teknik reservoir dan cadangan -...

80
1

Upload: phungthuan

Post on 27-Aug-2019

357 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

1

2

TEKNIK RESERVOIR DAN CADANGAN

MIGAS

Hak Cipta © 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dilindungi Undang-Undang

SEMESTER 3

3

KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya

dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan

keterampilan yang harus dikuasai peserta didikserta rumusan proses

pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk

mencapai kompetensi yang diinginkan.

Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013

adalah ketersediaan Buku Siswa dan Buku Guru, sebagaibahan ajar dan

sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Buku

Siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang

sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur

dengan proses penilaian yang sesuai.

Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari

seorang lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan

kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk

dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery

learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based

learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning)

yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah

dengan kemampuan mencipta.

Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada

kurikulum berbasis kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran

berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan

dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini

mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru

dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku

yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.

4

Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta

didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan

pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari

sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku

ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus

dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada

edisi berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya

kualitas penyajianbuku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima

kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor

naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah-

mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia

pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi

seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).

Jakarta, Januari 2014

Direktur Pembinaan SMK

Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

5

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 5

BAB I .................................................................................................................................... 6

TEKNIK RESERVOIR .............................................................................................................. 6

BAB II ................................................................................................................................. 63

PENGHITUNGAN CADANGAN MIGAS ............................................................................... 63

6

BAB I TEKNIK RESERVOIR

A. PENDAHULUAN

Teknik Reservoir adalah cabang dari I lmu Teknik

Perminyakan (Petroleum Engineering) yang

mempelajari tentang karakterist ik f luida, peramalan

dan penghitungan cadangan serta berbagai cara

keteknikan untuk memproduksikan f luida reservoir

tersebut hingga ke permukaan.

Isti lah reservoir dalam dunia perminyakan

mengandung art i:

1) Media berpori dan permeable

2) Tempat/jebakan untuk berkumpul/terakumulasinya

endapan HC yang terjadi pada batuan induk.

3) Dalam media berpori dan permeable terdapat ruang

pori yang dapat terisi oleh f luida, disamping itu

media berpori tersebut dapat mengalirkan f luida.

7

Gbr. 1 : Reservoir Minyak dan Gas

Reservoir merupakan formasi batuan berpori

(porous) dan tembus f luida (permeabel) di bawah

permukaan tanah pada kedalaman tertentu sebagai

tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi

.Pada umumnya reservoir minyak memil iki

karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari

komposisi, temperature dan tekanan pada tempat

dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya.

B. KLASIFIKASI MINYAK DAN GAS BUMI

Di alam, sifat f isik dan kimia minyak bumiatau

sering disebut sebagai crude oil yang dihasilkan dari

satu reservoir dengan reservoir lain pada umumnya

t idaklah sama, karena komponen hidrokarbon dalam

minyak bumiberbeda atas komposisi hidrokarbon dan

8

non-hidrokarbon. Perbedaan komposisi akan

menyebabkan perbedaan sifat f isik maupun kimia

minyak bumi.

Demikian pula halnya dengan gas bumi atau sering

disebut sebagai Gas Alam. Gas ini dapat terjadi

dalam keadaan sendiri atau terdapat bersama-sama

dengan minyak mentah.

B.1. Klasifikasi Minyak Bumi.

Tujuan mengklasif ikasi Minyak bumi atau

crude oi l adalah untuk memperkirakan produk -

produk yang dihasilkan serta untuk menentukan

harga untuk keperluan ekspor.

Komponen hidrokarbon minyak bumi dibedakan

atas struktur hidrokarbon dan non-hidrokarbon.

Perbedaan komposisi akan menyebabkan

perbedaan sifat f isik maupun kimia minyak bumi.

Secara umum, Klasif ikasi Minyak Bumi dapat

dibedakan atas :

- Klasif ikasi berdasarkan SG 60/60 oF

- Klasif ikasi berdasarkan sifat penguapan

- Klasif ikasi berdasarkan kadar belerang

- Klasif ikasi menurut US Bureau of Mines

(Lane & Garton)

- Klasif ikasi berdasarkan Faktor Karakteristik

(Nelson, Wtason dan Murphy)

- Klasif ikasi berdasarkan Indeks Korelasi (CI)

(Nelson)

9

- Klasif ikasi berdasarkan Viscosity Gravity

Constant (VGC) (Nelson)

B.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Specific Gravity

(SG) 60/60 oF atau API Gravity

SG minyak bumi berkisar 0,800 – 1,000

SG memiliki keterkaitan yang erat terhadap

struktur molekul, hidrokarbon, kandungan

sulfur, dan nitrogen

Metode Standar yang digunakan adalah

ASTM D 1298

Persamaan untuk menghitung harga oAPI

minyak bumi

Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan SG atau oAPI Gravity

Jenis Crude

Oil

Spec. Grav

600F

API Grav. 600F

10

Sangat Berat >0,9500 <17,440

Berat 0,8654 – 0,9500 17,44o - 320

Medium Nerat 0,8500 – 0,8654 32,00 - 34,97

Medium

Ringan

0,8348 – 0,8500 34,970 - 380

Ringan <0,8340 >380

B.1.2Klasifikasi Berdasarkan Sifat Penguapan

(Volatility)

Sebagai ukuran dalam klasif ikasi minyak

bumi adalah banyaknya fraksi ringan

dinyatakan dalam % volume yang terkandung

dalam minyak bumi itu yang diperoleh dari

hasil dist i lasi sampai 300 oC

Tabel 2. Klasifikasi berdasar Sifat Penguapan

B.1.3 Klasifikasi Berdasarkan Kadar Belerang

(Sulfur)

11

Sebagai ukuran dalam klasif ikasi minyak

bumi yang dinyatakan dalam % berat

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan kadar sulphur

B.1. 4 Klasifikasi Berdasarkan Bureau of Mines

SG 60/60 oF dari fraksi 250 – 275 oC

menunjukkan sifat kimia fraksi ringan

SG 60/60 oF dari fraksi 275 – 300 oC

menunjukkan sifat kimia fraksi Berat

Sifat-sifat tersebut tergambar sebagai sifat

komponen hidrokarbon, yaitu : paraf in,

naften, aromatik, atau bahkan kebanyakan

adalah campuran diantara komponen-

komponen tersebut

Dilakukan mula-mula pada tekanan atmosfer

dan kemudian pada tekanan absolut 40

mmHg.

Tabel 4. Klasifikasi Minyak Bumi

12

Berdasarkan US Bureau of Mines

Klasifikasi Kunci Fraksi I Kunci Fraksi I

SG 60/60

0F

0API SG 60/60

0F

0API

Paraf inic- Parafinic < 0,825 > = 40 < 0,876 > = 30

Parafinic - Intermediate < 0,825 > = 40 0,876 -

0,934 20 - 30

Intermediate - Parafinic 0,825 -

0,860 33 - 40 < 0,876 > = 30

Intermediate -

Intermediate

0,825 -

0,860 33 - 40

0,876 -

0,934 20 - 30

Intermediate-Naphtenic 0,825 -

0,860 33 - 40 > 0,934 < = 20

Naphtenic-Intermediate > 0,860 < = 33 0,876 -

0,934 20 - 30

Naphtenic - Naphtenic > 0,860 < = 33 > 0,934 < = 20

Parafinic - Naphtenic < 0,825 < = 40 > 0,934 < = 20

Naphtenic - Parafinic > 0,860 < = 33 < 0,876 > = 30

13

B.1.5 Klasifikasi Berdasarkan Faktor

Karakteristik

Faktor karakterist ik (Nelson, Watson, dan

Murphy) dapat digunakan sebagai prediksi

sifat hidrokarbon dalam minyak bumi dan

fraksi-fraksi minyak bumi

Sebagai ukuran dalam klasif ikasi minyak

bumi ini adalah akar pangkat t iga dari

pengukuran ti t ik didih rata -rata suatu minyak

bumi dibagi dengan SG 60/60 oF

Faktor Karakterist ik

3 T / SG

Dimana : T = tit ik didih rata-rata, oRankine

Tabel 5. Klasifikasi Minyak Bumi menurut Faktor

Karakteristik

Faktor Karakteristik Klasifikasi

K = 10,1 – 10,5 Aromatik

K = 10,5 – 11,5 Naftanik

K = 11,5 – 12,1 Campuran Aromatik dan

Naftanik

K = 12,1 – 12,9 Parafinik

14

B. 1.6 Klasifikasi Berdasarkan Indeks Korelasi

(Correlation Index)

Oleh Nelson dan Watson dari Berau of Mines,

klasif ikasi minyak bumi berdasarkan

Correlat ion Index (CI) dirumuskan sebagai

berikut :

CI = 473,7 SG – 456,8 + 48,64

T

Dimana :

SG = Specif ic Gravity 60/60oF

T = Tit ik didih rata-rata, oKelvin

Tabel 6 : Klasifikasi Minyak Bumi menurut

Correlation Index ( CI )

Correlation

Index Klasifikasi

0 Hidrokarbon Seri Normal Parafin

100 Hidrokarbon Benzene

0 - 15 Hidrokarbon yang dominan dalam fraksi

adalah Parafinic

15

Correlation

Index Klasifikasi

15 - 50

Hidrokarbon yang dominan

adalah Naftenic, atau campuran Parafinic,

Naftenic dan Aromatic

> 50 Hidrokarbon yang dominan dalam fraksi

adalah aromatic

B.1.7 Klasifikasi Berdasarkan Viscosity Gravity

Constant (VGC)

Sebagai ukuran dalam klasif ikasi minyak

bumi ini adalah dengan mengukur SG 60/60

oF dan viskositas minyak bumi

VGC dirumuskan sbb :

VGC = 10 G – 1,0752 log (V-38)

1 – log (V-38)

Dimana : G = Spesif ic Gravity 60/60 oF

V = Viscosity

Tabel 6. Klasifikasi Minyak Bumi Menurut

Viscosity Gravity Constant(VGC)

16

VGC Klasif ikasi

0,800 – 0,840 Hidrokarbon

Parafinic

0,840 – 0,876 Hidrokarbon

Naftenic

0,876 – 1,00 Hidrokarbon

Aromatic

B.2 Gas Bumi.

