teknik pengumpulan dan analisis data ekosistem darat

33
TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA EKOSISTEM DARAT A. Teknik pengumpulan data kimia dan fisika 1. Apa sajakah yang termasuk faktor kimia dan fisika dalam ekosistem darat? Kajian mengenai faktor kimia dalam ekosistem adalah faktor yang berhubungan dengan tanah dan udara, yang termasuk dalam faktor kimia ekosiste teresterial adalah keasaman dan senyawa organik tanah. Keasaman bersumber dari sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H 2 O lemah. Sedangkan faktor fisika juga berhubungan dengan udara tanah, yang meliputi faktor fisika adalah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah, sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku mekanik termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan diukur (Wirakusumah, 2003). 2. Bagaimana cara mengumpulkan data fisika-kimia tanah? Cara mengumpulkan data fisika-kimia tanah adalah dengan menganalisis fisik-kimia dari tanah tersebut, yang meliputi:

Upload: indrianita-wardani

Post on 09-Feb-2016

405 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

ekologi

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA EKOSISTEM DARAT

A. Teknik pengumpulan data kimia dan fisika

1. Apa sajakah yang termasuk faktor kimia dan fisika dalam ekosistem

darat?

Kajian mengenai faktor kimia dalam ekosistem adalah faktor yang

berhubungan dengan tanah dan udara, yang termasuk dalam faktor kimia ekosiste

teresterial adalah keasaman dan senyawa organik tanah. Keasaman bersumber dari

sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H2O

lemah. Sedangkan faktor fisika juga berhubungan dengan udara tanah, yang

meliputi faktor fisika adalah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah,

sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-

unsur mineral tanah. Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku mekanik termal,

optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah

parameter yang dapat diamati dan diukur (Wirakusumah, 2003).

2. Bagaimana cara mengumpulkan data fisika-kimia tanah?

Cara mengumpulkan data fisika-kimia tanah adalah dengan menganalisis

fisik-kimia dari tanah tersebut, yang meliputi:

a. Profil Tanah

Profil tanah merupakan gambaaran tanah secara verikal. Profil tanah

umumnya terdiri dari beberapa horison. Horison O terdiri dari material organik

segar atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horison A atau topsoil

mengandung material organik yang tinggi bercampur dengan partikel mineral.

Horison B atau zona penumpukan merupakan tempat terkumpulnya mineral dan

humus akibat proses pencucian/pelindingan dari horison A. horison C berisi

batuan Induk (Wirakusumah, 2003).

Page 2: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

b. Kandungan Air atau Kelembaban Tanah

Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan

menghitung jumlah air yang terkandung di dalam tanah dengan berat segar

tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat

segar tanah.

c. Kandungan Organik dan Anorganik (mineral) total Tanah

Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah

pada lapisan teratas tanah. Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah

yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan. Bahan organik dan mineral

tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan

biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-partikelnya merupakan

penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan

air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang pori ini

akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Bahan organik

merupakan sumber energi, karbon, dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna

senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (Bahan Organik Tanah) akan sangat

menentukan populasi dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia

yang dikandung BOT tersebut (Kemas, 2007).

d. pH Tanah

pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat

asam atau basa tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi, dan aktivitas pemupukan. pH tanah

menentukan kelarutan unsusr-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan

memengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Tanah berkeasaman

tinggi (pH rendah) mengandung kation-kation besi dan aluminium bebas dalam

takaran banyak yang mampu menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi

tanaman. Pada pH tinggi, kation mangan juga akan menyerap ion fosfat sehingga

tidak tersedia bagi tanaman (Poewowidodo, 1992). Pengukuran pH tanah dapat

dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester, dan kertas pH universal.

Page 3: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

e. Suhu Tanah

Suhu tanah merupakan suatun ukuran intensitas panas. Suhu ini

berpengaruh langsung pada fungsi-fungsi fotosintesis, respirasi, permeabilitas

dinding sel, serapan air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein

(Poewowidodo,1992). Pengukuran suhu tanah dapat dilakukan dengan alat

Weksler, dimana termometer pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang

ujungnya berupa logam meruncing, antara logam dengan termometer terdapat

serbuk logam yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian atas

logam runcing tadi. Pengukuran suhu juga dapat menggunakan termometer udara

biasa, namun harus dilakukan dengan hati-hati.

f. Tekstur Tanah

Tekstur adalah proporsi relatif dari partikel untama pembentuk tanah, yaitu

pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Jenis partikel utama tanah dibedakan

berdasarkan ukurannya:

1) Pasir ukuran partikel > 0,05 mm

2) Debu ukuran partikel antara 0,002 – 0,05 mm

3) Liat ukuran partikel 1< 0,002 mm

Tekstur tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika

maupun sifat kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horisontal, persentase

sistem kapiler, dan kadar air tanah akan berlainan pada keadaan tanah yang

teksturnya tidak sama. Demikian pula derajat kesuburan tanah akan sangat

tergantung pada tekturnya ini.

g. Bobot Isi (bulk density)

Bobot isi adalah perbandingan antara massa tanah pada keadaan kering

konstan dengan volumenya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah.

Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit

meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Sarwono, 2007). Nilai bobot isi

bervariasi, bergantung pada kelembaban dan tekstur tanah. Cara pencuplikan

Page 4: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core sampler (cincin

pencuplik). Alat ini berupa silinder tanpa alas dan tutup dengan tinggi dan

diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa besi atau stainless steel. Bibir

silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan

pencuplikan.

h. Porositas

Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi

oleh udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan

halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus berisi

air atau kapiler udara (Poewowidodo, 2007). Total porositas dihitung dari bulk

density dan particle density. Particle density atau kepadatan partikel tanah mineral

berkisar antara 2,6-2,7 gcm-1. pada tanah yang tidak atau sedikit mengandung zat

organik, kepadatan partikelnya 2,7 gcm-1, tanah dengan kandungan organik

sedang 2,65 gcm-1 dan tanah dengan kandungan organik tinggi kepadatan

partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1.

3. Apa saja yang termasuk dalam mikroklimat?

Mikroklimat adalah kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan

langsung dengan tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil,

mikroklimat dapat menyebabkan adaya variasi dalam tipe dan komposisi

tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara,

kelembaban, dan intensitas cahaya

4. Bagaimana cara mengumpulkan data dan analisis data temperatur

udara?

Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori, yaitu gram atau kilogram

kalori. Sedangkan kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, Fahrenhait,

Reamur, atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat

termometer. Termometer digunakan dengan cara membaca skala pada ujung air

raksa dalam satuan derajat Celcius (˚C). Badan termometer tidak boleh dipegang

secara langsung dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.

Page 5: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

5. Bagaimana cara mengumpulkan data kelembaban udara?

Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di

udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap voleme

udara tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum

digunakan adalah kelembaban udara relatif yaitu berdasarkan perbandingan

tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh

pada suhu yang bersamaan. Alat yang digunanakan untuk mengukur kelembaban

relatif adalah Sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer.

Termomerter pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang

kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah

termometer dilengkapi dengan kain yang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari

kedua termometer tersebut, nilai kelembaba relatif dapat ditentukan dengan

menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor.

6. Bagaiman cara mengupulkan data intensitas cahaya?

Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya memengaruhi

variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban, dan angin, tetapi juga memengaruhi

jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Perubahan intensitas

cahaya sangat memengaruhi kegidupan tumbuhan. Untuk dapat memperoleh

energi bagi pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah

cahaya minimal. Dibandingkan tumbuhan, hewan relatif tidak membutuhkan

energi matahari secara absolut (Amin, 2007). Pengukuran intensitas cahaya dapat

dilakukan dengan menggunakan Light meter atau Lux meter.

Page 6: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

B. Teknik pengumpulan data vegetasi

1. Apa yang dimaksud dengan vegetasi?

Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh

bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya

terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan

hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata

lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan

membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu

sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara

dan Indrawan, 1978).

Menurut Marsono (1977), Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-

tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada

suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi

yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun

dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan

tumbuh serta dinamis.

2. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi?

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis

vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi

jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Cain dan

Castro (1959) dalam Soerianegara dan Indrawan (1978) menyatakan bahwa

penelitian yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak

pada komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari

dengan mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan,

frekuensi, dominansi dan nilai penting. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini,

yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan

berbagi konsep pendekatan yang berlainan.

3. Bagaimana cara pembuatan komposisi vegetasi?

Page 7: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-

petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara

(1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun

berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan

metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan

sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau

faktor gradien lingkungan tertentu.

4. Apa saja komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi??

a) Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan

memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

b) Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain

(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-

parasit.

c) Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki

rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar

tangkai daun.

d) Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan

biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang

dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

e) Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri

sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu

atau belukar.

f) Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai

rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang

menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut

yang kadang-kadang keras.

g) Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu

batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

5. Bagaimana macam-Macam Metode Analisis Vegetasi ??

a) Metode destruktif

Page 8: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik

yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa

diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan

selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap

vegetasi tersebut.

Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk vegetasi yang

sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima

meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau

berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu

padang rumput denan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus

menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini

adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

b) Metode nondestruktif

Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu

berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada

taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan

lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organism tumbuhan secara taksonomi

atau pendekatan floristika.

c) Metode non-floristica

Telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931),

Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh

Eiten (1968) dan Unesco (1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan

berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun,

tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam

sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol

huruf dan gambar. Bentuk Hidup. Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi,

biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai

sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan

penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).

Untuk memahami metode non floristika sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran

dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan

Page 9: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara

taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan

dasar-dasar tertentu.

d) Metode floristic

Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara

taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau

keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap

semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga

pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat

dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang dengan variable-

variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi

vegetasi, diantaranya adalah:

Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi

sejenis.

Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu

populasi di suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas

daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.

Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari

populasi disuatu kawasan.

Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam

variable yang diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat

kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan vitalitas. Berbagai

metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar untuk sampai pada

hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan tujuannya.

6. Bagaimana teknik pencuplikan data vegetasi?

Teknik pencuplikan data vegetasi dilakukan dengan beberapa teknik yaitu:

a) Kuadrat

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak

contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang

berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut

Page 10: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter

tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m

sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan

sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).

Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui

komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan

lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan

menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less

method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan

hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup

tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu

persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini

digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.

Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk

populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam

menentukan struktur komunitas.

Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi

dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2.

Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode

kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran

yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan

bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang

menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel

kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).

Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:

a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.

b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung

jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di

dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang

diselidiki.

Page 11: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi

persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk

memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap

spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal

dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis

tanaman.

d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf.

Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi

vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak

begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan

sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan

demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan

dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas

(Michael, 1994). Suatu contoh untuk suatu vegetasi hutan alami atau yang

berbentuk seperti hutan luas kuadrat minimal 200 m2, kemudian vegetasi semak

belukar 2 – 5 m2, dan vegetasi sederhana sperti rumput cukup dengan ukuran

kuadrat seluas 1 meter persegi.

Berikut langkah-langkah kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis

vegetasi metode kudrat:

1) Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi

tertentu.

2) Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi.

3) Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel

untuk setiap tumbuhan.

4) Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap

jenis tumbuhan.

Page 12: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

5) Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel

dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi

diletakkan pada tempat teratas.

6) Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /

spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).

b) Garis

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan

berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada

kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis

yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang

digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis

yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi

yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).

Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai

penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan

dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan

ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan

dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat

oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi

diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis

yang disebar (Rohman, 2001).

Teknik Metode Garis:

1) Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau

sistematis.

2) Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi.

3) Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel

untuk setiap tumbuhan.

Page 13: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

4) Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap

jenis tumbuhan.

5) Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel

dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi

diletakkan pada tempat teratas.

6) Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies

yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).

c) Titik

Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan

menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat

dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang

disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam

menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,

dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan

sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan

demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan

diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar

pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan

dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas

(Michael, 1994).

Teknik Metode Intersepsi Titik:

1) Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali

raffia.

2) Menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia

tersebut secara acak atau sistematis.

3) Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap

kawat atau lidi tersebut.

Page 14: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

4) Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.

5) Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel

untuk setiap tumbuhan.

6) Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap

jenis tumbuhan.

7) Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel

dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi

diletakkan pada tempat teratas.

8) Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies

yang memiliki nilai penting terbesar

d) Kuarter

Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang

mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu.

Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga

metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area

tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai

penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.

Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks

lainnya (Kusmana, 1997).

e) Teknik Ordinasi

Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-

Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan

random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.

Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi

dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan.

Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan

ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang

sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi

spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,

Page 15: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula

digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan

faktor lingkungan.

Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih

sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan

suatu agak kecil perbedaan table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu

grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing

titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat

perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola

dalam hubungan.

Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan

letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk menunjukkan

suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data

asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak

bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Anonymous, 2010).

7. Bagaimana Sistem Analisis dengan metode kuadrat?

Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis

tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan

daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan

berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel

(n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya

dalam persen (%) (Surasana, 1990).

Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam

suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu

dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric

sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu

komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya

bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan

nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative,

Page 16: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus

maka akan diperoleh:

Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Kerapatan (K) =

Kerapatan relatif (KR) =

Frekwensi (F) =

Frekwensi relatif (FR) = x 100%

Dominansi (D) =

Dominansi relatif (DR) =

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu

variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk

seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan

disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang

terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat

digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

C. Teknik Pengumpulan Data Hewan

1. Apa saja metode yang digunakan dalam pengumpulan data hewan?

a. Metode CMMR (Capture, Mark, Release, dan Recapture)

Metode ini sangat penting dalam ekologi hewan sebab tidak hanya perkiraan

kerapatan yang diperoleh tetapi perkiraan laju kelahiran dan laju kematian

Page 17: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

populasi yang dikaji juga dapat diketahui.syarat berlakunya metode CMRR yaitu :

pergantian antar individu rendah (tidak mudah mati, tidak mudah besar, tidak

mudah berkembang biak).

Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan

dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat

dibuat dalam sistem daftar. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau

kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan

menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk

yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut

semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi

pada rumus Paterson (Susanto, 2000).

b. Metode Pit Fall Trap

Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik di permukaan tanah

maupun di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang

tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-

batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan

sisa tumbuhan dan hewan. Kehidupan hewan tanah sangat ditentukan oleh faktor

fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-

kimia tanah selalu diukur karena hewan merupakan komponen penyusun tanah

(Susanto,2000).

Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di

lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk

pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan

pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium. Di lapangan, hewan tanah

juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit fall-trap).

Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak juga

tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.

c. Metode Transek

Untuk mengetahui kelimpahan gastropoda dengan menggunakan metode

transek, transek dibentangkan tegak lurus terhadap garis pantai.

Page 18: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

Faktor-Faktor Lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah

faktor biotik dan faktor abiotik, faktor biotik meliputi hewan laut seperti siput

laut, tripang, bintang laut, kerang, dan jenis tumbuhan laut berupa ganggang

coklat, rumput laut, sedangkan faktor abiotik meliputi pasang surut, suhu, gerakan

ombak, salinitas dan substrat dasar (Soetjipta,1994)

2. Bagaimana teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data

invertebrata dalam tanah (infauna), permukaan tanah (epifauna), dan

hewan invertebrata yang hidup di pohon atau disemak?

a. Teknik dalam pengambilan data infauna menggunakan teknik Direct

Searching dengan metede pencuplikan. Caranya adalah dengan

menggali tanah (pengulangan lima kali), kemudian tanah yang digali

diambil dan dilakukan penyortiran hewan yang ada lalu dilakukan

identifikasi dan analisis data.

b. Teknik dalam pengambilan data epifauna menggunakan teknik Direct

Searching dengan metede kuadrat. Caranya meletakkan plot 1x1m,

kemudian dilakukan pengumpulan hewan dalam plot. Hewan

kemudian dianalisis. Selain teknik Direct Searching juga bisa

dilakukan teknik perangkap dengan menggunakan Pitfall trap.

c. Teknik dalam pengambilan data hewan yang hidup dipohon atau

semak adalah dengan teknik beating trays. Caranya adalah mencari

vegatasi semak, kemudian dilakukan pemukulan pada daun dan cabang

dengan sebelumnya meletakkan kain putih dibawah bagian yang

dipukul. Kemudian hewan yang terkumpul dilakukan analisis

selanjutnya.

3. Bagaimana analisis data hewan?

Analisis data hewan dilakukan dengan menghitung:

Indeks dominansi (C)= 2

Page 19: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

Densitas relatif = x100%

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) (Krebs, 1985)

H’ = -∑ ni ln ni atau H’ = -∑ pi ln pi

N N

Keterangan:

H : Indeks Keanekaragaman

pi : Peluang kepentingan untuk setiap spesies

ni : Jumlah jenis i

N : Total seluruh individu

:

Page 20: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

Indeks kesamarataan Shannon-Wiener (J’) (Soegianto, 1994)

J’ = H’ / ln s

Keterangan:

J’ : Kesamarataan Shannon Wiener

H’ : Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon Wiener

s : Jumlah Jenis yang ditemukan

Page 21: Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Ekosistem Darat

DAPTAR PUSTAKA

Amin, L. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Jatim: Bayumedia

Publishing.

Anonymous. 2010. Analisis Vegetasi. http : // dydear .multiply. com/ journal /item/ 15/Analisa_Vegetasi. Diakses pada 3 April 2013

Anonymous, 2010. Metode Garis Dan Titik. http://iqbalali.com/2008/02/25/70/. Diakses pada 3 April 2013

Kemas, H. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Krebs, C. J. 1985. Ecological Methodology. New York: Harper Collins Publisher

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian: Bogor

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta.

Poewowidodo, Poewowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung:

Angkasa.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang

Sarwono, H. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Soetjipta, Drs, M.Pd. 1994. Dasar- Dasar Ekologi Hewan. Jakarta : Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Soegianto, A. 1994. Metode Analisis Populasi dan Komunitas, Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.