tantangan transparansi penerimaan negara

21
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Upload: publish-what-you-pay-pwyp-indonesia

Post on 17-Jul-2015

209 views

Category:

Government & Nonprofit


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Page 2: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

Jakarta, 4 Februari 2015

Page 3: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. PERATURAN DAN TATA KELOLA

III. DASAR PERHITUNGAN DAN PENYETORAN PNBP

IV. VERIFIKASI PNBP

V. TANTANGAN

IV. UPAYA PERBAIKAN

Page 4: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

1. Sejatinya sebuah kebijakan mineral suatu negara tidak hanya memanfaatkan kekuatan ekonomi neoklasik yaitu

untuk mencapai keseimbangan pasar, tetapi lebih dari itu konstruksi teoritisnya dengan memasukkan isu-isu

yang mendasar bagi keberlanjutan.

2. Setiap isu minerba terutama yang berkaitan dengan pertambangan berkelanjutan (sustainable mining), maka

konsep keberlanjutan (sustainability) mencerminkan 3 (tiga) dimensi utama yaitu Kebijakan ekonomi dan

kebijakan publik (economic sustainability), lingkungan dan kesehatan masyarakat (environmental sustainability),

serta keberlanjutan dan tanggung jawab sosial (social sustainability).

3. Selama 100 tahun terakhir telah terjadi evolusi terhadap relasi antara pemerintah, ekonomi, pekerja, lingkungan

dan masyarakat pada lingkup kebijakan pertambangan di semua Negara. Era pra-Revolusi Industri

(perhatiannya terhadap akses kepada cadangan mineral), era revolusi industri (perhatiannya terhadap

kapitalisme, industri, dan ekonomi pasar), era akhir revolusi industri (perhatiannya terhadap isu-isu

kesejahteraan pekerja), era pasca revolusi industri (perhatiannya terhadap keberlanjutan lingkungan), era

akhir millennium (perhatiannya terhadap tanggung jawab sosial), era abad 21 (perhatiannya terhadap keadilan

inter-antar generasi)

4. Mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis nasional maupun internasional, maka pengelolaan

pertambangan mineral dan batubara perlu dilakukan secara terintegrasi hulu-hilir, mandiri, berdaya saing,

efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan.

5. Kehidupan masyarakat harus terus berlangsung walaupun kegiatan usaha pertambangan sudah berakhir.

Memprioritaskan adanya proses transfer dari modal alam (natural capital) yang merupakan sumber daya tidak

terbarukan menjadi modal buatan (man made capital) yaitu sumber daya terbarukan yang meliputi alih

teknologi dan kualitas SDM yang mumpuni.

I. PENDAHULUAN (1)

Page 5: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

PERAN MINERAL DAN BATUBARA: MEMBERIKAN MANFAAT SECARA BERKELANJUTAN

ESDM UNTUK

KESEJAHTERAAN RAKYAT

Coorporate Social Responsibility (CSR)

[Pemerataan]

[Lapangan

Kerja] [Pertumbuhan]

[Lingkungan]

Ketenagakerjaan

Local Content

Kemandirian Teknologi

Good Mining Practice

Reklamasi dan Pasca Tambang

Penerimaan Negara

Investasi

Nilai Tambah

NERACA PERDAGANGAN

(Produksi, Ekspor dan Domestik)

I. PENDAHULUAN (2)

Page 6: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

JENIS PNBP SDA PERTAMBANGAN UMUM BENTUK USAHA

IuranTetap/Landrent/Deadrent

Iuran Eksploitasi (Royalti)

– Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral dan

Batubara

– Kontrak Karya (KK)

– Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B)

Penjualan Hasil Tambang – Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B)

Catatan : 1. Iuran Tetap

a.IUP : Luas Wilayah x Tarif

b.KK dan PKP2B : Luas Wilayah x Tarif

2. Iuran Eksploitasi (Royalti)

a.IUP : Tonase x Harga Jual x Tarif

b.KK : Tonase x Harga Jual x Tarif

c.PKP2B : Tonase x Harga Jual x 13,5% (sesuai Kontrak)

I. JENIS PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA (3)

Page 7: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

BANGSA INDONESIA

NEGARA

PEMERINTAH - Penetapan Kebijakan dan Pengaturan - Penetapan Standar dan Pedoman - Penetapan Kriteria Pembagian Urusan Pusat dan

Daerah - Tanggung jawab pengelolaan Minerba

berdampak nasional dan lintas provinsi

PROVINSI Tanggung jawab pengelolaan Minerba di daerah

Perda

PELAKU USAHA Badan Usaha (BUMN/BUMD, Badan Usaha Swasta dan Perseorangan)

Kepemilikan

(Mineral Right)

Penguasaan

Penyelenggaraan

Penguasaan

Pertambangan

(Mining Right)

Hak Pengusahaan

(Economic Right)

+D

es

en

tra

lis

as

i

+D

ek

on

se

ntr

asi

Un

dan

g-U

nd

an

g

I. KEWENANGAN PENGELOLAAN MINERBA

Page 8: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

1. UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

2. UU No. 4 / 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

3. UU No. 33/2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat

dan Pemerintahan Daerah

4. PP No. 9 Tahun 2012 Tentang Jenis dan tarif PNBP yang Berlaku di KESDM

5. PP No 22 Tahun 2005 Tentang Pemeriksaan PNBP

6. PP No 29 Tahun 2009 Tentang Tatacara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan

Penyetoran PNBP Terutang

7. PP No. 55/2005 Tentang Dana Perimbangan

8. PP No 22/2005 Tentang Pemeriksaan PNBP

9. Kontrak Karya/ KK

10. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)

II. 2 PERATURAN TERKAIT DAN TATA KELOLA PNBP

Page 9: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 9

CONCEPT OF GOVERNANCE

II. TATA KELOLA MINERBA (1)

Governance in mineral resources development is

defined as a system operating in accordance to the

effective and efficient policy, law and regulation

which inter-connects stakeholders with different

functions for the benefit of people’s prosperity at large.

Every stakeholder must act and perform its function in

accordance to the principles of transparency,

responsibility, accountability and fairness.

Page 10: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1

0

Oil and Gas Company

Investment Board

MDefence

MTransport

Police

MForest

MJustice and Law

Nuclear Agency

MEMR AS PRINCIPAL OF MINING LICENSE

MPublic Worker

MTrade

MWorker

Governor

Ministry of Communication

MFinance

Regent

MSpetial Planning

Continuous Improvement if MEMR as

Principle of Mining License:

1. Streamlining approvals

2. Strong coordination among

agencies, government up hold the

MEMR as the principal

3. Simplification of procedures in

Bureaucracy.

4. Government effort for

simplification of the mining

license

5. Increase entrepreneur’s

awareness through a variety of

regulations

MINING STAKEHOLDER IN INDONESIA (2)

Page 11: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1

1

Resource development is designed to empowering local community

and providing a fair return to community based on principle:

Equitable

Efficient

Sustainable

Predictable

Tranparent

II. KONSEP TATA KELOLA (3)

Page 12: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

• Perhitungan PNBP perusahaan dilakukan secara self assesment oleh perusahaan

tersebut (kontrak PKP2B, KK dan IUP)

• Perhitungan dan jumlah setoran dilaporkan ke KESDM – DJMB dengan

melampirkan dokumen pendukung

• Setoran PNBP wajib disetorkan langsung ke KAS NEGARA

• Verifikasi oleh Ditjen Minerba

• Audit oleh Tim OPN-BPKP dan BPK-RI

Hasil Verifikasi PNBP:

• Masih terdapatnya kurang bayar atas pokok PNBP Tagih

• Melewati Batas Jatuh Tempo Hitung Denda Tagih

• Lebih Bayar Diperhitungkan pada Kewajiban Selanjutnya

Page 13: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Investasi : Rp. 74 Triliun

Produksi Batubara: 425 Juta Ton

DMO Batubara : 92 Juta Ton

PNBP : Rp. 52,2 Triliun

Smelter : 12 unit

Tenaga Kerja : 1,2 juta orang

IV. TARGET UTAMA KINERJA MINERBA TAHUN 2015

Page 14: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Masih adanya ketidaksinkronan peraturan mengenai PNBP

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Batubara hanya

dikelola oleh Subdit Penerimaan Negara yang berada di Direktorat

Pembinaan Program Mineral dan Batubara

SDM yang mengelola PNBP sangat terbatas yang menyebabkan tidak

optimalnya pengelolaan PNBP

Perhitungan PNBP dilaksanakan dengan sistem self assesment. Setelah

dilakukan verifikasi atau audit masih terdapat kurang bayar atau

terlambat dalam melakukan pembayaran PNBP

Verifikasi PNBP tidak bisa dilakukan untuk semua IUP karena

keterbatasan jumlah evaluator.

Page 15: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

VI. UPAYA PERBAIKAN

SESUAI PERMEN ESDM NO. 12/2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN WIUP

Page 16: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Single ID adalah Identitas Tunggal untuk suatu Wilayah IUP (WIUP)

Dalam rangka integrasi data dan informasi WIUP, diperlukan sistem identitas tunggal dengan

menggunakan kodefikasi pada WIUP.

Identitas Tunggal juga dapat digunakan sebagai kode acuan suatu WIUP dalam integrasi data

lintas sektoral (antar K/L)

SINGLE ID DALAM MINERBA ONE MAP INDONESIA

Contoh :

PT. MINERAL AND COAL RESOURCES KODE WIUP : 3 1 16 06 3 03 2009 050

Kode ini menjelaskan:

digit 1 : SK IUP diterbitkan oleh Bupati (3)

digit 2 : Pulau tempat diterbitkan IUP yaitu P. Sumatera (1)

digit 3 dan 4 : Kode Provinsi yaitu Prov. Sumatera Selatan (16)

digit 5 dan 6 : Kode Kabupaten/Kota yaitu Kab. Musi Banyuasin (06)

digit 7 : Jenis komoditas adalah batubara (3)

digit 8 dan 9 : menunjukkan komoditas batubara (03)

digit 10 s.d 13 : menunjukkan tahun penerbitan WIUP yaitu 2009

digit 14 s.d 16 : menunjukkan nomor urut penetapan WIUP yaitu 050

Page 17: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

PEMERINTAH DAERAH DAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

YANG TELAH MENDAPATKAN AKSES MOMI

Page 18: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

INTEGRASI MOMI DENGAN DITJEN ANGGARAN (PEMBAYARAN PNBP ON LINE)

Minerba One Map Indonesia

SIMPONI (Sistem Informasi

PNBP Online) Data Penerimaan Negara

Pemegang IUP

Pemegang IUP melakukan

Pembayaran PNBP Minerba

melalui sistem online Modul

Penerimaan Negara Generasi

2

(MPN G2) SIMPONI

Page 19: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:

a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9

Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat

menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%.

b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7%

menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga

logam.

c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan

(IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:

− Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi

5%, batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas

6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.

− Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%,

batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas

6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.

2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual,

royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.

Upaya Peningkatan Royalty

VI. UPAYA PERBAIKAN

Page 20: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Upaya Perbaikan Tata Kelola

1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari

adanya transfer of pricing.

2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu).

a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM)

b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara

c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen

Bea dan Cukai Kemenkeu

3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:

a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual

yang kompetitif;

b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas

timah).

4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan.

Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.

5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda

Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait).

6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara.

7. Penataan Fungsi Surveyor.

8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih

mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.

VI. UPAYA PERBAIKAN

Page 21: Tantangan Transparansi Penerimaan Negara

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

www.esdm.go.id