan gelondongan besar (postfingerling).

Page 28: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Petakan Aklimatisasi.

Petakan untuk aklimatisasi atau yang biasa disebut ipukan/baby boxmerupakan petakan kecil yang terbuat dalam penggelondongan dan bersifathanya sementara. Ipukan ini dibatasi oleh pematang yang relatif kecil(sempit dan rendah) dibangun berdekatan dengan saluran air, agar mutulebih baik dan memudahkan pengelolannya. Ukuran luasnya tergantungkepada banyaknya nener yang akan ditebarkan (stock). Pada musimkemarau temperatur udara dapat naik mencapai 330C, ipukan dapatmenampung 5.000 - 10.000 ekor per m2 selama 3 hari, meskipun dibawahperiode yang relatif tenang.

4) Tempat pengumpulan (tempat untuk panen)

Berupa petakan kecil untuk penangkapan atau kanal yang sempit atautempat untuk mengumpulkan gelondongan dalam waktu singkat. Ikan-ikandikumpulkan ke tempat pengumpulan dengan cara pengaturan aliran air, dariair pada saat pasang atau air dari petakan lain yang telah disiapkansebelumnya.

Aerasi dapat diatur dengan aliran air dari tambak yang berdekatan atau daritambak yang lain, sehingga tidak terjadi efek yang merugikan karenakekurangan oksigen, walaupun di dalam petakan tersebut padat denganikan. Dalam petakan ini ikan-ikan tersebut mudah dijaring dan dipindahkanke petakan yang lain dengan cara mengunakan jaring untuk pemindahangelondongan. Hal ini dipermudah dengan sifat ikan bandeng yang senangmenentang arus.

Gambar 1. Letak Penggelondongan Komersial yang Lengkap.

Page 29: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Keterangan Gambar 1A. Kanal utamaB. Kanal pembagi petakanC. Petak penangkapanD. Petak penggelondongan

5) Pintu dan gorong-gorong.

Petakan untuk nener, gelondongan dan penangkapan (pengumpulan)dilengkapi dengan pintu-pintu atau gorong-gorong, yang dipasang rapi dandiberi saringan. Yang terutama perlu diperhatikan ialah : petakan untuknener jangan sampai kemasukan telur-telur maupun larva predator misalnyakakap, kerapu, belut dan lain sebagainya. Pada pintu perlu dipasangsaringan nylon yang halus atau bahan yang serupa. Bisa juga dipergunakansaringan-saringan yang berbentuk kantong dari nylon yang halus, yangdipasang pada ujung dari gorong-gorong selama persiapan petakan untuknener dan juga selama sepuluh hari pertama setelah penebaran nener.

4. PENGELOLAAN PETAKAN PENGELONDONGAN

1) Persiapan petakan untuk aklimatisasi

Beberapa hari sebelum penebaran nener bandeng, petakan aklimatisasidipersiapkan dengan baik, pematang dilapisi dengan tanah yang lunak,dilengkapi dengan atap yang dibuat dari kisi-kisi bambu. Pada kaki bagiandalam pematang peneneran sebaiknya diberi berm, guna memudahkanpetugas tambak berada atau bertugas lebih dekat dengan perbatasan air.Berm mempunyai 2 (dua) macam kegunaan yaitu merupakan tempat untukpembetulan bocoran-bocoran pada pematang dan menahan longsoran-longsoran tanah dari pematang.

Selanjutnya petakan dikeringkan dan perataan dasar petakan dikerjakandenan kemiringan yang dibuat menuju arah pintu air selama tanah belumkeras (masih basah). Untuk perataan tanah dapat digunakan garu dari kayu,dan dapat juga menggunakan papan yang agak panjang yang didorong olehdua atau tiga orang. Lubang bekas kaki ditutup, sebab kemungkinan dapatdipakai tempat untuk sembunyi ikan-ikan liar atau telurnya yang dapat tahanhidup selama pengeringan pada masa persiapan.

Page 30: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 2. Garu

Keterangan Gambar 2:A. Papan garuB. Tangkai dari kayu atau bambu

2) Kultur makanan alami

Makanan yang paling ideal bibit bandeng dan gelondongan adalah klekap,yakni kumpulan diatome dasar, alga biru, inverterbrata tingkat rendah, 200plankton, juga diperlukan untuk melengkapi nilai gizi makanan.

Gelondongan yang lebih besar dan berukuran panjang 80 mm, sudah dapatmemakan alga hijau benang atau lumut (chaetomorpha sp., Entormorphasp., dan Cladophora sp.).

3) Kultur klekap pada musim kemarau

Musim kemarau merupakan saat yang paling baik dan cocok untukmenumbuhkan klekap sebagai makanan alami. Setelah petakan selesaiperataannya lalu dibiarkan kering sampai tanahnya retak-retak. Waktupengeringannya diperkirakan selama 2 - 3 minggu tergantung pada tenahaslinya.

Keberhasilan atau kegagalan dalam menumbuhkan klekap yang baik danmenahannya agar tetap menempel pada dasar tembak tergantung padaderajat kekeringannya. Pengeringan yang tidak seimbang atau pengeringan

Page 31: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yang kurang sempurna akan menghasilkan klekap yang mudah lepas daritanah dan akhirnya mengambang.

Bilamana terjadi sebaliknya, terlalu lama pengeringannya sehinga lapisanpermukaan tanah kekeringan, maka terjadi suatu kondisi yang sangat tidakmemungkinkan untuk pertumbuhan klekap. Pengeringan dianggap cukupbilamana kandungan air dari lapisan tanah yang tebalnya sekitar 10 cm itukira-kira 18 - 20%. Suatu hal yang praktis untuk mengetahinya ialah denganjalan diatas tanah yang dikeringkan tersebut. Bilamana tanah tersebut cukupkuat menahan orang sehingga hanya turun (tenggelam) sekitar 2 cm, beratbadan orang tersebut maka pengeringan tanah dianggap telah cukup.

Pupuk organik kemudian ditebarkan setelah tanah cukup mengeras.Kwantitasnya tergantung kepada jumlah dari kemerosotan bahan organikdalam tanah tambak yang akan dipupuk. Pada umumnya rata-rata tanahmemerlukan 500 - 1.000 kg bekatul atau bungkil jagung per hektar; 500 -3.000 kg kotoran ternak untuk tiap hektar tambak. Pupuk anorganik segeraditebarkan di tanah tambak, setelah tanah tambak tersebut digenangi airpasang yang baru, sedalam kira-kira 10 cm dan pintu-pintu ditutup sertadiblok dengan tanah untuk menahan air tersebut. Beberapa petani tambakmenggunakan pupuk Urea atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak 50 kgatau 100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petak-petak agar lebihmempercepat proses pembusukkan pupuk organik tersebut.

Air di dalam petakan dibiarkan menguap seluruhnya atau dialirkan keluar bilasudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi seperti keadaanpengeringan pertama sebelum ditebari pupuk organik. Pada akhirnya praktissemua pupuk organik akan membusuk (mengurai).

Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hati-hati, disaring melalui saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkanpada pintu air kira-kira 10 cm dan sekali lagi petakan dipupuk dengan ureasebanyak 45 kg ditambah 45 - 55 kg pupuk TSP untuk tiap hektar. Jikalauklekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, padasaat ini akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak.Selanjutnya sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm danpetakan siap untuk ditebari ikan (nener atau gelondongan bandeng).

4) Kultur klekap pada musim hujan.

Untuk menanggulangi pertumbuhan klekap pada musim hujan agak sulit.Penurunan kadar garam menghalangi pertumbuhan dan kemungkinanpenyebab kerusakan total dari makanan bilamana terjadi perubahanmendadak. Oleh karena itu waktu (saat) yang penting dalammempersiapkan peneneran pada musim hujan. Paling sedikit diperlukanwaktu 1 minggu yang cuacanya baik secara terus menerus jikalau inginmencapai keberhasilan.

Page 32: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Petakan dikeringkan, diratakan dan dibiarkan paling sedikit 3 hari, kemudianair dimasukkan dan dipupuk dengan pupuk organik yang kuantitasnya samadengan yang biasa digunakan pada pemupukan anorganis yang kedua dimusim kemarau. Pada saat itu juga ditambahkan bekatul sebanyak 200kg/Ha.

Perlu diketahui klekap yang tumbuh pada musim hujan ini tidak sebanyakyang tumbuh di musim kemarau dan cenderung mudah lepas dari tanahdasar petakan yang kemudian mengapung, yang akhirnya mengelompok disisi-sisi petakan akibat dihembus oleh angin. Dalam hal demikian, klekaptidak dapat dimanfaatkan oleh ikan yang dipelihara.

5) Kultur plankton

Disini harus kita perhatikan upaya untuk menumbuhkan plankton agarmencapai hasil yang memuaskan (sukses) diperlukan air yang dalam sertarendah kadar garamnya, terutama selama musim hujan.

Mula-mula petakan dikerjakan dan dibiarkan untuk 2 - 3 hari, kemudiansegera diisi (digenangi) dengan air pasang yang baru. Pupuk organik yangdiberikan harus cukup yang biasanya terdiri dari kombinasi antara Urea atauAmonium sulfate (ZA) sebagai N (nitrogen) dan Superfosfate (TSP) sebagaisumber P2O5 (fosfate) ditambah bekatul yang digunakan untuk membuat airmenjadi hijau warnanya, yang sebagian besarnya adalah phytoplankton.

Pada umumnya petani tambak memulai dengan dosis 6 gram N, 6 - 9 gramP2O5 dan 50 - 100 gram bekatul untuk setiap m3 air yang kemudian dinaikkandosisnya sampai didapatkan hasil yang diinginkan. Blooming phytoplanktonakan terjadi dalam 48 jam pada cuaca yang memungkinkan. Petakan siapditebari ikan jikalau suatu obyek yang putih berada dalam air hilang (lenyap)dari pandangan pada kedalaman kurang lebih 30 cm.

5. PENEBARAN (PENANAMAN, STOCKING)

1) Persiapan petakan untuk aklimatisasi (ipukan).

Petakan untuk aklimatisasi (ipukan) perlu dibuat, atau bila telah ada perludisiapkan dengan baik. Pematangnya diplester (dilapisi) dengan tanah yanglunak dan sekalian menutupi bocoran-bocoran. Atap diperlukan yangbiasanya dibuat dari kisi-kisi bambu (kere) untuk memberikan kesejukan kitadapat memanfaatkan cabang-cabang dari pohon api-api yang baru dipotong,seperti daun kelapa, daun nipah diletakkan di aasnya sebagai atap (dapatdigunakan daun nipah atau daun kelapa yang dibuat khusus untuk atap).Ada juga yang ditancapkan pada keliling ipukan dapat, agar memberikan

Page 33: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

suasana kesejukan. Dengan cara demikian ipukan tidak menerima sinarmatahari lansung dan suhu menjadi rendah di dalamnya.

Untuk mengantisipasi adanya hujan turun, atap perlu dilapisi atau ditutupdengan plastik (polyethelene sheet). Bila ipukan dibuat dengan 1 ataudengan 2 pematang dari petakan sebagai sisinya, perlu adanya kanal(saluran kecil) sepanjang berm untuk mengalirkan air hujan terutama daripematang petakan agar masuk ke petakan besar dan tidak masuk ke ipukan.Semua pematang ipukan ditutupi dengan lembaran plastik. Air hujanterutama yang mengalir dari pematang petakan dan masuk ke dalam ipukandapat menyebabkan kematian nener yang disimpan di ipukan dalamkeadaan padat.

Pada saat yang singkat sebelum nener datang semua air di dalam ipukandikuras keluar. Air tawar secukupnya dapat juga air sumur atau dari mata airyang lain diisikan pada ipukan pelan-pelan, selanjutnya air dipasang yangbaru dilewatkan melalui saringan yang halus ditambahkan sampai kadargaram mencapai 15 - 20 ppt. Air dibiarkan jernih, sedimen dibiarkanmengendap dahulu dan semua kotoran-kotoran yang mengambang dibuang(bisa juga diambili).

Gambar 3.

2) Penebaran Nener

Nener dibawa ke tambak dengan kantong plastik dan diberi oksigen.Biasanya pada pengangkutan nener digunakan air yang kadar garamnyaantara 15 - 20 ppt. Hal inilah yang mengharuskan ipukan diisi air tawar agar

Page 34: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kadar garam sesuai dengan air untuk pengangkutan nener. Pelepasannener biasanya dilaksanakan pada pagi atau sore hari, pada saat suhu udararelatif lebih dingin (sejuk). Untuk mempermudah dalam aklimatisasi nenerterhadap suhu air maka kantong plastik dibiarkan mengambang di dalamipukan untuk satu atau dua jam lamanya sebelum dilepaskan. Dan di dalampetakan penggelondongan diusahakan untuk kepadatan penebaran antara40 - 50 ekor per m2.

Pelepasan nener secara langsung ke ipukan dapat juga dilakukan, akantetapi lebih aman kalau hal tersebut tidak dilakukan. Mula-mula nenerbersama airnya dituangkan ke dalam baskom plastik kemudian air dariipukan ditambahkan ke baskom sedikit demi sedikit sampai kira-kira samadenan kondisinya dengan air ipukan itu sendiri. Setelah itu baskom secarapelan-pelan dimiringkan dan dibiarkan nener itu berenang keluar. Padapermukaan kolam nener akan berenang-renang di dekat permukaan airtetapi setelah beradaptasi dan merasa segar lagi, mereka mulai makanBenthic algae yang tipis di dasar. Untuk adaptasi nener sepenuhnya dalamipukan diperlukan waktu sekitar 12 jam.

Nener yang lemah kondisinya akan memerlukan waktu lebih lama untukadaptasi dan berenang-berenang di dekat permukaan air dalam ipukan.

Jika nener telah tampak aktif bergerak dan makan, maka pematang ipukandapat dipotong sedikit dan disisipkan saringan dengan bahan yang halusditempat tersebut. Pematang yang dipotong ini dipergunakan untukmemudahkan pertukaran air di dalam maupun di luar ipukan ( biasanyakadar garam air di luar ipukan lebih dari 40 ppt) dan dalam sekitar 12 jamsesudahnya, kadar garam akan sama atau yang di dalam ipukan akan lebihrendah sedikit dari pada garam di petakan luar ( di luar ipukan).

Bilamana nener tampak mulai berkumpul disekitar saringan atau berenang-renang menentang arus yang melewati saringan, hal ini menunjukkan bahwanener ini telah cukup aklimatisasi terhadap kondisi garam dari petakan untuknener. Saringan telah dapat diambil dan nener dibiarkan berenang keluar.Hal ini dikerjakan pada pagi hari atau sore hari ketika air di petakan rendahsuhunya.

Page 35: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 4.

Ipukan tidak diperlukan di saat musim hujan bila kadar garam di petakantelah menjadi rendah. Nener dapat dilepaskan langsung ke dalam airsetelah cukup aklimatisasi di dalam baskom. Jikalau Nener Payus (Elopssp.) belum terambil (belum diseleksi), nener hendaknya dilepaskan dalamhappa nylon (dengan ukuran mata jaring : 5 - 6 tiap cm) yang dipasangdalam petakan. Nener Bandeng dapat lolos ke luar sedang di dalam happatertinggal Payus serta nener Bandeng yang agak besar sedikit ukurannyadari mata happa nylon.

3) Pengaturan Air

Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukanpenggantian air. Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perluadanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar, akan tetapidapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukandengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yangbaru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harusdilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.

Petakan untuk Nener mempunyai dasar yang lebih tinggi dan rata biladibandingakn dengan petakan-petakan yang lain. Oleh karena itu perluadanya tindakan bila masih terjadi bocoran-bocoran pada waktupemasukkan air di saat pasang terakhir. Pilihan lain ialah perlu menyediakanpompa air untuk pasang yang rendah bila tidak dapat mencapai petakpeneneran.

Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Olehkarena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan

Page 36: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutamauntuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air.Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yangrendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat.

4) Pakan

Pemberian makanan tambahan mengakibatkan bertambahnya input. Hal inihanya diberikan (dilaksanakan) jika makanan alami habis dan tidak adatempat yang layak atau yang siap untuk dipergunakan. Pengusahagelondongan bandeng melaksanakan penimbunan (penahanan)gelondongan dengan memberikan makanan tambahan, karena itupengusaha tersebut berani menggunakan padat penebaran yang tinggi padatambaknya.

Beberapa macam mkanan tambahan yang sering digunakan ialah :a. Katul yang halus hasil sisa penggilingan padi yang baru berbentuk tepung

atau dijadikan pellet.b. Tepung gandum (terigu), berbentuk tepung atau dijadikan pellet.c. Bungkil jagung (bungkil dari lembaga jagung), berbentuk tepung atau

dijadikan pellet.d. Bungkil kacang tanah, berbentuk tepung atau dijadikan pellet.e. Bungkil kelapa berbentuk tepung atau dijadikan pellet.f. Roti yang basi atau telah lama.g. Kotoran kandang ternak atau lebih baik kotoran ayam.

Penambahan makanan sebaiknya habis dimakan dalam jangka waktu duasampai tiga jam. Bilamana tidak maka air akan mengalami pencemaran.Setidak-tidaknya makanan diberikan tiga kali setiap hari atau cukup dua kali(pagi dan sore hari). Makanan dapat diberikan dengan cara ditaburkan atauditempelkan pada suatu tempat tertentu yang berada di dalam kolam (dipetakan).

Kondisi gelondongan yang kurang baik (kurus) perlu diperbaiki sebagaipersiapan untuk pemindahannya ke tambak lain. Gelondongan yang kurusmudah sekali mengalami tekanan. Sisiknya mudah lepas walupundiperlakukan biasa saja dan tempat yang tidak bersisik akan mudahmengalami infeksi dari bakteri dan jamur.

6. HAMBATAN PENGELOLAAN

Dalam usaha pengelolaan tambak sering dijumpai hal-hal yang menghambatkelancaran usaha, di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Kondisi nener yang jelek pada saat penebaran.

Page 37: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pedagang nener biasanya menampung dalam kondisi yang sangat padatsambil menunggu pembeli. Selama musim nener, pedagang nenermengumpulkan hasil penangkapan tiap hari kemudian ditampung dandikumpulkan sampai cukup banyak jumlahnya untuk memenuhi pesanan daripembeli yang datang pertama. Sering pula terjadi bahwa nener tidak diberimakan untuk beberapa hari, yang mengakibatkan lapar dan lemahmenyebabkan kondisi nener menjadi lamban geraknya dan mudah mendapattekanan (stress) waktu dalam penghitungan.

Bila diangkut dalam kondisi yang berjejal dalam kantong plastik, suhu tinggi,terjadi pertukaran zat-zat dalam tubuhnya, eksresi, tekanan oksigen danjalanan yang kasar dapat menambah kelelahan nener. Banyaknyaperlakuan di tambak dapat menambah makin lelah dan memberatkan situasidan tidak tahan terhadap kondisi dalam petakan yang sedikit kurang baik.

2) Aklimatisasi yang kurang cukup.

Dalam melepaskan nener ke petak peneneran diperlukan waktu yang cukupuntuk aklimatisasi, sehingga nener dapat menyesuaikan diri terhadapkeadaan atau kondisi lingkungan.

Penggantian air secara mendadak dengan perbedaan kadar garam atausuhu yang besar dapat mengakibatkan yang kurang baik. Nener tidak cukupwaktu untuk menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap kondisi lingkungan danakhirnya menjadi lemah, bahkan dapat menyebabkan kematian.

3) Bocoran-bocoran.

Sifat naluri yang senang menentang arus air menyebabkan nener mudahlolos melalui bocoran yang ada di pematang. Dasar pintu saringan-saringandan papan-papan penutup pintu yang tidak betul pemasangannyamemungkinkan nener dan gelondongan kecil dapat lolos ke luar. Haltersebut memungkinkan pula masuknya ikan-ikan buas yang masih kecilyang akhirnya dapat memangsa nener dalam petakan.

4) Terjerat

Alga benang, klekap yang lebar-lebar dan lepa dari dasar tambak, kantong-kantong telur dari cacing-cacing Polychaeta merupakan benda-benda yangdapat menyebabkan nener di tambak terjerat. Nener terjerat (terbelit) olehalga benang atau terjebak dalam gelembung telur-telur Polychaeta. Padapetakan yang dangkal, selapis klekap yang lebar tiba-tiba mengambang kepermukaan akibat terkumpulnya gelembung-gelembung oksigen dari hasilasimilasi komponen tumbuh-tumbuhan dapat menyebabkan nener yangsedang makan atau berenang di atasnya ikut terangkat ke permukaan danakhirnya akan mati karenan terdampar tidak dapat kembali ke air.

Page 38: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Keracunan

Oleh karena petakan untuk nener umumnya berukuran kecil, maka mudahmengalami kontaminasi unsur-unsur yang beracun yang bersama air ataudari sumber lain. Kematian secara besar-besaran kadang-kadang terjadi ditambak yang mengalami air dari sungai yang mengalirkan sisaa-sisa daripabrik (sampah industri) dibuang. Hal tersebut juga sering terjadi padadaerah-daerah yang dekat dengan daerah pertanian, terutama daerah sawahyang sering menebari pestisida (untuk pemberantasan hama).

Kadang-kadang pematang tambak sendiri dapat menjadi asal (sumber)material yang mempunyai daya racun yang tinggi. Banyak contoh kematiantotal yang terjadi di peneneran begitu selesai hujan pertama yang lebatsetelah musim kemarau yang panjang. Kasus demikian juga sering terjadi ditambak-tambak yang beru dibangun dari daerah rawa-rawa yang banyakpohon bakaunya (mangrove).

Pematang dibuat dari tanah-tanah yang terdiri dari banyak akar-akaran yangmembusuk dan terkumpul bahan organik yang mengandung unsur racunasam humus dan asam Sulfida (H2S) di lereng di atas pematang tersebutdigambarkan sebagai hasil penguapan dari pematang yang banyakmengandung air (kadar air yang tinggi).

Senyawaan belerang dapat pula terbentuk dari pembusukkan akar yangtampak di pematang-pematang. Tetesan air hujan mencucinya danmembawanya masuk ke tambak karena terbatasnya areal di peneneran,unsur yang dikehendaki tersebut segera menyebar sehingga menyebabkannener maupun gelondongan banyak yang mati karena keracunan.

6) Penanganan yang salah.

Pengeringan yang mendadak disebabkan penutupan pintu kurang sempurnaadalah yang sering menyebabkan banyak nener dan gelondongan yanghilang atau mati. Saringan-saringan yang rusak, yang robek atau kesalahandalam pemasangannya adalah faktor penyebab hilangnya nener pula. Sifatmasa bodoh dari manusia (penjaga) tidak dapat dianggap sepi begitu saja.Penjaga yang sangat lelah kadang-kadang mudah (cepat) jatuh tertidur,sedang periode pengeringan atau pengisian peneneran berlangsung padamalam hari di saat terjadi surut yang rendah atau pasang yang tinggi, karenatertidur maka penjaga tidak dapat mengontrol keadaan deangan baik, yangmengakibatkan lingkungan pematang yang rusak.

Page 39: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. ANALISA USAHA PENGGELONDONGAN BANDENG

Dalam pemeliharaan nener bandeng untuk gelondongan diperlukan waktupemeliharaan selama lebih dari 21 hari, pada usia tersebut ukuran telahmencapai gelondongan yaitu panjang 2 - 3 cm dan berat rata-rata 2 - 3 gram.Dengan kepadatan tebar 40 - 50 ekor/m2 @ Rp.50,- per ekor makakelangsungan hidup nener untuk mencapai gelondongan adalah 75% - 90%.Harga jual perekor untuk ukuran gelondongan tersebut adalah Rp. 100,-.Usaha penggelondongan tersebut dapat dilaksanakan di tambak luas 0,5 HA (4petakan). Dalam satu tahun diperhitungkan dapat memelihara bandengtersebut sebanyak 6 periode selanjutnya pada tebar 200.000 ekor dengan SR80%.

Hal inilah yang dapat memberikan harapan untuk dikembang usahakan sebagaisalah satu komoditas dalam agribisnis. Sebagai gambaran tentang analisiskeuntungan dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

1) Biaya Investasi

No Penjelasan Jumlah (Rp)1. Sewa 0,5 HA Tanah Tambak @ Rp. 500.000,- 250.000,-2. Perbaikan Konstruksi Tambak (4 petak) 800.000,-3. Pintu Air Empat Buah @ Rp. 125.000,- 500.000,-4. Pompa Air Diesel 4'', 1 unit (Tahan 4 tahun) 2.000.000,-5. Alat Panen, 1 set 500.000,-

Jumlah 4.050.000,-

2) Biaya Operasional

a. Biaya Tidak Tetap

No Uraian Jumlah (Rp)1. Persiapan Tambak 300.000,-2. Nener 200.000 ekor @ Rp. 50,- 10.000.000,-3. Kapur 1.000 kg @ Rp. 100,- 100.000,-4. Saponin 100 kg @ Rp. 1.000,- 100.000,-5. Pupuk Urea dan TSP 100 kg @ Rp. 400,- 40.000,-6. Pupuk Kandang 500 kg @ Rp. 100,- 50.000,-7. Pakan Buatan 400 kg @ Rp. 800,- 320.000,-8. Upah Penan dan buruh 300.000,-9. Eksploitasi pompa air 50.000,-

Total 1 periodeTotal 1 tahun, 6 kali pemeliharaan

11.260.000,-67.560.000,-

Page 40: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Biaya Tetap

No Uraian Biaya (Rp)1.2.

3.4.

Upah tenaga tetap: 1 or, 1 th :12 x Rp. 150.000,-Bunga 1 tahun :Investasi 12 x 2% x Rp. 4.050.000,-Modal kerja 12 x 2% x Rp. 11.260.000Penyusutan (pompa) 1 tahunPerawatan peralatan 1 tahun

1.800.000,-

972.000,-2.702.000,-

500.000,-200.000,-

Total 1 tahun 6.174.000,-

Total biaya tetap per musim Rp. 6.174.000,-/6 =Rp. 1.029.000,-

c. Total biaya operasional setahun (a + b) Rp. 73.734.000,-

Produksi dan hasil Penjualan (6 kali pemeliharaan).

Produksi Gelondongan

PeriodePemeliharaan

n

Padat tebar(Ekor)

AngkaKehidupan

(%)

Produksi(Ekor)

1. 160.000 75 120.0002. 160.000 75 120.0003. 200.000 75 150.0004. 200.000 80 160.0005. 200.000 80 160.0006. 200.000 80 160.000

Total 1 Tahun 1.120.000 870.000

Pendapatan

ProduksiPer periode

Harga jualPer periode

(Rp)

BiayaPer periode

(Rp)

Pendapatan(Rp)

I : 120.000 12.000.000,- 12.289.000,- - 289.000,-II : 120.000 12.000.000,- 12.289.000,- - 289.000,-III : 150.000 15.000.000,- 12.289.000,- + 2.711.000,-IV : 160.000 16.000.000,- 12.289.000,- + 3.711.000,-V : 160.000 16.000.000,- 12.289.000,- + 3.711.000,-VI : 160.000 16.000.000,- 12.289.000,- + 3.711.000,-

Total 1 Tahun 87.000.000,- 73.734.000,- 13.266.000,-

Page 41: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. DAFTAR PUSTAKA

1) Lopez, Juan V., 1975. Bangos Nursery Operation in the Philippines. BFAR,Intramuros, Manila (Mimeo, ZIPP).

2) Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1979. "TeknikPengelolaan Peneneran Bandeng".

3) Balai Budidaya Air Payau, Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. "KumpulanPaper Materi Latihan Pembenihan Bandeng Skala Rumah Tangga".

4) Djajadiredja, R., dan Sutarjo, 1967. Intensifikasi Pemeliharaan NenerGelondongan. Salah Satu Usaha Mengatasi Kekurangan Benih, LaporanNo, 28, Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Bogor, 1967.

5) Soesono S., 1988. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak, 1988. PT.Gramedia.

6) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan Jakarta, 1993. "Pedoman Teknis PembenihanIkan Bandeng".

9. SUMBER

Teknik Pengelolaan Penggelondongan Bandeng, Direktorat Bina Pembenihan,Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996

10. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 42: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN IKAN BERONANG(Siganus spp)

1. PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Ikan baronang adalah salah satu jenis komoditas yang potensial untukdikembangkan mengingat harganya yang cukup mahal. Saat ini sudahbanyak masyarakat yang membudidaya-kannya dengan menggunakan benihdari alam. Sejak tahun 1988 ikan baronang sudah dapat dibenihkan denganberbagai upaya baik secara alami maupun penggunaan hormon danstripping.

2) Persyaratan Lokasi

a. Sumber air laut bersih dan jernih sepanjang tahun.b. Bebas dari pencemaran.c. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.d. Dekat dengan lokasi pemasaran/pemasok induk

2. TEKNIK PEMBENIHAN

1) Bahan

a. Induk ikan jantan dan betina perbandingannya 1 : 1.b. Bak pemijahan.

Page 43: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Bak penetasan.d. Bak pemeliharaan larva.

2) Seleksi Induk

Induk yang matang telur hasil pembesaran dalam kurungan apungdipindahkan ke dalam bak-bak pemijahan dengan volume air + 3 m3.

3) Metoda Pemijahan

Metoda yang digunakan adalah pemijahan alami, pemijahan denganrangsangan rangsangan hormon dan pemijahan dengan stripping.

a. Pemijahan alamiInduk ikan baronang umumnya memijah pada bulan gelap, waktu memijahsekitar petang menjelang malam atau dinihari menjelang subuh. Ikanbaronang memijah umumnya pada bulan Pebruari s/d September.

b. Pemijahan dengan hormonInduk ikan yang sudah matang telur dirangsang untuk memijah dengansuntikan hormon gonadotropin. Induk betina disuntik dengan 500 MU daninduk jantan disuntik dengan 250 MU (mouse unit). Biasanya setelah 6 -8jam ikan akan memijah.

c. Pemijahan dengan strippingStripping dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kering dan carabasah.

c.1. Cara keringSel telur hasil stripping dari induk betina dicampur dengan spermajantan, pencampuran dilakukan dengan bulu ayam/bulu bebek,kemudian dibiarkan selama + 10 menit. Setelah itu dicuci dengan airlaut yang telah disaring dan disterilisasi, baru telur dipindahkan ke bakpenetasan.

c.2. Cara basahSel telur dan sperma hasil stripping dicampur dalam air laut yang telahdisterilisasi dan dibiarkan selama + 10 menit, kemudian dicuci dandipindahkan ke dalam bak penetasan.

Page 44: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 1. Pemijahan

4) Penetasan Telur

a. PersiapanBak penetasan disiapkan dengan dibersihkan menggunakan bahan kimiachlorin dengan dosis 200 ppm. Kualitas air seperti oksigen, pH, salintas,suhu, kecerahan, kandungan gas dan logam berat harus dijaga agar tidakmelebihi batas ambangnya.

b. PenetasanTelur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 22 - 24 jam pada suhu air26 - 280 C. Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam ke dasar bak.

5) Pemeliharaan Larva

Larva yang dirawat dengan seksama terutama sesudah kuning telurnyahabis. Pada tahap ini larva diberi pakan hidup alami berupa chlorella sp,rotifera dan daging ikan yang dicincang.

A. Pengambilan Sperma

B. Pengambilan telurdengan cara stripping

C. Pencampuran spermadan telur

D. Diaduk dengan buluayam/bebek

E. Pencucian telur

F. Pencucian dengan airmengalir dalam planktonnet

Page 45: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan secarabersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai denganperkembangan larva.

Hari keJenis Pakan10 20 30 40

- Larva bivalvia- Rotifera- Nauplii artemia- Copepoda (Tigropus sp)- Daging cincang- Daging/udang/ikan

6) Pengelolaan Kualitas Air

Air laut untuk pemeliharaan larva adalah air laut yang sudah mengalamibeberapa saringan, pertama melalui saringan pasir kemudian saringanmillipore yang berdiameter 10 dan 15 mikron.

Pembersihan tangki harus dilakukan secara periodik dengan menggunakansiphon (pipa plastik), larva telah berumur antara 7 - 20 hari, dasar tangkiharus dibersihkan setiap 2 hari sekali, bila larva berumur di atas 21 haripembersihan dasar tangki dilakukan setiap hari.

3. SUMBER

Booklet Jenis-Jenis Komoditi Laut Ekonomis Penting Pada Usaha Pembenihan,Direktorat Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta,1996

4. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 46: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH(Lates Calcarifer)

1. PENDAHULUAN

Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyakdisukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatanpermintaan akan jenis ikan ini harus segera diimbangi dengan upaya budidaya.Salah satu faktor yang cukup penting dalam melaksanakan budidaya adalah"benih ikan". Ketersediaan benih dalam kualitas yang baik dan dengankuantitas yang cukup akan membawa kegiatan budidaya kakap putih berhasil.

