tazkiyatul firdaus

50
EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh: TAZKIYATUL FIRDAUS NIM: 1111103000007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: susi

Post on 28-Sep-2015

52 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

have fun

TRANSCRIPT

  • EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK

    (Eleutherine palmifolia) DALAM MENGHAMBAT

    PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus

    Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

    Disusun Oleh:

    TAZKIYATUL FIRDAUS

    NIM: 1111103000007

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifulia) daramMenghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

    Laporan Penelitian

    Diajukan kepada Program studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana

    Kedokteran (S.Ked)

    Oleh

    Tazkivatul FirdausNIM: 1111103000007

    Pembimbing I Pembim

    $ffiedr. Erike Anggraini Suwarsono. M.Pd

    NIP. 19810926 20tt0t 2 007dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh. Ph.D

    NrP. 19770102 200501 2007

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAI\ DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAI\I

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERJSYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 Ht 2014 M

    111

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Penelitian EFEKTMTAS EKSTRAK BAWANG DAYAK(ELEUTHERINE PALMIFOLIA) DALAM MENGHAMBATPERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus yang diajukan olehTazkiyatul Firdaus (NIM: 1111103000007), telah diujikan dalam sidang diFakultas I(edokteran dan Ilmu Kesehatan pada 9 Septernber 2014. Laporanpenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked) pada program Studi Pendidikan Dokter.

    Ciputat, 9 September 2014

    DEWAN PENGUJI

    dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD

    NrP. 19810926 20tr01 2 007Penguji I

    YuliatlNIP. 196

    dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh. Ph.DNrP. 19770102 200s01 2 007

    Penguji II

    dgrsrgdr. Altya Siddiqa. Sp.FK

    NrP. 1 9750803 200912 2 005

    PIMPINAN FAKULTAS

    dr. Wtui Ardini. M.Gizi. SpGK

    lv

    Pembimbing I

    S.Si. M.Biomedt0915 2008012 022

    Kaprodi PSPD

    c) dr. MK. Tadjudin, Sp.AndProf. Dr.NrP. 19711023 201101 2 003

  • v

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

    Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan

    kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan

    laporan penelitian ini yang berjudul Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak

    (Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri

    Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, penulis haturkan ribuan terima kasih

    yang tak terhingga kepada:

    1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis

    menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

    3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,

    PhD selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan

    mengarahkan dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini.

    4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program Studi

    Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mem-

    follow-up perkembangan dan kendala riset pada setiap akhir modul.

    5. Keluarga tercinta: Husnul Aqib, Tutik Hidayatin, dan Nabilla Alfiani

    Rizqi yang selalu memberikan doa, motivasi super, dan semangat tiada

    batas hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

    6. Sahabat terbaik: Ifan Effendi, Zidni Furaidah, Siti Nashratul Kamillah, dan

    Samrotul Fuadi yang tidak pernah bosan untuk selalu mendukung,

    menemani, dan memberikan semangat serta doa yang sangat membantu

    selama menjalani penelitian dan proses penyelesaian laporan.

    7. Teman satu tim riset: Bagus Kusuma Wardhana, Fikriah Rezeki Amanda,

    Fitrian Amwaalun Nafiah, Shevrina Faradiba, dan Ardin Syahputra yang

    selalu memberikan bantuan dan dukungan satu sama lain selama menjalani

    penelitian bersama, sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

  • vi

    8. Teman seperjuangan: Nailil farohah, Elvin Ferayanti, Ifa Rizqiyatus

    Salsabila, Aini Yunianingtias, Yonita Sukra yang seringkali menghibur

    selama mengerjakan laporan penelitian ini.

    9. Laboran dan OB khususnya mbak Novi dan Pak Bacok yang sudah banyak

    membantu selama melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.

    Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan

    dan juga kekurangan maupun kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran

    dan kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan

    ini. Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa

    melimpahkan hidayah dalam setiap langkah. Semoga laporan ini dapat

    memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Ciputat, 31 Agustus 2014

    Tazkiyatul Firdaus

  • vii

    ABSTRAK

    Tazkiyatul Firdaus. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak

    Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan

    Bakteri Staphylococcus aureus. 2014

    Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dipercaya sebagai tanaman obat

    multifungsi untuk berbagai penyakit salah satunya yaitu sebagai antibakteri.

    Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,

    tannin, glikosid, dan triterpenoid yang memiliki efek antibakteri. Staphylococcus

    aureus adalah bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang dayak

    (Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus. Bawang dayak sebanyak 3 kg diekstraksi menggunakan pelarut etanol

    96% sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak bawang dayak dengan

    konsentrasi 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml diuji aktivitas antibakterinya

    terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient

    menggunakan metode disc diffusion. Didapatkan hasil bahwa ekstrak bawang

    dayak dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus dan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak

    dengan konsentrasi 40mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik

    dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml dan 20 mg/ml meskipun termasuk

    dalam klasifikasi daya hambat lemah.

    Kata Kunci: Staphylococcus aureus, Bawang Dayak

  • viii

    ABSTRACT

    Tazkiyatul Firdaus. Medical Education Study Program. Effectivity Bawang

    Dayak (Eleutherine palmifolia) Extract for Inhibiting Staphylococcus aureus

    Growth. 2014

    Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) has been used as a traditional plant which

    has benefits for many diseases, one of them is antibacteria. Bawang dayak is

    containing current group molecule of alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,

    glicoside, and triterpenoid as antibacterial agent. Staphylococcus aureus is a

    microbe causes upper respiratory tract infection (URTI). This study was

    conducted to determine the inhibitory effect of bawang dayak extract to

    Staphylococcus aureus growth. For about 3 kg bawang dayak was extracted using

    ethanol 96% and producing viscous extract. Bawang dayak extract with various

    concentrations 10mg/ml, 20mg/ml, 40mg/ml was tested on nutrient jelly by using

    disc diffusion method to determine antibacterial activity to Staphylococcus aureus

    growth. This study showed that ethanol extract of bawang dayak has inhibitory

    effect to Staphylococcus aureus growth and it can be concluded that 40mg/ml

    dose of bawang dayak extract resulted the best antibacterial effect among other

    concentrations although it was still classified as low inhibitory effect.

