teknik penulisan ilmiah. kedua

7
Pendahuluan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kisah Seorang Penjual Koran Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Doni. Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Doni?” tanya Bang Karno. “Biasa saja.”jawab Doni. Bang Karno mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Doni untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat. Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja.

Upload: agnes-felicia-lubis

Post on 17-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Cara atau teknik penulisan

TRANSCRIPT

PendahuluanBAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kisah Seorang Penjual Koran Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Doni. Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. Ambil berapa Doni? tanya Bang Karno. Biasa saja.jawab Doni. Bang Karno mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Doni untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat. Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja.Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima, Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.Saya bersama 2 teman saya, Abdul Khalik, dan Citra Larasati mewawancarai seorang anak kecil penjual koran yang sudah putus sekolah pada tanggal 5 Februari 2011 di simpang lampu merah Batam Center. 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa mereka mau berjualan koran di perempatan jalan lampu merah?2. Apakah orang yang berhenti di lampu merah peerempatan jalan membeli koran mereka?

Pembahasan BAB II2.1 Kehidupan sosial ekonomi anak penjual koran Jalan hidup setiap manusia di masa depan memang susah ditebak, tak ada yang tahu, kecuali Tuhan. Siapa yang mengira bila seorang pemuda yang awalnya hanya penjual koran jalanan, naik turun bus ekonomi, berjalan kaki keliling kota, bertempur melawan terik mentari saban hari, tapi pada akhirnya bisa menjadi penulis bahkan kemudian ditawari menjadi wartawan di sebuah majalah ternama di Jakarta.Awalnya, dia sekadar berjualan koran demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah. Namun, suatu hari, secara tak sengaja dia bertemu tukang becak yang hobi membaca dan rajin membeli korannya. Entah mengapa, perasaan malu tiba-tiba menyeruak dalam hati. Dia merasa tersindir, sebab sudah berhari-hari berjualan koran, tapi tak pernah membaca koran yang dijajakan (halaman 4-5). Pengalamannya bertemu tukang becak itulah yang membuatnya tersadar. Di emperan toko, bahkan terkadang di tepi jalan, dia meluang banyak waktu untuk membaca setumpuk koran dagangannya. Setiap selesai membaca tulisan-tulisan penulis yang masih berstatus mahasiswa, otaknya seperti mendidih. Semangatnya terlecut ingin jadi penulis. Tanpa bimbingan seorang guru, dia pun belajar menulis autodidak, sembari mencermati model tulisan-tulisan yang kerap menghiasi koran-koran dagangannya (halaman 7-8).Setiap pagi, dia melakoni ritual berjualan koran di jalanan. Menjelang siang, dia berangkat kuliah, mengayuh sepeda onthel menuju kampus. Malam hari, dia berlatih menulis dengan mesik ketik gadaian temannya yang sedang butuh uang (halaman 84) lalu mengirimkannya ke sejumlah koran. Dia semakin mantap menjadi penulis karena tak ingin menjadi penjual koran terus-terusan atau menjadi anak jalanan abadi.Waktu berlalu cepat. Cobaan hidup datang silih berganti. Dia terpaksa keluar kuliah ketika semester dua karena tak mampu bayar SPP. Setelah itu, dia hidup di jalanan, berjualan koran, menyambangi perpustakaan agar bisa membaca beragam jenis buku, tak lelah berlatih menulis lalu mengirimkannya ke berbagai media (halaman 59-65).2.2 Latar Belakang Menawarkan kepada pelanggang saat kendaraan berhenti di lampu merah pada persimpangan jalan. Beberapa jenis pekerjaan yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual kran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman dan lain-lainnya. Pedangang asongan menjadi stimulan muncul dan berkembangnya usaha-usaha mikro dengan menjadi penyedia barang-barang dagangan yang dijajakan pedangan asongan. Peluang ini dimanfaatkan oleh kalangan industri menengah.

Teknik Penulisan Ilmiah

Disusun Oleh:Nama : Amry Fernando Lubis Nim : 07121402009Mata Kuliah : Teknik Penulisan IlmiahDosen Pengasuh : Diana Dewi Sartika, S.Sos., M.Si

UNIVERSITAS SRIWIJAYA2014