2. TEKNIK PEMBENIHAN

Rancang bangun rencana pembenihan kakap putih dibuat sedemikian rupa,sehingga semua fasilitas dan perlengkapan harus ditempatkan dengan tepatuntuk menunjang kelancaran kegiatan. Fasilitas yang diperlukan untukpembenihan kakap putih antara lain: kurungan apung untuk pemeliharaaninduk, bak pemijahan, bak penetasan telur, bak pemeliharaan larva, bak kulturpakan alami/plankton dan penetasan artemia, bak penampungan air tawar/laut,pompa dan blower beserta instalasinya serta sumber listrik.

Page 47: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. METODA

Pemijahan induk kakap putih matang kelamin dapat dilakukan dengan 2 (dua)metoda, yaitu:

1) Rangsangan Hormonal

Pemijahan dengan rangasangan hormonal dilakukan denga penyuntikanhormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan Puberogen. Penyuntikandilakukan secara intra muscular sebanyak 2 kali dengan selang waktu antarapenyuntikan pertama dan kedua 24 jam. Takaran hormon yang dipergunakanadalah:a. Penyuntikan I : 250 IU HCG + 50 RU Puberogen/kg indukb. Penyuntikan II : 500 IU HCG + 100 RU Puberogen/kg induk

2) Manipulasi Lingkungan

Pemijahan ini dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan di bakpemeliharaan, sehingga seolah-olah mirip di alam. Perlakuan manipulasilingkungan yang diterapkan berupa penurunan dan penaikan kedalaman airyang berakibat pula terhadap perubahan suhu dan kadar garam. Pemijahanumumnya dilakukan menurut siklus peredaran bulan, yaitu pada waktu bulangelap atau bulan purnama. Perubahan-perubahan ini akan merangsangterjadinya pemijahan. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, antarapukul 19.00 - 20.00 WIB.

4. PEMILIHAN INDUK MATANG KELAMIN

Induk kakap putih yang berukuran 3 - 4,5 kg/ekor dipelihara dalam kurunganapung di laut untuk pematangan kelamin. Pakan yang diberikan berupa ikanrucah segar dengan kandungan protein tinggi dan lemah rendah, disamping itudiberikan pula vitamin E.

Penentuan kematangan kelamin induk jantan dilakukan dengan pengurutanbagian perut ikan. Induk jantan yang telah matang kelamin akan mengeluarkansperma berwarna putih dan tidak encer.

Penentuan kematangan kelamin induk betina denga mengambil contoh telursecara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik bergaris tengah + 1,2 mm kedalam saluran telur pada kedalaman 6 - 7 cm. Telur yang telah matangumumnya bergaris tengah 0,45 - 0,65 mm, bentuknya sperical dan tidak salingmenempel (terurai).

Page 48: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. PENETASAN TELUR

Telur hasil pemijahan diseleksi; telur yang dibuahi dan berkualitas baik akanmengapung dipermukaan air. Sebelum diteteskan, telur perlu direndam dalamlarutan Acriflavine 5 ppm selama 1 menit sebagai sebagai desinfektan.

Telur ditetaskan di bak penetasan yang sekaligus menjadi bak pemeliharaanlarva dengan padat penebaran 60.000 - 100.000 butir/m3; kadar garam 28 - 30ppt dan suhu air 26 - 280C. Pada kondisi seperti ini, telur akan menetas dalamwaktu 17 - 18 jam dengan tingkat penetasan telur berkisar 80 - 90%.

6. PEMELIHARAAN LARVA

a. Padat Penebaran

Padat penebaran larva kakap putih tergantung dari umur larva (tabel 1).

Tabel 1. Padat Penebaran Larva Kakap Putih

No. Umur larva Minggu ke- Padat Penebaran (ekor/m3)1 I 60.000 - 100.0002 II 35.000 - 40.0003 III 15.000 - 20.0004 IV 6.000 - 10.000

2) Pakan

Jenis dan jumlah pakan yang diberikan untuk larva kakap putih disesuaikandengan umur larva (gambar 1).

Gambar 1. Skema Pemberian Jenis Pakan Larva Kakap Putih

Page 49: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pengolahan Kualitas Air

Pengolahan air di bak pemeliharaan larva dilakukan dengan carapenggantian air setiap hari, diusahakan kadar garam dan suhu air berkisarantara 28 - 30 ppt dan 26 - 280C. Banyaknya air yang diganti disesuaikandengan umur larva (gambar 2).

Gambar 2. Skema penggantian air di bak pemeliharaan larva kakap

4) Penggolongan Ukuran

Penggolongan ukuran harus dilakukan untuk menghindari pemasangansesama larva akibat pertumbuhan yang tidak seragam. Penggolonganukuran dilkukan bilamana larva telah berumur 20 hari dan penggolonganukuran berikutnya dilakukan setiap 7 hari sekali.

7. PANEN BENIH

Benih kakap putih dapat dipanen setelah berumur 30 - 45 hari untuk dilakukanpendederan (nursery) sebelum dipelilhara ditempat pembesaran. Pendederandapat dilakukan di kolam air laut maupun dengan kurungan apung di laut.

8. SUMBER

Booklet Jenis-jenis Komoditi Laut: Ekonomis Penting Pada Usaha Pembenihan,Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta, 1996

Page 50: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 51: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH(Lates calcariver, Bloch)SKALA RUMAH TANGGA

(HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga)

1. PENDAHULUAN

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan jenis ikan yangmempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsidalam negeri maupun luar negeri. Pada mulanya produksi kakap putihdiperoleh dari hasil sampingan dari budidaya di tambak, namun sekarang ikanini sudah khusus dibudidayakan pada kurungan apung di laut. Dewasa ini diBengkalis dan sekitarnya (kepulauan Riau) sudah berkembang dengan luasareal potensial sebesar 340 Ha.

Permasalahan utama dalam budidaya adalah terbatasnya benih yang tersediabaik dalam jumlah dan mutu secara terus menerus dan berkesinambungan.Sebagai gambaran di muara sungai Batam (Kabupaten Bengkalis - Kep. Riau)terdapat kurungan apung sebanyak 550 unit, setiap unit ditebarkan 1.000 ekorbenih ukuran gelondongan sehingga dibutuhkan 550.000 ekor benih ukurangelondongan atau 2.750.000 ekor benih umur D30. Dengan menggantungkanbenih dari alam tentu saja tidak memadai karena jumlah yang didapat sangatterbatas, tingkat keseragamannya rendah dan kontinuitasnya tidak terjamin.Pembenihan kakap putih skala besar yang dikelola oleh swasta sampai saat inibelum ada, maka dari itu pembenihan kakap putih skala rumah tangga (HSRT-Hatchery-Skala Rumah Tangga) perlu dikembangkan karena mempunyaiprospek yang cerah.

Pada prinsipnya HSRT udang dapat dikembangkan menjadi HSRT kakap putihmengingat sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pembenihan kakapputih tidak jauh berbeda dengan pembenihan udang. Dengan demikian apabiladilakukan diversifikasi usaha untuk perkembangan dan kesinambungan

Page 52: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

budidaya komoditas yang bersangkutan juga untuk memberi keluwesanberusaha sehingga modal yang sudah ditanam dapat terus berputar.

2. KRITERIA

Kriteria HSRT kakap putih yaitu :

1) Sebagai uasaha sampingan keluarga dengan memanfaatkan rumah menjadilokasi usaha dan anggota keluarga sebagai tenaga pelaksana (pekerja).

2) Peralatan yang digunakan mencerminkan kesederhanaan sehinggamemberikan kesan mudah diikuti baik dari segi investasi maupunoperasional.

3) Dalam operasionalnya dilakukan sedemikian rupa sehingga penggunaanpompa air laut seminimal mungkin, sehingga dapat menghemat penggunaanlistrik yang pada gilirannya dapat menekan ongkos produksi.

4) Melaksanakan kegiatan usaha yang terbatas mesalnya pemeliharaan larvadari telur hingga D20 s/d D25 atau D1/D2 hingga D20/D25.

5) Melaksanakan investasi relatif kecil sehingga mudah diikuti oleh masyarakatluas.

6) Dengan kesederhanaan sarananya, sebagian input produksinya seperti telurkakap putih, algae (fitoplankton) dan ritefer (zooplankton) bergantung padapembenihan lain.

7) Jumlah unit bak pemeliharaan larva per kepala keluarga disarankan lebihkecil atau sama dengan tiga buah. Karena semakin besar jumlah baksemakin banyak konsentrasi terpecah dan harus semakin lengkap saranayang dibutuhkan. Ukuran bak disesuaikan dengan kemampuan dan luaslahan, disarankan ukuran bak minimal 10 m3.

3. MANFAAT

Usaha pembenihan kakap putih skala rumah tangga diharapkan dapatmemberikan manfaat antara lain :

1) Membantu memecahkan kesulitan petani kurung apung yang selalukekurangan benih pada waktu musim tanam.

Page 53: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Menyediakan kakap putih dengan harga yang lebih rendah dengan kualitasyang baik sehingga meningkatkan daya saing kakap putih Indonesia dipasaran internasional.

3) Memanfaatkan tanah pekarangan sekaligus meningkatkan pendapatankeluarga, terutama yang bertempat tingga di daerah pantai.

4) Menciptakan lapangan kerja.

5) Mendukung program nasional "Meningkatkan Ekspor Non Migas" melauipengadaan salah satu komponen produksi dalam sistim budidaya kakapputih.

6) Membantu penyediaan benih untuk petani ikan di kurung apung denganmemberikan kesempatan dan mendidik mereka untuk menghasilkan benihsendiri.

4. PERSYARATAN LOKASI

Keberhasilan dalam operasional pembenihan kakap putih sangat tergantungpada lokasi yang tepat, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukanpemilihan lokasi adalah sebagai berikut :

1) Sumber Air LautSumber air laut yang dipergunakan untuk pembenihan harus bersih danjernih sepanjang tahun, perubahan salinitas relatif kecil. Lokasi yang sesuaibiasanya di teluk yang terlindung dari gelombang/arus kuat dan terletak dilingkungan pantai yang berkarang dan berpasir. Lokasi juga harus jauh daribuangan sampah pertanian dan industri. Persyaratan teknis kimia dan fisikayang memenuhi syarat adalah sebagai berikut :- Salinitas : 28 - 35- pH : 7,8 - 8,3- Alkalinitas : 33 - 60 ppm- Bahan organik : < 10 ppm- Amoniak : < 2 ppm- Nitrit : < 1 ppm- Suhu : 30 - 330C- Kejernihan : maksimum

2) KemudahanLokasi harus terletak pada jarak kurang dari 3 jam perjalanan dari lokasiinduk matang telur, 12 jam dari lokasi pemasok telur/larva D1 dan tidak lebihdari 12 jam perjalanan ke lokasi pemasaran.

Page 54: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Sumber Air TawarAir tawar dibutuhkan untuk menurunkan salinitas air laut yang diperlukansesuai dengan kebutuhan. Selain itu air tawar juga digunakan untukmencuci bak dan peralatan pembenihan lainnya agar tidak mudah berkarat.

4) Sumber ListrikPembenihan tidak dapat dioprasikan tanpa listrik. Listrik sangat pentingsebagai sumber tenaga untuk menjalankan peralatan pembenihan sepertiblower, pompa air dan sistim penunjang lainnya. Pemasangan generatormutlak diperlukan terutama untuk daerah yang sering tejadi pemadamanaliran listrik.

5) TopographyLokasi pembenihan harus terletak pada daerah bebas banjir, ombak danpasang laut. Lokasi tersebut juga harus terdiri dari tanah yangpadat/kompak. Walaupun pembenihan skala rumah tangga secarakeseluruhan berskala kecil, namun bak pemeliharaan larva tetap bertonasebesar sehingga tanah dasar haruslah dipilih yang cukup stabil, misalnyamenghindari bekas timbunan sampah agar kekuatan bak terjamin.

5. FASILITAS DAN DISAIN HSRT KAKAP PUTIH

1) Fasilitas

Fasilitas yang diperlukan dalam unit pembenihan kakap putih skala kecilcukup sederhana yaitu pompa, bak penampungan air tawar dan air laut, bakpakan alami, bak pemeliharaan larva dan bak penetasan artemia,aerator/blower dan perlengkapannya serta peralatan lapangan sebagaipenunjangnya.

a. Pompa

Pompa diperlukan untuk mendapatkan air laut maupun air tawar. Apabilaair laut relatif bersih dapat langsung dipompakan ke bak penyaringan dandisimpan dalam bak penampungan air.

Jika sumber air laut relatif keruh dan banyak mengandung partikel lumpur,maka air laut di sedimentasikan dalam bak pengendapan, selanjutnyabagian permukaan air yang relatif jernih di pompa ke bak penyairngan,spesifikasi pomapa hendaknya dipilih dengan baik karena ukuran pompatergantung pada jumlah air yang diperlukan persatuan waktu, disarankanuntuk HSRT dengan kapasitas 3 bak pemeliharaan larva masing-masingdengan kapasitas 10 m3 air, ukuran pompa 1,5 inci.

Page 55: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut

Bak penampungan air dibangun pada ketinggian sedemikian rupasehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dansarana lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih). Bak terbuat darisemen dan sebaiknya volume bak minimal sama dengan volume bakpemeliharaan larva. Bila tidak ada bak penampungan khusus dapatmengunakan bak pemeliharaan larva yang difungsikan sebagai bakpenampungan air, kemudian dialirkan dengan menggunakan pompasubmarsibel.

c. Bak Pemeliharaan larva

Bak pemeliharaan larva dapat terbuat dari semen, fiber glass ataukonsstruksi kayu yang dilapisi plastik, masing-masing bahan mempunyaikelebihan dan kekurangan. Ukuran bak dapat dibuat sesuai dengankemampuan dan target produksi yang ingin dicapai, tetapi disarankankapasitas/volumenya minimal 10 m3 karena bak dengan volume yanglebih kecil stabilitas suhunya kurang terjamin. Tinggi bak antara 1,2 - 1,5m, bak yang terlalu tinggi akan meyulitkan dalam pengelolaan sehari-hari.Bentuk bak bisa bulat atau segi empat. Tergantung besarnya dana danselera. Yang harus diperhatikan dalam hal bentuk dan ukuran bak adalahtidak menyulitkan dalam pengelolaan sehari-hari juga memudahkansirkulasi air. Bak dengan bentuk bulat, saluran pembuangannya terletakdi tengah dengan dasar miring (kemiringan 5%) ke tengah (ke saluranpembuangan). Pada saluran pembuangan dapat dipasang pipa tegakuntuk mengatur dan mengontrol ketinggian air (Gambar 1).

Gambar 1. Desain bak pemeliharaan larva bentuk bulat

Page 56: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Bak segi empat sebaiknya berbentuk memanjang untuk memudahkanpergantian air dan pada sudut-sudutnya tidak boleh mempunyai sudutmati (sudut yang tajam). Sudut yang tajam akan meyebabkan sirkulasi airtidak sempurna sehingga sisa metabolit dan kotoran lain terkumpul padasudut bak, disamping itu sudut yang tajam juga akan menyulitkan dalampembersihan bak. Pada bak dalam bentuk segi empat saluranpemasukan dan pembuangan air diletakkan pada sisi yang berlawanan,pada saluran pembuangan dapat dipasang pipa tegak (pipa goyang) untukmengatur dan mengontrol ketinggian air. Dasar bak dibuat miring dengankemiringan 5% agar memudahkan dalam pembersihan bak. Selain itudinding dan dasar bak harus halus agar tidak mudah ditempeli kotoran,jamur dan parasit serta tidak menyulitkan dalam pembersihan bak.

Gambar 2. Bak pembuangan

Untuk keperluan pemanenan benih, baik pada bak bentuk bulat maupunbentuk segi empat pada ujung saluran pembuangannya dilengkapidengan bak berukuran kecil untuk menempung benih yang akan dipanen.Bak pemeliharaan larva memerlukan penutup di atasnya untuk mencegahmasuknya kotoran dan benda asing yang tidak dikehendaki sertamelindungi bak pemeliharaan dari air hujan. Tutup bak dapat terbuat dariplastik dan sebaiknya berwarna gelap untuk melindungi air/mediapemeliharaan larva dari penyinaran matahari yang berlebihan, sehinggamencegah terjadinya blooming plankton pada medium air pemeliharaanlarva. Selain itu penutup bak juga dapat mencegah terjadinya fluktuasisuhu yang terlalu tinggi serta dapat menaikkan suhu pada bakpemeliharaan larva.

d. Bak Kultur Plankton

Plankton (fito dan zooplankton) mutlak diperlukan sebagai pakan bagipemeliharaan larva kakap putih yaitu saat larva mulaimengambil/membutuhkan makanan dari lingkungannya karena cadanganmakanannya yang berupa kuning telur sudah habis. Selain sebagai

Page 57: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

pakan alami, fitoplankton juga berfungsi sebagai pengendali kualitas airdan pakan bagi kultur zooplankton/rotifer.

Bak untuk kultur plankton dapat dibuat dengan konstruksi kayu yangdilapisi plastik, karena volume yang dibutuhkan tidak terlalu besar.Ukuran bak cukup 2 x 2 x 0,6 meter masing-masing 4 buah untuk kulturfitoplankton dan 4 buah lagi untuk kultur zooplankton (masing-masing bakkultur plankton termasuk bak cadangan). Jumlah dan ukuran bak kulturplankton sebesar itu cukup untuk menyediakan pakan alami satu siklespemeliharaan (3 bak pemeliharaan larva dengan kapasitas 10 m3).

e. Bak Penetasan Artemia

Makanan alami lain yang dibutuhkan bagi kehidupan larva adalah Artemiasalina. Artemia yang beredar di pasaran umum adalah berupa cyste atautelur, sehinga untuk memperoleh naupli artemia yang siap diberikan padalarva sebagai makanan harus ditetaskan terlebih dahulu. Untukmemperoleh naupli, cyste dapat langsung ditetaskan atau didekapsulasidahulu sebelum ditetaskan.

Bak penetasan artemia dapat terbuat dari fiber glass atau plastikberbentuk kerucut yang pada bagian ujung kerucutnya dilengkapi stopkran untuk pemanenan naupli artemia. Bentuk kerucut merupakanalternatif terbaik karena hanya dengan satu batu aerasi di dasar kerucutdapat mengaduk seluruh air di dalam bak penetasan secara merata,sehinga cyste dapat menetas dengan baik karena tidak ada yangmengendap atau melekat di dasar bak. Volume bak penetasan sebaiknyaminimal 25 - 30 liter untuk menetaskan cyste artemia sebanyak 150 - 200gram.

f. Aerator

Larva memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk proses metabolismedalam tubuhnya, selain itu gelembung udara yan dihasilkan oleh aeratordapat mempercepat proses penguapan berbagai gas beracun darimedium air pemeliharaan larva. Selain pertimbangan harga, aeratorsebaiknya bentuk dan ukurannya kecil, kekuatan tekanannya cukup besar(sampai kedalaman 1 - 1,2 m) serta kebutuhan listriknya kecil.Perlengkapan lain dari aerator adalah batu aerasi, slang aerasi danpenatur aerasi untuk mengatur tekanan udara.

2) Peralatan Lapangan

Untuk menunjang pengelolaan pembenihan sehari-hari diperlukan beberapaember plastik, antara lain untuk menampung makanan sebelum diberikan kelarva, ember panen untuk menampung dan menghitung benih serta emberuntuk menyaring air saat disiphon. Peralatan lain adalah gayung untuk

Page 58: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menebarkan pakan, blender untuk mengaduk dan menghaluskan pakanbuatan bila diperlukan, saringan pakan (plankton net) berbagai ukuran sesuaidengan lebar bukaan mulut larva serta slang air dari berbagai ukuran sesuaikebutuhan.

3) Desain HSRT

Tata letak semua fasilitas HSRT harus diatur sedemikian rupa secaramatang dan menunjukan dimensi yang tepat sehinga lahan dan fasilitas yangtersedia dapat digunakan seefisien mungkin, yang pada gilirannya dapatmemudahkan pekerjaan sehari-hari dan menekan biaya operasional. Salahsatu contoh tata letak fasilitas HSRT disarankan seperti dalam gambar 3.

Gambar 3. Disain HSRT

6. TEKNIK PEMELIHARAAN

1) Pemeliharaan Larva

Sebelum larva dipindahkan (kira-kira 1 - 2 hari sebelumnya), bakpemeliharaan larva harus dicuci dengan air tawar dan disikat lalu dikeringkanselama 1 - 2 hari. Membersihkan bak dapat juga dilakukan dengan caramembilaskan larutan sodium hypokhlorine 150 ppm pada dinding bak,selanjutnya dikeringkan selama 2 - 3 jam untuk menghilangkan chlorine yangbersifat racun.

Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran dengan suhu 26- 280C dan salinitas 29 - 32 ppt diisikan ke dalam bak dengan cara disaringdengan penyaring pasir atau kain penyaring untuk menghindari kotoran yangterbawa air laut. Untuk mensuplai oksigen bak dilengkapi sistim aerasi danbatu aerasi yang diletakkan secara terpencar agar merata keseluruhan air didalam bak.

Page 59: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Larva yang baru menetas mempunyai panjang total 1,21 - 1,65 mm,melayang dipermukaan air dan berkelompok dekat aerasi. Umur 30 harilarva ditempatkan di dalam bak yang terlindung dari pengaruh langsung sinarmatahari (semi out door tanks).

Padat penebaran awal dalam bak pemeliharaan adalah 70 - 80 larva/litervolume air. Pada hari 8 - 15 tingkat kepadatan dikurangi menjadi 30 - 40larva/liter, setelah hari ke 16 kepadatan larva diturunkan menjadi 20 - 30larva/liter, karena pada umur ini larva sudah menunjukan perbedaan ukurandan sifat kanibalisme. Tingkat kepadatan larva pada masing-masingtingkatan umur dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Padat Penebaran Larva Kakap Putih yang Dipelihara Sampai Umur 30Hari.

Umur larva (hari) Jumlah larva/liter1 - 7 70 - 808 -15 30 - 40

16 - 23 20 - 30

2) Pemberian Pakan Alami

Sejak pertama larva sudah harus diberi Chlorella dan Tetraselmis, selainsebagai pakan larva, berfungsi pula sebagai pengendali kualitas air danpakan Rotifer. Padat penebaran untuk Tetraselmis adalah 8 - 10 x 1000sel/ml sedangkan untuk Chlorella adalah 3 - 4 x 10.000 sel/ml.

Umur 2 hari, larva sudah mulai membuka mulut, pada saat ini hingga hari ke7 ke dalam bak ditambahkan Rotifera (Brachionus plicatilis) dengan padatpenebaran 5-7 individu/ml. Pada hari ke 8 sampai hari ke 14 pemberianRotifera ditingkatkan jumlahnya menjadi 8 - 15 individu/ml.

Pada umur 15 hari larva mulai diberi pakan Artemia dengan kepadatan 11 - 2individu/ml.

Setelah berumur 30 hari, dengan panjang badan 12 - 15 mm larva sudahdapat memakan cacahan daging segar, adapun jenis dan jumlah pakan yangdiberikan pada larva kakap putih dapat dilihat pada tabel 2.

Page 60: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Tabel 2. Jenis dan jumlah pakan yang diberikan pada larva kakap putih.

JenisPakan

JumlahPakan

Umur(hari)

Frekuensi(kali/hari)

Alga bersel satu :- Tetraselmis sp- Chlorella sp

8 - 10 - 1000 sel/ml3 - 4 x 10.000 sel/ml

1 - 141 - 14

11

Rotefera :Bractionus spNauplii Artemia

5 - 7 individu/ml8 - 15 individu/ml2 - 3 individu/ml

3 - 78 - 1415 - 20

44

2 - 3Cacahan daging ikan sesuai kebutuhan 20 >

3) Pengelolaan Air

Pengelolaan air yang baik dapat memberikan pertumbuhan larva yang cepatdengan tingkat keluluran hidup (survival rate) lebih tinggi. Dalam hal ini yangterpenting adalah agar selalu mempertahankan lingkungan yang optimaluntuk pertumbuhan dan kehidupan larva. Disamping itu perubahan yangbersifat mendadak atau lingkungan yang tidak mendukung akanmengakibatkan kematian larva, untuk menekan tingkat kematian disampingperlu diperhatikan masalah sanitasi dan pengaturan pakan yang seksamaperlu diperhatikan pengelolaan air yang baik.

Pada pemeliharaan larva kakap putih penggantian air dilakukan mulai padahari ke 13 sebanyak 10 - 20% hari sampai hari ke 14. Pada hari ke 15sampai hari ke 25 penggantian air sebanyak 30 - 40%, dilakukan secarapenyiponan.

7. PENGGOLONGAN UKURAN (Grading)

Pemeliharaan larva kakap putih dalam lingkungan terbatas denan persainganpakan dan ruangan akan mengakibatkan pertumbuhan yang tidak merata.

Penggolongan ukuran (grading) dimaksudkan untuk mencegah salingmemakan sesama larva (kanibalisme), oleh karena ikan kakap putihmempunyai sifat karnifor (ikan pemangsa). Sifat kanibal pada larva kakap putihakan semakin kelihatan saat mulai makan artemia (± 10 hari).

Wadah yang digunakan untuk penggolongan ukuran terbuat dari plastik yangdilubangi dinding-dindingnya dengan ukuran tertentu pula, ukuran lubangbervareasi antara 2,5 - 10 mm.

Penggolongan ukuran dilakukan dengan cara memasukkan baskom plastik kedalam bak pemeliharaan di atas aerasi, agar ikan yang ukuran lebih kecil dari

Page 61: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

lubang dapat lolos dan larva yang lebih besar tidak dapat lolos, selanjutnyalarva yang ukurannya lebih besar dipisahkan dan dilakukan lagi pengolonganukuran dengan menggunakan baskom yang mempunyai lubang ukuran lebihbesar. Cara ini akan memisahkan ikan ke dalam beberapa ukuran tertentu danmempermudah pengelolaannya.

Penggolongan ukuran dilakukan dua kali yaitu penggolongan pertama pada harike 10-14 dan penggolongan kedua pada hari ke 20 - 25. Ukuran lubangbervareasi antara 2,5 - 10 mm.

8. PANEN

Cara panen tergantung dari bentuk dan kapasitas pemeliharaan untuk bak yangmemiliki saluran keluar akan lebih mudah dilakukan dengan menempatkan arusair keluar. Sedangkan yang tanpa saluran keluar, panen dilakukan dengancara mengurangi air pada bak pemeliharaan sampai kedalaman tinggal 10 - 20cm, kemudian benih ditangkap dengan scopnet.

Agar larva kakap putih tidak mengalami stress pada saat panen, dilakukansecara hati-hati dan pada penampungan sementara diberi aerasi secukupnya.

9. ANALISA USAHA

Produksi Kakap Putih D20/tahun 8 siklus fasilitas 3 bak @ 10 m3.

1) Pendapatan (SR 28%): 1.200.000 x 3 x 8 x Rp. 20,- Rp. 96.000.000,-

2) Biaya tetapa. Biaya konstruksi

- 3 buah bak 10 ton@ Rp. 2.500.000,- Rp. 7.500.000,-- 8 buah bak kultur plakton 2 ton @ Rp. 1.000.000,- Rp. 8.000.000,-- 1 buah bak tandon 10 ton Rp. 3.000.000,-

Rp.18.000.000,-- Penyusutan 10% Rp. 1.850.000,-

Rp. 20.350.000,-

b. Peralatan- 3 buah vortex blower 80 watt Rp. 625.000,- Rp. 1.875.000,-- 1 buah pompa air laut 1,5" Rp. 350.000,-- 1 buah pompa DAB 3/4" Rp. 80.000,-- Plankton net Rp. 100.000,-- Peralatan kerja Rp. 500.000,-

Rp. 2.905.000,-- Penyusutan 20% Rp. 581.000,-

Page 62: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Rp. 3.486.000,-- Ijin usaha Rp. 500.000,-

Rp. 3.986.000,-Rp. 24.336.000,-

3) Biaya Operasionala. Telur 700.000 x 3 x 8 x Rp. 0,5 Rp. 2.520.000,-b. 8 paket pupuk/bahan kimia Rp. 150.000,- Rp. 1.200.000,-c. Pakan artemia 45 kg x 8 x Rp. 90.000,- Rp. 32.400.000,-d. Listrik 12 x Rp. 50.000,- Rp. 600.000,-e. Lain-lain Rp. 200.000,-

Rp. 36.920.000,-

4) Total biaya produksiBiaya tetap + biaya operasionalRp. 24.336.000,- + Rp. 36.920.000,- Rp. 61.256.000,-

5) Keuntungan operasionalBiaya - biaya operasionalRp. 96.000.000,- � Rp. 36.920.000,- Rp. 59.080.000,-

6) Keuntungan bersihPendapatan - biaya tetap - biaya operasionalRp. 96.000.000,- � Rp. 24.336.000,- � Rp. 36.920.00,-Rp. 34.774.000,-

10. DAFTAR PUSTAKA

1) Anonim, 1995. Multi - Species Hatchery. Seafdec Asian Aquaculture Vol.XVII No. 2, 1995.

2) Dit. Bina Sumber Hayati. Peta Sumber Perikanan Indonesia.

3) Mintardjo, K., H. Santoso, Suci Antoro, 1995. Teknologi Pembenihan KakapPutih (Lates calcarifer, Blosh), BBL - Lampung.

4) Mintardjo, K., 1993. Kakap Putih Komoditi Potensial Untuk PengembanganAgribisnis Desa Pantai, Buletin Budidaya Laut No. 7, 1993.

5) Mintardjo, K., H. Suci Antoro. Hidayat Adi Sarwono, 1996. PengembanganHSRT Multi Species Udang - Kakap Putih.

Page 63: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. SUMBER

Pembenihan Kakap Putih (Lates calcariver, Bloch) Skala Rumah Tangga(HSRT - Hatchery Skala Rumah Tangga), Direktorat Bina Pembenihan,Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996

12. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 64: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN(Epinephelus fuscoguttatus)

1. PENDAHULUAN

Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" danmerupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baikdipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnyacukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 tonpada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990).

Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakankarena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayanipermintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup.

Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selerakonsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telahmendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melaluiusaha budidaya.

Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namundalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karenaketerbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkanbenih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan kerapumacan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan, Balai BudidayaLaut Lampung sebagai unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan,telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatanmanipulasi lingkungan dan penggunaan hormon.

Page 65: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. BIOLOGI

1) Klasifikasi

Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :Class : ChondrichthyesSub class : EllasmobranchiiOrdo : PercomorphiDivisi : PerciformesFamili : SerranidaeGenus : EpinephelusSpecies : Epinepheus sp

2) Morfologi, habitat dan kebiasaan makan dan makanannya.

Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih danmenajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitampada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalahpantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp,setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri daripasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya"mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampaike dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dankrosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).

3) Cara berkembang biak.

Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijahmendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akanberenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malamhari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkantergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapatmenghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "nonadhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya.Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktifberenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahanbenih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang palingtinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April.

Page 66: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. TEKNIK PEMBENIHAN

1) Sarana Pembenihan

a. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuranpanjang 77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina berukuranpanjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor.

b. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yangkandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.

c. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m3.d. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton.e. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang

berukuran 4 x 1 x 1 m3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegipanjang.

2) Metoda

Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsangterjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamindigunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknikpemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkanpemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain.Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang ataubulan gelap.

3) Pemeliharaan Induk

Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apungdengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m3. Pakan yang diberikan berupaikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaranpakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total berat badan ikan/hari,sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itudiberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15 mg/ekor/minggu.

4) Sex reversal

Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada kehidupanawal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuksetelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelaminbetina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun denganpanjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebihbanyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan kelamindari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron.Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiapminggu, diikuti dengan penambahan multivitamin.

Page 67: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Takaran yang diberikan adalah :Hormon testosteron 2 mg/kg indukMultivitamin 10 mg/kg induk

5) Seleksi Induk

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan caramengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluarwarnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukankualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan carakanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan,kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkatkematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.

6) Pemijahan

a. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yangsebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas+ 32 ‰.

b. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan caramenaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan kepossisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerussampai induk memijah secara alami.

c. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik denganhormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untukmerangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikanadalah :HGG 1.000 - 2.000 IU/kg indukPuberogen 150 - 225 RU/kg induk

d. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampaimalam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan Nopember - Januari.

e. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dandipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.