    Key Words: Staphylococcus aureus, Bawang Dayak

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ii

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii

    LEMBAR PENGESAHAN...... iv

    KATA PENGANTAR.. v

    ABSTRAK.

    ABTRACT

    vii

    viii

    DAFTAR ISI. ix

    DAFTAR TABEL. xi

    DAFTAR GAMBAR xii

    DAFTAR LAMPIRAN.. xiii

    BAB I PENDAHULUAN... 1

    1.1 Latar Belakang. 1

    1.2 Rumusan Masalah. 1

    1.3 Tujuan Penelitian.. 2

    1.4 Manfaat Penelitian.... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

    2.1 Landasan Teori 4

    2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia).. 4

    2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi.. 4

    2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak 5

    2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus..

    2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi

    6

    6

    2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri 8

    2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri.....

    2.2 Kerangka Teori

    9

    12

    2.3 Kerangka Konsep 12

    2.4 Definisi Operasional 13

  • x

    BAB 3 METODE PENELITIAN. 14

    3.1 Desain Penelitian

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....

    14

    14

    3.3 Bahan yang Diuji 14

    3.4 Sampel Bakteri 14

    3.5 Sampel Penelitian ..

    3.6 Indentifikasi Variabel..

    14

    15

    3.6.1 Variabel Bebas 15

    3.6.1 Variabel Terikat.. 15

    3.7 Alat dan Bahan Penelitian... 15

    3.7.1 Alat Penelitian. 15

    3.7.2 Bahan Penelitian. 16

    3.8 Cara Kerja Penelitian.. 16

    3.8.1 Tahap Persiapan. 16

    3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

    3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak.

    3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri

    3.1.8.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi.

    3.8.2 Tahap Pengujian..

    3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak...............

    16

    16

    16

    17

    17

    17

    3.9 Alur Penelitian.

    3.10 Pengolahan Data

    18

    19

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Ekstraksi Bawang Dayak.

    4.1.2 Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus

    4.2 Pembahasan.

    20

    20

    20

    20

    23

    BAB 5 PENUTUP

    5.1 Kesimpulan..

    5.2 Saran

    27

    27

    28

    DAFTAR PUSTAKA... 29

    LAMPIRAN.. 33

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.. 21

    Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney. 22

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Bawang Dayak.. 5

    Gambar 2.2 Hasil Pewarnaan gram Staphylococcus aureus ... 7

    Gambar 2.3 Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar .... 7

    Gambar 4.1 Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) ... 20

    Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan

    Staphylococcus aureus....

    Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat...

    21

    23

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran I Surat Hasil Determinasi Bahan..... 33

    Lampiran II Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak. 34

    Lampiran III Alat dan Bahan Penelitian... 35

    Lampiran IV Foto Hasil Penelitian ..

    Lampiran V Riwayat Penulis ...

    36

    37

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penggunaan obat tradisional pada masyarakat Indonesia saat ini semakin

    berkembang. Banyak masyarakat tertarik untuk mengobati segala penyakit yang

    dideritanya dengan pengobatan tradisional dari berbagai ragam tanaman obat

    Indonesia.6 Salah satunya yaitu tanaman bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang

    dipercaya sebagai tanaman obat multifungsi untuk berbagai penyakit.7 Dalam umbi

    bawang dayak terkandung senyawa fitokimia antara lain: alkaloid, glikosid,

    flavonoid, fenolik, streroid, dan tannin7 yang mana senyawa-senyawa tersebut diduga

    memiliki efek antimikroba.8

    Khasiat bawang dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai antibakteri telah

    dibuktikan oleh Mierza (2011), bahwa ekstrak bawang dayak dengan pelarut etanol

    menggunakan metode disc diffusion pada konsentrasi 10mg/ml dan 20mg/ml dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan rata-rata zona

    hambat yang dihasilkan adalah 12,5 mm dan 14 mm.8

    Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen utama pada manusia

    sehingga hampir semua orang pernah mengalami infeksi bakteri ini selama hidupnya

    dengan derajat keparahan yang beragam.1 Staphylococcus aureus termasuk salah satu

    bakteri penyebab ISPA ke empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%),

    Streptococcus alfa (10,7%), dan Candida (7,1%).2 Bila pada pasien yang terinfeksi

    bakteri Staphylococcus aureus dilakukan pemeriksaan pewarnaan Gram pada apusan

    tenggorok maka akan didapatkan gambaran bakteri yang berbentuk kokus Gram

    positif yang berkelompok.3

    Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang

    salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. Penyakit ini sering terjadi pada anak.

    Indonesia merupakan Negara dengan peringkat keempat yaitu 6 juta episode dengan

    kasus ISPA tertinggi setelah India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta).

  • 2

    Episode batuk pilek pada balita di Indonesia dalam setahun diperkirakan mencapai 2-

    3 kali. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di puskesmas

    (40-60%) dan rumah sakit (15-30%).4

    Berdasarkan laporan tahun 2013, lima provinsi dengan angka kejadian ISPA

    tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa

    Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Berdasarkan usia, karakteristik

    penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%) dan

    selanjutnya pada usia

  • 3

    1.3.2 Tujuan Khusus:

    Mengetahui konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine

    palmifolia) yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Untuk masyarakat :

    Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat bawang dayak

    (Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus.

    1.4.2 Untuk Institusi :

    Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan

    tentang efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)

    dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

    menambah referensi sehingga dapat digunakan para peneliti lain.

    1.4.3 Untuk peneliti :

    Dengan penelitian ini, dapat meningkatkan kemampuan dalam

    melakukan penelitian dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

    efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)

    2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi

    Bawang dayak adalah tanaman khas Kalimantan Tengah yang digunakan oleh

    masyarakat suku Dayak sebagai obat. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 30-40cm.

    Bentuk umbi pada bawang dayak berwarna merah berlapis menyerupai bawang

    merah yang biasa dipakai sebagai bumbu masakan, berdaun tunggal seperti pita

    dengan ujung dan pangkal runcing tepi rata atau tidak bergerigi berwarna hijau.

    Memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang berwarna putih dengan putik

    berbentuk jarum berukuran kurang lebih 4mm berwarna putih kekuningan, dan

    memili akar serabut berwarna cokelat muda.7,9

    Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah

    klasifikasi dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia)10

    :

    Divisi : Magnoliophyta

    Class : Liliopsida

    Ordo : Liliales

    Family : Iridaceae

    Genus : Eleutherine

    Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr

    Tanaman bawang dayak tumbuh dengan baik pada daerah tropis dengan

    ketinggian sekitar 600-1500 meter dari permukaan air laut. Biasanya ditemukan di

    pinggir jalan yang berumput, di kebun teh, kina, dan kebun karet.23

    Penamaan lain

    dari bawang dayak juga berbeda yaitu: Bawang kapal (Melayu), Bawang Sabrang

    (Sunda), Brambang Sabrang (Jawa tengah).10

  • 5

    Gambar 2.1.Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)

    Sumber :http://www.ecplaza.net/trade-leads-seller/eleutherine-palmifolia--7806106.html diunduh

    pada tanggal 12/12/2013

    2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak

    Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti: alkaloid,

    glikosid, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin yang merupakan sumber potensial

    untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid memiliki fungsi sebagai

    antimikroba. Selain itu, alkaloid, glikosid, dan flavonoid juga memiliki fungsi sebagai

    hipoglikemik sedangkan tanin biasa digunakan sebagai obat sakit perut.7

    Alkaloid yang terkandung dalam bawang dayak adalah suatu golongan

    senyawa organik yang memiliki paling sedikit satu atom nitrogen. Kebanyakan

    alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur tertentu, tidak berwarna dan bersifat

    basa. Alkaloid dapat ditemukan dari berbagai bagian tumbuh-tumbuhan seperti pada

    biji, daun, ranting dan kulit batang. Hampir semua alkaloid mempunyai efek biologis

    tertentu, ada yang beracun dan ada juga yang sangat berguna sebagai obat.11

    Kadar air yang dimiliki bawang dayak dalam bentuk serbuk simplisia sekitar

    8,98 %, kadar sari yang larut dalam air adalah 8,03%, kadar sari yang larut dalam

  • 6

    etanol adalah 9,6%. Ekstrak etanol bawang dayak juga memiliki efek antioksidan

    kuat.13

    2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus

    2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi

    Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang memiliki

    bentuk kokus berdiameter antara 0,8-1,0 mikron, tidak bergerak, tidak berspora dan

    berkelompok seperti buah anggur bila dilihat di bawah mikroskop.14,15

    Bakteri ini

    bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung

    hidrogen. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat dengan diameter 1-2 mm,

    cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak.15

    Koloni yang dibentuk

    berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan namun koloni bakteri yang masih

    sangat muda tidak berwarna. Batas suhu untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus

    adalah 150C dan 40

    0C dan paling cepat berkembang pada suhu 37

    0 C.

    1,15 Diantara

    semua bakteri yang tidak membentuk spora, Staphylococcus aureus termasuk jenis

    kuman yang paling kuat. Bakteri ini dapat tetap hidup selama berbulan-bulan dalam

    media agar miring yang disimpan di lemari es maupun pada suhu kamar dan dapat

    bertahan dalam zat kimia yaitu alkohol 50-70% selama 1 jam.15

    Sistematika

    Staphylococus aureus adalah sebagai berikut:1

    Divisi : Protophyta

    Kelas : Schizomycetes

    Bangsa : Eubacteriales

    Suku : Micrococcaceae

    Marga : Staphylococcus

    Jenis : Staphylococcus aureus

  • 7

    Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus

    Sumber : http://www.microbeworld.org diunduh pada tanggal 12/12/2013

    Gambar 2.3. Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar

    Staphylococcus aureus bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk

    koagulase, mencairkan gelatin, membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol.

    Bakteri ini merupakan bakteri patogen utama pada manusia yang menghasilkan 3

    metabolit bersifat nontoksin, eksotoksin, dan enterotoksin. Metabolit nontoksin yang

    dimiliki antara lain: antigen permukaan dan koagulase yang berfungsi mencegah

    fagositosis, dan hialuronidase yang berfungsi mempermudah penyebaran bakteri.1,15

    Sehingga bakteri ini dapat masuk ke saluran limfatik dan pembuluh darah yang

    akhirnya menimbulkan komplikasi bakteremia yang membahayakan. Tempat

    predileksi Staphylococcus aureus pada tubuh manusia yaitu 70-90% pada nares

    anterior, 5-20% pada perineum, 10% di vagina pada perempuan yang dalam masa

  • 8

    menstruasi.16

    Bahan untuk mengidentifikasi bakteri ini dapat diperoleh dengan cara

    swabbing, atau langsung dari darah, pus, sputum atau likuor serebrospinal.15

    Infeksi Staphylococcus aureus disebabkan karena faktor virulensi bakteri dan

    juga daya tahan tubuh yang menurun. Dari faktor mikroba, bakteri Staphylococcus

    aureus memiliki dinding yang tersusun dari peptidoglikan yang besar sehingga

    mampu bertahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain

    itu, bakteri Staphylooccus aureus juga menghasilkan banyak toksin ekstraseluler yang

    berespon terhadap rangsangan lingkungan fisikokimiawi.16

    Selain dapat menyebabkan

    infeksi pada kulit, bakteri Staphylococcus aureus juga termasuk penyebab ISPA ke

    empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%), Streptococcus alfa (10,7%),

