tanggungjawab perusahaan jasa pengangkutan dalam ...eprints.ums.ac.id/53062/20/naskah publikasi...

22
TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN JASA PENGANGKUTAN DALAM PENGIRIMAN BARANG (STUDI DI SURAKARTA) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata 2 pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Oleh: Sugiantoro NIM.R100080030 MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2017

Upload: truonghuong

Post on 10-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN JASA PENGANGKUTAN

DALAM PENGIRIMAN BARANG

(STUDI DI SURAKARTA)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata 2

pada Program Studi Magister Ilmu Hukum

Oleh:

Sugiantoro

NIM.R100080030

MAGISTER ILMU HUKUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2017

i

ii

iii

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN JASA PENGANGKUTAN DALAM PENGIRIMAN BARANG

(STUDI DI SURAKARTA)

ABSTRAK Dilingkungan masyarakat kita kebutuhan akan barang yang diinginkan dari suatu tempat yang berbeda dengan tempat tinggal atau pengiriman atas barang dari seseorang kepada pihak lain, dapatlah dipenuhi dengan menggunakan jasa pengiriman barang. Pengiriman barang tersebut memerlukan adanya kesepakatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengiriman barang tertentu, mulai dari jenis barang yang dikirim, tingkat risiko, ongkos pengiriman dan masalah keadministrasian serta sanksi yang mungkin terjadi wanprestasi oleh para pihak. Dalam tulisan ini akan membahas tentang bagaimana perjanjian yang akan dibuat antara para pihak dalam pengiriman barang serta sejauh mana tanggungjawab perusahaan jasa pengangkutan atas barang yang dikirim melalui perusahaan tersebut. PTPos Indonesia,JNE dan Lion Cargo sebagai perusahaan jasa pengangkutan barang menawarkan jasa diantaranya adalah jasa pengiriman barang/paket,dokumen. Dalam kegiatannya pengiriman barang/paket tersebut meliputi beberapa pihak yang terlibat yaitu: Pihak Pengirim,Pihak PT.Pos Indonesia,JNE dan Lion Cargo, Pihak Pengangkut dan Asuransi. Dalam menjamin hak dan kewajiban para pihak maka para pihak tersebut mengadakan hubungan hukum yang berupa suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak adalah perjanjian timbal balik , dimana hak salah satu pihak menjadi kewajiban pihak yang lainnya. Sedangkan Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh Perusahaan Jasa Pengangkutan tersebut adalah Perjanjian Timbal Balik yang bersifat baku (isi perjanjian telah tertulis didalam blangko/resi). Perjanjian Timbal Balik ini yang melibatkan para pihak tersebut dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kata kunci: pengirim, pengangkut, tanggungjawab

ABSTRACT In our society, a need for goods located in different region from customer can be met by using goods delivery service. The goods delivery needs agreement about matters relating to specified goods starting from type of goods, risk level, cost of delivery and administrative matter and sanctions associated to failure by either party. The writing will discuss about how such agreement will be made between parties involved in goods delivery and what responsibilities of Freight Company for goods they deliver are. PT. Pos Indonesia, JNE and Lion Cargo as delivery companies offer services such as goods/packages delivery and document delivery. In their activities, goods/packages delivery involved several parties, namely customer/sender, PT. Pos Indonesia, JNE and Lion Cargo, Freight Company and insurance company. In order to guarantee rights and obligations of the parties, then the parties made a legal relationship realized in an agreement. The agreement was reciprocal in nature in which rights of a party will be an obligation for other party. While, agreements made by a freight company was a standardized reciprocal agreement (content of the agreement is written in a form/receipt). The reciprocal agreement involving several parties was intended to provide legal certainty if unwanted condition had occurred.

Key words: sender, freight, responsibility

1. PENDAHULUAN Bidang pengangkutan merupakan kegiatan yang sangat vital dalam

kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena didasari oleh berbagai faktor antara lain baik geografis maupun kebutuhan yang tidak bisa dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara umum, pengiriman barang menawarkan pelanggan mereka logistik dan layanan pengiriman tertentu. Pelanggan yang membeli layanan ini adalah pengirim barang, eksportir dan importir. Tujuan keseluruhan dari pengiriman barang adalah untuk memuaskan pengirim barang, dan dengan demikian mempertahankan keunggulan kompetitif dalam industri logistik. Pengalaman pengirim, ketidakpuasan dan keluhan dari layanan pengiriman barang belum pernah dipelajari sampai tingkat yang lebih tinggi dalam literatur. Bisnis terhadap riset kualitas layanan bisnis telah berkembang sebagai akibat meningkatnya perhatian terhadap kualitas pengirim barang baru-baru ini. Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kegagalan layanan yang dihadapi dan strategi pemulihan layanan yang digunakan dalam industri pengangkutan barang. Analisis juga mencakup penyebab kegagalan tersebut, tindakan yang diambil untuk memulihkan kegagalan layanan, dan dampak dari tindakan ini terhadap hubungan antara pengirim barang dan pengirim barang.1

Negara Indonesia secara geografis merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil dan terdiri atas laut, sungai dan danau. Maka dari itu Negara Indonesia sangat memerlukan banyak usaha dalam hal pengangkutan baik melalui laut, darat maupun udara yang mampu menjangkau seluruh wilayah Negara Indonesia bahkan bisa sampai keluar negeri. Untuk yang pertama kali perusahaan dibidang pengangkutan barang yaitu P.T. Pos Indonesia.

Pertama kali Kantor Pos di Indonesia yang berada di Batavia pada tahun 1746 yang didirikan oleh Gubernur Jendral GW Baron. Yang kemudian pada tahun 1906 dinamakan Telegraafeen Telefoon Diensts. Kemudian dengan disyahkannyaUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perusahaan Perseroan. Dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1995 yaitu yang mengatur tentang pengalihan bentuk perusahaan umum atau perum pos dan giro menjadi persero,maka pada bulan Juni tahun 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero). Kemajuan

1Nazli Gulfen Gidener Ozaydin, et.al., “Typologies of Freight Forwarding Service Failures

and Recovery Strategies”. Beykoz Akademi Dergisi. Kabul tarihi: 16.11.2015. Doi:10.14514/BYK.m.21478082.2015.3/2.25-54.

jaman ternyata banyak juga perusahaan pengangkutan selain P.T. Pos Indonesia yang beroperasi saat ini seperti JNE, Lion Cargo, Tiki, DHL dan lain sebagainya.

JNE didirikan 0leh H. Soeprapto Suparno pada tanggal 26 Nopember 1990, dengan badan hukum P.T. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) telah melayani masyarakat terutama dalam pengiriman impor yang sensitive terhadap waktu melalui gudang Penanganan Kebakaran.Layanan yang cepat, lebih dari 150 lokasi layanan JNE telah dikaitkan dengan komunikasi on line, dipandu oleh system dan akses situs informasi yang efektif dan efisien bagi konsumen untuk melacak dan melacak status paket atau pengiriman dokumen saat ini. JNE menggabungkan sumber daya manusia dan teknologi seperti mesin X-Ray, GPS dan alat komunikasi satelit sekaligus sebagai bagian dari pengembangan perusahaan. Kehandalan dan komitmen JNE telah dibuktikan dengan berbagai penghargaan dan pencapaian ISO 9001-2008 tentang sistem manajemen mutu.

Perusahaan jasa pengangkutan lain adalah Lion Cargo yaitu perusahaan pengiriman barang melalui udara. Pengiriman melalui Lion Cargo memberikan pelayanan yang serba baik cepat perusahaan ini berangkat dari perusahaan maskapai penerbangan Lion Air.Berdasarkan kenyataan PT Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo adalah merupakan perusahaan jasa dibidang pelayanan lalu lintas surat, uang dan barang. Untuk peraturan tentang penyelenggaraan khususnya Pos, diatur dengan Undang-Undang No.38 Tahun 2009 yaitu yang mengatur tentang pembinaan, penyelenggaraan serta pengusahaan pos. Apabila seseorang mengirimkan surat atau barang melalui pos, maka sejak surat atau barang diterima oleh Pihak PT Pos Indonesia, maka tertutuplah perjanjian pengangkutan lewat pos antara pihak pengirim dan pihak PT Pos Indonesia. Kiriman pos sejak saat diterima oleh PT Pos Indonesia sampai saat diserahkan kepada penerima, masih menjadi tanggungjawab pihak PT Pos Indonesia, tetapi kiriman tersebut masih tetap merupakan milik pihak pengirim, selama belum diserahkan kepada pihak penerima. Sedangkan pengaturan pengangkutan JNE,Lion Cargo diatur dalam KUHD maupun KUHPerdata.

Namun apabila dalam proses pengiriman barang/paket tersebut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua pihak seperti kehilangan barang yang dikirim, kerusakan barang yang dikirimkan tersebut, keterlambatan barang sampai ke penerima serta ketidak samaan antara barang yang dikirim dengan barang yang diterima, inilah yang menjadi permasalahan dalam pelayanan pada perusahaan jasa pengangkutan.

Sejauh mana apabila hal tersebut terjadi dalam kenyataan dilapangan, serta sejauh mana pelayanan serta jaminan pihak P.T. Pos Indonesia, JNE serta Lion Cargo dalam memberikan pelayaan khususnya keselamatan barang yang dikirimkan tersebut sampai ke tujuan/calon penerima dengan baik. Demikianlah yang menjadi latar belakang penulis untuk meneliti hal tersebut dilapangan berdasarkan data empiris yang ada.

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini antara lain: (1) Bagaimana hubungan hukum antara pihak pengirim barang dengan pihak perusahaan jasa pengangkutan barang? dan (2) Bagaimana tanggungjawab pihak perusahaan jasa pengangkutan barang dalam pengiriman barang?

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggungjawab serta kualitas pelayanan dalam pengiriman barang. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (a) Untuk mengetahui hubungan hukum antara pengirim barang dengan pihak perusahaan jasa pengangkutan barang; dan (b) Untuk mengetahui tanggungjawab pihak perusahaan jasa pengangkutan barang apabila terjadi kerugian yang dialami oleh pihak pemakai jasa pengiriman barang. Sedangkan, hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut: (a) Bagi Penulis, Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan memahami tentang tanggungjawab serta layanan pengiriman barang oleh perusahaan jasa pengangkutan barang, (b) Secara teoritis, Penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yang digunakan yang relevan diantaranya teori kualitas layanan. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya tentang pelayanan publik, dan (c) Secara praktis, Penelitian diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak perusahaan jasa pengangkutan barang dalam membantu pelayanan kepada masyarakat tentang layanan pengiriman barang

2. METODE PENELITIAN Jenis metode pendekatan yang digunakan penulis adalah yuridis

sosiologis, yakni memilih bentuk pendekatan lebih luas yang berupa, inventarisasi peraturan perundangan-undangan dan pengkajian terhadap taraf sinkronisasi baik yang vertikal maupun yang horisontal.Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas, tentang berbagai hal yang terkait dengan obyek yang diteliti.

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari dua sumber yang berbeda, yaitu: (a) Data Primer, yaitu data-data yang berupa keterangan-

keterangan yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dengan obyek yang diteliti, yang dimaksudkan untuk dapat lebih memahami maksud dan arti dari data sekunder yang ada. Data juga berasal dari referensi buku yang berkaitan dengan penelitian ini; dan (b) Data Sekunder, yakni data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, yang meliputi: (1) Pasal 16,27,30,31 Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009; (2) Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD); (3) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata); dan (4) Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Sedangkan metode pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan wawancara.

Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan metode normatif kualitatif, yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah, berdasarkan (dengan) norma-norma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori hukum yang ada.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hubungan Hukum Pengirim dengan Perusahaan Jasa Pengangkutan

Barang

Pada umumnya, suatu perjanjian dinamakan juga sebagai suatu persetujuan, oleh karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa antara perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya. Dimana persetujuan atau yang dinamakan Overeenkomsten yaitu “suatu kata sepakat antara dua pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka, yang bertujuan mengikat kedua belah pihak”.2

Pasal 1313 KUHPerdata dikemukakan bahwa “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Begitu juga kegiatan pengriman barang/paket yang dilakukan oleh P.T.Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo melibatkan beberapa pihak yang terlibat, yaitu : Pihak PT. Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo sendiri sebagai Perusahaan Jasanya, Pihak Pengirim Barang, Pihak Pengangkut dan Pihak Asuransi. Dalam kegiatan pengiriman barang/paket ini PT. Pos, JNE dan Lion Cargo mengadakan hubungan hukum yang berupa perjanjian dengan pihak-pihak tersebut. Perjanjian-perjanjian tersebut meliputi PT.Pos, JNE dan Lion Cargo dengan Pihak Pengirim Barang/Paket.

2 Wirjono Prodjodikoro,1981. Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur,

hal. 11.

Hubungan hukum antara Pengirim Barang/Paket dengan PTPos Indonesia, JNE dan Lion Cargo merupakan hubungan hukum perjanjian dan mulai berlaku pada saat barang/paket diterima oleh karyawan PT. Pos, JNE dan Lion Cargo dan pengirim barang telah menanda tangani blangko/resi yang sudah disediakan oleh pihak perusahaan jasa pengangkutan serta telah membayar ongkos kirim barang . Dengan peristiwa inilah Pihak P.T. Pos, JNE maupun Lion Crago mengikatkan diri untuk mengantarkan barang/paket milik pihak pengirim, sedangkan pihak pengirim mengikatkan diri dengan membayar ongkos yang disebut dengan tarif yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (Purwo Sutjipto,1995: 84). Perjanjian antara Pengirim barang/paket dengan PT Pos Indonesia, JNE serta Lion Cargo adalah merupakan Perjanjian Timbal Balik yang bentuknya Baku (dikarenakan isi perjanjian tersebut telah ditulis didalam blanko/resi).Sedangkan besar kecilnya tarif adalah berdasarkan pada jenis angkutan yang dipilih dari produk jasa yang ditawarkan, jarak serta berat barang /paket yang dikirim tersebut.

Selain itu, Perjanjian antara Pihak Pengirim Barang dengan Pihak PT.Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo bersifat Hukum Rangkap, yaitu pelayanan berkala sebagaimana yang diatur didalam Pasal 1601 KUHPerdata dimana hubungan hukum antara Pengirim barang/paket dengan PT.Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo tidak bersifat tetap, tetapi berkala saja yaitu apabila pihak pengirim membutuhkan jasa untuk mengirimkan barang/paket maka dia akan datang ke kantor Pos,JNE maupun Lion Cargo untuk mengadakan perjanjian dengan P.T.Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo.

Dapatlahdikonstruksikan bahwa antara Pengirim Barang dan P.T. Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo merupakan suatu perjanjian Pemberian Kuasa yang diatur dalam Pasal 1792 dan Pasal 1795 KUHPerdata(yangmengatur perjanjianpemberian kuasa),dimana pihak pengirim barang/paket memberikan kuasa kepada P.T.Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo untuk menyediakan jasanya agar barang/paket yang dikirim tersebut bisa sampai ketempat tujuan dengan baik.

Disimpulkan bahwa kedudukanPT Pos Indonesia, JNE dalamprakteknya juga sebagai penerima kuasa dari pihak pengirim barang untuk mengadakan perjanjian pertanggungan dengan perusahaan asuransi. Pendapat penulis sehubungan dengan adanya Perjanjian Baku/Perjanjian Timbal Balik (ditulis di blanko atau resi pengiriman).Menurut penulis bahwa dalam perjanjian timbal balik tersebut sebenarnya pihak pengirim barang kedudukannya lebih lemah, hal

tersebut dikarenakan walaupun didalam blanko tersebut telah memuat klausule tentang hak dan kewajiban para pihak. Namun pihak pengirim barang tidak bisa menolak apa yang telah tertulis didalam klausule tersebut. Pihak pengirim barang tinggal menyetujui saja apa yang terdapat didalam blanko/resi tanpa bisa komplin atas klausule tersebut, walaupun hal tersebut bukan bertentangan dengan peraturan perjanjian dikarenakan pihak pengirim barang sudah menyatakan sepakat dengan ditanda tanganinya blanko/resi sebagai bukti pengiriman tersebut. Lain dari pada itu pihak pengirim barang jarang yang memperhatikan apa yang diperjanjikan yang tertulis dalam blanko tersebut.

Pada perjanjian antara P.T. Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo dengan Maka hubungan hukum antara Pihak Pengirim Barang dan Pihak Perusahaan Jasa Pengangkutan merupakan suatu Hubungan Hukum Perjanjian dan didalam kenyataannya melibatkan beberapa pihak yaitu: (a) Perjanjian antara Pengirim Barang dengan PT Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo; (b) Perjanjian antara P.T. Pos Indonesia, JNE,Lion Cargo dengan Pihak Pengangkut; dan (c) Perjanjian antara PT Pos dengan,JNE, dengan pihak Perusahaan Asuransi.

Sebagai contoh pembahasan mengenai isu dominasi jalur pengiriman, mengambil perdagangan Timur Jauh – Afrika Selatan. Dimana penelitian tersebut memiliki dua tujuan: pertama, mengumpulkan tarif pengangkutan laut untuk perdagangan dalam kaitannya dengan Afrika Selatan (SA) untuk memahami kecenderungan umum penetapan harga oleh jalur pelayaran dan kapasitas kapal pada rute SA; dan (2) Untuk memeriksa apakah bukti dapat ditemukan pada dominasi potensial jalur pelayaran pada rute perdagangan SA dari Timur Jauh (FE). Untuk mencapai dua tujuan ini, penelitian ini mengumpulkan tingkat pengangkutan dari jalur pelayaran utama yang melayani rute pelabuhan utama Asia ke pelabuhan SA dan membandingkan biaya operasi antara jalur pelayaran yang berbeda dengan cara menganalisis kapasitas dan jenis kapal kontainer yang ditempatkan pada FE-SA rute perdagangan.3

Sementara itu, di Korea Selatan dan seluruh dunia, peran pengirim barang semakin penting karena terkait dalam simpul transportasi. Manajemen yang efektif penting bagi pengirim ini dan harus ditargetkan untuk membeli negosiasi dengan operator. Penelitian ini memberikan sejumlah kontribusi teoritis untuk forwarder (pengirim barang) di Korea. Pertama-tama, penelitian ini memiliki penelitian telah menunjukkan bahwa negosiasi pembelian adalah proses bisnis

3 Chen Tao and Paul Tae-Woo Lee. 2013. “Shipping Line Dominance and Fright Rate

Practices on Trade Routes: The Case of the Far East-South Africa Tarade”. Journal of Shipping and Transport Logistics. Vol. 5. No. 2.

penting bagi freight forwarder untuk mencapai manajemen yang efektif. Studi sebelumnya mengenai negosiasi secara ekstensif berfokus pada faktor budaya namun, penelitian ini berfokus pada tiga faktor penting lainnya - informasi, waktu dan kekuasaan. Di antara faktor-faktor ini, informasi ternyata merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi hasil negosiasi dari perspektif forwarder. Faktor ini dianggap sebagai faktor prioritas bagi pengirim barang saat mereka bernegosiasi dengan operator selama negosiasi pembelian mereka. Studi ini juga menganalisis hasilnya oleh kelompok yang berbeda di antara perusahaan pengiriman barang dan menemukan bahwa pentingnya faktor bervariasi sesuai dengan jenis kelompok.4

1.2. Tanggungjawab Perusahaan Jasa Pengangkutan dalam Pengiriman Barang

Mengenai tanggung jawab perusahaan jasa pengangkutan dalam pengiriman barang, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh D. Rajasekar dan T.Sandeep Prabhakar mengemukakan bahwa pengirim barang biasanya mengatur pergerakan kargo ke tujuan internasional. Disebut sebagai pengirim barang internasional, mereka memiliki keahlian yang memungkinkan mereka menyiapkan dan memproses dokumentasi dan melakukan aktivitas terkait pengiriman internasional. Beberapa informasi khas yang ditinjau oleh pengirim barang adalah faktur komersial, deklarasi ekspor pengirim, bill of lading dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan oleh perusahaan pengangkut atau negara ekspor, impor, atau trans-shipment. Sebagian besar informasi ini sekarang diproses dalam lingkup tanpa kertas. Pengirim barang mengatur pergerakan barang yang aman dan efisien atas nama eksportir, importir atau perusahaan atau orang lain, terkadang termasuk menangani pengemasan dan penyimpanan. Mempertimbangkan jenis barang dan persyaratan pengiriman pelanggan, pengirim barang mengatur sarana transportasi terbaik, dengan menggunakan layanan dari perusahaan pelayaran, perusahaan penerbangan atau operator angkutan jalan dan kereta api. Dalam beberapa kasus, perusahaan pengirim barang sendiri menyediakan layanan ini. Perusahaan bervariasi dalam ukuran dan jenis, mulai dari yang beroperasi secara nasional dan internasional dengan

4Shin, So Young and Myong Sop Pak, 2016. “The Critical Factors for Korean Freight

Forwarders’ Purchasing Negotiation in International Logistic”. The Asian Journal of Shipping and Logistics 32(4) (2016) 195-201, Production and hosting by Elsevier B.V.

perusahaan yang lebih kecil dan lebih khusus, yang menangani jenis barang tertentu atau beroperasi di wilayah geografis tertentu.5

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Skender, dkk dalam penelitiannya menyatakan bahwa para perantara logistik, di sisi lain, memenuhi syarat untuk mengelola area operasi bisnis tertentu. Logistik perantara datang dalam bentuk yang berbeda dan dengan nama yang berbeda, namun semuanya memiliki tujuan yang sama: memberikan bantuan kepada perusahaan dalam transportasi, penyimpanan, pengiriman dan pendistribusian barang dari penjual ke pembeli atau konsumen akhir, tentu saja, Untuk biaya tertentu Penelitian ini berkisar seputar perantara logistik dalam perdagangan internasional seperti pengirim barang kargo internasional, 3PL, 4PL atau LLP. Perusahaan-perusahaan internasional semakin menyadari kebutuhannya memperbaiki dan menyesuaikan rantai pasokan mereka untuk memenuhi tren pasar saat ini. Seiring proses bisnis menjadi semakin kompleks, semakin sulit untuk mengelola semua aktivitas dengan sendirinya. Oleh karena itu, perusahaan cenderung melibatkan perantara seperti penyedia layanan logistik, untuk memfasilitasi operasi mereka mengenai proses manajemen logistik dan manajemen rantai pasokan (misalnya transportasi, penyimpanan, pengiriman dan distribusi barang dari penjual ke pembeli atau konsumen akhir, dan lain-lain). Bentuk dasar penyedia layanan logistik adalah perusahaan pengirim barang, yang telah berevolusi selama waktu menyediakan lebih banyak layanan logistik dan dengan demikian menambah nilai pada produk akhir. Ini telah menjadi logistik pihak ketiga atau bahkan penyedia logistik pihak keempat. Perkembangan TI dan tren baru dalam perdagangan internasional mengarah pada munculnya bentuk logistik perantara yang baru, penyedia logistik pihak kelima. Namun, perbedaan antara penyedia ini tidak jelas dan benar-benar dijelaskan dalam literatur dan dunia bisnis.6

Perlindungan hukum merupakan Tanggungjawab PT. Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo apabila terjadi risiko pada proses pengiriman barang/paket, maka pihak perusahaan tersebut akan mengganti kerugian sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam prakteknya P.T. Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo memberikan perlindungan untuk mengantisipasi seandainya ada risiko

5D. Rajasekar dan T.Sandeep Prabhakar, 2015, “Importance of Freight Forwarding and

Work Activities of Freight Forwarders - an Empirical Analysis”, Indian Journal of Applied Research, Volume : 5 | Issue : 1 | Jan 2015 | ISSN - 2249-555X.

6Helga Pavlic Skender, et.al. 2016. “The Role of Logistics Service Providers in International Trade, 16th International Scientific Conference Business Logistics in Modern Management, October 13, 2016 – Osijek, Croatia.

terhadap pengiriman barang/paket dengan tambahan biaya asuransi dan sudah diperhitungkan didalam biaya pengiriman barang/paket, kecuali pengiriman melalui Lion Cargo.

Penggantian kerugian ini sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 1992 tentang Asuransi, Pasal 246, 264, 268 KUHD (yang mengatur asuransi). Pengecualian pada pengiriman melalui JNE, apabila pengirim tidak bersedia barang kiriman tersebut untuk diasuransikan, maka pengirim harus mengisi pernyataan pada form yang telah disediakan oleh JNE. Khusus pengiriman melalui Lion Cargo barang yang ditanggung apabila terjadi risiko adalah dalam jarak antara agen sampai ke bandara, untuk selanjutnya apabila ada risiko dalam pengiriman barang pengurusannya dengan maskapai penerbangan yang mengangkut barang/paket tersebut dan pihak Lion Cargo akan membantu dalam pengurusan ganti rugi dengan catatan apabila semua persyaratan-persyaratan untuk pengajuan ganti rugi telah terpenuhi.

1.3. Tanggungjawab Perusahaan Jasa Pengangkutan dalam Pengiriman Barang dan Segala Konsekuensinya menurut Pemahaman Hukum Islam

Proses pengiriman barang khususnya paket yang dinamai dengan paket pos yang mempunyai jenis yang berbeda-beda. Dalam hal pengiriman barang paket khususnya adalah merupakan pengiriman barang yang memang membutuhkan kedisiplinan, ketelitian dan juga kehati-hatian. Barang yang hendak dikirim diusahakan dalam kondisi baik dan tidak merugikan konsumen. Hubungan antara perusahaan dan konsumen daalam pengiriman barang tidak lepas dari hokum adanya perikatan melalui perjanjian. Perjanjian timbul karena adanya proses peralihan barang atau jasa dari perusahaan kepada pengguna (konsumen).7

Dalam ajaran Islam dianjurkan kepada umatnya untuk saling menghormati dan saling menghargai dan menjunjung tinggi hak martabat orang lain dan sesamanya. Salah satu permasalahan dalam ajaran Islam yang sangat menuntut perhatian adalah masalah rasa tanggung jawab. Dalam ajaran Islam diketahui beberapa tanggung jawab, antara lain adalah: a. Tanggung jawab antara manusia dengan penciptanya yaitu Allah SWT, yakni

tanggung jawab untuk memenuhi janjinya untuk selalu beribadah kepada-Nya, mentaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

7 Absori, Hukum Ekonomi, Beberapa Aspek Pengembangan pada Era Liberalisasi

Perdagangan, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2010, hal 85.

b. Tanggung jawab antara manusia dengan sesamanya, dalam kehidupan sehari-hari yang dalam Islam sering disebut bermuamalah. Dalam bermuamalah hendaknya sesama manusia saling mempunyai sikap yang tidak merugikan sesamanya tetapi bisa saling bermanfaat dan juga mempunyai jiwa yang amanah. Seseorang apabila mempunyai jiwa yang amanah maka dalam bermuamalat akan menjadi lebih tenang dan tenteram karena orang yang punya sikap jujur dan amanah, orang tersebut tidak akan mungkin mengkhianati pihak yang lain.

Pelaksanaan pengiriman dan juga bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh jasa pengiriman telah sesuai dengan prinsip bermuamalah dalam Islam yaitu menjunjung tinggi nilai keadilan antara pihak pengirim dan pelaku jasa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya upaya yang maksimal yang dilakukan oleh pihak penyelenggara dalam menyampaikan barang dengan amanah dan berupaya inisiatif damai dalam menyelesaikan segala masalah. Dalam menyelesaikan masalah tersebut perusahaan jasa pengiriman barang telah memberikan tenggang waktu yang cukup dalam hal penggantian dan mengganti jika ada kerusakan sesuai dengan aturan yang telah berlaku. Model pengawasan dan tangung jawab dilakukan dengan menekankan pada pendekatan humanism transcendental, yakni tangung jawab tidak semata kepada manusia dan para pihak tetapi juga pada Tuhannya.8

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Hubungan hukum antara pihak pengirim dengan pihak perusahaan jasa pengangkutan barang adalah: a. Merupakan Perjanjian Baku/Timbal Balik, di mana isi yang diperjanjikan

(yang merupakan hak dan kewajiban antara pihak pengirim barang dan pihak PT Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo) sudah tertuang di dalam blangko/resi yang telah dibuat oleh pihak PT Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo. Dan pihak pengirim barang telah sepakat dan menyetujui dengan apa yang tertuang didalam blangko/resi pengiriman barang

8Absori, Kelik dan Saepul Rochman, Hukm Profetik, Kritik terhadap Paradigma Hukum

Non Sistemik, Genta Pulishing, Yogyakarta, 2015, hal 259..

tersebut. Para pihak kedudukannya adalah seimbang dan perjanjian ini mulai berlaku sejak para pihak melakukan tanda tangan yang dibubuhkan di blanko pengiriman barang/resi di mana blangko ini sebagai bukti telah terjadi adanya perjanjian antara Pihak Pengirim Barang dan Pihak PT Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo.

b. Merupakan Perjanjian Pemberian Kuasa dimana Pihak Pengirim Barang memberi kuasa kepada PT Pos Indonesia, JNE dan Lion Cargo untuk mengirimkan atau mengangkut barang/paket tersebut ke alamat sesuai tujuan dengan baik.

c. Perjanjian antara Pihak Pengirim dengan Pihak PT Pos Indonesia, JNE serta Lion Cargo bersifat Hukum Rangkap yaitu bahwa hubungan hukum antara Pengirim Barang dengan PT Pos Indonesia, JNE serta Lion Cargo tidak bersifat tetap tetapi berkala, maksudnya apabila Pihak Pengirim Barang/Paket akan membutuhkan jasa untuk mengirimkan barang, maka ia baru akan datang ke kantor P.T. Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo untuk mengadakan perjanjian.

2. Tanggung Jawab Pihak Perusahaan Jasa Pengangkutan dalam Pengiriman Barang a. PT Pos Indonesia, akan menjamin pengiriman barang dengan rapi dan

secepatnya atas barang-barang yang telah diterimanya, dengan mengindahkan segala sarana yang dapat diambilnya untuk menjamin pengiriman barang secara baik, tepat waktu sampai ke tempat tujuan. Dengan adanya kerja sama dengan Perusahaan Asuransi maka apabila terjadi risiko akan adanya kehilangan, kerusakan atau keterlambatan maka ganti kerugian akan di bebankan ke pihak Perusahaan Asuransi melalui PT Pos Indonesia sebagai Tertanggung I. Ganti Rugi yang diberikan melalui PT Pos Indonesia kepada Pengirim Barang sebagai Tertanggung II apabila terjadi wanprestasi/risiko meliputi: 1) Dalam hal barang/paket hilang

a) Untuk asuransi berdasarkan nilai barang, ganti rugi diberikan maksimal sebesar harga pertanggungan;

b) Untuk asuransi berdasarkan ongkos kirim, ganti rugi diberikan sebesar ongkos kirim;

c) Untuk asuransi berdasarkan nilai barang dan ongkos kirim, ganti rugi diberikan maksimal sebesar harga pertanggungan yang terdiri

dari harga pertanggungan berdasarkan nilai barang dan sepuluh kali ongkos kirim.

2) Dalam hal paket rusak seluruhnya (total), maka besarnya ganti rugi ditetapkan sebagai berikut: a) Untuk asuransi berdasarkan nilai barang, ganti rugi diberikan

maksimal sebesar harga pertanggungan; b) Untuk asuransi berdasarkan ongkos kirim, ganti rugi diberikan

sebesar 10x (sepuluh kali) ongkos kirim; c) Untuk asuransi berdasarkan nilai barang dan ongkos kirim, ganti

rugi diberikan maksimal sebesar harga pertanggungan yang terdiri dari harga pertanggungan berdasarkan nilai barang dan 10x (sepuluh kali) ongkos kirim;

d) Barang ditetapkan rusak seluruhnya (total) jika nilai kerusakan melebihi 75 % dari nilai barang.

3) Dalam hal Paket Hilang sebagian a) Untuk asuransi berdasarkan nilai barang, ganti rugi diberikan

sebesar nilai kerugian yang sebenarnya; b) Untuk asuransi berdasarkan ongkos kirim, ganti rugi diberikan

berdasarkan prosentase kerugian dengan maksimal sebesar 50% dari harga pertanggungan ongkos kirim.

4) Dalam hal paket rusak sebagian a) Untuk asuransi berdasarkan nilai barang, ganti rugi diberikan

sebesar biaya perbaikan; b) Untuk asuransi berdasarkan ongkos kirim, ganti rugi diberikan

berdasarkan prosentase kerugian dengan maksimal sebesar 50% dari harga pertanggungan ongkos kirim. Paket dikatakan rusak sebagian, apabila biaya perbaikan sampai dengan 75% dari nilai barang.

5) Dalam hal keterlambatan paket esok sampai, ganti rugi diberikan sebesar 5x (lima kali) ongkos kirim.

b. Pihak JNE, akan menjamin pengiriman barang dengan rapi dan secepatnya atas barang-barang yang telah diterimanya, dengan mengindahkan segala sarana yang dapat diambilnya untuk menjamin pengiriman barang secara baik, tepat waktu sampai ke tempat tujuan.

Apabila terjadi wanprestasi atau risiko terhadap barang kiriman JNE akan mengganti atas kerugian tersebut. Khusus JNE ada dua pilihan yaitu: 1) Pengiriman barang yang diasuransikan sudah termasuk pembayaran

premi dalam ongkos kirim Besarnya premi adalah 0,2 % X Nilai harga barang ditambah biaya administrasi sebesar Rp 5.000,00. Sedangkan apabila terjadi barang hilang maka diperhitungkan sebesar maksimal 75 % dari harga barang

2) Apabila pengirim barang tidak mau mengasuransikan barang kiriman tersebut, maka pengirim diwajibkan untuk mengisi formulir yang telah disediakan oleh pihak JNE.Apabila terjadi risiko/wanprestasi, ganti rugi hanya 10x ongkos kirim.

3) Pada produk YES (Yakin Esok Sampai), apabila barang kiriman tidak sampai tepat waktu maka ongkos kirim akan dikembalikan kepada pihak pengirim.

c. Lion Cargo, akan menjamin pengiriman barang dengan rapi dan secepatnya atas barang-barang yang telah diterimanya, dengan mengindahkan segala sarana yang dapat diambilnya untuk menjamin pengiriman barang secara baik, tepat waktu sampai ke tempat tujuan. Dalam penggantian kerugian berbeda dengan PT Pos Indonesia dan JNE. Apabila terjadi risiko/wanprestasi, Lion Cargo hanya menjamin risiko yang terjadi antara agen sampai dengan bandara. Dan penggantian kerugian sebesar 10 X (sepuluh kali) ongkos kirim. Sedangkan apabila terjadi risiko/wanprestasi dalam pengangkutan dari bandara sampai ke kantor Lion Cargo tujuan, maka penggantian kerugian dilakukan oleh Pihak Maskapai Penerbangan dan pihak Lion Catgo akan membantu pengurusan sepanjang persyaratan klaim sudah terpenuhi. Lion Cargo juga mensyaratkan apabila pengirim barang tidak jujur terhadap isi dari kiriman barang tersebut, maka segala risiko/wanprestasi ditanggung oleh pihak Pengirim Barang sendiri.

4.2 Saran-saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran

untuk perbaikan bagi pihak terkait sehubungan dengan pengiriman barang/paket melalui Perusahaan Jasa Pengangkutan Barang yaitu:

1. Pihak PTPos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo melalui karyawannya di agen hendaklah bisa memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada Pihak Pengirim barang tentang, a. Penjelaskan tentang hak dan kewajiban dari pengirim barang atas

pengiriman barang tersebut serta kewajiban dari P.T. Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo.

b. Menanyakan isi barang/paket yang akan dikirim kepada pengirim barang, termasuk sanksi terhadap pemilik barang apabila tidak menyampaikan secara benar tentang barang yang akan dikirim tersebut

2. Hendaklah Pihak P.T.Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargo dalam menetapkan besarnya ganti kerugian harus seimbang dengan nilai kerugian nyata dari pihak pengirim barang yang dikirim, khususnya nilai maksimal besarnya ganti kerugian yang dapat diberikan kepada pengirim barang, dan jika perlu terhadap barang tertentu harus diasuransikan kepada perusahaan asuransi sehingga dapat mengurangi risiko bagi perusahaan pengangkutan itu sendiri maupun bagi pengirim barang

3. Apabila terjadi risiko atas pengiriman barang hendaklah Pihak PT. Pos Indonesia, JNE maupun Lion Cargoakan membantu pihak pengirim barang/paket dalam pengurusannya agar penggantian kerugian bisa berjalan dengan cepat dan dengan prosedur yang tidak berbelit belit.

4. Untuk mempertinggi dedikasi dan kepercayaan kepada masyarakat terhadap P.T. Pos Indonesia, JNE, Lion Cargo sebagai palayanan jasa pangangkutan barang, perlulah untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada customer, meningkatkan efisiensi dan efektifitas baik sarana maupun personil yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Absori, Kelik dan Saepul Rochman, (2015),Hukum Profetik, Kritik terhadap Paradigma Hukum Non Sistemik, Yogyakarta, Genta Pulishing

Absori, Hukum Ekonomi, 2010, Beberapa Aspek Pengembangan pada Era Liberalisasi Perdagangan, Surakarta, Muhammadiyah University Press.

Asyir, Ahmad Azhar. 1993, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), Edisi Revisi, Yogyakarta: Fakultas Hukum UII.

Budiono, Herlien. 2014. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq, Cet. I, Yogyakarta: LPPI.

Departemen Agama RI, 1995, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Tim Penerjemah Al-Quran.

Ensiklopedi Indonesia. 1990. Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve.

Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain, http://tafsirq.com/8-al-anfal/ayat-27#tafsir-jalalayn.

Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jawa Barat: Sygma Creative Media Corp.

Kun, Wahyu Wardana. 2009. Hukum Asuransi, Bandung: CV Mandar Maju.

Miru, Ahmadi. 2008. Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad, Abdulkadir. 1994. Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

___________, 2011. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

___________, 2008. Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

___________, 1990. Hukum Perikatan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

___________, 1992. Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Mustopo, M. Habib. t.th., Manusia dan Budaya Kumpulan Essay Ilmu Budaya Dasar, Surabaya: Usaha Nasional.

Prodjodikoro, Wiryono, 2006. Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

___________. 1981. Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur.

Setiawan, R. 1979. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Jakarta: Bina Cipta.

Subekti, R. 1983. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet, XVI, Jakarta: Intermasa.

_________. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

_________. 1998. Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

_________.2001. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa

Purwosutjipto, HMN. 1986, Hukum Pengangkutan, Jakarta: Djambatan.

___________. 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3. Jakarta: Djambatan.

Satrio, J. 1994. Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir dari Undang-Undang, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Satrio, J. 2001. Hukum Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Salim H.S. 2003. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Sukardono, R. 1981. Hukum Dagang Indonesia Jilid II, Jakarta: CV. Rajawali.

Jurnal/Karya Ilmiah

Chen Tao and Paul Tae-Woo Lee. 2013. “Shipping Line Dominance and Fright Rate Practices on Trade Routes: The Case of the Far East-South Africa Tarade”. Journal of Shipping and Transport Logistics. Vol. 5. No. 2.

Chou, Tsung-Yu, 2016. “A Study on International Trade Risks of Ocean Freight Forwarders”. Journal of Marine Science dan Technology. Vol. 24, No. 4, pp.771-779 (2016).

Jirsak, P., and Kolar P., 2012. “Customer Orientation and Marketing in Containerized Freight Distribution and Logistics – Perspectives of the Chech Republic”. Central European Business Review. Research Paper. Volume 1, Number 3, December 2012.

Ozaydin, Nazli Gulfem Gidener, et.al. 2015. “Typologies of Freight Forwarding Service Failures and Recovery Strategies”. Beykoz Akademi Dergisi. Gonderim tarihi: 08.10.2015 Kabul tarihi: 16.11.2015. Doi:10.14514/BYK.m.21478082.2015.3/2.25-54.

Popovych, Pavlo et.al. 2016. “Analysis of The Interaction of Participants Freight Forwarding System”. Journal of Sustainable Development of Transport and Logistics. 1(1),16-22,doi:10.14254/jsdtl.2016.1-1.3.

Rajasekar, D. dan T. Sandeep Prabhakar, 2015, “Importance of Freight Forwarding and Work Activities of Freight Forwarders- an Empirical Analysis”, Indian Journal of Applied Research, Volume: 5 | Issue: 1 | Jan 2015 | ISSN - 2249-555X.

Shin, So Young and Myong Sop Pak, 2016. “The Critical Factors for Korean Freight Forwarders’ Purchasing Negotiation in International Logistic”. The Asian Journal of Shipping and Logistics 32(4) (2016) 195-201, Production and hosting by Elsevier B.V.

Skender, Helga Pavlic. et.al. 2016. “The Role of Logistics Service Providers in International Trade, 16th International Scientific Conference Business Logistics in Modern Management, October 13, 2016 – Osijek, Croatia.

Wahyuni, Puji. 2014. “Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Pengiriman Paket Pos Melalui PT. Pos Indonesia”, Jurnal Ilmiah Orbith. Vol. 10 No. 1 Maret: 22-28

Zanariyah, Sri. 2011. “Tanggung jawab Perusahaan Pengangkutan Barang Atas Barang Yang Dikirim Melalui Perusahaan Jasa Penitipan Barang Titipan Kilat (TIKI) di Bandar Lampung”, Jurnal Sain dan Inovasi 7 (1) 35-43 (2011).

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2009 tentangPos

Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)