tata kelola persalinan aman

212
Tata Kelola Persalinan Aman 2014 Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Upload: trannhan

Post on 11-Dec-2016

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tata Kelola Persalinan Aman

Tata Kelola Persalinan Aman

2014

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Page 2: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 3: Tata Kelola Persalinan Aman

1www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

KATA PENGANTARPanduan Pendampingan ini ditujukan kepada para pihak yang tertarik lebih dalam bagaimana USAID-KINERJA

mengimplementasikan dukungannya dalam peningkatan pelayanan publik di bidang kesehatan (Persalinan

Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif) dengan menguatkan tiga pilar governance yaitu pemerintah

daerah, pemberi layanan (puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota), dan penerima layanan (masyarakat)

yang tersebar di 24 kab/kota dari 5 provinsi di Indonesia. Hasil pendampingan di Papua akan disampaikan dalam

seri lain.

Panduan ini memberikan tatacara, materi, strategi, target group dari pembelajaran pengalaman USAID-KINERJA

mulai dari awal masuk kesuatu daerah sampai membuahkan kemitraan yang kuat antara penerima layanan,

pemberi layanan, dan Multi-Stakeholder Forum (MSF) sebagai wadah untuk melakukan fasilitasi, mediasi,

advokasi dan monitoring Layanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang mengarah kepada

peningkatan pelayanan publikdengan mengacu pada pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) melalui

Organisasi Mitra Pelaksana (OMP).

Tulisan ini memberikan inspirasi para pembaca tentang bagaimana USAID-KINERJA dengan memperhatikan

keadilan gender dalam setiap tahap pendekatan dan aktivitasnya menghasilkan gerakan masyarakat lokal

dengan semangat relawan dan diperkaya oleh berbagai inovasi dan insentif telah mampu memberikan model

Janji Perbaikan Layanan Kesehatan dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

Tulisan ini final berkat kesabaran para personil KINERJA di Jakarta, daerah, serta LPSS, OMP, MSF dan hasil

kerja keras mereka semua. USAID-KINERJA dan penulis mengucapkan penghargaan yang tak ternilai kepada

seluruh pihak tersebut. Karenanya diharapkan pendekatan governance yang uniq dari USAID-KINERJA yang

tertuang dalam Panduan Pendampingan ini akan memperkaya Penguatan Layanan Publik di Indonesia kedepan.

Jakarta, 25 Maret 2014

Elke Rapp Chief of Party USAID-KINERJA

Dirjen BINKESMAS

Kementerian Kesehatan RI

Page 4: Tata Kelola Persalinan Aman

2 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2RINGKASAN EKSEKUTIF 3

Tujuan dan keberhasilan USAID-KINERJA 3Hasil Capaian KINERJA 4Keberlanjutan Program 5Lingkup Buku ini 5Rekomendasi 5

BAB 1 Pendekatan KINERJA 7Pendekatan Umum Program KINERJA 7Inisiatif di Sektor Kesehatan 8Prinsip dalam Tata Kelola Persalinan Aman 10Prinsip KINERJA dalam Persalinan Aman 12

BAB 2 Tata Kelola Persalinan Aman 14Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif di Daerah 16Pengaturan Pekerjaan 18Penyusunan Rencana Kerja 19Proses Kerja 19Pelaksanaan Rencana Kerja 20Proses Perubahan dan Manfaat 23

BAB 3 Mengatasi Tantangan dan Mencapai Sukses 26Tantangan 26Cerita Sukses 28Replikasi dan Scaling up 30Daya Ungkit dalam Program KINERJA 31

BAB 4 Rekomendasi untuk Replikasi 32

Daftar Lampiran 38

Page 5: Tata Kelola Persalinan Aman

3www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

1. Tujuan dan Keberhasilan USAID-KINERJA

a) Secara umum

Program KINERJA bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam penyediaan

layanan publik di Indonesia. Bekerja di 24 kabupaten/kota dari lima ratusan daerah di Indonesia,

karenanya program ini dapat menjadi “praktik baik” untuk diadopsi dan diadaptasi di daerah lain di

Indonesia. Dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan level nasional dan daerah yang

berkepentingan memperkuat aspek governance di lembaga atau daerahnya masing-masing. Buku

ini bagian dari “Seri Pembelajaran KINERJA” dalam penerapan tata kelola Persalinan Aman dengan

penerapan prinsip, model penerapan governance dalam sektor kesehatan khususnya kesehatan ibu dan

anak, serta rekomendasi kepada para pihak.

b) Di Sektor Kesehatan dalam Persalinan Aman

Program KINERJA dirancang dengan mandat untuk membantu peningkatan layanan publik dinas

kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas pada daerah mitra KINERJA melalui penguatan tiga pilar tata

kelola yaitu pemerintah daerah, pemberi layanan, dan penerima layanan. Pendekatan governance ini

menjadi paradigma baru bagi tata kelola layanan publik, dari peran “penyedia jasa layanan” sebagai aktor

tunggal dalam layanan kesehatan; bergeser menjadi lembaga pendorong yang memfasilitasi Masyarakat

untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan prioritas, alokasi sumberdaya, monitoring, mencari jalan

keluar terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat untuk perbaikan kualitas layanan yang

mengarah pada pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pendekatan KINERJA membangun

kepedulian bersama antara pemerintah daerah, layanan kesehatan, lintas sektor, akademisi, swasta,

media lokal, dan multi-pihak yang mewakili unsur-unsur masyarakat.

KINERJA bekerja dengan prinsip (1) Memperkaya program pelayanan publik dengan konsep tata

kelola yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi; dengan inovasi,

model insentif, dan replikasi; (2) Menggunakan, mengadopsi dan memperkaya pola yang sudah teruji

oleh Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota, Universitas, Mitra Pembangunan/donor lainnya; (3) Program

dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit layanan mitra; (4) Untuk

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 6: Tata Kelola Persalinan Aman

4 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

keberlanjutan program, pelaksanaan dukungan dilakukan melalui pihak Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

serta Multi-Stakeholder Forum (MSF) dengan mengutamakan kapasitas lokal; (5) Sejalan dengan RPJMN,

RPJMD, dan Rencana Strategis Sektor Daerah.

2. Hasil Capaian KINERJA

Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan kesehatan telah dilakukan pendampingan di 4

provinsi, melalui 19 Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan 61 puskesmas mitra. Sekitar 20 kabupaten

dan kota sudah mempunyai peraturan bupati/walikota tentang Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif

yang dibuat mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para pemangku

kepentingan (Multi-Stakeholder Forum, MSF) dengan 61 MSF tingkat kecamatan.

61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah

membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei

Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model

KINERJA yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan.

Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu

hamil, dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP

nasional. Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor seperti dinas pendikan dan departemen agama

sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat. Ada juga 3 Dinas Kesehatan, dan puluhan

Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena mendukung IMD dan ASI

Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata.

Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan

advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan

dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan managemen pengaduan, dan terlibat dalam

perencanaan, penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman (JAMPERSAL), Biaya

Operasional Kesehatan (BOK), serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan

pengawasan terhadap implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF turut melakukan

advokasi kepada pemerintahan desa untuk mengalokasikan anggaran dana desa untuk kemitraan bidan

dan dukun.

MSF terlibat dalam audit maternal tingkat kecamatan, menggerakkan masyarakat basis secara

berkelompok dan individu untuk menjadi promotor dan motivator ANC dan persalinan di fasilitas

Page 7: Tata Kelola Persalinan Aman

5www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

kesehatan dengan inovasi sumberdaya dan bahasa lokal sehingga mempercepat perubahan prilaku dan

berkelanjutan. Partisipasi publik, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan jelas menjadi roh

kegiatan KINERJA.

3. Keberlanjutan Program

Inisiatif yang sudah dilakukan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan

perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui

pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini, adalah awal dari penguatan tiga pilar

governance yang dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain

baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah dampingan KINERJA.

4. Lingkup Dokumen ini

Seri Pembelajaran ini terdiri atas 4 bab dengan ringkasan eksekutif memuat tentang tujuan dan

keberhasilan KINERJA selama 2 tahun pendampingan. Bab 1 menampilkan pendekatan umum proyek,

bentuk dukungan inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola Persalinan Aman.

Bab 2 menjelaskan pengalaman KINERJA dalam mendukung Tatakelola Persalinan Aman, tahapan

dalam memulai inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang

dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat

rekomendasi kepada berbagai pihak untuk replikasi dan scaling up baik dalam daerah mitra maupun di luar

daerah mitra.

5. Rekomendasi

a) Kepada Pimpinan Daerah

Pendekatan governance KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan

perbaikan layanan publik dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi

kedalam program lainnya di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah, juga

dapat di scaling up di semua layanan publik lainnya dengan memperjelas peran unit layanan, MSF, dan

OMP, sedangkan fungsi LPSS dapat juga digantikan oleh manajemen tingkat 3 atau 4 dari sektor teknis

bila pendanaan daerah terbatas.

Page 8: Tata Kelola Persalinan Aman

6 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Seri pembelajaran ini membutuhkan hal-hal mendasar yaitu (1) komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota,

DPRD dan Dinas Kesehatan/sektor teknis, (2) waktu pendampingan untuk pembentukan dan pendampingan

MSF sebaiknya 2 – 3 tahun, dan (3) untuk meningkatkan dinamika tata kelola pelayanan publik dibutuhkan

inovasi kreatif untuk insentif dan sanksi bagi pemberi dan penerima layanan.

b) Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana

Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat marjinal

dan rentan, perubahan pelayanan publik dengan penguatan tiga pilar governance melalui inovasi kebijakan

lokal, pemberi layanan, dan penerima layanan terbukti cost effective. Adopsi dan adaptasi materi, alat, dan

bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai pendekatan program dibidang lain menjadi pilihan yang

terbukti “membuat perubahan positif” dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan. Salah satu kunci keberhasilan

dari 2 tahun pendampingan tersebut terjadi karena dilakukannya penguatan personil OMP dengan pendekatan

governance KINERJA diawal dan berkesinambungan selama proses pendampingan, yang dapat diperkuat oleh

pihak universitas, lembaga diklat, dan Local Champion/STTA.

c) Kepada Lembaga Diklat

Lembaga yang melakukan pelatihan (Diklat) serta universitas direkomendasikan untuk memasukkan

pendekatan governance KINERJA ke dalam kurikulum Diklat dan atau materi pelatihan dengan perspektif

jender yang kuat. Adopsi dan adaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam

bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

petugas kesehatan yang sesuai standar dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan

menyeluruh.

Page 9: Tata Kelola Persalinan Aman

7www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

BAB 1PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Program KINERJA

USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis kepada 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Dari

tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA

yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan pada tahun 2012 mencakup Papua. Program

USAID-KINERJA difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan

publik pada bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif. KINERJA

menawarkan beberapa paket untuk ketiga sektor tersebut dengan pendekatan yang komprehensif untuk

penguatan kapasitas dari sisi penyedia layanan dan pengguna layanan.

Harapan KINERJA, pengalaman pemerintah daerah dalam reformasi komprehensif dalam satu-dua layanan

publik akan menjadi contoh yang baik agar pemerintah daerah secara mandiri dapat melakukan reformasi

komprehensif dalam layanan publik pada program dan sektor lain.

KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan

sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya

untuk mencapai good governance menjadi lebih cepat, berkelanjutan dan dapat direplikasi.

Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal terkait dengan

kebijakan, manajemen program, dan pemberian layanan. Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan

dengan menggunakan STTA (short term technical assistant/tenaga tehnik spesialis jangka pendek) yaitu

konsultan lokal yang dikontrak berdasarkan kebutuhan, berpengalaman dan mempunyai keahlian untuk

melakukan pelatihan, pendampingan, on the job training bagi petugas kesehatan di level dinas kesehatan dan

puskesmas, bahkan sampai pada pendampingan petugas di level masyarakat.

Penguatan pada sisi penerima layanan dengan membangun kesadaran masyarakat (baik secara individu,

berkelompok, maupun kelembagaan/forum) tentang haknya dan memberdayakan mereka agar turut

berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi layanan mulai dari perumusan

kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program/kegiatan.

Page 10: Tata Kelola Persalinan Aman

8 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

KINERJA bekerjasama dengan organisasi yang mempunyai pengalaman, keahlian dan keterampilan

melaksanakan bantuan teknis di kabupaten/kota, yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). KINERJA

mengembangkan sistem dan menyusun program, kemudian OMP mendesain strategi untuk menterjemahkan

program KINERJA sesuai kondisi lokal seperti bahan yang dipresentasikan disini. Para fasilitator OMP dilatih

sebelum bekerjasama dengan pemerintah daerah agar mempunyai kemampuan yang memadai dalam

memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP-KINERJA diharapkan akan

menjadi mitra daerah setelah program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada

daerah sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi.

Seri Pembelajaran ini dan bahan lain terlampir dapat dipakai, diadopsi, dan diadaptasi oleh pemda dan OMP

menjadi lebih berdaya guna.

Bagi stakeholder lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang berbagai tahapan

program/kegiatan yang membutuhkan keterlibatan dan dukungan para pihak sehingga dapat berperan aktif

membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator.

Inisiatif di Sektor Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, USAID-KINERJA mendukung Kesehatan Ibu dan Anak sebagai prioritas utama

kesehatan nasional jangka panjang dan jangka menengah melalui dua program yaitu (1) Persalinan Aman,

dan (2) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Kinerja melakukan penguatan terhadap Manajemen

Puskesmas melalui pendampingan perencanaan puskesmas dengan sumber-sumber pendanaan yang

tersedia seperti Biaya Operasional Kesehatan (BOK) dengan keterlibatan aktif MSF, sehingga menjadi

perencanaan layanan kesehatan dasar yang partisipatif, akuntabel, responsif, dan transparan. Inovasi ini

menjadi dasar bagi terselenggaranya program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang efektif dan efisien

sesuai dengan Standard Pelayanan Minimal (SPM).

MSF bidang kesehatan yang beranggotakan unsur-unsur jurnalis warga, media lokal, akademisi, dinas

kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, lintas sektor, DPRD, tokoh masyarakat/agama/adat, dan masyarakat,

dengan keberpihakan kuat terhadap suara perempuan dan kaum muda pada level kabupaten dan kecamatan/

puskesmas menjadi penyeimbang supply dan demand side dengan berperan aktif sebagai mediator,

advokator, dan motivator.

Page 11: Tata Kelola Persalinan Aman

9www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Pengembangan alat dan penerapan Survei Pengaduan dari penggunan layanan pada level puskesmas, yang

ditindaklanjuti menjadi Janji Perbaikan Layanan oleh Puskesmas, dan disepakatinya Pengelolaan Penanganan

Keluhan oleh MSF bersama puskesmas dan dinas kesehatan telah mampu menjadi penghubung yang dinamis

antara supply dan demand side yang mengarah pada perbaikan kinerja layanan kesehatan yang berkelanjutan,

dan secara sistematis berdampak pada meningkatkan cakupan program untuk mencapai SPM.

Inovasi KINERJA dalam pengelolaan Persalinan Aman melalui (1) Penerapan SOP Ante-Natal Care (ANC/

pemeriksaan kehamilan), dan SOP Penanganan Persalinan yang sesuai standar nasional dan diterjemahkan

ke dalam bahasa yang mudah dibaca dan dimengerti oleh penerima layanan; (2) Pembuatan dan penerapan

SOP Alur Layanan Puskesmas sesuai fasilitas dan sumberdaya yang ada di puskesmas; (3) Inovasi kantung

persalinan, agar bidan puskesmas mampu membuat dan menggunakan kantung persalinan sebagai wujud

akuntabilitas dan tanggap/siaga dalam menangani ANC, dan persiapan kegawat daruratan persalinan; dan (4)

kemitraan bidan dan dukun, inovasi melalui MoU yang didasarkan atas partisipasi dan publikasi, kesetaraan,

kejelasan peran dan tugas antara bidan dan dukun, serta insentif yang layak bagi dukun; dan (5) Perencanaan

kegiatan dan sumberdaya puskesmas untuk mendukung persalinan aman bersama MSF.

Kelima dukungan tersebut mengarahkan puskesmas lebih partisipatif, transparan, akuntabel, responsif, dan

inovatif sehingga di beberapa daerah mitra KINERJA telah berkontribusi nyata meningkatkan cakupan ANC

dan persalinan di petugas kesehatan; kesiapsiagaan persalinan oleh bidan; dan pemanfaatan data ANC untuk

monitoring serta pemecahan masalah.

KINERJA bersama OMP/ STTA lokal, dan dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan penguatan sisi supply

dengan menginisiasi pembuatan Alur Layanan, pelatihan dan pendampingan (on the job training) teknis

SOP ANC dan SOP Penanganan Persalinan yang dibutuhkan oleh petugas kesehatan di puskesmas untuk

peningkatan mutu layanan. Pada sisi demand, menginisiasi dan menambah jumlah kelas Ibu. Menginisiasi

strategi promosi Persalinan Aman yang partisipatif, membangun kesadaran kritis masyarakat, dan inovatif dari

level kabupaten/kota sampai level masyarakat.

KINERJA mendukung OMP dan MSF menginisiasi pembuatan Peraturan Bupati/Walikota untuk mendukung

tata kelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang mengatur tentang budaya institusi/layanan

kesehatan yang ramah terhadap program tersebut. Berbagai model kampanye Persalinan Aman, dengan

pengayaan muatan lokal daerah mitra bermunculan dari MSF, masyarakat, dan petugas kesehatan. Dukungan

ini menghasilkan “local champion” yang dalam konteks ini adalah SDM lokal yang berfungsi sebagai agen

Page 12: Tata Kelola Persalinan Aman

10 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

perubahan di sisi supply maupun demand sesuai bidang keahlian masing-masing, model insentif pada tingkat

supply dan demand, serta strategi promosi yang bernuansa kekayaan lokal akan menjadi salah satu bentuk

keberlanjutan program.

Prinsip dalam Tata Kelola Persalinan Aman

1. Secara umum

Dukungan KINERJA untuk program persalinan aman sejalan dengan 4 strategi Kementerian Kesehatan dan

World Health Organisation (WHO) untuk meningkatkan mutu pelayanan ANC dan Persalinan Aman, yang

masih lemah di daerah mitra KINERJA. Strategi KINERJA adalah 1) Perbaikan akses dan perawatan yang

berkualitas, melalui transparansi perencanaan dan pembiayaan puskesmas dengan melibatkan MSF sehingga

perencanaan puskesmas berpihak pada kebutuhan pasien, serta layanan yang berbasis standar nasional; 2)

Bidang-bidang di dinas kesehatan ikut terlibat aktif dalam promosi kesehatan ke puskesmas dan masyarakat,

kemitraan bidan dan dukun, dan MSF merupakan perpaduan multi pihak; 3) Mendorong keterlibatan

masyarakat, terutama perempuan, laki-laki/suami, dan remaja serta keluarga; dan 4) Meningkatkan

pengawasan manajemen, memperbaiki sistem informasi, pemantauan dan pembiayaan, dengan adanya janji

perbaikan layanan, keterlibatan MSF dalam audit maternal berkala tingkat kecamatan untuk penyelesaian

masalah KIA di tingkat puskesmas kebawah, dan penguatan inovasi kantong persalinan.

Dalam upaya peningkatan pelayanan puskesmas yang patisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif, KINERJA mengacu kepada prinsip-prinsip layanan publik yang baik, yaitu:

• KINERJA memberi dukungan kepada daerah mitranya untuk melaksanakan perbaikan layanan tertentu

secara menyeluruh, mulai dari visi dan kebijakan sampai perencanaan dan penganggaran lengkap dan

program pelaksanaan dan akuntabilitasnya kepada masyarakat

• Memperkaya sisi demand dan supply dengan menerapkan aspek governance seperti peningkatan

partisipasi dengan keterlibatan masyarakat melalui MSF dalam proses perencanaan puskesmas dan

kegiatan promosi kesehatan di masyarakat; transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan melalui

keterlibatan MSF dalam monitoring kegiatan lapangan, keterlibatan MSF dalam audit maternal perinatal,

penempelan berbagai SOP di dinding puskesmas sehingga mudah dimengerti oleh pengguna layanan;

dengan berbagai model inovasi dan berinsentif seperti motto gerakan, penghargaan bagi petugas yang

berdedikasi atau sanksi bagi petugas yang kurang berdedikasi dalam bentuk teguran, pelatihan khusus,

Page 13: Tata Kelola Persalinan Aman

11www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

sampai pada pencabutan izin praktek bagi petugas kesehatan yang sudah tidak mau berubah dan terus

melakukan pelanggaran peraturan.

• Menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh pemerintah pusat, kabupaten/kota, universitas,

serta mitra pembangunan/donor lain.

• Program dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas melalui pelatihan, pendampingan dan berbagi serta

penyebarluasan informasi kepada unit layanan di daerah mitra.

• Dalam mendorong keberlanjutan program, maka dilaksanakan melalui pihak ketiga yaitu OMP dengan

mengutamakan sumberdaya/kapasitas lokal, supaya daerah mitra dapat bantuan fasilitasi setelah masa

USAID-KINERJA selesai.

• Pentingnya kesetaraan gender, dan tindakan khusus positif bagi kelompok marjinal (termasuk perempuan

dan pemuda) untuk terlibat aktif dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai proses monitoring dan evaluasi.

Kinerja mendukung program yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Strategis Sektor

Daerah, serta mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan. Pada level nasional,

KINERJA berkoordinasi dengan kementerian yang terkait: beberapa institusi seperti BAPPENAS, Direktorat

Jenderal Otonomi Daerah, dan Direktorat Jenderal PUM. Tim Koordinasi/Advisori dibentuk berdasarkan

kebutuhan, dengan melibatkan: Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Kementerian Kesehatan,

Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Jenderal PUM sebagai mitra utama untuk pengawasan pelaksanaan di

daerah, DJ Otonomi Daerah sebagai mitra utama untuk monitoring dan evaluasi dampak, DJ Pembangunan

Daerah, BAKD), Kementerian Pendidikan, Kementerian PAN&RB, UP4K, serta lainnya.

Pengalaman Kabupaten Bulukumba tahun 2011 – 2013 dalam perbaikan Management Puskesmas:

• Dimulai dengan identifikasi tanggapan pengguna layanan puskesmas atau Survei Pengaduan. • Kemudian dibuat dan disepakati Janji Perbaikan Layanan Puskesmas• Janji Layanan ditandatangani oleh wakil pengguna (MSF) dan kepala puskesmas dengan disaksikan

oleh DPRD.• Puskesmas mulai melakukan pembenahan-pembenahan, seperti layanan loket yang kurang

memuaskan pasien, kemitraan bidan-dukun, kebersihan puskesmas dan toilet, serta tidak adanya ruang tunggu untuk pengantar.

• MSF membantu puskesmas untuk mencari jalan keluar dalam memenuhi Janji Perbaikan Layanan.• Puskesmas Bonto Bangun bersedia melakukan 32 jenis perbaikan dari harapan masyarakat.

Puskesmas Ujung Loe 18 jenis.• MSF kemudian melakukan monitoring terhadap Janji Perbaikan Layanan tersebut. • Perbaikan yang sudah dilakukan termasuk: klinik layanan, ketersediaan SOP layanan, pembenahan

ruang loket, sudah membedakan antara pasien balita, orang tua jompo, dan darurat (diare) diutamakan dalam mendapatkan layanan pengobatan.

Page 14: Tata Kelola Persalinan Aman

12 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

2. Persalinan Aman

Dalam Persalinan Aman, KINERJA menjalankan prinsip di atas dengan memperkuat tiga pilar governance

yang ditemukan lemah dan mempunyai daya lenting meningkatkan program yaitu:

1. Membangun komitmen pemerintah daerah dengan memfasilitasi tersedianya kebijakan lokal sebagai

payung hukum daerah dan penyediaan anggaran bersumber APBD.

2. Penguatan supply side dengan membangun budaya organisasi, menyelenggarakan layanan yang sesuai

standard dan SOP nasional. Keberadaan dan diterapkannya SOP Alur Layanan, dan SOP teknis ANC dan

Persalinan menjadi indikator terlaksananya layanan yang berkualitas. SOP diterapkan untuk menjamin

layanan diberikan sesuai standar baku, sebagai jaminan bagi masyarakat agar memperoleh pelayanan

yang berkualitas dan berdampak pada meningkatnya kepuasan pasien.

3. Penguatan demand side melalui peningkatan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dengan (a)

mengadakan forum masyarakat dari unsur masyarakat yang mewakili semua pemangku kepentingan

persalinan aman, yang disebut MSF, (b) dikembangkannya Manajemen Penanganan Pengaduan

yang diawali dengan dilaksanakannya Survei Pengaduan Masyarakat, kemudian menyusun Janji

Perbaikan Layanan (Service Charter) yang ditandatangi oleh kepala puskesmas, serta (c) tersedianya

Unit Penyampaian Pengaduan di puskesmas. Proses ini menjadi bentuk komitmen, transparansi dan

akuntabilitas pemberi layanan (puskesmas) kepada penerima layanan (masyarakat).

4. Dalam advokasi, KINERJA menggunakan MSF sebagai wadah terbangunnya kemitraan dengan lintas

sektor (pemerintah dan swasta), kelompok masyarakat, dan media lokal untuk memiliki kepedulian

bersama terhadap isu-isu yang muncul dari Survei Pengaduan Masyarakat, serta melakukan monitoring/

pengawasan terhadap implementasi kebijakan lokal dan Janji Perbaikan Layanan. MSF juga melakukan

advokasi agar pemerintah daerah menganggarkan dan menyediakan petugas kesehatan yang terampil

sesuai SOP nasional dalam melakukan ANC dan menolong persalinan baik di fasilitas kesehatan

maupun di rumah.

5. OMP sebagai mitra pelaksana KINERJA, sangat mendasar dan penting untuk menguasai konteks lokal,

pendekatan governance KINERJA, dan perspektif gender yang berpihak terhadap kelompok rentan.

Penguasaan teknis kesehatan diperkuat saat program berjalan.OMP bersama MSF juga melakukan

promosi Persalinan Aman yang inovatif untuk membangun pemahaman dan kesadaran kritis masyarakat,

sehingga mereka mau dan berani untuk meminta pelayanan ANC, pertolongan persalinan sesuai SOP,

serta hak pembiayaan yang ditanggung oleh negara.

Page 15: Tata Kelola Persalinan Aman

13www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

6. Pengadaan Kemitraan Bidan dan Dukun dapat menjadi sebuah strategi unggulan untuk meminimalisasi

praktek budaya yang sudah mengakar di masyarakat dan berdampak pada kesakitan dan kematian ibu

dan bayi.

7. Upaya di atas didukung oleh pembuatan Peraturan Bupati/Walikota tentang Persalinan Aman.

Keunikan prinsip KINERJA tersebut layak menjadi hikmah pembelajaran yang cost effective karena

berkontribusi nyata meningkatkan cakupan ANC (K1–K4) dan persalinan aman di banyak puskesmas mitra

KINERJA. Rasionalisasi peningkatan cakupan tersebut akan berdampak langsung pada menurunnya kematian

ibu dan bayi.

Page 16: Tata Kelola Persalinan Aman

14 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Situasi yang Dihadapi di Daerah

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) membuat pemerintah menempatkan

upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional dan daerah. Capaian indikator SPM

kesehatan termasuk cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama (K1) dan kunjungan ke-empat

(K4) untuk ANC, persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak

daerah di Indonesia juga masih rendah. RISKESDAS (2010) melaporkan bahwa hanya 61,4% perempuan

melakukan ANC dan hanya 82,4% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Cakupan pelayanan

sangat bervariasi antar daerah di Indonesia, dan daerah pedesaan seperti kebanyakan daerah mitra KINERJA

seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Menurut temuan KINERJA, banyak petugas kesehatan yang melakukan ANC dan penolong persalinan belum

sesuai SOP teknis karena keterbatasan pengetahuan, sarana, dan alat yang belum memadai; bidan desa

sering tidak berada di tempat; kompetensi bidan junior/baru masih rendah; poskesdes dan polindes belum

dimanfaatkan dan sarananya masih terbatas; banyak puskesmas yang belum mempunyai ruang persalinan;

kurangnya komunikasi antara bidan dan dukun; dan terbatasnya ahli spesialis teknis untuk memberikan

bimbingan regular kepada petugas. Kondisi di atas berdampak pada angka cakupan K1 – K4 yang belum

sesuai SPM.

Tantangan utama yang dihadapi menuju persalinan aman adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap

pentingnya ANC, namun juga kurangnya akses layanan untuk ANC yang berkualitas. Demikian juga sebagian

masyarakat tidak bersalin di fasilitas kesehatan dan oleh tenaga kesehatan (bidan) karena adanya anggapan

bahwa bidan kurang berpengalaman, masih muda/junior, kurang terampil, dan kurang mampu berkomunikasi

dalam bahasa lokal. Masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa layanan kesehatan tidak terjangkau

karena jauh dan mahal; petugas kesehatan kurang perhatian terhadap keinginan pasien sehingga masyarakat

cenderung ke dukun untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan; masih kentalnya mitos dan praktek

budaya seperti kehamilan tidak boleh diketahui orang lain sampai usia 3 bulan, atau ibu harus duduk diatas

tungku perapian selama 40 hari setelah persalinan; masih banyak dukun senior menangani persalinan; masih

BAB 2 TATA KELOLA PERSALINAN AMAN

Page 17: Tata Kelola Persalinan Aman

15www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

rendahnya pengetahuan masyarakat terutama ibu akan hak-haknya dalam ANC; pasien tidak tahu kemana

mengeluh; dan keinginan masyarakat dan kemampuan puskesmas belum pernah dibicarakan bersama.

Hasil asesmen awal KINERJA ternyata Puskesmas belum menerapkan unsur partisipasi, tranparansi dan

akuntabilitas kepada publik. Belum adanya budaya organisasi yang ramah ibu dan anak; di beberapa

puskesmas, layanan KIA diberikan dalam ruang sempit atau ruang serba guna; dan belum terintegrasinya

manajemen puskesmas sehingga anggaran yang tersedia kurang berdampak terhadap kualitas layanan

puskesmas.

Pengalaman Kabupaten Bulukumba

• Pemerintah provinsi mengajukan surat minat kepada KINERJA.

• KINERJA merespon dengan memberikan 5 kabupaten/kota yang akan mendapat dukungan.

• Dilakukan serangkaian pertemuan formal dan informal untuk membangun pemahaman, hubungan,

dan kepercayaan dari para pengambil keputusan di daerah.

• Dilakukan workshop tingkat provinsi dengan peserta dari stakeholders provinsi dan 5 kab/kota

terpilih untuk mensosialisasikan pendekatan dan 3 paket dukungan KINERJA kepada Bappeda,

Sekda, DPRD (ketua dan komisi B dan E), Dinas Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi yang

dihadiri oleh eselon 2, 3 dan 4. KINERJA diwakili oleh STTA dari Jakarta, koordinator provinsi

(PC) dan LPSS dari kab/kota penerima bantuan. Diakhiri dengan penandatanganan MoU antara

KINERJA dengan Bapak Bupati.

• Pada workshop di provinsi, KINERJA meminta daerah untuk memilih 1 paket dukungan pada tahun

pertama, kemudian dilanjutkan dengan paket lainnya pada tahun kedua.

• Workshop di Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba memilih puskesmas yang ada di dataran

tinggi, dan perkotaan dengan wilayah pantai menjadi dampingan Kinerja.

• Fase implementasi dengan pendampingan kepada pemberi layanan tingkat dinas kesehatan dan

puskesmas serta kelompok masyarakat dilakukan oleh OMP bersama LPSS,

• Setelah dua tahun, MSF Bulukumba melakukan advokasi anggaran ke DPRD untuk peningkatan

sarana di puskesmas seperti tempat berteduh pasien, ruang tunggu, kebersihan toilet serta

fasilitas lain yang dibutuhkan dalam survei kepuasan pasien.

• Bappeda kemudian mengundang MSF untuk terlibat dalam proses perencanaan di Musrembang

Kecamatan berlanjut ke Musrembang Kabupaten sebagai wujud partisipasi masyarakat.

Page 18: Tata Kelola Persalinan Aman

16 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif di Daerah

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

Saat KINERJA mulai di suatu provinsi, langkah pertama adalah konsultasi calon daerah mitra KINERJA

dengan unsur pimpinan (eshelon 2 dan 3), yaitu ketua Bappeda, DPRD (Komisi Anggaran, Kesehatan dan

Pendidikan), Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan. Output pertemuan kabupaten/kota memilih prioritas dari

tiga sektor dukungan KINERJA yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Penguatan Iklim Usaha pada tahun pertama.

Setelah terbangunnya komitmen pemerintah daerah, Pimpinan KINERJA bertemu dengan kepala daerah

untuk membahas komitmen tersebut yang kemudian diatur dengan Penandatanganan Nota Kesepakatan

(Memorandum of Understanding, MoU) antara kepala daerah dengan pimpinan KINERJA.

Provinsi Aceh • IMPACT (Inspiration for Managing People

Action) mendampingi Kota Banda Aceh dan Bener Meriah.

• PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) mendampingi Simeulue, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara.

Provinsi Kalimantan Barat• PKBI Kalbar (Perkumpulan Keluarga

Berencana Kalimantan Barat) mendampingi Kota Singkawang, Sambas, Melawi, Bengkayang, dan Sekadau.

Provinsi Sulawesi• KOPEL (Komite Pemantau Legislatif

Sulawesi Selatan) mendampingi Kota Makassar dan Kabupaten Bulukumba.

• FIK ORNOP Sulsel (Forum Informasi dan Komunikasi LSM Sulawesi Selatan) mendampingi Luwu dan Luwu Utara.

Provinsi Jawa Timur• (PKBI) Jawa Timur mendampingi

Bondowoso.• YAPIKMA (Yayasan Pemberdayaan Intensif

Kesehatan Masyarakat) mendampingi Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Tulungagung, Jember, dan Bondowoso melanjutkan PKBI Jatim.

• Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) melakukan penguatan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bondowoso.

Untuk dukungan Persalinan Aman, KINERJA bekerjasama dengan tujuh OMP, yakni:

Page 19: Tata Kelola Persalinan Aman

17www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Berdasarkan MoU tersebut, KINERJA menugaskan seorang ahli layanan publik lokal (local public service

specialist atau LPSS) di kantor pemerintah daerah (pemda). KINERJA mulai melakukan assesment

Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang punya kapasitas governance dan juga berpengalaman dalam

bidang kesehatan.

Tahap berikutnya di daerah yang memilih bantuan KINERJA di bidang kesehatan, dilakukan Konsultasi

Tingkat Kabupaten/Kota dengan metode Diskusi Kelompok Terarah (DKT) (atau Focus Group Discussion)

sebagai bentuk transparansi dan partisipasi pendekatan KINERJA. Konsultasi dilakukan di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota atau Bappeda dengan peserta pemegang program Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas

dan Bidan, Kader Posyandu, Organisasi Masyarakat peduli kesehatan, Organisasi Profesi (Ikatan Dokter

Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia), Media, dan Tokoh Masyarakat (Kelompok Agama dan Adat) dengan

perspektif jender. Output pertemuan ini diperolehnya (1) isu prioritas dalam Program KIA yang kemudian

menjadi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif; (2) penentuan puskesmas yang akan menjadi dampingan

mitra KINERJA sesuai kriteria yang disepakati yaitu puskesmas yang pelayanannya masih kurang, puskesmas

terpencil, puskesmas yang sudah cukup bagus.

Diskusi informal di kabupaten/kota dilakukan di luar diskusi formal bersama media (radio, media cetak), staf

pemerintahan, DPRD, organisasi profesi untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi daerah mitra

KINERJA selain data sekunder terkait sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari pemerintah daerah.

KINERJA menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil konsultasi daerah. KINERJA menawarkan kegiatan

kepada organnisasi lokal dengan proses terbuka melalui beberapa tahap. Pertama, KINERJA mengirimkan

concept paper kepada organisasi yang telah teridentifikasi oleh KINERJA. KINERJA menyeleksi organisasi

yang memenuhi kriteria. Selanjutnya KINERJA menawarkan proposal (request for assignment). KINERJA

membentuk tim penyeleksi dan hasil seleksi itu terpilih organisasi mitra pelaksana (OMP). Seluruh OMP

kesehatan merupakan organisasi lokal yang ada pada kotak sebelah kanan.

LPSS dan OMP sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator, melakukan pendekatan persuasif secara simultan

kepada DPRD, Bappeda, pengambil keputusan di Dinas Kesehatan, serta tokoh masyarakat, dan organisasi

profesi untuk mendapatkan dukungan moril dan pembiayaan (budget sharing). Unsur ini kemudian menjadi

cikal bakal MSF.

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program persalinan aman cukup sukses di banyak daerah mitra

KINERJA bila ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah, Kepala Dinas

Kesehatan, DPRD, Unsur MSF, serta LPSS dan OMP.

Page 20: Tata Kelola Persalinan Aman

18 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

2. Pengaturan Pekerjaan

Tugas utama LPSS adalah mengkoordinir program, memfasilitasi OMP untuk dapat menjalankan fungsinya

secara optimal dengan Dinas Kesehatan, MSF, dan pemerintah daerah. LPSS bersama OMP bertanggung

jawab terhadap mutu capaian program.

OMP bekerja penuh pada tingkat kabupaten, puskesmas, dan masyarakat dalam memfasilitasi pelatihan,

lokakarya, dan pendampingan masyarakat terutama MSF.

Salah satu kunci keberhasilan KINERJA adalah, karena KINERJA melakukan penguatan kapasitas OMP

secara berkala, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis

bagi daerah mitra KINERJA. Untuk penguatan supply side terkait teknis persalinan aman, KINERJA kemudian

memberdayakan local champion dengan latar belakang kesehatan untuk mendukung kerja OMP di daerah.

OMP dan Local Champion dibina KINERJA untuk menjadi SDM lokal yang memiliki kapasitas sebagai

agen perubahan di daerah dalam bidangnya masing-masing, diharapkan akan menjadi mitra pendamping

Contoh kasus: Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil - Aceh Singkil.

OMP bersama puskesmas mitra melakukan identifikasi angka persalinan oleh dukun. Dipilih desa yang

paling tinggi angka persalinan oleh dukun untuk melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun.

Membangun persepsi lintas sektor tentang pentingnya kemitraan melalui pertemuan yang melibatkan

dinas kesehatan, perangkat desa, imam mukim (camat), puskesmas, LSM, media, tokoh masyarakat,

kader desa, bidan, dan dukun.

Penyusunan SK Kepala Desa Tentang Dukun yang akan bermitra. Desa memberikan insentif Kepada

Dukun setiap bulan sebanyak Rp. 50.000 dari Sumber Anggaran Desa.

Bidan memberikan insentif kepada dukun sebanyak Rp. 50.000 setiap persalinan yang ditolong secara

bersama.

Dilakukan evaluasi bulanan dan tahunan untuk melihat kendala, tantangan dan manfaat kemitraan

dengan melibatkan lintas sektor dan MSF.

Page 21: Tata Kelola Persalinan Aman

19www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan

replikasi. Oleh karena itu Seri Pembelajaran ini menjadi penting sebagai panduan praktis pelaku yang

berkepentingan kedepan.

LPSS dan OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim Teknis yang terdiri

dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Kesehatan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian

Daerah, dan lembaga-lembaga non-pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat

Keputusan Bupati/Walikota, berperan mengawal kelancaran program KINERJA, advokasi anggaran, dan

melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan.

3. Penyusunan Rencana Kerja

Setelah MoU ditandatangi, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi kabupaten/kota. Tahap selanjutnya adalah

Tim KINERJA yang terdiri atas STTA dan LPSS, melakukan kunjungan ke puskesmas calon dampingan

untuk melakukan DKT bersama kepala puskesmas, bidan, kader posyandu, dan tokoh masyarakat. Diskusi

ini bertujuan untuk (1) memperkenalkan program governance KINERJA, (2) melakukan penjajakan terhadap

komitmen kepala puskesmas dan bidan koordinator, (3) memperoleh informasi langsung dari unit pemberi

layanan tentang isu KIA, tantangan dan kendala dalam memberikan layanan KIA, serta (4) dukungan yang

diharapkan dari KINERJA. Hasil pertemuan ini kemudian menjadi Usulan Rencana Kerja/Kegiatan paket

Persalinan Aman. Tugas STTA di pusat memastikan usulan rencana kerja sejalan dengan RPJMD serta

perencanaan dan penganggaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Proses Kerja

1. Peran Masing-masing Stakeholder

LPSS membimbing dan memfasilitasi OMP untuk mulai melibatkan SKPD, organisasi profesi, universitas,

pemerintah daerah, Bappeda, dan media lokal dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk

membangun rasa memiliki terhadap program Persalinan Aman selanjutnya. Tahapan ini sangat penting

sebagai titik awal untuk membangun peran para pihak seperti:

Dinas Kesehatan kabupaten/kota (Program KIA dan Bina Kesehatan Masyarakat) mendukung sosialisasi

Persalinan Aman, menyediakan dana pendamping serta narasumber untuk lokakarya, penguatan keterampilan

Page 22: Tata Kelola Persalinan Aman

20 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

bidan puskesmas dalam penanganan, konseling, pendampingan ANC, dan persalinan. Promosi ke masyarakat

untuk membangun partisipasi dan kepedulian masyarakat.

Unsur diatas kemudian berubah bentuk menjadi forum MSF yang berfungsi sebagai motivator, advokator, dan

fasilitator bagi masyarakat, dinaskesehatan dan puskesmas, instansi pemerintah daerah lain yang terkait,

sertakomisi DPRD yang terkait. MSF kemudian menjadi tim penyusun draf peraturan bupati/walikota tentang

Persalinan Aman sampai konsultasi publik, dan monitoring pelaksanaan peraturan tersebut.

DPRD berperan dalam memonitor pelaksanaan program KINERJA, di beberapa kabupaten/kota DPRD

menjadi anggota atau ketua MSF, sebagai advokat kepada internal DPRD dan kepada pihak eksekutif (kepala

daerah dan panitia anggaran) untuk memperlancar persetujuan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung

kegiatan Persalinan Aman. Pada daerah dimana bupati/walikota mempunyai komitmen yang lebih tinggi dari

DPRD, justru kepala daerah yang melakukan advokasi kepada DPRD untuk mengalokasikan anggaran,

seperti di Kabupaten Sambas, Bondowoso, Simeulue, Luwu Utara, dan Kota Probolinggo.

2. Pelaksanaan Rencana Kerja

Program dukungan Persalinan Aman model KINERJA dilaksanakan melalui tahapan yang bervariasi sesuai

kondisi daerah dan kekuatan daerah, namun secara umum mengikuti pola sebagai berikut:

Persamaan persepsi dan membangun komitmen para pihak. Diawali dengan koordinasi dan

komunikasi intensif antara LPSS, OMP, dan STTA KINERJA untuk persamaan persepsi tentang

pendekatan governance. Dilanjutkan dengan melakukan inisiasi dan sosialisasi kepada lintas sektor,

Bappeda, DPRD dan tokoh masyarakat tentang persalinan aman. Proses ini merupakan tahap penting

yang bertujuan untuk membangun pemahaman, persepsi, dan kepedulian bersama untuk membangun

komitmen awal dalam pelaksanaan program.

• Penguatan Puskesmas. OMP bersama dinas kesehatan melakukan sosialisasi program dukungan

KINERJA kepada puskesmas terpilih sebagai calon mitra. Secara bertahap dilakukan penguatan perbaikan

puskesmas mulai dari yang kurang daya sensitifitas terhadap personil dan secara nyata membantu kerja

mereka. Untuk persalinan aman, banyak daerah memulai dengan inovasi kemitraan bidan dan dukun,

dilanjutkan dengan revitalisasi kantong persalinan dan manfaatnya, menginisiasi berbagai strategi promosi

Persalinan Aman di tingkat masyarakat, on the job training untuk penerapan SOP ANC dan pendampingan

persalinan oleh STTA lokal, dan pembuatan Alur Layanan Puskesmas.

Page 23: Tata Kelola Persalinan Aman

21www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Setelah LPSS, OMP, dan MSF mempunyai komunikasi yang intensif dengan puskesmas, barulah OMP

mulai bicara tentang perencanaan puskesmas yang melibatkan MSF, penentuan prioritas dan anggaran

sesuai kebutuhan masyarakat melalui keterwakilan MSF, dan keterlibatan MSF dalam audit maternal

minilok puskesmas/kecamatan.

Ketika puskesmas sudah merasakan manfaat bermitra dengan OMP, MSF serta mengerti pendekatan

governance KINERJA, baru usulan tentang survei pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan diterapkan

(umumnya setelah 6 bulan pendampingan). Transparansi dana BOK, JAMPERSAL, Unit Pengaduan

Keluhan masyarakat dilakukan atas kehendak puskesmas sendiri yang terbangun dari kesadaran kritis

personilnya karena ingin menunjukkan bahwa mereka adalah puskesmas yang partisipatif, akuntabel,

responsif, transparan, dan inovatif. Hasil kegiatan ini baru mulai kelihatan setelah 1 tahun pendampingan.