7) Penetasan telur

Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bakpemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang

Page 68: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dengan ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga hari sebelum bak penetasan/bakpemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan caradibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 - 100ppm.

Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfatsampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadargaram 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkandengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 - 280C.

Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yangdibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan).Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavinuntuk mencegah serang bakteri.

Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter air media.Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 -100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air.

Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu27 - 280C dan kadar garam 30 - 32 ‰.

Gambar 1. Grafik Prosentase Telur yang Dibuahi

Page 69: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. PERKEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN LARVA

1) Perkembangan Larva

Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dangerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larvaakan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.(Gambar2)

Gambar 2. Perkembangan Bentuk Larva Ikan Kerapu

Page 70: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31hari (D31) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan larva ikan kerapu.

Hari ke Tahap Perkembangan Panjang (mm)D1 Larva baru menetas transparan, melayang

dan tidak aktif.1,89 - 2,11

D3 Timbul bintik hitam di kepala dan pangkalperut.

2,14 - 2,44

D7-8 Timbul calon sirip punggung yang keras danpanjang.

7,98 - 8,96

D9-11 Timbul calon sirip punggung yang keras danpanjang.

15,88 - 17,24

D15-17 Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman. 17,2 - 18,6D23-26 Sebagian duri mengalami reformasi dan

patah, pada bagian ujung tumbuh sirip awallunak.

20,31 - 22,64

D29-31 Sebagian larva yang pertumbuhannya capattelah berubah menjadi burayak (juvenil),bentuk dan warnanya telah menyerupai ikandewasa.

22,40 - 23,42

Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasukiumur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuhyang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larvaberkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tandakematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian darilarva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanyakematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidakterkendali kemudian terbalik lalu mati.

Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemiadengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapatdiajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu padalarva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisikdan kelangsungan hidup larva.

2) Pemeliharaan Larva

Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupakuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelahmenetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar.

Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakandari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3

Page 71: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengankepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larvaberumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hinggamencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media.

Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang barumenetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakannaupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) denganpeningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media.

Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakanArtemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yangdiberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa danakhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari.

Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar3. Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saatmetamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu.

Gambar 3. Skema Jenis dan Pakan Pemberian Pakan Larve Ikan Kerapu

5. PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perludijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengankepadatan 5.103 - 104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkanyang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yangditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan padahari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak

Page 72: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali padasaat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian airdilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume airyang perlu diganti juga semakin banyak.

Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.Prosentase pengantian air selama pemeliharaan larve kerapu dapat dilihatpada gambar 4.

Gambar 4. Prosentase Penggantian Air

6. DAFTAR PUSTAKA

1) Kisto Mintardjo dan Sigit B, "Pemijahan Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina)Dengan Manipulasi Lingkungan", Buletin Budidaya Laut No. 2, BalaiBudidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1991.

2) Sigit Budileksono dan Yayan Sofyan, "Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus) di Bak Terkontrol", Buletin Budidaya, 1993.

3) Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)", Riset danTeknologi Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993.

4) Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya LautLampung", Ditjen Perikanan, 1995.

Page 73: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. SUMBER

Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus), Direktorat BinaPembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta,1996.

8. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 74: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN(Epinephelus fuscogutaftus)

PEMELIHARAAN LARVA

1. PENDAHULUAN

1) Latar belakang

Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis telah banyak dibudidayakandalam kurungan apung. Salah satu jenis ikan yang dibudidayakan adalahikan kerapu (Epinephelus sp).

Ikan kerapu merupakan ikan ekonomis penting yang berpeluang baik danpopuler dipasarkan domestik dan luar negeri. Jenis-jenis ikan keraputersebut diantaranya adalah kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu malabar,kerapu sunu, kerapu totol. Diantara jenis-jenis kerapu tersebut yang sudahumum dan banyak dibudidayakan antara lain kerapu macan. Dengansemakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasaran domestik daninternasional, maka benih yang selama ini berasal dari alam akan sulitdipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke usaha pembenihan buatan.

Keberhasilan Balai Budidaya Laut dalam melaksanakan pemijahan ikankerapu merupakan langkah awal dalam mata rantai sistem budidaya, yangantara lain meliputi pemeliharaan larva, pendederan dan selanjutnya sampaiukuran konsumsi. Teknik pemeliharaan larva ini salah satu sistim rantaibudidaya yang penting bagi kelanjutan keberhasilan benih untukdibudidayakan. Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh teknikpemeliharaan larva, pola penyediaan pakan alami yang tepat untuk ukuran,jumlah dan waktu.

2) Pemilihan Lokasi

a. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.b. Bebas dari pencemaran.

Page 75: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Jernih sepanjang tahun.d. Mudah komunikasi.

2. TEKNIK PEMBENIHAN

1) Bak Pemeliharaan Larva

a. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x1 m3.

b. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur.c. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak

pemeliharaan.d. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau

dari chlorine.e. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan,

kadar garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 280C.f. Bak makanan alami.

2) Perkembangan Larva

Larva baru yang baru menetas terlihat transparan, melayang-layang danerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil glonulenya. Larvaakan berubah bentuk menyerupai kerapu lumpur dewasa setelah berumur 31hari.

Masa krisis pertama larva kerapu dialami pada waktu berumur 2 hari (D2)memasuki umur 3 hari (D3), dimana pada saat itu kandungan kuning telurtelah mulai menipis dan terserap habis. Setelah cadangan pakan tersebuthabis, maka pemenuhan pakan yang sesuai dengan ukuran mulut dan nilaigizi pakan mutlak diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup larva.

Masa krisis ini akan berlangsung sampai dengan hari ke 6 (D6), dikarenakanterjadi perubahan cara hidup dari larva yang semula gerakannya aktif. Larvaharus aktif mencari makan dari luar karena kandungan kuning telur yangmerupakan cadangan pakan telah habis. Untuk pemberian pakan yangsesuai baik jenis, maupun kandungan gizinya mutlak diperlukan. Larva yangtelah melewati umur 6 hari (D6) mempunyai peluang untuk hidup lebih besar,karena hampir semua larva yang bertahan hidup telah mampu mencaripakan yang tersedia disekelilingnya,

Masa krisis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasukiumur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuhsangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larvaberkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tandakematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari

Page 76: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanyakematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidakterkendali kemudian terbalik lalu mati.

3) Pemeliharaan Larva

Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampailarva berumur 2 hari.

Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu diberi pakan dari luarberupa:a. Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/mlb. Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 104 - 105 sel/ml.

Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahansecara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105 -2.105 sel/ml media.

Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengankepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media.

Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 harikemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemiasetengah dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50hari.

Setelah larva berumur 29 - 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupaikerapu dewasa. Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengancincangan daging ikan.

Page 77: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 2. Skema Jenis dan Pemberian Pakan Larva Ikan Kerapu

4) Pengelolaan Kualitas Air

Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larvadengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103-104

sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkanoleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan.Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada haripertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidakmenetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kalipada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantianair dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volumeair perlu diganti juga semakin banyak.

Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukansebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang digantisebanyak 40%.

Page 78: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 4. Prosentase Penggantian Air

3. SUMBER

Brosur Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutaftus):Pemeliharaan Larve, Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat JenderalPerikanan, Departemen Pertanian, 1996

4. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, DepartemenPertanian

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 79: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN LELE( Clarias )

1. SEJARAH SINGKAT

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dankulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antaralain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (KalimantanSelatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (JawaTengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.

Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungaidengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malamhari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempatgelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

2. SENTRA PERIKANAN

Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan diThailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulanmencapai 1200 kg/Ha.

Page 80: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)adalah:Kingdom : AnimaliaSub-kingdom : MetazoaPhyllum : ChordataSub-phyllum : VertebrataKlas : PiscesSub-klas : TeleosteiOrdo : OstariophysiSub-ordo : SiluroideaFamilia : ClariidaeGenus : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera

Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih

(Padang).3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),

wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera

Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan

penang (Kalimantan Timur).6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat

fish, berasal dari Afrika.

4. MANFAAT

1) Sebagai bahan makanan2) Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan

pajangan atau ikan hias.3) Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas

hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makananalami ikan lele.

4) Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untukmengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidungberdarah, kencing darah dan lain-lain.

Page 81: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanahliat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapatdigunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolampekarangan, kolamkebun, dan blumbang.

2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yangtingginya maksimal 700 m dpl.

3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat

dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi

tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280

C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan untuk pemijahan 24-280 C.

7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannyacukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.

8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri,atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikanikan.

9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan danbahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.

10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.

11) Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untukyang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah

dipasang.e. Kedalaman air 30-60 cm.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidakterlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk

Page 82: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik danlokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.

Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas daripencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnyaharus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masihdiperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayangdalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit

a. Pemilihan Induk1. Ciri-ciri induk lele jantan:

- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah

belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng

(depress).- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele

betina.- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor

akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

2. Ciri-ciri induk lele betina- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.- Warna kulit dada agak terang.- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna

kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.- Perutnya lebih gembung dan lunak.- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke

arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan(ovum/telur).

3. Syarat induk lele yang baik:- Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.- Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil

supaya terbiasa hidup di kolam.- Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung

kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.

Page 83: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, danlincah.

- Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betinaberumur satu tahun.

- Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnyabisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannyamengandung cukup protein.

4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulaiberpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yangbetina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolamtersendiri untuk dipijahkan.

5. Perawatan induk lele:- Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi

makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan dagingbekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet).Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatiftinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induklele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutraharus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.

- Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dariberat total ikan.

- Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan,sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudahberumur 2 minggu.

- Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserangpenyakit untuk segera diobati.

- Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan alirantidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.

b. Pemijahan Tradisional1. Pemijahan di Kolam Pemijahan

Kolam induk:- Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan

dasar tanah.- Luas bervariasi, minimal 50 m2.- Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian

dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagiantengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untukbersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.

- Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran daripipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolampendederan.

Page 84: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat daripipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induklele.

- Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.- Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam)

sebanyak 500-750 gram/m2.- Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.

Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):- Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk

menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).- Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon

untuk mengalirkan rotifera.- Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan

tumbuhnya rotifera.- Luas kolam ± 10 m2.

Pemijahan:- Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia

dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang persarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).

- Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairiselama 4 hari.

- Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperticacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlahberat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .

- Biarkan sampai 10 hari.- Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam

dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran ataukedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkanselama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induklele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik danakan bertelur terus sampai umur 5 tahun.

- Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengancara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benihdialirkan melalui pipa pengeluaran.

- Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederandiberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengankepadatan 60 -100 ekor/m2.

- Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele.Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malamhari.

Page 85: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan

Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:- Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2

m dan tinggi 0,6 m.- Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa

dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dandiberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depankotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadigelap.

- Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atauember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.

- Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkantelur hasil pemijahan.

- Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas denganformalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilaslagi dengan air bersih dan keringkan.

Pemijahan:- Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air

setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukanpada jam 14.00–16.00.

- Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dandalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baikadalah yang berwarna kuning cerah.

- Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva)tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besardapat diberi cacing dan telur rebus.

3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal

Penyiapan bak pemijahan secara masal:- Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau

5x10 m2.- Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran

30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benihdari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satulubang dari paralon berdiameter 4 inchi.

- Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempatmenempel telur hasil pemijahan.

- Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutandesinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudiankeringkan.

Page 86: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pemijahan:- Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak

pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan samabanyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak pembenihandiairi setinggi 1 m.

- Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60 cm, induk beri makan secara intensif.

- Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di ataslubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25cm.

- Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuksarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.

- Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.

- Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untukdidederkan di kolam pendederan.

c. Pemijahan BuatanCara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsangikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairanhormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjarhipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:- Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut

Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telurmengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur).Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demisedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yangbaik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).

- Mendorong nafsu sex (libido)

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

a. Kolam untuk pendederan:1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan

tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin,sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akanmelukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air.Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di manayang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasangpralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.

2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepitdengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam.Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastikberukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.

3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untukmengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa

Page 87: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipaplastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.

4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi denganmengatur ketinggian pipa plastik.

5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, denganbentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.

b. Penjarangan:1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan

karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volumeratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.- Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu

mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikanyang lebih besar).

- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, danO2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.

2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :- Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2- Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2- Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2

c. Pemberian pakan:1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari

kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu

Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebutdiberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air.Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir,benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepungyang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikankepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makananyang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepungudang dan sedikit bubur nestum.

3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa

setiap hari.5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.

d. Pengepakan dan pengangkutan benih1. Cara tertutup:

Page 88: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkansedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabungdimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.

- Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supayatidak mudah pecah.

2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:- Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air

tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).- Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan

sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untukmenumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alamibagi benih lele.

b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengandosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3hari.

c. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkanselama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat ataukehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuhsebagai makanan alami lele.

d. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.

2) Pemberian Pakan

a. Makanan Alami Ikan Lele1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan

serangga air.2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),

Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).

3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.4. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

b. Makanan Tambahan1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa

sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yangdihancurkan, usus ayam, dan bangkai.

Page 89: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung,dan bekicot (2:1:1).

c. Makanan Buatan (Pellet)1. Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang

kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00;tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;vitamin=1,00; mineral=0,500;

2. Proses pembuatan:Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan sepertipasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yangdilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyakjuga dapat memperlambat pellet tenggelam.

3. Cara pemberian pakan:- Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan

diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makananyang berbentuk tepung.

- Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberimakanan yang berbentuk pellet.

- Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhutinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

3) Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:a. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang

berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengandosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akankebal selama 6 bulan.

b. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan denganmenyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.

c. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendamlele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.

4) Pemeliharaan Kolam/Tambak

a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untukmemberantas hama dan bibit penyakit.

b. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara menggantisemua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2malam.

c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dandilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudiandibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

Page 90: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama dan Penyakit

a. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggukehidupan lele.

b. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang leleantara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikangabus dan belut.

c. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang seringmenyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidakbanyak diserang hama.

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkatrendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

1) Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan PseudomonashydrophyllaBentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak diujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbulpendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian:memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air.Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamidsebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.

2) Penyakit TuberculosisPenyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarnagelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, danlimpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas airdan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur denganmakanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.

3) Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikanyang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halusseperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerangdaerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan padatelur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benihgelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.

Page 91: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Penyakit Bintik Putih dan Gatal/TrichodiniasisPenyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadangamuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthiriusmultifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul dipermukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip daninsang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dindingkolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi padacampuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte GreenOxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yangsegar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

5) Penyakit Cacing TrematodaPenyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. CacingDactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylusmenyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka,kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2)Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalamlarutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4)memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakailarutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.

6) Parasit HirudinaePenyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala:pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehinggamenyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati padasaat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

7.2. Hama Kolam/Tambak

Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktorpenyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :1) Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti

dengan yang suhunya lebih dingin.2) Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.3) Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.4) Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

Page 92: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Penangkapan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu

dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4

bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaanditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.

3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalukepanasan.

4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakanseser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.

5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan

dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama

1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

8.2. Pembersihan

Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur

sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan

permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan

sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yangada di kolam.

9. PASCAPANEN

1) Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelumdibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukulkepalanya memakai muntu atau kayu.

2) Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karenadapat menyebabkan daging terasa pahit.

3) Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagairagam masakan.

Page 93: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 15/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, KecamatanTalun, Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksia. Lahan

- Tanah 123 m2 Rp. 123.000,-- Kolam 9 buah Rp. 1.230.000,-- Perawatan kolam Rp. 60.000,-

b. Bibit/benih- betina 40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-- jantan 10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-

c. Pakan- Pakan benih Rp. 14.530.300,-- Pakan induk Rp. 4.818.000,-

d. Obat-obatan Rp. 42.000,-e. Peralatan

- pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-- diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-- sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-- jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-- bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-- timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-- alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-- ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-- gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-- selang Rp. 90.000,-- paralon Rp. 70.000,-- Perawatan alat Rp. 120.000,-

f. Tenaga kerja Rp. 420.000,-g. Lain-lain Rp. 492.000,-h. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-

2) Pendapatan Rp. 2.220.000,-

3) Keuntungan Rp. 7.174.400,-

4) Parameter kelayakan usaha 25%

Page 94: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 16/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) BEP dalam unit (ekor)- ukuran 1 1.138- ukuran 2 325.049- ukuran 3 65.010- ukuran 4 6.501- ukuran 5 11.377- ukuran 6 260

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaranmempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaanikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, makaakan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.2) Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha.

C.V. Simplex. Jakarta.3) Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V.

Simplex. Jakarta.4) Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit

Swadaya. Jakarta.5) Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo.

Bhratara. Jakarta.6) Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru.

Bandung.7) Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 95: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 17/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 96: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN MAS( Cyprinus carpio L ).

1. SEJARAH SINGKAT

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjangpipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan masyang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten danMajalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

2. SENTRA PERIKANAN

Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk,sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairanumum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta

3. JENIS

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:Kelas : OsteichthyesAnak kelas : ActinopterygiiBangsa : CypriniformesSuku : CyprinidaeMarga : CyprinusJenis : Cyprinus carpio L.

Page 97: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciridari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungankolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan masadalah sebagai berikut:1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;

bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.

2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebihgelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, biladiberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjangbadan dengan tinggi badan antara 3,2:1.

3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; matapada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandinganpanjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.

4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatifpanjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakanlebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badanantara 3,5:1.

5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisikbermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dariwarna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp,long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshokunshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.

Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurangberkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yangberbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yangbanyak dibudidayakan.

4. MANFAAT

1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.2) Sebagai ikan hias.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besardan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

Page 98: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada padaketinggian antara 150-1000 m dpl.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai airderas. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagipertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam airtenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air derasdebitnya 100 liter/menit/m3.

6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolamdibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehinggamemudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

a. Kolam pemeliharaan indukLuas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meterpersegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan biladiberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengandinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambubagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasangsarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

b. Kolam pemijahanTempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkandengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwauntuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearahpembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintupemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakaipralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolampenetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkalijuga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam

Page 99: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerahyang ada telurnya.

c. Kolam pendederanBentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatanpendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertamadengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangandengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (salurandasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemaliradalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untukmemudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arahpembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (airsungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan masdiantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambuuntuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadarkekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikanmas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakanpanglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempatmenyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untukmengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan teluryang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secaraterkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakanpenyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untukmenangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuksegiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media

Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untukpemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalahpengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untukmemberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masingdengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk

Page 100: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gramdan 10 gram/meter persegi.

6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Bibit dan Induk

Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitusecara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakinmeningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihanmaka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisialam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranyapemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur denganteknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendaliankuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurniankualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukanpenyeleksian terhadap induk ikan mas.

Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matanguntuk dipijah adalah sebagai berikut:a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:

umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor

mulus, sehat, sirip tidak cacat.c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;

panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampakjernih.

d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih

panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalahsebagai berikut:a) Betina

- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

b) Jantan- Badan tampak langsing.- Gerakan lincah dan gesit.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2) Sistim Pembenihan/Pemijahan

Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:

Page 101: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a. Sistim pemijahan tradisionalDikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:- Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkantelur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolampenetasan.

- Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasarkolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolampenetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepitbambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara daritanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan kekolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudiansekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.

- Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasarkolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolampenetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakanrumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata diseluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;(3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;(4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui selabebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.

- Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolamsedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, indukdimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolampenetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar dipermukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkanke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolampendederan.

- Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat paritkeliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisiair pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahanmerupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telurdigunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3)setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

- Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dantanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.

b. Sistim kawin suntikPada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelurdirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofiseke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor(berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelahsuntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang

Page 102: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, saranayang lengkap dan perawatan yang intensif.

3) Pembenihan/Pemijahan

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan

suhu berkisar 25 derajat C.c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan

seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.e. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet

diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran2-4% dari jumlah berat induk ikan.

4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan

Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telurhasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan(luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimanakolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikanliar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula denganpemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.

Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah

benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.

b. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yangdisebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuranbenih menjadi 3-5 cm.

c. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yangdisebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuranbenih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus3-5% dari jumlah bobot benih.

d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yangdisebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benihmenjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%dari jumlah bobot benih.

5) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakanpelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehariselama 3 minggu.

Page 103: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupunmonokultur.a) Polikultur

1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.

b) MonokulturPemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkandengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara indukjantan dan betina.

1) Pemupukan

Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolamdiisi air 39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolamdisemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantasserangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 harikemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantungpemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, makapadat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakanpellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa).Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.

2) Pemberian Pakan

Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakanbuatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yangcukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakabandiangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telurrebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 literair untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan padabenih, perawatan 5-7 hari.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalahmenjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidaktercemari/teracuni oleh zat beracun.

Page 104: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Bebeasan (Notonecta)Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

2) Ucrit (Larva cybister)Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulitdiberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

3) KodokMakan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yangmengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.

4) UlarMenyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;pemagaran kolam.

5) LingsangMemakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.

6) BurungMemakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberirumbai-rumbai atau tali penghalang.

7) Ikan gabusMemangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan ataudibuat bak filter.

8) Belut dan kepitingPengendalian: lakukan penangkapan.

7.2. Penyakit

1) Bintik merah (White spot)Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih,pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkanbadannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemahserta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalamlarutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapurNaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.

Page 105: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggungterjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditaburkapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.

3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadipendarahan dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalamlarutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalamMethylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yangberlebihan.

4) Kutu ikan (argulosis)Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagiankulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3)selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.

5) Jamur (Saprolegniasis)Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserangjamur, terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalamlarutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; teluryang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.

6) Gatal (Trichodiniasis)Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokanbadan pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menitdalam larutan formalin 150-200 ppm.

7) Bakteri psedomonas flurescensPenyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; siripekor terkikis. Pengendalian: pemberian pakan yang dicampuroxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama7 hari berturut-turut.

8) Bakteri aeromonas punctataPenyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulitkesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedugembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal. Pengendalian:penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hariberturut-turut.

Page 106: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnyapenyakit dan hama pada budidaya ikan mas:1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satupintu pemasukan air.5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan

secara hati-hati dan benar.7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)

sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

8. PANEN

8.1. Pemanenan Benih

Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan saranayang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halussebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benihsementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agarbenih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersihuntuk penyimpanan benih hasil panen.

Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dansebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untukmenghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatantersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolampendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikantidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surutbenih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalamember atau keramba.

Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapatdiperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.

8.2. Cara Perhitungan Benih

Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bakpenyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Caramenghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu denganmenggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan,dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benihbiasanya dengan cara:

Page 107: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a) Penghitungan dengan sendok.b) Penghitungan dengan mangkok.

8.3. Pembersihan

Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan adasaluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yanglebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut,maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benihikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yangtelah disiapkan.

8.4. Pemanenan Hasil Pembesaran

Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panentotal. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan beratberkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan caramengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petakpemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintupengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas denganmenggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenansecepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penangananikan hidup maupun ikan segar.

1) Penanganan ikan hidupAdakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalamkeadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai kekonsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

C.b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segarIkan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yangperlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

Page 108: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarakdekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengandaun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak danseng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggikotak maksimum 50 cm.

d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandinganjumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudianikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan eslagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikianjuga antara ikan dengan penutup kotak.

3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalahsebagai berikut:a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan

tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantongplastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hamadan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakanair sumur yang telah diaerasi semalam.

c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dandengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokandapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor denganukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikandengan ukuran benihnya.

d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagimenjadi dua bagian, yaitu:- Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidakmemerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untukmengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

- Sistem tertutupDilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukanwaktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume mediapengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi bufferNa2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yangdiangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalamkantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekankantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabungdialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastikdimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 mdapat diisi 2 buah kantong plastik.

Page 109: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuanadalah sebagai berikut:- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin

dalam 10 liter air bersih).- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam

setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantongplastik terjadi perlahan-lahan.

- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.

- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokanbenih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatandengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsiklidapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atauformalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2 (kapasitas 1000 ekor)selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.

1) Biaya produksia. Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-b. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-c. Pakan

- Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-- Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-- Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-- Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-- Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-- Obat-oabatan Rp. 10.000,-

d. Peralatan Rp. 50.000,-e. Lain-lain Rp. 150.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-

2) Pendapatana. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-b. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-c. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-

Page 110: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-a. Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-

4) Parameter kelayakan usahaB/C ratio 1,39

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensialam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan olehpemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam halpembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawarlainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasilpenjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangatberpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosirdi pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir takada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung danfaktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektorperikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalamSinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2

2) GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27Agustus 1988 hal. 5

3) RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai MenabungEmas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal. 5

4) RUKMANA, Rahmat. 1992. Prospek Usaha Ikan Mas Menggiurkan DanMenguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992 hal. 7

5) SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :Kanisius.

6) SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaandi Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.

7) SUSENO, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, cet. :7.Jakarta : Penebar Swadaya.

Page 111: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 112: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN MUJAIR( Tilapia mossambica )

1. SEJARAH SINGKAT

Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipihdengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrikadan pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungaiSerang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujairmempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Jenis ikan inimempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelahdewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimumyang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan terdapat didaerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera,Kalimantan.

3. JENIS

Klasifikasi ikan mujair adalah sebagai berikut:Kelas : PiscesSub kelas : TeleosteiOrdo : PercomorphiSub-ordo : PercoideaFamili : CichlidaeGenus : OreochromisSpecies : Oreochromis mossambicus

Page 113: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Adapun jenis ikan mujair yang dikenal antara lain: mujair biasa, mujair merah(mujarah) atau jamerah dan mujair albino.

4. MANFAAT

Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besardan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada padaketinggian antara 150-1000 m dpl.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

5) Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungaiair deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baikbagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mujair. Debit air untuk kolamair tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam airderas debitnya 100 liter/menit/m3.

6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikanmujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujairantara lain:a. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan

Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupakolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolaminduk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu airberkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolamsebaiknya berpasir.

Page 114: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederanLuas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolamantara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lamapemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

c. Kolam pembesaranKolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara danmembesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalampemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:- Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan

selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam.Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebabbenih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadigelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap keduaatau langsung dijual kepada pera petani.

- Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benihgelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah.Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm.Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10ekor/meter persegi.

- Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukankolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.

d. Kolam/tempat pemberokanMerupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujairdiantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambuuntuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadarkekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikanmujair antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakanpanglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempatmenyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untukmengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan teluryang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secaraterkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakanpenyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untukmenangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),

Page 115: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuksegiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media

Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untukpemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalahpengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untukmemberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masingdengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupukbuatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gramdan 10 gram/meter persegi.

6.2. Pembibitan

Untuk menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikanhal-hal penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk,penetasan dan persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.

1) Pemilihan Induk

Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:a. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas

yang tinggi.b. Pertumbuhannya sangat cepat.c. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.d. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.e. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.f. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per

ekornya.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalahsebagai berikut:a. Betina

- Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubangpengeluaran telur dan lubang urine.

- Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.- Warna perut lebih putih.- Warna dagu putih.- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b. Jantan- Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang

sperma merangkap lubang urine.- Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.- Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.

Page 116: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

2) Sistim Pembibitan

Pembibitan ikan mujair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:a. Sistim satu kolam

Pada sistim ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolampendederan/ pemeliharaan anak. Setelah dilakukan persiapan mediapembibitan, tebarkan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1:2atau 1:4 dengan jumlah kepadatan 2 pasang/10 meter persegi.Pamanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali.

b. Sistim dua kolamPada sistim ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolamterpisah, dengan perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolampendederan adalah 1:2 atau 1:4. Dasar kolam pendederan harus lebihrendah dari dasar kolam lainnya agar aliran air cukup deras mengalir darikolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu kedua kolam tersebutdipasang saringan kasar agar hanya anak-anak ikan saja yang dapatlewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkansama dengan sistim satu kolam.

c. Sistim platformPada sistim ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagaitempat induk jantan dan betina bertemu atau tempat pemijahan. Kolamkedua tempat induk betina dimana disekat oleh kisi atau krei bambudengan ukuran lubang-lubang sebesar badan induk betina sehinggahanya induk betina yang dapat lolos ke kolam kedua ini. Kolam ketigamerupakan temapt pelepasan larva dan temapat yang ke empat adalahtempat pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang dilepassama dengan sistim yang pertama.

3) Pembenihan

Pemijahan dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun padakolam pemijahan dan tidak memerlukan lingkungan pemijahan secarakhusus. Hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan media pemeliharaanseperti pengerikan pengapuran dan pemupukan. Ketinggian air di kolamdipertahankan sekitar 50 cm.

Untuk menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikanmakanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%,tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum inidigunakan dalam usaha budidaya ikan mujair secara komersial. Dapat jugadiberi makanan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengandosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitupada pagi dan sore hari.

Page 117: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yangberupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm.Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung prosespemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasilpemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untukdierami hingga menetas. Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makansehingga terlihat tubuhnya kurus. Telur akan menetas setelah 3-5 hari padasuhu air sekitar 25-27 derajat C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan,induk betina baru melepaskan anak-anaknya, karena telah mampu mencarimakanan sendiri.

4) Pemeliharaan Bibit

Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telurhasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederanyang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkanterlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dandipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibitdiseuaikan dengan ketentuan.

Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benihikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlahpenebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini,sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, karena pada ukuran tersebutbenih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau betina.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupunmonokultur.a) Polikultur

1. ikan mujair 50%, ikan tawes 20%, dan mas 30%, atau2. ikan mujair 50%, ikan gurame 20% dan ikan mas 30%.

b) MonokulturPemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkandengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara indukjantan dan betina.

Pembesaran ikan mujair pun dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapaberukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapadapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedangdiberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benihikan mujair. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapatmenampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengankedalaman 60-75 cm.

Page 118: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Pemupukan

Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupukhijau dengan dosis 50–700 gram/m2

2) Pemberian Pakan

Apabila tingkat produkivitas dan kesuburan kolam sudah semakin berkurang,maka bisa diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut:tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%.Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan munjair secarakomersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang berkadarprotein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikansebanyak dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore hari.

Disamping itu juga kondisi pakan dalam perairan tersebut sesuai dengandosis atau ketentuan yang ada. Yaitu selain pakan dari media dasar jugaperlu diberi makanan tambahan berupa hancuran pellet atau remah dengandosis 10% dari berat populasi per hari. Pemberiannya 2-3 kali/hari.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Dalam hal pemeliharaan ikan mujair yang tidak boleh terabaikan adalahmenjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidaktercemari/teracuni oleh zat beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Bebeasan (Notonecta)Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

2) Ucrit (Larva cybister)Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulitdiberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

3) KodokMakan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yangmengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.

Page 119: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) UlarMenyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;pemagaran kolam.

5) LingsangMemakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.

6) BurungMemakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberirumbai-rumbai atau tali penghalang.

7.2. Penyakit

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnyapenyakit dan hama pada budidaya ikan mujair:a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu

pemasukan air.e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.f) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan

secara hati-hati dan benar.g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)

sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

8. PANEN

Pemanenan ikan mujair dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panensebagian.

1) Panen sebagian atau panen selektif

Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanendipilih dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Ukuran benih yangakan dipanen (umur 1-1,5 bulan) tergantung dari permintaan konsumen,umumnya digolongkan untuk ukuran: 1-3 cm; 3-5 cm dan 5-8 cm.Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telahditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibatjaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obatdengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.

Page 120: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Panen total

Umumnya panen total dilakukan untuk menangkap/memanen ikan hasilpembesaran. Umumnya umur ikan mujair yang dipanen berkisar antara 5bulan dengan berat berkisar antara 30-45 gram/ekor. Panen total dilakukandengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm.Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depanpintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapanikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas denganmenggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenansecepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan mujair dapat dilakukan dengan carapenanganan ikan hidup maupun ikan segar.

1) Penanganan ikan hidupAdakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalamkeadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai kekonsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

C.b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segarIkan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yangperlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak

dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengandaun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak danseng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggikotak maksimum 50 cm.

d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandinganjumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudianikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan eslagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikianjuga antara ikan dengan penutup kotak.

Page 121: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalahsebagai berikut:1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan

tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantongplastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama danpenyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan airsumur yang telah diaerasi semalam.

3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan denganaerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 matau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapatmenampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuranbenihnya.

4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagimenjadi dua bagian, yaitu:a. Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidakmemerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiapkeramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

b. Sistem tertutupDilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktulebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume mediapengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi bufferNa2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yangdiangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalamkantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekankantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkanke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga(air:oksigen=1:1); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastikdimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dosyang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapatdiisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuanadalah sebagai berikut:1) Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam

10 liter air bersih).2) Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam

setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastikterjadi perlahan-lahan.

3) Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2menit.

4) Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokanbenih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan

Page 122: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapatjuga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalinsebanyak 4% selama 3-5 menit.

5) Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha budidaya pembenihan ikan mujair selama 1 bulanpada tahun 1999 di daerah Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksia. Sewa kolam Rp. 120.000,-b. Benih ikan mujair 4000 ekor, @ Rp.150,- Rp. 600.000,-c. Pakan

- Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-d. Obat dan pupuk

- Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-- Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 18.000,-- Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-

e. Peralatan Rp. 96.000,-f. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7000,- Rp. 210.000,-g. Biaya tak terduga 10% Rp. 111.440,-Jumlah biaya produksi Rp.1.225.840,-

2) Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.550,- Rp.1.870.000,-

3) Keuntungan Rp. 644.160,-

4) Parameter kelayakan usahaa. B/C ratio 11,52

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensialam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan olehpemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam halpembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mujair dan ikan airtawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil

Page 123: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.Apabila pasaran lokal ikan mujair mengalami kelesuan, maka akan sangatberpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosirdi pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mujair boleh dikatakan hampir takada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung danfaktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektorperikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Sugiarti, Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila Penerbitan CVSimpleks (Anggota IKAPI) Jakarta.

2) Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan,Penerbit Swadaya, Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 124: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN NILA( Oreochromis niloticus )

1. SEJARAH SINGKAT

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuhmemanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasaldari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar kenegara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan diwilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukaioleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikankakap merah.

Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai PenelitianPerikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian danadaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melaluiDirektur Jenderal Perikanan.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi.

3. JENIS

Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:Kelas : OsteichthyesSub-kelas : AcanthoptherigiiCrdo : PercomorphiSub-ordo : PercoideaFamili : CichlidaeGenus : Oreochromis

Page 125: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Spesies : Oreochromis niloticus.

Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nilaalbino.

4. MANFAAT

Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

5. PERSYARATAN LOKASI

a) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besardan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

b) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

c) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).d) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan

tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambatpertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanyaplankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijaukecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkanplankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahanair karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yangdisebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angkakecerahan yang baik antara 20-35 cm.

e) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenangdan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di airarus deras.

f) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.

g) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.h) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nilatergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).

Page 126: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nilaantara lain:a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan

Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupakolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolaminduk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu airberkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolamsebaiknya berpasir.

b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederanLuas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolamantara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lamapemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

c) Kolam pembesaranKolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara danmembesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalampemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan

selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam.Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebabbenih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadigelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap keduaatau langsung dijual kepada pera petani.

2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benihgelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah.Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm.Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10ekor/meter persegi.

3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukankolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.

d) Kolam/tempat pemberokan

Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapaberukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuranhapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yangsedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan danpemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalamdahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan niladiantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambuuntuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),

Page 127: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadarkekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikannila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangandiameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpanikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikanjarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifatmelekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) ataukadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan darialumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untukmenangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkapikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuksegiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media

Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untukpemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalahpengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untukmemberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masingdengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupukbuatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gramdan 10 gram/meter persegi.

6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Bibit dan Induk

Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas

yang tinggi.b) Pertumbuhannya sangat cepat.c) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.d) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.f) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per

ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.

Page 128: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalahsebagai berikut:a) Betina

1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubangpengeluaran telur dan lubang urine.

2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.3. Warna perut lebih putih.4. Warna dagu putih.5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b) Jantan1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang

sperma merangkap lubang urine.2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya,kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranaklambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agardicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan.

Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metodekultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yangdipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nilabetina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:a) Secara manual (dipilih)b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentuc) Merangsang perubahan seks dengan hormond) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.

1. Perendaman2. Perlakuan hormon melalui pakan

2) Pembenihan dan Pemeliharaan Benih

Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak

(anak ikan).b) Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang

lebih besar.

Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-bedaukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benihikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut "benih kebul". Benihyang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebutjuga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecildipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu

Page 129: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benihini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu,ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm denganberat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasarkolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dandicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampaiteriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasangsaringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapuruntuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk midipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas,Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupukkandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupukkandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapattersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap,kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadimineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.

1) Pemupukan

Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), sertakapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standaryang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengantingkat kesuburan di tiap daerah.

Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkandahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolamdicangkul dan diratakan.

Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha.Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 danjuga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupukorganik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikansebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebihdahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.

Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agarterjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Hankelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah seharisemalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplanktonmulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadikuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme

Page 130: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siputdan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75-100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu padasaat makanan alami sudah mulai habis.

Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupukitu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalamkeranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bushdi kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang duakeranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam.

Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalamkantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demisedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yangdipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai kedasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dankatul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atausawah yang diberakan.

2) Pemberian Pakan

Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton,maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentiknyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila.Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yangmengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup didalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dantaoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makantumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakaninduk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massamaka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya.Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalamkolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka beratbiomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram =594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyakmengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baikuntuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedakhalus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itujuga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempatpemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikandengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan

Page 131: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,yaitu

a) Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)- Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum

berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukandi kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairantergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanyakolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsikeluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem initelah dipopulerkan di wilayah desa miskin.

- Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupabahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbahpertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).

- Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapatdipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenarcukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolamherukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruangberukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulankemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapatmencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolammenggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.

b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)- Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di

sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untukpendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan danpemberian pakan tambahan yang teratur.

- Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapatberproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapatdilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanyamembutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanamanpadi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawahukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipeliharasudah berupa benih gelondongan besar.

- Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukansecara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultursebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantanlebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.

- Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated),artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupundengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dansebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadipupuk untuk kolam.

- Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipeliharabersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan

Page 132: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikandapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.

- Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupadedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan didekat penggilingan tersebut.

- Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapatmenghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.

c) Sistem intensif (teknologi maju)- Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling

modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengankebutuhan pasar.

- Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau danpengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkinsesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiaphari sebanyak 20% atau bahkan lebih.

- Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dainjantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.

- Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanansebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%.

Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamatinafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapatgangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air,udara panas, terlalu sering diberi pakan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Bebeasan (Notonecta)Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

b) Ucrit (Larva cybister)Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulitdiberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

c) KodokMakan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yangmengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.

Page 133: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) UlarMenyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;pemagaran kolam.

e) LingsangMemakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.

f) BurungMemakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberirumbai-rumbai atau tali penghalang.

7.2. Penyakit

a) Penyakit pada kulitGejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuhberlendir. Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kaliumpermanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalamNegovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.

b) Penyakit pada insangGejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan.Pengendalian: sama dengan di atas.

c) Penyakit pada organ dalamGejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian:sama dengan di atas.

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnyapenyakit dan hama pada budidaya ikan nila:a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu

pemasukan air.e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.f) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan

secara hati-hati dan benar.g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)

sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

Page 134: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panensebagian.a) Panen total

Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggianair tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 mpersegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalampenangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidakpanas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukanpemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

b) Panen sebagian atau panen selektifPanen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanendipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakanwaring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih(biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknyadipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppmselama 1 jam.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penangananikan hidup maupun ikan segar.

a) Penanganan ikan hidupAdakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalamkeadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai kekonsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

C.2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

b) Penanganan ikan segarIkan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yangperlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak

dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengandaun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak danseng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggikotak maksimum 50 cm.

Page 135: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandinganjumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudianikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan eslagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikianjuga antara ikan dengan penutup kotak.

c) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalahsebagai berikut:1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan

tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantongplastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hamadan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakanair sumur yang telah diaerasi semalam.

3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dandengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokandapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor denganukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikandengan ukuran benihnya.

4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagimenjadi dua bagian, yaitu:1. Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidakmemerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untukmengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

2. Sistem tertutupDilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukanwaktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume mediapengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi bufferNa2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yangdiangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalamkantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekankantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabungdialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastikdimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 mdapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuanadalah sebagai berikut:- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin

dalam 10 liter air bersih).

Page 136: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolamsetempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantongplastik terjadi perlahan-lahan.

- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.

- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokanbenih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatandengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsiklidapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atauformalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisa Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha budidaya ikan nila selama 1 bulan pada tahun 1999 didaerah Jawa Barat adalah sebagai berikut:

a) Biaya produksi1. Sewa kolam Rp. 120.000,-2. Benih ikan nila 4000 ekor, @ Rp.200,- Rp. 800.000,-3. Pakan

- Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-4. Obat dan pupuk

- Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-- Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 18.000,-- Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-

5. Peralatan Rp. 100.000,-6. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7500,- Rp. 225.000,-7. Biaya tak terduga 10% Rp. 133.340,-Jumlah biaya produksi Rp.1.466.740,-

b) Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.700,- Rp.2.380.000,-

c) Keuntungan Rp. 913.260,-

d) Parameter kelayakan usahaB/C ratio 1,62

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensialam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.

Page 137: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan olehpemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam halpembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan nila dan ikan air tawarlainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasilpenjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangatberpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosirdi pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir takada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung danfaktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektorperikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

11. DAFTAR PUSTAKA

a) Sugiarto Ir, 1988, Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV.Simplex (Anggota IKAPI)”.

b) Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan,Penerbit Swadaya, Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 138: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN PATIN( Pangasius pangasius )

1. SEJARAH SINGKAT

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjangberwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patindikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jualyang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dandiminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukupresponsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan,dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagaikeluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengankandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkanikan ini.

Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih sepertiperak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulutterletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongancatfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yangberfungsi sebagai peraba.

2. SENTRA PERIKANAN

Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, JawaBarat, Kalimantan.

Page 139: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:Ordo : Ostarioplaysi.Subordo : Siluriodea.Famili : Pangasidae.Genus : Pangasius.Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.

Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)b) Pangasius macronemac) Pangasius micronemusd) Pangasius nasutuse) Pangasius nieuwenhuisii

4. MANFAAT

1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.2) Sebagai ikan hias.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besardan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasangdisungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalukeruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbahpabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur,maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolinatau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).

5) Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuariumadalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatifrendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yangrelatif stabil.

6) Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.

Page 140: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagimenjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatanini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnyamasih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, danlain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.

Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih padaukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yangumumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapatdiperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musimkemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring.Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benihdikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti denganair bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benihditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkanke dalam hampang yang sudah disiapkan.

Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatansebagai berikut:a) Pemilihan calon induk siap pijah.b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan

mas.c) Kawin suntik (induce breeding).d) Pengurutan (striping).e) Penetasan telur.f) Perawatan larva.g) Pendederan.h) Pemanenan.

Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan danpembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahanbenih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukanpenanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikanbiasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutamamenyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolamdibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehinggamemudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

Page 141: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Kolam pemeliharaan indukLuas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagaicontoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bilahanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakanpelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegisaja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembokatau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintupemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untukpengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

2) Kolam pemijahanTempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luaskolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentukkolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor indukdengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buahijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untukmenjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisadengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukurankolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya samadengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakankolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masukdapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

3) Kolam pendederanBentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatanpendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertamadengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan denganpintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan didekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempatberkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkanpenangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petaktambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perludibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

6.2. Pembibitan

1) Menyiapkan Bibit

Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolamsejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Indukyang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolamsehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.

Page 142: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khususdi dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberimakanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untukmemperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub BalaiPenelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikanmakanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makananayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.

Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap haridengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikanjuga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah inidilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.

Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalahsebagai berikut :a. Induk betina

- Umur tiga tahun.- Ukuran 1,5–2 kg.- Perut membesar ke arah anus.- Perut terasa empuk dan halus bila di raba.- Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.- Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.- kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang

bentuknya bundar dan besarnya seragam.b. Induk jantan

- Umur dua tahun.- Ukuran 1,5–2 kg.- Kulit perut lembek dan tipis.- Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.- Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.

Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuariumberukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumurbor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor perakuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigenuntuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dansuhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untukmenghemat dana.

Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karenamasih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuningtelur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan

Page 143: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengankutu air dan jentik nyamuk.

Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melaluisistem pen dan dalam karamba.a) Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem

monokultur maupun polikultur.b) Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung,bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta prosespembesarannya.

c) Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihanlokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaranbenih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.

d) Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah:pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan,pengontrolan dan pemanenan.

Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yangdilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air ± 0,5-3 mdengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras,tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dandasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yangkencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Padaperairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untukmembantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar0,5-1 m.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupukhijau dengan dosis 50–700 gram/m2

2) Pemberian Pakan

Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makananyang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikanpeliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengankenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengancara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yangdipelihara (smpel).

Page 144: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pelletsetiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupunsisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerangantara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa jugaterdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba.Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama.Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupaikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lainberupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikankecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patindalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.

Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit)sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danaumerupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semakbelukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin.

Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus),pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensiscapensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya denganlembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantongjaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebihbesar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patinjuga tidak akan berlompatan keluar.

7.2. Penyakit

Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukanpatogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibatinfeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.

1) Penyakit akibat infeksiOrganisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit,jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masihmenemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat seranganparasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang

Page 145: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaranpatin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap seranganpenyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibatinfeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.

a. Penyakit parasitPenyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsaprotozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian:menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu grammetil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak airyang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkandalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulangselama tiga kali dengan selang waktu sehari.

b. Penyakit jamurPenyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Padakondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjagakualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikanyang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakaiadalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulangsampai tiga hari berturut- turut.

c. Penyakit bakteriPenyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yangsering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikanyang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutamadi bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkinmenyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerangikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonassp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudahmenular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parahharus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belumparah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1)Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20ppm selama 30–60 menit, (2) Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12–24 jam, atau (3) merendam ikan dalam larutanoksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.

2) Penyakit non-infeksiPenyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakanyang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.- Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus

yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi,

Page 146: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang denganukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.

- Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirusmultifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benihyang berumur 1-2 bulan.

- Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.- Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai

ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.- Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak

selaput lendir tersebut.

8. PANEN

8.1. Penangkapan

Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikanmengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilirkemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere makaikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti inimenguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehinggakematian ikan dapat dihindari.

8.2. Pembersihan

Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan.Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awaldengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jalasebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikanyang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penangananikan hidup maupun ikan segar.

1) Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalamkeadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai kekonsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

C.b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

Page 147: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segar

Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yangperlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak

dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengandaun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak danseng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggikotak maksimum 50 cm.

d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandinganjumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudianikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan eslagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikianjuga antara ikan dengan penutup kotak.

3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalahsebagai berikut:a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan

tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantongplastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hamadan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakanair sumur yang telah diaerasi semalam.

c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dandengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokandapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor denganukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikandengan ukuran benihnya.

d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagimenjadi dua bagian, yaitu:1. Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidakmemerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untukmengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

2. Sistem tertutupDilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukanwaktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume mediapengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi bufferNa2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang

Page 148: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalamkantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekankantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabungdialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga(air:oksigen=1:1); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastikdimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 mdapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempattujuan adalah sebagai berikut:- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin

dalam 10 liter air bersih).- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam

setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantongplastik terjadi perlahan-lahan.

- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama1-2 menit.

- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bakpemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukanpengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selamapengangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benihikan patin yaitu:- Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat

rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuksimpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telahdiaerasi selama 24 jam.

- Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap denganserokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.

- Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandinganair:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelangrangkap.

- Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.- Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam

dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yanghendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunyacara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah denganmengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih amandiangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.

Page 149: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Baratadalah sebagai berikut:

1) Biaya produksia. Kolam pemijahan 2 x 2 m Rp. 200.000,-b Bibit /benih

- 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-- Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-

c. Pakan/makanan (Artemia Salina) Rp. 80.000,-d. Obat

- Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp. 8.000,-- Pregnil Rp. 50.000,-

e. Alat- Bangunan dan sumur Rp. 2.000.000,-- Genzet Rp. 2.500.000,-- Aerator Rp. 500.000,-- Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp. 50.000,-- Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-- 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp. 3.500.000,-

f. Tenaga kerja- Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp. 560.000,-

g. Biaya tak terduga 10% Rp. 989.800,-Jumlah biaya produksi Rp. 10.887.800,-

2) Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp. 98.000,-

3) Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %

4) Analisis usaha untuk menutup investasia. Periode 1: 2 Minggu pertama

Benih @ Aquarium:100 ekor=100x100xRp.125,- Rp. 1.250.000,-b. Periode II :

Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,-

Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapatmenutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetikkeuntungan

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi

Page 150: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan olehpemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam halpembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawarlainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasilpenjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangatberpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosirdi pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir takada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung danfaktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektorperikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru:Lembar Informasi Pertanian.

2) Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada MutuAir dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalamProsiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.

3) Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius)Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1),1987: 42 - 47.

4) Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon IndukIkan Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar HasilPenelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.

5) --------------, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius)dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar HasilPenelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.

6) --------------, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin(Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar HasilPenelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.

7) --------------, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius)dalam Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalamProseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992,Balitkanwar, Bogor, 1992.

8) --------------, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasiuspangasius) Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar HasilPenelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

9) --------------; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasiuspangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil PenelitianPerikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

Page 151: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10) Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya,1999 ).

11) Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasiuspangasius ) Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam ProsedingSeminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar,Bogor, 1992.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 152: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBESARAN IKAN BAWAL AIR TAWAR(Colossoma Macropomum)

Oleh: Inti Chobiyah

1. PENDAHULUAN

Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukurankonsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawaldapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secaramonokultur maupun polikultur. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagaiikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Magelang.

Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain :- Pertumbuhannya cukup cepat- Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (OMNIVORA) yang

condong lebih banyak makan dedaunan- Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik- Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging

ikan Gurami

2. PERSIAPAN KOLAM

Kolam untuk pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan airtawar lainnya. Persiapan kolam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan makananalami dalam jumlah yang cukup.

1) Mula-mula kolam dikeringkan sehingga tanah dasarnya benar-benar kering.Tujuan pengeringan tanah dasar antara lain :a. Membasmi ikan-ikan liar yang bersifat predator atau kompetitor (penyaing

makanan).b. Mengurangi senyawa-senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa beracun

lainnya yang terbentuk selama kolam terendam.c. Memungkinkan terjadinya pertukaran udara (aerasi) dipelataran kolam,

dalam proses ini gas-gas oksigen (02) mengisi celah-celah dan pori-poritanah.

2) Sambil menunggu tanah dasar kolam kering, pematang kolam diperbaiki dandiperkuat untuk menutup kebocoran-kebocoran yang ada.

3) Setelah dasar kolam benar-benar kering dasar kolam perlu dikapur dengankapur tohor maupun dolomit dengan dosis 25 kg per 100 meter persegi. Hal

Page 153: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ini untuk meningkatkan pH tanah, juga dapat untuk membunuh hamamaupun patogen yang masih tahan terhadap proses pengeringan.

4) Kolam pembesaran tidak mutlak harus dipupuk. Ini dikarenakan makananikan bawal sebagian besar diperoleh dari makanan tambahan atau buatan.Tapi bila dipupuk dapat menggunakan pupuk kandang 25 - 50 kg/100 m2dan TSP 3 kg/100 m2. Pupuk kandang yang digunakan harus benar-benaryang sudah matang, agar tidak menjadi racun bagi ikan.

5) Setelah pekerjaan pemupukan selesai, kolam diisi air setinggi 2-3 cm dandibiarkan selama 2-3 hari, kemudian air kolam ditambah sedidit demi sedikitsampai kedalaman awal 40-60 cm dan terus diatur sampai ketinggian 80-120cm tergantung kepadatan ikan. Jika warna air sudah hijau terang, baru benihikan ditebar (biasanya 7~10 hari setelah pemupukan).

3. PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENIH.

1) Pemilihan benih.a. Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik

ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik.b. Adapun ciri-ciri benih yang baik antara lain Sehat, Anggota tubuh lengkap,

Aktif bergerak, Ukuran seragam, tidak cacat, Tidak membawa penyakit,jenis unggul.

2) Penebaran benihSebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikantidak dalam kondisi stress saat berada dalam kolam. Cara adaptasi : ikanyang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukankedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya airkolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibukaplastiknya dan air dalam kolam masukkan sedikit demi sedikit kedalamplastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnyabenih ditebar/dilepaskan dalam kolam secara perlahan-lahan.

4. KUALITAS PAKAN DAN CARA PEMBERIAN

Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karenahanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuaidergan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanqmempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak sertavitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yangdiberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5% berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberianpakan dapat ditebar secara langsung.

Page 154: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. PEMUNGUTAN HASIL

Pemungutan hasil usaha pembesaran dapat dilakukan setelah ikan bawaldipelihara 4-6 bulan, waktu tersebut ikan bawal telah mencapai ukuran kuranglebih 500 gram/ekor, dengan kepadatan 4 ekor/m2. Biasanya alat yangdigunakan berupa waring bemata lebar. Ikan bawal hasil pemanenan sebaiknyapenampungannya dilakukan ditempat yang luas (tidak sempit) dan keadaanairnya selalu mengalir.

6. SUMBER

Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, Departemen Pertanian,http://www.deptan.go.id, Maret 2001.

7. KONTAK HUBUNGAN

1) Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, Jln. Sendangsono, KM. 0,5Progowati Mungkid Magelang, 56511; Tel. (0293) 789455; Fax.(0293)789455; [email protected]

2) Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - JalanHarsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 155: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN BERONANG(Siganus sp)

1. PENDAHULUAN

Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupikebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan lautsebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan darialam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnyalaju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiaptahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitupenangkapan dan budidaya.

Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakanadalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditiberonang mempunyai nilai yang menguntungkan sebagai berikut:a. Ikan beronang merupakan makanan yang enak dan gurih dan disukai banyak

orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.b. Ikan ini umumnya "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati

tumbuhan dan juga memakan makanan buatan.c. Selama musim-musim tertentu benih beronang dapat diperoleh dalam jumlah

banyak.d. Ikan beronang mempunyai toleransi besar terhadap salinitas dan suhu.e. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.f. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek

pembenihan dari hatchery cukup baik.g. Ikan beronang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi baik untuk

konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada telurnya selamatahun baru cina.

h. Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.

Page 156: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Mengingat budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, makapetunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi yang berminatmelakukan usaha budidaya beronang.

2. BIOLOGI

1) Diskripsi dan Taksonomi

Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-bedasatu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengahdengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakandengan sebutan samadar.

Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagaiberikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural,dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal.Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi olehsebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama danbiasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjarbisa/racun pada ujungnya.

Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut.Kelas:- Dada : Percipformes- Sub dada : Acanthuroidei- Famili : Siganidae- Genus : Siganus- Species : Siganus spp.

2) Kebiasaan Makanan

Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnyakecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi gerahamberkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjangdan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakantumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampumemakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.

3) Penyebaran

Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap speciessangat terbatas seperti yang terdapat di LON LIPI daerah penyebaran setiapspecies sebagai berikut:

Page 157: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a. Siganus guttatus penyebarannya di :Sumatera : Bengkulu, Padang Deli;Jawa : P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya;Kalimantan : Balik Papan;Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo, Manado, Selayar;Maluku : Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.

b. Siganus canaculatus penyebarannya di :Sumatera : Padang;Jawa : Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu;Maluku : Ternate, Bacan.

c. Siganus vulpinus penyebarannya di :Kalimantan : Birabirahan;Sulawesi : Masalembo, Ujung Pandang, Manado;Maluku : Ternate, Kajoa, Ambon, Seram;Irian : Manokwari.

d. Sirganus virgatus penyebarannya di :Sumatera : Pariaman, Padang, Bangka, Belitung;Jawa : P. Seribu, Bawean;Kalimtan : Sundakan;Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.

e. Siganus corallinus penyebarannya di :Sumatera;Jawa;Nusa Tenggara;Sulawesi;Maluku.

f. Siganus chrysapilos penyebarannya di :Jawa : P. Seribu;Kalimantan : Sundakan;Sulawesi : Ujung Pandang, Manado, Slayar;Nusa Tenggara : Sumbawa;Maluku : P. Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya.

g. Siganus spinus penyebarannya di :Sumatera : Bengkulu, Padang, Tapak Tuan;Jawa : P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi;Sulawesi : Ujung Pandang. Bajo, Manado;Nusa Tenggara, Timor;Bali;Maluku dan sekitarnya.

Page 158: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :Sumatera : Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias;Jawa : P. Seribu, Semarang;Kalimantan : Balik Papan dan Sundakan;Sulawesi : Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe;Maluku : Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon;Nusa Tenggara, Timor.

i. Siganus puellus penyebarannya di :Jawa : P. Seribu;Sulawesi : Ujung Pandang;Maluku dan sekitarnya.

j. Siganus javus penyebarannya di :Sumatera : Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung;Jawa : Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya,

Pasuruan, madura;Kalimantan : Stagen, Balik Papan;Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.

k. Siganus lineatus penyebarannya di :Maluku : Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya.

3. TEKNOLOGI BUDAYA

1) Persyaratan Lokasi Budidaya

Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimalmemerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akandikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini,pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkandari aspek teknis dan non teknis.

Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:a. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim

dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitasbudidaya.

b. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan airkurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknyaapabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggusebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untukmelawan arus.

c. Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbahindustri maupun limbah rumah tangga.

Page 159: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikanbesar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu(predator).

e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas airyang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.

f. Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan denganusaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdayamanusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yangcukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudahdiperoleh.

Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektoryang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungandengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.

2) Sarana produksi

Metoda budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metodaKaramba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yangterbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.

a. Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung

Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan,pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponentersebut adalah sebagai berikut:

- Rakit Apung

Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulumembuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka iniberfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segiempat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.

Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secaraekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan.Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkarsebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.

Page 160: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 1. Kerangka Rakit

- Kurungan

Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuatdari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaituempat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telahsiap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat keempat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatankurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar3 dan agar kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, makapada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.

Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung

Page 161: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 3. Cara Pengikatan Jaring

Gambar 4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit

- Pelampung

Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jagadiperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastikvolume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampungsebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE)yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm.

Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit

Page 162: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Jangkar

Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeserdari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang.Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yangterbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.

Gambar 6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar

b. Benih

- Persyaratan Benih

Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksibenih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambatpertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikandi dalam wadah budidaya.

Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antaralain adalah :* Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;* Gerakan ikan lincah;* Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.

- Penyediaan Benih

Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usahabudidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronangdapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih.

Page 163: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiaplokasi.

Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampaisaat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapajenis sudah berhasil dilakukan.

- Penanganan dan Transportasi Benih

Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkunganseperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronangsangat perlu dijaga hati-hati.

Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harusselalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat dilakukansehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikandan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seseryang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibatpersentuhan benih satu sama lain.

Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakankeramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air.Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untukjarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuktanah.

Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukupdapat ditransportasi sampai maksimum 48 jam.

c. Pakan

- Persyaratan Pakan

Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikanyang dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baikkualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknyayaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat makanan yangdibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknyayang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).

- Penanganan Pakan

Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikanberonang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yangdigunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakanantara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering.

Page 164: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Teknologi Budidaya

a. Pola Produksi

Dalam usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikandengan ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari musimserta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya ikan di lautsetiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat.

Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasaralternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan penanamanpada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan danpenebaran benih dapat dilakukan selang 3 hari - 1 minggu setiap KK atautergantung dari daya serap pasar.

b. Cara Penebaran Benih

Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudiansecara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaranbenih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

c. Cara Pemberian Pakan

Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pelletkering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari.Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dansore hari.

Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pelletsebanyak 4 kg.

d. Penanganan Hasil

Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulansetelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

- Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telahberukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakanserok/lampit/alat angkap.

- Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidayasekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arahsuatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudiandiambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan

Page 165: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknyadilakukan pada saat udara sejuk.

4) Manajemen Budidaya

Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut denganjaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel padasarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung danpelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaranair dan menyebabkan kurungan bertambah berat.

Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukanpembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekaliatau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkanuntuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau denganmenggunakan mesin semprot jaring.

5) Hama dan Penyakit

a. Hama

Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalahberupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung danlingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan padakurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan caramenutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkarikurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia perlu jugadiwaspadai.

b. Penyakit dan Pencegahannya

Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukandiagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakandapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :- Ada kelainan tingkah laku : salah satu atau beberapa ikan keluar dari

kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yangberada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejalademikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian :penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan kimialogam berat, dan kekurangan vitamin.

- Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa lama keadaan initerjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized fatty),kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadikarena persediaan pakan sedikit.

- Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan danpermukaan tubuh ikan.

Page 166: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Mata tidak normal : disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotodaGiganea sp.

Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada :Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan

keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik.Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit

Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardiasp.

Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klasMycospradia, membran jantung membesar karena diserangbakteri Streptococcud spp.

Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkanoleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease).Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapatmenyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudahpecah.

Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan olehparasit yang termasuk klas Cestoda.

Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis,disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda,Cestoda dan Acanthocephala.

Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan olehadanya penyakit di bagian lain.

Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan olehbakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae.

c. Penanganan Ikan Sakit

Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :- Berdasarkan teknik budidaya :

Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain adalah :* Menghentikan pemberian pakan pada ikan;* Mengganti makanan dengan jenis lain;* Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang

kepadatannya/ densitasnya rendah;* Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan

yang lain.- Berdasarkan terapi kimia :

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan

digunakan;* Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat agar

tidak terjadi "over dosis";* Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri;* Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat

tersebut.

Page 167: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Cara Pemberian Obat

Cara pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan sendiridengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit,kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya).

Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu :- Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;- Disebarkan pada permukaan;- Dicampurkan dalam pakan;- Dengan cara injeksi.

Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenismonogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini dapatdilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox,Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enitdan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengantingkat kematian ikan beronang sampai 0%.

Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hati-hati agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkankematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah dosisyang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang mematikanterhadap beberapa jenis ikan beronang.

Tabel 4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang(Tanaka dan Basyari, 1982).

No. Jenis Ikan Panjang TotalRata-rata (cm)

KonsentrasiDipterex (ppm)

Waktu(menit)

1. S. canaliculatus 3 30 392. S. canaliculatus 8-12 50 93. S. guttatus 3 30 494. S. guttatus 5-8 50 95. S. javus 3 50 46. S. javus 3 30 287. S. javus 9-11 50 98. S. javus 15 30 15

e. Pencegahan penyakit

Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakitdapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :- Menjaga kebersihan tempat budidaya;

Page 168: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahan-bahan kimia pertanian;

- Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasijamur;

- Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.

4. DAFTAR PUSTAKA

1) Dana Kusumah, E., 1985, Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganusspp) Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember 1985 di Lampung.10 pp.

2) WASPADA, E, Hiroki, 1985. Percobaan Pemberian Pakan padaPemeliharaan Benih Ikan Beronang, Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1Nopember. 68 - 73 p.

3) Marto Sewajo, S., Burhanudin, Djamali, P. Sianipar. 1981. Ikan Beronang.Biolobi , Potensi dan Pengelolaannya. LON - LIPI. 45 p.

4) Basyori, A., E. Dana Kusumah; Philip T. T, Pramu, S, Musthahal dan M. Isra.Budidaya Ikan Beronang (Siganus spp). Direktorat Jenderal Perikananbekerjasama dengan IDRC, 39 p.

5) Informasi Teknologi, BBL.

5. SUMBER

Pedoman Teknis Budidaya Ikan Beronang, Direktorat Bina Produksi, DirektoratJenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1997.

6. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, DepartemenPertanian, Jakarta.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 169: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMIJAHAN IKANDENGAN SISTEM CANGKRINGAN

1. PENDAHULUAN

Hypofisasi adalah suatu metoda untuk memeprcepat pematangan gonadainduk ikan agar berovulasi, yaitu dengan menyuntikan cairan kelenjar hypofisaikan donor ke dalam tubuh induk ikan yang akan dipijahkan. Sistem ini dikenaldengan sistem pemijahan buatan, terutama untuk memijahkan jenis-jenis ikanyang sulit berpijah (seperti: tawes, lele dumbo, grasscarp dll).

Akan tetapi di dalam sistem hypofisasi selalu diperlukan ikan donor (ikan mas)yang harus dikorbankan untuk diambil kelenjar hypofisisnya. Oleh karena ituuntuk menghindarkan pengorbanan tersebut di BII Sentral Cangkringan telahdikembangkan pemijahan ikan dengan "sistem cangkringan", yaitu carapemijahan dengan menggunakan ikan mas yang dipijahkan bersamaan didalam 1 (satu) bak dengan induk ikan lain yang sulit berpijah. Cara tersebutdigunakan untuk merangsang berpijahnya induk-induk ikan lain yang sulitdipijahkan walaupun telah matang gonad.

Seperti telah diketahui bahwa ikan mas selain merupakan donor universal jugadikenal sebagai ikan yang mudah berpijah. Oleh sebab itu dalam cara inipunyang dipergunakan sebagai ikan donor adalah induk ikan mas.

Dengan "sistem cangkringan" ini, ikan mas tidak perlu dikorbankan, bahkanselain induk ikan mas dapat dipergunakan untuk pemijahan beberapa kali, teluryang dihasilkannya dapat ditetaskan sebagai hasil sampingan.

