tb paru laporan kasus

35
BAB I TINJAUAN PUSTAKA Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh terutama paru- paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia. Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9 juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3 Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat 1

Upload: rainy-rai

Post on 02-Jan-2016

262 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

BAB ITINJAUAN PUSTAKATuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh terutama paru-paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia. Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9 juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3 Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat 583 ribu kasus TB paru setiap tahun dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari ada 425 orang yang meninggal akibat TB paru. Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan Demam Berdarah Dengue (DBD), TB paru merupakan pembunuh dengan tingkat kematian tertinggi. TB paru juga merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut.4 Seluruh fakta ini menunjukkan perlunya dilakukan upaya-upaya yang optimal dalam memberantas TB paru untuk mencegah timbulnya lebih banyak lagi korban jiwa. Sebenarnya TB paru bukannya tidak dapat ditanggulangi. Sejak akhir Perang Dunia II, telah ditemukan obat anti TB paru. Selain mengobati, upaya preventif juga dapat dilakukan melalui pemberian vaksin. Hingga sekarang pun penelitian untuk menemukan obat-obat dan vaksin-vaksin baru yang lebih ampuh terus dilakukan. Salah satu contoh keberhasilannya adalah penemuan obat TB paru baru, fluoroquinolone, pada pertengahan tahun 2005.5 Selain upaya penelitian juga ada strategi penyembuhan TB paru yang direkomendasikan oleh WHO. Strateginya yang telah diterapkan di seluruh dunia adalah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). DOTS diperkenalkan pertama kali pada tahun 1991 dan masuk ke Indonesia pada tahun 1995.1 Dalam mendukung penerapan strategi DOTS ini, pemerintah menyediakan paket Obat Anti Tuberculosis (OAT) secara gratis. Tidak hanya itu, pada tanggal 24 Maret 1999 dibentuk Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) TB paru. Pembentukan Gerdunas ini merupakan bukti kuatnya komitmen untuk menanggulangi TB paru dengan melibatkan semua pihak mulai dari pemerintah, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pihak-pihak lain yang terkait.6 Namun, angka kematian yang masih tetap tinggi membuktikan bahwa upaya penanggulangan TB paru belum optimal. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang masih kurang. Sebagian besar masyarakat masih menganggap TB paru sebagai penyakit yang bisa diobati dengan mudah (Ganich, 1999). Selain itu, masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa TB paru bisa disembuhkan asal mendapatkan pengobatan yang benar. Ketidaktahuan masyarakat dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pendididikan serta kurangnya akses informasi yang pada akhirnya menjadi hambatan bagi pelaksanaan program-program penanggulangan TB paru sehingga hasilnya belum seperti yang diharapkan. BAB IILAPORAN KASUS IDENTIFIKASINama : Nyonya NJenis kelamin : PerempuanUsia : 28 tahunAlamat : Jl. Segaran no 265 kel. 9 ilir, kec. Ilir Timur II, PalembangPekerjaan : Pegawai tokoStatus perkawinan : MenikahAgama : IslamMRS : 21 Maret 2009ANAMNESISKeluhan UtamaSesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari SMRSRiwayat Perjalanan Penyakit± 6

TRANSCRIPT

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh

terutama paru-paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun

lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka

bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis

telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia.

Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9

juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti

sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi

TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan

jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat

memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap

detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3

Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia

setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat

583 ribu kasus TB paru setiap tahun dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika

dihitung, setiap hari ada 425 orang yang meninggal akibat TB paru. Dibandingkan

dengan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan Demam Berdarah Dengue

(DBD), TB paru merupakan pembunuh dengan tingkat kematian tertinggi. TB paru

juga merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit

pernapasan akut.4 Seluruh fakta ini menunjukkan perlunya dilakukan upaya-upaya

yang optimal dalam memberantas TB paru untuk mencegah timbulnya lebih banyak

lagi korban jiwa.

Sebenarnya TB paru bukannya tidak dapat ditanggulangi. Sejak akhir Perang

Dunia II, telah ditemukan obat anti TB paru. Selain mengobati, upaya preventif juga

dapat dilakukan melalui pemberian vaksin. Hingga sekarang pun penelitian untuk

menemukan obat-obat dan vaksin-vaksin baru yang lebih ampuh terus dilakukan.

1

Salah satu contoh keberhasilannya adalah penemuan obat TB paru baru,

fluoroquinolone, pada pertengahan tahun 2005.5 Selain upaya penelitian juga ada

strategi penyembuhan TB paru yang direkomendasikan oleh WHO. Strateginya yang

telah diterapkan di seluruh dunia adalah DOTS (Directly Observed Treatment

Shortcourse). DOTS diperkenalkan pertama kali pada tahun 1991 dan masuk ke

Indonesia pada tahun 1995.1 Dalam mendukung penerapan strategi DOTS ini,

pemerintah menyediakan paket Obat Anti Tuberculosis (OAT) secara gratis. Tidak

hanya itu, pada tanggal 24 Maret 1999 dibentuk Gerakan Terpadu Nasional

(Gerdunas) TB paru. Pembentukan Gerdunas ini merupakan bukti kuatnya komitmen

untuk menanggulangi TB paru dengan melibatkan semua pihak mulai dari

pemerintah, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pihak-

pihak lain yang terkait.6

Namun, angka kematian yang masih tetap tinggi membuktikan bahwa upaya

penanggulangan TB paru belum optimal. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan

masyarakat yang masih kurang. Sebagian besar masyarakat masih menganggap TB

paru sebagai penyakit yang bisa diobati dengan mudah (Ganich, 1999). Selain itu,

masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa TB paru bisa disembuhkan asal

mendapatkan pengobatan yang benar. Ketidaktahuan masyarakat dapat disebabkan

oleh rendahnya tingkat pendididikan serta kurangnya akses informasi yang pada

akhirnya menjadi hambatan bagi pelaksanaan program-program penanggulangan TB

paru sehingga hasilnya belum seperti yang diharapkan.

2

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI

Nama : Nyonya N

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 28 tahun

Alamat : Jl. Segaran no 265 kel. 9 ilir, kec. Ilir Timur II, Palembang

Pekerjaan : Pegawai toko

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

MRS : 21 Maret 2009

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Sesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit

± 6 bulan SMRS, os mengeluh batuk-batuk hilang timbul, dahak (+) warna putih

kental <1/2 sendok teh tiap kali batuk. Sesak (-), demam (-), mual (-), muntah (-),

nafsu makan menurun (-), keringat malam (-). BAK dan BAB biasa. Os minum obat

yang dibeli sendiri di apotek, keluhan berkurang.

± 1 bulan SMRS, os mengeluh sesak napas, sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas,

cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur posisi miring ke kiri. Napas bunyi

mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali

batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan tiap kali batuk.

Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (-),

muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). BAK dan BAB biasa. Os

minum obat yang dibeli sendiri, keluhan demam berkurang.

3

± 2 minggu SMRS, os mengeluh sesak napas bertambah, sesak tidak dipengaruhi

posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke

kiri. Napas bunyi mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1

sendok teh tiap kali batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan

tiap kali batuk. Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati

(+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os berobat

ke poliklinik RSMH dan seminggu kemudian os diberikan obat yang membuat BAK

warna merah. BAB biasa.

± 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas yang menghebat, sesak tidak dipengaruhi

posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Napas bunyi mengi (-),batuk (+) dengan

dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali batuk. Demam (+) naik turun,

menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) 1 kali, isi

apa yang dimakan, darah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os

masih meminum obat yang menyebabkan BAK berwarna merah, keluhan tidak

berkurang. BAB biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit tb paru disangkal

Riwayat sakit maag (+) >2 tahun yang lalu, os tidak teratur berobat

Riwayat sakit hipertensi disangkal

Riwayat sakit kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

Riwayat sakit batuk berdarah oleh tetangga.

4

Status gizi

Diet sebelum sakit : 3x sehari, teratur

Variasi diet

Karbohidrat : nasi, ½ piring sekali makan

Protein : tahu, tempe sering hampir tiap hari, ikan sebulan 2x

Lemak : daging, sepotong, jarang, sebulan 1x

Sayur : tiap hari

Buah : seminggu 2x

Susu : tiap hari 1 gelas

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit

Keadaan sakit : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Gizi : (BB 44 kg,TB:160 cm) IMT= 17,19

Kesan : Kurus tingkat ringan

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 86 x/ menit, teratur, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 26 x/ menit

Temperatur : 37º celcius

Keadaan Spesifik

Kulit

Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis

(-), spider nevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.

KGB

Kelenjar getah bening di submandibula, supraclavicula, leher, axila, inguinal tidak

teraba

5

Kepala

Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah

rontok (-), deformitas (-)

Mata

Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat

(-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke segala

arah baik

Hidung

Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,

selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-)

Telinga

Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik

Mulut

Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-),

atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)

Leher

Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)

cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)

Dada

Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)

6

Paru:

Anterior

Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri

dinamis: tidak ada yang tertinggal

Palpasi : stemfremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru, batas paru-hepar ICS VI,

peranjakan hepar 2 sela iga

Auskultasi : vesikuler (+) N, ronki basah sedang pada lapangan bawah paru

kanan, wheezing (-).

Posterior

Inspeksi : Statis: kanan sama dengan kiri

Dinamis: tidak ada yang tertinggal

Palpasi : stemfremitus kanan > kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler (+) N, ronki basah sedang pada seluruh lapangan paru

kanan, wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas jantung atas ICS II, kanan LS dextra, kiri LMC sinistra

Auskultasi : HR 86 x/ menit, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : datar, venektasi (-)

Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium,

hipogastrium, dan hipokondrium kanan.

Perkusi : thympani, shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

7

Genital : tidak diperiksa

Ekstremitas

Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi

normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali

lambat (-)

Ekstremitas bawah : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi

normal, telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali

lambat (-)

RESUME

Seorang perempuan dengan inisial nyonya N, 28 tahun datang dengan keluhan utama

sesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

± 6 bulan SMRS, os mengeluh batuk-batuk hilang timbul, dahak (+) warna putih

kental <1/2 sendok teh tiap kali batuk. Sesak (-), demam (-), mual (-), muntah (-),

nafsu makan menurun (-), keringat malam (-). BAK dan BAB biasa. Os minum obat

yang dibeli sendiri di apotek, keluhan berkurang.

± 1 bulan SMRS, os mengeluh sesak napas, sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas,

cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke kiri. Napas bunyi

mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali

batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan tiap kali batuk.

Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (-),

muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). BAK dan BAB biasa. Os

minum obat yang dibeli sendiri, keluhan demam berkurang.

± 2 minggu SMRS, os mengeluh sesak napas bertambah, sesak tidak dipengaruhi

posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke

kiri. Napas bunyi mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1

8

sendok teh tiap kali batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan

tiap kali batuk. Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga megeluh nyeri ulu hati

(+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os berobat

ke poliklinik RSMH dan seminggu kemudian os diberikan obat yang membuat BAK

warna merah. BAB biasa.

± 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas yang menghebat, sesak tidak dipengaruhi

posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Napas bunyi mengi (-),batuk (+) dengan

dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali batuk. Demam (+) naik turun,

menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) 1 kali, isi

apa yang dimakan, darah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os

masih meminum obat yang menyebabkan BAK berwarna merah, keluhan tidak

berkurang. BAB biasa.

Pada lingkungan os terdapat tetangga yang menderita batuk berdarah.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum os adalah tampak sakit sedang dan

kesadarannya compos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 kali/menit,

teratur, isi dan tegangan cukup, pernapasan 26 kali/menit, temperatur 370C, IMT

(berat badan= 44 kg dan tinggi badan=160 cm) = 17,19, kesan kurus tingkat ringan,

JVP (5-2) cmH2O. Pada pemeriksaan paru didapatkan ronki basah sedang di

lapangan bawah paru kanan. Pada pemeriksaan abdomen; nyeri tekan (+)

epigastrium, hipogastrium dan hipokondrium kanan.

9

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Thorax PA no.R317 (12 Maret 2009)

Kondisi foto baik

Simetris kanan=kiri

Trakea di tengah

Tulang-tulang baik

Sudut costophrenicus kiri tajam, kanan tumpul

Diafragma tenting (-)

CTR< 50%

Sela iga tidak melebar

Parenkim: infiltrat pada seluruh lapangan paru

Kesan: TB Paru

Pemeriksaan Sputum BTA (12 Maret 2009)

No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. BTA I 2+ Negatif

2. BTA II 2+ Negatif

3. BTA III 1+ Negatif

10

DIAGNOSA KERJA

Kasus baru TB paru on therapy BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi

DIAGNOSA BANDING

Pneumonia + malnutrisi

PENATALAKSANAAN :

Non farmakologis:

- Istirahat

- O2 3L/menit

- Diet TKTP

Farmakologi:

- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi kombinasi DOEN gtt XXX/menit

- OBH 3x1 C

- Antasid syrup 3x1 C

- Rifampisin 10mg/kgBBx44kg=440mg=1x450mg

- INH 5mg/kgBBx44kg=220mg=1x200mg

- Pirazinamid 25mg/kgBBx44kg=1100mg=1x1000mg

- Etambutol 15mg/kgBBx44kg=660mg=1x750mg

- Vit B1B6B12 3x1

- Domperidon tab 3x1 prn

- Ceftriaxone 1x1g

RENCANA PEMERIKSAAN :

Kultur dan resistensi sputum m.o

Darah rutin

Kimia klinik

11

PROGNOSIS :

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

12

Follow Up

Tanggal 22 Maret 2009S Sesak napasO: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

Compos mentis110/80 mmHg90x/menit30x/menit37ºC

Conjungtiva palpebra pucat (-) Sclera ikterik (-)

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)

PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)

I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 90x/ menit murmur (-), gallop (-)

I : datarP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium dan hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak teraba

13

GenitaliaEkstremitas

P : thympaniA : bising usus (+) normal

Tak diperiksaEdema (-)

A Tb paru kasus baru on therapy (+) + infeksi sekunder + malnutrisi

P Planning- Kultur dan resisten sputum m.o- Darah rutin- Kimia klinik

Non Farmakologis- Istirahat- O2 3L/menit- Diet TKTP

Farmakologis- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi

kombinasi DOEN gtt XXX/menit - OBH 3x1 C- Antasid syrup 3x1 C- Rifampisin 1x450mg - INH 1x200mg- Pirazinamid 1x1000mg- Etambutol 1x750mg- Vit B1B6B12 3x1- Ceftriaxone 1x1g

Tanggal 23 Maret 2009S BatukO: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala

Compos mentis100/80 mmHg92x/menit24x/menit36,6ºC

Conjungtiva palpebra pucat (-) Sclera ikterik (-)

14

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

GenitaliaEkstremitas

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)

PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)

I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 92x/ menit murmur (-), gallop (-)

I : datarP :lemas, nyeri tekan (+) hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal

Tak diperiksaEdema (-)

15

Pemeriksaan Penunjang Hematologi No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. Hemoglobin 9,4 g/dl L: 14-18

g/dl; P: 12-

16 g/dl

2. Hematokrit 29 vol % L:40-48 vol

%, P:37-43

vol%

3. Leukosit 10.300/µl 5.000-

10.000/µl

4. Laju endap

darah

35 mm/jam L: < 10

mm/jam; P:

< 15 mm/jam

5. Hitung jenis 0/3/1/66/26/4 0-1/1-3/2-

6/50-70/20-

40/2-8

6. Trombosit 532.000/mm3 200.000-

500.000/mm3

Kimia KlinikNo. Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal

1. BSS 102 g/dl

2. Ureum 19 mg/dl 15-39 mg/dl

3. Creatinin 0,6 mg/dl L:0,9-

1,3mg/dl;

P:0,6-

1,0mg/dl

4. Protein total 7,3 g/dl 6,0-7,8

5. Albumin 2,9 g/dl 3,5-5,0

16

6. Globulin 4,4 g/dl

7. SGOT 33 U/l <40 U/l

8. SGPT 72 U/l <41 U/l

9. Na 140

mmol/l

135-155

mmol/l

10. K 3,5

mmol/l

3,5-5,5

mmol/l

A Tb paru kasus baru on therapy BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi

P Planning- Kultur dan resistensi sputum m.o- Koreksi albumin

Non Farmakologis- Istirahat- Diet TKTP

Farmakologis- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi

kombinasi DOEN gtt XXX/menit - OBH 3x1 C- Antasid syrup 3x1 C- Rifampisin 1x450mg - INH 1x200mg- Pirazinamid 1x1000mg- Etambutol 1x750mg- Vit B1B6B12 3x1- Ceftriaxone 1x1g

Tanggal 24 Maret 2009S Sesak napasO: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperatur

Compos mentis100/70 mmHg102x/menit21x/menit36,6ºC

17

Keadaan spesifikKepala

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

GenitaliaEkstremitas

Conjungtiva palpebra pucat (-) Sclera ikterik (-)

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)

PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)

I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 102x/ menit murmur (-), gallop (-)

I : datarP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium dan hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal

Tak diperiksaEdema (-)

18

A Tb paru kasus baru on therapy (+) + infeksi sekunder + malnutrisi

P Non Farmakologis- Istirahat- Diet TKTP

Farmakologis- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi

kombinasi DOEN gtt XXX/menit - OBH 3x1 C- Antasid syrup 3x1 C- Rifampisin 1x450mg - INH 1x200mg- Pirazinamid 1x1000mg- Etambutol 1x750mg- Vit B1B6B12 3x1- Ceftriaxone 1x1g

19

ANALISA KASUS

TB paru adalah infeksi kronik pada paru yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan adanya

reaksi hipersensitifitas tipe lambat.7 Sumber penularan umumnya adalah penderita Tb

yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam(BTA).8,9,10

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala

klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks, pemeriksaan sputum BTA dan laboratorium

penunjang. Gejala klinis pada penderita Tb paru dibagi menjadi gejala sistemik dan

gejala respiratorik. Gejala sistemik berupa demam dan berkeringat pada malam hari,

badan terasa lemah, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan. Gejala

respiratorik berupa batuk, sesak napas dan rasa nyeri dada. Batuk biasanya lebih dari

3 minggu, kering sampai produktif dengan sputum mukoid atau purulen. Batuk darah

dapat terjadi bila ada pembuluh darah yang robek, sesak napas biasanya terjadi pada

penyakit yang sudah lanjut.11,12,13

Pada pasien ini, ditemukan gejala klinis berupa batuk≥ 3 minggu, sesak nafas,

keringat dan demam pada malam hari, serta nafsu makan dan berat badan menurun.

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik sangat tergantung pada luas dan

kelainan struktural paru. Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal, kelainan

umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah apikal lobus

bawah. Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa bentuk dada yang tidak

simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem fremitus, redup pada

perkusi, suara napas bronkial/amforik/ vesikuler melemah,/ronkhi basah ataupun

tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.11,13

Kelainan pulmo yang dapat ditemukan pada Ny.N adalah pada perkusi di

thorax posterior ditemukan stemfremitus kanan > kiri sedangkan pada auskultasi di

thorax anterior ditemukan ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan. Dan

pada auskultasi thorax posterior, ronki basah sedang terdengar di seluruh lapangan

paru kanan.

20

Dari pemeriksaan foto thorax standar pada TB paru yaitu foto thorax PA dan

lateral ditemukan gambaran lesi yang menyokong ke arah TB paru aktif biasanya

berupa infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas (terutama lebih

dari satu), bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral. Gambaran lesi tidak

aktif biasanya berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi, penebalan pleura, penarikan

hilus dan deviasi trakea.13 Berdasarkan luas lesi pada paru, ATS (American Thoracic

Society) membaginya atas lesi minimal, lesi sedang dan lesi luas.11,13 Pada foto toraks pasien ini tampak gambaran lesi berupa infiltrat di seluruh

lapangan paru kanan dan kiri. Berdasarkan gambaran lesi tersebut, luas lesi paru pada

pasien ini termasuk dalam lesi luas.

Selain itu, kita dapat menegakkan diagnosis paru berdasarkan hasil

laboratorium. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) sangat penting dalam

menegakkan diagnosis TB Paru. Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum

makan, kental, purulen, dengan jumlah minimal 3-5 ml. Dahak diperiksa 3 hari

berturut-turut dengan pewarnaan Ziel Neelsen atau Kinyoun Gabbet. Untuk lebih

efisien, Depkes RI menganjurkan pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu)

yang dikumpulkan dalam 2 hari. BTA dikatakan positif bila BTA dijumpai

setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan BTA. Kultur lebih sensitif dibanding

BTA, namun membutuhkan waktu lebih lama (6-8 minggu). Metode yang dipakai

antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa dan Kudoh. Hasil pemeriksaan BTA sputum

Ny.N adalah +2,+2,+1 pada BTA I, II, III.

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk TB paru. Kelainan yang

sering dijumpai adalah anemia, peningkatan laju endap darah, lekositosis dan

limfositosis.11 Pada pasien ini ditemukan anemia, leukositosis, dan peningkatan laju

endap darah.

Terminologi tipe penderita Tb dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kasus

baru, kasus kambuh, kasus gagal, kasus pindahan, kasus berobat setelah lalai, dan

kasus kronik. Kasus baru adalah penderita Tb paru yang belum pernah mendapat

OAT atau yang pernah mendapat OAT tetapi kurang dari satu bulan. Kasus kambuh

21

adalah penderita Tb paru dengan BTA positif yang sebelumnya sudah dinyatakan

sembuh, tetapi kini datang lagi dan pada pemeriksaan BTA memberikan hasil positif.

Kasus gagal adalah penderita Tb paru dengan BTA positif yang sudah mendapat

OAT, tetapi sputum BTA positif pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan atau pada

akhir pengobatan. Batasan ini juga berlaku untuk penderita Tb paru dengan BTA

negatif yang sudah mendapat OAT, tetapi sputum BTA justru menjadi positif pada

akhir pengobatan fase awal. Kasus pindahan adalah penderita Tb paru dari

kabupaten/kota lain yang sekarang menetap di kabupaten/kota ini. Kasus berobat

setelah lalai adalah penderita Tb paru yang menghentikan pengobatan (2 bulan atau

lebih) dalam keadaan belum dinyatakan sembuh dan kini datang lagi untuk berobat

dengan BTA positif. Kasus kronik adalah penderita Tb paru dengan BTA yang tetap

positif, walaupun sudah mendapatkan pengobatan ulang yang adekuat dengan

pengawasan yang baik.13 Pasien ini sudah mendapat OAT selama 1 minggu, maka

kami mendiagnosis pasien ini dengan kasus baru Tb paru BTA (+) on therapy.

Terminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Tb paru BTA positif,

Tb paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang termasuk Tb paru BTA positif apabila

sputum BTA positif ≥ 2 kali, sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan kultur positif atau

sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan klinis/radiologist sesuai dengan Tb paru. Tb paru

BTA negatif apabila klinis dan radiologist sesuai dengan Tb paru, sputum BTA

negatif dan kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru apabila sputum dan kultur

negatif, gejala klinis tidak menunjang dan gambaran radiologis menunjukkan

gambaran tak aktif.13

Medikamentosa obat anti Tuberkulosis dibagi 4 kategori. 14

Katego

ri

Kriteria penderita

Regimen pengobatan

Fase

Awal

Fase

lanjutan

I • Kasus baru BTA

(+)

• Kasus baru BTA

(-)

• Ro” (+) sakit

2 RHZE (RHZS)

2 RHZE (RHZS)

2 RHZE (RHZS)*

6 EH

4 RH

4 R3H3*

22

berat

• Kasus TBEP

berat

II Kasus BTA positif

• Kambuh

• Gagal

• Putus berobat

2 RHZES atau

1 RHZE

2 RHZES atau

1 RHZE*

5 RHE

5 R3H3E3*

III • Kasus baru BTA

(-)

• TBEP ringan

2 RHZ

2 RHZ

2 RHZ*

6 EH

4 RH

4 R3H3*

IV • Kasus kronik Obat-obat sekunder

Oleh karena pasien ini termasuk dalam kategori kasus baru, jadi perlu diobati

dengan OAT kategori I, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid, dan

Etambutol selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4 bulan Rifampisin dan

INH.

Pasien ini juga didiagnosis menderita infeksi sekunder dan malnutrisi.

Penatalaksanaan infeksi sekunder pasien ini dengan memberikan Ceftriaxone injeksi

1x1 gr. Sedangkan malnutrisinya diatasi dengan memberikan diet tinggi kalori tinggi

protein.

Dari hasil pemeriksaan kimia klinik Ny.N didapatkan kadar albumin yang

rendah, yaitu 2,9 gr/dl. Untuk mengatasinya, direncanakan untuk diberikan human

albumin.

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien ini

kami diagnosa sebagai kasus baru TB paru BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Situs Rumah Sakit Penyakit Infeksi. [email protected]

2. Setelah 120 tahun, TBC masih menjadi momok. www.tempointeraltif.com

3. www.wikepedia.free.encyclopedia

4. Tuberkulosis di Indonesia. http://www.litbang.depkes.go.id/pdf.

5. Resistensi bakteri TBC. www.litbang.depkes.go.id

6. Gerdunas. http://Update.TBCIndonesia.or.id

7. Hiswani. Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih

Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Available from URL:

l ibrary.usu.ac.id./download/fkm-hiswani12.pdf .

8. Anonym. Tuberkulosis. Available from URL: www.wikipedia.com.

9. Anonym. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman

Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta: 2006.

10. Anonym. Pulmonary Tuberculosis. Available From URL :

www.thenewstoday.info/2006/12/08/pulmonary.tuberculosis.html .

11. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat

Penerbitan FKUI; 2006

12. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik, Jakarta: Pusat Penerbitan

FKUI; 2006.

13. Ahmad, Zen. Diagnosis Tuberkulosis Paru, Diktat Kuliah, Palembang:

Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

14. Sawaluddin. Analisis Pelaksanaan Pengobatan Tb Paru Dengan

Strategi DOTS di Puskesmas Wilayah Kota Medan. Available from URL:

library.usu.ac.id./download/ /tesis-sawaluddin.pdf.

24