Minimalisasi konflik menjadi pilihan strategi KINERJA dalam beraktifitas.

• Pembentukan MSF. OMP bersama dinas kesehatan dan puskesmas mitra melakukan pemetaan LSM,

media lokal, serta tokoh kunci di masyarakat yangkemudian menjadi calon MSF kabupaten dan MSF kecamatan. Pendampingan lewat pertemuan rutin membicarakan peran dan fungsi MSF kepada unsur-

unsur masyarakat diatas sampai mereka sepakat membentuk MSF kabupaten dan kecamatan.

Formatur keanggotaan MSF kabupaten di beberapa daerah bervariasi, sebagian mengambil dari MSF

kecamatan sehingga MSF kabupaten adalah unsur-unsur dari MSF kecamatan ditambah universitas dan

lintas sektor, serta swasta. Namun dibeberapa daerah lainnya, MSF kabupaten tidak diwakilkan oleh MSF

kecamatan. Pada model pertama, isu-isu yang muncul di tingkat desa dan kecamatan akan otomatis

menjadi isu MSF kabupaten/kota, sedangkan pada pola kedua, OMP berperan memfasilitasi temuan MSF

kecamatan sebagai bahan advokasi MSF kabupaten/kota.

Beberapa daerah seperti Kabupaten Bengkayang di Kalimantan Barat memilih untuk melegalkan MSF

menjadi berbadan hukum. Pilihan ini kemudian memberikan kekuatan hukum bagi MSF dalam advokasi

dan mendorong terlaksananya pelayanan Persalinan Aman yang sesuai SOP teknis nasional.

• Penguatan MSF. OMP memfasilitasi pertemuan berkala peningkatan kapasitas MSF untuk berbagi

pengalaman di masyarakat dan mencari pemecahan masalah bersama terhadap temuan dan persoalan

di masyarakat. MSF memotivasi masyarakat untuk melakukan ANC dan persalinan di petugas kesehatan

atau fasilitas kesehatan, dan memfasilitasi proses kemitraan bidan dan dukun dengan memperjuangkan

partisipasi, kesetaraan, dan insentif yang layak bagi dukun. Beberapa Puskesmas juga melibatkan MSF

dalam audit maternal (mini-lokakarya lintas sektor tingkat puskesmas/kecamatan) untuk menyelesaikan

Page 24: Tata Kelola Persalinan Aman

22 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

temuan di komunitas dalam forum lintas sektor serta tindak lanjut solusi dan rencana aksi bersama.

Kegiatan ini merupakan ”on the job training” bagi MSF.

OMP bersama dengan MSF melakukan Survei Pengaduan Masyarakat. Hasil survei kemudian diolah

menjadi Janji Perbaikan Layanan yang tertempel di dinding Puskesmas setelah ditandatangani oleh

Puskesmas dengan disaksikan oleh MSF, kepala daerah, dan DPRD sebagai bentuk transparansi dan

akuntabilitas pelayanan publik.

• Melakukan advokasi pentingnya payung hukum daerah. Hasil survei pengaduan juga menjadi bahan

advokasi berbasis fakta yang dibutuhkan pengguna layanan kepada dinas kesehatan, dan pemerintah

daerah. LPSS, OMP, MSF dengan promotor utama dinas kesehatan, bersama melakukan advokasi ke

pemerintah daerah tentang pentingnya ketersediaan payung hukum daerah untuk persalinan aman.

Secara partisipatif unsur tersebut terlibat mulai dari inisiasi, pembuatan draf peraturan, dan diskusi

publik dengan melibatkan peran media cetak dan radio, sampai pada akhir. Banyak daerah belum mulai

melibatkan universitas dan swasta dalam proses ini, sehingga perlu perbaikan ke depan.

• Keberlanjutan MSF. MSF didampingi OMP mengintegrasikan perencanaan MSF ke dinas kesehatan dan

puskesmas, bertujuan untuk terjaminnya keberlanjutan program yang melibatkan MSF. Salah satu strategi

advokasi MSF adalah kunjungan ke unit layanan (Puskesmas) untuk berdiskusi dengan manajemen

puskesmas. Dengan pendampingan intensif dari Dinas Kesehatan, MSF melakukan advokasi kepada

pemerintah daerah untuk ketersediaan payung hukum, dan anggaran pendukung dalam menjalankan

peraturan bupati/walikota tentang persalinan aman.

• Replikasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Pada akhir tahun pendampingan, OMP bersama

LPSS melakukan sosialiasi hasil capaian pendampingan KINERJA kepada kepala daerah sebagai paparan

kegiatan akhir pendampingan dengan tujuan untuk replikasi ke puskesmas lain di dalam daerah mitra.

Daerah yang menyediakan dana APBD untuk replikasi Persalinan Aman seperti Kabupaten Bondowoso,

Singkil, Sambas, Bener Meriah, dan Simeulue. OMP kemudian berperan melakukan pendampingan

kepada dinas kesehatan dan pemerintah daerah untuk penentuan puskesmas replikasi praktek baik

pendekatan KINERJA. Selain melakukan kegiatan terakhir sosialisasi peraturan bupati/walikota tentang

persalinan aman kepada masyarakat dengan bantuan berbagai media lokal baik cetak maupun radio.

Page 25: Tata Kelola Persalinan Aman

23www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Proses Perubahan dan Manfaat

Perubahan nyata dukungan KINERJA untuk paket Persalinan Aman dapat dilihat di beberapa Kabupaten

seperti Sambas, Aceh Singkil, Bener Meriah, Luwu, Luwu Utara, Bondowoso, Probolinggo, dan Jember.

Indikator perubahan yang dapat dilihat termasuk:

Dari sisi pemerintah daerah: Tersedianya Peraturan Bupati/Walikota tentang Persalinan Aman

sebagai payung hukum yang disusun secara partisipatif dengan keterlibatan aktif MSF mulai dari inisiasi

pembahasan draf, konsultasi publik, hingga final. Payung hukum tersebut mengikat tenaga kesehatan

untuk memberikan pelayanan sesuai standar nasional. Dari sisi pengguna layanan, memberi ruang

partisipasi masyarakat serta kewajiban untuk melakukan monitoring dan terlibat aktif meningkatkan mutu

layanan kesehatan sebagai tanggung jawab bersama antara supply dan demand side.

Meningkatnya komitmen pemerintah daerah juga dilihat dari dukungan dana APBD untuk menunjang

pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun, serta melakukan replikasi ke puskesmas di wilayahnya dengan

jumlah yang bervariasi di masing-masing daerah. Di Bondowoso, pelantikan Ibu Bupati Bondowoso

sebagai Ibu Pendamping Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif disebut UMMI PERSAMEDA.

Ibu Bupati aktif mengkampanyekan gerakan Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif sampai ke tingkat

desa di seluruh wilayah Bondowoso melalui forum pertemuan PKK. Hasil ini dapat dilihat setelah satu

tahun pendampingan.

Dari sisi supply: Adanya SOP Alur Layanan yang transparan kepada pasien, sehingga pasien mengetahui

jenis layanan yang tersedia di puskesmas, arah pemeriksaan dan pengobatan, dan waktu yang dibutuhkan

untuk diberikan layanan tersebut.Adanya kesepakatan fungsi dan tugas dalam Kemitraan Bidan dan Dukun

berazaskan partisipasi dan kesetaraan, serta insentif yang adil. Bidan berfungsi menolong teknis medis

dan dukun berfungsi sebagai motivator dan promotor untuk ANC dan persalinan di petugas kesehatan,

serta memberikan layanan ritual/budaya positif sehingga meningkatkan cakupan ANC dan persalinan oleh

tenaga kesehatan. Bidan puskesmas yang memberikan pelayanan ANC dan pendampingan persalinan

sesuai SOP meningkat secara kuantitas dan kualitas. Misalnya, di Kabupaten Bondowoso telah

tersedia kotak kegawatdaruratan dalam penanganan persalinan dilengkapi dengan peralatan dan obat

yang diperlukan.

Manfaat yang dirasakan bidan setelah menerapkan Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA, seperti

di Puskesmas Singkil (Aceh Singkil), Puskesmas Semparok (Kabupaten Sambas), dan Puskesmas

Page 26: Tata Kelola Persalinan Aman

24 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Singkawang Selatan (Singkawang), bidan sangat terbantu oleh dukun untuk berkomunikasi dengan

masyarakat dalam bahasa daerah; bidan cepat mendapatkan informasi dari dukun tentang ibu yang

baru hamil, karena budaya “tabu” memberitahukan usia kehamilan muda kepada orang lain; bidan cepat

mendapatkan informasi dari dukun bila ada ibu yang mau melahirkan, misalnya pada malam hari; dan

masyarakat yang dulunya enggan melahirkan ditolong tenaga kesehatan, kemudian beralih mengikuti

anjuran dukun supaya melahirkan dengan bantuanpetugas kesehatan terutama fasilitas kesehatan.

Perubahan di atas berdampak pada perbaikan cakupan SPM. Di kabupaten tersebut di atas terjadi

peningkatan cakupan ANC (K1-K4), persentase komplikasi kebidanan yang ditangani bidan, maupun

persentase persalinan oleh tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan. Meskipun beberapa daerah seperti

Kabupaten Aceh Singkil menunjukkan penurunan pada hampir semua cakupan di atas setelah adanya

pendampingan KINERJA, rasionalisasi data tersebut salah satunya karena adanya perbaikan dalam

pencatatan dan pelaporan KIA. Persalinan di dukun telah menurun di kebanyakan desa atau wilayah

puskesmas yang mempunyai kemitraan bidan dan dukun. Hal ini tercapai dalam 1 tahun pendampingan.

Yang penting adalah tersedianya tenaga kesehatan lokal yang mampu, mau dan menguasai SOP nasional

dalam Persalinan Aman.

Dari sisi penerima layanan: MSF kecamatan aktif berperan memonitor Janji Perbaikan Layanan, dan

juga secara dinamis dan simultan bersama puskesmas melakukan promosi dan pendidikan kritis dengan

istilah lokal kepada masyarakat yang menghasilkan strategi unik dan inovatif dari kelompok masyarakat

untuk berperan aktif menolong sesama melakukan promosi supaya masyarakat memeriksakan kehamilan

(ANC) dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Beberapa MSF juga memasang baliho persalinan gratis di

puskesmas dan beberapa lokasi strategis di jalan raya sebagai bentuk promosi dan transparansi puskesmas.

Para ulama/tokoh agama di Bondowoso, Jember, Sambas, dan Singkawang sudah mengintegrasikan

materi persalinan aman kedalam khotbah mereka dan para ulama dan pendeta melakukan penyuluhan/

konseling pra-nikah kepada masyarakat. Para perias pengantin Kabupaten Probolinggo bangga karena

mampu memberikan wejangan kepada para calon pengantin yang dirias untuk melaksanakan pemeriksaan

kehamilan dan persalinan di petugas kesehatan. Aktifnya Ummi Persameda (Duta Persalinan Aman)

di tingkat kecamatan dan desa sebagai promotor tingkat komunitas. Radio lokal memberikan waktu

tayang rutin untuk talk show terkait dengan Peralinan Aman di Tulungagung dan Kabupaten Probolinggo.

Perubahan ini mulai tampak setelah pendampingan KINERJA – OMP selama 1 tahun.

Perubahan prilaku masyarakat mulai tampak di hampir semua puskesmas mitra. Terjadi perubahan

paradigma dan prilaku masyarakat untuk ANC dan persalinan di petugas kesehatan, yang sebelumnya

Page 27: Tata Kelola Persalinan Aman

25www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

masih tabu, enggan, dan dilarang menurut adat lokal. Kritik, usulan dan saran dari masyarakat

bermunculan untuk menjawab kebutuhan layanan kesehatan masyarakat di hotline klinik Sambas. Ibu

hamil menggunakan hotline klinik untuk meminta layanan emergensi dengan ambulan dan bidan untuk

persiapan persalinan di fasilitas kesehatan. Sehingga puskesmas merespon dengan Kartu Emergensi

Persalinan dengan menuangkan nomor telephone kepala puskesmas, bidan koordinator, bidan desa,

kepala desa, serta MSF kecamatan sebagai kontak yang dapat dihubungi keluarga saat emergensi terjadi.

Keterlibatan MSF dalam audit maternal perinatal tingkat kecamatan dirasakan sangat membantu dalam

pemecahan masalah terhadap persoalan yang dihadapi Puskesmas seperti di kabupaten Simeulue, Singkil

dan Sambas.

Di Sambas, manfaat dampingan KINERJA yang paling dirasakan adalah hasil kerja MSF bersama

puskesmas dalam menyediakan Survei Pengaduan Layanan, Kemitraan Bidan dan Dukun, dan

Mekanisme Pengaduan. Semua unsur governance paket KINERJA jelas terpampang dan berjalan di

puskesmas Semparok. Alamat surat, SMS, dan telpon untuk pengaduan, serta respon paling lama akan

diterima dalam 2 hari kerja bila pengirim memberikan alamat yang jelas.

Pengalaman di Kabupaten Sambas, Aceh Singkil, Kota Singkawang dan Probolinggo mereplikasi

kemitraan bidan dan dukun, serta inovasi kantong persalinan untuk mendukung persalinan aman terus

berjalan meskipun KINERJA sudah tidak melanjutkan bantuannya. Hal ini terjadi karena dorongan yang

kuat dari OMP, LPSS dan MSF yang proaktif melakukan advokasi ke pemerintah daerah dan DPRD.

Page 28: Tata Kelola Persalinan Aman

26 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES

Tantangan

Dalam mendukung paket Persalinan Aman, selama dua tahun pendampingan KINERJA ditemukan tantangan

yang bervariasi antar daerah dan level pemerintahan. Namun secara merata ditemukan adanya mitos, tabu,

dan budaya yang menghambat Persalinan Aman dan masih cukup kuat diterapkan oleh masyarakat di

daerah mitra KINERJA mulai dari Provinsi Jawa Timur sampai Sulawesi. Petugas kesehatan dari tingkat dinas

kesehatan sampai bidan di desa mempunyai pemahaman dan keterampilan yang bervariasi tentang standard

dan SOP untuk ANC dan pertolongan persalinan karena lemahnya penerapan standar dan SOP nasional. Ada

beberapa contoh tantangan yang dihadapi oleh stakeholder.

Pada tingkat Pemerintah Daerah

• Belum tegas menerapkan peraturan bupati/walikota khususnya tentang insentif dan sanksi terhadap

petugas yang tidak bekerja sesuai standard dan SOP nasional pada level pemberi layanan baik publik

maupaun swasta di wilayahnya.

• Belum optimal menyediakan fasilitas (alat, bahan) dan personil kesehatan yang mengerti dan terampil

melakukan ANC dan penolong persalinan sesuai standard dan SOP nasional.

• Advokasi anggaran seringkali tidak sesuai dengan siklus penganggaran berjalan.

• Pergantian pimpinan daerah kemungkinan diikuti dengan mutasi personil dinas kesehatan, dan puskesmas

sehingga hubungan kerja dimulai dari awal kembali.

Pada tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas

• Pada awal penerapan model KINERJA muncul kehawatiran petugas puskesmas dan dinas kesehatan

bahwa program-program inovasi KINERJA akan menjadi tambahan beban kerja rutin puskesmas dan

dinas kesehatan.

Page 29: Tata Kelola Persalinan Aman

27www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

• Adanya personil pada tingkat pengambil keputusan di dinas kesehatan dan puskesmas yang kurang

memberikan daya dukung sehingga seringkali menjadi penghambat program.

• Banyak petugas yang belum melakukan ANC dan penolong persalinan sesuai standar dan SOP teknis.

• Miniloka puskesmas/kecamatan bersama lintas sektor dan MSF sering tidak terlaksana karena

hambatan biaya.

Pada tingkat MSF, Masyarakat dan Pemberi Kerja

• Masih kentalnya budaya, mitos, tabu yang berdampak meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan

bayi seperti badapu di Aceh Singkil dan pamali periksa hamil pada trimester awal pada daerah Tapal Kuda,

Jawa Timur.

• Cukup banyak daerah yang masyarakatnya cenderung periksa kehamilan dan melahirkan di dukun dari

pada petugas kesehatan dengan alasan lebih terjangkau transport dan biaya, nyaman karena komunikasi

interpersonal yang baik, dan meyakinkan karena budaya.

• Masih terbatasnya pengetahuan MSF tentang Persalinan Aman sementara mereka diharapkan berperan

mengawal dan melakukan montoring/pengawasan terhadap Janji Layanan serta memberikan masukan

terhadap keluhan masyarakat yang muncul.

• Masih tingginya angka pernikahan dini (misalnya Bondowoso, Jember, dan daerah Tapal Kuda) akibat

faktor kemiskinan dan budaya masyarakat.

• Masyarakat masih lebih percaya kepada dukun, dan adanya kepercayaan bahwa pada awal kehamilan

tidak boleh diperiksakan ke bidan/dokter.

• Pertemun MSF rawan tidak berkesinambungan karena sebagian besar anggota MSF dari non-pemerintah

masih mengharapkan dibayar dana tranportasi sementara puskesmas atau pemerintah kecamatan tidak

memiliki dana untuk menggantikan biaya transport itu.

Pada level OMP

• Keterbatasan pengetahuan tentang pendekatan KINERJA dan teknis Persalinan Aman membatasi

mereka dalam melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan MSF. KINERJA

menjembatani dengan STTA lokal.

• Daerah yang terpencil (berbatasan dengan sungai, gunung, laut) dan berjauhan antara satu puskesmas

dengan yang lainnya berdampak rendahnya koordinasi dengan waktu proyek yang sangat pendek.

• Pendekatan dengan pihak swasta pada tahun pertama masih dirasakan kurang.

• Banyak OMP Kinerja tidak berasal dari mitra lokal (kabupaten/kota). Pada saat program KINERJA tutup

maka OMP juga akan pindah ke tempat asalnya.

Page 30: Tata Kelola Persalinan Aman

28 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Mengatasi Tantangan

Tantangan yang dihadapi KINERJA menjadi praktek baik sebagai pembelajaran di awal bagi pengembang

program governance berikutnya. Kendala teknis yang disampaikan di atas sudah banyak terobosan yang

diambil oleh KINERJA, namun hambatan budaya masih membutuhkan waktu yang lebih lama.

Cerita Sukses

Di bawah ini beberapa contoh cerita sukses dari hasil dampingan KINERJA.Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil, Aceh Singkil, Provinsi Aceh.

• Kemitraan dimulai bulan April 2012. Pada tahap pertama, kemitraan diterapkan di 2 desa, kemudian

dikembangkan di 5 desa lainnya.

• Pertolongan persalinan oleh dukun menurun menjadi 0% di wilayah Puskesmas Singkil. Tahun 2011

terdapat 18 persalinan yang ditolong dukun, menurun menjadi 8 persalinan pada tahun 2012, dan

mencapai 0 pada tahun 2013.

• Puskesmas Singkil akan melakukan scaling-up dengan melibatkan dukun secara aktif dalam promosi

kesehatan di komunitas sebagai “Pelopor Kesehatan di Desa”.

• Melakukan monitoring pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun setiap tiga bulan untuk melihat hasil dan

kendala yang dihadapi.

• Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil telah dicanangkan untuk direplikasi ke seluruh

Kabupaten Aceh Singkil.

• Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas.

• Memberikan penghargaan kepada kemitraan bidan dan dukun terbaik.

Puskesmas Semparuk, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

• Sebelum pendampingan KINERJA, Puskesmas Semparuk melakukan pelayanan rutin tanpa

mempertimbangkan mutu layanan serta kenyamanan pasien yang datang ke Puskesmas. KINERJA mulai

memperkenalkan hak masyarakat termasuk yang miskin dan tidak mampu menjadi tanggungjawab negara

termasuk puskesmas.

• Puskesmas Semparuk merasa perlu melakukan perubahan untuk merespon keinginan masyarakat

terhadap layanan yang lebih baik untuk mencapai kepuasan pengguna layanan yang maksimal.

Page 31: Tata Kelola Persalinan Aman

29www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

• Keterbatasan membuat mereka berusaha menjalin kemitraan dengan semua pihak untuk mencapai

pelayanan publik yang memuaskan sisi demand. Meskipun pada awalnya muncul berbagai ketakutan dan

penolakan dari banyak staf puskesmas dengan alasan, seperti sulit menyamakan persepsi dan komitmen

tentang perbaikan layanan dari sisi petugas dan masyarakat; kemitraan nantinya akan menambah beban

kerja petugas dengan berbagai komitmen yang harus disepakati; adanya campur tangan pihak luar dalam

pengelolaan dan pelayanan puskesmas; beban pimpinan puskesmas untuk menegakkan aturan dan SOP;

serta disiplin pegawai yang sudah lama terabaikan.

• Seiring dengan keinginan masyarakat yang difasilitasi OMP supaya puskesmas Semparuk berubah, pada

tahun 2013 Kabupaten Sambas juga berubah dari layanan publik menjadi Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), yang berarti kewenangan Pengelolaan Puskesmas secara

penuh dipegang pihak puskesmas. Perubahan ini sangat berpengaruh besar dalam perubahan Puskesmas

Semparuk.

• BLUD mempersyaratkan: citra pegawai yang baik, adanya staf yang berkembang pengetahuan dan

ketampilannya, menerapkan standar SOP dan aturan, menghindari komplain masyarakat.

• KINERJA mendukung perubahan di Puskesmas mulai dari memahami harapan dan keluhan masyarakat

melalui Survei Pengaduan Masyarakat. Kemudian muncul indeks pengaduan masyarakat, dipecahkan

melalui pertemuan kemitraan lintas sektor dan unsur-unsur masyarakat. Masalah internal puskesmas

diselesaikan melalui pertemuan microplanning untuk kemudian menyusun rencana aksi.

• Secara fisik, puskesmas nyata terjadi peningkatan transparansi, seperti pemasangan Alur Pelayanan

Puskesmas, Waktu Tunggu Pelayanan, Janji Perbaikan Layanan, Cara Penyampaian Keluhan, Tarif

Retribusi Layanan berdasarkan peraturan daerah terbaru, Standar Layanan, dan informasi JAMPERSAL,

yang menjadi hiasan dinding yang dapat dilihat oleh pasien yang datang ke puskesmas. Klinik KIA dan

ruang bermain anak berubah sesuai dengan permintaan masyarakat dalam janji layanan. Kemitraan Bidan

dan Dukun telah mampu menurunkan pertolongan persalinan oleh dukun dari 77 persalinan tahun 2010

menjadi 0 pada tahun 2013.

• Terjadi perubahan budaya organisasi, terbuka melakukan kemitraan dengan MSF yang kemudian

menjadi jembatan antara puskesmas dengan keinginan masyarakat; petugas terbuka untuk menerima

saran, kritik atau pengaduan; mendorong terbentuknya puskesmas Ramah Ibu dan Anak; lebih banyak

menjalin jejaring untuk pemberdayaan masyarakat; dan terus berusaha memperbaiki mutu layanan melalui

penerapan janji layanan untuk peningkatan kepuasan pengguna layanan. Pelayanan menjadi lebih cepat,

murah, dan mudah. Lokakarya lintas sektor bersama MSF untuk pemecahan persoalan dilakukan secara

berkala, Pos Kesehatan Desa, Posyandu, Muspika Kecamatan menjadi bagian aktif dari MSF kecamatan.

Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, untuk meminimalisasi pernikahan usia dini.

Page 32: Tata Kelola Persalinan Aman

30 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

• Program kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah (murid dan tenaga pendidikan)

• Melibatkan berbagai aktor dan institusi, dari pemerintah (dinas kesehatan, dinas pendidikan, Bappeda dan

Pemberdayaan Perempuan), sampai masyarakat (tokoh agama, pemerhati pendidikan, orangtua murid,

dan para ulama).

• Dibentuk dan dilatihnya para guru yang tergabung dalam Paguyuban Guru Pendidik Kespro (PGPK)

dengan aktifitas menjangkau 26 sekolah.

• Tersedia dan berfungsinya Ustad terlatih untuk Promosi Kespro Remaja di pesantren

• Komitmen untuk terintegrasi dalam APBD melalui layanan kesehatan peduli Ibu, Anak & Remaja

• Media kampanye yang dibuat remaja: 7 video diary, 46 stiker dan poster, 35 artikel karya anak.

Replikasi dan Scaling up

Replikasi

Program Persalinan Aman dengan pendekatan model KINERJA telah direplikasi oleh beberapa instansi

pemerintah dengan berbagai sumber pendanaan, termasuk:

• Kemitraan Bidan dan Dukun sudah direplikasi pada seluruh puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil dengan

berbagai sumber pendanaan yaitu Dinas Kesehatan kabupaten, dana BOK, JAMPERSAL, OMP, dan

Anggaran Dana Desa (ADD).

• Kabupaten Sambas dengan menggunakan dana APBD telah mereplikasi seluruh paket kesehatan

KINERJA dari 6 menjadi 13 puskesmas pada tahun 2013 dan akan dilanjutkan dengan 7 puskesmas lain

baru pada tahun 2014.

• Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas di

Kabupaten Aceh Singkil pada Januari 2014.

• SOP ANC sudah diterapkan pada seluruh puskesmas di Singkil, Simeulue dan 2 puskesmas lainnya di

Bener Meriah.

• Survei pengaduan sudah direplikasi pada semua puskesmas di Kota Probolinggo.

Sampai akhir tahun 2013 ketikalaporan ini dibuat, belum ditemukan adanya model scaling up baik di wilayah

mitra KINERJA maupun di luar wilayah mitra.

Page 33: Tata Kelola Persalinan Aman

31www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Daya Ungkit dalam Program KINERJA

Faktor pendorong suksesnya program Persalinan Aman bervariasi di setiap daerah. Kesamaannya pada

faktor kepemimpinan yang kuat dari pimpinan daerah dan sektor teknis, serta peran aktif agen perubahan

dalam wujud kepala bidang atau kepala seksi KIA, kepala puskesmas, LPSS, OMP, serta unsur-unsur dalam

MSF. Ketika kelima unsur tersebut menunjukkan komitmen yang tinggi dan mempunyai pemahaman kritis

tentang pendekatan model KINERJA, maka program dijamin akan memperlihatkan hasil dalam waktu singkat

(1 sampai 2 tahun). Khusus untuk Kemitraan Bidan dan Dukun, kunci keberhasilan sangat bergantung pada

komitmen kepala desa, kepala puskesmas, bidan koordinator di puskesmas, dan MSF kecamatan dengan

inisiasi kuat dari OMP.

Pengungkit di Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Sambas, Aceh Singkil, Bener Meriah, Simeulue, dan Kota

Singkawang pada awalnya adalah sosok LPSS dan OMP yang menguasai pendekatan KINERJA dan punya

komitmen tinggi melakukan perubahan, dan berpadu dengan kepemimpinan kepala daerah atau sekretaris

daerah yang memang menginginkan perubahan positif. Di Dinas Kesehatan, level eselon 2 dan 3 mempunyai

pemahaman yang kuat tentang program dan menginisiasi perubahan, siap bertemu dengan komitmen dan

proaktif dari LPSS dan OMP, dan mampu menggerakkan MSF menjadi agen perubahan yang melakukan

advocacy terus menerus kepada DPRD dan pemerintah daerah. Kabupaten Bengkayang punya anak muda

dari media lokal, bersama DPRD yang kebetulan menjadi ketua Masyarakat Adat Dayak dan ketua MSF,

didukung oleh tim yang kuat dari LPSS bersama OMP yang sudah berpengalaman di Kota Singkawang.

Page 34: Tata Kelola Persalinan Aman

32 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Tantangan

Pengalaman KINERJA selama 2 tahun memberikan rekomendasi hasil terobosan yang sebagian telah

dilakukan menghadapi tantangan yang disampaikan dalam Bab sebelumnya.

Rekomendasi untuk Pemerintah

KomitmenDiperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan daerah yang dituangkan

dalam bentuk tersedianya payung hukum daerah, dukungan pendanaan, memelihara local champion dan SDM

yang sudah terlatih pada tempat yang sesuai.

Membangun Partisipasi Masyarakat Menyediakan sumberdaya lokal untuk terbentuk dan berperannya model MSF dan Pengelolaan Manajemen

Puskesmas yang bertata kelola baik dengan mewujudkan partisipasi aktif sisi demand, dan transparansi

serta akuntabilitas sisi supply yang akan berdampak pada capaian SPM dan peningkatan kinerja layanan

kesehatan (publik).

Mempertahankan keterlibatan MSF untuk berperan aktif membantu unit pemberi layanan sebagai mediator,

advokator, motivator, dan penyelesai masalah dengan dukungan sumber daya lokal. Meningkatkan peran

universitas dan pihak swasta mulai dari proses perencanaan program sampai pada monitoring dan

evaluasi kegiatan.

Monitoring dan Pengawasan Personal dan KomunalMelakukan monitoring dan pengawasan supaya peraturan daerah dijalankan dengan semestinya melalui peran

aktif SKPD terkait bersama MSF.

Page 35: Tata Kelola Persalinan Aman

33www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Materi dan Alat Pembelajaran PuskesmasMendukung dinas kesehatan/sektor teknis untuk mengadopsi dan mengadaptasi Puskesmas (unit layanan)

model KINERJA dengan bantuan alat dan bahan dari pembelajaran KINERJA serta bimbingan dari LPSS,

OMP, dinas kesehatan dan puskesmas mitra KINERJA secara bertahap sesuai kemampuan daerah.

Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA dapat direplikasi ke wilayah lain karena telah terbukti

meningkatkan cakupan ANC dan persalinan oleh dan di fasilitas kesehatan untuk mencapai SPM Kesehatan.

Tenaga KesehatanDPRD, Pemerintah Daerah, dan MSF perlu mendukung dinas kesehatan untuk menyiapkan tenaga

kesehatan yang inovatif dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai standard dan SOP nasional serta

membudayakan penerapan berbagai model Insentif dan Sanksi untuk layanan publik.

Hubungan dengan Penyedia Layanan SwastaKoordinasi dan monitoring Dinas Kesehatan kepada penyedia layanan kesehatan swasta (rumah sakit daerah

dan klinik bersalin) dipersyaratkan untuk diperkuat.

Insentif dan SanksiDibutuhkan inovasi kreatif untuk Insentif dan Sanksi bagi pemberi dan penerima layanan.

MelindungiMenjadi pelindung bagi organisasi dan petugas yang menerapkan larangan serta sanksi berkaitan

pelaksanaan payung hukum daerah.

Motivasi Kepada PenyediaMendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan dukungan tempat pemberian ASI beserta

konselornya di tempat kerja dan fasilitas umum.

Motivasi Kepada MediaMendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan pengawas independen dan pendukung

gerakan Persalinan Aman dan perbaikan layanan publik di daerah seperti advokasi untuk Puskesmas

Bengkayang di media Kalimantan Barat.

Page 36: Tata Kelola Persalinan Aman

34 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Motivasi Kepada MasyarakatSecara simultan mengembangkan model insentif kepada peran serta masyarakat dalam MSF sehingga

membuka ruang partisipasi, kontrol, dan partnership masyarakat yang berkelanjutan.

Pengarusutamaan Gender Kesetaraan gender dan suara kelompok rentan dalam program krusial penting, sehingga KIA khususnya

Persalinan Aman menjadi tanggung jawab semua pihak.

Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana

Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat marginal,

rekomendasi di bawah ini akan mempercepat dan memperkaya gerakan komunitas:

• Perubahan pelayanan publik dengan penguatan tiga pilar governance melalui inovasi kebijakan lokal,

pemberi layanan, dan penerima layanan terbukti cost effective, dan berkelanjutan sehingga layak diadopsi

dan diadaptasi dengan material/alat yang sudah ada.

• Unsur-unsur governance seperti partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan program

dengan pengembangan model inovasi, insentif, dan sanksi perlu tertuang jelas dalam desain dan

implementasi program.

• Dibutuhkan penguatan personil OMP dengan pendekatan governance KINERJA dalam management

puskesmas dari sisi suplai dan gerakan masyarakat dari sisi supply agar terjadi peningkatan kualitas

pelayanan dan pengarusutamaan gender dalam semua aspek perencanaan, pelaksanaan sampai dengan

evaluasi kegiatan/program kesehatan.

• Memastikan keterlibatan yang proporsional antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan

program kesehatan, menyediakan pelatihan yang ditargetkan untuk perempuan, dan juga laki-laki untuk

meningkatkan peran serta mereka dalam KIA sebagai bentuk pengarusutamaan gender.

• Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA dapat menjadi strategi unggulan untuk meminimalisasi

prilaku dari pemahaman budaya yang melemahkan promosi kesehatan dan berdampak pada peningkatan

persalinan pada tenaga kesehatan terlatih yang dapat menurunkan kesakitan dan kematian ibu serta anak.

• Identifikasi terhadap local champion pada tingkatan Middle Management (eselon 3 – 4) di SKPD teknis

sangat penting untuk menggantikan peran Local Public Service Specialist (LPSS) yang ditugaskan di

daerah mitra KINERJA.

• Pendampingan, pelatihan dan pengawasan terhadap pelaksanaan standard dan SOP nasional sangat

dibutuhkan oleh SKPD teknis.

Page 37: Tata Kelola Persalinan Aman

35www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

• Penting untuk menyesuaikan waktu pendampingan dengan siklus perencanaan dan penganggaran di

kabupaten/kota.

• Memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat

• Mengadopsi dan mengadaptasi material, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai

pendekatan program di bidang lain menjadi pilihan yang terbukti membuat perubahan positif dalam waktu

1 – 2 tahun pendampingan.

• Meningkatkan peran universitas dan perusahaan/swasta mulai dari tahap perencanaan sampai monitoring

dan evaluasi.

Rekomendasi untuk Lembaga Diklat dan Universitas

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat), baik pemerintah maupun non-pemerintah, mempunyai

peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program tata kelola persalinan

aman. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:

• Memasukkan pendekatan governance KINERJA kedalam kurikulum Diklat

• Mengadopsi dan mengadaptasi material, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam

bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat.

• Kepada Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan yang sesuai standar dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan

menyeluruh.

• Mengadakan kemitraan bidan dan dukun sebagai strategi unggulan untuk meminimalisasi prilaku dari

pemahaman budaya yang melemahkan promosi kesehatan dan berdampak pada tingginya kesakitan dan

kematian.

• Memperkuat materi dan strategi program dengan menjamin kualitas dan kesetaraan gender dalam semua

aspek perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kegiatan/program kesehatan.

• Memastikan keterlibatan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan program KIA

menjadi tanggungjawab bersama, seperti menyediakan Kelas Bapak.

Page 38: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 39: Tata Kelola Persalinan Aman

37www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

LAMPIRAN

Tata Kelola Persalinan Aman

www.kinerja.or.id

Page 40: Tata Kelola Persalinan Aman

38 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Uraian Substansi 42

Pokok Bahasan 42Sasaran dan Strategi Kegiatan 44Tujuan 44Materi 46

MODUL I Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman 50• Deskripsi Modul 50• Sasaran Pengguna 50• Tujuan Pembelajaran 50• Pokok Bahasan 51• Metode 51• Alat dan Bahan 51• Waktu 51• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 52• Uraian Substansi 53• Contoh Praktek Baik 62• Contoh Bahan Presentasi 64

MODUL 2 Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA 70• Deskripsi Modul 70• Sasaran Pengguna 71• Tujuan pembelajaran 71• Pokok bahasan 72• Metode 72• Alat dan bahan 72• Waktu 72• Proses fasilitasi Kegiatan Pelatihan 73• Uraian Subtansi 75• Panduan Pelaksanaan 84• Contoh Bahan Presentasi 87

Page 41: Tata Kelola Persalinan Aman

39www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

MODUL 3 Kemitraan Bidan dan Dukun untuk Mendukung Program Persalinan Aman 92• Tujuan 92• Sasaran Pengguna 92• Tujuan Pembelajaran 93• Pokok Bahasan 93• Metode 94• Alat dan Bahan 94• Waktu 94• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 94• Uraian Substansi 96• Contoh Praktek Baik 104• Contoh Bahan Presentasi 105

MODUL 4 Kantung Persalinan untuk Mendukung Program Persalinan Aman 108• Tujuan 108• Sasaran Pengguna 108• Tujuan Pembelajaran 109• Pokok Bahasan 109• Metode 109• Alat dan Bahan 109• Waktu 110• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 110• Uraian Substansi 111• Panduan Pelaksanaan 117• Contoh Praktek Baik 120• Contoh Bahan Presentasi 121

MODUL 5 Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP) 126• Tujuan 126• Sasaran Pengguna 126• Tujuan Pembelajaran 126

Page 42: Tata Kelola Persalinan Aman

40 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

• Pokok Bahasan 127• Metode 127• Alat dan Bahan 128• Waktu 128• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 128• Uraian Substansi 130• Panduan Pelaksanaan 143• Contoh Praktek Baik 148• Contoh Bahan Presentasi 150

MODUL 6 Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan 156• Deskripsi Modul 156• Sasaran Pengguna 156• Tujuan Pembelajaran 156• Pokok Bahasan 157• Metode 157• Alat dan Bahan 158• Waktu 158• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 158• Uraian Substansi 158• Panduan Pelaksanaan 168• Contoh Praktek Baik 176• Contoh Bahan Presentasi 179

MODUL 7 Strategi Promosi Kesehatan untuk Persalinan Aman 184• Deskripsi Modul 184• Sasaran Pengguna 184• Tujuan Pembelajaran 185• Pokok Bahasan 185• Metode 185• Alat dan Bahan 186• Waktu 186• Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 186• Uraian Substansi 188• Panduan Pelaksanaan 198

Page 43: Tata Kelola Persalinan Aman

41www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

• Contoh Praktek Baik 201• Contoh Bahan Presentasi 204

LAMPIRAN B Daftar Pustaka 205

LAMPIRAN C Bahan di CD 206

LAMPIRAN D Daftar Singkatan/Istilah 207

Page 44: Tata Kelola Persalinan Aman

42 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Lampiran A Uraian Substansi

Pokok Bahasan

USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Sampai

dengan tahun 2014, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA, yaitu Aceh, Kalimantan

Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua. Provinsi Papua berbeda masa intervensi dan strategi intervensi

maka informasi yang disampaikan dalam modul-modul ini adalah pengalaman di luar provinsi Papua. Program

USAID-KINERJA difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan

publik pada bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim bisnis yang kondusif. KINERJA

menawarkan beberapa paket untuk ketiga sektor tersebut dengan pendekatan yang komprehensif untuk

menguatkan kapasitas dari sisi penyedia layanan maupun pengguna layanan.

KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan

sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya

untuk mencapai tata kelola yang baik (good governance) menjadi lebih mudah dan berkesinambungan.

Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal (capacity building)

terkait dengan kebijakan, manajemen unit layanan agar lebih bertatakelola dalam manajemen organisasi,

manajemen program dan manajemen layanan, dan strategi promosi agar pengguna layanan memahami hak

dan kewajibannya dalam pelayanan.

Penguatan pada sisi pengguna layanan dilakukan dengan menyadarkan masyarakat tentang haknya dan

memberdayakan mereka agar turut berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi

layanan mulai dari perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring, evaluasi program/

kegiatan dan advokasi.

Salah satu pendekatan program KINERJA adalah bekerja sama dengan organisasi lokal dalam melaksanakan

bantuan teknis di kabupaten/kota. Oleh karena itu, penguatan kapasitas Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

Page 45: Tata Kelola Persalinan Aman

43www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

menjadi aktivitas yang penting, agar OMP mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan

teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP diharapkan akan menjadi mitra daerah setelah

program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada daerah sebagai bagian dari

strategi keberlanjutan dan replikasi.

Dalam upaya membantu OMP menjalankan perannya dalam memberikan bantuan teknis kepada daerah mitra

KINERJA, maka keberadaan modul pelatihan dan pendampingan menjadi sangat penting. Dengan adanya

modul pelatihan dan pendampingan ini diharapkan OMP mampu menerjemahkan program KINERJA dengan

lebih baik, serta dapat pula menjadi acuan daerah mitra KINERJA dalam menjalankan berbagai program KINERJA.

Disamping itu, modul ini diharapkan juga dapat digunakan langsung oleh unit pemberi layanan sebagai

panduan praktis dalam mengintegrasikan berbagai pelayanan kesehatan menuju tata kelola kesehatan (health

governance) dalam melaksanakan setiap program pelayanan publik yang menjadi tanggungjawabnya.

Demikian juga bagi stakeholder yang lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang

berbagai tahapan program/kegiatan yang membutuhkan “campur tangan” mereka sehingga para stakeholder

tersebut dapat berperan aktif membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator.

Paket KINERJA di bidang kesehatan meliputi Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan ASI Eksklusif.

Modul kesehatan ini akan membahas aspek tata kelola persalinan aman dalam manajemen dan pelayanan.

Secara garis besar, topik yang dibahas dalam modul kesehatan ini terdiri dari 7 topik, yaitu meliputi:

1. Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman;

2. Perencanaan Puskesmas yang partisipatif untuk mendukung program Persalinan Aman;

3. Kemitraan bidan dan dukun yang partisipatif, akuntabel dan responsif;

4. Kantung persalinan untuk mendukung program Persalinan Aman yang lebih tranparan, akuntabel dan

responsif;

5. Standard Operating Procedure sebagai bentuk akuntabilitas dan tranparansi pemberi layanan kepada

pengguna layanan;

6. Pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan layanan sebagai bentuk responsif unit layanan terhadap

persepsi pengguna layanan;

7. Strategi promosi dalam Persalinan Aman yang lebih partisipatif dan inovatif.

Berbagai topik tersebut mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pelaksanaan program kesehatan,

karena akan sangat menentukan kualitas pelayanan yang dihasilkan. Melalui penataan pada sisi manajemen

Page 46: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

44 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

organisasi unit pemberi layanan, program, manajemen layanan, dan promosi kepada masyarakat, maka kinerja

penyedia pelayanan kesehatan akan semakin optimal sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan target

kinerja utamanya yaitu pencapaian SPM. Oleh karena itulah keberadaan modul ini tidak dapat dipisahkan

dengan modul lain yang membahas tentang SPM bidang kesehatan karena keduanya bersifat saling

melengkapi. Demikian juga dengan berbagai modul lain yang dikembangkan secara spesifik untuk masing-

masing aktivitas, misalnya modul survei pengaduan, modul MSF, dan modul kesehatan reproduksi.

Sasaran dan Strategi Kegiatan

Sasaran modul ini adalah Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) atau fasilitator program USAID-KINERJA bidang

kesehatan, unit pemberi layanan, dinas kesehatan, dan stakeholder lain yang terkait, seperti dukun, MSF, dan

berbagai kelompok peduli kesehatan yang ada di masyarakat.

Pendekatan USAID-KINERJA dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA dilakukan

dalam 2 strategi utama. Pertama, OMP melakukan pertemuan (lokakarya/workshop; FGD; dan lainnya) dalam

pencapaian persamaan persepsi terhadap suatu isu dan atau meningkatkan kapasitas pengelola program baik

tingkat kabupaten maupun unit layanan. Kedua, memfasilitasi/mendampingi dinas kesehatan dan unit pemberi

layanan (puskesmas) dalam merancang, menjalankan program, monitoring dan evaluasi tata kelola

kesehatan.

Setiap kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh Local Public Services Specialist (LPSS) sebagai perwakilan

KINERJA di daerah. LPPS sebagai pengawal OMP dalam melaksanakan program KINERJA sesuai dengan

rencana kerja dan mediator dengan stakeholder daerah agar program KINERJA dapat berjalan dengan lancar.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan modul-modul ini adalah untuk membantu kabupaten/kota mitra KINERJA-USAID dalam mengelola

program persalinan aman secara partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan inovatif.

Page 47: Tata Kelola Persalinan Aman

45www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

1. Memahami program KINERJA secara umum termasuk pendekatan dan strategi good governance dalam

upaya peningkatan pelayanan publik;

2. Mampu mendampingi Puskesmas menyusun perencanaan yang partisipatif untuk mendukung program

persalinan aman;

3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam mewujudkan kemitraan bidan dan dukun yang bersifat partisipatif,

akuntabel, responsif, dan inovatif;

4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam pelaksanaan kantung persalinan;

5. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun dan mengimplementasikan Standard Operating

Procedure (SOP) sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik;

6. Mampu mendampingi Puskesmas dalam melakukan pengelolaan pengaduan, khususnya melalui

pelaksanaan survei pengaduan, penyusunan dan pemenuhan janji perbaikan layanan; dan

7. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi kesehatan

sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Mampu menerapkan pendekatan dan strategi good governance dalam upaya peningkatan pelayanan

publik terutama dalam pelayanan kesehatan;

2. Mampu menyusun perencanaan Puskesmas secara partisipatif untuk mendukung program persalinan

aman;

3. Mampu mewujudkan kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang bersifat partisipatif, akuntabel, responsif,

inovatif, efektif, dan berkesinambungan;

4. Mampu membuat dan melaksanakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitas dan responsiveness

dalam mendukung persalinan aman;

5. Mampu menyusun dan mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai upaya

menjalankan manajemen pelayanan Puskesmas yang sesuai SPM dan hak pengguna layanan;

6. Mampu melakukan pengelolaan pengaduan, khususnya melalui pelaksanaan survei pengaduan dan

penyusunan janji perbaikan layanan; dan

7. Mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi kesehatan sebagai upaya menjalankan

manajemen pelayanan Puskemas yang baik.

