tanda visual surya majapahit dalam relief masjid …

14
Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual- Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124) 111 Diterima 28 Juli 2017 Direvisi 3 Oktober 2017 Disetujui 9 Oktober 2017 Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID SEBAGAI KONSEP KOMUNIKASI VISUAL (Studi Kasus Relief Masjid Mantingan, Jepara, Jawa Tengah) VISUAL SIGNS OF SURYA MAJAPAHIT ON RELIEF OF MASJID AS A VISUAL COMMUNICATION CONCEPT (A Case Study of Relief at Mantingan Mosque, Jepara, Central Java) Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro, Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang; e-mail : [email protected] 1 ; [email protected] 2 ; [email protected] 3 Abstrak. Islam di Nusantara telah mewujud menjadi kesatuan dan kekuatan tersendiri, ketika dihadapkan pada budaya rupa yang secara khas dan unik memiliki kedudukan pengucapan berkesenian. Hal menarik dalam konsep komunikasi visual adalah melihat dari bingkai budaya rupa, yaitu tanda visual Surya Majapahit. Realitas budaya rupa yang terjadi di Jawa walisongo menggunakan budaya rupa sebagai media dakwah. Budaya rupa tersebut dapat dilihat dari perwujudan relief, ornamen, wayang, dan masjid. Seiring perkembangan zaman, kini banyak penambahan ornamen pada bentuk arsitektur masjid, meskipun masih banyak juga yang tetap mempertahankan bentuk ornamen yang merupakan perpaduan antara gaya Islam dan Jawa. Wujud budaya rupa, yaitu lambang Surya Majapahit sebagai lambang Majapahit yang beragama Hindu, dapat dilihat pada Masjid Mantingan, Demak, Kudus, Cirebon, dan Sendangdhuwur Lamongan. Simbol Surya Majapahit pada Masjid Mantingan menampakan wujud Surya Majapahit dengan bentuk diagram kosmologi dengan delapan sudut sinar matahari yang khas, tetapi simbol tersebut sering juga digambarkan seara abstrak, dan dipadukan dengan berbagai ornamen-ornamen didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan wujud dan nilai-nilai tradisi dalam lambang Surya Majapahit sebagai tanda visual; dan 2) Mengetahui tanda visual Surya Majapahit dalam relief masjid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, sehingga penelitian ini menghasilkan data deskriptif berkaitan dengan bentuk budaya rupa yang digunakan sebagai tanda visual dan sarana media dakwah di Nusantara hasil penelitian menunjukkan bahwa relief Masjid Mantingan menggambarkan adanya tanda visual Surya Majapahit dalam bentuk motif utama atau motif yang dianggap penting dikelilingi motif-motif pendukung mengarah pada delapan sudut sinar pancaran. Kata kunci: tanda visual, Surya Majapahit, relief masjid, komunikasi visual, Mantingan Abstract. Islam in the Indonesian Archipelago has become a unity and strength of its own when faced with a visual culture that are typical and unique to the position of artistic pronunciation. Interestingly, the concept of visual communication is seeing from visual cultural frame, i.e. visual sign of Surya Majapahit. The reality of the visual occurred in Java, Walisongo used it as a media of da’wah. The visual culture can be seen from the embodiment of relief, ornament, wayang, and mosque. Presently, there are a lot of additional ornaments on the architectural form of mosque, although there are many of it still maintained the form of ornament which is a blend of Islamic style and Java. The form of visual culture, Surya Majapahit as the symbol of Majapahit Kingdom of Hindu, can be seen in some mosques, such as Mantingan, Demak, Kudus, Cirebon, and Sendangdhuwur Lamongan. Surya Majapahit at Mantingan Mosque shows the shape of a cosmological diagram with eight distinct sunlight angles, but the symbol is often also depicted abstractly, and combined with various ornaments in it. This research aims to describe the form and values of tradition in the symbol of Surya Majapahit as a visual sign; and to reveal the visual sign of Surya Majapahit in mosque relief. The method used in this research is a qualitative method, so this research produces descriptive data related to the form of visual culture which is used as visual sign and medium of da’wah in Indonesia. The result shows that the relief at Mantingan mosque describes the visual presence of Surya Majapahit in the form of main motif or important motif that surrounded by supporting motifs lead to eight angles of radiance. Keywords: visual signs, Surya Majapahit, mosque relief, visual communication, Mantingan

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

111

Diterima 28 Juli 2017 Direvisi 3 Oktober 2017 Disetujui 9 Oktober 2017

Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian

TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJIDSEBAGAI KONSEP KOMUNIKASI VISUAL

(Studi Kasus Relief Masjid Mantingan, Jepara, Jawa Tengah)

VISUAL SIGNS OF SURYA MAJAPAHIT ON RELIEF OF MASJIDAS A VISUAL COMMUNICATION CONCEPT

(A Case Study of Relief at Mantingan Mosque, Jepara, Central Java)

Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro, Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang;e-mail : [email protected]; [email protected]; [email protected]

Abstrak. Islam di Nusantara telah mewujud menjadi kesatuan dan kekuatan tersendiri, ketika dihadapkan pada budaya rupayang secara khas dan unik memiliki kedudukan pengucapan berkesenian. Hal menarik dalam konsep komunikasi visualadalah melihat dari bingkai budaya rupa, yaitu tanda visual Surya Majapahit. Realitas budaya rupa yang terjadi di Jawawalisongo menggunakan budaya rupa sebagai media dakwah. Budaya rupa tersebut dapat dilihat dari perwujudan relief,ornamen, wayang, dan masjid. Seiring perkembangan zaman, kini banyak penambahan ornamen pada bentuk arsitekturmasjid, meskipun masih banyak juga yang tetap mempertahankan bentuk ornamen yang merupakan perpaduan antaragaya Islam dan Jawa. Wujud budaya rupa, yaitu lambang Surya Majapahit sebagai lambang Majapahit yang beragamaHindu, dapat dilihat pada Masjid Mantingan, Demak, Kudus, Cirebon, dan Sendangdhuwur Lamongan. Simbol SuryaMajapahit pada Masjid Mantingan menampakan wujud Surya Majapahit dengan bentuk diagram kosmologi dengan delapansudut sinar matahari yang khas, tetapi simbol tersebut sering juga digambarkan seara abstrak, dan dipadukan denganberbagai ornamen-ornamen didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan wujud dan nilai-nilai tradisidalam lambang Surya Majapahit sebagai tanda visual; dan 2) Mengetahui tanda visual Surya Majapahit dalam relief masjid.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, sehingga penelitian ini menghasilkan data deskriptifberkaitan dengan bentuk budaya rupa yang digunakan sebagai tanda visual dan sarana media dakwah di Nusantara hasilpenelitian menunjukkan bahwa relief Masjid Mantingan menggambarkan adanya tanda visual Surya Majapahit dalam bentukmotif utama atau motif yang dianggap penting dikelilingi motif-motif pendukung mengarah pada delapan sudut sinar pancaran.

