tanggungjawab petugas pelayanan kesehatan atas...

120
TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS KESALAHAN DIAGNOSIS PADA PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 515 PK/Pdt/2011) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: MAWADDATUL UMMAH 1112048000050 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H/2016

Upload: others

Post on 01-Nov-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS

KESALAHAN DIAGNOSIS PADA PELAYANAN KESEHATAN RUMAH

SAKIT TERHADAP PASIEN

(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 515 PK/Pdt/2011)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

MAWADDATUL UMMAH

1112048000050

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/2016

Page 2: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat
Page 3: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

ii

Page 4: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

iii

Page 5: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

iv

ABSTRAK

MAWADDATUL UMMAH. NIM 1112048000050 TANGGUNG

JAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS KESALAHAN

DIAGNOSA PADA PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

TERHADAP PASIEN (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 515/

PK/Pdt/2011). Program Studi Ilmu Hukum, Konsenterasi Hukum Bisnis, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437

H/ 2016 M. x + 82 halaman + 3 halaman Daftar Pustaka + Lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui maksud dari kesalahan diagnosa

yang dilakukan oleh dokter selaku petugas pelayanan kesehatan dalam analisa

putusan Mahkamah Agung Nomor 515/PK/Pdt/2011 ditinjau dari undang-undang

perlindungan konsumen Nomer 8 tahun 1999. Dalam penelitian ini dibahas dasar

pertimbangan Mahkamah Agung yang di analisa dengan unsur-unsur yang

terdapat dalam Undang-Undang serta untuk mengetahui dampak hasil putusan

tersebut.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Yuridis Normatif yaitu penelitian hukum yang meletakan hukum sebagai bangunan

sistem norma. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan dan

pendekatan konseptual. Peraturan Undang-Undang dalam penelitian ini

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Mahkamah Agung dalam

memutuskan perkara tersebut berdasarkan aturan dan dalam KUHPerdata pada

pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat dari hasil CT-Scan

dengan menganalisa unsur-unsur yang termuat di dalamnya. Serta implikasi dari

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yaitu menciptakan keadilan atas

terpenuhinya hak dan kewajiban pasien sebagai konsumen, dokter dan Rumah

Sakit sebagai pelaku usaha.

Kata Kunci : Pelayanan Kesehatan, Perlindungan Konsumen, diagnosa,

Medis, Rumah sakit, Pasien.

Pembimbing : Dra. Hafni Muchtar, SH, MH, MM

Dra. Ipah Parihah, M. Hum.

Daftar Pustaka : Tahun 1984 sampai Tahun 2014

Page 6: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

v

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa yang atas Rahmat dan

Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS

KESALAHAN DIAGNOSA PADA PELAYANAN KESEHATAN RUMAH

SAKIT TERHADAP PASIEN (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 515/

PK/Pdt/2011).” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga senantiasa

terlimpahkan pada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan

pengikutnya.

Penulisan skripsi ini dalam penyusunannya tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak karena keterbatasan yang dimiliki

penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan

arahan serta masukan atas penyusunan skripsi ini.

Page 7: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

vi

3. Dra. Hafni Muchtar, SH, MH, MM dan Dra. Ipah Parihah, M. Hum.

Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran

dan memberikan arahan, saran serta kritik yang membangun demi

terselesaikannya skripsi ini.

4. Mahkamah Agung yang telah bersedia memberikan data berupa putusan

kepada penulis

5. Pimpinan dan segenap staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi kepustakaan dalam penulisan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan ikhlas, semoga dapat

bermanfaat dan kebaikan-kebaikannya dibalas oleh Allah Swt.

7. Kedua orang tua penulis Ayahanda Abd. Rozak S.Pd.I dan Ibunda

Syaicho Sarminiyati S.Pd.I yang telah memberikan doa dan dukungann,

betapa penulis bersyukur memiliki orangtua seperti beliau yang selalu

memberikan semangat serta kasih sayang yang begitu besar yang hanya

Allah yang dapat membalas semuanya serta ibunda mertuaku Maysaroh

tercinta, adik-adikku tercinta Haniyatul Hasna, Mayadatul Mufidah,

Muhammad Ainurrafiq Hariri keluarga besar kaliabang tengah,

Page 8: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

vii

Ujungharapan yang senantiasa memberikan doa dan motivasi dalam

penulisan skripsi ini.

8. H. Syahrul Fadil Lc, suami yang selalu memberikan doa dan semangat,

dukungan dan saran, serta bersedia meluangkan waktunya untuk

membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah Swt.

Menjadikan kita sebagai keluarga yang Sakinah Mawaddah Warrohmah.

9. Sahabat tersayang Lidia Tri Handayani, Novia Andriani, Herlina dan

Kharisma Putri K. atas kebersamaannya yang selalu memberikan

dukungan dan doa agar dapat menyelesaikan skripsi ini serta.

10. Anak kosan „‟Wanita Sholeha‟‟ Nur Aliyah, Wiwi Robiatul Adawiyah,

Futuha Arifin, Anisa Nur‟aini.serta adik kelasku tercinta Mita, Maya dan

Nawa Semoga silatuhrahmi kita tetap terjalin.

11. Teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum 2012 khususnya yang tergabung

dalam group “Cucu-Cucu Dekur” „‟Hukum Bisnis B‟‟ atas kekompakkan

dan kebersamaannya, semoga kelak kalian sukses.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi yang membaca. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 September 2016

Penulis

Page 9: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .......................................................................................vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 7

D. Tinjauan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8

E. Tinjauan (Riview) KajianTerdahulu .......................................... 9

F. Kerangka Teoritis dan Konseptual ............................................11

G. Metode Penelitian......................................................................13

H. Sistematika Penulisan ...............................................................16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hukum Tentang Perlindungan Pasien .....................19

1. Pengertian Hukum Tentang Perlindungan Pasien

Menurut UU Perlindungan Konsumen

Nomer 8 Tahun1999 ..........................................................19

2. Pengertian Hukum Tentang Perlindungan Pasien

Page 10: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

ix

Menurut KUH Perdata .......................................................21

B. Hak dan Kewajiban Konsumen Menurut UUPK .....................22

C. Hubungan Pasien dan Dokter ....................................................25

1. Hubungan Pasien Dengan Dokter ......................................25

2. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien ..............................26

D. Aspek Hukum Hubungan Dokter Dengan Pasien dengan

Rumah Sakit ..............................................................................31

E. Informed Consent ......................................................................33

F. Transaksi Terapeutik .................................................................34

G. Resiko Medis .............................................................................36

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN

PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP

KESALAHAN DIAGNOSA

A. Pertanggungjawaban Petugas Pelayanan Kesehatan

Terhadap Kesalahan Diagnosa Ditinjau Dari

Hukum Perlindungan Konsumen ..............................................38

B. PertanggungJawaban Petugas Pelayanan Kesehatan

Terhadap Kesalahan Diagnosa Ditinjau Dari

Hukum Perdata ..........................................................................40

1. Wanprestasi dalam Malapraktik Kedokteran .....................42

2. Perbuatan Melawan Hukum dalamMalapraktik

Kedokteran .........................................................................45

Page 11: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

x

C. Pertanggungjawaban Petugas Pelayanan Kesehatan

Terhadap Kesalahan Ditinjau Dari Hukum Praktik

Kedokteran ................................................................................47

D. Pertanggungjawaban Penyelenggara Kesehatan

Terhadap Kesalahan Medis .......................................................49

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 515/PK/Pdt/2011

A. Posisi Kasus ..............................................................................53

B. Pertimbangan Majlis Hakim dan Putusan Hakim .....................58

C. Penemuan Hukum oleh Hakim Terhadap Kesalahan

Diagnosa pada putusan Nomor 515/PK/Pdt/2011 ....................61

D. Analisis Putusan Mengenai Pertimbangan Majlis

Hakim Mahkamah Agung Dalam Memutuskan Perkara

Nomor 515/PK/Pdt/2011 ...........................................................65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................78

B. Saran-Saran ...............................................................................81

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................83

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Salianan putusan Mahkamah Agung Nomor 515/PK/Pdt/2011

Page 13: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya peningkatan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan

yang memadai, maka pemerintah maupun swasta menyediakan institusi

pelayanan kesehatan yang disebut sebagai Rumah Sakit. Rumah Sakit

yang merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatann perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

gawat darurat disediakan untuk kepentingan masyarakat dalam hal

peningkatan kualitas hidup. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

dibidang kesehatan telah berkembang dengan pesat didukung oleh sarana

kesehatan yang semakin canggih, perkembangan ini turut mempengaruhi

jasa profesional di bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu semakin

berkebang pula. Berbagai cara perawatan dikembangkan sehingga

akibatnya juga bertambah besar, dan kemungkinan untuk melakukan

kesalahan semakin besar pula.1

Setiap masyarakat, di Negeri manapun juga menghendaki agar

mempunyai derajat kesehatan yang baik. Derajat kesehatan yang baik

dapat tercapai, jika setiap anggota masyarakat dengan perasaan bebas

mengunjungi dokter, mengemukakan dengan hati terbuka segala keluhan

1 Bahder Johan, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, (Jakarta, PT.

Rineka Cipta, 2005)h.5.

Page 14: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

2

tentanG penderitaan tentang jasmani maupun rohani, agar mendapatkan

pengobatan yang sesuai.2

Di Indonesia landasan hukum kesehatan adalah Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pada saat diberlakukannya

Undang-Undang Kesehatan tersebut, hak atas perawatan pemeliharaan

kesehatan memperoleh dasar hukum dalam hukum Nasional Indonesia.

Dalam prakteknya kesehatan memiliki tiga subyek yaitu Rumah Sakit,

Tenaga Medis/Dokter dan Pasien yang memiliki masing-masing hak dan

kewajiban yang sudah diatur dalam undang-undang, tak dapat dihindari

pula bahwa ketiga subyek hukum tersebut juga memiliki kesenjangan-

kesenjangan, dalam hal pelayanan medis praktek kesehatan memiliki

hubungan yang saling terkait hubungan tersebut tidak terlepas dari

perjanjian yang disebut perjanjian terapeutik.

Perjanjian terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien

berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua

belah pihak. Berbeda dengan perjanjian pada umumnya.3 Perjanjian

terapeutik memiliki sifat dan objek yang khusus. Objek dari perjanjian

adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter.

Dokter dalam melakukan profesinya selalu dituntut untuk berusaha

sebaik mungkin dalam merawat pasiennya dan setiap tindakan yang

2Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggung jawaban Pidana

Dokter, (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 223.

3Bahder Johan, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2005), h. 11

Page 15: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

3

dilakukan harus sesuai dengan standar profesi kedokteran. Dokter sebagai

subyek hukum mempunyai tanggung jawab hukum atas setiap perbuatan

yang dilakukannya, jika perbuatan tersebut ternyata menimbulkan

kerugian terhadap pasien, maka dokter tidak dapat berdalih bahwa

tindakan tersebut bukan tanggung jawabnya.

Praktek kedokteran sebagai suatu aktifitas yang melibatkan

manusia, kita juga mengenal adanya kesalahan yang dilakukan dokter.

Mudah dimengerti karena dokter yang melakukan praktek kedokteran,

bukan saja ia adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya,

tetapi yang terpenting lagi adalah karena praktek kedokteran merupakan

suatu kegiatan yang kompleks. Praktek kedokteran betapa pun berhati-

hatinya dilaksanakan selalu berhadangan dengan kemungkinan terjadinya

resiko yang salah satunya berupa kesalahan atau kelalaian yang

dimaksud.4

Maka dari itu,mau tak mau kalangan kesehatan harus lebih

memahami aspek-aspek hukum dalam pelayanan kesehatan,sehingga

dalam menjalankan profesi kepada masyarakat menjadi lebih yakin diri.5

Gugatan untuk meminta pertanggung jawaban dokter bersumber

dari dua dasar hukum, yaitu berdasarkan wanprestasi sebagaimana diatur

4Azrul Azwar, Kesehatan Kini dan Esok, (Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia, 1990),

cet. ke-I, h. 20.

5Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, (Jakarta: Widya Medika, 1997), cet.

ke-I, h. VII.

Page 16: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

4

dalam Pasal 1239 KUHPerdata dan berdasarkan perbuatan melanggar

hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 1369 KUHPerdata.

Banyaknya terjadi kasus-kasus serta gugatan dari pihak pasien

yang melibatkan suatu Rumah Sakit, akibat dari pasien tidak puas atau

malah dirugikan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah

Sakit, merupakan indikasi bahwa kesadaran hukum masyarakat semakin

meningkat. Semakin sadar masyarakat akan aturan hukum, semakin

mengetahui hak dan kewajibannya dan semakin luas pula suara-suara

yang menuntut agar hukum memainkan peranannya di bidang kesehatan.

Hal ini pula yang menyebabkan masyarakat (pasien) tidak mau lagi

menerima begitu saja cara pengobatan yang dilakukan oleh pihak medis.

Pasien ingin mengetahui bagaimana tindakan medis dilakukan agar

nantinya tidak menderita kerugian akibat kesalahan dan kelalaian pihak

medis.6

Sebenarnya sorotan masyarakat terhadap profesi kesehatan

merupakan suatu pertanda bahwa pada saat ini sebagian masyarakat belum

puas terhadap pelayanan kesehatan dan pengabdian profesi tenaga

kesehatan terhadap masyarakat pada umumnya dan pasien pada

khususnya. Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter,

maraknya tuntutan yang diajukan masyarakat dewasa ini seringkali

identik dengan kegagalan upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter

dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya hanya untuk

6 Soejami, Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik, (Bandung , Citra Aditya, 1992), hal.

9.

Page 17: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

5

penyembuhan, dan kegagalan dalam ilmu kedokteran tidak selalu identik

dengan kegagalan dalam tindakan.

Rumah Sakit Pondok Indah adalah salah satu rumah sakit yang

terletak di daerah Jakarta Selatan. Pelayanan di RS.Pondok Indah tidaklah

sepenuhnya maksimal. Terbukti dalam pelaksanaannya hak-hak pasien di

rumah sakit tersebut belum bisa tertangani secara baik.

Setiap kegiatannya seringkali rumah sakit melimpahkan semua

kepada dokter dalam menangani proses penanganan medik. Beberapa

macam pola yang berkembang dalam kaitannya dengan hubungan kerja

antara dokter dan Rumah Sakit antara lain:7 dokter sebagai (attending

physician) mitra dan dokter sebagai independent contractor yang masing-

masing dari pola hubungan kerja tersebut akan sangat menentukan apakah

rumah sakit harus bertanggung jawab, atau tidak terhadap kerugian yang

disebabkan oleh kesalahan dokter.

Terdapat contoh kasus dalam putusan Mahkamah Agung Nomor

515/PK/Pdt/2011 yang merugikan pasien yang terjadi di Rumah Sakit

Pondok Indah yang dikeluhkan akibat dari kesalahan dokter dalam

mendiagnosa, dimana pasien yang bernama Ny. Sita Dewaki Darmoko.

Pada 12 Februari 2005, Ny. Sita Dewaki Darmoko melakukan operasi

pengangkatan tumor di ovarium. Bahwa operasi dilakukan oleh tim dokter

RSPI dimana bertindak selaku ketua tim adalah Prof. dr. Ichramsjah A.

Rahman dengan anggota terdiri dari dr. Hermansyur Kartowisatro dan

7Noor M Aziz , Laporan Penelitian Hukum Tentang Hubungan Tenaga Medik, Rumah

Sakit dan Pasien, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 2010 h- 39

Page 18: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

6

Prof. dr. I Made Nazar. Setelah operasi selesai dilakukanlah uji

laboratorium pathologi guna mengetahui apakah tumor tersebut ganas atau

tidak. Uji laboratorium yang dilakukan oleh Prof. dr. I Made Nazar.

Setelah hasilnya keluar Prof. dr. I Made Nazar menyerahkannya

kepada Prof. dr. Ichramsjah A. Rahman bahwa tumor tersebut tidak ganas

yang disampaikan pada 12 Februari 2005. Kemudian terdapat hasil PA

terakhir pada tanggal 16 Februari 2005 yang terindikasi ganas dan ternyata

hasil tersebut tidak disampaikan kepada keluarga pasien.

Pada bulan November 2005, Ny. Sita melakukan pengecekan

kembali ke Rumah Sakit tersebut karna keadaannya semakin kritis.

Diperiksalah oleh dr. Mirza Zoebir dan didentifikasi bahwa pasien terkena

verdact typus. Kemudian dr. Mirza melakukan CT Scan bahwa ada yang

tidak beres di liver korban namun dr. Mirza menyatakan bahwa belum

perlu dilakukan tindakan lebih lanjut.

Pada bulan Februari 2006, Ny. Sita pun kembali ke RSPI untuk

menemui Prof. dr. Ichramsjah A. Rahman untuk diperiksa kembali karna

keadaan pasien tidak kunjung sembuh, malah terjadi benjolan diarea

perutnya, yang dirasa sangat sakit, lalu dr. Ichramsjah merekomendasikan

pemeriksaan tersebut kepada dr. Hermansyur untuk dilakukan CT Scan

dan hasilnya adalah bawa Ny. Sita terkena Kanker liver stadium 4.

Kemudian dr. Hermansyur menyerahkan kelanjutan tindakan pengobatan

pasien kepada dr. Ichramsjah karna awalnya Ny. Sita ditangani oleh dr.

Ichramsjah.

Page 19: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

7

Setelah dr. Ichramsjah mengetahui kesimpulan tersebut, ia pun

merasa terheran-heran akan hasil pemeriksaan tersebut. Bahwa melihat

kenyataan demikian keluarga pasien merasa kebingungan atas sikap dan

kesimpulan yang diberikan oleh dokter, bahwa para dokter tersebut tidak

menunjukan profesionalitasnya, karna hal tersebut keluarga pasien merasa

kecewa yang sangat mendalam karena keluarga korban telah memberikan

kepercayaan serta melakukan penanganan medis yang begitu lama dengan

biaya yang sangat besar dan memberatkan beban keluarga pasien.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas

masalah mengenai kerugian oleh konsumen tersebut ke dalam bentuk

Skripsi dengan judul “TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN

KESEHATAN ATAS KESALAHAN DIAGNOSIS PADA

PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN

(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 515 PK/Pdt/2011)’’

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian, maka yang akan

menjadi identifiksi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara pasien sebagai konsumen dengan

tenaga medis?

2. Bagaimana ketentuan-ketentuan pemenuhan hak dan kewajiban

yang dilakukan tenaga medis kepada pasien?

3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam mengadili Putusan Nomor

515/PK/Pdt/2011?

Page 20: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

8

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas pada

penelitian ini maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis. Disini penulis hanya akan membahas mengenai sistematika dalam

perlindungan konsumen atas kerugian dalam hal ini berdasarkan analisis

putusan Mahkamah Agung Nomor 515/PK/Pdt/2011.

2. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah ini ialah:

a. Sejauh mana tanggung jawab yang diberikan pihak dokter dan

Rumah Sakit terhadap pasien jika terjadi kesalahan diagnosa ?

b. Bagaimana pertimbangan hukum dalam putusan 515/PK/Pdt/2011

yang diambil oleh hakim dalam mengadili putusan kerugian yang

dialami oleh pasien?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai pokok perrmasalahan yang ada, maka adapun tujuan dari

penulisan penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui hak dan kewajiban yang diberikan pihak rumah

sakit terhadap pasien.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang diambil oleh hakim

dalam mengadili putusan kerugian yang dialami oleh pasien.

Page 21: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

9

2. Manfaat Penelitian

Adapun penulisan dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. Secara Praktis

Memberikan informasi yang mendalam mengenai peraturan

undang-undang mengenai perlindungan pasien pada hukum bisnis

di Negara Indonesia sebagai wujud perlindungan pasien di Rumah

Sakit.

b. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu karya tulis ilmiah

yang dapat menambah khazanah khususnya dibidang ilmu hukum

bisnis.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan dan mencari perbedaan pada penulisan

skripsi ini dengan penelitian tentang perlindungan konsumen lainnya, maka

penulis melakukan penelusuran terhadap beberapa judul penelitian terlebih

dahulu. Di antara penelitian-penelitian tersebut adalah:

1. Skripsi Apriyanti mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM

TRANSAKSI E-COMMERCE DITINJAU DARI HUKUM

PERIKATAN.” Terdapat kesamaan antara skripsi ini dengan penelitian

penulis yaitu sama-sama mebahas tentang perlindungan konsumen.

Yang membedakan yaitu pada fokus permasalahan dimana penulis

Page 22: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

10

dalam penelitian ini lebih memfokuskan perlindungan hukum bagi

konsumen Rumah Sakit atas kesalahan diagnosa sedangkan skripsi ini

memfokuskan pembahasan mengenai perlindungan hukum bagi

konsumen dalam transaksi e-commerce.

2. Skripsi L Niken Rosali mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

dengan judul ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN

SEBAGAI KONSUMEN JASA DIBIDANG PELAYANAN MEDIS

BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

PERDATA”. Terdapat persamaan dalam skripsi ini dengan penelitian

penulis yaitu sama-sama membahas tentang perlindungan pasien

terhadap pelayanan medis, sedangkan yang membedakannya adalah

skripsi ini mengambil titik fokus terhadap perlindungan hukum pasien

berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sedangkan penulis

menfokuskan terhadap layanan medis yang disediakan di rumah sakit

berdasarkan Putusan Hakim Nomor 515/PK/Pdt/2011.