Page 48: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

46 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Materi

1. Modul Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman;

2. Modul Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk mendukung program Persalinan Aman;

3. Modul Kemitraan Bidan dan Dukun untuk mendukung program Persalinan Aman;

4. Modul Kantung Persalinan untuk mendukung program Persalinan Aman;

5. Modul Standard Operating Procedure dalam pelayanan kehamilan dan persalinan;

6. Modul Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan;

7. Modul Strategi Promosi dalam Persalinan Aman.

Modul pelatihan dan pendampingan program KINERJA bidang kesehatan untuk kabupaten/kota ini terdiri dari

beberapa pokok bahasan yang disusun secara bertahap seperti dijelaskan dalam skema berikut:

Gambar 1. Sistematika Modul

Page 49: Tata Kelola Persalinan Aman

47www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengenalkan paket KINERJA bidang kesehatan terutama Tata Kelola

Persalinan Aman. Setelah peserta memahami ruang lingkup paket KINERJA bidang kesehatan, maka pada

tahap selanjutnya pokok bahasan diarahkan kepada berbagai strategi dan upaya yang dapat dilakukan untuk

mengelola dan menjalankan ketiga program utama tersebut agar lebih berhasil guna. Manajemen Puskesmas

yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif menjadi dasar bagi terselenggaranya program

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif secara efektif dan efisien. Tata kelola yang baik

ini diawali dari fase perencanaan dan pembiayaan program. Disinilah pentingnya pembahasan mengenai

manajemen PTP atau Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sebagai salah satu sumber dana untuk

program kesehatan.

Pelaksanaan program Persalinan Aman membutuhkan dilakukannya inovasi tertentu agar program dapat

memenuhi target yang ditetapkan. Kegiatan inovasi yang ditawarkan KINERJA adalah kemitraan bidan dan

dukun serta kantung persalinan. Kedua kegiatan ini diharapkan dapat memberikan daya ungkit positif bagi

ketiga program kesehatan tersebut. Di samping itu, keberadaan SOP layanan juga menjadi faktor penting

bagi telaksananya program yang berkualitas. SOP disusun untuk menjamin adanya standar yang baku

bagi provider sehingga ada kejelasan dalam bertindak, sekaligus sebagai jaminan bagi masyarakat agar

memperoleh pelayanan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian diharapkan kepuasan masyarakat

dapat terjamin. Tetapi jika masih ditemui keluhan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan oleh provider pelayanan kesehatan, maka provider harus merespon keluhan tersebut dalam sebuah

janji perbaikan layanan. Inilah yang menjadi ciri baik pelaksanaan pelayanan publik.

Simultan dengan pelaksanaan berbagai strategi dan pendekatan manajemen tersebut, promosi kesehatan

juga memegang peranan penting, karena disinilah titik awal keterlibatan masyarakat dalam berbagai program

kesehatan. Melalui promosi kesehatan yang kreatif dan inovatif, kesadaran masyarakat dapat dengan mudah

didapat, sehingga pada akhirnya masyarakat mau dan mampu berpartispasi aktif dalam berbagai program

kesehatan yang diadakan oleh pemerintah.

Page 50: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 51: Tata Kelola Persalinan Aman

49www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

11Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman

Page 52: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

50 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman

Modul 1 Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang pendekatan

governance KINERJA dalam program Persalinan

Aman untuk diterapkan di tingkat Dinas Kesehatan

dan Puskesmas agar terjadi peningkatan mutu dan

kinerja melalui praktek-praktek baik yang partisipatif,

akuntabel, responsif, transparan dan inovatif

serta dengan memperkuat dan memperhatikan

keseimbangan unsur demand dan supply.

Strategi peningkatan cakupan IMD dan ASI Eksklusif

dibahas dalam modul panduan pendampingan lain.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

2. Konsultan/Pelatih

3. Fasilitator kesehatan

4. Staf Dinas Kesehatan

5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa

6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh

masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Tujuan modul ini adalah untuk memahami program

KINERJA secara umum termasuk pendekatan dan

...... program

Persalinan Aman untuk diterapkan di tingkat Dinas Kesehatan dan

Puskesmas......

Page 53: Tata Kelola Persalinan Aman

51www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

strategi good governance dalam upaya peningkatan

pelayanan publik.

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan ruang lingkup program

KINERJA, khususnya paket KINERJA bidang

kesehatan

2. Mampu menjelaskan pendekatan program

KINERJA dalam sektor kesehatan dan

governance

3. Memahami peran dari sisi pengguna

dan penyedia layanan kesehatan dalam

mengintegrasikan pendekatan KINERJA dalam

upaya peningkatan pelayanan.

4. Memahami konsep dan strategi pengarusutaman

jender dalam program KINERJA.

5. Mampu menjelaskan peran pentingnya

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI

Eksklusif terhadap peningkatan kualitas sumber

daya manusia di masa depan;

6. Mampu menjelaskan temuan dan kondisi daerah

dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini,

dan ASI Eksklusif.

Pokok Bahasan

1. Pelayanan publik hak rakyat;

2. Dasar Program KINERJA dalam Persalinan

Aman, IMD dan ASI Eksklusif;

3. Strategi pendekatan KINERJA dalam Persalinan

Aman;

4. Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder

Forum [MSF]) dalam pengelolaan program

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI

Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat;

5. Praktek baik di daerah mitra KINERJA.

Metode :

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

Waktu Pokok Bahasan1 x 45 menit Pembukaan

Penjelasan singkat tentang Program KINERJABina Suasana

2 x 45 menit Diskusi kelompok: Pemetaan kondisi daerah terkait program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI EksklusifPemaparan hasil diskusi kelompok

Page 54: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

52 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

a) Fasilitator membuka sesi dengan

menjelaskan pendekatan khusus yang

digunakan oleh KINERJA dalam mengelola

program IMD dan ASI Eksklusif dengan

lebih baik, yaitu dengan memperhatikan

keseimbangan unsur supply dan demand.

Untuk memberikan pemahaman yang

komprehensif tentang KINERJA, ada

baiknya terlebih dahulu disampaikan

gambaran sekilas tentang program

KINERJA, khususnya bidang kesehatan.

b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 4 x 45

menit. Materi yang akan dibahas tentang

program KINERJA bidang kesehatan yang

meliputi IMD dan ASI Eksklusif dengan

penekanan khusus pada pendekatan

KINERJA tersebut termasuk Peran

pemangku kepentingan (Multi Stakeholder

Forum-MSF) di tingkat Puskesmas dan

masyarakat.

c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan motivation game.

d) Melaksanakan self-assessment untuk

memetakan kondisi daerah terkait

pelaksanaan program Inisiasi Menyusu

Dinidan ASI Eksklusif. Hasil pemetaan awal

ini dapat digunakan sebagai entry point

dalam menyusun langkah perbaikan, yaitu

dengan menerapkan pendekatan spesifik

yang dikembangkan KINERJA.

2. Proses pelatihan

a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

b) Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

2 x 45 menit

Penyajian materi: Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI EksklusifDiskusi dan tanya jawab

2 x 45 menit

Penyajian materi: Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam pengelolaan program Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat.Diskusi dan tanya jawab

1 x 45 menitRencana tindak lanjutPenutupan

Page 55: Tata Kelola Persalinan Aman

53www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai

berikut:

i. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam

pengantar

ii. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan mendiskusikan kondisi

daerah terkait dengan pelaksanaan

program Persalinan Aman. Beberapa hal

yang bisa disoroti diantaranya: tingkat

pencapaian target, keterlibatan unsur

masyarakat dan stakeholder yang lain

dalam program, serta hambatan dan

peluang program.

iii. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi

tentang Strategi Pendekatan Kinerja

Dalam Persalinan Aman. Beberapa

point yang perlu mendapat penekanan

khusus adalah: konsep governance,

keseimbangan sisi demand dan supply,

dan kesetaraan gender dalam program.

Tampilkan contoh praktek baik yang

telah ada dari berbagai daerah untuk

menginspirasi peserta.

iv. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi

tentang Peran pemangku kepentingan

(Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam

pengelolaan program Persalinan Aman

ditingkat Puskesmas dan masyarakat.

Uraikan secara jelas bentuk partisipasi

yang bisa dilakukan oleh MSF serta

dasar hukum yang mengatur tentang hal

tersebut.

3. Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut

yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit

yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS,

MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan

untuk mulai menerapkan beberapa pendekatan

KINERJA tersebut dalam menjalankan program

Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan

ASI Eksklusif. Selanjutnya fasilitator menutup

sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil

presentasi dan tanya jawab, serta menekankan

kembali beberapa hal yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah

disusun.

Uraian Substansi

1. Program USAID-KINERJA

USAID-KINERJA adalah program bantuan

teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi

di Indonesia. Sampai dengan tahun 2013,

terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah

kerja USAID-KINERJA yaitu Aceh, Kalimantan

Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua.

Program USAID-KINERJA dalam modul ini

difokuskan pada pengembangan tata kelola

Page 56: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

54 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

pemerintahan khususnya di aspek pelayanan

publik pada bidang kesehatan kecuali Papua.

Sesungguhnya konstitusi menjamin hak warga

dalam pelayanan publik sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama

pasal 28H dan pasal 34 ayat (3). Selanjutnya

diturunkan peraturan lebih implementatif melalui

Undang-Undang Pelayanan Publik (UU No 25

tahun 2009). Walaupun sebelumnya sudah

terbit beberapa peraturan Kementerian Aparatur

Negara dalam peningkatan pelayanan publik

terutama pada fasilitas pemerintah.

Pentingnya penekanan pada fasilitas pemerintah

karena fasilitas pemerintah merupakan fasilitas

kesehatan yang tidak memiliki risiko ketika

fasilitasnya tidak dikunjungi oleh masyarakat.

Bahkan sangat menguntungkan bagi pegawai

negeri karena tidak banyak kerja dan tidak

menambah laporan. Pada sisi lain, fasilitas

kesehatan pemerintah secara tidak sadar

masih terpengaruh oleh pola pikir masa kolonial

Belanda.

Pada masa itu, penduduk Indonesia (lander)

harus memberi penghormatan yang besar

kepada pemberi layanan karena layanan

itu adalah anugerah dari bangsa kolonial.

Akibatnya, petugas pemberi layanan susah

mendengar keluhan, berperilaku seenaknya dan

tidak jelas berbagai pelayanan.

Era desentralisasi diharapkan terjadi perubahan

ini tetapi tidak terjadi karena pemerintah daerah

masih turut terpengaruhi pula pola pikir yang

sama. Namun era demokrasi ini harus didorong

ke arah tata kelola yang baik. Karena dampak

utama dari demokrasi adalah pelayanan publik

yang baik. Sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Penataan tatakelola pemerintahan yang baik

(good governance) dalam pelayanan publik

dengan menerapkan beberapa unsur tatakelola

yaitu partisipasi, transparansi, daya tanggap dan

akuntabilitas.

2. Dasar Desain Program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif

Paket dukungan KINERJA dalam bidang

kesehatan meliputi Persalinan Aman, IMD dan

ASI Eksklusif. Program kesehatan ibu dan

anak (KIA) memang merupakan salah satu

prioritas pembangunan kesehatan nasional

dan menjadi salah satu indikator utama dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010 – 2014. Tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) membuat pemerintah menempatkan

upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program

prioritas nasional. Oleh karena itu prioritas

pembangunan kesehatan di Indonesia sampai

saat ini masih fokus pada program kesehatan

ibu dan anak. Meskipun demikian, ‘empat faktor

Page 57: Tata Kelola Persalinan Aman

55www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

terlambat’ yang mempengaruhi kematian ibu,

yaitu (1) terlambat mengenal tanda bahaya sejak

dini; (2) terlambat membuat keputusan karena

hambatan budaya, gender, dan ekonomi; (3)

terlambat mencapai fasilitas kesehatan; dan (4)

terlambat penanganan oleh petugas kesehatan

masih belum berubah. Capaian indikator

SPM Kesehatan untuk cakupan pemeriksaan

kehamilan pertama dan terkahir (disingkat K1

dan K4), persalinan oleh tenaga kesehatan,

dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak

daerah di Indonesia juga masih rendah.

Walaupun berstatus sebagai negara

berpenghasilan menengah, Indonesia

merupakan salah satu negara dengan angka

kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara yaitu

359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup1.

Target MDG Indonesia adalah 102 per 100.000.

RISKESDAS (2010) melaporkan bahwa hanya

61,4% ibu hamil melakukan pemeriksaan

kehamilan di petugas kesehatan, dan hanya

82,4% persalinan yang dibantu oleh tenaga

kesehatan yang terlatih. Cakupan pelayanan

sangat berbeda-beda di seluruh Indonesia di

mana daerah pedesaan seringkali jauh tertinggal

dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Kementerian Kesehatan telah menerapkan

empat aspek strategi WHO untuk Menjadikan

Kehamilan Lebih Aman:

1) Memperbaiki akses dan perawatan yang

berkualitas;

2) Membangun kemitraan lintas program dan

lintas sektor;

3) Mendorong keterlibatan masyarakat,

termasuk perempuan dan keluarga; dan

4) Meningkatkan pengawasan manajemen,

dan memperbaiki sistem informasi,

pemantauan dan pembiayaan.

Peningkatan yang dramatis pada MDG 4

mengenai ‘menurun kematian anak’ dapat

dicapai melalui penerapan dua strategi:

pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, dan

pemberian ASI Eksklusif bagi bayi yang

berumur enam bulan ke bawah. IMD juga

dapat mengurangi 22% kematian bayi dengan

mencegah penyakit diare dan penyakit infeksi

lainnya. Menurut RISKESDAS 2010, angka ASI

Eksklusif hanya mencapai 15,3% sedangkan

angka IMD mencapai 29,3%. Indonesia

menghadapi cukup banyak tantangan di bidang

ini, termasuk minimnya promosi IMD dan ASI

Eksklusif di semua tingkatan; budaya yang

sering memberikan makanan tambahan sejak

dini; promosi susu formula bayi oleh petugas

kesehatan; dan kurangnya fasilitas pojok laktasi

bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum

dan tempat kerja. Berbagai upaya penurunan

kematian bayi, seperti pemberian ASI Eksklusif

di negara-negara berkembang ternyata mampu

1. TEMPO, 26 September 2013. ‘Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi’, http://www.tempo.co/read/news/2013/09/26/060516873/Menkes-Kaget-Angka-Kematian-Ibu-Bayi-Masih-Tinggi

Page 58: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

56 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

menurunkan secara tajam angka kematian bayi

dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi

lainnya.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan

kebijakan tentang ASI Eksklusi yaitu PP 33/2012

tentang Air Susu Ibu. Namun, jauh sebelumnya,

kebijakan pemberian ASI Eksklusif telah diatur

dalam Permenkes 450/MENKES/SK/VI/2004

tentang ASI Eksklusif, Peraturan Bersama

Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak (MenegPP dan PA),

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Mennakertrans), dan Menteri Kesehatan No:

48/MEN.PP/XII/2008, Per27/MEN/XII/2008

dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 mengenai

pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja, namun

dalam pelaksanaan belum berjalan dengan

semestinya.

Proyek KINERJA mendukung upaya Pemerintah

Indonesia untuk mencapai MDG 4 tentang

Kesehatan Anak dan MDG 5 tentang Kesehatan

Ibu pada tahun 2015. Meskipun terdapat

peningkatan di sektor kesehatan masyarakat

selama beberapa tahun terakhir, pengurangan

angka kematian ibu dan bayi baru lahir masih

sangat lambat. KINERJA mendukung paket

kesehatan yang mendorong pemeriksaan

kehamilan sejak dini dan lebih berkala melalui

program Persalinan Aman, serta paket

kesehatan yang mendorong peningkatan

kesadaran dan advokasi untuk mempromosikan

IMD dan ASI Eksklusif. Intervensi ini sederhana

namun ampuh untuk mengurangi penyakit

anak dan menganjurkan nutrisi sehat, sekaligus

mendorong tercapainya penurunan angka

kematian bayi. Strategi peningkatan cakupan

IMD dan ASI Eksklusif dibahas dalam panduan

pendampingan lain.

Dalam upaya peningkatan pelayanan publik

sektor kesehatan ini mengacu kepada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan sebagai

ukuran kinerja utama dalam pelaksanaan

pelayanan sektor kesehatan. Perencanaan

pencapaian SPM kesehatan secara khusus

dibahas dalam Modul Perencanaan Pencapaian SPM Kesehatan.

Berdasarkan tinjauan teori dan konsultasi

kabupaten/kota maka disusun beberapa

kegiatan yaitu:

a) Penguatan Kebijakan Persalinan Aman,

Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif;

b) Penguatan Partisipasi Masyarakat melalui

Multi-Stakeholder Forum yang mampu

melakukan monitoring, mediasi, dan

advokasi;

c) Peningkatan Manajemen Puskesmas:

a. Manajemen organisasi (planning

dan budgeting [APBD, BOK] yang

partisipatif, transparan dan akuntabel)

b. Manajemen program (Kemitraan bidan

dan dukun, sistem informasi kesehatan

[kantung persalinan])

c. Manajemen Pelayanan (Janji Perbaikan

Layanan, Pengelolaan Pengaduan,

SOP, dan Standar Layanan); dan

Page 59: Tata Kelola Persalinan Aman

57www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

d) Peningkatan Pemahaman Masyarakat

terhadap kesehatan ibu dan anak melalui

strategi promosi yang partisipatif (dengan

keterlibatan pimpinan daerah, Kementerian

Agama, Dinas Pendidikan, tokoh budaya,

media, dan lainnya).

3. Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman

Program KINERJA memiliki dua sisi yaitu sisi

pengguna layanan dan masyarakat (demand)

dan sisi penyedia layanan (supply). Kedua

sisi itu akan fokus pada prinsip-prinsip tata

kelola yang baik (good governance). Pada sisi

demand, KINERJA meningkatkan kepedulian,

partisipasi dan keterlibatan masyarakat

terhadap kualitas pelayanan yang disediakan

oleh pemerintah daerah yang disebut

sebagai insentif. Pada sisi supply, KINERJA

meningkatkan kemampuan pemberi layanan

untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi,

yaitu praktik yang baik yang disebut sebagai

inovatif. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

melaksanakan kegiatan, dan mendokumentasi

dan mereplikasi praktek yang baik dari hasil

pendampingan KINERJA.

a) Tata Kelola (governance) dalam Program Kesehatan KINERJA

Program KINERJA dirancang dengan mandat

utama untuk membantu peningkatan layanan

publik bidang kesehatan pada daerah mitra

melalui penguatan manajemen dan tata kelola

(governance) melalui penguatan kebijakan

daerah, pemberi layanan, dan penerima

layanan.Sebagai paradigma baru dalam

pelayanan publik yang selama ini pemerintah

bertindak sebagai penyedia jasa pelayanan

satu-satunya aktor dalam upaya peningkatan

kualitas pelayanan, oleh KINERJA didorong

untuk berubah dan terjadi pergeseran peran

dari penyedia jasa pelayanan menjadi badan

pendorong yang memfasilitasi pihak lain di

komunitas dan sektor swasta juga mengambil

peran aktif. Pelayanan publik merupakan

urusan bersama antara pemerintah, civil society

(organisasi masyarakat sipil dan warga), dan

dunia usaha.

Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja

pelayanan KIA dilakukan melalui peningkatan

manajemen dan kapasitas pemberi layanan

dan unit layanan sehingga terjadi perbaikan

pengelolaan pelayanan serta peningkatan

kepedulian masyarakat terhadap kualitas

pelayanan publik tingkat daerah, dan

direplikasikannya praktek yang baik.

Pada sisi penyedia layanan, pendekatan

yang dilakukan KINERJA untuk memperbaiki

pelayanan publik dan menurunkan kematian ibu

dan bayi adalah sebagai berikut:

a) Peningkatan dan percepatan pencapaian

SPM yang relevan dengan Program KIA.

Secara teknokratik peningkatan pelayanan

KIA terkait erat dengan peningkatan kinerja

Page 60: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

58 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

indikator 1 – 10, berdasarkan Permenkes

741/2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan

b) Penguatan kebijakan daerah yang

mengintegrasikan pencapaian SPM dan

penerapan standar pelayanan publik

c) Bekerjasama dengan staf manajemen

Puskesmas untuk melakukan perencanaan

dan penganggaran tingkat Puskesmas yang

terbuka dan partisipatif

d) Upaya peningkatan mutu unit dan

manajemen pelayanan melalui pengadaan

survei pengaduan masyarakat, penyusunan

Janji Perbaikan Layanan, dan penyusunan

Standard Operating Procedure (SOP)

e) Memperkuat desain promosi kesehatan

untuk membangun partisipasi masyarakat

f) Memperkuat kemitraan bidan dan dukun

g) Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam

revitalisasi sistem informasi KIA (khususnya

kantung persalinan)

h) Peningkatan pelayanan melalui pengelolaan

pengaduan (kotak saran, SMS gate way dan

lainnya)

i) Manajemen perencanaan BOK yang lebih

peduli kepada persalinan aman, inisiasi

menyusu dini dan ASI eksklusif.

Kegiatan utama yang mendorong peningkatan

program pada sisi demand adalah:

a) Optimalisasi forum kemitraan eksisting atau

melakukan inisiasi forum kemitraan baru

bersama OMP dan sektor terkait

b) Survei pengaduan sebagai bentuk perbaikan

layanan sesuai dengan perspektif pengguna

layanan

c) Penguatan masyarakat agar dapat

menyuarakan suara masyarakat yang tidak

pernah didengar oleh pemerintah melalui

jurnalisme warga

d) Pengarusutamaan gender sebagai peran

yang seimbang dari berbagai pihak.

b) Unsur-unsur Tata KelolaPersalinan Aman

Tata kelola adalah suatu mekanisme

pengelolaan sumber daya ekonomi dan

sosial yang melibatkan pengaruh sektor

negara dan sektor non-pemerintah dalam

suatu usaha kolektif (UNDP 2008). Definisi ini

mengasumsikan banyak aktor yang terlibat

dalam tata pemerintahan, dimana tidak ada

yang sangat dominan yang menentukan gerak

aktor lain. Para aktor ini meliputi pemerintah,

masyarakat sipil dan pihak swasta, termasuk

juga anggota parlemen, penegak hukum, dan

lainnya.

Tata kelola untuk kesehatan adalah aturan

dan mekanisme yang mengatur distribusi dari

peran dan tanggungjawab serta interaksi antara

penerima layanan, pembuat kebijakan politis

ataupun pemerintah, dan pemberi layanan

kesehatan (baik publik, swasta ataupun non-

profit). Ketiganya bersama-sama menentukan

kebijakan kesehatan yang akan dilakukan,

layanan yang disediakan, alokasi sumber daya

Page 61: Tata Kelola Persalinan Aman

59www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

kesehatan dan penggunaannya, distribusi biaya,

penerima layanan dan keuntungannya, serta

keluaran kesehatan yang akan dicapai.

KINERJA dalam tata kelola pemerintahan untuk

kesehatan bertujuan untuk mempromosikan dan

mendukung:

a) Keterbukaan dan/atau peningkatan akses

terhadap informasi kesehatan yang terkait

dengan isu kesehatan ibu dan anak seperti

capaian pemeriksaan kehamilan dari

Puskesmas, perencanaan dan penggunaan

dana kesehatan yang partisipatif dan

transparan.

b) Pengelolaan/manajemen layanan kesehatan

yang partisipatif dengan melibatkan

masyarakat yang terwakili dalam multi

stakeholder forum (MSF). MSF bersama

puskesmas melakukan surei pengaduan

yang selanjutnya dibuat janji perbaikan

layanan sampai dengan pemenuhan dari

janji tersebut. Bentuk lain dari responsif

puskesmas adalah pengelolaan pengaduan

masyarakat.

c) Penguatan transparansi, akuntabilitas,

dan inovasi dari puskesmas dan dinas

kesehatan daerah.

c) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Supply

Pada sisi supply, baik di SKPD maupun di

unit pelayanan (puskesmas), KINERJA telah

mempromosikan dan mendukung untuk

membuka dan meningkatkan akses informasi,

mengadakan manajemen partisipatif, dan

memperkuat transparansi dan akuntabilitas.

Dukungan kegiatan sebagai berikut:

a) Reformasi kebijakan lokal yang terkait

KIA dalam bentuk payung hukum seperti

peraturan bupati/walikota tentang

pelarangan promosi susu formula di unit

pelayanan KIA baik publik maupun swasta

b) Peningkatan kapasitas unit-unit layanan

KIA terutama puskesmas untuk melakukan

perencanaan dan penganggaran partisipatif

c) Bantuan teknis pada pengembangan strategi

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

d) Bantuan teknis untuk menghitung

kesenjangan dan kebijakan pendanaan

untuk Standar Pelayanan Minimal (SPM)

dan Standar Pelayanan Publik (SPP)

e) Menetapkan dan memperkuat mekanisme

survei pengaduan dan penanganan keluhan

pengguna layanan

f) Mengembangkan sistem insentif dan

disinsentif, misalnya dengan penghargaan

dan tekanan/sanksi sosial

g) Memperkuat kemitraan antara puskesmas/

unit pelayanan/supply dengan masyarakat

dan media lokal.

d) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Demand

Dari sisi pengguna layanan, KINERJA fokus

pada penguatan kapasitas advokasi dari

organisasi masyarakat sipil dan media lokal

Page 62: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

60 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

sehingga mereka dapat menjadi pendorong aktif

untuk terjadinya layanan publik yang lebih baik.

Kegiatan dukungan KINERJA sebagai berikut:

a) Peningkatan kesadaran dalam hak

sipil (termasuk hak reproduksi dan hak

konsumen), sehingga mereka dapat

meminta layanan yang seharusnya mereka

diberikan, serta mengkritisi layanan publik

yang kurang sesuai standar nasional

b) Mempromosikan keterlibatan warga dalam

perencanaan dan monitoring pelayanan

publik melalui Multi Stakeholder Forum

(MSF) atau forum masyarakat lain yang

sudah ada sebelumnya

c) Advokasi kebijakan dan analisis situasi

sebagai masukan bagi para pembuat

kebijakan

d) Revitalisasi lembaga lokal untuk

memperkuat kemitraan dalam mengorganisir

warga, mediasi pemantauan dan advokasi

e) Inisiasi dan advokasi bagi penyusunan Janji

Perbaikan Layanan

f) Dukungan kampanye media untuk layanan

publik yang baik

g) Pengembangan jaringan dengan lembaga

terkait (DPRD, Ombudsman dan KIP tingkat

provinsi dan nasional) dalam penyelesaian

sengketa pelayanan publik.

e) Perspektif Gender Dalam Tata Kelola Layanan Publik Bidang Kesehatan

Untuk meningkatkan kesetaraan gender dan

mengakomodir suara kelompok minoritas,

KINERJA mengintegrasikan perspektif gender

di seluruh aspek program dan paket dukungan

KINERJA melalui beberapa strategi pendekatan

teknis yang luas.

Pendekatan pertama, dengan melibatkan

perempuan dan remaja secara luas dalam (a)

pengambilan keputusan tentang pemilihan

intervensi di daerah sasaran; (b) menjadi bagian

dari kelompok kerja yang terlibat aktif mulai dari

proses perencanaan sampai pada pelaksanaan;

(c) menjadi kelompok yang tercakup dalam

survei awal; (d) target kelompok dipilih untuk

intervensi layanan; dan (e) kelompok yang

tercakup dalam pengawasan, pemantauan dan

evaluasi. Pendekatan kedua adalah dengan

membangun keterlibatan aktif bapak-bapak

dalam mendukung gerakan KIA. Pendekatan

ketiga adalah memastikan bahwa KINERJA

memfokuskan programnya pada layanan

yang sangat relevan dengan perempuan– ini

merupakan tugas yang mudah dengan adanya

mandat untuk bekerja di bidang KIA, dimana

penerima manfaat utama dari layanan publik

yang berkualitas adalah perempuan dan anak.

Di bawah ini adalah contoh pengintegrasian

gender dalam kegiatan KIA paket dukungan

KINERJA.

1. Memantau kinerja para mitra khususnya

OMP untuk mempersyaratkan keterlibatan

dan kualitas kesetaraan gender dalam

semua aspek perencanaan, pelaksanaan,

sampai dengan evaluasi kegiatan/program

kesehatan.

Page 63: Tata Kelola Persalinan Aman

61www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

2. Memastikan keterlibatan yang proporsional

antara laki-laki dan perempuan dalam

pelaksanaan program Persalinan Aman,

IMD dan ASI Eksklusif, misalnya dengan

Gerakan Bapak Peduli ASI.

3. Menyediakan pelatihan yang ditargetkan

untuk perempuan dan laki-laki untuk

meningkatkan peran serta mereka dalam

kesehatan ibu hamil dan perawatan

bayibaru lahir.

4. Memastikan bahwa perempuan dan laki-

laki memiliki akses yang seimbang dalam

memperoleh layanan kesehatan melalui

kerja sama dengan pemerintah lokal dan

penyedia layanan kesehatan.

5. Menyediakan data terpilah gender dalam

monitoring, evaluasi dan penilaian hasil

serta dampak program kesehatan.

f) Penguatan Multi Stakeholder Forum (MSF) untuk Pengawasan Layanan Publik

KINERJA bekerja melalui MSF yang ada

di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan/

puskesmas sebagai target antara. Para anggota

MSF terdiri dari Organisasi Masyarakat Sipil

(OMS), akademisi, eksekutif, DPRD, tokoh

masyarakat/agama/adat, pemerhati & penggiat

isu sektoral terkait, dan sektor swasta. KINERJA

mengharapkan bahwa kelompok-kelompok

tersebut nantinya akan bekerja dengan

masyarakat untuk peningkatan kesadaran dan

juga secara bersama melakukan advokasi

kebijakan. MSF berfungsi dalam pengelolaan

pelayanan publik mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan pemantauan sampai pada

advokasi.

MSF sebagai mitra pemerintah berperan

sebagai mediator, advokator, fasilitator

dan motivator dalam pengelolaan program

kesehatan.

Kegiatan:

• Pertemuan reguler MSF tingkat kabupaten/

kota dan atau kecamatan/unit layanan, dan

pertemuan bersama puskesmas dan dinas

kesehatan daerah.

• Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan

perencanaan, implementasi, monitoring

dan evaluasi program kesehatan, termasuk

dalam pelaksanaan survei pengaduan,

perumusan Janji Perbaikan Layanan, dan

rekomendasi perbaikan layanan serta mengawal

implementasinya, serta pengelolaan komplain

unit.

• Melakukan analisis mendalam terhadap

hasil pemantauan program kesehatan dan

merumuskan rekomendasi untuk perubahan

kebijakan

• Memberikan masukan terkait dengan

perumusan kebijakan daerah.

Partisipan MSF:

• Partisipan inti/utama diperoleh dari hasil

identifikasi dan analisis stakeholder, dapat

terdiri dari: tokoh terkemuka dari Organisasi

Page 64: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

62 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Masyarakat Sipil, akademisi, tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh pemuda, sektor swasta,

kader posyandu, dan kelompok ibu-ibu.

• Partisipan lain yang peduli terhadap sektor

kesehatan.

Hasil yang Diharapkan:

Peningkatan keterlibatan unsur-unsur masyarakat

dalam proses pengelolaan pelayanan kesehatan

yang setara gender.

Panduan lengkap tentang MSF dapat dilihat pada

seri pembelajaran dan modul MSF USAID-KINERJA.

g) Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik melalui Survei Pengaduan &Janji Perbaikan Layanan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang

diamanatkan dalam regulasi di Indonesia, misalnya

UU No. 25/2009 tentang pelayanan publik, PP No.

96/2012 menekankan pada peran Penyelenggara,

dan Pembina Pelayanan Publik dan Penanggung

Jawab di Unit Pelayanan Publik dan Permenpan No

13/2009.

Survei Pengaduan adalah salah satu alat yang

terbukti efektif untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan publik. Instrumen survei pengaduan ini

berfungsi sebagai ‘general check up’ untuk melihat

kualitas pelayanan yang selama ini diberikan oleh

unit layanan.

Di samping itu, survei pengaduan dapat menjadi

bahan advokasi kepada pemerintah daerah

(pengambil kebijakan) untuk mendapatkan respon

positif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Di sisi lain, survei tersebut juga dapat berfungsi

sebagai media akuntabilitas untuk unit layanan

kesehatan. Survei ini harus dilakukan melalui

cara partisipatif dengan melibatkan minimal 30%

pengguna layanan, termasuk suami atau bapak

yang mengantar ibu hamil/ibu bersalian/ibu nifas/ibu

menyusui, dan kelompok rentan (seperti kelompok

difabel).

Contoh Praktek Baik

Contoh Penerapan Tata Kelola Kesehatan yang baik

di beberapa Kabupaten/Kota:

1. Pejabat pemerintah merumuskan kebijakan,

rencana, peraturan, prosedur dan standar

berdasarkan bukti tentang efektivitas intervensi

kesehatan, alokasi sumber daya, pola belanja

dan sebagainya.

2. Pejabat pemerintah membuat keputusan tentang

alokasi sumber daya untuk layanan kesehatan

berdasarkan bukti mengenai kebutuhan

dan efektivitas layanan dan sesuai dengan

kebijakan.

Page 65: Tata Kelola Persalinan Aman

63www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

3. Pembuat regulasi/kebijakan secara teratur

mencari masukan dari para ahli teknis dalam

organisasi pemerintah dan masyarakat sipil

dan pengguna pelayanan kesehatan sebagai

masukan ke dalam undang-undang tentang

kesehatan, termasuk peran dari masyarakat,

masyarakat sipil dan swasta untuk sektor

swasta.

4. Penyedia layanan secara teratur meninjau dan

memperbarui layanan yang mereka berikan

atas dasar bukti tentang efektivitas pelayanan

kesehatan, kebutuhan pasien dan masalah

kesehatan.

5. Protokol, standar, dan kode prilaku, termasuk

prosedur sertifikasi untuk lembaga pelatihan,

fasilitas pelayanan kesehatan, dan penyedia

layanan kesehatan, telah dikembangkan untuk

semua aktor yang terlibat dalam pemberian

pelayanan kesehatan dan telah banyak

disebarluaskan.

6. Organisasi sektor publik, relawan dan swasta

ada untuk memantau kepatuhan terhadap

protokol, standar, dan kode perilaku di depan

umum, LSM, dan organisasi kesehatan swasta

penyedia layanan.

7. Struktur (misalnya, lembaga regulator dengan

sumber daya manusia yang sesuai) dan

prosedur untuk pengawasan memungkinkan

penyedia, pasien dan stakeholder terkait lainnya

untuk mencari keadilan ketika peraturan,

protokol, standar, dan atau kode etik tidak

dipenuhi.

8. Pembiayaan, layanan penyediaan dan

pengaturan pengawasan menawarkan insentif

untuk pemerintah, LSM dan pemberi layanan

swasta untuk meningkatkan kinerja dalam

pelayanan kesehatan.

9. Struktur dan prosedur tersedia untuk mendorong

para ahli teknis publik dan masyarakat lokal

untuk meninjau dan menanggapi pada prioritas

kesehatan, keputusan alokasi sumber daya dan

kualitas layanan selama proses perencanaan

strategis pemerintah.

10. Alokasi dan pemanfaatan sumber daya secara

teratur dilacak, dan informasi hasil tersedia

untuk ditinjau oleh publik dan pemangku

kepentingan terkait.

11. Sistem tersebut ada untuk melaporkan,

menyelidiki dan mengadili misalokasi dan

penyalahgunaan sumber daya.

12. Pemerintah dan organisasi-organisasi kesehatan

penyedia teratur mengorganisir dan mengadakan

forum untuk meminta masukan dan pendapat dari

para pemangku kepentingan publik dan penerima

manfaat (kelompok rentan, kelompok dengan

masalah kesehatan tertentu, dll) tentang prioritas,

layanan dan sumber daya kesehatan.

13. Organisasi masyarakat sipil (termasuk

organisasi profesional-misalnya, khusus

yang berhubungan dengan kesehatan LSM

dan media) memberikan pengawasan dari

masyarakat, LSM dan organisasi penyedia

swasta dalam cara mereka memberikan dan

membiayai pelayanan kesehatan.

14. Para pelaku atau pemangku berkepentingan

terkait memiliki kesempatan teratur untuk

bertemu dengan manajemen organisasi

pelayanan kesehatan (rumah sakit, pusat

kesehatan, klinik) untuk mengangkat isu-isu

tentang efisiensi layanan atau kualitas.

Page 66: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

64 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

15. Para pelaku dan pemangku berkepentingan

terkait memiliki sarana keuangan, alat, materi,

dan kemampuan untuk mendukung dan

berpartisipasi secara efektif dengan pejabat

publik dalam pembentukan kebijakan, rencana

dan anggaran untuk pelayanan kesehatan.

16. Informasi tersedia untuk umum tentang

kualitas dan biaya pelayanan kesehatan untuk

membantu pasien membuat pilihan terhadap

unit layanan kesehatan yang mana paling sesuai

dengan kebutuhan dan kemauannya.

17. Prosedur atau sistem yang ada untuk

mengurangi, menghilangkan dan mengontrol

bias dan ketidakadilan dalam mengakses

pelayanan kesehatan.

18. Struktur ada untuk masyarakat sipil dan sektor

swasta untuk berpartisipasi secara setara dalam

proses perencanaan dan penganggaran untuk

program kesehatan di tingkat nasional dan lokal.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 67: Tata Kelola Persalinan Aman

65www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 68: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

66 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Page 69: Tata Kelola Persalinan Aman

67www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 70: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 71: Tata Kelola Persalinan Aman

69www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

22Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA

Page 72: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

70 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA

Deskripsi Modul

Modul ini membahas tentang proses perencanaan

tingkat puskesmas dengan mengutamakan

pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi

program Persalinan Aman. Inovasi dan nilai

perencanaan tingkat puskesmas adalah pelibatan

unsur pengguna layanan pada proses penyusunan

rencana puskesmas sehingga kualitas perencanaan

menjadi lebih baik karena adanya aspek partisipasi

sosial MSF dan transparansi puskesmas muncul.

Dengan demikian kualitas rencana yang dihasilkan

diharapkan akan lebih baik karena aspek social

accessibility dan visibility mejadi lebih baik.

Modul ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi

fasilitator maupun para pelaksana di lapangan untuk

meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan program kesehatan di puskesmas.

Sistematika modul dikemas secara terintegrasi

antara kegiatan pelatihan dan pelaksanaan di

lapangan untuk mengakomodasi sisi supply dan

demand.

Uraian di bawah ini menjelaskan:

• Langkah-langkah perencanaan program

kesehatan

• Cara penyusunan perencanaan secara

partisipatif

• Perencanaan kegiatan

• Pengalokasian dana

• Pelaksanaan kegiatan

• Monitoring dan evaluasi kegiatan.

Modul 2

.......mengutamakan

pendekatan partisipatif dalam

rangka optimalisasi program Persalinan

Aman.

Page 73: Tata Kelola Persalinan Aman

71www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Memahami langkah-langkah perencanaan

program kesehatan

2. Mampu mendampingi puskesmas dalam

menyusun perencanaan secara partisipatif

meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian

dana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring dan

evaluasi kegiatan.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami unsur governance yang mengisi

proses perencanaan

2. Mampu menguatkan proses perencanaan yang

lebih berbasis fakta lapangan

3. Mampu mengalokasikan sumber daya yang

terbatas dan fokus

4. Mampu menjelaskan model implemenatasi

health governance pada tingkat puskesmas

dalam penguatan manajemen puskesmas

5. Mampu menjelaskan dan melakukan

pendampingan perencanaan BOK yang lebih

efektif, partisipatif dan tranparan;

6. Mampu memberikan penguatan terhadap

implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun serta

revitalisasi kantung persalinan yang lebih efektif.

7. Memahami dan mampu mendampingi

puskesmas untuk menyusun/modifikasi SOP

persalinan aman (Ante-natal care, persalinan,

post natal care), IMD dan ASI Eksklusif.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)

2. Konsultan/Pelatih

3. Fasilitator kesehatan

4. Staf Dinas Kesehatan

5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa

6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh

masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Setelah mengikuti sesi ini, peserta akan

mamahami penguatan manajemen Puskesmas

dari sisi tata kelola pelayanan (health governance)

sehingga mampu mendampingi puskesmas dan

dinas kesehatan dalam penguatan manajemen

puskesmas.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Page 74: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

72 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Waktu

Sesi pelatihan: Dua hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

2 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Program KINERJA-USAIDBina SuasanaSelf-assessment: kekuatan dan kelemahan proses perencanaan Puskesmas saat ini

3 x 45 menitPenyajian materi: Tahapan Perencanaan Tingkat PuskesmasDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menit

Penyajian materi: Peran BOK dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif Perencanaan dan pengawasan yang partisipatif Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabelDiskusi dan tanya jawab

Hari 2:

Waktu Pokok Bahasan2 x 45 menit Review materi hari I

3 x 45 menit

Permainan peran: Penyusunan rencana program KIA untuk Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif dengan melibatkan MSFAnalisis situasiPenyusunan RUK (pengenalan masalah, prioritas masalah, analisis penyebab masalah, penyusunan alternatif pemecahan masalah, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan)Penyusunan RPK

Pokok Bahasan

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas

2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas

3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam

Perencanaan Tingkat Puskesmas

Metode

Sesi pelatihan:

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Latihan kelompok

4. Presentasi hasil latihan

Sesi pelaksanaan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/kertas plano/metaplan/whiteboard

4. Alat tulis

5. Materi presentasi

Page 75: Tata Kelola Persalinan Aman

73www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

3 x 45 menitPenyusunan Rencana Tindak LanjutPenutupan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

a) Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya perencanaan

puskesmas yang baik untuk mendukung

pencapaian program Persalinan Aman.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x

45 menit per hari.Pokok bahasan yang

akan dibahas adalah Perencanaan Tingkat

Puskesmas (PTP), tahapan PTP, dan BOK

dalam program Persalinan Aman, Inisiasi

Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif. Fasilitator

mengawali dengan memberikan penjelasan,

diikuti dengan permainan peran proses

perencanaan

3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi, sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan motivation game.

4. Melaksanakan self-assessment (penilaian

diri) untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan proses perencanaan tingkat

puskesmas yang dilakukan saat ini.

b) Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang inovatif dan sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

2. Beri kesempatan kepada setiap peserta

terutama perempuan dan kelompok rentan

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah mengarahkan proses

diskusi jika ada tanggapan/diskusi yang

menyimpang.

c) Sesi-sesi Hari I

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar.

Minta peserta untuk berkelompok dan

mendiskusikan proses penyusunan

perencaaan di puskesmas khususnya untuk

program Persalinan Aman saat ini. Beberapa

hal yang bisa disoroti diantaranya: proses

penyusunan perencanaan, keterlibatan

unsur masyarakat (laki dan perempuan,

remaja) dan stakeholder lain seperti lintas

sektor dalam proses perencanaan, serta

hambatan yang ditemui.

Page 76: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

74 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

2. Sesi II: Narasumber menyajikan materi

tentang PTP, yang meliputi pengertian,

manfaat, dan tahapan PTP. Pada saat

menjelaskan setiap tahapan teknis dalam

penyusunan rencana usulan kegiatan

sebaiknya dilakukan praktek untuk

meningkatkan keterampilan peserta.

3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi

tentang Peran BOK dalam program

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Pengelolaan BOK yang patisipatif dilakukan

melalui perencanaan dan pengawasan

BOK yang partisipatif, serta laporan

pertanggungjawaban yang transparan dan

akuntabel. Perlu disampaikan bahwa unsur

utama yang menunjukkan partisipasi aktif

adalah adanya keterlibatan masyarakat

melalui MSF dari mulai puskesmas

menyusun perencanaan, melaksanakan

program, hingga saat monitoring dan

evaluasinya. Jelaskan segi positif dan

tantangan dari pendekatan tersebut.

d) Sesi-sesi Hari II

1. Sesi I: Minta peserta untuk mereview materi

yang telah dibahas pada hari I. Review

dapat dilakukan secara bergiliran dengan

permainan yang membangun semangat,

sehingga setiap peserta mempunyai

kesempatan untuk menyampaikan

pendapatnya.

2. Sesi II: Minta peserta melakukan permainan

peran (permainan peran) tentang proses

perencanaan tingkat puskesmas. Jika

peserta berjumlah besar, dapat dibagi

menjadi beberapa kelompok. Atur peserta

sesuai dengan peran yang diharapkan, yaitu

sebagai kepala puskesmas, pemegang

program, staf pelaksana, serta unsur

masyarakat (MSF). Proses permainan

peran dilakukan dengan mengikuti setiap

tahapan perencanaan puskesmas yang

telah dijelaskan pada hari sebelumnya.