Kata kunci: tanda visual, Surya Majapahit, relief masjid, komunikasi visual, Mantingan

Abstract. Islam in the Indonesian Archipelago has become a unity and strength of its own when faced with a visual culturethat are typical and unique to the position of artistic pronunciation. Interestingly, the concept of visual communication isseeing from visual cultural frame, i.e. visual sign of Surya Majapahit. The reality of the visual occurred in Java, Walisongoused it as a media of da’wah. The visual culture can be seen from the embodiment of relief, ornament, wayang, andmosque. Presently, there are a lot of additional ornaments on the architectural form of mosque, although there are many of itstill maintained the form of ornament which is a blend of Islamic style and Java. The form of visual culture, Surya Majapahit asthe symbol of Majapahit Kingdom of Hindu, can be seen in some mosques, such as Mantingan, Demak, Kudus, Cirebon,and Sendangdhuwur Lamongan. Surya Majapahit at Mantingan Mosque shows the shape of a cosmological diagram witheight distinct sunlight angles, but the symbol is often also depicted abstractly, and combined with various ornaments in it. Thisresearch aims to describe the form and values of tradition in the symbol of Surya Majapahit as a visual sign; and to revealthe visual sign of Surya Majapahit in mosque relief. The method used in this research is a qualitative method, so thisresearch produces descriptive data related to the form of visual culture which is used as visual sign and medium of da’wahin Indonesia. The result shows that the relief at Mantingan mosque describes the visual presence of Surya Majapahit in theform of main motif or important motif that surrounded by supporting motifs lead to eight angles of radiance.

Keywords: visual signs, Surya Majapahit, mosque relief, visual communication, Mantingan

Page 2: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan112

PENDAHULUAN

Masyarakat senantiasa mengembangkankesenian untuk mengungkapkan rasa keindahansesuai dengan pandangan, aspirasi, kebutuhan,dan gagasan-gagasan yang mendominasinya.Upaya tersebut dilakukan untuk memenuhikepuasan terhadap nilai keindahan yangditentukan secara budaya dan didukung olehaspek-apek kebudayaan lain. Keindahan diukurberdasarkan nilai dan asas kebudayaan yangberlaku dalam masyarakat. Lazimnya, inti nilai danasas tersebut jarang berubah, kecuali jika padamasanya perangkat nilai dan azas tersebut tidaklagi berfungsi secara berselaras atau sulit diterimaakal para pendukungnya (Toekio M. dkk. 2007:1). Hal ini tidak mustahil karena pernyataankeindahan itu berkaitan dengan keberadaan dankeyakinan masyarakat pendukungnya; dan jugaberkaitan dengan pernyataan budayamasyarakatnya.

Keberadaan masjid dan keyakinanmasyarakat membentuk lingkungan budaya.Aktivitas dan budaya rupa tradisi selalu beradadalam lingkungan budaya yang pada akhirnyamenjadi bingkai budaya (culture frame).Lingkungan budaya sebagai bingkai budaya yangmerangkai bentuk, fungsi, dan makna budayarupa adalah dalam rangka mempelajari seni.Lingkungan budaya berpengaruh terhadapkarakter, bentuk, fungsi, dan makna karenamemiliki jalinan erat dengan pola pikir yang dianutsebagian masyarakat (Toekio M. dkk. 2007: 4).Jika kita menengok pada perjalanan budaya rupadi Nusantara, tampak bahwa pada setiap periodezaman memiliki karakter budaya rupa yangberbeda-beda, tetapi menunjukkan salingketerhubungan dari setiap periode. Seperti padaperiode prasejarah yang memiliki hubungandengan periode Hindu-Buddha, demikian pulaperiode Hindu-Buddha memiliki hubungandengan periode Islam.

Proses tersebut berkesinambungan dalambingkai budaya rupa artefak. Itulah sebabnya,karakter bentuk, fungsi, dan makna yang diusungbudaya rupa dapat menjadi cermin dari pola pikiryang dianut sebagian masyarakat. Sebaliknya,

pola pikir tentunya ikut merangkai karakter bentuk,fungsi, dan makna karya yang dihasilkan. Eratnyabudaya rupa yang berupa aktivitas kreasi artistikdengan kerangka budaya menyebabkan banyaktradisi yang hidup di masa sekarang sulit lepasdari keberadaan dengan lingkungan budayaasalnya, meskipun pengaruh dari segala disiplinilmu dan sistem budaya telah berubah (ToekioM. dkk. 2007: 4).

Surya Majapahit atau yang sering dikenaldengan matahari Majapahit merupakan lambangyang sering ditemukan pada reruntuhan bangunankuno peninggalan masa Majapahit. Bentuklambang Surya Majapahit menyerupai mataharibersudut delapan dengan bagian lingkaran ditengah menggambarkan dewa-dewa Hindu.Simbol tersebut membentuk diagram kosmologiyang disinari oleh jurai matahari atau lingkaranmatahari dengan bentuk jurai sinar yang khas.Oleh sebab itu, para ahli arkeologi menyebutnya“Surya Majapahit”, dan diduga simbol ini berfungsisebagai lambang negara Majapahit (Diantika2012: 12).

Berkembangnya kebudayaan bercorak Hindusebagian besar masih meneruskan tradisikebudayaan aslinya dari zaman prasejarah.Kebudayaan asli ini sampai datangnya agamaIslam masih ada yang bertahan. Islam di Nusantarayang mewujud dalam kekuasaan sesuai dengankepentingan strategi politik dan kebudayaannya,berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tradisikebudayaan lama selama tidak bertentangandengan azas ajaran Islam. Sikap Islam tidakmendesak kebudayaan pra-Islam untuk digantidengan yang baru. Sebaliknya, kebudayaan lamajustru dikembangkan sesuai dengan kebutuhanbaru. Tidak sedikit budaya rupa yang mengan-dung nilai budaya lama masih terpelihara, bahkanmencapai bentuk klasiknya pada zaman Islam.Simbol budaya lama, yaitu Surya Majapahit tetapmenjadi kekuatan, menjelma dalam tanda visualsalah satunya adalah di dalam perwujudan reliefMasjid Mantingan. Namun demikian, simbol SuryaMajapahit pada Masjid Mantingan tidakmenampakan wujud Surya Majapahit denganbentuk diagram kosmologi dengan delapan sudutsinar matahari yang khas sebagai bentuk Surya

Page 3: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

113

Majaphit tetapi simbol tersebut sering terselipdalam berbagai bentuk Surya Majapahit yangabstrak.