    dan Candida (7,1%).2

    2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri

    Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau menekan

    pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan

    mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

    1. Menghambat metabolisme sel bakteri

    Mikroba membutuhkan asam folat untuk bisa bertahan hidup. Asam folat

    yang dibutuhkan mikroba didapatkan dari hasil sintesis asam amino benzoat

    (PABA). Sulfonamida adalah contoh obat yang bekerja menghambat

    metabolisme akan bersaing dengan PABA yang menghasilkan analog asam folat

    nonfungsional sehingga pertumbuhan sel mikroba akan terhambat.17

    2. Menghambat sintesis dinding sel bakteri

    Dinding sel mikroba terdiri dari peptidoglikan. Golongan antibiotik yang

    menghambat sintesis dinding sel bersifat bakterisidal karena tekanan osmotik

    intra sel lebih tinggi daripada ekstra sel. Penisilin adalah obat yang bekerja

    menghambat reaksi pembentukan dinding sel pada tahap transpeptidasi.17

    3. Mengganggu keutuhan membran sel bakteri

    Antimikroba yang mengandung senyawa amonium-kuaterner bila

    bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid akan dapat merusak membran sel

  • 9

    akibatnya protein, asam nukleat dan lain-lain akan keluar dari sel mikroba.

    Contoh golongan obat yang bekerja mengganggu keutuhan membran sel mikroba

    adalah polimiksin. Bakteri Gram positif mengandung sedikit fosfor sehingga

    antimikroba polimiksin tidak efektif. Bila kandungan fosfor menurun pada

    bakteri Gram negatif maka akan resisten.17

    4. Menghambat sintesis protein sel bakteri

    Sel mikroba mensintesis berbagai protein di ribosom dengan bantuan

    tRNA dan mRNA. Setiap ribosom memiliki dua subunit yaitu ribosom 30S dan

    ribosom 50S. Ribosom 30S dan ribosom 50S nantinya bersatu menjadi ribosom

    70S untuk dapat mensintesis protein. Contoh obat yang berikatan dengan

    komponen ribosom 30S adalah streptomisin yang menyebabkan kode pada

    mRNA salah dibaca oleh tRNA saat sintesis protein sehingga terjadi

    pembentukan protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba.

    Sedangkan golongan eritromisin, linkomisin, dan kloramfenikol berikatan

    dengan ribosom 50S.17

    5. Menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri

    Antimikroba yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba

    adalah rifampisin dan quinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-

    RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA sel mikroba.17

    2.1.4. Metode Pengujian Antibakteri

    Uji antimikroba dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi

    mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Terdapat bermacam-macam metode uji

    antimikroba yang dapat dilakukan :

    1. Metode Dilusi

    Terdapat dua cara untuk melakukan metode ini, metode dilusi cair (broth

    dilution) dan metode dilusi padat (solid dilution test).18,19Metode dilusi digunakan

    untuk menentukan konsentrasi hambat minimum atau konsentrasi bunuh minimum

    dari antimikroba terhadap mikroba yang diujikan. Cara yang dilakukan adalah dengan

    membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan

  • 10

    dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat

    jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai kadar hambat

    minimum. Selanjutnya larutan tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa

    penambahan mikroba uji maupun agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam.

    Setelah diinkubasi media cair yang tetap jernih ditetapkan sebagai kadar bunuh

    minimum.18

    2. Metode Difusi

    Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

    a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)

    Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen

    antimikroba. Metode ini dilakukan dengan meletakkan piringan (blanc disc) yang

    sudah diisi dengan suatu zat antimikroba pada media agar yang telah ditanami

    mikroorganisme. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

    mikroorganisme oleh agen antimikroba.18

    Efektifitas antibakteri menurut

    Greenwood (1995) dapat diklasifikasikan pada tabel berikut:12

    Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan

    >20 mm Kuat

    16-20 mm Sedang

    10-15 mm Lemah

  • 11

    Untuk klasifikasi zona hambat antibakteri berdasarkan CLSI 2011 adalah

    sebagai berikut:

    Zona hambat agen antimikroba berdasarkan CLSI guidelines 2011

    Antibiotik Dosis Perlakuan Susceptible Intermedietly

    susceptible

    Resistant

    Amoksisilin 20/10

    ug

    Enterobacteriaceae 18 mm 14-17 mm 13 mm

    Haemophilus

    influenza

    20 mm 19 mm

    Staphylococcus

    aureus

    20 mm 19 mm

    Telah diolah Kembali

    b. E-test

    Metode E-test digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal suatu agen

    antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang

    dilakukan menggunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari

    kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang

    sudah ditanami mikroorganisme.18

    c. Ditch-plate technique

    Metode ini dilakukan dengan meletakkan agen antimikroba pada parit yang

    telah dibuat dengan cara memotong media Agar dalam cawan petri pada bagian

    tengah secara membujur kemudian mikroba uji digoreskan ke arah parit yang

    berisi agen antimikroba.18

    d. Cup-plate technique (Metode lubang)

    Cup-plate technique memiliki prinsip yang serupa dengan metode disk difusi.

    Pada metode ini, media Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dibuat

    lubang yang kemudian diisi dengan zat antimikroba yang akan diuji.18

  • 12

    2.2 Kerangka Teori

    2.3 Kerangka Konsep

    Ekstrak bawang dayak dengan

    berbagai konsentrasi

    Biakan Bakteri Staphylococcus aureus

    Pertumbuhan bakteri normal Pertumbuhan bakteri terhambat

    Menghitung zona hambat

    Mengandung senyawa

    antimikroba

    Bawang Dayak

    Flavonoid Tanin Triterpenoid Saponin

    Merusak

    membran

    sel bakteri

    Menghambat

    sintesis DNA

    dan RNA

    Mengganggu

    metabolisme

    sel bakteri

    Mengganggu

    proses

    terbentuknya

    dinding sel

    bakteri

    Mengganggu

    kestabilan

    membran

    sitoplasma

    Gangguan pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus

  • 13

    Biakan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient diberikan

    ekstrak bawang dayak dengan berbagai konsentrasi yang mengandung senyawa

    antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ditandai

    dengan terbentuknya zona terang disekitar cakram. Selanjutnya dilakukan

    penghitungan hasil dari zona terang untuk menilai efektifitas dari ekstrak

    bawang dayak terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

    2.4 Definisi Operasional

    No. Variabel Definisi

    Operasional

    Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    Ukur

    1. Zona hambat

    S.aureus

    Zona terang di

    sekitar cakram

    pada media agar

    nutrient yang

    telah ditanami

    S.aureus

    Penggaris

    (mm)

    Diameter

    zona

    hambat

    (mm)

    Numerik

    2. Konsentrasi

    ekstrak

    bawang

    dayak

    Ekstrak bawang

    dayak dengan

    konsentrasi

    yang telah

    ditentukan

    Timbangan Jumlah

    ekstrak

    sesuai

    dengan

    besar

    konsentrasi

    Kategorik

    3. Larutan

    kontrol

    negatif

    Larutan kontrol

    negatif

    menggunakan

    aquades

    Mikro pipet Cakram uji

    berisi

    aquades

    Kategorik

    4. Kontrol

    positif

    Kontrol positif

    berupa kertas

    cakram berisi

    antibiotik

    amoksisilin

    Tidak ada Cakram uji

    berisi

    antibiotik

    amoksisilin

    Numerik

  • 14

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan uji eksperimental secara in vitro dengan teknik disc

    diffusion untuk melihat efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) terhadap

    pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

    Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor, sedangkan proses ekstraksi bawang dayak

    (Eleutherine palmifolia) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

    (BALITRO) Bogor. Kemudian, penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus

    2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3.3 Bahan yang diuji

    Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang telah dideterminasi oleh

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor dan diekstraksi oleh

    Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.

    3.4 Sampel Bakteri

    Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media agar nutrient, dan

    diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

    3.5 Sampel Penelitian

    Penentuan jumlah sampel penelitian dihitung menurut rumus Federer :

    Rumus : (k-1).(n-1) 15

    Keterangan : k = Jumlah kelompok perlakuan

    n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok

  • 15

    Dalam penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif,

    konsentrasi bawang dayak 10 mg/ml, konsentrasi bawang dayak 20 mg/ml,

    konsentrasi bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol positif sehingga berdasarkan rumus

    Federer didapatkan jumlah sampel dari setiap kelompok perlakuan sebagai berikut :

    (k-1).(n-1) 15

    (5-1).(n-1) 15

    4n.-4 15

    4n 19

    n 4,75

    Sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 6.

    3.6 Identifikasi Variabel

    3.6.1 Variabel Bebas

    Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan berbagai konsentrasi.

    3.6.2 Variabel Terikat

    Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media Agar nutrient, diukur

    dengan diameter zona hambat (zona terang) yang terbentuk dalam milimeter (mm).

    3.7 Alat dan Bahan Penelitian

    3.7.1 Alat Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

    Tabung Reaksi Ose Timbangan

    Mikropipet Spatula Besi Autoclave

    Vortex Cawan Petri Baki

    Bunsen Penggaris Swab Kapas

    Korek Api Rak Tabung Pinset

    Inkubator Cakram uji kosong Label

    Alat Tulis Tisu Laminar Air Flow

  • 16

    3.7.2 Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: media agar nutrient,

    ekstrak bawang dayak, aquades steril, pelarut etanol, biakan Staphylococcus aureus,

    cakram uji kosong, cakram amoksisilin.

    3.8 Cara Kerja Penelitian

    3.8.1 Tahap Persiapan

    3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

    Seluruh alat yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoklaf selama 15

    menit pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm setelah sebelumnya dicuci bersih,

    dikeringkan, dan dibungkus dengan kertas.

    3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak

    Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut

    etanol 96%. Sebanyak 3 kg bawang dayak dicuci bersih kemudian digelinder hingga

    didapatkan serbuk bawang dayak. Selanjutnya serbuk dimaserasi pada empat buah

    wadah kaca berwarna gelap dengan pelarut etanol 96% sehingga seluruh serbuk

    terendam sempurna lalu dikocok dengan mixer selama 2-3 jam dan ditutup dengan

    aluminium foil kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian disaring

    dan didapatkan maserat. Tahap selanjutnya, ampas dimaserasi kembali dengan etanol

    96% menggunakan prosedur yang sama. Seluruh maserat dikumpulkan dan diuapkan

    dengan rotary evaporator pada suhu 55oC untuk mendapat ekstrak kental yang bebas

    dari pelarut.

    3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri

    Pembuatan suspensi bakteri dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan

    murni bakteri Staphylococcus aureus ke dalam media Agar nutrient kemudian

    diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam di dalam inkubator.

  • 17

    3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi

    Variabel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 5 variabel, kontrol

    negatif, variasi konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml

    dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan kontrol positif menggunakan antibiotik

    amoksisilin 25g. Penentuan variasi konsentrasi ditentukan berdasarkan penelitian

    terdahulu yang dilakukan oleh Mierza (2011) yang menggunakan variasi konsentrasi

    5mg/ml,10mg/ml dan 20mg/ml dengan konsentrasi efektif yang didapatkan adalah

    20mg/ml.8

    3.8.2 Tahap Pengujian

    3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak

    Biakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah diremajakan, diambil

    sebanyak 1 ose lalu disuspensikan dalam larutan pengencer NaCl dan divortex hingga

    homogen kemudian suspensi dibandingkan kejernihannya dengan larutan standar 0,5

    mF. Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus yang telah dibuat dioleskan

    menggunakan kapas lidi steril pada media pertumbuhan Agar nutrient. Kemudian

    cakram kosong yang telah dicelup kedalam stok konsentrasi ekstrak bawang dayak

    selama 15 menit diletakkan di atas permukaan agar secara steril. Selanjutnya media

    diinkubasi ke dalam inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam. Setelah proses

    inkubasi selesai, kemudian dilakukan pengukuran diameter daerah zona terang

    dengan menggunakan penggaris.

  • 18

    3.9 Alur Penelitian

    Pengumpulan

    bawang dayak Determinasi

    tanaman

    Ekstraksi bawang dayak

    (Eleutherine palmifolia)

    Pembiakan bakteri

    Staphylococcus aureus

    Kelompok

    1

    Kontrol (-)

    Kelompok

    3

    konsentrasi

    ekstrak

    20mg/ml

    Kelompok

    4

    konsentrasi

    ekstrak

    40mg/ml

    Kelompok

    2

    konsentrasi

    ekstrak

    10mg/ml

    Kelompok 5

    Kontrol (+)

    Pembuatan stok

    variable konsentrasi

    konsentrasi

    Penanaman pada biakan

    Inkubasi selama

    24 jam

    Pengukuran zona hambat

    Menghitung rata-rata setiap

    kelompok perlakuan

    Analisis Data

    Dilakukan

    dengan 6x

    pengulangan

  • 19

    3.10 Pengolahan Data

    Data hasil penelitian efek ekstrak bawang dayak pada Staphylococcus aureus

    dianalisis menggunakan program SPSS 18.0. untuk melihat apakah ada perbedaan

    yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang mengandung berbagai

    konsentrasi ekstrak bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

    aureus. Data pada penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak

    berpasangan.

    Karena distribusi data dari penelitian ini tidak normal maka uji statistik yang

    digunakan adalah uji non-parametrik dengan Kruskall-Wallis. Hasil uji dianggap

    bermakna atau terdapat perbedaan jika nilai p

  • 20

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    4.1.1. Ekstraksi Bawang Dayak

    Bawang dayak didapatkan langsung dari Kalimantan. Selanjutnya

    dilakukan determinasi tanaman di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

    (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk membuktikan bahwa tanaman merupakan

    jenis Eleutherine palmifolia (L.) Merr., suku Iridaceae.

    Setelah dilakukan determinasi tanaman kemudian 3kg bawang dayak

    di ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan menghasilkan hasil

    ekstrak sebanyak 10,3 ml dengan konsistensi cair, berwarna kuning

    kecoklatan.

    Gambar 4.1. Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)

    4.1.2. Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus

    Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

    yang diuji menggunakan disc diffusion, dengan konsentrasi ekstrak bawang

  • 21

    dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml diketahui memiliki aktivitas

    antibakteri. Hal ini diketahui dengan terbentuknya zona bening di sekeliling

    kertas cakram uji yang menujukkan hambatan pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus akibat pengaruh ekstrak bawang dayak.

    Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

    aureus

    Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

    Perlakuan Median (mm) Range

    Ekstrak Bawang Dayak 10 mg/ml 9.00 2.00

    Ekstrak Bawang Dayak 20 mg/ml 9.00 4.00

    Ekstrak Bawang Dayak 40 mg/ml 11.50 5.00

    Kontrol (+) 32.50 5.00

    Kontrol (-) 0.00 .00

    40mg/ml

    20mg/ml

    10mg/ml

    K (-) K (+)

  • 22

    Dalam penelitian ini karena data tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji

    One-way ANOVA maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan diperoleh nilai p = 0,001

    yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar kelompok. Selanjutnya

    untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan maka dilakukan analisis

    Post Hoc dengan uji Mann-Whitney.

    Dari hasil analisis statistik Post Hoc dengan uji Mann-Whitney didapatkan

    hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua

    konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak

    bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml dengan konsentrasi

    ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol negatif dengan kontrol positif.

    Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney

    Perlakuan Konsentrasi

    10 mg/ml

    Konsentrasi

    20 mg/ml

    Konsentrasi

    40 mg/ml Kontrol (+) Kontrol (-)

    Konsentrasi

    10 mg/ml

    0.343 0.007* 0.003* 0.002*

    Konsentrasi

    20 mg/ml 0.343

    0.051 0.003* 0.002*

    Konsentrasi

    40 mg/ml 0.007*

    0.003* 0.002*

    Kontrol (+)

    0.003* 0.003* 0.003*

    0.002*

    Kontrol (-) 0.002* 0.002* 0.002* 0.002*

    Keterangan : *Signifikan

  • 23

    Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat

    4.2 Pembahasan

    Pemberian ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) memiliki efek

    antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan

    terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian

    ekstrak bawang dayak dapat dihubungkan dengan senyawa-senyawa yang terkandung

    didalamnya. Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid,

    saponin, tannin, glikosid, antrakinon glikosida dan steroid.8 Tannin, saponin,

    triterpenoid yang termasuk dalam golongan steroid bebas, dan flavonoid dilaporkan

    memiliki efek antibakteri.8,20,21

    Alkaloid, antrakuinon, tannin, dan flavonoid memiliki

    khasiat sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus.8,20,21,24

    Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk kompleks

    protein ekstraselular sehingga dapat merusak membran sel bakteri, menghambat

    0.

    5.

    10.

    15.

    20.

    25.

    30.

    35.

    40.

    Kontrol (-) 10 20 40 Amoksisilin

    Zon

    a H

    amb

    at (

    mm

    )

    Konsentrasi Bawang Dayak (mg/ml)

    Amoksisilin

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

  • 24

    sintesis DNA dan RNA, dan mengganggu metabolisme sel bakteri.25

    Mekanisme

    triterpenoid yaitu dengan mengganggu proses terbentuknya dinding sel bakteri.20

    Mekanisme tannin yaitu dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA

    topoisomerase, serta mengganggu pembentukan dinding sel bakteri seperti halnya

    triterpenoid. Sedangkan mekanisme saponin sebagai antimikroba yaitu mengganggu

    kestabilan membran sitoplasma dengan meningkatkan permeabilitasnya sehingga

    terjadi kebocoran sel bakteri.25

    Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Mierza (2011), yang

    membuktikan bahwa ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan

    menggunakan pelarut etanol 80% mempunyai efek antibakteri terhadap

    Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi agar

    dan menggunakan medium MHA. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Variasi

    konsentrasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu 5mg/ml, 10mg/ml, dan

    20mg/ml. Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang dayak

    maka semakin besar rata-rata zona hambat yang dihasilkan. konsentrasi hambat

    minimum (KHM) 10 mg/ml pada penelitian tersebut menunjukkan zona hambat

    sebesar 12,50 mm. Sedangkan pada konsentrasi 20 mg/ml menunjukkan zona hambat

    sebesar 14 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya,

    terdapat perbedaan dengan hasil penelitian ini yaitu rata-rata zona hambat yang

    dihasilkan dari konsentrasi 10 mg/ml pada penelitian ini hanya sebesar 8,83 mm, dari

    konsentrasi 20 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 9,67 mm, dan dari

    konsentrasi 40 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 11,83 mm. Ketidaksesuaian

    dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh tidak

    diketahuinya umur bawang dayak saat dipanen, tidak diketahuinya kadar senyawa

    aktif yang terdapat pada ekstrak, perbedaan dari medium yang digunakan, dan

    perbedaan konsentrasi pelarut pada penelitian.

    Kalidass (2012), meneliti efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)

    dengan menggunakan pelarut etanol terhadap bakteri MRSA (Methicillin-resistant

    Staphylococcus aureus) dengan variasi konsentrasi 50 mg/ml, 75 mg/ml, dan

  • 25

    100mg/ml dan didapatkan hasil bahwa zona hambat yang dihasilkan dari konsentrasi

    50mg/ml sebesar 14 mm, dari konsentrasi 75mg/ml sebesar 17 mm, dan dari

    konsentrasi 100mg/ml didapatkan zona hambat sebesar 33 mm. Dari hasil penelitian

    tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak efektif dalam menghambat

    bakteri Staphylococcus aureus dan semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat

    yang dihasilkan akan semakin besar.

    Penelitian yang lain juga telah dilakukan oleh Ifesan (2009), yang meneliti

    efek ekstrak bawang dayak dengan jenis lain yaitu Eleutherine americana terhadap

    bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari makanan. Ekstraksi bawang dayak

    dilakukan secara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Ekstrak yang digunakan

    pada penelitian tersebut sebesar 250 mg/ml yang dilarutkan dalam pelarut DMSO

    (Dimethylsulfoxide) kemudian diambil tiap 10 ml untuk dilarutkan lagi dalam

    berbagai macam pelarut, yaitu: etanol, heksana, aceton, dan campuran etanol heksana.

    Cakram disk yang sudah diisi dengan ekstrak bawang dayak kemudian ditanam pada

    biakan bakteri Staphylococcus aureus dan diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam.

    Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata zona hambat dengan pelarut etanol sebesar

    15,36 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut heksana sebesar 14,51 mm, rata-rata

    zona hambat dengan pelarut aceton sebesar 15,75 mm dan rata-rata zona hambat

    dengan pelarut campuran etanol heksana sebesar 14,59 mm.22

    Dari hasil penelitian

    tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak

    bawang dayak dengan pelarut aceton lebih besar dibanding dengan pelarut yang lain.

    Namun pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa ekstrak dengan menggunakan

    pelarut etanol adalah yang akan digunakan pada penelitian-penelitian selanjutnya

    karena tujuan dari penelitian akan diaplikasikan sebagai obat. Adanya perbedaan dari

    jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi, penambahan pelarut DMSO, perbedaan

    suhu saat inkubasi, dan perbedaan jumlah konsentrasi yang digunakan dalam

    penelitian tersebut menjadi sebab ketidaksesuaian hasil penelitian ini.

    Pada penelitian ini didapatkan hasil yang paling signifikan dalam

    menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah konsentrasi ekstrak bawang dayak

  • 26

    40 mg/ml. Namun zona hambat yang dihasilkan tetap tidak melebihi zona hambat

    yang dihasilkan oleh kontrol positif berupa amoksisilin yang merupakan antibiotik

    golongan beta laktam. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja antibiotik amoksisilin

    yang sudah teruji pasti yaitu menghambat pembentukan dinding bakteri dengan

    menghambat sintesis petidoglikan sehingga pada penelitian ini memperlihatkan hasil

    zona hambatan bakteri yang paling besar.

    Berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995), konsentrasi ekstrak bawang dayak

    40mg/ml dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus meskipun termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.

  • 27

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

    1. Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan pelarut etanol

    96% dapat memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan bakteri

    Staphylococccus aureus.

    2. Ekstrak bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml memiliki aktivitas

    antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml

    dan 20 mg/ml meskipun berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995)

    termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.

    3. Hasil uji statistik dengan metode uji Mann-Whitney menunjukan bahwa

    terdapat perbedaan yang bermakna antar kontrol negatif dengan semua

    konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua

    konsentrasi ekstrak bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10

    mg/ml dengan konsentrasi ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol

    negatif dengan kontrol positif.

  • 28

    5.2 Saran

    Bagi peneliti berikutnya:

    1. Memilih bahan dengan kualitas baik, sehingga didapatkan hasil ekstrak yang

    baik.

    2. Menyimpan dan menjaga kesterilan ekstrak untuk menjaga kualitas ekstrak

    3. Melakukan penelitian tentang kandungan bahan aktif bawang dayak yang

    spesifik menjadi antibakteri.

    4. Melakukan penelitian dengan memperhatikan kesterilan alat dan tempat yang

    digunakan agar tidak terjadi kontaminasi pada hasil penelitian.

    5. Melakukan penelitian dengan menggunakan konsentrasi ekstrak yang lebih

    tinggi.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz. Edisi 2.

    Jakarta: EGC. 2007. Hal 225-235.

    2. Imron L, Marjanis S, Mulyono W, Djoko Y, Noenoeng R. Etiologi Infeksi

    Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan. Buletin Penelitian

    Kesehatan 18 (1). 1990. Hal 26-32.

    3. Ronald, A. Sacher, Richard, A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

    Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2004.

    4. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

    Penyehatan Lingkungan. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan

    Akut. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2011.

    5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan

    RI. Riset Kesehatan Dasar: Jakarta. 2013. Diunduh pada tanggal 27 April 2014

    www.Riskesdas.com.

    6. Harmanto N, Subroto M Ahkam. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping.

    Jakarta : Elex media komputindo. 2007. Hal 4-5.

    7. Galingging, R. Y. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai Tanaman

    Obat Multifungsi. 2009. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013

    http://Kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/data/bawang%20dayak.pdf

  • 30

    8. Mierza V, Suryanto D, Pandabotan M. Nasution. Skrining Fitokimia dan Uji

    Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia

    Merr.). Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011.

    Hal.340-351.

    9. Klasifikasi Eleutherine Americana Di unduh pada tanggal 29 juli 2014.

    http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat

    10. Klasifikasi Tumbuhan Eleutherine palmifolia. diunduh tanggal 29 Juli 2014

    http://www.bi.itb.ac.id/hebarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=23837

    11. Lenny, Sovia. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida.

    Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sumatera Utara. Medan. 2006.

    12. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity Test), Antimicrobial and

    Chemotheraphy. USA: McGraw Hill Company. 1995.

    13. Rusmiati, dkk. Efek Antioksidan Ekstrak Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine

    palmifolia) pada Gambaran Histopatologis Paru-paru Tikus yang Dipapar Asap

    Rokok. Skripsi. Program study Biologi FMIPA. Universitas Lambung

    Mangkurat. Kalimantan Selatan. 2012.

    14. Arthur G. Johnson, Richard J. Ziegler, Louise Hawley. Essential Mikrobiologi

    dan Imunologi. Ed.5. Tangerang-selatan: Binarupa Aksara Publisher. 2011.

    15. Staf pengajar bagian mikrobiologi FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.

    Jakarta: Bina Aksara. 2010.

  • 31

    16. Isselbacher, Braunwald et all. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.

    Vol 2. Ed 13. Jakarta: EGC. 1999. p686-693.

    17. Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.

    Edisi5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 585-587.

    18. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008.

    Hal.188-190.

    19. Lalitha M. Manual on Antimicroial Susceptibility Testing. Departement of

    microbiology Christian Medical Collage : Vellore. 2004.

    20. Ayunin, L Qurrotu. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada

    Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi,

    Jurusan kimia fakultas sains dan teknologi. UIN Malang. 2008.

    21. Parubak, S Apriani. Senyawa Flavonoida yang Bersifat Antibakteri. Vol 6.

    2013.Http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php//chemprog/article/view/2069

    Diunduh pada tanggal 27 Agustus 2014.

    22. Ifesan, B.O.T. Inhibitory Effect of Eleutherine Americana Merr. Extract on

    Staphylococcus aureus Isolated from Food. Mc food & Microbiology and safety

    : Journal of food science Vol.74. 2009.

    23. Yusni, M Ali. Perbedaan Fraksi Etanolik Bawang Dayak (Eleutherine

    palmifolia L.Merr) dengan 5-Fluorouracil Terhadap Penghambatan Galur Sel

    Karsinoma Kolon HT29 Dan Ekapresi p53 Mutan. Program Pendidikan Dokter

    Spesialis Ilmu Bedah FK UNS. RSUD Dr.Moewardi Surakarta. 2008.

  • 32

    24. Sitompul, E. Aktivitas Antibakteri dan Analisis Kandungan Kimia Daun Ungu

    (Graptophyllum pictum L.Griff). Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

    Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011. Hal 245-249.

    25. Mercy N, Jemmy A, Vanda S. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang

    Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In

    Vitro. Jurusan Kimia. FMIPA. Unsrat. Manado. 2013.

    26. Kalidass S, Sembian S, Femina W, Febina B, Gilbert R. Antagonistic activity of

    Eleutherine palmifolia Linn. Asian Pasific Journal of Tropical Disease. 2013.

  • 33

    LAMPIRAN I

    (Surat Hasil Determinasi Tumbuhan)

  • 34

    LAMPIRAN II

    (Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak)

  • 36

    LAMPIRAN IV

    (Foto Hasil Penelitian)

    K (-)

    K (+)

    K (+)

    K (-)

    K (-)

    K (+)

    40mg/ml

    40mg/ml

    10mg/ml

    10mg/ml

    10mg/ml

    20mg/ml

    20mg/ml

    40mg/ml

    20mg/ml

    K (-)

    K (-)

    K (+)

    10mg/ml

    20mg/ml

    40mg/ml

    10mg/ml

    20mg/ml

    40mg/ml

    K (+) K (+)

    Aquades

    Etanol

  • 37

    LAMPIRAN V

    RIWAYAT PENULIS

    Nama : Tazkiyatul Firdaus

    Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 22 April 1993

    Alamat : Jl. Raya Payaman Solokuro Lamongan

    Email : [email protected]

    No. Telepon : 085730909994

    Riwayat Pendidikan

    1996-1999 : TK Aisiyah Bustanul Athfal Payaman Solokuro Lamongan

    1999-2005 : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 01 Payaman

    2005-2008 : SMP Muhammadiyah 12 Paciran Lamongan

    2008-2011 : Madrasah Aliyah Al-Ishlah Sendangagung Paciran

    Lamongan

    2011-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitan Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.