Usahakan semua peserta bisa berpartisipasi

aktif. Tugas fasilitator adalah memantau

dan mengarahkan proses, dan memberi

masukan jika ada proses yang kurang

sesuai.

e) Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Fasilitator menutup

sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil

presentasi dan tanya jawab, serta menekankan

kembali beberapa hal yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana tindak lanjut yang telah

disusun.

Fasilitator mematiskan bahwa dalam tindak

lanjut yang dibuat terdapat keterlibatan aktif

yang seimbang antara laki dan perempuan

baik dari unsur pemberi layanan, masyarakat

maupun MSF.

Page 77: Tata Kelola Persalinan Aman

75www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Uraian Substansi

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas

Agar upaya kesehatan terselenggara secara

optimal, puskesmas harus melaksanakan

manajemen dengan baik. Manajemen

Puskesmas adalah rangkaian kegiatan

yang dilaksanakan secara sistematik untuk

menghasilkan keluaran puskesmas yang

efektif dan efisien. Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan RI No.128/MENKES/SK/

II/2004, Manajemen Puskesmas tersebut

terdiri dari perencanaan (P1), penggerakan

dan pelaksanaan (P2), serta pengawasan,

pengendalian, dan penilaian (P3). Seluruh

kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan

yang saling terkait dan berkesinambungan.

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) sebagai

fungsi manajemen pertama di Puskesmas

memegang peranan yang sangat strategis bagi

keberhasilan program kesehatan. PTP yang baik

akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan petunjuk untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan secara

efektif dan efisien

2. Memudahkan pengawasan dan

pertanggungjawaban

3. Dapat diketahui hambatan, dukungan

dan potensi yang ada dalam pelaksanaan

program sehingga pelaksanaannya lebih

mudah.

Perencanaan adalah suatu proses sistematik

untuk mengenali masalah, memprioritaskan

masalah, menganalisis penyebab masalah,

menyusun dan memilih alternatif pemecahan

masalah, menetapkan strategi intervensi,

memformulasikan tujuan (goals) dan sasaran

(objectives) yang realistik untuk meminimalisasi

masalah, dan merinci program dalam kegiatan.

Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah

suatu proses penyusunan rencana kegiatan

Puskesmas pada tahun yang akan datang yang

dilakukan secara sistematis untuk mengatasi

masalah atau sebagian masalah kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya. Rencana

tahunan Puskesmas dibedakan atas dua

macam, yaitu rencana tahunan upaya kesehatan

wajib dan rencana tahunan upaya kesehatan

pengembangan.

2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas

Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas

secara garis besar terdiri dari empat tahapan,

yaitu tahap persiapan, analisis situasi,

penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK),

dan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan

(RPK). Penjelasan selengkapnya adalah

sebagai berikut:

2.1 Tahap persiapan

Dilakukan untuk mempersiapkan peserta

yang terlibat dalam proses penyusunan PTP

agar memperoleh kesamaan persepsi dan

Page 78: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

76 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

pemahaman untuk melaksanakan penyusunan

rencana. Adapun beberapa hal yang perlu

dilakukan:

a) Kepala Pukesmas membentuk tim penyusun

PTP yang anggotanya terdiri dari staf

Puskesmas

b) Dipersyaratkan untuk melibatkan

masyarakat (MSF) sebagai bagian

dari tim penyusun PTP serta kelompok

berkepentingan lain yang ada di

masyarakat, misalnya kelompok peduli

ASI. Tujan melibatkan masyarakat ini

adalah untuk memperoleh pemikiran

inovatif dan gambaran nyata pelaksanaan

dan kebutuhan program dari perspektif

pengguna layanan.

c) Jelaskan pedoman PTP kepada tim demi

keberhasilan penyusunan PTP.

d) Bersama-sama tim mempelajari kebijakan

dan pengarahan yang diberlakukan oleh

Dinas Kesehatan daerah, provinsi, dan pusat.

2.2 Tahap Analisis Situasi

Dilakukan untuk memperoleh informasi

mengenai keadaan dan permasalahan yang

dihadapi Puskesmas melalui proses analisis

berbagai data terkait. Ada dua kelompok data

yang perlu dikumpulkan, yaitu data umum dan

data khusus.

Data umum terdiri dari:

a) Peta wilayah kerja dan fasilitas pelayanan

kesehatan terkait Persalinan Aman, IMD dan

ASI Eksklusif

b) Data sumber daya terdiri atas ketenagaan,

obat-obatan dan bahan habis pakai,

peralatan, sumber pembiayaan, sarana dan

prasarana untuk program Persalinan Aman,

IMD dan ASI Eksklusif

c) Data peran serta masyarakat

d) Data penduduk dan sasaran program terkait

dengan program Persalinan Aman, IMD, dan

ASI Eksklusif.

Data khusus berupa hasil penilaian kinerja

puskesmas yang terdiri atas:

a) Jumlah dan penyebab kematian ibu dan bayi

b) Kunjungan kesakitan pada kelompok ibu

dan bayi

c) Pola penyakit 10 besar penyakit kelompok

ibu dan bayi

d) Status kesehatan secara umum

e) Kejadian luar biasa terutama yang terjadi

pada kelompok ibu dan bayi

f) Cakupan program Persalinan Aman, IMD,

dan ASI Eksklusif 3 tahun terakhir per desa

g) Hasil survei terkait Persalinan Aman, IMD,

dan ASI Eksklusif (bila ada)

Berbagai data tersebut dapat berasal dari

sumber pencatatan dan pelaporan puskesmas,

lintas sektor (misal kecamatan), institusi

pelayanan kesehatan swasta, serta masyarakat.

Seluruh data tersebut diolah dan dianalisis untuk

dapat diketahui profil kekuatan dan kelemahan

puskesmas dalam menjalankan program

Page 79: Tata Kelola Persalinan Aman

77www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

musyawarah Kesehatan Masyarakat). Prosesnya

meliputi:

• Identifikasi masalah, yaitu dilakukan dengan

membandingkan antara pencapaian kinerja

puskesmas pada program Persalinan Aman saat

ini dengan target kinerja yang diharapkan.

• Merumuskan masalah dalam sebuah pernyataan

masalah yang komprehensif, mencakup apa

masalahnya, siapa yang terkena, seberapa

besar, dimana dan bilamana masalah itu terjadi.

• Menetapkan urutan prioritas masalah. Hal ini

dilakukan mengingat adanya keterbatasan

sumber daya untuk mengatasi masalah tersebut

secara bersama, baik karena keterbatasan

SDM, dana, peralatan, maupun teknologi.

Untuk memudahkan proses, penentuan prioritas

masalah dapat dilakukan dengan menggunakan

metode skoring, seperti Urgency-Seriousness-

Growth (USG), Capability-Acceptability-

Readiness-Leverage (CARL), Multiple Criteria

Utility Assessment (MCUA), pohon masalah

(problem tree), tulang ikan (fishbone), ataupun

Hanlon.

• Mencari akar penyebab masalah, untuk dapat

mengetahui akar penyebab dari setiap masalah

yang ada. Dapat digunakan diagram sebab

akibat dari ishikawa/diagram tulang ikan,

pohon masalah ataupun pendekatan sistem.

Kemungkinan penyebab bisa berasal dari input

(manusia, dana, barang, materi, metode, alat,

masyarakat, teknologi), proses pelaksanaan

(perencanaan, penggerakan pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian dan penilaian) serta

lingkungan (sosial, budaya, ekonomi, lingkungan

fisik).

PA, IMD dan ASI Eksklusif selama ini dan

bagaimana akan kedepannya.

2.3 Tahap penyusunan rencana usulan

kegiatan (RUK)

Rencana usulan kegiatan berisi uraian tentang

berbagai kegiatan yang dilakukan puskesmas

untuk mengatasi berbagai masalah yang

dihadapi puskesmas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menyusun RUK adalah:

a) Mempertahankan kegiatan yang sudah

dicapai pada periode sebelumnya dan

memperbaiki program yang masih

bermasalah

b) Menyusun rencana kegiatan baru yang

disesuaikan dengan kondisi kesehatan

KIA di wilayah tersebut dan kemampuan

Puskesmas dan sumber daya lokal yang

tersedia, serta keterlibatan pihak swasta.

Tahapan penyusunan RUK adalah sebagai berikut.

a) Analisis masalah

Analisis masalah dilakukan melalui kesepakatan

kelompok tim penyusun perencanaan yaitu Tim

internal puskesmas bersama MSF ataupun

Konsil Kesehatan Kecamatan atau BMKM (badan

Page 80: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

78 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

b) Penyusunan rencana usulan kegiatan

Penyusunan rencana usulan kegiatan merupakan

tindak lanjut atas temuan akar masalah yang telah

didapatkan dari proses sebelumnya. Untuk masing-

masing akar penyebab disusun alternatif pemecahan

masalah yang paling terbaik. Alternatif pemecahan

masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk usulan

kegiatan, dan dilengkapi dengan berbagai informasi

lain yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan.

Komponen yang dijabarkan meliputi:

• Kegiatan tahun yang akan datang;

• Kebutuhan sumber daya berdasarkan sumber

pendanaan yang tersedia.

Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumber

daya yang dibutuhkan RUK disusun dalam bentuk

matrik upaya kesehatan sebagai berikut:

No Program Kegiatan Tujuan Sasaran Target Indikatorkeberhasilan

Sumber dayaDana Alat Tenaga

c) Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK)

Rencana pelaksanaan kegiatan merupakan hasil

final dari rencana usulan kegiatan yang telah

mendapat persetujuan anggaran. Untuk itu proses

penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan

dilakukan dengan:

• Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang

disetujui

• Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui

dengan RUK yang diusulkan dan situasi pada

saat penyusunan RPK

• Menyusun rancangan awal, rincian dan volume

kegiatan serta sumber daya pendukung menurut

bulan, lokasi dan pelaksanaan

• Mengadakan lokakarya mini tahunan

• Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk

matriks.

Page 81: Tata Kelola Persalinan Aman

79www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

BOK merupakan salah satu sumber dana dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, khususnya untuk kegiatan

promotif dan preventif.

Paket dukungan KINERJA di bidang kesehatan

yang terdiri dari Persalinan Aman, IMD dan ASI

Ekslusif sangat terkait erat dengan keberhasilan

pencapaian MDGs 4 dan 5, yaitu tentang penurunan

angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI

dan AKB). Keberadaan dana BOK ini diharapkan

dapat menjadi akselerator penurunan AKI dan AKB

di Indonesia. Oleh karena itulah pengelolaan dana

BOK ini perlu dikelola secara partisipatif, transparan

dan akuntable sehingga betul-betul mampu memberi

daya ungkit bagi keberhasilan program.

3.2 Dasar Hukum Dana BOK

Dana BOK adalah dana APBN Kementerian

Kesehatan yang disalurkan kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme Tugas

Pembantuan. Beberapa produk hukum yang menjadi

dasar diluncurkannya BOK diantaranya adalah:

• UU 36/2009 tentang Kesehatan

• PP 38/ 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam perencanaan tingkat puskesmas

3.1 Peran BOK

Upaya kesehatan promotif dan preventif adalah

pilar utama kesehatan masyarakat. Upaya

promotif dan preventif yang baik akan mampu

mengurangi tindakan kuratif dan rehabilitatif

yang seringkali membutuhkan biaya lebih besar

dalam pelaksanaannya. Terselenggaranya

upaya promotif dan preventif ini utamanya

menjadi tanggung jawab pemerintah dalam

hal pendanaannya. Puskesmas sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan seharusnya

memperoleh kecukupan anggaran untuk

pelayanan kepada masyarakat, utamanya untuk

promosi dan preventif dalam rangka mencapai

derajat kesehatan yang optimal. Menyadari

hal tersebut, pemerintah pusat meluncurkan

program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

BOK dimaksudkan untuk mendorong

puskesmas agar mampu mengidentifikasi

permasalahan di wilayahnya melalui mini

lokakarya yang selanjutnya dapat disusun

rencana tindak lanjut untuk pemecahan

masalah tersebut. Melalui BOK diharapkan akan

terjadi peningkatan kinerja di puskesmas dan

jaringannya (poskesdes dan posyandu) dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

bersifat promotif dan preventif.

Page 82: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

80 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

• PP 7/2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan

• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014;

• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/

Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan tentang

BOK sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota danPihak terkait yang

menyelenggarakan Bantuan Operasional

Kesehatan dalam rangka meningkatkan akses

dan pemerataan pelayanan kesehatan.

• Permenkes 59/Menkes/PER/XII/2012 tentang

Petunjuk Teknis Bantuan Operasional

Kesehatan yang merupakan perubahan atas

Permenkes No. 2556/MENKES/PER/XII/2011.

Dana BOK tidak merupakan penerimaan fungsional

pemerintah daerah, sehingga tidak disetorkan

ke kas daerah dan dapat dimanfaatkan secara

langsung untuk kegiatan upaya kesehatan.Tetapi

yang harus dipahami oleh pemerintah daerah

adalah bahwa dana BOK tidak merupakan dana

utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di

puskesmas dan jaringannya (polindes, poskesdes

dan posyandu). Pemerintah Daerah tetap

berkewajiban mengalokasikan dana operasional

untuk puskesmas.

3.3 Besaran alokasi dana BOK

Besaran alokasi dana BOK setiap Puskesmas

ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan

situasi dan kondisi, antara lain:

a) Jumlah penduduk;

b) Luas wilayah;

c) Kondisi geografis;

d) Kesulitan wilayah;

e) Cakupan program;

f) Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan

jaringannya;

g) Jumlah Poskesdes/Polindes dan Posyandu di

wilayah Puskesmas;

h) Parameter lain yang ditentukan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

mempertimbangkan kearifan local.

3.4 Tujuan BOK

Tujuan umum program BOK adalah meningkatnya

upaya kesehatan yang bersifat promotif dan

preventif dalam mencapai target MDGs tahun 2015.

Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Tersedianya alokasi anggaran operasional

untuk upaya kesehatan promotif dan preventif

di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes

dan posyandu.

2. Tersusunnya perencanaan tingkat puskesmas

untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di

wilayah kerja.

Page 83: Tata Kelola Persalinan Aman

81www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

3. Terselenggaranya lokakarya mini sebagai forum

penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di

puskesmas.

4. Terlaksananya kegiatan upaya kesehatan

promotif dan preventif di puskesmas dan

jaringannya serta poskesdes/polindes dan

posyandu serta UKBM dan tempat pelayanan

kesehatan lainnya

5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam

kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif

dan MSF dalam pengawasan pelaksanaannya.

6. Terselenggaranya dukungan manajemen di

Kabupaten/Kota dan Provinsi.

3.5 Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK

Ruang lingkup kegiatan di Puskesmas terdiri dari

Upaya Kesehatan dan Manajemen Puskesmas.

Secara umum, pemanfaatan dana BOK

diprioritaskan pada kegiatan yang berdaya ungkit

tinggi untuk pencapaian indikator MDGs bidang

kesehatan. Proporsi pemanfaatan dana BOK di

Puskesmas diatur sebagai berikut:

• Minimal 60% dari total alokasi dana BOK

Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan

Prioritas;

• Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK

Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan

lainnya dan Manajemen Puskesmas.

Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK adalah untuk

dukungan operasional pelaksanaan kegiatan upaya

kesehatan promotif dan preventif dan manajemen

Puskesmas di Puskesmas dan Jaringannya beserta

Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM

lainnya.

Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK meliputi:

a) Transport lokal kegiatan ke luar gedung

Transport lokal kegiatan ke luar gedung meliputi:

• Transport petugas kesehatan untuk pelaksanaan

kegiatan upaya kesehatan di luar gedung (ke

Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya,

kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat

sasaran yang memiliki resiko tinggi terhadap

kesehatan);

• Transport kader kesehatan termasuk dukun

bersalin dari tempat tinggal ke tempat pelayanan

kesehatan atau ke rumah penduduk (ke

Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya,

kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat

sasaran yang memiliki resiko tinggi terhadap

kesehatan);

• Transport peserta rapat/pertemuan bagi

undangan yang berasal dari luar tempat

diselenggarakannya rapat/pertemuan;

• Transport petugas kesehatan untuk konsultasi/

rapat/pertemuan/pengiriman laporan/pengiriman

pertanggungjawaban ke kabupaten/kota apabila

perjalanan pulang pergi kurang dari 8 (delapan)

jam;

• Transport lokal lainnya yang terkait dengan

kegiatan BOK (Bab II point A).

Page 84: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

82 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

b) Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota

Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota

meliputi:

• Untuk petugas kesehatan Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes

yang dalam melaksanakan upaya kesehatan

karena kondisi geografis memerlukan perjalanan

lebih dari 8 (delapan) jam pulang pergi atau

menginap di lokasi;

• Untuk petugas kesehatan Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes

menghadiri rapat/pertemuan/konsultasi ke

Kabupaten/Kota yang terkait BOK yang karena

kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih

dari 8 (delapan) jam atau harus menginap di

lokasi rapat/pertemuan/konsultasi di Kabupaten/

Kota;

• Perjalanan dinas lainnya bagi Petugas

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/

Polindes terkait dengan kegiatan BOK.

c) Pembelian/Belanja barang

Belanja meliputi:

• Pembelian/belanja barang untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan

promotif dan preventif ke luar gedung yang

dapat berupa bahan PMT Penyuluhan, bahan

PMT Pemulihan, bahan penyuluhan/KIE yang

diperlukan dan konsumsi pertemuan;

• Pembelian/belanja barang untuk mendukung

pelaksanaan manajemen Puskesmas,

manajemen pengelolaan keuangan BOK, Survei

Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat

Desa (MMD), yang dapat berupa belanja ATK,

biaya administrasi perbankan, pembelian

materai, fotocopy, dan pembelian konsumsi.

Dana BOK di Puskesmas tidak boleh dimanfaatkan untuk:

• Upaya kuratif dan rehabilitatif;• Gaji, uang lembur, dan insentif;• Pemeliharaan gedung (ringan, sedang

dan berat);• Pemeliharaan kendaraan (ringan,

sedang dan berat);• Biaya listrik, telepon, dan air;• Pengadaan obat, vaksin, reagensia dan

alat kesehatan;• Biaya transportasi rujukan pasien.

Pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan Puskesmas

dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu

harus berdasarkan hasil perencanaan yang

disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas, yang

diselenggarakan secara rutin/periodik sesuai kondisi

wilayah kerja Puskesmas. Kualitas perencanaan

BOK yang disusun ini akan sangat menentukan

berhasil atau tidaknya program kesehatan yang

dijalankan. Hal ini bisa dipahami karena tanpa

dukungan dana yang memadai akan sangat sulit

bagi pelaksana untuk menjalankan semua aktivitas

dengan baik.

Sebagai upaya untuk memperoleh hasil

perencanaan yang baik, harus diawali dari proses

Page 85: Tata Kelola Persalinan Aman

83www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

penyusunan perencanaan itu sendiri. Partisipasi

berbagai pihak yang terkait merupakan unsur penting

bagi tersusunnya perencanaan yang komprehensif,

relevan dan aplikatif. Dengan demikian diharapkan

berbagai masalah yang dihadapi Puskesmas dapat

diselesaikan secara tepat.

Oleh karena itulah dalam kerangka pencapaian

target program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Ekslusif sebagai determinan penurunan AKI dan

AKB, beberapa upaya promotif dan preventif terkait

dengan hal tersebut sangat penting untuk mendapat

prioritas pendanaan BOK.

3.6 Perencanaan dan pengawasan BOK yang partisipatif

Setelah menerima SK alokasi dana BOK,

Puskesmas segera menyelenggarakan rapat

lokakarya mini Puskesmas, untuk menyusun Plan of

Action (POA) tahunan yang bersumber dana BOK

dan sumber lain. Berdasarkan POA tahunan yang

telah tersusun, selanjutnya Puskesmas menetapkan

POA yang akan dilaksanakan pada tahap pertama

bersumber dana BOK dengan periode kegiatan

satu bulan atau beberapa bulan ke depan, untuk

diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

untuk proses pencairan dana.

Proses penyusunan rencana kegiatan BOK

hendaknya dilakukan dengan melibatkan unsur

masyarakat, terutama pada fase assessment dan

penyusunan alternatif kegiatan, agar rencana

kegiatan yang dihasilkan lebih komprehensif dan

sesuai dengan permasalahan lokal. Pelibatan unsur

masyarakat dapat diwakili oleh MSF pada saat

minilokakarya berkala yang diselenggarakan oleh

puskesmas.

Demikian juga pada saat pelaksanaannya, masyarakat

diharapkan dapat ikut memantau pelaksanaan

kegiatan, terutama menyangkut alokasi dan realisasi

penggunaan dana.

3.7 Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akutabel

Puskesmas dan dinas kesehatan sebagai pengelola

dan pengguna dana BOK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana

BOK yang menjadi kewenangannya. Laporan

pertanggungjawaban adalah laporan yang dibuat

bendahara pengeluaran atas uang yang dikelolanya

sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.

Untuk melakukan penilaian keberhasilan pencapaian

program dan laporan keuangan maka puskesmas

dapat melakukan penilaian secara periodik yang

dapat terintegrasi dengan rapat lokakarya mini di

Puskesmas. Hasil penilaian berupa laporan secara

periodik sesuai dengan format yang disepakati.

Pelaporan BOK dari kabupaten/kota dikirim

ke sekretariat Kementerian Kesehatan dan

ditembuskan ke sekretariat BOK Dinas Kesehatan

Provinsi. Pencatatan dan pelaporan ini disusun

mulai dari puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi.

Pencatatan dan pelaporan yang dibuat dan

dikirimkan adalah:

1. Pencatatan hasil pelaksanaan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Hasil

pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh

Page 86: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

84 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Puskesmas dan jaringannya dicatat dalam buku

register yang sudah ada.

2. Pencatatan pemanfaatan dana BOK. Pencatatan

pemanfaatan dana BOK dibuat dalam buku

keuangan tersendiri, dilengkapi dengan bukti

pengeluaran dan tanda terima dana oleh

petugas yang melaksanakan kegiatan.

3. Pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh. Hasil pelaksanaan

pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dan

jaringannya direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota menggunakan format SP2TP/

SP3.

4. Pelaporan keuangan BOK. Pelaoran keuangan

di tingkat Puskesmas berupa laporan pencairan

dan pemanfaatan dana BOK.

5. Laporan tahunan. Laporan tahunan BOK

disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap tahunnya.

Adanya berbagai ketentuan tersebut dimaksudkan

untuk menjamin adanya akuntabilitas dalam

pemanfaatan dana BOK yang merupakan amanat

undang-undang bagi kesehatan rakyat Indonesia.

KINERJA mendorong akuntabilitas dan transparansi

pemanfaatan dana BOK ini melalui intensifikasi

peran MSF agar lebih terlibat aktif mulai dari

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga

monitoring dan evaluasi.

Panduan Pelaksanaan

Sebelum proses pelatihan, fasilitator sudah mengerti

bahwa tugas dan hasil yang ingin dicapai dari

proses pelatihan ini adalah tim mampu menyusun

perencanaan puskesmas secara partisipatif untuk

mendukung program Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif yang meliputi:

• Perencanaan kegiatan

• Pengalokasian dana

• Pelaksanaan kegiatan

• Monitoring dan evaluasi kegiatan.

1. Tahap Persiapan

1.1 Pengkajian kondisi yang ada

Pengkajian kondisi dilakukan untuk

mengidentifikasi potensi dan masalah yang

terjadi pada proses perencanaan puskesmas

dan manajemen BOK serta kapitasi dari

Jaminan Kesehatan Nasional saat ini. Berikut

ini contoh format yang dapat digunakan untuk

melakukan pengkajian kondisi yang ada.

Page 87: Tata Kelola Persalinan Aman

85www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

a) Pengkajian kondisi perencanaan puskesmas

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah staf Puskesmas mendapat pelatihan dari Dinkes tentang proses

penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas (PTP)?2 Apakah petunjuk tehnis dalam penyusunan PTP cukup jelas?3 Apakah masyarakat (perwakilannya) dilibatkan dalam penyusunan PTP?4 Apakah penyusunan PTP menggunakan analisis data yang memadai?5 Apakah tahapan penyusunan PTP sesuai dengan panduan?6 Apakah PTP yang disusun didiseminasikan ke berbagai pihak yang

membutuhkan?7 …..8 ....9 ....

10 ...

b) Pengkajian kondisi manajemen BOK

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah staf Puskesmas mendapat pelatihan dari Dinkes tentang manajemen

BOK?2 Apakah petunjuk tehnis dalam penggunaan BOK cukup fleksibel

(akomodatif)?3 Apakah masyarakat (perwakilannya) dilibatkan dalam perencanaan BOK?4 Apakah hasil perencanaan dan laporan penggunaan BOK dapat diakses oleh

masyarakat?5 Apakah perencanaan BOK menggunakan analisis data yang memadai?6 Apakah pencairan dana BOK rutin terjadi setiap 3 bulan sekali?7 …..8 ....9 ....

10 ...

Page 88: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

86 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

1.2 Analisis masalah

Analisis masalah dilakukan dengan mengacu

kepada hasil identifikasi potensi dan masalah.

Proses ini dilakukan untuk mencari penyebab

munculnya berbagai permasalahan tersebut.

Berdasarkan jawaban ‘TIDAK’ pada tabel di atas,

maka dicari akar masalahnya dengan pertanyaan

mengapa.

1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

• Alternatif pemecahan masalah disusun

berdasarkan temuan akar masalah

• Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan

hendaknya dapat diterima oleh masyarakat dan

puskesmas

• Alternatif pemecahan yang ada, dibahas untuk

memperoleh upaya yang paling tepat untuk

mengatasi masalah dengan melibatkan sumber

daya yang ada baik lintas program/lintas sektor

dan masyarakat (multi aktor).

1.4 Penyusunan rencana kerja (Plan of Action)

• Tentukan prioritas pemecahan masalah dalam

PTP dan manajemen BOK

• Susun rencana kerja/aktifitas kegiatan sesuai

dengan prioritas

• Dalam Penyusunan PTP dan penyusunan

rencana penggunaan BOK perlu memperhatikan

alokasi untuk kegiatan Persalinan Aman, IMD

dan ASI Eksklusif, yang relevan dengan Janji

Perbaikan Layanan (berdasarkan hasil survei

pengaduan)

• Aspek good governance muncul secara

jelas seperti unsur partisipasi, transparansi,

akuntabilitas, responsifness, serta inovasi dan

insentif.

2. Tahap pelaksanaan

2.1 Sosialisasi Lintas Program, Lintas Sektoral dan Masyarakat

Sosialisasi dilakukan secara berjenjang dari

tingkat Kecamatan/Puskesmas dan Desa/

Kelurahan.

• Tujuannya untuk menyamakan persepsi dan

mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan

kegiatan yang tersusun dalam PTP serta

penggunaan BOK dan pengawasannya.

• Sasarannya peserta adalah pemangku

kepentingan di Kecamatan maupun Desa

dari unsur pemerintahan kecamatan

dan desa serta masyarakat sipil (Toga,

Toma, LSM, kader kesehatan, PKK,

organisasi perempuan, anggota DPRD

daerah pemilihan yang bersangkutan, dan

pemerhati kesehatan lainnya).

• Hasil yang diharapkan: adanya kesepakatan

untuk berpartisipasi serta dukungan dari

lintas program dan lintas sektoral kecamatan

dan desa terkait rencana kegiatan dalam

PTP. Apabila ada keterbatasan dukungan

BOK maka puskesmas dapat menggali

sumber pendanaan dan dukungan dari

masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

Page 89: Tata Kelola Persalinan Aman

87www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

2.2 Penyusunan PTP yang partisipatif dan pelaporan pelaksanaan kegiatan yang transparan

• Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan dan

dukungan masyarakat.

• Puskesmas sudah menyusun dokumen

perencanaan menurut data dan perpekstif tehnis

puskesmas.

• Puskesmas mengundang masyarakat (MSF,

Dewan Kesehatan Kecamatan atau badan

pertimbangan kesehatan,Toga, Toma, organisasi

profesi, swasta, dll) dan pemerintah kecamatan

(Muspika, KUA, dll) dan desa (kepala desa,

dll) untuk memberi tanggapan dan masukan

terhadap dokumen tersebut.

• Hasil yang diharapkan: masyarakat memahami,

mengoreksi sesuai prioritas kebutuhan, dan

mendukung hasil rencana tersebut.

2.3 Kegiatan Tahap Monitoring & Evaluasi

• Tujuannya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari plan of action dan menilai

apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang dibuat, yang hasilnya

merupakan input untuk langkah perbaikan dan

perencanaan periode berikutnya.

• Proses pemantauan dilaksanakan dan

dilaporkan secara periodik (triwulanan)

kepada Dinas Kesehatan dan MSF atau forum

masyarakat lainnya.

• Dalam proses monitoring dengan melibatkan

unsur masyarakat yang berkeadilan gender

• Dalam proses monitoring yang penting

diperhatikan adalah:

○ Apakah kegiatan sesuai dengan

perencanaan?

• Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

○ Apakah kegiatan sudah mencapai target?

○ Bagaimana keterlibatan masyarakat?

○ Apakah evaluasi menggunakan data-data

yang ada di Puskesmas?

○ Apakah ada kendala dan tantangan dalam

mencapai target kegiatan?

○ Apakah ada kegiatan di luar rencana?

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 90: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

88 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Page 91: Tata Kelola Persalinan Aman

89www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 92: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 93: Tata Kelola Persalinan Aman

91www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Kemitraan Bidan dan Dukun untuk Mendukung Program Persalinan Aman

33

Page 94: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

92 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Kemitraan Bidan dan Dukun untuk Mendukung Program Persalinan Aman

Tujuan

Modul ini menguraikan tentang pendekatan yang

digunakan KINERJA dalam kemitraan bidan dan

dukun sebagai salah satu langkah penting dalam

mendukung keberhasilan program Persalinan

Aman. Penjabaran materi modul diawali dengan

pemaparan tentang pengertian, tujuan, hingga

langkah-langkah pengembangan kemitraan yang

saling menguntungkan dengan memperhatikan

keseimbangan unsur demand dan supply.

Modul ini disusun dengan dua tujuan, yaitu sebagai

rujukan bagi fasilitator dalam melakukan pelatihan

dan pendampingan, maupun sebagai panduan

bagi pelaksanaan kegiatan yang dapat diterapkan

di dinas kesehatan dan puskesmas agar kinerja

program lebih baik melalui praktek-praktek yang

partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Dukun bayi7. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Modul 3

........pendekatan yang

digunakan KINERJA dalam kemitraan bidan dan dukun

........

Page 95: Tata Kelola Persalinan Aman

93www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

6. Mampu memberikan pemahaman tentang

pelaksanaan monitoring dan evaluasi penerapan

kemitraan bidan dan dukun sesuai kesepakatan.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Mampu memahami pola kemitraan bidan dan

dukun yang efektif, partisipatif dan tranparan

yang telah dilakukan di daerah lain (praktek

baik)

2. Mampu menyusun pola kemitraan bidan dan

dukun sesuai dengan kearifan lokal secara

partisipatif

3. Mewujudkan kesepakatan kemitraan bidan

dan dukun yang dituangkan dalam MoU atau

maklumat dengan melibatkan masyarakat (MSF)

4. Mampu mengimplementasikan pola kemitraan

bidan dan dukun yang telah disepakati

5. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan

kemitraan bidan dan dukun sesuai kesepakatan

(oleh Puskesmas dan MSF)

6. Menerapkan strategi untuk menjamin

keberlanjutan implementasi Kemitraan Bidan

dan Dukun yang transparan dan akuntabel.

Pokok Bahasan

1. Latar belakang kemitraan bidan dan dukun

2. Tujuan kemitraan bidan dan dukun

3. Persyaratan kemitraan bidan dan dukun

4. Peran dan tanggung jawab para pihak

5. Tahapan kemitraan bidan dan dukun.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Tujuan modul ini adalah agar seluruh pihak yang

terkait mampu mendampingi puskesmas dan

mewujudkan kemitraan bidan dan dukun yang

partisipatif, akuntabel dan inovatif.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menawarkan pola kemitraan bidan dan

dukun yang efektif, partisipatif dan transparan

yang telah dilakukan di daerah lain (praktek

baik)

2. Mampu mendesaian pola kemitraan bidan dan

dukun sesuai dengan kearifan lokal

3. Mampu memberikan penguatan terhadap

implementasi kemitraan bidan dan dukun yang

transparan dan akuntabel

4. Mampu melakukan fasilitasi pencapaian

kesepakatan kemitraan bidan dan dukun yang

dituangkan dalam MoU atau maklumat

5. Mampu melakukan pendampingan kemitraan

bidan dan dukun yang lebih efektif, partisipatif

dan tranparan

Page 96: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

94 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Metode

Sesi pelatihan:

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Latihan kelompok

4. Presentasi hasil latihan.

Sesi pelaksanaan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/

Dinas Kesehatan

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan.

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi.

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menitPembukaanBina Suasana

1 x 45 menitSelf-assessment: Deskripsi pelaksanaan kegiatan kemitraan bidan dan dukun saat ini

2 x 45 menitPenyajian materi: Kemitraan bidan dan dukunDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menit Role play

1 x 45 menitRencana tindak lanjutPenutupan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

a) Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan peran penting kemitraan

bidan dan dukun dalam kerangka program

Persalinan Aman.

b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit. Pokok bahasan yang akan dibahas

adalah kemitraan bidan dan dukun sebagai

salah satu upaya untuk mewujudkan

Program persalinan aman yang partisipatif,

akuntabel, responsif, transparan, dan

Page 97: Tata Kelola Persalinan Aman

95www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

inovatif dari sisi demand dan supply.

Di akhir sesi, akan dilakukan role play

pengembangan kemitraan bidan dan dukun

untuk semakin meningkatkan kemampuan

peserta.

c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi, sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan motivation game.

2. Proses pelatihan

a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

b) Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai

berikut:

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam

pengantar

2. Sesi II: Melaksanakan self-asessment

untuk mengetahui praktek kemitraan

bidan dan dukun saat ini. Aspek yang

penting untuk digali adalah mengenai

bentuk kemitraan yang sudah ada,

keterlibatan unsur masyarakat, serta

pelaksanaan kesepakatan antara bidan

dan dukun.

3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi

tentang Kemitraan bidan dan dukun.

Beri penekanan pada faktor kunci

keberhasilan kemitraan tersebut dengan

mengambil contoh baik dari daerah lain.

Alokasikan waktu untuk melakukan

tanya jawab. Tanya jawab dapat dilakukan

terpisah di akhir sesi, atau menyatu

dengan proses penyampaian materi.

4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan

role tentang pengembangan kemitraan

bidan dan dukun, sampai dengan

penyusunan nota kesepakatan.

3. Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut

yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit

yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS,

MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan

dalam mengembangkan kemitraan bidan dan

dukun di derah setempat. Fasilitator menutup

Page 98: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

96 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil

presentasi dan tanya jawab, serta menekankan

kembali beberapa hal yang akan dilakukan

sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah

disusun.

Uraian Substansi

1. Latar Belakang Kemitraan Bidan dan Dukun

Keberadaan dukun di sebagian besar daerah di

Indonesia masih cukup dominan dalam menolong

persalinan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor perilaku,

kepercayaan, budaya, agama dan ekonomi

masyarakat.

Kematian dan kesakitan ibu hamil, ibu bersalin,ibu

nifas, dan bayi baru lahir masih merupakan masalah

besar. Masalah kematian ibu dan bayi dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang sangat kompleks dalam

pertolongan persalinan. Selain faktor pelayanan

yang memerlukan kemampuan dan ketrampilan

tenaga kesehatan sebagai penolong pertama

persalinan, juga dipengaruhi oleh masih adanya ibu

hamil yang melahirkan di rumah yang ditolong oleh

dukun.

Keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan

(bidan), serta kondisi geografis yang sulit sangat

berkontribusi terhadap masih dominannya dukun

dalam menolong persalinan.

Oleh karena itu keberadaan dukun di banyak daerah

di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan dan

pedalaman, sangat dibutuhkan dan dipercayai

masyarakat dalam menolong persalinan, dan

perawatan ibu dan bayi pasca melahirkan dengan

sentuhan jiwa. Berbeda dengan keberadaan bidan

selain dianggap masih muda dan tidak mendapatkan

pelayanan sebagaimana yang biasa diterima jika

ditangani dukun (jampi-jampi/doa-doa, kata-kata

yang memberikan efek tenang), juga dianggap

bertarif mahal.

Untuk mewujudkan Persalinan Aman serta

pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang terampil perlu dikembangkan suatu

pola kerjasama yang jelas antara bidan dan dukun.

Hal ini dilakukan untuk menjamin akses masyarakat

ke pelayanan kesehatan agar kesehatan ibu dan

bayi tetap terjaga kualitasnya. Dengan demikian,

kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan

dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi

bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan

yang kompeten dengan menggunakan pola

kemitraan bidan dengan dukun.

Kemitraan bidan dan dukun merupakan bentuk

kerjasama yang saling menguntungkan antara

bidan dan dukun dengan prinsip keterbukaan,

kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk

menyelamatkan ibu dan bayi, yang menempatkan

bidan sebagai penolong persalinan dan merubah

peran dukun dari penolong persalinan menjadi

mitra dalam merawat ibu dan bayi baik pada masa

kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas,

Page 99: Tata Kelola Persalinan Aman

97www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

berdasarkan kesepakatan yang dibuat antara bidan

dan dukun dengan melibatkan masyarakat yang

ada.

2. Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun

Kemitraan bidan dan dukun adalah upaya untuk

meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan, yang tujuannya adalah untuk

meningkatkan akses ibu dan bayi yang baru lahir

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas

melalui alih peran dukun sebagai penolong

persalinan menjadi mitra bidan, serta mendorong

masyarakat untuk menggunakan tenaga kesehatan

yang terampil dan kompeten dalam persalinan.

Secara khusus, tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun

adalah:

1. Meningkatkan rujukan pemeriksaan kehamilan

dan persalinan oleh petugas dan di fasilitas

kesehatan

2. Meningkatkan alih peran dukun dari penolong

persalinan menjadi mitra bidan dalam merawat

ibu nifas dan bayinya

3. Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi kebidanan.

3. Persyaratan Kemitraan Bidan dan Dukun

Pola kemitraan bidan dengan dukun sangat

memerlukan keterlibatan berbagai elemen masyarakat

sebagai unsur penting yang mendukung kesuksesan

dari program ini.

Kemitraan Bidan dan Dukun akan berhasil jika:

• Terdapat hubungan saling mendukung tanpa

menimbulkan kesan persaingan.

• Terjalin kerjasama yang harmonis dan tanpa

mengurangi status dukun sebagai tokoh

yang dihormati dan berpengalaman di suatu

wilayah yang masih kental akan tradisi sangat

percayaterhadap peran dukun.

• Dukun dapat memahami makna dan tujuan

program.

• Bidan menghormati peran dukun yang dapat

memberikan sentuhan psikologis bagi ibu hamil

dan melahirkan.

Keberhasilan ditandai dengan adanya:

• Kesepakatan antara bidan dengan dukun

dimana dukun akan selalu merujuk setiap

ibuhamil dan bersalin yang datang.

• Dukun membantu bidan dalam merawat ibu

setelah bersalin dan bayinya.

• Bidan sepakat akan memberikan sebagian

penghasilan dari menolong persalinan yang

dirujuk oleh dukun dengan besaran sesuai

kesepakatan bersama yang disaksikan

para pihak sebagai wujud transparansi dan

kesetaraan.

• Kesepakatan tersebut harus dituangkan.dalam

peraturan tertulis atau dalam bentuk nota

kesepakatan, disaksikan oleh Kepala Desa,

Camat, dan MSF setempat.

Page 100: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

98 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

4. Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak

Sebagai penanggung jawab dari program Kemitraan

Bidan dan Dukun baik di tingkat kabupaten/kota

(Dinas Kesehatan) dan Puskesmas/Kecamatan,

maka tugas dan tanggung jawab dari para pihak

adalah sebagai berikut:

4.1 Dinas Kesehatan

a) Mengidentifikasikan dan menganalisir

kondisi yang ada atas peran bidan dan

dukun di tingkat Kabupaten/Kota

b) Mengembangkan strategi dan membuat

perencanaan

c) Merumuskan aspek hukum, kelembagaan

dan partisipasi masyarakatuntuk menjamin

kualitas pelaksanaan

d) Memfasilitasi kegiatan program Kemitraan

Bidan dan Dukun (sosialisasi, desiminasi,

pembekalan teknis dan pelaksanaan

kegiatan Persalinan Aman)

e) Pengelolaan program KIA (koordinasi,

sinkronisasi lintas sektor, dan unit layanan

terkait) dalam pelaksanaan kegiatan

Persalinan Aman

f) Monitoring dan evaluasi efektifitas

Kemitraan Bidan dan Dukun

g) Pelaporan kegiatan.

4.2 Puskesmas

a) Mengidentifikasikan dan menganalisir

kondisi yang ada atas peran bidan

dan dukun di masing-masing wilayah

kecamatan/puskesmas

b) Berkoordinasi dengan pihak program

lintas sektor tingkat kecamatan, dan desa/

kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan

Persalinan Aman

a) Membangun jejaring dengan LSM, PKK,

tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta

di Desa/Kelurahan

c) Membina dukun yang berada di wilayah

setempat

d) Melaksanakan kegiatan program Kemitraan

Bidan dan Dukun

e) Memfasilitasi bidan di desa dalam

pelaksanaan kemitraan

f) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan

program Kemitraan Bidan dan Dukun

g) Melaporkan kegiatan kepada lembaga

diatasnya.

4.3 Bidan (Bidan Koordinator/Pembina wilayah)

a) Mendata dan memetakan dukun bayi dan

ibu hamil

b) Berkoordinasi dengan lintas sektor (desa/

kelurahan dan Muspika) dalam pelaksanaan

kegiatan Persalinan Aman

c) Membangun jejaring dengan LSM, PKK,

tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta

di Desa/Kelurahan

d) Membina dukun yang berada di wilayah

setempat

e) Melaksanakan kegiatan program Kemitraan

Bidan dan Dukun

Page 101: Tata Kelola Persalinan Aman

99www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

g) Melakukan evaluasi kegiatan program

Kemitraan Bidan dan Dukun

4.4 Multi Stakeholder Forum (MSF)

a) Berpartisipasi aktif dalam proses

penyusunan kesepakatan Kemitraan Bidan

dan Dukun

b) Menyaksikan penandatanganan nota

kesepakatan

c) Memantau pelaksanaan Kemitraan Bidan

dan Dukun sesuai kesepakatan

d) Melakukan mediasi bilamana terjadi konflik

antara bidan dan dukun

e) Memberikan masukan atau rekomendasi

sesuai hasil pemantauan

f) Camat dan kepala desa berperan aktif

dalam mendukung kemitraan dalam bentuk

penganggaran melalui Alokasi Dana Desa

(ADD), support kebijakan, sosialisasi kepada

masyarakat, serta monitoring dan evaluasi

kegiatan.

5. Tahapan Kemitraan Bidan dan Dukun

Dalam pola kemitraan bidan dan dukun, masing-

masing pihak terkait mempunyai peran dan

tanggung jawabnya masing-masing. Secara umum

mekanisme yang harus dilakukan untuk terciptanya

kemitraan bidan dukun yang efektif meliputi langkah-

langkah: persiapan, pelaksanaan, dan monitoring

dan evaluasi.

5.1 Persiapan

Kegiatan pada tahap persiapan:

a) Pemetaan potensi dan masalah yang ada

terkait dengan kemitraan bidan dan dukun:

• Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir

• Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan atau di fasilitas kesehatan

Contoh:

Persalinan oleh dukun dengan persentase yang lebih dari 5% merupakan indikator diperlukan kemitraan bidan dan dukun.Dicari akar masalah mengapa masyarakat banyak bersalin di dukun. Beberapa kemungkinan faktor penyebab:

• Tidak ada bidan• Ada bidan tapi sering tidak di tempat• Faktor budaya• Faktor ekonomi• Bidan kurang kompeten• Jumlah dukun lebih banyak daripada bidan• Komunikasi interpersonal dukun sangat baik.

Page 102: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

100 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

• Jumlah bidan dan dukun aktif dalam satu

wilayah

• Kompetensi bidan yang ada di desa

• Perilaku bidan (komunikasi, bahasa lokal,

aktif, menetap di desa, dan lainnya)

• Kelengkapan sarana, alat dan bahan habis

pakai yang berkaitan dengan persalinan

• Sarana transportasi rujukan

• Sistem pembiayaan (Jampersal,

Jamkesmas, dan jaminan kesehatan lain)

• Dukungan kebijakan, kelembagaan dan

partisipasi masyarakat

• Sosial budaya yang mendukung dan

menghambat.

b) Menyusun alternatif pemecahan masalah:

perlu tidaknya kemitraan dengan strategi

masing-masing Alternatif pemecahan masalah

dilakukan berdasarkan temuan penyebab

masalah. Beberapa alternatif pemecahan yang

ada, dibahas untuk memperoleh upaya yang

paling tepat untuk mengatasi masalah dengan

melibatkan sumber daya yang ada baik lintas

program/lintas sektor maupun tokoh-tokoh

informal, misalnya:

• Tidak ada bidan, alternatifnya: wilayah kerja

bidan desa terdekat diperluas sehingga

dapat bermitra dengan dukun setempat

• Bidan sering tidak di tempat: ditetapkan

kebijakan minimum 2 minggu sebelum

dan setelah taksiran kelahiran bidan harus

berada di tempat

• Dan lain-lain.

c) Membuat dokumen perencanaan kegiatan (Plan

of Action - PoA) yang meliputi:

• Bentuk kegiatan

• Tujuan

• Metode

• Sasaran

• Penanggungjawab pelaksanaan

• Waktu pelaksanaan

• Sumber pendanaan.