Islam Nusantara telah mewujud menjadikesatuan dan kekuatan tersendiri, ketikadihadapkan pada budaya rupa yang secara khasdan unik memiliki karakteristik tersendiri dalamberkesenian. Islam Nusantara dalam bingkaibudaya rupa mungkin merupakan suatu persoalanyang kadangkala memerlukan musyawarahbersama di kalangan cendikiawan, ulama, danbudayawan. Ketegangan yang muncul berkaitandengan budaya rupa adalah wujud dan nilai-nilaitradisi itu dengan pedoman agama. Tokohbudayawan memiliki kecenderungan lebihmempertahankan ciri-ciri tradisi masyarakatnya.Proses dialog budaya rupa yang mengantarkanpada hasil yang tidak menghilangkan budayalama tetapi memanfaatkannya, yaitu wujud SuryaMajapahit sebagai tanda visual, dan SuryaMajapahit tetap dihadirkan dalam relief yangditerapkan di Masjid Mantingan sebagai konsepkomunikasi visual.

Kajian yang berkaitan dengan pemaknaanvisual Surya Majapahit secara umum pernahdilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.Penelitian yang dilakukan Salma (2016: 123)bertujuan untuk mengetahui kandungan nilai-nilaikeindahan dan kekhasan pada karya desain batikMojokerto. Kajian tersebut mendapatkan hasilbahwa karya desain batik Mojokerto memiliki nilai-nilai keindahan yang unik sebagai motif batik yangdigali dari artefak Majapahit (Surya Majapahit)yang dikomposisikan dengan motif daun, bunga,padi, dan kapas.

Hal menarik lainnya adalah dalam konsepkomunikasi visual, Surya Majapahit tetapdimunculkan pada nilai-nilai Islam. PeranWalisongo dalam menyebarkan agama Islam diJawa menggunakan budaya rupa sebagai saranamedia dakwah. Budaya rupa tersebut dapat dilihatdari perwujudan relief, ornamen, wayang, danmasjid. Adapun wujud budaya rupa dapat dilihatpada Masjid Mantingan, yaitu relief yang meng-gambarkan stilir mahkluk hidup. Unsur-unsurvisual tertata membentuk komunikasi visual yangmampu menggambarkan makna visual. Oleh

karena itu, penelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan wujud Surya Majapahit sebagaitanda visual dan mengetahui konsep komunikasivisual Surya Majapahit dalam relief masjid. Tandasebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak bisadipisahkan, seperti halnya selembar kertassebagai bidang penanda (signifier) atau bentukdan bidang petanda (signified) serta konsep ataumakna (Tinarbuko 2003: 34). Jadi, tanda visualbisa dilihat dari cara menggambarkannya, secaraikonis, indeksikal, atau simbolis. Adapun,komunikasi visual sebagai suatu sistempemenuhan kebutuhan manusia di bidanginformasi visual melalui lambang-lambang kasatmata (Tinarbuko 2003: 32).

Penelitian lain juga pernah dilakukan olehSupriyadi (2008: 120) yang bertujuan untukmengkaji ornamen pada masjid di kawasanpantura Jawa Tengah, yaitu Masjid Agung Demakdan Masjid Menara Kudus. Hasil kajian tersebutmenyimpulkan bahwa Masjid Agung Demak danMasjid Menara Kudus meskipun keduanya sama-sama berada di Pantura, ternyata memiliki karakterornamen yang berbeda, tetapi motif yangdigunakan saling berkaitan. Seperti motif bentukcakra yang merupakan lambang KerajaanMajapahit (Surya Majapahit) yang hanya dapatditemukan pada Masjid Agung Demak. Keduamasjid tersebut adalah masjid tertua danbersejarah sehingga dapat mewakili karakteristikornamen masjid di kawasan Pantura Jawa Tengah.

Penelitian Sjafi’i (1983: 37), lebih terfokuspada relief yang terdapat pada Masjid Mantingan.Secara metode menggunakan penelitian kualitatif,tetapi penelitian tersebut masih terbingkai padahipotesis, “ada hubungan antara makna simbolisrelief dengan fungsi masjid”. Hasil penelitianmenjelaskan bahwa relief Masjid Mantinganmempunyai simbol-simbol Hindu-Islam.Disinggung juga mengenai panel-panel berukirbolak-balik (dwimuka), tetapi kurang adanyapenjelasan secara detail. Pembahasan reliefMasjid Mantingan secara identifikasi danklasifikasi pada aspek simbolis, belumseluruhnya mengungkapkan “motif-motiftersembunyi” pada relief tersebut. Penelitian diatas lebih mengarah pada pembuktian hipotesis

Page 4: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan114

tentang adanya unsur budaya Hindu-Islam,sehingga pembahasan makna relief belumdiungkapkan secara mendalam. Kerangka tafsirberdasarkan teori simbol presentasionalnyaSusane K. Langer dalam Problem of Art dengankaca mata yang mengarah pada eksistensi senimurni (seni patung). Tulisan Achmad Sjafi’idipandang cukup relevan dengan penelitianpenulis, karena relief Masjid Mantingan dianggapsebagai cikal-bakal ukiran di Jepara.

Penelitian Setiawan (2009: 221-224)mengungkapkan keberadaan ornamen masjidsebagai hiasan dan ajaran, karakteristik seni Islam,pemuatan unsur budaya (Hindu, Cina, Islam, danlocal genius), dan makna mendalam terhadap motifornamen Masjid Mantingan dengan pendekatanhistoris dan estetika Jawa. Setiawan (2009: 224)membahas motif yang distilir dan maknanya,sedangkan penelitian ini membahas relief masjiddan tanda visual Surya Majapahit sebagai konsepkomunikasi visual. Tulisan Agus Setiawan dijadikansebagai rujukan data terkait dengan bentukikonografi pada relief Masjid Mantingan.

Selain itu, Kadir (1979: 34) membahas tentangperkembangan seni ukir Jepara antara tahun 1879sampai tahun 1979 dengan disertai contoh-contohhasil seni ukir Jepara mulai dari yang klasik sampaimodern. Penjelasan tentang perkembangan seniukir yang mempunyai latar belakang sejarahMasjid dan Makam Mantingan dapat memberikanpengayaan kajian bentuk motif seni ukir Jepara.

Bahasan Gustami (2000: 81) lebih terfokuspada pembahasan seni kerajinan mebel ukirJepara dari pendekatan multidisiplin. Terdapat tigatokoh wanita penting yang mendorongperkembangan ukiran Jepara, antara lain RatuShima periode Hindu, Ratu Kalinyamat periodeIslam, dan R.A Kartini periode kolonial. Tulisantersebut menggunakan pendekatan historisdipadukan dengan pendekatan antropologis,estetis, dan juga metode perbandingan.Pengungkapan tulisan ini secara tidak langsungmenjadi landasan pemikiran terhadap keberadaanmotif seni ukir Jepara.

Kusen (1985: 60-61) menguraikan tentanggaya relief candi di Jawa yang di analisis menurut

komponen relief dan susunan komponen relief.Di sisi lain, juga diuraikan aspek kreativitas dankemandirian seniman Jawa terhadap faktor di luardiri seniman dengan faktor diri seniman. Selainitu, diungkapkan juga bagaimana seniman Jawadalam menerima budaya luar dalam mewujudkanukiran. Khusus relief Masjid Mantingan yang diukirbolak-balik, menjadi salah satu bahan kajiannya.Pengungkapan tulisan ini secara tidak langsungmenjadi landasan pemikiran dalam kajian yangmemfokuskan pada bentuk motif seni ukirJepara.

Kajian historis terhadap hubungan MasjidMantingan dan Ratu Kalinyamat antara laindibahas oleh Hayati dkk. (2000: 37) serta tulisanHartojo dan Amen Budiman (1982: 13). Keduabuku ini menjelaskan peranan Ratu Kalinyamatdi Jepara yang memiliki keterhubungan denganKerajaan Demak dan situs peninggalan yangberupa makam dan masjid. Dijelaskan pulatentang situs peninggalannya yang memiliki senihias yang memiliki keunikan berupa motif yangdistilir. Pada tulisan Hartojo dan Budiman (1982:42) mengungkapkan beberapa ornamen masjiddengan cara mengidentifikasi motif-motif tersebutmelalui identifikasi tumbuh-tumbuhan yang hidupdi sekitar masjid maupun tanaman yangdianggap dari Cina. Pengungkapan tulisan inisangat membantu dalam memahamiketerhubungan Ratu Kalinyamat dengan MasjidMantingan dan membantu mengidentifikasi lebihlanjut terhadap motif-motif lainnya.

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif dengananalisis menggunakan metode kualitatif. Metodekualitatif merupakan metode untuk memahamimakna dari masalah sosial atau kemanusiaanbaik pada individu atau kelompok masyarakat(Creswell 2016: 4). Pendekatan deskriptifmenghasilkan suatu gambaran permasalahandengan meneliti laporan terinci dari pandanganinforman atau narasumber, dan melakukan studipada situasi yang alami (Creswell 1998: 15).Penelitian kualitatif akan menjelaskanpermasalahan melalui pengambilan data dari

Page 5: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

115

observasi, wawancara, literatur, dan dokumen.Untuk mendapatkan data pendukungmenggunakan beberapa teknik, yaitu wawancaradan observasi. Wawancara yang dilakukan secaramendalam dan bersifat terbuka terhadapnarasumber dari kalangan praktisi desain visual,artist, dan juru kunci makam Masjid Mantingan.Informasi yang didapat berupa sejarah MasjidMantingan, unsur-unsur budaya rupa Hindu, Cina,dan Islam serta local genius. Pengamatan atauobservasi terhadap relief Masjid Mantingandilakukan untuk mengidentifikasi bentuk motif ukirdan pola Surya Majapahit. Bagan penelitiansecara utuh dapat dilihat pada tabel 1.

Kabupaten Jepara. Awal berdirinya MasjidMantingan dapat diketahui melalui inskripsicandrasengkala “Roepa-Brahmana-Warna-Sari”yang menunjukkan angka tahun Jawa 1481 Sakasama dengan 1559 Masehi. Dengan demikian,Masjid Mantingan diperkirakan berdiri pada tahun1559 Masehi.

Masjid Mantingan pertama kali dilukiskan olehpelaut Belanda pada abad XVII M yangdiperkirakan melakukan aktivitas perdagangandan politik di Jepara. Jepara dalam sejarahpernah menampakkan sebagai kota yang sangatpenting dan memperlihatkan kota yang makmurdalam kurun waktu tiga abad. Jepara dikenalsebagai pengekspor beras hingga abad XVII M.

Kondisi wilayah Jepara yang digambarkanpaling mencolok adalah masjid di antarakeramaian pelabuhan, bangunan-bangunan rumahdan pasar yang digambarkan sangat kumuh.Masjid tersebut tampak besar diperkirakanberasal dari zaman Ratu Kalinyamat, yaituseperempat ke tiga abad XVI M (Setiawan 2009:34). Wouter Schouten seorang musafirmenggambarkan masjid yang memiliki atap limatingkat dari abad XVII M dan dibangun sebagaimenara pagoda. Schouten juga menggambarkankota Jepara dari laut dan menampakkanbangunan masjid yang memiliki lima tingkat danmemberikan keterangan di bawah gambar, tertulis“Der moren Tempel binnen de Stadt Japare” (tempatibadah orang Mor (orang Islam: penulis) itu didalam kota Jepara) (Setiawan 2010: 170).

Pijper (1985: 22) menjelaskan lebih lanjuttentang bentuk masjid yang memiliki atap limatingkat mengingatkan pada bangunan Cina dandi atasnya masih memiliki mata tombak.Sementara itu, menurut Wouter Schouten dalam(Pijper 1985: 23) di Jepara pada waktu yangsama, seorang pengembara Belanda, Nicolausde Graaf, menggambarkan kota Jepara padatahun 1686 dan masjid di Jepara serupa denganmasjid di Banten yang juga mempunyai atap limatingkat. Pijper menyebutkan masjid di Jeparamengalami perubahan dari lima menjadi tigatingkat. Bentuk masjid yang memiliki perubahanatap dari lima ke tiga tingkat diperkirakan adalahbangunan Masjid Mantingan yang keadaannyasampai saat ini masih memiliki atap tiga tingkat.

Tabel 1 Bagan/Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadan Relief Masjid Mantingan

Sekilas tentang Masjid MantinganMasjid Mantingan merupakan salah satu

masjid kuno di pesisir utara Jawa Tengah.Sebagai peninggalan purbakala, masjid iniberada 5 km arah selatan dari pusat kota Jepara,yaitu di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan,

Aspek yangditeliti

Target luaran yangdicapai

SuryaMajapahit

Ditemukan unsur-unsur rupapembentuk sebagaitanda visual

Tanda visualSuryaMajapahit

Ditemukan berbagaibentukpengembanganlambang Surya Maja-pahit

Relief Masjid Ditemukan tanda-tanda visual SuryaMajapahit danpemaknaannya

Hasil yang dicapai dari penelitian1. Mendapatkan bentuk budayarupa yang digunakan

sebagai tanda visual dan sarana media dakwah diNusantara

2. Tanda visual Surya Majapahit memiliki kekuatan,keunikan, dan nilai-nilai tradisi yang tetapdipertahankan dalam mewarnai karakteristik seniIslam

3. Mempublikasikan dalam Jurnal Nasional ber-ISSN

Page 6: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan116

Graaf (1987: 95) memberikan keteranganbahwa Schouten (1660) menggambarkan masjiddi Jepara dari loji Belanda, dan C. Deker seorangpelukis telah membuat klisenya yang dimuatnyadalam laporan perjalanannya dengan keterangan:“tempat ibadah orang Mor (Islam) di Kota Jepara”.Masjid yang berbentuk persegi tanpa serambiitu dikelilingi air, seperti halnya masjid keraton dikerajaan. Masjid yang memiliki bentuk atap yangtinggi dengan lima tingkat, dan sangat mudahdikenali dari laut. Tembok yang mengelilingihalaman masjid mempunyai pintu gerbang sepertiyang terdapat di Kalinyamat.

Gambaran masjid paling kuno di Jeparadigambarkan oleh “Schouten dan C. Deker”. Akantetapi, masjid digambarkan tidak secara detail(lihat gambar 1 dan 2). Ukir-ukiran pada dindingmasjid tidak tervisualkan, hanya bentuk masjid

yang mengagumkan dari sekian bentuk bangunandi sekelilingnya. Muncul pertanyaan apakahmasjid yang digambarkan itu memang MasjidMantingan? Setidaknya Masjid Mantingan adalahmasjid tertua di Jepara yang dibangun pada masapemerintahan Ratu Kalinyamat.

Masjid Mantingan dalam perkembangannyasudah beberapa kali mengalami pemugaran.Tahun 1927, kompleks Masjid Mantingan dipugar.Keseluruhan dinding yang sebelumnya berupabata merah dengan penyusunan seperti padabangunan kori Agung atau paduraksa yangterdapat di depan makam, telah ditutup dengansemen dan kapur (Safi’i 2017: 1). Pemugarandilakukan karena beberapa hal, yaitu 1) MasjidMantingan masih difungsikan oleh masyarakatsetempat; dan 2) Pertimbangan kebersihan dankenyamanan bagi para jemaah diutamakan,meskipun hal tersebut merusak keaslian dankekunoan masjid tersebut. Tahun 1978-1981,Masjid Mantingan kembali dipugar dan ditemukanenam panel berornamen di kedua belah sisinya(bolak-balik), sejumlah balok batu putih dan jugasuatu pondasi bangunan kuno. Masjid Mantingansecara geografis (lihat gambar 3) terletak di atasbukit dan secara konsep berorientasi ke arah mataangin (kosmis) (Setiawan 2009: 42).

Relief di Masjid MantinganRelief Masjid Mantingan adalah relief yang

diukir dalam bentuk panel-panel terpisahmenghiasi dinding masjid. Relief yangdiwujudkan dengan bentuk-bentuk stilir memilikiaspek komunikasi visual simbolik (lihat gambar4).

Sumber: Setiawan 2009: 37Gambar 1 Penggambaran Masjid Bertingkat Lima di

Jepara

Sumber: Setiawan 2009 : 38; 2010: 170Gambar 2 Masjid di Jepara Abad XVII yang

Dilukis oleh Seorang Pelaut Belanda

Sumber: Hayati dkk. dalam Setiawan 2009: 171Gambar 3 Denah Kompleks Masjid dan Makam

Mantingan di atas Bukit

Page 7: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

117

masanya. Seperti peninggalan masa KerajaanMajapahit, ragam hias Surya Majapahit memilikiciri yang berbeda dengan ragam hias periodesebelum Majapahit dan sesudahnya.

Surya Majapahit atau matahari Majapahitmerupakan lambang yang ditemukan padareruntuhan bangunan pada masa KerajaanMajapahit. Bentuk lambang Surya Majapahitdiambil dari bentuk matahari yang memilikidelapan sudut dengan lingkaran di bagian tengahyang menampilkan sembilan Dewa Hindu atauyang sering disebut dengan Dewata Nawa Sanga.Posisi dewa-dewa diatur dengan posisi delapanarah mata angin dan satu bagian di tengah. Dewayang berada di tengah adalah Siwa, timur adalahIswara, barat adalah Mahadewa, utara adalahWhisnu, selatan adalah Brahma, timur laut adalahSambhu, barat laut adalah Sangkara, tenggaraadalah Mahesora, barat daya adalah Rudra.Bentuk delapan jurai sinar matahari merupakanlambang dewa-dewa pendamping. Dewa-dewatersebuat di antaranya adalah Dewa KuweraBertahta di utara, Dewa Isana di timur laut, DewaIndra di timur, Dewa Agni di tenggara, Dewa Yamadi selatan, Dewa Surya/Nariti di barat daya, DewaVaruna di barat, Dewa Bayu/Nayu/Vayu di baratlaut .

Bentuk variasi lain dari Surya Majapahit adalahmatahari bersudut delapan dengan gambar dewasurya di tengah lingkaran yang menggambarkansedang mengendarai kuda atau kereta perang.Sebagai lambang, bentuk Surya Majapahit dapatditemukan pada beberapa tempat seperti MasjidAgung Demak, Surya Majapahit ditempatkan diatas mihrab (lihat gambar 6, 7, dan 8) dan langit-langit Candi Panataran, di tengah langit-langitgarbhagrha dari candi seperti Candi Bangkal,Sawentar, dan Candi Jawi. Bentuk ukiran SuryaMajapahit juga sering ditemukan pada stella,ukiran halo atau aurora, pada bagian belakangkepala arca yang dibuat pada masa Majapahitdan pada batu nisan yang berasal dari masaMajapahit di Trowulan.

Simbol Surya Majapahit juga ditemukan padamakam Trowulan, makam Tralaya yang beradadi Trowulan. Tempat tersebut merupakankompleks pemakaman Islam pada zamanMajapahit. Surya Majapahit ditemukan pada nisan

Sumber: Foto dan sketsa Agus, 7 Juni 2017Gambar 4 Bentuk Relief Memiliki Aspek

Komunikasi Simbolik Alam Atas, Alam Tengah, danAlam Bawah

Sumber: Setiawan 2009: 77Gambar 5 Letak Ornamen pada Masjid Mantingan

Konsep Surya Majapahit

Sebagai LambangMajapahit adalah salah satu kerajaan besar

zaman dahulu yang berkembang di Nusantarapada tahun 1293 hingga 1500 Masehi.Keberadaan Kerajaan Majapahit mempunyaipengaruh besar di Asia Tenggara. KerajaanMajapahit tentunya banyak memberikanpeninggalan-peninggalan bersejarah yangmemiliki ciri atau tanda yang khas berdasarkan

Page 8: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan118

yang terdapat pada kubur pitu (lihat gambar 9).Beberapa nisan pada kubur pitu berbentuklengkungan kurawal yang mana bentuk ini identikdengan kesenian Hindu. Perpaduan bentuk danpahatan pada batu nisan merupakan kombinasiantara unsur lama dan unsur pendatang, yaitumenunjukkan adanya akulturasi kebudayaanHindu dan Islam.

Sebagai Konsep Komunikasi VisualSelain sebagai lambang, bentuk Surya

Majapahit juga sering digunakan sebagai tandakomunikasi visual. Adapun simbol SuryaMajapahit yang muncul sebagai tanda komunikasivisual adalah sebagai berikut.

1. Motif BatikPenciptaan motif batik ini digunakan sebagai

lambang identitas atau ciri khas dari batik daerahMojokerto yang sering disebut dengan batik CitraSurya Majapahit (lihat gambar 10). Bentuk motifyang digunakan dalam batik adalah simbol SuryaMajapahit sebagai bentuk utama. Simbol SuryaMajapahit diambil dari artefak peninggalanKerajaan Majapahit yang sering ditemukan padareruntuhan candi atau bangunan peninggalanMajapahit. Selain itu, simbol Surya Majapahitsebagai bentuk utama dalam motif batik Majapahit

Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017Gambar 6 Tanda Visual Surya Majapahit

Sumber: Diantika 2012: 13Gambar 7 Surya Majapahit pada Masjid Agung

Demak

Sumber: Budi 2016: 1Gambar 8 Bentuk Surya Majapahit pada Masjid

Agung Demak.

Sumber: Sidomulyo 2012:137Gambar 9 Batu Nisan pada Kompleks Kubur Pitu

Page 9: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

119

juga digunakan simbol padi dan kapas sebagaimotif pelengkap. Motif batik Majapahit didesaindengan melakukan stilir pada gambar dengantujuan lambang dan makna dari Surya Majapahitsesuai dengan perkembangan agama, budaya,dan teknologi masyarakat sekarang. Bentuk dewadalam Surya Majapahit distilir dengan warna putihyang dimaknai sebagai kesucian dan lebihuniversal sehingga dapat diterima oleh semuaagama dan masyarakat secara luas.

Selain pada batik Majapahit, bentuk SuryaMajapahit juga muncul dalam motif batik SuryaMaja (lihat gambar 11). Motif batik tersebutmerupakan salah satu motif yang dirancang olehtim IBM Mojokerto yang dijadikan sebagai motifkhas milik masyarakat Mojokerto. Salah satuindustri batik di Mojokerto, yaitu UKM batik ErnaSudinawan telah menggunakan motif batik ini,bentuk motif surya maja dibuat denganmengkombinasikan antara bentuk Surya Majapahitdengan motif merica bolon, beras tumpah, danmotif primitif lain. Motif batik tersebut dinamakandengan surya maja karena mengacu dengan

istilah dalam relief Surya Majapahit pada candipeninggalan Majapahit dan nama mojo diambildari nama Kabupaten Mojokerto.

2. Logo TrowulanBranding Trowulan dilakukan sebagai upaya

untuk membangun image wisata Trowulan kepadakhalayak luas dengan melestarikan budaya lokalmelalui keistimewaan dan keunikannya yangtergambarkan pada situs purbakala peninggalanKerajaan Majapahit sehingga dapat meningkatkansektor pariwisata Trowulan. Selain mampu untukmeningkatkan image dan awareness masyarakat,branding Trowulan juga akan menciptakan identitasyang dapat mewakili citra dari Trowulan. Identitastersebut berupa logo Trowulan. Dalamperancangan identitas visual tersebut disesuaikandengan konsep branding Trowulan, yaitu grandeuryang diartikan sebagai lambang kebesaran.Makna tersebut disesuaikan dengan Trowulan,yaitu kebesaran Majapahit dalam mempersatukannusantara sehingga kebesaran (grandeur) tersebutdigunakan sebagai ungkapan besarnya pengaruhpeninggalan Majapahit dalam wisata Trowulan.Oleh sebab itu, bentuk visual yang muncul dalamidentitas Trowulan menggambarkan karakteristikwisata Trowulan sebagai tempat wisatakepurbakalaan dari peninggalan-peninggalanKerajaan Majapahit (lihat gambar 12). Dari hasilanalisis dan proses penjaringan ide simbolterpilih yang mewakili karakteristik dan esensi

Sumber: Salma 2016: 127Gambar 10 Batik Citra Surya Majapahit

Sumber: Marwati dkk. 2013: 85Gambar 11 Batik Suryo Mojo

Sumber: Wicaksono dkk. 2015: 357Gambar 12 Logo Wisata Trowulan

Page 10: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan120

Trowulan adalah candi, Surya Majapahit, danpusaka. Bentuk Surya Majapahit muncul dalamlogo Trowulan karena bentuk Surya Majapahitadalah salah satu ciri khas Trowulan.

Tanda Visual Surya Majapahit dalam ReliefMasjid Mantingan

Relief Masjid Mantingan Berbentuk MedallionMedalion adalah bentuk panel yang

berbentuk lingkaran. Berdasarkan pengamatandan kajian para peneliti, bentuk panil reliefmedalion merupakan salah satu bentuk panilyang sering menempel pada bangunan. Samahalnya relief pada periode Hindu-Buddha diJawa selalu menghiasi bangunan suci.Munandar (2011: 226) mengungkapkan bahwapanil dengan bentuk medalion hingga sekarangdapat diamati di tiga kepurbakalaan, yaitu didinding ruang goa Selamangleng (Kediri),Candi Kidal, dan Candi Induk Panataran.

Medalion Masjid Mantingan dapatsepenuhnya disebut sebagai panil relief karenadi dalam panil tersebut dipahatkan beragambentuk yang saling mengait satu sama lain atausaling menjalin. Bentuk saling menjalin yangrumit telah membedakan medalion periodeHindu-Buddha yang lebih menampilkan sulur-suluran dan stilir dari bentuk hewan.

Tanda visual Surya Majapahit seperti yangsudah diungkapkan memiliki tanda yang secaranyata berbentuk lingkaran berada di tengah dansegitiga mengelilingi bentuk lingkaran, yangberjumlah delapan merepresentasikan bentukdelapan jurai sinar matahari. Secara konsep,visual Surya Majapahit memiliki delapanpancaran sinar.

Medalion relief pada Masjid Mantingan,merepresentasikan adanya tanda visual SuryaMajapahit. Tanda visual tidak diwujudkan secaranyata, namun hanya sebagai pola pembentukjalinan yang memancar. Perwujudan motif-motifdisusun saling berkait sehingga diyakinisepenuhnya bahwa motif yang tersusun danpola yang diciptakan menyiratkan tanda visualSurya Majapahit (Suharno 2017: 1).

Panil relief berdiameter 37 cm tersebutberupa pahatan motif jalinan, bunga teratai, dan

bunga ceplok (lihat gambar 13 dan 14). Bunga terataiberada di tengah-tengah dikelilingi motif jalinan.Motif jalinan diwujudkan dengan bentuk batang yangmemiliki bentuk ukel di setiap ujungnya. Reliefdengan perwujudan motif jalinan dan ceplokberdasarkan konsepnya diciptakan memilikidelapan titik dan motif teratai sebagai pusatnya.Wujud relief tersebut menggambarkan tanda visualSurya Majapahit terdapat pada motif ceplok, yaitubunga teratai sebagai representasi titik pusatpancaran yang dikelilingi jalinan yang menyusundelapan titik pancaran. Perwujudan motif ceplokteratai tersebut dianggap memiliki kedudukanpenting.

Sumber: Foto Agus, 7 Juni 2017Gambar 13 Tanda Surya Majapahit sebagai Pola

Perwujudan Relief Medalion

Page 11: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

121

Perwujudan relief medalion yang begitukentara dengan tanda visual Surya Majapahit,yaitu pada relief yang diwujudkan dengan garismelingkar dan garis pancaran. Motif jalinandiciptakan dengan membentuk lingkaran dipadudengan garis berbentuk huruf V sehinggaperpaduannya menguatkan pada tanda visualSurya Majapahit (lihat gambar 15). Tampaknyaada pengembangan pola pada tanda visual, yaitugaris melingkar diciptakan lebih lebar dari garispancaran. Tanda visual pancaran diciptakandengan saling mengait berwujud patran (daun).

Hal menarik dalam panil ini adalah bungateratai yang diwujudkan tumbuh dari garismelingkar dan muncul tepat di tengah-tengah.Artinya garis melingkar dan bunga teratai menjadi

bagian tanda visual yang sangat penting meskipunpada situasi pola budaya yang berbeda. Tandavisual lainnya, yaitu pada garis melingkar di setiapsudut dan pertemuan antargaris terdapat patranyang seolah-olah menggambarkan kekuatan padaposisi bunga teratai (lihat gambar 16 dan 17).Patran yang merepresentasikan arah gerak sinarmemancar ke arah delapan arah mata angin.Adapun bunga teratai menjadi pusat segala arahsebagai pengendali segala penjuru mata angin.Apalagi tanda visual bunga teratai dalamkebudayaan sebelumnya memiliki kedudukanyang amat penting dalam tatanan simbolmicrocosmos dan makrocomos atau alam kecil danalam besar.

Sumber: Foto Agus, 7 Juni 2017Gambar 14 Tanda Surya Majapahit pada Relief

dengan Pola Berbeda

Sumber: Foto Puri, 7 Juni 2017Gambar 15 Tanda Surya Majapahit sebagai Pola

Perwujudan Relief Medalion

Sumber: Foto Puri, 7 Juni 2017Gambar 16 Tanda Surya Majapahitpada relief

dengan pola berbeda

Relief Masjid Mantingan Berbentuk Bingkai CerminRelief berbentuk bingkai cermin memiliki

panjang 59 cm dan lebar 37 cm (lihat gambar 18).Secara struktur dibangun melalui susunan motifdari pola atau rangkaian yang terdiri dari motiftumbuh-tumbuhan, yaitu empat pohon kelapa, tujuhpohon pandan, satu pohon kamboja, enam pohonbambu, satu tanaman teratai, satu motif singa, enammotif gunung, sekumpulan motif awan, dan motifbatu karang. Motif pohon kamboja dan pohonpandan menggambarkan pohon hayat mengikutibentuk gunung. Relief di atas memiliki keragamanmotif tumbuh-tumbuhan.

Panel relief secara konseptual mengam-barkan pemahaman tentang estetika Islam, yaitu

Page 12: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan122

terdapat daya imajinasi pada motif singa yangdigambarkan dengan cara stilir. Meru atau gunungdiwujudkan dengan delapan arah mata angin.Jadi tanda visual Surya Majapahit dipolakandengan penempatan motif binatang yang distilirberada di tengah-tengah sebagai sumberkekuatan dan pengendali kekuatan, dan memilikikedudukan penting. Motif singa dapat dimaknaisebagai simbol kekuatan dan kepribadian yangkuat, sedangkan motif gunung dengan masing-masing motif tumbuhan mengelilingi danmenempatkan pada delapan titik.

Berdasarkan penempatan motif-motif yangterwujudkan di panel relief, tanda visualtergambarkan berupa stilir motif singa, motif meru

Sumber: Foto Puri, 7 Juni 2017Gambar 17 Pola Jalinan yang Rumit tetap

Merepresentasikan Tanda Visual Surya Majapahit

Sumber: Foto Bastian, 7 Juni 2017Gambar 18 Motif Singa Dikelilingi Delapan Motif

Gunung

dengan pohon kamboja, motif meru dengan motifdaun pandan, motif meru dengan motif batukarang, motif meru dengan motif teratai yangsecara terstruktur membentuk pola SuryaMajapahit. Struktur penempatan yang sedemikianrupa membangun konsep komunikasi secarainformasi dapat dipahami pada wujud konsepmandala. Motif gunung dengan peraga atributnyadan motif binatang yang distilir.

Penggambaran berbeda pada relief di atas,yaitu motif yang dijadikan pusat atau pengendaliadalah stilir gajah (lihat gambar 19). Motif gajahtersebut dikelilingi delapan motif meru denganberbagai atributnya. Artinya motif gajah memilikikedudukan yang sangat penting dalammemberikan pengetahuan akan keseimbangan.Motif gajah dalam berbagai kebudayaan dikaitkandengan konsep kedewaan. Sama seperti reliefbingkai cermin, motif ini mengkomunikasikankonsep mandala berbentuk Surya Majapahit.

Konsep komunikasi mandala yang memusatmemancarkan kekuatan ke segala arahtergambarkan pada relief pada gambar 20. Motifbangunan kuncup yang menggambarkankekosongan, kesucian, tingkat spritual yang tinggidi tempatkan di tengah-tengah, dikelilingi olehtujuh motif meru ditambah satu motif candi. Dalam

Page 13: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Tanda Visual Surya Majapahit dalam Relief Masjid sebagai Konsep Komunikasi Visual-Agus Setiawan, Puri Sulistiyawati, dan Henry Bastian (111-124)

123

Sumber: Foto Bastian, 7 Juni 2017Gambar 19 Motif Gajah Dikelilingi Delapan Motif

Gunung.

Sumber: Foto Agus, 7 Juni 2017Gambar 20 Motif Kuncup Dikelilingi Delapan

Motif Gunung

Sumber: Foto Agus, 7 Juni 2017Gambar 21 Konsep Surya Majapahit Bermotif

Bangunan Kuncup, Candi, dan Meru.

PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah reliefMasjid Mantingan menggambarkan adanya tandavisual Surya Majapahit yang diwujudkan dalammotif utama atau motif yang dianggap penting,dan disertai dengan motif-motif pendukung.Seperti pada motif semeru dengan motifpendukungnya, yaitu pohon kamboja, daunpandan batu karang, dan bunga teratai denganmotif singa yang distilir berada di pusat. Selainitu, juga bentuk motif gajah yang dikelilingidelapan motif meru dengan berbagai atributnya,dan motif bunga teratai yang dikelilingi motifpendukung berupa bentuk batang yang memilikibentuk ukel di setiap ujungnya. Motif-motiftersebut tergambarkan dalam relief bentukmedalion dan bentuk cermin. Secara terstruktur,motif pada relief masjid tersebut membentukkonsep Surya Majapahit.

Selain sebagai lambang, bentuk SuryaMajapahit juga sering digunakan sebagai aspekkomunikasi visual seperti bentuk Surya Majapahityang digunakan pada motif batik, simbol logo,dan motif yang tergambarkan dalam relief MasjidMantingan.

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukanmaka penelitian ini mengusulkan saran, yaitu reliefMasjid Mantingan dapat dikembangkan padaperancangan desain berbasis relief yangdiaplikasikan seperti pada kemasan makanankhas Jepara dan batik khas Jepara.

kebudayaan Jawa-Hindu, candi dianggapsebagai prototipe dari meru atau gunung. Candimerupakan tempat ibadah, tempat penghormatankepada Dewa, juga sebagai pintu gerbang (candibentar) dan dalam konsepnya digambarkansebagai meru atau gunung. Perwujudan candidalam relief di atas dapat direpresentasikansebagai meru.

Konsep komunikasi yang tergambarkanpada relief di atas melalui tanda-tanda visualberupa bangunan kuncup, candi, dan merudengan segala atributnya di antara motif kamboja,pandan, batukarang, dan sulur-suluran secaraterstruktur membentuk pola Surya Majapahit dapatdilihat pada gambar 21.

Page 14: TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan124

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Taufik. 2016. “Intip Kemegahan MasjidBeraksen Majapahit di Demak”. Diunduh 17Agustus 2017. (http://economy.okezone.com/read/2016/07/01/470/1430967/intip-kemegahan-masjid-beraksen-majapahit-di-demak)

Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry andResearch Design . California: SagePublication, inc.

————. 2016. Research Design: PendekatanMetode Kualitatif, Kuantitatif, danCampuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Diantika. 2012. “Menyusuri Jejak Majapahit diMasjid Agung Demak”. Suara MerdekaCybernews, 23 Juli, hlm.13.

Graaf, H. J. de. 1987. Disintegrasi Mataram diBawah Mangkurat I. Jakarta: Pustaka GrafitiPers.

Gustami, SP. 2000. Seni Kerajinan Mebel UkirJepara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hartojo dan Amen Budiman. 1982. KompleksMakam Ratu Kalinyamat Mantingan-Jepara:Segi-Segi Sejarah dan Arsitektur. Semarang:Proyek Pengembangan PermuseumanJawa Tengah.

Hayati, Chusnul, Dewi Yulianti, Sugiyarto. 2000.Peranan Ratu Kalinyamat di Jepara PadaAbad XVI. Jakarta: Proyek PeningkatanKesadaran Sejarah Nasional DirektoratSejarah dan Nilai Tradisional DirektoratJenderal Kebudayaan DepartemenPendidikan Nasional.

Kadir, Abdul. 1979. Risalah dan Kumpulan DataTentang Perkembangan Seni Ukir Jepara.Jepara: Pemerintah Kabupaten DaerahTingkat II Jepara.

Kusen. 1985. Kreativitas dan KemandirianSeniman Jawa dalam Mengolah PengaruhBudaya Asing: Studi Kasus Tentang GayaSeni Relief Candi di Jawa Antara Abad IX-XVI Masehi. Yogyakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan DiretoratJenderal Kebudayaan Proyek Penelitiandan Pengkajian Kebudayaan Nusantara(Javanologi).

Marwati, Sri, Muh Arif Jati Purnomo, dan RanangAS. 2013. IbM Batik Khas Mojokerto.Surakarta: Institut Seni Indonesia (ISI)Surakarta.

Munandar, Agus Aris. 2011. Catuspatha ArkeologiMajapahit cetakan I. Jakarta: PenerbitWedatama Widya Sastra.

Pijper, G. 1985. Beberapa Studi tentang SejarahIslam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: UI-Press.

Safi’i, Ali. 2017. Pemugaran Masjid Mantingan.Jepara:-

Salma, Irfa’ina Rohana. 2016. “Kajian EstetikaDesain Batik Khas Mojokerto ‘Surya CitraMajapahit.’” Ornamen 9(2): 123–36.

Setiawan, Agus. 2009. “Ornamen MasjidMantingan Jepara Jawa Tengah.” Tesis.Surakarta: Institut Seni Indonesia Surakarta.

————. 2010. “Ornamen Masjid MantinganJepara Jawa Tengah.” Dewa Ruci 6(2):167–91.

Sidomulyo, Hadi. 2012. “Gravestones and CandiStones. Reflections on the Grave Complexof Troloyo.” Bulletin de l’Ecole françaised’Extrême-Orient 99(1): 95–152.

Sjafi’i, Achmad. 1983. “Studi tentang AspekSimbolis pada Relief Masjid Mantingan.”Skripsi. Yogyakarta: STSRI “ASRI”Yogyakarta.

Suharno. 2017. Identifikasi Relief MasjidMantingan. Jepara: -

Supriyadi, Bambang. 2008. “Kajian Ornamen PadaMasjid Bersejarah Kawasan Pantura JawaTengah.” Enclosure 7(2): 106–21.

Tinarbuko, Sumbo. 2003. “Semiotika AnalisisTanda pada Karya Desain KomunikasiVisual.” Nirmana 5(1): 31–47.

Toekio M, Soegeng, Guntur, dan Achmad Sjafi’i.2007. Kekriyaan Nusantara. Surakarta: ISIPress Surakarta.

Wicaksono, Satrio Arif, Thomas HanandryDewanto, dan Muh Bahruddin. 2015.“Perancangan Branding Trowulan MelaluiSitus Purbakala sebagai Upaya PelestarianWarisan Budaya Lokal.” Jurnal Art Nouveau4(2): 351–360.