tatalaksana demam tifoid

6
TATALAKSANA DEMAM TIFOID 1 Putri Chairani 2 Suzanna Ndraha 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Seorang wanita umur 21 tahun datang dengan keluhan demam yang naik turun sejak 6 hari SMRS. Sifat demam hilang timbul, demam dirasakan lebih tinggi pada sore hari menjelang malam hari dan turun pada pagi hari. Selain deman pasien juga merasakan mual dan muntah setiap kali makan, dan nyeri perut di bagian kanan. Pasien juga mengeluh muntah dengan frekuensi lebih dari 5 kali, berisi makanan dan air, tidak ada lendir maupun darah.Pasien juga mengeluhkan BAB cair 4 kali sehari . Pada pemeriksaan TD 100/80, nadi: 84x/menit RR: 24 x/menit suhu : 37 o C ditemukan coated tongue, nyeri tekan regio epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium serologi WIDAL didapatkan hasil Typhus O 1/320 dan paratyphi 1/160. Pasien kemudian diberikan antibiotik cifprofloksasin 750 mg, obat paracetamol 500 mg, Omeprazole injeksi 2x1 ampul, dan Ondansetron injeksi 2x1 ampul. Kata kunci : Demam, mual, pasien ABSTACT A woman aged 21 years came with complaints of fever and downs since 6 days SMRs. Nature intermittent fever, fever higher perceived in the afternoon towards evening and fell in the morning. In addition to fever patients also feel nausea and vomiting every meal, and abdominal pain in the right side. Patients also complain of vomiting with a frequency of more than 5 times, filled with food and water, no slime nor darah.Pasien also complained liquid CHAPTER 4 times a day. On examination TD 100/80, pulse: 84x / min RR: 24 x / min temperature: 37 ° C was

Upload: putrichairani

Post on 25-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus tifoid

TRANSCRIPT

Page 1: TATALAKSANA DEMAM TIFOID

TATALAKSANA DEMAM TIFOID

1Putri Chairani 2Suzanna Ndraha

1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

2Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Seorang wanita umur 21 tahun datang dengan keluhan demam yang naik turun sejak 6 hari SMRS. Sifat demam hilang timbul, demam dirasakan lebih tinggi pada sore hari menjelang malam hari dan turun pada pagi hari. Selain deman pasien juga merasakan mual dan muntah setiap kali makan, dan nyeri perut di bagian kanan. Pasien juga mengeluh muntah dengan frekuensi lebih dari 5 kali, berisi makanan dan air, tidak ada lendir maupun darah.Pasien juga mengeluhkan BAB cair 4 kali sehari . Pada pemeriksaan TD 100/80, nadi: 84x/menit RR: 24 x/menit suhu : 37oC ditemukan coated tongue, nyeri tekan regio epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium serologi WIDAL didapatkan hasil Typhus O 1/320 dan paratyphi 1/160. Pasien kemudian diberikan antibiotik cifprofloksasin 750 mg, obat paracetamol 500 mg, Omeprazole injeksi 2x1 ampul, dan Ondansetron injeksi 2x1 ampul.

Kata kunci : Demam, mual, pasien

ABSTACT

A woman aged 21 years came with complaints of fever and downs since 6 days SMRs. Nature intermittent fever, fever higher perceived in the afternoon towards evening and fell in the morning. In addition to fever patients also feel nausea and vomiting every meal, and abdominal pain in the right side. Patients also complain of vomiting with a frequency of more than 5 times, filled with food and water, no slime nor darah.Pasien also complained liquid CHAPTER 4 times a day. On examination TD 100/80, pulse: 84x / min RR: 24 x / min temperature: 37 ° C was found coated tongue, epigastric tenderness region. At Widal serology laboratory examination showed paratyphi Typhoid O 1/320 and 1/160. Patients were then given antibiotics cifprofloksasin 750 mg, 500 mg paracetamol drug, Omeprazole injection ampoule 2x1, and 2x1 Ondansetron injection ampoule

Keyword : Fever, nausea, patients

PENDAHULUAN

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhosa mempunyai sekurangkurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic, terdiri zat kompleks

Page 2: TATALAKSANA DEMAM TIFOID

lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik.Penderita anak yang ditemukan biasanya berumur di atas satu tahun. Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur di atas 5 tahun (Anonim, 1985). Salmonella Typhi merupakan penyebab dari demam tifoid manusia pada daerah endemik dengan kondisi air dan sanitasi lingkungan yang buruk.Salmonella Typhi menyebabkan lebih dari 25 juta terinfeksi di seluruh dunia, tercatat kira-kira 200.000 kematian tiap tahun.

Kuman S.typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Pada tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.Kuman S.typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S,typhi masuk aliran darah melalui ductus 3 thoraticus. Demam pada tifoid disebabkan karena S.typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

Masa inkubasi demam tifoid 10-14 hari, rata-rata 2 minggu. Gejala tidak timbul tiba-tiba atau berangsur angsur. Penderita Demam tifoid merasa cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut dan nyeri seluruh tubuh. Demamnya berkisar 39-400 C, nyeri kepala, pusing, nyeri oto, anoreksia, muntah konstipasi, diare, batuk, epitaksis, braikardi, lidah khas berwarna putih, hepatomegali,splenomegali dan penurrunan kesadaran .

Pada pemerikaan laboratorium di dapatkan hemoblobin normal atau menurun. Leukosit dapat menurun, normal ataupun meningka, biasanya laju nedap darah meningkat dan trombosist normal atau meningkat. Pemeriksaan kimia klinik yaitu SGOT, SGPT sering meningkat dengan gambaran peradangan hati. Pada pemeriksaan serologik Test aglutinasi mikroskopik cepat, nilai positif bila terjadi penggumpalan, pemeriksaan ini berguna untuk identifiksai pendahuluan pada biakan kuman. Pada Test Widal (Aglutinasi pengenceran pada tabung). Yang diukur adalah aglutinasi antigen H (flagela, suatu protein yang spesies spesifik), dan antigen O (somatik, suatu lipopolisakarida (endotoksin) group spesifik). Interpretasi hasil pemeriksaan: Positif bila titer O meningkat lebih dari 1/160 atau peningkatan > 4x pada pengambilan serum yang berangkaian. § Nilai O 1/80 menunjukkan suggestif tifoid. sedangkan untuk titer H nilai positif adalah > 1/800 semua hasil tersebut dengan syarat tidak menerima vaksinasi typhoid dalam 6 bulan terakhir. § Peninggian titer H > 1/160 menunjukkan bahwa penderita pernah divaksinasi atau terinfeksi Salmonella typhi. Pemeriksaan bakteriologik Biakan Gall, untuk diagnosa pasti. Bila Gall positif diagnosa pasti dari tiphoid abdominalis, tetapi bila negatif belum tentu bebas tiphoid abdominalis tergantung dari teknik pengambilan bahan, waktu perjalanan penyakit, post vaksinasi.

Tatalaksana pengobatan demam tifoid pertama adalah tira baring bertujuan untuk mencegah komplikasi dan agar proses penyembuhan lebih cepat. Antibiotik dapat diberika kloramfenicol, golongan amocilin, kuinolon seperti ciprofloksasin. Antipiretik dapat diberikan paracetamol. Muntah-muntah Prochlorperazine (Stemetil) dengan. Prometazine (Phenergan). Diare Diphenoxylate hydrochloride .

Page 3: TATALAKSANA DEMAM TIFOID

LAPORAN KASUS

Seorang wanita umur 21 tahun datang dengan keluhan demam yang naik turun sejak 6 hari SMRS. Sifat demam hilang timbul, demam dirasakan lebih tinggi pada sore hari menjelang malam hari dan turun pada pagi hari. Demam merasakan mual dan muntah setiap kali makan, dan nyeri perut di bagian kanan. Pasien juga mengeluh muntah dengan frekuensi lebih dari 5 kali, berisi makanan dan air, tidak ada lendir maupun darah. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun semenjak sakit. Sejak 1 hari SMRS pasien juga mengeluhkan BAB cair 4 kali sehari.