Gas Bumi sering disebut pula sebagai Gas

Alam adalah suatu campuran kompleks dari gas

hidrokarbon mudah menguap dari golongan

Parafin yang terdir i dari 1 sampai 4 atom karbon (

C ) t iap molekulnya sepert i : Metana (CH 4), Metana

(C2H6), Propana (C3H8) dan Butana (C4H10) dan

sejumlah kecil dari hidrokarbon dengan berat

molekul yang lebih tinggi juga terdapat.

Selain hal tersebut, gas alam juga

mengandung dalam jumlah berbeda kandungan

CO2 , N2 , H2S , Helium (He) dan Uap air (H 2O).

Penyusun utama Gas Alam adalah Metana dengan

prosentasi mencapai 98% dari gas tersebut.

Gas Alam keberadaanya dapat bersamaan

dengan minyak dalam bentuk gas yang terlarut

(associated gas) atau terpisah dari minyak (free

unassociated gas). Pada umumnya, keberadaan

17

gas yang terpisah dari minyak adalah berasal dari

reservoir gas.

Produk gas alam yang berasal dari reservoir

gas kemudian dicairkan disebut sebagai Liquif ied

Natural Gas (L N G) kandungan utama adalah C1

(Metana) dan C2 (Etana) sedangkan produk gas

alam yang berasal dari reservoir minyak sebagai

gas ikutan (associated) kemudian dicairkan disebut

sebagai Liquif ied Petroleum Gas (L P G) dengan

kandungan utama adalah C3 (Propana) dan C4

(Butana).

Gas Alam dapat digolongkan berdasarkan

kandungan Sulfur (H2S) dan bensin alam (natural

gasoline). Gas alam yang t idak mengandung H2S

disebut sebagai “Sweet Gas” sedangkan gas alam

yang mengandung H2S dalam jumlah tertentu

disebut sebagai “Sour Gas” yang bersifat korosif .

Gas alam mengandung bensin alam (natural

gasoline) dalam jumlah tertentu disebut sebagai

“Wet Gas”. Bensin ini dapat dipisahkan dari gas

alam dengan jalan pemampatan dan pendinginan

sehingga terjadi proses kondensasi yang

selanjutnya bensin dapat dipisahkan dari gas.

C. Tekanan dan Temperatur Reservoir.

Reservoir minyak dan gas bumi mempunyai

tekanan dan temperatur tertentu. Besarnya tekanan

dan temperatur reservoir satu dengan lainnya

tidaklah sama, hal ini tergantung dari besarnya

gradien tekanan dan temperatur serta kedalaman

sumurnya. Adanya tekanan tersebut menyebabkan

18

minyak dan gas bumi menyembur ke permukaan

secara alamiah (natural f low).

C.1 Tekanan Reservoir

Didefisikan sebagai tekanan f luida di dalam

pori-pori reservoir, yang berada dalam keadaan

setimbang, baik sebelum maupun sesudah

dilakukannya suatu proses produksi.

Reservoir minyak dan gas bumi mempunyai

tekanan disebut dengan tekanan reservoir, yang

menyebabkan minyak dan gas bumi menyembur ke

permukaan (natural f low).

Adanya tekanan reservoir diakibatkan oleh

tekanan overbourden batuan yang berada di atas

lapisan reservoir.

Pada kondisi awal, tekanan reservoir pada

suatu kedalaman sama dengan tekanan hidrostat ik

yang diakibatkan oleh tinggi kolom air formasi yang

mengandung garam sebesar 55.000 ppm atau

gradient tekanan air formasi sebesar 0.45 psi/f t

disebut normal gradient.

Adanya peristiwa geologi, yaitu sesar (patahan)

pada reservoir akan menyebabkan gradient

tekanan reservoir pada kondisi awal t idak sama

dengan 0.45 psi/f t.

Pada sesar naik, lapisan yang terangkat

gradient tekanannya menjadi lebih besar dari 0.45

psi/f t disebut abnormal gradient

19

Lapisan yang mengalami penurunan gradient

tekanannya menjadi lebih kecil dari 0.45 psi/f t

disebut subnormal gradient .

Pada kondisi awal tekanan reservoir pada suatu

lapisan / formasi produktif dinyatakan dengan

rumus:

Pr = G x TVD

dimana :

Pr = tekanan reservoir (psi)

G = gradient tekanan (psi/f t)

TVD = kedalaman tegak lapisan (f t)

Berdasarkan hasil penyelidikan, besarnya

tekanan reservoir mengikuti suatu hubungan yang

linier dengan kedalaman reservoir tersebut.Hal ini

diinterpretasikan sebagai akibat dari penyingkapan

perluasan formasi batuan reservoir tersebut ke

permukaan, sehingga reservoir menerima tekanan

hidrostatis f luida pengisi formasi.Berdasarkan

ketentuan ini, maka pada umumnya gradient

tekanan berkisar antara 0,435 psi/ f t.

Dengan adanya tekanan overburden dari

batuan di atasnya, gradient tekanan dapat lebih

besar dari harga tersebut di atas, hal ini tergantung

pada kedalaman reservoir. Dengan adanya

kebocoran gas sebelum/selama umur geologi

20

migrasi minyak, dapat mengakibatkan tekanan

reservoir akan lebih rendah.

Berikut ini gambaran hubungan antara

tekanan overburden dan tekanan kolom f luida pada

sistem reservoir:

Dalam sejarah produksi, besarnya tekanan

akan selalu menurun. Kecepatan penurunannya

tergantung pada pengaruh-pengaruh tenaga yang

berada di luar reservoir, dalam hal ini adalah

mekanisme pendorong.

C.2 Temperatur Reservoir

Temperatur reservoir merupakan fungsi dari

kedalaman.Hubungan ini dinyatakan oleh gradient

geothermal. Harga gradient geothermal itu berkisar

antara 0,3oF/100 ft sampai dengan 4 oF/ 100 ft.

21

Dalam teknik reservoir temperatur reservoir

dianggap konstan (t idak berubah), adanya

temperatur di reservoir disebabkan oleh gradient

temperature panas bumi (gradient geothermal)

sebesar 2° F/100ft.

Besarnya tekanan dan temperature reservoir

sangat berpengaruh terhadap sifat f isik f luida

reservoir seperti derajat API, fasa f luida ke larutan

gas dalam minyak dll.

Temperatur reservoir pada suatu kedalaman

dihitung dengan rumus:

Tr = ( Gt x TVD ) + T

dimana :

Tr = temperature reservoir (° F)

Gt = gradient temperature ( 2° F / 100 ft)

TVD = kedalaman tegak lapisan (f t)

T = Temperatur permukaan (° F)

22

D. Sifat Fisik Fluida Reservoir.

Karakteristik-karakteristik f luida hidrokarbon yang

berhubungan dengan sifat f isis, dinyatakan dalam

berbagai besaran :

1. Faktor volume formasi gas (Bg).

2. Kelarutan gas (Rs).

3. Faktor volume formasi minyak (Bo).

4. Faktor volume formasi dwi -fasa (Bt).

5. Viskositas.

6. Berat jenis (oAPI)

D.1 Faktor volume formasi gas (Bg)

Faktor volume formasi gas didefinisikan

sebagal volume (dalam barrels) yang ditempati

oleh suatu standard cubic feet gas (60 oF, 14,7 psi)

bila dikembalikan pada keadaan temperatur dan

tekanan reservoir . Persamaan untuk menentukan

besaran harga Bg adalah :

23

D.2 Kelarutan gas dalam minyak (Rs)

Kelarutan gas (Rs) didefinisikan sebagai

banyaknya cubic feet gas ( dalam tekanan dan

temperature standard) yang berada dalam larutan

minyak mentah satu barrel tangki pengumpul

minyak ketika minyak dan gas kedua-duanya masih

berada dalam keadaan temperature dan tekanan

standar

Rs merupakan fungsi dari tekanan, untuk

minyak mentah yang jenuh, penurunan tekanan

akan nengakibatkan kelarutan gas menurun karena

gas yang semula larut dalam minyak mentah pada

tekanan yang lebih rendah. Untuk minyak mentah

yang tak jenuh, penurunan tekanan sampai tekanan

gelembung, t idak akan menurunkan kelarutan gas,

tetapi setelah melewati tekanan gelembung,

Bg = 0,00504Zo To bbl/Scf

Po

Dimana :

Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/Scf

Po = Tekanan reservoir l , psia

To = Temperatur reservoir, oF

Zo = kompresibilitas

24

penurunan tekanan mengakibatkan menurunnya

kelarutan gas.

