teknik pengecoran
TRANSCRIPT
modul 12 Genap 2008/2009
Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Mercu Buana
PROGRAM KULIAH KARYAWAN
MODUL KULIAH KE – 12
Mata Kuliah : Proses Produksi
Dosen : Mahfudz Al Huda
PROSES PENGECORAN KONVENSIONAL
(CONVENTIONAL FOUNDRY PROCESSES)
I. Karakteristik Produk Coran (castings)
Kelebihan produk hasil proses pengecoran dibandingkan produk hasil
proses lain:
o Produk yg berbentuk kompleks dan berukuran besar relatif lebih
mudah dibuat dan dg biaya lebih murah.
o Kekakuan (rigidity) secara struktur lebih besar.
o Mampu mesin (machinability) sangat baik.
o Ketahanan aus baik.
o Sifat peredaman getaran baik.
Kekurangannya:
o Produk yg mempunyai bagian tipis sulit dibuat.
o Akurasi dan homogenitas (uniformity) kurang baik.
o Beratnya menjadi besar.
o Sifat-2 mekanik seperti kekuatan tarik, keuletan (ductility), kekuatan
(toughness) kurang baik.
Syarat bahan logam cor:
o Titik cair rendah
o Fluiditas (kecairan) logam cair bagus
o Sedikit menyerap gas ketika mencair
o Penyusutan pada saat memadat kecil
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 1
modul 12 Genap 2008/2009
II. Urutan Proses Pengecoran
Proses pengecoran terdiri dari:
1. pembuatan cetakan (molds),
2. penyiapan dan peleburan logam,
3. penuangan logam ke dalam cetakan (molds),
4. pembersihan tuangan (casting),
5. pengolahan pasir untuk penggunaan ulang.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 2
modul 12 Genap 2008/2009
III. Jenis Cetakan (Mold)
Cetakan (Mold) dibedakan berdasar material yg digunakan.
1. Green-sand molds (cetakan pasir basah). Metode yg paling umum digunakan,
cetakan dibuat dari pasir cetak yg basah.
2. Skin-dried molds (cetakan kulit-kering). Ada dua metode untuk membuat
cetakan ini.
• mencampurkan binder (perekat) pada pasir disekitar pola pada
kedalaman 12.7 mm, sehingga ketika kering permukaan cetakan akan
mengeras.
• membuat cetakan dari pasir basah kemudain dilapisi (coating)
permukaannya dengan spray yg menjadi keras ketika dipanaskan.
3. Dry-sand molds (cetakan pasir kering). Cetakan ini dibuat seluruhnya dr pasir
cetak kasar yg dicampur dg bahan perekat. Cetakan ini tahan bentuknya saat
penuangan & bebas dr masalah gas yg disebabkan oleh penguapan. Skin-dried
& dry-sand molds digunakan luas untuk pengecoran baja.
4. Loam molds (cetakan tanah liat). Cetakan ini digunakan untuk pengecoran yg
besar. Pertama dibuat kerangka dg besi atau batu bata. Kemudian dilapisi dg
tanah liat yg tebal & dibiarkan mengering keseluruhannya, hingga tahan thd
tuangan logam cair.
5. Furan molds (cetakan furan). Proses ini baik digunakan utk pola sekali pakai.
Pasir halus kering diaduk dg asam fosfor yg berfungsi sebagai akselerator.
Damar furan (furan resin) ditambahkan dan diaduk hingga rata. Bahan pasir
akan segera mengeras.
6. CO2 molds (cetakan CO2). Pada proses ini, pasir bersih dicampur dg sodium
silicate, dan campuran dipadatkan disekitar pola. Ketika gas CO2 ditekankan
pada cetakan, campuran pasir akan mengeras. Tuangan (casting) yg sangat
halus dan rumit bisa dihasilkan dengan cetakan ini.
7. Metal molds (cetakan logam). Cetakan ini digunakan pada cetak-tekan paduan
dg suhu lebur rendah. Casting umumnya bisa dihasilkan dengan kehalusan
permukaan yg baik, sehingga mengurangi proses pemesinan.
8. Special molds (cetakan khusus). Plastik, semen, plaster, kertas, kayu, dan
karet dapat digunakan sebagai bahan cetakan untuk applikasi khusus.
Proses Molding pada pengecoran konvensional dapat dibedakan menjadi:
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 3
modul 12 Genap 2008/2009
1. Bench molding (pembuatan cetakan di bangku). Untuk benda cor
ukuran kecil.
2. Floor molding (pembuatan cetakan di lantai). Untuk benda cor ukuran
sedang - besar.
3. Pit molding (pembuatan cetakan sumuran). Benda cor yg sangat
besar biasanya dituang dlm sumuran. Sumuran merupakan drag dan diatasnya
dibuat kup. Sisi sumuran diperkuat dg lapisan bata dan alas ditutupi lapisan
sinter yg tebal yg dihubungkan dg pipa-2 pelepas gas ke lantai pabrik. Cetakan
sumuran tahan terhadap tekanan tinggi yg ditimbulkan oleh gas panas dan biaya
pembuatannya tidak terlalu mahal.
4. Machine molding (pembuatan cetakan dg mesin). Kini sebagian besar
pekerjaan pembuatan cetakan dilakukan dg mesin. Memadatkan pasir, membalik
cetakan, dan membuat saluran masuk dilakukan dg mesin, yg jauh lebih efisien.
IV. Pembuatan Cetakan Pasir
Cetakan dibuat dlm rangka cetak (flask) yg terdiri 2 bagian, bagian atas disebut
cope & bagian bawah disebut drag.
• Pola diletakkan diatas papan, drag dipasang siap diisi pasir. Pasir diisikan penuh
dan dimampatkan scr manual/mesin dg baik. Jk longgar cetakan mudah rusak,
terlalu rapat gas dan uap sulit menguap. Pasir diratakan & ditaburkan pasir silika
kering agar permukaan tdk lengket.
• Drag dibalik dan cope dipasang. Dipasang sprue pin utk alur turun logam cair.
Setelah ditabur pasir silika kering, diisi penuh dg pasir dan dimampatkan. Diberi
lobang-2 kecil utk pelepasan gas.
• Sprue pin dikeluarkan & dibuat cawan tuang. Cope dilepas & dibalik. Pasir
disekitar rongga cetakan diseka dg kain basah, dan pola dilepas. Dibuat saluran
masuk (gate) antara rongga cetakan dan saluran turun. Pada cope dibuat lobang
riser utk logam cadangan jk ada penyusutan.
• Permukaan rongga cetakan dibasahi, diseka & ditaburi serbuk pelapis dr tepung
silicon dan grafit utk menghaluskan permukaan hasil & mengurangi terjadinya
cacat.
• Cetakan perlu diberi beban pemberat agar cope tdk terangkat akibat tekanan
hydrostatic logam yg dituangkan. Besar pemberat:
FN = A ( D × h ) – ( Wc – Wsc )
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 4
modul 12 Genap 2008/2009
FN : berat pemberat, A: luas permukaan logam pd belahan, D: berat jenis logam,
Wc & Wsc: berat cope & pasir pd cope.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 5
modul 12 Genap 2008/2009
V. Pola (Pattern) pada Cetakan Pasir
Pola hrs dibuat dr bahan yg mudah dibentuk dan akurasi baik, serta murah.
Utamanya dibuat dari kayu, juga logam (besi cor, paduan tembaga, paduan
ringan), batu, plastik, lilin dll.
Jenis pola berdasar bentuk:
a. Solid pattern (pola padat ) terdiri dr one piece pattern (pola tunggal), & split
pattern (pola belah).
b. Sweeping pattern (pola putar ), jika benda cor berbentuk simetris.
c. Strickling pattern, utk membuat benda cor yg tipis memanjang dg penampang
sama.
d. Skelton pattern (pola kerangka), utk benda cor yg besar dan jumlah sedikit,
kerangka dibuat dari kayu, bagian kerangka yg kosong diisi pasir dan
permukaannya ditutup dg papan atau kertas.
e. Core (inti), utk membuat ruang kosong atau lobang pada benda cor, agar logam
cair tdk masuk.
Jenis pola berdasar cara pemakaian:
a. Removable Patterns (pola bisa dipakai ulang). Pasir dipadatkan
disekitar pola. Kemudian pola diambil dan rongga yg terjadi dimasuki dengan
logam lebur.
b. Disposable Patterns (pola sekali pakai). Pola sekali pakai dibuat dari
polystyrene atau stirofoam dan akan menguap ketika logam cair dituangkan ke
dalam cetakan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 6
modul 12 Genap 2008/2009
VI. Pattern, Gates, Risers, & Solidification Characteristics
Kelebihan disposable patterns adl: sangat tepat utk mengecor dlm jumlah
kecil, permukaan mulus, tidak perlu pemesinan lagi, hemat bahan coran,
tidak perlu membuat pola kayu yg rumit, tidak perlu inti & kotak inti, dan
pengecoran jauh lebih sederhana.
Kekurangan disposable patterns adl: pola rusak sewaktu dilakukan
pengecoran, pola perlu penanganan yg lebih hati-2/sulit, tidak dpt digunakan
mesin mekanik utk membuat pola, dan tidak ada kemungkinan utk
memeriksa keadaan rongga cetakan.
Perkiraan berat benda cor pada pengecoran disposable patterns : WP / DP
= WC / DC
o WP & WC : berat pola dan benda cor, DP & DC : berat jenis pola dan
benda cor.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 7
modul 12 Genap 2008/2009
Gating System utk mengalirkan logam cair ke dlm rongga cetakan, terdiri dr
cawan tuang (pouring basin), saluran turun (sprue), & saluran masuk (gate)
tempat logam mengalir memasuki rongga cetakan.
Pouring basin utk memudahkan penuangan & mencegah masuknya terak,
hrs selalu terisi shg logam terus mengalir.
Skimming gate (saluran penyaring) utk mencegah masuknya terak ke
saluran turun kedua.
Strainer (penyumbat) terbuat dr pasir kering atau keramik dpt digunakan utk
mengatur aliran logam cair shg hanya cairan bersih saja yg masuk rongga
cetak.
Risers (penambah) utk cadangan logam cair jika terjadi penyusutan.
Penampang hrs besar shg logam tetap cair.
Dlm merancang gating system perlu memperhatikan:
a. Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pd dasar / didekatnya dg
turbulensi minimal.
b. Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan rongga cetakan hrs ditekan
dg mengatur aliran logam cair atau dg menggunakan inti – pasir kering.
c. Aliran logam cair yg masuk hrs diatur shg terjadi solidifikasi terarah. Solidifikasi
hendaknya mulai dr permukaan cetakan ke arah logam cair shg selalu ada
logam cair cadangan utk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
d. Usahakanlah agar slag/terak, kotoran, atau partikel asing tidak dapat masuk ke
dlm rongga cetakan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 8
modul 12 Genap 2008/2009
VII. Kelonggaran Pola dan Jenis Pasir
Pembuatan pola harus memperhatikan:
• Shrinkage (penyusutan). Pada pembuatan pola harus ditambahkan ukuran
penyusutan. Utk kemudahan, penambahan ukuran adl: 1.04% utk besi cor,
1.56% utk perunggu, 2.08% utk baja, 1.30% utk aluminium dan magnesium.
• Draft (tirus). Utk memudahkan pengeluaran pola, sisi tegak pola diberi
kemiringan. Utk permukaan luar biasanya ditambahkan 1.04% – 2.08%, utk
lobang dalam 6.25%.
• Finishing (penyelesaian). Pada permukaan yg memerlukan penyelesaian
pemesinan hrs diberi tambahan ukuran, biasanya ditambah 3.0 mm, shg cukup
utk dilakukan machining.
• Distortion (distorsi). Terjadi pd benda cor dg bentuk tdk teratur krn penyusutan
yg tidak merata ketika memadat. Ini perlu diperhitungkan pada pembuatan pola.
• Shake (kelonggaran). Pada saat pola dilepaskan dari cetakan, biasanya
ruangan pola akan sedikit lebih besar. Shg pula mungkin perlu dibuat sedikit
lebih kecil.
VIII. Jenis Pasir
Pasir Silica (SiO2) banyak ditemukan. Cocok utk krn tahan suhu tinggi tanpa
terjadi penguraian, murah harganya, awet, dan butirannya mpy bermacam
tingkat kebesaran dan bentuk. Kekurangannya: angka muainya tinggi, dan
memiliki kecenderungan utk melebur dg logam, serta kandungan debu tinggi.
Pasir Silica murni hrs dicampur dg 8 – 15% tanah liat agar memiliki daya ikat.
Jenis tanah liat yg dipakai: kaolin, illit, dan bentonit. Bentonit adl sejenis abu
vulkanik yg telah lapuk.
Pasir utk cetakan harus memiliki sifat-sifat:
• Permeability (permeabilitas). Porositas yg memungkinkan pelepasan gas dan
uap yg terbentuk dlm cetakan.
• Strength (kekuatan). Pasir harus memiliki gaya kohesi, kadar air dan tanah liat
mempengaruhi sifat kohesi.
• Refractoriness (ketahanan thd suhu tinggi). Pasir hrs tahan thd suhu tinggi
tanpa melebur.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 9
modul 12 Genap 2008/2009
• Grain size and shape (ukuran dan bentuk butiran). Ukuran butiran hrs sesuai
dg sifat permukaan yg dihasilkan. Butiran hrs berbentuk tdk teratur shg memiliki
kekuatan ikatan yg memadai.
Referensi.
1. Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and
Systems; Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
2. Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman
John Wiley & Sons
3. Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan,
2002.
4. Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga.
Terjemahan dari: Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald,
Myron L. Begeman John Wiley & Sons
5. Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan,
2002
6. Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Mahfud Al-Huda
PROSES PRODUKSI 10