tek apr 2012 v6

Upload: fantau

Post on 05-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    1/20

    INJ

    ME

    UA

    Perk

    Menu

    ebijak

    DORO

    MEN

    NE

    embang

    u Pendi

    n Peng

    NG PE

    INGKA

    ON

    an Pend

    dikan y

    ndalian

    DIDIK

    TKAN

    MIMen

    idikan P

    ng Berk

    Subsidi

    N YA

    ERTU

    DAinergik

    Kementer

    rovinsi

    ualitas

    BBM: A

    G BER

    BUHA

    KEn Pemb

    ian Koordin

    I Yogy

    an Terj

    a dan

    KUALI

    N EKO

    I

    UAanguna

    Nomor

    tor Bidang

    karta

    ngkau

    engapa

    AS U

    OMI

    SSN 2088-3

    GAEkono

    Volum

    4 April 2

    erekonomi

    ?

    TUK

    153

    i

    2

    12

    n

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    2/20

    KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

    TINJAUANEKONOMIDANKEUANGAN

    VOLUME 2 NOMOR 4 APRIL 2012

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap

    perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

    REDAKSI

    Pembina

    Menteri Koordinator Bidang

    Perekonomian

    Pengarah

    Sekretaris Kementerian

    Koordinator Bidang

    Perekonomian

    Deputi Ekonomi Makro dan

    Keuangan

    Koordinator

    Bobby H. Rafinus

    Kontributor Tetap

    Edi Prio Pambudi

    M. Edy Yusuf

    Mamay Sukaesih

    Tri Kurnia Ayu

    Rista Amallia

    Windy Pradipta

    Arin Puspa Nugrahani

    Ruth Nikijuluw

    Ahmad Fikri Aulia

    Alexcius Winang

    Komite Kebijakan KUR

    Kontributor Edisi Ini

    Tim Pemantauan dan

    Pengendalian Inflasi

    Universitas Gajah Mada Beberapa Sekolah SD,SMP,

    SMA di Provinsi Yogyakarta

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    dapat didownload pada website

    www.ekon.go.id

    Editorial 1

    Rubrik Agenda Koordinasi

    Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM: Apa dan Mengapa? 2

    Rubrik Ekonomi Makro

    Surplus Perdagangan Indonesia Menciut 3

    Perkembangan Inflasi 4

    Rubrik Ekonomi Internasional

    Potensi Kenaikan Harga Minyak Dunia 5

    Rubrik Keuangan

    Antisipasi Kebijakan Moneter Terhadap Tekanan Inflasi Terkait

    Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM 6

    Rubrik APBN Pengarusutamaan Pendidikan Dalam Anggaran Negara 7

    Rubrik Kebijakan dan Regulasi Ekonomi Menuju Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau 8 Sistem Pendidikan Sebagai Motor Pertumbuhan

    Ekonomi Inklusif 9 Kebijakan Penyediaan Infrasruktur di Indonesia 10

    Rubrik Utama Perkembangan Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta 11

    Pendidikan Berkualitas Harus Mahal Atau Bantuan Pendidikanyang Tidak Efektif? 12

    Rubrik Penyaluran KUR Realisasi Penyaluran KUR Maret 2012 15

    Rubrik Ekonomi Daerah Perkembangan Ekonomi Daerah Triwulan I-2012 16

    DAFTAR ISI

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    3/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 1

    EDITORIAL

    Dua pertanyaan ada dibenak kita:

    (1) Seperti apakah pendidikan yang

    dapat mendorong pertumbuhan

    ekonomi suatu bangsa? dan (2)

    Benarkah tingkat pendidikan akan

    menjamin tingkat kesejahteraan

    yang lebih baik? Kausalitas antara

    pendidikan dan pertumbuhan

    ekonomi dijelaskan dalam banyak

    versi. Salah satu versi menjelaskan

    keterkaitan itu dengan melihat

    seberapa besar tingkat

    produktivitas dan efektivitas yang

    mampu dihasilkan oleh tenaga

    kerja berpendidikan, sehingga

    tenaga kerja itu memperoleh

    tingkat pendapatan yang lebih

    tinggi dari sesama yang kurang

    berpendidikan.

    Faktanya, output pertumbuhan

    ekonomi dari tenaga kerja

    berpendidikan bervariasi. Robert

    Solow (1956) memenangi nobel

    ekonomi ketika membangun

    model pertumbuhan ekonomi

    dengan mengelaborasi the

    effectiveness of labor, sayangnya

    model itu tidak secara khusus

    mengidentifikasi bagaimana format

    tenaga kerja yang efektif:Indikator Ekonomi

    Indikator Mar2012Feb2012 Indikator

    Feb2012

    an2012

    Inflasi (% yoy) 3,97% 3,56% Utang Pemerintah* (USD milyar) 203,08 204,15

    Indeks Harga Saham Gabungan 4.121,55 3.985,21 Ekspor (USD miliar) 15,6 15,5

    Harga Minyak ICP (USD per barel) 128,14 122,17 Impor (USD miliar) 15,0 14,6

    Indeks Harga Perdagangan Besar 188.54 187,77 Wisatawan Mancanegara (ribu orang) 592,5 652,7

    Cadangan Devisa* (USD milyar) 110,49 112,22 Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) 12,02 12,14

    Nilai Tukar Petani 104,68 105,10 Belanja Negara APBN 2012 (Rp. Tr)* 1.435,4

    Nilai Tukar (Rp/USD) 9.180 9.085 Pendapatan Negara dan Hibah APBN 2012 (Rp. Tr)* 1.311,4

    Pertumbuhan Ekonomi 2011 (%) 6,50 Tingkat Kemiskinan (Sept, 2011) (%) 12,36%Tingkat Pengangguran (Aug. 2011) (%) 6,56 Neraca Keseluruhan NPI 2011 (USD miliar) 11,9

    *kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia

    berpendidikan atau

    berketrampilan. Versi lain melihat

    peran pendidikan memang melecut

    pembangunan ekonomi dikaitkan

    dengan penguasaan teknologi

    karena terjadi akumulasi

    pengetahuan melalui research and

    development (R&D), dikembangkan

    oleh Romer (1990) dan melalui

    learning by doing,menurut Arrow

    (1962).

    Lebih terang versi lain menyebutbahwa kemampuan inovasi berhasil

    mendorong pertumbuhan

    ekonomi ke level lebih tinggi

    dibandingkan dengan investasi

    kapital dan teknologi saja. Tidak

    mudah mendeskripsikan

    pendidikan berbasis inovasi karena

    inovasi lebih perwujudan dari

    anugerah Tuhan. Banyak inovator

    yang justru tidak lagi betah di jalur

    pendidikan formal dan lebih

    memilih mengembangkan diri

    dengan cara-cara yang kreatif.

    Banyak inovator seperti Steve

    Jobs, Mark Zuckerberg, Bill Gates

    yang memilih keluar dari sekolah

    dan berhasil membangun imperium

    bisnis raksasa karena inovasi.

    Sementara, gaya pendidikan

    konservatif dan hanya berorientasi

    pada nilai akhir justru tidak banyak

    memberi pengaruh pada

    pembentukan manusia yang

    inovatif.

    Menyadari begitu besar kekuatan

    inovasi mengubah kehidupan

    manusia, sudah waktunya

    mengubah pendidikan bermutu

    yang lebih mengasah kreativitas

    dengan muatan keterampilankognitif atau pemahaman daripada

    hafalan. Pertumbuhan ekonomi

    yang yang tinggi hanya dapat

    dicapai dengan cara-cara out of

    the box dan ini memerlukan

    sumber daya manusia yang berpikir

    rasional, logis serta mampu

    berkreasi. Oleh karena itu, sistem

    pendidikan bermutu bagi

    pertumbuhan ekonomi yang tinggi

    adalah sebuah manufaktur manusia

    yang berpikir kreatif dan inovatif.

    (EP2)

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    4/20

    2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    Rubrik Agenda Koordinasi

    Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM 2012: Apa dan Mengapa?

    Harga jual premium dan solar saat

    ini Rp. 4.500 per liter, jauh lebihrendah daripada harga pokoknya.

    Pemerintah harus menambal

    kekurangan itu dengan subsidi dari

    APBN. Memasuki tahun 2012, harga

    minyak dunia dan konsumsi minyak

    dalam negeri semakin melonjak

    tinggi yang membuat subsidi BBM

    semakin membengkak.

    Sejak awal tahun 2012, harga

    minyak dunia meningkat tajam.

    Harga minyak mentah Indonesia

    (ICP) pada Maret 2012 mencapai

    sebesar US$ 128,14/barel

    sedangkan asumsi dalam APBN

    2012 sebesar US$ 90/barel.

    Sementara konsumsi solar dan

    premium juga meningkat dari 35,8

    juta kilo liter pada 2010 menjadi

    38,5 juta kilo liter pada 2011.

    Menanggapi peningkatan tajam harga

    minyak dunia dan upaya untuk

    mengelola APBN yang lebih

    berpihak pada rakyat miskin, lebih

    hemat dan ramah lingkungan,

    pemerintah mempercepat

    penyampaian Rancangan APBN-P

    tahun 2012 pada awal bulan Maret,

    lebih awal dari jadwal biasanya

    antara bulan Juli dan Agustus.Setelah proses pembahasan selama

    satu bulan, APBN-P disahkan oleh

    DPR pada tanggal 1 April 2012.

    APBN-Perubahan membolehkan

    pemerintah untuk menaikkan harga

    bahan bakar minyak (BBM)

    bersubsidi jika rata-rata harga

    minyak mentah Indonesia (ICP)

    lebih tinggi 15% dari asumsi APBN-

    P sebesar US$ 105/barel selamaenam bulan atau melampaui US$

    120,75/barel.

    Hal ini berbeda dengan usulan

    Pemerintah untuk menaikkan hargaBBM bersubsidi sebesar Rp. 1.500

    pada awal April 2012.

    Penundaan kenaikan harga BBM

    bersubsidi berdampak pada

    melebarnya defisit APBN karena

    mengakibatkan pembengkakan

    subsidi Rp 5 triliun per bulan.PadaAPBN-P 2012 yang telah disetujui

    Pemerintah dan DPR, defisit

    anggaran meningkat dari Rp.124,02

    triliun (1,53% dari PDB) menjadi

    Rp190,1 triliun (2,23% dari PDB).

    Bank Dunia memperkirakan defisit

    anggaran bisa melewati 3,1% dari

    PDB jika harga BBM bersubsidi

    tidak dinaikkan selama tahun 2012.

    Peningkatan defisit pada APBN-P

    2012 akan menjadikan postur APBN

    tidak sehat dan menghambatpertumbuhan ekonomi. Alokasi

    belanja subsidi energi akan lebih

    besar dibandingkan dengan alokasi

    belanja modal dan infrastruktur

    serta alokasi untuk masyarakat

    miskin. Ironisnya subsidi BBM justru

    lebih membantu warga kelompok

    menengah-atas yang sudah

    berkecukupan. Mereka lebih

    menikmati subsidi karena memilikimobil pribadi. Data hasil Susenas

    2010 oleh BPS menunjukkan

    secara rata-rata rumah tangga

    kaya menikmati subsidi bensin 10

    kali lipat lebih besar daripada

    rumah tangga miskin.

    Setelah rencana kenaikan harga

    BBM bersubsidi batal naik pada awal

    April 2012, Pemerintah berencana

    akan menerapkan pembatasan BBM

    bersubsidi untuk menyelamatkan

    defisit anggaran. Mulai Mei 2012,

    rencana kebijakan pembatasan BBMdilakukan yang dimulai dari mobil

    dinas pemerintah. Aturan

    pembatasan BBM bersubsidi bagi

    mobil dinas pemerintah

    diperkirakan akan keluar pada akhir

    April 2012 ini. Saat ini, persiapan

    pembatasan BBM sedang dilakukan

    baik dari sisi payung hukum, sasaran

    kebijakan, infrastruktur, dan sistem

    pengawasan serta antisipasiterhadap potensi konflik di SPBU.

    Proses pembatasan akan dimulai

    dari sejumlah daerah di Jakarta,

    Bogor, Depok, Tangerang dan

    Bekasi (Jabodetabek) terlebih

    dahulu. Kemudian Jawa-Bali yang

    telah tersedia BBM non subsidi.

    Setelah itu, pembatasan subsidi BBM

    diterapkan untuk mobil pelat hitamdengan kapasitas mesin tertentu.

    Dalam APBN-P 2012, kuota BBM

    bersubsidi ditetapkan sebesar 40

    juta kilo liter. Sementara realisasi

    penggunaan BBM rata-rata per hari

    hingga Maret 2012 mencapai 108%

    dari kuota. Apabila tidak ada upaya

    pengendalian konsumsi BBM

    bersubsidi, kelebihan tersebut bisamencapai 8% - 10% dari kuota

    dalam APBN-P 2012 (sekitar 43 -

    44 juta kilo liter) seiring dengan

    pertumbuhan jumlah kendaraan

    bermotor. (MS)

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    5/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 3

    Rubrik Ekonomi Makro

    Dalam enam bulan berturut-turut

    sejak September 2011,

    pertumbuhan impor IndonesiaFebruari 2012, meningkat melebihi

    pertumbuhan ekspornya. Selama

    Januari hingga Februari 2012,

    pertumbuhan impor mencapai

    21,4% (yoy), kontras dengan ekspor

    yang hanya tumbuh 7,6% (yoy).

    Kondisi ini membuat surplus

    perdagangan Indonesia tergerus.

    Secara nominal, pada Februari 2012,

    realisasi ekspor sebesar USD 15,6miliar dan impor sebesar USD 14,9

    miliar menghasilkan surplus

    perdagangan sebesar USD 693 juta.

    Surplus perdagangan ini hanya 26%

    dibandingkan surplus perdagangan

    Februari tahun lalu.

    Selama Januari -Februari 2012,

    ekspor industri Indonesia yang

    berkontribusi sebesar 60,3% daritotal ekspor hanya tumbuh 3,3%

    (yoy) atau sebesar USD 18,8 miliar.

    Pertumbuhan periode ini jauh lebih

    rendah dibandingkan pertumbuhan

    ekspor industri tahun lalu yang

    tumbuh sebesar 36,1% (yoy). Tidak

    hanya di industri, pertumbuhan

    ekspor pertanian serta

    pertambangan dan lainnya hanya

    tumbuh 2,8% dan 7,2% (yoy)dibandingkan pertumbuhan tahun

    sebelumnya yang mencapai 20,1%

    dan 14,8% (yoy). Kondisi ini nyata

    menunjukkan efek kondisi global

    pada perlambatan pertumbuhan

    ekspor Indonesia. Perlu mewaspadai

    ketidakpastian permintaan

    internasional yang berimbas ke

    ekspor industri mengingat kinerja

    sektor industri sangat penting bagi

    pertumbuhan ekonomi Indonesia

    Surplus Perdagangan Indonesia Menciut

    karena memberi kontribusi sekitar

    25% pada perekonomian nasional.

    Ketidakpastian permintaan global

    membuat harga referensi beberapa

    komoditas ekspor utama Indonesia

    mengalami kenaikan. Sebagai respon

    hal tersebut, Pemerintah

    menyesuaikan harga patokan

    komoditas ekspor yang dikenakan

    bea keluar, salah satunya komoditas

    CPO. Bea keluar CPO pada

    Februari 2012 ditetapkan naik

    menjadi 16.5% lebih tinggi daripada

    bulan sebelumnya yaitu sebesar

    15%. Namun, akibat kenaikan harga

    patokan, ekspor CPO Februari

    2012 malah menurun dibandingkan

    bulan sebelumnya. Penurunan

    ekspor CPO ini berimbas pada

    turunnya ekspor kelompok

    komoditas lemak dan minyak hewan

    nabati sebesar USD 547,3 juta padaFebruari 2012.

    Impor barang modal selama Januari

    hingga Februari 2012 tumbuh lebih

    tinggi dibandingkan dengan

    pertumbuhan impor barang

    konsumsi dan bahan baku penolong.

    Kondisi ini berbeda dengan tahun

    2011 dimana impor

    Sedangkan impor barang konsumsi

    dan bahan baku penolong, untuk

    periode yang sama, hanya tumbuh16,8% dan 17,3% (yoy) lebih rendah

    dibandingkan pertumbuhan pada

    periode yang sama tahun 2011

    masing-masing 47,8% dan 31,5%

    (yoy). Secara keseluruhan, meskipun

    pertumbuhan impor lebih tinggi

    dibandingkan pertumbuhan ekspor,

    impor terbesar berasal dari

    komoditas bahan baku penolong

    (72,2%) untuk kebutuhan industri.

    Untuk mengangkat kinerja ekspor,

    Pemerintah perlu terus

    mengupayakan diferensiasi produk

    dan pasar tujuan ekspor. Selain itu,

    depresiasi nilai tukar rupiah

    terhadap dolar sejak pertengahan

    Februari 2012 harus tetap terjaga

    agar dapat meningkatkan daya saing

    produk ekspor Indonesia. Dengan

    langkah ini, pertumbuhan ekspor

    pada periode selanjutnya

    dimungkinkan dapat meningkat

    untuk mengantisipasi

    kecenderungan pertumbuhan impor

    lebih tinggi daripada pertumbuhan

    ekspor yang berlangsung sejak

    September 2011. (TKA)barang konsumsi

    memiliki

    pertumbuhan paling

    tinggi. Hingga

    Februari 2012, impor

    barang modal

    tumbuh 41,2% (yoy)

    lebih tinggi

    dibandingkan

    pertumbuhan tahun

    sebelumnya yang

    hanya tumbuh 14,7%

    (yoy).

    Perkembangan Ekspor Impor 1

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    6/20

    4 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    Rubrik Ekonomi Makro

    Perkembangan Inflasi Maret 2012

    Berbeda dari dua tahun

    sebelumnya yang mengalami deflasi,

    IHK Maret 2012 mencatat inflasi

    dan bahkan meningkat dari bulan

    sebelumnya. Inflasi IHK Maret

    2012 tercatat sebesar 0,07%

    (mtm) atau 3,97% (yoy),

    disebabkan kenaikan harga bumbu

    dan penurunan harga beras yang

    terbatas.

    Komponen volatile foodmencatatdeflasi sebesar -0,41% (mtm) pada

    Maret 2012 jauh lebih kecil

    dibandingkan periode yang sama di

    dua tahun sebelumnya (-1,14%

    pada Maret 2010 dan -2,28% pada

    Maret 2011). Hal tersebut terutama

    karena tertahannya koreksi harga

    beras sebagai dampak kenaikan

    HPP beras yang sebesar 30%,

    kendala penurunan produksi pada

    komoditas aneka bumbu dan

    peningkatan ekspektasi inflasi terkait

    rencana kenaikan harga BBM

    bersubsidi.

    Realisasi inflasi inti (core inflation)

    menjadi 4,25% (yoy) sedikit

    melambat dari bulan sebelumnya

    4,30% (yoy) terutama terjadi pada

    kelompoknon-tradable. Indikasi

    perlambatan permintaan tercermin

    dari inflasi durable goods seperti

    barang-barang tertier (elektronik

    dan perlengkapan rumah tangga),bahan bangunan dan sektor jasa-

    jasa yang cenderung menurun.

    Ekspektasi inflasi mulai meningkat

    seiring munculnya rencana

    kenaikan harga BBM bersubsidi.

    Dampak peningkatan ekspektasi

    inflasi tercermin pada

    perkembangan harga beberapa

    komoditas yang merupakan

    kebutuhan pokok, seperti gula

    pasir. Dari sisi eksternal, harga

    global masih terpengaruh oleh

    Perkembangan Inflasi 2

    gejolak ekonomi eksternal dan

    cenderung berada di level yang

    tinggi.Inflasi kelompokadministered prices

    sedikit meningkat menjadi 0,24%

    (mtm) atau 2,92% (yoy). Hal

    tersebut disebabkan oleh masih

    berlanjutnya dampak kenaikan

    cukai rokok.

    Ke depan, faktor risiko tekananinflasi relatif meningkat sejalan

    dengan adanya UU APBN-P 2012

    yang membuka peluang

    penyesuaian harga BBM

    bersubsidi dan penundaan

    implementasi UU Hortikultura

    pada Juni 2012.

    Mencermati kecenderungan

    ekspektasi inflasi yang mulaimeningkat, Bank Indonesia dan

    Pemerintah baik di tingkat pusat

    dan daerah melalui forum TPI

    dan TPID perlu segera

    memperkuat komunikasi kebijakan

    untuk meredam eskalasi ekspektasi

    inflasi. Langkah tersebut dibarengi

    upaya menjamin ketersediaan

    pasokan serta pengawasan

    terhadap distribusi BBMbersubsidi mengingat disparitas

    harga yang semakin melebar

    mendorong meningkatnya berbagai

    tindakan penyalahgunaan atau

    penyelundupan yang pada

    gilirannya dapat mengganggu

    stabilitas harga. (MS)

    Referensi: Analisis Inflasi, Tim Pemantauan dan

    Pengendalian Inflasi

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    7/20

    Rubrik Ekonomi Internasional

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 5

    Potensi Kenaikan Harga Minyak Dunia

    Tren harga minyak dunia, seperti

    minyak brent UK secara rata-rata

    telah menembus level 102USD/barel dalam kurun waktu April

    2011 hingga Maret 2012. Sementara

    itu, eskalasi ketegangan politik di

    Timur Tengah, Arab Spring, yang

    belum reda hingga kini berpotensi

    mengganggu suplai energi.

    Beberapa kejadian mulai berimbas,

    seperti keputusan Sudan Selatan

    menutup produksi minyak sejak

    awal Februari lalu, kegiatan militerNigeria yang berpotensi

    menurunkan produksi minyak

    Nigeria, serta rencana pemberian

    sangsi ke Iran musim panas ini mulai

    memicu spekulasi penurunan suplai

    minyak Iran dan memperketat

    pasokan minyak dunia. Pasar akan

    semakin rentan terhadap goncangan

    lain di waktu mendatang.

    Gangguan suplai diimbangi dengan

    prospek penurunan permintaan

    minyak sepanjang krisis zona Euro

    belum mereda. Namun,

    pertumbuhan ekonomi yang relatif

    kuat di beberapa negara berpotensi

    meningkatkan intensitas konsumsi

    minyak, sehingga diperkirakan akan

    mendongkrak harga minyak.

    Beberapa riset mulai merespon

    konsekuensi atas kekhawatiran sisi

    suplai dan sisi permintaan, seperti

    yang dilakukan oleh Oxford

    Economics (OE) memprediksi harga

    minyak akan melonjak dalam jangka

    pendek. Minyak mentah Brent

    diprediksi akan mencapai rata-rata

    111,9 USD/ barel di tahun 2012,

    sedikit meningkat dari harga rata-

    rata tahun lalu yang mencapai 111,3

    USD/barel. Minyak mentah WTI

    diprediksi akan berada pada rata-

    rata 102,7 USD/barel tahun ini.

    Potensi lonjakan harga minyak dunia

    berpeluang membalikkan laju inflasi

    yang telah menurun sejakpertengahan 2011 seiring tekanan

    harga minyak dan komoditas yang

    mereda saat itu. OE memperkirakan

    dengan proyeksi baseline, inflasi

    dunia akan tetap berada di kisaran

    2,1-2,6% hingga 3 tahun ke depan.

    Tahun ini laju inflasi dunia

    diperkirakan mencapai 2,6%,

    sedangkan laju inflasi China akan

    mencapai 3,5%. Sementara itu, laju

    inflasi Indonesia diprediksi akan

    tetap berada di kisaran 5-5,5%

    tahun ini tanpa asumsi kebijakan

    terkait subsidi minyak.

    Dalam pertemuan rutin para

    pengamat Ekonometrika bulan April

    ini membedah model-model

    proyeksi inflasi. Model prediksi

    inflasi OE secara umum

    memperhitungkan variabel PDBdeflator, indeks harga produsen,

    biaya tenaga kerja (total earnings),

    dan biaya lain diluar tenaga kerja

    (non labor production cost). Anton

    Hendranata, Ekonom Bank

    Danamon menemukan kelemahan

    model inflasi OE, antara lain model

    tidak secara eksplisit menangkap

    penyebab inflasi dari sisi suplai dan

    sisi permintaan. Di samping itu,model akan mempersulit prediksi

    karena harus mengasumsikan

    pergerakan harga lain ke depan

    seperti PDB deflator dan harga

    produsen. Padahal menurut Anton,

    tren IHK Indonesia tidak selalu

    searah dengan PDB deflator dan

    Indeks Harga Perdagangan Besar

    (WPI). Data jelas menunjukkan

    terkadang IHK berada di atas/

    bawah kedua indeks tersebut.

    Bambang Prijambodo, Staf Ahli

    Bidang Ekonomi dan Pembiayaan

    Pembangunan Bappenas,

    menyatakan bahwa pemilihan

    variabel untuk prediksi inflasi harusdilakukan secara hati-hati.

    Penggunaan PDB deflator dalam

    model OE dapat menimbulkan bias.

    BPS sendiri menghitung adanyagap

    yang besar antara inflasi dan PDB

    deflator. Selain itu, untuk

    mengetahui potensi dampak

    kenaikan harga minyak pada inflasi

    Indonesia, perlu dilihat kembali

    transmisi kenaikan harga minyak

    terhadap inflasi yang pernah terjadi

    di tahun 2005 dan 2008. Sebagai

    contoh, di tahun 2005 terdapat

    beberapa variabel harga yang tidak

    tertangkap oleh model yang

    sebenarnya memberikan multiplier

    effect pada inflasi. Pembentukan

    ekspektasi inflasi juga merupakan

    hal penting. Untuk itu, kredibilitas

    kebijakan Pemerintah dan Bank

    Indonesia perlu terus dijaga.

    Hingga kini, standar perhitungan

    IHK di Indonesia masih didasarkan

    hasil SBH 2007 dengan metode

    Modified Laspeyers, dimana harga

    dihitung secara berjalan. Menurut

    Yunita Rusanti, Kasubdit Statitsik

    Harga Konsumen BPS, ada wacana

    untuk mengembangkan metode

    Fischer Effect yang merupakanperkalian antara metode

    perhitungan Pasche dan Laspeyers.

    Namun, kehati-hatian sistem politik

    sangat mempengaruhi dan jika

    dilakukan survei secara menyeluruh

    akan membutuhkan biaya besar.

    Mayoritas negara masih

    menggunakan metode Modified

    Laspeyers untuk perhitungan inflasi.

    Hanya beberapa negara seperti

    China dan Jepang yang telah

    menggunakan metode Fischer.

    (TKA, WP, APN)

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    8/20

    Rubrik Keuangan

    6 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    Antisipasi Kebijakan Moneter Terhadap Tekanan Inflasi Terkait Pengendalian Subsidi BBM

    Bank Indonesia sebagai otoritas

    moneter mewaspadai dampak

    kebijakan pemerintah terkait

    pengendalian subsidi BBM.

    Kebijakan pengendalian subsidi BBM

    diperkirakan akan memberikan

    tekanan inflasi yang temporer. Bank

    Indonesia memperkirakan apabila

    pemerintah membatasi konsumsi

    BBM bersubsidi mobil pribadi di

    Jawa dan Bali untuk cc tertentu,

    akan memberikan peningkatan

    inflasi sebesar 0,3%. Dampak

    peningkatan inflasi tersebut dinilai

    tidak terlalu signifikan jika

    dibandingkan dengan kenaikan BBM

    Rp. 1.500,00 per liter yang

    diperkirakan berdampak terhadap

    kenaikan inflasi sebesar 2,2% dengan

    catatan terdapat kompensasi untuk

    transportasi sebesar 5 triliun rupiah.

    Beberapa upaya untuk menghadapitekanan inflasi temporer yakni

    melalui operasi moneter. Menurut

    Perry Warjiyo, Kepala Departemen

    Riset Ekonomi dan Kebijakan

    Moneter Bank Indonesia,

    berdasarkan pemantauan Bank

    Indonesia terhadap indikator pada

    survei penjualan eceran dari

    pedagang dan survei ekspektasi

    konsumen terdapat indikasi

    peningkatan ekspektasi inflasi. Oleh

    karena itu sejak Bulan Maret 2012,

    Bank Indonesia telah melakukan

    penguatan operasi moneter dalam

    pengendalian likuiditas. Melalui

    penguatan operasi moneter maka

    suku bunga operasi moneter dan

    suku bunga di pasar uang sedikit

    naik, terutama untuk tenor yang

    lebih dari satu hari. Sebagai salah

    satu langkahnya Bank Indonesia

    sejak Bulan Maret 2012 telah

    melakukan pengurangan likuiditas

    sehingga suku bunga untuk tenor

    sembilan bulan di Pasar Uang Antar

    Bank (PUAB) naik dari 3,75%

    menjadi 4%.

    Penguatan operasi moneter dalam

    pengendalian likuiditas merupakan

    sinyal kepada pasar bahwa kenaikan

    BBM beresiko temporer, sehingga

    Bank Sentral cukup merespon

    dengan operasi moneter. Namun

    apabila belum mampu untukmeredam resiko tekanan inflasi,

    Bank Indonesia menyiapkan langkah

    lain yakni pengendalian likuiditas

    secara langsung melalui review Giro

    Wajib Minimum (GWM).

    Peningkatan GWM akan berdampak

    negatif terhadap peningkatan jumlah

    uang beredar, atau dengan kata lain

    mengurangi laju jumlah uang

    beredar yang pada akhirnya akanmengurangi inflasi.

    Pengendalian inflasi melalui

    kebijakan GWM dan operasi

    moneter diharapkan akan saling

    melengkapi untuk mengontrol

    likuiditas. Apabila hanya

    mengandalkan operasi moneter,

    Bank Indonesia khawatir suku bunga

    masih tetap naik. Namun keputusan

    review GWM akan diambil setelahada kepastian dari pemerintah

    terkait pengendalian subsidi BBM.

    Kebijakan kenaikan GWM harus

    secara hati-hati diimplementasikan,

    karena kebijakan ini akan

    meningkatkan resiko likuiditas pada

    bank-bank yang memiliki excess

    reserve (cadangan lebih) yang sangat

    minim. Hal ini dapat mengganggu

    operasional perbankan, karena Bank

    diharuskan menyediakan likuiditas

    segar yang diperoleh dari penjualan

    asset jangka pendek dengan harga

    yang rendah, sehingga

    mengakibatkan biaya tinggi pada

    bank.

    Di lain pihak berdasarkan dari data

    Lembaga Penjamin Simpanan pada

    akhir Maret 2012 DPK perbankan

    sebesar Rp. 2.381,98 triliun,

    bertambah Rp. 70,18 triliun

    dibandingkan bulan sebelumnya.Peningkatan tersebut terjadi di

    semua produk simpanan bank.

    Pertumbuhan tertinggi adalah

    rekening giro, yang bertambah Rp

    33,06 triliun dalam sebulan menjadi

    Rp 667,38 triliun. Selanjutnya

    deposito meningkat dari Rp 31,35

    triliun menjadi Rp 1.321,35 triliun

    sedangkan tabungan dan simpanan

    lainnya masing-masing tumbuh Rp4,78 triliun dan Rp 1,16 triliun. Dari

    sisi nominal, peningkatan paling

    besar terjadi pada segmen di atas

    Rp 5 miliar yang tumbuh 4,70%

    dalam sebulan (mtm) menjadi

    Rp 1.215,94 Triliun. Penurunan

    DPK dalam bentuk giro selama dua

    bulan pertama merupakan tren awal

    tahun, hal ini ditengarai karena

    pemilik giro yang sebagian besar

    perusahaan mencairkan dana untuk

    model kerja, selanjutnya ketika

    proses produksi telah

    mendatangkan hasil simpanan giro

    akan meningkat kembali. Melihat

    kenaikan DPK pada akhir triwulan I,

    diharapkan perbankan masih cukup

    solid apabila kebijakan peningkatan

    GWM diambil guna mengurangi

    tekanan inflasi akibat pengendalian

    subsidi BBM. (AWS)

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    9/20

    Rubrik APBN

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 7

    Pengarusutamaan Pendidikan dalam Anggaran Negara

    Mencerdaskan kehidupan bangsa

    merupakan salah satu tujuan

    nasional yang termaktub dalam

    Pembukaan UUD 1945 alinea

    keempat. Hal inilah yang

    mendorong pemerintah untuk

    menuangkan pendidikan sebagai

    salah satu prioritas pembangunan

    dalam kerangka kebijakan negara.

    Lebih jauh lagi, wujud perhatian

    terhadap bidang pendidikan sebagai

    amanat konstitusi juga tercermin

    dalam amandemen UUD 1945 yangmenyatakan bahwa anggaran

    pendidikan dialokasikan sebesar

    20% dari belanja negara. Secara

    khusus, seperti yang tercantum

    dalam dokumen Rencana Kebijakan

    Pemerintah (RKP) tahun 2012,

    pendidikan menjadi salah satu aspek

    dari sasaran pemerintah tahun ini

    dalam mencapai pelayanan publik

    yang baik, memberdayakan kaumperempuan, penanggulangan

    kemiskinan, mendorong konservasi

    energi, perlindungan anak, dan

    pemantapan karakter bangsa.

    Sejak tahun 2005, alokasi anggaran

    untuk bidang pendidikan memang

    menunjukkan peningkatan secara

    nominal. Berdasarkan persentase,

    sejak tahun 2009 alokasinya sudah

    mencapai rata rata 20% dari total

    belanja negara. Alokasi ini terbagi

    melalui belanja pemerintah pusat

    dan dana transfer ke daerah. Untuk

    alokasi melalui belanja pemerintah

    pusat, sekitar 25% anggaran

    digunakan untuk program program

    utama bantuan sosial pendidikan

    yang terdiri dari program Bantuan

    Operasional Sekolah (BOS) dan

    Beasiswa pendidikan untuk SiswaMiskin (BSM). Selanjutnya untuk

    komponen anggaran pendidikan

    yang ditransfer ke daerah, hampir

    70% dari dana tersebut digunakan

    untuk alokasi tenaga pendidik.

    Besaran Dana Alokasi Khusus

    (DAK) untuk bidang pendidikan

    sendiri walaupun menunjukkan

    peningkatan sekitar 40% dari total

    DAK, namun persentasenya daritotal anggaran pendidikan yang

    disalurkan ke daerah masih relatif

    kecil berkisar di angka kurang dari

    10%.

    Bagaimana implementasi dari

    anggaran pendidikan tersebut? Suatu

    penelitian yang dilakukan oleh

    Kantor Bank Dunia Jakarta

    mungkin dapat mengungkaapkan

    sekelumit fakta. Penelitian yang

    mengambil tema Reaching out to

    the Poor and to the Vulnerable in

    Indonesiaini menunjukkan bahwa

    penyerahan Bantuan Tunai untuk

    Siswa Miskin seringkali terlambat

    sehingga tidak dapat membantu

    transisi siswa ke jenjang yang lebih

    tinggi. Cerminan lainnya ialah hasil

    olah data penelitian ini yang

    menunjukkan bahwa pada tahun2010, lebih dari 80% siswa miskin

    mengalami putus sekolah sebelum

    mencapai kelas 10.

    Era bonus demografi ada di depan

    mata kita. Oleh karena itu, itikad

    baik tidaklah cukup namun tetap

    harus diiringi dengan alokasi dan

    pelaksanaan program yang tepat.

    Jika hal ini dapat dilaksanakan daripusat hingga ke tingkat daerah,

    maka bukan suatu euforia semata

    bila pendidikan menjadi modal

    bangsa dalam mendorong

    pertumbuhan ekonomi yang

    inklusif. (RA dan RN)

    Perkembangan Anggaran Pendidikan 3 Perkembangan Anggaran Pendidikan 4

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    10/20

    Rubrik Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    8 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    Jika menoleh ke belakang,

    pemenuhan kebutuhan pendidikandasar dalam melaksanakan amanat

    konstitusi untuk mencerdaskan

    kehidupan bangsa bukanlah agenda

    pembangunan yang baru. Program

    wajib belajar sembilan tahun telah

    dicanangkan sejak orde baru.

    Bahkan catatan sejarah Indonesia

    menunjukkan kesadaran atas

    pentingnya pendidikan telah muncul

    jauh sebelum era kemerdekaan yang

    diantaranya dipelopori oleh tokoh

    nasional Ki Hadjar Dewantara.

    Lebih jauh lagi, kesadaran atas

    persamaan gender dalam pendidikan

    juga telah lama digaungkan

    diantaranya oleh RA. Kartini.

    Dalam era pembangunan modern,

    pendidikan disadari sebagai salah

    satu bentuk investasi sumber dayamanusia. Oleh karenanya, Indonesia

    ikut mengambil bagian dalam upaya

    pencapaian target pembangunan

    millennium (MDG) yang salah

    satunya pendidikan dasar untuk

    semua pada tahun 2015. Hingga saat

    ini, statistik pendidikan Indonesia

    menunjukkan arah menuju pada

    pencapaian target 2015 (on-track).

    Angka Partisipasi Murni (APM)

    SD/MI termasuk Paket A pada

    tahun 2008/2009 telah mencapai

    95,23 persen. Angka tersebut

    menunjukkan pencapaian lebih tinggi

    dari kawasan Asia Tenggara pada

    periode yang sama sebesar 94

    persen. Lebih jauh lagi, disparitas

    partisipasi pendidikan antar provinsi

    semakin mengecil dengan APMtingkat SD/MI di hampir semua

    provinsi telah mencapai lebihdari

    90,0 persen. Statistik pendidikan

    juga mencerminkan pencapaiantarget persamaan gender yang

    tercermin dari rasio APM

    perempuan terhadap laki-laki pada

    tahun 2009 di sekolah dasar dan

    sekolah menengah masing-masing

    sebesar 99,73 dan101,99.

    Pencapaian sektor pendidikan

    berdasarkan data di atas memang

    menunjukkan prestasi yangmembanggakan. Akan tetapi,

    laporan Bank Dunia Perkembangan

    Triwulan Perekonomian Indonesia:

    Mengarahkan Kembali Belanja

    Publik menyiratkan masih

    banyaknya pekerjaan rumah terkait

    sektor pendidikan. Meskipun angka

    partisipasi pada tingkat pendidikan

    dasar sudah memuaskan, namun

    akses terhadap pendidikan yanglebih tinggi masih tergolong rendah

    khususnya di daerah terpencil.

    Tidak hanya berhenti pada masalah

    kuantitas, kualitas pendidikan di

    Indonesia juga membutuhkan

    perhatian besar. Rasio murid

    terhadap guru di Indonesia pada

    tingkat sekolah dasar 20:1

    merupakan yang terendah di dunia

    yang rata-ratanya sebesar 31:1.

    Terlebih lagi, penambahan jumlah

    guru juga tidak meningkatkan

    kualitas pendidikan. Hal tersebut

    mencerminkan jumlah guru di

    Indonesia yang kurang efisien.

    Rendahnya kualitas pendidikan

    Indonesia juga tercermin dari hasil

    Ujian Kompetensi Awal (UKA) yang

    dilaksanakan pada Februari 2012kepada guru dari tingkat TK hingga

    SMA dengan rata-rata nilai42,25.

    Sejalan dengan hal tersebut, uji

    kompetensi siswa Indonesia jugamenunjukkan hasil yang

    mengecewakan. Kemampuan

    matematika siswa-siswi Indonesia

    usia 15 tahun dalam Programme for

    International Student Assessment

    (PISA) OECD di bawah rata-rata

    negara berkembang lainnya.

    Bercermin dari kenyataan tersebut,

    upaya pemerintah dalam

    menyediakan pendidikan yangberkualitas dan terjangkau untuk

    semua terus dilakukan. Salah satu

    program yang terkait dengan tujuan

    tersebut adalah Bantuan Siswa

    Miskin (BSM). Pada tahun 2010

    tercatat sebanyak 4,5 juta siswa

    miskin memperoleh bantuan dari

    program tersebut. Meskipun saat ini

    program tersebut dinilai belum

    efektif oleh Bank Dunia, namun

    pelaksanaannya akan terus diperluas

    sebagai bagian dari program jaring

    pengaman sosial yang menjangkau

    masyarakat miskin dan rentan.

    Kedepannya, pendidikan masih dan

    terus menjadi agenda penting dalam

    membangun Indonesia. Sebagaimana

    Shubham Chaudhuri, Ekonom Utama

    Bank Dunia untuk Indonesiamenyampaikan pentingnya belanja

    pendidikan yang efektif di samping

    belanja infrastruktur yang efektif dan

    upaya perbaikan iklim bisnis dalam

    mendorong pertumbuhan dan

    pembangunan Indonesia. Dengan

    demikian pengelolaan belanja publik

    sektor pendidikan perlu mulai

    meningkatkan perhatian dari

    peningkatan kuantitas menjadi

    kualitas. (RA)

    Menuju Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    11/20

    Rubrik Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 9

    Sistem Pendidikan Sebagai Motor Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

    Percepatan dan pertumbuhan

    ekonomi yang inklusif menjadi fokuspembangunan pemerintah tahun

    2012. Inklusivitas dianggap sebagai

    unsur penting dalam keberhasilan

    pembangunan. Pada Diskusi

    Ekonomist Talk edisi April di Kantor

    Kemenko Perekonomian, peneliti

    dari FEUI, Ringoringo H. Achmadi

    berpendapat bahwa pertumbuhan

    ekonomi inklusif memerlukan

    pendidikan yang inklusif.

    Pendidikan inklusif sewajarnya dapat

    memberikan akses yang lebih luas

    bagi masyarakat untuk memperoleh

    pendidikan berkualitas, tidak cukup

    hanya pendidikan dasar. Hanushek

    et. al (2007) menyatakan bahwa

    pendidikan harus memberikan

    keterampilan kognitif sehingga

    mampu menunjang pertumbuhanekonomi. Sementara itu, penelitian

    menunjukkan bahwa banyak negara

    berkembang kekurangan tenaga

    kerja dengan keterampilan kognitif.

    Keterampilan kognitif sebagai hasil

    dari mutu pendidikan yang baik,

    sangat ditentukan oleh sistem

    pendidikan yang ada. Pemerintah

    Indonesia telah mulai menetapkanstandar minimal untuk sistem

    pendidikan (UU 20 Tahun 2003)

    guna menjaga mutu pendidikan.

    Pendidikan sebagai sistem harus

    dapat memenuhi standar isi, proses,

    kurikulum, infrastruktur, proses

    pendidikan, penilaian, dan

    kompetensi lulusan.

    Standar proses secara normatifharus dapat berjalan interaktif dan

    memotivasi peserta didik untuk

    berpartisipasi aktif serta

    berkreativitas. Namun, fakta

    menunjukkan tenaga pendidik masih

    cenderung mengajarkan metode

    hafalan. Kita juga melihat bahwa

    jumlah guru di Indonesia yang telah

    disertifikasi masih relatif rendah.

    Dalam kurun waktu 5 tahunterakhir, persentase guru yang

    bersertifikasi baru mencapai 50%

    pada tahun 2012 (Grafik 5).

    Dari segi infrastruktur, setiap

    institusi pendidikan sewajarnya

    memiliki beragam fasilitas yang

    dapat menunjang proses

    pembelajaran. Dalam 5 tahunterakhir, kondisi ruang kelas sebagai

    infrastruktur utama pendidikan

    sudah cukup baik, dimana ruang

    kelas yang kondisinya memenuhi

    standar, selalu diatas 50% (Grafik

    6).

    Sementara itu, standar kompetensi

    yang diharapkan menjadi pedoman

    penentuan kelulusan peserta didik

    juga belum dapat disetarakan

    dengan standar komparasi

    internasional. Bila menggunakan alat

    ukur pembanding kompetensi

    peserta didik antar negara,

    Indonesia masih relatif tertinggal

    dengan negara berpenghasilan

    menengah lainnya1 (World Bank,

    2012).

    Mencermati beberapa poin

    implementasi standar pendidikan di

    atas, maka perlu evaluasi yang lebih

    cermat tentang peningkatan alokasi

    anggaran ke sektor pendidikan yang

    ternyata belum dibarengi dengan

    peningkatan kualitas/kompetensi

    pendidikan. (APN)

    Sertifikasi Guru 5 Kondisi Ruang Kelas (Milik) 61 Pada Programme forInternational StudentAssessment (PISA) OECD)yang menguji sampel murisusia 15 tahun yang cukupmewakili suatu negara,setengah dari siswa-siswiIndonesia hanya berada padaposisi kurang dari tingkat 1dalam bidang matematika(merupakan tingkat palingdasar dari 6 tingkat tertinggi)

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    12/20

    Rubrik Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    10 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    Kebijakan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia

    Indonesia saat ini sedang

    menghadapi tantangan utama di

    sektor infrastruktur. Program

    MP3EI yang dicanangkan pemerintah

    membutuhkan investasi sekitar 400

    Milyar Dolar AS selama 15 tahun

    periode program atau kurang lebih

    sebesar 26 Milyar Dolar AS setiap

    tahunnya. Yang menjadi pertanyaan

    ialah apakah jumlah dana investasi

    yang ditargetkan sudah cukup dan

    darimana sumber dana tersebut.

    Dalam Forum Kajian Pembangunan

    yang bertema Infrastructure Policy in

    Indonesia: Where will the money come

    from?, Peter Mc Cawley sebagai

    narasumber menyampaikan bahwa

    terdapat enam hal utama yang harus

    diperhatikan dalam menyediakan

    infrastruktur, yaitu: pemilihan dan

    persiapan proyek, pembiayaan,

    penentuan harga, tata kelola

    pemerintahan, kebijakan dan

    regulasi serta tantangan perubahan

    iklim.

    Pemilihan proyek prioritas menjadi

    suatu isu yang penting karena

    Indonesia terkadang dihadapkan

    bukan pada kekurangan pendanaan

    melainkan pada kekurangan proyekyang baik (lack of supply in good

    project). Oleh sebab itu,

    pertimbangan pemilihan proyek

    harus dilakukan dengan metode cost

    benefit yang tepat karena proyek

    yang baik akan membantu suatu

    negara dalam membayar kembali

    utang yang digunakan untuk

    membiayai proyek tersebut. Hal ini

    juga berkaitan dengan level investasi

    di bidang infrastruktur yang optimal

    untuk menyokong pertumbuhan

    ekonomi nasional. Risalah dari

    berbagai penelitian mendukung

    bahwa investasi infrastruktur yang

    optimal, baik pembangunan

    infrastruktur baru maupun

    pengelolaan, berada di kisaran 6,5%

    dari PDB suatu negara setiap

    tahunnya. Untuk Indonesia, dengan

    kisaran PDB seperti saat ini, level

    optimal investasi infrastruktur

    berada di kisaran 55 Milyar Dolar

    AS setiap tahunnya. Jumlah ini

    masih berada jauh di atas kebutuhan

    MP3EI yang berada di kisaran 26

    Milyar Dolar AS.

    Pertanyaan berikutnya adalah

    bagaimana cara membiayai investasi

    infrastruktur tersebut? Kapasitas

    APBN tidak terlalu dapat

    mengakomodasi kebutuhan investasi

    infrastruktur karena fiscal gap yang

    sempit. Untuk itu pendanaan swasta

    menjadi salah satu opsi. Namun

    sejarah investasi infrastruktur

    Indonesia tidak cukup baik, sehingga

    pemerintah harus berusaha keras

    menciptakan ikim investasi yang

    kondusif. Opsi pendanaan lainnya

    adalah melalui mekanisme utang

    negara. Saat ini merupakan

    momentum yang tepat untuk

    melakukan pinjaman dalam negeri

    mengingat tingkat imbal balik

    Indonesia masih lebih tinggi

    dibandingkan kawasan.

    Kebijakan harga juga berkaitan erat

    dengan kebutuhan pembiayaan.

    Salah satu opsi pendanaan

    infrastruktur yang telah ditempuh

    oleh negara lain seperti Cina ialah

    membiarkan masyarakat untuk

    membayar sebagian dari biaya

    infrastruktur yang ada. Namun,

    mekanisme ini hanya dapat

    diterapkan jika negara menjamin

    bahwa masyarakat yang membayar

    dijamin mendapatkan akses ke

    infrastruktur dengan kualitas baik.

    Penelitian menyatakan bahwa

    beberapa negara Asia memiliki

    kesulitan dalam penentuan harga

    khususnya dalam melibatkan

    masyarakat untuk membayar

    dikarenakan produk infrastruktur

    yang ada tidak dapat memenuhi

    kebutuhan masyarakat. Penyediaan

    infrastruktur yang baik juga perlu

    didukung dengan adanya peraturan

    yang jelas melalui sosialisasi dan

    penegakan hukum yang ada.

    Pembangunan iklim kompetensiyang sehat antar badan usaha

    penyedia infrastruktur juga perlu

    diupayakan sehingga badan usaha

    terinsentif untuk efisien dan

    bertanggung jawab karena memiliki

    pesaing.

    Pembangunan infrastruktur

    merupakan suatu kebutuhan bagi

    suatu negara berkembang seperti

    Indonesia. Untuk itu, formulasi

    kebijakan yang tepat perlu

    dilakukan. Kunci utama terletak

    pada mempersiapkan proyek

    infrastruktur yang baik dengan

    mempertimbangkan skala investasi

    yang sesuai. Selanjutnya, upayakan

    suatu kerangka investasi

    infrastruktur yang kondusif sehingga

    pihak swasta terinsentif untukmenggelontorkan investasi. (RN)

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    13/20

    Rubrik Utama

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 11

    Pada tanggal 17 April 2012,

    Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian menyelenggarakan

    Forum Diagnosa Ekonomi (FDE)

    dengan mengangkat tema

    Pendidikan di kampus Universitas

    Gajah Mada, D.I. Yogyakarta.

    Daerah ini dianggap sebagai lokasi

    yang tepat untuk dijadikan observasi

    mengingat Yogyakarta memiliki

    predikat sebagai kota pelajar.

    Forum ini mencakup sesi

    pemaparan dari narasumber dan

    diskusi. Pihak yang hadir sebagai

    narasumber dalam acara ini antara

    lain perwakilan dari pemerintah

    (Bappeda Provinsi DIY), Akademisi

    (Ekonom UGM), dan BPS.

    Dalam kaitannya dengan

    pertumbuhan ekonomi, menurut

    ekonom UGM, pendidikan menjadi

    semacam black boxyang tidak dapat

    diketahui bagaimana cara

    memproses input SDM menjadi

    output berupa perekonomian yang

    lebih produktif dan kompetitif. Akan

    tetapi, kita semua tahu bahwa

    pendidikan memiliki peranan

    penting di dalam perekonomian

    melalui produktivitas dan inovasi.Hal ini dapat dilihat melalui Angka

    Partisipasi Kasar (APK) yang

    memiliki korelasi tinggi dengan

    pendapatan per kapita dan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM). Sesuai

    analisis BKPM sebelumnya, sebuah

    negara akan lebih memiliki

    keunggulan kompetitif apabila

    menggunakan inovasi dibandingkan

    hanya menggunakan SDA ataumodal dan teknologi. Untuk

    mencapai hal tersebut, perlu

    integrasi antara sisi permintaan yaitu

    perusahaan, sisi penawaran yaitu

    institusi penghasil teknologi dan

    institusi pendidikan, dan intervensi

    pemerintah yaitu institusi penghasil

    regulasi dan insentif. Oleh karena

    itu, pemikiran B.J. Habibie mengenai

    adanya difusi antara pendidikan dan

    lapangan kerja mutlak dilakukan

    untuk menunjang kualitas

    pendidikan.

    Ide pendidikan sebagai faktor

    penting pertumbuhan ekonomi

    dituangkan di dalam visi

    pembangunan D.I. Yogyakarta

    (RPJP) yaitu menjadikan D.I.

    Yogyakarta sebagai pusat

    pendidikan pada tahun 2025. Hal ini

    diwujudkan melalui misi jangka

    panjang untuk menjadikan

    pendidikan berkualitas, berdaya

    saing, dan akuntabel yang didukung

    oleh sumber daya pendidikan yang

    handal. Pemda juga menerbitkan

    Perda No. 5 Tahun 2011 tentang

    pengelolaan dan penyelenggaraan

    pendidikan berbasis budaya yang

    non diskriminatif, berkarakter, tata

    kelola pendidikan yang baik (goodeducation governance), mutu

    pendidikan yang komprehensif, dan

    peran sinergetik pendidikan dalam

    pembangunan daerah dan nasional.

    Sayangnya, indikator makro

    ekonomi D.I. Yogyakarta belum

    begitu memuaskan. Tren

    pertumbuhan ekonomi D.I.

    Yogyakarta masih di bawah tingkatpertumbuhan ekonomi nasional.

    Tingkat kemiskinan D.I. Yogyakarta

    tergolong berada di peringkat

    bawah dibandingkan dengan provinsi

    lain. Salah satu alasannya adalah D.I.

    Yogyakarta sebagai Kota Pensiun

    sehingga membuat tingkat konsumsi

    lebih tinggi daripada tingkat

    produksi. Sektor pertanian

    mengalami penurunan kontribusi,

    sedangkan sektor industri

    pengolahan dan perdagangan, hotel,dan restoran mengalami

    peningkatan kontribusi terhadap

    perekonomian. Hal ini menunjukkan

    bahwa telah terjadi pergeseran

    struktur perekonomian D.I.

    Yogyakarta dari sektor primer ke

    sektor sekunder dan tersier.

    Terlepas dari indikator makro

    tersebut, D.I. Yogyakarta suksesdalam keberhasilan kinerja

    kesejahteraan. Hal ini dapat dilihat

    dari Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM) berada di peringkat 4 nasional

    dan pengeluaran per kapita berada

    di peringkat 2 nasional.

    Masyarakat seringkali beranggapan

    bahwa pendidikan berkualitas

    memerlukan biaya yang tinggi.Anggapan ini dapat memicu inflasi

    yang berdampak negatif terhadap

    pertumbuhan ekonomi. Di D.I.

    Yogyakarta, subkelompok jasa

    pendidikan memiliki peranan yang

    besar terhadap inflasi pendidikan

    yaitu sebesar 5,57%. Sedangkan

    subkelompok kursus/ pelatihan dan

    peralatan/ perlengkapan pendidikanmemiliki peranan relatif kecil

    Perkembangan Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    14/20

    Rubrik Utama

    12 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    terhadap inflasi pendidikan yaitu

    masing-masing sebesar 0,42% dan

    1,05%. Sejak tahun 2010, inflasi jasa

    pendidikan didominasi oleh jenjang

    TK dan Kelompok Bermain. Untuk

    inflasi kursus/pelatihan, bimbingan

    belajar memiliki pergerakan tingkat

    inflasi yang sangat tinggi dimana

    pada tahun 2012 sudah mencapai

    7,85% (year to date Maret 2012).

    Kontrak rumah dan sewa rumah

    merupakan komoditas yang juga

    memiliki peranan terhadap totalinflasi pendidikan yang tinggi yaitu

    masing-masing sebesar 4,14% dan

    2,35%. Selain itu, komoditas buku

    tulis, pensil, buku pelajaran, dan

    seragam sekolah memiliki tingkat

    inflasi yang relatif besar

    dibandingkan komoditas lain.

    Perguruan tinggi diharapkan

    berperan dalam mendorong inovasimelalui kewirausahaan sebagai

    service-led economic growth. Proses

    pendidikan di universitas merupakan

    pembina bagi kewirausahaan, tidak

    hanya melakukan inovasi untuk

    ekspansi, tetapi juga melakukan

    inovasi untuk dapat bertahan pada

    saat menghadapi krisis. Namun,

    peran sektor informal di Indonesia

    masih sangat dominan yaitu sebesar

    65,76% dibandingkan dengan sektor

    formal. Seperti yang diketahui

    sebelumnya, sektor informal lebih

    tahan terhadap guncangan ekonomi

    seperti yang terjadi pada krisis

    1998. Selain itu, sektor informal

    juga memiliki keterkaitan kepadasektor formal karena menyediakan

    pasokan kepada sektor formal.

    Para lulusan perguruan tinggi tiap

    tahun diharapkan dapat

    membangkitkan semangat

    kewirausahaan yang memberikan

    banyak inovasi sebagai penopang

    perekonomian di masa depan. Akan

    tetapi, masalah akses modal,keterbatasan pemasaran, dan

    mahalnya harga bahan baku menjadi

    penghambat bagi kewirausahaan

    untuk maju. Hal ini membuat

    banyak lulusan perguruan tinggi saat

    ini meniti karier di sektor formal

    terutama di institusi pemerintah,

    MNC dan swasta umum. Oleh

    karena itu, dibutuhkan sinergi

    bersama antara institusi penelitian,

    pemerintah, lembaga keuangan dan

    swasta untuk membantu pembinaan

    soft skilleddan hard skilledserta

    memberikan akses kemudahan

    modal dan yang terpenting adalah

    peran pemerintah yang memberi

    dukungan infrastruktur, kemudahan

    regulasi. (AFA dan WP)

    Penyelenggaran Forum Diagnosa Ekonomi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 17 April 2012

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    15/20

    Rubrik Utama

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 13

    Pendidikan Berkualitas Harus Mahal Atau Bantuan Pendidikan yang Tidak Efektif ?

    Pendidikan yang berkualitas

    memerlukan biaya tinggi. Menurutdata Bank Dunia tahun 2010,

    Indonesia merupakan Negara

    dengan rasio pengeluaran

    pendidikan publik dan swasta

    terhadap APBN tertinggi dari 40

    Negara di Asia Pasifik, Afrika, dan

    Amerika, tetapi secara kualitas

    masih berada di bawah dibandingkan

    Negara lain. Biaya tinggi pendidikan

    juga diyakini menimbulkan inflasi,sehingga berdampak negatif

    terhadap pertumbuhan ekonomi.

    Data dari Bank Dunia menunjukkan

    bahwa pengeluaran pendidikan baik

    publik maupun swasta terus

    mengalami peningkatan yang sangat

    signifikan sejak tahun 2001.

    Sementara itu, hasil studi

    Departemen Pendidikan AS

    menunjukkan pergerakan

    pendidikan Indonesia pada masa

    reformasi justru lebih lambat dari

    masa orde baru. Temuan ini

    menunjukkan kualitas pendidikan

    pada masa orde baru dianggap lebih

    baik dari saat ini meskipun dengan

    biaya murah.Kondisi ini lalu

    menimbulkan pertanyaan, apakah

    pendidikan berkualitas harus mahal

    atau dana bantuan untuk pendidikan

    dari pemerintah ternyata tidak

    efektif.

    Sejak tahun 2001, tren pengeluaran

    pemerintah untuk sektor

    pendidikan terus ekspansif.

    Sayangnya, peningkatan itu belum

    sejalan dengan peringkat pendidikan

    di level internasional. Indeks

    pendidikan Indonesia tahun 2007

    versi Departemen Pendidikan AShanya sebesar 0,84 dan berada di

    peringkat 102 di dunia. Indeks ini

    diukur dengan angka melek huruf

    dan jumlah pendaftar SD, SMP, danSMA. Patut disyukuri, kualitas yang

    diukur dengan skor membaca,

    matematika, dan sains, peringkat

    Indonesia masih lebih baik dengan

    berada di peringkat 60. Namun,

    Indonesia masih dikategorikan

    sebagai negara least improveddi

    sektor pendidikan pada periode

    1995-2007 dan masih lebih rendah

    dari peringkat Thailand danMalaysia.

    Observasi ekonomi untuk

    memperoleh gambaran fenomena

    pendidikan sebagai faktor penting

    pertumbuhan ekonomi dilakukan di

    D.I. Yogyakarta. Selain dikenal

    sebagai kota pelajar, Yogyakarta

    adalah pusat berdirinya sistem

    pendidikan modern kala kolonial,

    Taman Siswa yang digagas oleh

    Bapak Pendidikan, Ki Hajar

    Dewantoro. Daerah ini juga

    mempunyai misi utama

    pembangunan yang bersinggungan

    dengan sektor pendidikan, yaitu

    mewujudkan pendidikan berkualitas,

    berdaya saing, dan akuntabel yang

    didukung oleh sumberdaya

    pendidikan yang handal. Wawancaradilakukan dengan para penyedia jasa

    pendidikan, yaitu sekolah yang

    mewakili sisi penawaran dan orang

    tua siswa yang mewakili sisi

    permintaan. Responden penyedia

    jasa pendidikan meliputi kepala

    sekolah, staf, dan guru dari jenjang

    SD, SMP, dan SMA yang diambil

    dengan metode stratified random

    sampling. Sedangkan respondenorang tua siswa diambil dengan

    metode accidental sampling.

    Hampir seluruh sekolah pada saat

    wawancara menyatakan pernahmendapat dukungan pemerintah

    seperti Bantuan Operasional

    Sekolah (BOS), BOS daerah

    (BOSDA), dan Dana Alokasi

    Khusus (DAK) untuk pendidikan.

    Beberapa sekolah bisa

    mendapatkan bantuan dana

    pemerintah dengan dua sumber

    yang berbeda. Sedangkan rata-rata

    pemanfaatan dana BOS inidigunakan untuk operasional

    sekolah seperti alat tulis dan

    pengembangan kegiatan belajar-

    mengajar. Selain bantuan

    pemerintah, sekolah yang

    diobservasi mengaku masih

    mendapatkan sumber pembiayaan

    dari orang tua dan yayasan (bagi

    sekolah swasta).

    Dari sisi orangtua, tingginya biaya

    pendidikan menjadi salah satu

    perhatian khusus. Biaya sekolah

    tinggi dirasakan oleh masyarakat

    berpendapatan rendah yang

    menyekolahkan anaknya di

    sekolah swasta. Beberapa orang

    tua mengatakan bahwa pemilihan

    sekolah karena alasan lokasi yang

    terdekat dengan kerabat atau

    keluarga. Karena alasan ini anakdari keluarga yang tergolong

    masyarakat sub marginal tetap

    bersekolah di sekolah swasta

    karena lokasi yang dekat

    menghemat biaya transpor.

    Pemerintah perlu memberi

    penjelasan kepada masyarakat agar

    dapat mengambil pertimbangan

    yang lebih tepat ketika

    menyekolahkan anak di sekolahnegeri atau swasta. Beberapa

    orang tua siswa juga mengakui

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    16/20

    Rubrik Utama

    14 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    masih ada pungutan biaya oleh

    sekolah negeri. Pihak sekolah

    dianggap mencari alasan untuk

    memungut dana dari orang tuasiswa. Secara umum, orang tua

    siswa didik berharap bahwa biaya

    pendidikan sebaiknya murah atau

    terjangkau oleh semua lapisan,

    namun tetap mempunyai kualitas

    yang mampu menaikkan kompetensi

    siswa ketika memasuki lapangan

    pekerjaan.

    Bagi sekolah, bantuan pemerintah

    belum mencukupi seluruh

    kebutuhan sekolah. Pemerintah

    hanya menutupi sebesar 12% dari

    total Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Sekolah (APBS) sebesar 3,3

    miliar. Dari dana yang diberikan

    pemerintah tersebut, sebesar Rp

    200 juta per tahun digunakan untuk

    beasiswa Rawan Putus Sekolah

    (RAPUS). Hasil wawancara

    mendapati bahwa dari sudut

    pandang beberapa sekolah swasta,

    fungsi pemerataan dari bantuan

    pendidikan yang diberikan

    pemerintah masih belum terlaksana.

    Pada beberapa sekolah yangmempunyai siswa tergolong mampu

    juga mendapat dana BOS yang

    cukup besar dan dapat dinikmati

    oleh seluruh siswa. Alasannya

    karena sekolah tersebut

    berpredikat sekolah negeri. Selain

    itu, BOSDA dirasa tidak adil karena

    hanya membantu siswa yang kurang

    mampu dan berdomisili di D.I.

    Yogyakarta, sementara semua siswadi sekolah negeri sudah

    diperhitungkan untuk mendapat

    dana BOS. Oleh sebab itu, mereka

    berharap ada sinkronisasi antara

    pemerintah pusat dan daerah agar

    tidak ada tumpang tindih kebijakan

    pendidikan. Sebagai contoh, bantuan

    pemerintah daerah dapat disalurkan

    kepada sekolah yang belum

    tercakup dalam bantuan pemerintahpusat, karena pada hakikatnya setiap

    orang berhak mendapatkan

    pendidikan. Pihak sekolah juga

    menekankan pentingnya pendidikan

    moral pada institusi pendidikanyang tidak hanya mencetak

    generasi berprestasi tetapi juga

    berbudi pekerti.

    Biaya yang tinggi tentunya juga

    diharapkan terkompensasi dengan

    kualitas pendidikan yang baik.

    Namun pada kenyataannya

    beberapa orangtua menyatakan

    bahwa kualitas tenaga pendidik

    belum sebanding dengan biaya

    sekolah yang telah mereka

    keluarkan. Perlu upaya konsisten

    untuk meningkatkan kualitas guru.

    Salah satu caranya adalah dengan

    memastikan sistem remunerasi

    guru yang merupakan hak tenaga

    pendidik baik di sekolah negeri

    maupun swasta seiring dengan

    peraturan melarang pungutan

    kepada siswa. (AFA dan RN)Hasil Observasi Pendidikan di Provinsi DI. Yogyakarta 7

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    17/20

    Rubrik Penyaluran KUR

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012 15

    Realisasi Penyaluran KUR Maret 2012

    Realisasi penyaluran KUR pada

    bulan Maret 2012 mencapai Rp.2,6T. Secara kumulatif, Januari

    hingga Maret 2012, penyaluran KUR

    tercatat sebesar Rp. 6,48T atau

    meningkat sebesar 0,2%

    dibandingkan periode yang sama

    tahun 2011. Dengan demikian, total

    penyaluran KUR sejak awal

    diluncurkan pada November 2007

    hingga Maret 2012 telah mencapai

    Rp. 69,9T dengan jumlah debitursebanyak 6,13 juta UMKM. Kinerja

    KUR sendiri cukup baik dilihat dari

    rasio NPL yaitu sebesar 2,69%.

    Penyaluran KUR pada Maret 2012

    masih didominasi oleh BRI

    khususnya untuk produk KUR

    Mikro yaitu sebesar Rp. 1,2T.

    Dengan demikian, selama Januari

    hingga Maret 2012, BRI telah

    menyalurkan KUR Mikro sebesar

    Rp. 3,22T atau 49,66% dari total

    penyaluran KUR oleh bank

    pelaksana. Diikuti penyaluran KUR

    oleh BNI sebesar Rp. 909,6 M, BPD

    sebesar Rp. 781,8 M, dan BRI KUR

    Ritel sebesar Rp. 737,1M. Pada

    periode yang sama, penyaluran KUR

    oleh Bank Mandiri hanya mencapai

    Rp. 242,3 M, bahkan lebih kecil

    dibandingkan BTN (Rp. 306,2 M)

    dan Bank Syariah Mandiri (Rp. 277,2

    M). Kinerja penyaluran KUR yang

    meningkat oleh BPD didominasi

    oleh Bank Jatim dan Bank Jateng

    masing-masing sebesar Rp. 296,6 M

    dan Rp. 140,4 M.

    Dilihat dari sektor yang menerima

    KUR, sektor perdagangan masih

    menjadi sektor terbesar yangmendapatkan KUR pada bulan

    Maret 2012 yaitu sebesar Rp. 1,42T.

    Dengan demikian, selama Januari

    hingga Maret 2012, sektorperdagangan telah mendapatkan

    KUR sebesar Rp. 2,9 T atau 44,57%

    dari total penyaluran KUR sejak

    Januari 2012. Diikuti sektor

    pertanian sebesar Rp. 1,02 T. Masih

    terjadi rentang yang cukup besar

    dari nominal KUR yang disalurkan

    pada sektor perdagangan dan

    pertanian.

    Berdasarkan sebaran regional,

    wilayah Jawa masih menjadi wilayah

    terbesar penyaluran KUR. Hal ini

    terlihat dari penyaluran KUR

    terbesar di Jawa Tengah dan Jawa

    Timur. Selama Januari hingga Maret

    2012, penyaluran KUR di kedua

    wilayah masing-masing mencapai Rp.

    1,11T dan Rp. 998,3 M. Sedangkan

    penyaluran KUR di sejumlah wilayah

    diluar Jawa masih sangat rendah,

    seperti penyaluran KUR di Maluku

    Utara dan Papua Barat yang hanya

    Rp. 24,9 M dan Rp. 31,7 M. Untuk

    itu, sosialisasi dan koordinasi

    Berdasarkan data Komite Kebijakan

    KUR, belum ada penambahan totalrealisasi penyaluran KUR TKI pada

    bulan Maret 2012 jika dibandingkan

    dengan realisasi penyaluran pada

    Februari 2012.

    Penyaluran KUR TKI telah

    dilakukan di tiga provinsi, yaitu Jawa

    Timur, DKI Jakarta, dan Jawa

    Tengah. Penyaluran KUR TKI

    tertinggi adalah di Provinsi JawaTimur yang merupakan salah satu

    kantong TKI yaitu sebesar Rp. 1,78

    M atau hampir 50% dari total

    penyaluran KUR TKI, dengan jumlah

    debitur sebanyak 123 TKI. Sebagian

    besar KUR diberikan pada TKI yang

    bekerja dengan negara tujuan Brunai

    Darussalam (43,7%) dan Hongkong

    (40,93%). Menurut jenis lapangan

    kerja, debitur TKI yang paling

    banyak mendapatkan KUR adalah

    TKI yang bekerja di sektor

    konstruksi (53,86%) dan pembantu

    rumah tangga (40,14%). (TKA)

    Pemerintah Daerah

    dengan perbankan

    harus terus

    ditingkatkan.

    Secara khusus,penyaluran KUR TKI

    dilaporkan masih

    kurang optimal. Sejak

    diluncurkan pada

    Desember 2010

    hingga Maret 2012,

    total penyaluran KUR

    untuk TKI mencapai

    Rp. 3,57 M dengan

    jumlah debitursebanyak 317 TKI.

    Penyaluran KUR Menurut Sektor Ekonomi 8

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    18/20

    Rubrik Ekonomi Daerah

    16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan I April 2012

    Perkembangan Ekonomi Daerah Triwulan I-2012

    Perkembangan ekonomi daerah

    pada triwulan I-2012 menunjukkanaktivitas domestik yang cukup kuat

    di tengah ketidakpastian global.

    Berdasarkan hasil perhitungan Bank

    Indonesia, perekonomian di Jawa

    dan Jakarta diperkirakan masing-

    masing tumbuh pada kisaran 6,0%

    dan 6,7% yoy. Masih tingginya

    pertumbuhan ekonomi di daerah

    didukung oleh indikator domestik

    yang cukup kuat sehinggaberpengaruh positif bagi kinerja

    sektor industri pengolahan dan

    sektor pengangkutan serta sektor

    konstruksi. Sementara itu, sektor

    pertanian diperkirakan tumbuh

    terbatas akibat adanya pergeseran

    puncak panen raya yang

    diperkirakan baru terjadi pada awal

    triwulan kedua.

    Untuk pertumbuhan ekonomiSumatera pada triwulan I-2012

    diperkirakan meningkat yakni pada

    kisaran 6% yang didukung olehperkembangan kinerja beberapa

    indikator di sektor pertanian dan

    sektor industri pengolahan yang

    cenderung meningkat. Hal ini

    terutama dipengaruhi oleh kenaikan

    produksi kelapa sawit dan cuaca

    yang kondusif.

    Sementara itu, pertumbuhan

    ekonomi KTI diperkirakan tumbuh

    5% lebih tinggi dibandingkan dengantriwulan sebelumnya seiring dengan

    membaiknya aktivitas di sektor

    pertambangan di Sulawesi, Maluku

    dan Papua (Sulampua) dan Bali -

    Nusa Tenggara (Balnustra).

    Produksi tambang tembaga terbesar

    di Indonesia, Grasberg, sempat

    terhenti beberapa waktu pada

    Februari 2012, namun telah kembali

    mulai beroperasi secara bertahappada 12 Maret 2012.

    Di sisi inflasi, perkembangan

    harga di berbagai daerah padaakhir triwulan I 2012 cenderung

    mulai menunjukkan adanya

    tekanan. Realisasi inflasi yang

    terjadi pada akhir triwulan I

    2012 di hampir seluruh wilayah

    cenderung lebih tinggi dibandingkan

    periode yang sama dalam tiga tahun

    terakhir. KTI mengalami kenaikan

    inflasi yang cukup besar sehingga

    mendorong disparitas yang kembali

    melebar dengan inflasi nasional.

    Cenderung meningkatnya inflasi di

    berbagai daerah dipengaruhi

    terutama oleh kenaikan harga

    bumbu terutama cabe dan relatif

    tertahannya penurunan harga beras.

    Terkendalanya produksi cabe,

    khususnya di sentra produksi di

    Jawa Timur, akibat faktor

    tingginya curah hujanmenyebabkan pasokan yang relatif

    terbatas.

    Sementara itu, tertahannya harga

    beras pada siklus panen raya kali

    ini dipengaruhi oleh penerapan

    Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

    gabah dan beras yang baru pada

    akhir Februari 2012 dan

    bergesernya puncak panen di

    sebagian besar Jawa yangdiperkirakan baru terjadi pada April

    2012. Selain itu, ekspektasi

    masyarakat terhadap kenaikan

    harga BBM bersubsidi

    diperkirakan turut memengaruhi

    perkembangan harga di akhir

    triwulan I 2012, meski masih relatif

    terbatas. (MS)

    Referensi: Perkembangan Terkini Ekonomi

    Daerah, BI

    Inflasi 66 Kota, Maret 2012 9

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    19/20

    Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    Atas Wafatnya

    Prof. Widjajono PartowidagdoWakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

    Bulan Mei setahun lalu, Prof. Ir. Widjajono Partowidagdo, MSc, MA, PhD atau dikenal dengan Pak Wid hadir

    sebagai narasumber dalam Economist Talk, forum dialog interaktif yang membahas perekonomian di Kantor

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kala itu beliau mencurahkan pemikiran cerdas tentang

    pengelolaan energi di Indonesia sebagai salah satu anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Beliau berpesan dalam

    ceramahnya, tak layak kita berfoya-foya dengan anugerah Tuhan, sehingga memanfaatkan energi dengan bijak

    menjadi suatu kewajiban. Lima bulan sejak pertemuan itu beliau dipercaya sebagai Wakil Menteri ESDM.

    Hal yang berkesan saat bercengkerama dalam dialog itu, beliau mengungkapkan rasa cintanya dengan gunung.

    Sebagai pendaki gunung kawakan, beliau berfalsafah bahwa gunung sebagai tempat tertinggi dimuka bumi

    mempunyai banyak makna. Perjalanan menunju puncak gunung menggambarkan perjuangan hidup dari strata

    bawah hingga puncak yang hendaknya dilalui tanpa putus asa. Saat di puncak, hanya kekaguman pada Sang

    Pencipta yang bergelora ditengah-tengah kedamaian alam. Pandangan mata saat di puncak gunung tertuju kebawah mengingatkan pada niat untuk selalu tunduk merendah dihadapan keagungan Tuhan. Menjangkau

    langit dalam bayangan di puncak gunung menginspirasi tekat untuk mencapai derajad kehormatan tertinggi.

    Begitulah sekelumit kisah Pak Wid. Begawan Ekonomi Energi Indonesia dengan segudang pengetahuan tampil

    sederhana dan unik.

    Kecintaannya pada Tuhan Sang Pencipta dan gunung sebagai simbol titian kehidupan telah mengantarkan

    Beliau pada perjalanan akhir hidup beliau tepat di saat bangsa Indonesia mengenang Hari Kartini. Tuhan

    memanggil beliau di tengah kedamaian alam Tambora. Gunung Tambora dikenal sebagai gunung api dengan

    erupsi terdahsyat di dunia dalam catatan sejarah vulkanologi modern menjadi tempat Pak Wid menghadap

    Sang Pencipta. Selamat Jalan Pak Wid sang pendaki sejati. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menerima segala

    amal baik Pak Wid.

  • 8/2/2019 TEK Apr 2012 v6

    20/20

    ISSN 2088-3153

    Untuk informasi lebih lanjut hubungi :

    Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710

    Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836

    Email : [email protected] 2088-3153