Gbr. 2 : Pengaruh Tekanan P terhadap Rs

D.3 Faktor volume formasi minyak (Bo)

Faktor volume formasi minyak (Bo)

didefinisikan sebagai perbandingan V1 barrel

minyak pada keadaan reservoir terhadap V2 barrel

minyak pada tangki pengumpul (60 oF, 14,7 psi).

V1 - V2 adalah berupa gas yang dibebaskan

karena penurunan tekanan dan temperatur.

Penaksiran faktor volume formasi minyak dapat

dilakukan dengan t iga cara, berdasarkan data-data

yang tersedia dan prosen ketelit ian yang

dibutuhkan.

25

Gbr. 3 : Pengaruh Tekanan P terhadap ßo

D.4 Faktor volume formasi dwi-fasa (Bt)

Faktor volume formasi dwi -fasa (Bt)

didefinisikan sebagai volume yang ditempati oleh

minyak sebanyak satu barrel tangki pengumpul

ditambah dengan gas bebas yang semula larut

dalam sejumlah minyak tersebut.

Harga Bt dapat ditentukan dan karakteristik cairan

reservoir yang disebutkan terdahulu, yang

digambarkan sebagai :

26

D.5 Viskositas (μ)

Viskositas suatu cairan adalah suatu ukuran

tentang besarnya keengganan cairan itu untuk

mengalir. Viskositas didefinisikan sebagai

besarnya gaya yang harus bekerja pada satu

satuan luas bidang horizontal yang terpisah sejauh

satu satuan jarak dan suatu bidang horizontal lain,

agar relatip terhadap bidang kedua ini, bidang

pertama bergerak sebesar satu satuan kecepatan.

Diantara kedua bidang horizontal inii terdapat

cairan yang dimaksud.

Umumnya viskositas dipengaruhi langsung

oleh tekanan,temperature dan kelarutan gas .

Hubungan tersebut adalah :

- Viskositas akan menurun dengan

naiknya temperatur.

- Viskositas akan naik dengan naiknya

tekanan, dimana tekanan tersebut

semata-mata untuk pemanfaatan cairan.

- Viskositas akan naik dengan

bertambahnya gas dalam larutan.

27

Gbr. 4 : Pengaruh Tekanan P terhadap Kekentalan

(Viskositas), µ

D.6 Berat jenis (oAPI)

Berat jenis (oAPI) minyak menunjukkan

kualitas f luida hidrokarbon.Apakah hidrokarbon

tersebut termasuk minyak ringan, gas atau minyak

berat.Semakin besar harga oAPI berarti berat jenis

minyak semakin kecil dan sebaliknya.

E. Sifat Kimia Fluida Hidrokarbon

Petroleum adalah campuran senyawa hidrokarbon

yang terbentuk di alam dapat berupa gas, zat cair

atau zat padat bergantung pada komposisi, tekanan

dan temperatur yang mempengaruhinya. Endapan

petroleum dalam bentuk gas disebut sebagai “gas

alam” , yang berbentuk cairan disebut “minyak

mentah” atau “crude oil”, sedangkan yang berbentuk

padatan disebut “tar” dan “aspal” dari tempat yang

berlainan umumnya mempunyai ikatan kimia yang

berbeda demikian pula sifat -sifat f isika dan kimianya.

28

Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari

atom karbon (C) dan Hidrogen (H) serta komponen

ikutan sepert i belerang (H 2S), Nitrogen (N2), Oksigen

(O2) dan Karbon Dioksida (CO2), serta logam (Fe, Ni,

Co, Cd dll).

Komponen adalah bagian-bagian murni (senyawa)

penyusun minyak bumi, sedangkan Komposisi adalah

menyatakan banyaknya komponen murni (senyawa)

yang menyusun terbentuknya minyak bumi atau gas

hidrokarbon.

Hasil analisa rata-rata yang diperoleh dari hampir

semua minyak mentah dapat di l ihat dalam Tabel -

3.dibawah ini.

Tabel-6

Hasil Analisa Komponen Penyusun Minyak Bumi

Unsur/Komponen Prosentase Berat

Karbon 84 - 87

Hidrogen 11 - 14

Belerang 0,06 – 2,0

Nitrogen 0,1 – 2,0

Oksigen 0,1 – 2,0

Berdasarkan susunan atom karbon dalam

molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2

29

golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan

senyawa sikl ik. . Berdasarkan jumlah ikatannya,

senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi

senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh

Komponen utama hidrokarbon dalam suatu

reservoir minyak bumi secara umum dapat dibagi

dalam 4 (empat) golongan menurut struktur dari

molekul-molekulnya, yaitu :

a). Golongan Hidrokarbon Jenuh (Parafin).

b). Golongan Hidrokarbon Tidak Jenuh

c). Golongan Hidrokarbon Naftena

(Sikloparafin)

d). Golongan Hidrokarbon Aromatik

E.1 Golongan Hidrokarbon Jenuh (Parafin)

Golongan ini merupakan senyawa alifatik

jenuh yang rantai C nya hanya berisi ikatan -ikatan

tunggal saja.

Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa

karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu

memungkinkan bercabang. Golongan ini

mempunyai rumus umum CnH2n+2 Nama dari

deretan paraff in sesuai sist im Jenewa diakhir i

dengan akhiran “ ana “.

30

Parafin digolongkan pada hidrokarbon jenuh

karena untuk mengikat t iap dua atom C yang

berdekatan pada rangkaian terbuka diperlukan

satu valensi dari masing-masing atom.Disamping

valensi untuk mengikat atom C yang berdekatan

valensi lainnya juga untuk mengikat H yang

tersedia.Jadi hidrokarbon dikatakan jenuh ,

apabila t iap valensi yang ada digunakan untuk

mengikat atom C lainnya maupun atom H.

Contoh :

Rumus Bangun Propana : C3 H8

H H H

I I I

H ­ C ­ C ­ C ­ H

I I I

H H H

Tabel-4

Tata Nama Deretan Parafin

No Nama No. Nama

1 Metana 6 Heksana

2 Etana 7 Heptana

3 Propana 8 Oktana

4 Butana 9 Nonana

31

5 Pentana 10 Dekana

Sifat-sifat :

- Stabil pada suhu biasa, t idak bereaksi

dengan asam sulfat pekat dan asam

sulfat berasap, larutan alkal i pekat,

asam nitrat maupun oksidator kuat

sepert i asam kromat, kecuali

mempunyai atom karbon tersier.

- Bereaksi lambat dengan klor dengan

bantuan sinar matahari, bereaksi

dengan klor dan brom kalau ada katal is

- C1-C4 : berupa gas pada suhu kamar

dan tekanan 1 atm, metana dan etana

(LNG), propana dan butan (LPG),

- C5-C16 : berupa cairan pada suhu

kamar dan tekanan 1 atm, nafta,

kerosin, bensin, solar, minyak diesel

danminyak bakar.

- > C16 : berupa padatan, malam paraff in

Contoh Rumus bangun

No. Nama Rumus Rumus Bangun

1 Metana CH4 H

H-C-H

32

H

2 Etana C2H6 atau

CH3 CH3

H H

H-C - C-H

H H

3 Propana C3H8 atau

CH3 CH2 CH3

H H H

H – C – C – C – H

H H H

4 Butana C4H10 atau

CH3CH2CH2CH3

H H H H

H – C – C – C – C – H

H H H H

Dst

Isomer

Dijumpai hidrokarbon dengan rumus molekul

yang sama akan tetapi rumus bangunnya yang

berbeda. Keadaan semacam ini yang disebut

sebagai “ Isomer “. Isomer hidrokarbon biasanya

menunjukkan sifat f isika dan kimia yang berbeda.

Contoh : Butana mempunyai rumus molekul C 4H10

, tetapi bisa dibuat dua macam rumus bangun

yang berbeda, yaitu :

CH3CH2CH2CH3 yang disebut sebagai

normal-butana , dan

33

CH3 CH CH3 disebut sebagai iso-butana

I

CH3

E.2 Golongan Hidrokarbon Tidak Jenuh

Golongan ini merupakan senyawa alifatik

yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua

atau rangkap tigauntuk mengikat dua atom C yang

berdekatan. Oleh karena valensi yang semula

tersedia untuk mengikat atom H telah digunakan

untuk mengikat atom C yang berdekatan dengan

jalan ikatan rangkap (ganda) maupun t iga yang

mengikat dua atom C, maka hidrokarbon ini

disebut sebagai hidrokarbon tak jenuh.