3. Buku yang berjudul “HAK-HAK KONSUMEN”, yang ditulis Dr.

Abdul Halim Barkatullah, S.Ag., S.H. M.Hum, yang diterbitkan pada

tahun 2010 edisi pertama. Kesamaan dalam buku ini dengan penelitian

penulis ialah membahas tentang hak-hak konsumen yang harus di

penuhi, sedangkan perbedaannya adalah buku ini adalah pedoman yang

membahas tentang hak-hak perlindungan konsumen saja tidak

berdasarkan putusan sedangkan penulis melihat pelanggaran

berdasarkan putusan.

Page 23: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

11

4. Jurnal Alfiansyah Mahasiswa Universitas Brawijaya yang berjudul

“TANGGUNG GUGAT DOKTER ATAS KESALAHAN

DIAGNOSIS PARA PELAYAN MEDIS DIRUMAH SAKIT (STUDI

KASUS DI RSUD DR.SOEBANDI JAMBER”. Persamaan jurnal ini

dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggugat dokter dalam

kesalahan pemberian diagnosa terhadap pasien. Sedangkan

perbedaannya adalah dalam jurnal ini membahas tentang menggugat

dokter medis dalam memberikan diagnosa yang salah terhadap

kelalaian para pelayan medis studi kasus di RSUD dr.Soebandi

Jamber, sedangkan penulis membahas penelitian ini berdasarkan hasil

putusan Nomor 515/PK/Pdt/2011.

F. Kerangka Teoritis dan Konseptual

Kerangka teoritis adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar

pemikiran dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti,

sedangkan kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin diteliti atau akan diteliti.

Pengertian yang akan diteliti dalam kerangka teoritis dan konseptual ini

bertujuan untuk membatasi luasnya pengertian mengenai berbagai hal yang

mempunyai hubungan dengan penelitian ini, adapun kerangka yang

digunakan adalah:

1. Kerangka Teoritis

a. Pelayanan Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia di

samping sandang pangan dan papan, tanpa hidup yang sehat,

Page 24: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

12

hidup manusia menjadi tanpa arti, sebab dalam keadaan sakit

manusia tidak mungkin dapat melakukan kegiatan sehari-hari

dengan baik. Selain itu orang yang sedang sakit (pasien) yang

tidak mampu menyembuhkan dirinya sendiri, tidak ada pilihan

lain dengan meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan

untuk menyembuhkan penyekitnya, dan tenaga kesehatan

tersebut melakukan upaya yang disebut sebagai pelayanan

kesehatan.8

b. Perlindungan Konsumen

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan

kepada konsumen.

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan

antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau yang diteliti. Kerangka

konseptual berisi uraian konsep-konsep yang berhubungan dengan variable

penelitian, yaitu rumusan konsep-konsep dari variable yang diteliti yang

digunakan oleh peneliti/penulis dalam penelitian atau penulisan.

Untuk menghindari terjadinya kesalah fahaman mengenai istilah-istilah

yang digunakan dalam uraian, maka di bawah ini diberikan penjelasan

mengenai beberapa istilah tersebut, yaitu:

1. Diagnosa

8 Wila Chandrawila, Hukum Kedokteran, (Bandung, Mandar Maju, 2001) hal . 3

Page 25: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

13

Diagnosa adalah Penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti

(memeriksa) gejala-gejalanya, pemeriksaan terhadap suatu hal.

2. Medis

Penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala dengan

menggunakan cara dan alat seperti laboratorium, foto, dan klinik.

3. Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional

yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

kesehatan lainnya.

4. Pasien

Di dalam Undang-Undang Nomor29 Tahun 2004 Tentang Praktek

Kedokteran, pasien adalah Setiap orang yang melakukan konsultasi

masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter

atau dokter gigi.

G. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data yang

diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu

yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih

tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang benar ini

nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan

tertentu. Jenis penelitian hukum yang dilakukan adalah penelitian yuridis

Page 26: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

14

normatif, penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

meletakan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma.9

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang

berbentuk studi deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan yang

menggambarkan permasalahan yang didasarkan pada data-data yang

ada, lalu dianalisa lebih lanjut untuk diambil sebuah kesimpulan.

Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang berusaha mengkombinasikan pendekatan

normatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

yuridis normatif yang bersifat kualitatif, penelitian yang mengacu pada

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,

putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang di

masyarakat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik merupakan kelanjutan dari

penelitian deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan

karakteristik tertentu, tetapi juga menganalisa dan menjelaskan

mengapa atau bagaimana hal itu terjadi.

3. Sumber Data

Mengingat penelitian ini menggunakan metode Library Research,

maka diambil data dari berbagai sumber tertulis sebagai berikut :

9 Fahmi M. Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h-31

Page 27: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

15

a. Data primer

Data primer adalah sumber data asli yang memuat informasi atau

data-data bahan-bahan hukum yang terkait. Sumber data primer

dalam penelitian ini adalah:

1. Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

4. .UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Dokter

5. Bahan-bahan hukum lain yang masih berlaku dan berkaitan

dengan yang dibahas dalam penelitian ini.

6. Putusan Mahkamah Agung Nomor 515/PK/Pdt/2011

b. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer tersebut. Data sekunder dalam

penelitian ini adalah studi kepustakaan, buku-buku, arsip- arsip,

jurnal, dokumen-dokumen yang mendukung dalam pembahasan

ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mendapatkan data yang akurat untuk mendukung

penelitian ini, maka penulis akan menggunakan metode pengumpulan

data, yaitu:

a. menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumen adalah

metode yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari

Page 28: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

16

data-data melalui catatan-catatan artifak melalui kajian terhadap

studi kepustakaan seperti buku karya ilmiah, jurnal serta kasus-

kasus yang berkaitan dan didapat melalui sumber yang akurat

serta berkaitan dengan penelitian ini. Studi dokumen dalam

peneitian ini digunkan untuk memperoleh data-data yang berkitan

dengan pembahasan skripsi ini.

b. Studi pustaka yaitu upaya untuk mengidentifikasi secara

sistematis dan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen

yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan

masalah penelitian yang akan dilakukan. Terdiri dari dua langkah

yaitu kepustakaan konseptual meliputi artikel-artikel atau buku-

buku yang ditulis oleh para ahli yang memberikan pendapat,

pengalaman, teori-teori atau ide-ide tentang apa yang baik dan

yang buruk, hal-hal yang diinginkan dan tidak diinginkan dalam

bidang masalah.

5. Teknik Metode Penulis

Teknik penulisan skirpsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Tahun 2012” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakata.10

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan alur pemahaman dan alur pemikiran yang logis

dalam penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran umum secara

10

Tim Penyusun FSH, Pedoman Penelitian Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan dan

Jaminan Mutu (PPJM), 2012

Page 29: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

17

sistematis tentang keseluruhan penelitian ini berdasarkan buku pedoman

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta

Terbitan Tahun 2012. Adapun susunan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang Latar Belakang,

Identifikasi masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Riview) Kajian

Terdahulu, Kerangka Teoritis dan Konseptual, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dijelaskan Pengertian Hukum tentang

Perlindungan Pasien, Hubungan Pasien dan Dokter,

Hubungan pasien dengan dokter, Aspek hukum hubungan

dokter, pasien dengan Rumah Sakit, Informed Consent,

Transaksi Terapeutik, Resiko Medis.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG

JAWABAN PETUGAS PELAYANAN TERHADAP

KESALAHAN DIAGNOSA

Dalam Bab ini membahas tentang, Pertanggungjawaban

Petugas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kesalahan

Page 30: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

18

Diagnosa Ditinjau Dari Hukum Perdata.

Pertanggungjawaban Petugas Pelayanan Kesehatan

Terhadap Kesalahan Diagnosa Ditinjau Dari Hukum

Perlindungan Konsumen. Pertanggungjawaban Petugas

Pelayanan Kesehatan Terhadap Kesalahan Ditinjau Dari

Hukum Praktik Kedokteran

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH

AGUNG NOMOR 515/PK/Pdt/2011

Berisi posisi kasus, Pertimbangan Majlis Hakim dan

putusan hakim, penemuan hukum oleh hakim terhadap

kesalahan diagnosa pada putusan Nomor 515/PK/Pdt/2011,

analisis mengenai pertimbangan Majlis Hakim Mahkamah

Agung dalam memutuskan perkara Nomor

515/PK/Pdt/2011

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran penulis berdasarkan

pemaparan bab-bab sebelumnya.

Page 31: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hukum Perlindungan Pasien

1. Perlindungan Pasien Sebagai Konsumen Menurut Hukum Perlindungan

Konsumen

Masalah perlindungan pasien sebagai konsumen bukanlah masalah

baru, sampai saat ini batasan hukum perlindungan konsumen masih beragam.

Masyarakat Indonesia sebagai konsumen belum mengerti benar akan arti

perlindungan pasien. Masyarakat sering tidak sadar apabila hak-haknya

dirugikan oleh pelaku usaha. Dalam Undang- undang No. 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen tidak diatur dengan jelas mengenai pasien,

tetapi pasien dalam hal ini juga merupakan seorang konsumen.

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat

merugikan konsumen itu sendiri.1

Menurut Shidarta bahwa istilah “hukum konsumen” dan “hukum

perlindungan konsumen” sudah sangat sering didengar. Namun, belum jelas

benar apa saja yang masuk ke dalam materi keduanya. Juga, apakah kedua

1 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT.Citra

Aditya Bakti, 2006), h. 9.

Page 32: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

20

cabang hukum itu identik. Posisi konsumen yang lemah maka ia harus

dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah

memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Jadi,

sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua

bidang yang sangat sulit dipisahkan dan ditarik batasnya. Hukum

perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang

memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur, dan juga

mengandung sifat melindungi konsumen.2

Menurut AZ Nasution, Hukum Konsumen merupakan keseluruhan

asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum dan

masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang

dan/atau jasa konsumen didalam pergaulan hidup.3 Hukum konsumen

memiliki skala yang lebih luas meliputi berbagai aspek hukum yang

didalamnya terdapat kepentingan pihak konsumen, ini adalah aspek

perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak-hak

konsumen terhadap gangguan pihak lain.

Pengertian dari istilah perlindungan konsumen itu sendiri dalam Pasal

1 angka 1 UUPK adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

2Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi 2006, (Jakarta:

Grasindo, 2006), h. 11.

3 AZ. Nasution,Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Tiagra

Utama, 2002), h. 37.

Page 33: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

21

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Rumusan pengertian

perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UUPK tersebut

cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan

tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk

kepentingan konsumen.

Pengertian tersebut disamakan dengan definisi konsumen didalam

Pasal 1 angka 2 UUPK yaitu:

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

2. Perlindungan Pasien Sebagai Konsumen Menurut KUH Perdata.

Mengenai perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen

jasa pelayanan medis ada ketentuan yang mengatur. Pada dasarya ketentuan

yang mengatur perlindungan hukum bagi konsumen dapat dijumpai pasal

1365 KUH Perdata. Disamping itu pasal 1365 KUH Perdata berisikan

ketentuan antara lain sebagai berikut:

“Tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada seorang

lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian

tersebut”.

Menurut Van Gelein Vitringa dengan teori Schutznem, dinyatakan

bahwa :“Seseorang yang melakukan perbuatan melawan hukum dan

karenanya melanggar suatu norma hukum, hanya wajib membayar ganti rugi

Page 34: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

22

atas kerugian yang ditimbulkan, apabila norma yang dilanggar bertujuan

melindungi kepentingan orang yang dirugikan'' .4

Menurut Pasal 1366 KUH Perdata, berisikan ketentuan antara lain

sebagai berikut:

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan

perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaiannya atau

kurang hati-hatinya”.

Jika kembali kepada asas hukum dalam hukum perdata dapat

dikatakan bahwa siapapun yang tindakannya merupakan pihak lain, wajib

memberikan ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian tersebut. Dalam

konsep dan teori dalam ilmu hukum,5 perbuatan yang merugikan tersebut

dapat lahir karena :

(1) Tidak ditepatinya suatu perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat

(yang pada umumnya dikenal dengan istilah wan-prestasi); atau

(2) Semata-mata lahir karena suatu perbuatan tersebut (atau yang dikenal

dengan perbuatan melawan hukum).

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam UUPK

Hak dan kewajiban terjelma dalam tindakan perorangan atau kelompok.

Salah satu tindakan tersebut adalah tindakan antara pelaku usaha dengan

4 Guwandi, J Malpraktek Medik. Jakarta: Universitas Indonesia, 1993.

5 Hermien Hadiati dan Keoswadji. Hukum dan Masalah Medik. Surabaya : Airlangga,

1984.

Page 35: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

23

konsumen dalam melakukan hubungan hukum. Demi kelancaran hubungan

hukum perlu diterapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku agar hukum tersebut

dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan teratur serta mempunyai kepastian

hukum. Dapat dikatakan hak dan kewajiban yang satu dengan yang lain tidak

boleh saling merugikan.

Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu:

Hak konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

Page 36: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

24

h. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

brang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya;

Selain memperoleh hak-hak tersebut di atas, untuk menyeimbangkannya

konsumen juga mempunyai beberapa kewajiban yaitu:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan

sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada

pelaku usaha diberikan hak sebagaimana diatur pada Pasal 6 UUPK.

Hak Pelaku Usaha adalah:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik.

Page 37: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

25

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen.

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/jasa yang

diperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan pada

uraian terdahulu, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajiban-

kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UUPK.

Kewajiban pelaku usaha adalah:

a. Beritikad baik dalam melakukan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan

penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur, serta tidak

diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standard mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

Page 38: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

26

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/jasa jasa tertentu, serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/jasa penggantian apabila barang dan/atau

jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

C. Hubungan Pasien Dengan Dokter

1. Hubungan pasien dengan dokter

Mulyohadi Ali menyebutkan bahwa pasien (klien pelayanan medik)

adalah orang yang memerlukan pertolongan dokter karena penyakitnya, dan

dokter adalah orang yang dimintai pertolongan karena kemampuan profesinya

yang dianggap mampu mengobati penyakit.6 Hubungan terjadi ketika dokter

bersedia menerima klien itu sebagai pasien. Hubungan antara orang yang

memerlukan pertologan dan orang yang diharapkan memberi pertolongan

pada umumnya bersifat tidak seimbang. Dokter berada di posisi paling kuat

dan pasien berada pada posisi yang paling lemah. Dalam hubungan yang

demikian, diharapkan dokter bersikap bijaksana dan tidak memanfaatkan

kelemahan pasien untuk mencari keuntungan. Selain itu dokter juga

mempunyai kewajiban moral untuk menghormati hak pasien sebagai manusia.

Ketika hubungan dokter dan pasien itu disertai dengan penerimaan

imbalan jasa dari pasien, dan pasien bersedia untuk memberikan imbalan

6Dr. Ari Yunanto, Sp. A(K), IBCLC, SH, Helmi SH., Mhum. Hukum Pidana Malpraktik Medik

Tinjauan dan Presfektif Medikolegal, (Yogyakarta, CV. AND OFFSET, 2010) h.13

Page 39: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

27

tersebut kepada dokter, maka terjadilah hubungan yang disebut dengan

hubungan kontraktual. Dalam hubungan kontraktual terdapat terdapat

kewajiban dan hak yang harus terpenuhi akan tetapi sifat ketidak seimbangan

maka faktor kepercayaan yang memegang peran penting. Pasien hendaknya

bersikap jujur dalam mengungkapkan apa yang dokter ingin ketahui, termasuk

hal yang bersifat pribadi, dan dokter juga bersikap jujur dalam upaya

menolong pasien. Selain itu dokter dapat dipercaya bahwa dapat menyimpan

semua rahasia pasien serta tidak mengungkapkan rahasia itu kepada siapapun

tenpa sepengetahuan pasien kecuali atas perintah Undang-Undang. Sikap

saling percaya ini sangat penting agar dokter dapat mencari penyelesaian yang

dikeluhkan pasien.7

2. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien

A. Hak dan Kewajiban pasien8

a. Hak pasien

Pasal 52 dan 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik Kedokteran mengatur tentang hak dan kewajiban

pasien dalam hubungannya dengan kontrak terapeutik, dimana pasien

mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Pada pasal 52, tentang hak

7Dr. Ari Yunanto, Sp. A(K), IBCLC, SH, Helmi SH., Mhum. Hukum Pidana Malpraktik

Medik Tinjauan dan Presfektif Medikolegal, (Yogyakarta, CV. AND OFFSET, 2010) h.13 8Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan

Zaman, (Jakarta: EGC, 2007). H.6

Page 40: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

28

pasien, disebutkan bahwa dalam menerima pelayanan pada praktik

kedokteran, pasien mempunyai hak:9

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik

sebagimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)

2. Meminta pendapat dokter atau atau dokter gigi lain

3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medik

4. Menolak tindakan medik

5. Mendapatkan isi rekaman medik

Dalmy Iskandar menyebutkan rincian hak dan kewajiban pasien yang

antara lain adalah sebagai berikut.10

1. Hak memperoleh pelayanan kesehatan yang manusiawi sesuai

standar profesi

2. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi

dari dokter yang bertanggung jawab terhadap perawatannya.

3. Menolak keikutsertaan dalam penelitian kedokteran

4. Kerahasiaan atas cacatan medisnya

5. Hak untuk dirujuk kalau diperlukan

6. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang penelitian kliniknya

9Dr. Ari Yunanto, Sp. A(K), IBCLC, SH, Helmi SH., Mhum. Hukum Pidana Malpraktik

Medik Tinjauan dan Presfektif Medikolegal, (Yogyakarta, CV. AND OFFSET, 2010) h.20

10Dr. Ari Yunanto, Sp. A(K), IBCLC, SH, Helmi SH., Mhum. Hukum Pidana Malpraktik

Medik Tinjauan dan Presfektif Medikolegal, (Yogyakarta, CV. AND OFFSET, 2010) h.21.

Page 41: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

29

7. Hak untuk memperoleh perawatan lanjutan dengan informasi

tentang nama/alamat dokter selanjutnya

8. Hak berhubungan dengan keluarga, rohaniwan, dan sebagainya.

9. Hak mendapatkan penjelasan tentang rincian rekening (perawatan,

obat, pemeriksaan laboratorium, rontgen, USG, biaya kamar

bedah, imbalan jasa, dan sebagainya).

10. Hak memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan Rumah

Sakit.

11. Hak menarik diri dari kontrak terapeutik.

b. Kewajiban Pasien11

Beberapa kewajiban pasien dalam profesi kedokteran antara lain:

1. Kewajiban memberikan informasi medik

Sebagaimana telah diketahui, infoemasi medik yang diperoleh

melalui wawancara atau anamnesis merupakan salah satu unsur

utama dalam penegakan diagnosis penyakit yang diderita oleh

seorang pasien dan selanjutnya diagnosis ini sangat penting untuk

menentukan suatu tindakan medik.

2. Kewajiban menaati petunjuk dan nasihat dokter

Kewajiban yang penting karena berkaitan langsung dengan

keberhasilan tindak medik yang diambil dokter.

11

Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman, (Jakarta: EGC, 2007), h, 9-10

Page 42: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

30

3. Kewajiban memenuhi atauran-aturan pada sarana kesehatan

Dalam hal ini termasuk kewajiban menyelesaikan administrasi,

keuangan dan sebagainya. Juga termasuk hal-hal mengenai waktu

kunjungan, penunggu pasien, makanan yang boleh atau tidak

boleh diberikan kepada pasien dan lain-lain.

4. Kewajiban memberikan imbalan jasa kepada dokter

Kewajiban ini perlu ditegakan untuk tercapainya kesetaraan

hukum dalam hubungan dokter dan pasien, bahwa segala jerih

payah dokter harus dihargai dengan sepantasnya sejauh keadaan

pasien memungkinkan.

5. Kewajiban berterus-terang

Apabila selama dalam perawatan dokter atau rumah sakit timbul

masalah, misalnya pasien tidak puas atas perawatan atau

pengobatan yang diberikan, maka pasien wajib menyampaikan

pertama kali pada dokter yang merawatnya itu. Beberapa penulis

mengaitkan ini dengan itikad baik dari pasien terhadap dokternya.

6. Kewajiban menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahui

Beberapa penulis menyebutkan bahwa kewajiban ini sebenarnya

merupakan kesejajaran dengan hak pasien untuk sendiri, yakni

rahasianya yang wajib disimpan oleh dokter.

Pasal 53 UU No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedoktera

mengenai kewajiban pasien

Page 43: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

31

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya.

b. Mematuhi nasihan dan petunjuk dokter atau dokter gigi

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di saran pelayanan kesehatan

dan

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

B. Hak dan kewajiban dokter

a. Hak Dokter

Pasal 50 UU No 29 Tahun 2004 Tentang kedokteran dokter atau

dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak:

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas

sesuai dengan standar profesi dan standar operasional.

2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar

prosedur operasional.

3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya dan

4. Menerima imbalan jasa.

Selain itu juga memiliki hak yang berasal dari hak asasi manusia

seperti:12

1. Hak atas privasinya

2. Hak untuk diperlakukan secara baik.

3. Hak untuk beristirahat.

4. Hak untuk secara bebas memilih pekerjaan.

5. Hak untuk terbebas dari ancaman dan kekerasan, dan lain-lain

sewaktu menolong pasien.

12

Dr. Ari Yunanto, Sp. A(K), IBCLC, SH, Helmi SH., Mhum. Hukum Pidana Malpraktik Medik Tinjauan dan Presfektif Medikolegal, (Yogyakarta, CV. AND OFFSET, 2010) h.24

Page 44: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

32

b. Kewajiban Dokter

Menurut kode etik Kedokteran Indonesia/KODEKI kewajiban

dokter dapat dibagi menjadi 4 katagori:13

1. Kewajiban umum.

2. Kewajiban dokter terhadap pasien.

3. Kewajiban dokter terhadap team sejawat.

4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri.

Pasal 51 UU No 29 Tahun 2004 TentangPraktik Kedokteran,

dokter atau dokter gigi dalam melaksakan praktik kedokteran

mempunyai kewajiban:

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

b. Merujuk pasien ke dokter atau ke dokter gigi lain yang

mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila

tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan dan pengobatan.

c. Merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan

juga pasien itu meninggal dunia.

d. Melakukan pertolongan daruat atas dasar perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya dan

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi.

C. Aspek Hukum Hubungan Dokter, Pasien dengan Rumah Sakit14

a. Aspek Hubungan Dokter Dengan Rumah Sakit.

13

Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman, (Jakarta: EGC, 2007), h,11-12

14

Dr. Willa Chandrawila Supriadi, S.H, Hukum Kedokteran, (Anggota IKAPI : Mondar Maju, 2001) h.9-10.

Page 45: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

33

Hubungan dokter dengan rumah sakit adalah juga hubungan antara

hubungan subyek hukum dan subyek hukum. Dokter sebagai subyek hukum

orang pribadi dan rumah sakit sebagai subyek hukum yaitu badan hukum.

Hubungan yang terbentuk adalah hubungan perdata pula, dimana timbul hak

dan kewajiban para pihak secara timbal balik.

Hubungan yang terbentuk antara dokter dan rumah sakit, dibagi

menjadi dua macam. Pertama terjadi hubungan perburuhan, yakni dokter

bekerja sebagai karyawan dari Rumah Sakit dan menerima gaji dari Rumah

Sakit. Hubungan yang seringkali terjadi pada rumah sakit swasta adalah

hubungan yang berdasarkan pada perjanjian/ kontrak yang dikenal sebagai

hubungan kontraktual.

b. Aspek Hukum Hubungan Pasien dan Rumah Sakit

Hubungan pasien dengan rumah sakit adalah hubungan antara subyek

hukum dan subyek hukum. Diatur oleh kaidah-kaidah hokum perdata dan

memenuhi hubungan yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak.

Pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dan rumah sakit

sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam bidang perawatan

kesehatan yang diatur dalam perjanjian/kontrak. Rumah sakit berkewajiban

untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan ukuran atau

standar perawatan kesehatan. Dan di dalam Rumah Sakit terdapat dokter

dimana dokter dan pasien terdapat sebuah perjanjian pula.

Page 46: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

34

D. Informed Consent

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunkasi

yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa

yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.15

Informed

consent sangatlah penting mengingat tidak ada yang dapat menduga hasil akhir

dari pelayanan kedokteran. Dalam informed consent, dokter menjelaskan

mengenai diagnosis penyakit pasien, terapi yang akan di lakukan serta resiko-

resikonya. Pasien secara bebas dapat menolak atau menyetujui terapi tersebut.

Dengan persetujuan informed consent oleh pasien secara tidak langsung

telah memberikan persetujuan kepada dokter untuk dilakukan terapi kedokteran

dengan segala resikonya. Apabila dalam terapi kedokteran tersebut menimbulkan

kerugian kepada pasien seperti luka, cacat dan meninggal maka dokter tidak

dapat dituntut selama memenuhi standar profesi dan standar prosedur karena

termasuk dalam kategori resiko medis.

Informasi dan penjelasan dalam informed consent dianggap cukup,

apabila telah mencakup beberapa hal dibawah ini, yaitu : 16

1. Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan dilakukan.

2. Tata cara tindakan medis yang akan dilakukan.

3. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.

15 Budi Sampurna, dkk, Bioetik dan Hukum Kedokteran, (Jakarta:

Pustaka Dwipar, 2007), h. 79

16 Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,

2013), h. 99

Page 47: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

35

4. Alternatif tindakan medis lain yang tersedia serta resikonya masing-masing.

5. Prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan.

6. Diagnosis.

Undang-undang Praktik Kedokteran menentukan persetujuan pasien

dapat diberikan secara tertulis atau lisan, namun dalam praktik informed consent

dapat dilakukan secara diam, sikap pasrah.17

Persetujuan tertulis menjadi mutlak

terhadap terhadap praktik kedokteran yang memiliki resiko tinggi. Namun, dalam

kondisi tertentu seperti keadaan darurat, pasien tidak sadarkan diri dan dibawah

pengampuan maka persetujuannya dapat ditunda sampai pasien sadar atau

meminta persetujuan kepada keluarga pasien.

E. Transaksi Terapeutik

Menurut seorang pakar hukum H.H. Koeswadji, transaksi terapeutik

adalah perjanjian (verbintenis) untuk mencari atau menentukan terapi yang

paling tepat bagi pasien oleh dokter dan tenaga kesehatan. Sedangkan menurut,

Veronica Komalawati, transaksi terapeutik adalah hubungan hukum antara dokter

dan pasien dalam pelayanan medis secara profesional didasarkan kompetensi

yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan tertentu dibidang kedokteran.18

Didasarkan mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia yang

dilampirkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

17

Veronika Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi

Terapeutik, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002), h.110 18

Cecep Triwibowo, Etika Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), h.62

Page 48: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

36

434/MEN.KES/X/1983 Tentang Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia

Bagi Para Dokter di Indonesia, maka yang di maksud dengan transaksi terapeutik

adalah hubungan antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam suasana

percaya, serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan dan kekhawatiran

makhluk insani.19

Hubungan yang didasarkan kepercayaan jarang diwujudkan

dalam bentuk kontrak tertulis.

Didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1313

menyebutkan, suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Pengikatan diri antara

pasien dengan dokter diawal dengan persetujuan pasien terhadap pengobatan atau

terapi yang ditawarkan dokter dalam rangka penyembuhan (informed consent).

Perikatan hukum dokter dengan pasien termasuk suatu jenis perikatan

hukum yang disebut inspanning verbintenis20

atau perikatan usaha. Artinya,

suatu bentuk perikatan yang isi prestasinya adalah salah satu pihak (dokter) maka

harus berbuat sesuatu secara maksimal dengan sebaik-baiknya dan secermat-

cermatnya kepada pihak lain (pasien). Kewajiban pokok seorang dokter terhadap

pasiennya adalah inspanning, yakni suatu usaha keras dari dokter tersebut yang

19

Cecep Triwibowo, Etika Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), h.62

20

Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaaban Pidana

Dokter, (Jakarta: Erlangga, 1991), h.109

Page 49: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

37

harus dijalankan dan yang diperlukan untuk menyembuhkan kesehatan dari

pasien.21

Transaksi terapeutik antara dokter dan pasien bukan termasuk perjanjian

resultaats karena objek perjanjian bukan hasil pelayanan medis oleh dokter,

tetapi tingkah laku atau perlakuan pelayanan medis yang di lakukan dokter.

Dokter tidak mampu menjamin hasil akhir.22

F. Resiko Medis

Resiko medis merupakan suatu cedera yang terjadi dalam suatu tindakan

medis, yang tidak dapat dibayangkan/diperkirakan sebelumnnya dan bukan

sebagai akibat dari kekurangcakapan di pihak dokter melainkan sebuah takdir,

dan dokter tidak bertanggungjawab secara hukum.23

Suatu perbuatan dokter yang dikategorikan resiko medis adalah apabila

dokter telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi atau standar

prosedur dan/atau standar pelayanan medis yang baik, namun tetap terjadi cedera

pada pasien yang di luar dugaan. Keadaan semacam ini seharusnya disebut

dengan resiko medis, dan resiko ini terkadang dimaknai oleh pihak-pihak diluar

profesi kedokteran sebagai medical malpractice. Untuk katagori resiko medis ini,

dokter tidak bisa langsung disalahkan karena apa yang dilakukan sudah sesuai

21

Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaaban Pidana

Dokter, (Jakarta: Erlangga, 1991), h.109 22

Bahar Azwar, Sang Dokter, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2002), h.50 23

Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 122

Page 50: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

38

dengan standar profesi. Sedangkan untuk medical malpractice itu sendiri adalah

kesalahan dalam menjalankan profesi medis yang tidak sesuai dengan standar

profesi medik dan etika kedokteran dalam menjalankan profesinya. Untuk ini

dokter dapat diminta pertanggungjawabannya baik secara pidana, perdata

maupun kode etik.24

24

Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 122

Page 51: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

39

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PETUGAS

PELAYAN KESEHATAN TERHADAP KESALAHAN DIAGNOSA

A. Pertanggungjawaban Petugas Pelayanan Kesehatan Terhadap

Kesalahan Diagnosa Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen

Hubungan antara dokter dan pasien juga termasuk dalam hukum

perlindungan konsumen. Konsumen adalah pemakai, pengguna atau

pemanfaat barang dan atau jasa, baik untuk diri sendiri maupun keluarga dan

makhluk lain.1 Barang dan jasa adalah setiap benda berwujud atau tidak,

bergerak atau tetap, untuk diperdagangkan, dipakai, digunakan atau

dimanfaatkan.2 Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan

usaha, baik sendiri maupun bersama-sama melakukan kegiatan usaha.3

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasien dalam hal

ini merupakan konsumen, pelaku usaha adalah dokter dan jasa merupakan

usaha untuk menyembuhkan pasien. Selain itu, Keputusan Menteri Kesehatan

RI No.756/MEN.KES/SK/VI/2004 tentang Persiapan Liberalisasi

Perdagangan dan Jasa di Bidang Kesehatan, menyatakan bahwa jasa layanan

kesehatan termasuk bisnis. Bahkan, World Trade Organisation (WTO)

1 AZ. Nasution, dkk, Liku-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Kosumen,

(Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2011), h. 1

2 AZ. Nasution, dkk, Liku-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Kosumen,

(Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2011), h. 1

3 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia,

(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h. 23

Page 52: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

40

memasukkan Rumah Sakit (RS),dokter, bidan maupun perawat sebagai

pelaku usaha.

Paradigma jasa kesehatan saat ini sudah mulai bergeser kearah

konsumeristik. Sifat konsumeristik ini terlihat dari pelayanan dari semula

bersifat sosial menjadi bersifat komersial dimana masyarakat harus

membayar biaya yang cukup tinggi untuk upaya kesehatannya.4 Pergeseran

ini mengakibatkan para dokter hanya mencari keuntungan semata sehingga

dalam melakukan praktik kedokteran seringkali melupakan hak-hak pasien,

standar prosedur dan standar operasional dan kewajiban-kewajiban dokter

yang harusnya di junjung tinggi. Masyarakat harus sadar akan hak-hak

mereka yang dilanggar karena negara telah melakukan upaya preventif

dengan membuat undang-undang untuk melindungi hak konsumen.

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1) Undang-undang

Perlindungan Konsumen, kerugian yang diderita korban kesalahan diagnosa

sebagai konsumen jasa akibat tindakan medis yang dilakukan oleh dokter

sebagi pelaku usaha jasa dapat dituntut dengan sejumlah ganti rugi. Ganti

kerugian yang dapat dimintakan oleh korban kesalahan medis menurut Pasal

19 Ayat (2) Undang-undang Perlindungan Konsumen dapat berupa

pengembalian uang penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara

nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4 Safitri Hariyani, Sengketa Medik: Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter

Dengan Pasien, (Jakarta: Diadit Media, 2005), h. 50

Page 53: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

41

Dapat disimpulkan bahwa bentuk perlindungan hukum terhadap

korban kesalahan medis yang diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu berupa pengaturan

pertanggungjawaban dokter untuk memberikan ganti rugi kepada korban

kesalahan medis selaku konsumen, sebagai akibat adanya kesalahan atau

kelalaian dalam pelayanan kesehatannya atau kesalahan diagnosa yang di

lakukan oleh dokter selaku pelaku.

Dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Perlindungan

Konsumen disebutkan bahwa pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak

memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan

konsumen, pertanggungjawabannya dapat digugat melalui Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di

tempat kedudukan konsumen.5

B. Pertanggungjawaban Petugas Pelayanan Kesehatan Terhadap

Kesalahan Diagnosa Menurut KUH Perdata.

Dari sudut hukum perdata, hubungan hukum dokter – pasien berada

dalam suatu perikatan hukum (verbintenis).6

Perikatan artinya hal yang

mengikat subjek hukum yang satu terhadap subjek hukum yang lain.7

Perikatan tadi melahirkan hak dan kewajiban kepada dokter dan

pasien yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Disamping melahirkan

5 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2014), h.146 6 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h.

41 7 Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1982),h. 5

Page 54: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

42

hak dan kewajiban para pihak, hubungan hukum dokter-pasien juga

membentuk petanggungjawaban hukum masing-masing. Bagi pihak dokter,

prestasi berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam hal ini (in casu)

tidak berbuat salah atau keliru dalam perlakuan medis yang semata ditujukan

bagi kepentingan kesehatan pasien adalah kewajiban hukum yang sangat

mendasar dalam perjanjian dokter-pasien (perjanjian terapeutik) yang dalam

Pasal 39 Undang-undang Praktik Kedokteran disebut sebagai kepakatan

antara dokter atau dokter gigi dengan pasien.8

Dilihat dari sumber lahirnya perikatan, ada dua kelompok perikatan

hukum. Kelompok pertama ialah perikatan yang lahir oleh suatu kesepakatan

dan kedua ialah perikatan yang lahir oleh undang-undang. Hubungan hukum

dokter-pasien berada dalam kedua jenis perikatan hukum tersebut. Bentuk

perlindungan hukum terhadap korban kesalahan diagnosis oleh dokter yang

diatur dalam KUH Perdata, yaitu berupa pengaturan pertanggungjawaban

dokter untuk memberikan ganti rugi kepada korban kesalahan diagnosis atas

kerugian yang timbul karena :

a. Tidak ditepatinya perjanjian terapeutik yang telah disepakati oleh dokter

atau wanprestasi (cidera janji), yaitu berdasarkan Pasal 1243 KUHPerdata.

b. Perbuatan melawan hukum, yaitu berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata.

c. Kelalaian atau ketidakhati-hatian dalam berbuat atau bertindak, yaitu

berdasarkan Pasal 1366 KUHPerdata.

8 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h.

42

Page 55: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

43

d. Melalaikan kewajiban berdasarkan Pasal 1367 Ayat (3) KUHPerdata.

Pelanggaran kewajiban hukum dokter dalam perikatan hukum karena

kesepakatan (perjanjian terapeutik) membawa suatu keadaan wanprestasi.

Pelanggaran suatu kewajiban hukum atas kewajiban hukum dokter karena

undang-undang membawa suatu keadaan perbuatan melawan hukum

(onrechmatige daad).9

Penjelasan mengenai kesalahan diagnosa

kedokteran karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum dari segi

perdata adalah sebagai berikut:

1. Wanprestasi Dalam Malapraktik Kedokteran

Hubungan dokter dengan pasien selalu diawali dengan transaksi

terapeutik, yaitu dokter berjanji untuk melakukan upaya yang maksimal

dengan ukuran tidak menyimpang dari standar profesi medis dan standar

prosedur operasional dalam menyembuhkan pasien.

Wanprestasi (wanprestatie) dalam arti harfiah adalah prestasi yang

buruk10

yang pada dasarnya melanggar isi/kesepakatan dalam suatu

perjanjian/kontrak oleh salah satu pihak. Bentuk nyata pelanggaran

perjanjian ada 4 macam yakni sebagai berikut:11

a. tidak memberikan prestasi sama sekali sebagaimana yang

diperjanjikan.

9 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h.

43

10 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 1985), h. 45

11

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 1985), h. 45

Page 56: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

44

b. memberikan prestasi tidak sebagaimana mestinya tidak sesuai kualitas

atau kuantitas dengan yang diperjanjikan.

c. memberikan prestasi tetapi sudah terlambat tidak tepat waktu

sebagaimana yang diperjanjikan.

d. memberikan prestasi yang lain dari yang diperjanjikan semula.

Wanprestasi dokter yang paling dekat pada bentuk pelanggaran

kewajiban pada poin b dan d. Dokter telah memberikan prestasi berupa

pelayanan medis pada pasien tetapi tidak sebagaimana mestinya, yakni

melanggar standar profesi medis atau standar prosedur termasuk dalam

wanprestasi poin b. Dokter yang memberikan prestasi tidak sesuai dengan

kebutuhan medis pasien adalah wanspretasi poin d.12

Selain melanggar isi perjanjian, dalam wanprestasi juga harus

terkandung unsur kerugian yang diakibatkan dari kesalahan diagnosa

kedokteran secara causal verband (akibat langsung). Setelah terbukti

adanya kerugian, baru pada bagaimana wujud perlakuan medis yang

dilakukan oleh dokter, baik pada saat pemeriksaan untuk mendapatkan

fakta-fakta medis untuk menarik diagnosis dan menjalankan terapi sampai

pada perlakuan-perlakuan setelah terapi dijalankan.

Petugas pelayanan kesehatan yang terbukti melakukan wanprestasi

dalam kesalahan medis dapat diminta pertanggungjawabannya lewat

gugatan wanprestasi. Pertanggungjawaban tersebut diatur dalam pasal

12 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h.

45

Page 57: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

45

1243 KUHPer yakni petugas pelayanan kesehatan harus memberikan

penggantian biaya dan kerugian. Biaya adalah segala bentuk pengeluaran

pasien seperti biaya berobat, biaya perjalanan dan biaya perawatan.

Kerugian merupakan pengurangan fungsi atau kehilangan sesuatu seperti

tangan pasien yang cacat sehingga tidak bisa bekerja.

Tuntutan atas dasar wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum

tidak begitu saja dapat ditukar-tukar. Wanprestasi menuntut adanya suatu

perjanjian antara pasien dan dokter. Sebaliknya pada perbuatan melanggar

hukum, biasanya penggugat dan tergugat baru pertama kali bertemu ini

tidak berarti bahwa apabila kedua belah pihak telah mengadakan

perjanjian dan kemudian timbul kecelakaan lalu mereka hanya dapat

menuntut atas dasar wanprestasi saja. Karena dapat terjadi, dalam kejadian

tidak terpenuhinya suatu kewajiban kontrak medis juga menimbulkan

suatu perbuatan melanggar hukum atau dengan kata lain wanprestasi

mungkin terjadi pada waktu yang sama menimbulkan juga suatu perbuatan

melanggar hukum.

Secara teori kesalahan diagnosa dapat dituntut melalui gugatan

wanprestasi. Namun, pada praktiknya tuntutan kesalahan diagnosis

diajukan dengan gugatan perbuatan melawan hukum. Hal ini dikarenakan

objek yang diperjanjikan di dalam perjanjian terapeutik merupakan usaha

dokter yang sebaik-baiknya dalam menyembuhkan pasien dengan tolak

ukur standar profesi dan standar prosedur. Berbeda apabila dokter

memberikan janji atas perbaikan kondisi atau kesembuhan pasien. Standar

Page 58: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

46

profesi sendiri merupakan bentuk perikatan yang lahir dari undang-undang

yang pelanggarannya dianggap perbuatan melawan hukum. Karena tolak

ukur dari perjanjian terapeutik umumnya merupakan undang-undang maka

pada tataran praktik kesalahan diagnosis digugat dengan dasar perbuatan

melawan hukum dan bukan dengan wanprestasi.

2. Perbuatan Melawan Hukum Dalam Malapraktik Kedokteran

Dalam Pasal 1353 KUHPer disebutkan perikatan yang lahir dari

undang undang sebagai akibat perbuatan orang, muncul dan suatu

perbuatan yang sah atau dan perbuatan melawan hukum. Maksud dari

pasal tersebut adalah perikatan yang berdasarkan undang-undang timbul

dari perbuatan seseorang yang sesuai maupun bertentangan dengan

undang-undang.

Syarat bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah melakukan

perbuatan melawan hukum adalah :13

a. Adanya perbuatan (daad) yang termasuk klasifikasi perbuatan

melawan hukum.

b. Adanya kesalahan si pembuat.

c. Adaya akibat kerugian (schade).

d. Adanya hubungan perbuatan dengan akibat kerugian (oorzakelijk

verband atau causal verband) orang lain.

Di dalam Pasal 51 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang

Praktik Kedokteran jo Pasal 58 Ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun

13

Chazawi, Malapraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h 61

Page 59: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

47

2014 Tentang Tenaga Kesehatan diatur mengenai kewajiban petugas

pelayanan kesehatan mengatur tentang kewajiban petugas pelayanan

kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar

profesi, standar prosedur, etika perofesi, dan kebutuhan medis pasien.

Apabila seorang petugas pelayanan kesehatan melakukan pelanggaran

terhadap pasal-pasal tersebut maka dikatakan telah melanggar perikatan

yang lahir dari undang-undang dan melakukan perbuatan melawan hukum.

Dalam Pasal 1366 KUHPer di jelaskan bahwa seorang dokter juga

harus bertanggung jawab tidak terbatas hanya pada perbuatannya saja

melainkan juga kerugian yang disebabkan akibat kelalaiannya atau

kesalahannya.

Seorang dokter yang terbukti melakukan kesalahan medis dapat

dimintakan pertanggungjawabannya melalui gugatan perbuatan melawan

hukum. Pertanggungjawaban petugas pelayanan medis yang melakukan

kesalahan medis dari segi perbuatan melawan hukum dijelaskan dalam

Pasal 1365, 1370, 1371 KUHPer yaitu mewajibkan dokter yang

menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti biaya

pengobatan dan melakukan penggantian kerugian tersebut.14

Kerugian atau damages dapat diklasifikasikan sebagai berikut:15

a. Kerugian immaterial (general damages, non pecuniary loses).

b. Kerugian materiel (special damages, pecuniary loses) :

14

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), h.346

15

Sampurna, dkk, Bioetik dan Hukum Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Dwipar, 2007), h. 101

Page 60: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

48

(1) Kerugian akibat kehilangan kesempatan.

(2) Kerugian nyata :

(a) Biaya yang telah dikeluarkan hingga saat penggugatan;

(b) Biaya yang akan dikeluarkan sesudah saat penggugatan.

Dalam hal yang melakukan tindakan medis adalah seorang

perawat/suster, dokter tetap harus bertanggungjawab. Hal ini berdasarkan

Pasal 1367 KUHPer yaitu seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas

kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas

kerugian yang disebabkan perbuatan perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggunggannya.

C. Pertanggungjawaban Petugas Pelayanan Kesehatan Terhadap

Malapraktik Medis Ditinjau Dari Hukum Praktik Kedokteran

Pasal 29 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

mengatakan, bahwa dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian

dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih

dahulu melalui mediasi. Dalam penjelasannya tidak disebutkan dengan jelas

ke badan apa mediasi itu akan diselesaikan, namun Undang-undang Praktik

Kedokteran mengamanatkan terbentuknya lembaga penyelesaian disiplin

dokter yang kemudian dikenal dengan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI). MKDKI bukan lembaga mediasi, dalam

konteks mediasi penyelesaian sengketa, namun MKDKI adalah lembaga

Negara yang berwenang untuk menentukan ada atau tidaknya kesalahan yang

dilakukan dokter atau dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran

Page 61: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

49

atau kedokteran gigi dan menetapkan sanksi bagi dokter atau dokter gigi yang

dinyatakan bersalah.16

Jika sidang pemeriksaan disiplin dokter atau dokter gigi selesai maka

MPD akan menetapkan keputusan terhadap teradu. Keputusan tersebut dapat

berupa:17

1. Dinyatakan tidak melakukan pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi.

2. Pemberian sanksi disiplin, berupa.

a. Peringatan tertulis.

b. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan, yang dapat dilakukan

dalam bentuk :

1) Reedukasi formal di institusi pendidikan kedokteran atau

kedokteran gigi yang terakreditasi.

2). Reedukasi nonformal yang dilakukan dibawah supervise dokter

atau dokter gigi tertentu di institusi pendidikan kedokteran atau

kedokteran gigi yang terakreditasi, fasilitas pelayanan kesehatan

dan jejaringnya, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang

ditunjuk, sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan paling lama

1(satu) tahun.

c. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP yang bersifat :

1) Sementara paling lama 1 (satu) tahun.

16

Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, (Bandung:

Karya Putra Darwati, 2012), 301 17

Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, (Bandung:

Karya Putra Darwati, 2012), 301

Page 62: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

50

2) Tetap atau selamanya.

3) Pembatasan tindakan asuhan medis tertentu pada suatu area ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi dalam pelaksanaan praktik

kedokteran.

3. Apabila terbukti melakukan pelanggaran disiplin, maka setelah keputusan

Dokter atau dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan

terhadap keputusan MKDKI kepada Ketua MKDKI dalam waktu

selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau diterimanya keputusan

tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung keberatannya.18

4. Dalam hal menjamin netralitas MKDKI, Pasal 59 ayat (1) Undang-undang

Praktik Kedokteran, disebutkan bahwa MKDKI terdiri atas 3 (tiga) orang

dokter dan 3 (tiga) orang dokter gigi dari organisasi masing-masing,

seorang dokter dan seorang dokter gigi mewakili asosiasi Rumah Sakit dan

3 (tiga) orang sarjana hukum.19

Sehingga tidak dikhawatirkan lagi pihak

dokter akan membela rekan sejawatnya.

D. Pertanggungjawaban Penyelenggara Kesehatan Terhadap Kesalahan

Medis

Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian

yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

18

Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, (Bandung:

Karya Putra Darwati, 2012), h. 317 19

Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 317

Page 63: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

51

dirumah sakit.20

Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009,

pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan untuk:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

sakit.

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

Suatu rumah sakit mempunyai empat bidang tanggung jawab, yaitu:21

1. Tanggung jawab terhadap personalia, hal ini berdasarkan hubungan

majikan dengan karyawan. Hubungan ini, dahulu nersifat universal

dan negara kita sampai kini masih berlaku berdasarkan KUHPer Pasal

1367. Di dalam tanggung jawab ini termasuk seluruh karyawan yang

bekerja di rumah sakit.

2. Tanggung jawab profesional terhadap mutu pengobatan atau

perawatan, hal ini berarti bahwa tingkat pemberian pelayanan

kesehatan baik oleh dokter maupun oleh perawat dan tenaga kesehatan

lainnya harus berdasarkan ukuran standar profesi. Dengan demikian,

maka secara yuridis rumah sakit bertanggung jawab apabila ada

20

Cecep Triwibowo, Etika Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), h.231-232

21

Cecep Triwibowo, Etika Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), h.232

Page 64: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

52

pemberian pelayanan “cure and care” yang tidak lazim atau dibawah

standar.

3. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan, didalam bidang

tanggung jawab ini termasuk peralatan dasar rumah sakit, peralatan

medis dan lain-lain. Hal yang terpenting adalah bahwa perlatan

tersebut selalu harus berada didalam keadaan aman dan siap pakai

pada setiap saat.

4. Tanggung jawab terhadap kemanan bangunan dan perawatannya,

sepeti bangunan roboh, genteng jatuh, sampai mencederai orang,

lantainya sangat licin sehingga sampai ada pengunjung yang jatuh.

Hal ini diatur dalam 1369 KUHPer tentang tanggung jawab pemilik

terhadap gedung

Penyelenggara Kesehatan yakni rumah sakit erat kaitannya dengan setiap

perbuatan yang dilakukan oleh dokter di rumah sakit tersebut. Rumah sakit

dibebani seluruh tanggungjawab (responsibility) untuk memastikan bahwa

pelayanan medis di rumah sakit tersebut dapat terselenggara dengan baik dan

bahwa mutu pelayanan medis yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan

(accountable).22

Dalam Pasal 46 Undang-undang 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit disebutkan “Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum

terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di Rumah Sakit.” Oleh karena itu, pada praktiknya apabila

22

Budi Sampurna, dkk, Bioetik dan Hukum Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Dwipar,

2007), h. 146

Page 65: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

53

seorang dokter terbukti melakukan malapraktik maka kerugian yang

ditimbulkan oleh dokter tersebut juga dibebankan kepada rumah sakit

tempatnya bekerja secara tanggung renteng.

Page 66: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

54

BAB IV

ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 515/PK/Pdt/2011

A. Posisi Kasus

Putusan Mahkamah Agung Nomor 515/PK/Pdt/2011 ini

merupakan kasus antara Pitra Azmirla dan Damitra Almira (dalamhal ini

sebagai penggugat) selaku anak dari Almarhum Ny. Sita Dewati Darmoko

yang beralamat Jl. Cilandak Tengah No. 19 Cilandak Jakarta Selatan.

Melawan 1. PT. Guna Mediktama (dalam hal ini sebagai tergugat I) yang

beralamat di Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah Jakarta Selatan. 2. Dr.

Hermansyur Kartowisastro, SpB-KBD, (dalam hal ini sebagai tergugat II)

beralamat di Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah Jakarta Selatan. 3. Prof.

Dr. Ichramsjah A Rachman, Sp.Og. (dalam hal ini sebagai tergugat III)

beralamat di Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah Jakarta Selatan. 4. Prof.

Dr. I Made Nazar, SpPA (dalam ini sebagai tergugat IV) beralamat di Jl.

Metro Duta Kav. UE Pondok Indah Jakarta Selatan. 5. Dr. Emil Taufik,

SpPA, (dalam hal ini sebagai tergugat V) beralamat di Jl. Metro Duta Kav.

UE Pondok Indah Jakarta Selatan. 6. Dr. Mirza Zoebir, SpPD, (dalam hal ini

sebagai tergugat VI) beralamat di Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah

Jakarta Selatan. Dr. Bing Widjaja, SpPK (dalam hal ini sebagai tergugat VII)

beralamat di Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah Jakarta Selatan. Dan

Komite Medik Rumah Sakit Pondok Indah (dalam hal ini sebagai turut

tergugat) beralamat di Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah Jakarta Selatan.

Page 67: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

55

Almarhumah Ny. Sita Dewati Darmoko (selanjutnya disebut

sebagai „‟pasien) bahwa pada tanggal 12 Februari 2005 pasien menjalani

pengangkatan tumor ovarium di Rumah Sakit Pondok Indah (selanjutnya

disebut RSPI), bahwa operasi dilakukan oleh Team Dokter RSPI dimana

bertindak selaku ketua Team adalah Prof. Dr. Ichramsjah A Rachman

(tergugat III) dengan anggota terdiri dari Dr. Hermansyur Kartowisastro

(tergugat II) dan Prof. Dr. I Made Nazar (tergugat IV). Setelah tindakan

operasi dilakukan oleh tergugat Prof. Dr. Ichramsjah A Rachman hasilnya

(tumor ovarium) diserahkan kepada Prof. Dr I Made Nazar untukdiperiksa di

laboratorium Pathologi guna mengetahui apakah tumor itu ganas atau tidak.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium Pathologi

tertanggal 12 Februari 2005 yang diserahkan oleh Prof. Dr. Ichramsjah A

Rachman dinyatakan tumor tersebut tidak ganas. Kemudian terdapat hasil PA

(pemeriksaan akhir) terakhir pada tanggal 16 Februari 2005 yang terindikasi

ganas dan ternyata hasil tersebut tidak disampaikan oleh para tergugat kepada

pasien maupun para penggugat, sehingga pasien maupun para penggugat

masih berkesimpulan tidak terdapat indikasi tumor ganas pada diri pasien.

Kemudian pada November 2005, pasien terpaksa dibawa kembali

ke RSPI karena kondisi pasien makin kritis, suhu tubuhnya tinggi dan

khawatir terkena demam berdarah. Setibanya di RSPI, pemeriksaan dilakukan

oleh Dr. Mirza Zoebir dimana hasil pemeriksaan tidak jelas, menurutnya

Verdact Typus, namun melihat Medical Record pasien yang baru dioperasi

tumor pada bulan Februari 2005 tanpa memperhatikan hasil PA tanggal 16

Page 68: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

56

Februari 2005 maka Dr. Mirza Zoebir memberi saran dan tindakan-tindakan

sebagai berikut.

a. Tanggal 7 November 2005.

Jenis pemeriksaan : USG Abdomen

Radiologist Dr. Chandra J

Kesan : Hepatemagalie dengan tanda-tanda chronis hepatic

dease, tampak dua mass nodule pada lobus kanan

hepar (ukuran +2,0 cm dan +1,2 cm) tak

menyingkirkan adanya Meligannicy, usul dilakukan

CT Scan Abdomen untuk konfirmasi lebih lanjut.

b. Tanggal 8 November 2005

Jenis pemeriksaan: CT Scan Abdomen (minat hepar)

Radhiologist : hanya tanda tangan, tidak ada nama tertulisnya.

Kesan : tanpak Inhomo Genous Mass kecil-kecil ukuran 1,9 X

1,7 X 1,5 cm dan 1,4 X 1,1 X 1,5 cm berbatag tegas,

hypondens lekat dengan kubah liver dengan adanya

minimal rimenhanceme dan internal inhomogenecity,

tak tampak bercak calcificasi, sups. Proses meta ( DD/

multiple hepatic cyst).

Karena menurut Dr. Mirza Zoebir ada sesuatu di lever pasien tetapi

belum perlu diapa-apakan.

Kemudian pada bulan Februari 2006 pasien kembali menemui

Prof. Dr. Ichramsjah A Rachman, karena adanya keluhan yang terus

Page 69: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

57

dirasakan bahkan ada benjolan yang sangat terasa disebelah kiri perut.

Kemudian Prof Dr. Ichramsjah merekomendasikan kepada Dr. Hermansyur.

Pasien kemudian membuat janji dengan Dr. Hermansyur, dan setelah kedua

bertemu disarankan untuk CT Scan pada tanggal 15 Februari 2006.

Berdasarkan hasil CT Scan Dr. Hermansyur memberikan kesimpulan bahwa

pasien mengalami kanker liver stadium 4, tapi Dr. Hermansyur langsung

menyerahkan penanganan selanjutnya oleh Prof. Dr. Ichramsjah karna walnya

pasien ditangani oleh Prof Dr Ichramsjah, setelah pasienmenemui Pof Dr

Ichramsjah, dia tak percaya dengan hasil tersebut.

Melihat kenyataan demikian pasien dan para penggugat merasa

sangat kecewa atas sikap dan pelayanan yang diberikan para tegugat yang

tidak menunjukan sikap profesionalitas dan tanggung jawab. Dalam hal ini

pasien dan penggugat sudah percaya sepenuhnya dan melakukan

kewajibannya untuk mengeluarkan biaya perawatan yang cukup mahal

kepada para tergugat, tapi hasil yang didapat jauh dari yang diharapkan.

Selanjutnya atas saran teman pasien, pasien memutuskan untuk

pindah ke Rumah Sakit yang baru, sampai akhirnya bertemu dengan Dr. Aru

yang menangani penyakit pasien, atas saran Dr. Aru pasien harus melakukan

CT-Scan ulang di Rumah Sakit Meditra. Dr. Aru menyarankan untuk

mengambil sampel jaringan pasien di RSPI untuk diteliti di Singapore.

Hasilnya terdapat perbedaan dengan RSPI yang dimana hasil awalnya

disimpulkan tidak ganas.

Tanggal 6 maret 2006:

Page 70: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

58

Reported by Dr. Wong Su Yong

Consultant Pathologist Glen Eagles Hospital

Conclusion:

Futher Riview of 2 poorly prepared paraffin blocks and H & E stained

section:

- 1 blocks consistent with a moderately differentiated endomentrioid

adenocarcinoma of the ovary.

- Blocks consistent with an endometrial tumour of borderlinemalignancy

with focal endocervical meteplasia.

Lalu disimpulkan bahwa hasilnya terdapat tumor ganas pada diri pasien,

dan selanjutnya atas persetujuan Dr. Aru dan para penggugat disepakati

melakukan kemo sebanyak 6 kali kepada pasien.

Pada tanggal 16 April 2006, setelah dilakukan kemo sebanyak 2

kali, pasien mengalami suhu badannya meninggi dan keadaanya semakin

memburuk. Para penggugat membawa pasien ke UGD RS Medistra

selanjutnya untuk diopname . ketika para penggugat menceritakan tentang

penurunan daya ingat yang dialami pasien, Dr. Aru melakukan CT Scan

Brain.

Hasil pemeriksaan pada tanggal 18 April 2006:

Jenis pemeriksaan : CT-Scan Brain

Radiologist : Dr. Sri Inggriani Sp.Rad

Page 71: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

59

Kesan : lacunas infarot kecil diperiventrikuler kanan area oedema dengan

focus nodul kecil didaerah cortical subcorcital lobus parietalis

posterior, bisa dicurigai sebagai focus metastatis dini.

Jelas terlihat proses penanganan medis setelah 16 Februari bahwa

para tergugat telah lalai dalam menyampaikan rekam medik PA tanggal 16

Februari 2005, sehingga berakibat fatal yaitu terjadinya penurunan kesehatan

oleh pasien, bahkan para dokter di RSPI tersebut lari dari tanggung jawabnya.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut terlihat kesalahan PT. Guna

Mediktama sebagai pelayan medis selaku pemilik dan pengelola RSPI kurang

tanggap:

1. Tidak melakukan koordinasi diantara sesama dokter RSPI

2. Tidak melaksanakan pelayanan medis dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan pasien secara terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan.

3. Pihak RSPI dalam hal ini PT Guna Mediktama tidak melaksanakan

perawatan terhadap pasien berdasarkan standar pelayanan medis.

B. Pertimbangan Dan Putusan Hakim

1. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang

mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian

hukum, disamping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang

bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan

Page 72: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

60

teliti, baik, dan cermat.1

Pada kasus ini Majelis Hakim Mahkamah Agung

telah memberikan pertimbangan sebagai berikut:

1. Alasan-alasan peninjauan kembali dapat dibenarkan, karena

terdapat kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata

yaitu: tergugat III membantu tergugat II dan tergugat IV yang

menangani korban dangan hasil PA tidak sama. Hasil PA

tanggal 16 Februari 2005 kanker ganas, tapi tergugat II, III, IV

tidak menangani dengan mengadakan tindakan sebagaimana

mestinya.

2. Bahwa tergugat V dan VII sebagai dokter Pathologi RSPI tidak

didalilkan dalam surat gugatan penggugat peranannya dalam

kasus a quo

3. Bahwa ganti rugi akibat malaprakter tersebut adalah tanggung

jawab Rumah Sakit dan dokter yang bersangkutan.

4. Bahwa penurunan jumlah ganti rugi oleh judex juris menjadi

Rp. 200.000.000 ( Dua Ratus Juta Rupiah) merupakan

kehilafan hakim / suatu kekeliruan tanpa memberikan

pertimbangan sama sekali.

5. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan diatas dengan

tidak perlu mempertimbangkan alasan peninjauan kembali

lainnya, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup

1 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004), h.140

Page 73: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

61

alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali

dari para pemohon peninjauan kembali : Pitra Azmirla dk dan

membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 1563 k/Pdt/

2009 tanggal 29 Desember 2009 serta Mahkamah Agung

mengadili kembali perkara ini dengan pertimbangan bahwa

pertimbangan Judex Facti sudah tepat dan benar, karena itu

akan diambil alis sebagai pertimbangan mahkamah agung

dalam tingkat peninjauan kembali dengan amar putusan

sebagaimana akan disebutkan di bawah ini.

6. Menimbang oleh karena para termohon peninjauan kembali

pada dipihak yang kalah, maka harus dihukum untuk

membayar biaya perkara dalam semua tingkatan pengadilan.

2. Putusan Hakim

1. Dalam Eksepsi

a. Menyatakan eksepsi dari para tergugat tidak tepat dan tidak

beralaskan.

b. Menyatakan eksepsi dari para tergugat tidak dapat diterima.

2. Dalam provisi :

Menyatakan tuntutan provisi dari Penggugat dinyatakan dapat

diterima sebagian.

3. Dalam pokok perkara :

Mengabulkan gugatan penggugat sebagian.

4. Dalam Konvensi:

Page 74: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

62

Menyatakan para tegugat telah melakukan perbuatan melawan hukum

5. Dalam Rekonvensi.

Menghukum para tergugat secara tanggung renteng untuk membayar

ganti rugi materil dan imateril kepada para penggugat yaitu sebesar

Rp. 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah).

6. Dalam Konvensi Dan Rekonvensi

a. Menolak gugatan penggugat selebihnya

b. Menghukum para termohon peninjauan kembali untuk membayar

biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar

Rp. 2.500.000;- (Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).

C. Penemuan Hukum Oleh Hakim Terhadap Sengketa Kesalahan

Diagnosa Medis pada putusan Nomor 515 / PK / Pdt / 2011.

Tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa, dan memutus

serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya berdasarkan

asas bebas, jujur dan tidak memihak di suatu sidang pengadilan, dengan

menjatuhkan suatu putusan, yang disebut dengan putusan hakim.2

Dalam

hal menjalankan tugas pokok hakim tersebut pasal 5 ayat (1) UU No. 48

Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa: “Hakim

dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai

hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Selanjutnya

dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan: “Ketentuan ini dimaksudkan

agar putusan hakim dan hakim konstitusi sesuai dengan hukum dan rasa

2 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.52

Page 75: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

63

keadilan masyarakat”. Dari ketentuan sebelumnya, tersirat secara juridis

maupun filosofis, hakim mempunyai kewajiban atau hak untuk melakukan

penemuan hukum agar putusan yang diambilnya dapat sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat.3

Penemuan hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim

atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberikan tugas melaksanakan

hukum atau menerapkan peraturan hukum umum terhadap peristiwa

hukum yang konkret. Lebih konkret lagi dapat dikatakan bahwa penemuan

hukum merupakan proses konkretisasi, kristalisasi dan individualisasi

peraturan hukum (das sollen) yang bersifat umum dengan mengingat akan

peristiwa konkret (das sein).4

Mengenai cara penemuan hukum ada dua metode:5 1. Interpretasi

atau penafsiran, merupakan metode hukum yang memberikan penjelasan

yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah

dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Metode

interpretasi adalah metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada

tetapi tidak jelas untuk dapat diterapkan pada peristiwanya. Interpretasi

atau penafsiran ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu secara:

a. Gramatikal : yaitu penafsiran menurut bahasa sehari hari. b. Historis :

yaitu penafsiran berdasarkan sejarah hukum. c. Sistematis: yaitu

3 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.27

4 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta:

Liberty, 2007), h.37

5Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,

2007), h.7

Page 76: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

64

penafsiran undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem

perundang-undangan, d. Teleologis: yaitu penafsiran menurut makna atau

tujuan kemasyarakata, e. Perbandingan hukum : yaitu penafsiran dengan

cara membandingkan dengan kaedah hukum di tempat lain, f. Futuristis:

yaitu penafsiran yang berpedoman pada undang-undang yang belum

mempunyai kekuatan hukum. 2. Konstruksi hukum dapat digunakan

hukum sebagai metode penemuan hukum apabila dalam mengadili perkara

tidak ada peraturan yang mengatur secara khusus mengenai peristiwa yang

terjadi. Konstruksi hukum ini dapat dilakukan dengan menggunakan

logika berpikir secara: a. Argumentum per analogian atau sering disebut

analogi. Pada analogi, peristiwa yang berbeda namun serupa, sejenis atau

mirip yang diatur dalam undang-undang diperlakukan sama, b.

Penyempitan hukum. pada penyempitan hukum, peraturan yang sifatnya

umum diterapkan terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus

dengan penjelasan atau kontruksi dengan memberi ciri-ciri, c.

Argumentum a contrario, yaitu menafsirkan atau menjelaskan undang-

undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian atau peristiwa

konkrit yang dihadapi dan peristiwa yang diatur dalam undang-undang.