Keluhan menggigil, keringatan pada malam hari tidak ada. Keluhan sakit kepala, batuk, pilek, gusi berdarah, bercak-bercak merah dikulit serta mimisan disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak melakukan kunjungan luar pulau dalam waktu dekat. Beberapa bulan belakangan ini pasien mengaku seri jajan diluar. Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien juga tidak pernah sakit atau dirawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat asma, alergi makanan dan obat, darah tinggi disangkal.

Pada pemeriksaan TD 100/80, nadi: 84x/menit RR: 24 x/menit suhu : 37oC ditemukan coated tongue, nyeri tekan regio epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium serologi WIDAL didapatkan hasil Typhus O 1/320 dan paratyphi 1/160 .

Diagnosis yang ditegakkan sementara adalah Demam Tifoid. Diagnosi dapat dikatakan Demam Tifoid karena pada pemeriksaan test widal didapatkan hasil typus O 1/320 dan paratyphi 1/160. Tetapi untuk untuk lebih memastikan dapat dilakukan pemeriksaan gall kultul.

Terapi awal yang diberikan adalah simtomatis dan suportif. Untuk gejala demam, pasien diberikan paracetamol 3x500mg PO. Untuk keluhan mual, pasien diberikan injeksi omeprazole 2x1 amp dan ondansetron 2x1 amp. Untuk tipoidnya dapat diberikan Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg PO.

Edukasi yang diberikan adalah Konsumsi makanan dan minuman dengan hygiene yang baik, Memperhatikan saranan dan sumber air bersihKunjungan ke-2. Mual, muntah masih ada namun sudah berkurang. Demam (-),nafsu makan masih menurun. BAB 2 kali tapi konsistensi masih cairTD 120/80 mmHg, HR 78 x/menit, suhu pagi 36,50C, suhu malam 37,60C RR 20 x/menit. Nyeri tekan epigatrium (+),Demam Tifoid secara klinis terjadi perbaikan, Pengobatan dilanjutkan,Tirah baring Diet bubur saring rendah serat

Kunjungan ke-3. Mual masih ada namun sudah berkurang. Demam dan muntah (-), nafsu makan sudah mulai membaik. BAB .TD 110/70 mmHg, HR 80 x/menit, suhu pagi 36 0C, suhu malam 36,5 0C .RR 19 x/menit. Nyeri tekan epigatrium (-). Demam Tifoid secara klinis terjadi perbaikan, Pengobatan dilanjutkan. Diet makanan lunak rendah serat

Kunjungan ke-4. sudah tidak ada keluhan. TD 120/80 mmHg, HR 75 x/menit, suhu 36 0C, RR 20 x/menit. Demam Tifoid secara klinis terjadi perbaikan, pasien boleh pulang.

DISKUSI

Pasien dipikirkan menderita Demam Tifoid berdasarkan gejala-gejala klinis Demam tifoid yaitu Demam naik secara bertangga lalu menentap selama beberapa hari, demam terutama pada sore/malam hari. diare, sakit kepala., mual,muntah dan nyeri, lidah kotor, nyeri abdomen. Pada

Page 4: TATALAKSANA DEMAM TIFOID

pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil pemeriksaan widal typus O 1/320 dan paratyphi 1/160

Terapi awal yang diberikan adalah Pemberian paracetamol, omeprazole dan ondansetron sebagai terapi simtomatis berdasarkan gejala yang muncul pada pasien. Dan pemberian antibiotik

SIMPULAN

Telah dilaporkan kasus seorang wanita , usia 21 tahun, dengan diagnosis Demam Tifoid berdasarkan anamnesis, manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Terapi yang diberikan bersifat suportif dan simtomatik berupa ciprofloksasin, paracetamol, omeprazole dan ondansetron . Setelah diterapi selama 3 hari keluhan pasien berkurang dan terjadi perbaikan sehingga pasien diizinkan untuk pulang

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed.

2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h. 338-45.

2. Masjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius

3. Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soegijanto S, Ed.

Ilmu Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan, edisi 1. Jakarta : Salemba Medika,

2002:1-43.

4. Wilson, dan Price. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi Keenam. Penerbit Buku Kedokteran

EGC : Jakarta

5. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update.

Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003. h. 2-20.

6. Prasetyo, Risky V. dan Ismoedijanto. Metode diagnostik demam tifoid pada anak. Surabaya

: FK UNAIR ; 2010. h. 1-10.