Golongan hidrokarbon tak jenuh berupa deretan

Olef in, Diolef in dan Aseti len.

Deretan Olefin

Deretan ini mempunyai rumus umumCnH2n .

Karakteristiknya adalah bahwa dalam molekulnya

terdapat satu ikatan rangkap . Pemberian nama

deretan Olef in atau sering disebut juga Monoolef in

menurut sistim Jenewa dilakukan sama dengan

deretan paraff in, diakhir i dengan “ ena “

Contoh :

Eti lena : CH2 = CH2 atau H H

C = C

H H

34

Propelina : CH2 = CH CH3

Sifat-sifat :

- Merupakan senyawa hidrokarbon yang

tidakjenuh dengan sebuah ikatan rangkap.

- Deretan olef in atau Monoolef in t idak

terdapat dalam minyak mentah,tetapi

terbentuk dalam disti lasi minyak

mentahdan terbentuk dalam proses

rengkahan, sehinggabensin rengkahan

mengandung banyak senyawamonoolef in.

Senyawa HC akan

mengalamiperengakahan pada suhu

sekitar 680oF.

- Bersifat reaktif , banyak digunakan sebagai

bahanbaku utama industri petrokimia,

contoh eti len(C2H4) dan propilen (C3H6)

Deretan Diolefin

Rumus umum deretan ini adalah CnH2n-2

.Karakteristiknya, setiap molekulnya terdapat dua

ikatan rangkap . Penamaan menurut sistim

Jenewa adalah penggunaan akhiran “ adiena “

dan letak dar i kedua ikatan rangkap dinyatakan

dengan dua nomor yang diletakkan setelah

namanya.

Contoh :

Butadiena – 1,3 : CH2 = CH CH =

CH2

Butadiena _ 1,2 : CH2 = C = CH CH3

Deretan Asetilen

35

Rumus umum adalah CnH2n-2 seperti

deretan diolef in.Karakteristik dari deretan ini

adalah bahwa dalam tiap molekul terdapat ikatan

rangkap tiga yang mengikat dua atom C

berdekatan. Pemberian nama sistim Jenewa

adalah dengan

memberi akhiran “ una

“.

Contoh :

Propuna

Sifat-sifat :

- Senyawa HC t idak jenuh rumus umum

CnH2n-2.

- Merupakan senyawa hidrokarbon yang

tidakjenuh dengan dua buah ikatan

rangkap.

- Monoolef in t idak terdapat dalam minyak

mentah,tetapi terbentuk dalam disti lasi

minyak mentahdan terbentuk dalam proses

rengkahan.

- Bersifat reaktif , t idak stab il, dan

cenderungberpolimerisasi dan membentuk

damar.

E.3 Golongan Naftena

36

Golongan ini termasuk hidrokarbon jenuh tetapi

rantai karbonnya merupakan rantai tertutup atau

alisiklik.Senyawa hidrokarbon al isiklik adalah

senyawakarbon al ifatik yang membentuk rantai

tertutup.Oleh karena itu diberi nama juga golongan

Sikloparafin, karena sifat-sifatnya mirip dengan

paraff in. Rumus umum adalah CnH2n. Pemberian

nama adalah seperti pada paraff in, yaitu sesuai

dengan banyaknya atom C dalam rangkaian

tertutup, dengan tambahan awalan “siklo” .

Siklopropana, Siklobutana dst

Contoh :

Siklobutana

siklooktana

Sifat-sifat :

- Memil iki sifat seperti senyawa HC parafin dan

mempunyai struktur molekul siklis, disebut

sikloparafin.

- Terdapat dalam minyak bumi ialah

siklopentan dan sikloheksan, yang

terdapat dalam fraksi nafta dan fraksi

minyak bumi dengan tit ik didih lebih t inggi.

37

- Selain senyawa naften sederhana,

dalamminyak bumi khususnya dalam

fraksiberatnya, juga terdapat senyawa

naftenpolisiklis, sepert i dekalin

ataudehidronaftalen

E.4 Golongan Hidrokarbon Aromatik

Dalam deret ini hanya dimaksudkan Benzena

dan hidrokarbon lain yang mengandung satu dan

hanya satu cincin benzene. Rumus umum adalah

CnH2n-6 Cincin benzene berupa segienam dengan

3 ikatan tunggal dan 3 ikatan rangkap secara

selang-seling.Untuk menunjukkan adanya cincin

benzene dalam suatu senyawa, biasanya

digunakan lambing segienam seperti gambar

dibawah.

Contoh : Meti lbenzne

Sifat-sifat :

38

- sangat reaktif . Mudah dioksidasi menjadi

asam. Dapat mengalami reaksi adisi dan

reaksi subtitusi tergantung pada kondisi

reaksi.

- Hanya sedikit sekali minyak mentah yang

mengandung senyawa aromat dengan tit ik

rendah.

- Diberikan nama Aromatik karena deretan

ini memberikan bau wangi.

- Minyak mentah dari Sumatera dan

Kalimantan ada yang mengandung

senayawa aromat tinggi.

- Senyawa yang ada : benzen, naftalen dan

antrasen.

- Benzene merupakan zat cair t idak

berwarna dan mendidih pada temperature

176oF

Walaupun senyawa hidrokarbon yang

menyusunminyak bumi hanyalah senyawa

hidrokarbon paraf in,naften dan aromat,

namun demikian, minyak bumiadalah sangat

kompleks sekali .Hal ini disebabkankarena

senyawa-senyawa tersebut disamping

berupasenyawa murni, juga dapat berupa

gabungan antarasenyawa HC parafin-naften,

paraf in-aromat, naftennaften(polinaften),

naften-aromat, aromat-aromat(poliaromat),

dan paraf in-naften-aromat dankemungkinan

kombinasi lainnya.

39

F. Jenis-jenis Reservoir.

1. Berdasar Geologi

a. Reservoir Struktur

b. Reservoir Stratigraf i

c. Reservoir Kombinasi

F.1 Reservoir berdasar Geologi

a. Reservoir Struktur

Adalah reservoir yang terbentuk karena adanya

gaya geologi sehingga terbentuk struktur

perangkap. Contoh : Patahan , Antiklin dan

Kombinasi

Reservoir Antiklin

Reservoir Patahan

40

Gbr. 3 : Reservoir Kombinasi ( Antikl in dan Patahan)

b. Reservoir Stratigrafi

Reservoir yang terbentuk karena adanya

perbedaan permeabil itas batuan.

Reservoir Lensa pasir

Reservoir Lidah

41

Gbr. 4 : Reservoir Stratigraf i

c. Reservoir Kombinasi

Reservoir Kombinasi : Reservoir yang terbentuk

secara kombinasi antara strat igraf i dan

struktur.

Contoh : Ketidakselarasan / Unconformity

2. Berdasarkan kondisi awal fluida dalam reservoir

:

a. Reservoir gas, yaitu apabila dalam reservoir

tersebut mengandung HC yang berfasa gas

yang berni lai ekonomis.

-. Reservoir gas kering atau dry gas

42

Adalah reservoir gas yang menghasilkan

gas alam tidak mengandung gas H 2S atau

sering disebut sebagai Sweet Gas.

-. Reservoir gas basah atau wet gas

Adalah reservoir gas yang menghasilkan

gas alam mengandung bensin alam atau

Natural Gasoline dalam jumlah berarti .Bensin

ini dapat dipisahkan dari gas alamnya dengan

jalan pemampatan dan pendinginan.

-. Reservoir gas kondensat

Adalah reservoir minyak yang apabila

diproduksikan kepermukaan akan

menghasilkan minyak dan gas

b. Reservoir minyak , yaitu apabila dalam reservoir

tersebut terdapat akumulasi minyak yang dini lai

ekonomis (t idak mutlak terdapat minyak saja, tetapi

ada kemungkinan juga akumulasi gas, disebut

tudung gas/ gas cap.

a. Reservoir Minyak Tidak jenuh dimana Gas masih

terlarut dalam minyak

b. Reservoir Minyak Jenuh dimana Gas sudah

terlepas dari minyak sehingga terdapat fasa

minyak dan fasa gas yang terpisah.

43

a. Oil-Water System b. Gas-Water System c.

Gas-Oil-Water System

Gbr. 5 : Macam-macam Reservoir berdasarkan jenis

f luidanya

3. Jenis Reservoir berdasar mekanisme pendorong.

a. Reservoir Water Drive

b. Reservoir Gas Cap Drive

c. Reservoir Solution Gas Drive

d. Reservoir Combination Drive

a. Reservoir water drive

Pada reservoir dengan type pendorongan "water

drive”, energi yang menyebabkan perpindahan minyak dari

reservoir ke t i t ik serap adalah disebabkan oleh;

pengembangan air, penyempitan pori -pori dari lapisan dan

sumber air di permukaan bumi yang berhubungan dengan

formasi yang mengandung 100% air (aquifer) sebagai akibat

adanya penurunan tekanan selama produksi.

44

Air sebagai suatu fasa yang sering berada bersama-

sama dengan minyak dan/atau gas dalam suatu reservoir yang

mengandung hidrokarbon tersebut seringkali merupakan suatu

fasa kontinu dalam suatu formasi sedimen yang berdekatan

dengan reservoir tersebut.

Perubahan tekanan dalam reservoir minyak sebagai

akibat dan pada produksi minyak melalui sumur akan

diteruskan kedalam aquifer. Terbentuknya gradient tekana n ini

akan mengakibatkan air mengalir ke dalam lapisan minyak

(merembes) bi la permeabil itas disekitarnya memungkinkan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa aquifer merupakan suatu

tenaga yang membantu dalam hal pendorongan minyak.

Dari kurva sejarah produksi suatu reservoir dengan

water-drive, memperl ihatkan bahwa pada permulaan produksi,

tekanan akan turun dengan sedikit tajam. Karena air

memerlukan waktu dulu untuk mengisi ruangan yang

dit inggalkan oleh minyak yang diproduksi. Kemudian tekanan

akan menurun secara perlahan-lahan.

Pada reservoir water drive, gas tidak memegang

peranan, sehingga perbandingan produksi gas terhadap

produksi minyak (GOR) dapat dianggap konstan. Sedangkan

perbandingan produksi air terhadap produksi minyak (WOR)

akan naik, karena air yang mendorong dari belakang mungkin

saja akan melewati minyak yang didorongnya akibat dari sifat

mobiIity-nya, sehingga air akan terproduksi. Recovery minyak

dari type pendorongan "water drive" ini berkisar 30% - 60%.

45

Dengan diproduksikannya minyak, maka pori-pori batuan

yang dit inggalkan minyak akan diisi oleh air (sering disebut

sebagai proses Water Inf lux)

Ciri-cir i :

Tekanan (P) relat ive stabil

Perbandingan Minyak-Gas (GOR) rendah dan konstan

Perbandingan Minyak-Air (WOR) meningkat secara

kontinyu

Peri laku : Natural Flow sampai air berlebih

Recovery Factor (RF) berkisar antara 30% - 60%

Gbr. 6 : Reservoir Water Drive

b. Reservoir Gas Cap Drive

Pada reservoir dengan mekanisme pendorongan “gas

cap drive” energi pendorongan berasal dari ekspansi gas

bebas yang terdapat pada gas bebas (gas cap). Hal ini akan

mendorong minyak ke arah posisi yang bertekanan rendah

yaitu ke arah bawah struktur dan selanjutnya ke arah sumur

produksi.

46

Gas yang berada di gas cap ini sudah ada sewaktu

reservoir itu ditemukan atau bisa juga berasal dari gas yang

terlarut dalam minyak dan akan ke luar dari zone minyak bila

tekanan reservoirnya di bawah bubble point pressure.

Sejarah produksi dari reservoir dengan gas cap drive

memperlihatkan suatu kurva dimana tekanan akan menurun

lebih cepat dibandingkan dengan water drive reservoir.

Sedangkan GOR-nya akan terus naik sampai akhirnya hanya

gas yang terproduksi. Hal ini disebabkan karena mobili tas gas

lebih besar dibandingkan dengan mobili tas minyak.

Kemungkinan sl ippage dimana gas akan mendahului minyak,

lebih besar sehingga gas ikut terproduksi. Akibatnya eff isiensi

pendorongannya akan berkurang dari semestinya. Recovery

minyak pada jenis “gas cap reservoir“ berkisar 20 - 40 %.

Ciri-cir i :

. Tekanan (P) turun lambat namun menerus

. Perbandingan Minyak-Gas (GOR) meningkat terus

. Tidak ada /kecil sekali produksi airnya

. Perilaku : Natural Flow tergantung pada ukuran gas

capnya

. RF : 20%-40%

47

Gbr. 7 : Reservoir Gas Cap Drive

c. Reservoir Solution Gas Drive

Pada reservoir dengan type pendorongan “solution gas

drive” energi yang menyebabkan minyak bergerak ke tit ik

serap berasal dari ekspansi volumetrik larutan gas yang

berada dalam minyak dan pendesakan minyak akibat

berkurangnya tekanan karena produksi. Hal ini akan

menyebabkan gas yang larut di dalam minyak akan ke luar

berupa gelembung gelembung yang tersebar merata di dalam

phasa minyak. Penurunan tekanan selanjutnya akan

menyebabkan gelembung-gelembung gas tadi akan

berkembang, sehingga mendesak minyak untuk mengalir ke

daerah yang bertekanan rendah.

Pada kurva sejarah produksi suatu lapangan yang

reservoirnya mempunyai mekanisme pendorong "solution gas

drive" akan memperl ihatkan bahwa pada saat produksi baru

dimulai, tekanan turun dengan perlahan dan selanjutnya

menurun dengan cepat. Hal ini disebabkan karena pada saat

pertama, gas belum bisa bergerak, karena saturasinya masih

berada di bawah saturasi krit is, setelah saturasi krit is

dilampaui, barulah tekanan turun dengan cepat.

Perbandingan gas terhadap minyak (GOR), terlihat mula-

mula hampir konstan, selanjutnya akan naik dengan cepat, dan

kemudian turun lagi. Hal ini disebabkan karena mula -mula

saturasi gas masih berada dibawah saturasi kri t isnya.

Sehingga permeabil itasnya masih sama dengan nol. Setelah

saturasi kri t is di lampaui, gas mulai bergerak dan membentuk

48

saturasi yang kontinu. Kemudian gas ikut terproduksi bersama

minyak.

Semakin lama GOR semakin besar, ini disebabkan

karena mobility gas lebih besar dari mobility minyak sehingga

terjadi penyimpangan/sl ippage dimana gas bergerak lebih

cepat dari minyak.

Oleh karena gas lebih banyak diproduksikan, lama

kelamaan kandungan gasnya semakin berkurang sehingga

recovery-nya akan turun. Recovery minyak dengan jenis

“solution gas drive reservoir” berkisar 5 - 20 %.

Tekanan (P) cepat turun

Perbandingan Minyak-Gas (GOR) mula-mula rendah

kemudian naik dengan cepat.

Produksi air keci l

Peri laku : memerlukan pemompaan pada tahap awal

RF : 5% - 20%

Gbr. 8 : Reservoir Solution Gas Drive

d. Reservoir Combination Drive

49

Pada reservoir type ini, mekanisme

pendorongan minyak dapat berasal dari kombinasi

antara water drive dengan solut ion gas drive ataupun

kombinasi antara water drive dengan gas cap

drive.Pada banyak reservoir, keempat mekanisme

pendorongan dapat bekerja secara simultan, tetapi

biasanya salah satu atau dua yang lebih dominan.

Gbr. 9 : Reservoir Combination Drive

G. Hubungan antara P-V-T dalam Fluida Reservoir

Sifat-sifat fasa kualitat if dalam sit im hidrokarbon

dapat digambarkan kedalam graf ik melalui hubungan

antara Tekanan-Volume-Temperatur (P-V-T) dengan

berbagai komponennya.

Fasa adalah suatu bagian dari zat yang memil iki

sifat f isik dan kimia secara seragam dalam

keseluruhannya.Jadi sistim yang terdir i dari uap air,

air dan es disebut sistim 3 (t iga) fasa. Fasa tersebut

meskipun serba sama akan tetapi t idaklah perlu

50

kontinyu, artinya air es yang mengandung beberapa

potong es tetap terdiri dari dua fasa saja, yaitu fasa

cair dan fasa padat.

Sifat fasa dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

sifat intensif dan sifat ekstensif . Dalam sifat intensif ,

fasa tidak bergantung pada jumlah total massa dalam

sist im, misalnya rapatan (density), berat jenis (SG)

dan kalor jenis. Sedangkan dalam sifat fasa ekstensif ,

fasa sangat bergantung pada jumlah zat didalam

suatu sistim.

Suatu sistim disebut serbaneka (heterogen) apabila

sist im terdir i dari 2 (dua) fasa atau lebih.Sifat fasa

dengan sist im serbaneka dipengaruhi oleh jumlah

komponen-komponennya.Sist im berkomponen tunggal

menunjukkan tabiat yang berbeda dari tabiat sis tim

berkomponen rangkap atau ganda pada Tekanan (P)

dan Temperatur (T) yang memungkinkan adanya fasa

cair dan fasa uap.

a. Sistim Komponen Tunggal.

Dalam sist im berkomponen tunggal,

digambarkan sebagai cairan tunggal yang

murnimisalnya air.Bayangkan suatu cairan tunggal

murni ditempatkan dalam sil inder dengan alat

pengisap. Bila pada pengisap ini dikerjakan suatu

tekanan yang lebih besar dari tekanan uap zat cair,

maka sistim seluruhnya akan berupa fasa cair pada

saat kesetimbangan telah tercapai. Sebaliknya, bi la

tekanan ini lebih kecil dari pada tekanan uap, maka

sist im akan berupa pada kesetimbangan. Jumlah

relat ive zat cair dan uap ditentukan oleh volume

51

sist im, dapat berupa uap dengan sedikit sekali zat

cair (setetes kecil embun) atau dapat pula berupa zat

cair dengan sedikit uap (sebuah gelembung halus).

Diagram P-T Komponen Tunggal

Untuk sist im komponen tunggal pada

temperature tertentu, tekanan akan menentukan

macam dan jumlah fasa sistim tersebut. Dalam

Gambar 10. Berikut diterangkan bahwa bila tekanan

uap dialurkan terhadap temperature, maka aluran itu

akan berbentuk lengkungan yang dipandang sebagai

garis pemisah antara daerah zat cair dan gas , garis

OA, sedangkan garis OC merupakan garis pemisah

zat cair dan zat padat. Tit ik A merupakan batas gari s

tekanan uap dikenal sebagai Titik Krit ik . Tekanan dan

Temperatur pada A disebut sebagai Tekanan Krit ik

dan Temperatur Krit ik. Temperatur Krit ik adalah

temperature tert inggi agar uap dapat dicairkan, diatas

temperature ini gas tidak dapat dicairkan berapapun

tekanan yang diberikan.Titik O disebut Titik Tripel

dimana fasa padat, cair dan gas berada bersama-

sama dalam keadaan kesetimbangan.

Tiap-tiap komponen hidrokarbon

menunjukkan diagram P-T yang serupa dengan

Diagram P-T Komponen Tunggal (Gbr. 10), yang

membedakan adalah Tekanan uap, besaran Krit ik,

tekanan sublimasi.

52

Diagram P-V Sistim Komponen Tunggal

Bila tekanan dialurkan terhadap volume pada

temperature tetap untuk sist im dengan jumlah materi

yang tetap, maka akan d iperoleh gambaran terjadinya

proses pemampatan dalam sist im. Dalam Gbr. 11,

diterangkan bahwa proses pemampatan dimulai dari

t it ik A. Lengkungan AB menunjukkan proses

pemampatan isotherm dimana tekanan gas

bertambah. Pada tit ik B tekanan mencapai tekanan

uap dan fasa cair mulai terjadi, mula -mula dalam

bentuk tit ik-t i t ik embun oleh karenanya tit ik B disebut

sebagai t it ik embun.Pemampatan lebih lanjut secara

isotherm tidak akan merubah tekanan sistim karena

dibawah tekanan yang sama dengan tekanan uap,

fasa cair dan fasa padat akan berada pada bersama-

sama , dalam graf ik digambarkan dalam garis

horizontal BC. Tepat pada tit ik C, fasa uap

A

C

O

temperatur

padat

cair

uap

Tc

Pc

Gbr. 10 : Diagram P-T Sistim Komponen Tunggal

B

tekana

n

53

menghilang, t inggal gelembung yang tak terhingga

kecilnya, oleh karenanya tit ik C disebut t it ik

gelembung .Ciri dari sist im komponen tunggal adalah

bahwa tekanan ti t ik embun samadengan tekanan t it ik

gelembung.

b. Sistim Komponen Ganda

Isti lah komponen ganda dapat diart ikan, bahwa

dalam sistim hidrokarbon tersusun o leh lebih dari 2

(dua) komponen yang mudah dan sukar

menguap.Sistim komponen ganda akan lebih tepat

untuk menjelaskan sifat-sifat fasa untuk minyak bumi.

Diagram P-V Sistim Komponen Ganda

gas

Ttk embun Ttk gelembung

Temperature tetap

cair tekanan

volume

C B

A

D

Gbr. 11. : Diagram P-V Sistim Komponen Tunggal

54

Minyak bumitersusun oleh lebih banyak komponen-

komponen yang sukar menguap sehingga t it ik embun

terjadi pada tekanan yang sangat rendah.Oleh karena

itu untuk sistim ini sangat sukar untuk menentukan

tit ik embun dengan mendasarkan bentuk isotherm

pada diagram P-V. Gbr. 12 ditunjukkan bahwa seluruh

sist im ada dalam fasa ca ir (t it ik A). Bi la tekanan

dikurangi secara isotherm , maka tit ik gelembung

akan dicapai pada tit ik B atau disebut sebagai

tekanan penjenuhan (P saturated=Ps), karena dalam

minyak bumi, uap yang terjadi pada tit ik gelembung

biasa dianggap sebagai gas yang terlarut dalam fasa

cair. Penurunan tekanan lebih lanjut akan

membebaskan lebih banyak gas dari dalam larutan

dan membentuk fasa uap. Pada tekanan 1 atm sistim

akan terdir i atas fasa cair dan uap.

Diagram P-T sistim komponen ganda

tekanan

B

A

Ps

Titik gelembung

1 atm

Gbr. 12 : Isoterm P-V untuk minyak bumi

volume

Temperature tetap

55

Diagram P-T sistim komponen ganda dapat

digunakan untuk menggambarkan sifat fasa reservoir

minyak bumi. Bila tekanan dan temperature

permukaan bumi ditunjukkan oleh t it ik A (P 1 , T1)dan

tekanan dan temperature reservoir ditunjukkan oleh

tit ik B (P2 , T2) , maka diagram (Gbr. 13.) ini

menunjukkan bahwa reservoir terdiri dari zat cair dan

uap, apabila diproduksikan ke permukaan akan

menghasilkan fasa cair dan uap. Apabila reservoir

ditunjukkan oleh ti t ik D (P 3 , T3) maka diagram ini

akan menunjukkan bahwa didalam bumi, minyak

berupa zat cair yang belum jenuh dengan gas dan jika

diproduksikan ke permukaan bumi sebagai fasa cair

(lebih dominan) dengan sedikit uap . Dalam Gbr. 14.

Apabila E menggambarkan suatu reservoir sedangkan

F sebagai permukaan bumi, maka reservoir ini disebut

sebagaireservoir gas kering (tanpa fasa cair) dan bila

diproduksikan kepermukaan bumi akan menghasilkan

gas kering. Sebaliknya, bi la permukaan bumi

digambarkan oleh tit ik G, maka reservoir tersebut

akan menghasilkan fasa cair dan gas, atau sering

disebut sebagai reservoir Kondensat . Bi la reservoir

oleh tit ik H sedangkan permukaan bumi digambarkan

oleh tit ik F, maka reservoir tersebut dikenal sebagai

reservoir kondensat retrograde, karena dalam

perjalanan kepermukaan bumi f luida akan mengalami

perubahan tekanan dan temperature lewat proses

retrograde.

56

Lengkung ttk gelembung

Lengkung ttk embun

XE

XF

XH

Ttk kritis

C

Cair + uap

tekanan

Pc

Tc temperatur

krikondenbar

krikondenterm

X G

Gbr. 14.: Diagram P-T komponen ganda untuk menggambarkan sifat fasa reservoir minyak bumi

X C Lengkung ttk gelembung

Lengkung titik embun

Daerah dwi fasa

uap

cair

X D

X B

X A P1

P3

T1

P2

T3 T2

Gbr. 13 : Diagram P-T sistim Komponen Ganda

temperatur

tekanan

57

H. Aliran Fluida dalam Reservoir

Dalam reservoir hidrokarbon, f luida yang

terperangkap dalam batuan induk akan mengalami

pergerakan apabila reservoir tersebut mulai

diproduksikan, karena akibat terjadinya perbedaan

tekanan reservoir dengan tekanan didalam sumur. Fluida

hidrokarbon yang tersimpan didalam pori -pori batuan

akan bergerak dan mengalir menuju dasar sumur hingga

kepermukaan melalui media batuan yangdapat

melewatkan cairan atau bersifat permeable.

Pada Bab ini akan dijelaskan tentang konsep al iran

f luida didalam reservoir maupun aliran f luida didalam

pipa.

a. Konsep Aliran Fluida didalam Reservoi r.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa f luida

hidrokarbon yang ada didalam reservoir bisa mengalir

karena adanya media batuan berpori yang berisifat

permeable.Kemampuan batuan berpori untuk

melewatkan f luida melalui pori -pori yang berhubungan

sering disebut sebagai Permeabil itas.Penelit ian

Permeabil itas ini dilakukan pertama kali oleh Darcy,

seorang i lmuwan Perancis abad sembilan belas

(Tahun 1856). Menurut Darcy bahwa “Aliran cairan

melalui media berpori berbanding langsung dengan

luas penampang serta gradient tekanan dan

berbanding terbalik dengan viskosita (kekentalan)

cairan”. Pernyataan ini dituangkan kedalam suatu

rumus yang dikenal dengan Hukum Darcy yaitu :

58

q = - k Adp

µ dl

Dimana :

K : Permeabilitas batuan, Darcy

q : volume aliran, cm 3/detik

µ : viskosita cairan , centi poise (cp)

dp/dl : gradient tekanan, atm

A : luas penampang media aliran, cm 2

P: Perbedaan tekanan antara pangkal dan

ujung media, atm.

Tanda negatip ( - ) dalam persamaan diatas

menunjukkan bahwa panjang L diukur dari turunnya

tekanan.

Aliran Linier

Dalam sist im al iran linier, dianggap bahwa

penampang adalah tetap.Untuk zat cair yang mengalir

melalui sist im linier, q bukanlah fungsi dari tekanan,

sehingga.

P1

P2 L

Gbr. 15 : Konsep Aliran Fluida Sistim Linier

dl

(P2<P1

59

q =k A (P1-P2)

µ L

Aliran Radial

Konsep aliran f luida didalam reservoir dengan

sist im al iran radial akan lebih mirip dengan kondisi

nyata di alam. Aliran f luida dalam reservoir menuju ke

dasar sumur lebih mudah dipahami dengan

menggunakan konsep ini. Dalam Gbr. 16 merupakan

contoh konsep al iran f luida sist im radial yang akan

diterangkan lebih lanjut. Apabila r e dan rwmasing-

masing adalah jari -jari batas luar dan jari - jari sumur;

pe dan pw masing-masing adalah tekanan pada batas

luar pengurasan dan tekanan pada sumur; h adalah

tinggi sistim (tebal lapisan produksi), maka dengan

h

Pe

Pw

re rw

sumur

Gbr. 16 : Sistim Aliran Radial

60

mendasarkan suatu rumus si l inder dengan jari - jari “x”

dan tebal dx, maka :

q = 2 x h kdp

µ dx

selanjutnya penyederhanaan dari persamaan diatas

untuk suatu al iran f luida hidrokarbon adalah :

qm = 2 k h (pe - pw) bpd

µ ln re / rw

dimana, qm adalah volume cairan yang mengalir t iap

detik yang diukur pada tekanan rata -rata ( pe+ pw)/2.

Atau,

q = 7,07 k h (pe – pw)

µ ln re / rw

dimana :

q : volume aliran f luida , barrel/day

h : ketebalan lapisan , feet

re : jari- jari pengurasan , feet

rw : jari- jari sumur, feet

pe : tekanan batas pengurasan, psi

pw : tekanan sumur, psi

k : permeabil ita , darcy

µ : viskosita , centipoise(cp)

61

b. Konsep Aliran Fluida dalam Pipa

Suatu reservoir dapat mengalirkan f luida

hidrokarbon ke permukaan dengan tenaga sendiri

(Natural Flowing) apabila tekanannya lebih besar dari

tekanan didalam sumur dan dipermukaan. Jadi sumur

dikatakan f lowing apabila :

1. Tenaga dorong dari reservoir relat ip besar

2. Mampu mendorong f luida reservoir hingga ke

tempat pemisahan dan penampungan.

(Preservoir > Pwell f low > Ptubing > Pflowline >

Pseparator )

3. Dijumpai pada sumur yang berproduksi awal.

reservoir Pres

Sumur minyak

Pwf

Ptubing Pflowline Pseprtr

Gas outlet

Separator minyak dan gas

tangki

Gbr. 17: Aliran Fluida dari Reservoir-Tangki Pengumpul

oil

62

Kelakuan aliran f luida dalam reservoir dipengaruhi

oleh :

-. Sifat Fisik f luida formasi

-. Sifat Fisik batuan reservoir

-. Geometri dari sumur dan daerah pengurusan

-. Jenis tenaga dorong (drive mechanism)

Besar kecilnya al iran f luida formasi menuju lubang

sumur dipengaruhi oleh Productivity Index

(PI).Definisi Productivity Index (PI) adalah

Kemampuan sumur untuk berproduksi (Q) per hari

pada perbedaan antara harga Tekanan Alir Dasar

Sumur (Pwf) dengan tekanan Reservoir (Pres).

PI = Q BPD/psi

Pr - Pwf

Dimana :

PI = Productivity Index, bpd/psi

Q = Kapasitas Produksi, bpd

Pr = Tekanan reservoir, psi

Pwf = Tekanan Aliran dasar sumur, psi

63

BAB II PENGHITUNGAN CADANGAN MIGAS I. Pendahuluan

Cadangan adalah kuantitas (jumlah volume) minyak dan

gas yang dapat diperoleh atau diproduksikan secara

komersial. Cadangan dapat dit indak lanjut i untuk dihitung

apabila telah memenuhi beberapa kriteria, antara lain adalah :

1. Telah diketemukan (discovered)

2. Dapat diambil (recoverable)

3. Memenuhi syarat komersialitas (commercial)

4. Adanya sejumlah volume yang tersisa (remaining).

Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti

sering disebut “estimed remaining reserves” atau cadangan

terbukti yang tertinggal. Jumlah produksi dan cadangan

terbukti yang tertinggal disebut “ est imated ult imate recovery ”

atau cadangan ult imate, sedangkan jumlah total minyak

didalam reservoir disebut sebagai “Init ial Oil In Place” (IOIP),

hanya sebagian IOIP yang bisa diproduksikan sehingga

menjadi cadangan terbukti.

EUR = CUM + ERR

dimana :

EUR : Estimed Ult imate Recovery atau

cadangan ult imate

CUM : Cummulatif Production

64

ERR : Estimated Remaining Reserves atau

cadangan terbukti tertinggal

IOIP = N : Init ial Oil In Place atau Jumlah minyak

didalam reservoir dan bukan jumlah

yang dapat diproduksikan

RF : Recovery Factor adalah presentase

dari IOIP yang dapat diproduksikan

(RF = Cadangan Terbukti/IOIP)

II. Metode Perhitungan

Ada beberapa metode dalam perhitungan cadangan

migas , yaitu :

1. Metode Analogi

2. Materialbalans (Materialbalance metode)

3. Volumetris (Volumetric Metode)

4. Decline Curve

5. Simulasi

1. Metode Analogi

Perhitungan cadangan dengan metode ini dilakukan

apabila data yang tersedia sangat minim, (data yang

diperoleh sebelum eksplorasi). Persamaan untuk

menentukan cadangan metode ini adalah dengan

menggunakan “Barrels per Accre foot” :

65

BAF = 7758 Ø (1 – Swi ) RF

Boi

Dimana :

N = BAF (Barrels per Acrre foot) = Jumlah

volume minyak dalam reservoir.

Ø = porositas batuan

Swi = Saturasi air awal

RF = Recovery Factor

Boi = Faktor volume formasi minyak awal

2. Metode Materialbalans (Materialbalance Metode)

Materialbalans dari reservoir didasarkan pada

prinsip kekekalan masa yang menyatakan bahwa “

jumlah masa suatu system tetap selama

berlangsung perubahan-perubahan yang bersifat

kimia atau f isika “ lebih jauh bisa dijelaskan “

Volume yang diproduksi = Volume awal ditempat -

Volume yang tert inggal

a. Persamaan Materialbalans untuk reservoir

yang mempunyai volume tetap dan tanpa

tudung gas awal (initial gas cap).

N btp + Pi P

(N – Np) btp++ ( Gp Scf gas

66

gas dlm lrtn gas dlm

lrtn + Np btp oi l )

Volume reservoir awal NBoi bbl Volume

minyak = (N-Np) Bo bbl

Volume gas = [(NBoi – (N-Np)Bo bbl

Gbr 1. : Hubungan volume untuk selang produksi

dimana :

N : banyak barrel minyak tangki

pengumpul mula-mula dalam

reservoir

Np: banyak barrel minyak tangki

pengumpul yang terproduksi

(kumulat ip)

Gp: standart cubic feet gas yang

terproduksi (kumulatip)

67

Rp = Gp/Np : perbandingan gas-minyak

(kumulat ip)

Rs : kelarutan gas

Bo : Faktor Volume Formasi Minyak

Bg : factor Volume Formasi Gas

Indeks “ i “ (init ial) menyatakan mula -

mula.

Suatu materialbalans pada gas setelah selang

produksi tertentu (production interval) bisa

ditul is sebagai :

Scf gas

mula yang

ada dlm

lrtn

=

Scf gas bebas

yg

Terbentuk stlh

interval

produksi

+

Scf gas yg

msh

tertinggal

dlm larutan

+

Scf gas

yang

terproduk

si

Kalau kita nyatakan besaran-besaran diatas

dalam ist i lah sifat-sifat reservoir, maka secara

umum dapat dituliskan sebagai berikut :

Scf gas mula-mula yang ada dalam larutan

= N Rsi

Scf gas bebas yang terbentuk setelah interval

produksi =N Boi – (N-Np)Bo

68

Bg

Scf gas yang masih tinggal dalam larutan

= (N – Np) Rs

Scf gas yang terproduksi

= Gp = Np Rp

Maka persamaan diatas dapat dituliskan.

N Rsi = N Boi – (N – Np) Bo+ (N – Np) Rs

+ Np Rp atau

Bg

N [ Bo + (Rsi – Rs)Bg – Boi ] = Np (Bo –

RsBg + RpBg) atau

N [(Bo + (Rsi – Rs)Bg – Boi)] = Np[(Bo +

(Rsi-Rs)Bg + (Rp – Rsi)Bg]

Apabila Faktor Volume Formasi Dwifasa atau Bt

= Bo + (Rsi – Rs)Bg , maka, persamaan tersebut

dapat disederhanakan menjadi :

N (Bt – Boi) = Np [Bt + (Rp –

Rsi) Bg

69

Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan

materialbalans untuk reservoir t idak jenuh dan

tanpa tudung gas awal dengan volume tetap.

b. Persamaan Materialbalans untuk reservoir

dengan tudung gas awal dan adanya

rembesan air (water encroachment)

Reservoir dengan kondisi volume tetap jarang

terjadi karena biasanya volume reservoir

berkurang dengan berlangsungnya produksi,

sebab air formasi merembes kedalam ruangan

reservoir yang dit inggalkan oleh minyak. Selain

volume tidak tetap, tekanan sering berada

dibawah tekanan gelembung (Pb), sehingga

tudung gas awal telah terbentuk. Jadi dalam

persamaan materialbalans ini perlu dimasukkan

besaran-besaran yang berhubungan dengan

tudung gas awal dan pengaruh rembesan air.