Sesuai dengan kerangka konseptual yang penulis paparkan diatas

penulis mengidentifikasi bahwa majelis hakim mengunakan metode

interpretasi sistematis, yaitu penafsiran yang menafsirkan peraturan

perundang-undangan dihubungkan dengan peraturan hukum atau undang-

undang lain atau dengan keseluruhan sistem hukum. Karena, terbentuknya

Page 77: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

65

suatu undang-undang pada hakikatnya merupakan bagian dari keseluruhan

sistem perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak mungkin ada satu

undang-undang yang berdiri sendiri tanpa terikat dengan peraturan

perundang-undangan lainnya dengan mengkaitkan dengan perbuatan

melawan hukum dalam Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad)

dalam konteks perdata diatur dalam pasal 1362 KUH Perdata atau

Burgerlijk Wetboek (“BW”), dalam Buku III BW, pada bagian “Tentang

perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang”, yang

berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Konsil Nomor 4 Tahun 2011 dalam

pertimbangannya yang menyatakan bahwa pelanggaran Disiplin

Profesional Dokter dan Dokter Gigi terdiri dari 28 bentuk, dimana bentuk

dari pelanggaran Disiplin Profesional Doter dan Dokter Gigi tersebut

antara lain berupa :

a. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

b. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang

memiliki kompetensi yang sesuai

c. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu

yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan

tersebut.

Page 78: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

66

d. Tidak melakukan tindakan/asuhan medis yang memadai pada

situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien; e. Tidak

memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate

information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan

praktik kedokteran.

f. Melakukan tindakan/asuhan medis tanpa memperoleh

persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat, wali, atau

pengampunya; g. Berpraktik dengan menggunakan surat tanda

registrasi, surat izin praktik, dan/atau sertifikasi kompetensi

yang tidak sah atau berpraktik tanpa memiliki surat izin praktik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam hal ini menurut Menurut Rosa Agustina, dalam bukunya

Perbuatan Melawan Hukum, terbitan Pasca Sarjana FH Universitas

Indonesia (2003), hal. 117, dalam menentukan suatu perbuatan dapat

dikualifisir sebagai melawan hukum, diperlukan 4 syarat:

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain

3. Bertentangan dengan kesusilaan

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Page 79: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

67

Pada pertimbangan tersebut majlis hakim menyimpulkan bahwa

gugatan kesalahan diagnosa ini adalah perbuatan melawan hukum yang

merugikan terhadap pasien yang melakukan pengobatan di rumah sakit.

D. Analisis Putusan

Melihat yurispudensi yang ada, pada putusan Mahkamah Agung

Nomor: 515 PK/ Pdt/ 2011 yang memutus sengketa antara Pitra Azmirla dan

Damitra Almira selaku keluarga dari pasien dengan Rumah Sakit Pondok

Indah bersama ke 6 (enam dokter) yang mendiagnosis dan/atau mengobati

pasien dalam pengangkatan tumor ovarium sehingga menyebabkan pasien

meninggal. Pada pertimbangannya hakim melihat bahwa hasil diagnosis

CT-Scan yang dilakukan ke 6 (enam) dokter tadi menyatakan bahwa pasien

menderita tumor jinak dan setelah pengobatan kondisi pasien terus

menurun. Selanjutnya pihak keluarga pasien melakukan CT-Scan di rumah

sakit lain dan mendapatkan hasil diagnosis yang berbeda yakni pasien

mengalami kanker ganas. Karena terlambatnya penanganan kanker ganas

tersebut mengakibatkan pasien meninggal. Hakim menilai apabila diagnosis

dokter Rumah Sakit Pondok Indah tidak salah maka pasien dapat

diselamatkan karena akan diobati dengan pengobatan untuk kanker ganas

dan bukan tumor jinak. Para dokter yang tidak teliti dalam melakukan

diagnosis tersebut diputus oleh hakim telah melakukan perbuatan melawan

hukum dalam medis (malapraktik medis). Dalam yurispudensi ini hakim

tidak menyatakan gugatan penggugat premature meskipun tidak didasari

oleh putusan MKDKI. Hakim mendasarkan putusannya pada hasil diagnosis

CT-Scan dan persangkaan terhadap pasal 1365 KUHPerdata.

Page 80: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

68

Menurut penulis pada Putusan Nomor: 515 PK/ Pdt/2011 terdapat

kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan

hukum. karena hakim tidak berhak menentukan suatu dokter telah

melakukan suatu perbuatan melawan hukum dalam medis melainkkan

MKDKI. Pendapat penulis juga didasarkan pada Undang-undang Nomor 29

Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 66 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa “Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya

dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik

kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.” Selanjutnya dalam ayat (3)

disebutkan pengaduan “Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan

tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian

perdata ke pengadilan.

Dalam ketentuan prosedur penggugatan terhadap dokter/petugas

kesehatan dilaporkan kepada MKDKI, pada intinya bahwa hakim tidak

berwenang dalam menentukan seorang dokter telah melakukan malapraktik

karena pelanggaran terhadap disiplin kedokteran merupakan kewenangan

MKDKI. Bahwa pada pertimbangan ini hakim menginterpretasikan

ketentuan Bahwa menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Konsil

Nomor 4 Tahun 2011 tentang disiplin profesional dokter dan dokter gigi

ditentukan bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI) adalah merupakan lembaga yang berwenang untuk menentukan

Page 81: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

69

ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam

penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan menetapkan

sanksi.

Hal ini juga senada dengan yurisprudensi putusan Pengadilan Negeri

Nomor 329/ Pdt.G/ 2012/ PN.Jkt.Tim. Dokter yang menangani pasien di

Rumah Sakit Primier tidak memiliki surat izin praktik. Pada poin pertama,

para tergugat membantah tuduhan penggugat karena dokter sebelum

melakukan tindakan telah mendapat persetujuan dari pasien (informed

consent). Dokter dalam hal ini telah melakukan usaha yang sebaik-baiknya

namun dokter tidak dapat menjanjikan hasil yaitu berupa kesembuhan

sehingga perbuatan dokter dianggap sebagai resiko medis. Namun, para

tergugat tidak membantah alasan penggugat bahwasanya setelah dilakukan

pengobatan terhadap pasien yaitu kateterisasi dan pemasangan ring pada

jantung tetapi pasien mengalami serangan jantung lalu diobati kembali

dengan pemasangan ring tambahan, penyedotan darah beku dan

pemasangan alat pompa jantung, namun kondisi pasien semakin menurun

sehingga dokter menyarankan kepada keluarga pasien untuk membawa

pasien ke Rumah Sakit Harapan Kita karena merupakan rumah sakit khusus

jantung sehingga memiliki fasilitas yang lengkap. Pasien mengalami

serangan jantung kedua sebelum dipindahkan dan meninggal.

Di dalam Pasal 51 Ayat (2) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 jo

Pasal 58 Ayat (5) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 disebutkan bahwa

“Dokter wajib merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan

Page 82: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

70

lain yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik apabila

tidak mampu dalam hal pemeriksaan dan pengobatan pasien.” Seharusnya,

dokter Harmani Kalim setelah melakukan pemeriksaan dengan kateterisasi

dan tidak sanggup untuk mengobatinya langsung merujuk ke Rumah Sakit

Harapan Kita yang lebih lengkap fasilitasnya bukan mencoba untuk

mengobati pasien sampai 2 (dua) kali namun justru mengakibatkan kondisi

pasien memburuk lalu pada akhirnya baru merujuk pasien ke rumah sakit

lain yang memadai.

Kedua, penggugat mendalilkan bahwa isi rekam medis tidak sesuai

dengan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/

MENKES/ PER/ III/ 2008 yaitu isi rekam medis yang lengkap dan bukan

berupa ringkasan. Dalam jawaban tergugat mendalilkan Pasal 12 Ayat (3)

dan (4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008

yang pada pokonya menyebutkan bahwa isi rekam medis yang dapat diberi,

dicatat atau dicopy oleh pasien adalah dalam bentuk ringkasan medis.

Dalam hal ini Majlis Hakim membatalkan gugatan tersebut karna

Majlis Hakim dianggap tidak berwenang dalam mengadili putusan tanpa

adanya putusan yang diberikan oleh MKDKI dan majlis hakim menganggap

gugatan ini premature.

Untuk melihat apakah para tergugat telah melakukan kesalahan medis

atau tidak maka perlu dianalisis alasan dari tuntutan penggugat yang pada

pokoknya sebagai berikut :

Page 83: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

71

1. Kelalaian yang dilakukan dokter yaitu setelah pasien melakukan

operasi pengangkatan tumor ovaarium di RSPI, dan diserahkan

kepada Dr. I Made Nazar untuk dilakukan pemerikasaan di

laboratorium, hasil awal dinyatakan tumor tersebut tidak ganas,

dan terdapat PA terakhir dan dinyatakan ganas pada tanggal 16

Februari 2005, tapi hal tersebut tidak diberitahukan oleh para

tergugat kepada penggugat.

2. Dan setelah dilakukan operasi tersebut keadaan pasien makin

memburuk, dan pasien melakukan pemeriksaan kembali ke RSPI

pada bulan November 2005 dan hasilnya dinyatakan tidak jelas

oleh Dr. Mirza Zoebir, kemudian pada bulan Februari pasien

kembali melakukan pemeriksaan karena adanya keluhan yang

terus menerus dirasakan dan adanya benjolan di perut sebelah kiri,

dan Prof Dr Ichramjah menyarankan untuk menemui Dr.

Hermansyur, setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dr. Hermansyur

pasien dinyatakan mengidap kanker liver stadium 4, para petugas

pelayanan kesehatan tersebut setelah mendapatkan hasil tersebut

tidak menunjukan profesionalitasnya sebagai dokter. Bahwa para

petugas pelayanan kesehatan tersebut tidak cepat tanggap dalam

menangani penyakit yang diderita oleh pasien, tanpa ada tindakan

pengobatan apapun.

3. Bahwa pasien telah memenuhi kewajibannya untuk membayar

semua pengobatan tersebut, biaya yang telah dikeluarkan secara

Page 84: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

72

nyata sebesar Rp.172.734. 717 ( Seratus Tujuh Puluh Dua Juta

Tujuh Ratus Tiga puluh Empat Ribu Tujuh Ratus Tujuh belas) tapi

para pelayan kesehatan tersebut tidak melakukan kewajibannya

dengan baik dan sungguh-sungguh.

Pada poin pertama sudah jelas bahwa dokter/petugas pelayan

kesehatan telah melakukan kelalaian dalam hal tidak memberitahukan hasil

PA kepada para penggugat, dimana menurut penulis karena hasil tersebutlah

yang menentukan benar adanya kanker ganas, jika hal tersebut

diberitahukan sejak awal maka tidak akan adanya keterlambatan

penanganan medis untuk pasien.

Kedua, para petugas pelayan kesehatan tidak mempunyai itikat baik

untuk melakukan pengobatan serta penyembuhan kepada pasien, terbukti

pada hasil PA terakhir tidak diberitahukan kepada pasien, dan pasien pun

melakukan pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh Dr. Hermansyur yang

menyatakan pasien mengidap penyakit kanker liver stadium 4. Menurut

penulis Dr. Hermansyur bukannya menangani dan mencari solusi, tetapi Dr.

Hermansyur menyerahkan penanganan tersebut kepada Prof Dr Ichramjah

karena penanganan awal dilakukan oleh Prof Dr. Ichramsjah dan dia pun

terheran-heran dengan hasil tersebut, menurut penulis para tergugat tidak

mempunyai itikad baik kepada pasien dan tidak bersikap profesional dalam

menjalankan tugasnya. Dalam Pasal 7 poin a Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mewajibkan bahwa pelaku

Page 85: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

73

usaha (dokter) harus beritikad baik dalam melakukan usahanya (melayani

pasien) .

Ketiga, para tergugat menyatakan bahwa para penggugat sama sekali

tidak menyatakan secara rinci dengan disertai bukti-bukti yang sah yang

mendukung pernyataan mengenai kerugian yang para penggugat alami.

Bahkan jika para penggugat dapat membuktikan adanya suatu tindakan

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tergugat, para penggugat

juga harus dapat secara rinci dan berdasarkan bukti-bukti yang sah

menjabarkan kerugian yang dialami oleh para penggugat berkaitan dengan

perbuatan melawan hukum tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat dari

Prof. Dr. R Wirjono Prodjodikoro, SH.6 „‟seorang yang dalam tindakannya

merugikan orang lain, tidak dikatakan berdasarkan atas suatu hak dan

karena itu dia diwajibkan mengganti kerugian, tetapi hak tersebut haruslah

berdasarkan atas peraturan hukum‟‟. Selain itu pemohon kerugian yang

harus dinyatakan dalam suatu penjelasan yang rinci dengan didukung oleh

bukti-bukti yang sah telah juga dianut oleh hukum acara di Indonesia dan

juga dianut oleh peradilan di Indonesia ini, hal ini dibuktikan dengan

adanya: putusan Mahkamah Agung No. 550 K/SIP/1979 tanggal 8 Mei 1980

yang menyatakan : „‟ petitum tentang ganti rugi harus dinyatakan tidak

dapat diterima karena tidak diadakan perincian mengenai kerugian-kerugian

yang dituntut‟‟. Putusan Mahkamah Agung No. 19 K/SIP/1983 tanggal 3

September 1983 yang menyatakan: „‟ karena gugatan ganti rugi tidak

6 Prof. Dr. R Wirjono Prodjodikoro, SH. Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke 9,

Sumur Bandung : 1984 h. 16

Page 86: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

74

diperinci, lagi pula belum diperiksa oleh Judex Fecti. Gugatan ganti rugi

tersebut tidak dapat diterima. Dan dalam hal ini tergugat menyatakan

gugatan penggugat kabur (obscurum libellum).

Unsur-unsur malapraktik kedokteran telah di penuhi oleh para tergugat

yaitu:7

1. Adanya wujud perbuatan aktif maupun pasif tertentu dalam

praktik kedokteran.

2. Dilakukan oleh dokter atau orang yang ada dibawah perintahnya.

3. Dilakukan terhadap pasiennya.

4. Dengan sengaja maupun kelalaian.

5. Bertentangan standar profesi, melanggar hukum dan dilakukan

tanpa wewenang.

6. Menimbulkan akibat kerugian bagi nyawa pasien yakni

keterlambatan penanganan karna kesalahan diagnosa.

7. Membentuk pertanggungjawaban hukum bagi dokter.

Penulis berpendapat bahwa berdasarkan poin diatas telah terlihat jelas

adanya pelanggaran oleh petugas pelayanan kesehatan terhadap kewajiban-

kewajiban petugas pelayanan kesehatan dan standar profesi dalam

memberikan pengobatan pada pasien Ny. Sita Dewati Darmoko sehingga

menyebabkan keterlambatan pengobatan. Akibat dari keterlambatan

pengobatan pasien telah meinmbulkan kerugian bagi penggugat yakni biaya

7 Adami Chazawi, Malaraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h. 11

Page 87: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

75

pengobatan selama pasien di rawat di rumah sakit. Perbuatan tersebut telah

memenuhi ketentuan dari Pasal 1365 KUHPer yaitu :

1. Ada perbuatan melawan hukum atau dengan kata lain

melawan undang-undang;

2. Melanggar hak subjektif orang lain yaitu hak-hak perorangan

dan hak-hak atas harta kekayaan.

3. Ada kesalahan (schuld) yang dapat berupa kealpaan dan

kesengajaan.

4. Ada kerugian yang diderita orang lain.

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum

dengan kerugian yang diderita.

Islam juga menghukum orang yang beriman yang baik dengan sengaja

maupun karena kelalaiannya membunuh manusia lain. Hal ini dijelaskan

dalam surat An-Nisa ayat 92-93 yang berbunyi:

د مه قتل مإمنا خطأ فتحزيز رقبة مإمنة ممة ئل أىو ئال أن ما كان لمإمه أن يقتل مإمنا ئال خطأ ية م

مإمه فتحزيز رقبة ى لكم م عد بينيم ميثاق فدية يصمدمقا فان كان مه ق م بينكم ئن كان مه ق مإمنة

بة م تحزيز رقبة مإمنة فمه لم يجد فصيام شيزيه متتابعيه ت ممة ئل أىو كان المو م عيما حكيما ه المو

Artinya : “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh

seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja).

Barang siapa membunuh seorang yang beriman tersalah (hendaklah) dia

memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat

yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka

(keluarga terbunuh) bersedekah. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang

memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka hendaklah (si pembunuh)

memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Jika dia (si terbunuh) dari

kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka

(hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barang siapa tidak memperolehnya, maka hendaklah dia (si pembunuh)

Page 88: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

76

berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. An-Nisa/4: 92)

أعدم لو عذابا عظيمامه يقتل مإمنا متعمدا فجزاؤه جينمم خالدا ف لعنو غضب المو عيو ييا

Artinya : “Dan barang siapa yang membunuh seorang beriman dengan

sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahannam, dia kekal di dalamnya.

Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang

besar baginya.”(Q.S. An-Nisa/4: 93)

Dalam surat An-Nisa 92-93 telah secara tegas dijelaskan larangan dan

hukuman bagi dokter yang melakukan malapraktik medis baik karena

kelalaiannya menyebabkan keterlambatan pengobatan bagi pasiennya Ny.

Sita Dewati Darmoko. Dalam Pasal 1366 KUHPer juga menjelaskan bahwa

setiap orang (dokter) tidak hanya bertanggung jawab atas setiap perbuatan-

perbuatannya melainkan juga karena kelalaiannya dan kesalahannya.

Kesalahan dari dokter yang tidak menangani pasien lebih lanjut ketika

memperoleh hasil PA terakhir yang menyatakan ganas, namun setelah

diketahui, tidak diberitahukan kepada para penggugat untuk mengetahui

kejujuran penyakit yang diderita pasien, dan menimbulkan keluhan yang

terus-menerus yang dirasakan pasien, sampai akhirnya dinyatakan bahwa

pasien mengidap kanker liver stadium 4, para dokter tidak melakukan

peranannya sebagai dokter dalam memberikan pertolongan dan pengobatan

kepada pasien, sehingga akibat dari kejadian tersebut penyakit pasien

semakin parah, karena keterlambatan pengobatan yang dilakukan oleh

dokter di RSPI. Dan dalam hal ini dokter tidak melakukan itikat baik dalam

menangani pasiennya, dan telah melakukan perbuatan melawan hukum

dimana hak pasien dirugikan.

Page 89: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

77

Pasien sebelumnya adalah ibu sekaligus kepala keluarga, yang

memberikan pendidikan dan membesarkan anaknya juga termasuk dalam

kerugian yang dialami oleh penggugat. Hal ini diatur dalam Pasal 1370

KUHPer yang menyebutkan “Dalam hal pembunuhan dengan sengaja atau

kematian seseorang karena kurang hati-hatinya orang lain, suami atau istri

yang ditinggalkan, anak atau orangtua korban yang lazimnya mendapat

nafkah dan pekerjaan korban, berhak menuntut ganti rugi yang harus dinilai

menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak, serta menurut

keadaan.” Oleh karena itu, Penggugat dapat meminta pertanggungjawaban

dari para dokter dan RSPI selaku Tergugat dengan melakukan gugatan

perdata untuk meminta ganti kerugian yakni:

1. Kerugian immaterial (kerugian yang tidak nyata)

Seperti pasien melakukan pengobatan yang amat panjang dan

melelahkan, sementara kelalaian penyampaian PA yang tentunya

mengakibatkan pasien semakin menderita selain itu diagnosa dan

terapi yang diberikan pada tahap berikutnya sangat terlambat

untuk mengatasi penyakit pasien yang berakibat kepada dekadensi

mental dan fisik serta berakhir dengan meninggalnya pasien. Para

penggugat merasa sangat kehilangan seorang ibu sekaligus kepala

rumah tangga yang selama ini mendidik dan membesarkan para

penggugat, menjelang akhir hayat sampai berpulangnya pasien

janji-janji dan tanggung jawab para tergugat tidak pernah

terwujud, bahkan pihak para tergugat mencari-car alasan dan terus

Page 90: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

78

melemparkan tanggung jawab kepada pihak dokter yang

menangani pasien. Pada akhirnya pasien menjaddi korban dari

penanganan dan sikap para tergugat yang tidak profesional.

Beralasan kiranya para penggugat menuntut ganti rugi sebesar Rp.

20.000.000.000,- (dua puluh miyar rupiah). Mengingat

kepercayaan yang selama ini diberikan aleh pasien kepada para

tergugat sebagai pengelola rumah sakit besar, namun akhirnya

pasien telah mendapatkan perlakuan yang tidak sepatutnya.

2. Kerugian materil (kerugian nyata)

Bahwa selama pasien dirawat di RSPI biaya yang terus ditanggung

selama perawatan dimana kondisi kesehatan pasien tidak menentu

akibat kelalaian penyampaian PA, sehingga diagnosa yang

dilakukan menjadi tidak valid dan tidak jelas arahnya, biaya yang

telah dikeluarkan secara nyata sebesar Rp. 172.734.717(seratus

tujuh puluh dua juta tujuh ratus tiga puluh empat ribu tujuh ratus

tujuh belas).

Dalam hal ini penulis menguatkan pendapat Mahkamah Agung

dengan penjelasan diatas. Dalam pasal 46 Undang-undang Nomor 44

Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa rumah Sakit

bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas

kelalaian yang dilakukan oleh petugas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Oleh karena itu, Rumah Sakit Pondok Indah, selaku penyelenggara

kesehatan dan Prof. Dr. Ichramsjah, Dr. Hermansyur, Prof Dr. I Made

Page 91: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

79

Nazar, Dr Emil Taufik, Dr. Mirza Zoebir Dr. Bing Widjaja selaku petugas

pelayanan kesehatan harus bertanggung jawab secara tanggung renteng

mengganti kerugian yang dialami oleh penggugat.

Page 92: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode penemuan hukum yang dilakukan oleh hakim pada

sengketa kesalahan diagnosa pada putusan Mahkamah Agung

Nomor 515/ PK./Pdt/2011 adalah metode interpretasi sistematis

yaitu penafsiran yang mmenafsirkan peraturan perundang-

undangan dihubungkan dengan peraturan hukum atau undang-

undang lain atau dengan keseluruhan sistem hukum. Yaitu dengan

menafsirkan peraturan dalam konteks hukum perdata pada pasal

1362 KUHPerdata.

2. Mahkamah Agung telah tepat dalam pertimbangannya, dimana

hakim menyatakan para tergugat telah melakukan perbuatan

melawan hukum, walaupun dalam putusan Pengadilan Negeri

Nomor 349/ Pdt.G/ 2012/ PN.Jkt.Tim menyatakan gugatan

penggugat dikatakan premature karna tidak terlebih dahulu

melaporkan gugatannya kepada MKDKI, tetapi hal tersebut

tidaklah menjadi hambatan hakim dalam memutuskan perkara

hukum. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran Pasal 66 ayat (3) juga menjelaskan bahwa meski telah

dilakukan pengaduan, orang yang merasa dirugikan dapat

Page 93: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

81

menuntut secara perdata maupun pidana sehingga penyelesaian

melewati MKDKI hanya pilihan hukum (choice of law). Terkait

dengan pokok perkara, petugas pelayanan medis telah melakukan

malapraktik. Hal ini dapat dilihat dari kelalaiannya menyebabkan

keterlambatan pengobatan bagi pasiennya Ny. Sita Dewati

Darmoko. Dalam Pasal 1366 KUHPer juga menjelaskan bahwa

setiap orang (dokter) tidak hanya bertanggung jawab atas setiap

perbuatan-perbuatannya melainkan juga karena kelalaiannya dan

kesalahannya. Kesalahan dari dokter yang tidak menangani pasien

lebih lanjut ketika memperoleh hasil PA terakhir yang menyatakan

ganas, namun setelah diketahui, tidak diberitahukan kepada para

penggugat untuk mengetahui kejujuran penyakit yang diderita

pasien, dan menimbulkan keluhan yang terus-menerus yang

dirasakan pasien, sampai akhirnya dinyatakan bahwa pasien

mengidap kanker liver stadium 4, para dokter tidak melakukan

peranannya sebagai dokter dalam memberikan pertolongan dan

pengobatan kepada pasien, sehingga akibat dari kejadian tersebut

penyakit pasien semakin parah, karena keterlambatan pengobatan

yang dilakukan oleh dokter di RSPI dan dalam hal ini dokter tidak

melakukan itikat baik dalam menangani pasiennya, dan telah

melakukan perbuatan melawan hukum dimana hak pasien

dirugikan. Pasien sebelumnya adalah ibu sekaligus kepala

keluarga, yang memberikan pendidikan dan membesarkan anaknya

Page 94: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

82

dengan kasih sayang juga termasuk dalam kerugian yang dialami

oleh penggugat. Hal ini diatur dalam Pasal 1370 KUHPer yang

menyebutkan “Dalam hal pembunuhan dengan sengaja atau

kematian seseorang karena kurang hati-hatinya orang lain, suami

atau istri yang ditinggalkan, anak atau orangtua korban yang

lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan korban, berhak menuntut

ganti rugi yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan

kedua belah pihak, serta menurut keadaan.” Oleh karena itu,

Penggugat dapat meminta pertanggungjawaban dari para dokter

dan RSPI selaku Tergugat dengan melakukan gugatan perdata

untuk meminta ganti kerugian. Dalam pasal 46 Undang-undang

Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa

rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang

ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh petugas pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit Pondok

Indah, selaku penyelenggara kesehatan dan Prof. Dr. Ichramsjah,

Dr. Hermansyur, Prof Dr. I Made Nazar, Dr Emil Taufik, Dr.

Mirza Zoebir Dr. Bing Widjaja selaku petugas pelayanan

kesehatan harus bertanggung jawab secara tanggung renteng

mengganti kerugian yang dialami oleh penggugat.

B. Saran

Page 95: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

83

1. Penulis menyarankan agar dibuat undang-undang khusus yang

mengatur tentang malapraktik medis karena kasus ini sangat sering

menciderai rakyat kecil namun pengaturannya sampai saat ini belum di

buat secara rinci sehingga peraturan tersebut dapat dengan mudah

mengidentifikasi apakah tindakan dokter termasuk dalam malapraktik

atau bukan dan memberikan pengembalian hak secara penuh dari

dokter kepada pasien dalam bentuk pertanggungjawaban dokter.

2. Penulis menyarankan agar diadakan sosialisasi prihal

pertanggungjawaban dokter terhadap kesalahan atau malapraktik medis

kepada masyarakat umum melalui seminar-seminar umum agar

masyarakat tahu apa saja yang dapat dilakukan untuk mengetahui

apakah tindakan dokter merupakan malapraktik atau bukan dan

meminta pertanggungjawaban lewat jalur hukum jika terjadi

malapraktik.

3. Masayarat jangan asal melaporkan kasus ke pengadilan tapi harus lebih

aktif sesuai prosedur untuk mengadukan kesalahan yang dilakukan

petugas pelayan kesehatan melalui MKDKI selebihnya setelah

diputuskan oleh MKDKI barulah adukan ke pengadilan, karena

MKDKI telah ditunjuk oleh lembaga Negara untuk mengawasi serta

memberi sanksi karena sesuai dan mempuni apakah dokter melakukan

kesalahan atau tidak.

4. Kepada petugas pelayanan medis (dokter), untuk melakukan

pengobatan terhadap pasien dengan menghormati hak-hak pasien,

Page 96: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

84

melakukan kewajiban dokter, menaati standar prosedur dan standar

operasional, memiliki wewenang untuk melakukan tindakan medis dan

tidak melanggar ketentuan-ketentuan lain dalam undang-undang.

5. Kepada para Hakim, untuk lebih cermat dan teliti dalam mengambil

keputusan serta mengedepankan asas kemanfaatan (utility), keadilan

(etis) dan kepastian hukum (normatif dogmatic).

Page 97: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

85

DAFTAR PUSTAKA

Adji Seno Oemar, Prof, Etika Profesional dan Hukum Pertanggung jawaban

Pidana Dokter,(Jakarta; Erlangga, 1991)

Al-Zuhailiy Wahbah, Ushul fiqh al-Islamiy, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), Jilid I

Achadiat M Chrisdiono., Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam

Tantangan Zaman, (Jakarta: EGC, 2007).

Ahmadi M, Fahmi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah, 2010).

Ali Ahmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),

(Jakarta: PT Gunung Agung, 2002),

Amir Amri, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika Jakarta 1997

Arto Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004)

Azwar Bahar , Sang Dokter, (Jakarta: Kesaint Blanc 2002),

Azwar Azrul, Kesehatan Kini dan Esok, Jakarta Ikatan Dokter Indonesia 1990

Chazawi Adami, Malaraktik Kedokteran, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007).

Hadiati Hermien dan Keoswadji. Hukum dan Masalah Medik. Surabaya :

Airlangga, 1984.

Hariyani Safitri, Sengketa Medik: Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara

Dokter Dengan Pasien, (Jakarta: Diadit Media, 2005)

Idhamy Dahlan, Karekteristik Hukum Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994),

J Guwandi, Malpraktek Medik. Jakarta: Universitas Indonesia, 1993.

Johan Bahder, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, jakarta, PT.

Rieneka Cipta 2005

Komalawati Veronika, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik,

(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002),

M Aziz Noer, Laporan Penelitian Hukum Tentang Hubungan Tenaga Medik,

Rumah Sakit dan Pasien, Badan Pembinaan Hukum Nasional,

Jakarta 2010

Page 98: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

86

Mertokusumo Sudikno, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta:

Liberty, 2007).

Miru Ahmadi, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di

Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011),

Muhamad Abdulkadir, Hukum Perikatan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1982)

Nasution AZ, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta, CV.

Tiagra Utama 2002

Nasution AZ, dkk, Liku-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Kosumen,

(Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2011),

Prodjodikoro R Wirjono. Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke 9, Sumur

Bandung : 1984

Rifai Ahmad, Penemuan Hukum oleh Hakim, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011)

Sampurna Budi, dkk, Bioetik dan Hukum Kedokteran, (Jakarta:Pustaka Dwipar,

2007),

Sidabalok Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung:

PT.Citra Aditya Bakti, 2006).

Siswati Sri, Etika dan Hukum Kesehatan, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,

2013)

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi 2006, (Jakarta:

Grasindo, 2006)

Soejami, Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik, (Bandung , Citra Aditya,

1992)

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 1985)

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:

Pradnya Paramita, 1996).

Supriadi Chandrawila Willa , S.H, Hukum Kedokteran, (Anggota IKAPI :

Mondar Maju, 2001)

Tim Penyusun FSH, Pedoman Penelitian Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan

dan Jaminan Mutu (PPJM), 2012

Triwibowo Cecep, Etika Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014)

Page 99: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

87

Yahya Mukhtar dan Fathurrahman,Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islami.(Bandung: Al-Ma’arif, 1993), Cet. 3

Yunanto Ari, Helmi. Hukum Pidana Malpraktik Medik Tinjauan dan Presfektif

Medikolegal, (Yogyakarta, CV. AND OFFSET, 2010)

Wahjoepramono J Eka Julianta Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik,

(Bandung: Karya Putra Darwati, 2012),

Page 100: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor : 515 PK/Pdt/2011

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata dalam peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut

dalam perkara :

1. PITRA AZMIRLA ;

2. DAMITRA ALMIRA, keduanya bertempat tinggal di Jalan

Cilandak Tengah No. 19, Cilandak, Jakarta Selatan Selatan;

dalam hal ini memberi kuasa kepada Ninung S. B. Bremi,

SH.,MH.Kes, dkk, Advokat dari HNW Advocates and Legal

Consultants, berkantor di Jakarta Selatan, Patra Office Tower

17th floor 1702, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 32-34,

Jakarta Selatan Selatan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal

2 Mei 2011 ;

Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Para Termohon

Kasasi / Penggugat I, II / Para Terbanding ;

melawan :

1 PT. BINARA GUNA MEDIKTAMA, berkedudukan di Jalan

Metro Duta Kav. UE, Pondok Indah, Jakarta Selatan Selatan ;

2 Dr. HERMANSUR KARTOWISASTRO, SpB-KBD, bertempat

tinggal di Jalan Metro Duta Kav. UE, Pondok lndah, Jakarta

Selatan Selatan ;

3 Prof. Dr. I MADE NAZAR, SpPA, bertempat tinggal di Jalan

Metro Duta Kav. UE, Pondok Indah, Jakarta Selatan Selatan;

4 Dr. EMIL TAUFIK, SpPA, bertempat tinggal di Jalan Metro

Duta Kav. UE, Pondok Indah, Jakarta Selatan Selatan ;

5 Dr. MIRZA ZOEBIR, SpPD, bertempat tinggal di Jalan Metro

Duta Kav. UE, Pondok lndah, Jakarta Selatan Selatan ;

6 Dr. BING WlDJAJA, SpPK, bertempat tinggal di Jalan Metro

Duta Kav. UE, Pondok Indah, Jakarta Selatan Selatan ;

Para Termohon Peninjauan Kembali dahulu Para Pemohon

Kasasi / Tergugat I, II, IV, V, VI, VII / Pembanding I ;

dan

Hal. 1 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 101: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 KOMITE MEDIK RUMAH SAKIT PONDOK INDAH,

berkedudukan di Jalan Metro Duta Kav. UE, Pondok Indah,

Jakarta Selatan Selatan ;

2 Prof. Dr. ICHARMSJAH A RACHMAN, Sp.OG, bertempat

tinggal di Jalan Metro Duta Kav. UE, Pondok Indah, Jakarta

Selatan Selatan ;

Para Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Para Turut

Termohon Kasasi / Turut Tergugat, Tergugat III / Turut

Terbanding, Pembanding II ;

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa Para Pemohon

Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para Termohon Kasasi / Penggugat I, II / Para

Terbanding telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan

Mahkamah Agung No. 1563 K / Pdt / 2009 tanggal 29 Desember 2009 yang telah

berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Para Termohon Peninjauan

Kembali dahulu sebagai Para Pemohon Kasasi / Tergugat I, II, IV, V, VI, VII /

Pembanding I dan Para Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para Turut

Termohon Kasasi / Turut Tergugat, Tergugat III / Turut Terbanding, Pembanding II

dengan posita gugatan sebagai berikut :

Bahwa Para Pengugat adalah ahli waris dari almarhumah Ny. Sita Dewati

Darmoko yang merupakan ibunda dari Para Penggugat.

Bahwa almarhumah Ny. Sita Dewati Darmoko adalah pasien Rumah Sakit

Pondok Indah (Tergugat I).

Bahwa pada tanggal 12 Februari 2005 almarhumah menjalani operasi

pengangkatan tumor Ovarium di Rumah Sakit Pondok Indah (Tergugat I).

Bahwa operasi dilakukan oleh team dokter RSPI dimana bertindak selaku ketua

team adalah Prof. Dr. Icharmsjah A. Rachman (Tergugat III) dengan anggota terdiri dari

Dr. Hermansyur Kartowisatro (Tergugat II) dan Prof. Dr. I Made Nazar (Tergugat IV).

Bahwa setelah tindakan operasi dilakukan oleh Prof. Dr. Icharmsjah A. Rachman

(Tergugat IlI) hasilnya (tumor ovadium) diserahkan kepada Prof. Dr. I Made Nazar

Tergugat IV) untuk diperiksa di laboratorium pathologi guna mengetahui apakah tumor

itu ganas atau tidak.

Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dilaboratorium pathologi tertanggal 12

Februari 2005 yang diserahkan oleh Prof. Dr. I Made Nazar (Tergugat IV) kepada Prof.

Dr. Icharmsjah A. Rachman (Tergugat IlI) dinyatakan tumor tersebut tidak ganas.

Bahwa kemudian terdapat hasil PA terakhir pada tanggal 16 Februari 2005 yang

terindikasikan ganas dan ternyata hasil tersebut tidak disampaikan oleh Para Tergugat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 102: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada almarhumah maupun Para Penggugat, sehingga almarhumah maupun Para

Penggugat masih berkesimpulan tidak terdapat indikasi tumor ganas pada diri

almarhumah.

Bahwa kemudian pada November 2005 almarhumah terpaksa dibawa kembali ke

Rumah Sakit Pondok Indah (Tergugat I) karena kondisi almarhumah semakin kritis,

suhu tubuhnya tinggi dan khawatir terkena demam berdarah. Setibanya di Rumah Sakit

Pondok lndah, pemeriksaan dilakukan oleh Dr. Mirza Zoebir (Tergugat VI) dimana hasil

pemeriksaan tidak jelas, katanya verdaht typus, namun melihat Medical Record

almarhumah yang baru dioperasi tumor pada bulan Februari 2005 tanpa memperhatikan

hasil PA tanggal 16 Februari 2005 maka Dr. Mirza Zoebir (Tergugat VI) memberi saran

dan tindakan-tindakan antara lain :

a. Tanggal 7 November 2005.

Jenis pemeriksaan : USG Abdomen

Radiologist Dr. Chandra J

Kesan : Hepatemagalie dengan tanda-tanda chronic hepatic dease, tampak dua

massnodule pada lobus kanan hepar (ukuran + 2,0 cm dan + 1,2 cm) tak

menyingkirkan adanya Maligannicy, usul dilakukan CT Scan Abdomen untuk

konfirmasi lebih lanjut.

b. Tanggal 8 November 2005.

Jenis pemeriksaan : CT Scan Abdomen (minas hepar)

Radiologist : Hanya tanda tangan, tidak ada nama tertulisnya.

Kesan : Tampak Inhomo Genous mass kecil-kecil ukuran

1,9 x 1,7 x 1,5 cm dan 1,4 x 1,1 x 1,5 cm berbatas

tegas, hypondens, letak dekat kubah liver dengan

adanya minimal rimenhanceme dan internal-

inhomogenecity, tak tampak bercak calcificasi,

susp. proses meta (DD / multiple hepatic cyst).

Karena menurut Dr. Mirza Zoebir (Tergugat VI) ada sesuatu di lever almarhumah tetapi

belum perlu diapa-apakan.

Bahwa kemudian pada bulan Februari 2006 almarhumah kembali menemui Prof.

Dr. Ichramsiah (Tergugat IlI), karena adanya keluhan yang terus dirasakan bahkan ada

benjolan yang sangat terasa disebelah kiri perut. Kemudian Prof. Dr. Ichramsjah

(Tergugat IlI) merekomendasikan kepada Dr. Hermansyur (Tergugat II) berhubung

benjolan tersebut bukan "areanya" dia. Almarhumah kemudian membuat janji dengan

Dr. Hermansyur (Tergugat II), dan setelah keduanya bertemu disarankan untuk CT Scan

pada tanggal 15 Februari 2006. Berdasarkan hasil CT Scan, Dr. Hermansyur (Tergugat

II) memberikan kesimpulan bahwa almarhumah mengalami kanker liver stadium 4,

belum hilang keterkejutan almarhumah atas kesimpulan tersebut, Dr. Hermansyur

Hal. 3 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 103: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(Tergugat II) malah melempar kembali penanganan penyakit almarhumah kepada Prof.

Dr. Ichramsjah (Tergugat IlI) dengan alasan bahwa Dr. Hermansyur (Tergugat II) bukan

yang menangani pertama kali masalah penyakit almarhumah. Sesampainya almarhumah

menghadap kembali ke Prof. Dr. Ichramsjah (Tergugat IlI), justru Prof. Dr. Ichramsjah

(Tergugat Ill) terheran-heran dengan kesimpulan tersebut.

Bahwa melihat kenyataan demikian almarhumah dan Para Penggugat merasa

sangat kebingungan atas sikap dan kesimpulan Para Tergugat yang tidak menunjukan

profesionalitas dan tanggung jawab. Almarhumah merasa sangat kecewa dengan

pelayanan yang diberikan oleh Para Tergugat mengingat almarhumah telah memberikan

kepercayaan penanganan medis yang cukup lama dengan biaya yang sangat besar dan

memberatkan beban Para Penggugat, namun hasil yang diperoleh jauh dari harapan

almarhumah maupun Para Penggugat.

Bahwa atas saran dan bantuan teman lama dengan kekecewaan yang sangat

mendalam akhirnya almarhumah memutuskan untuk mengganti rumah sakit dan dokter

yang lama, sampai akhirnya bertemu dengan Dr. Aru yang kemudian menjadi dokter

yang menangani penyakit almarhumah, dan atas saran dari Dr. Aru almarhumah terpaksa

harus mengulang kembali semua penelitian CT Scan di Rumah Sakit Medistra.

Bahwa Dr. Aru juga menyuruh Para Tergugat untuk mengambil sample jaringan

tumor almarhumah yang berada di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan untuk

kemudian diteliti di Singapore. Hasilnya ternyata terdapat perbedaan dengan Rumah

Sakit Pondok Indah (Tergugat I) yang dimana pada hasil awalnya disimpulkan tidak

ganas.

Tanggal 6 Maret 2006 :

Reported by Dr. Wong Su Yong

Consultant Pathologist Glen Eagles Hospital

Conclusion :

Further review of 2 poorly prepared paraffin blocks and H & E stained sections :

- 1 blocks consistent with a moderately differentiated endometrioid adenocarcinoma of

the ovary.

- block consistent with an endometrial tumour of borderlinemalignancy with focal

endocervical meteplasia.

Disimpulkan terdapat tumor ganas pada diri almarhumah dan atas perbedaan hasil

tersebut kemudian diputuskan bersama baik dari Dr. Aru dan almarhumah serta

keluarga, bahwa Para Penggugat menyetujui dilaksanakan kemo yang direncanakan

sebanyak 6 kali.

Bahwa pada tanggal 16 April 2006, setelah dilakukan kemo sebanyak 2 kali,

pada tanggal ini almarhumah suhu badannya meninggi dan ketika diajak berbicara

terdengar seperti orang linglung dan disorientasi. Para Penggugat kemudian membawa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 104: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

almarhumah ke UGD RS Medistra yang selanjutnya diputuskan untuk di opname Ketika

Para Penggugat menceritakan kepada Dr. Aru dengan keadaan daya pikir dan daya ingat

almarhumah yang kelihatannya terus menurun. Dr. Aru suggest terhadap Para Penggugat

agar almarhumah dilakukan CT Scan brain.

Hasil pemeriksaan pada tanggal 18 April 2006 :

Jenis Pemeriksaan : CT Scan brain

Radiologist : Dr. Sri Inggriani Sp.Rad

Kesan : Lacunas infarot kecil diperiventrikuler kanan Area oedema

dengan focus nodul kecil didaerah cortical subcorcital

lobus parietalis posterior, bisa dicurigai sebagai focus

metastasis dini.

Bahwa jelas terlihat proses penanganan medis selanjutnya pasca 16 Februari

2005 dimana pihak Para Tergugat telah lalai menyampaikan rekam medik PA tanggal 16

Februari 2005 tersebut, sehingga berakibat dari waktu kewaktu kesehatan almarhumah

terus saja merosot, bahkan para dokter Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan

sempat terkejut dan terkesan tidak tahu menahu dengan hasil PA yang menyatakan

adanya tumor ganas tersebut.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut terlihat kesalahan PT. Guna Mediktama

(Tergugat I) sebagai pelayan medis selaku pemilik dan pengelola Rumah Sakit Pondok

Indah di Jakarta Selatan dalam kasus ini kurang tanggap karena :

a. Tidak melakukan koordinasi diantara sesama dokter di Rumah Sakit Pondok lndah

Jakarta Selatan.

b. Tidak melaksanakan pelayanan medis dengan mengutamakan penyembuhan dan

pemulihan pasien secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan

pencegahan (preventif).

c. Pihak Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan dalam hal ini PT. Guna Mediktama

sebagai Tergugat I tidak melaksanakan perawatan terhadap pasien berdasarkan

standar pelayanan medis.

Bahwa selanjutnya antara almarhumah yang didampingi penasehat hukumnya

mengadakan pertemuan dengan pihak PT. Guna Mediktama (Tergugat I) dan penasehat

hukumnya. Dalam beberapa pertemuan Para Penggugat telah dijanjikan akan

mendapatkan kompensasi dan ganti rugi sebesar Rp. 400.000.000,- dan selanjutnya

meningkat menjadi Rp.1.000.000.000,- walaupun kesemua nilai yang ditawarkan jauh

dari rasa keadilan namun faktanya tawaran tersebut hanyalah isapan jempol belaka.

Bahwa meskipun Para Penggugat telah 3 (tiga) kali memberikan teguran tetapi

Para Tergugat sama sekali tidak menunjukkan itikad baik untuk memberikan ganti rugi

kepada almarhumah Ny. Sita Dewati Darmoko sampai meninggal dan Para Penggugat.

Hal. 5 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 105: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa berdasarkan fakta-fakta kelalaian penyampaian PA oleh Para Tergugat

pada tanggal 16 Februari 2005 serta pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan

standar pelayanan medis, yang berakibat terlambatnya mengantisipasi / mencegah

penyakit almarhumah disertai tidak adanya itikad baik untuk menyelesaikan persoalan

tersebut dengan merealisir kompensasi dan ganti rugi membuktikan Para Tergugat

nyatanya telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Bahwa sebagai akibat adanya perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan

oleh Para Tergugat tersebut dimana Para Penggugat telah mengalami kerugian berupa :

• Kerugian materil.

Bahwa selama almarhumah dirawat di RS. Pondok Indah (Tergugat I) biaya yang

harus ditanggung selama perawatan dimana kondisi kesehatan almarhumah tidak

menentu akibat kelalaian penyampaian PA, sehingga diagnosa yang dilakukan

menjadi tidak valid dan tidak jelas arahnya, biaya yang telah dikeluarkan secara nyata

sebesar Rp. 172.734.717,- (seratus tujuh puluh dua juta tujuh ratus tiga puluh empat

ribu tujuh ratus tujuh belas rupiah).

• Kerugian Immaterial.

Bahwa almarhumah mengalami proses pengobatan yang panjang dan melelahkan,

sementara kelalaian penyampaian PA yang tentunya mengakibatkan almarhumah

semakin menderita selain itu diagnosa dan terapi yang diberikan pada tahap

berikutnya sangat terlambat untuk mengatasi penyakit almarhumah yang berakibat

kepada dekadensi mental dan fisik serta berakhir dengan meninggalnya almarhumah.

Para Penggugat merasa sangat kehilangan seorang ibu sekaligus kepala rumah tangga

yang selama ini mendidik dan membesarkan Para Penggugat, menjelang akhir hayat

sampai berpulangnya almarhumah janji-janji dan tanggung jawab Para Tergugat tidak

pernah terealisir, bahkan pihak Para Tergugat mencari-cari alasan dan terus

melemparkan tanggung jawab kepada pihak dokter yang menangani almarhumah.

Pada akhirnya almarhumah menjadi korban dari penanganan dan sikap Para Tergugat

yang tidak professional. Beralasan kiranya Para Penggugat menuntut ganti rugi

sebesar Rp. 20.000.000,000,- (dua puluh milyar rupiah) mengingat kepercayaan yang

selama ini diberikan oleh almarhumah kepada Para Tergugat sebagai pengelola rumah

sakit besar, namun akhirnya almarhumah telah mendapatkan perlakuan yang tidak

sepatutnya.

Bahwa oleh karena Para Tergugat telah beritikad tidak baik, maka untuk

menjamin agar putusan ini kelak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya (tidak

illusoir) mohon agar diletakkan sita jaminan terlebih dahulu atas barang bergerak dan

tidak bergerak berupa tanah, bangunan dan berikut isinya yang terletak di Jalan Metro

Duta Kav, UE - Pondok Indah Jakarta Selatan yang setempat dikenal dengan nama RS

Pondok Indah.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 106: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa oleh karena gugatan ini didasarkan pada bukti-bukti otentik yang sulit

dibantah kebenarannya maka beralasan kiranya putusan perkara ini dinyatakan dapat

dilaksanakan terlebih dahulu meskipun terdapat verzet, banding, maupun kasasi.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat I dan II mohon kepada

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar memberikan putusan sebagai berikut :

1 Menerima dan mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya.

2 Menyatakan Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum.

3 Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar ganti rugi

kepada Para Penggugat secara tunai baik kerugian material serta kerugian

immaterial sebesar Rp. 20.172.734.717,- (dua puluh milyar seratus tujuh puluh

dua juta tujuh ratus tiga puluh empat ribu tujuh ratus tujuh belas rupiah).

4 Menghukum Para Tergugat untuk membayar secara tanggung renteng uang paksa

(Dwangsom) kepada Para Penggugat sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah), untuk setiap hari keterlambatannya memenuhi isi putusan ini terhitung

sejak putusan ini diucapkan.

5 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan atas harta

kekayaan Tergugat baik bergerak maupun tidak bergerak setempat yang dikenal

sebagai RS Pondok Indah Jalan Metro Duta Kav UE - Pondok Indah Jakarta

Selatan.

6 Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada verzet,

banding, maupun kasasi (Uitvoerbaar bij voorraad).

7 Menghukum Para Tergugat membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara

ini.

Atau

Apabila Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Selatan mempunyai pendapat lain mohon

putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo et Bono).

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I, II, IV, V, VI dan VII

mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

GUGATAN PARA PENGGUGAT TIDAK JELAS DAN KABUR (OBSCURUM

LlBELLUM).

A. PERMOHONAN GANTI RUGI TIDAK DIRINCI.

Bahwa berdasarkan Yurisprudensi, teori dan praktek hukum acara perdata yang

berlaku, maka suatu permohonan ganti rugi berdasarkan suatu Gugatan perbuatan

melawan hukum haruslah melampirkan perhitungan kerugian yang rinci dengan

didasarkan oleh bukti-bukti yang sah dan terperinci. Jika hal ini tidak dipenuhi maka

Gugatan tersebut dapat dikategorikan, diklasifikasikan sebagai Gugatan yang kabur dan

tidak jelas (obscurum libellum).

Hal. 7 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 107: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sebagaimana dapat Majelis Hakim lihat bahwa dalam Gugatan halaman 3

sampai dengan 6, Para Penggugat sama sekali tidak menyatakan secara rinci dengan

disertai bukti-bukti yang sah yang mendukung pernyataan mengenai kerugian yang Para

Penggugat alami.

Bahkan jika memang Para Penggugat dapat membuktikan adanya suatu tindakan

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat -quad non-, Para

Penggugat juga harus dapat secara rinci dan berdasarkan bukti-bukti yang sah

menjabarkan kerugian yang dialami oleh Para Penggugat berkaitan dengan perbuatan

melawan hukum tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Prof. Dr. R. Wirjono

Prodjodikoro, SH, dalam bukunya "Hukum Acara Perdata Indonesia", edisi ke 9,

penerbit Sumur Bandung, 1984, halaman 16 yang menyatakan (kutipan) :

"Seorang yang dalam tindakannya merugikan orang lain, tidak dapat dikatakan berdasar

atas suatu hak dan karena itu dia diwajibkan mengganti kerugian, tetapi hak tersebut

haruslah berdasarkan atas peraturan hukum”.

Selain itu, permohonan kerugian yang harus dinyatakan dalam suatu penjelasan

yang rinci dengan didukung oleh bukti-bukti yang sah, telah juga dianut oleh hukum

acara di Indonesia dan juga dianut oleh lembaga peradilan di Indonesia ini. Hal ini

dibuktikan dengan adanya :

Putusan Mahkamah Agung No. 550 K/SIP/1979 tanggal 8 Mei 1980 yang menyatakan

(kutipan) :

"Petitum tentang ganti rugi harus dinyatakan tidak dapat diterima karena tidak diadakan

perincian mengenai kerugian-kerugian yang dituntut".

Putusan Mahkamah Agung No. 19 K/SIP/1983 tanggal 3 September 1983 yang

menyatakan (kutipan) :

"Karena Gugatan ganti rugi tidak diperinci, lagi pula belum diperiksa oleh Judex Facti,

Gugatan ganti rugi tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima''.

Berdasarkan penjelasan di atas, adalah wajar dan sepantasnya bagi Majelis

Hakim yang terhormat yang memeriksa perkara ini untuk menolak Gugatan a quo atau

setidak-tidaknya tidak menerima Gugatan a quo (om de dagvaarding niet ontvankelijk te

verklaren) dikarenakan Gugatan Para Penggugat tidak jelas (obscurum libellum) dengan

dasar bahwa Para Penggugat tidak merinci dan memberikan buki-bukti yang sah dan

valid berkaitan dengan ganti rugi dalam Gugatannya.

B. POSITA TIDAK MENDUKUNG PETITUM.

Bahwa selain Gugatan Para Penggugat tidak dapat menjelaskan dan

membuktikan adanya kerugian, Gugatan a quo juga kabur (obscurum libellum) karena

posita dalam Gugatan tersebut tidak mendukung dan tidak relevan dengan petitumnya

(vide : Putusan Mahkamah Agung tanggal 8 Desember 1982 No. 1075 K/Sip/1982).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 108: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hukum acara perdata di Indonesia telah mengatur secara tegas bahwa merupakan

syarat mutlak bagi Para Penggugat untuk menjelaskan dan menjabarkan secara benar

duduk perkara dan hukumnya pada bagian posita, yang kemudian baru pada bagian

petitum Para Penggugat memohonkan keinginannya kepada Pengadilan yang

berwenang. Jika dikaitkan dengan kasus ini jelas pada posita Gugatan, Para Penggugat

tidak pernah sama sekali menjelaskan tentang dasar hukum dan / atau bukti-bukti dan /

atau relevansinya dengan perkara perdata ini sehubungan petitum dwangsom. Hal ini

jelas sangat bertentangan dengan hukum acara dan doktrin yang berlaku di Indonesia,

yang antara lain berdasarkan pendapat Darwan Prinst, SH, dalam bukunya yang berjudul

"Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata", Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung 2002, cetakan ketiga revisi, halaman 39, yang menyatakan secara tegas

(kutipan) :

"Dengan demikian, hubungan antara posita dengan petitum sangat erat, karena posita

adalah dasar membuat petitum. Petitum tidak boleh bertentangan dan melebihi posita.

Hal-hal yang tidak diuraikan dalam posita tidak dapat dimohonkan dalam petitum"

Selain itu, tuntutan uang paksa (dwangsom) yang diajukan oleh Para Penggugat

tersebut adalah bertentangan dengan hukum acara perdata di Indonesia, oleh karena

lembaga uang paksa tersebut (dwangsom) hanya dapat dijatuhkan terhadap putusan yang

bersifat kondemnator yang bukan merupakan putusan pembayaran sejumlah uang. Hal

ini ditegaskan dalam Pasal 606a RV, yang berbunyi sebagai berikut :

"Sepanjang suatu keputusan Hakim mengandung hukuman untuk sesuatu yang lain

daripada membayar sejumlah uang, maka dapat ditentukan, bahwa sepanjang atau setiap

kali terhukum tidak memenuhi hukuman tersebut, olehnya harus diserahkan sejumlah

uang yang besarnya ditetapkan dalam Keputusan Hakim, dan uang tersebut dinamakan

uang paksa."

Selain itu hal ini juga dipertegas dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 791 K/

Sip/1972 yang menyatakan (kutipan) :

"Uang paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan untuk membayar uang".

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, jelas tuntutan uang paksa (dwangsom) dalam

perkara perdata ini telah melanggar ketentuan hukum acara perdata di Indonesia, oleh

karena Para Penggugat juga menuntut kerugian berupa tindakan pembayaran uang atas

perbuatan Para Tergugat yang dianggap telah melanggar hukum -quad non-.

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka adalah wajar dan sepantasnya bagi

Majelis Hakim yang terhormat yang memeriksa perkara ini untuk menolak Gugatan a

quo atau setidak-tidaknya tidak menerima Gugatan a quo (om de dagvaarding niet

ontvankeljk te verklaren) dikarenakan Gugatan Para Penggugat tidak jelas (obscurum

libellum) diakibatkan karena posita tidak mendukung petitum.

Hal. 9 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 109: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

C. PENJELASAN PARA PENGGUGAT TERHADAP KETERLlBATAN DAN

TINDAKAN TERGUGAT I TIDAK JELAS.

Bahwa TERGUGAT I menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil dan dasar hukum

yang diajukan oleh Para Penggugat dalam Gugatannya, dikarenakan berdasarkan hukum

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, tidak ada dasar hukum

bagi diajukannya gugatan oleh Para Penggugat terhadap Tergugat I dan Para Pengugat

tidak dapat membuktikan bahwa Tergugat I telah melakukan suatu tindakan perbuatan

melawan hukum terhadap Para Penggugat. Hal ini didukung oleh bukti-bukti sebagai

berikut :

Mohon perhatian Majelis Hakim yang terhormat, jika diteliti secara seksama

Majelis Hakim akan melihat bahwa di dalam Gugatan a quo, tidak ada satupun

penjelasan dan Penggugat yang menjelaskan adanya tindakan yang dilalaikan oleh

Tergugat I yang telah secara langsung merugikan Para Penggugat. Dalam hal ini Para

Penggugat selalu menjelaskan dan menerangkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan

oleh Para Tergugat lainnya saja dimana kemudian tindakan-tindakan tersebut dengan

tanpa bukti dan penjelasan yang sah kemudian didalilkan sebagai berkaitan dengan

tindakan-tindakan dari Tergugat I quod non. Hal ini dapat Majelis Hakim lihat pada :

i. butir 7, halaman 3 dari Gugatan.

ii. butir 10, halaman 4 dan Gugatan.

iii. butir 12, halaman 4 dari Gugatan. Dan

iv. butir 14, halaman 4 dari Gugatan.

Berdasarkan dalil-dalil dalam butir-butir tersebut di atas dapat Majelis Hakim

yang terhormat lihat bahwa ada beberapa hal yang sangat janggal dan juga tidak jelas

(obscurum liibellum), karena Para Penggugat tidak dapat menjelaskan perbuatan apa

yang dilakukan oleh Tergugat I yang telah merugikan Para Penggugat, semua tindakan

dan perbuatan yang dijelaskan dalam Gugatan a quo adalah merupakan tindakan dan

perbuatan yang dilakukan oleh Para Tergugat lainnya bukan Tergugat I. Para Penggugat

mencoba untuk mengkaitkan perbuatan Para Tergugat dengan Tergugat I, serta pada

butir 15 dari Gugatan a quo, tanpa dasar hukum dan bukti yang jelas. Para Penggugat

telah menuduh bahwa Tergugat I kurang tanggap quod non berdasarkan hal-hal yang

hanya merupakan suatu asumsi saja tanpa didukung oleh bukti-bukti yang valid dan sah.

Sesuai dengan pendapat para pakar hukum di Indonesia, seharusnya kualifikasi

dan tindakan dari Tergugat I yang didalilkan secara tidak sah oleh Para Penggugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum dan telah merugikan Para Penggugat quad non

haruslah dijabarkan dan dibuktikan secara jelas oleh Para Penggugat. Salah satu pakar

hukum yang menjelaskan agar pihak Penggugat dalam Gugatannya harus menjabarkan

dan membuktikan secara jelas tindakan dari pihak Tergugat adalah Darwan Prinst, SH.,

dalam bukunya yang berjudul "Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata",

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 110: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2002, cetakan ketiga revisi, halaman 37, yang

menyatakan secara tegas (kutipan) :

"Kualifikasi adalah suatu perumusan mengenai perbuatan materiel maupun formal dan

Tergugat, yang dapat berupa perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad,

onrechmatige overheids daad), wanprestasi dan lain-lain.

Pada kualifkasi itu harus diuraikan juga bagaimana caranya perbuatan itu dilakukan oleh

masing-masing Tergugat. Misalnya, apakah melanggar hak subjektif orang lain,

melanggar undang-undang, bertindak bertentangan dengan kewajibannya, bertentangan

dengan kesusilaan atau kebiasaan, bertindak sewenang-wenang, lalai mengontrol

pekerjaan bawahan, tidak melaksanakan kewajiban, terlambat melaksanakan kewajiban,

melaksanakan kewajiban secara salah, dan lain-lain.

Kualifikasi ini sedemikian pentingnya sehingga biasanya disusun secara alternatif.

Tujuannya agar jangan sampai perbuatan Tergugat lepas dari surat gugatan. Suatu

pengkualifikasian yang salah dalam gugatan akan menyebabkan gugatan tidak terbukti

dan karenanya akan ditolak oleh Pengadilan".

Mohon perhatian Majelis Hakim yang terhormat, dikarenakan di dalam Gugatan

a quo telah terlihat bahwa sebenarnya Para Penggugat tidak dapat menjelaskan dan tidak

dapat membuktikan sehubungan dengan tindakan apa yang telah dilakukan oleh

TERGUGAT I sendiri secara langsung yang telah mengakibatkan adanya perbuatan

melawan hukum atau mengakibatkan adanya kerugian yang diderita oleh Para

Penggugat, maka adalah wajar dan sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia, bagi

Majelis Hakim yang terhormat untuk menolak Gugatan a quo atau setidak-tidaknya

tidak menerima Gugatan a quo (om de dagvaarding niet ontvankelijk te verklaren)

dikarenakan Gugatan Para Penggugat tidak jelas (cbscurum libellum) dalam

menjelaskan dan membuktikan ada atau tidaknya tindakan Tergugat I yang telah

merugikan Penggugat.

Hal ini juga telah diakui dan dijalankan oleh beberapa putusan Mahkamah Agung

yang menyatakan bahwa orang bebas menyusun dan merumuskan Surat Gugatan, asal

cukup memberi gambaran tentang kejadian materiil yang menjadi dasar tuntutan

(Yurisprudensi Mahkarnah Agung No. 547 K / Sip / 1912 tertanggal 15 Maret 1970) dan

Putusan Mahkamah Agung No. 492 K / Sip / 1970 tertanggal 16 Desember 1970 yang

menyatakan sebagai berikut (kutipan) :

"Menurut pendapat Mahkamah Agung Gugatan Konvensi harus dinyatakan tidak dapat

diterima atas dasar Gugatan yang tidak sempurna, setidak-tidaknya yang dituntut kurang

jelas".

D. PARA PENGGUGAT SALAH MENYEBUTKAN NAMA DARI TERGUGAT I

DAN JABATAN DARI TERGUGAT VII.

Hal. 11 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 111: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa Para Penggugat dalam Gugatan a quo telah salah menyebutkan nama dari

Tergugat I dimana pemilik dan pengelola RSPI dimana nama dan badan hukum yang

mengelola RSPI adalah PT. BINARA GUNA MEDIKTAMA dan bukan PT. GUNA

MEDIKTAMA. Kesalahan penyebutan nama ini menyebabkan tidak jelasnya subjek

dari Gugatan a quo apakah terhadap PT. BINARA GUNA MEDIKTAMA selaku

pemilik dan pengelola RSPI atau PT. GUNA MEDIKTAMA suatu badan hukum yang

mungkin ada hubungannya dengan RSPI.

Walaupun atas Gugatan a quo PT. BINARA GUNA MEDIKTAMA selaku

pemilik dan pengelola RSPI dalam Gugatan a quo juga mengajukan jawabannya, akan

tetapi hal tersebut tidak membenarkan kesalahan Para Penggugat dalam penyusunan

Gugatan a quo yang menyebabkan Gugatan a quo menjadi kabur dan tidak jelas

(obscurum libellum).

Selain itu, Para Penggugat dalam Gugatan a quo juga telah salah menyebutkan

jabatan dari Tergugat VII dirnana Tergugat VII bukanlah Kepala Laboratorium RSPI.

Akibat dari kesalahan penyebutan jabatan tersebut maka Gugatan a quo menjadi tidak

jelas apakah ditujukan kepada Tergugat VII selaku pribadi atau kepada Kepala

Laboratorium RSPI. Akan sangat tidak adil apabila pihak yang tidak terlibat dalam

permasalahan hukum yang menjadi dasar Gugatan a quo ikut menanggung sesuatu yang

bukan merupakan perbuatannya. Oleh karena itu adalah wajar dan pantas apabila

Majelis Hakim Yang Terhormat menolak atau menyatakan Gugatan a quo tidak dapat

diterima (niet ontvankelijk verklaard).

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat III mengajukan eksepsi

yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :

1. Bahwa Tergugat III menolak secara tegas seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat

kecuali yang diakui secara tegas.

. Bahwa Gugatan Penggugat salah orang (Error in Person).

Bahwa gugatan yang diajukan Penggugat yang menggugat Tergugat III adalah salah

orang (Error in Person). Karena Penggugat menggugat Tergugat III adalah yang

bernama Prof. Dr. ICHARMSJAH A RACHMAN, SpOG sedangkan Klien kami

sesuai dengan KTP dengan No. 09.5006. 26124500641 yang benar adalah bernama

Prof. Dr. ICHRAMSJAH A. RACHMAN, SpOG.

3. Bahwa gugatan Penggugat Kabur, dimana dalam gugatan Penggugat pada Point 4,

Penggugat mengatakan kalau operasi yang dilakukan oleh Tergugat III sebagai Ketua

team dengan anggota terdiri dari Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpB-KBD dan Prof.

Dr. Made Nazar, SpPA. Perlu Penggugat ketahui bahwa Prof. Dr. I Made Nazar, SpPA

tidak masuk dalam tim tersebut, namun yang benar adalah dengan Dr. Fitriadi

Kusuma, SpOG.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 112: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1809 /

Pdt.G / 2006 / PN.Jak.Sel tanggal 30 Agustus 2007 adalah sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1. Menyatakan eksepsi dari Para Tergugat tidak tepat dan tidak beralasan.

2. Menyatakan eksepsi dari Para Tergugat tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA :

. Mengabulkan gugatan Penggugat sebahagian.

. Menyatakan Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum.

. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar ganti rugi

materil dan immaterial kepada Para Penggugat yaitu sebesar Rp.2.000.000.000,- (dua

milyar rupiah).

. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini,

yang hingga kini ditaksir sebesar Rp. 734.000,- (tujuh ratus tiga puluh empat ribu

rupiah).

5. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor : 218 /

PDT / 2008 / PT.DKI, tanggal 27 Nopember 2008 adalah sebagai berikut :

- Menerima Permohonan Banding dari :

- Pembanding I semula Tergugat I PT. GUNA MEDIKTAMA, Tergugat II Dr.

HERMANSYUR KARTOWISASTRO, SpB-KBD, TERGUGAT IV Prof. Dr. I.

MADE NAZAR, SpPA, Tergugat V Dr. EMIL TAUFIK, Sp.PA, Tergugat VI Dr.

MIRZA ZOEBIR, SpPD, Tergugat VII Dr. BING WIDJAJA, SpPK, dan

- Pembanding II semula Tergugat III Prof. Dr. ICHRAMSJAH A. RACHMAN,

SpOG.

- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1809 / Pdt.G / 2006 /

PN.Jak-Sel tertanggal 30 Agustus 2007 dengan perbaikan sekedar gugatan terhadap

Tergugat III, sehingga amar selengkapnya sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

1. Menyatakan eksepsi dari Para Tergugat tidak tepat dan tidak beralasan.

. Menyatakan eksepsi dari Para Tergugat tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian.

. Menyatakan Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum.

. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar ganti rugi

materil dan immaterial kepada Para Penggugat yaitu sebesar Rp.2.000.000.000,-

(dua milyar rupiah).

. Menyatakan gugatan Para Penggugat terhadap Tergugat III tidak dapat diterima.

Hal. 13 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 113: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

. Menghukum Tergugat I, II, IV, V, VI dan VII untuk membayar biaya perkara untuk

kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.

300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).

. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI No. 1563 K / Pdt / 2009

tanggal 29 Desember 2009 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai

berikut :

• Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi : 1. PT. BINARA GUNA

MEDIKTAMA, 2. Dr. HERMANSUR KARTOWISASTRO, SpB-KBD, 3. Prof.

Dr. I MADE NAZAR, SpPA, 4. Dr. EMIL TAUFIK, SpPA, 5. Dr. MIRZA

ZOEBIR, SpPD dan 6. Dr. BING WIDJAJA, SpPK, dengan memperbaiki amar

putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 218 / PDT / 2008 / PT.DKI tanggal 27

Nopember 2008 yang memperbaiki amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan No. 1809 / Pdt.G / 2006 / PN.Jak.Sel tanggal 30 Agustus 2007 sehingga

seluruh amarnya berbunyi sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1 Menyatakan eksepsi Para Tergugat tidak tepat dan tidak beralasan.

2 Menyatakan eksepsi Para Tergugat tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat sebahagian.

2. Menyatakan Tergugat I telah melakukan Perbuatan Melawan hukum.

3. Menghukum Tergugat I untuk membayar ganti rugi materil dan immaterial kepada

Para Penggugat yaitu sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

4. Menyatakan gugatan Para Penggugat terhadap Tergugat III tidak dapat diterima.

5. Menyatakan gugatan Para Penggugat terhadap Tergugat II, IV, V, VI dan VII tidak

dapat diterima.

6. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

- Menghukum Pemohon Kasasi / Tergugat I untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap tersebut, yaitu putusan Mahkamah Agung RI No. 1563 K / Pdt / 2009 tanggal 29

Desember 2009 diberitahukan kepada Para Termohon Kasasi / Penggugat I, II / Para

Terbanding pada tanggal 18 Nopember 2010 kemudian terhadapnya oleh Para Termohon

Kasasi / Penggugat I, II / Para Terbanding (dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan

surat kuasa khusus tanggal 2 Mei 2011) diajukan permohonan peninjauan kembali

secara lisan pada tanggal 10 Mei 2011 sebagaimana ternyata dari akta permohonan

peninjauan kembali Nomor : 1809 / Pdt.G / 2006 / PN.Jak.Sel yang dibuat oleh Panitera

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, permohonan mana disertai dengan memori

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 114: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

peninjauan kembali yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal itu juga ;

Bahwa setelah itu oleh Para Pemohon Kasasi / Tergugat I, II, IV, V, VI, VII /

Pembanding I dan Para Turut Termohon Kasasi / Turut Tergugat, Tergugat III / Turut

Terbanding, Pembanding II yang masing-masing pada tanggal 20 Mei 2011 dan 30 Mei

2011 telah diberitahu tentang memori peninjauan kembali dari Para Termohon Kasasi /

Penggugat I, II / Para Terbanding, diajukan jawaban memori peninjauan kembali yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 20 Juni 2011 ;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-

alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh

karena itu permohonan peninjauan kembali tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

Kembali / Para Termohon Kasasi / Penggugat I, II dalam memori peninjauan kembali

tersebut pada pokoknya ialah :

KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA

DALAM PERTIMBANGAN HUKUM YANG MENYATAKAN GUGATAN

TERHADAP TERGUGAT II, IV, V, VI DAN VII DINYATAKAN TIDAK DAPAT

DITERIMA.

Pertimbangan Judex Juris yang menyatakan gugatan terhadap Tergugat II, IV, V,

VI dan VII harus dinyatakan tidak dapat diterima adalah suatu kekhilafan atau

kekeliruan yang nyata, dengan alasan-alasan sebagai berikut :

Bahwa pada tanggal 12 Februari 2005 Ibu Para Pemohon PK (almarhumah Ny.

Sita Dewati Darmoko) menjalani operasi pengangkatan tumor Ovarium di Rumah Sakit

Pondok Indah (Pembanding I / semula Tergugat I).

Bahwa operasi dilakukan oleh Prof. Dr. Icharmsjah A. Rachman, SpOg

(Pembanding / semula Tergugat III) dengan dibantu oleh Dr. Hermansur Kartowisastro

(Pembanding II / semula Tergugat II) dan Prof. Dr. I Made Nazar, SpPA (Pembanding III

/ semula Tergugat IV).

Bahwa hasil dari operasi tersebut (tumor ovadium) diserahkan kepada Prof. Dr. I

Made Nazar, SpPA (Pembanding III / semula Tergugat IV) untuk diperiksa di

labolatorium pathologi guna mengetahui apakah tumor itu ganas / atau tidak ?? dan hasil

pemeriksaan di labolatorium pathologi tanggal 12 Februari 2005 tersebut diserahkan

kembali oleh Prof. Dr. I Made Nazar, SpPA (Pembanding III / semula Tergugat IV)

kepada Prof. Dr. Icharmsjah A. Rachman, SpOg (Pembanding / semula Tergugat III)

sehingga dinyatakan tumor tersebut tidak ganas.

Bahwa tanggal 16 February 2005 didapatkan hasil PA terakhir pada yang

terindikasikan ganas tidak disampaikan oleh Para Pembanding / semula Para Tergugat

Hal. 15 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 115: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada almarhumah maupun Para Terbanding / semula Para Penggugat sehingga

almarhumah maupun Para Terbanding / semula Penggugat masih berkesimpulan tidak

terdapat indikasi tumor ganas pada diri almarhumah.

Bahwa kemudian pada November 2005 almarhumah terpaksa dibawa kembali ke

Rumah Sakit Pondok Indah (Pembanding I / Tergugat I) karena kondisi almarhumah

semakin kritis, suhu tubuhnya tinggi dan khawatir terkena demam berdarah dan

setibanya di Rumah Sakit Pondok Indah, pemeriksaan dilakukan oleh Dr. Mirza Zoebir,

SpPD (Pembanding V / semula Tergugat VI) dimana hasil pemeriksaan tidak jelas,

katanya verdacht typus. Namun melihat Medical Record almarhumah yang baru

dioperasi tumor pada bulan Februari 2005 tanpa memperhatikan hasil PA tanggal 16

Februari 2005, Pembanding V / semula Tergugat VI memberi saran dan tindakan-

tindakan antara lain :

a. Tanggal 7 November 2005.

Jenis pemeriksaan : USG Abdomen

Radiologist Dr. Chandra J

Kesan : Hepatemagalie dengan tanda-tanda chronic hepatic dease, tampak dua

massnodule pada lobus kanan hepar (ukuran +2,0 cm dan +1,2 cm) tak

menyingkirkan adanya Maligannicy, usul dilakukan CT Scan Abdomen untuk

konfirmasi lebih lanjut.

b. Tanggal 8 November 2005

Jenis pemeriksaan : CT Scan Abdomen (minat hepar)

Radiologist : Hanya tanda tangan, tidak ada nama tertulisnya.

Kesan : Tampak Inhomo Genous mass kecil-kecil ukuran

1,9 x 1,7 x 1,5 cm dan 1,4 x 1,1 x 1,5 cm berbatas

tegas, hypondens, letak dekat kubah liver dengan

adanya minimal rimenhanceme dan internal-

inhomogenecity, tak tampak bercak calcificasi,

susp. proses meta (DD / multiple hepatic cyst).

Karena menurut Dr. Mirza Zoebir, SpPD (Tergugat VI) ada sesuatu di lever

almarhumah tetapi belum perlu diapa-apakan.

Bahwa kemudian pada bulan Februari 2006 almarhumah kembali menemui Prof.

Dr. Ichramsjah (Pembanding / semula Tergugat III), karena adanya keluhan yang terus

dirasakan bahkan ada benjolan yang sangat terasa disebelah kiri perut. Kemudian Prof.

Dr Ichramsjah merekomendasikan kepada Dr. Hermansyur (Pembanding II / semula

Tergugat II) berhubung benjolan tersebut bukan “areanya” dia. Almarhumah kemudian

membuat janji dengan Dr. Hermansyur (Pembanding II / semula Tergugat II), dan

setelah keduanya bertemu disarankan untuk CT Scan pada tanggal 15 Februari 2006 dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 116: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berdasarkan hasil CT Scan tersebut, Tergugat II memberikan kesimpulan bahwa

almarhumah mengalami kanker liver stadium 4.

Bahwa Dr. Hermansyur (Pembanding II / semula Tergugat II) mengembalikan

penanganan penyakit almarhumah kepada Prof. Dr Ichramsjah (Pembanding / semula

Tergugat III) dengan alasan Dr. Hermansyur (Pembanding II / semula Tergugat II) bukan

yang pertama kali menangani penyakit almarhumah, akan tetapi Prof. Dr Ichramsjah

(Pembanding / semula Tergugat III) terkejut dengan kesimpulan tersebut.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap diatas, memperlihatkan bahwa

kelalaian dalam penyampaian PA kepada Para Tergugat / semula Para Penggugat oleh

Para Pembanding / semula Para Tergugat pada tanggal 16 Februari 2005 tidak

menjalankan standar pelayanan medis yang memadai dan paripurna sehingga cenderung

saling menyalahkan masing-masing pihak lain, dan sehingga berakibat pencegahan

penyakit almarhumah terlambat, bahwa dengan demikian hal-hal tersebut telah

membuktikan Para Pembanding / semula Para Tergugat senyatanya melakukan

perbuatan melawan hukum kepada almarhumah.

Majelis Hakim yang kami hormati.

Bahwa sesungguhnya perbuatan melawan hukum dalam prakteknya dapat

bersifat aktif ataupun pasif, bahwa perbuatan melawan hukum aktif terjadi bilamana

seseorang melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan yang telah menimbulkan kerugian

kepada orang lain, sedangkan perbuatan melawan hukum yang bersifat pasif terjadi

apabila seseorang tidak melakukan perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang

menimbulkan kerugian kepada orang lain.

Bahwa pasal 1365 BW telah merumuskan perbuatan melawan hukum bagi setiap

perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian pada orang lain dan sehingga

mewajibkan orang yang berbuat salah tersebut mengganti kerugian pada orang lain dan

serta mewajibkan orang yang berbuat salah tersebut mengganti kerugian yang timbul

tersebut.

Bahwa unsur-unsur dari Pasal 1365 BW adalah sebagai berikut :

- Ada perbuatan melawan hukum atau dengan kata lain melawan undang-undang.

- Melanggar hak subjektif orang lain yaitu hak-hak perorangan dan hak-hak atas harta

kekayaan.

- Ada kesalahan (schuld) yang dapat berupa kealpaan dan kesengajaan.

- Ada kerugian yang diderita orang lain.

- Adanya hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang

diderita.

Bahwa seluruh perbuatan Para Termohon Peninjauan Kembali / Para Tergugat

didasari atas keahliannya dibidang medis, akan tetapi senyata seluruh Para Tergugat

tidak dapat menjalankan fungsi dan tugasnya secara baik yakni dengan tidak melakukan

Hal. 17 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 117: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kordinasi diantara sesama dokter dan tidak menjalankan perawatan Almarhumah dengan

standar pelayanan medis sehingga menyebabkan penyakit almarhumah Ny. Sita Dewati

Darmoko bertambah parah sampai akhirnya meninggal dunia.

Bahwa dasar dan alasan bahwa Para Tergugat telah melakukan perbuatan

melawan hukum karena senyatanya Para Temohon PK dalam perkara a quo mempunyai

peranan sebagai berikut :

a. Bahwa PT. Binara Guna Mediktama (Termohon PK I / Pemohon Kasasi I /

Pembanding I / dahulu Tergugat I) selaku pemilik dan pengelola Rumah Sakit

Pondok Indah yang nyata-nyata tidak menjalankan standar pelayanan medis sebaik-

baiknya terhadap pasien almarhumah Ny. Sita Dewati Darmoko.

b. Dr. Hermansur Kartowisastro, SpB-KBD (Termohon PK II / Pemohon Kasasi II /

Pembanding II / Tergugat II) adalah dokter spesialis bedah yang turut melakukan

operasi kepada Almarhumah.

c. Prof. Dr. I Made Nazar, SpPA (Termohon PK IV / Pemohon Kasasi IV / Pembanding

IV / Tergugat IV) adalah dokter spesialis pathologi Rumah Sakit Pondok Indah dan

turut pula melakukan operasi kepada Almarhumah.

d. Dr. Emil Taufik, SpPA (Termohon PK V / Pemohon Kasasi V / Pembanding V /

Tergugat V) adalah dokter spesialis pathologi Rumah Sakit Pondok Indah.

e. Dr. Mirza Zoebir, SpPD (Termohon PK VI / Pemohon Kasasi VI / Pembanding VI /

Tergugat VI) adalah dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit pondok Indah yang

turut pula menangani penyakit almarhumah Ny. Sita Dewati Darmoko.

f. Dr. Bing Widjaja, SpPK (Termohon PK VII / Pemohon Kasasi VII / Pembanding

VII / Tergugat VII) adalah dokter yang menjabat sebagai Kepala Laboratorium

Rumah Sakit Pondok Indah yaitu tempat dilakukannya pemeriksaan terhadap tumor

ovarium hasil operasi milik Almarhum.

Bahwa hasil Pathologi Anatomy tertanggal 16 Februari 2005 adalah rangkaian

dari hasil Pathologi Anatomy tanggal 12 Februari 2005, sedangkan hasil kedua Pathologi

Anatomy tersebut saling berbeda meskipun dikeluarkan oleh laboratorium yang sama,

sehingga dalam hal ini pihak laboratorium RS Pondok Indah telah menyikapi hasil PA

tersebut secara tidak hati-hati karena PA yang disampaikan kepada Tergugat III selaku

dokter yang menangani pasien Sita Dewati hanyalah hasil Pathologi Anatomy tertanggal

12 Februari 2005, sedangkan hasil Pathologi Anatomy 16 Februari 2005 tidak

disampaikan kepada Almarhum.

Bahwa dengan adanya perubahan diagnosa terhadap Pathologi Anatomy terhadap

pasien Almarhum Sita Dewati Darmoko yaitu dari tumor jinak (tidak ganas) menjadi

tumor ganas, maka bila Para Tergugat hanya melakukan standar penanganan tumor jinak

dapat berakibat fatal bagi pasien.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 118: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa masing-masing dari Para Termohon PK telah memberikan andil dengan

tidak memenuhi kewajiban yang seharusnya dilaksanakannya sebagaimana yang diatur

dalam standar pelayanan medis yang berlaku.

Bahwa perbuatan Para Termohon PK / Para Tergugat tersebut dikualifikasi

sebagai perbuatan yang bertentangan ketelitian, kehati-hatian yang mana akibat ketidak

telitian dan ketidak hati-hatian tersebut telah menimbulkan kerugian bagi orang lain

(Para Penggugat).

Bahwa dengan demikian sudah sangat jelas dan terang bahwa Pertimbangan

Judex Juris yang menyatakan gugatan terhadap Tergugat II, IV, V, VI dan VII harus

dinyatakan tidak dapat diterima adalah merupakan suatu kekhilafan hakim atau

kekeliruan yang nyata dalam memeriksa dan memutus perkara a quo.

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut

Mahkamah Agung berpendapat :

Alasan-alasan peninjauan kembali dapat dibenarkan, karena terdapat kekhilafan

Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata yaitu :

Tergugat III dibantu Tergugat II dan Tergugat IV yang menangani korban dengan

hasil PA tidak sama. Hasil PA tanggal 16 Februari 2005 kanker ganas, tapi Tergugat II,

III dan IV, tidak menangani dengan mengadakan tindakan sebagaimana mestinya.

Bahwa Tergugat V dan VII sebagai dokter patalogi Rumah Sakit Pondok Indah

tidak didalilkan dalam surat gugatan Penggugat peranannya dalam kasus a quo.

Bahwa Ganti rugi akibat malpraktek tersebut adalah tanggung jawab rumah sakit

dan dokter yang bersangkutan.

Bahwa penurunan jumlah ganti rugi oleh judex juris menjadi Rp.200.000.000,-

(dua ratus juta rupiah) merupakan kekhilafan Hakim / suatu kekeliruan yang nyata,

karena tanpa memberikan pertimbangan sema sekali.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas dengan tidak perlu

mempertimbangkan alasan peninjauan kembali lainnya, menurut pendapat Mahkamah

Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari

Para Pemohon Peninjauan Kembali : PITRA AZMIRLA, dk, dan membatalkan putusan

Mahkamah Agung RI No. 1563 K / Pdt / 2009 tanggal 29 Desember 2009 serta

Mahkamah Agung mengadili kembali perkara ini dengan pertimbangan bahwa

pertimbangan judex facti sudah tepat dan benar, karena itu akan diambil alih sebagai

pertimbangan Mahkamah Agung dalam tingkat Peninjauan Kembali dengan amar

putusan sebagaimana yang akan disebutkan dibawah ini.

Menimbang, bahwa oleh karena Para Termohon Peninjauan Kasasi berada di

pihak yang kalah, maka harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua

tingkat peradilan.

Hal. 19 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 119: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009,

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I :

Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Para Pemohon Peninjauan

Kembali : 1. PITRA AZMIRLA, 2. DAMITRA ALMIRA, tersebut ;

Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 1563 K / Pdt / 2009 tanggal 29

Desember 2009.

MENGADILI KEMBALI

DALAM EKSEPSI :

1. Menyatakan eksepsi dari Para Tergugat tidak tepat dan tidak beralasan.

2. Menyatakan eksepsi dari Para Tergugat tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA :

. Mengabulkan gugatan Penggugat sebahagian.

. Menyatakan Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum.

. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar ganti rugi

materil dan immaterial kepada Para Penggugat yaitu sebesar Rp.2.000.000.000,- (dua

milyar rupiah).

. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

Menghukum Para Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara

dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus

ribu rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada

hari Kamis, tanggal 2 Pebruari 2012 oleh H. Atja Sondjaja, SH.MH. Hakim Agung

pada Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. Valerine J. L. Kriekhoff,

SH.MA dan I Made Tara, SH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta

Hakim-Hakim Anggota tersebut dan Victor Togi Rumahorbo, SH.MH. Panitera

Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;

Hakim-Hakim Anggota : Ketua :ttd/. Prof. Dr. Valerine J. L. Kriekhoff, SH.MA ttd/. H. Atja Sondjaja, SH.MH

ttd/. I Made Tara, SH

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 120: TANGGUNGJAWAB PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45200/1/MAWADDATUL... · pasal 1365 tentang perbuatan melawan hukum serta melihat

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Biaya-biaya : Panitera Pengganti :

1 M a t e r a i = Rp. 6.000,- ttd/. Victor Togi Rumahorbo, SH.MH

2 R e d a k s i = Rp. 5.000,-

3 Administrasi PK = Rp. 2.489.000,- +

Jumlah= Rp. 2.500.000,-

Untuk Salinan

Mahkamah Agung R.I

a.n. Panitera

Panitera Muda Perdata

PRI PAMBUDI TEGUH, SH.MH

Nip. 19610313 198803 1 003

Hal. 21 dari 23 hal. Put. No. 515 PK/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21