5.2 Pelaksanaan

Secara kronologis, kegiatan kemitraan bidan dan

dukun dalam pelaksanaan meliputi:

a) Pertemuan persamaan persepsi dengan

melibatkan: puskesmas, pemangku kepentingan

tingkat kecamatan, MSF, tokoh masyarakat,

kepala desa yang memiliki dukun aktif. Pada

pertemuan ini diharapkan ada kesepakatan dari

kepala desa untuk mengalokasikan sebagian

dana desa untuk dukun yang bermitra dan tidak

menolong persalinan.

b) Menyampaikan hasil pertemuan kepada dinas

kesehatan; Dinas Kesehatan perlu melakukan

beberapa hal yaitu:

1. Penyusunan Petunjuk Teknis di tingkat

kabupaten/kota dengan mengacu pada

Petunjuk Teknis nasional yang kemudian

disesuaikan dengan kemampuan sumber

daya daerah masing-masing. Pihak swasta

juga penting untuk dilibatkan.

Page 103: Tata Kelola Persalinan Aman

101www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

2. Sosialisasi Lintas Program/Lintas Sektoral

dengan melibatkan masyarakat atau MSF

kabupaten

3. Pembekalan teknis pelaksanaan program

kemitraan Bidan dengan Dukun

4. Membantu Puskesmas menyusun MoU

bersama masyarakat atau MSF dengan

melihat dari praktek baik dari daerah lain.

c) Pertemuan dengan dukun dan bidan yang

dihadiri oleh MSF yang tujuannya penyampaian

maksud kemitraan. Pada sesi ini disepakati juga

draft kerjasama yang meliputi hak dan kewajiban

masing-masing minimum berisi:

1. Mekanisme rujukan informasi ibu hamil

2. Mekanisme rujukan kasus persalinan

3. Mekanisme pembagian biaya persalinan

atau insentif lain

4. Jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun

5. Mekanisme pengaduan dan penanganan

complaint diantara kedua belah pihak

6. Hak dan kewajiban sesuai dengan masa

kehamilan dan persalinan.

i. Kehamilan:

1. Menganjurkan/merujuk ibu hamil untuk

periksa kehamilan sesuai dengan usia

kehamilan

2. Memberi penyuluhan tentang pentingnya

imunisasi, gizi, perawatan payudara, IMD

dan ASI eksklusif.

ii. Persalinan:

1. Mengantar ibu yang mau bersalin kepada

bidan

2. Memanggil bidan bila ibu melahirkan di

rumah

3. Mendampingi bidan ketika ibu bersalin

4. Merawat bayi setelah IMD ketika bidan

merawat ibu.

iii. Nifas:

1. Menganjurkan ibu untuk tetap makan bergizi

2. Merawat ibu agar tetap menjaga kebersihan;

3. Menjaga ibu agar tetap memberi ASI kepada

bayi

4. Mencegah pemberian yang bukan anjuran

bidan pada tali pusat bayi

5. Memberitahukan segera kepada bidan bila

ada perdarahan dan bayi sesak.

d) Penandatanganan kesepakatan atau

MoU Kemitraan Bidan dan Dukun yang

mencantumkan tentang kewajiban,

tanggungjawab, dan hak masing-masing yang

bermitra. Penandatanganan ini disaksikan

oleh MSF, tokoh masyarakat, kepala desa,

dan dinas kesehatan. Penandatanganan MoU

bagi daerah yang belum mempunyai MoU,

atau merevitalisasi kembali MoU bagi daerah

yang telah mempunyai MoU kemitraan bidan

dan dukun dengan melibatkan masyarakat dan

stakeholder lain.

Page 104: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

102 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

e) Pelaksanaan kesepakatan.

1. Sosialisasi Lintas Program/Lintas Sektoral

dengan melibatkan masyarakat atau MSF

kepada DPRD (Dapil), Bappeda, KUA,

Camat, Muspika, Kepala Desa, Bidan

Desa, TP-PKK Kecamatan dan Desa, kader

kesehatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

dan LSM.

2. Dukun dan bidan dapat berjalan sesuai

dengan MoU.

f) Penyusunan rencana kerja puskesmas dan

dinas kesehatan sesuai jadwal monitoring dan

evaluasi.

5.3 Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai

apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang dibuat, yang hasilnya merupakan

input untuk langkah perbaikan dan perencanaan

periode berikutnya.

a) Pemantauan dilaksanakan secara periodik (3

bulan sekali) dengan melibatkan masyarakat,

dengan indikator:

• Keterlibatan dukun dalam menolong

persalinan. Dukun juga mencatat setiap

rujukan kepada bidan sebagai akuntabilitas

dari perjanjian yang ada.

• Pelaksanaan pemberian insentif

(material dan non material). Pemberian

insentif yang material harus dapat

dipertanggungjawabkan seperti kuitansi

pemberian.

• Interaksi antara bidan dan dukun agar

hubungannya tetap baik.

b) Evaluasi dilakukan oleh puskesmas bersama

MSF baik semesteran maupun tahunan, dengan

indikator:

• Persentase dukun yang bermitra

• Cakupan persalinan di tenaga kesehatan di

suatu wilayah

• Prosentase rujukan ibu hamil oleh dukun.

• Penyebab dukun yang bermitra masih

menolong persalinan;

• Kelancaran pembayaran kepada dukun oleh

bidan.

• Peran aktif dari kepala desa

• Kendala dari sisi masyarakat, puskesmas,

dukun dan bidan dalam implementasi

kemitraan bidan dan dukun.

c) Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan

berjenjang kepada pengelola program KIA di

puskesmas dan selanjutnya ke dinas kesehatan,

serta kepada masyarakat dan MSF.

Page 105: Tata Kelola Persalinan Aman

103www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

a) Formulir monitoring

No Aspek yang dipantau Hasil pemantauan Rencana tindak lanjut

1 Keterlibatan dukun dalam menolong persalinan

2 Pelaksanaan pemberian insentif (materil dan non material)

3 Interaksi antara bidan dan dukun

4 Frekuensi pertemuan rutin bidan dengan dukun

5 Pelaksanaan sistem rujukan

6 Keluhan yang mungkin ada diantara kedua belah pihak

7 Keterlibatan masyarakat dalam kemitraan bidan dan dukun

8 ....................................

b) Formulir evaluasi

No Aspek yang dievaluasi Hasil Evaluasi Rekomendasi

1 Persentase dukun yang bermitra

2 Cakupan Linakes di suatu wilayah

3 Persentase rujukan bumil oleh dukun

4 ...........................

5 ............................

5.4 Contoh Formulir Monitoring

Page 106: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

104 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Contoh Praktek Baik

1. Kota Probolinggo

Proses Kemitraan Bidan dan Dukun di Kota

Probolinggo dilakukan dengan tahapan:

1. Masing-masing kelompok bidan dan kelompok

dukun melakukan analisis SWOT untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan kemitraan

yang ada

2. Dilakukan konfirmasi hasil analisis SWOT

dengan kelompok lain (hasil analisis SWOT

oleh kelompok bidan dikonfirmasikan ke dukun,

demikian juga sebaliknya)

3. Dilakukan kompilasi hasil terbaik untuk

merumuskan pola kemitraan yang saling

menguntungkan sesuai dengan kondisi lokal

4. Disusun draft nota kesepakatan (MoU)

5. Asistensi draft MoU dengan perwakilan

kelompok dukun.

Insentif bagi dukun diwujudkan dalam bentuk:

1. Pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga inti

dukun (khusus untuk pelayanan kesehatan

dasar)

2. Dukun yang merujuk ibu bersalin mendapatkan

insentif dari bidan atau sumber yang disepakati

oleh MSF dan Puskesmas.

2. Puskesmas Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara

Proses Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas

Sukamaju di Kabupaten Luwu Utara dilakukan

dengan tahapan:

1. Masing-masing kelompok bidan dan kelompok

dukun melakukan analisis untuk mengetahui

kekuatan dan kelemahan kemitraan yang ada

2. Dilakukan konfirmasi hasil analisis dengan

kelompok lain

3. Dilakukan kompilasi hasil terbaik untuk

merumuskan pola kemitraan yang saling

menguntungkan sesuai dengan kondisi lokal

4. Disusun draf nota kesepakatan (MoU) dengan

keterlibatan dukun

5. Dicetak foto-foto bidan dan dukun untuk

menempel di dinding ruang KIA untuk

memperlihat sistem kemitraan bidan dan dukun

kepada pasien.

Insentif bagi dukun diwujudkan dalam bentuk:

1. Dukun yang merujuk ibu bersalin mendapatkan

insentif dari Puskesmas sekitar Rp. 50.000 per

rujukan.

2. Dukun diperbolehkan masuk ruang bersalin

dengan ibu bersalin untuk memberikan

dukungan non-medis.

Capaian:

1. Jumlah persalinan ditolong oleh dukun telah

turun sejak adanya MoU Kemitraan Bidan dan

Page 107: Tata Kelola Persalinan Aman

105www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Dukun: pada tahun 2012, ada 15 persalinan

dengan dukun. Pada tahun 2013, ada 9

persalinan dengan dukun. Pada enam bulan

pertama dalam tahun 2014, hanya ada 2

persalinan dengan dukun di wilayah Puskesmas

Sukamaju.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 108: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

106 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Page 109: Tata Kelola Persalinan Aman

107www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Kantung Persalinan untuk Mendukung Program Persalinan Aman

44

Page 110: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

108 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Kantung Persalinan untuk Mendukung Program Persalinan Aman

Tujuan

Modul ini menguraikan tentang pendekatan yang

digunakan KINERJA dalam kegiatan revitalisasi

Kantung Persalinan sebagai salah satu langkah

penting dalam mendukung keberhasilan program

Persalinan Aman. Penjabaran materi modul diawali

dengan pemaparan tentang pentingnya Kantung

Persalinan, tujuan dan manfaat Kantung Persalinan,

serta penggunaan Kantung Persalinan. Modul ini

disusun dengan tujuan pembaca belajar model

pendekatan Kinerja dalam pelaksanaan kegiatan

Kantung Persalinan yang dapat diterapkan di

puskesmas dan polindes agar kinerja program

lebih baik melalui praktek-praktek yang partisipatif,

akuntabel, responsif, transparan dan inovatif.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Modul 4

Penjabaran materi modul diawali dengan pemaparan tentang pentingnya Kantung Persalinan,

........

Page 111: Tata Kelola Persalinan Aman

109www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

3. Membangun komitmen dalam melaksanakan

kantung persalinan.

Pokok Bahasan

1. Pentingnya kantung persalinan

2. Tujuan kantung persalinan

3. Manfaat kantung persalinan

4. Penggunaan kantung persalinan.

Metode

Sesi pelatihan:

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Role play.

Sesi pelaksanaan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/

Dinas Kesehatan

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan.

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi.

Tujuan Umum

Mampu membuat dan melaksanakan kantung

persalinan sebagai wujud akuntabilitasdalam

menangani ANC dan persalinan.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan pentingnya kantung

persalinan bagi terselenggaranya persalinan

aman;

2. Memahami tahapan pembuatan kantung

persalinan;

3. Mampu memandu dan mendampingi

Puskesmas dalam melaksanakan kantung

persalinan seperti analisis kantung persalinan

sebagai manajemen program persalinan aman.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami pentingnya kantung persalinan bagi

terselenggaranya persalinan aman;

2. Mampu membuat dan melaksanakan kantung

persalinan;

Page 112: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

110 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

a) Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan peran penting kantung

persalinan dalam program Persalinan Aman.

b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit. Pokok bahasan yang akan dibahas

meliputi pentingnya kantung persalinan,

tujuan dan manfaat kantung persalinan,

serta penggunaan kantung persalinan salah

satu upaya untuk mewujudkan Program

Persalinan Aman yang Akuntabel dan

responsif. Di akhir sesi, akan dilakukan

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

Bina SuasanaSelf-assessment: Deskripsi pelaksanaan kegiatan kantung persalinan saat ini

2 x 45 menitPenyajian materi: Kantung persalinanDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menit Role play

1 x 45 menitRencana tindak lanjutPenutupan

role play pelaksanaan kantung persalinan

untuk semakin meningkatkan kemampuan

peserta.

c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi, sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan motivation game.

2. Proses pelatihan

a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

b) Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar

2. Sesi II: Melaksanakan self-asessment untuk

mengetahui pelaksanaan kantung persalinan

Page 113: Tata Kelola Persalinan Aman

111www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

saat ini. Aspek yang penting untuk digali

adalah mengenai pelaksanaan kantung

persalinan yang sudah ada, serta peluang

dan hambatan dalam pelaksanaannya.

3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi

tentang Kantung Persalinan. Penyajian

diawali dengan penjelasan mengenai

pengertian, tujuan, dan manfaat kantung

persalinan. Penting pula dibahas mengenai

beberapa fakta yang ditemukan terkait

pelaksanaan kantung persalinan selama

yang belum sepenuhnya sesuai, sehingga

KINERJA memandang perlu dilakukan

revitalisasi. Untuk itu penjelasan mengenai

langkah pembuatan dan pemanfaatan

kantung persalinan menjadi bagian yang

sangat penting.

4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan

role play tentang pengisian kantung

persalinan dan analisisnya. Dalam sesi

role play peserta dibagi sesuai peran yang

diperlukan, yaitu dari sisi penyedia layanan

terdiri dari kepala Puskesmas, bidan

koordinator, bidan di desa dan petugas dari

dinas kesehatan, sedang dari sisi pengguna

layanan terdiri dari ibu hamil, perwakilan

masyarakat (MSF), dan perangkat desa.

Skenario yang dirancang adalah: ibu hamil

yang berasal dari berbagai wilayah desa

datang ke bidan desa untuk melakukan

ANC, mulai kunjungan K1 hingga K4.

Bidan membuat kantung persalinan dan

melengkapinya dengan membuat peta

sehingga dapat diketahui sebaran ibu

hamil beserta tingkat risikonya. Bidan desa

mengirimkan kartu persalinan ke Puskesmas

sekaligus ketika mengirimkan dokumen

laporan ibu. Kantung persalinan direkap

dan dianalisis di tingkat Puskesmas dan

dijadikan bahan pembahasan dalam rapat di

tingkat Puskesmas dengan melibatkan unsur

masyarakat dan perangkat desa.

3. Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut

yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit

yang akan dilakukan baik oleh Puskesmas

dan Dinas Kesehatan dalam melaksanakan

kantung persalinan di derah setempat. Fasilitator

menutup sesi dengan menarik kesimpulan

dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta

menekankan kembali beberapa hal yang akan

dilakukan sesuai dengan rencana tidak lanjut

yang telah disusun.

Uraian Substansi

1. Kantung Persalinan

Pengenalan tentang tanda bahaya kehamilan sedini

mungkin merupakan salah satu kegiatan menuju

persalinan aman. Namun, setiap ibu hamil harus

diperlakukan waspada sebagai ibu yang selalu

berpotensi risiko baik dalam kehamilan, persalinan

dan nifas.

Page 114: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

112 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Kepatuhan seorang ibu hamil dalam memeriksakan

kehamilannya sangat diperlukan agar setiap keluhan

dapat ditangani sedini mungkin sehingga risiko tinggi

dapat dikelola dengan baik dan risiko seminimal

mungkin. Peran bidan dalam kesehatan ibu hamil

adalah meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam

memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil

secara normal dan dapat mendeteksi dini tanda

bahaya kehamilan. Deteksi dini dapat dilakukan

dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Indikator yang menyatakan kunjungan ibu hamil

telah memenuhi standar jumlah kunjungan adalah

cakupan K-4. Cakupan K-4 merupakan kontak ibu

hamil dengan tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Efektifitas pelayanan antenatal tidak hanya diukur

berdasarkan keberhasilan cakupan K-4 saja, tetapi

juga diperlukan keteraturan dalam melakukan

kunjungan, agar informasi yang penting bagi ibu

hamil dapat tersampaikan. Salah satu metode

yang dapat digunakan adalah pembuatan kantung

persalinan.

Kantung persalinan merupakan suatu alat monitoring

program persalinan aman oleh Puskesmas dimana

ringkasan informasi kondisi ibu hamil ditulis

singkat pada satu kartu dan kartu itu disimpan

dalam kantung sesuai dengan taksiran persalinan.

Dengan demikian, ibu hamil akan punya informasi

yang lengkap berkaitan dengan kehamilannya dari

waktu ke waktu, terutama tentang tanda bahaya

kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu

dan janin. Keberadaan kantung persalinan ini dapat

mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi

yang terjadi pada ibu menjelang dan saat persalinan,

karena ibu hamil dan bidan dapat melakukan

tindakan dan menyusun rencana persalinan yang

aman sesuai dengan kondisi ibu.

Kantung persalinan sudah mulai diperkenalkan pada

awal tahun 1990 dalam upaya penurunan kematian

ibu. Umumnya, setiap Puskesmas dan Poskesdes

di Indonesia sudah memiliki kantung persalinan.

Jadi pada dasarnya kantung persalinan ini bukanlah

suatu alat yang baru. Namun banyak Puskesmas

kurang menggunakan informasi dari kantung

persalinan ini. Akibatnya, banyak Puskesmas

menelantarkan kantung itu sebagai pajangan saja.

Pada zaman ini, kondisi kantung persalinan itu adalah kurang lebih adalah sebagai berikut:

1.1 Kantung persalinan belum informatif

Kantung tersebut belum dapat menggambarkan

daerah kerja Puskesmas dan kondisi ibu hamil

menurut desa. Demikian juga belum bisa

menginformasikan tingkat risiko ibu hamil menurut

desa. Alasan yang banyak dikemukaan adalah

karena telah ada Kohort Ibu dan PWS KIA sehingga

kantung itu dirasakan tidak bermanfaat.

Puskesmas sejak 30 tahun lalu sudah punya PWS

KIA dan Kohort Ibu. Tetapi ketika ada orang yang

bertanya “berapa orang yang akan bersalin bulan

Januari di Puskesmas ini? Siapa saja yang berisiko

tinggi dan di mana mereka berada?”, pertanyaan

ini biasanya tidak bisa segera dijawab oleh bidan

koordinator. Mereka harus buka data yang tersimpan

Page 115: Tata Kelola Persalinan Aman

113www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

dalam kohort ibu dan PWS KIA. Kohort dan PWS

masih sangat relevan digunakan untuk data detil

dari ibu. Sedangkan kantung ini menunjukkan

ringkasan kondisi ibu hamil dan bersalin di wilayah

kerja Puskesmas. Dalam istilah modern dikenal

sebagai informasi dashboard. Kantung persalinan

sesungguhnya merupakan shortcut atau cara cepat

agar tahu kondisi ibu hamil dan bersalin di wilayah

kerja puskesmas.

KINERJA merevitalisasi kantung persalinan

sehingga kantung dapat menunjukkan secara

ringkas kondisi ibu yang hamil dan berisiko di

seluruh wilayah kerja Puskesmas.

1.2 Kantung Persalinan belum lengkap

Sementara ibu hamil yang tidak berkunjung ke

Puskesmas, Puskesmas tidak memiliki informasi

tentang ibu tersebut. Puskesmas berasumsi bahwa

informasi ibu hamil di desa menjadi tanggung jawab

bidan desa untuk membuat kantung persalinan

di Polindes/Poskesdes dan memonitor itu. Hal

ini mengakibatkan jika ada desa di mana tidak

ada bidan, kondisi ibu di desa tersebut tidak

terinformasikan. Atau kondisi ibu hamil di desa yang

ada bidanpun tidak dapat dikelola dengan baik

karena tidak terinformasikan secara singkat kepada

pimpinan puskesmas.

Kinerja berharap data seluruh ibu hamil ada dalam

kantung persalinan Puskesmas. Bidan desa tetap

membuat kartu ibu yang akan diisi dalam kantung

persalinan di Polindes/Poskesdes dan Puskesmas.

Setiap ibu yang telah memeriksa dirinya ke

Puskesmas maka informasi ibu diteruskan kepada

bidan di desa dalam pertemuan bulanan agar tidak

terjadi perhitungan ganda.

1.3 Kantung persalinan belum rutin

Alasannya adalah kurang waktu untuk membuatnya,

dan kantung yang telah diisi juga tidak pernah

menjadi perhatian dari kepala Puskesmas. Akhirnya,

bidan koordinator sering membiarkan kantung

persalinan kosong dan menjadi pajangan saja.

KINERJA membantu bidan koordinator dan kepala

Puskesmas untuk membuat kantung persalinan

yang ringkas, dan menganalisis informasinya setiap

bulan. Informasi ini disampaikan dalam pertemuan

internal Puskesmas dengan program terkait dan

bidan di desa. Misal, bidan desa A tidak boleh ke

luar desa dengan alasan cuti atau lainnya dalam

bulan ini karena ada ibu bersalin di desanya.

Jika dia harus ke luar dari desa karena hal yang

sangat mendesak, maka harus diberitahu kepada

Puskesmas dan Puskesmas mencari/menunjuk

bidan desa lain untuk menggantikan bidan tersebut.

Selain informasi disampaikan secara internal,

informasi ini disampaikan juga kepada eksternal

dalam pertemuan rutin dengan masyarakat (multi-

stakeholder forum) tingkat kecamatan.

1.4 Kantung persalinan belum transparan

Sehingga banyak informasi ibu hamil kurang

mendapat dukungan dari desa. Sebetulnya, hasil

Page 116: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

114 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

analisis kantung persalinan ini juga disampaikan

kepada masyarakat (multi-stakeholder forum).

Kinerja menguatkan Puskesmas agar Puskesmas

mampu menyampaikan hasil analisis kantung

persalinan kepada masyarakat (MSF) dalam

kalimat yang mudah dipahami orang awam.

Misal, jumlah ibu hamil bulan ini ada 15 orang.

Tetapi yang periksa kehamilan pada kunjungan

ke 2 umur kehamilan 4-6 bulan (K2) baru 4

orang. Mohon yang belum periksa di desa A, B,

C dan D diminta untuk memeriksa diri.

Hal lain yang disampaikan adalah ada sekian

ibu hamil yang punya risiko tinggi di daerah A, B,

C dan D. Mohon MSF memberitahukan orang-

orang yang punya kendaraan untuk bersedia

mengantarnya ke puskesmas atau RS jika ibu

itu perlu rujukan ke Puskesmas atau rumah

sakit. Hal lain lagi yang mesti disampaikan

adalah ada ibu yang bersalin di luar daerah tidak

melapor kepada bidan setempat atau masih ada

ibu bersalin yang ditolong oleh dukun. Padahal

dukun di daerah itu sudah membuat MoU.

Mengapa dukun masih menolong persalinan?

Hal-hal seperti ini yang perlu dilaporkan kepada

masyarakat. Bukan cakupan Puskesmas

saja yang disampaikan kepada masyarakat.

Hindari penggunaan istilah-istilah atau

singkatan kesehatan seperti K1, ANC, PNC dan

sebagainya.

2. Tujuan Kantung Persalinan

Kantung persalinan adalah alat monitoring oleh

Puskesmas (Kepala Puskesmas dan Bidan

Koordinator) dalam meningkatkan pelayanan

persalinan oleh tenaga kesehatan dalam rangka

untuk pelaksanaan antenatal care (ANC) yang

memadai.

Tujuan khusus dari kantung persalinan adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk

memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembangnya bayi;

2. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan;

3. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,

melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin;

4. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan

normal dan pemberian ASI Eksklusif;

5. Mengetahui saat yang paling dibutuhkan

keberadaan bidan desa di daerah tugasnya.

3. Manfaat Kantung Persalinan

Pembuatan kantung persalinan dapat bermanfaat

bagi manajemen program persalinan aman melalui:

1. Mengetahui status kehamilan ibu dan tingkat

risiko;

2. Mengetahui taksiran persalinan;

3. Mengetahui penolong serta pendamping

persalinan;

4. Mengetahui tempat persalinan;

5. Mengetahui apa yang mesti dipersiapkan oleh

keluarga dan tenaga kesehatan;

Page 117: Tata Kelola Persalinan Aman

115www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

6. Monitoring keberadaan bidan di desa pada saat

yang tepat.

7. Mempercepat berfungsinya desa siaga;

8. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal

care sesuai standard;

9. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan terampil;

10. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun;

11. Dapat ditanganinya kejadian komplikasi secara

dini;

12. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan

bayi.

4. Penggunaan Kantung Persalinan

Kartu Kantung Persalinan mulai dibuat pada saat

ibu memeriksakan kehamilan pada kunjungan

pertama (K1). Pada kunjungan selanjutnya (K2, K3

dan K4), bidan harus tetap melakukan komunikasi

baik dengan ibu hamil yang kehamilan normal (tidak

bermasalah) maupun ibu hamil yang mengalami

komplikasi selama masa kehamilan.

Beberapa hal, informasi dan temuan dari hasil

pemeriksaan seharusnya dituliskan atau dicatat

pada kartu persalinan dan disimpan dalam

Kantung Persalinan sesuai dengan bulan Taksiran

Persalinan, seperti:

• Identitas ibu (nama, umur, alamat)

• Hari pertama haid terakhir (HPHT)

• Taksiran persalinan

• Riwayat pemeriksaan kehamilan (antenatal care/

ANC)

• Faktor resiko pada ibu

• Rencana penolong persalinan.

Data ibu hamil harus dicatat pada kartu hamil yang

di katagorikan dalam 3 kartu berwarna yaitu:

• KARTU HIJAU adalah untuk data ibu hamil

dengan resiko rendah

• KARTU KUNING adalah untuk data ibu hamil

dengan resiko sedang

• KARTU MERAH adalah untuk data ibu hamil

dengan resiko tinggi.

Dari kartu di dalam Kantung Persalinan, yang

berwarna kuning dan merah akan menjadi fokus

perhatian yang lebih dari petugas kesehatan

(Dokter/Bidan).

Di atas Kantung Persalinan seharusnya

digambarkan peta desa wilayah kerja puskesmas.

Data ibu seperti nama, taksiran persalinan dan jenis

resiko ditulis di atas peta tersebut. Sebaran dukun

bersalin juga digambarkan di atas peta itu termasuk

dukun yang bermitra dan tidak bermitra dengan

bidan. Agar peta tersebut tidak harus diganti-

ganti maka peta itu dilapisi plastik atau dibuat dari

styrofoam agar mudah ditusuk dengan jarum pentul.

Bidan atau staf yang bertugas di Ruang KIA

melakukan tata tertib adminstrasi secara

keseluruhan, bidan diwajibkan untuk mengumpulkan

data seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya.Setiap

bulan, bidan koordinator dan kepala Puskesmas

menganalisis kondisi ibu hamil. Hal-hal yang

perlu dianalisis adalah desa mana saja yang akan

melahirkan pada bulan bersangkutan, siapa yang

berisiko tinggi, bagaimana rencana persalinan,

bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan, berapa

Page 118: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

116 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

orang yang diperkirakan melahirkan kepada dukun,

dan seterusnya.

Bidan desa yang bertugas di desa tersebut

diwajibkan berada di desa 2 minggu sebelum dan

sesudah tanggal taksiran persalinan. Jika bidan

desa ingin mengambil cuti maka cutinya sebelum

tanggal tersebut. Jika dalam kondisi mendesak dan

bidan desa terpaksa tidak bisa berada di desa dalam

waktu +2 minggu dari hari taksiran melahirkan, maka

bidan koordinator akan memberi tanggung jawab

pematauan dan pertolongan persalinan kepada

bidan di desa lain yang terdekat.

Kepala Puskesmas menyampaikan hasil analisis

tentang kondisi persalinan kepada kepala desa dan

kader secara rutin, tiap dua atau 3 bulan sekali.

Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan

tersebut adalah jumlah ibu yang melakukan

pemeriksaan secara teratur, ibu yang bersalin

pada bidan dan dukun, serta rencana persalinan

bagi ibu yang risiko tinggi di desa masing-masing.

Pada pertemuan ini, kepala Puskesmas meminta

bantuan kepala desa dan kader untuk menyiapkan

transportasi pada ibu yang diduga risiko tinggi jika

terjadi hal-hal seperti perdarahan dan lainnya.

Jika ada dukun yang sudah bermitra dan masih

menolong persalinan dimohon bantuan kepala

desa dan kader untuk menggali sebab dukun masih

menolong persalinan.

5. Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak

a) Bidan Koordinator dan Bidan di Puskesmas

Bidan atau staf yang bertugas di ruang KIA

melakukan tata tertib adminstrasi secara

keseluruhan, bidan diwajibkan untuk mengumpulkan

seluruh data ibu hamil di wilayah kerjanya. Setiap

bulan, bidan koordinator dan kepala puskesmas

menganalisis kondisi ibu hamil. Hal-hal yang

perlu dianalisis adalah desa mana saja yang akan

melahirkan pada bulan bersangkutan, siapa yang

beresiko tinggi, bagaimana rencana persalinan,

bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan, berapa

orang yang diperkirakan melahirkan kepada dukun,

dan seterusnya.

b) Bidan desa

Bidan desa yang bertugas di desa tersebut

diwajibkan berada di desa 2 minggu sebelum dan

sesudah tanggal taksiran persalinan. Jika bidan

desa ingin mengambil cuti maka cutinya sebelum

tanggal tersebut. Jika dalam kondisi mendesak dan

bidan desa terpaksa tidak bisa berada di desa dalam

waktu + 2 minggu dari hari taksiran melahirkan,

maka bidan koordinator akan memberi tanggung

jawab pemantauan dan pertolongan persalinan

kepada bidan di desa lain yang terdekat.

c) Kepala Puskesmas

Kepala puskesmas menyampaikan hasil analisis

tentang kondisi persalinan kepada kepala desa dan

Page 119: Tata Kelola Persalinan Aman

117www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

kader secara rutin, setiap 2 atau 3 bulan sekali.

Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan

tersebut adalah jumlah ibu yang melakukan

pemeriksaan secara teratur, ibu yang bersalin

pada bidan dan dukun, serta rencana persalinan

bagi ibu yang resiko tinggi di desa masing-masing.

Pada pertemuan ini, kepala puskesmas meminta

bantuan kepala desa dan kader untuk menyiapkan

transportasi pada ibu yang diduga resiko tinggi

jika terjadi hal-hal seperti perdarahan dan lainnya.

Jika ada dukun yang sudah bermitra dan masih

menolong persalinan dimohon bantuan kepala

desa dan kader untuk menggali penyebab dukun

masih menolong persalinan.

Panduan Pelaksanaan

Tahap Persiapan

1.1 Identifikasi potensi masalah.

Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi

masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah bidan koordinator Puskesmas melakukan pemutakhiran isi kantung

persalinan?

2 Apakah kantung persalinan berisi data semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas?

3 Apakah kantung persalinan dianalisis setiap bulan dalam rapat rutin Puskesmas?

4 Apakah hasil analisis kantung persalinan disampaikan kepada pemangku kepentingan di kecamatan dan desa?

5 Apakah ada peta yang menunjukkan ringkasan isi kantung persalinan per desa di wilayah kerja Puskesmas?

6 Dll

7 …..

8 ....

9 ....

10 ....

Page 120: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

118 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

1.2 Analisis masalah (mengacu kepada hasil

identifikasi potensi masalah).

Dari jawaban tidak pada tabel di atas, maka dicari

akar masalahnya dengan pertanyaan mengapa.

1.3 Alternatif Pemecahan masalah

a) Alternatif pemecahan masalah dilakukan

berdasarkan temuan akar masalah.

b) Alternatif pemecahan masalah yang

diselesaikan dapat diterima oleh masyarakat dan

Puskesmas;

c) Alternatif pemecahan masalah yang memiliki

dampak lebih efektif dan efisien dalam

penggunaan kantung persalinan.

d) Beberapa alternatif pemecahan yang ada,

dibahas untuk memperoleh upaya yang paling

tepat untuk mengatasi masalah dengan

melibatkan sumber daya yang ada baik lintas

program/lintas sektor dan masyarakat (multi

actor).

1.4 Penyusunan rencana kerja (POA=Plan of Action)

- Tentukan prioritas pemecahan masalah dalam

kantung persalinan.

- Susun rencana kerja sesuai dengan alternative

pemecahan masalah.

- Menggali sumber dana yang diperlukan seperti

pembuatan peta, kantung dan kartu.

- Memulai revitalisasi kantung persalinan

- Dalam penyusunan rencana penggunaan

kantung persalinan harus melibatkan seluruh

staf di KIA dan bidan desa.

2. Tahap Pelaksanaan

2.1 Sosialisasi kepada bidan desa dan masyarakat

a) Sosialisasi kepada bidan desa bertujuan untuk

menyamakan persepsi dalam pengisian dan

pengiriman kartu persalinan ke Puskesmas.

Bidan desa pada awal bulan mengirimkan kartu

persalinan ke Puskesmas sekaligus ketika

mengirimkan dokumen laporan ibu. Bidan desa

diharuskan memiliki juga kantung persalinan di

desanya. Bidan desa hanya membuat dua kartu

bagi satu ibu hamil.

b) Sosialisasi ke camat, kepala desa dan kader

bertujuan untuk mendiseminasi rencana

Puskesmas untuk menyampaikan secara

regular hasil pemantauan kantung persalinan

(sesuai dengan PWS KIA) dan dukungan dari

setiap pemangku kepentingan tersebut dalam

keberhasilan persalinan yang aman di desa

masing-masing.

c) Sasarannya peserta adalah pemangku

kepentingan di Kecamatan (multi stakeholder

forum jika ada) maupun Desa dari unsur

pemerintahan kecamatan dan desa serta

masyarakat sipil (toga, toma, LSM, kader

kesehatan, PKK, organisasi perempuan,

anggota DPRD dapil bersangkutan, dan

pemerhati kesehatan lainnya).

Page 121: Tata Kelola Persalinan Aman

119www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

d) Hasil yang diharapkan: adanya kesepakatan

untuk berpartisipasi serta dukungan dari lintas

program dan lintas sektoral kecamatan dan desa

terkait dukungan persalinan aman.

2.2 Pengisian kantung persalinan dan analisis

a) Bidan koordinator melaporkan setiap bulan

hasil dari kantung persalinan kepada kepala

Puskesmas untuk dapat disampaikan kepada

bidan desa dan masyarakat.

b) Kepala Puskesmas mengawasi pelaksanaan ini

agar bidan koordinator dapat terus mengisi dan

menganalisis hasilnya.

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Tujuannya untuk mengetahui tingkat keberhasilan

dari kantung persalinan dan menilai apakah kegiatan

telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

dibuat, yang hasilnya merupakan input untuk

langkah perbaikan dan perencanaan periode

berikutnya.

3.1 Pada tahap monitoring perlu diperhatikan:

• Proses pemantauan dilaksanakan dan

dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada

Dinas Kesehatan dan masyarkat

• Dalam proses monitoring dengan melibatkan

masyarakat terutama tingkat keberadaan bidan

di desa dan ibu yang bersalin pada dukun

• Kelancaran pengisian kantung persalinan

• Analisis kantung persalinan dilakukan secara

rutin

• Informasi dari kantung persalinan disampaikan

secara reguler kepada MSF

• Terinformasikan hambatan implementasi

kantung persalinan.

3.2 Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

• Apakah kantung persalinan sudah digunakan

sesuai rencana?

• Bagaimana keterlibatan masyarakat?

• Apakah ada kendala dan tantangan dalam

pelaksanaan kantung persalinan?

• Apakah ada kegiatan di luar rencana?

Page 122: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

120 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Contoh Praktek Baik

1. Puskesmas Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

Masyarakat di wilayah Kecamatan Sejangkung

masih terbiasa menggunakan pelayanan persalinan

dengan dukun beranak. Hal ini dipengaruhi oleh

kurangnya fasilitas kesehatan di wilayah desa

seperti polindes dan poskesdes, bidan tidak selalu

berada di desa, dan hal terkait jaminan kesehatan

(dulu Jampersal dan sekarang JKN) yang belum

sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Hal ini

merupakan tantangan bagi Puskesmas Sejangkung

untuk terus berusaha memperbaiki pelayanannya,

khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Meskipun sarana dan prasarana di Puskesmas

Sejangkung relatif terbatas, namun pelayanan KIA

di Puskesmas Sejangkung terus dikembangkan

yang mencakup pelayanan antenatal care (ANC),

persalinan dan kunjungan nifas. Pembuatan Kantung

Persalinan digunakan sebagai upaya preventif untuk

Persalinan Aman. Tersedia ruangan khusus untuk

KIA yang digunakan untuk ruang konsultasi, ruang

periksa bayi serta ruang data.

Beberapa inovasi pelayanan diupayakan meskipun

sangat sederhana, namun dapat membantu

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan

anak di wilayah Kecamatan Sejangkung. Hal ini

tidak terlepas dari peran serta MSF yang peduli

Persalinan Aman.

Penggunaan Kantung Persalinan sebagai alat

monitoring yang efektif mempermudah bidan untuk

mendeteksi permasalahan kehamilan secara dini,

dan sebagai alat komunikasi dan informasi yang

efektif jika dilakukan secara konsisten. Selain itu

Kantung Persalinan juga dapat digunakan untuk

membuat pendataan cakupan K4 sebagai upaya

memantau pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

Dengan pendampingan Kinerja, Puskesmas

Sejangkung terus berbenah dan mengupayakan

penyediaan sarana yang diperlukan dalam rangka

mewujudkan Puskesmas Ramah Ibu dan Anak

(Puskesmas RIA) dalam rangka untuk meningkatkan

pelayanan KIA.

2. Puskesmas Bajo Barat, Kabupaten Luwu

Puskesmas Bajo Barat di Kabupaten Luwu,

Sulawesi Selatan, berada di daerah pergunungan

yang cukup jauh dari ibu kota Luwu. Oleh karena ini,

hampir semua persalinan di wilayahnya terjadi bidan

di Puskesmas atau di Pustu, dan hanya 20% ibu

bersalin di rumah.

Bidan koordinator dan bidan di Puskesmas Bajo

Barat telah lama menggunakan kantung persalinan

sebagai alat pengawasan ibu hamil, khususnya ibu

risiko tinggi. Kantungnya terpisah dan dijadikan dua:

Kantung Persalinan yang biasa, dan Kantung Ibu

Risiko Tinggi, seperti di foto di bawah.

Page 123: Tata Kelola Persalinan Aman

121www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

3. Contoh Peta Ibu Hamil, Puskesmas Tebas, Kabupaten Sambas

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Meskipun kantung di Puskesmas Bajo Barat cukup sederhana dan

dibuat dari kertas karton, tiap kantung penuh

dengan kartu ibu hamil. Kantungnya juga telah meliputi tiap desa dan

semua ibu hamil di seluruh wilayah pembina

Puskesmas. Ini berarti semua ibu hamil yang

sudah diketahui oleh bidan Puskesmas dan semua

risikonya sudah dianalisis.

Page 124: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

122 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Page 125: Tata Kelola Persalinan Aman

123www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 126: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 127: Tata Kelola Persalinan Aman

125www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

55Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)

Page 128: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

126 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)

Tujuan

Modul ini menguraikan tentang pentingnya peranan

Standar Layanan dan Standar Operasional Prosedur

(SOP) dalam mewujudkan pelayanan kesehatan

yang berkualitas untuk mendukung kesuksesan

program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Di dalam modul ini juga dijelaskan beberapa prinsip

dan langkah dalam menyusun SOP lokal, sehingga

diharapkan puskesmas dan dinas kesehatan dapat

mengimplementasikan isi modul dengan mudah.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Peserta mampu mendampingi Puskesmas

dan Dinas Kesehatan dalam menyusun dan

implementasi standar operasional prosedur (SOP)

Modul 5

........peranan Standar

Layanan dan Standar Operasional

Prosedur (SOP) dalam mewujudkan

pelayanan kesehatan

........

Page 129: Tata Kelola Persalinan Aman

127www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Pokok Bahasan

1. Relasi SOP dengan program KINERJA

2. Pentingnya SOP

3. Penyusunan SOP Teknis

4. Penyusunan SOP Layanan

5. Monitoring Penerapan SOP melalui Kartu

Kontrol.

Metode

Sesi Pelatihan:

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Kerja kelompok

4. Pemaparan hasil kerja kelompok.

Sesi Pendampingan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja yang melibatkan

pemberi dan MSF

3. Menyusun SOP bersama pemberi layanan dan

MSF

4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan SOP.

sebagai cerminan dari akuntabilitas, tranparansi dan

kualitas pelayanan.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan konsep Standard

Operating Procedure (SOP) dan relasinya

dengan Program KINERJA-USAID

2. Mampu menjelaskan peran penting SOP dalam

menjaga kualitas pelayanan

3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

menyusun Standard Operating Procedure (SOP)

4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

monitoring dan evaluasi penerapan SOP.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi

pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami konsep SOP dan realisasinya

dengan program KINERJA-USAID

2. Memahami peran SOP dalam menjaga

akuntabilitas dan kualitas pelayanan

3. Mampu menyusun SOP

4. Mampu menerapkan SOP

5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi

SOP.

Page 130: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

128 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi

Waktu

Sesi pelatihan: Dua hari

a) Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Fokus Program KINERJABina Suasana

1 x 45 menit

Standar Operating Procedure (SOP) dan relasinya dengan Program USAID-KINERJADiskusi dan tanya jawab

1 x 45 menitPentingnya SOPDiskusi dan tanya jawab materi

3 x 45 menitProses Penyusunan SOP (SOP Teknis dan SOP Alur Layanan)Diskusi dan tanya jawab

2 x 45 menitDiskusi: Review SOP yang ada di puskesmas saat ini

b) Hari II:

Waktu Pokok Bahasan1 x 45 menit Review materi hari I

2 x 45 menitPraktek: Desain SOP TeknisPemaparan hasil latihan

2 x 45 menitPraktek: Desain SOP LayananPemaparan hasil latihan

2 x 45 menit

Penerapan SOP dan Pemantauan kepatuhan menjalankan SOPDiskusi dan tanya jawabLatihan menyusun instrumen dan rencana pemantauan kepatuhan menjalankan SOP

1 x 45 menitPenyusunan rencana tindak lanjutPenutupan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya manajemen

pelayanan puskesmas yang partisipatif,

akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif. Penyusunan dan penerapan SOP

merupakan salah satu mekanisme untuk

menjamin terselenggaranya manajemen

pelayanan yang baik dan memenuhi aspek

good governance tersebut.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit per hari. Pada hari pertama dilakukan

penyampaian materi tentang pentingnya

Page 131: Tata Kelola Persalinan Aman

129www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Standard Operating Procedure (SOP) dan

proses penyusunannya. Hari kedua peserta

diminta untuk berlatih menyusun SOP

Teknis dan SOP Layanan, serta rencana

pemantauan kepatuhan menjalankan SOP.

2. Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan. Gunakan media

pembelajaran yang sesuai untuk

memudahkan penangkapan peserta.

Bahan presentasi dapat menggunakan

bahan yang tersedia dalam modul ini.

Gunakan metode interaktif, dengan

mengutamakan peran aktif dari

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait

dengan topik yang tengah dibahas.

2. Beri kesempatan kepada setiap

peserta (khususnya perempuan) untuk

mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah.

Tugas fasilitator adalah memfasilitasi

proses diskusi dan mengarahkan jika

ada proses diskusi yang menyimpang.

3. Sesi-sesi Hari I:

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar

2. Sesi II: Nara sumber menyajikan materi

tentang relasi SOP dengan program

KINERJA. Aspek penting yang harus

dijelaskan adalah keterkaitan antara SOP

dengan undang-undang pelayanan publik

sebagai dasar hukum yang mengatur

bagaimana sebaiknya organisasi pelayanan

publik dijalankan. Hal inilah yang menjadi

fokus KINERJA yaitu mewujudkan tata

kelola organisasi yang baik (good corporate

governance).

3. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi

tentang Pentingnya SOP. Hal-halyang

perlu mendapat penekanan khusus adalah:

pengertian SOP, manfaat SOP, dan macam-

macam SOP.

4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi

tentang penyusunan SOP, baik SOP teknik

maupun SOP layanan, yang meliputi

langkah penyusunan, format, dan teknik

penulisan SOP. Uraikan secara jelas

kemungkinan adanya partisipasi masyarakat

dalam proses penyusunan SOP.

5. Sesi V: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan mendiskusikan kondisi

daerah terkait dengan SOP program

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif

saat ini. Beberapa hal yang bisa disoroti

diantaranya: kelengkapan SOP teknis dan

SOP layanan dan kesesuaian SOP yang

ada dengan kaidah penyusunan SOP.