Sebagai tambahan, perlu didefinisikan ist i lah

dibawah ini :

m = perbandingan antara volume tudung

gas reservoir awal dengan volume

minyak reservoir awal.

We = air masuk (water inf lux) kumulat ip

kedalam reservoir (barrel)

Wp = Produksi air kumulatip ( barrel)

70

We – Wp = rembesan air (water encroachment)

kumulatip, keadaan ini menunjukkan

berkurangnya volume reservoir.

Tudung gasawal

gas bebasGp Scf gas

N Btp Pi

P (N – Np) + Np

Btp minyk

AirWp Bbl air

Gbr. 2 :Hubungan volume untuk selang

produksi dari reservoir dengan

tudung gas awal dan rembesan

air.

Materialbalans pada gas menghasilkan :

Scf

gas

bbs

dlm

tudu

ng

gas

awal

+

Scf

gas

dlm

larut

an

awal

=

Scf

gas

bbs

dalam

reserv

oir

+

Scf

gas

yg

ting

gal

dlm

lrtn

+

Scf gas

yg

diproduks

ikan

Dalam besaran-besaran karakteristik cairan

reservoir, maka persamaan diatas menjadi :

71

Scf gas dalam tudung gas awal = m N Boi

Bgi

Scf gas mula-mula dalam larutan = N Rsi

Scf tudung gas setelah selang produks i =

mNBoi + (N Boi–(N-Np)Bo–(We–Wp)

Bg

Scf gas yang masih tinggal dalam larutan = (N-

Np)Rs

Scf gas gas yang diproduksikan = Gp = Rp Np

Penyusunan dan penyederhanaan persamaan

diatas dengan memasukkan Faktor Volume

Formasi Dwifasa (Bt) memberikan :

N[(Bt-Bti)+mBti (Bg-Bgi)] = Np[Bt+(Rp-

Rsi)Bg] – (We-Wp)

Bgi

Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan

“Materialbalans umum”. Harga -harga Bti ; Bt ;

Rsi ; Bgi dan Bg diperoleh diperoleh dari

penaksiran karakteristik cairan reservoir. Harga

m ; N sering tersedia dari Logging listr ik dan

analisa teras (coring) sedangkan We dicari bila

data logging l istr ik dan analisa teras telah

tersedia.

c. Persamaan Materialbalans untuk reservoir

yang berproduksi diatas tekanan kejenuhan

72

Bila reservoir berada pada tekanan diatas

tekanan gelembung (Pb), minyak dapat

diproduksikan dengan pengembangan (ekspansi)

cairan reservoir ketika tekanannya berkurang

sampai tekanan gelembung (tekanan

kejenuhan).

N Boi

Np Btp mnyk

Pi P ( N

– Np) Bo + NpRsi Scf gas

Gbr. 3 : Hubungan Volume untuk

reservoir yang berproduksi

diatas tekanan kejenuhan

Karena volume reservoir d ianggap tetap, maka

:

N Boi = ( N-

Np) Bo

atau

Np = Bo –

Boi

N Bo

73

Persamaan ini menyatakan hubungan antara

produksi minyak kumulatip dengan banyaknya

minyak mula-mula dalam reservoir dan

memungkinkan menghitung fraksi minyak

terproduksi dengan ekspansi aliran reservoir

diatas tekanan gelembungnya.

Apabila reservoir berada pada kondisi diatas

tekanan gelembung dengan menganggap bahwa

volume dengan keadaan tetap,maka dianggap

bahwa :

Bt = Bo Bt i = Boi dan m = 0

Rp = Rsi We = 0 dan Wp = 0

Apabila air t idak terproduksi maka persamaan

diatas dapat ditul is :

Np =Bo – Boi + We

N Bo NBo

3. Metode Volumetris

Metode volumetris digunakan untuk memperkirakan

besarnya cadangan reservoir pada suatu lapangan

minyak atau gas yang baru, dimana data -data yang

tersedia belum lengkap. Data-data yang diperlukan

untuk perhitungan perkiraan cadangan secara

volumetris, yaitu bulk volumereservoi r (Vb), porositas

batuan (f), saturasi f luida (S f), dan faktor volume

formasi f luida. Perhitungan perkiraan cadangan

secara volumetris dapat digunakan untuk mengetahui

besarnya in it ial hidrocarbon in place , ult imate

recovery , dan recovery factor .

74

a. Penentuan Initial Oil In Place (IOIP)

Pada batuan reservoir yang mengandung satu

acre-feet pada kondisi awal, maka volume minyak

dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Sedangkan untuk sejumlah gas mula-mula (init ial

gas in place) dapat ditentukan dengan persamaan:

Pada persamaan diatas, besaran yang perlu

ditentukan terlebih dahulu adalah volume bulkbatuan

(Vb). Penentuan volume bulkbatuan (V b) ini dapat

dilakukan secara analit is dan graf is.

a.1. Penentuan Volume Bulk Batuan Secara

Analitis

75

Langkah pertama yang di lakukan dalam

menentukan volume bulkbatuan adalah membuat peta

kontur bawah permukaan dan peta isopach. Peta

kontur bawah permukaan merupakan peta yang

menggambarkan garis-garis yang menghubungkan

tit ik-t it ik dengan kedalaman yang sama pada setiap

puncak formasi. Sedangkan peta isopach merupakan

peta yang menggambarkan garis - garis yang

menghubungkan ti t ik-t it ik dengan ketebalan yang

sama dari formasi produktif .

Gbr 4. : Peta Isopach

(a). Total Net Sand, (b). Net Oil Sand(c). Completed

Isopach Map

76

Setelah peta isopach dibuat, maka luas daerah

setiap garis isopach dapat dihitung dengan

menggunakan planimeter dan diplot pada kertas,

yaitu luas lapisan produktif versus kedalaman.

Jika peta isopach telah dibuat, maka perhitungan

volume bulk batuan dapat di lakukan dengan

menggunakan metode:

Metode Pyramidal

Metode ini digunakan apabila perbandingan antara

luas garis isopach yang berurutan £ 0,5 yang secara

matematis dituliskan:

Metode Trapezoidal

Metode ini digunakan apabila perbandingan antara

luas garis isopach yang berurutan > 0,5 yang secara

matematis dituliskan:

77

Metode Simpson

Metode ini digunakan jika interval kontur dan

isopach t idak sama (tidak teratur) dan hasilnya

akan lebih telit i j ika dibandingkan dengan metode

trapezoidal yang secara matematis dituliskan:

a.2. Penentuan Volume Bulk Batuan Secara Grafis

Penentuan volume bulk batuan secara graf is

dilakukan dengan cara membuat plot antara

ketebalan yang ditunjukkan oleh tiap-tiap garis

kontur terhadap luas daerah masing-masing,

sepert i terl ihat pada Gambar 3.2 . Dari gambar

tersebut terlihat bahwa volume bulk batuan

merupakan luas daerah yang ditunjukkan dibawah

kurva.

78

Gambar 4.2.

Contoh Grafik Penentuan Volume Bulk Batuan

Ultimate Recovery (UR)

Ult imate recovery merupakan jumlah maksimum

hidrokarbon yang diperoleh dari reservoir dengan

mekanisme pendorong alamiahnya. Ultimate recovery

ini biasanya dinyatakan dengan parameter unit

recovery (UR), yang merupakan hasil bagi antara

ultimate recovery terhadap volume bulk batuan yang

dapat diproduksikan oleh beberapa pengaruh

mekanisme pendorong sampai saat abandonment.

Untuk mengetahui besarnya ultimate recovery harus

diketahui data- data seperti mekanisme pendorong

yang dominan, saturasi f luida mula -mula, dan akhir

79

dari masa produksi (tekanan abandonment), serta

faktor volume formasi minyak dan gas sebagai fungsi

tekanan. Ult imate recovery ini dapat dinyatakan

dalam persamaan sebagai berikut:

UR = N x

RF………………………..………………….….(4 -7)

dimana :

N : init ial oi l or gas in p lace , satuan

volume

RF : recovery factor , fraksi

Secara volumetris, ultimate recovery ini ditentukan

dengan persamaan sebagai berikut:

Unit recovery pada reservoir gas dengan mekan isme

pendorong water drive yaitu:

80

Recovery Factor (RF)

Untuk jumlah cadangan yang dapat diperoleh

dipermukaan, maka terlebih dahuluperlu diketahui

harga recovery factor (RF) yaitu perbandingan

antara recoverable reserve dengan in it ial oil in place

fraksi), atau dapat ditulis dengan persamaan

sebagai berikut: