tambang terbuka

36
Ilmu PERTAMBANGAN merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, study kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga). Pertambangan bisa juga diartikan sebagai kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan sampai pemasaran. Skema Kegiatan Pertambangan adalah sebagai berikut : Beberapa ahli tambang telah melakukan klasifikasi metoda penambangan terbuka dan bawah tanah antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clark (1964). Dasar dari pembagian metoda ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem tetapi menggunakan dasar pendekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Boshkov dan Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Secara garis besar, Sistem penambangan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : 1. Tambang terbuka (surface mining) 2. Tambang dalam / bawah tanah (underground mining) 3. Tambang bawah air (underwater mining / marine mine) Tambang terbuka Adalah metoda penambangan yang segala aktivitas penambangannya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas. Tambang bawah tanah adalah metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitasnya

Upload: rifkydory

Post on 15-Apr-2016

137 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

open pit metode

TRANSCRIPT

Ilmu PERTAMBANGAN merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, study kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga). Pertambangan bisa juga diartikan sebagai kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan sampai pemasaran. Skema Kegiatan Pertambangan adalah sebagai berikut : Beberapa ahli tambang telah melakukan klasifikasi metoda penambangan terbuka dan bawah tanah antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clark (1964). Dasar dari pembagian metoda ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem tetapi menggunakan dasar pendekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Boshkov dan Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Secara garis besar, Sistem penambangan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining) 2. Tambang dalam / bawah tanah (underground mining)3. Tambang bawah air (underwater mining / marine mine)

Tambang terbuka Adalah metoda penambangan yang segala aktivitas penambangannya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas. Tambang bawah tanah adalah metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitasnya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang bawah air adalah metoda penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah

permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air.

Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta diaplikasikannya berbagai cara baru dalam usaha mengambil bahan galian, saat ini yang diperlukan suatu klasifikasi metoda penambangan yang mempunyai ciri (Hart man, 1987) : 1. Umum (dapat diaplikasikan pada tambang terbuka atau bawah tanah, untuk semua komoditi tambang, batubara atau non batubara). 2. Meliputi metoda yang sedang berjalan dan metoda baru (novel) yang sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara keseluruhan. 3. Mengenali perbedaan kelas metoda yang besar dan biaya relatif. Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah : - dapat diterima (acceptance) : tradisional atau baru - lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah) - kelas dan sub kelas - metoda

PENAMBANGANMerupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian. Beberapa tahapan kegiatan penambangan secara garis besar adalah : 1. Pembabatan (clearing)2. Pengupasan tanah penutup (stripping)3. Penggalian bahan galian (mining)4. Pemuatan (loading)5. Pengangkutan (hauling)6. Penumpahan (waste dump)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penambangan :1. Karakteristik Spesial dari Endapan Faktor –faktor ini bisa jadi merupakan determinan terpenting sebab sangat mempengaruhi dalam pemilihan suatu daerah yang akan ditambang dengan tambang terbuka atau tambang dalam antara lain :

a. Ukuran (dimensi : tinggi atau tebal khususnya)b. Bentuk (tanular, lentikular, massif, irregular)c. Posisi (miring, mendatar atau tegak)d. Kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan)2. Kondisi Geologi dan Hidrogelogi Karakteristik geologi dari mineral dan batuan induknya sangat mempengaruhi suatu pemilihan sistem penambangan, khususnya dalam pemilihan sistem selektif atau terendap. Hidrologi mempengaruhi sistem drainase dan pompa yang diperlukan, sedangkan mineralogi mempengaruhi cara pengolahan mineral.

a. Mineralogy dan petrologi (sulfida atau oksida)b. Komposisi kimia (utama, hasil samping, mineral by product)c. Struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)d. Bidang lemah (kekar, fracture, cleavage dalam mineral, cleat dalam batubara)e. Keseragaman, alterasi, erosi f. Air tanah dan hidrologi

3. Sifat-sifat Geoteknik ( Mekanika Tanah dan Batuan )Untuk bijih dan batuan sekelilingnya. Sifat mekanis dari material endapan dan batuan sekitarnya merupakan factor kunci dalam pemilihan peralatan pada

tambang terbuka ( pada tambang bawah tanah hal ini berpengaruh pada kelas metode yang dipilih )a. Sifat elastic (kekuatan, modulus elastic, koefesien poison)b. Perilaku plastis atau viscoelastis (flow, creep)c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas bebas, lengas bawaan)

4. Konsiderasi ekonomi akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kos, masa pengambilan dan keuntungan. Komponennya meliputi :a. Cadangan (tonnage dan kadar)b. Produksic. Umur tambangd. Produktifitase. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok

5. Faktor teknologi a. Perolehan tambang b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih)c. Kefleksibilitas metode dengan perubahan kondisi-kondisi d. Selektifitas metode untuk bijih dan wastee. Konsentrasi/penyebaran pekerjaan

Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode panambangan suatu endapan mineral tertentu adalah merancang suatu sistem eksploitasi yang paling cocok dibawah suatu lingkungan yang actual ( Hamrin, 1982 dan Hartman, 1980 ). Sering kalai pengalaman memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan akan tetapi, pencapaian solusi optimal biasanya difasilitasi dengan menggunakan evaluasi kauntitatif dan kerekayasaan, mencakup teknik penelitian operasi ( operation resersch ), ditambah dengan komputerisasi pemrosesan data dan informasi

Evaluasi rekayasa dapat dibagi tiga tingkatan yaitu :1. Studi konseptual ( Conseptual Study )2. Studi kerekayasaan ( Engineering Study )3. Studi desain detail ( Detai Design Study )

Dasar dalam pemilihan metode penambangan yaitu :1. Stripping Ratio (SR)Yaitu berapa jumlah waste (tanah buangan baik O/B maupun batuan samping) yang harus dibuang/disingkirkan untuk memperoleh 1 ton endapan bijih sampai pada ultimate pit limit. Jumlah Waste (m3/ton)SR = ------------------------------------- Jumlah Ore (m3/ton)SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih kecil (Tamka)SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih besar (Tamda)SR = 1 = Bisa Tamka/Tamda2. Break Even Stripping Ratio (BESR) Yaitu perbandingan antara keuntungan kotor dengan ongkos pembuangan O/B.

Cost penggalian bijihBESR =--------------------------------------- Cost pengupasan OBUntuk memilih system penambangan digunakan istilah BESR-1 bagi open pit yaitu overall stripping ratio.

BESR-1 > 1 = TamkaBESR-1 < 1 = TamdaBESR = 2 = Bisa Tamka/TamdaKemudian setelah ditentukan yang dipilih Tamka, maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan tiap tahap digunakan istilah economic stripping ratio (BESR-2). Recovable value/ton ore - Production cost/ton ore BESR-2 = ------------------------------------------------------------------------- Stripping cost/ton ore BESR-2 untuk menentukan maksimal berapa ton waste yang disingkirkan untuk memperoleh 1 ton ore agar tahap penambangan ini masih memberikan keuntungan (max allowable stripping ratio) dan untuk menentukan batas pit (pit limit).

Keuntungan dan Kerugian Tambang Terbuka Keuntungan :1. Ongkos penambangan per Ton, per BCM lebih murah karena tidak perlu adanya penyangga, ventilasi, dan pencahayaan ( Illumination )2. Kondisi kerja baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan sinar matahari.3. Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat leluasa, sehingga produksi bisa lebih besar.Pemakaian bahan peledak dapat lebih efisien, leluasa, dan hasilnya lebih besar karena :1. Adanya bidang batas ( Free Face ) yang lebih banyak.2. Gas-gas beracun yang dapat ditimbulkan oleh peledakan dapat angin dengan cepat ( tidak terakumulasi ).3. Perolehan tambang ( Mining Recovery ) lebih besar, karena batas endapan dapat dilihat dengan jelas.4. Relative aman, karena bahaya yang mungkin timbul akibat kelongsoran.

Kerugiannya : Kondisi kerja akan langsung dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dimana hujan yang lebat atau suhu tinggi akan mengakibatkan efisiensi kerja menurun.Kedalaman penggalian terbatas, karena semakin dalam penggalian akan semakin banyak overburden yang harus di pindahkan.Timbul maslah dalam mencari tempat pembuangan tanah penutup yang jumlahnya cukup banyak.Alat-alat mekanis letaknya tersebar.Pencemaran lingkungan hidup relative besar.

Metode penambangan secara tambang terbuka yang ada pada umumnya adalah a. Open Pit/Open Cast Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan bijih & non bijih yang memiliki kemiringan endapan agak miring sam pai dengan curam.Contoh : Tambang Nikel di Pomalla, Sulawesi Tenggara, mineralnya Garnierite, Tambang Alumunium di Kijang Riau Kepulauan, mineralnya Gibbsite, Boechmite, Diaspore (Bauksite), Tambang Tembaga di Earthberg Irian Jaya, mineralnya Calcophyrite dan Cuprite, Tambang Timah di Pemali Bangka mineralnya Cassiterite, dll.b. Quarry Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan mineral industry (golongan C). Contoh : Tambang Batu Pualam di Tulung Agung Jawa Timur batuannya Marmer, Tambang Aspal di Pulau Buton batuannya batu gamping beraspal, Tambang Granit di Pulau Karimun batuannya granit, dll.

c. Strip Mine Suatu metode penambangan yang diterapkan untuk endapan batubara yang letaknya horizontal atau sedikit miring. Contoh : Tambang Batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Tambang Batubara di Ombilin Sawah Lunto Sumatera Barat mineralnya Bituminous Coal, dll.Contour Mining

Adalah Suatu metode penambangan yang proses penambangannya dilakukan berdasar ketinggian elevasi.Contoh :Penambangan gamping dan lempung di Nusakambangan (PT. Semen Cibinong/ Holxim)d. Alluvial Mine Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan alluvial. Contoh : Tambang Bijih Timah di Bangka Belitung mineralnya Cassiterite, Tambang Bijih Besi di Cilacap mineralnya Magnetite, Hematite, Ilmenite, dll.

PERSIAPAN TAMBANG TERBUKA Persiapan tambang adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menyingkap endapan mineral untuk siap ditambang. Proses yang termasuk disini adalah semua tahapan yang diperlukan untuk suatu tambang menuju ke penjadwalan produksi yang lengkap, antara lain perencanaan, perancangan, konstruksi dan lain-lain. Persiapan tambang mengikuti pada umumnya studi kelayakan pada tahap I dan II yang dikembangkan sejauh mungkin dan informasi yang lebih baik tersedia selama tahapan beruntut dari proyek. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan persiapan tambang antara lain : 1. Faktor lokasi dan iklim

2. Faktor Geologi dan Alamiah a. Tanah dan topografi. b. Relasi spasial (ukuran, bentuk, attitude dan lain-lain) dari badan bijih termasuk kedalaman. c. Konsiderasi geologi, mineralogi, petrografi, struktur, genesa badan bijih, gradien temperatur batuan, kehadiran air clan lain-lain. d. Sifat mekanika batuan: kekuatan, modulus elastik, kekerasan, abrasiveness, dan lain-lain. e. Sifat-sifat kimia dan metalurgi (akibat penyimpanan, proses dan lain-lain ), 3. Faktor Sosial - Ekonomi - Politik - Lingkungan Sangat tergantung pada faktor luar. Faktor-faktor ini antara lain : a. Demografi dan keterampilan penduduk setempat. b. Finansial dan pemasaran. c. Kestabilan politik setempat . d. Peraturan polusi. e. Bantuan pemerintahan yang lain. Tahapan Persiapan  Tahapan ini dapat berlaku untuk persiapan di tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, yaitu :

a. Adopsi dari laporan studi kelayakan sebagai dokumen perencanaan, subyek ke modifikasi sebagai kemajuan pengembangan. b. Konfirmasi dari metoda penambangan dan rencana pertambangan umum. c. Pengaturan finansial yang berdasarkan pada estimasi biaya yang telah dikonfirmasikan pada laporan studi kelayakan. d. Pengumpulan data tanah, termasuk Undang-undang Pertambangan dan Permukaan. e. Pengarsipan pernyat aan dampak lingkungan, mendapatkan ijin penambangan (termasuk rencana reklamasi). f. Melengkapi jalan-jalan permukaan, transportasi, komunikasi, dan power supply ke tambang. g. Perencanaan dan konstruksi pabrik, termasuk fasilitas pendukung, pelayanan dan kontrol administrasi.

h. Pendirian pabrik pengolahan mineral, jika diperlukan, dan penanganan bijih dan fasilitas perkapalan, penimbunan dan pembuangan waste. i. Pemilihan peralatan penambangan untuk persiapan dan eksplorasi. j. Konstruksi dari bukaan jalan utama ke badan bijih dan bukaan selanjutnya, pada tambang terbuka : pengupasan tanah lanjut (advanced stripping). k. Pengadaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja dan pelayanan pendukung (perumahan, transportasi, gudang yang diperlukan).

RANCANGAN DAN PERENCANAN TAMBANG Didalam merencanakan suatu tambang terbuka ada beberapa faktor yang harus di perhatikan yaitu :

1. Keuntungan (Laba) yang diinginkan oleh perusahaan Karena masing-masing perusahaan berbeda besarnya keuntungan yang diinginkan.

2. Jumlah cadangan dan umur tambang Hal ini akan menentukan “Production rate” (jumlah produksi). “Production rate” adalah perbandingan antara jumlah cadangan dengan umur tambang. Untuk umur tambang yang ratif singkat tentu saja kebutuhan akan alat-alat dan tipe yang digunakan jauh berbeda dengan umur tambang yang relaif lama

3. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasinya. 4. Kemiringan tebing (Bench)

Dengan bantuan data tentang ukuran dan batas maksimum dari kedalaman pada akhir operasi, maka kemiringan bench dapat diperhitungan atau diperkirakan berdasarkan data fisik batuan.Semakin curam atau miring suatu bench semakin menguntungkan karena apabila tebing landai mungkin ukuran tambang akan besar dan volume “Overburden” yang dibuang akan lebih besar pula.

5. Stripping RatioKarena dalam merencanakan perlu ditentukan seberapa luas daerah kuasa pertambangan yang diminta, maka seberapa banyak overburden yang perlu

dibuang, kemana pembuangannya,apakah daerah yang ada dapat menampung jumlah OB yang dibuang.6. Cut off grade dan kualitas bahan galian

Pengaruh Cut off grade dan kualitas suatu endapan bahan galian pada penentuan batas cadangan dan pencampuran. Apabila COG dan kualitas endapan bertambah besar maka nilai cangan akan turun begitu pula sebaliknya. Untuk membahas faktor- faktor tersebut dibutuhkan data-data eksplorasi tentang :

1. Keadaan Endapan bijih Yaitu:a. Ukuran,bentuk dan posisinya b. Sifat-sifat fisik seperti kekerasan batuan,kelunakan,berat jenis,struktur mineral dan batuan.c. Kualitas termasuk penyebarannya d. Tipe endapan (Vein,Massive dan sebagainya)

2. Keadaan Overburden da Country rockSifat-sifat fisiknya seperti kekerasan,moisture content,berat jenis,swell factor,jumlah dan sifat fisik country rock sepertipermeability, kekompakan, berat jenis dan struktur.

3. Kualitas dan COGAkan menentukan batas-batas cadangan, sehingga menentukan bentuk akhir penambangan. Dengan demikian luas cadangan yang memenuhi syarat sebagai endapan tertambang dapat dihitung

Selain ketiga faktor yang telah dikemukakan diatas ada konponen lain yang juga mempengaruhi yaitu : keadaan pasaran dari produk yang nantinya akan dihasilkan. Keadaan pasar tidak hanya harga saja,tetapi prospektifnya apakah cenderung untuk naik atau stabil,apabila di pasaran harganya cenderung naik ,peningkatan produksinya kenaikannya berangsur-angsur sajaatau perlahan. Bila data-data ini sudah lengkap baru lah diadakan perencanaan tambang.

TECHNICAL CONSIDERATION

Yang dimaksud didalam technical consideration (Data pertimbangan Teknis) antara lain:1. Penentuan Ultimate pit slope dan dimensi bench2. Memilih sistem pengeringan yang sesuai 3. Mempertimbangkan Pengaruh struktur geologi

ULTIMATE PIT SLOPE , STABILITAS LERENG

DAN PERENCANAAN LERENG TAMBANG ( SLOPE DESIGN )Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran.Secara umum lereng dapat dipandang sebagai lereng alam dan lereng buatan. - Lereng alam adalah lereng yang terbentuk karena proses-proses alam, misalnya lereng suatu Bukit atau Gunung. - Sedangkan lereng buatan adalah lereng yang terbentuk karena aktifitas manusia misalnya pada penggalian suatu tambang atau konstruksi galian pada perekrjaan bidang sipil.Pada tambang terbuka kita batasi pada pengertian lereng untuk suatu galian tambang. Yang akan dipermasalahkan dalam hal lereng ini adalah kemungkinan lereng tambang itu mengalami runtuh. Kita dapat bayangkan keruntuhan atau kelongsoran lereng tambang apalagi kalau tambang itu berukuran besar, sudah tentu sangat banyak kerugian yang ditimbulkannya, seperti antara lain :

- maupun alat-alat bisa tertimbun - Menggangu jalannya operasi penambangan - Memerlukan pengerjaan baru dalam memperbaiki lereng yang runtuh itu Dan lain-lain.Suatu kelongsoran lereng selalu melalui suatu bidang yang disebut bidang gelincir. Umumnya pada material yang lemah, seperti tanah, batuan yang sudah lapuk, pasir atau batuan yang sangat “ fracktured’’, bidang gelincir mempunyai bentuk yang mirip lingkaran ( rotational sliding ). Sedangkan untuk material yang dekat kebatuan ( keras ) biasanya kelongsoran terjadi melalui bidang-bidang lemah ( diskronstruksi ).“Slope Stability”“Stability” dapat diartikan stabilitas atau ada juga yang menterjemahkan dengan kemantapan. Slope stability berarti stabilitas lereng atau kemantapan lereng. Apa arti dari lereng yang mantap atau stabil ?Biasanya dalam praktek keteknikan ( engineering ) stability didefinisikan sebagai factor keamanan ( safety factor ) yang secara teoritis merupakan perbandingan antara kekuatan material ( shear strength ) yang menahan kelongsoran dengan ( shear stress ) yang berkerja yang menyebabkan kelongsoran Karena gaya beratnya.

Ada beberapa factor yang harus diperhitungkan dalam menganalisa suatu stabilitas lereng, yaitu :1. Dalam merencanakan/mendesain atau mengevaluasi suatu slope, kita harus mempunyai suatu gambaran situasi ( site plan ) yang jelas dan cukup teliti, melalui peta topografi.2. Pemilihan lokasi pengamatan dan pengambilan contoh batuan, pengamatan atau survey struktur geologi, serta pembuatan potongan situasi ( cross section ) yang akan dianalisa, jug dapat dilakukan dengan adanya peta topografi tersebut.3. Unutk menganalisa slope secara individual bench misalnya, skala peta yang lebih besar akan diperlukan. Biasanya potongan , melintang diukur tersendiri dengan skala 1 : 50 atau 1 : 100. Sedangkan untuk mengevaluasi “ over all slope “ cukup digunakan peta skala 1 : 1000.

Geologi Dari aspek geologi perlu digambarkan jenis batuan yang membentuk lereng tambang baik pada permukaan maupun keadaan di bawah permukaan ( sub surface ).

Beberapa dari permukaan batuan melapuk, adanya endapan alluvial, batuan yang masih segar dan sudah lapuk, semuanya itu harus digambarkan berdasarkan hasil survey dan penyelidikan lapangan. Untuk menganalisa, data geologi harus diinterprestasikan untuk menggambarkan batas-batas atau jenis-jenis batuan yang mempunyai sifat fisikyang berbeda.Interprestasi dan analisa data geologi sebaiknya dilakukan periodik dengan seiring kemajuan dari suatu operasi penambangan, dengan demikian analisi “ slope stability “ pun selalu dilakukan pengecekan kembali secara periodik.Struktur geologi sedapat mungkin harus digambarkan dalam potongan melintang lereng ( cross section ) yang akan dianalisa stabilitasnya. Pada “ rock slope “ faktor struktur geologi ini sangat dominan dan harus dianalisa tersendiri.Shear Strenght

Dari batuan atau tanah dalam kaitannya dengan analisa “ slope stability “ biasanya dinyatakan dalam parameter tegangan efektif yaitu C’ ( kohesi ) dan Ø’ ( sudut geser dalam ). Untuk mendapatkan harga rata parameter ini biasanya dilakukan pengujian laboratorim terhadap undisturbed samples baik untuk material yang lunak maupun untuk bidang discontinuity batuan.Contoh-contoh ini biasanya ditest “ triaxial atau direct shear “ pada tekanan yang sebanding dengan tegangan yang di alami dilapangan.

Air TanahPengaruh faktor air tanah “ slope stability “ terletak pada adanya tekanan air pada bidang gelincir yang secara efektif mengurangi kekuatan geser. Hal ini dapat dilihat pada rumus berikut :S = C’ + ( σ – U ) tan Ø’U = tekanan airMakin besar harga tekanan air U, maka makin kecil harga kekuatan geser tanah, sehingga harga “ slope stability “ juga semakin kecil. Kondisi air tanah harus diperkirakan sejak penyelidikan awak dilapangan dan dimonitor secara kontinu melalui piezometer yang dipasang pada waktu penyelidikan itu dilakukan.Level air tanah yang digambarkan dari data pengamatan piezometer mungkin tidak selalu mencakup penggambaran kondisi air puncak , sehingga seharusnya selalu dibuat suatu perkiraan sampai level air maksimum berdasarkan data curah hujan 10 tahun dan pertimbangan lain yang berkaitan dengan air tanah seperti tersumbatnya saluran drainage dan pengisian “ tension cracks “ oleh air.Analisa sensitifikasi terhadap slope stability harus dibuat dalam kaitannya dengan perubahan kondisi air tanah ini. Hal ini sangat perlu terutama untuk lereng tambang yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan maupun kerugian yang akan diderita apabila terjadi kelongsoran.

Perkiraan level air tanah yang akan dipakai dalam analisis slope stability selama periode curah hujan 10 tahunan perlu dibuat dlam potongan melintang lereng tambang ( cross section of slope wall ).Untu “ rock slopes “, tekanan air maksimum mungkin terjadi bila tension cracks ‘’ atau “ joints “ terisi penuh oleh air. Tekanan air pada celah-celah batuan ini harus dianggap maksimum pada dasar celah ( tension cracks ). Tekanan air pada joint-joint ini biasanya bervariasi di dalam suatu batuan, sehingga pengukuran tekanan melalui piezometer hanya relevan untuk joint atau crack-crack yang berhubungan langsung dengan saringan tip dimana piezometer itu dipasang.DATA YANG DIPERLUKAN DALAM MENGANALISIS SLOPEInput data yang diperlukan dalam analisis stabilitas lereng adalah merupakan rincian lebih detail dari faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.1. Parameter Kekuatan GeserPertama dilihat terlebih dahulu macam batuan atau material pembentuk lereng yang akan dianalisis.Parameter kekuatan geser adalah C’ dan Ø’. Untuk analisis “ rock slope “ harga parameter C’ dan Ø’ harus merupakan harga dari test kuat geser untuk bidang discontinuitas, yaitu melalui test “ direct shear “ atau “ shear box test “.Sedangkan untuk material yang lunak atau tanah parameter C’ dan Ø’ ini biasa diambil dari test triaxial ( CU ) atau direrect shear test, tergantung juga pada posisi mana data ini dipakai didalam bidang gelincir slope yang dianalisa, 2. Distribusi Tekanan Air Tanah ( Water Flow Net )Pada dasarnya penyelidikan air tanah dalam kaitannya dengan stabilitas lereng mempunyai dua tujuan utama, yaitu :Menentukan tekanan air yang akan digunakan dalam analisis stabilitas lereng.Menentukan cara-cara mengurangi pengaruh negative dari air tanah itu.Tekanan air tanah ini dpat diukur secara langsung dengan pemasangan dan pembacaan piezometer. Dalam prakteknya distribusi tekanan air tanah dalam suatu lereng dapat ditentukan dengan mengkombinasi hasil pengukuran lapangan dan studi atau analisis berdasarkan teori.3. . Macam Tanah atau Batuan Pembentuk Lereng

Adanya bermacam-macam tanah/batuan yang membentuk lereng yang berarti bermacam-macam pula parameter kekuatan gesernya, sehingga akan menentuka stabilitas dari lereng tersebut.Parameter yang menentukan perubahan keseimbangan gaya atau hargan “ slope stability “ adalah :Perubahan harga C’ dan Ø’ pada tanah/batuan,Perubahan harga density, yang menyebabkan perubahan beban.Dalam menganalisa adanya bermacam-macam batuan/tanah ini, hendaknya digambarkan sejelas mungkinpada “ cross section slope “. Semua macam material pembentuk lereng sesuai dengan keadaan sebenarnya dilapangan.Disamping itu harga C’ dan Ø’ dan density dari semua material yang harus diambil contohnya dan diperiksa secara teliti di laboratorium.4. Struktur Geologi Yang dimaksud dengan struktur geologi dalam kaitanya dengan slope stability adalah bidang-bidang lemah pada batuan yang umum dikenal dengan bidang ketidak selarasan atau “ discontinuity “ yaitu : Ada dua macam discontinuity, yaitu :Major discontinuity, seperti sesar ( patahan )Minor discontinuity, seperti kekar dan bidang perlapisan.Adanya bidang-bidang lemah ini yang mempunyai arah atau orientasi, panjang, spasi dan kekuatan dari material pengisinya akan akan menentukan model potensial kelongsoran lereng yang terjadi.Lokasi bidang discontinuities serta orientasinya terhadap bidang lereng sangat menentukan akan kemungkinan kelingsoran PERENCANAAN LERENG TAMBANG ( SLOPE DESIGN )Perencanaan suatu tambang mempunyai tujuan untuk dapat mencapai “ mining recovery “ optimum setelah mencapai tahap akhir penambangan. Tata ruang ( layout ) dari rencana galian tambang harus menggambarkan semua informasi tentang “ mineable recovery “, topografi, design lereng tambang, lokasi pembuangan, fasilitas service dan pengolahan.Dalam memilih besar sudut lereng, menganut filosofi bahwa makin besar sudut lereng dapat dibuat, maka makin sedikit jumlah “ waste “ yang harus digali. Ini adalah suatu keuntungan. Disamping itu juga ada juga pertimbangan yang

berlawanan, yaitu semakin curam sudut lereng tambang kemungkinan tidak stabil lereng itu juga semakin besar, maka ada kemungkinan ongkos pekerjaan stabilitas juga akan meningkat.Dalam suatu tambang yang memerlukan perencanaan lereng “ well design “, ada tiga tahap yang biasanya dikerjakan yaitu :

- Tahap “ feasibility “- Tahap “ mine design “- Tahap operasi - Tahap “ feasibility “ adalah tahap dimana akhir dari eksplorasi sedang dianalisis. Pada tahap ini suatu perkiraan kasar tentang bentuk galian tambang ( pit outline ) harus dibuat, untuk menentukan apakah “ potential ore body “ akan ekonomis kalau ditambang.-Tahap “ mine design “ terjadi kalau sudah disimpukan bahwa “ ore body ‘’ sudah jelas dan baiayanya sudah dipersiapkan untuk suatu target produksi. Pada tahap ini sudut lereng tambang harus dikaji lebih teliti. Untuk itu data-data hasil penyelidikan harus lebih lengkap dan lebih teliti.-Pada tahap operasi penambangan, biasanya banyak dilakukan perubahan-perubahan terhadap desain yang sudah dibuat semula. Hal ini disebabkan adanya prospek harga komoditi yang berubah, informasi mengenai kadar endapan berharga yang ditambang juga bertambah jelas dan juga mungkin volume cadangan yang semula dihitung dapat berubah, akibat adanya kemajuan dalam penggalian.Dengan adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi itu, maka perubahan-perubahan dalam desain lereng pun harus mengikutinya Secara umum langkah-langkah yang perlu diambil dalam setiap tahap dalam kaitannya dengan analisis stability lereng tambang Adalah sebagai berikut :

1. Tetapkan batas-batas dari sektor-sektor desain.2. Tentukan “ design requirements “ dari masing-masing sektor seperti lokasi dari “ ramp “, “ catch bench “ dan lain sebagainya.3. Tentukan model dari kelongsoran yang mungkin terjadi atau bagian-bagian yang tidak stabil.Identifikasi variabel desain seperti tinggi bench, sudut lereng tiap-tiap lereng dan lain-lainnya.Periksa apakah semua data hasil penyelidikan lapangan maupun laboratorium serta analisisnya sudah dibuat dalam suatu laporan.

-Hitung atau tentukan sudut lereng maksimum yang mungkin dapat dibuat.-Analisis dari stabilitas dari lereng baik secara individual maupun secara overall.-Tentukan pengaruh-pengaruh dari ketidak stabilan atau kelongsoran yang mungkin terjadi.-Tentukan atau hitung “ sudut lereng optimum “ melalui analisis “ benefit-cost program “.-Jelaskan dengan rinci ( rationalize ) batas optimum pit slope kedalam rencana kerja penggalian tambang ( pit plan ).-Buat suatu system pemantauan ( monitoring system ).-Buat dan desain system stabilitas ( perkuatan ) bila pada suatu daerah dianggap memerlukannya.-Desain ” trial slope “ atau lereng percobaan apabila dianggap perlu.

Faktor-faktor operasi penambangan juga ikut menentukan suatu sektor desain. Jika suatu dinding lereng memuat suatu “ haulage ramp “ dari suatu daerah operasi penggalian, maka kehandalan dari daerah itu tentu diperlukan lebih besar dari pada dinding/lereng lainnya.Secara ringkasan pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab kalau mau menentukan sektor desain dari tambang terbuka, yaitu :

1. Apakah sektor desain baiknya ditentukan menurut struktur dominan dalam hubungannya dengan orientasi dari lereng tambang.2. Apakah sektor desain sebaiknya ditentukan menurut perbedaan kekuatan material dalam kaitannya dengan slope desain.3. Apakah ada sector desain yang memerlukan kehandalan tinggi karena dipakai sebagai jalan tambang atau suatu instalasi permukaan.Apakah sector desain sebaiknya ditentukan karena adanya perbedaan beban pada beberapa lokasi.

GEOMETRI JENJANG Geometri jenjang terdiri dari

1. Tinggi Jenjang 2. Sudut lereng jenjang tunggal 3. Lebar dari Jenjang Penangkap

1. Tinggi Jenjang Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu mencapai pucuk atau bagian atas dari jenjang Jika tingkat produksi /faktor lain mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, alat muat yang akan digunakan harus disesuaikan ukurannya.

2. Sudut lereng Jenjang Penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader/shovel dipermukaan jenjang pd umumnya akan menghasilkan sudut lereng 60o-65o Sudut lereng yang lebih curam memerlulan peledalan presplitting 3. Lebar Jenjang tangkapan Ditentukan oleh pertimbangan keamanan. Tujuannya adalah menangkap batu-batuan yang jatuh, diperlukan bulldozer kecil/grader untuk membersihkan catch bench ini secara berkala.Dibeberapa tambang terkadang digunakan konfigurasi multijenjang (double/tripel bench),pada umumnya untuk jenjang dibuat setiap dua/tiga jenjang. Tujuannya adalah untuk menerjlkan sudut lereng keseluruhan.Jenjang penangkap ini biasanya dibuat lebih lebar dibandingkan jenjang tunggal.KOMPONEN DASAR PADA OPEN PIT ADALAH JENJANGDalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasanya dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) yang diinginkan dengan bendera kecil. Operator shovel diperintahkan untuk menggali sampai mangkuk alat berada dilokasi bendera tersebut.BAGIAN JENJANG :

b. Jenjang KerjaJenjang kerja merupakan bagian dari jenjang yang berfungsi sebagai tempat bekerja bagi peralatan tambang C.Jenjang PenangkapMerupakan jenjang yg berada diantara jenjang utama yg dibuat guna menangkap material yg jatuh atau runtuh dari jenjang sebelumnya.Ukuran dari jenjang ini biasanya relatif kecil dr jenjang utaman Geometri Jenjang Penangkap d. Pit Slope Geometri Pit Slope Geometri disebut juga geometri kemiringan darinfront penambangan.Face Angle adalah sudut lereng Jenjang tunggalSUDUT LERENG INTER-RAMP DAN OVERALL Sudut lereng antar jalan (inter-ramp slope angle) adalah sudut lereng gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut.Inilah yg dihasilkan oleh ahli2 geoteknik sewaktu menetapkan sudut lereng jenjang tunggal (face angle dan lebar jenjang penangkap.Sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) adalah sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan, dengan memperhitungkan jalan angkut,jenjang penangkap dan semua profil lain di pit wall. Definisi overall slope & inter-ramp slope angle a. Overall slope angleMerupakan sudut kemiringan dari keseluruhan jenjang yang dibuat pada front penambangan.Kemiringan ini diukur dari crest paling atas samapi dengan toe paling akhir dari front penambangan. b. Overall slope angle With rampc. Interramp slope angleMerupakan sudut yang berada diantara ramp yg diukur dari crest sampai dengan toe pada ramp d. Overall slope angle with working bench

Overall slope angle pada jenjang kerja dan beberapa jenjang lain diukur daricrest sampai toe e. Interramp Slope angle With one Working benchf. Overall Slope angle With Working bench & ramp g. Interramp Slope angle With Working bench & ramp Overall Slope Angle with two working bench KULIAH 7Metode Penyaliran Tambang Pengertian dari sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama. Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Mine Drainage

Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan airtanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine drainage : A. Metode Siemens

Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga airtanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.

B. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)

Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter. C. Metode Elektro Osmosis

Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa. D. Small Pipe With Vacuum Pump

Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel (jumlah air sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian di masukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor. 2. Mine Dewatering,

Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut:A. Sistem Kolam Terbuka

Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian di pompa keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian. B. Cara Paritan

Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran–saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau di buang langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi..

C. Sistem AditCara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang di buat dari tempat kerja menembus ke shaft yang di buat disisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.

PERENCANAANSISTEM DRAINAGE DAN KOLAM PENGENDAPANSecara garis besar tahapan dan cakupan materi dan rancangan sistem penyaliran tambang dn kolam pengendapan pada tambang terbuka dapat dilihat dalam diagram alir berikut :Diagram Alir Kajian Hidrogeologi Dan Perancangan Sistem Penyaliran Tambang Di Daerah PenyelidikanA. KAJIAN HIDROLOGI

1. Kondisi Hidrologi Daerah Penyelidikana. Kondisi secara umum iklim di daerah penyelidikanb. Debit Air Limpasan

2. Morfologi Daerah Penelitiana. Kondisi morfologib. Daerah Tangkapan Hujanc. Luas Bukaan Tambang (Pit)

B. KAJIAN HIDROGEOLOGI1. Kondisi Geologi (Litologi & Formasi)2. Kondisi Akuifer (Jenis & Parameter Akuifer)3. Kondisi Air Tanah (Pola dan Arah aliran air tanah)4. Kualitas air tanah

C.PENGENDALIAN AIR TAMBANG1. Penentuan Luas daerah tangkapan Hujan dan luas pit2. Penentuan CH rencana3. Perhitungan Intensitas CH4. Penentuan Koefisien Limpasan5. Perhitungan Debit air limpasan.6. Perhitungan Jumlah air yang masuk pit7. Perhitungan Saluran terbuka8. Penentuan Lokasi dan Perhitungan dimensi sumuran9. Rancangan kolam pengendapan10.Pemilihan jenis, bentuk dan dimensi pipa instalasi sistem penyaliran tambang11.Perhitungan jumlah pompa

D. PERHITUNGAN PIPA INSTALASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG1. Pemilihan jenis, bentuk pipa instalasi sistem penyaliran tambang2. Perhitungan dimensi pipa instalasi sistem penyaliran tambang3. Penentuan lokasi Pipa instalasi

E. PERHITUNGAN JUMLAH POMPA1. LUAS DAERAH TANGKPN HUJAN2. LUAS BUKAAN TAMBANG3. PERHITUNGAN CH & INTENSITAS CH

4. KONDUKSaluran penyaliran Saluran penyaliran berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air ke tempat pengumpulan (kolam penampungan atau saluran) atau tempat lain. Bentuk penampungan saluran, umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material serta kemudahan dalam pembuatannya. Sumber air utama pada tambang terbuka adalah air hujan, walaupun kadang kontribusi airtanah juga tidak dapat diabaikan dalam menentukan debit air. Dalam merancang bentuk saluran penyaliran, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan debit air yang direncanakan dan mudah dalam penggalian saluran serta tidak lepas dari penyesuaian dengan bentuk topografi dan jenis tanah. Bentuk dan dimensi saluran juga harus memperhitungkan efektifitas dan ekonomisnya.

Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segi empat, bentuk segi tiga dan bentuk trapesium.

Beberapa macam penampang saluran :1. Bentuk segi empat

Bb = 2dA = 2d2P = 4d

2. Bentuk segi tigaSudut tengah = 90oLuas penampang basah (A) = d2Jari-jari hidrolis (R) Keliling basah (P) = 2d . Ö 2

3. Bentuk trapesium

Dalam menentukan dimensi saluran bentuk trapesium dengan luas maksimum hidrolis, luas penampang basah saluran (A), jari-jari hidrolik (R), kedalaman penampang aliran (d), lebar dasar saluran (b), penampang sisi saluran dari dasar kepermukaan (a), lebar permukaan saluran (B), dan kemiringan dinding saluran (m), mempunyai hubungan yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

A = b . d + m . d2R = 0,5 . dB = b + 2m . db/d = 2 {(1 + m2)0,5 - m)a = d/sinα penambahan tinggi jagaan adalah 15 % dari d.

KULIAH 8PENGUPASAN DAN PEMBUANGAN “ OVERBURDEN ‘’MACAM-MACAM “ OVERBURDEN “1. Material yang mudah digali Material yang sedikit mengandung air, pasir, tanah biasa, kerikil, campuran pasir dan tanah biasa.Material yang banyak mengandung air misalnya, pasir lempung, lempung-pasiran, lumpur dan “ quick sand “.2. Material yang lebih keras Misalnya tanah biasa yang mengandung kerikil, pasir mengandung kerikil, pasir kasar, dan “ loose rock “.

3. Material setengah keras Misalnya batubara “ shale “ ( clay yang sudah mulai kompak ), batuan kerikil yang disemen dan kompak, batuan beku yang sudah melapuk, batuan beku yang sudah banyak rekahan-rekahan ( cracks ).4. Material keras Misalnya “ sandstone “, “ limestone “, “ slate “ ( metamorfhic rock ), “ vulcanic tuff “, “ breccias “, batuan beku yang agak lapuk dan bahan yang disemen dan kompak.5. Material yang sangat keras Misalnya batuan beku dan batuan metamof seperti granit, andesit, “ slate “, kwarsit, “ silicified limestone “.6. Batuan massifYaitu batuan yang keras dan kompak, seperti batuan beku yang berbutir halus dan “ silicified rock “.

Untuk macam batuan ke-1 dan ke-2 tidak memerlukan peledakan, cukup dengan menggunakan alat gali seperti “ dragline “, “ power shovel “, dan lain-lain. Untuk macam ke-3 biasanya alat gali dibantu dengan “ ripper “ atau “ rooter “, sedangkan macam yang lainnya dengan menggunakan bahan peledak.

CARA PENGUPASAN “ OVERBURDEN “Ada beberapa sistem untuk melakukan pengupasan “ overburden “, yaitu :1. “ Benching system “.Yaitu mengupas sambil membuat “ bench 2. “ Backfilling digging system “.Yaitu cara pengupasan dengan membuang “ overburden “ yang telah dikupas ketempat bijih yang telah digali

Cara ini disebut juga “ backfilling digging method “. Untuk pekerjaan ini lebih baik menggunakan “ dragline “ karena mempunyai “boom” yang lebih panjang jika dibanding dengan “ power shovel “.“ Backfilling digging method “ sangat cocok untuk endapan yang tidak berlapis atau bijih hanya satu lapis. Jika lapisan bijih ada dua, maka “overburden” yang pertama dibuang keluar tambang. “ Backfilling digging method “ cocok untuk material yang lunak, karena tidak memerlukan peledakan. Umumnya untuk endapan yang horizontal.Dalam “ stripping of overburden ““, jika hanya menggunakan satu “ power shovel “ disebut “ single stripping shovel “ dan jika menggunakan sebuah “ dragline “ disebut “ single strippimg dragline “. Jika menggunakan dua alat sekaligus, maka disebut “ tandem stripping system “, misalnya menggunakan dua buah “ power shovel “ atau menggunakan dua buah “ dragline “ ataupun kombinasi antara “ power shovel “ dengan “ drag line “.3. Pengupasan “ overburden “ dengan “ multi bucket excavator “Jenis lain yang mirip dengan “ multi bucket excavator “ adalah “ bucket whell excavator “.“ Bucket whell excavator “ baik sekali untuk material lunak dan tidak lengket. Karena jika lengket dapat menurunkan kapasitas. Juga jika banyak akar-akar dapat pula menurunkan kapasitasnya.4. Pengupasan dengan “ drag-scraper “ Pengupasan dengan “ drag-scraper “ “ Drag-scraper “ ditarik dengan sistem kabel oleh “ hoisting drum “, sehingga “ drag-scraper “ terisi penuh, kemudian dituangkan kedalam “hopper “ dengan cara mengendorkan kabel ( pada hoisting drum dilengkapi dengan sistem cluth ). Lalu dengan kabel tersebut ditarik kembali ketempat semula, yaitu tempat yang akan digali.Penggalian dengan “ drag-scraper “ bisa langsung, artinya setelah pengupasan “ overburden” dan “ ore “ langsung digali, ( overburden dikupas sampai kebijihnya . Disini sambil mengupas “ overburden “ yang menutupi “ ore “ dikupas terlebih dahulu, setelah “ overburden “ dikupas seluruhnya barulah kemudian “ ore “ diambil.5. Capa pengupasan konvensionil.

Yaitu pengupasan “ overburden “ dengan menggunakan alat-alat mekanis seperti “ bulldozer “, “ power shovel “, “ripper” ( rooter ) dan jika perlu digunakan peledakan, kemudian material-material yang merupakan hasil peledakan tersebut dipindahkan dengan alat-alat mekanis. Jika material cuckup keras maka digunakan “ ripper “ ( rooter ), kemudian setelah hancur diangkut dengan “ power shovel “ atau “ dragline “.6. Peledakan Dibahas dalam pembahasan tersendiri AKTIVITAS UTAMA DIDALAM PENGUPASAN “ OVERBURDEN “.Aktivitas utama didalam pengupasan “ overburden “ sama hasilnya dengan aktivitas utama dalam suatu penambangan, yaitu :” loosening “ ( breacking ), “ loading “ dan “ hauling “.

- “Loosening “ adalah melepaskan batuan dari batuan induknya,- “ loading “ adalah pemuatan batuan yang telah dilepaskan tadi kedalam alat angkut.,- “ hauling “ adalah mengangkut hasil “ loading “ ke “ emplacement “.AKTIVITAS UTAMA DIDALAM PENGUPASAN / PENGGALIAN BAHAN GALIAN yaitu :” loosening “ ( breacking ), “ loading “ dan “ hauling “.1. “ Loosening “.Maksudnya untuk membuat material menjadi butiran yang berukuran lebih kecil, agar mudah untuk dipindahkan atau diangkut.Alat-alat yang dibutuhkan untuk “ loosening “ yaitu : Alat bor untuk membuat “ blastholo “Bahan peledak ( explosive ) beserta “ accecories “, seperti “ detonator “, “ cardtex “, “crimper “, “ conector “.2. “ Loading “.“ loading unit “ yang digunakan dalam operasi penambangan terutama Tambang Terbuka antara lain “ power shovel “, “ power scraper “, “ dragline “, dan lain-lain.3. “ Hauling “.Tujuan “ hauling “ adalah untuk mengangkut hasil tambang keluar daerah tambang ada dua, yaitu cara konvensionil dan inkonvensionil.

a. Cara konvensionil adalah pengangkutan langsung yang dilewatkan melalui permukaan bumi, dan biasanya menggunakan truk, lori, “ cable way “, dan lain-lain.b. Sedangkan cara inkonvensionil adalah pengangkutan secara tidak langsung atau pengangkutan berganda ( dobel transfortation ), karena merupakan kombinasi antara pengangkutan permukaan bumi dengan pengangkutan dibawah permukaan bumi.Kedua cara ini ada untung dan ruginya. Intinya tergantung pada kondisi dan medan kerja, jadi salah satu cara tersebut harus ditiadakan atau dilakukan dengan “ job analysis “ sehingga akan menciptakan cara mana yang paling menguntungkan untuk diterapkan.Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain alat-alat angkut yang tersedia, topografi, dan elevasi.TRUCK & SHOVEL DRAGLINE HIGH WALL MINING CONFIGURATION HWM EQUIPMENT HWM EQUIPMENT