3. Sesi-sesi Hari II:

1. Sesi I: Secara acak, minta perwakilan

peserta untuk mereview materi yang telah

dibahas di hari I. Lakukan review dalam

Page 132: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

130 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

suasana santai dengan menggunakan teknik

permainan.

2. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan berlatih menyusun SOP

teknis. SOP yang hendak disusun sebaiknya

ditentukan berdasarkan hasil diskusi

hari sebelumnya, yaitu kegiatan penting

yang belum ada SOP dari Kementerian

Kesehatan, atau sudah ada SOP tetapi

belum sesuai dengan kaidah SOP. Temuan

yang belum sesuai dengan kaidah SOP

akan menjadi masukan kepada Kementerian

Kesehatan RI.

3. Sesi III: Sama seperti aktivitas pada sesi

II, tetapi di sesi III ini adalah untuk SOP

Layanan. Minta peserta untuk membentuk

kelompok dan berlatih menyusun SOP

Layanan. SOP yang hendak disusun

sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil

diskusi hari sebelumnya, yaitu layanan

penting yang belum ada SOP, atau sudah

ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah

SOP.

4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi

tentang penerapan dan pemantauan SOP.

Hal yang dijelaskan adalah langkah dalam

menerapkan SOP mulai dari sosialisasi

sampai dengan evaluasi dan revisi SOP.

Aspek penting dalam fase penerapan SOP

adalah pemantauan kepatuhan menjalankan

SOP. Sehingga dalamsesi IV ini juga

dibicarakan tentang instrumen pemantauan

kepatuhan menjalankan SOP. Minta peserta

untuk berlatih menyusun instrumen tersebut.

3. Penutup

Fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya

jawab, serta penjelasan rencana tidak lanjut,

termasuk memberikan masukan kepada dinas

kesehatan berkaitan dengan perbaikan SOP

kedepan bila diperlukan.

Uraian Substansi

1. Program KINERJA dalam Standar Layanan

USAID-KINERJA memfokuskan dukungannya untuk

optimalisasi kinerja lembaga pelayanan publik

melalui intervensi pada sisi pengguna layanan

(demand) dan sisi penyedia layanan (supply). Pada

sisi demand, yang dilakukan adalah meningkatkan

kepedulian dan partisipasi aktif/keterlibatan

masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah,

yang disebut sebagai insentif. Pada sisi supply,

yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan

pemberi layanan dalam mengelola pelayanan

melalui praktik yang baik yang disebut sebagai

inovatif. Pada kedua sisi tersebut diterapkan

proses tatakelola pemerintahan yang baik dengan

memfokuskan pada partisipasi, tranparansi,

akuntabilitas dan responsiveness.

Berdasarkan empat unsur governance yang

menjadi fokus KINERJA, maka penerapan standar

Page 133: Tata Kelola Persalinan Aman

131www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

(acuan yang dipakai sebagai patokan dalam

penyelenggaraan kegiatan/tindakan) merupakan

bagian dari akuntabilitas. Pemberi layanan akan

memberikan pelayanan yang mencapai standar

yang ditentukan.

Pelayanan publik harus dapat dipertanggung-

gugatkan (akuntabilitas) kualitas pelayanan

baik oleh pemberi layanan maupun penerima

layanan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang

akuntabilitas adalah pelayanan yang berdasarkan

standar operasional prosedur (SOP). Kualitas dalam

pelayanan kesehatan dipersepsikan menurut input,

proses dan ouput. Pelayanan kesehatan dengan

tempat yang mewah dan alat canggih merupakan

faktor input yang sering dipersepsikan kualitas/

mutu oleh pengguna layanan terutama masyarakat

kelompok menengah ke atas. Sedangkan SOP

merupakan aspek kualitas dari sisi proses dimana

seluruh pelayanan dilakukan sesuai dengan

standar yang diterjemahkan dalam SOP. Kepuasan,

tingkat kesembuhan, dan rendahnya kematian ibu

merupakan indikator kualitas dari sisi output.

USAID-KINERJA memfokuskan penguatan kualitas

pelayanan kesehatan pada aspek proses dimana

SOP sebagai pendorong dari kualitas pelayanan

program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Pendekatan yang inovatif dari KINERJA terhadap

SOP adalah mengembangkan pendekatan

sedemikian rupa sehingga pengguna pelayanan

mengetahui hak pelayanan sesuai dengan SOP.

KINERJA membantu daerah dampingan terutama

pengembangan SOP non tehnis meskipun KINERJA

turut membantu daerah mengembangkan SOP

tehnis karena permintaan dari dinas kesehatan

kabupaten/kota.

2. Persyaratan

Standar pelayanan yang didukung oleh KINERJA

sesuai dengan amanat UU No. 25/2009 tentang

Pelayanan Publik bahwa “Penyelenggara

berkewajiban menyusun dan menetapkan standar

pelayanan dengan memperhatikan kemampuan

penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi

lingkungan” (pasal 20 ayat 1).

UU tersebut juga mengamanatkan penyusunan

Standar Pelayanan Publik (SPP) ini dilakukan

dengan melibatkan partisipasi masyarakat seperti

tersurat dalam pasal 20 ayat (2), dengan tidak

diskriminatif, terkait langsung dengan pelayanan,

memiliki kompetensi dan mengutamakan

musyawarah, dan memperhatikan keberagaman.

KINERJA USAID juga membentuk suatu forum

pada tingkat pelayanan yang disebut dengan Multi

Stakeholder Forum (MSF). Kelompok masyarakat

yang non pemerintah akan mewakili pihak

masyarakat dalam penyusunannya. Sehubungan

kapasitas masyarakat terhadap SOP teknis sangat

rendah, maka KINERJA memfokuskan keterlibatan

masyarakat pada SOP Alur Layanan.

Penyusunan standar pelayanan publik (SPP) harus

memiliki beberapa komponen (pasal 21) yaitu:

a) Dasar hukum

b) Persyaratan

Page 134: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

132 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

c) Sistem, mekanisme, dan prosedur

d) Jangka waktu penyelesaian

e) Biaya/ tarif

f) Produk pelayanan

g) Sarana, prasarana, danatau fasilitas

h) Kompetensi pelaksana

i) Pengawasan internal

j) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan

k) Jumlah pelaksana

l) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian

pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan

m) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan

dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa

aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-

raguan

n) Evaluasi kinerja pelaksana.

Sebagian dari SPP menentukan standar layanan,

yaitu patokan dalam penyelenggaraan layanan,

dan sebagiannya adalah SOP, yaitu metode atau

tata cara untuk pelakukan kegiatan tertentu dalam

proses pemberian layanan.

Demi transparansi dalam pemberian layanan,

KINERJA mendorong fasilitas publik seperti

puskesmas untuk mempublikasikan Standar

Layanan dan SOP layanan sebagaimana

diamanatkan oleh UU Pelayanan Publik pasal 18,

agar masyarakat:

a) Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan

b) Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan

c) Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang

diajukan

d) Mendapat perlindungan, dan/atau pemenuhan

pelayanan

e) Mampu melakukan advokasi dengan

memberitahukan kepada pimpinan dan

penyelenggara pelayanan untuk memperbaiki

pelayanan apabila pelayanan yang diberikan

f) Mengadukan pelaksana yang melakukan

penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak

memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara,

pembina penyelenggara, dan ombudsman

g) Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai

dengan azas dan tujuan pelayanan.

3. Tujuan Standar Layanan dan SOP

Standar Layanan adalah standar yang menetukan

kepada pemberi layanan tentang jenis pelayanan,

persyaratan pelayanan, alur layanan, waktu

pelayanan, waktu menyelesaikan pelayanan,

petugas pemberi layanan, dan biaya yang mesti

dibebankan, dan juga memberi informasi kepada

masyarakat sehingga masyarakat mengetahui

hak-haknya terhadap layanan tersebut. Bila

Standar Layanan ditetapkan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah wajib memberi layanan yang

mencapai atau melebihi standar yang ditetapkan

oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah atau

puskesmas dapat menetapkan Standar Layanan

lokal bila tidak diatur oleh pemerintah pusat atau

untuk melebihi standar yang ditetapkan pemerintah

pusat.

Page 135: Tata Kelola Persalinan Aman

133www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Standard Operating Procedures (SOP) adalah

dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis

yang dibakukan mengenai cara melakukan kegiatan,

waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan

dan aktor yang berperan dalam kegiatan.

Dengan adanya prosedur tetap yang bersifat

standar ini diharapkan siapapun, kapanpun dan

dimanapun kegiatan tersebut dilakukan maka

langkah-langkahnya tidak berubah sehingga akan

memberikan kualitas hasil yang sama. SOP menjadi

penuntun petugas kesehatan dalam memberi

pelayanan teknis yang menjadi inti pelayanan

kesehatan, yaitu menyangkut pengobatan dan

tindakan medis pada pasien, dirancang berdasarkan

ilmu kesehatan, dan ditetapkan sebagai standar

nasional bahkan standar internasional, dan wajib

dilaksanakan.

Pemerintah daerah juga dapat menetapkan SOP

lokal sebagai instruksi tertulis yang dibakukan

mengenai cara mencapai Standar Layanan dimana

tidak ada SOP nasional.

SOP dan Standar Layanan yang dimaksudkan disini

berbeda dengan SPP dan SPM. SPP adalah standar

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai

standar yang harus dicapai dalam waktu tiga

tahun. SPM adalah standar minimal nasional yang

ditetapkan pemerintah pusat dan yang harus dicapai

dalam waktu tertentu. Dua-duanya adalah standar

yang akan tercapai sedangkan SOP dan Standar

Layanan yang dibahas disini adalah standar yang

wajib dilaksanakan sekarang.

4. Manfaat Standar Layanan dan SOP

Standard Operating Procedures sangat tepat

diterapkan pada aktivitas organisasi yang cenderung

bersifat rutin, berulang, serta menghendaki adanya

keputusan yang terprogram guna melayani

pelanggannya, misalnya proses pendaftaran pasien,

proses pemeriksaan laboratorium, proses pelayanan

obat, dan sebagainya. Dengan penerapan SOP

secara konsisten maka semua kegiatan organisasi

memiliki pedoman penyelenggaraan kegiatan yang

merupakan suatu kebijakan yang komprehensif

dalam peningkatan pelayanan dan kinerja

organisasi.

Di sisi lain, pelaksanaan SOP dan standar

pelayanan jugasekaligusmemberi umpan balik

(feedback) guna penyesuaian antara kondisi yang

dipersyaratkan dengan kondisi riil yang ada guna

mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi

yang lebih baik. Umpan balik tersebut diberikan

kepada instansi yang menetapkan standar tersebut,

agar dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja

pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan

konsep manajemen kinerja.

Berbagai manfaat Standar Layanan dan SOP yang

digunakan dalam organisasi diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai standarisasi cara atau tindakan

sehingga kapanpun kegiatan tersebut

Page 136: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

134 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

dilaksanakan dan oleh siapapun, akan

memperoleh hasil yang sama

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan tugas

4. Memberikan informasi mengenai beban tugas

yang dipikul oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya.

5. Sebagai instrumen yang dapat melindungi

pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum

karena tuduhan penyimpangan

6. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan

tidak tergantung pada intervensi manajemen,

sehingga akan mengurangi keterlibatan

pimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

7. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas

8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada

masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan

prosedur

9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi

kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai

dalam melaksanakan tugasnya

10. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

5. Penyusunan SOP

SOP masih dapat dibuat bila Kementerian

Kesehatan atau Dinas Kesehatan belum

membuatkan SOP terhadap suatu jenis kegiatan

atau tindakan, sehingga daerah dapat melakukan

penyeragaman terhadap sebuah tindakan

kesehatan.

5.1 Langkah Penyusunan SOP

Pada umumnya langkah langkah yang

dipergunakan dalam penyusunan SOP pada

tingkat lokal adalah sebagai berikut:

a) Penetapan Topik/Judul Judul hendaknya merepresentasikan tujuan dari

pada kegiatan. Penulisan judul jangan terlalu

panjang. Misalnya:

• SOP penerimaan pasien di loket Puskesmas

• SOP penanganan pengaduan

• SOP pemeriksaan kehamilan

• SOP inisiasi menyusu dini

• SOP persalinan normal.

b) Penetapan Tujuan Tentukan tujuan topik untuk tiap SOP. Dalam

penulisan tujuan, dapat menggunakan istilah

SMART (specific, measurable, achievable,

relevant dan timely, yaitu spesifik, dapat diukur,

dapat dicapai, relevan, dan tepat waktu).

c) Menentukan Kegiatan Inti Dalam Mencapai Tujuan

Identifikasi kegiatan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan di atas. Kegiatan tersebut

haruslah sedetail mungkin, karena yang kita

laksanakan bersifat tindakan operasional.

d) Menentukan Waktu Masing-masing Kegiatan Inti Perhitungkan waktu yang dipergunakan untuk

melaksanakan setiap langkah kegiatan.

Page 137: Tata Kelola Persalinan Aman

135www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

e) Menetapkan Urutan Kegiatan Inti Periksa kembali urutan kegiatan yang

seharusnya, jangan sampai ada kegiatan yang

mendahului kegiatan yang seharusnya dilakukan

kemudian. Urutan kegiatan harus bersifat pasti

dan tetap.

f) Mengeliminasi Kegiatan Yang Tidak Perlu Hilangkan kegiatan kegiatan yang tidak

diperlukan, karena dapat mengakibatkan

penyimpangan pencapaian tujuan.

g) Menggambarkan Flow Chart (Diagram Aliran) Prosedur yang memiliki beberapa keputusan

dapat dipresentasikan dalam flowchart

(diagram aliran) yang merupakan bagan

yang menggambarkan urutan kegiatan atau

keputusan, atau aliran orang atau barang dalam

suatu proses. Penjelasan mengenai penyusunan

flow chart disampaikan dalam materi berikutnya.

h) Melaksanakan Uji Coba Uji coba dilakukan untuk mengevaluasi

kelemahan yang terjadi saat SOP

diimplementasikan. Hasil uji coba ini selanjutnya

menjadi bahan untuk memperbaiki rancangan

SOP yang telah disusun, sebelum menjadi SOP

final.

5.2 Langkah Penyusunan Flowchart (Diagram Alur)

Flowchart berfungsi untuk memudahkan

mengarahkan personil yang membacanya untuk

mengikuti logika dalam pengambilan keputusan

dan langkah-langkah yang diperlukan untuk

mencapai hasil. Format ini cocok digunakan

apabila prosedur yang akan ditulis dalam SOP

terdiri lebih dari banyak langkah dengan banyak

keputusan. Di bawah ini adalah satu contoh

SOP dengan format flowchart:

Simbol-simbol yang digunakan dalam

menggambarkan flow chart adalah sebagai

berikut:

Keputusan DokumenMulai/Selesai Arah Aktifitas

Simbol

Maksud

Ada rincian tugas yang berupa sebuah garis lurus

yang berurutan. Ini berarti bahwa setiap langkah

dalam tugas tersebut dilakukan secara urutan 1 – 2

– 3 tanpa memerlukan pengambilan keputusan atau

pemilihan tindakan alternatif.

Page 138: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

136 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Cara menggambar diagram alur adalah sebagai

berikut:

1. Identifikasi semua jenis layanan yang terdapat di

puskesmas

2. Tuliskan dan urutkan kegiatan tersebut sesuai

dengan ketentuan

3. Gambarkan simbol-simbol flowchart pada setiap

urutan

4. Gunakan kertas meta plan untuk alat bantu

5. Lakukan uji coba dengan memindah-mindahkan

meta plan, sampai flowchart tersusun sesuai

urutan kegiatan yang ditentukan.

Contoh: Alur Layanan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas

Pasien datang

Loket

KIA

Periksa Lab

Hamil?

Pasien pulang

KIEYa

Tidak

5.3 Langkah Penulisan Format SOP

Dalam SOP tergambar identifikasi, pengendalian,

kemampuan selusur, konsistensi, dan akuntabilitas.

Suatu SOP hendaklah mempunyai format sebagai

berikut:

1. Nama lembaga. Nama selain pada kop juga

ada pada setiap halaman.

2. Judul. Judul harus jelas terurai dan terukur.

Karena pada setiap prosedur diuraikan

bagaimana mengerjakannya, judul mesti

bergaya bahasa perintah (direktif) untuk

menjelaskan ‘siapa mengerjakan apa’.

Suatu SOP berjudul "Alkohol sebagai bahan

disinfektan” tidak menggambarkan prosedur;

lebih cocok diberi judul “Proses sterilisasi

dengan menggunakan alkohol”.

3. Halaman. Tiap halaman harus ada nomor

halaman, misalnya “halaman 3 dari 7”. Ini

menggambarkan ada kelanjutan dari setiap

kegiatan dalam setiap halaman.

4. Identifikasi dan Pengendalian. Setiap

prosedur mesti teridentifikasi keunikannya.

Identifikasi untuk mempersiapkan akuntabilitas,

dan gambaran suatu dokumentasi sampai

fasilitas dan masa kedaluwarsaan perubahan.

Akuntabilitas dan gambaran prosedur

berdasarkan pada sejumlah identifikasi atau

kode, yang merupakan pengendalian (seperti

kapan dan berapa kali revisi atau jumlah edisi

SOP dilakukan).

5. Tujuan. Suatu tujuan atau sasaran prosedur

mesti dapat diulang dan dapat dikembangkan,

dan dinyatakan dalam gaya bahasa perintah,

Page 139: Tata Kelola Persalinan Aman

137www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

seperti operasional, prosedur, proses,

monitoring, dan rutinitas perawatan.

6. Ruang lingkup. Ruang lingkup SOP harus

mempunyai batas penggunaan prosedur

tersebut. Apakah itu sampel tertentu sesuai

pengujian dengan metode ini? Apakah operasi

ini terpakai hanya pada perlengkapan tertentu

atau bagian tertentu? Apakah ada batasan

kapasitas?

7. Tanggung Jawab. Siapa bertanggung jawab

melaksanakan uraian pekerjaan? Siapa

melaporkan pekerjaan? Apakah diperlukan

pelatihan khusus atau sertifikat? Pada sesi ini

dibatasi petugas yang melaksanakan, seperti:

siapa yang mempunyai atau sesuai kualifikasi

dalam melaksanakan uraian pekerjaan. Itu

akan diatur suatu tahapan untuk sejumlah detail

dalam dokumen berikut.

8. Prosedur. Uraikan prosedur dalam langkah

demi langkah (step-by-step) atau kronologis cara

kerja. Gunakan kata kerja aktif dan pernyataan

langsung. Penulisan prosedur dilakukan

secara serial yaitu, setelah kegiatan yang satu

diteruskan dengan kegiatan lain. Pendekatan ini

disebut pendekatan prosedural.

9. Diagram Alur.10. Sumber. Tuliskan sumber atau rujukan yang

digunakan dalam penulisan SOP, misalnya

Buku Pedoman Penatalaksanaan Kesehatan

Ibu dan Anak Nasional. SOP yang diperoleh dari

organisasi lain dapat juga dituliskan sebagai

sumber, setelah diadaptasikan di tempat kerja

yang baru.

Contoh Format SOP

Status Dokumen Induk Salinan No.Distribusi

Nama OrganisasiJUDUL SOP

No Dokumen No Revisi Halaman

Unit Kerja SOP dilakukan Tanggal Terbit Disetujui oleh,Pimpinan Organisasi,

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Sumber

Page 140: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

138 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

5.4 Teknik Penulisan

SOP adalah instruksi yang harus dapat dipahami

oleh semua orang yang menggunakannya. Oleh

karena itu, penulis harus selalu mencoba untuk

menulis prosedur sesederhana mungkin dan mampu

komunikasikan isinya dengan baik. Di bawah ini

adalah langkah-langkah penulisan SOP yang efektif

dan efisien, antara lain:

a) Tulislah tiap langkah dengan kalimat pendek

Kalimat yang panjang lebih sulit untuk dipahami

dan cenderung terdiri lebih dari satu langkah.

Beberapa kalimat pendek biasanya lebih mudah

untuk dipahami. Contohnya penulisan SOP

dalam kasus pembersihan suatu mesin adalah

sebagai berikut:

Kalimat Panjang:

Gunakan sarung tangan untuk membersihkan

debu dan bercak dari alat kesehatan atau

keringkan dengan lap jika mikroskopnya

basah.

Kalimat Pendek:

• Bersihkan debu dan bercak dari alat

kesehatan.

• Gunakan sarung tangan untuk

menghilangkan debu dan bercak.

• Gunakan lap untuk mengeringkan

mikroskope yang basah.

Tidak jelas:

Berat balita harus dicatat pada laporan

penimbangan.

Jelas:

Catat berat balita pada laporan

penimbangan.

Kalimat pendek pada contoh di atas dibentuk

dengan format hierarki. Kedua contoh menyampaikan

makna yang sama, akan tetapi pada contoh kalimat

panjang lebih sulit untuk dipahami. Pada contoh di

atas menampilkan satu langkah dengan dua cara

untuk melakukan langkah tersebut.

b) Tulislah langkah-langkah di SOP sebagai kalimat perintah atau kalimat aktif

Kalimat perintah pada instruksi kerja lebih

mudah untuk dipahami. Kalimat ini selalu dimulai

dengan kata kerja. Sebagai berikut adalah

contoh SOP tentang penimbangan balita:

Pada contoh di atas, manajer ingin mengetahui

hasil penimbangan balita sehingga dapat

menentukan tindakan terhadap banyaknya

balita. Pada contoh yang jelas mengarahkan

personil yang melakukan penimbangan untuk

mencatat informasi berat balita. Pada contoh

yang tidak jelas dapat menimbulkan berbagai

makna: apakah penimbang itu yang harus

mencatat informasi tersebut, atau orang lain

yang melakukannya?

Page 141: Tata Kelola Persalinan Aman

139www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

c) Komunikasikan dengan baik melalui beberapa kata sebisa mungkin

Penulis prosedur harus menggunakan kalimat

langsung dan pendek, sehingga pembaca dapat

lebih cepat memahami dan mengingat langkah-

langkah dalam prosedur.

Contohnya penulisan SOP dalam kasus

pembersihan suatu tangki sterilisator adalah

sebagai berikut:

Bertele-tele:

Pastikan Anda membuang semua sisa

bahan kimia lama dari tangki sterilisator

sebelum menuangkan bahan kimia baru ke

dalamnya.

Lugas:

Buang sisa bahan kimia lama sebelum

menuangkan bahan kimia baru ke dalam

tangki sterilisator.

Dua kalimat pada contoh di atas memiliki makna

yang sama, akan tetapi kalimat yang ringkas dapat

langsung dipahami.

d) Gunakan akronim dan singkatan seminim

mungkin

Akronim dan singkatan digunakan jika

dikenal secara umum, bukan hanya untuk

memperpendek tulisan. Sebagai contoh,

kebanyakan orang mengetahui arti dari

singkatan KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Pada

kasus lain, kebanyakan orang tidak mengerti

akronim CVT, akan tetapi bagi orang-orang

yang bergerak dalam bidang program akan

mengenalinya sebagai “convert”.

Dalam bidang kesehatan terutama program

Pencegahan Masalah Kesehatan, ATM dikenal

sebagai singkatan dari HIV/AIDS, Tuberculosa

dan Malaria, sedangkan secara umum

maknanya akan berbeda, yaitu mesin uang.

Untuk mengatasi kesulitan bahasa dan waktu

baca (misalnya petugas perlu melihat SOP

tersebut sambil mengerjakan tugasnya), maka

contoh SOP dapat dibuat dengan salah satu

cara di bawah ini:

a. Dengan bagan alir (flowchart)

b. Dengan gambar, foto atau diagram grafis.

c. Dengan checklist.

6. Penyusunan SOP Alur Layanan

SOP Alur Layanan adalah salah satu SOP

yang sangat bermanfaat bagi staf Puskesmas

maupun pasien. SOP ini memberikan staf

Puskesmas panduan terhadap jalan layanan,

dan menyakinkan bahwa tidak ada pasien yang

dialurkan ke tempat yang salah pada waktu

yang kurang tepat. Setelah SOP disusun,

Alur Layanan secara flow chart dapat dibuat.

Alur Layanan ini biasanya ditempel di dinding

dan/atau di pintu ruang terkait, misalnya Alur

Layanan Puskesmas dapat ditempel di atas

Page 142: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

140 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

loket atau di depan Puskesmas, dan Alur

Layanan Ruang KIA dapat ditempel di pintu

ruang tersebut.

6.1 Langkah Penyusunan SOP Alur Layanan

Penyusunan SOP Alur Layanan dilakukan dengan

mengacu pada langkah berikut:

1. Bersama Puskesmas dan masyarakat yang

diwakilkan oleh MSF mengidentifikasi jenis

layanan yang berkaitan dengan pelayanan

yang akan diberikan. Misal: untuk pelayanan

pemeriksaan kehamilan (ANC), jenis layanan

yang harus diberikan adalah 10 T.

2. Menentukan waktu pelayanan. Misal: Jadwal

pelayanan pemeriksaan kehamilan setiap hari

adalah Senin – Jumat pukul 09.00 – 12.00

3. Menentukan perkiraan lama waktu yang

dibutuhkan untuk satu jenis pemeriksaan. Misal:

Dalam proses pemeriksaan kehamilan:

• Wawancara : 5 menit

• Pemeriksaan fisik : 10 menit

• Konseling : 10 menit

• Total waktu : 25 menit per pasien

4. Menentukan lokasi dan petugas pemberi

layanan. Misal: pemeriksaan kehamilan

dilakukan di poli KIA, dilayani oleh bidan atau

dokter.

5. Menentukan persyaratan layanan. Misal: saat

pemeriksaan kehamilan pasien harus membawa

buku KIA yang berwarna pink.

6. Menginformasikan biaya pelayanan atau Barang

Habis Pakai (PHB) yang harus dibeli.

6.2 Format

Berupa gambar dan alur yang menunjukkan jenis

layanan yang diberikan dengan mencantumkan

semua elemen di atas.

6.3 Teknik Penulisan

Agar masyarakat umum dapat mengerti, hindari

penggunaan istilah medis. Contoh: ‘ANC‘ sebaiknya

ditulis dengan ‘pemeriksaan kehamilan’.

7. Penerapan Standar Layanan dan SOP

Penerapan SOP dan Standar Layanan merupakan

salah satu faktor kunci dalam manajemen mutu

layanan. Standar tersebut menyediakan informasi

tentang cara melakukan suatu pekerjaan dengan

benar dan konsisten bagi tiap personil, sehingga

memudahkan untuk meningkatkan kualitas hasil

akhir. Dengan dilaksanakannya pekerjaan sesuai

SOP, maka dapat dipastikan bahwa kualitas hasil

pekerjaan akan sesuai dengan standar mutu yang

telah ditetapkan.

Penerapan SOP hendaknya mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Sosialisasi. Pimpinan menjelaskan kepada

seluruh staf pekerjaan apa saja yang sudah

mempunyai SOP dan rencana penerapannya.

Di samping itu juga dijelaskan peran penting

Page 143: Tata Kelola Persalinan Aman

141www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

SOP dalam menjaga mutu layanan. Hal ini

dilakukan terutama untuk meningkatkan

kesadaran, pemahaman dan komitmen seluruh

petugas dalam menerapkan SOP.

2. Publikasi. Berbagi dokumen SOP yang telah

disusun, dipublikasikan dan disampaikan ke

semua petugas untuk ditempatkan pada tempat

yang mudah dilihat baik oleh petugas pemberi

layanan maupun oleh pengguna layanan,

misalnya di dinding atau di pintu ruang.

3. Monitoring kepatuhan pelaksanaan SOP. Unsur manajemen dinas kesehatan kabupaten/

kota, puskesmas bersama unsur masyarakat

(misalnya MSF) menyusun instrumen

untuk memantau kepatuhan petugas dalam

melaksanakan SOP, dan secara berkala

melakukan pengukuran kepatuhan petugas

dalam menjalankan SOP.

KINERJA juga mengimplementasikan kartu kontrol

sebagai tool monitoring kepatuhan pelaksanaan

SOP pemeriksaan kehamilan. Kartu kontrol ini

diterima ibu hamil ketika mendaftar di puskesmas,

pustu atau polindes. Pada kartu kontrol ini berisi

kolom-kolom pelayanan yang harus diisi oleh

petugas pemberi layanan sehingga setiap jenis

layanan yang sudah dipublikasikan itu terjamin

dilaksanakan. Ibu dapat mengingatkan petugas jika

petugas kelupaan dalam memeriksa kondisinya.

Kartu kontrol akan dipergunakan untuk menyatakan

pelayanan yang diperoleh masyarakat telah puas

atau belum puas. Seorang petugas diberikan

tanggung jawab untuk memjamin kartu itu diisi

dan dimasukkan dalam kotak khusus, dan kotak

tersebut dibuka secara reguler (2-3 bulan) dan

dikaji oleh Puskesmas bersama Multi-Stakeholder

Forum. Bidan atau tenaga kesehatan yang dianggap

puas atau apresiasi dari ibu akan menjadi petugas

yang diberi penghargaan oleh puskesmas seperti

pencantuman foto tenaga di dinding informasi

puskesmas. Pada akhir tahun menjadi rujukan

puskesmas dalam memberi nilai kinerja dari petugas

bersangkutan.

Page 144: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

142 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Contoh kartu kontrol:

Page 145: Tata Kelola Persalinan Aman

143www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

4. Evaluasi. Ketiga unsur di atas melakukan

pengawasan dan pemantauan untuk

memperoleh gambaran tingkat kepatuhan

petugas dalam menjalankan SOP, serta

mencari kemungkinan penyebab terjadinya

ketidakpatuhan.

5. Revisi. Berdasarkan hasil monitoring dan

evaluasi, ditelaah apakah ada kemungkinan

SOP yang disusun kurang baik. Jika kondisi

tersebut terjadi, maka harus segera dilakukan

revisi atas dokumen SOP yang sudah ada.

Panduan Pelaksanaan

1. Pengkajian kondisi

a) Inventarisasi SOP dan Standar Layanan

yang ada: mengumpulkan data mengenai

jumlah dan jenis SOP yang ada;

b) Identifikasi SOP yang seharusnya ada:

Diskusi dengan melibatkan kepala

Puskesmas, penanggungjawab program,

dan pelaksana program serta masyarakat

(MSF) untuk mengidentifikasi kegiatan atau

aktivitas yang memerlukan Standar Layanan

dan SOP.

2. Identifikasi masalah (mengacu kepada hasil pengkajian kondisi)

Menemukan masalah dengan cara membandingkan

Standar Layanan dan SOP yang ada dengan

Standar Layanan dan SOP yang seharusnya ada.

Aktivitas ini akan menghasilkan daftar judul SOP

yang perlu ada tetapi saat ini belum ada.

Untuk Standar Layanan dan SOP lokal, mereview

Standar Layanan dan SOP yang ada berdasarkan

kaidah penyusunan standar layanan. Aktivitas ini

Kegiatan yang memerlukan SOP Keberadaan SOP Kesimpulan

Sudah ada Belum ada

Page 146: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

144 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

akan menghasilkan penilaian kesesuaian Standar

Layanan dan SOP yang ada, apakah sudah sesuai

atau masih perlu penyesuaian. Bila ada standar

nasional yang dianggap kurang sesuai dengan

kondisi yang ada, silahkan sampaikan penilaian

dan penjelasan kepada pihak yang berkewajiban.

Daerah tidak berhak untuk mengganti SOP tetapi

Judul Standar: ..............................................

No Komponen yang direviewAnalisis

kesesuaian KeteranganYa Tidak

1 Apakah SOP tersebut telah disusun dengan format yang benar (berupa gambar atau alur)?

2 Apakah masih ada istilah medis yang digunakan?

3 Apakah informasi mengani lama waktu pelaksanaan kegiatan telah dijelaskan?

4 Apakah informasi mengani jadwal pelaksanaan kegiatan telah dijelaskan

5 Apakah informasi mengenai lokasi kegiatan telah dijelaskan?

6 Apakah informasi mengenai petugas pelaksana kegiatan telah dijelaskan?

7 Apakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan pelayanan telah dicantumkan?

boleh menentukan Standar Layanan yang lebih

tinggi asal tidak memberatkan masyarakat yang

membutuhkan. Beberapa hal yang perlu direview

misalnya:

a) Untuk Standar Layanan:

Page 147: Tata Kelola Persalinan Aman

145www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

b) Untuk SOP Teknis:

Judul SOP: .............................................

No Komponen yang direviewAnalisis kesesuaian

KeteranganYa Tidak

1 Apakah SOP telah disusun dengan format yang benar?

2 Apakah SOP telah disusun dengan kalimat perintah?

3 Apakah SOP dilengkapi dengan gambar atau diagram alur?

4 ..................

5 ..................

3. Penentuan prioritas

Berdasarkan hasil kegiatan nomor 2, diskusikan

apakah memungkinkan jika seluruh hasil identifikasi

masalah tersebut akan diselesaikan. Jika tidak

memungkinkan, tentukan prioritas kegiatan yang

membutuhkan penyusunan SOP segera.

4. Penyusunan rencana kerja (POA= Plan of Action) penyusunan SOP

Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah

yang ditemukan dan prioritas masalah yang disusun.

POA dapat dibuat dengan mengacu pada tabel

berikut:

NoJudul SOP yang hendak

disusunPenanggungjawab Waktu Inisiatif*

* Inisiatif diisi dengan proses atau pendekatan yang dilakukan untuk menyusun SOP dimaksud. Misalnya: Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan tertentu, melakukan FGD dengan pelaksana dan pengguna, melakukan observasi kegiatan, dan lain-lain.

Page 148: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

146 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

5. Koordinasi

Masing-masing penanggungjawab mengkoordinir

proses menyusun SOP sesuai dengan rencana yang

telah disusun. Proses penyusunan SOP sebaiknya

dilakukan dalam tim yang terdiri dari beberapa orang.

6. Proses penyusunan SOP

1. Tetapkan Topik/Judul kegiatan yang

hendak disusun SOPnya (berdasarkan

hasil inventarisir masalah pada langkah

sebelumnya). Misalnya: SOP Pelayanan

Pembayaran (kasir).

2. Tetapkan tujuan topik atau tujuan dari

SOP. Misalnya, tujuan SOP Pelayanan

Pembayaran (kasir) adalah sebagai

panduan bagi petugas kasir dalam melayani

pembayaran pasien dengan baik, cepat dan

benar.

3. Lakukan identifikasi kegiatan inti dalam

mencapai tujuan. Misalnya, kegiatan dalam

pelayanan pembayaran pasien meliputi:

• Panggil pasien sesuai nomor antrian

• Lakukan 3 S (senyum, salam, sapa)

• Jelaskan rincian biaya yang harus

dibayarkan pasien

• Terima pembayaran pasien

• Hitung kembali jumlah uang yang

diterima dan sebutkan jumlah nominal

uangnya

• Sampaikan kesesuaian jumlah uang

tersebut dengan total biaya yang harus

dibayar, ‘pas’ atau ada kembalian

• Jika ada kembalian, sebutkan jumlah

nominal uang yang harus dikembalikan

kepada pasien sambil menyerahkan uang

kembaliannya

• Serahkan kuitansi atau bukti pembayaran

kepada pasien

• Ucapkan terima kasih

4. Tetapkan lama waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan masing-masing aktivitas tersebut.

Misal: penjelasan rincian biaya butuh waktu 2

menit, menghitung kembali uang yang diterima

dari pasien membutuhkan waktu 10 detik, dan

seterusnya.

5. Urutkan kegiatan yang telah diinventarisir pada

langkah 3 sesuai dengan sistematika yang

paling baik. Dalam contoh ini urutan kegiatan

yang tercantum pada point 3 tersebut dinilai

telah sesuai sehingga tidak perlu disusun

kembali.

6. Telaah kembali apakah seluruh kegiatan

tersebut memang harus dilakukan ataukah

ada kegiatan yang sebetulnya bisa dihilangkan

tanpa mengurangi kualitas proses secara

keseluruhan. Dalam contoh ini rincian kegiatan

yang tercantum pada point 3 tersebut dinilai

telah sesuai sehingga tidak perlu ada kegiatan

yang dieliminasi.

Page 149: Tata Kelola Persalinan Aman

147www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

7. Uji coba

Sebelum SOP tersebut dibakukan atau diterapkan

secara resmi, lakukan uji coba untuk mengetahui

kesesuaiannya. Hasil uji coba memungkinkan

adanya beberapa penyesuaian atas rancangan SOP

tersebut. Jika SOP dinilai telah ideal, SOP tersebut

bisa segera disahkan sebagai dokumen resmi

organisasi.

8. Kegiatan Monitoring & Evaluasi

Contoh: Monitoring pelaksanaan SOP pelayanan

pembayaran kasir.

Formulir monitoring

No Rincian kegiatan dalam SOP

Hasil pemantauan

KesimpulanDilaksanakan Tidak

dilaksanakan

1 Panggil pasien sesuai nomor antrian

2 Lakukan 3 S (senyum, salam, sapa)

3 Jelaskan rincian biaya yang harus dibayarkan pasien

4 Terima pembayaran pasien

5 Hitung kembali jumlah uang yang diterima dan sebutkan jumlah nominal uangnya

6 Sampaikan kesesuaian jumlah uang tersebut dengan total biaya yang harus dibayar, ‘pas’ atau ada kembalian

7 Jika ada kembalian, sebutkan jumlah nominal uang yang harus dikembalikan kepada pasien sambil menyerahkan uang kembaliannya

8 Serahkan kuitansi atau bukti pembayaran kepada pasien

9 Ucapkan terima kasih

Page 150: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

148 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Formulir evaluasi

No Aspek yang dievaluasi Hasil Evaluasi Rekomendasi

1 Jumlah petugas yang mematuhi SOP

2 Jumlah SOP yang dilaksanakan

3 ............................

4 ...........................

5 ............................

Libatkan masyarakat (MSF) dalam melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan SOP agar

hasilnya lebih baik dan lebih partisipatif.

Contoh Praktek Baik

1. SOP Alur Layanan di Puskesmas Kota Probolinggo

10 Jenis Pemeriksaan KehamilanNo JENIS PELAYANAN PELAKSANA KAPAN LAMA LAYANAN KET1 Timbang BB dan TB

BumilBidan Tiap hari kerja 1’

2 Tekanan darah Bidan Tiap hari kerja 3’3 Ukur Lingkar

Lengan Atas (LILA)Bidan Tiap hari kerja 1’

4 Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Bidan Tiap hari kerja 2’

5 Tentukan letak dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Bidan Tiap hari kerja 3’

6 Toxoid Tetanus Bidan Tiap hari kerja 5’7 Tablet besi (90 tablet) Bidan Tiap hari kerja 1’

8 Test Lab (HB, HIVIMS. Golda, Hepatitis B)

Analis laboratorium

Tiap hari kerja 20’

9 Tata laksana rujukan kasus kehamilan Risti

Bidan Tiap hari kerja 3’

10 Temu wicara konseling(P4K dan KB pasca salin, IMD, ASI Eksklusif)

Bidan Tiap hari kerja 5’

Waktu Pelayanan : Hari : Senin s/d JumatPukul : 7.30 –14.00

Anda akan dilayani oleh Dokter atau Bidan berpengalaman

Page 151: Tata Kelola Persalinan Aman

149www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

PAKET ANC 10 T1. Timbang BB dan TB Bumil2. Tekanan darah3. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) 4. Tinggi Fundus Uteri (TFU)5. Tentukan letak dan Denyut Jantung Janin (DJJ)6. Toxoid Tetanus

7. Tablet besi (90 tablet)8. Test Lab ( HB, HIV IMS, Golda, Hepatitis B)

9. Tata laksana rujukan kasus kehamilan Risti

10. Temu wicara konseling (P4K dan KB pasca salin)

PAKET PEMERIKSAAN KEHAMILAN

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

Page 152: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

150 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

2. Puskesmas Bonto Bangun, Kabupaten Bulukumba

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file

dalam CD yang terlampir.

Page 153: Tata Kelola Persalinan Aman

151www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 154: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

152 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Page 155: Tata Kelola Persalinan Aman

153www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 156: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 157: Tata Kelola Persalinan Aman

155www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

66Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan

Page 158: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

156 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang mekanisme

Pengelolaan Pengaduan sebagai salah satu upaya

peningkatan kualitas pelayanan publik. Penjabaran

materi modul diawali dengan uraian tentang

keterkaitan antara pegelolaan pengaduan dengan

undang-undang pelayanan publik. Selanjutnya

dijelaskan secara lebih rinci mengenai pentingnya

pengaduan, mekanisme Pengelolaan Pengaduan,

survei pengaduan, dan Janji Perbaikan Layanan.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Peserta mampu memahami dan menjelaskan

tujuan dan manfaat beberapa jenis pengelolaan

pengaduan, termasuk janji perbaikan layanan.

Modul 6

........uraian tentang

keterkaitan antara pegelolaan pengaduan

dengan undang-undang pelayanan

publik.

Page 159: Tata Kelola Persalinan Aman

157www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

4. Mampu menerapkan mekanisme pengelolaan

pengaduan

5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi

pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan

layanan.

Pokok Bahasan

1. Pengelolaan Pengaduan: pengertian dan

kaitannya dengan Undang-undang Pelayanan

Publik

2. Mekanisme pengelolan pengaduan

3. Survei pengaduan

4. Janji Perbaikan Layanan.

Metode

Sesi pelatihan:

1. Pemaparan materi

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Role play.

Sesi pelaksanaan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/

Dinas Kesehatan

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan konsep pengelolaan

pengaduan dan janji perbaikan layanan,

termasuk relasinyadengan Program USAID-

KINERJA

2. Mampu menjelaskan peran penting mekanisme

pengelolaan pengaduan dalam menjaga kualitas

pelayanan

3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

membuat mekanisme pengelolaan pengaduan

4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam

monitoring dan evaluasi pengelolaan pengaduan

dan janji perbaikan layanan.

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Memahami konsep pengelolaan pengaduan dan

realisasinya dengan program USAID-KINERJA

2. Memahami peran pengelolaan pengaduan

dalam menjaga akuntabilitas dan kualitas

pelayanan

3. Mampu membuat mekanisme pengelolaan

pengaduan

Page 160: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

158 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi

Waktu

Sesi pelatihan: Dua hari

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

1. Pengantar

1. Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya Pengelolaan

Pengaduan masyarakat dalam rangka

mewujudkan pelayanan puskesmas yang

patisipatif, akuntabel, responsif, transparan

dan inovatif, di mana hal ini merupakan cara

untuk meningkatkan partisipasi pengguna

layanan dalam perbaikan mutu layanan

puskesmas.

2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

Hari II:

Waktu Pokok Bahasan1 x 45 menit Review materi hari I

3 x 45 menit

Permainan Peran II:Pengolahan Data dan Penyusunan Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM)Analisis penyebab pengaduan Masyarakat dan penyusunan alternatif solusi

1 x 45 menitJanji Perbaikan LayananDiskusi dan tanya jawab

2 x 45 menit

Permainan peran III:Penyusunan Janji Perbaikan LayananPenyusunan rekomendasi untuk advokasi di tingkat dinas/kabupaten

1 x 45 menitRencana Tindak Lanjut Survei Pengaduan MasyarakatPenutupan

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Fokus Program KINERJABina SuasanaSelf-assessment: pelaksanaan Pengelolaan Pengaduan saat ini

2 x 45 menit

Pengelolaan Pengaduan: pengertian dan kaitannya dengan undang-undang pelayanan publikDiskusi dan tanya jawab

2 x 45 menitMekanisme Pengelolaan Pengaduan: Survei PengaduanDiskusi dan tanya jawab

3 x 45 menit

Permainan Peran I:Lokakarya Pengelolaan PengaduanMenyusun instrumen survei pengaduanSimulasi pelaksanaan survei pengaduan

Page 161: Tata Kelola Persalinan Aman

159www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

2. Beri kesempatan kepada setiap peserta

untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan

dulu komentar atas pertanyaan peserta

kepada peserta yang lain, agar suasana

diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas

fasilitator adalah memfasilitasi proses

diskusi dan mengarahkan jika ada proses

diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

3. Sesi-sesi Hari I:

1. Sesi I: Selain memberikan penjelasan

umum dan melakukan bina suasana seperti

yang sudah dijelaskan dalam pengantar,

fasilitator juga memfasilitasi peserta untuk

melakukan self asessment. Self assessment

dilakukan melalui diskusi untuk membahas

pelaksanaan mekanisme Pengelolaan

Pengaduan saat ini. Melalui self assessment

ini diharapkan akan dapat menginventarisir

kendala dan peluang yang ada terkait

dengan pelaksanaan Pengelolaan

Pengaduan saat ini.

2. Sesi II: Nara sumber menyajikan materi

tentang Pengelolaan Pengaduan:

pengertian dan kaitannya dengan Undang-

undang pelayanan publik. Aspek penting

yang harus dijelaskan adalah keterkaitan

antara Pengelolaan Pengaduan dengan

undang-undang pelayanan publik sebagai

selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45

menit per hari. Pada hari pertama dilakukan

penyampaian materi tentang Pengelolaan

Pengaduan: pengertian dan kaitannya

dengan undang-undang pelayanan

publik, serta mekanisme Pengelolaan

Pengaduan, khususnya melalui survei

pengaduan. Hari pertama ditutup dengan

permainan peran pelaksanaan lokakarya

pengaduan dan penyusunan instrumen

pengaduan. Hari kedua peserta diminta

melanjutkan permainan peran dengan

simulasi pelaksanaan survei pengaduan dan

dilanjutkan dengan penyusunan IPM dan

perumusan alternatif solusi. Materi terakhir

dihari kedua adalah tentang Janji Perbaikan

Layanan. Pendekatan pelatihan disamping

penjelasan dengan metode ceramah juga

dilakukan permainan peran.

3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

peserta dan permainan yang memotivasi.

2. Proses pelatihan

1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan

materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi

dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari

Page 162: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

160 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

dasar hukum yang mengatur bagaimana

sebaiknya organisasi pelayanan publik

beroperasi. Hal inilah yang menjadi fokus

KINERJA yaitu mewujudkan tata kelola

organisasi yang baik (good corporate

governance).

3. Sesi III: Nara sumber menyajikan

materi tentang Mekanisme Pengelolaan

Pengaduan, khususnya tentang survei

pengaduan. Langkah dalam melakukan

survei pengaduan dijelaskan secara rinci

disertai contoh untuk memudahkan peserta

nantinya saat melakukan permainan peran.

4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan

permainan peran. Pada permainan peran

pertama ini minta peserta untuk melakukan

Pengelolaan Pengaduan. Untuk itu bagi

peserta menjadi beberapa posisi sesuai

setting yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil

lokakarya, minta peserta untuk menyusun

instrumen survei pengaduan. Permainan

peran diakhiri dengan simulasi pelaksanaan

survei pengaduan.

4. Sesi-sesi Hari II:

1. Sesi I: Secara acak, minta perwakilan peserta

untuk mereview materi yang telah dibahas di

hari I. Lakukan review dalam suasana santai,

jika diperlukan gunakan teknik permainan.

2. Sesi II: Minta peserta untuk kembali melakukan

permainan peran. Pada permainan peran kedua

ini yang dilakukan adalah simulasi Pengolahan

Data dan Penyusunan Indeks Pengaduan

Masyarakat dengan menggunakan data

yang diperoleh dari pelaksanaan survei hari

pertama. Berdasarkan temuan tersebut lakukan

analisis penyebab pengaduan masyarakat dan

penyusunan alternatif solusi.

3. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi tentang

Janji Perbaikan Layanan dengan memperkaya

materi dari Praktik Baik daerah lain. Hal

yang dijelaskan adalah proses menyusun

Janji Perbaikan Layanan serta penyusunan

rekomendasi teknis untuk advokasi kepada

pemerintah daerah atau pihak lain yang terkait.

4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan

permainan peran kembali terkait dengan topik

Janji Perbaikan Layanan. Lakukan simulasi

proses menyusun Janji Perbaikan Layanan dan

rekomendasi untuk advokasi di tingkat dinas/

kabupaten berdasarkan keluhan yang muncul

dari permainan peran pertama dan kedua.

5. Penutup

Fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab,

serta penjelasan rencana tidak lanjut. Fasilitator

memastikan bahwa aspek governance seperti

partisipasi, transparansi, akuntabilitas, responsifness

serta inovasi muncul dalam rencana tindak lanjut.

Page 163: Tata Kelola Persalinan Aman

161www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Uraian Substansi

1. Pengelolaan Pengaduan

Tuntutan masyarakat terkait tatakelola yang

baik (good governance) semakin meningkat.

Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari

semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat

dan pengaruh globalisasi. Untuk mensikapi hal

itu organisasi publik harus melakukan perubahan

yang terarah dan mengarah pada terwujudnya

suatu pemerintahan yang baik yang bermuara pada

peningkatan pelayanan publik dengan melibatkan

partisipasi masyarakat.

Metode Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

dengan Partisipasi Masyarakat sebagaimana

diatur dalam Permenpan 13/2009 adalah metode

peningkatan kualitas pelayanan publik yang

merupakan upaya bersama berbagai pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan dan penyediaan

pelayanan dan para pengguna pelayanan untuk

menciptakan pelayanan publik menjadi terintegrasi

antara lingkungan pelayanan dengan proses

penyediaan pelayanan publik.

Pendekatan ini dimulai dengan Pengelolaan

Pengaduan pengguna pelayanan sebagai dasar

untuk merumuskan dan melaksanakan upaya nyata

perbaikan. Dengan pendekatan ini, sejak dini dan

dalam keseluruhan proses, pihak-pihak dilibatkan

secara maksimal dalam penetapan standar

pelayanan publik.

Prinsip dasar dari pelayanan publik adalah:

Transparan, daya tanggap, sederhana, mudah diakses,

partisipatif, dan dapat dipercayai dan diandalkan.

Banyak cara yang bisa dilakukan organisasi

pelayanan kesehatan (termasuk puskesmas)

untuk memperbaiki kinerjanya. Diantaranya adalah

melalui janji perbaikan layanan (citizen charter).

Kontrak layanan merupakan suatu cara untuk

meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan

masyarakat, termasuk minat dan kepentingan

politis yang peduli bahwa pemerintah menyediakan

pelayanan dengan kualitas terbaik. Melalui kontrak

layanan ini, masyarakat sebagai pengguna layanan

berhak mendapatkan informasi sebelumnya tentang

jenis-jenis pelayanan yang diberikan termasuk

persyaratannya, prosedur pengaduan yang jelas

serta penanganan yang adil. Berikut ini ditampilkan

perbandingan antara manajemen pelayanan

konvensional dengan manajemen pelayanan yang

telah menerapkan kontrak layanan.

Page 164: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

162 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Manajemen Pelayanan Konvensional Manajemen dengan Janji Layanan

• Dirumuskan sepihak oleh pemerintah dan bersifat tertutup, serta sebagai pedoman penyelenggara pelayanan

• Dirumuskan sebagai sebuah kesepakatan bersama yang bersifat terbuka

• Sebagai alat kontrol pemerintah • Sebagai instrumen publik untuk mengontrol jalannya penyelenggaraan pelayanan

• Prosedur pelayanan yang cenderung mengatur kewajiban pengguna layanan, tetapi mengabaikan haknya

• Mengatur hak dan kewajiban pengguna layanan dan penyedia layanan secara seimbang

• Pelayanan publik menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah

• Pelayanan publik menjadi urusan dan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan warga masyarakat.

Sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat

dalam peningkatan pelayanan publik, sesuai

Permenpan 13/2009, masyarakat mendapatkan

kesempatan untuk menyampaikan berbagai saran,

masukan dan juga pengaduan terkait dengan

pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia

layanan. Pihak penyedia layanan, yang dalam

konteks ini adalah puskesmas, berkewajiban

memberikan ruang kepada partisipasi masyarakat

serta bersedia merespon berbagai pengaduan,

saran dan masukan dari masyarakat serta bersama-

sama menyusun suatu kesepakatan sebagai upaya

peningkatan pelayanan yang disepakati bersama,

baik dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan yang

didasarkan pada standar pelayanan yang ada.

Pada modul ini, KINERJA akan fokus pada

pendampingan Janji Perbaikan Pelayanan sebagai:

1)yang merupakan salah satu bentuk Pengelolaan

Pengaduan yang didasarkan pada pelaksanaan

survei pengaduan dan 2) bagian dari Kontrak

Layanan Puskesmas.

Untuk informasi yang lebih lengkap, KINERJA telah

mengembangkan satu modul lengkap dan detail

tentang Mekanisme Penanganan Pengaduan.

Modul ini berisi survei pengaduan masyarakat dan

advokasi untuk pengembangan Janji Perbaikan

Layanan Puskesmas yang dapat dimonitoring

pelaksanaannya oleh warga dan pengembangan

rekomendasi teknis untuk pengaduan masyarakat

yang penyelesaiannya harus melalui kebijakan dari

SKPD kesehatan/daerah yang akan disampaikan

kepada dinas kesehatan.

2. Pengelolaan Pengaduan

Pengaduan atau keluhan adalah pernyataan

ketidakpuasan, apapun bentuknya (tertulis maupun

lisan), tentang pelayanan, tindakan dan/atau

kekurangan tindakan yang dilakukan oleh instansi

penyedia pelayanan atau para personilnya yang

mempengaruhi atau dirasakan oleh para pengguna

pelayanan tersebut.

Page 165: Tata Kelola Persalinan Aman

163www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Pengaduan masyarakat terhadap kinerja

pelayanan sangat bermanfaatsebagai ”pintu

masuk” peningkatan kualitas pelayanan. Para

pengguna pelayanan lebih mudah menyatakan

keluhan, pengaduan, atau ketidakpuasan daripada

menyatakankan saran, rekomendasi atau

kepuasan terhadap kinerja pelayanan. Pengaduan

pengguna pelayanan publik biasanya lebih bermotif

tanggungjawab dibanding sekedar penyampaian

kritik dan saran. Keterlibatan langsung dan berulang-

ulang melalui interaksi antara penyedia layanan

dan pengguna layanan adalah alasan yang kuat

mengapa mereka merasa bertanggungjawab untuk

memperbaiki layanan publik.

Penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik

tidak perlu merasa khawatir dan enggan untuk

menghadapi atau menerima pengaduan. Itulah

sebabnya dalam metode ini pengaduan justru

dihimpun melalui curah pendapat dalam lokakarya

Pengelolaan Pengaduan dan survei pengaduan, dan

tidak hanya ditunggu dengan menyediakan kotak

pengaduan.

3. Tahapan Pengelolaan Pengaduan

Sebagai bentuk konkrit dalam usaha untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik, Permenpan

13/2009 menjelaskan empat tahap kegiatan untuk

melakukan Pengelolaan Pengaduan, yaitu seperti

berikut:

3.1 Lokakarya Pengelolaan Pengaduan.

Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi

secara bersama adanya pengaduan

masyarakat atas pelaksanaan tugas dan fungsi

penyelenggara pelayanan publik. Hasil akhir

dari langkah iniadalah adanya daftar pengaduan

yang disepakati antara penyedia dan pengguna

layanan. Daftar pengaduan yang telah

disepakati selanjutnya dijadikan bahan untuk

menyusun kuesioner yang akan digunakan

dalam langkah survei pengaduan masyarakat.

3.2 Survei pengaduan

Daftar pengaduan yang telah disusun dalam

kuesioner dalam langkah Pengelolaan

Pengaduan merupakan input untuk melakukan

survei pengaduan masyarakat. Survei

pengaduan ini sekaligus memperkuat peran

masyarakat dalam meningkatkan kualitas

pelayanan. Hasil yang dicapai dalam langkah

ini yakni tersusunnya lembar indeks pengaduan

masyarakat yang didokumentasi dalam matriks

IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)

3.3 Lokakarya Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Indeks pengaduan yang dihasilkan memberi

masukan yang sistematis tentang indikasi

tingkat pengaduan tertinggi sampai yang

terendah. Untuk kebutuhan tindakan perbaikan,

pelaksanaan lokakarya analisis masalah

Page 166: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

164 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

penyebab pengaduan dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui sebab masalah

dari setiap item pengaduan. Langkah ini

juga menghasilkan rumusan informasi jalan

keluar (solusi) atas setiap penyebab masalah

pengaduan yang muncul, baik solusi yang

bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.

Solusi permasalahan yang bersifat internal

didokumentasi dalam Janji Perbaikan

Pelayanan, sedangkan solusi eksternal

didokumentasi dalam Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan yang seharusnya disampaikan

kepada Dinas Kesehatan agar dipenuhi. Baik

dokumen Janji Perbaikan Pelayanan maupun

dokumen Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

menjadi instrumen utama untuk memulai

langkah perbaikan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik.

3.4 Monitoring dan Evaluasi

Langkah ini bermaksud untuk melakukan

pembuktian status atas masing-masing janji

dan rekomendasi perbaikan pelayanan publik

yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik. Sejumlah pihak yang terlibat

didalam langkah ini antara lain tim peningkatan

kualitas pelayanan, tim pelaksana kualitas

pelayanan publik, serta masyarakat pengguna

pelayanan.

Monitoring dan evaluasi menggunakan dua

pendekatan, yaitu: 1) pendekatan verifikasi janji

dan rekomendasi perbaikan, dan 2) pendekatan

survei ulang. Dengan dua pendekatan tersebut,

monitoring dan evaluasi akan menghasilkan

lembaran cek realisasi janji sebagai bukti telah

dilaksanakan kegiatan monitoring dan indeks

pengaduan masyarakat baru (IPM Baru) sebagai

bukti hasil survei ulang untuk mengetahui tingkat

pemenuhan status dari janji dan rekomendasi

perbaikan pelayanan publik.

4. Survei Pengaduan

Survei pengaduan adalah sebuah metode untuk

menghimpun berbagai keluhan, pengaduan, atau

komplain masyarakat selaku pengguna layanan

atas kinerja pemberi pelayanan. Pemberi pelayanan

secara aktif menggali informasi dari masyarakat

tentang hal-hal yang masih menjadi keluhan

masyarakat melalui wawancara terstruktur dengan

kuesioner.

Kuesioner survei pengaduan disusun berdasarkan

daftar pengaduan masyarakat yang diperoleh dari

Lokakarya Pengelolaan Pengaduan. Lokakarya

Pengelolaan Pengaduan ini diselenggarakan oleh

pemberi pelayanan dengan melibatkan masyarakat

selaku pengguna layanan. Setelah kuesioner

survei pengaduan tersusun, maka tahapan dalam

penyelenggaraan survei pengaduan selanjutnya

adalah sebagai berikut:

4.1 Persiapan

1. Menyiapkan Tim Pelaksana dan tenaga

tambahan sukarela untuk melakukan survei

Page 167: Tata Kelola Persalinan Aman

165www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

2. Menggandakan kuesioner survei

3. Membagi wilayah dan menentukan strategi

kerja

4. Menetapkan jumlah responden

5. Menyiapkan alat bantu

6. Mempublikasikan pelaksanaan survei

kepada masyarakat

7. Menetapkan teknik survei yang akan

dilakukan.

4.2 Pelaksanaan

1. Melakukan wawancara dengan responden

(masyarakat pengguna layanan)

2. Membuat rekapitulasi hasil survei

3. Menyusun Indeks Pengaduan Masyarakat

(IPM)

4. Mempersiapkan dan memasang grafik IPM

di papan informasi

5. Membuat lansiran berita (press release)

6. Mengundang wartawan untuk jumpa pers

7. Mengarsipkan kuesioner dan IPM.

4.3 Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM)

IPM yang dihasilkan dari survei pengaduan

dapat memberikan gambaran indikasi tingkat

pengaduan tertinggi sampai yang terendah.

Hasil inilah yang akan ditindaklanjuti untuk

dicarikan alternatif solusi. Oleh karena itu

mudah dipahami bahwa jika survei pengaduan

ini dilakukan secara kontinu, maka dengan

sendirinya akan terjadi peningkatan kualitas

yang berkesinambungan pada pemberi

pelayanan.

Pembuatan IPM didasarkan pada jumlah total

rekapitulasi akhir. Pernyataan pengaduan

diurutkan berdasarkan jumlah responden yang

mengadu. Pernyataan pengaduan dengan

jumlah responden yang mengadu tertinggi

akan menjadi peringkat kesatu (ranking 1).

Pengaduan peringkat 1 ditempatkan paling

atas, menyusul di bawahnya adalah pengaduan

peringkat 2, demikian seterusnya secara berurut

sesuai peringkatnya.

Dalam membuat IPM dapat menggunakan

cara manual atau dengan menggunakan excel

dalam komputer dengan format Bar dengan

menyusun dari nilai pengaduan yang tertinggi

sampai dengan yang terendah. Setelah IPM

selesai sebaiknya diberi pengantar yang berisi

terima kasih kepada responden yang telah

berpartisipasi dalam survei pengaduan dan hasil

survei ini akan ditindak-lanjuti dengan lokakarya

analisa masalah penyebab pengaduan dan

rencana tindak nyata perbaikan.

5. Mekanisme Pengaduan Lainnya

Perlu dipahami bahwa mekanisme pengaduan

masyarakat tidak hanya dapat diperoleh melalui

SurveiPengaduan Masyarakat, tapi juga ada

beberapa pendekatan lainnya seperti lewat Kotak

Pengaduan/Saran, SMS gateway, dan hotline

telpon. Untuk menjamin bahwa masyarakat

Page 168: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

166 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

ingin memberikan pengaduannya, maka penting

bagiunit layanan kesehatan (puskesmas)

mengembangkan mekanisme Pengelolaan

Pengaduan. Masyarakat perlu terinformasi tentang

adanya layanan pengaduan yang disediakan oleh

puskesmasuntukdigunakan oleh masyarakat dalam

menyatakan pengaduan/keluhan terkait layanan

kesehatan mereka. Selain informasi tentang

adanya layanan pengaduan, informasi tentang

SOP penanganan pengaduan tersebut perlu juga

diinformasikan secara jelas dan SOP tersebut

mudah diakses dan dibaca oleh masyarakat.

Dalam mengembangkan mekanisme penanganan

pengaduan, unit layanan kesehatan perlu melibatkan

tim yang terdiri dari staf puskesmas, perwakilan

MSF atau Komite Kesehatan Kecamatan/Badan

Pertimbangan Kesehatan atau perwakilan PKK,

Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, kader kesehatan

dan pemerhati kesehatan lainnya diwilayah

Puskesmas. Keterlibatan perwakilan masyarakat

ini penting sebagai bentuk pengawasan publik

terhadap Pengelolaan Pengaduan oleh unit layanan,

sertauntuk menjamin bahwa pengaduan dari

masyarakat memang ditanggapi secara serius oleh

Puskesmas.

Selain itu, perwakilan masyarakat ini dapat

menjadi ‘promotor’ ditingkat masyarakat dalam

menginformasikan mekanisme pengaduan di unit

layanan dan menginformasikan tentang keseriusan

unit layanan dalam menanggapi pengaduan

masyarakat. Dengan promosi semacam ini ditingkat

masyarakat, maka bisa lebih dijamin keaktifan

masyarakat dalam memberikan tanggapan terhadap

pelayanan yang mereka terima.

6. Janji Perbaikan Layanan

Janji Perbaikan Layanan merupakan salah satu

upaya penting dalam peningkatan pelayanan publik.

Hal ini sesuai dengan amanat Undang Undang No.

25/2009 tentang Pelayanan Publik dan Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 13/2009 tentang Pedoman Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi

Masyarakat. KINERJA mendorong Puskesmas

sebagai organisasi pelayanan publik untuk dapat

meningkatkan pelayanannya melalui penguatan di

sisi penyedia layanan dan juga penerima layanan.

Janji Perbaikan Layanan Puskesmas merupakan

suatu strategi untuk memberikan jaminan kualitas

penyedia layanan agar semakin responsif terhadap

kebutuhan masyarakat, serta semakin akuntabel

dalam memberikan pelayanan baik kepada

pemerintah maupun masyarakat melalui monitoring

kinerja pelayanan.

Beberapa prasyarat penting untuk mewujudkan

pelayanan publik yang semakin baik antara lain:

1. Komitmen Pimpinan

2. Perubahan pola pikir (paradigma) terhadap

fungsi pelayanan

3. Partisipasi masyarakat pengguna layanan

4. Saling percaya

Page 169: Tata Kelola Persalinan Aman

167www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

5. Kesadaran penyelenggara dan pelaksana

pelayanan publik

6. Keterbukaan

7. Ketersediaan Anggaran

8. Tumbuhnya rasa memiliki

9. Adanya respon atau tindakan nyata perbaikan

10. Kejujuran

11. Realistis dan cepat

12. Umpan balik terhadap masukan dari masyarakat

13. Keberanian dan kebiasaan menerima

pengaduan

14. Memulai dengan hal sederhana dan menjadikan

keberhasilan sebagai motivasi melakukan hal

yang lebih besar.

Banyak pihak yang terlibat dalam Pengelolaan

Pengaduan ini antara lain:

1. Kepala Puskesmas

2. Petugas pelayanan di Puskesmas

3. Perwakilan masyarakat/MSF/Badan Penyantun

Puskesmas

4. Bidan koordinator

5. Masyarakat pengguna layanan puskesmas

setempat

6. Organisasi Masyarakat/LSM pemerhati

pelayanan kesehatan

7. Tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

7. Pengembangan Janji Perbaikan Layanan

Setelah gambaran Indeks Pengaduan Masyarakat

diketahui, dilakukan Lokakarya Analisis Masalah

Penyebab Pengaduan. Lokakarya ini bertujuan

untuk mendalami penyebab setiap pengaduan

yang ada, untuk dicarikan solusinya. Prioritas solusi

internal yang sudah diidentifikasikan kemudian

disusun dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan

puskesmas. Untuk solusi eksternal, perlu disusun

suatu dokumen Rekomendasi Perbaikan Layanan

yang akan diserahkan pada Dinas Kesehatan dan

Pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti.

Penyusunan Janji Perbaikan Layanan tersebut

dilakukan dengan melibatkan pemberi dan pengguna

layanan.

Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun

selanjutnya dipublikasikan kepada masyarakat

dalam bentuk poster, brosur, atau media cetak lain

yang kreatif. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

dapat turut memantau proses perbaikan layanan

yang dilakukan.

Metode pemantauan dan evaluasi Janji dan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan terdiri daridua

pendekatan:

1. Verifikasi Status Janji dan Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan

2. Mengulangi survei pengaduan masyarakat

dengan menggunakan kuesioner yang

sama pada saat survei sebelumnya dan

membandingkan hasil (Indeks Pengaduan

Masyarakat) yang diperoleh dari kedua survei

tersebut.

Page 170: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

168 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

1. Pengkajian kondisi

a) Inventarisasi SOP dan Standar Layanan

yang ada: mengumpulkan data mengenai

jumlah dan jenis SOP yang ada;

Panduan Pelaksanaan

1. Tahap persiapan

1.1 Sosialisasi internal unit layanan untuk membangun komitmen internal, dari pimpinan/pembuat keputusan sampai staff unit layanan

Dalam tahap persiapan ini penting untuk unit

layanan puskesmas mensosialisasikan secara

internal tentang kebutuhan untuk mendengarkan

masukan/keluhan/pengaduan dari masyarakat

menjadi bahan untuk perbaikan layanan

puskesmas mereka.

Unit layanan perlu diyakinkan bahwa

pengaduan/keluhan masyarakat ini bukanlah

bentuk ‘kritikan dan penghakiman’ yang diajukan

oleh masyarakat terhadap petugas pelayanan,

tapi hal ini justru menjadi pintu masuk untuk

dapat melibatkan masyarakat untuk bersama-

sama bertanggungjawab dalam mewujudkan

pelayanan publik yang lebih baik dan responsive

terhadap kebutuhan masyarakat.

1.2 Membuka ruang partisipasi bagi masyarkat

Ruang ini berada dalam bentuk pengaduan

yang kemudian direspons secara memadai

oleh layanan kesehatan dalam bentuk Janji

Perbaikan Layanan menjadi penting dalam

mendorong keterlibatan yang lebih besar dari

masyarkat di kemudian hari.

1.3 Pembentukan tim kecil unit penanganan pengaduan masyarakat

Menunjuk sekelompok orang yang terdiri dari

pimpinan dan staf unit layanan serta perwakilan

dari pemangku kepentingan kunci tingkat

puskesmas (misalnya Forum multi stakeholder/

multi pihak/komite kesehatan kecamatan/badan

pertimbangan kesehatan, atau pemerintah

kecamatan/desa, perwakilan PKK, Toga, Toma,

kader kesehatan dan pemerhati kesehatan

lainnya di wilayah Puskesmas) dengan gender

seimbang dan mengakomodir kelompok rentan

yang akan membantu unit layanan dalam

merancang dan melakukan survei pengaduan

masyarakat dan dalam penyusunan Janji

Perbaikan Layanan. Tim kecil dapat berfungsi

sebagai motor penggerak dari pelaksanaan

survei pengaduan dan fasilitator untuk

pengembangan Janji Perbaikan Layanan.

1.4 Pengembangan rencana aksi (POA)

Ada beberapa aktifitas penting dalam

pelaksanaan survei pengaduan masyarakat ini

Page 171: Tata Kelola Persalinan Aman

169www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

yang perlu dikembangkan dalam rencana aksi

(aktifitas kegiatan).

No Detail Aktifitas Penanggung jawab

Waktu Pelaksanaan

1 Sosialisasi tentang survei pengaduan untuk membangun komitmen

2 Lokakarya/FGD pengembangan kuesioner survei pengaduan

3 Pelaksanaan Survei pengaduan4 Pengolahan data dan pembangan Index

Pengaduan Masyarakat (IPM)5 Lokakarya Analisa Penyebab Pengaduan

Masyarakat dan Rekomendasinya6 Penyusunan janji perbaikan layanan dan

rekomendasi teknis 7 Pengesahan Janji perbaikan layanan dan

Sosialisasi pada masyarakat 8 Pertemuan teratur di Puskesmas untuk

monitoring dan pertemuan dengan lintas sector untuk melaporkan kemajuan dari pelaksanaan janji perbaikan layanan

9 Pengembangan rencana survei pengaduan berikutnya

2. Tahap Pelaksanaan

2.1 Sosialisasi awal untuk membangun komitmen antar pemangku kepentingan

Dalam kegiatan membangun komitmen antar

pemangku kepentingan untuk pelaksanaan

survei dan meningkatkan partisipasi masyarakat

sebagai responden survei pengaduan,

maka dibutuhkan adanya sosialisasi awal

tentang pentingnya masukan/pengaduan

dari masyarakat untuk perbaikan pelayanan

puskesmas.

Sosialisasi awal dapat dilakukan oleh

puskesmas sebagai unit layanan secara

terintegrasi dalam kegiatan musrenbang

bersama lintas sektor, dan kegiatan lokakarya

mini (bersama masyarakat) yang dihadiri oleh

Page 172: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

170 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

perwakilan Dinas Kesehatan, Forum multi

stakeholder/multi pihak/komite kesehatan

kecamatan/badan pertimbangan kesehatan,

atau pemerintah kecamatan/desa, perwakilan

PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan

pemerhati kesehatan lainnya diwilayah

Puskesmas.

Dalam sosialisasi ini perlu diinformasikan

tentang apa itu survei pengaduan dan kemudian

mendiskusikan bagaimana responden

survei pengaduan akan diidentifikasi dan

mekanisme pengumpulan data lapangan. Input

dan masukan dari pemangku kepentingan

perlu dicatat sebagai masukan untuk

menyempurnakan pelaksanaan pada tahap

berikutnya.

2.2 Pengembangan dan penyiapan instrumen/kuesioner

Pengembangan kuesioner dapat dilakukan lewat

beberapa tahapan antara lain melalui Diskusi

Kelompok Terarah (FGD) dan dilanjutkan

dengan lokakarya antar pemangku kepentingan

untuk membahas isu pengaduan yang akan

dimasukkan dalam kuesioner survei

Diskusi Kelompok Terarah (FGD):

• Diskusi Kelompok Terarah ini penting

untuk dilakukan oleh unit layanan yang

sebelumnya belum pernah melakukan survei

pengaduan masyarakat;

• Diskusi perlu dilakukan dengan masyarakat

yang pernah mengakses layanan

puskesmas (layanan pemeriksaan

kehamilan dan nifas, konseling IMD dan

ASI Eksklusif) untuk menggali keluhan/

pengaduan mereka terhadap layanan

kesehatan yang pernah mereka jalani.

Penting untuk menjamin bahwa keterwakilan

dari perempuan sebagai konsumen

utama dari layanan kesehatan KIA dan

juga laki-laki yang pernah mendampingi

pasangannya dalam mengakses layanan

tersebut;

• Temuan-temuan utama topik pengaduan

masyarakat yang didapat dari FGD

ini, kemudian dijadikan daftar keluhan/

pengaduan masyarakat dalam draf

kuesioner.

2.3 Lokakarya pengembangan kuesioner pengaduan

Lokakarya ini dilakukan dengan tujuan

untuk memfinalisasi daftar pengaduan

masyarakat yang didapat melalui proses FGD

ke dalam bentuk kuesioner atau (apabila

FGD tidak dilaksanakan sebelumnya) untuk

mengembangkan kuesioner pengaduan

berdasarkan masukan peserta lokakarya.

Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh

perwakilan dari dinas kesehatan, Forum multi

stakeholder/multi pihak/komite kesehatan

kecamatan/badan pertimbangan kesehatan,

atau pemerintah kecamatan/desa, perwakilan

PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan

pemerhati kesehatan lainnya diwilayah

Puskesmas dengan gender yang seimbang.

Page 173: Tata Kelola Persalinan Aman

171www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Pada akhir lokakarya diharapkan adanya

kesepakatan terhadap point-point pengaduan

masyarakat yang tertera dalam kuesioner

pengaduan yang akan ditanyakan kepada

responden atau masyarakat yang lebih luas

dalam bentuk survei.

2.4 Pelaksanaan Survei Pengaduan Keluhan Masyarakat

Pelaksanaan survei pengaduan dilakukan

dengan mengacu pada Seri Pembelajaran

Mekanisme Pengelolaan Pengaduan KINERJA

dan Pedoman Pelaksanaan Permenpan 13

tahun 2009.

Sampling responden dilakukan berdasarkan

purposive sampling, dengan penghitungan

berdasarkan tabel Morgan atau 25% dari

jumlah populasi berdasarkan jumlah ibu hamil

yang dilayani puskesmas dan pasangannya.

Jumlah sampel minimal 100 orang (perempuan

dan pasangannya laki-laki) yang tinggal di

wilayah kerja unit layanan terkait, yang pernah

mengakses layanan Persalinan Aman, Inisiasi

Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

2.5 Pengembangan Index Pengaduan Masyarakat (IPM)

Index pengaduan masyarakat merupakan hasil

tabulasi/penghitungan dari masing-masing

topik/pertanyaan pengaduan, dimana dilakukan

ranking terhadap pertanyan/topik pengaduan

mulai dari pengaduan/pertanyaan yang paling

banyak dilaporkan atau dikeluhkan oleh

masyarakat sampai pengaduan yang paling

sedikit dikeluhkan masyarakat.

Contoh rekap pengaduan disajikan dalam

bentuk tabel, seperti contoh berikut.

Page 174: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

172 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Indeks pengaduan masyarakat ini menjadi alat

penting bagi pengelola/manejer puskesmas

untuk menentukan prioritas pengaduan

masyarakat yang bisa ditindak lanjuti oleh

puskesmas kedepannya.

Indeks Pengaduan Masyarakat dapat

dikembangkan oleh tim kecil yang dibuat

Puskesmas.

2.6 Analisa Penyebab Keluhan Masyarakat dan Rekomendasi melalui lokakarya

Analisa penyebab keluhan masyarakat dan

identifikasi tindak lanjutnya biasanya dilakukan

melalui suatu lokakarya. Dalam lokakarya

ini dianalisis akar penyebab pengaduan

masyarakat – baik terkait manejemen layanan

ditingkat layanan kesehatan ataupun terkait

kebijakan/program/anggaran ditingkat dinas

kesehatan/institusi SKPD lainnya (Lihat matriks

di bawah). Setelah akar masalah diidentifikasi

maka solusi/rekomendasi untuk mengatasi

keluhan/pengaduan masyarakat dapat

dikembangkan/ direncanakan baik ditingkat

puskesmas (dari solusi internal - sebagai bahan

dokumen Janji Perbaikan Layanan) dan juga

diajukan ke dinas kesehatan/institusi pemerintah

lainnya ditingkat Kabupaten/Kota (dari solusi

eksternal)

Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh

pihak puskesmas dan juga perwakilan dinas

kesehatan serta Forum multi stakeholder/multi

pihak/komite kesehatan kecamatan/badan

pertimbangan kesehatan, atau pemerintah

kecamatan/desa, perwakilan PKK, Toga, Toma,

kader kesehatan dan pemerhati kesehatan

lainnya diwilayah Puskesmas.

Lihat Buku Saku Mekanisme Pengelolaan

Pengaduan KINERJA dan Pedoman

Pelaksanaan Permenpan 13/2009 untuk lebih

detail.

NO PERNYATAAN PENGADUAN PENYEBAB

SOLUSI

INTERNAL EKSTERNAL

1

2

3

4

5

6 dstnya

Page 175: Tata Kelola Persalinan Aman

173www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

2.7 Penyusunan Janji Perbaikan Layanan (tingkat Puskesmas) dan Rekomendasi Teknis kepada tingkat daerah

Dari hasil analisa penyebab pengaduan dan

identifikasi solusi internal, maka tim kecil

penanganan pengaduan puskesmas perlu

membuat prioritas solusi internal yang akan

mampu diselesaikan dalam waktu 1 tahun

mendatang.

Prioritas solusi internal yang sudah

diidentifikasikan ini kemudian disusun dalam

bentuk Janji Perbaikan Layanan Puskesmas.

Untuk solusi eksternal, perlu disusun suatu

dokumenrekomendasi teknis yang akan

diserahkan pada dinas kesehatan dan

pemerintah daerah lainnya untuk ditindaklanjuti.

2.8 Pengesahan Janji Perbaikan Layanan oleh Kepala Puskesmas dan Sosialisasi pada masyarakat

Janji Perbaikan Layanan yang dikembangkan

di tingkat unit layanan ditandatangani oleh

Kepala Puskesmas/Kepala Unit Layanan, dan

disaksikan oleh perwakilan masyarakat sipil

(misalnya perwakilan forum multi stakeholder

atau perwakilan masyarakat lainnya) dan oleh

Kepala Dinas Kesehatan.

Dokumen Janji Perbaikan Layanan ini juga

perlu disahkan oleh Kepala Daerah dan Kepala

DPRD.

Janji Perbaikan Layanan tersebut harus

disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah

kerja puskesmas, baik melalui pertemuan

sosialisasi ataupun melalui publikasi dokumen

Janji Perbaikan Layanan di tempat-tempat

publik, melalui radio dll.

2.9 Pertemuan teratur internal Puskesmas monitoring Janji Perbaikan Layanan dan pertemuan teratur lintas sektor untuk melaporkan kemajuan dari pelaksanaan Janji Perbaikan Layanan

Bagian terpenting dari Janji Perbaikan Layanan

adalah implementasi pemenuhan janji perbaikan

layanan, dan juga monitoring sejauh mana janji

tersebut sudah dipenuhi.

Pengelola/manejer puskesmas perlu

mencermati capaian/progress dari pemenuhan

janji layanan dan mengintegrasi janji tersebut

dalam perencanaan dan penganggaran ditingkat

puskesmas.

Dan sebagai bagian dari akuntabilitas layanan,

masyarakat dan/perwakilan masyarakat perlu

selalu diinformasikan kemajuan dari pemenuhan

janji layanan tersebut. Selain itu masyarakat

juga bisa diajak berdiskusi untuk mencari

pemecahan masalah apabila diidentifikasi

adanya tantangan untuk dapat memenuhi

Janji Perbaikan Layanan tersebut. Mobilisasi

masyarakat menjadi aset penting untuk dapat

mendorong adanya pemenuhan layanan

kesehatan yang berkualitas.

Page 176: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

174 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

2.10 Pengembangan Rencana Survei Pengaduan Berikutnya

Menurut aturan, survei pengaduan

masyarakat perlu dilakukan secara berkala,

minimal setahun sekali yang diikuti dengan

Janji Perbaikan Layanan untuk mengatasi

pengaduan tersebut. Siklus di atas perlu

diulangi lagi dengan pendekatan yang sama.

3. Tahap Monitoring & Evaluasi

Dalam proses monitoring yang penting diperhatikan

adalah:

• Apakah kegiatan sesuai dengan perencanaan?

○ Kalau tidak sesuai, atau dampaknya

kurang, apa yang perlu ditambahkan atau

direncanakan?

Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:

• Apakah kegiatan sudah sesuai dengan janji

layanan?

• Bagaimana keterlibatan masyarakat (dengan

gender seimbang) dalam melakukan monitoring

implementasi janji layanan?

• Apakah ada kendala dan tantangan dalam

implementasi/pelaksanaan Janji Perbaikan

Layanan?

• Apakah ada kegiatan diluar rencana?

Sebaiknya MSF dilibatkan dalam tahap monitoring

dan evaluasi Janji Perbaikan Layanan.

Berikut adalah sebuah contoh matriks yang dapat

digunakan pada saat monitoring dan evaluasi Janji

Perbaikan Layanan. Isi sebelah kiri harus sama

dengan Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun

dan tidak boleh diubah.

Page 177: Tata Kelola Persalinan Aman

175www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Pengaduan Janji Perbaikan Layanan Status Realisasi

Janji

Kegiatan yang sudah dilakukan

Tindak lanjut

1. Alat kontrasepsi gratis masih diperjualbelikan

1.1. Puskesmas melakukan koordinasi dengan Dinkes dan BPMPKB terkait distribusi Alkon yang berlabel gratis

Sudah Kebutuhan alkon langsung dikomunikasikan ke BPMPKB

1.2. Memberikan peringatan dan sanksi kepada petugas puskesmas dan jaringannya apabila memperjualbelikan alkon gratis

Sudah

2. Tidak ada tempat untuk pelaksanaan di posyandu

2.1. Tidak ada tempat untuk pelaksanaan di posyandu

Sudah

2.2. Puskesmas mensosialisasikan dan mendiskusikan kembali konsep posyandu adalah milik masyarakat.

Sudah Puskesmas melakukan koordinasi dengan stake holder terkait lainnya seperti tomas, tokoh agama untuk meningkatkan peran dan pengembangan posyandu bersama semua pihak.

Page 178: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

176 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Pengaduan Janji Perbaikan Layanan Status Realisasi

Janji

Kegiatan yang sudah dilakukan

Tindak lanjut

3. Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) kurang

3.1. Meningkatkan KIE petugas dan frekwensi sosialisasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui kelas Ibu tingkat kelurahan, misalnya dengan menggunakan lembar balik, Buku KIA, Poster dll.

Sudah Pembuatan dan pemasangan poster untuk sosialisasi kelas ibu hamil. Pembuatan lembar balik tentang IMD dan ASI Ekslusif yang sekarang tersedia di loket.

3.2. Meningkatkan pelayanan konsultasi KIA pada Bumil saat pemeriksaan kehamilan dan kunjungan ke puskesmas, puskel, poskeskel, posyandu.

Belum Diskusi antara staf Puskesmas dan bidan desa tentang penyuluhan yang dibutuhkan.

…. …. …. …. ….

Contoh Praktek Baik

a) Pelaksanaan Kotak Saran di Puskesmas Batua, Kota Makassar

Kota Makassar telah menerapkan kotak saran

di setiap Puskesmas di seluruh wilayahnya.

Kotaksaran tersebut dibuka dan dibahas setiap

bulan dengan melibatkan kader posyandu dan MSF,

sehingga penyelesaian dan tindak lanjut disepakati

dan dilakukan secara bersama sehingga beban

tidak hanya pada Puskesmas tetapi juga pada

masyarakat. Kotak saran ini seharusnya terkunci,

dan kuncinya dipegang oleh staf kesehatan seperti

bidan atau kader.

b) Pelaksanaan SMS Gateway di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang

Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, di daerah

pinggir laut di Kabupaten Bengkayang, Provinsi

Page 179: Tata Kelola Persalinan Aman

177www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Kalimantan Barat, telah memiliki kotak saran sejak

lama. Namun, staf Puskesmas mengakui jarang ada

saran dan pengaduan di dalamnya.

Oleh karena ini, Kepala Puskesmas memutuskan

untuk melaksanakan SMS Gateway di

Puskesmasnya. Semua staf menyepakati untuk

mengadakan dan mempublikasikan tiga nomor HP

agar pasien dapat memberi pengaduan secara

langsung dan cepat. Dari nomor HP ini, satu

dipegang oleh Kepala Puskesmas, satu dipegang

oleh Bidan Koordinator, dan satu dipegang staf lain.

Sejak percetakan spanduk dengan informasi SMS

Gateway dan nomor HP tersebut, sudah sangat

lebih banyak saran disampaikan oleh pasien kepada

staf Puskesmas. Semua saran dan pengaduan

dicatat dalam buku pengaduan, dan kalau tidak

dapat langsung dibalas, saran tersebut dibahas

pada lokakarya mini bulanan.

Page 180: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

178 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

c) Contoh Instrumen Pengaduan Kabupaten Bener Meriah

Page 181: Tata Kelola Persalinan Aman

179www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

d) Contoh Janji Perbaikan Layanan, Puskesmas Sekadau, Kab. Sekadau

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file

dalam CD yang terlampir.

Page 182: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

180 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Page 183: Tata Kelola Persalinan Aman

181www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Page 184: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 185: Tata Kelola Persalinan Aman

183www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

77Strategi Promosi Kesehatan untuk Persalinan Aman

Page 186: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

184 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Strategi Promosi Kesehatan untuk Persalinan Aman

Deskripsi Modul

Modul ini menguraikan tentang strategi promosi

kesehatan yang digunakan KINERJA dalam program

Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif yang dapat

diterapkan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas

untuk meningkatkan kinerja program menjadi lebih

partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan

inovatif melalui pendekatan utama KINERJA dengan

penguatan sisi demand dan supply. Oleh karena

itu modul ini juga membahas strategi promosi

yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna

layanan. Di samping dapat digunakan sebagai

panduan dalam melakukan promosi kesehatan

oleh puskesmas dan dinas kesehatan, modul ini

juga dimaksudkan sebagai acuan bagi fasilitator

dalam menyelenggarakan pelatihan tentang strategi

promosi kesehatan yang efektif.

Sasaran Pengguna

1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)2. Konsultan/Pelatih3. Fasilitator kesehatan4. Staf Dinas Kesehatan5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan

desa6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader

kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).

Modul 7

........membahas

strategi promosi yang melibatkan

masyarakat sebagai pengguna

layanan.

Page 187: Tata Kelola Persalinan Aman

185www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:

1. Mampu menjelaskan pentingnya promosi

kesehatan

2. Mampu menjelaskan beberapa metode promosi

kesehatan dan perbedaannya

3. Mampu menganalisir kebutuhan wilayah

terhadap isu apa yang perlu dipromosikan

4. Mampu mendesain strategi promosi kesehatan,

termasuk sasaran, tujuan, dan metode promosi

5. Mampu melaksanakan kegiatan dan kampayne

promosi kesehatan.

Pokok Bahasan

1. Latar Belakang

2. Strategi Promosi Kesehatan

3. Jenis dan Media Promosi

4. Promosi Persalinan Aman

5. Komitmen Persalinan Aman

Metode

Sesi pelatihan

1. Pemaparan materi

2. Self-assessment

3. Diskusi dan tanya jawab

4. Latihan kelompok

5. Presentasi hasil latihan

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Umum

Tujuan lokakarya agar peserta mampu menyusun

dan mengimplementasikan strategi promosi

kesehatan yang inovatif sebagai upaya menjalankan

manajemen pelayanan puskemas yang baik dengan

paradigma yang kuat pada pencegahan.

Tujuan Khusus

Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan

mampu menjadi fasilitator untuk memberikan

pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit

pelayanan kesehatan.

Setelah mengikuti TOT, peserta akan:

1. Mampu menawarkan strategi dan metode

promosi kesehatan yang efektif dan partisipatif

yang telah dilakukan di daerah lain (praktek

baik)

2. Mampu mendesain strategi dan metode promosi

kesehatan yang sesuai dengan kearifan lokal

3. Mampu memberikan penguatan terhadap

strategi promosi kesehatan

4. Mampu memberikan pemahaman tentang

pelaksanaan monitoring dan evaluasi promosi

kesehatan

5. Mampu melaksanakan kegiatan dan kampanye

promosi kesehatan.

Page 188: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

186 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Sesi pelaksanaan:

1. Sosialisasi materi

2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/

Dinas Kesehatan

3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan

lintas sektor dan para pemangku kepentingan.

Alat dan bahan

1. LCD Projector

2. Laptop

3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board

4. Alat tulis

5. Materi Presentasi.

Waktu

Sesi pelatihan: Satu hari

Hari I:

Waktu Pokok Bahasan

1 x 45 menit

PembukaanPenjelasan singkat tentang Program KINERJA dan pengantar pelatihan Promosi KesehatanBina Suasana

1 x 45 menit

Self-assessment: Diskusi kelompok identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan promosi kesehatan saat ini

2 x 45 menit

Penyajian materi: Promosi kesehatan: konsep, strategi, dan pelaksanaannyaDiskusi dan tanya jawab

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

a) Pengantar

• Fasilitator membuka sesi dengan

menyampaikan pentingnya promosi

kesehatan sebagai bagian dari pelaksanaan

pelayanan puskesmas yang partisipatif,

akuntabel, responsive, transparan dan

inovatif. Penyusunan dan penerapan strategi

promosi kesehatan dengan melibatkan

berbagai unsur termasuk masyarakat

merupakan salah satu mekanisme untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam program, sehingga pencapaian SPM

menjadi lebih mudah.

• Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan

selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x

45 menit per hari. Peserta diharapkan aktif

dalam setiap sesi, baik sesi penyajian materi

maupun sesi diskusi dan penugasan.

• Fasilitator melakukan bina suasana untuk

mencairkan situasi sebelum memulai

pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan

misalnya: perkenalan, mapping harapan

Waktu Pokok Bahasan

3 x 45 menit

Diskusi kelompok: Menyusun rencana promosi kesehatan untuk program Persalinan AmanPemaparan hasil diskusi

1 x 45 menitRencana tindak lanjutPenutupan

Page 189: Tata Kelola Persalinan Aman

187www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

menyusun rencana promosi kesehatan

untuk program Persalinan Aman. Rencana

ini disusun dengan memperhatikan hasil

self-assessment yang telah dilakukan

sebelumnya, dan diperkaya dengan materi

yang disampaikan narasumber.

c) Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana

tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan

kontribusi aktif peserta. Rencana tindak

lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah

konkrit yang akan dilakukan baik oleh OMP,

LPSS, MSF, maupun Puskesmas dan Dinas

Kesehatan untuk mulai menerapkan beberapa

pendekatan strategi promosi kreatif untuk

program Persalinan Aman. Selanjutnya fasilitator

menutup sesi dengan menarik kesimpulan

dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta

menekankan kembali beberapa hal yang akan

dilakukan sesuai dengan rencana tindak lanjut

yang telah disusun.

peserta dan permainan yang memotivasi

peserta.

b) Proses pelatihan

Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Gunakan media pembelajaran yang sesuai

untuk memudahkan penangkapan peserta.

Bahan presentasi dapat menggunakan bahan

yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode

interaktif, dengan mengutamakan peran aktif

dari seluruh peserta. Minta peserta untuk

menyampaikan pendapatnya terkait dengan

topik yang tengah dibahas.

Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk

mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu

komentar atas pertanyaan peserta kepada

peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak

hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah

memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan

jika ada proses diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

• Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar

• Sesi II: Melaksanakan self-assessment

untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan, serta capaian

pelaksanaan promosi kesehatan saat ini.

• Sesi III: Nara sumber menyajikan materi

tentang konsep, strategi dan pelaksanaan

promosi kesehatan, khususnya dalam

program Persalinan Aman

• Sesi IV: Minta kelompok untuk melakukan

diskusi secara berkelompok. Dengan tujuan

Page 190: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

188 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Uraian Substansi

1. Latar Belakang

Dari hasil penelitian WHO pada tahun 2012,

Indonesia masih memiliki Angka Kematian Ibu (AKI)

yang terlalu tinggi, dimana 359 ibu per 100.000

kehidupan lahir meninggal dunia tiap tahun. Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga sangat tinggi,

dengan 34 bayi yang meninggal per 1.000 kelahiran

hidup, atau sekitar 80.000 anak bayi baru lahir

meninggal dunia saat berusia kurang dari sebulan.

Apabila pemahaman masyarakat terhadap

Persalinan Aman masih rendah, maka pemanfaatan

pemeriksaan kehamilan, persalinan dengan tenaga

kesehatan terlatih dan di fasilitas kesehatan,

penerapan IMD, dan pemberian ASI Eksklusif

secara langsung akan rendah pula. Terbatasnya

pengetahuan ini juga mengakibatkan masyarakat

tidak dapat memahami dengan baik apakah

pelayanan yang diberikan kepadanya sudah sesuai

dengan standar yang ada (seperti standar yang

diatur oleh Standar Pelayanan Minimal).

Untuk itu, perlu ada upaya yang efektif dari

pemerintah dan unit layanan kesehatan dalam

mengatasi permasalahan tersebut. Promosi

kesehatan menjadi bagian penting dan melekat

dalam tugas pokok dan fungsi dari sebuah instansi

penyedia layanan kesehatan.

Sebenarnya komitmen untuk melaksanakan promosi

kesehatan yang selalu digaungkan mulai dari

tingkat nasional sampai ke tingkat kecamatan masih

sangat rendah. Terbukti dari rendahnya pendanaan,

kapasitas SDM yang tersedia dan memahami

strategi promosi kesehatan, serta strategi promosi

kesehatan yang masih sangat lemah. Kalangan

kesehatan lebih banyak melakukan strategi promosi

secara generik seperti memberi penyuluhan secara

tradisional dengan menggunakan cara lisan pada

kegiatan posyandu, atau menggunakan alat bantu

poster dan leaflet. Kalangan kesehatan juga sangat

jarang melakukan evaluasi terhadap dampak dari

strategi promosi kesehatan yang sudah dijalankan

selama ini.

Selain itu, promosi kesehatan selama ini terbatas

didominasi dilakukan oleh petugas kesehatan,

padahal petugas kesehatan belum tentu memiliki

kemampuan komunikasi yang baik. Keterlibatan

masyarakat dan lintas sektor untuk melakukan

promosi kesehatan masih rendah. Padahal

masyarakat (LSM, ulama, media, akademisi, swasta,

dan lainnya) serta lintas sektor (Dinas Pendidikan

dan Kementerian Agama di daerah) memiliki potensi

yang besar untuk mempengaruhi masyarakat

terhadap perilaku dan persepsi yang kurang

mendukung kesehatan individu dan masyarakat.

Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang

dirancang dengan tujuan melakukan perubahan atau

perbaikan baik secara perorangan maupun bersama

dalam masyarakat, organisasi dan lingkungan yang

diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat

keputusan yang sehat. Di dalam KMK No. 1114/

Menkes/SK/VII/2005 disebutkan bahwa promosi

kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran

dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar

Page 191: Tata Kelola Persalinan Aman

189www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya

setempat dan didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan yang

dilakukan dengan baik akan mampu meningkatkan

kemampuan (pemberdayaan) masyarakatdalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Promosi kesehatan ibu dan anak dimaksudkan untuk

mencerdaskan masyarakat mengenai kesehatan

ibu dan bayi, yang dalam paket dukungan KINERJA

terbatas pada Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif. Dengan demikian, masyarakat memahami

hak-haknya terhadap pelayanan tersebut sehingga

masyarakat dapat mengawasi dan menuntut hak-

haknya ketika mereka menggunakan pelayanan

kesehatan baik di fasilitas publik maupun swasta.

Sebagai program pemberdayaan masyarakat,

diperlukan langkah-langkah efektif untuk

memberikan penyadaran dan pencerdasan

kepada masyarakat tentang pentingnya persalinan

aman. Paket dukungan KINERJA membangun

kesadaran tentang manfaat pemeriksaan kehamilan

minimal empat kali, dan persalinan dengan tenaga

kesehatan dan di fasilitas kesehatan. Proses

pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-

kelompok potensial yang sudah mengakar di

masyarakat, serta melibatkan seluruh komponen-

komponen masyarakat. Proses tersebut dilakukan

dengan berbagai upaya untuk mempengaruhi

lingkungan yang menyangkut pendidikan,

organisasi, termasuk kebijakan dan peraturan

perundangan.

2. Strategi Promosi

Dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan

diperlukan keterlibatan dinas kesehatan, puskesmas

dan masyarakat. Strategi tersebut dipersyaratkan

menjadi bagian program Dinas Kesehatan Bidang

Pelayanan terutama Sub-Bidang Promosi Kesehatan

yang dianggarkan secara rutin tiap tahun dalam

jumlah yang memadai, termasuk kegiatan promosi

KIA. Kegiatan dalam strategi promosi dilakukan

dengan target meningkatkan pengetahuan tenaga

kesehatan tentang informasi teknis terkait KIA

(supply side) dan kegiatan penyebaran informasi

bagi masyarakat terutama bagi keluarga yang

memiliki ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Strategi promosi akan efektif dan dapat menjadi

booster sehingga seorang atau sekelompok orang

lebih mudah memahami jika memenuhi beberapa

kriteria berikut ini:

1. Anchor, dilakukan pada momen yang mudah

orang ingat. Misal, acara nikah (hari penting bagi

pasangan),

2. Massa, yaitu menciptakan gerakan banyak

massa yang terlibat. Misal, festival atau gelar

seni, facebook, dan social media lainnya

3. Si lemah melawan yang kuat, yaitu kondisi

promosi kesehatan yang membela kaum lemah

(ibu dan anak) yang tidak berdaya. Misal,

ibu dan anak ditindas oleh keluarga untuk

memberikan susu formula;

4. Penyampai yang menarik dan menjadi panutan

masyarakat, misal ulama atau tokoh masyarakat

yang menyampaikan akan lebih didengar dari

pada bukan tokoh masyarakat.

Page 192: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

190 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

5. Terus menerus (repetitive), promosi yang dapat

dilihat, didengar dan dibaca setiap hari atau

momen oleh masyarakat. Misal, baliho yang

komunikatif pada tempat-tempat strategis.

6. Singkat, padat, dan mudah diingat, yaitu suatu

pesan (tulisan dan atau gambar) yang mudah

dipahami dalam konsep awam tetapi gambar

dan kalimat itu menjadi khas. Jika orang

mengulang kalimat itu sudah menunjukkan

kekhasan isu itu.

Sedangkan dalam Kepmenkes 585/2007 dijelaskan

adanya 4 strategi dasar promosi kesehatan yang

meliputi1) Pemberdayaan, (2) Bina suasana, (3)

Advokasi, dan (4) Kemitraan. Promosi kesehatan

di Puskesmas hendaknya dikembangkan dengan

mengacu pada 4 strategi dasar tersebut disesuaikan

dengan sasaran, kondisi puskesmas, dan tujuan

promosi.

3. Jenis dan Media Promosi

Promosi kesehatan ibu dan anak dapat dilakukan

dengan berbagai cara baik penyampaian informasi

langsung melalui ceramah, diskusi, penyuluhan

dan konseling ataupun melalui media cetak

dan elektronik. Informasi teknis yang disajikan

dalam media promosi disesuaikan dengan paket

KINERJA yaitu Persalinan Aman, ASI Ekslusif dan

Menyusu Dini. Informasi sedapat mungkin dikemas

dengan bahasa yang ringkas, sederhana dan

mudah dimengerti sehingga mudah dipahami oleh

masyarakat dan berdampak pada perubahan prilaku

keluarga dari ibu hamil dan ibu menyusui.

Informasi teknis yang sebaiknya disajikan dalam

media kampanye adalah:

• Pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan

minimal empat kali, serta standar yang mesti

diberikan

• Resiko kehamilan dan persoalan kehamilan

resiko tinggi

• Makanan yang bergizi untuk ibu hamil dan ibu

pasca bersalin

• Persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih

• Persalinan di fasilitas kesehatan

• Kemitraan bidan dan dukun.

Jenis dan media promosi yang digunakan dalam

mempromosikan kesehatan ibu dan anak dapat

berupa:

3.1 Penyuluhan/Konseling

Umumnya penyuluhan dilakukan oleh tenaga

kesehatan seperti dokter dan bidan atau

kader posyandu saat pelayanan kesehatan

di puskesmas, kegiatan puskesmas keliling,

posyandu bulanan, kelas ibu hamil ataupun

saat melakukan kunjungan rumah.Penyuluhan

dapat dilakukan melalui diskusi, ceramah

dengan bantuan alat peraga berupa gambar, film

maupun praktek langsung. Perlu memperhatikan

konteks lokal sehingga penyuluhan bisa

berkelanjutan.

Selain penguatan pengetahuan teknis bagi

tenaga kesehatan dan kader posyandu, perlu

dipersiapkan juga media promosi yang akan

digunakan dalam melakukan penyuluhan.

Page 193: Tata Kelola Persalinan Aman

191www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

3.2 Kampanye melalui Duta ASI

Duta ASI di daerah dipilih dari tokoh masyarakat/

pejabat daerah yang memiliki pengaruh besar

bagi masyarakat baik dengan kehadiran secara

personal maupun himbauan yang disampaikan

oleh duta tersebut di media elektronik maupun

melalui media cetak yang memunculkan nama

atau fotonya.

Duta ASI Eksklusif perlu juga diberikan

pengetahuan teknis mengenai Persalinan Aman,

IMD dan ASI Eksklusif sehingga beliau dapat

memberikan penyuluhan dan pencerdasan

langsung pada kegiatan yang melibatkan

masyarakat.

3.3 Pendidikan Rekan Sebaya

Persalinan Aman juga dapat dipromosikan

dengan membentuk kelompok kegiatan

ibu hamil dan ibu menyusui. Dimana selain

replikasi praktek baik perawatan kehamilan

dan persalinan aman antar sesama ibu, dapat

juga terjadi diseminasi informasi dari tenaga

kesehatan maupun kader posyandu.

3.4 Media cetak (Brosur/ Pamflet/ Leaflet/ Poster/ Koran/ dll) dan radio

Berisi informasi teknis untuk mengkampanyekan

kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu menyusui,

bayi dan balita. Pesan yang disampaikan harus

mudah dibaca dengan tulisan/gambar yang

menarik dan cerita yang mudah dimengerti.

Bahan informasi bisa juga cerita atau himbauan

dari tokoh masyarakat atau pejabat daerah

yang menjadi Duta ASI dengan slogan praktis

terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan

dan persalinan dengan tenaga kesehatan

terlatih.

4. Promosi Persalinan Aman

4.1 Tujuan

Sebagai upaya untuk membantu masyarakat

untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman sebagai gaya hidup yang sehat dan

cerdas, maka promosi pemberian persalinan

aman mempunyai tujuan pengubahan

gaya hidup yang mendorong masyarakat

khususnya ibu melahirkan dan keluarganya

dalam membuat keputusan yang cerdas untuk

mencapai keseimbangan kesehatan fisik, sosial,

spiritual dan intelektual. Pengubahan gaya hidup

dapat difasilitasi melalui penggabungan dalam

menciptakan lingkungan yang mendukung,

mengubah perilaku dan meningkatkan

kesadaran dalam pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman.

4.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup promosi persalinan aman adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan (pengetahuan) tentang segala

hal terkait pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman, penekanannya pada

upaya untuk perubahan perilaku melalui

Page 194: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

192 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

peningkatan kesadaran, kemauan dan

kemampuan yang ada:

• Di lingkungan keluarga (suami, orang

tua, mertua)

• Di lingkungan sekolah

• Di lingkungan tempat kerja

• Di tempat-tempat/fasilitas umum

• Di lingkungan penyedia layanan

kesehatan.

2. Pemasaran sosial, ditekankan pada

pengenalan tentang manfaat pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman melalui

kampanye.

3. Penyuluhan (komunikasi dan informasi)

yang ditekankan pada penyebaran informasi

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

dan persalinan aman.

4. Peningkatan cakupan pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman,

penekanannya pada upaya pemeliharaan

dan peningkatan KIA.

5. Advokasi pemeriksaan kehamilan

dan persalinan amandengan upaya

mempengaruhi lingkungan atau pihak lain

agar mengembangkan kebijakan yang

berwawasan KIA (melalui legislasi atau

pembuatan peraturan, dukungan anggaran

dan dukungan suasana di berbagai bidang/

sektor dalam penyiapan sarana dan

prasarana untuk persalinan aman).

6. Upaya melalui pengorganisasian

masyarakat, pengembangan

masyarakat, penggerakan masyarakat,

dan pemberdayaan masyarakat yang

penekanannya adalah untuk edukasi dan

meningkatan kemampuan advokasi.

4.3 Strategi Promosi

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dari

peningkatan derajat kesehatan ibu menyusui dan

bayi baru lahir, maka diperlukan cara yang efektif

dan efisien.Beberapa strategi yang dapat dilakukan

untuk promosi pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman adalah:

a) Kebijakan berwawasan KIA

• Mengupayakan tersedianya kebijakan dan

peraturan perundang-undangan yang mengatur

pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman

• Mengalokasikan anggaran pemerintah/daerah

untuk program peningkatan jumlah ibu yang

melakukan pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman.

b) Advokasi

Perangkat kegiatan yang dilakukan dalam rangka

mempengaruhi para pembuat keputusan agar dapat

mempercayai dan meyakini bahwa pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman perlu mendapat

dukungan melalui kebijakan (keputusan).

c) Dukungan sosial

• Kerjasama dengan berbagai pihak di lingkungan

penyedia layanan secara lintas program dan

lintas sektoral yang memiliki kaitan dengan

pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman

• Kerjasama dengan pihak eksternal seperti

Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak

• Kemitraan dengan pihak swasta seperti

Page 195: Tata Kelola Persalinan Aman

193www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

produsen makanan sebagai pihak yang

dapatmempengaruhi persoalanpersalinan aman.

d) Keterampilan individu

• Peningkatan keterampilan (informasi dan

edukasi) petugas kesehatan untuk mampu

menjelaskan, mendampingi, dan konseling

tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman.

• Pemberian ketrampilan kepada masyarakat

terutama ibu hamil dan keluarga inti, serta

orang tua terkait pengetahuan tentang manfaat

pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman.

e) Pemberdayaan masyarakat

Dilakukan dengan pendekatan edukatif yang

ditekankan pada proses dan upaya melalui:

• Sosialisasi kepada para stakeholder untuk

promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan

amanterkait bahwa dengan pemeriksaan

kehamilan minimal empat kali dapat tenaga

kesehatan dan ibu tahu dengan cepat kalau ada

resiko kepada ibu maupun bayinya

• Penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya persalinan aman (persalinan dengan

tenaga kesehatan terlatih dan di fasilitas

kesehatan) terhadap keselamatan ibu maupun

bayinya

4.4 Langkah-langkah promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman

Tahapan promosi pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman meliputi:

a) Menentukan tujuan promosi:

1. Apa yang akan dicapai dalam periode waktu

tertentu berkaitan dengan tujuan program,

misalnya yang terkait dengan peningkatan

cakupan pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman.

2. Apa yang akan dicapai untuk mengatasi

masalah rendahnya pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman (tujuan pendidikan). Berkaitan

dengan peningkatan pengetahuan, sikap, dan

prilaku masyarakat pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman.

3. Pembelajaran apa yang harus dicapai

yang berhubungan dengan pengetahuan,

keterampilan dan sikap (tujuan perilaku).

Berkaitan dengan peningkatan perilaku

masyarakat terhadap pemeriksaan kehamilan

dan persalinan aman.

b) Menentukan sasaran promosi

Menyangkut kelompok yang menjadi sasaran

promosi seperti individu atau kelompok atau

kombinasi keduanya.

Page 196: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

194 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

c) Menentukan isi atau materi promosi

Materi promosi harus dibuat sesederhana mungkin,

bisa dalam bentuk cerita, permainan, drama, gambar

atau dengan bahasa setempat sehingga sasaran

promosi mudah memahami dan mau melaksanakan

isi pesan tersebut .

d) Menentukan metode promosi

• Untuk tujuan pengetahuan: menggunakan

penyuluhan langsung, pemasangan poster,

spanduk, penyebaran leaflet

• Untuk tujuan perilaku: memberikan contoh

konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan

dan sikap sasaran promosi (berupa foto, slide

atau video)

• Untuk tujuan meningkatkan ketrampilan:

melakukan praktek seperti deteksi resiko dan

persoalan dalam kehamilan.

Metode perlu mempertimbangkan sumber daya

seperti anggaran dan manusia.

e) Menetapkan media promosi

• Media yang digunakan dapat mempermudah

pembelajaran

• Media yang dipilih harus bergantung pada jenis

sasaran, tingkat pendidikan, tujuan yang ingin

dicapai, metode yang digunakan serta sumber

daya yang tersedia.

f) Menyusun rencana evaluasi pelaksanaan promosi

Sebagai upaya untuk melihat berhasil tidaknya

pelaksanaan promosi pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman, dengan menjabarkan kapan, di

mana dan siapa yang akan melakukan evaluasi

serta sasaran mana yang akan dievaluasi.

g) Menyusun jadwal pelaksanaan

Penjabaran tentang waktu, tempat dan pelaksanaan

promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman.

4.5 Sasaran promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman

Pentahapan upaya promosi pemeriksaan kehamilan

dan persalinan aman meliputi tiga kelompok sasaran

yang harus dicakup yaitu:

1. Sasaran primer/umum, adalah masyarakat yang

terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan

para suami.

2. Sasaran sekunder, adalah tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat serta orang relevan

dalam kegiatan promosi pemeriksaan kehamilan

dan persalinan aman. Harapannya para tokoh

ini dapat menyampaikan kembali tentang

pengetahuan dan keterampilannya kepada

masyarakat di lingkungan sekitarnya.

3. Sasaran tersier, adalah para pembuat keputusan

atau penentu kebijakan, dengan harapan

keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan akan

Page 197: Tata Kelola Persalinan Aman

195www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

memiliki pengaruh dan dampak bagi upaya yang

dilakukan pada kelompok sasaran sekunder dan

primer.

Ketiga sasaran ini dipersyaratkan untuk dilakukan

karena kan terkait satu dengan yang lainnya dalam

sebuah promosi kesehatan.

5. Komitmen Persalinan Aman

5.1 Kebutuhan komitmen

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas

manusia harus dimulai sedini mungkin yakni sejak

bulan pertama kehamilan. Salah satu faktor yang

memegang peranan penting dalam peningkatan

kualitas manusia adalah persalinan aman. Dengan

pemeriksaan kehamilan minimal empat kali dan

persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih dan di

fasilitas kesehatan, keselamatan ibu dan bayi dapat

lebih terjamin.

Persalinan aman berarti seorang ibu dapat

melahirkan bayinya dengan selamat oleh karena

keadaan tenaga, fasilitas, alat dan obat yang

dapat digunakan kalau terjadi komplikasi. Tenaga

kesehatan terlatih dapat langsung menangangi

persoalan yang muncul, karena telah memiliki

pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan.

Namun, cakupan pemeriksaan kehamilan

dan persalinan aman sangat tergantung pada

pemahaman, pengetahuan dan komitmen dari

berbagai pihak yang perduli terhadap terwujudnya

generasi penerus yang selamat dan sehat, terutama

ibu melahirkan, lingkungan dimana si ibu berada

serta masyarakat pada umumnya, dan petugas

kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk

memberikan advokasi tentang pentingnya dan

manfaat pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman.

5.2 Kunci Keberhasilan Program Persalinan Aman

1. Menciptakan komitmen, kepedulian,

kesungguhan dan kemauan semua stakeholder.

2. Dukungan eksekutif dan legislatif.

3. Ada unsur (SDM) penggerak program di tingkat

lokal.

4. Menjaga keberlanjutan program.

5.3 Kebijakan Daerah

Sebagai program pemerintah pusat, kabupaten/kota

perlu mengaturnya dalam sebuah kebijakan untuk

menjamin terlaksananya program pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman dalam bentuk

kegiatan konkrit sebagai upaya pencapaian tujuan.

Untuk memberikan arahan atau petunjuk

operasional tentang organisasi, personil, dan

prosedur, dapat berbentuk Surat Keputusan (SK),

Peraturan Bupati/Walikota (Perbup/Perwali), atau

Peraturan Daerah (Perda).

Kebijakan tentang pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman diharapkan dapat:

Page 198: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

196 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

1. Memberikan perlindungan dan kesempatan bagi

ibu untuk mendapat pemeriksaan kehamilan

minimal empat kali dan yang sesuai dengan

standar

2. Memberikan perlindungan dan kesempatan bagi

ibu untuk melahirkan dengan selamat dan aman

3. Memberikan perlindungan dan kesempatan bagi

untuk melahirkan dengan tenaga kesehatan

terlatih dan di fasilitas kesehatan

4. Mendorong peran dan dukungan keluarga,

masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah

daerah terhadap pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman.

Agar kebijakan kepala daerah tersebut berjalan

efektif dalam pelaksanaannya maka langkah-

langkah yang harus dilakukan adalah:

1. Perumusan: perumusan naskah akademik

2. Advokasi: pembahasan dengan semua pihak

terkait termasuk masyarakat sebagai pengguna

layanan melalui pendekatan persuasif,

presentasi, diskusi, negosiasi

3. Penetapan: proses pengesahan

4. Pelaksanaan: sosialisasi kebijakan dan

penerapan kebijakan oleh para pihak yang

terkait

5. Monitoring: memantau pelaksanaan apakah

sudah sesuai dengan aturan/kebijakan

6. Evaluasi: apakah kebijakan tersebut dapat

mengurangi masalah yang mempengaruhi

kinerja yang diharapkan.

5.4 Para Pihak Terkait dalam program pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman

Dengan telah diundangkannya kebijakan terhadap

pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman, maka

hal yang terpenting adalah komitmen dari semua

pihak terkait baik dari pemberi layanan, ibu hamil

dan keluarga sebagai target dan penyelenggara

pelayanan kesehatan untuk bisa memprioritaskan

pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman.

Beberapa pihak yang diharapkan turut berkomitmen

dalam mendorongpemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman adalah:

a) Keluarga terdekat ibu

Dukungan suami diberikan dengan selalu menjaga

suasana batin si ibu seperti membina isteri untuk

memeriksa kehamilan, menemani isteri ketika

diperiksa kehamilan, membina isteri untuk makan

makanan bergizi, membina isteri untuk bersalin

dengan tenaga kesehatan terlatih dan di fasiltas

kesehatan, membina isteri untuk mengikuti kelas ibu

hamil, dan menemani isteri pada saat bersalin.

Orang tua/mertua (keluarga) harus memberikan ibu

hak untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi

bayinya), tidak memaksakan untuk bersalin dengan

dukun bayi, tidak melarang makanan tertentu terkait

tradisi selama kehamilan, dan memberikan ibu

semangat dan dorongan agar ibu percaya diri untuk

pergi memeriksakan kehamilan dan bersalin dengan

tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan.

Page 199: Tata Kelola Persalinan Aman

197www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

b) Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan memeriksa kehamilan

sesuai dengan standar, memberi informasi yang

tepat tentang kehamilan, persalinan, dan risikonya.

c) Lingkungan kerja/kantor

Lingkungan kerja baik pemerintah maupun swasta

hendaknya menerapkan kebijakan kantor yang

ramah terhadap ibu hamil, termasuk pemberian

izin kepada ibu agar dia dapat ke luar kantor

untuk pemeriksaan kehamilan, dan pemberian cuti

kehamilan dan persalinan.

d) Sesama ibu hamil

Saling berbagi pengalaman yang mencerdaskan,

bertukar informasi, memberi semangat dan

dukungan.

e) Pemerintah

Secara terus menerus mengadakan sosialisasi

tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman, memperbaiki dan melengkapi sarana dan

prasarana pendukung pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman, dan menindak dengan tegas

segala bentuk pelanggaran yang bertentangan

dengan kebijakan pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman.

5.5 Sosialisasi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman

Untuk mensukseskan cakupan pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman, sosialisasi

tentang kebijakan atau peraturan harus dilakukan

untuk memberikan kesadaran tentang kewajiban

para pihak terkait. Selain itu pemberian edukasi,

sosialisasi, advokasi dan kampanye pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman merupakan hal

penting dan kunci utama keberhasilan program,

yang intinya untuk memberikan pemahaman yang

mendorong kesadaran masyarakat ataupun pihak

terkait.

Selain itu, kelompok-kelompok masyarakat yang

peduli kesehatan ibu dan anak, tokoh agama,

tokoh masyarakat, guru sekolah menengah atas

perlu dirangkul dan diberikan pengetahuan tentang

manfaat pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman dalam jangka pendek dan jangka panjang,

agar mereka dapat ikut mendorong warga yang ada

di wilayahnya, atau para siswa di sekolah-sekolah

yang ada di wilayahnya dapat ikut menyebarkan

pengetahuannya pada orang tua, tetangga atau

paling tidak berguna bagi mereka kelak setelah

mereka berumah tangga.

Dari berbagai kajian tersebut, dapat disimpulkan

beberapa hal penting dalam pelaksanaan promosi

kesehatan adalah:

1. Membangun komitmen para pihak, merupakan

upaya penyadaran masyarakat akan tingginya

angka kematian ibu dan bayi serta resiko

Page 200: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

198 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

persalinan dengan dukun dan juga resiko

kehamilan usia muda, serta adanya komitmen

untuk mendukung kampanye pemeriksaan

kehamilan dan persalinan aman.

2. Regulasi/kebijakan yang mengatur tentang

pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman yang merupakan komitmen pemerintah

daerah dan menjadi acuan dalam berbagai

program kegiatan yang bertujuan untuk

mengimplementasikan regulasi/kebijakan yang

ada.

3. Dukungan pihak pemerintah dalam program dan

kegiatan pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman serta dianggarkan dalam APBD.

4. Peningkatan pemahaman multi stakeholder

tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan

aman, melalui workshop/training yang dilakukan

oleh dinas kesehatan dan puskesmas.

5. Kampanye pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman sampai di tingkat kecamatan-

kelurahan/desa, kepada para tokoh agama,

tokoh masyarakat, kelompok pemerhati

pelayanan publik, asosiasi dan paguyuban, serta

penggerak PKK.

Panduan Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

a) Identifikasi potensi masalah

Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi

masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut

ini:

No Potensi masalah Ya Tidak1 Apakah Puskesmas memiliki rencana promosi kesehatan ibu dan

anak (khususnya untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman)?

2 Apakah ada alokasi anggaran khusus untuk pelaksanaan promosi kesehatan?

3 Apakah di Puskesmas terdapat berbagai media promosi kesehatan?

4 Apakah promosi kesehatan dilakukan dengan cara-cara yang inovatif?

5 Apakah promosi kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat?

6 Apakah masyarakat memberikan respon yang positif pada promosi kesehatan yang dilakukan Puskesmas?

7 Apakah masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman?

8 Apakah masyarakat mendukung program pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman?

9 Dll……..10 Dll........

Page 201: Tata Kelola Persalinan Aman

199www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

b) Penentuan prioritas masalah dan analisis penyebab masalah

• Jawaban ‘tidak’ pada tabel di atas

menunjukkan adanya masalah pada aspek

tersebut.

• Dari beberapa masalah yang ditemukan,

temukan mana yang paling mudah

diselesaikan.

• Sesuai dengan hasil prioritas masalah,

lakukan diskusi untuk mencari akar

masalahnya dengan pertanyaan mengapa.

“Mengapa hal tersebut terjadi?”

c) Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

• Susunlah alternatif pemecahan masalah

berdasarkan temuan akar masalah.

Pertanyaan yang perlu dijawab adalah:

“Bagaimana cara mengatasinya?”.

• Proses penyusunan alternatif pemecahan

masalah dilakukan dengan melibatkan

stakeholder terkait, terutama masyarakat

(MSF).

• Beberapa alternatif pemecahan yang ada,

dibahas untuk memperoleh upaya yang

paling tepat untuk mengatasi masalah

dengan melibatkan sumber daya yang

ada baik lintas program/lintas sektor dan

masyarakat (multi aktor).

• Prioritas pemecahan yang dipilih hendaknya

dapat diterima oleh masyarakat dan

puskesmas, serta yang memiliki dampak

lebih efektif dan efisien bagi penyelesaian

masalah.

d) Penyusunan rencana kerja (POA=Plan of Action)

• Berdasarkan prioritas pemecahan yang

dipilih, susun rencana kerja.

• Beberapa pertanyaan yang harus dijawab

adalah:

− Apa bentuk kegiatannya?

− Apa tujuannya?

− Siapa sasarannya?

− Bagaimana metode atau pendekatan

yang tepat?

− Berapa dana yang dibutuhkan?

− Bagaimana jadwal kegiatannya?

− Siapa yang akan mengerjakan?

− Berapa lama waktu yang dibutuhkan?

2. Tahap Pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanaan: merupakan upaya

yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan

yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan

adalah implementasi dari kegiatan terpilih.

Mekanisme penggerakan dan pelaksanaan dapat

dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

1. Menggerakkan keluarga pasien, seperti

suami, anak atau saudaranya yang lain agar

mempunyai tanggungjawab sosial dengan aktif

pada kelompok-kelompok yang peduli terhadap

kesehatan ibu dan bayi. Hal tersebut dilakukan

melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan

kelompok dan membuat gerakan peduli

kesehatan agar kelompok sasaran

Page 202: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

200 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

mempunyai pengetahuan yang benar

tentang kesehatan ibu dan bayi, khususnya

tentang pemeriksaan kehamilan dan

persalinan aman. Diharapkan masyarakat

menjadi paham akan hak-hak kesehatan

reproduksi mereka, sehingga kemudian

mereka bisa meminta pelayanan KIA

tersebut kepada petugas kesehatan.

2. Peningkatan pengetahuan pasien (ibu

bersalin dan ibu menyusui) melalui berbagai

kegiatan pembinaan.

3. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder

lain (lintas program, lintas sektor, dunia

usaha, masyarakat) melalui integrasi

promosi kesehatan ke dalam kegiatan

yang diselenggarakan. Misal sebagai

materi tambahan dalam salah satu mata

pelajaran di sekolah, masuk sebagai materi

tambahan dalam wejangan nikah di KUA,

sebagai indikator tambahan pada penilaian

lomba desa, mendorong dunia usaha agar

mengakomodasi ibu hamil dan ibu pasca

bersalin bagi pekerja wanitanya melalui

penerbitan kebijakan internal organisasi

tentang pengambilan cuti kehamilan dan cuti

persalinan.

3. Tahap Monitoring & Evalusi

• Evaluasi dilakukan di setiap tahapan manajerial,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan hasil.

• Evaluasi dilaksanakan pada setiap pertengahan

dan akhir tahun untuk menilai proses dan hasil

pelaksanaan promosi kesehatan.

• Evaluasi dilaksanakan untuk menilai sejauh mana

kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.

• Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk

mengevaluasi diantaranya:

a) Indikator input

1. Ada/tidaknya komitmen kepala puskesmas

dan seluruh jajaran yang tercermin dalam

rencana promosi kesehatan puskesmas

2. Ada/tidaknya tenaga promosi kesehatan

yang sesuai dengan acuan dalam standar

SDM promosi kesehatan puskesmas

3. Kecukupan pelatihan promosi kesehatan

bagi petugas puskesmas

4. Kecukupan dan kelayakan sarana dan

peralatan promosi kesehatan sesuai dengan

acuan standar

5. Kecukupan alokasi dana untuk promosi

kesehatan.

b) Indikator proses

1. Frekuensi dan kualitas pelaksanaan

kegiatan promosi kesehatan di dalam

gedung (promosi kesehatan langsung oleh

petugas kepada pasien yang dilayani,

penyuluhan kelompok kepada pasien yang

sedang menunggu pelayanan, pemasangan

poster, dll)

2. Kelayakan media promosi yang digunakan,

baik berupa poster, spanduk, leaflet, dll dari

sisi bentuk, kejelasan informasi, dll

3. Frekuensi dan kualitas pelaksanaan

kegiatan promosi kesehatan di luar gedung,

Page 203: Tata Kelola Persalinan Aman

201www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

misal kunjungan rumah, pada kegiatan

pertemuan massa, dll

4. Frekuensi promosi kesehatan yang

dilakukan oleh lintas sektor, dunia usaha,

dan masyarakat.

c) Indikator output

1. Jumlah tenaga kesehatan yang melakukan

promosi kesehatan

2. Jumlah pasien yang mendapat layanan

promosi kesehatan

3. Jumlah keluarga yang mendapat kunjungan

rumah

4. Jumlah kelompok masyarakat yang sudah

dipintarkan oleh tenaga puskesmas dengan

pengorganisasian masyarakat.

d) Indikator dampak

1. Capaian K1

2. Capaian K4

3. Capaian ibu yang mempunyai Buku KIA

4. Capaian pemberian tablet zat besi

5. Capaian pemberian vaksin Tetanus Toksoid

6. Capaian deteksi resiko

7. Capaian persalinan dengan tenaga

kesehatan

8. Capaian persalinan di fasilitas kesehatan

9. Capaian penanganan komplikasi

10. Angka Kematian Ibu (AKI)

11. Angka Kematian Bayi (AKB).

Contoh Praktek Baik

a) Lomba Kuliah Tujuh Menit (Kultum) di Kabupaten Bondowoso

Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu

kabupaten yang menaruh perhatian yang tinggi

terhadap persalinan aman dan ASI serta upaya

pencegahan pernikahan dini, yang diwujudkan

dalam berbagai kegiatan nyata dengan dipayungi

oleh Peraturan Bupati (Perbup) No. 41 Tahun 2012

tentang KIA dan penobatan Ibu Bupati sebagai

UMMI PERSAMEDA (Ibu Pendamping Persalinan

Aman, IMD dan ASI Eksklusif) dan Bunda KESPRO.

Ustadz Fauzan - Juara Pertama Lomba Kultum Kabupaten Bondowoso

Page 204: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

202 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

Masyarakat Kabupaten Bondowoso yang sebagian

besar merupakan masyarakat etnis Madura dimana

kepercayaan masyarakat terhadap dukun cukup

tinggi dan juga adanya budaya pernikahan dini dan

pemberian makanan tambahan bagi bayi selain

ASI sebelum usia 6 bulan, memerlukan inovasi dan

terobosan strategis yang dapat menggerakkan dan

menyadarkan seluruh lapisan masyarakat akan

pentingnya persalinan aman, inisiasi menyusu dini,

ASI Eksklusif dan juga resiko pernikahan dini.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Bondowoso adalah kampanye melalui

para tokoh agama, dimana para tokoh agama

(ulama dan ustadz) ikut mendukung kampanye ini

melalui berbagai kotbah maupun wejangan kepada

masyarakat tentang persalinan aman, ASI dan

pencegahan pernikahan dini.

Melalui lomba Kultum (Kuliah Tujuh Menit) yang

didahului dengan pembekalan para ustadz tentang

substansi tentang persalinan aman, ASI dan juga

kesehatan reproduksi dan pencegahan pernikahan

dini, para ustadz menunjukkan komitmen dan

performance yang bagus dalam penyampaian

substansi materi dengan model penyampaian

yang ‘merakyat’ sehingga mudah dipahami oleh

masyarakat awam.

Cuplikan kultum yang menarik antara lain “ Bayi

adalah anak ibu, bukan anak sapi, maka yang

terbaik adalah Air Susu Ibu (ASI) dan bukan Air

Susu Sapi”

b) Wejangan Perias Manten

Salah satu terobosan kampanye kreatif yang

dilakukan di Kota Probolinggo adalah melalui para

perias manten yang berkomitmen mendukung

persalinan aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Diawali dengan pembekalan para perias manten

tentang substansi persalinan aman, inisiasi

menyusu dini dan ASI Eksklusif, para perias manten

memberikan wejangan kepada kedua mempelai saat

dirias manten.

Pada momen yang berbahagia sebelum

melaksanakan pernikahan, wejangan terkait

persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif diharapkan

akan dapat diterima dan dilaksanakan nantinya.

Buletins ederhana juga disiapkan di salon / rumah

perias manten yang dapat dibaca-baca saat

mempelai menunggu saat dirias.

Page 205: Tata Kelola Persalinan Aman

203www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

c) Sarasehan Pedagang Pasar, Penjual Jamu, Tukang Ojek

Beberapa anggota multi stakeholder forum

yang cukup aktif dalam melaksanakan

kampanyePersalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif

di Kabupaten Jember dan Kota Probolinggo

melaksanakan berbagai macam kegiatan sarasehan

kepada para tokoh dan asosiasi, antara lain

kelompok Pedagang Sayur dan Penjual Jamu.

Pedagang Sayur dan Penjual Jamu memiliki

intensitas bertemu dengan banyak ibu hamil dan

pasangan usia subur (PUS) ketika berjualan,

kesempatan ini yang diambil sebagai peluang untuk

menyampaikan pesan Persalinan Aman, IMD dan

ASI Eksklusif.

Para pedagang dibekali dengan materi PA, IMD

dan ASI Eksklusif yang dikemas dengan sederhana

sehingga para pedagang mudah untuk menerima

dan menyampaikan materi tersebut kepada para

ibu hamil, PUS dan remaja yang ditemui ketika

berjualan.

Selain dibekali dengan materi ekonomi dagang

para pedagang sayur juga dijelaskan tentang peran

mereka dalam meningkatkan cakupan kunjungan

pemeriksaan kehamilan K1-K4 serta penurunan

angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB), dengan

insentif Pedagang Sayur dan Penjual Jamu juga

mampu menolong sesama dengan berperan dalam

menurunkan Kematian Ibu dan Kematian Bayi.

Insentif ini menumbuhkan Rasa Bangga karena

tidak hanya bidan yang bisa berperan tetapi dari

kalangan biasapun bisa berperan menurunkan

angka kematian ibu dan bayi.

Rasa bangga inilah yang akan menumbuhkan

loyalitas untuk berperan dalam mencapai dan

mensukseskan program MDGs. Pedagang dan

penjual jamu juga dibekali dengan Leaflet yang

berisi tentang Persalian Aman, IMD dan ASI

Eksklusif untuk diberikan kepada pelanggan

terutama ibu hamil dan PUS, serta tidak lupa

jargon yang ditanamankan kepada para pedagang:

‘1 MENIT UNTUK MENYELAMATKAN NYAWA

ORANG LAIN’.

Page 206: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

204 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

d) Pemasangan banner dalam Bahasa Daerah

Salah satu bentuk kampanye yang dapat dilakukan

oleh MSF yang peduli terhadap isu Persalinan

Aman, IMD dan ASI Eksklusif adalah melalui

pemasangan banner di lokasi-lokasi strategis

dengan menggunakan bahasa daerah setempat.

Tujuan dari penggunaan bahasa daerah setempat

dan bilamana ada foto yang dipasang sedapat

mungkin adalah foto tokoh setempat yang cukup

dikenal masyarakat dan mempunyai pengaruh

terhadap masyarakat, sehingga mampu memberikan

pesan yang mudah dipahami dan akrab dengan

masyarakat, sehingga ada rasa memiliki.

Contoh Bahan Presentasi

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi

USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses

di file dalam CD yang terlampir.

Page 207: Tata Kelola Persalinan Aman

205www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Departemen Kesehatan RI, 2004. Modul pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas.Tersedia di

www.bbpkciloto.org.

Dirjen BinKesMas, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas, 2006.

Kepmenkes 128/Menkes/SK/II/2004 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kepmenkes 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.

Permendagri 69/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008

Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota.

Permenkes 828/2008 tentang Standar Pelayanan Minial Bidang Kesehatan.

Permenpan 13/2009 tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat agar

Ibu Sehat, Bayi Sehat.

Trihono, 2005, Manajemen Puskesmas berbasis Paradigma Sehat.

UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik.

Lampiran B DAFTAR PUSTAKA

Page 208: Tata Kelola Persalinan Aman

206 www.kinerja.or.id

Lampiran C - Bahan di CD

Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran CBAHAN DI CD

Modul Persalinan Aman ini (soft copy)

Bahan Promosi

Presentasi Powerpoint

1. Strategi Pendekatan KINERJA

2. Perencanaan Tingkat Puskesmas dan Perencanaan BOK

3. Standard Operating Procedures (SOPs)

4. Survei Pengaduan& Janji Perbaikan Layanan

5. Kemitraan Bidan dan Dukun

6. Kantong Persalinan

7. Promosi Kesehatan

Page 209: Tata Kelola Persalinan Aman

207www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran DDAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

ADD : Alokasi Dana Desa

AINI : Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care – pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan terlatih

Analisis SWOT : metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman atau tantangan (Threats) dalam suatu program atau organisasi.

ASI : Air Susu Ibu

ASI Eksklusif : ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan apapun selain obat untuk terapi untuk pengobatan penyakit.

ATK : Alat Tulis Kantor

BOK : Biaya Operasional Kesehatan

Demand side : Penerima atau pengguna pelayanan kesehatan (masyarakat)

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Governance : Tata kelola pemerintah atau organisasi

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

IMD : Indeks Pengaduan Masyarakat

IPM : Kesehatan Ibu dan Anak

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi

USAID-KINERJA : Program tata kelola pemerintahan dengan dukungan dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat

KUA : Kantor Urusan Agama

K1 : Kunjungan baru ibu hamil - kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I dengan usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

Page 210: Tata Kelola Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi

208 www.kinerja.or.idTata Kelola Persalinan Aman

K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MDGs : Millenium Development Goals

MoU : Memorandum of Understainding

MSF : Multi-Stakeholder Forum

Muspika : Musyawarah Pimpinan Kecamatan – lintas sektor tingkat kecamatan

OMP : Organisasi Mitra Pelaksana

Perbup : Peraturan Bupati

Perda : Peraturan Daerah

Perwali : Peraturan Walikota

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

POA : Plan of Action

Polindes : Pondok Bersalin Desa

Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu, biasanya pada tingkat dusun

PTP : Perencanaan Tingkat Puskesmas

Puskesmas RIA : Puskesmas Ramah Ibu dan Anak

PWS KIA : Pemantauan Wilayah Setempat terkait Kesehatan Ibu dan Anak

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

SK : Surat Keputusan

SKPD : Satuan Kerja Pemerintah Daerah

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Timely

SOP : Standard Operating Procedure

SPM : Standar Pelayanan Minimal

SPP : Standar Pelayanan Publik

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

SP3 : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

Supply side : Pemberi Pelayanan (Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)

Page 211: Tata Kelola Persalinan Aman
Page 212: Tata Kelola Persalinan Aman

KINERJA-USAIDGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS