tatalaksana gizi buruk
DESCRIPTION
Gizi KlinikTRANSCRIPT
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein (KEP) dalam makanan sehari hari (Admin, 2008)
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Buku antopometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS
dengan indeks berat menurut umur, indeks tinggi badan menurut umur, berat badan
dibanding tinggi badan (Supariasa, 2002).
2.2 Faktor penyebab masalah gizi
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu
strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan
bahwa masalah gizi buruk dapat disebabkan oleh :
a. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi buruk. Timbulnya gizi
buruk tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup banyak makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya
dapat menderita gizi buruk. Demikian pula dengan anak yang tidak memperoleh cukup
makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan masalah gizi yaitu :
1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah maupun mutu gizinya.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.
1
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana kesehatan
dasar (Posyandu) yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
(Supariasa, 2002)
2.3 Tanda-tanda gizi buruk
Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U) dibandingkan
dengan tabel Z-score, apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi buruk kemudian
dicocokkan dengan z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga positif gizi buruk berarti
termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak positif maka termasuk gizi buruk
akut, apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa juga dilanjutkan dengan pengukuran LILA
bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi buruk akut.
Tanda klinis dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Marasmus dengan tanda-tanda :
Anak sangat kurus
Wajah seperti orang tua.
Perut cekung
Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit
2. Kwashiorkor
Edema diseluruh tubuh, terutama pada wajah membulat dan sembab, rambut kusam dan
merah, mudah dicabut,epidermis mengelupas sehingga jaringan dibawah kulit mudah
terinfeksi, ekspresi wajah tampak seperti susah dan sedih, disamping apatis dan cengeng.
3. Marasmic kwashiorkor
Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMS ada
juga istilah BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita berada dibawah garis
merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk tetapi kalau status gizi buruk balita
pasti BGM. (Abdur, 2008)
2
2.4 Tata Laksana Diet pada Gizi Buruk
Kebutuhan zat gizi
Cara penyelenggaraan :
Melalui 3 fase : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Kebutuhan energy : 80 – 220 kkal/kgBB/hari Kebutuhan protein 1-4 gram/kgBB/hari Pemberian suplemen vitamin dan mineral khusus, bila tidak ada diberikan makanan
sumber mineral tertentu. Jumlah cairan 130 – 200 ml/kgBB/hari bila edema berat (+++)cairan yang diberikan
harus 100 ml/kgBB/hariCriteria edema :+ : edema pada tangan dan kaki.++ : edema pada tungkai dan lengan +++ : edema pada seluruh tubuh (wajah dan perut)
Pemberian dapat peroral atua melalui pipa nasogastrik Porsi makna kecil dengan frekuensi maknana sering. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa dan rendah serat. ASI diteruskan sampai usia 2 tahun. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan yaitu : BB <
7 kg diberi makanan bayi atau lumat, BB ≥ 7 kg diberi makanan anak atau lunak.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI
3