tantangan seorang community organizer

11
TANTANGAN SEORANG COMMUNITY ORGANIZER By: Tua Hasiholan Hutabarat Makassar, 30 Desember 2010 1 Hari ini, tepat jam 7 malam, selepas magrib, Syarifah berencana bertemu dengan ibu-ibu istri nelayan di RT sebelah. Namun rasa malas telah membuat kakinya terlalu berat untuk melangkahkan kaki kesana. Sambil melihat sinetron kesayangannya, ia bertobang dagu sambil menimbang-nimbang apakah ia harus berangkat atau tidak. Teringat ia dengan Ibu Rini yang di pertemuan kemaren menggosip tentang dirinya. Ia dengar Ibu Rini mengatakan ke ibu-ibu yang lain, kalau Syarifah pernah menyimpan uang yang seharusnya diberikan kepada ibu-ibu yang pertemuan beberapa waktu yang lalu. Bukan main sakit hati Syarifah mendengar gosip itu. Dalam hatinya ia marah. Sudah setahun ini Syarifah mengorbankan waktunya demi kemajuan ibu-ibu di dusunnya, hingga hampir saja ia diceraikan suaminya yang kurang diperhatikannya akibat sibuk berkegiatan dengan para ibu. Sudah setengah jam ia masih duduk menatap televisi kreditan yang sebulan lagi akan

Upload: tua-hasiholan-hutabarat

Post on 01-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tantangan seorang community organizer dan menjadi organizer yang handal dan tangguh

TRANSCRIPT

TANTANGAN SEORANG COMMUNITY ORGANIZERBy:Tua Hasiholan HutabaratMakassar, 30 Desember 2010

1

Hari ini, tepat jam 7 malam, selepas magrib, Syarifah berencana bertemu dengan ibu-ibu istri nelayan di RT sebelah. Namun rasa malas telah membuat kakinya terlalu berat untuk melangkahkan kaki kesana. Sambil melihat sinetron kesayangannya, ia bertobang dagu sambil menimbang-nimbang apakah ia harus berangkat atau tidak. Teringat ia dengan Ibu Rini yang di pertemuan kemaren menggosip tentang dirinya. Ia dengar Ibu Rini mengatakan ke ibu-ibu yang lain, kalau Syarifah pernah menyimpan uang yang seharusnya diberikan kepada ibu-ibu yang pertemuan beberapa waktu yang lalu. Bukan main sakit hati Syarifah mendengar gosip itu. Dalam hatinya ia marah. Sudah setahun ini Syarifah mengorbankan waktunya demi kemajuan ibu-ibu di dusunnya, hingga hampir saja ia diceraikan suaminya yang kurang diperhatikannya akibat sibuk berkegiatan dengan para ibu. Sudah setengah jam ia masih duduk menatap televisi kreditan yang sebulan lagi akan lunas. Akhirnya, dengan agak berat, ia pun berangkat ke tempat pertemuan, diantar oleh suami tercintanya yang dua bulan ini sudah mulai mendukung perjuangannya untuk warga dusun.

Cerita di atas merupakan salah satu tantangan yang sering dirasakan oleh seorang Community Organizer (CO) atau penggerak komunitas. Tidak banyak orang yang memperhatikan apa yang dirasakan dan dihadapi oleh seorang CO saat bekerja bersama komunitas, karena tidak dianggap sebagai masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh CO sendiri. Tapi faktanya, tantangan-tantangan yang kerap dianggap kecil dan remeh itulah yang membuat kerja-kerja pengorganisasian masyarakat menjadi lemah, bahkan mati sama sekali.

Tulisan singkat ini mencoba mengungkap beberapa kendala tersebut untuk kemudian dijadikan bahan refleksi bagi orang-orang yang hidup dan bekerja untuk komunitas, sehingga di kemudian hari menjadi perhatian kita bersama.

Jika di selidiki satu-per satu, sebenarnya ada begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang organizer. Ada tantangan yang muncul dari dalam dirinya sendiri, termasuk dari dalam keluarganya, dan ada yang dari luar, termasuk dari teman-teman di komunitasnya sendiri. Terkadang tantangan-tantangan tersebut tidak pernah diperhatikan karena dianggap masalah remeh atau masalah kecil saja. Padahal, faktanya, masalah-masalah atau tantangan-tantangan kecil dan sederhana itulah yang kemudian melunturkan perjuangan merubah komunitas.

Bayangkan saja, akibat kerja-kerjanya bersama komunitas, seorang Community Organizer cepat atau lambat akan menjadi sorotan di lingkungannya. Sebagai orang yang berfikiran maju mencoba melakukan perubaha, ia akan dinilai oleh banyak orang, termasuk keluarganya sendiri. Akibatnya, segala gerak-geriknya akan diperhatikan oleh banyak orang. Ada yang suka, ada yang tidak suka, ada juga yang tak mau tau. Tapi akhirnya, seorang Community Organizer tetap akan dipengaruhi oleh komunitas dimana ia tinggal. Sebagai orang yang mencoba melakukan perubahan, tentu saja ia harus membangun citra atau image nya, sehingga orang-orang disekitarnya memiliki penilaian yang baik tentang dirinya. Namun tetap saja akan ada orang-orang yang membenci, curiga dan iri padanya, karena mencoba merubah situasi yang dianggap nyaman oleh sebahagian orang.

Selain dari orang-orang yang iri, benci, curiga dan tidak suka dengan apa yang dilakukan seorang CO, tantangan juga muncul dari orang-orang terdekat, bahkan dari keluarga sendiri dan teman-teman dekatnya di masyarakat. Tantangan dari orang terdekat tersebut bisa saja dalam berupa harapan yang terlalu besar terhadap seorang CO. Ada kalanya, harapan tersebut tidak akan dapat diwujudkan, karena memang tugas dari seorang CO bukanlah membuat orang lain senang, namun melakukan perubahan. Sedangkan tantangan dari keluarga biasanya adalah yang paling besar, karena menyangkut hubungan emosional yang sangat tinggi.

Berdasarkan pengalaman, cerita, diskusi dan observasi terhadap kerja-kerja Community Organizer di berbagai komunitas, ada beberapa tantangan yang bisa diceritakan di dalam tulisan singkat ini. Walaupun tidak bisa menawarkan solusi yang tepat dan jitu, namun paling tidak tulisan ini bisa membangkitkan semangat CO untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan-tantangan yang terjadi saat bekerja bersama komunitas.

2

Antara Uang dan IdealismeSalah satu tantangan besar, walaupun bukan merupakan tantangan utama

adalah pergulatan seorang Community Organizer tentang uang dan idealisme. Walaupun pada taraf tertentu kerja-kerja pengorganisasian komunitas adalah kerja-kerja pengabdian, namun tidak bisa dipungkiri, seorang Community Organizer juga seorang manusia yang butuh uang. Uang merupakan kebutuhan setiap orang saat ini. Tanpa uang, maka secara ekonomi, sosial, dan budaya, seorang CO akan berada pada posisi sangat rentan.

Uang adalah simbol penting yang sering sekali melebihi makna dan fungsinya. Uang bukan lagi sebagai alat pertukaran atau perdagangan, namun juga memiliki makna sosial yang sangat besar pengaruhnya kepada manusia. Ketika seseorang memiliki banyak uang, maka secara sosial, budaya, bahkan politik, maka orang tersebut akan sangat dihormati, disegani, bahkan disukai oleh masyarakat. Begitu pentingnya uang, sehingga kadang-kadang mengalahkan hal-hal lain yang sebenarnya juga penting dalam hidup.

Seorang CO adalah juga individu yang tak bisa lepas dari kebutuhan, dimana kebutuhan tersebut salah satunya bisa diperoleh ketika memiliki uang. Namun persoalannya, kerja-kerja bersama komunitas adalah kerja-kerja pengabdian, atau kerja-kerja yang menuntut seorang CO memiliki idealisme. Idealisme mengajarkan orang untuk mau berkorban dan mau melakukan sesuatu tanpa ada imbalan. Kalimat tersebut memang benar adanya. Siapa sih manusia yang tidak butuh uang? Semua kita butuh uang. Walaupun bukan untuk kaya raya, tapi paling tidak uang itu bisa terus menyambung hidup kita dan keluarga.

Namun di sisi lain, uang juga bisa merusak idealisme atau ketulusan seseorang dalam melakukan pekerjaannya untuk masyarakat. Di jaman sekarang, imbalan atas kerja seseorang adalah uang. Prinsip tersebut berlaku untuk semua orang. Tapi persoalannya, uang bisa melunturkan ketulusan seseorang dalam bekerja, sehingga suatu saja bisa merubah tujuan orang untuk mengabdi kepada komunitas.

Berdasarkan pengalaman, salah satu unsur yang sering merusak perjuangan melakukan perubahan adalah uang. Ada kalanya seorang CO yang sebelumnya tulus melukan tugasnya mengalami perubahan akibat kebutuhan akan uang. Idealismenya bekerja mulai luntur dan hilang, saat kebutuhannya akan uang mengalahkan ketulusannya. Ia pun kemudian tidak lagi bekerja untuk masyarakat ketika ia tidak mendapatkan imbalan uang. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan CO tersebut, karena mungkin saja memang itu yang dibutuhkannya untuk tetap bertahan hidup.

Sebagai manusia yang hidup di dunia nyata, tentu saja CO memerlukan uang. Tapi yang harus dipahami dan di amini adalah, uang bukanlah merupakan tujuan dari hidup, namun hanya sebagai alat untuk bisa hidup Sebagai salah satu alat dalam hidup, uang sebenarnya bukan yang utama. Ada banyak hal lain yang membuat manusia bisa tetap hidup selain uang. Kedua, uang memang penting, tapi uang bukanlah ukuran dari kualitas hidup. Seorang CO adalah penggerak masyarakat, agar masyarakat memiliki kualitas hidup yang baik, dan kualitas hidup bukan hanya

3

ditentukan oleh uang. Dengan cara berfikir seperti ini, maka seorang CO akan terhindar dari mengutamakan uang dalam bekerja. Fikirannya akan tertuju pada bagaimana melakukan penguatan kepada masyarakat agar bisa melakukan perubahan, dan dalam melakukan perubahan, uang bukan menempati urutan pertama. Ada banyak hal yang membuat perubahan terjadi, seperti solidaritas, kepercayaan, dan kegotongroyongan.

Hal kedua yang harus dipahami oleh seorang CO adalah; ketika seorang CO bertambah cerdas, terus-menerus belajar tanpa henti, jujur, mau berkorban, disiplin dan bekerja keras, maka tak akan mungkin ia kehilangan rejeki. Selalu akan ada jalan untuk seorang CO untuk mendapatkan rejeki untuk dirinya dan keluarganya. Namun seorang CO harus benar-benar memiliki keyakinan yang besar. Tanpa ada keyakinan, maka CO akan tetap ragu dalam bekerja bersama komunitas. Ketiga, seorang CO tidak boleh menganggur. Artinya, se kecil atau se sederhana apapun pekerjaannya, seorang CO haruslah sebagai orang yang memiliki aktivitas rutin sehari-hari. Sebagai catatan, aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh CO tersebut tidak harus berpenghasilan atau berpendapatan besar. Yang penting adalah, CO harus memiliki pekerjaan lain, selain melakukan aktivitas penguatan komunitas. Tidak persoalan jika seorang CO tersebut sebagai ibu rumah tangga, penjual pulsa, kredit pakaian, pedagang, nelayan, buruh, atau apapun, yang penting halal dan punya aktivitas tetap. Tanpa itu, maka seorang CO dianggap sebagai penggangguran, dan kata-kata seorang pengangguran tidak akan didengar oleh masyarakat. Dengan kata lain, seorang CO harus menemukan kegiatan harian, sekecil apapun itu, sehingga masyarakat lebih menilai positif seorang CO.

Kecewa dan Sakit HatiTantangan besar yang juga sering dihadapi oleh seorang CO adalah menghadapi kecewa dan sakit hati. Saat bekerja di komunitas, ia akan menjadi sorotan bagi banyak orang, terutama dari orang-orang yang merasa dirinya lebih hebat dan hebat dari CO maupun dari orang yang merasa kepentingannya terganggu akibat apa yang dilakukan oleh seorang CO bersama warga lain yang ingin melakukan perubahan.Ada banyak kemungkinan yang membuat seorang CO sakit hati dan kecewa saat bekerja dengan komunitas.

Pertama; kekecewaan akan muncul ketika warga atau komunitas tidak memberi respon atau menyambut dorongan semangat atau upaya melakukan perubahan yang dilakukan oleh CO. Walaupun sudah mati-matian berkorban mendorong masyarakat, namun sering sekali masyarakat tidak perduli, cuek atau malah menjauhi CO. Ketika hal ini terjadi, maka CO bisa saja kecewa. Sudah banyak yang ia korbankan, namun tetap saja masyarakat tidak mau berubah.

Kedua; Kekecewaan dan sakit hati akan muncul ketika CO merasa tidak mendapat penghormatan dari masyarakat. Masyarakat cenderung lebih menghargai orang-orang yang dari status sosial ekonomi tinggi, seperti terhadap orang-orang kaya, pemimpin, keluarga terpandang, keluarga berpendidikan, atau orang-orang yang berpengaruh di desa. Sebagai orang dari keluarga biasa-biasa, CO sering diremehkan,

4

karena bukan berasal dari keluarga kaya, ataupun yang berpendidikan tinggi. Saat terus-menerus diremehkan, maka rasa kecewa dan sakit hati akan muncul.Ketiga; seorang CO akan merasa sakit hati jika terus-menerus dibohongi oleh masyarakat. Misalnya saja seorang CO mengajak seorang warga untuk melakukan pertemuan. Setelah berkali kali di ajak, orang itu mengatakan setuju akan datang. Tapi berkali-kali juga tidak hadir dengan berbagai alasan.

Keempat; Seorang CO akan kecewa jika orang lain tidak mau berkorban seperti dirinya. Sering sekali agar bisa merubah masyarakat, seorang CO harus memberi contoh, salah satunya dengan berkorban untuk orang lain. Berkali-kali CO melakukan itu agar masyarakat bisa berubah. Tapi walaupun sudah sering berkorban, belum tentu orang lain akan melakukan hal yang sama dengan dirinya, dan itu membuat CO kecewa. Untuk mengatasinya, maka seorang CO tidak boleh memikirkan pengorbanan orang lain. Lakukan apa yang menurut CO baik dan benar, dan berkorbanlah untuk itu. Tidak perlu menilai dan melihat pengorbanan orang lain, karena hal itu akan membuatnya semakin kecewa. Yakinlah, jika kita sudah memberi contoh yang baik dan mau berkorban untuk orang lain, maka orang lain akan berusaha meniru dan mengikuti jalan yang ditempuh CO.

Kelima; Penghianatan orang terdekat atau warga yang didampinginya bisa membuat CO kecewa dan sakit hati. Walaupun lama berjalan dan bekerja sama-sama membangun masyarakat, dan punya impian dan cita-cita yang sama untuk melakukan perubahan, namun belum tentu orang terdekat atau kawan kita tetap bisa seiring sejalan dengan kita. Bisa saja mereka akan lari dari tanggungjawab, menghilang atau tidak perduli, atau berpihak pada orang yang selama ini menghalang-halangi usaha kita melakukan perubahan. Saat itu seorang CO akan merasa ditinggalkan dan kecewa. Untuk mengatasinya, seorang CO tidak boleh rapuh dan lemah. Harus kuat jika ada orang terdekat atau warga yang kemudian berkhianat. Penghianatan adalah sesuatu hal yang biasa dan manusiawi saja. Di dunia ini pasti ada saja penghianatan. Yang penting adalah bagaimana CO bisa tetap bertahan walau ada yang berkhianat atau meninggalkan dirinya sendiri. Yakinlah, walaupun ada yang menghianati, pasti akan ada orang-orang baru yang menjadi teman kita, bahkan jumlahnya semakin banyak dan lebih baik dari sebelumnya.

Kesepian dan Merasa Berjuang SendiriSeorang CO sering merasa sendiri dan kesepian, karena tidak ada teman yang se ia sekata dan se iring sejalan. Ia harus sendirian berjuang mencoba menyadarkan masyarakat untuk berubah dan mau berorganisasi. Kesepian dan kesendirian itu akan semakin terasa ketika orang-orang desa menjauhinya dan tidak ingin dekat dengannya. Kesepian tersebut sering terjadi, dan jika tidak segera diselesaikan, maka seorang CO bisa patah semangat dan tidak mau lagi melakukan kerja-kerja bersama masyarakat. Kerja-kerja di komunitas adalah kerja-kerja yang kadang membuat CO merasa sendiri. Memang tidak ada cara untuk mengatasi rasa kesepian dan sendiri tersebut. Community Organizer harus tahan dan bisa menghibur dirinya sendiri, atau menghibur diri dengan masyarakat. Cara kedua, seorang CO harus banyak-banyak

5

mencari teman, bergaul dan jalan ke lapangan, karena hal itu akan mengurangi kesepiannya. Namun yang pasti, seorang CO harus benar-benar punya jiwa yang kuat. Ia tidak boleh lemah, lembek atau rapuh. Walaupun ia merasa sendiri, ia harus bisa mencari hal-hal yang bisa menyemangati dirinya. Kadangkala ia sesekali harus bertemu dengan sahabat atau teman yang memiliki fikiran dan jiwa yang sama, melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menghibur diri hingga bisa terhindar dari rasa sepi dan sendiri. Bisa juga seorang CO melakukan hal-hal yang disenanginya atau hoby yang disukainya, sehingga bisa mengusir rasa sepi dan kesendirian. Larangan dan Protes KeluargaKeluarga adalah tantangan terdekat sekaligus terbesar dari seorang CO. Sebagai orang terdekat, apalagi memiliki hubungan darah dan psikis, mental CO akan goyah ketika mendapat kritikan, protes, atau ditentang oleh keluarganya, baik itu oleh istri, suami, anak atau orang tua. Banyak keluarga CO yang tidak setuju jika CO banyak mengorbankan waktu, tenaga, bahkan waktu dan fikiran untuk orang lain. Pengorbanan untuk orang lain dan kurangnya perhatian terhadap keluarga akan memunculkan reaksi, karena keluarga akan merasa CO terlalu memikirkan orang lain daripada keluarganya. Untuk itu, CO harus bisa benar-benar membagi waktu secara baik, untuk keluarga dan masyarakat. Seorang CO yang tidak bisa membagi waktu dan perhatian yang baik dengan keluarga dan masyarakat akan kalah dan hancur dengan sendirinya. Seorang CO harus bisa dijadikan contoh bagi masyarakat. Jika ia sendiri tidak bisa memberikan contoh yang baik dan memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga, maka pada saat itulah ia sudah gagal.Agar ia memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga, maka CO harus bisa mengatur keseimbangan hubungannya dengan masyarakat dengan keluarga. Jangan pernah berat sebelah, karena hal itu bisa menimbulkan masalah bagi CO. Yakinkan keluarga, bahwasannya pengabdiannya kepada masyarakat memang penting dilakukan dan panggilan hatinya. Memang keluarga tidak akan bisa cepat mengerti dengan penjelasan CO. Namun memberikan bukti kepada keluarga bahwasannya apa yang dilakukannya adalah baik bagi masyarakat dan keluarga, maka yakinlah keluarga akan memahami, bahkan mendorong apa yang dilakukan oleh CO.

KekhawatiranSalah satu musuh paling besar dari seorang CO adalah melawan kekhawatiran. Kekhawatiran selalu muncul, karena CO bekerja di masyarakat yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Akan banyak orang yang tidak suka atau iri dengan apa yang dilakukan CO. Atau bisa saja khawatir karena apa yang mau dilakukan nanti penuh dengan kendala, masalah dan tantangan. Misalnya saja, khawatir jika akan diusir warga ketika kita datang ke rumah warga atau di sebuah dusun. Bisa juga khawatir jika kegiatan tidak berjalan dengan baik, khawatir jika dana kegiatan kurang, khawatir jika masyarakat melawan, khawatir jika kepala desa tidak suka, khawatir jika keluarga tidak mendukung, khawatir jika akan ada muncul masalah di kelompok, khawatir iuran tidak berjalan, dan sejuta kekhawatiran lainnya.Percayalah, masalah dan tantangan adalah suatu hal yang biasa saja dalam hidup, apalagi ketika bekerja dengan masyarakat. Namun yang lebih penting adalah, bagaimana CO bisa mengatasi rasa khawatir tersebut. Jika rasa khawatir tersebut bisa diatasi, maka 80% dari kegiatan atau usaha yang akan kita kerjakan sudah

6

selesai. Jadi, sering sekali sebuah kegiatan terkendala karena kekhawatiran kita sendiri. Ibaratnya, belum di coba sudah kalah, atau belum berperang sudah kalah! Hal itu tidak boleh terjadi pada seorang CO. Kalau mau melalukan sesuatu, lakukan sajalah! Jangan terlalu banyak pertimbangan yang akan membuat kita semakin khawatir. Sesekali harus bertindak seperti anak-anak yang senang pada sesuatu. Jika memang sudah mau dilakukan atau senang terhadap sesuatu, kerjakan saja, jangan terlalu mempertimbangkan hal-hal lain yang akan mengganggu diri kita.

Merasa Pintar dan Berhenti BelajarPrinsip seorang CO adalah terus belajar selama masih bernafas. Tidak ada kata berhenti untuk belajar, baik itu dari masyarakat, maupun dari siapapun, termasuk dari orang yang di masyarakat dianggap bodoh atau tidak pintar. Kadang kala kita bisa banyak belajar dari orang-orang seperti itu. Orang-orang yang berfikiran sederhana, miskin dan diremehkan. Banyaklah belajar dengan mereka, karena kita bisa menemukan kecerdasan dan kebijaksanaan dari mereka. Untuk bisa terus belajar, maka CO harus juga rendah hati, jangan merasa pintar dan sok paling tau dalam segala hal, karena masih banyak orang lain yang lebih pintar daripada kita. Walaupun seorang CO harus cerdas, namun ketika berdiskusi dengan masyarakat, jangan pamerkan kecerdasan itu, cukuplah kecerdasan memotivasi masyarakat saja yang ditunjukkan.

Serangan MalasTantangan paling sering muncul namun paling sering juga dilupakan oleh seorang CO adalah serangan dari rasa malas. Rasa malas memang bisa diakibatkan oleh berbagai macam latarbelakang. Bisa saja karena sudah kecewa, merasa capek, lelah, bosan dan jenuh, atau sebagainya. Ketahuilah, rasa malas itu biasanya tidak muncul dari badan, namun dari fikiran. Kita menjadi malas karena motivasi atau semangat kita berkurang. Untuk itu, seorang CO harus bisa memelihara bahkan meningkatkan semangatnya, dan membuat apa yang dikerjakannya memang menarik dan penting baginya. Jika ia merasa yang dilakukannya tidak penting lagi, maka semangatnya akan kendur, dan akhirnya rasa malaslah yang akan muncul. Jadi, jangan pernah menghilangkan rasa malas, karena sebenarnya tidak ada resep untuk menghilangkan rasa malas. Yang ada hanyalah kembali meningkatkan semangat, memotivasi diri kembali, dan ingat dengan cita-cita awal maupun impian bekerja untuk masyarakat. Harus ada keyakinan dari seorang CO bahwasannya tujuan yang ingin dicapai adalah penting, dan itu bisa menyemangati dirinya kembali.

PenutupAda banyak sebenarnya masalah, tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh seorang Community Organizer. Semuanya akan didapat ketika secara langsung bekerja bersama dengan masyarakat. Tulisan singat ini hanya mengungkapkan sebahagian saja dari segudang masalah lain. Tapi yang harus diingat adalah, semuanya akan lenyap dan berubah menjadi peluang atau potensi, jika CO bisa menguatkan semangatnya dengan mengingat cita-cita luhur yang ingin dicapai bersama masyarakat

7