2. TEKNIK PEMIJAHAN

1) Tempat pemijahan dapat berupa kolam atau bak semen ukuran 10 x 5 1 myang pada bagian atasnya dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkaniar selama pemijahan berlangsung.

2) Tempat pemijahan harusdibersihkan dan dikeringkan.

3) Pada tempat pemijahan dipasang happa. Ukuran happa untuk pemijahanikan mas adalah 4 x 2 x 1 m; untuk ikan tawes adalah 2 x 1 x 1 m dan untuklele cukup 1 x 1 x 1 m.

Page 170: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Setelah pemasangan happa selesai, alirkan air ke tempat pemijahan hinggatinggi air dalam happa kira-kira 20-30 cm.

5) Pilihlah induk ikan mas yang telah matang telur. Masukkan induk ke dalamhappa. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 2:1.

6) Untuk jenis ikan yang telurnya mempunyai sifat melakat/menempel maka didalam happa harus dipasang kakaban.

7) Masukkan induk-induk ikan lele dumbo, grasscarp, mola dll yang telahmatang telur ke dalam happa. Perbandingan indukjantan dan betinatergantung dari jenis ikannya. Untuk ikan tawes perbandingan induk jantandan betina adalah 2:3 dan untuk ikan lele adalah 1:1.

8) Kemudian air dialirkan melalui pipa yang terletak di atas kolam sehingga airmasuk dalam tempat pemijahan seperti air hujan.

Gambar 1. Tempat Pemijahan Ikan Sistem Imbas di BII Sentral Cangkringan

3. PROSES PEMIJAHAN

1) Jika induk yang dipilih benar-benar telah matangtelur, maka pada malamharinya akan memijah.

2) Induk ikan mas akan memijah terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian ikanlain akan terangsang untuk berpijah.

4. PENETASAN TELUR

1) Untuk telur-telur yang sifatnya melekat, cukup dibiarkan menetas dalamhappa.

2) Sedangkan untuk telur yang tidak melekat dapat ditetaskan pada corongpenetasan.

3) Tergantung dari jenis ikannya, beberapa hari kemudian telur akan menetas.Kemudian larva-larva tersebut dapat dipindahkan dalam tempat (bak)pendederan.

Gambar 2. Corong Penetasan

Page 171: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 3. Cara Penetasan Telur Ikan Dengan Sistem Corong

5. PENUTUP

Pada umumnya jenis-jenis ikan liar atau yang baru saja dijinakkan dari alamsulit dipijahkan. Bahkan beberapa jenis ikan, seperti tawas, yang sudah lamadikenal sebagai ikan budidayapun kenyataannya relatif sulit dipijahkan.

Tetapi setelah cukup lama dipraktekkan di BII Sentral Cangkringan, ternyatasistem imbas dapat dipergunakan untuk mengatasi hal tersebut di atas.Beberapa jenis ikan yang dapat dipijahkan dengan sistem cangkringan antaralain adalah : tawes, grascarp, lele dumbo, dll.

Gambar 4. Persiapan Bak Pemijahan

Gambar 5. Pemilihan Induk Ikan Lele Dumbo yang Siap Memijah

6. SUMBER

Brosur Pemijahan Ikan dengan Cara Cangkringan, Proyek Infis, DinasPerikanan, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, 1989.

7. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 172: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN GURAME(Osphronemus gouramy)

1. PENDAHULUAN

Gurame merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat namunharganya relatif meningkat setiap saat. Untuk DKI Jakarta, jenis ikan ini cocokkarena tidak memerlukan air yang mengalir.

Untuk memberi petunjuk bagi masyarakat yang berminat di bawah ini diuraikantata cara budidayanya.

2. JENIS

Jenis ikan gurame yang dikenal masyarakat berdasarkan bentuknya ada 2(dua) yaitu:1) Gurame angsa (soang) : badan relatif panjang, sisik relatif lebar. Ukuran

yang bisa dicapainya berat 8 kg, panjang 65 cm.2) Gurame Jepang : badan relatif pendek dan sisik lebih kecil. Ukuran yang

dicapai hanya 45 cm dengan berat kurang dari 4,5 kg.

Jika dilihat dari warnanya terdapat gurame hitam, putih dan belang.

3. MEMILIH INDUK

Induk yang dipakai sebaiknya mencapai umur 3 tahun.

Untuk membedakan induk jantan dan betina bisa dilihat dari ciri-ciri sebagaiberikut:

1) Induk betinaIkan betina mempunyai dasar sirip dada yang gelap atau berwarnakehitaman, warna dagu ikan betina keputih-putihan atau sedikit coklat, jikadiletakkan di lantai maka ikan betina tidak menunjukan reaksi apa-apa.Sebaiknya sudah berumur 3~7 tahun.

2) Induk jantanIkan jantan mempunyai dasar sirip berwarna terang atau keputih-putihan,mempunyai dagu yang berwarna kuning, lebih tebal daripada betina danmenjulur. Induk jantan apabila diletakkan pada lantai atau tanah akan

Page 173: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menunjukan reaksinya dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya keatas.

Selain mengetahui perbedaan induk jantan dan betina, perlu juga diketahuidemi keberhasilan pembenihan gurame ini.

Induk telah berumur 3~7 tahun. Berbeda dengan induk ikan tambakan, indukikan gurame ini semakin bertambah umurnya akan mengeluarkan telur semakinbanyak, perut akan membulat dan relatif penjang dengan warna badan terang.Sisik-sisiknya usahakan tidak cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusunrapi.

Induk betina yang cukup umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnyaakan membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur. Pada lubang anusakan nampak putih kemerah-merahan. Dan apabila kita coba untuk merabaperutnya akan teras lembek.

4. PEMIJAHAN

Pemasukan air dilakukan pagi-pagi sekali, sehingga menjelang jam 10.00kolam telah berisi air setengahnya. Induk-induk yang telah lolos seleksidimasukkan dalam kolam dengan hati-hati dan penuh kasih sayang.Perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 - 14. Denganharapan induk jantan paling sedikit bisa mengawini dua ekor induk betina dalamsatu tarikan.

Setelah dilepaskan dalam kolam pemijahan biasanya induk jantan tidakotomatis langsung membuat sarang, tetapi terlebih dahulu berjalan-jalan,berenang kesana-sini mengenal wilayahnya. Setelah 15 hari sejak dilepaskan,induk jantan biasanya sudah langsung disibukkan oleh kegiatannya membuatsarang.

Garis tengah sarang biasanya kurang lebih 30 cm, yang biasanya dikerjakanoleh induk jantan ini selama seminggu (7 hari). Setelah sarang selesai dibuat,induk jantan cepat-cepat mencari dan merayu induk betina untuk bersama-sama memijah disarang. Induk betina ini akan menyemprotkan telur-telurnyakedalam sarang melalui lubang sarang yang kecil, kemudian jantan akanmenyemprotkan spermanya, yang akhirnya terjadilah pembuahan didalamistana ijuk ini. Tidak seperti halnya ikan mas yang pemijahannya hanyabeberapa jam saja, pemijahan ikan gurame ini biasanya berlangsung cukuplama. Induk jantan bertugas menjaga sarang selama pemijahan berlangsung.Setelah pemijahan selesai, biasanya giliran induk betina yang bertugasmenjaga keturunannya, dengan terlebih dulu menutup lubang sarang denganijuk atau rumputan kering.

Page 174: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Dengan nalurinya sebagai orang tua yang baik, biasanya induk betina inimenjaga anaknya dengan tak lupa mengipaskan siripnya terutama sirip ekorkearah sarang. Gerakan sirip induk betina ini akan meningkatkan kandunganoksigen terlarut dalam air. Air dengan kandungan oksigen yang cukup akanmembantu menetaskan telur-telur dalam sarang. Sebab seperti diketahui,telurpun butuh oksigen dalam prosesnya menjadi benih ikan. Sementaradengan kasih sayang induk betina menjaga keturunanya, induk jantan akankembali menyusun sarang dan memikat induk betina yang lainnya untukmelanjutkan keturunannya.

Dari atas kolam kita bisa mengetahui induk-induk yang telah memijah tanpaturun ke kolam dengan melihat adanya bau amis, dan terlihat adanya lapisanminyak tepat di atas sarang pemijahan.

5. PENETASAN

Penetasan telur bisa dilakukan di paso, aquarium atau pun ember-emberplastik. Cara memindahkan telur dari dalam sarang ke paso/aquariumdilakukan dengan hati-hati tidak terlalu kasar untuk menghindari agar telur tidakpecah. Sarang bahan dari ijuk yang ada 5 cm dibawah permukaan air dantelah ditutup rapat, diangkat dengan cara dimasukkan kedalam ember yangberisi 3/4 bagian ember. Sarang menghadap ke atas dan ditenggelamkankemudian perlahan-lahan tutup sarang dibuka, maka telur-telur akan keluar danmengambang dipermukaan air. Selanjutnya telur diangkat dengan mengunakanpiring kecil untuk dipindahkan ke pasoaquarium atau ember bak yang telah diisiair bersih yan sudah diendapkan. Penggantian air dilakukan secara rutin agartelur-telur menetas dengan sempurna dan telur yang tidak menetas segeradikeluarkan.

Telur akan menetas dalam tempo 30 ~ 36 jam.

6. PENDEDERAN

Selama 5 hari benih-benih belum membutuhkan makanan tambahan, karenamasih mengisap kuning telur (yolk sack). Setelah lewat masa itu benihmembutuhkan makanan yang harus disuplai dari luar. Oleh karenya jika masihbelum ditebarkan di kolam harus diberi makan infusoria.

Jika benih hendak ditebarkan di kolam, kolam harus dikeringkan dan dipupukdengan pupuk kandang 1 kg/m2. Setelah seminggu benih ditebarkan, yaituketika air kolam sudah berubah menjadi kehijau-hijauan. Benih gurame umur 7hari dapat dipasarkan kepada para pendedar dengan system jual sarangsehinga frekwensi pembenihan dapat ditingkatkan.

Page 175: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Padat tebar pendederan 50 ~ 100 ekor/m2, sementara kolam yang digunakanberkisar 50.250 m2.

7. PENUTUP

Meskipun pemeliharaan gurame relatif membutuhkan waktu lama namun hargajual yang tinggi tetap akan memberi keuntungan.

8. SUMBER

Dinas Perikanan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1997

9. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 176: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENGENALAN JENIS IKAN HIAS(DISKUS, SEVERUM, RAINBOW, NIASA)

1. PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat DKI Jakarta khususnyapetani ikan/nelayan telah ditempuh berbagai cara diantaranya memanfaatkanlahan pekarangan dengan usaha pemeliharaan ikan hias.

Jumlah ikan hias khususnya ikan hias air tawar yang susah dapatdibudidayakan di Indonesia ada 91 jenis.

Dari ke 91 jenis ikan tersebut, ada beberapa jenis ikan hias tersebut yangsangat potensial untuk dikembangakan karena selain dapat dipasarkan didalamnegeri juga dapat merupakan komoditas eksport.

Jenis-jenis ikan hias yang potensial tersebut antara lain ikan Diskus, Severum,Rainbow, dan Niasa. Untuk lebih mengenal jenis ikan tersebut pada Babselanjutnya akan dikemukanan sifat dari ikan-ikan tersebut.

2. JENIS IKAN HIAS

1) Diskus

Ikan hias Diskus (Symhysodonodiscus) merupakan salah satu jenis ikan hiasair tawar yang berasal dari sungai Amazon (Brasil). Jenis ikan tersebutmempunyai nilai ekonomis yang baik dan sangat disenangi di berbagainegara. Di Indonesia ikan Diskus sudah dapat dibudidayakan dan sangatpotensil untuk dikembangkan karena selain dapat dipasarkan dipasaranlokal, juga dapat merupakan komoditas ekspor.

Ciri khas dari ikan diskus ialah benetuk badannya tubuh pipih, bundar miripikan bawal dengan warna dasar coklat kemerah-merahan. Ikan diskus dapatdibudidayakan didalam Aquarium untuk sepasang diskus dapat ditempatkandalam aquarium berukuran sekitar 75 x 35 x 35 cm kwalitas yang diperlukanuntuk hidup dan berkembang ikan diskus yaitu di air yang jernih, temperatursekitar 28 - 300 C pH (derajat keasaman) 5 - 6 selain itu kandungan Oksigenterlarutnya harus cukup tinggi yaitu + lebih besar dari 3 ppm (pxrt permillion).

Page 177: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Ikan Diskus sudah dapat dikembangbiakan setelah berumur antara 15 - 20bulan. Adapun makanan yang umum dengan makan yaitu kutu air, cuk,cacing (makanan buatan) yang ada dipasaran.

2) Severum

Ikan severum Cichlosoma severum adalah salah satu jenis ikan hias airtawar yang berasal dari Amerika Serikat bagian Utara (S. Arhazone).Tubuhnya pendek, gemuk dan gepeng dengan warna dasar tubuh bervariasiyaitu coklat kekuningan, atau hitam kecoklatan. Jenis ikan ini jugamempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Ikan Severum dapat dipelihara didalam aquarium atau bak semen kwalitasair yang diperlukan untuk pemeliharaan ikan severum yaitu: PH. : 5,5 - 7,temperatur air 21 - 250C. Ikan Severum sudah dapat dipijahkan setelahberumur + tahun dengan ukuran 12 - 15 cm.

Induk jantan dari betina dapat dibedakan dari warna dan ukuran induk jantanberwarna lebih cerah dengan induk yang lebih besar dari betina. Makananyang dapat diberikan jenis ikan ini antara lain: kutu air, cuk, cacing sutera dll.

3) Ikan Rainbow

Ikan Rainbow merupakan jenis ikan hias yang banyak diminati masyarakatkarena jenis ikan ini juga dapat merupakan komoditi eksport. Ada 2 jenisrainbow yang cukup terkenal yaitu rainbow Irian (Melano Tacnia maccaulochidan Rainbow Anlanesi ogilby Telmatherina ladigesi ahl

Rainbow Irian warna dasarnya keperak-perakan dengan warna gelap metaliksedangkan rainbow Sulawesi warna dasarnya kuning zaitun, dengan warnabagian bawah kuning jenis ikan ini termasuk ikan bertelur denganmenempelkan telur pada tanaman air.

Kwalitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperaturair 23 - 260C. Ph. air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapt hidup danberkembang-biak dalam aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapatmemijah setelah berumur + 7 bulan dalam ukuran 5 - 7 cm.

Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air,cacing zambut atau cuk. Supaya ikan dapat tumbuh dengan baik selamapemeliharaan bertelur, air harus klop memenuhi persyaratan dan dilakukanpenggantian air + 1 minggu 1 kali.

Page 178: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Ikan Niasa

Psedatropheus auratus Bonlenger atau nama Inggris Auratus. Di DKI jakartalebih dikenal dengan nama Niasa jenis ikan ini mempunyai tubuh memanjangagak datar, warna dasar kuning keemasan cerah atau hitam pekat. IkanNiasa sangat agresif gerakannya sehingga harus hati-hati kalau akandicampur dengan jenis ikan lain.

Kwalitas air yang diperlukan untuk hidup dan berkembang ikan Niasa yaitupH = 7, temperatur 24 - 270C. Pemeliharaan dapat dilakukan didalam baksemen atau aquarium. Ketinggian air yang diperlukan untuk pemijahansekitar 30 - 35 cm.

Ikan Niasa sudah dapat memijahkan dalam umur 7 bulan dengan ukuranpanjang tubuh : 7 cm. Induk jantan dan betina dapat dibedakan dari totolkuning sirip anusnya.

Ikan jantan biasanya memiliki totol-totol in, sementara si betina tidak.Makanan yang diberikan antara lain : Cuk, kutu air.

3. SUMBER

Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

4. KONTAK HUBUNGAN

Pemerintah DKI Jakarta, Dinas Perikanan

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 179: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN HIASLIVE BEARER

1. PENDAHULUAN

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium.Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terusmeningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenisikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkanikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dankebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelurataupun menyusun sarangnya.

Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:1) Ikan-ikan hias yang beranak.2) Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.3) Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.4) Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.5) Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hiasyang beranak (live bearer), misalnya:

1) Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)2) Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)3) Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)4) Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)

2. CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA

1) Induk Jantana. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang

merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.b. Tubuhnya rampaing.c. Warnanya lebih cerah.d. Sirip punggung lebih panjang.e. Kepalanya besar.

2) Induk Betinaa. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.b. Tubuhnya gemukc. Warnanya kurang cerah.d. Sirip punggung biasa.

Page 180: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e. Kepalanya agak runcing.

3. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN

1) Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) danjernih.

2) Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.3) pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.4) Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air)

dan makanan buatan, diberikan secukupnya.

4. TEKNIK PEMIJAHAN

1) Pemilihan indu. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuhyang mengembung serta mempunyai warna yang indah.

2) Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapapasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat puladilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasang-sepasang.

3) Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikanharus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakanoleh induknya.

5. PERAWATAN BENIH

1) Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karenamasih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan barudapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning teluryang telah direbus dan dihancurkan.

2) Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanancacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberimakanan cuk.

3) Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupacacing kering, agar-agar dll.

4) Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan,karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.

Page 181: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh,karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkansetiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktupenyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.

6. PENUTUP

Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkatkeberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,-sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksportmisalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunanyang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.

7. SUMBER

Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996

8. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 182: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENUNTUN KEARAH MENTERNAKANIKAN HIAS JENIS TETRA

1. JENIS IKAN TETRA

Jenis-jenis ikan TETRA terkenal cukup indah. Bermacam-macam jenis tetrayang dikenal di Indonesia seperti Green Tetra, Blue Tetra, Silver Tetra, NeonTetra & banyak lagi yang lain.

Pada tulisan ini diketengahkan jenis neon tetra yang berasal dari sungaiAmazon Amerika, dan telah berkembang biak di Indonesia.

Neon Tetra (Hyphessobryconnesi), ikan hias ini termasuk ke dalam kelompokikan hias yang paling menarik. Tubuhnya berjalur merah danbiru hijausepanjang tubuhnya dari insang sampai ekornya. Ikan hias ini mudahdipelihara, kuat dan tidak gampang sakit/mati.

2. CARA MEMBIAKAN

Cara membiakkan ikan jenis ini masih cukup sulit dan memerlukan ketekunanserta pengalaman yang lama. Adapun untuk membiakan ikan ini di perlukansyarat-syarat tertentu antaralain:

1) Air harus steril dan bersifat asam (pH lebih kecil dari 6,4)2) Senang pada tempat yang gelap.3) Suhu sekitar 200C

Cara membedakan jantan dan betina adalah sebagai berikut:

Jantan BetinaBentuk agak panjang Bulat pendek dan perut membesar

Garis neon lurus Garis agak bengkok

Cara membiakkannya:

1) Pisahkan induk-induk neon tetra.2) Air hujan ditampung dan didiamkan sampai + 2 minggu.3) Tempat yang dipergunakan untuk membiakkan, ikan tersebut dibersihkan

ter lebih dahulu dan dicuci dengan tawas.4) Masukkan air hujan tersebut kedalam tempat pemijahan.5) Tetesi dengan air rendaman kayu asam.6) Didiamkan 2 ~ 3 hari.

Page 183: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7) Masukkan tanaman atau daun-daunan untuk meletakkan telur neon tetratersebut.

8) Masukkan induk tetra yang telah dipisahkan terlebih dahulu.9) Tutuplah tempat tersebut dan berilah lubang cahaya sedikit agar supaya

dapat melihat gerak-gerik ikan tersebut.10) Jika terlihat jantan dan betina saling berkejar-kejaran, maka + 3 hari

kemudian sudah terlihat telur-telur yang menempel pada daun atau akaryang telah disediakan.

11) Pindahkan induknya dan ditutup dengan kain hitam hingga tidak adacahaya yang masuk.

12) Selama + 3 hari telur neon tetra tersebut menetas.13) Anak ikan ini dapat diberi makanan infusoria yakni bakteri pembusuk pada

daun kubis/kol yang dibusukkan setetes demi tetes.14) Setelah + 2 - 3 minggu penutup sudah boleh dibuka kembali.15) Kemudian akan terlihat anak-anak ikan tetra.

Di daerah panas seperti Jakarta sebaiknya membiakkan Tetra ini dilakukandikamar mandi yang hawanya lembab dan dingin.

3. SUMBER

Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

4. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8 - 9, Blok GLantai 21, Jakarta Pusat, Tel. 021 359363

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 184: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH(Lates calcalifer, Bloch)

DI KERAMBA JARING APUNG

1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untukusaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyakberkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand danSingapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) dilaut telah berkembang.

Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan namaseabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis,baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor.Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan daripenangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah dihasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yangmenghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalahmasih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.

Untuk mengatasi masalah benih, Balai Budidaya Laut Lampung bekerja samadengan FAO/UNDP melalui Seafarming Development Project INS/81/008dalam upaya untuk memproduksi benih kakap putih secara massal. Pada bulanApril 1987 kakap putih telah berhasil dipijahkan ddengan rangsangan hormon,namun demikian belum diikuti dengan keberhasilan dalam pemeliharaan larva.Baru pada awal 1989 kakap putih dengan sukses telah dapat dipeliharalarvanya secara massal di hatchery Balai Budidaya Lampung.

Dalam upaya pengembangan budidaya ikan kakap putih di indonesia, telahdikeluarkan Paket Teknologi Budidaya Kakap Putih di Karamba Jaring Apung

Page 185: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

melalui rekomendasi Ditjen Perikanan No. IK. 330/D2. 10876/93K, yangdilanjutkan dengan Pembuatan Petunjuk Teknis Paket Teknologi.

2. BIOLOGI

Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besarterhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous(dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yangmenyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun airtawar.

Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan beberapanama seperti: pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur),dubit tekong (Madura), talungtar, pica-pica, kaca-kaca (Sulawesi).

Ikan kakap putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkaptaksonominya adalah sbb:Phillum : ChordataSub phillum : VertebrataKlas : PiscesSubclas : TeleosteiOrdo : PercomorphiFamili : CentroponidaeGenus : LatesSpecies : Lates calcarifer (Block)

Ciri-ciri morfologis antara lain adalah:a. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar.b. Pada waktu masih burayak (umur 1 ~ 3 bulan) warnanya gelap dan setelah

menjadi gelondongan (umur 3 ~ 5 bulan) warnanya terang dengan bagianpunggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadikeabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.

c. Mata berwarna merah cemerlang.d. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus.e. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi.f. Sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7 ~ 8. Sedangkan bentuk sirip

ekor bulat.

3. PEMILIHAN LOKASI

Sebelum kegiatan budidaya dilakukan terlebih dahulu diadakan pemilihanlolkasi. Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan usahabudidaya ikan kakap putih. Secara umum lokasi yang baik untuk kegiatan

Page 186: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

usaha budidya ikan di laut adalah daerah perairan teluk, lagoon dan perairanpantai yang terletak diantara dua buah pulau (selat).

Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikankakap putih di laut adalah:a. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombangb. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar

antara 5 ~ 7 meter.c. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.d. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppme. Benih mudah diperoleh.f. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.g. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil.

4. SARANA DAN ALAT BUDIDAYA

1) Sarana dan Alat

Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jaringapung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur.Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:

a. JaringJaring terbuat dari bahan:- Bahan: Jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, guna

untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar.- Ukuran: 3 m x 3 m x 3 m- 1 Unit Pembesaran: 6 jaring (4 terpasang dan 2 jaring cadangan)

b. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakankurungan.- Bahan: Bambu atau kayu- Ukuran: 8 m x 8 m

c. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh saranabudidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan- Jenis: Drum (Volume 120 liter)- Jumlah: 9 buah.

d. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnyaakibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.- Jenis yang dipakai: Besi atau beton (40 kg).- Jumlah : 4 buah- Panjang tali : Minimal 1,5 kali ke dalam air

Page 187: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e. Ukuran benih yang akanDipelihara: 50-75 gram/ekor

f. Pakan yang digunakan: ikan rucah

g. Perahu : Jukung

h. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll.

2) Konstruksi wadah pemeliharaan

Gambar 1. Kerangka Rakit

Perakitan karamba jaring bisa dilakukan di darat dengan terlebih dahuludilakukan pembuatan kerangka rakit sesuai dengan ukuran yang telahditentukan.

Keangkan ditempatkan di lokasi budidaya yang telah direntukan dan agartetap pada tempatnya (tidak terbawa arus) diberi jangkar sebanyak 4 buah.

Jaring apung apa yang telah dibuat berbentuk bujur sangkar pada kerangkarakit dengan cara mengikat keempat sudut kerangka. Cara pengikatan jaringdapat dilihat pada gambar 2.

Page 188: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 2. Cara Mengikat Jaring

Untuk membuat jaring agar berbentuk bujur sangkar, maka pada sudutbagian bawah jaring diberi pemberat seperti pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Jaring Berbentuk Bujur Sangkar

Untuk dapat mengikat bambu/kayu dengan mudah dapat dilihat pada gambar4.

Page 189: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 4. Pelampung Diikatkan pada Bambu/Kerangka Rakit

5. OPERASIONAL BUDIDAYA

1) Metode Pemeliharaan

Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasilpendederan atau hatchery, selanjutnya dipelikara dalam kurungan yang telahdisiapkan. Penebaran benih ke dalam karamba/jaring apung dilakukan padakegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu. Padat penebaran yangditetapkan adalah 50 ekor/m3 volume air.

Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengantakaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikanadalah ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adlah 6:1dalam arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg.

Selama periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan, dilakukan pembersihan kotoranyang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerang-kerangan dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air danmenyebabkan kurungan bertambah berat.

Pembersihan kotoran dilakukan secara periodik paing sedikit 1 bulan sekalidilakukan secara berkala atau bisa juga tergantung kepada banyaksedikitnya organisme yang menempel.

Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapaekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakanalgae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan caramenyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi.

Page 190: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Selain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikanpeliharaan juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan.Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala,guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan.Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidakseragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan.

Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolanterlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan,perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2) Panen

Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran ±500 gram/ekor diperlikan waktu 5-6 bulan. Dengan tingkat kelulusanhidup/survival rate sebesar 90% akan didapat produksi sebesar 2.250kg/unit/periode budidaya.

Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring keluar rakit,kemudian dilakukan penyerokan.

3) Penyakit

Publikasi tentang penyakit yang menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan dilaut seperti ikan kakap putih belum banyak dijumpai. Ikan kakap putih initermasuk diantara jenis-jenis ikan teleostei. Ikan jenis ini sering kali diserangvirus, bakteri dan jamur. Gejala-gejala ikan yang terserang penyakit antaralain adalah, kurang nafsu makan, kelainan tingkah laku, kelainan bentuktubuh dll.

Tindakan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi penyakit ini adalah:a. menghentikan pemberian pakan terhadap ikan dan menggantinya dengan

jenis yang lain;b. memisahkan ikan yang terserang penyakit, serta mengurangi kepadatan;c. memberikan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

6. ANALISA USAHA 1 TAHUN (2 PERIODE BUDIDAYA)

1) Biaya Investasi- Karamba jaring apung 1 unit Rp. 2.500.000,-- Perahu jukung 1 unit Rp. 150.000,-- Peralatan budidaya Rp. 300.000,-Jumlah 1) Rp. 2.950.000,-

Page 191: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Biaya Operasional- Benih 2 x 5.000 ekor x Rp 200,- Rp. 2.000.000,-- Pakan 2 x 13.500 kg x Rp 250,- Rp. 6.750.000,-- Tenaga kerja 2 orang x 1 x 6 buah x Rp. 75.000,- Rp. 900.000,-Jumlah 2) Rp. 9.650.000,-

3) Jumlah biaya (1+2) Rp. 2.950.000 + Rp 9.650.000,- Rp. 12.600.000,-

4) Pendapatan 2 x 2.250 kg x Rp 4.000,- Rp. 18.000.000,-

5) Selisih pendapatan dan biaya total(4-3) Rp. 5.400.000,-

6) Penyusutan 50% x Rp 2.950.000,- Rp. 1.475.000,-

7) Laba sebelum pajak (5-6)

Catatan1. Harga yang dipergunakan merupakan harga di Lampung tahun 1992/1993,

Perhitungan tidak menggunakan dana dari bank

7. DAFTAR PUSTAKA

1) Anomius. 1990. “Perkembangan Rekayasa Teknologi Pembenihan KakapPutih (Lates calcarifer, Bloch) di Balai Budidaya Laut Lampung”, DitjenPerikanan, Lampung.

2) Anomius, 1992. Buletin Budidaya Laut seri 5 & 6. BBL Lampung, DitjenPerikanan, Lampung.

3) Anomius, 1990/1991. Usaha Penanggulangan Serangan Penyakit padaUsaha Budidaya Laut/Rumput Laut, Ditjen Perikanan, Jakarta

4) Djamali, M. A., Hutomo Burhanuddin dkk, 1986 “Sumber daya ikan kakap(Lates calcalifer) dan Bambangan (Lujtanus spp) di Indonesia”. LON LIPI,Jakarta.

5) Hardjono, 1987. Biologi dan Budidaya Kakap Putih (Lates calcarifer) INFISHManual seri No. 47. Ditjen Perikanan-International Development ResearchCentre. Jakarta.

Page 192: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. SUMBER

Paket Teknologi Pembesaran Ikan Kakap Putih ( Lates calcarifer, Bloch) diKeramba Jaring Apung, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian,1994.

9. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 193: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN HIAS MAS KOKI MUTIARA

1. PENDAHULUAN

Ikan koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulatdengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan cina, namun diIndonesia sudah lama dapat dibudidayakan.

Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang dieksport dan harganyapun cukup tinggi.

2. PEMIJAHAN

1) Pemilihan induk

a. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, denganukuran minimum sebesar telur itik.

b. Pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dantersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatantegak.

c. Untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yangakan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putihdan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya.

2) Perbedaan jantan dan betina

Induk Jantan Induk Betina

Pada sirip dada terdapat bintik-bintikbulat menonjol dan jika dirabaterasa kasar.

Pada sirip dada terdapat bintik-bintikdan terasa halus jika diraba.

Induk yang telah matang jika diurutpelan kerarah lubang genital akankeluar cairan berwarna putih

Jika diurut, keluar cairan kuningbening. Pada induk yang telahmatang, perut terasa lembek danlubang genital kemerah-merahan.

Page 194: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Cara pemijahan

a. Bak/aquarium yang telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan +24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya.

b. Pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan kedalam bak pada sorehari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokanharinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok.

c. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolampenampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan berikutnya.Jika perawatannya baik, maka 3 ~ 4 minggu kemudian induk sudah dapatdipijahkan kembali.

3. PEMELIHARAAN BENIH

1) Setelah 2 ~ 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benihbelum diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan padayolk sac-nya (kuning telur).

2) Pada hari ke 3 ~ 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telahdisaring.

3) Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambutdisamping masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampumemakan cacing rambut baru pemberian kutu air dihentikan.

4) Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebainya setelah benihberumur + 1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas.

5) Ketinggian air dalam bak 10 ~ 15 cm dengan pergantian air 5 ~ 7 hari sekali.Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu.

6) Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapatanaman pelindung berupa eceng gondok.

4. PEMBESARAN

1) Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampaiinduk.

2) Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanamaneceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi.

Page 195: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bakberukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2minggu dengan dibagi 2.

4) Pergantian air dapat dilakukan 3 ~ 5 hari sekali, juga dengan air yang telahdiendapkan.

5) Makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan padapagi hari secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masihtersisa, segera diangkat/dibersihkan.

6) Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantandan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siapdipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupajentik nyamuk (cuk).

7) Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekalipemijahan.

5. PENUTUP

Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonimis tinggi. Untuk benih berumur 1bulan harganya berkisar Rp. 30,- s/d Rp. 50,- sedangkan sepasang indukberkisar Rp. 5.000,- s/d 10.000,-

Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkanpenghasilan yang lumayan.

6. SUMBER

Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996

Page 196: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan DKI Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 197: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUTDI JARING APUNG

1. PENDAHULUAN

Budidaya ikan laut di jaring apung (floating cages) di Indonesia trgolong masihbaru. Perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun1989 yang ditandai dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakanpemijahan / pembenihan sekaligus pembesaran ikan Kakap Putih (Latescalcarifer, Bloch) di daerah Lampung untuk tujuan komersial.

Upaya pengembangan budidaa ikan laut, terutama dalam rangka menunjangpencapaian tujuan dan sasaran pembangunan perikanan Pelita VI nampakcukup cerah karena disamping didukung oleh potensi sumberdaya yang cukupbesar tersebar di beberapa Propinsi seperti; Riau, Sumatera Selatan, Lampung,Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, danMaluku, juga didukung oleh semakin berkembangnya pemasaran ikan laut keluar negeri (ekspor) maupun lokal. Berkaitan dengan upaya pengembanganbudidaya laut melalui pembuatan buku Petunjuk Teknis Budidaya ikan lautmerupakan sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan keterampilan danpengetahuan petani nelayan.

2. PERSYARATAN LOKASI

Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukankeberhasilan usaha budidaya ikan laut. Karena laut yang dimanfaatkan sebagailahan budidaya merupakan wilayah yang penggunaannya melibatkan sektorlain (Common property) seperti; perhubungan, pariwisata, dan lain-lain, makaperhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktoryang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga faktorkebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor.

Dalam kaitan dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkanPetunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No.473/Kpts./Um/7/1982).

Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindardari kemingkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibatpemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilihadalah yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:

Page 198: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Tabel 1. Syarat-Syarat Lokasi Budidaya

PERSYARATAN MENURUT KOMODITASNO. FAKTORKerapu Kakap Putih Kakap Merah

1. Pengaruh angin dangelombang yang kuat

Kecil Kecil Kecil

2. Kedalaman air daridasar kurung

5-7 m pada surutterendah

5-7 m padasurut terendah

7-10 m padasurut terendah

3. Pergerakan air/arus 20-40 cm/detik ±20-40 cm/det. ±20-40 cm/detik4. Kadar garam 27-32 %0 27-32 %0 32-33 %0

5. Suhu Air Pengaruh 280C-300C 280C-300C 280C-300C6. Polusi bebas bebas bebas7. Pelayaran tdk menghambat

alur pelayarantdk menghambatalur pelayaran

tdk menghambatalur pelayaran

3. JENIS IKAN

Jenis-jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dipilih berdasarkan potensisumber daya yang ada jenis ikan yang sudah umum dibudidayakan sertateknologinya yang sudah dikuasai/dihasilkan sendiri di Indonesia, guna untukmenghindari resiko kegagalan yang besar.

Jenis-jenis ikan yang dimaksud adalah Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina),Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch), Kakap Merah (Lutjanus malabaricus,Bloch & Schaider).

Berikut di bawah ini disajikan biologi beberapa jenis ikan yang dapatdibudidayakan secara praktis.

Page 199: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Tabel 2: Biologi Jenis-Jenis Ikan yang Dibudidayakan

NO. URAIAN Kerapu Kakap Putih Kakap Merah

1. Nama LokalNama Asing

Kerapu LumpurGreasy grouper

Kakap PutihSeabass

Ikan MerahRed-Snapper

2. Silsilah:PhilumSub PhilumKlasSub KlasOrdoFamiliGenusSpecies

ChrodataVertebrataPiscesTeleosteiPercomorphiSarranidaeEpinephelusE. tauvina

ChrodataVertebrataPiscesTeleosteiPercomorphiCentropornidaeLatesL. carcarifer Bloch

ChrodataVertebrataPiscesTeleosteiPercomorphiLutjanidaeLutjanusL. malabaricusBloch & Scheider

3. Ciri-ciriMorphologi

Badan memanjanggepeng. Termasuk jenisKerapu besar.Prapenutup insangbulat, bergerigi danagak basar pada ujungbawahGigi-gigi pada rahangberderet dalam 2 baris.Jari-jari Sirip keras, siripdubur 3 dan 8 lemahSirip Punggung berjarikeras 11 dan 15-16lemah

Terdapat 3 duri padapenutup insang yangditengah terbesarTermasuk ikan buas danpredatorHidup perairan pantai ,lepas pantai, menyendiriSoliterDapat mencapaipanjang 150 cmumumnya 50-70 cmWarna dasar sawomatang, agak keputihanbagian bawahnya.Terdapat 4-6 ban warnagelap melintang badan.Totol-totol warna merahsawo di seluruh badan .

Badan memanjanggepeng, batang siripekor lebarBurayak umur 3-5bulan warnanya gelap.Glondongan warnanyaterang dg punggungcoklat kebiruan danberubah keabu-abuan.Sirip abu-abu gelapMata merahcemerlang, mulut lebardengan gerigi halusBag. Atas penutupinsang terdapatlubang kupingbergerigigSirip punggung berjarikeras sebanyak 7-9dan jari lemah 10-11Sirip dubur berjarilemah 7-8Sirip dubur berbentukbulat

Badan memanjangmelebar, gepengkepala cembungBag. Bawah penutupinsang bergerigiGigi-gigi padarahang tersusundalam ban-ban, adagigi taring pd bag.Terluar rahang atasSirip punggungberjari-jari keras 11dan lemah 14 Siripdubur berjari-jarikeras 3, lemah 8-9Termasuk ikan buas,makannya ikan kecildan invetebratadasar. Hidupmenyendiri di daerahpantai sampaikedalaman 60 m.Dapat mencapaipanjang 45-60 cm.Warna bag. Ataskemerahan/merahkuningan Bag.Bawah merahkeputihan. Ban-bankuning kecil diselingiwarna merah pd bag.Punggung diatasgaris rusuk.

Page 200: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina)

Gambar 2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)

Gambar 3. Ikan Tambangan (Lutjanus johni)

Page 201: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. PERSIAPAN SARANA BUDIDAYA

1) Kerangka/rakit

Kerangka berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan, dapat terbuat daribahab bambu, kayu, besi bercat anti karat atau paralon. Bahan yangdianjurkan adalah bahan yang relatif murah dan mudah didapati di lokasibudidaya.

Bentuk dan ukuran rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan.Setiap unit kerangka biasanya terdiri atas 4 (empat) buah kurungan.

Gambar 4. Disain Konstruksi Kurungan Apung

2) Pelampung

Pelampung berfungsi untuk melampungkan seluruh saran budidayatermasuk rumah jaga dan benda atau barang lain yang diperlukan untukkepentingan pengelolaan.

Bahan pelampung dapat berupa drum plastik/besi atau styrofoam(pelampung strofoam). Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakandisesuaikan dengan besarnya beban. Sebagai contoh untuk menahan satuunit kerangka yang terdiri dari empat buah kurungan yang masing-masingberukuran (3x3x3) m3 diperlukan pelampung drum plastik/drum besi volume200 liter sebanyak 9 buah, atau 11 buah dengan perhitungan 2 buah, untukmenahan beban lain (10/4x9) buah ditambah 2 buah untuk menahan bebantambahan. Pelampung diikat dengan tali polyethyline (PE) yang bergaristengah 0,8-1,0 cm. Penempatan pelampung pada kerangka dapat dilihatpada gambar 5.

Page 202: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung pada Kerangka/Rakit

3) Kurungan

Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan, disarankan terbuat dari bahanpolyethline (PE) karena bahan ini disamping tahan terhadap pengaruhlingkungan juga harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bentuk kurungan bujur sangkar dengan ukuran (3x3x3)m3.

Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan.Untuk ukuran ikan dengan panjang kurang dari 10 cm lebar mata yangdigunakan adalah 8 mm (5/16 inchi). Jika panjang ikan berkisar antara 10-15cm lebar mata jaring digunakan adalah 25 mm (1 inch), sedangkan untukikan dengan ukuran panjang 15-40 cm atau lebih digunakan lebar matajaring ukuran 25-50 mm (1-2 inch).

Pemasangan kurungan pada kerangka dilakukan dengan cara mengikatujung tali ris atas pada sudut rakit. Agar kurungan membentuk kubus/kotakdigunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah.

Selanjutnya pemberat diikatkan ke kerangka untuk mempermudah pekerjaanpengangkatan/penggantian kurungan (lihat gambar 4) untuk mencegahkemungkinan lolosnya ikan atau mencegah serangan hewan pemangsa,pada bagian atas kurungan sebaiknya diberi tutup dari bahan jaring.

Page 203: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 6. Penempatan dan Pemasangan Kurungan

4) Jangkar

Agar seluruh saran budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruharus angin maupun gelombang, digunakan jangkar. Jangkar dapat terbuatdari beton atau besi.

Setiap unit kurungan jaring apung menggunakan 4 buah jangkar denganberat antara 25-50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalamanperairan pada waktu pasang tinggi

Gambar 7. Pengaturan dan Pemasangan Jangkar

5. RANCANGAN TATA LETAK KERANGKA JARING APUNG

Pengaturan penempatan kerangka jaring apung harus mengacu kepadaperaturan yang telah dikeluarkan, dalam hal ini Kepres No. 23 Tahun 1982tentang Pengembangan Budidaya laut di Perairan Indonesia serta PetunjukPelaksanaannya yang telah dikeluarkan Departemen Pertanian melalui SK.Mentan No. 473/Kpts/7/UM/7/1982.

Page 204: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan tersebut, pihak yang berwenangmelaksanakan pengatuaran penempatan kurungan jaring apung adalahPemerintah Daerah setempat, dalam hal ini yang bertindak senagai InstansiTeknis adalah Dinas Perikanan setempat.

Penempatan kerangka jaring apung diperairan disarankan tidak lebih dari 10(sepuluh) buah dalam satu rangkaian. Hal ini ditujukan untuk mencegahterjadinya penumpukan/pengendapan sisa makanan atau kotoran ikan sertalimbah lainnya akibat terhambatnya arus, juga untuk memudahkan pengelolaansarana dan ikan peliharaan. Disamping itu, sedapat mungkin penempatankerangka mengacu kepada Rancangan Tata Ruang Satuan Pemukiman(RTSP) untuk memperoleh rancangan menyeluruh yang efisien, memilikiaksessibilitas yang tinggi serta aman bagi pelaksanaan kegiatan budidaya.

Gambar 8. Rancangan Tata Letak Kerangka Kurungan Jaring Apung

6. PENGELOLAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA

1) Pengaturan Pola Tanam

Usaha budidaya laut dengan skala besar selalu dihadapkan dengan kendalabaik pada saat memuai kegiatan dan pengelolaan maupun pemanenan danpemasaran hasil. Bentuk kendala dan permasalahan yang ditemui antara lainberupa sulitnya memenuhi kebutuhan dan penampungan benih, saprodi dantenaga kerja serta pelemparan hasil ke pasar. Untuk itu dalam pelaksanaankegiatan budidaya skala besar perlu diterapkan pola tanam tertentu.Alternatif pola tanam yang akan diterapkan oleh setiap KK adalah melakukan

Page 205: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

penanaman pada 1 unit kurungan jaring apung yang terdiri dari 4 buahkurungan pada setiap minggu.

2) Pemasaran Hasil

Pemasaran hasil dari usaha budidaya yang dilakukan petani/nelayanmerupakan tanggung jawab Perusahaan Inti. Pelaksanaan budidaya(petani/nelayan) bersama Perusahaan Inti menentukan kesepakatan hargajual hasil panen baik untuk lokal maupun untuk ekspor.

7. PENGELOLAAN SARANA DAN IKAN PELIHARAAN

1) Pengelolaan Sarana

Sarana budidaya berupa kerangka/rakit, kurungan apung, pelampung danlain-lain harus mendapat perawatan secara berkala. Kendala yang biasaterjadi pada budidaya jaring apung ini adalah pengotoran/penempelan olehorganisme penempel ini seperti teritip , algae, kerang-kerangan dan lain-laindapat terjadi pada semua sarana budidaya yang terendam dalam air.

Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air danmenyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organismepenempel ini , dilakukan pembersihan jaring secara periodik paling sedikit 1bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme yangmenempel.

Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapaekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakanalgae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan caramenyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi.

2) Pengelolaan Ikan

Kegiatan pengelolaan ikan yang dipelihara dikurungan adalah mengontroldan mengawasi ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindariterjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingandalam mendapatkan makanan.

Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolanitu terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan,perlu diperhatikan dan diusahakan jangan sampai terjadi stress (keteganan)dan kerusakan fisik pada ikan.

Page 206: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. OPERASIONAL BUDIDAYA

1) Benih

Pemenuhan kebutuhan benih apabila belum dapat dipenuhi dari hasilpembenihan yang ada, bisa dilakukan dengan cara menangkap dari perairandi sekitar lokasi budidaya dan untuk itu dapat digunakan alat tangkap sepertibubu, pukat pantai, sudu atau jala.

Benih alam umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam oleh karena itukegiatan penggolongan ukuran (grading) perlu dilakukan. Selain itu prosesaklimatisasi/penyesuaian iklim sebelum ikan dibudidayakan perlu dilakukanuntuk menghindarkan kematian akibat pengaruh lingkungan/habitat yangbaru.

Page 207: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 9. Macam-Macam Alat Tangkap Benih

2) Pendederan

Yang dimaksud dengan pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benihsampai uuran tertentu hingga siap untuk dipelihara dikurungan pembesaran.Lamanya pendederan tergantung dari ukuran awal, tingkat kepadatan daribenih yang dipelihara. Sebagai contoh, untuk benih ikan Kakap putih yangberukuran kurang dari 10 cm dengan padat penebaran 100-150 cmdiperlukan waktu satu bulan pada kurungan pendederan yang memiliki lebarmata8 mm (5/16 inch). Selanjutnya dipindahkan ke kurungan pendederan

Page 208: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yang memiliki lebar mata 25 mm (1 Inch) dengan kepadatan 40-60 ek/m2

selama 2-3 bulan.

3) Pembesaran

Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75 gram/ekor dengan panjang15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalamkurungan pembesaran yang memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi)dengan kepadatan 15-25 ek/m3 dan waktu pemeliharaan dikurunganpembesaran berkisar antara 6-8 bulan.

4) Pakan

Pakan adalah salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan danmoralitas ikan yang dipelihara. Oleh kjarena itu masalah kuantitas dankualitas dari pakan yang diberikan layak dipenuhi.

Ikan rucah (Trash fish) adalah jenis pakan yang biasa diberikan untuk jenis-jenis ikan laut buas (carnivora) Dalam hal ini ikan Kerapu dan ikan Kakapyang dipelihara dikurungan apung.

Jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran ikan yangdibudidayakan. Pada tahap pendederan diberikan pakan sebanyak 8-10%dari total berat badan/hari, sedangkan pada saat pembesaran diberikanpakan sebanyak 3-5% dari total berat badan/hari.Rasio konversi pakan(Food Convertion Ratio) yang akan diperoleh adalah 5:1 yang berarti untukmendapatkan penambahan berat 1 kg daging ikan diperlukan pakansebanyak 5 kg.

Frekuensi pemberian pakan tergantung pada ukuran ikan. Untuk larva danglondongan (juvenil), frekuensi pakan yang diberikan adalah 3-4 kali/hari.Waktu pemberian pakan adalah pada siang hari.

9. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Sejalan dengan perkembangan usaha budidaya ikan di laut, muncul pulabeberapa masalah yang dapat menggangu bahkan menghambatperkembangan usaha tersebut misalnya hama dan penyakit ikan.

1) Hama

Hama yang menyerang pada usaha budidaya ikan laut lebih banyakdisebabkan oleh hewan pemangsa atau pengganggu lainnya. Hama dapatmenyerang apabila kerusakan pada sistem jaring-jaring yang dipergunakansebagai kurungan pemeliharaan ilan. Kerusakan tersebut mengakibatkan

Page 209: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

masuknya hewan penggangu atau pemangsa lainnya seperi burung danlingsang. Walaupun akibat yang ditimbulkan sangat terbatas atau relatif kecil,namun hal tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja. Termasuk kerugianakibat adanya pencurian yang dilakukan oleh manusia.

2) Penyakit

Secara umum penyakit dapat diartikan sebagai gangguan dalam fungsi ataustruktur suatu organ atau bagian tubuh. Penyakit timbul dikarenakan satuatau berbagai sebab baik berasal dari lingkungan maupun dari tubuh ikan itusendiri.

Hal-hal yang menyebabkan ikan terserang penyakit adalah:- Cara perawatan yang kurang baik- Makanan tidak cukup (giji dan jumlah)- Kekurangan zat asam- Perubahan suhu dan sifat-sifat air yang mendadak.

Gejala ikan yang terserang penyakit antara lain: kelainan tingkah laku,kurang nafsu makan, kelainan bentuk ikan, kelainan pada permukaan tubuhiakn, Penyakit insang, anus tidak normal, mata tidak normal dll.

Penyakit dapat dibagi menjadi 2 golongan bila dilihat dari penyebabnya.

a. Penyakit non Parasiter: adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor kimia dan fisika air yang tida cocok bagi ikan seperti: perubahansalinitas air secara mendadak, polusi dan lain sebagainnya. Selain dari itubisa juga disebabkan oleh kekurangan makanan dan gizi yang buruk,serta stress akibat penanganan yang kurang baik.

b. Penyakit Parasiter: Penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya lautadalah:- Golongan virus- Golongan bakteri- Golongan crustacea- Golongan cacing- Golongan Protozoa- Golongan jamur

Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas 2 langkah yaitu:a. Berdasarkan teknis budidaya:

Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain:- menghentikan pemberian pakan terhadap ikan- mengganti pakan dengan jenis yang lain- memisah-misahkan ikan tersebut dalam beberapa komponen, sehingga

densitasnya menjadi rendah.b. Berdasarkan terapi kimia:

Page 210: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah:- memeriksa sensifitas dari masing-masing obat yang diberikan pada

ikan.- memperhatikan batas dari dosis masing-masing obat.- Tidak memberikan obat sembarangan kepada ikan yang sakit.

Cara pemberian obat:a. Ditenggelamkan dalam tempat budidaya.b. Disebarkan pada permukaan airc. Dicampurkan dalam pakand. Dengan cara disuntikan

10. PANEN

Panen dilakukan dan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dikehendaki ataupermintaan pasar. Untuk mencapai ukuran 600-800 gram per ekor dibutuhkanwaktu pemeliharaan selama 6-8 bulan dengan survival rate 80-90%. Panendilakukan secara total di dalam satu kurungan, bisa juga dilakukan secarapersial tergantung dari ukuran panen yang dikehendaki.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Aji Nugroho. Murdjani M, dan Notowinarto, 1989 Budidaya Ikan Kerapu diKurungan Apung, INFIS manual seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC,Jakarta.

2) Anonim, 1989. Paket Teknologi Budidaya Laut, Seri Budidaya Kakap Putih,Ditjen Perikanan, Dit Bina Produksi, Jakarta.

3) Anonim, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Dalam Jaring Terapung,Ditjen Perikanan, Jakarta.

4) Anonim, 1990/1991, Usaha Penanggulangan Serangan Penyakit PadaUsaha Budidaya Laut no. 5, BBL Lampung, Ditjen Perikanan.

5) Djamali, A Hutomo, M. Burhanuddin dan S. Martosewojo, 1986, SumberdayaIkan Kakap (Lates calcarifer) dan Bambangan (Lutjanus spp) di Indonesia,Seri Sumber Daya Alam No. 130. Lon LIPI. Jakarta.

12. SUMBER

Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut di Jaring Apung, Direktorat JenderalPerikanan, Departemen Pertanian, 1994

Page 211: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 15/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

13. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 212: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN HIAS MANFISH(Pterophyllum scalare)

1. PENDAHULUAN

Ikan manfish (Angle Fish) berasal dari Amerika Selatan, tetapi telah banyakdibudidayakan di Indonesia.

Ikan manfish disebut Angle Fish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan warnanyamenarik serta gerakkannya yang tenang.

Secara umum budidaya ikan manfish tidak membutuhkan lahan yang luas,bahkan dapat dilakukan dalam aquarium atau paso dari tanah, sehingga tidakmembutuhkan investasi besar untuk budidayanya.

2. PEMIJAHAN

1) Perbedaan induk jantan dan betina

INDUK JANTAN INDUK BETINA

- Ukuran relatif lebih besar dari indukbetina pada umur yang sama

- Dilihat dari atas perut pipih atauramping

- Bentuk kepala agak besar- Antara mulut dan sirip punggung

berbentuk cembung.

- Mempunyai ukuran relatif lebih kecildari induk jantan

- Perut terlihat besar dan menonjol- Kepala lebih kecil- Antara mulut ke sirip punggung

membentuk garis lurus, kadang-dang menonjol sedikit.

2) Pemilihan Induk

a. Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm

b. Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan caramenyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2)meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya ikan manfishakan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat padamalam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri darikelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untukdipijahkan.

Page 213: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Cara Pemijahan

a. Tempat pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisiair yang telah diendapkan setinggi 30 - 60 cm

b. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramikatau genteng dengan lebar + 10 cm dan panjang + 20 cm

c. Substrat diletakkan secara miring atau terlentangd. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan membersihkan substrat

dengan mulutnyae. Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat. Untuk satu

kali pemijahan telur dapt berjumlah 2.000 ~ 3.000 butirf. Selama pemijahan induk akan diberi makan kutu air dan cuk.

3. PEMELIHARAAN BENIH

Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasantelur ada beberapa cara:a. Substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam

aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agartelur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadahlain yang dimasukkan ke tempat pemijahan

b. Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas(2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan keaquarium. Pemindahan benih dilakukan dengan cara yang sama (a)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih:a. Aquarium tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya

harus di persiapkan dahulu, yaitu dengan mengisi air yang telah diendapkan+ 10 cm, kemudian bubuhkan methyline blue beberapa tetes, untukmencegah kematian telur karena serangan jamur. Selanjutnya beri tambahanoksigen dengan menggunakan pompa udara.

b. Telur dan benih yang masih menempel pada substrat tidak perlu diberimakan

c. Setelah lepas dari substrat (3 ~ 4 hari) dapat diberikan makanan beruparotifera atau kutu air yang disaring, selama 5 ~ 7 hari.

d. Selanjutnya benih diberi kutu air tanpa di saringe. Setelah seminggu diberi kutu air, benih muali dicoba diberi cacing rambut.

4. PEMBESARAN

1) Setelah benih memakan cacing rambut, perlu dilakukan penjarangan diaquarium yang lebih besar

Page 214: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 3Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pada 1,5 bulan dapat ditebar sebanyak + 1.000 ekor benih pada bak tembokberukuran (1,5 x 2) meter persegi dengan tinggi air 15 s.d. 20 cm

3) Selanjutnya penjarangan dilakukan 2 minggu sekali dengan membagi dua,sehingga tiap kolam diisi 100 ekor

4) Pada keadaan terbatas kepadatan lebih dari 100 ekor, asal ketinggian airditambah serta diberi pompa udara

5) Pembersihan kotoran dilakukan setiap hari dengan menyiphon dan airsebagaimana semula.

5. PENUTUP

1) Karena bentuk dan warnanya yang menarik, serta gerakan yang tenang,sehingga minat masyarakat terhadap ikan manfish (Angle Fish) cukup besar)

2) Harga ikan Manfish pun cukup tinggi, sehingga pembudidayaannya dapatdijadikan sebagai usaha sambilan yang dapat menambah penghasilankeluarga.

6. SUMBER

Dinas Perikanan, DKI Jakarta, Jakarta.

7. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan, DKI Jakarta, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 215: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMELIHARAAN IKANDENGAN SISTEM MINA PADI

1. PENDAHULUAN

Tujuan Pembangunan Nasional diantaranya adalah meningkatkan pendapatanpetani. Salah satu caranya ialah dengan meningkatkan efisiensi penggunaanlahan, seperti dengan menerapkan teknologi mina padi pada lahanpersawahan.

Sistem pemeliharaan mina padi adalah ikan dipelihara bersama 30 hari danbenih ikan mencapai ukuran 30-40 ekor/kg dari waktu tanamn hinggapenyiangan pertama atau kedua.

2. TUJUAN

Tujuan sistim mina padi adalah untuk:1) Mendukung peningkatan produksivitas lahan.2) Meningkatan pendapatan petani.3) Meningkatan kualitas makanan bagi penduduk pedesaan.

3. PERSYARATAN

1) Petakan sawah mempunyai pematang keliling yang kuat, dapat menahan airdan tidak bocor. Lebar pematang 30-50 cm dan tingginya 40-50 cm.

2) Saluran pemasukan dan pengeluaran dilengkapidengan saringan (kawat,bambu dan lainnya).

3) Bentuk parit atau kemalir dan lebarnya disesuaikan dengan luas petakansawah, yaitu 2-3 %. Dalam kemalir adalah 20-30 cm. Berbagai bentukkemalir adalah sebagai berikut:

Page 216: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 1. Bentuk Kemalir

4) Penanaman padi aturannya disesuaikan dengan ketentuan 10 (sepuluh)unsur paket teknologi, yaitu:

a. Pengelolaan tanah meliputi: penggenangan, perbaikan pematang,pembabadan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataanpermukaan tanah.

b. Tataguna air yang sesuai dengan jumlah dan waktu kebutuhan tanamandan diatur secara bergiliran.

c. Menggunakan benih berlabel biru dan memilih yang tahan terhadapgenangan.

d. Pemupukan berimbang, dimana dosis per hektar adalah UREA (200 kg),TSP (100 kg), KCL (75 kg), dan ZA(100 kg).

e. Pengendalian hama secara terpadu tanpa membahayakan bagikehidupan ikan.

f. Pengaturan jarak tanam, pada musim hujan adalah 30 x 15 cm dan 22 x22 cm untuk musim kemarau. Tiap rumpun padi terdiri dari 3 batang.

g. Pengaturan pola tanam bertujuan untuk memotong siklus hidup hama.h. Pergiliran varietas padi yang ditanam.i. Penen dan pascapanen yang meliputi waktu panen, cara panen,

perontokan, pembersihan, pengeringan dan penyimpanan.j. Penggunaan pupuk pelengkap cair atau zat pengatur tumbuh.

5) Penanaman ikan.

a. Jenis ikan yang paling umum dipelihara adalah ikan mas.b. Penebaran ikan dilakukan lebih kurang 4 hari setelah penanaman padi.

Page 217: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Padat penebaran ikan adalah :- ukuran (2-3) cm sebanyak 2-3 ekor/m2,- ukuran (3-5) cm sebanyak 1-2 ekor/m2.

d. Pemberian makanan tambahan dapat berupa dedak sebanyak 2-4kg/ha/hari.

4. PRODUKSI

Produksi ikan yang dapat dicapai setelah 30-40 hari pada masa pemeliharaanadalah:1) Benih (2-3) cm dengan derajat kelangsungan hidup (RS) 50-65 % ukuran

yang dicapai (3-5) cm.2) Benih (3-5) cm, SR nya 60-70 % dan ukuran yang dicapai (5-8) cm.

5. HASIL PENANAMAN IKAN

Keuntungan yang diperoleh berasal dari penanaman padi dan juga daripenanaman ikan. Keuntungan yang dilakukansatu kali musim tanam padi perha adalah sebagai berikut:

1) Biaya pengeluarana. Benih ikan 6 pinggan @ Rp. 4000,- Rp. 24.000,-b. Pakan dedak 100 kg @ Rp. 125,- Rp. 12.500,-Jumlah Rp. 36.500,-

2) Pendapatana. Produksi ikan 70 kg @ Rp. Rp. 2000,- Rp. 140.000,-

3) Keuntungan bersih Rp. 103.500,-

Keterangan:1 pinggan = 3000 ekor1 kg = 166 ekor (ukuran (3-5) cm dengan SR 65 %.

6. SUMBER

Brosur Pemeliharaan Ikan dengan Sistem Mina Padi, Departemen Pertanian,Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi- Indonesia,1995

Page 218: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya AirTawar, Jl. Salabintana No. 17 Kotak pos 67, Sukabumi 43101, Tel. 0266 81211,81240.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 219: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA IKAN HIAS OSCAR(Astronatus Ocellatus)

1. PENDAHULUAN

Ikan Oscar merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari sungai Amazone,Panama, Rio-Paraguay dan Tio-Negro Amerika Selatan, serta sudapatdikembang-biakan di Indonesia.

Ikan Oscar mempunyai bentuk dan warna yang menarik. Warna badannyakehitam-hitaman dengan batikan berwarna kuning kemerah-merahan. Tidakseperti ikan hias lain, ikan oscar memerlukan perlakuan sedikit khusus padacara perkembangbiakannya, sehingga ikan Oscar ini termasuk ikan yangmahal.

II. PEMIJAHAN

1) Pemilihan Induk

a. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur 1,5 tahun sampai 2tahun dengan panjang badan 15 cm dan tinggi badan 10 cm sertaberwarna cerah.

b. Seleksi induk dimulai saat ikan Oscar masih remaja (5 ~ 6 bulan), dengancara mencampurkan 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Ikan Oscar remajaini akan mencari pasangannya sendiri-sendiri. Setelah saling berpasanganmaka kita pisahkan di bak tersendiri sampai menjadi induk.

2) Perbedaan Induk Jantan dan Betina

Induk Jantan Induk Betina

- panjang badan relatif lebihpanjang

- alat kelamin lebih menonjol

- induk yang telah matangperutnya gendut

- lubang kelamin lebih besar

3) Cara Pemijahan

a. Bak perkawinan terbuat dari semen yang berukuran 1 1/2 x 1 x 0,5m3, diisiair yang telah diendapkan selama 12 ~ 24 jam setinggi 30 ~ 40 cm.

Page 220: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Jika bak perkawinannya luas, dapat disekat.

c. Sepasang induk Oscar yang telah matang telur dimasukkan ke dalam bak.

d. Pada setiap kolom diberi batu ceper yang berwarna gelap dan di atasnyaditutup sebagian besar agar suasana kolom menjadi teduh.

e. Oscar mengadakan pemijahan siang dan sore hari langsung dibuahi olehpejantan.

f. Telur yang berada di atas batu ceper tersebut yang telah dibuahidiangakat dimasukkan ke dalam aquarium untuk ditetaskan. Aquariumberukuran 70 x 40 x 40 cm3 diisi air setinggi 10 cm, untuk telur sepasanginduk.

g. Ke dalam aquarium diberi udara (aerasi) dengan kekuatan lemah.

h. Selesai 3 hari biasanya telur-telur mulai menetas.

i. Air diberi campuran emalin atau methylene blue.

3. PEMELIHARAAN BENIH

1) Benih ikan ini sampai berumur 4 hari belum perlu diberi makan, karenamasih mempunyai persediaan makanan pada yolk sacknya (kuning telur).

2) Pada hari ke 5 benih diberi makanan Rotifera. Pemberian makanan ini tidakboleh terlambat karena ikan Oscar bersifat kanibal (memangsa sesamanya).

3) Pada hari ke 10 sudah bisa diberi kutu ari yang telah disaring.

4) Setelah berumur 2 minggu benih mulai diberi kutu air tanpa disaring danmulai dicoba cacing rambut.

5) Benih sudah dapat dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas setelahberumur 25 hari.

4. PEMBESARAN

1) Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur 25 hari.

2) Benih yang dihasilkan kira-kira 1000 s/d 3000 ekor untuk satu kalipenetasan.

Page 221: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Bak yang digunakan berukuran 2 x 1 x 1 m3, dan diisi air setinggi 20 - 25 cm.

4) Untuk pertama kali pembesaran dapat ditebar kurang lebih 300 ekor ikan.

5) Untuk mengurangi teriknya matahari pada siang hari, di dalam bak diberitanaman air seperti eceng gondok dan Hidrilla Verticilata. Untuk mencegahmasuknya air hujan terlalu banyak, pada bagian atas bak ditutup sebagiandengan seng plastik.

6) Penjerangan dilakukan setelah benih berada di bak selama sebulan denganjumlah menjadi 200 ekor

7) Makanan yang diberikan berupa cacng rambut.

8) Setelah ikan berumur 5 ~ 6 bulan, ikan sudah dapat diseleksi untuk dijadikaninduk, makanan yang diberikan diganti dengan udang kali yang masihsegar/hidup, bisa juga diberi udang rebon yang masih segar.

9) Sepasang induk dapat menghasilkan telur 1000 s/d 4000 butir untuk sekalipemijahan.

5. PENUTUP

Untuk mendapatkan warna yang indah pada ikan Oscar, pemberian makananharus mengandung zat kapur (chitine) dimulai sejak kecil, seperti kutu air(Moina), Rotifera, cacing rambut, Artemia, udang rebon atau udang kali.

Ikan Oscar mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi; untuk ikan yangberumur 4 bulan (berukuran kurang lebih 6 cm) harganya Rp. 500,00 per ekor,sedangkan induk Oscar bisa mencapai harga Rp. 50.000,00 per pasang.

Dengan menekuni cara pemeliharaan ikan Oscar ini, dapat menambahpenghasil keluarga.

6. SUMBER

Dinas Perikanan DKI Jakarta, 1996

Page 222: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Perikanan DKI Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 223: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN IKAN TAWES(Puntius Javanicus. Blkr)

1. PENDAHULUAN

Penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah cukup dan kontinyu merupakanfaktor penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan konsumsi.

Usaha pembenihan banyak dilakukan di Kabupaten Magelang, seperti di DesaParemono Kecamatan Mungkid oleh karena didukung ketersediaan air cukupbaik musim kemarau maupun penghujan. Disamping itu usaha pembenihandirasa lebih rnenguntungkan karena waktu yang digunakan relatif singkatkurang lebih 3 minggu - 1 bulan, serta pemasarannya pun mudah.

Pembenihan ikan tawes ada beberapa cara yaitu pembenihan ikan di kolam,pembenihan di sawah dan pembenihan di hapa. Pengalaman Pembenihan IkanTawes di kolam yang dilakukan oleh MARZANI KTNA Paremono Mungkidternyata cukup menggembirakan.

1. PEMILIHAN INDUK

1) Untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan jumlah yang banyak dalampembenihan Tawes perlu dipilih induk yang baik dengan ciri-ciri :a. Letak lubang dubur terletak relatif lebih dekat ke pangkal ekorb. Kepala relatif lebih kecil dan meruncingc. Sisik-sisiknya besar dan teraturd. Pangkal ekor lebar dan kokoh

2) Pada umumnya ikan tawes jantan mulai dipijahkan pada umur kurang lebih 1tahun, dan induk tawes betina pada umur kurang lebih 1,5 tahun. Untukmengetahui bahwa induk ikan tawes telah matang kelamin dan siap untukdipijahkan dengan tanda-tanda sebagai berikut :a. Induk betina

- Perutnya mengembang kearah genetal (pelepasan) bila diraba lebihlembek

- Lubang dubur berwarna agak kemerah-merahan- Tutup insang bila diraba lebih licin- Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan kehitam-

hitaman.b. lnduk jantan

- Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan berwarnakeputih-putihan (sperma)

- Tutup insang bila diraba terasa kasar

Page 224: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. PERSIAPAN KOLAM

1) Kolam pemijahan ikan tawes sekaligus merupakan kolam penetasan dankolam pendederan. Sebelum dipergunakan untuk pemijahan, kolamdikeringkan.

2) Perbaikan pematang dan dasar kolam dibuat saluran memanjang(caren/kamalir) dari pemasukan air kearah pengeluaran air dengan lebar 40cm dan dalamnya 20-30 cm.

3. PELEPASAN INDUK

1) Induk ikan tawes yang telah terpilih untuk dipijahkan kemudian diberok,pemberokan dengan penempatan induk jantan dan betina secara terpisahselama 4-5 hari

2) Setelah diberok kemudian induk ikan dimasukkan ke kolam pemijahan yangtelah dipersiapkan

3) Pemasukan induk ke kolam pada saat air mencapai kurang lebih 20 cm

4) Jumlah induk yang dilepas induk betina 25 ekor dan induk jantan 50 ekor

5) Pada sore hari kurang lebih pukul 16.00 air yang masuk ke kolam diperbesarsehingga aliran air lebih deras.

6) Biasanya induk ikan tawes memijah pada pukul 19.00-22.00

7) Induk yang akan memijah biasanya pada siang hari sudah mulai berkejar-kejaran di sekitar tempat pemasukan air.

4. PENETASAN TELUR

1) Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agartelur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga

2) Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam ataubagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lididi dasar kolam

3) Telur ikan tawes biasanya menetas semua setelah 2-3 hari

4) Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih21 hari.

Page 225: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. PEMUNGUTAN HASIL BENIH IKAN

1) Panen dilakukan pada pagi hari

2) Menyurutkan/mengeringkan kolam

3) Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap denganmenggunakan waring atau seser

4) Benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalirdengan aliran air tidak deras

5) Benih lersebut selanjutnya dipelihara lagi di kolam pendederan atau dijual.

6. PENDEDERAN

1) Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari

2) Perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran

3) Dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea & SP 36 1 0gr/m2 dan pupuk kandang 1 - 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.

4) Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 harikemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm

5) Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20ekor/m2

6) Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu - 1 bulan.

7) Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi dikolam pendederan II.

7. SUMBER

Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Departemen Pertanian,http://www.deptan.go.id, Maret 2001

Page 226: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. KONTAK HUBUNGAN

1) Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Jln. Sendangsono, KM. 0,5Progowati Mungkid Magelang, 56511; Tel. (0293) 789455; Fax.(0293)789455; [email protected]

2) Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - JalanHarsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 227: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

SAPONIN UNTUK PEMBASMI HAMA UDANG

1. PENDAHULUAN

Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat dialam, terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.Senyawa ini bersifat racun bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itudapat digunakan untuk pembasmi hama tertentu.

Dengan berkembangnya tambak udang di Indonesia, saponin biji tehmenunjukan peranannya yang cukup penting sebagai pembasmi hama udang.Kandungan sapotin pada biji the adalah 20 % (crude).

2. SIFAT-SIFAT SAPONIN

1) Berasa pahit.2) Berbusa dalam air.3) Mempunyai sifat detergen yang baik.4) Beracun bagi binatang berdarah dingin.5) Mempunyai aktivitas haemolisis, merusak sel darah merah.6) Tidak beracun bagi binatang berdarah panas.7) Mempunyai sifat anti eksudatif.8) Mempunyai sifat anti inflamatori9) Mempunyai aplikasi yang baik dalam preparasi film fotografi.

3. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yangsangat luas, antara lain:1) Pembasmi hama udang.2) Sebagai detergen pada industri tekstil.3) Pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran.4) Pembentuk busa pada sampo.5) Dalam industri farmasi.6) Dalam fotografi.

4. SUMBER

Brosur Saponin untuk Pembasmi Hama Udang, Pusat Penelitian PerkebunanGambung, Bandung, 1990.

Page 228: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 1. Pemanfaatan Biji The

5. KONTAK HUBUNGAN

Pusat Penelitian Perkebunan Gambung, Kotak Pos 148, Bandung 40001.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 229: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH(Holothuria scabra)

1. PENDAHULUAN

Teripang atau juga disebut suaal, merupakan salah satu jenis komoditi lautyang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik dipasarandomestik maupun internasional. Budidaya teripang telah lama dilakukan olehmasyarakat kita khususnya di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara(Kolaka), Lampung dan Riau, benih yang dibudidayakan masih berasal darialam.

Dengan semakin banyaknya permintaan akan teripang, maka benih sebagaisumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaannya tidak dapatkontinyu.

Upaya dalam mengatasi penyediaan benih adalah dengan usaha memijahkanteripang sehingga kebutuhan akan benih dapat tercukupi.

Pada tahun 1992 Balai Budidaya Laut Lampung telah berhasil melaksanakanpemijahan teripang putih (Holothuria scabra). Teripang terdiri dari 5 jenisteripang putih (Holothuria scabrai) merupakan jenis yang bernilai komersial.

2. METODA PEMBENIHAN TERIPANG

1) Sarana Pembenihan

Sarana yang diperlukan untuk pembenihan teripang terdiri dari beberapabuah bak sebagai tempat penampungan induk pemeliharaan larva, kulturlarva dan kultur plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dengan beton, namundemikian dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa saranalain yang diperlukan adalah sebagai berikut.

Page 230: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a. Saringan pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.b. Bak penampungan air yang dilengakapi dengan saringan pasir. Ukuran

bak disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air padaseluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisamenyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.

c. Pipa penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagaiukuran 1,5 - 2 mikron.

d. Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 ton air berjumlah 2 atau 3buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.

e. Bak pemliharaan larva berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x0,5)m3.

f. Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x0,6)m3.

g. Bak plankton berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m3.

2) Pemeliharaan dan Seleksi Induk

Induk teripang yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapanalam. Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan denganpenyelaman pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari, harusdibantu dengan alat penerang berupa obor atau lampu patromak. Dengancara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan tangan. Padaperairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas perahudengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.

Gambar 1. Skema Hatchery (Panti Benih)

Page 231: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Keterangan gambar 1:

A. Saringan pasirB. Bak penampungan air (volume 1 ton).C. Pipa penyuplai air.D. Saringan bertingkat.E. Bak induk (volume 3 ton).F. Bak pemijahan (volume 1,5 ton).G.Bak pemeliharaan larva.H. Bak pemeliharaan juvenil.I. Bak plankton.

Gambar 2. Alat Penangkap Induk Teripang

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk teripang yang baikadalah:a. Tubuh tidak cacat.b. Ukuran besar dengan berat 400 gr dan panjang tubuh minimal 20 cm.c. Berkulit tebal.

Umumnya berat tubuh teripang berpengaruh langsung atau berkolerasiterhadap berat gonad dan indeks kematangan gonad serta fekunditas.Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat dilakukan denganwadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau langsung ditempatkanpada palka perahu. Untuk pengumpulan/pengankutan calon induk padasiang hari sebaliknya wadah penampungan atau palka ditutup rumput lautatau ilalang laut untuk menghindarkan calon induk dari sinar matahari secaralangsung. Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat dilakukandengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau langsungditempatkan pada palka perahu.

Induk yang telah di seleksi dipelihara dalam kurungan tancap di laut atau dikolam air laut atau langsung dipelihara di dalam bak induk dengankepadatan 5 - 10 ekor/m2. Bak induk umumnya terbuat dari beton berbentukempat persegi panjang dan berkapasitas 1,5 - 2 ton air.

Page 232: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Khusus untuk pemeliharaan di kolam air laut, kedalaman diusahakan antara75 - 100 cm, selain itu diusahakan selalu ada penggantian air agar stabilitassuhu dan salinitas tetap terjaga. Persediaan pakan juga harus terjamin danperlu adanya pakan tambahan.

Pakan alami teripang dapat berupa plankton, detritus, sisa-sisa bahanorganik atau sisa-sisa endapan di dasar laut yang ada disekitar lingkungankolam pemeliharaan. Pakan tambahan berfungsi untuk menambahkesuburan perairan pada umumnya berupa campuran kotoran hewan dandedak halus dengan perbandingan 1 : 1. Pakan diberikan sebanyak 0,2 - 0,5kg/m2/2 minggu dengan cara ditempatkan dalam karung goni yangberlubang-lubang sehingga keluar sedikit demi sedikit. Setiap satu kantonggoni biasanya dapat diisi 10 - 15 kg pakan tambahan yang dapat mencukupiluasan 30 - 50 kg pakan tambahan yang dapat mencukupi luasan 30 - 50 m2.

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan induk dibak pemijahan adalah sebagai berikut:a. Kualitas air tetap terjaga, bila perlu dilakukan penggantian air setengah

atau sepertiga dari volume, sehari dua kali, pagi dan sore.b. Kotoran yang ada di dalam bak harus segera dibersihkan.c. Pakan tambahan diberikan secukupnyad. Kebiasaan atau kesukaan induk harus dipantau secara kontinyu.

3) Metoda Pemijahan

Pemijahan teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara; secara alamidengan pembedahan, perangsangan dengan temperatur dan perangsangandengan penyemprotan air.

a. Pemijahan alami

Setelah mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang dipeliharadi bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa adanyarangsangan buatan. Pemijahan akan terjadi pada malam hari antara pukul22.00 - 23.00.

Induk jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akanmerangsang induk betina untuk mengeluarkan telur. Kurun waktupemijahan biasanya berlangsung antara 20 - 60 menit. Setelah indukbetina selesai bertelur, segera induk dipindahkan ke tempat lain.

b. Pemijahan dengan Pembedahan

Metode pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting bagianbawah teripang mulai dari anus hingga kedepan. Dalam pembelahan

Page 233: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebutjantan. Gonad jantan (tesis) juga dipotong menjadi beberapa bagiansehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisiair laut. Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi spermadituangkan kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk secaraperlahan, lalu didiamkan. Sehingga terjaddi pembuahan. Telur yangterbuahi akan mengendap didasar bak selanjutnya dipanen dengansaringan dan dipindahkan ketempat pemeliharaan larva.

c. Perangsangan dengan Temperatur

Prinsip pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalahmengupayakan agar temperatur air naik 3 - 5 0C dari temperatur air asal,dalam waktu selama + 30 - 60 menit suhu air dinaikkan dengan carapenambahan air panas atau menggunakan alat pemanas (heater) ataudijemur terik matahari.

Induk teripang ditempatkan didalam keranjang plastik yang diletakkanbeberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukanpada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak pemijahandan selanjutnya induk teripang akan memperlihatkan perilaku pemijahanyang ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul dipermukaan sambilbertumpu di dinding bak.

Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih dan terlihatseperti asap di dalam air, selanga waktu setengah hingga dua jamberikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya.

Cara ini memberikan hasil lebih baik yakni denga tingkat penetasanmencapai 90 - 95%.

d. Perangsangan dengan Penyemprotan Air

Setelah induk dipelihara selama 2 - 4 hari pada bak pemeliharaan, makainduk diberikan perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada pukul1700. Pertama-tama induk teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan daribak dan diletakkan ditempat yang kering selama 0,5 - 1 jam.

Semprotan air laut yang bertekanan tinggi selama 5 - 10 menit, lalu indukdimasukkan kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5 - 2 jamkemudian induk akan mulai menggerakkan badannya ke dinding.Biasanya induk jantan akan memijah yang kemudian disusul induk-indukbetina 30 menit kemudian. Prosentase keberhasilan cara ini mencapai 95- 100%.

Page 234: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e. Pemeliharaan Larva

Telur-telur teripang berbentuk bulat berwarna putih bening berukuran 177mikron, setelah fertilisasi telur-telur ini mengalami pembelahan sel menjadi2 sel, 4 sel, 8 sel hingga multi sel.

Gambar 3. Perkembangan Embrio dan Larva Teripang

Keterangan gambar 3:1. Pembelahan.2. Pembelahan dari 8 sel dan 16 sel.3. Banyak sel.4. Tingkat blastula.5. Tingkat grastula.6. Auricularia.7. Doliolaria.8. Pentacula.

Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron, selang 10 - 12 jamkemudian akan membentuk stadium gastrula yang berukuran antara390,50 - 402, 35 mikron. Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas

Page 235: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadistadium awal, tengah dan akhir.

Ukuran larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 - 987,10mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi plankton jenis Dunaliella sp,Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 - 60 x 103.

Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium akhir, larvalebih banyak hidup dipermukaan air. Kepadatan larva yang dikehendakiselama stadium ini kira-kira 300 - 700 ekor per liter. Jika kepadatan terlalutinggi, larva akan bergerombol menjadi satu, berbentuk bola, dan beradadi dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati. Sepuluh hari kemudian,larva berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada stadium ini larvaberbentuk lup, mempunyai sabuk dan dua tantakel yang menjulur ke luar.Larva dengan ukuran antara 614,78 - 645,70 mikron ini dapat bergerakcepat ke depan. Badan bagian belakang berbentuk cincin datar. Padasetiap sudut terdapat lima kelompok cilia (bulu getar). Stadium auricularliadan doliolaria bersifat planktonis.

Selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadiumpentaculata. Larva berwarna coklat kekuningan dengan panjang antara1000 - 1200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakelpada pangkal bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek padapangkal belakang, kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dantentakel terlihat lebih jelas dan dapat bintil-bintil dipermukaan kulitnya.

Larva pada stadium pentacula mempunyai kebiasaan berada di pinggiranbak bagian bawah dan sedikit menyukai di bawah permukaan air. Selintasselama pemeliharaan diusahakan antara 32 - 34 per mil dan suhu antara27 - 290C. Segera setelah larva berada di dasar laut, diberi makananberupa suspensi rumput laut jenis Sargassum dn Ulva.

4) Pemeliharaan Tingkat Juvenil

Saat mencapai tingkat doliolaria atau umur 10 - 12 hari dengan ukuranpanjang tubuh 4 - 5 mm, maka tempatkan kolektor (tempat untuk menempel)yang berbentuk kisi-kisi miring terbuat dari screen net 250 mikron atau plastikberukuran 60 x 60 x 70 cm, berfungsi sebagai tempat perlekatan.

Sebaiknya kolektor yang dipasang telah ditempeli diatome (lumut) sehinggapada saat juvenil menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Limabelas hari setelah menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan matadan dihitung. Kepadatan yang baik antara 5 - 10 ekor tiap kolektro, ataukepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan adalah 200 - 500 ekor/m2.Cara ini dilakukan terus menerus sampai benih tersebut berusia 1,5 - 2bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang telah mencapai ukuranantara 1,5 - 2 cm.

Page 236: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. SUMBER

Booklet Jenis-Jenis Komoditi Laut Ekonomis Penting pada Usaha Pembenihan,Direktorat Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta,1996

4. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 237: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TIRAM

1. PENDAHULUAN

Tiram tersebar luas, beberapa jenis diantaranya telah berhasil dibudidayakan.Mereka terdiri dari marga Ostrea yang berbentuk ceper dan marga Crassostreayang berbentuk seperti piala.

Di Malaysia sedikitnya ada dua jenis dari marga Crassostrea yaitu C. cucullatusdan C. rivalaris.

2. CARA PEMBUDIDAYAAN

Dalam budidaya tiram terdapat dua kegiatan utama, yaitu:1) Pengumpulan spat2) Pembesaran

1) Pengumpulan spat

Sampai sekarang spat tiram masih diperoleh dari alam. Di Amerika Serikatdan di Inggris sedang diadakan percobaan pemijahan tiram secara buatan diBalai Pembenihan. Sarana yang digunakan untuk mengumpulkan spat tiramdari alat yang disebut kolektor.

a. Pemilihan lokasi

Lokasi untuk menempatkan kolektor tentu saja harus di ladang-ladanginduk tiram, utamanya pada waktu induk-induk tiram itu sedang atau

Page 238: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

sehabis berpijah. Dicari lokasi yang terlindung agar kolektor-kolektornyatidak rusak atau hanyut karena amukan angin atau gelombang.Kedalaman pemasangan kolektor yang dapat ditempeli spat tiram sangatbervariasi, mulai dari kolektor yang paling ideal adalah diperoleh daripengalaman.

b. Waktu pemasangan

Metoda pengumpulan apapun yang digunakan dalam budidaya tiramsangat tergantung pada ketepatan waktu pemasangan kolektor. Saatyang paling baik pemasangan kolektor sangat bervariasi, diantaranyatergantung pada jenis, lokasi dan fluktuasi tahunan dari suhu, kadargaram, pasang surut dan lain sebagainya.

Di Malaysia, tiram berpijah sepanjang tahun dengan puncak pada awalmusim hujan. Jumlah spat yang paling banyak diperoleh 2 ~ 3 minggusetelah datangnya turun hujan yang tiba-tiba dan lebat, dan berakhirbeberapa hari kemudian. Sebaiknya pemasangan kolektor dilakukanpada musim spat, agar tidak didahului menempelnya teritip, lumpur ataukotoran lainnya.

Salah satu cara untuk mengetahui musim spat adalah dengan jalanpengambilan contoh air dengan jaring plankton. Burayak tiram yangberukuran panjang 0,25 ~ 0,50 mm dapat dikenali pada umbonya yangmiring (Gambar 1).

Gambar 1. Burayak Tiram Berukuran 0,25-0,50 mm.

Cara lainnya dapat juga dilakukan dengan jalan memeriksa induk-induktiram yang sedang hamil selama beberapa hari. Jika sebagian besar darimereka sudah kempis perutnya, maka berarti mereka sudah memijah dankolektor-kolektor bisa segera dipasangkan. Tetapi cara yang terakhir inimasih diragukan kecermatannya, karena kerapkali para burayak mati atauhanyut beberapa hari setelah pemijahan.

Page 239: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Metoda pengumpulan spat

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kolektor adalahbahwa kolektor tersebut dapat ditempeli spat sebanyak-banyaknya, murahdan mudah penanganannya. Berikut ini diutarakan beberapa metodapengumpulan spat.

- Kolektor tancapSalah satu cara pengumpulan spat yang paling bersahaja adalahdengan jalan menancapkan bambu-bambu atau kayu-kayu (misalnyakayu bakau atau nibung) di ladang tiram. Kolektor disusun sekerapmungkin dan diatur berbanjar yang jarak antara banjarnya dapat dilaluioleh perahu.

- Metoda rakSebagai kolektornya digunakan genteng atau asbes bergelombangatau bilah kayu yang diter. Kolektor disisip-sisipkan pada rak.

Gambar 2. Kolektor Asbes Bergelombang dengan Metoda Rak

-. Kolektor gantungKolektor digantung pada rakit atau pada palang cagak silang.

* Metoda rakitRakit terbuat dari batang-batang bambu atau kayu dengan tongplastik atau drum sebagai penyangganya.

Page 240: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 3. Rakit untuk Penggantungan Kolektor-kolektor

* Metoda palang cagak-silangBahan cagak terbuat dari dua batang bambu atau kayu yangditancapkan di dasar laut secara silang, kemudian dipasang palangbambu atau kayu di antara kedua cagak-silang tersebut.

Gambar 4. Palang Cagak Silang untuk Penggantungan Kolektor-kolektor

Kolektor-kolektor bisa terbuat dari genting, asbes, bilah-bilah bambuatau kayu, atau wadah telur ayam/itik bekas.

Untuk memudahkan menempelnya spat, maka sebaiknya kolektor-kolektor dilapisi adonan kapur-pasir-semen. Dengan dilapisi adonan iniutamanya kolektor yang terbuat dari wadah telur yang lembek danmudah hancur terendam air itu akan menjadi lebih kuat. Perbandinganadonan adalah dua bagian pasir halus (ditapis dengan ayakan tembaganomor 16 bermata 1,003 mm), dua bagian semen dan satu bagiankapur. Adonan diberi air secukupnya sampai kental seperti sup,kemudian kolektor-kolektor dicelupkan ke dalamnya lalu dianginkansampai kering.

Page 241: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pemasangan kolektor dari wadah telur diatur sebagai berikut :beberapa lapis wadah telur dibungkus dalam jaring kemudiandigantungkan pada rakit atau pada palang cagak-silang dengankedalaman yang berbeda-beda untuk tidak berhimpitan dan dapatditempeli spat pada lapisan air yang berlainan.

Gambar 5. Kolektor dari Wadah Telur yang Dibungkus dalam Jaring

Bilah-bilah bambu atau kayu, lembaran asbes atau genting di buatempat persegi dengan ukuran tertentu, kemudian diikat beruntundengan tali sisal, injuk, nylon atau dengan jenis tali lainnya.

Gambar 6. Kolektor Gantung yang Diikat dengan Tali

Page 242: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembesaran

Setelah spat-spat mencapai ukuran 20 mm atau lebih, mereka dilepas darikolektor, kemudian dipindahkan ke lokasi lain untuk dibesarkan. Di bawah inidiutarakan beberapa metoda pembesaran.

a. Metoda cagakPada lazimnya metoda cagak ini digunakan di perairan yang dangkal.Cagak yang terbuat dari batang-batang bambu atau kayu ditancap-tancapkan di dasar laut. Spat-spat tiram melekat pada cagak-cagaktersebut. Tiram-tiram yang sudah matang telur berangsur-angsurdipindahkan untuk mencegah terlampau berdesakkan.

b. Metoda dulangDulang terbuat dari kawat ram tahan karat bermata 12,7 mm. Sebagaikerangkanya terbuat dari kayu. Metoda dulang ini biasanya digunakan diperairan yang dangkal dengan dasar pasir (Gambar 7).

Gambar 7. Metoda Dulang

c. Metoda rakitPada umumnya metoda rakit ini digunakan di perairan dengan kedalaman5 meter ke atas pada waktu air surut. Lokasi perairan untuk metoda rakitini harus terlindung dari amukan angin dan gelombang. Spat-spat tiramdimasukkan dalam sangkar jaring atau dulang plastik, kemudiandigantungkan pada rakit. Bentuk rakit sama dengan bentuk rakit untukpengumpulan spat.

3. HAMA

Beberapa musuh tiram diantaranya terdiri dari bintang laut, siput, beberapajenis cacing, kerang hijau, teritip dan lain sebagainya.

Page 243: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Bintang Laut

Bintang laut dapat dikendalikan dengan jalan membuang atau menubanya.Bintang-bintang laut dibuang dengan tongkat berujung runcing pada waktuair sedang surut. Pada ladang budidaya yang dalam, bintang-bintang lautdibuang dengan mengunakan sapu lawe. Sesuai dengan namanya, sapubintang laut ini terbuat dari lawe yang diikatkan secara berderet padasebatang kawat sepanjang 2 kaki (± 60 cm). Sapu ditarik secara perlahan didasar laut, kemudian bintang-bintang lautnya yang tersapu dinaikkan ke atas(selang 10 menit) untuk dibuang atau dibunuh.

Gambar 8. Sapu Bintang Laut

Bintang laut dapat dibunuh dalam air panas atau dalam larutan garam pekat.Bila bintang lautnya banyak dapat dimusnahkan dengan jalan menebarkankapur sebanyak ± 227 kg/are di dasar laut.

2) Siput Pengebor

Beberapa jenis siput, seperti jenis Thais sp dapat mengebor cangkang-cangkang tiram sehingga tiram-tiramnya mati. Cara yang paling sederhanauntuk mencegah ganguan jenis siput ini adalah dengan jalan memilih ladangbudidaya yang bebas dari mereka.

Page 244: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gambar 9. Siput Pengebor Jenis thais sp.

3) Cacing Lepuh

Cacing lepuh lumpur jenis Polydora sp. yang hidup pada bagian dalamcangkang tiram dapat mengakibatkan lepuh-lepuh berwarna hitam padapermukaan bagian dalam cangkang tiram. Cacing lepuh dapat dimusnahkandengan jalan merendam tiram-tiramnya dalam larutan garam pekat.

4) Kerang Hijau

Kerang hijau (Perna viridis) merupakan saingan utama bagi tiram dalam halmakanan dan tempat hidup. Karena ulah kerang hijau, mutu tiram menjadirendah dan bahkan membunuhnya. Oleh karena itu sebelumpembudidayaan tiram dilakukan terlebih dahulu memusnahkan kerang-kerang hijaunya.

5) Teritip

Teritip (Balanus sp.) sering mengotori cangkang tiram bagian luar.Sebagaimana halnya dengan kerang hijau, teritipun merupakan sainganberat bagi tiram dalam hal makanan dan tempat hidup, serta sangatmengurangi produktivitas spat-spat tiram yang dapat melekat pada kolektorkarena sudah didahului oleh teritip.

Pengotoran kolektor tiram oleh teritip dapat ditanggulangi sampai padatingkat tertentu dengan jalan pengamatan burayak tiram dalam contoh-contoh plankton untuk mengetahui musim puncak spatnya. Jikapemasangan kolektor terlalu dini, maka dengan cepat sekali kolektor tersebutdipenuhi oleh teritip. Bilamana memungkinkan sebaiknya memilih lokasibudidaya tiram di daerah perairan yang populasi teritipnya tidak begitu padat.

6) Cacing Tabung

Jenis cacing ini (pomatoceros sp.) berbentuk tabung berkapur putih danhidup melekat pada cangkang tiram bagian luar, sehingga selain cangkangtiramnya kotor, juga bersaing dalam perolehan makanan.

Page 245: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. PANEN

Tiram sudah dapat dipanen setelah mencapai ukuran 100 mm. Untukmencapai ukuran ini diperlukan waktu pemeliharaan selfma 12 ~ 18 bulansemenjak masa pengumpulan spat. Atau apabila jeroan dagingnya sudahberwarna putih susu yang mengandung glikogen.

Jika tiram-tiram itu untuk disimpan agak lama sebainya disejukkan pada suhu10C atau 340F.

5. KESEHATAN MASYARAKAT

Salah satu masalah pada tiram ini adalah bahwa binatang ini mudahterkontaminasi oleh bakteri, karena ternyata tiram tahan terhadap pencemaranyang mengandung bakteri patogenis yang berasal dari buangan industrimaupun dari buangan rumah tangga. Oleh karena itu, sebaiknya usahabudidaya tiram dilakukan di perairan yang masih belum tercemar.

Bakteri yang terdapat dalam tiram dapat dibasmi dengan jalan merebusnyaselama 2 ~ 3 menit. Jika tiram-tiram yang sudah terkena polusi hendakdipasarkan hidup-hidup, bakterinya dapat dilenyapkan dengan cara merendamtiram-tiramnya dalam air bersih bebas hama selama 2 ~ 4 hari. Tiram-tiramdapat juga disuci hamakan dalam air bebas bakteri yang telah diperlakukandengan sinar ultra violet, khlorin atau ozon.

6. DAFTAR PUSTAKA

1) Galtsoff, P.S. (1964). The American Oyster. Fish. Bull. Fish Wildl. Serv.,64. 480pp.

2) Medoof, J.C. (1961). Oyster Farming in the Maritimes. Fish. Res. Bd. Can.Bull. No. 131.

3) Okada, H. (1963). Report on Oyster Culture Experiments in Malaysia (1960-1963). Published by Bahagian Perikanan, Kementrian Pertanian danPembangunan Luar Bandar.

7. SUMBER

Budidaya Tiram, Judul asli: Oyster Culture, oleh P.S. Choo, Fisheries ResearchInstitute Glugor, Penang, Malaysia. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

Page 246: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

oleh Drs. T. Asikin - Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama denganInternational Development Research Centre, 1985.

8. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 247: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

KEADAAN BUDIDAYA TIRAM DI MALAYSIASAAT INI

1. KEADAAN BUDIDAYA

Lembaga Penelitian Perikanan Penang di Semenanjung Malaysia masihsedang melakukan percobaan budidaya tiram dengan metoda rakit. Percobaanini terutama ditujukan pada budidaya tiram ceper (Ostrea folium) di PulauLangkawi, Kedah, dengan menggunakan jaring dan tali polietilena sebagaikolektornya. Juga sedang dikembangkan oleh nelayan di Muar River, Johor,budidaya Crassostrea belcheri dengan metoda budidaya di dasar dengancangkang-cangkang tiram sebagai kolektornya.

Beberapa masalah yang menghambat perkembangan budidaya tiram diSemenanjung Malaysia adalah terjadinya pengendapan lumpur, pengotoranoleh organisme lain dan pengsaan oleh bintang laut dan kepiting.

Di Serawak, percobaan budidaya tiram dilakukan oleh Departemen perikanan.Metoda budidaya yang digunakan adalah :a. Metoda rakitb. Metoda tancap dan rakc. Kombinasi metoda tancap, rak dengan metoda rakit.

Masalah utama yang mempengaruhi budidaya tiram di Serawak adalah :a. Terbatasnya persediaan spat.b. Sulitnya memperoleh lokasi budidaya yang cocok.

Hanya Crassostrea cuculata yang dapat mencapai ukuran rata-rata 45 mmdalam setahunnya, sedangkan yang lainnya berukuran terlalu kecil bagi tujuanbudidaya. Walaupun Serawak memiliki hutan bakau luas di sepanjang garispantainya, tetapi sulit untuk memperoleh lokasi yang terlindung untuk kegiatanbudidaya. Disamping itu perbedaan pasang surutnya terlalu tinggi (5,5 meter)sehingga tidak menguntungkan bagi usaha budidaya.

Di Sabah sedang diintrodusir teknik budidaya tiram dengan metoda rak, rakitdan dulang. Salah satu masalah dalam pengembangan metoda budidayatersebut adalah tingginya biaya produksi. Kini tengah dilakukan penelitian agarbiaya produksi bisa lebih rendah sehingga usaha budidaya dapatmenguntungkan.

Page 248: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. DAFTAR PUSTAKA

1) Davy, F.B. and Graham, M. (1982). Bivalve Culture in Asia and the Pacifik :Proceedings of a workshop held in Singapore, 16-19 February 1982. Ottawa,Ontario, IDRC, 90 p.

3. SUMBER

Judul asli : Oyster Culture, Oleh P.S. Choo, Fisheries Research InstituteGlugor, Penang, Malaysia. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Drs.T. Asikin - Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan InternationalDevelopment Research Centre.

4. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 249: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

1. PENDAHULUAN

Mutira semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut.Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan,walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai olehbangsa lain.

Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalanteknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensimutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakanmutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapatdilakukan oleh bangsa Indonesia.

Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctadamaxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairanIndonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa TenggaraBarat).

2. PEMILIHAN LOKASI

1) Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.2) Perairan subur, kaya akan makanan alami.3) Kecerahan cukup tinggi.4) Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.5) Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.6) Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 280C.7) Bebas pencemaran.

Page 250: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. PEMASANGAN INTI

1) Pemasangan inti mutiara bulat- Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam

penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.- Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter

bervariasi antara 6 ~ 12 mm.- Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari

pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.- Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam

torehan yang dibuat.- Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan

masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.- Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang

pemeliharaan.

2) Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)- Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit

dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.- Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air;

terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.- Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga

cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas.

Gambar 1. Pemasangan Inti Mutiara Bulat

1. Gonad2. Hati3. Perut4. Kaki5. Inti6. Mantel7. Otot adductor8. Otot retractor

Page 251: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alatblister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas ototadducator.

- Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudiantiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya.Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkangmenutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blistersebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6buah.

- Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalamkeranjang pemeliharaan di laut.

4. PEMELIHARAAN

1) Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturanposisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar.Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap beradadibagian atas.

2) Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipeliharaselama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yangdipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.

3) Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harusdilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organismepenempel.

Gambar 2. Pemasangan Inti Mutiara Blister

Page 252: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. PANEN

Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejakpemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12bulan.

6. SUMBER

Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat JendralPerikanan, Departemen Pertanian, Lampung.

7. KONTAK HUBUNGAN

Balai Budidaya Laut, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian,Lampung

Jakarta, Maret 2000

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 253: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA UDANG WINDU( Palaemonidae / Penaeidae )

1. SEJARAH SINGKAT

Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13(5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luaryang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaransebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiridari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekatpantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluargaPalaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompokudang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisadisebut udang penaeid oleh para ahli.

Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yangbermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsenudang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.

2. SENTRA PERIKANAN

Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan(Jeneponto, Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan

Page 254: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh,Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain.

3. JENIS

Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)Superordo : EucaridaOrdo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)Famili : Palaemonidae, Penaeidae

4. MANFAAT

!) Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu21%, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%.Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100;dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral yang penting adalahzat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 grambahan.

2) Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng,terasi, krupuk, dll.

3) Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala)dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.

4) Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang,sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.

5) Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara majusudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi,tekstil, kertas, pangan, dll.

6) Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalamindustri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarnadengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjangpantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26-28derajat C.

2) Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liatberpasir, karena dapat menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudahdipadatkan dan tidak pecah-pecah.

Page 255: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir,dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%. Tanah tidak boleh porous(ngrokos).

4) Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawartergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah yang paling cocok untukpertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3meter.

5) Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0-35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur dengansecchi disk)

6) Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter;H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter;Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0-0,02 mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01mg/liter; Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium(Se)=0-0,05 mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002mg/liter; Flourida (F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Syarat konstruksi tambak:1) Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak

minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meterdari bantara sungai.

2) Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udangsehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.

2) Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahanterhadap erosi air.

3) Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehinggamenghemat tenaga.

4) Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.5) Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya.6) Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.

Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan denganletak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu tambak ekstensif, semi intensif,dan intensif.

1) Tambak Ekstensif atau Tradisionala. Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa

bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.b. Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur.c. Luasnya antara 3-10 ha per petak.

Page 256: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m disepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuatcaren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebihdalam dari bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataranhanya dapat berisi sedalam 30-40 cm saja.

e. Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untukmengipur nener yang baru datang selama 1 bulan.

f. Selain itu ada beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dantipe taman yang dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur.

g. Pada tambak ini tidak ada pemupukan.

2) Tambak Semi Intensifa. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1-3

ha/petakan.b. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran

(outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolamsebelum ditebari benih, dan pemanenan.

c. Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa)inlet ke arah pintu (pipa) outlet. Dasar caren miring ke arah outlet untukmemudahkan pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktupanen.

d. Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran.e. Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm.f. Ada juga petani tambak yang membuat caren di sekeliling pelataran.

3) Tambak Intensifa. Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air dan

pengawasannya lebih mudah.b. Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari

tanah seperti biasa. Atau dinding dari tembok, sedangkan dasar masihtanah.

c. Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan di tengahdan pintu panen model monik di pematang saluran buangan. Bentuk dankonstruksinya menyerupai tambak semi intensif bujur sangkar.

d. Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil. Tanggulbiasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bakpencampur sebelum masuk dalam tambak.

e. Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasangmati di sudut petak.

f. Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air.g. Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan

pompa.

Page 257: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Adapun prasarana yang diperlukan dalam budidaya udang tambak meliputi:

1) Petakan Tambaka. Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak

pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama ataulaban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam petakan: petakpendederan, petak glondongan (buyaran) dan petak pembesaran denganperbandingan luas 1:9:90.

b. Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan bagian yangterdalam. Dari petak pembagi, masing-masing petakan menerima bagianair untuk pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri,yang dinamakan pintu petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakanyang berbentuk seperti saluran disebut juga saluran pembagi air.

c. Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.

2) Pematang/Tanggula. Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.b. Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang melindungi unit

yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di ataspermukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2 m. Sisiluar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5. Sedangkan untuk sisipematang bagian dalam kemiringannya 1:1.

c. Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan yangsatu dengan yang lain dalam satu unit.

d. Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebarbagian atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1.Pematang dibuat dengan menggali saluran keliling yang jaraknya daripematang 1 m. Jarak tersebut biasa disebut berm.

3) Saluran dan Pintu Aira. Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat,

lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkansejajar dengan permukaan air surut terrendah. Sepanjang tepiannyaditanami pohon bakau sebagai pelindung.

b. Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu airsekunder (tokoan/pintu air petakan).

c. Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalamtambak yang termasuk dalam satu unit.

d. Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikandengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasarsaluran keliling,serta sejajar dengan dasar saluran pemasukan air.

e. Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu(kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll)

f. Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan diantaranya diisi tanah yang disebut lemahan.

g. Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadapke saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak.

Page 258: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisiplastik atau ijuk.

4) Pelindung:a. Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat

dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari daun-daunkelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang juga dapatdigunakan sebagai pelindung.

b. Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsijuga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut, sehingga menumpukpada salah satu sudut karena tiupan angin.

5) Pemasangan kincir:a. Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang

sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.b. Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan

pemutaran kincir itu mencapai 75-90%.

6.2. Pembibitan

1) Menyiapkan Benih (Benur)

Benur/benih udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) ataudari alam.

Di alam terdapat dua macam golongan benih udang windu (benur) menurutukurannya, yaitu :a. Benih yang masih halus, yang disebut post larva.

Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yaitu berenangdekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm.Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S denganbentuk keseluruhan seperti jet. Ekornya membentang seperti kipas.

b. Benih yang sudah besar atau benih kasar yang disebut juvenil.Biasanya telah memasuki muara sungai atau terusan. Hidupnya bersifatbenthis, yaitu suka berdiam dekat dasar perairan atau kadang menempelpada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang selang-seling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarnabiru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renangberbelang-belang kuning biru.

Cara Penangkapan Benur:a. Benih yang halus ditangkap dengan menggunakan alat belabar dan seser.

- Belabar adalah rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan daun pisangkering, rumput-rumputan, merang, atau pun bahan-bahan lainnya.

- Kegiatan penangkapan dilakukan apabila air pasang.- Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok,

sehingga terayun-ayun di permukaan air pasang.

Page 259: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Atau hanya diikatkan pada patok di salah satu ujungnya, sedang ujungyang lain ditarik oleh si penyeser sambil dilingkarkan mendekati ujungyang terikat. Setelah lingkaran cukup kecil, penyeseran dilakukan disekitar belabar.

b. Benih kasar ditangkapi dengan alat seser pula dengan cara langsungdiseser atau dengan alat bantu rumpon-rumpon yang dibuat dari rantingpohon yang ditancapkan ke dasar perairan. Penyeseran dilakukan disekitar rumpon.

Pembenihan secara alami dilakukan dengan cara mengalirkan air laut kedalam tambak. Biasanya dilakukan oleh petambak tradisional.

Benih udang/benur yang didapat dari pembibitan haruslah benur yangbermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu baik yang didapatdari tempat pembibitan adalah:a. Umur dan ukuran benur harus seragam.b. Bila dikejutkan benur sehat akan melentik.c. Benur berwarna tidak pucat.d. Badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.

2) Perlakuan dan Perawatan Benih

a. Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisahPemeliharaan larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitukolam diatomae, kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.- Kolam Diatomae

Diatomae untuk makanan larva udang yang merupakan hasilpemupukan adalah spesies Chaetoceros, Skeletonema danTetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000 liter.Spesies diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periodemysis, walaupun lebih menyukai zooplankton.

- Kolam IndukKolam yang berukuran 500 liter ini berisi induk udang yangmengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanyakeluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah menetasmenjadi nauplius, dipindahkan.

- Kolam LarvaKolam larva berukuran 2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambildari kolam diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan postlarva (PL5-PL6).Artemia kering dan udang kering diberikan kepada larva periode zoasampai (PL6). Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyarandengan kepadatan 32-1000 ekor/m2, yang setiap kalidiberi makanartemia atau makanan buatan, kemudian PL20-PL30 benur dapat dijualatau ditebar ke dalam tambak.

Page 260: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Cara Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan- Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak pembesaran

udang (± 10% dari luas petak pembesaran) yang terletak di salah satusudutnya dengan kedalaman 30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadargaram 5-25 permil.

- Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masihlemah terlindung dari terik matahari atau hujan.

- Benih yang baru datang, diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalambak plastik atau bak kayu yang diisi air yang kadar garam dan suhunyahampir sama dengan keadaan selama pengangkutan. Kemudiansecara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan diganti denganair dari petak pendederan.

- Kepadatan pada petak Ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikanberupa campuran telur ayam rebus dan daging udang atau ikan yangdihaluskan.

- Pakan tambahan berupa pellet udang yang dihaluskan. Pemberianpelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali jumlah berat benih udang perhari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus ± 0,003 gram danberat benih kasar ± 0,5-0,8 g.

- Pellet dapat terbuat dari tepung rebon 40%, dedak halus 20 %, bungkilkelapa 20 %, dan tepung kanji 20%.

- Pakan yang diperlukan: secangkir pakan untuk petak pengipukan/pendederan seluas 100 m2 atau untuk 100.000 ekor benur dandiberikan 3-4 kali sehari.

c. Cara Pengipukan di dalam Hapa- Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan mata jaring 3-5

mm agar benur tidak dapat lolos.- Hapa dipasang terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam

petak-petak tambak yang pergantian airnya mudah dilakukan, dengancara mengikatnya pada tiang-tiang yang ditancamkan di dasar petaktambak itu. Beberapa buah hapa dapat dipasang berderet-deret padasuatu petak tambak.

- Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4-6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5-1 m.

- Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor/m2.- Pakan benur dapat berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan

tambak di sekitarnya. Dapat juga diberi pakan buatan berupa peletudang yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.

- Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampaipanjangnya 3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%.

- Jaring sebagai dinding hapa harus dibersihkan seminggu sekali.- Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi

benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan menampung ikan atau udangyang dikehendaki agar tetap hidup.

Page 261: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Cara pengangkutan:Pengangkutan menggunakan kantong plastik:- Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal

0,008 mm, diisi air 1/3 bagian dan diisi benih 1000 ekor.- Kantong plastik diberi zat asam sampai menggelembung dan diikat

dengan tali.- Kantong plastik tersebut dimasukkan dalam kotak kardus yang diberi

styrofore foam sebagai penahan panas dan kantong plastik kecil yangberisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10% dari berat airnya.

- Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jamperjalanan dengan angka kematian 10-20%.

Pengangkutan dengan menggunakan jerigen plastik:- Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.- Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam

bertekanan lebih.- Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500-700 ekor/liter. Selama 6-

8 jam perjalanan, angka kematiannya sekitar 6%.- Dalam perjalanan jerigen harus ditidurkan, agar permukaannya menjadi

luas, sehingga benurnya tidak bertumpuk.- Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.

e. Waktu Penebaran BenurSebaiknya benur ditebar di tambak pada waktu yang teduh.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu:kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:a. Untuk pertumbuhan kelekap

- Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasarsebanyak 500 kg/ha.

- Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll),atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.

- Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguapsampai kering.

- Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupukkandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.

- Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/hadan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.

- Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikanlagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di ataspelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.

- Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kalisebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.

Page 262: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Untuk pertumbuhan lumut- Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya,

kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.- Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea

14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.- Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.- Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan

TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.- Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang

dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalulebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanyadigunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yanglain.

c. Untuk pertumbuhan Diatomae- Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki

perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1,yang tumbuh adalah Dinoflagellata.

- Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripadapupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lamadalam air.

- Contoh pupuk:* Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.* Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.* Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25* Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37* Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17* Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26* Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39

- Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap7-10 hari sekali.

- Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabilaluas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.

- Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukupbila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.

- Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.

2) Pemberian Pakan

Makanan untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makananudang yang dapat digunakan dalam budidaya terdiri dari:

a. Makanan alami:- Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya.

Page 263: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Burayak tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae(Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis,dll).

- Burayak tingkat mysis, makanannya plankton hewani, Protozoa,Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda),dll.

- Burayak tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil), selainmakanan di atas juga makan Diatomaee dan Cyanophyceae yangtumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak tritip, anak udanng-udangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga detritus (sisahewan dan tumbuhan yang membususk).

- Udang dewasa, makanannya daging binatang lunak atau Mollusca(kerang, tiram, siput), cacing Annelida, yaitut cacing Pollychaeta,udang-udangan, anak serangga (Chironomus), dll.

- Dalam usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami yangtumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut, plankton, dan bentos.

b. Makanan TambahanMakanan tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3bulan. Makanan tambahan tersebut dapat berupa:- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udang-

udangan.- Kulit kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau

dipotong-potong 2,5 cm2, kemudian ditusuk sate.- Sisa-sisa pemotongan katak.- Bekicot yang telah dipecahkan kulitnya.- Makanan anak ayam.- Daging kerang dan remis.- Trisipan dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.

c. Makanan Buatan (Pelet):- Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.- Dedak halus 40 %.- Tepung bungkil kelapa 20 %.- Tepung kanji 19 %.- Pfizer premix A atau Azuamix 1 %.Cara pembuatan:- Tepung kanji diencerkan dengan air secukupnya, lalu dipanaskan

sampai mengental.- Bahan-bahan yang dicampurkan dengan kanji diaduk-aduk dan

diremas-remas sampai merata.- Setelah merata, dibentuk bulat-bulat dan digiling dengan alat penggiling

daging. Hasil gilingan dijemur sampai kering, kemudian diremas-remassampai patah-patah sepanjang rata-rata 1-2 cm.

Page 264: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Takaran Ransum Udang dan Cara Pemberian Pakan:

a. Udang diberi pakan 4-6 x sehari sedikit demi sedikit.

b. Jumlah pakan yang diberikan kepada benur 15-20% dari berat tubuhnyaper hari.

c. Jumlah pakan udang dewasa sekitar 5-10% berat tubuhnya/ hari.

d. Pemberian pakan dilakukan pada sore hari lebih baik.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

a. Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian bawah,karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi apabila air tambaktertutup air hujan yang tawar, pembuangannya melalui lapisan atas,sedangkan pemasukannya melalui bagian bawah.

b. Pengadukan secara mekanis (belum biasa dilakukan). Denganpengadukan, air dapat memperoleh tambahan zat asam, atautercampurnya air asin dan air tawar. Pengadukan dapat menggunakanmesin pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.

c. Penambahan bahan kimia (belum biasa dilakukan). Kekurangan zat asam,dapat ditambah dengan Kalium Permanganat (PK/KMnO4). Takaran 5-10ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum mampu membunuh udang. Kapurbakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga untuk mengatasi O2.

d. Penambahan volume air. Bila suhu air tinggi, penambahan jumlah volumeair dapat dikurangi. Perlu diberi pelindung.

e. Menghentikan pemupukan dan pemberian pakan. Pemupukan danpemberian pakan dihentikan apabila udang nampak menderita dantambak dalam kondisi buruk.

f. Singkirkan ikan dan ganggang yang mati dengan menggunakan alatpenyerok.

g. Penambahan pemberian pakan. Udang diberi tambahan pakan apabilamenunjukkan gejala kekurangan makan, sampai pertumbuhan makananalami normal kembali.

Perbaikan teknis yang diperlukan:a. Perbaikan saluran irigasi tambak untuk memungkinkan petakan-petakan

tambak memperoleh air yang cukup kualitas dan dan kuantitasnya,selama masa pemeliharaan.

b. Pompanisasi, bagi tambak-tambak di daerah yang perbedaan pasangsurutnya rendah (kurang dari 1 m), yang setiap waktu diperlukanpergantian air ke dalam atau keluar tambak.

c. Perbaikan konstruksi tambak, yang meliputi konstruksi tanggul, pintu airsaringan masuk ke dalam tambak agar tambak tidak mudah bocor, dantanggul tidak longsor.

Page 265: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Perbaikan manajemen budidaya yang meliputi: cara pemupukan, padatpenebaran yang optimal, pemberian pakan, cara pengelolaan air dan carapemantauan terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) LumutLumut yang pertumbuhannya berlebihan. Pengendalian: dapat denganmemelihara bandeng yang berukuran 8-12 cm sebanyak 200 ekor/ha.

2) Bangsa ketamMembuat lubang di pematang, sehingga dapat mengakibatkan bocoran-bocoran.

3) Udang tanah (Thalassina anomala),Membuat lubang di pematang.

4) Hewan-hewan penggerek kayu pintu air Merusak pematang, merusak tanah dasar, dan merusak pintu air sepertiremis penggerek (Teredo navalis), dan lain-lain.

5) Tritip (Balanus sp.) dan tiram (Crassostrea sp.)Menempel pada bangunan-bangunan pintu air.

Pengendalian hama bangsa ketam, udang tanah, hewan-hewan penggerekkayu pintu air sama dengan pengendalian lumut.

Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara langsung,termasuk golongan buas, antara lain:

1) Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong (Tehrapontehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones micracanthus), kuro(Polynemus sp.), dan lain-lain.

2) Ketam-ketaman, antara lain adalah kepiting (Scylla serrata).

3) Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa), cangak (Ardeacinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax carbo sinensis), pecuk ulo(Anhinga rufa melanogaster), dan lain-lain.

4) Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus rhynchops, Fordonialeucobalia, dan Chersidrus granulatus).

Page 266: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 14/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea dan Lutrogaleperspicillata).

Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang dalamhidupnya, baik mengenai pangan maupun papan.

1) Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata), congcong (Telescopiumtelescopium).

2) Ikan liar, seperti mujair (Tilapia mosambica), belanak (Mugil spp), rekrek(Ambassis gymnocephalus), pernet (Aplocheilus javanicus), dan lain-lain.

3) Ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp.

4) Udang, yaitu udang kecil-kecil terutama jenis Cardina denticulata, dan lain-lain.

Pengendalian:

1) Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji teh yang mengandungracun saponin.a. Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan dari biji teh yang diperas

minyaknya dan banyak diproduksi di Cina.b. Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya

dengan 150-200 kg bungkil biji teh per Ha tambak sudah cukup efektifmematikan ikan liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.

c. Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadapudang.

d. Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air.Setelah diracun dengan bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang,sebab residu bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.

e. Daya racun saponin berkurang apabila digunakan pada air dengan kadargaram rendah. Tambak dengan kedalaman 1 meter dan kadar garam airtambak > 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja,sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha. Untuk penghematan airtambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikanhanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi,sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.

f. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00atau 13.00.

g. Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudiandirendam dalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu airtersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menaburbungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.

Page 267: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 15/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Rotenon dari akar deris (tuba).a. Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon. Akar yang masih kecil

lebih banyak mengandung rotenon.Zat ini dapat membunuh ikan padakadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.

b. Dalam air berkadar garam rendah, daya racunnya lebih baik/lebih kuatdaripada yang berkadar garam tinggi.

c. Sebelum digunakan, akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndamdalam dalam air selama 24 jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat,dimasukkan ke dalam air sambil diremas-remas sampai air berwarna putihsusu.

d. Dosis yang diperlukan adalah 4-6 kg/Ha tambak, apabila kedalaman air 8cm. Daya racun rotenon sudah hilang setelah 4 hari.

3) Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas dengan nikotin padatakaran 12-15 kg/Ha atau sisa-sisa tembakau dengan takaran antara 200-400 kg/Ha.a. Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah tanah dasar

dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi ± 10 cm.b. Setelah ditebarkan, dibiarkan selama 2-3 hari, agar racun nikotinnya dapat

membunuh hama. Sementara itu airnya dibiarkan sampai habis menguapselama 7 hari.

c. Setelah itu tambak diairi lagi tanpa dicuci dulu, sebab sisa tembakausudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.

4) Brestan-60 dapat digunakan untuk memberantas hama, terutama trisipan.a. Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa bubuk berwarna

krem dan hampir tidak berbau. Bahan aktifnya adalah trifenil asetat stanansebanyak 60%.

b. Takaran yang dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila kedalaman air 16-20cm dan kadar garamnya 28-40%. Makin dalam airnya dan makin rendahkadar garamnya, takaran yang dibutuhkan makin banyak.

c. Daya racunnya lebih baik pada waktu terik matahari.d. Cara penggunaan:

- Air dalam petakan disurutkan sampai ± 10 cm. Pintu air dan tempatyang bocor ditutup.

- Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya,kemudian dipercik-percikkan ke permukaan air.

- Air dibiarkan menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua.- Setelah itu tambak dicuci 2-3 kali, dengan memasukkan dan

mengeluarkan air pada waktu pasang dan surut.

5) Sevin dicampur dengan cincangan daging ikan, kemudian dibentuk bulatan,dapat digunakan sebagai umpan untuk meracuni kepiting.Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan ke dalam lubang kepiting, disiram airdan kemudian. Gas asetilen yang timbul akan membunuh kepiting.Abu sekam yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat padainsang dan dapat mematikan.

Page 268: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 16/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Usaha untuk mengusir burung adalah dengan memasang pancang-pancangbambu atau kayu di petakan tambakan.

7) Cara memberantas udang renik (wereng tambak): menggunakan Sumithiondengan dosis 0,002 mg/liter pada hari pertama dan ditambah 0,003 mg/literpada hari kedua. Kadar yang dapat mematikan udang adalah 0,008 mg/liter.Selalu memeriksa lokasi baik siang maupun malam.

7.2. Penyakit asal virus.

1) Monodon Baculo Virus (MBV)Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak berpengaruh terhadapkehidupan udang. Penyebab: kondisi stres saat pemindahan post larva kekolam pembesaran.

2) Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)Gejala: (1) udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan,muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di ata; (2) bila alatgeraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelamdi bawah kolam; (3) udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulaitimbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak yang mati pada saatmoulting; (4) pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihandan tubuhnya berwarna putih keruh; (5) permukaan tubuhnya akan ditumbuhioleh diatomae, bakteri atau parasit jamur; (6) pada kulit luar terlihat nekrosispada kutikula, syaraf, antena, dan pada mukosa usus depan dan tengah.Pengendalian: perbaikan kualitas air.

3) Hepatopancreatic Parvo-like VirusGejala: terutama menyerang hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaanhepatopankreasnya secara mikroskopik terlihat degenerasi dan adanyainklusion bodies dalam se-sel organ tersebut. Pengendalian: perbaikankualitas air.

4) Cytoplamic Reo-like VirusGejala: (1) udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan air;(2) kematian udang di mulai pada hari 7-9 setelah penebaran benih(stocking) di kolam post larva umur 18 hari. Pengendalian: belum diketahuisecara pasti, yang penting adalah perbaikan kualitas air.

5) RicketsiaeGejala: (1) udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah; (2)udang berwarna lebih gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udangterlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagiantengah (mid gut); (3) adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakanjaringan ikat; (4) kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25). Angka kematian naik

Page 269: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 17/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi kematian, kemudian menurunsampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begituseterusnya sampai udang dipanen. Pengendalian: menggunakan antibiotik(oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapatmengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun,kematian akan timbul lagi.

7.3. Penyakit asal Bakteri

1) Bakteri nekrosisPenyebab: (1) bakteri dari genus Vibrio; (2) merupakan infeksi sekunder dariinfeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau lainnya.Gejala: (1) muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapatempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alattambahan lainnya; (2) usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.Pengendalian: Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnyafuranace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2)Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, sertamenjaga kebersihan alat-alat yang digunakan; (3) pemeliharaan kualias airdan sanitasi yang baik.

2) Bakteri SeptikemiaPenyebab: (1) Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., danPseudomonas sp.; (2) merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yandisebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stres yang berat.Gejala: (1) menyerang larva dan post larva; (2) terdapat sel-sel bakteri yangaktif dalam haemolymph (sistem darah udang). Pengendalian: (1)pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l,oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) pemeliharaan kualiasair dan sanitasi yang baik.

7.4. Penyakit asal Parasit

Dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaanterhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat menyebabkankemandulan (Bopyrid).

1) Parasit cacingCacing Cestoda, yaitu- Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaringan

ikat di sepanjang syaraf bagian ventral.- Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam jaringan inter-

tubuler hepatopankreas.Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dindingproventriculus dan usus.Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas udangyang hidup secara alamiah.

Page 270: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 18/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Parasit IsopodaDapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit inimenempel di daerah branchial insang (persambung antara insang dengantubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) padaudang.

7.5. Penyakit asal Jamur

Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat mati dalam waktu 24jam. Penyebab: (1) Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenediumdan Sirolpidium; (2) penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.Pengendalian: (1) pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau trifuralin(0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yangsehat; (2) jalan filtrasi air laut untuk pembenihan; (3) pencucian telur udangberkali-kali dengan air laut yang bersih atau air laut yang diberi malachite greenatau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari jamur.

8. PANEN

Udang yang siap panen adalah udang yang telah berumur 5-6 bulan masapemeliharaan. Dengan syarat mutu yang baik, yaitu:1) ukurannya besar2) kulitnya keras, bersih, licin, bersinar dan badan tidak cacat3) masih dalam keadaan hidup dan segar.

8.1. Penangkapan

1) Penangkapan sebagiana. Dengan menggunakan Prayang, yang terbuat dari bambu, yang terdiri dari

dua bagian, yaitu kere sebagai pengarah dan perangkap berbentukjantung sebagai tempat jebakan. Prayang dipasang di tepi tambak,dengan kerenya melintang tegak lurus pematang dan perangkapnyaberada di ujung kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari padawaktu ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarikperhatian udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga yangterperangkap hanya udang besar saja. Pada lubang mulut dipasang talinilon atau kawat yang melintang dengan jarak masing-masing sekitar 4cm.

b. Dengan menggunakan jala lempar. Penangkapan dilakukan malam hari.Air tambak dikurangi sebagian untuk memudahkan penangkapan.Penangkapan dilakukan dengan masuk ke dalam tambak. Penangkapandengan jala dapat dilakukan apabila ukuran udang dalam tambak tersebutseragam.

Page 271: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 19/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c. Dengan menggunakan tangan kosong. Dilakukan pada siang hari, karenaudang biasanya berdiam diri di dalam lumpur.

2) Penangkapan totala. Penangkapan total dapat dilakukan dengan mengeringkan tambak.

Pengeringan tambak dapat dilakukan dengan pompa air atau apabila tidakada harus memperhatikan pasang surut air laut. Malam/dini harimenjelang penangkapan, air dikeluarkan dari petak tambak perlahan-lahan waktu air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampaicaren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.

b. Dengan menggunakan seser besar yang mulutnya direndam di lumpurdasar tambak/caren, lalu didorong sambil mengangkatnya jikadiperkirakan sudah banyak udang yang masuk dalam seser. Dan caratersebut dilakukan berulang-ulang.

c. Dengan menggunakan jala, biasanya dilakukan banyak orang.d. Dengan menggunakan kerei atau jaring yang lebarnya sesuai dengan

lebar caren. Lumpur dasar tempat udang bersembunyi didorong beramai-ramai oleh beberapa orang yang memegangi kerei atau jaring itu, menujuke depan pintu air. Di depan pintu air udang dicegat dengan kerei lainnya.Udang terkumpul di kubangan dekat pintu ai, sehingga dengan mudahditangkap.

e. Dengan memasang jaring penadah yang cukup luas atau panjang disaluran pembuangan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalirperlaha-lahan, sehingga udang tidak banyak tertinggal bersembunyidalam lumpur. Udang akan keluar bersama air dan tertadah dalam jaringyang terpasang dan dengan mudah ditangkapi dengan seser.

f. Dengan menggunakan jaring (trawl) listrik. Jaring ini berbentuk dua buahkerucut. Badan kantung mempunyai bukaan persegi panjang. Mulutkantung yang di bawah di pasang pemberat agar dapat tenggelam dilumpur. Bagian atas mulut jaring diberi pelampung agar mengambang dipermukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yangdapat dialiri listrik berkekuatan 3-12 volt. Listrik yang mengaliri kawat didasar mulut jaring akan mengejutkan udang yang terkena, lalu udangakan meloncat dan masuk ke dalam jaring.

8.2. Pembersihan

Udang yang telah ditangkap dikumpulkan dan dibersihkan sampai bersih.Kemudian udang ditimbang dan dipilih menurut kualitas ukuran yang sama dantidak cacat.

9. PASCAPANEN

Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pascapanen:

Page 272: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 20/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Alat-alat yang digunakan harus bersih.2) Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.3) Hindarkan terkena sinar matahari langsung.4) Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.5) Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air

bersih.6) Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.7) Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk

mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh bakteripembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).

8) Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha pembesaran Udang Galah di Desa Tangkil KecamatanCaringin Kabupaten Bogor. Selama 2 musim (1 tahun) pada tahun 1999 adalahsebagai berikut:

1) Biaya Produksia Lahan

- Sewa lahan 2 tahun Rp. 3.200.000,-- Pengolahan lahan Rp. 125.000,-

b. Bibit- Benur 60.000 ekor Rp. 16,- Rp. 960.000,-

c. Pakan- UG 801 86,40 kg @ Rp 2.600,- Rp. 224.460,-- UG 802 590,40 Kg Rp. 2.400,- Rp. 1.416.960,-- UG 803 1.882,57 kg Rp. 2.300,- Rp. 4.329.900,-

d. Obat-obatan dan pupuk- BCK 4 liter @ Rp. 12.500,- Rp 50.000,-- Sanponin 40 kg @ Rp 1500,- Rp. 60.000,-- Urea 10 kg @ Rp 2000,- Rp. 20.000,-- KCL 10 kg @ Rp 2.500,- RP. 25.000,-- Pupuk kandang 20 kg @ Rp 500,- Rp. 10.000,-- Kapur 100 kg @ Rp. 1000,- Rp. 100.000,-

e. Alat- Timbangan 1 Unit @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-- pH Pen 1 Unit @ Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-- Jala/Jaring 2 Unit @ Rp. 25000,- Rp. 50.000,-- Cangkul 3 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 18.000,-- Skoop 1 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 6.000,-- Serok 3 Unit @ Rp. 4.500,- Rp. 13.500,-- Plastik 20 meter @ Rp. 2.000,- Rp. 40.000,-

Page 273: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 21/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Saringan 10 meter @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-- Ember Plastik 3 unit @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-- Keranjang 5 unit @ Rp. 5.500,- Rp. 16.500,-

f. Tenaga kerja- Tenaga Tetap 12 MM @ Rp 250.000,- Rp. 1.500.000,-- Tenaga Tak Tetap 10 OH @ Rp 8.000,00 Rp. 80.000,-

g. Lain-lain- Rekening Listrik 6 bulan @ Rp 15.000,- Rp. 90.000,-- Transportasi Rp. 20.000,-

h. Biaya tak terduga 10% Rp. 1.254.532,-Jumlah biaya produksi Rp 12.545.320,-

2) Pendapatan 2 musim/th:1912,3 kg @ Rp 19.000,- Rp.34.463.700,-

3) Keuntungan per tahun/2 musim Rp.21.918.380,-Keuntungan per musim (6 bulan) Rp. 4.686.530,-

4) Parameter kelayakana. B/C ratio per musim 1,37b. Atas dasar Unit :BEP = FC/P-V 206,4 kgc. Atas dasar Sales : BEP = FC/1-(VC/R) Rp 3.688.540,-

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospekcukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri.Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Brahmono. 1994. Limbah Udang Untuk Pembuatan Tepung. DalamKumpulan Kliping Udang II. Trubus.

2) Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius. Yogyakarta.3) Hanadi, S. 1992. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda. Surabaya.4) Heruwati, E.S. dan Rahayu, S. 1994. Penanganan dan Pengelolaan Pasca

Panen Udang unutuk Meningkatkan Mutu dan Mendapatkan Nilai Tambah.Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.

5) Mudjiman, A. 1987. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta.6) __________ . 1988. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.7) __________ . 1994. Udang yang Bikin Sehat. Dalam Kumpulan Kliping

Udang II. Trubus.8) Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur. Kanisius.

Yogyakarta.

Page 274: Teknis Budidaya

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 22/ 22Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9) Purnomo. 1994. Limbah Udang Potensial untuk Industri. Dalam KumpulanKliping Udang II. Trubus.

10) Suyanto, S.R. dan Mudjiman, A. 1999. Budidaya Udang Windu. PenebarSwadaya. Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU