teknik menulis feature

45
Workshop Jurnalis Kampus “Meliput Isu Keberagaman” Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) Lombok, 4-6 Mei 2015 Menulis Feature untuk Keberagaman Ilham Khoiri Wartawan Kompas, Pengajar Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Multimedia Nusantara (UMN)

Upload: serikat-jurnalis-untuk-keberagaman-sejuk

Post on 13-Apr-2017

309 views

Category:

News & Politics


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Menulis Feature

Workshop Jurnalis Kampus “Meliput Isu Keberagaman”

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)Lombok, 4-6 Mei 2015

Menulis Feature untuk Keberagaman

Ilham KhoiriWartawan Kompas, Pengajar Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Multimedia Nusantara (UMN)

Page 2: Teknik Menulis Feature

Keberagaman

Page 3: Teknik Menulis Feature

Agama sebagai ajaran mulia

Pada dasarnya semua agama membawa ajaran yang baik. Ada misi profetik (kenabian): membebaskan manusia dari kegelapan, dan membawa manusia menuju terang peradaban.

Karena itu, agama selalu diturunkan di tengah masyarakat yang mundur (jahiliyah, bodoh) agar menjadi sarana pencerdasan publik.

Semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan: cinta, kasih-sayang, perdamaian, toleransi antarsesama manusia.

Page 4: Teknik Menulis Feature

Ka’bah di Mekkah, Arab Saudi

Page 5: Teknik Menulis Feature

Islam dari kata “aslama, yuslimu, islaaman” dari akar kata “salam” yang berarti: damai

Sapaan “Assalamu ‘alaikum”: keselamatan bagi anda sekalian

Piagam Madinah: Nabi Muhammad menjamin keamanan dan kedamaian bukan hanya untuk orang Muslim, tetapi juga untuk semua kelompok, seperti Yahudi, Nasrani, suku-suku, Anshor, dan Muhajirin.

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Islam

Page 6: Teknik Menulis Feature

Islam

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujuraat [49]:13).

Para ulama menekankan: Islam itu didatangkan sebagai “rahmatan lil alamin”, rahmat bagi seluruh alam semesta.

Page 7: Teknik Menulis Feature

Jesus, lukisan Salvador Dali

Page 8: Teknik Menulis Feature

The Last Supper, Leonardo da Vinci

Page 9: Teknik Menulis Feature

Kristen (Protestan) dan Katolik

Matius 5:39: Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Matius 5: 44: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Matius 22: 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Page 10: Teknik Menulis Feature

Sang Buddha bermeditasi

Page 11: Teknik Menulis Feature

Buddha

Dalam Dhammapada, Buddha bersabda:,“Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain, akan merasakan kedamaian.”

“Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi, seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja, yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi.”

Empat faktor manusia: Metta (cinta), Karuna (kasih sayang), Mudita (bahagia) dan Upekkha (keseimbangan batin). Jika smeua itu diterapkan dalam masyarakat, akan menciptakan kehidupan damai.

Page 12: Teknik Menulis Feature

Tiga Dewa: Brahma (Sang Pencipta), Wisnu (Sang Pemelihara), Shiwa (Sang Pelebur)

Page 13: Teknik Menulis Feature

Hindu

Kitab Suci Weda mengajarkan prinsip “Tat Twam Asi:” antara Anda dan saya adalah sama. Kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Catur Paramitha: ajaran tentang empat perilaku: - Maitri (memandang semua orang sebagai sahabat), - Karuna (mengasihi setiap orang), - Mudita (gembira dan menyenangkan orang lain),

- Upeksa (menghargai orang lain).

Page 14: Teknik Menulis Feature

Kong Hucu

Page 15: Teknik Menulis Feature

Konghucu

Dalam bahasa China, Kong Fu Tze atau Konfusius berasal dari “Ru Jiao,” yang berarti: agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur.

Ada ajaran tentang “Wen”, berati damai, atau kehidupan yang tentram, jauh dari perang.

Murid Kong Fu Tz, Xun Zi (326-233 SM): masyarakat ditata dengan dasar moral, cinta kasih dan keadilan. Masyarakat wajib menaati tatanan moral yang dijadikan hukum formal. Siapa pun yang melanggar, dijatuhi hukuman.

Page 16: Teknik Menulis Feature

Das Sein vs Das Sollen

Filsafat Jerman mengajarkan pemilahan antara:- Das Sollen: harapan, cita-cita, apa yang seharusnya terjadi.- Das Sein: kenyataan, fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari

Hampir selalu ada jarak antara cita-cita (Das Sollen) dan fakta (Das Sein), antara apa yang seharusnya dan apa senyatanya

Page 17: Teknik Menulis Feature

Agama: antara “Das Sein vs Das Sollen”

Agama sebagai ajaran adalah Das Sollen: cita-cita, apa yang seharusnya terjadi. Agama mengajarkan kedamaian, cinta, kasih sayang, toleransi antarsesama manusia

Agama sebagai fakta sejarah adalah Das Sein: fakta dalam kehidupan nyata . Berlangsung kebencian, kekerasan, bahkan perang atas nama agama.

Semua itu bisa kita buktikan dalam catatan sejarah peradaban manusia.

Page 18: Teknik Menulis Feature

Perang Salib (ilustrasi)

Page 19: Teknik Menulis Feature

Perang Salib (1)

Perang antara kelompok kekuasaan Kristen di Eropa dengan kekuasaan Islam di Timur Tengah dan Eropa pada abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi.

Tentara Kristen menggunakan “Salib” sebagai simbol agama. Tentara Islam dari Turki Utsmani pakai simbol “Bulan Sabit”.

Muncul perdebatan: apakah ini perang agama?

Tidak murni agama karena bermula dari perebutan kekuasan di kawasan Jerussalem (Palestina-Israel sekarang) dan Bizantium (Konstantiopel di Tukri sekarang) untuk kepentingan dominasi politik dan ekonomi. Tapi, mobilisasi serangan menggunakan sentimen agama.

Page 20: Teknik Menulis Feature

Perang Salib (ilustrasi)

Page 21: Teknik Menulis Feature

Perang Salib (2)

Tahun 1099, tentara Kristen merebut Yerusalem (Baitul Maqdis). Dome of the Rock disulap jadi gereja, sementara Masjid al-Aqsha dijadikan kantor pusat Knight Templar’s (Ksatria Biarawan). Tahun 1187, Sholahudin al-Ayubi merebut kembali Jerussalem. Kaisar Jerman Freidrich II menguasai Jerussalem, tapi 10 tahun kemudian diambil alih tentara Muslim.

Perang berkecamuk dengan wilayah meluas dan berlangsung dalam tujuh gelombang.

Ada keterlibatan Gereja Katolik dan kekhalifahan Islam di Turki Usmani.

Page 22: Teknik Menulis Feature

Perang Salib (ilustrasi)

Page 23: Teknik Menulis Feature

Perang Salib (3)

Perang baru benar-benar berakhir pada abad ke-16 M, ketika Eropa mengalami masa Renaissance (pencerahan) dan mulai membebaskan diri dari dominasi gereja, dan bersikap lebih rasional.

Descrates: cogito ergo sum, aku berpikir, maka aku ada.

Efek Perang Salib: menimbulkan kerusakan hebat, baik di kalangan Muslim maupun Kristen.

Perang ini menjadi latar belakang konflik “laten” pertarungan antara Palestina versus Israel, sampai sekarang.

Page 24: Teknik Menulis Feature

Bagaimana dengan Indonesia?

Page 25: Teknik Menulis Feature

Konflik Agama di Indonesia

Konflik dengan latar belakang gesekan kelompok umat beragama sudah lama terjadi di Indonesia.

Pada masa Orde Lama, bangsa ini teralu sibuk dengan perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara. Tapi, benih konflik mulai muncu. Salah satunya, pemberontakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) pimpinan SM Kartusoewirjo (tahun 1949).

Pada masa Orde Baru, konflik agama sempat meletup, tapi ditutup rapat oleh rezim otoriter pemerintahan Presiden Soeharto.

Page 26: Teknik Menulis Feature

Refromasi 1998: mahasiswa menduduki gedung MPR

Page 27: Teknik Menulis Feature

Konflik Agama setelah Reformasi 1998

Konflik agama mencuat, terutama setelah Refomasi 1998. Reformasi mendorong keterbukaan demokrasi, kekebasan berekspresi bagi semua kelompok, termasuk kelompok keagamaan radikal.

Indonesia rentan perpecahan, meletup gejolak di daerah-daerah.

Beberapa contoh: - Konflik Poso, Sulawesi Tengah- Konflik Ambon, Maluku - Serangan terhadap kelompok Ahmadiyah- Serangan terhadap kelompok Syiah- Kasus-kasus lain

Page 28: Teknik Menulis Feature

Konflik Poso tahun 1998

Page 29: Teknik Menulis Feature

Konflik Poso

Meletup sejak Desember 1998, berlanjut sampai tahun 2000.

Dipicu oleh pertikaian pemuda Kristen dan Muslim, juga perebutan jabatan politik bupati-wakil bupati, yang kemudian melebar menjadi “perang agama”.

Korban berjatuhan dari kedua belah pihak, jumlahnya ribuan. Kondisi makin runyam, saat aparat keamanan (kepolisian dan tentara) sulit bersikap netral, bahkan ada oknum-oknum yang ikut bermain.

Konflik mereda dengan Perjanjian Malino I, 20 Desember 2001.

Page 30: Teknik Menulis Feature

Konflik Ambon, Maluku, tahun 2000

Page 31: Teknik Menulis Feature

Konflik Ambon

Bermula Januari 1999. Dipantik oleh pertikaian pemuda Muslim dan Kristen, perkelahian menjadi massal dengan melibatkan perkampungan Islam dan Kristen. Massa dimobilisasi dengan sentimen “perang agama.” Kedua belah membuat milisi (kombatan), saling serang, membakar kampung, menjarah, bahkan membunuh. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak, diperkirakan sekitar 8.000 jiwa.

Konflik didamaikan lewat Perjanjian Malino II, 12 Februari 2002.

Page 32: Teknik Menulis Feature

Pengungsi Ahmadiyah di Transito, Mataram, NTB (sudah tujuh tahun)

Page 33: Teknik Menulis Feature

Serangan terhadap Ahmadiyah di NTB

Warga Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat (NTB) tinggal di Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Kota Mataram. Mereka diserang sejak Oktober 1998, Juni 2001, Septmber 2003, dan Oktober 2005.

Rentetan serangan mengakibatkan 9 orang tewas, 8 orang terluka, 9 orang alami gangguan jiwa, 379 terusir dari kampung halaman, 9 orang dipaksa bercerai, 3 perempuan keguguran, 61 siswa putus sekolah, 45 orang sulit dapat KTP.

Mereka mengungsi di Transito, Mataram, NTB. Hingga kini, 8 tahun, sebanyak 187 pengungsi bertahan di dengan nasib tak menentu.

Page 34: Teknik Menulis Feature

Serangan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, tahun 2011

Page 35: Teknik Menulis Feature

Serangan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik

Sekitar 1.000 orang menyerang kelompok Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, 6 Februari 2011. Serangan sekitar pukul 10.00 WIB, dan baru dapat diredam sekitar pukul 12.30 WIB.

Serangan menewaskan 3 orang jemaat Ahmadiyah, merusak rumah, mobil, dan motor. Pembunuhan terjadi di depan sejumlah polisi.

Komnas HAM: intel kepolisian sudah mendeteksi gejala serangan dua hari sebelumnya, tetapi tidak serius mencegahnya. Massa menggunakan tanda pita sehingga disimpulkan ada kelompok yang mengorganisirnya.

Page 36: Teknik Menulis Feature

Pengungsi Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur, tahun 2012

Page 37: Teknik Menulis Feature

Serangan terhadap Syiah di Sampang

Kelompok Syiah hidup di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, dan Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang, Sampang, Madura, Jawa Timur. Mereka beberapa kali diserang. Terakhir, 26 Agustus 2012.

Kekerasan itu menewaskan satu orang, melikai 10 orang, dan 46 rumah terbakar.

Kelompok Syiah di GOR Sampang, kemudian dipindahkan ke Rusun Jemundo, Sidoarjo, Jawa Timur. 73 keluarga (173 jiwa) bertahan di pengungsian selama dua tahun lebih, tetapi nasibnya menggantung.

Page 38: Teknik Menulis Feature

Pengungsi Syiah saat “gowes kemanusiaan” dari Surabaya ke Jakarta, tahun 2013

Mereka sempat diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di rumahnya di Cikeas, Juli 2013, dan dijanjikan dipulangkan ke kampung halaman.

“Pak SBY bilang, insya Allah, bapak-bapak akan kembali ke kampung lebaran nanti,” kata pengungsi menirukan pesan presiden. Nyatanya, sampai kini, mereka masih menjadi pengungsi.

Page 39: Teknik Menulis Feature

Ibadah dan unjuk rasa di depan Istana Negara di Jakarta, tiap hari Minggu

Page 40: Teknik Menulis Feature

Kasus-kasus lain

- Penyegelan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin di Bogor, Jawa Barat (berlangsung lima tahun),

- Hambatan untuk izin pendirian masjid di Baluplat, Nusa Tenggara Timur (NTT) (tiga tahun).

- Penyegelan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia di Bekasi (dua tahun).

Page 41: Teknik Menulis Feature

Catatan pelanggaran kebebasan beragama:

Laporan The Wahid Institute: Ada 121 peristiwa pada tahun 2009. Jumlah ini meningkat jadi 184 peristiwa tahun 2010, 267 peristiwa (2011), dan 278 peristiwa (2012). Tahun 2013, jumlahnya sedikit menurun jadi 245 peristiwa, tetapi kasusnya kian menyebar.

Masih marak tindakan intoleransi, baik oleh aparat negara atau kelompok masyarakat, dan kian menyebar di sejumlah provinsi.

Bentuknya bermacam-macam: pelarangan rumah ibadah, kriminalisasi dan diskriminasi atas nama agama, serangan, dan pelarangan aliran yang diduga sesat.

Page 42: Teknik Menulis Feature

Kenapa masih terjadi konflik agama? (1)

Negara belum sungguh-sungguh menjalankan konstitusi, yaitu UUD 1945 yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi setiap warga.

Alih-alih mencegah kekerasan, negara—yang diwakili aparat kepolisian di lapangan—justru kerap membiarkan konflik.

Dalam beberapa kasus, sikap pasif aparat bahkan turut menjadikan konflik lebih parah.

Page 43: Teknik Menulis Feature

Kenapa masih terjadi konflik agama? (2)

Di ranah hukum di pengadilan, para hakim masih enggan menjatuhkan hukuman berat terhadap pelaku kekerasan terhadap minoritas. Para jaksa dan hakim masih tertekan oleh intimidasi kelompok mayoritas.

Sebagian korban justru dikorbankan lagi dengan dijerat pasat penodaan agama dan dijatuhi hukuman penjara.

Pengadilan jadi sarana untuk mengintimidasi dan menebarkan kebencian.

Page 44: Teknik Menulis Feature

Kenapa masih terjadi konflik agama? (3)

Pejabat negara yang berwenang menangani konflik justru sering memihak mayoritas dan menyudutkan minoritas.

Sebagian kepala daerah lebih mengutamakan kepentingan dukungan politik dari mayoritas ketimbang melindungi semua masyarakat.

Situasi ini kian memberikan angin segar bagi kelompok-kelompok intoleran untuk bersuara lebih vokal, dan tak segan melancarkan serangan terhadap kelompok minoritas yang berbeda pandangan.

Page 45: Teknik Menulis Feature

Bagaimana media meliput konflik agama?

Apa saja tantangannya?

Bagaimana menjawab tantangan itu?

Perspektif apa yang perlu dikembangkan?

Modal apa saja yang harus dimiliki jurnalis?